Potensi Limbah Air Kolam Gurame sebagai (1)

LOMBA KARYA TULIS ILMIAH GANESA POTENSI LIMBAH AIR KOLAM GURAME SEBAGAI BAHAN PEMBUATAN PUPUK ORGANIK CAIR YANG EKONOMIS DAN RAMAH LINGKUNGAN

Diusulkan Oleh:

Muhamad Ali Shodiqi

(8635)

Zulfa Ulin Nuha

(8568)

Charis Al-Faiz

(8455)

MAN KOTA KEDIRI 3 KOTA KEDIRI JAWA TIMUR

2013

KATA PENGANTAR

Syukur alhamdulillah kami panjatkan kehadirat Allah SWT karena atas limpahan rahmat - Nya yang telah memberikan jalan dan pemikiran sehingga karya tulis yang berjudul “Potensi Limbah Air Kolam Gurame sebagai Bahan Pembuatan Pupuk Organik Cair yang Ekonomis dan Ramah Lingkungan” dapat diselesaikan.

Adalah suatu kehormatan bagi penulis untuk menyajikan karya kecil ini dalam rangka mengikuti Lomba Karya Tulis Ilmiah dalam rangka Lomba Karya Tulis Ilmiah Nasional Fordi Mapelar Universitas Brawijaya Gebrakan Aksi Nalar Pemuda Indonesia 2 (Ganesa) 2013. Pada kesempatan ini penulis tidak lupa mengucapkan terima kasih pada pihak yang telah membantu, baik secara langsung maupun tidak langsung, yaitu :

1. Bapak Sja’roni selaku kepala sekolah MAN Kota Kediri 3.

2. Bapak Achmad Zaenal Fachris, S.Pd sebagai guru pembina KIR An-Nahl MAN Kota Kediri 3.

3. Bapak Akhmad Jamil, M.Si sebagai guru pembimbing penelitian di KIR An-Nahl MAN Kota Kediri 3.

4. Bapak dan Ibu guru MAN Kota Kediri 3 yang telah banyak memberikan pengetahuan sehingga peneliti dapat menyelesaikan karya tulis ini.

5. Orangtua yang telah banyak mendukung dan memberikan sumbangan moral maupun material.

6. Teman-teman yang telah banyak memberikan dukungan kepada peneliti sehingga dapat menyelesaikan karya tulis ini.

Akhirnya penulis menyadari bahwa karya tulis ini masih jauh dari kata sermpurna. Untuk itu kritik dan saran yang membangun kebaikan karya tulis ini. Semoga karya ini dapat bermanfaat bagi kita semua. Amin.

Kediri, 27 September 2013

Penulis

iv

RINGKASAN KARYA TULIS ILMIAH

Potensi Limbah Air Kolam Gurame Sebagai Bahan Pembuatan Pupuk Organik Cair yang Ekonomis Dan Ramah Lingkungan Muhamad Ali Shodiqi, Zulfa Ulin Nuha, Charis Al Faiz

MAN KOTA KEDIRI 3

Kata Kunci : Limbah Air Kolam, Pupuk Organik Cair

Budidaya ikan gurame menghasilkan limbah air kolam yang mengandung unsur hara salah satunya nitrogen yang terdapat pada protein pelet ikan yang berpotensi untuk diolah menjadi pupuk organik cair.

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui limbah air kolam dapat digunakan sebagai pupuk organik cair dan mengetahui perbedaan percepatan pertumbuhan yang signifikan antar variasi. Sebagai objek penelitian yaitu jagung (Zea Mays) . Penelitian dilakukan di desa Banjarejo Kecamatan Ngadiluwih Kabupaten Kediri pada tanggal 31 Maret sampai 29 Juli 2013.

Metode pengumpulan data primer dilakukan dengan metode observasi kualitatif dan metode kuantitatif untuk mengamati pertumbuhan tanaman. Metode pengumpulan data sekunder dilakukan dengan studi literatur. Data yang sudah terkumpul kemudian dianalisis, direvisi, direduksi dan dari hasil akhir ditarik kesimpulan hasil penelitian

Pembuatan pupuk organik cair dilakukan dengan fermentasi limbah air kolam dengan cairan EM4 selama satu minggu. Objek penelitian ditanam dengan ketentuan lima tanaman untuk satu variasi. Variasi penelitian berjumlah enam, yaitu kelompok A diberi pupuk Urea dan NPK, kelompok B diberi pupuk Urea, kelompok C diberi pupuk organik cair 40 cc, kelompok D diberi pupuk organik cair 80 cc, kelompok E diberi pupuk organik cair 120 cc, dan kelompok F diberi limbah air kolam gurame.

Hasil penelitian menunjukan limbah air kolam gurame dapat digunakan sebagai pupuk organik cair. Terdapat unsur hara makro N, P, K di dalam pupuk organik cair. Terdapat perbedaan yang signifikan antar variabel dalam pertumbuhan tinggi tanaman jagung panjang diameter, sedangkan tidak terdapat perbedaan yang signifikan pada daun tanaman. Keunggulan pupuk organik cair dari limbah air kolam gurame diantaranya yaitu keberadaan limbah air kolam gurame sebagai bahan pupuk organik cair cukup melimpah, penggunaan pupuk organik cair dapat memberi unsur hara sesuai kebutuhan tanaman, biaya produksi pupuk organik cair sangat murah.

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar belakang

Indonesia merupakan negara agraris yang sebagian besar masyarakatnya bermata pencaharian di bidang pertanian. Visi dari petani sendiri adalah mengatur strategi bagaimana mempercepat pertumbuhan tanaman serta meningkatkan produk hasil panen, oleh karena itu diperlukan berbagai usaha. Salah satunya dapat melalui pemupukan .

Berdasarkan jenisnya, pupuk dibedakan menjadi pupuk anorganik dan organik. Pupuk organik adalah pupuk yang terbuat dari bahan organik atau makhluk hidup yang mati. Pupuk organik dilihat dari wujudnya ada 2 macam yaitu pupuk cair dan pupuk padat. Sebagian besar petani lebih memilih pupuk kimia padat karena penggunaanya lebih mudah dan sederhana, selain itu kandungan dari pupuk kimia dapat memperbaiki hasil produksi. Namun pupuk kimia kini semakin langka dan mahal harganya.

Mahalnya harga dan langkanya pupuk kimia juga dirasakan masyarakat di sekitar desa Banjarejo yang pada umumnya bekerja bidang pertanian. Selain itu masyarakat sekitar juga bekerja dibidang budidaya perikanan yaitu budidaya kolam gurame. Untuk meningkatkan produksi dan kualitas perikanan diperlukan adanya perawatan kolam. Oleh karena itu masyarakat sekitar biasanya melakukan pengurasan dan mengalirkan limbah air kolam ke lahan sekitar, sehingga dapat menyebabkan pencemaran lingkungan. Air kolam yang sudah menjadi limbah mempunyai ciri-ciri keasaman air (pH) lebih dari 8 dan suhu air yang melebihi kisaran antara 24-28 derajat C.

Air limbah kolam gurame mengandung unsur hara salah satunya nitrogen yang ada dalam protein pelet ikan yang berpotensi dapat diolah menjadi pupuk. Untuk itu diperlukan pengolahan lebih lanjut agar bisa meningkatkan nilai guna limbah air kolam dan dapat digunakan dalam jangka waktu yang berkala.

