Pewarisan Sifat Tanaman Kedelai (Glycine max L. Merril) Toleran Terhadap Naungan Melalui Karakter Fisiologi Fotosintetik

Ameilia Zuliyanti Siregar, Maryani Cyccu Tobing, dan Lumongga: Pengendalian Sitophilus oryzae
dan Tribolium castaneum …

Pewarisan Sifat Tanaman Kedelai (Glycine max L. Merril) Toleran Terhadap
Naungan Melalui Karakter Fisiologi Fotosintetik

Nature of The Inherintance of The Photosynthetic Physiological
Characters of Soybean Tolerant to Shade
Nerty Soverda1* dan Yulia Alia1
1

Jurusan Agroekoteknologi Fakultas Pertanian Universitas Jambi
Jalan Raya Mendalo Darat, KM 15, Jambi 36361, Indonesia.
Email: nsoverda@yahoo.com

Abstract
For the development of soybean plants were grown as interrupted, it takes soybean varieties
tolerant to shade. The character of certain photosynthetic physiology can be used to study the nature of
inheritance of shade-tolerant plants. The objective of the research was study the consistency of shade
tolerant varieties and patterns of inheritance tolerant of shade through photosynthetic physiology character
identifier tolerance. The first step the experiment was studying the consistency tolerance varieties by using a

split plot design consisted of two factors, namely the Shade (main plot) and Variety (sub plot). To study the
pattern of inheritance, from crosses planted under paranet 50%. The results showed that the varieties Petek
consistent as shade tolerant varieties. There is no effect on the number of stomata female elders, the number
of seeds per plant, number of pods per plant, number of pods per plant contains, and the yield per plant
and mean elders tolerant (Petek) can be used as an elder male and female elders. For the character of
chlorophyll-a, chlorophyll-b, carotenoids and weight of 100 seeds are elder female influence, which means
that the Petek only be used as an elder females. Inheritance patterns observed following the Mendelian
segregation ratio 9: 6: 1, indicating that the character is controlled by two genes studied by the action of
semi epistasis. The experiments were conducted in a controlled environment where the genetic influence is
greater than the influence of the environment, so it has a chance to improve the properties of soybean plants
tolerant to shade.
Keywords: Inheritance, Physiology, Soybean, Shade

Abstrak
Untuk pengembangan kedelai sebagai tanaman sela, diperlukan varietas kedelai yang
toleran terhadap naungan. Untuk itu, karakter fisiologi fotosintetik tertentu dapat digunakan
untuk mempelajari sifat waris dari tanaman yang toleran naungan. Penelitian bertujuan untuk
mempelajari konsistensi varitas toleran naungan serta pola pewarisan sifat toleran terhadap
naungan melalui karakter fisiologi fotosintetik penciri toleransi. Percobaan tahap pertama,
mempelajari konsistensi toleransi varitas dengan menggunakan rancangan petak terbagi yang

terdiri dari 2 faktor, yaitu Naungan (main plot) dan Varietas (sub plot). Untuk mempelajari pola
pewarisan sifat, hasil persilangan ditanam dibawah paranet 50%. Hasil percobaan
menunjukkan bahwa varietas Petek konsisten sebagai varietas toleran terhadap naungan. Pada
variabel jumlah stomata, jumlah biji per tanaman, jumlah polong per tanaman, jumlah polong
berisi per tanaman, dan hasil per tanaman tidak terdapat pengaruh tetua betina dan berarti
tetua toleran (Petek) dapat dijadikan sebagai tetua jantan maupun tetua betina. Untuk karakter
klorofil-a, klorofil-b, karotenoid dan bobot 100 biji terdapat pengaruh tetua betina, yang berarti
bahwa Petek hanya dapat digunakan sebagai tetua betina. Pola pewarisan yang diamati

1

Jurnal Ilmu Pertanian KULTIVAR • Vol. 7 • No. 1 • Maret 2013

mengikuti pola segregasi Mendel dengan rasio 9 : 6 : 1, menunjukkan bahwa karakter yang
dipelajari dikendalikan oleh dua gen dengan aksi semi epistasis.
Kata kunci : Fisiologi, Kedelai, Naungan, Pewarisan Sifat

