Pengaruh Intellectual Capital Terhadap P

PENGARUH INTELLECTUAL CAPITAL TERHADAP PROFITABILITAS PADA BANK UMUM SYARIAH

PERIODE 2012-2015

SKRIPSI

Diajukan sebagai salah satu syarat Untuk menyelesaikan Program Sarjana (S1) Fakultas Ekonomi Universitas Semarang

Disusun Oleh:

MUTIA DESI PRIHANDINI

NIM : B.241.13.0062

FAKULTAS EKONOMI UNIVERSITAS SEMARANG SEMARANG 2016

MOTTO

“ Bermimpilah maka Tuhan akan memeluk mimpi – mimpi mu” (Andrea Hirata)

“Sesungguhnya Allah

tidakakanmengubahnasibsuatukaumhinggamerekamengubahdirimerekasendiri,”

(QS. Ar- Ra’d:11). “Dan bolehjadikamumembencisesuatutetapiiabaikbagimu,

danbolehjadikamumenyukaisesuatutetapiiaburukbagimu, dan Allah mengetahuidankamutidakmengetahui,“ (QS. Al-Baqarah: 216).

“Allah tidakmembebaniseseorangitumelainkansesuaidengankesanggupannya,”

(QS. Al-Baqarah: 286).

“Makasesungguhnyabersamakesulitanituadakemudahan.Sesungguhnyabersamake

sulitanituadakemudahan,” (QS. Al-Insyirah: 5-6).

PERSEMBAHAN

Karya Tulis ini saya persembahkan untuk :

 Allah Subhanallohu Wata’ala yang menganugerahkan iman, islam, ihsan dan ilmu. Sesungguhnya terlalu banyak yang telah Engkau berikan kepadaku, tetapi terlalu sedikit pengabdianku terhadapMu.

 Nabi Muhammad SAW sebagai suri tauladan sepanjang masa.  Bapak Sugeng dan Ibu Isminah yang merawatku dengan kasih sayang, cinta, perhatian dan bimbingan agar aku bisa menjadi pribadi yang membanggakan.

 Adikdansaudara – saudarakutercinta  Sahabat dan teman-temanku yang tak lelah mendukungku dan

mendoakanku.  Keluarga besarAlumni MT 3 dan PKPU  Almamaterku.

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk menguji pengaruh Intellectual Capital terhadap profitabilitas Bank Umum Syariah yang diukur dengan variabel ROA dan ROE.Dengan menggunakan model Pulic yang dikembangkan oleh Ulum Islamic Banking Value Added Intellectual Coefficient (IBVAIC), penelitian ini menguji hubungan antara, penelitian ini menguji hubungan antara efisiensi value added (VAIC) dari tiga sumber daya utama perusahaan (physical capital, human capital dan structural capital) dan profitabilitas ROA, ROE.

Sampel penelitian ini ditentukan dengan metode puposive sampling. Data yang digunakanadalah data dari 44 Bank Umum Syariah yang terdaftar di Bank Indonesia pada tahun 2012 – 2015.Analisis data menggunakan regresi berganda.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa Intellectual Capital (IBVAIC) secara keseluruhan berpengaruh signifikan terhadap profitabilitas ROA dan ROE, sedangkan secara terpisah hanya physical capital (IBVACA) dan human capital (IBVAHU) yang berpengaruh signifikan terhadap ROA. Sedangkan yang berpengaruh terhadap ROE hanya variabel physical capital (IBVACA) dan structural capital (IBSTVA).

Kata Kunci : Intellectual Capital, physical capital, human capital, structural capital, ROA, ROE

ABSTRACT

The purpose of this study is to investigate the relation between Intellectual Capital of the Islamic Banks profitability as measured by ROA and ROE. Using the model Pulic developed by Ulum Islamic Banking Value Added Intellectual Coefficient (IBVAIC), this study examined the relationship between the efficiency value added (VAIC) of the three major resource companies (physical capital, human capital and structural capital ) and profitability ROA, ROE.

The research sample was determined by purposive sampling method . The data used is data from 44 Islamic Banks registered in Bank Indonesia in 2012 - 2015. Data were analyzed using multiple regression

The results showed that the Intellectual Capital (IBVAIC) overall a significant effect on profitability ROA and ROE, while separately only physical capital (IBVACA) and human capital (IBVAHU) are having an effect significantly to ROA. While the effect on ROE only physical variable capital (IBVACA) and structural capital (IBSTVA).