Mengetahui fenomena masyarakat tersebut, hal inilah yang melatarbelakangi peneliti menyusun karya tulis ilmiah dengan judul “Potensi Limbah Air Kolam Gurame sebagai Bahan Pembuatan Pupuk Organik Cair yang Ekonomis dan Ramah Lingkungan”. Aplikasi penelitian dilakukan dengan menggunakan limbah Mengetahui fenomena masyarakat tersebut, hal inilah yang melatarbelakangi peneliti menyusun karya tulis ilmiah dengan judul “Potensi Limbah Air Kolam Gurame sebagai Bahan Pembuatan Pupuk Organik Cair yang Ekonomis dan Ramah Lingkungan”. Aplikasi penelitian dilakukan dengan menggunakan limbah

1.2 Rumusan Masalah

Dari latar belakang diatas rumusan masalah yang diambil adalah :

1. Apakah manfaat limbah air kolam sebagai pupuk organik cair ?

2. Bagaimanakah efektivitas air limbah kolam dalam mempercepat pertumbuhan tanaman jagung (Zea Mays) ?

3. Apa keunggulan dari penggunaan pupuk organik cair?

1.3 Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah tersebut tujuan penelitian ini adalah :

1. Untuk mengetahui manfaat limbah air kolam sebagai bahan pembuat pupuk cair.

2. Untuk mengetahui efektivitas air limbah kolam dalam mempercepat pertumbuhan tanaman jagung (Zea Mays)

3. Untuk mengetahui keunggulan pengunaan pupuk organik air.

1.4 Manfaat Penelitian

1. Dapat memberikan solusi kepada masyarakat untuk meningkatkan produksi pertanian dengan pupuk yang berasal dari limbah air kolam.

2. Untuk mengetahui variabel yang menunjukan hasil yang optimal.

3. Dapat membantu masyarakat dalam mengurangi pencemaran lingkungan yang disebabkan oleh limbah air kolam.

4. Dapat memanfaatkan limbah air kolam menjadi bahan pembuat pupuk organik cair yang ekonomis dan ramah lingkungan.

BAB II KAJIAN PUSTAKA

2.1. Pengertian dan Unsur Hara di Dalam Pupuk

Pupuk adalah bahan yang ditambahkan ke dalam tanah untuk menyediakan unsur-unsur esensial bagi pertumbuhan tanaman. Pupuk mengandung bahan baku pertumbuhan dan perkembangan tanaman, sementara suplemen seperti hormon tumbuhan membantu kelancaran proses metabolisme. Ke dalam pupuk, khususnya pupuk buatan, dapat ditambahkan sejumlah material suplemen (Hadisuwito, Sukamto. 2006: 9-10).

Menurut kebutuhan tanaman, pupuk dibagi menjadi pupuk makro dan mikro. Pupuk makro adalah pupuk yang dibutuhkan tanaman dalam jumlah besar, terdiri dari unsur makro primer dan sekunder. Unsur makro primer meliputi Nitrogen (N), Pospat (P), dan Kalium (K). Berikut unsur dan kegunaan makro primer (Budiyanto, pengertian dan Macam-macam Pupuk, http://budisma.web.id/

28 maret 20013, 10:58) Unsur

Kegunaan

Nitrogen (N) Mendorong pertumbuhan daun, cabang dan batang, mendorong pertumbuhan akar,

Phosfor (P) Mempengaruhi pertumbuhan bunga dan buah

Kalium (K) Memperkokoh tubuh tanaman, dipakai oleh tanaman dalam penyerahap bahan dan energi yang dihasilkan dari fotosintessis

2.2. Pupuk Organik Cair

Berdasarkan sumber bahan yang digunakan, pupuk dibedakan menjadi pupuk anorganik dan organik. Pupuk anorganik adalah pupuk yang berasal dari bahan mineral yang telah diubah melalui proses produksi, sehingga menjadi senyawa kimia yang mudah diserap tanaman. Pupuk organik adalah pupuk yang Berdasarkan sumber bahan yang digunakan, pupuk dibedakan menjadi pupuk anorganik dan organik. Pupuk anorganik adalah pupuk yang berasal dari bahan mineral yang telah diubah melalui proses produksi, sehingga menjadi senyawa kimia yang mudah diserap tanaman. Pupuk organik adalah pupuk yang

Berdasarkan bentuknya, pupuk organik dibagi menjadi dua, yakni pupuk cair dan padat. Kelebihan dari pupuk cair adalah dapat memberikan hara sesuai dengan kebutuhan tanaman. Selain itu, pemberiannya dapat lebih merata dan kepekatannya dapat diatur sesuai dengan kebutuhan tanaman (Hadisuwito, Sukamto 2006).

2.3. Peranan Pupuk di Wilayah Indonesia

Pupuk mempunyai peranan penting dalam peningkatan produktivitas pertanian, termasuk di dalamnya komoditas padi. Penggunaan pupuk berimbang sesuai kebutuhan tanaman telah membuktikan mampu memberikan produktivitas dan pendapatan yang baik bagi petani (Direktorat Pupuk dan Pestisida, 2004).

Kenyataan di lapangan menunjukan bahwa petani cenderung tidak lagi memperhatikan penggunaan pupuk berimbang, akibat di satu sisi harga jual produk pertanian yang sangat fluktuatif dan cenderung merugikan petani, serta di sisi lain semakin mahalnya biaya produksi. Kalau kondisi ini dibiarkan berlanjut, maka akan menyebabkan sektor pertanian semakin tidak menarik bagi petani di Indonesia yang pada akhirnya berdampak terhadap ketahanan pangan nasional (Adnyana dan Kariyasa, 2000).

Kasus terjadinya kelangkaan pupuk urea merupakan fenomena yang terjadi secara berulang hampir setiap tahun. Fenomena ini merupakan kasus menyimpang dan tidak semestinya terjadi, mengingat produksi Urea dalam negeri jauh melebihi kebutuhan. Bahkan Indonesia merupakan eksportir utama Urea, sementara distribusinya dikendalikan pemerintah dengan kebijakan yang lengkap untuk menjamin ketersediaan pupuk dengan HET di kios pengecer di seluruh pedesaan Indonesia (Simatupang, 2004).

2.4. Kolam Gurame

Berdasarkan pengertian teknis (Susanto, 1992), kolam merupakan suatu perairan buatan yang luasnya terbatas dan sengaja dibuat manusia agar mudah Berdasarkan pengertian teknis (Susanto, 1992), kolam merupakan suatu perairan buatan yang luasnya terbatas dan sengaja dibuat manusia agar mudah

Suhu udara pada kolam gurame berkisar antara 24,5 – 38 °C. Kelembaban udara pada kolam gurame berkisar antara 49,8 – 73,6 %, Terlihat bahwa kelembaban udara terendah mencapai angka di bawah 50% padahal lingkungan kolam terdapat banyak air. Hal ini dipengaruhi oleh kejernihan dan kedalaman air sebagaimana hukum Beer Lambert. Air kolam gurame yang lebih keruh menjadikan cahaya yang mengenai kolam gurame diserap banyak, hal ini mengakibatkan suhu air kolam gurame tinggi. Suhu air yang tinggi memicu penguapan air lebih banyak, sehingga didapatkan kelembaban terendah pada kolam gurame masih tinggi (Direktorat Jenderal Perikanan Budidaya, 2011).