PENDAHULUAN
Pemanfaatan lahan tegakan untuk
pengembangan tanaman kedelai adalah

merupakan salah satu alternatif yang dapat
dilakukan, karena lahan tegakan mempunyai
potensi untuk dikembangkan menjadi lahan
produktif sebagai pengganti lahan yang
akhir-akhir ini telah mengalami penyusutan.
Lahan-lahan dibawah tegakan ini berpotensi
untuk dikembangkan menjadi lahan
usahatani dengan sistem tanam tumpangsari.
Pemanfaatan lahan tegakan seperti lahan
perkebunan karet, perkebunan sawit dan
perkebunan tanaman lainnya,
juga
diperkirakan dapat dijadikan sebagai areal
penanaman kedelai sebagai tanaman sela.
Sekitar 21% dari 2.975.120 ha luas
perkebunan kelapa sawit Indonesia berupa
areal tanaman muda yang dapat ditanami
dengan tanaman kedelai. Demikian pula,
areal
HTI

yang
ditargetkan
pengembangannya 250.000 ha per tahun
merupakan areal yang potensial ditanami
dengan kedelai (Departemen Perkebunan
dan Kehutanan, 2000). Jumlah ini akan
lebih besar bila ditambah dengan areal
perkebunan-perkebunan tanaman lain yang
dapat ditanami dengan kedelai sebagai
tanaman sela. Namun demikian, beberapa
masalah
yang
berkaitan
dengan
agroekosistem tumpang sari tersebut harus
diatasi, salah satunya adalah kondisi cahaya
yang rendah (naungan), karena kedelai
tergolong
sebagai
tanaman

yang
membutuhkan intensitas cahaya cukup
tinggi.
Untuk meningkatkan produksi
kedelai yang ditanam sebagai tanaman sela,
diperlukan perhatian ke arah pengembangan
varietas kedelai yang toleran terhadap
naungan dan berproduksi tinggi. Untuk
pembentukan varietas tersebut diperlukan
informasi tentang mekanisme toleransi

2

terutama yang berkaitan dengan karakteristik
Fisiologi Fotosintetik dan sistem genetik dan
pola pewarisan sifatnya.
Untuk mendapatkan karakteristik
tertentu atau sifat unggul lain yang
diharapkan diperlukan langkah-langkah
untuk perbaikan sifat dan sistem genetik

sesuai dengan yang diinginkan. Sehubungan
dengan usaha untuk mendapatkan karakter
penciri toleransi tanaman kedelai terhadap
naungan ini serta untuk mengetahui pola
pewarisan sifatnya, maka Soverda, Evita dan
Gusniwati (2009) telah mengawali penelitian
dengan melakukan seleksi terhadap 15
varietas kedelai untuk mempelajari sifat
toleransinya terhadap naungan. Hasil
evaluasi terhadap 15 varietas yang diuji,
diperoleh 2 varietas yang konsisten toleran
pada dua metoda pengujian yaitu varietas
Ringgit dan Petek. Varietas yang konsisten
moderat adalah varietas Anjasmoro, Cikurai,
dan Tanggamus, dan yang konsisten peka
terhadap naungan adalah varietas Seulawak
dan Jayawijaya, sedangkan delapan varietas
lainnya tidak dapat digolongkan kepada
toleran, moderat ataupun peka.
Pada penelitian lanjutannya Soverda

(2010), melakukan penelitian terhadap tujuh
varietas kedelai terpilih hasil dari seleksi
penelitian sebelumnya. Penelitian dilakukan
untuk mengidentifikasi karakter-karakter
fisiologi fotosintetik yang dapat dijadikan
sebagai penciri toleransi tanaman kedelai
terhadap
naungan.
Hasil
penelitian
menunjukkan bahwa karakter fisiologi
fotosintetik yang berkorelasi erat dengan
toleransi terhadap naungan pada tanaman
kedelai adalah luas daun, tebal daun,
kerapatan stomata, klorofil a, klorofil b, dan
kandungan karotenoid.
Berdasarkan hasil-hasil penelitian
diatas dilakukan lagi penelitian lanjutan yang
bertujuan untuk mempelajari konsistensi