Keywords : Intellectual Capital, physical capital, human capital, structural capital, ROA, ROE

KATA PENGANTAR

Assalamualaikum Warahmatullah Wabarakatuh

Segala puji bagi Allah SWT yang telah melimpahkan karuniaNya kepada kita bersama dan khususnya bagi penulis sehingga dapat menyelesaikan skripsi

ini. Skripsi ini diberi judul “Pengaruh Intellectual Capital Terhadap Profitabilitas Pada Bank Umum Syariah Periode 2012- 2015” .

Skripsi ini disusun guna memenuhi salah satu syarat dalam mencapai derajat sarjana pada Universitas Semarang. Penulis menyadari bahwa terselesainya penyusunan skripsi ini tidak terlepas dari bantuan, bimbingan, dukungan, petunjuk dan saran dari semua pihak. Untuk itu, penulis dengan segala kerendahan hati ingin mengucapkan banyak terima kasih kepada pihak – pihak yang telah membantu dalam penyusunan skripsi ini khususnya kepada:

1. Allah SWT yang telah melimpahkan karunia, rahmat, taufik, hidayah serta inayah-Nya

2. Prof. Dr. H. Pahlawansyah Harahap, SE., ME.,. Selaku Rektor Universitas Semarang.

3. Hj. Dr. Ir. Kesi Widjajanti, SE, MM selaku Dekan Fakultas Ekonomi Universitas Semarang.

4. Dian Indudewi,SE.,Msi.,Akt selaku Dosen Pembimbing atas waktu yang telah diluangkan untuk arahan, bimbingan, petunjuk, dan nasehat dalam proses pembuatan skripsi sampai selesai.

5. Abdul Karim,SE.,Msi.,Akt selaku Dosen Wali atas bimbingannya dan bantuannya dalam proses aktivitas mahasiswa.

6. Seluruh staf pengajar, TU, Karyawan Perpus Universitas Semarang yang telah sabar dalam membimbing, dan membantu setiap aktivitas mahasiswa

7. Bapak, Ibu dan Adik tersayang atas doa, cinta dan ketulusan dalam

pengorbanan, tanpamu saya akan sulit menjalani hari – hari ini.

8. Teman – teman Kantor PKPU dan USM yang mendukung dalam pembuatan skripsi ini.

9. Semua pihak yang telah membantu dalam penyusunan skripsi ini yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu, semoga Allah SWT memberikan balasan atas semua kebaikan dengan yang lebih baik.

Demikian penyusunan skripsi ini tidak lepas dari kekurangan saya,. Harapannya semoga skripsi ini bisa berguna dan lebih dikembangkan oleh penyusun selanjutnya. Untuk itu penulis mengharapkan saran dan masukan guna perbaikan selanjutnya.

Semarang, Agustus 2016 Mutia Desi Prihandini

DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 : Kerangka Penelitian IBVAIC Terhadap ROA dan ROE ... 38 Gambar 2.2 : Kerangka Penelitian IBVACA,IBVAHU dan IBSTVA Terhadap

ROA dan ROE ........................................................................................... 38

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 : Objek Penelitian Perbankan Syariah Tahun 2012-2015 .............................................................

81 Lampiran 2 : Data Penelitian Perbankan Syariah Tahun 2012-2015 (Hasil Tabulasi Data Mentah) .............

82 Lampiran 3 : Data Penelitian Perbankan Syariah Tahun 2012-2015 (Hasil Tabulasi Data) ..........................

88 Lampiran 4 : Hasil Olah Data ................................................................

91 Lampiran 5: Lembar Konsultasi Skripsi ................................................ 104

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Dewasa ini, persaingan ketat tidak saja terjadi ketika brand berupaya mendapatkan pelanggan baru, melainkan juga dalam memiliki tenaga kerja berkualitas guna membesarkan brand itu sendiri. Perusahaan dituntut untuk terus meningkatkan kapabilitas serta loyalitas karyawannya, karena hal tersebut pada akhirnya akan sangat menentukan kinerja perusahaan.