Tanah yang baik untuk kolam pemeliharaan adalah jenis tanah liat/lempung, tidak berporos dan cukup mengandung humus. Jenis tanah tersebut dapat menahan massa air yang besar dan tidak bocor sehingga dapat dibuat pematang/dinding kolam. Kemiringan tanah yang baik untuk pembuatan kolam berkisar antara 3-5% untuk memudahkan pengairan kolam secara gravitasi. Ikan gurame dapat tumbuh normal, jika lokasi pemeliharaan berada pada ketinggian 50-400 m dpl. Kualitas air untuk pemeliharaan ikan gurame harus bersih dan dasar kolam tidak berlumpur, tidak terlalu keruh dan tidak tercemar bahan-bahan kimia beracun, dan minyak/limbah pabrik. Kolam dengan kedalaman 70-100 cm dan sistem pengairannya yang mengalir sangat baik bagi pertumbuhan dan perkembangan fisik ikan gurame. Untuk pemeliharaan secara tradisional pada kolam khusus, debit air yang diperkenankan adalah 3 liter/detik, sedangkan untuk pemeliharaan secara polikultur, debit air yang ideal adalah antara 6-12 liter/detik. Keasaman air (pH) yang baik adalah antara 6,5-8. Suhu air yang baik berkisar antara 24-28 derajat C (http://www.iptek.net.id). Jenis kolam yang umum dipergunakan dalam budidaya ikan gurame antara lain:

1. Kolam penyimpanan induk Kolam ini berfungsi untuk menyimpan induk dalam mempersiapkan kematangan telur dan memelihara kesehatan induk, kolam berupa kolam tanah yang luasnya sekitar 10 meter persegi, kedalamam minimal 50 cm dan kepadatan kolam induk

20 ekor betina dan 10 ekor jantan.

2. Kolam pemijahan Kolam berupa kolam tanah yang luasnya 200/300 meter persegi dan kepadatan kolam induk 1 ekor memerlukan 2-10 meter persegi (tergantung dari sistim pemijahan). Adapun syarat kolam pemijahan adalah suhu air berkisar antara 24-28 derajat C; kedalaman air 75-100 cm; dasar kolam sebaiknya berpasir. Tempatkan sarana penempel telur berupa injuk atau ranting-ranting.

3. Kolam pemeliharaan benih/kolam pendederan Luas kolam tidak lebih dari 50-100 meter persegi. Kedalaman air kolam antara 30-50 cm. Kepadatan sebaiknya 5-50 ekor/meter persegi. Lama pemeliharaan di dalam kolam pendederan/ipukan antara 3-4 minggu, pada saat benih ikan berukuran 3-5 cm.

4. Kolam pembesaran Kolam pembesaran berfungsi sebagai tempat untuk memelihara dan membesarkan benih selepas dari kolam pendederan. Adakalanya dalam pemeliharaan ini diperlukan beberapa kolam jaring 1,25 –1,5 cm. Jumlah penebaran bibit sebaiknya tidak lebih dari 10 ekor/meter persegi.

2.5. Limbah Air Kolam Gurame

Hasil akhir dari suatu proses metabolisms protein yang tidak menguntungkan adalah amoniak (NH3). Perubahan kandungan amoniak dalam suatu perairan hendaknya tidak mendadak sehingga ikan dapat menyesuaikan diri. Perubahan kandungan amoniak yang mendadak akan menyebabkan jaringan insang ikan rusak sehingga ikan bisa mati. Batas krisis ikan terhadap kandungan amoniak terlarut dalam media pemeliharaan adalah 0,6 mg/l. namun masih ada gurame yang toleran dengan tingkat 3,8 mg/l pada sushu 30 derajat celcius sebagai batas kritisnya. Gurame mempunyai toleransi pada kadar 1 mg/l, tetapi kandungan oksigen terlarut harus di atas 5 mg/l. (R. Eko Prihartono, 2004).

2.6. Pemanfaatan Kolam

Pada a walnya kegiatan budidaya ikan dilakukan secara sederhana dengan membangun kolam di belakang rumah untuk mencukupi kebutuhan pangan sendiri. Namun tingginya permintaan ikan air tawar memacu perkembangan teknik budidaya untuk mendapatkan hasil produksi yang maksimal. Saat ini kegiatan budidaya ikan di kolam merupakan salah satu usaha dan mata pencaharian yang menguntungkan masyarakat (Puspita, Lani dkk 2005:37).

Sejumlah petani di Gunungkidul, Yogyakarta memanfaatkan air limbah kolam ikan sebagai pengganti pupuk. Proses tersebut dilakukan seiring berkembangnya budidaya ikan di daerah tersebut. Air limbah kolam ikan bagi sebagian masyarakat biasanya akan dibuang ke aliran sungai. Namun petani di desa Plembutan, kabupaten Gunungkidul malah menggunakannya sebagai pupuk. Hasilnya, selain tanaman dapat tumbuh subur, air limbah tersebut dapat mengganti pupuk kimia. Sehingga pengeluaran petani dapat dihemat hingga Rp 500 ribu untuk setiap lahan persawahan. Teknologi tersebut diharapkan dapat dilirik pemerintah. Sebab selain menguntungkan, teknologi tersebut juga dapat melepas ketergantungan terhadap produk berbahan kimia. (Metro TV, Petani Gunung Kidul Ubah Air Limbah Jadi Pupuk, 16 Maret, 12:13)

2.7. Morfologi Jagung (Zea Mays)

Jagung atau zea mays L. merupakan tanaman semusim yang berasal dari famili poaceae . Satu siklus hidupnya diselesaikan dalam 80-150 hari, namun terkadang dapat lebih cepat atau lebih pendek tergantung lama penyinaran dan suhu (Pursegloves 1975).

Akar jagung tergolong akar serabut yang dapat mencapai kedalaman 8 m meskipun sebagian besar berada pada kisaran 2 m. Pada tanaman yang sudah cukup dewasa muncul akar adventif dari buku-buku batang bagian bawah yang membantu menyangga tanaman tegak. Batangnya padat dan tingginya bervariabel dari 1 - 6 meter, tetapi umumnya 2 – 3 meter. Diameter batangnya 3 - 4 meter yang memiliki ruas. Daunnya tumbuh pada selang-seling di pinggiran batang, sekitar 8 – 21 helai.

2.8. Pertumbuhan Jagung (Zea Mays)

Jagung merupakan tanaman yang dapat beradaptasi baik dengan lingkungannya. Tanaman ini dapat dijumpai mulai dari lintang 550N sampai 400S dan mulai atas permukaan laut sampai ketinggian 4000 meter (Goldsworthy 1974 dalam Fisher & Palmer 1983). Untuk pertumbuhan optimal, jagung membutuhkan suhu rata-rata 24 0C selama periode pertumbuhan (Leng & Aldrich 1972, Martin et al. 1976, Muhadjir et al. 1977 dalam Muhadjir 1988).