Nerty Soverda dan Yulia Alia : Pewarisan Sifat Tanaman Kedelai (Glycine max L. Merril)
Toleran Terhadap Naungan Melalui Karakter Fisiologi Fotosintetik

toleransi terhadap naungan pada dua varietas
toleran terpilih dan menguji pola pewarisan
sifat toleransi kedelai terhadap naungan
melalui karakter fisiologi fotosintetik penciri
toleransi terhadap naungan. Pola pewarisan
tersebut sangat berguna dalam program
pemuliaan tanaman,
khususnya dalam
merakit varitas unggul yang dapat
beradaptasi baik pada kondisi naungan, guna
memenuhi harapan untuk mengembangkan
kedelai sebagai tanaman sela pada lahanlahan perkebunan dan kehutanan dengan
hasil yang tinggi dan lebih stabil. Dengan
demikian diharapkan dapat meningkatkan
produksi kedelai yang ditanam sebagai
tanaman sela dan pemanfaatan lahan
tegakan dapat dioptimalkan.

Dalam usaha merakit varietas unggul
banyak hal yang perlu diperhatikan, antara
lain adalah sifat fisiologis dari varietas.
Mekanisme proses pewarisan sifat perlu
dipelajari, sehingga keseimbangan antar sifat
tersebut dapat terwujud pada varietas yang
dihasilkan. Heritabilitas secara teori dapat
dijabarkan sebagai perbandingan antara nilai
keragaman genotipe terhadap nilai total
keragaman fenotipe. Menurut Whirter
(1979), nilai heritabilitas 50% telah
tergolong tinggi. Suatu sifat tidak dapat
ditentukan secara mutlak oleh faktor
lingkungan atau faktor genetik. Tanpa
didukung
faktor
lingkungan
yang
diperlukan, faktor genetik tidak akan
mencerminkan sifat yang dibawanya. Nilai

heritabilitas dapat mengisyaratkan, berapa
besar suatu sifat diwariskan oleh faktor
genetik atau faktor lingkungan.
Antara tanaman yang toleran
dengan tanaman yang peka di dalam
populasi F2 yang ber segregasi dapat
dibedakan bila toleransi dikendalikan oleh
satu atau dua gen mayor, dimana ragam
ketahanan akan menunjukkan sebaran yang
terputus atau diskontinu. Dalam hal seperti
itu tanaman yang tahan dapat diidentifikasi
dan diklasifikasi dalam populasi yang
memisah dan dapat dibedakan dalam dua

kategori yaitu toleran atau peka (Allard,
1960). Ketahanan sering dikendalikan oleh
banyak gen dan tidak ada perbedaan yang
jelas antara tanaman tahan dengan peka
dalam populasi memisah, disini perbedaan
lebih bersifat kuantitatif dari pada sifat

kualitatif.
Pada pewarisan karakter kuantitatif,
ragam kontinu yang terlihat pada beberapa
sifat mungkin dihasilkan oleh banyak gen
(poligen) yang masing-masing pengaruhnya
kecil
terhadap
sifat
yang
diukur.
Diperkirakan setiap gen ber segregasi bebas
tetapi peran bersamanya mempengaruhi
penampilan fenotipe secara kumulatif.
Menurut Crowder (1993) poligen adalah
gen-gen
yang
menunjukkan
sedikit
pengaruhnya pada penampakan fenotipe
dari suatu karakter, tetapi dapat saling
melengkapi untuk menghasilkan perubahanperubahan kuantitatif yang dapat diamati.
Karakter morfologi seperti tinggi
tanaman, ukuran daun, bentuk kanopi
tanaman relatif mudah diidentifikasi dan
dihitung. Oleh karena itu sering digunakan
oleh pemulia tanaman dalam studi
pewarisan sifat. Akan tetapi studi pewarisan
sifat
berdasarkan
karakter
fisiologi
fotosintetik belum banyak diketahui. Dari
hasil
penelitian
Soverda
(2010)
menunjukkan bahwa karakter fisiologi yang
dapat digunakan sebagai penciri toleransi
tanaman kedelai terhadap naungan antara
lain adalah luas daun, tebal daun, kerapatan
stomata, kandungan klorofil a, klorofil b dan
kandungan karotenoid daun. Karakter ini
dapat digunakan dalam studi pewarisan sifat
toleran terhadap naungan.
Selain melalui inti sel, suatu karakter
juga dapat diwariskan melalui sitoplasma
yang dikandung dalam sel telur pada tetua
betina yang disebut dengan efek tetua betina.
Dengan demikian jika suatu genotipa
membawa karakter yang sangat dipengaruhi
sitoplasma, maka fenotipa akan terekspresi
apabila genotipa tersebut digunakan sebagai
tetua betina. Penelitian ini bertujuan untuk