Berdasarkan teori berbasis sumber daya ( resource based theory ) apabila perusahaan dapat memanfaatkan sumber daya secara maksimal, maka perusahaan akan memiliki keunggulan kompetitif dan daya saing terhadap kompetitornya (Prasetya dan Mutmainah ;dalam Wahyuni 2015). Atas dasar tesebut, maka perusahaan perlu menyampaikan informasi kepada kepada pengguna laporan keuangan mengenai adanya nilai tambah ( value added) yang dimilikinya. Nilai tambah tersebut meliputi inovasi, penemuan-penemuan, ketrampilan (skill) karyawan, dan hubungan baik dengan para konsumen yang sering disebut sebagai Intellectual Capital atau Modal Intelektual. Seiring dengan munculnya teori berbasis sumber daya, para akademisi, perusahaan, maupun para investor mulai tertarik mengkritisi masalah modal intelektual.Modal atau kekayaan intelektual dapat Berdasarkan teori berbasis sumber daya ( resource based theory ) apabila perusahaan dapat memanfaatkan sumber daya secara maksimal, maka perusahaan akan memiliki keunggulan kompetitif dan daya saing terhadap kompetitornya (Prasetya dan Mutmainah ;dalam Wahyuni 2015). Atas dasar tesebut, maka perusahaan perlu menyampaikan informasi kepada kepada pengguna laporan keuangan mengenai adanya nilai tambah ( value added) yang dimilikinya. Nilai tambah tersebut meliputi inovasi, penemuan-penemuan, ketrampilan (skill) karyawan, dan hubungan baik dengan para konsumen yang sering disebut sebagai Intellectual Capital atau Modal Intelektual. Seiring dengan munculnya teori berbasis sumber daya, para akademisi, perusahaan, maupun para investor mulai tertarik mengkritisi masalah modal intelektual.Modal atau kekayaan intelektual dapat

Hadirnya World Trade Organization ( WTO) pada tingkat global dan ASEAN For Trade Area (AFTA) di tingkat regional merupakan indikasi signifikan globalisasi perdagangan dunia. Kesadaran perusahaan terhadap pentingnya Intellectual Capital merupakan landasan bagi perusahaan untuk lebih unggul dan kompetitif (Simarmata, 2016). Keunggulan perusahaan tersebut dengan sendirinya akan memberikan value added bagi perusahaan (Solikhah, Rohman, dan Meiranto, 2010; dalam Simarmata,2016)

Seiring dengan meningkatnya kebutuhan akan pengungkapan Intellectual Capital sebagai penggerak nilai perusahaan namun hal ini tidak diikuti dengan kemudahan

langsung. Sehingga Pulic,1998memperkenalkan pengukuran IC secara tidak langsung dengan menggunakan Value Added Intellectual Coefficients

dalam

mengukur

IC secara

(VAIC TM ), yaitu suatu ukuran untuk menilai efisiensi dari nilai tambah sebagai hasil dari kemampuan intelektual

perusahaan. Sumber daya perusahaan yang juga merupakan komponen utama dari (VAIC TM ) adalah physical capital (VACA- Value Added Capital Employed ), human

capital ( VAHU- Value Added Human Capital), struktural capital ( STVA -structural capital value added) (Hadiwijaya dan Rohman, 2013)

Keterbatasan pada laporan keuangan dalam menjelaskan nilai perusahaan menunjukkan fakta bahwa sumber nilai ekonomi tidak lagi didasarkan pada produksi barang – barang material tetapi pada penciptaan model. Intellectual Capital tidak

hanya terkait dengan materi Intellectual yang terdapat dalam diri karyawan perusahaan seperti pendidikan dan pengalaman. Intellectual capital juga terkait dengan materi atau aset perusahaan yang berbasis pengetahuan, atau hasil dari proses pentransformasian pengetahuan yang dapat berwujud aset intelektual perusahaan. Aset intelektual tersebut dapat berupa informasi, intellectual property, loyalitas pelanggan, paten, trademark, brand equity, database telah memainkan peranan yang penting dalam menciptakan keunggulan kompetitif perusahaan yang berkelanjutan. Hal ini dapat menimbulkan tantangan bagi para akuntan untuk dapat mengidentifikasi, mengukur dan mengungkapkannya dalam laporan keuangan (Sangkala ;dalam Yanuar dan Iswajuni, 2014),