Tanaman jagung tumbuh optimal pada pH tanah 6-7 dengan suhu udara berkisar 22-26°C. Ketinggian tempat untuk pertumbuhan optimal tanaman jagung antara 200-800 mdpl, meskipun tanaman jagung masih dapat tumbuh dan berproduksi dengan baik di daerah berketinggian sampai 1800 mdpl. Selama pertumbuhannya, tanaman jagung membutuhkan sinar matahari penuh tanpa naungan. Tanaman jagung membutuhkan pemberian pupuk nitrogen dalam jumlah tinggi selama berlangsungnya proses budidaya jagung karena tanaman jagung termasuk

terhadap nitrogen (petunjukbudidaya.blogspot.com, 29 Juli 21:10) Kebutuhan air terbanyak dibutuhkan pada fase pembungaan dan pengisian biji. Dalam hal ini distribusi curah hujan lebih penting daripada total curah hujan. Menurut penelitian diketahui bahwa penurunan hasil akibat kekeringan mencapai

15 % (Muhadjir 1988). Untuk mengatasi kekeringan disarankan untuk menanam jagung pada awal musim hujan atau menjelang musim kemarau (Dan bila terlalu tinggi intensitas hujan maka hasil yang diperoleh tidak optimum. Hal ini disebabkan oleh leaching yang dapat memiskinkan tanah melalui degradasi struktur, erosi, dan pencucian nitrogen dan unsur hara lainnya (Moentono 1993).

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

3.1 Waktu dan Tempat Penelitian

Waktu penelitian yang diperlukan mulai penentuan judul sampai penyelesaian karya tulis ilmiah memerlukan waktu kurang lebih selama empat bulan terhitung mulai 31 Maret 2013 hingga 29 Juli 2013. Waktu untuk fermentasi limbah air kolam dengan campuran EM4 dilakukan selama tujuh hari. Eksperiman pemberian pemberian pupuk cair yaitu hasil fermentasi limbah air kolam dan EM4 ke tanaman jagung. Tempat penelitian dilakukan di beberapa tempat, yaitu :

1. Rumah peneliti yaitu di dusun Trate Desa Banjarejo Kecamatan Ngadiluwih Kabupaten Kediri sebagai lokasi eksperimen fermentasi limbah air kolam dan pengamatan tanaman jagung.

2. MAN Kota Kediri 3 Jalan Letjen Soeprapto No. 58 Kediri sebagai tempat pengolahan data.

3.2 Alat dan Bahan

Adapun bahan dan alat yang digunakan dalam percobaan ini adalah :

3.2.1 Alat :

a. Botol air mineral ukuran dua liter

d. Penggaris

b. Gelas ukur

e. Timba

c. Cangkul

f. Benang

3.2.2 Bahan :

a. Limbah air kolam gurame

d. Tanah

b. Cairan EM4

e. Pupuk kompos

c. Benih jagung

f. Polybag

3.3 Sampel Penelitian

Sampel yang digunakan dalam eksperimen ini adalah limbah air kolam gurame yang didapat dari salah satu peternak ikan gurame yang berada di dusun Trate Desa Banjarejo Kecamatan Ngadiluwih Kabupaten Kediri.

3.4 Metode Penelitian

Dalam penelitian ini metode yang digunakan untuk pengujian hipotesis adalah metode eksperimen, Sebagai objek penelitian yaitu jagung (Zea Mays) . Pembuatan pupuk organik cair dilakukan dengan fermentasi limbah air kolam dengan cairan EM4 selama satu minggu. Objek penelitian ditanam dengan ketentuan lima tanaman untuk satu variabel. Variabel penelitian berjumlah enam, yaitu :

Tabel 1 : No

Variabel

Keterangan

1 A Urea+NPK (1:1)

2 B Urea

6 F Limbah Air Kolam

 Keterangan :  POC

= Pupuk Organik Cair dari Limbah Air Kolam Gurame

3.5 Prosedur Penelitian

Prosedur penelitian dalam eksperimen ini terbagi menjadi empat tahap, yaitu :

1. Tahap pembuatan pupuk cair dari limbah air kolam gurame

a. Pengambilan air limbah kolam gurame Dilakukan pengambilan sampel limbah air kolam gurame sebanyak dua liter yang telah melewati batas waktu masa ganti untuk kolam gurame kurang lebih dua minggu.

b. Fermentasi air limbah air kolam Gurame dengan EM4 Fermentasi limbah air kolam dan cairan EM4 selama satu minggu, ketentuan pemberian EM4 yaitu 20-50 cc/satu liter limbah air kolam. Disimpan di botol ukuran dua liter dan kedap udara untuk mempercepat proses fermentasi. Setelah proses fermentasi, pupuk organik cair dari limbah air kolam gurame siap digunakan.

2. Tahap penanaman tanaman jagung

a. Pengambilan tanah dengan pupuk kompos

Dilakukan pengambilan tanah sebagai media penanaman dengan menggunakan cangkul, kemudian dicampur pupuk kompos dengan perbandingan 1 : 1. Masukkan tanah kedalam 30 polybag yang telah disiapkan.

b. Penanaman benih jagung Pertama dilakukan pemilihan benih jagung hibrida kualitas unggul. Kemudian melubangi tanah pada setiap polybag. Masukkan benih jagung kedalam lubang tanah. Tutup kembali tanah yang sudah terisi oleh benih jagung.

3. Tahap pemeliharaan tanaman jagung

a. Penyiraman Penyiraman dilakukan satu kali sehari untuk menjaga kelembaban tanah, bila hujan tidak dilakukan penyiraman. Penyiraman dilakukan sejak tahap penanaman.

b. Pemupukan Dilakukan eksperimen empat kali pemupukan dan melakukan pengamatan sampai masa panen, berupa pemberian pupuk cair dan pupuk padat pada tanaman jagung dengan ketentuan yang telah disebutkan diatas.

4. Tahap pengamatan dan pengumpulan data Teknik pengumpulan data primer dilakukan dengan metode observasi kualitatif untuk menentukan kualitas tanaman dan metode kuantitatif untuk menghitung pertumbuhan tanaman setiap minggu sampai masa panen. Teknik pengumpulan data sekunder dilakukan dengan studi literatur. Data yang sudah terkumpul kemudian dianalisis dengan dilakukan uji statistik untuk mengetahui hasil yang paling optimum. Hasil analisis kemudian direvisi, direduksi dan dari hasil akhir ditarik kesimpulan hasil penelitian.

3.6 Teknik Analisis Data

Setelah dilakukan eksperimen, dilakukan pengamatan terhadap tumbuhan jagung (Zea Mays). Pengamatan yang dilakukan yaitu berupa pertumbuhan tinggi, diameter, dan jumlah daun.

3.6.1 Pengukuran Diameter Tanaman

Pengukuran pertumbuhan jagung (Zea Mays) diasumsikan bahwa jagung berbentuk lingkaran sempurna sehingga pengukuran pertumbuhan jagung (Zea Mays) mempergunakan satuan luas lingkaran dimana sebelumnya telah dihitung diameter tanaman jagung.

3.6.2 Uji beda Rata-Rata Seluruh Variabel (Uji F)

Untuk melakukan analisa data hasil pertumbuhan jagung, digunakan uji statistik F atau Fisher test yang disebut juga dengan uji analisis ragam atau ANOVA (Analysis of Variance). Uji F digunakan untuk mencari perbedaa antara nilai rata-rata atau nilai kelompok data dan menganalisa bagaimana pengaruh perlakuan terhadap kelompok uji.