3

Jurnal Ilmu Pertanian KULTIVAR • Vol. 7 • No. 1 • Maret 2013

mempelajari konsistensi
toleran melalui karakter
serta mempelajari pola
tanaman kedelai yang
naungan

toleransi varitas
penciri toleransi
pewarisan sifat
toleran terhadap

METODE PENELITIAN
Penelitian ini dilakukan dalam dua
tahap percobaan yaitu pertama mempelajari
konsistensi toleransi varitas melalui karakter
penciri toleransi. Untuk penelitian ini
digunakan rancangan petak terbagi yang
terdiri dari 2 faktor. Faktor pertama sebagai
petak utama (main plot) adalah naungan (N)
yang terdiri dari 2 level yaitu naungan 0 %
(tanpa naungan) dan naungan 50%. Faktor
kedua sebagai anak petak (sub plot) adalah
varietas
kedelai
terdiri
dari
V1
(Petek/toleran) dan V2 (Jayawijaya/peka).
Untuk mempelajari pola pewarisan sifat,
hasil persilangan ditanam dibawah naungan
paranet 50%.
Variabel
yang diamati adalah
ketebalan daun, luas daun, kerapatan
stomata, klorofil a, klorofil b, karotenoid,
jumlah cabang primer, jumlah polong per
tanaman, jumlah polong berisi per tanaman,
100 biji, hasil per tanaman. Analisis data
untuk melihat pengaruh terhadap variabel
yang diamati, data yang dihimpun dianalisis
dengan
analisis
ragam,
kemudian
dilanjutkan dengan uji Beda Nyata Terkecil
(BNT) pada α = 5 %.
Pelaksanaan
percobaan
pola
pewarisan sifat toleransi terhadap naungan
dilakukan pada naungan 50%. Pengamatan
yang dilakukan untuk menentukan kelas
fenotipa pada populasi segregasi, analisis
pengaruh tetua betina, dan heritabilitas,
berdasarkan peubah yang mencirikan
karakter fofisiologi fotosintetik dari tanaman
toleran dan peka terhadap naungan. Hasil
pengamatan lebih lanjut dianalisis sebagai
berikut:

4

Analisis Segregasi
Populasi tanaman segregasi F2
dianalisis segregasinya yang berasal dari
tanaman toleran, semi toleran dan peka
naungan, kemudian dibandingkan dengan
cara mendel dan diuji kesesuaiannya dengan
nilai harapan, menggunakan uji Khi Kuadrat
(2) (Crowder, 1993) dengan formula
berikut:
[(O-E) – ½]2
2
 = 
E
Dimana
O = Jumlah tanaman dengan karakter
tertentu menurut hasil pengamatan
E= Jumlah tanaman dengan karakter
tertentu yang diharapkan. Rasio yang
sesuai dengan pengamatan dianggap
sebagai model pewarisan sifat toleran
terhadap naungan.
Analisis Pengaruh Tetua Betina
Dari data F1 dan F1 resiprokalnya
dihitung nilai rata-ratanya, serta ragam dan
simpangan bakunya. Nilai rata-rata F1 dan
F1 resiprokal dari setiap kombinasi
persilangan dianalisis dengan uji ‘t’ (Singh
dan Chaudary, 1979). Jika tidak terdapat
perbedaan yang nyata (‘t’ hitung lebih kecil
dari ‘t’ tabel 0.05) maka perhitungan
selanjutnya dapat digabungkan.
Heritabilitas
Untuk mengetahui heritabilitas dari
karakter
yang
diamati,
perhitungan
dilakukan dengan menggunakan konsep
heritabilitas dalam arti luas (Allard, 1960)
sebagai berikut:

H = 2g
2p
Nilai 2g dan 2p di uji melalui nilai
harapan kuadrat tengah pada analisis varan
sebagaimana yang dikemukakan oleh Mattjik
dan Sumertajaya (2006) sebagai berikut:

Nerty Soverda dan Yulia Alia : Pewarisan Sifat Tanaman Kedelai (Glycine max L. Merril)
Toleran Terhadap Naungan Melalui Karakter Fisiologi Fotosintetik

Tabel 1. Struktur tabel sidik ragam untuk
rancangan petak terbagi (Split Plot)
model acak.
Sumber
Varian

Derajat
Bebas

A
a-1
Galat (a) a (r – 1)
B

b-1

AB
(a-1) (b-1)
Galat B A(b-1) (r-1)

Kuadrat
Tengah

Nilai Harapan
Kuadrat
Tengah

KTA
KTGa
KTB
KTAB
KTGb

2e + r 2αβ +
ar2β
2e + r 2αβ
2e

Dari tabel 1 dapat diduga nilai varian
genetik (2g) pada tabel adalah 2β sebagai
berikut:
2g = KTB - KTAB
2p = 2g + 2e
= 2g + KTGb
Dimana
A = faktor naungan dan
B = faktor varietas (genotip)

HASIL DAN PEMBAHASAN
Konsistensi toleransi varietas melalui
karakter penciri toleransi
Dari
hasil
penelitian
ini
menunjukkan bahwa kedua varietas yang
diuji Petek (T) dan Jayawijaya (P) pada
naungan 50% menunjukkan bahwa pada
variabel-variabel yang diuji yaitu luas daun,
klorofil-a, klorofil-b dan klorofil total daun
terdapat perbedaan yang nyata antara varietas
Petek dan Jayawijaya. Sedangkan pada
variabel tebal daun, jumlah stomata dan
kandungan karotenoid tidak menunjukkan
perbedaan yang nyata pada kedua varietas
pada naungan 50%. Perbedaan yang didapat
pada kedua varietas serta perubahan yang
terjadi akibat pemberian naungan 50% dapat
dilihat pada tabel 1.
Pada tabel 1 dapat dilihat bahwa
pemberian naungan 50% memberikan
perbedaan yang nyata antar varietas Petek (T)
dan Jayawijaya (P) pada peubah luas daun,
klorofil-a, klorofil-b dan klorofil total. Pada

peubah tebal daun, stomata dan karotenoid
tidak menunjukkan beda yang nyata antara
varietas Petek (T) dan Jayawijaya (P). Pada
semua peubah yang diuji menunjukkan
penurunan
nilai
dengan
pemberian
naungan, baik pada varietas Petek maupun
pada Jayawijaya, kecuali kandungan klorofil
pada Petek menunjukkan peningkatan angka
dengan pemberian naungan 50%. Dari hasil
diatas menunjukkan bahwa varietas Petek
yang tergolong toleran naungan (Soverda,
2010) menunjukkan konsistensi toleransi
terhadap naungan, dimana penurunan luas
daun yang terjadi pada Petek lebih kecil
dibandingkan dengan penurunan yang
terjadi pada Jayawijaya sebagai varietas yang
peka naungan. Hal ini berarti Petek lebih
memiliki daun yang lebih luas pada naungan
dibandingkan dengan Jayawijaya.
Pada naungan 50%, ternyata varietas
Petek menunjukkan peningkatan kandungan
klorofil-a, klorofil-b dan klorofil total,
sementara
itu
varietas
Jayawijaya
menunjukkan penurunan. Keadaan ini
menunjukkan bahwa Petek dapat mentolerir
kondisi ternanung melalui peningkatan
kandungan klorofilnya. Kandungan klorofil
dapat dijadikan sebagai penciri dalam seleksi
adaptasi kedelai terhadap intensitas cahaya
rendah. Perubahan karakter morfologi dan
fisiologi daun tersebut merupakan bentuk
mekanisme adaptasi tanaman terhadap
cekaman naungan (Kisman et al., 2008).
Menurut Hale dan Orcutt (1987),
adaptasi tanaman terhadap intensitas cahaya
rendah melalui dua cara, yaitu, (a)
peningkatan luas daun untuk mengurangi
penggunaan metabolit dan (b) mengurangi
jumlah cahaya yang ditransmisikan dan yang
direfleksikan. Selanjutnya menurut Muhuria
(2006), peningkatan luas daun selain
memungkinkan peningkatan luas bidang
tangkapan, juga menyebabkan daun menjadi
lebih tipis karena sel-sel palisade hanya
terdiri dari satu atau dua lapis. Penelitian
Suharja dan Sutarno (2009), menunjukkan
bahwa hasil analisis korelasi menunjukkan