Dalam uji ini menggunakan rumus atau kuadrat standar deviasi. Untuk taksiran pertama dinyatakan

sebagai taksiran kedua. Dimana :

Sedangkan taksiran kedua

dengan rumus :

Setelah diketahui dan maka cara mengetahui F hitung menggunakan rumus berikut:

Setelah Fh diketahui, selanjutnya menentukan db pembilang dan db penyebut agar dapat mengetahui Ft pada tabel F. Bandingkan antara Ft atau Fh yang mempunyai nilai lebih tinggi untuk menentukan H 0 diterima atau ditolak.

 db pembilang

= (k-1)

 db penyebut

=k(n-1)

Keterangan : = Kuadrat standar deviasi

= Rata-rata xk = Besar nilai masing-masing variabel

= Banyaknya variabel

= Banyaknya percobaan yang dilakukan

= Taksiran pertama

= Taksiran kedua

S = Selisih nilai masing-masing variabel dengan rata-rata Fh = F hitung

Ft

= F tabel = variabel

= jumlah variabel Dalam menguji beda rata-rata menggunakan uji F atau Fisher test dengan menggunakan tabel F.

 Terima H 0 jika F tabel > F hitung, artinya diantara keseluruhan variabel tidak terdapat perbedaan yang signifikan.

 Tolak H 0 jika F tabel < F hitung, artinya diantara keseluruhan variabel terdapat perbedaan yang signifikan.

3.7 Skema Penelitian

Pengambilan Limbah Air Kolam

Fermentasi Limbah Air Kolam dengan Cairan EM4

Pupuk Organik Cair

Urea+NPK Urea

Air Kolam

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

4.1 Pertumbuhan Tanaman Jagung (Zea Mays) Setelah melakukan pengamatan sampai masa panen, diperoleh data pertumbuhan tinggi (cm), diameter (cm), dan jumlah daun tanaman jagung (Zea Mays) sebagai berikut :

4.1.1 Tabel 1 Rata-Rata Pertumbuhan Tinggi Seluruh Variabel Tanaman

Jagung (Zea Mays) Rata-Rata Per

No Variabel

Variabel ( xk )

Rata-Rata ( x )

 Keterangan :

= Rata-Rata Tinggi Tanaman Jagung

4.1.2 Tabel 2 Rata-Rata Pertumbuhan Panjang Diameter Seluruh Variabel

Tanaman Jagung (Zea Mays)

Rata-Rata Per

No Variabel

Variabel ( xk )

Rata-Rata ( x )

 Keterangan :

= Rata-Rata Pertumbuhan Panjang Diameter Tanaman Jagung

4.1.3 Tabel 3 Rata-Rata Pertumbuhan Jumlah Daun Tanaman Jagung (Zea

Mays)

Rata-Rata Per

No Variabel

Variabel ( xk )

Rata-Rata ( x )

 Keterangan :

= Rata-Rata Pertumbuhan Daun Tanaman Jagung

4.2 Uji Beda Rata-Rata dengan Fisher Test (Uji F)

Untuk melakukan analisis data, peneliti menggunakan uji beda rata-rata statistik F (Fisher Test) sebagai berikut :

4.2.1 Uji F Terhadap Tinggi Tanaman Jagung

4.2.1.1  db pembilang (k-1) = (6-1) = 5

 db penyebut k(n-1) = 6(5-1) = 24  Jadi Ft

Keterangan :  Hasil uji : F tabel < F hitung

 Keputusan : terima H 1

 Kesimpulan : terdapat perbedaan yang signifikan

4.2.2 Uji F Terhadap Diameter Tanaman Jagung

4.2.1.2  db pembilang (k-1) = (6-1) = 5

 db penyebut k(n-1) = 6(5-1) = 24  Jadi Ft

Keterangan :  Hasil uji : F tabel > F hitung

 Keputusan : tolak H 1

 Kesimpulan : terdapat perbedaan yang signifikan

4.3 Tabel 4 Hasil Uji Laboratorium dan Perbandingan Kadar Unsur Hara

Setelah dilakukan uji laboratorium yang dilakukan peneliti di Laboratorium Kimia Universitas Muhammadiyah Malang diperoleh data berupa kadar N, P, K pada pupuk organik cair (POC) dari limbah air kolam. Dan berikut beserta perbandingan dengan salah satu produk pupuk organik cair MASAGRI, sebagai berikut :

Kadar (g/100) NO

Pupuk Organik Cair P 2 O 5 K 2 O

1. Pupuk Limbah Air Kolam

2. Pupuk Organik Cair

4.4 Tabel 5 Perbandingan Analisis Biaya

Setelah melakukan analisis biaya pembuatan pupuk limbah air kolam dengan pupuk cair maka didapat hasil sebagai berikut:

Pupuk

Pupuk Organik No.

Harga Cair/Liter

1. Pupuk Cair Rp 150.000,00 (pabrik)

2. Limbah Air kolam

Rp 0,-

Total Harga

Rp 18.000

Total Harga

Rp 150.000,00

4.5 Limbah Air Kolam Gurame dapat Dimanfaatkan sebagai Pupuk Organik Cair

Limbah air kolam gurame merupakan salah satu larutan yang mengandung berbagai nutrisi makanan di dalamnya. Kandungan tersebut salah satunya adalah lemak dan protein yang terkandung pada pelet pakan ikan yang kemudian terlarut dalam air. Selain dari pelet ikan, sumber nutrisi lainnya di dapat dari kotoran ikan gurame. Kehidupan ikan di kolam secara rutin mengeluarkan kotoran. Ini sesuatu yang sifatnya fisiologis. Pada tingkat tertentu dan kurun waktu tertentu pula, produk kotoran ini menjadi patologis, karena bertumpuknya kotoran menimbulkan polusi, dan kondisi diperburuk dengan adanya sisa makanan yang tidak termakan. Kotoran ikan gurame ini banyak mengandung bahan organik yang berpotensi dapat diolah kembali lebih lanjut.

Limbah air kolam gurame dapat dimanfaatkan menjadi pupuk organik cair setelah dicampur dengan EM-4. Hal ini dikarenakan limbah air kolam gurame mengandung zat-zat yang dapat membantu proses pertumbuhan suatu tanaman. Penambahan EM-4 ditujukan untuk menguraikan limbah secara biologis yakni dengan fermentasi. Fermentasi tersebut dimaksudkan memberikan kesempatan mikroorganisme efektif untuk aktif dan berkembangbiak lebih banyak sehingga dapat bekerja dengan efisien dan optimal dalam proses penguraian limbah. Sehingga limbah air kolam gurame dapat dijadikan sebagai pupuk organik cair.

4.5.1 Hasil Uji Laboratorium Pupuk Organik Cair dari Limbah Air Kolam Gurame

Tanaman memerlukan nutrisi sebagai sumber energi dan sintesis berbagai komponen sel. Nutrisi yang dibutuhkan tanaman dalam jumlah banyak (makronutrien) diantaranya nitrogen (N), fosfor (P), dan kalium (K). Protein menjadi salah satu komponen dalam pelet ikan mengandung senyawa nitrogen. Jumlah protein yang terdapat dalam pelet ikan berkisar 30%-40%. Senyawa nitrogen yang terlarut dalam air kolam merupakan salah satu senyawa organik yang dibutuhkan untuk mendorong pertumbuhan tanaman.

Pupuk organik cair dari limbah air kolam gurame diketahui mengandung senyawa nitrogen (N), fosfor (P), dan kalium (K) yang dibutuhkan pupuk untuk tanaman. Hal ini bisa dibuktikan pada table hasil uji Pupuk organik cair dari limbah air kolam gurame diketahui mengandung senyawa nitrogen (N), fosfor (P), dan kalium (K) yang dibutuhkan pupuk untuk tanaman. Hal ini bisa dibuktikan pada table hasil uji

Dari tabel 4.3 diketahui hasil uji laboratorium kadar N, P, K pupuk organik cair limbah air kolam. Dapat diketahui juga perbandingan kadar N,P,K pupuk organik cair limbah air kolam dengan pupuk organik cair Masagri. Perbandingan kadar Nitrogen menunjukkan perbandingan 5:1 antara pupuk organik cair limbah air kolam dengan pupuk organik cair Masagri. Hal tersebut menunjukkan bahwa pupuk limbah air kolam mempunyai kadar Nitrogen 0,5 % yang dapat mempercepat pertumbuhan tanaman. Selain itu kandungan fosfor dan kalium pada pupuk limbah air kolam menunjukan kadar yang tidak kalah jauh dengan pupuk organik cair Masagri.

4.5.2 Hasil Eksperimen Pemberian Pupuk Organik Cair dari Limbah Air

Kolam Gurame pada Tanaman Jagung (Zea Mays) Setelah proses pembuatan pupuk organik cair dari limbah air kolam yang di fermentasi dengan EM-4, peneliti melakukan eksperimen berupa pemberian pupuk organik cair pada tanaman jagung (Zea Mays) , hal ini untuk membuktikan secara langsung bahwa limbah air kolam gurame dapat dimanfaatkan sebagai pupuk organik cair.

Latar belakang peneliti melakukan eksperimen pada tanaman jagung adalah karena tanaman jagung dapat tumbuh optimal pada pH tanah 6-7 dengan suhu udara berkisar 22-26°C. Ketinggian tempat untuk pertumbuhan optimal tanaman jagung antara 200-800 mdpl, meskipun tanaman jagung masih dapat tumbuh dan berproduksi dengan baik di daerah berketinggian sampai 1800 mdpl. Selama pertumbuhannya, tanaman jagung membutuhkan sinar matahari penuh tanpa naungan. Tanaman jagung membutuhkan pemberian pupuk nitrogen dalam jumlah tinggi selama berlangsungnya proses budidaya jagung karena tanaman jagung termasuk tanaman sensitif dan rakus terhadap nitrogen. (petunjukbudidaya.blogspot.com). Hal ini sesuai dengan tempat peneliti melakukan eksperimen di Desa Banjarejo Ngadiluwih Kediri.

Setelah melakukan penanaman benih jagung jenis hibrida di dalam polybag, peneliti melakukan pengamatan selama masa pertumbuhan sampai panen. Hasil data pertumbuhan atau pertambahan pada tinggi, diameter, dan jumlah daun tanaman jagung (Zea Mays) dapat diketahui pada table pertumbuhan tanaman 4.1.1 sampai 4.1.3.

Berdasarkan tabel 4.1.1 pertumbuhan tinggi tanaman jagung (Zea Mays) , dapat disimpulkan bahwa terdapat perbedaan hasil pertumbuhan antar variabel. Tanaman jagung pada variabel A, B, C, D, dan E mengalami pertumbuhan yang lebih cepat dibandingkan dengan variabel F yang hanya diberi limbah air kolam saja. Hal ini dikarenakan pada variabel A, B, C, D, dan E diberikan perlakuan yang tidak sama dengan variabel F tersebut. Perlakuan yang dimaksud adalah penambahan pupuk. Pupuk Urea dan NPK untuk variabel A, pupuk Urea untuk variabel B, dan pupuk organik cair dari limbah air kolam pada variabel C, D, dan E.

Pertumbuhan tinggi tanaman jagung (Zea Mays) yang menunjukan hasil optimal ditunjukkan oleh variabel E yaitu pemberian pupuk organik cair dari limbah air kolam gurame sebanyak 120 cc. Hal ini bisa dibuktikan berdasarkan hasil data table 4.1.1.1 yaitu table rata-rata tinggi seluruh variabel setelah dilakukan pengamatan sampai masa panen. Tanaman jagung (Zea Mays) pada variabel E menunjukan nilai hasil rata-rata variabel pertumbuhan paling tinggi yaitu 26,3 cm. Sedangkan variabel A, B, C, D, F menunjukan hasil rata-rata pertumbuhan lebih kecil atau lambat, hal ini dikarenakan tanaman jagung (Zea Mays) pada variabel E memperoleh perlakuaan pemberian pupuk organik cair paling banyak yaitu 120 cc. Pupuk organik cair ini sangat berperan dalam pertumbuhan akar dan batang tanaman pada masa awal pertumbuhan. Semakin tinggi kadar atau jumlah nitrogen dalam pupuk, semakin bagus untuk pertumbuhan tanaman jagung (Zea Mays) .

Pada pengamatan terhadap pertambahan panjang diameter tanaman jagung, dapat disimpulkan berdasarkan table 4.1.2 bahwa terdapat perbedaan hasil pertumbuhan diameter tanaman antar variabel. Data table 4.1.2 menunjukan tanaman jagung variabel A dan B menghasilkan variabel Pada pengamatan terhadap pertambahan panjang diameter tanaman jagung, dapat disimpulkan berdasarkan table 4.1.2 bahwa terdapat perbedaan hasil pertumbuhan diameter tanaman antar variabel. Data table 4.1.2 menunjukan tanaman jagung variabel A dan B menghasilkan variabel

Pertumbuhan diameter tanaman jagung (Zea Mays) yang menunjukan hasil optimal ditunjukkan oleh variabel A yaitu pemberian pupuk kimia lengkap Urea dan NPK. Hal ini bisa dibuktikan berdasarkan hasil data table

4.1.2 yaitu table rata-rata diameter seluruh variabel ( xk ) setelah dilakukan pengamatan sampai masa panen. Tanaman jagung (Zea Mays) pada variabel

A menunjukan nilai hasil rata-rata variabel pertumbuhan paling tinggi yaitu 0,41 cm. Sedangkan variabel A, B, C, D, F menunjukan hasil rata-rata pertumbuhan lebih kecil atau lambat. Hal ini dikarenakan pada variabel A, tanaman mendapat unsur hara yang lebih dari pupuk Urea dan NPK.

Berdasarkan pada table 4.1.3 yaitu table pertumbuhan jumlah daun tanaman jagung (Zea Mays) , tidak terdapat perbedaan jumlah daun yang signifikan antar variabel. Namun dapat disimpulkan bahwa terdapat perbedaan hasil pertumbuhan antar variabel A, B, C, D, dan E yang memiliki rata-rata jumlah daun lebih banyak dibandingkan dengan variabel F. Hal ini dikarenakan pada variabel A, B, C, D, dan E diberikan perlakuan yang tidak sama dengan variabel F tersebut. Perlakuan yang dimaksud adalah penambahan pupuk. Pupuk Urea dan NPK untuk variabel A, pupuk Urea untuk variabel B, dan pupuk organik cair dari limbah air kolam pada variabel C, D, dan E. Sedangkan pada variabel F hanya diberi limbah air kolam saja, hal ini mengakibatkan tanaman jagung kekurangan unsur hara yang dapat mempengaruhi jumlah daun pada tanaman jagung (Zea Mays) .

4.6 Efektifitas Pupuk Organik Cair dari Limbah Air Kolam Gurame pada

Tanaman Jagung (Zea Mays) Hasil uji laboratorium di Universitas Muhamadiyah Malang menunjukan adanya unsur hara dalam pupuk organik cair yang dapat membantu pertumbuhan. Setelah melakukan eksperimen dan data hasil pengamatan terkumpul, peneliti melakukan analisa statistik untuk mengetahui bagaimana efektifitas pupuk organik cair dari limbah air kolam gurame. Setelah melakukan uji beda rata-rata atau uji statistik F (Fisher Test), diketahui hasil analisa statistic.