5

Jurnal Ilmu Pertanian KULTIVAR • Vol. 7 • No. 1 • Maret 2013

bahwa klorofil a berhubungan positif dengan
klorofil b dan klorofil total daun serta
berhubungan positif dengan bobot segar
tanaman cabai. Peningkatan klorofil a akan
meningkatkan klorofil b, klorofil total daun
serta bobot segar tanaman. Hal ini dapat
dipahami karena klorofil a merupakan
prekursor bagi klorofil b, sementara itu
klorofil a dan b merupakan komponen
penyusun klorofil total daun, dan sekaligus
bagian dari bobot segar tanaman.
Pewarisan Sifat Toleran Naungan
Rasio Segregasi
Uji normalitas dengan metode
Shapiro – Wilk menunjukkan bahwa nilainilai pada populasi F2 tidak menyebar
normal (Gambar 1). Hal ini merupakan
indikasi bahwa sifat toleransi terhadap
naungan merupakan karakter kualitatif,
karena itu dilakukan uji kecocokan terhadap
rasio segregasi Mendel.
Untuk analisis genetik Mendel,
toleransi dikelompokkan 3 kelas (toleran,
moderat dan peka). Analisis genetika Mendel
dilakukan dengan uji kesesuaian nisbah hasil
pengamatan dengan nisbah harapan tertentu
, dengan menggunakan uji Chi Kuadrat (2).
Uji Chi Kuadrat (2) untuk kelas-kelas rasio
segregasi karakter hasil toleransi terhadap
naungan disajikan pada tabel 2.
Klasifikasi tanaman hasil persilangan
antara genotipe toleran dengan genotipe
yang peka dilakukan dari tetua toleran
dengan tetua peka dengan kelas toleransi
yaitu hasil per tanaman > 3 g (toleran), 2,5 –
3,0 (moderat), dan 0.5 atau h2>50% adalah
tergolong tinggi (Stanfield, 1983), yang
berarti bahwa pengaruh lingkungan relarif
kecil pada karakter-karakter tersebut.
Menurut Crowder (1993), nilai
heritabilitas yang tinggi menggambarkan
ragam genetik lebih besar dari pada ragam
lingkungan. Tingginya nilai pendugaan
heritabilitas dalam arti luas ini disebabkan
karena percobaan dilaksanakan dalam
paranet dengan lingkungan yang terkontrol,
sehingga keragaman yang disebabkan oleh
faktor lingkungan dapat diperkecil. Semakin
besar keragaman yang disebabkan oleh faktor
genetik berarti peluang untuk memperbaiki
sifat toleransi terhadap naungan yang
semakin besar.
Dari hasil penelitian ini diperoleh
informasi bahwa untuk mempelajari pola
pewarisan sifat toleran tanaman kedelai
terhadap naungan dapat dilihat melalui
karakter-karakter fisiologi fotosintetiknya.
Dari penelitian ini menunjukkan bahwa
kandungan klorofil total dapat dipakai
sebagai salah satu dari karakter fotosintetik
tersebut
yang dapat digunakan sebagai
penciri toleransi terhadap naungan dan
untuk mempelajari pola pewarisan sifatnya.
Evaluasi genotipe toleran terhadap naungan
melalui pengukuran kandungan klorofil yang
dicirikan melalui hasil yang tinggi ini diduga
potensil untuk dikembangkan.

KESIMPULAN DAN SARAN
Tidak terdapat pengaruh tetua
betina pada jumlah stomata, jumlah biji per
tanaman, jumlah polong per tanaman,
jumlah polong berisi per tanaman, dan hasil
per tanaman dan berarti tetua toleran (Petek)
dapat dijadikan sebagai tetua jantan maupun
tetua betina. Untuk karakter klorofil-a,
klorofil-b, karotenoid dan bobot 100 biji
7

Jurnal Ilmu Pertanian KULTIVAR • Vol. 7 • No. 1 • Maret 2013

terdapat pengaruh tetua betina, yang berarti
bahwa Petek hanya dapat digunakan sebagai
tetua betina.
Pola pewarisan yang diamati
mengikuti pola segregasi Mendel dengan
rasio 9 : 6 : 1, menunjukkan bahwa karakter
yang dipelajari dikendalikan oleh dua gen
dengan aksi semi epistasis.
Nilai
heritabilitas yang
tinggi karena
percobaan dilakukan dalam lingkungan yang
terkontrol maka pengaruh genetik lebih
besar dari pada pengaruh lingkungan.
Saran
Untuk toleransi terhadap naungan
perlu menggabungkan gen-gen pengendali
sifat toleransi terhadap naungan.