4.6.1 Terdapat Perbedaan yang Signifikan pada Pertumbuhan Tinggi Tanaman Jagung (Zea Mays) di Setiap Variabel

Dari hasil uji statistik beda rata-rata (Fisher Test), dapat diketahui bahwa terdapat perbedaan pertumbuhan tinggi yang signifikan antar variabel eksperimen tanaman jagung. Dari analisa statistik ini dapat diketahui masing-masing variabel memiliki intensitas pertumbuhan tinggi yang tidak sama.

Dari hasil perhitungan, diketahui F hitung dari pertumbuhan tinggi jagung yaitu 3,9. Untuk F table dengan derajat kebebasan 0,05 bernilai 5,24 itu berarti F table lebih besar dari F hitung, sehingga masih belum terdapat perbedaan yang signifikan antar variabel. Namun untuk F table dengan derajat kebebasan 0,1 yang bernilai 2,1 dan F table dengan derajat kebebasan 0,01 bernilai 3,89 dapat disimpulkan bahwa terdapat perbedaan pertumbuhan tinggi yang signifikan antar variabel, karena F hitung lebih besar dari F table.

4.6.2 Terdapat Perbedaan yang Signifikan pada Pertumbuhan Panjang Diameter Tanaman Jagung (Zea Mays) di Setiap Variabel

Dari hasil uji statistik beda rata-rata (Fisher Test), dapat diketahui bahwa terdapat perbedaan pertumbuhan diameter yang signifikan antar variabel eksperimen tanaman jagung. Hal ini dapat diketahui dari hasil analisa perhitungan uji F.

Dari hasil analisis data, diketahui F hitung bernilai 55,55. Untuk F table dengan derajat kebebasan 0,05 bernilai 5,24. Sedangkan untuk F table dengan derajat kebebasan 0,1 bernilai 2,1 dan F table dengan derajat kebebasan 0,01 bernilai 3,89. Dapat disimpulkan F table lebih besar dari F hitung atau H 1 Dari hasil analisis data, diketahui F hitung bernilai 55,55. Untuk F table dengan derajat kebebasan 0,05 bernilai 5,24. Sedangkan untuk F table dengan derajat kebebasan 0,1 bernilai 2,1 dan F table dengan derajat kebebasan 0,01 bernilai 3,89. Dapat disimpulkan F table lebih besar dari F hitung atau H 1

4.7 Keunggulan dan Kelemahan Pupuk Organik Cair dari Limbah Air Kolam Gurame

Limbah air kolam sebagai pupuk organik cair sangat mudah diproduksi. Pupuk organik cair dari limbah air kolam gurame ini diharapkan mampu membantu sektor pertanian, selain itu warga yang mempunyai budidaya ikan dapat menambah pengetahuan untuk mengolah limbah air kolam yang selama ini dianggap tidak bermanfaat. Di dalam penelitian ini, pupuk organik cair dari limbah air kolam mempunyai keunggulan dan kelemahan yang pada masa depan masih bisa diatasi.

4.7.1 Limbah Air Kolam Gurame sebagai Bahan Pupuk Organik Cair Cukup Melimpah Terdapat di Masyarakat

Budidaya ikan di kolam merupakan salah satu usaha yang sudah banyak terdapat di wilayah Indonesia. Pada a walnya kegiatan budidaya ikan dilakukan secara sederhana dengan membangun kolam di belakang rumah untuk mencukupi kebutuhan pangan sendiri. Namun tingginya permintaan ikan air tawar memacu perkembangan teknik budidaya untuk mendapatkan hasil produksi yang maksimal. Saat ini kegiatan budidaya ikan di kolam merupakan salah satu usaha dan mata pencaharian yang menguntungkan masyarakat (Puspita, Lani dkk 2005:37). Budidaya ikan ini tentunya menghasilkan limbah air kolam yang kemudian dibuang dan jarang dimanfaatkan. Limbah air kolam yang cukup melimpah ini dapat dimanfaatkan kembali menjadi pupuk organik cair agar tidak mencemari lingkungan sekitar. Diantaranya polusi udara karena bau limbah yang tidak teratasi.

Pupuk organik cair dari limbah air kolam ini sangat berpotensi menjadi alternatif masyarakat mengatasi pupuk kimia yang sudah dianggap langka. Keberadaan limbah air kolam gurame yang cukup melimpah dapat mendorong masyarakat sekitar mampu memproduksi pupuk organik cair. Dengan modal biaya yang tidak banyak, masyarakat dapat memperoleh penghasilan dari produksi pupuk organik cair. Selain itu, pupuk organik cair ini dapat menjadi alternatif masyarakat mengurangi penggunaan pupuk kimia dalam pertanian.

4.7.2 Penggunaan Pupuk Organik Cair dapat Memberikan Unsur Hara Sesuai Kebutuhan Tanaman

Pupuk mempunyai peranan penting dalam peningkatan produktivitas pertanian. Penggunaan pupuk berimbang sesuai kebutuhan tanaman telah membuktikan mampu memberikan produktivitas dan pendapatan yang baik bagi petani (Direktorat Pupuk dan Pestisida, 2004). Pupuk organik cair limbah air kolam gurame dapat memberikan hara sesuai dengan kebutuhan tanaman. Pemberiannya dapat lebih merata dan kepekatannya dapat diatur, sehingga penggunaan pupuk dapat berimbang dan sesuai kebutuhan tanaman.

4.7.3 Pupuk Organik Cair dari Limbah Air Kolam Gurame dapat Menekan Modal Biaya Produksi Pertanian

Berdasarkan table 4.4 mengenai perbandingan analisis biaya, harga pupuk organik cair dari limbah air kolam gurame hanya membutuhkan biaya produksi Rp 18.000 untuk membeli cairan EM4 yang digunakan untuk proses fermentasi.. Harga ini sangat terjangkau apabila dibandingkan dengan harga pupuk kimia ataupun pupuk organik cair Masagri seharga Rp 150.000 yang dijadikan objek perbandingan. Pupuk organik cair limbah air kolam ini sudah siap diproduksi dan akan menjadi penghasilan tambahan apabila warga yang mempunyai budidaya ikan mau memanfaatkannya. Pupuk limbah air kolam juga akan menekan biaya modal para petani untuk menghasilkan suatu produk pertanian.

4.7.4 Masih Dibutuhkan Pengembangan Lebih Lanjut Guna Meningkatkan

Kuantitas Unsur Hara dalam Pupuk Organik Cair dari Limbah Air Kolam

Setelah penelitian ini, limbah air kolam yang pada awalnya dianggap tidak bermanfaat kini sudah bisa diolah menjadi pupuk organik cair. Namun terdapat beberapa kekurangan dari pupuk organik cair ini, diantaranya hasil eksperimen pada tanaman jagung (Zea Mays) menunjukan bahwa pertumbuhan rata-rata panjang diameter tanaman jagung dengan pemberian pupuk organik cair dari limbah air kolam gurame masih kalah dengan panjang diameter tanaman jagung dengan pemberian pupuk kimia. Hal ini dikarenakan kurang kayanya unsur hara dalam pupuk organik cair dari limbah air kolam gurame.

Hasil uji laboratorium menunjukan rata-rata kadar nilai unsur hara yang masih belum tinggi.

Diperlukan adanya penelitian lebih lanjut untuk meningkatkan kuantitas kadar unsur hara di dalam pupuk organik cair dari limbah air kolam gurame ini. Diantaranya yaitu dengan menambah beberapa zat atau larutan yang dapat menambah kadar unsur hara dalam pupuk.

BAB V PENUTUP

5.1 Kesimpulan

Berdasarkan penelitian yang telah peneliti lakukan, maka dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut :

1. Limbah air kolam gurame dapat dimanfaatkan sebagai bahan pupuk organik cair. Hasil eksperimen menunjukan ada pengaruh pemberian pupuk organik cair dari limbah air kolam gurame pada pertumbuhan. Telah dilakukan uji laboratorium dan hasil menunjukkan terdapat unsur hara nitrogen (N), fosfor (P), dan kalium (K) yang cukup sebanding dengan produk pupuk organik cair lain. Variabel E menunjukan hasil terbaik rata-rata pertumbuhan tinggi tanaman jagung (Zea Mays) dan variabel A menunjukan hasil terbaik rata- rata pertumbuhan diameter tanaman.

2. Terdapat perbedaan yang signifikan antar variabel dalam pertumbuhan tinggi dan panjang diameter tanaman jagung menggunakan pupuk organik cair dari limbah air kolam.

3. Pupuk organik cair dari limbah air kolam bermanfaat bagi masyarakat luas khususnya bagi para petani dan warga yang mempunyai budidaya ikan gurame.

4. Keunggulan pupuk organik cair dari limbah air kolam gurame diantaranya yaitu keberadaan limbah air kolam gurame sebagai bahan pupuk organik cair cukup melimpah, penggunaan pupuk organik cair dapat memberi unsur hara sesuai kebutuhan tanaman, biaya produksi pupuk organik cair sangat murah.

5.2 Saran

1. Diharapkan ada penelitian lebih lanjut mengenai pupuk organik cair dari limbah air kolam gurame.

2. Petani sebaiknya beralih menggunakan pupuk organik cair karena dapat menekan biaya dan dapat memberikan unsur hara sesuai kebutuhan tanaman.

3. Warga yang mempunyai budidaya ikan di kolam sebaiknya tidak membuang limbah air kolam, karena masih dapat diolah menjadi pupuk organik cair.

DAFTAR PUSTAKA

Bahar, Yunus. (2009) Model Simulasi Tanaman Jagung (Zea Mays L.). Bogor : Departemen Geofisika Dan Meteorologi Fakultas Matematika Dan Ilmu Pengetahuan Alam Institut Pertanian Bogor.

Hadisuwito,Sukaamto. (2006) Membuat Pupuk Kompos Cair . Jakarta : Agro Media Pustaka Kariyasa, Ketut, dkk (2004) “Usulan Tingkat Subsidi dan Harga Eceran Tertinggi (HET) yang Relevan Serta Perbaikan Pola Perindustrian Pupuk di Indonesia”, AKP. Volume 2 No 3 : 277-287.

Puspita, L., E. Ratnawati, I N. N. Suryadiputra, A. A. Meutia. (2005) “ Lahan Basah Buatan d i Indonesia”: Bogor: Wetlands International -Indonesia Programme. Simarmata, Tualar. Revitalisasi Kesehatan Ekosistem Lahan Kritis Dengan Memanfaatkan Pupuk Biologis Mikoriza Dalam Percepatan Pengembangan Pertanian Ekologis Di Indonesia. No. 15 : 289-306

Sitanggang, M. (1999) Budidaya Gurame . Jakarta : Penerbit Swadaya

Budisma (2004) Pengertian dan Macam-macam Pupuk. From: http://budisma.web.id/materi/sma/pembibitan-tanaman/pengertian-dan-macam-macam- pupuk/ 28 Maret 2013

Direktorat Jenderal Perikanan Budidaya (2011) diakses pada tanggal 15 Juli 2013 Metro TV (2012) Petani Gunungkidul Ubah Air Limbah Jadi Pupuk. From :

http://www.metrotvnews.com/read/newsvideo/2012/03/12/146981/Petani-gunungkidul- Ubah-Air-Limbah-Jadi-Pupuk/6, 16 Maret 2013

Masagri (2013) Sekilas Masagri. From : http://www.pupukorganikcair.net/, 26 Juli 2013

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

Ketua

Nama

: Muhamad Ali Shodiqi

NIS

: 8635

Tempat, Tanggal lahir

: Kediri, 01 September 1996

Alamat

: Dusun Trate Desa Banjarejo

Kecamatan Ngadiluwih Kabupaten Kediri Nomor Telepon/HP

: 085649009062

E-mail

: [email protected]

Sekolah/Instansi

: MAN Kota Kediri 3

Karya ilmiah yang pernah dibuat : Fenomena Botoh dalam Pemilihan Kepala Desa di

Kediri

Motto : Self ‐ trust is the first secret of success (Percaya diri adalah rahasia pertama sebuah kesuksesan)

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

Anggota I Nama

: Zulfa Ulin Nuha

NIS

: 8568

Tempat, Tanggal Lahir

: Kediri, 19 April 1996

Alamat : Desa Bendosari Kecamatan Kras Kabupaten Kediri Nomor Telepon/HP

: 085749167334

E-mail : [email protected] Sekolah/Instansi

: MAN Kota Kediri 3

Karya Ilmiah yang Pernah Dibuat : Pemanfaatan Kulit Durian Sebagai Bahan Alternatif Lotion Anti Nyamuk (Juara 3 LKTI MTs/MA se-Kota Kediri dalam rangka peringatan HAB Kementrian Agama RI ke-67)

Motto : Keajaiban adalah nama lain dari kerja keras.

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

Anggota II Nama

: Charis Al Faiz

NIS

: 8455

Tempat, Tanggal Lahir

: Kediri, 13 Mei 1996

Alamat : Desa Slumbung Kecamataan Ngadiluwih Kab. Kediri Nomor Telepon/HP

: 085790290596

E-mail

: [email protected]

Sekolah/Instansi

: MAN Kota Kediri 3

Karya Ilmiah yang Pernah Dibuat : Kesenian Barongsai Di Klenteng Tjoe Hwie Kiong Sebagai Media Asimilasi Masyarakat Etnis Jawa Dan Tionghoa Di Kota Kediri (Juara 3 LKTI MTs/MA se-Kota Kediri dalam rangka peringatan HAB Kementrian Agama RI ke-67)

Motto

: Talk Less Do More

LAMPIRAN 1 DOKUMENTASI PENELITIAN

Gambar 1 : Limbah Air Kolam Gurame

Gambar 2 : Pupuk Organik Cair dari Limbah Air Kolam Gurame

Gambar 3 : Tanaman Jagung dalam Polybag (Zea Mays)

Gambar 4 : Tanaman Jagung (Zea Mays) 56 Hari Setalah Tanam

Gambar 6 : Tanaman Jagung (Zea Mays) 85 Hari Setalah Tanam

LAMPIRAN 2 DATA PENELITIAN

A. Tabel 1 Data Tinggi Tanaman Jagung (Zea Mays) Sampai Masa Panen

Setelah melakukan eksperimen sampai masa panen, berikut data tinggi tanaman jagung.

Tanaman

MINGGU KE

Variabel Jagung

I II IV VI VII X XII T1