UCAPAN TERIMA KASIH
Terima kasih penulis ucapkan
kepada Direktorat Jenderal Pendidikan
Tinggi, Departemen Pendidikan Nasional,
sesuai dengan Surat Perjanjian Pelaksanaan
Penelitian Unggulan Perguruan Tinggi (UPT)
Nomor : 20/UN21.6/PL/2012 yang telah
membiayai penelitian ini.

DAFTAR PUSTAKA
Allard, R.W. 1960. Principles of Plant
Breeding. John Wiley and Son. Inc.
New York-London. 485p.
Crowder, L.V. Terjemahan Lilik K. dan
Soetarso.
1993.
Genetika
Tumbuhan. Cetakan ke-4. Gajah
Mada University Press, Yogyakarta.
499 hal.
Hale, M.G. and D.M. Orcutt. 1987. The
Physiology of Plant under Stress. AWiley-Intercience
Publ.
John
Wiley&Sons. Inc.Virginia. 206p.
Kisman, Khumaida N, Trikoesoemaningtyas,
Sobir, Sopandie D. 2008. Karakter
Morfo-Fisiologi
Daun,
penciri
Adaptasi
Kedelai
Terhadap
8

Intensitas Cahaya Rendah. Bul.
Agron. (35) (2) 96-102.
Muhuria, L., Ning Tyas. K, Khumaida. N,
Trykoesoemaningtyas, Sopandie. D.
2006. Adaptasi Tanaman Kedelai
Terhadap Intensitas Cahaya Rendah:
Karakter Daun Untuk Efisiensi
Penangkapan Cahaya. Bul. Agron.
(34) (3) 133-140
Singh, R.K., and B.D. Caudhary. 1979.
Biometrical Methods in Quantitative
Genetic Analysis. Kaylani Publ.
Ludhiana, New Delhi.
Soverda, N., Evita dan Gusniwati. 2009.
Kajian
Dan
Implementasi
Karakter Fisiologi Fotosintetik
Tanaman
Kedelai
Toleran
terhadap
Intensitas
Cahaya
Rendah
:
Optimalisasi
Pemanfaatan Lahan Tegakan Di
Provinsi
Jambi.
Laporan
Penelitian Lembaga Penelitian
Universitas Jambi.
Soverda, N., 2011. Studi Karakteristik
Fisiolofi Fotosintetik Tanaman
Kedelai
Toleran
terhadap
Naungan. Jurnal Ilmu Pertanian
Kultivar, Vol.5 (1): hal 1-53,
Maret 2011, ISSN:1979-9721.
Stanfield, W.D. 1983. theory and Problems
of Genetics. Schaum's Outline
Series. Mac Graw Hill Book Co.
New York.
Suharja dan Sutarno. 2009. Biomassa,
Kandungan Klorofil dan Nitrogen
Daun Dua Varietas Cabai (Capsicum
annum) pada berbagai perlakuan
Pemupukan. Bioteknologi 6 (1): 1120, Mei 2009, ISSN: 0216-6887.

Nerty Soverda dan Yulia Alia : Pewarisan Sifat Tanaman Kedelai (Glycine max L. Merril)
Toleran Terhadap Naungan Melalui Karakter Fisiologi Fotosintetik

Whirter, K.S. 1979. Breeding of Cross
Pollinated Crop. In R. Knight (ed.).
A Course Normal in Plant Breeding.

Australian
vice
Chancellors
Commettee, Brisbone.

Tabel 1. Perubahan pada variabel-variabel fisiologi fotosintetik pada naungan 50%
Naungan
Perubahan
Variabel
Varietas
NR
(%)
0%
50%
Tebal Daun
Petek (T)
0,389 a
0,295 a
75,8
-24,20
A
B
Jayawijaya (P)
0,417 a
0,322 a
72,2
-22,80
A
B
Luas Daun

Petek (T)
Jayawijaya (P)

Stomata

Petek (T)
Jayawijaya (P)

Klorofil a

Petek
Jayawijaya

Klorofil b

Petek
Jayawijaya

Klorofil Total

Petek (V1)
Jayawijaya (V2)

Karotenoid

2984,2 a
A
4085,9 b
A

1894,5 a
B
2517,8 b
B

63,49

-36,51

61,61

-38,38

57,3 a
A
61,8 a
A

47,0 a
A
46,1 a
B

81,98

-18,02

74,63

-25,37

2.187 a
A
2.215 a
A

2.318 a
A
1.889 b
A

105.99

5.99

85.25

-14.75

0.810 a
A
0.795 a
A

0.921 a
A
0.7 b
A

113.70

13.70

88.05

-11.94

2.73 a
A
2.92 a
A

3.52 a
A
2.80 b
A

128.83

28.83

95.75

-4.25

Petek (V1)

1.1a
1.2a
109
9
A
A
Jayawijaya (V2)
1.1a
1.0a
90
-10
A
A
Keterangan : Angka-angka yang diikuti oleh huruf kecil yang sama pada kolom dan angka-angka
yang diikuti huruf besar yang sama pada baris berarti tidak berbeda nyata menurut
uji BNT 5%
NR = Nilai Relatif.

9

Jurnal Ilmu Pertanian KULTIVAR • Vol. 7 • No. 1 • Maret 2013

Tabel 2. Uji Chi Kuadrat untuk kelas-kelas rasio segregasi karakter hasil toleransi terhadap
naungan 50%
Rasio Teoritis
2 - hitung
2 - tabel
PxJ (1)
PxJ (2)
0.05
0.01
1:2:1
388.5**
507.1**
5.99
9.21
9:3:4
219.3**
600.4**
9:6:1
0.207ns
4.574ns
**
12 : 3 : 1
151.3
489.3**
Keterangan: ns = tidak berbeda nyata ; ** = berbeda sangat nyata
Tabel 3. Uji-t karakter-karakter yang diamati pada populasi F1 dan F1R dari persilangan Petek
x Jayawijaya dan Jayawijaya x Petek
No.
Karakter
t-hitung
1.
Tinggi tanaman
-6.E-05 ns
2.
Jumlah stomata atas
-2.E-06 ns
3.
Jumlah stomata bawah
5.E-07 ns
4.
Kandungan klorofil-a
-3.E+07 *
5.
Kandungan klorofil-b
-1.E+10 *
6.
Kandungan karotenoid
2.E+04 *
7.
Jumlah polong per tanaman
-3.E-12 ns
8.
Jumlah polong berisi per tanaman
-2.E-12 ns
9.
Hasil per tanaman
-4.E-07 ns
10.
Bobot 100 biji
-8.E+01 *
Keterangan:
ns = tidak terdapat efek tetua betina
* = terdapat efek tetua betina
Tabel 4. Nilai Duga Heritabilitas Arti Luas Karakter-karakter yang Diamati
No
Karakter
Heritabilitas
1.
Tinggi tanaman
0,93
2.
Jumlah stomata atas
0,32
3.
Jumlah stomata bawah
-0,07
4.
Kandungan klorofil-a
-0,48
5.
Kandungan klorofil-b
-0,08
6.
Kandungan karotenoid
-0,73
7.
Jumlah polong per tanaman
0.18
8.
Jumlah polong berisi per tanaman
0,09
9.
Hasil per tanaman
0,11
10.
Bobot 100 biji
0,97
*) Berdasarkan Stanfield, 1991.

10

Kriteria*
Tinggi
Sedang
Rendah
Rendah
Rendah
Rendah
Tinggi
Rendah
Rendah
Tinggi

Nerty Soverda dan Yulia Alia : Pewarisan Sifat Tanaman Kedelai (Glycine max L. Merril)
Toleran Terhadap Naungan Melalui Karakter Fisiologi Fotosintetik

Gambar 1. Uji Normalitas Populasi F2 dengan Metode Shapiro Wilk

11