Di Indonesia, fenomena Intellectual Capital mulai berkembang terutama setelah munculnya PSAK No 19 (Revisi 2000) tentang aktiva tak berwujud. Meskipun tidak dinyatakan secara eksplisit sebagai Intellectual Capital , namun lebih kurang Intellectual Capital telah mendapat perhatian. Menurut PSAK No 19, Aktiva tidak berwujud adalah aktiva non – moneter yang dapat diidentifikasi dan tidak mempunyai wujud fisik serta dimiliki untuk digunakan dalam menghasilkan atau menyerahkan barang atau jasa, disewakan kepada pihak lainnya, atau untuk tujuan administratif (IAI, 2002) dalam (Ihyaul Ulum, 2008).

Implementasi modal intelektual merupakan sesuatu yang masih baru, bukan saja di Indonesia tetapi juga dilingkungan bisnis global, hanya beberapa negara maju saja yang telah mulai untuk menerapkan konsep ini, contohnya Australia, Amerika dan negara – negara Skandinavia. Pada umumnya kalangan bisnis masih belum Implementasi modal intelektual merupakan sesuatu yang masih baru, bukan saja di Indonesia tetapi juga dilingkungan bisnis global, hanya beberapa negara maju saja yang telah mulai untuk menerapkan konsep ini, contohnya Australia, Amerika dan negara – negara Skandinavia. Pada umumnya kalangan bisnis masih belum

Terkait dengan implementasi intellectual capital ( Firer dan Wiliam; dalam Rachmawati,2012)menyatakan bahwa sektor perbankan menjadi objek ideal untuk dilakukan penelitian, ini dikarenakan (1) tersaji data laporan keuangan (neraca, laba rugi) publikasi yang dapat diakses setiap saat; (2) bisnis sektor perbankan adalah “intelectually” intensif dalam pengelolaan intelektual capital dan secara intelektual karyawan di sektor perbankan lebih homogen dibandingkan dengan sektor ekonomi lainnya (Kubo dan Saka, 2002; dalam Rachmawati,2012)

Di Indonesia perkembangan bank yang berbasis prinsip syariah kini tengah mengalami kemajuan pesat. Hal ini menunjukkan bahwa perkembangan ekonomi Islam di Indonesia, sebagai gerakan kemasyarakatan telah mulai menunjukkan keberhasilan yang nyata. Telah menjadi pengetahuan umum bahwa perkembangan ekonomi Islam identik dengan berkembangnya lembaga keuangan syariah (Ichmawan, 2014). Bank Syariah sebagai motor utama lembaga keuangan telah menjadi lokomotif bagi berkembangnya teori dan praktik ekonomi Islam secara mendalam (Karim,2004). Hal ini diawali dengan terbitnya Undang – Undang No 10

Tahun 1998 tentang Perubahan Undang – Undang No 7 Tahun 1992, yang mengatur tentang peraturan yang memperbolehkan setiap bank konvensional membuka sistem pelayanan syariah di cabangnya (dual banking system ), dan terbitnya Undang – Undang No 23 Tahun 1999.

Perkembangan selanjutnya adalah keluarnya fatwa tentang haramnya bunga bank yang dikeluarkan oleh MUI 2003, keluarnya fatwa ini memberikan kontribusi yang signifikan terhadap pertumbuhan industri perbankan syariah. Setelah itu dilanjutkan dengan terbitnya peraturan perundang – undangan, yaitu Undang – Undang No 21 Tahun 2008 yang mengatur tentang operasional perbankan syariah di Indonesia dan diperbaharui dengan terbitnya Peraturan Bank Indonesia (PBI) No 11/3/PBI/2009 yang memuat tentang prosedur dan aturan dalam mendirikan kantor cabang, membuat perkembangan jumlah kantor layanan bank syariah bertambah dengan pesat. Sampai akhir Desember 2015, asset perbankan syariah mencapai 296 triliun sedangkan pada tahun 2014 hanya mencapai 272 triliun. Berdasarkan data statistik perbankan syariah Indonesia yang disajikan oleh Otoritas Jasa Keuangan (OJK) per Bulan Desember 2015, terdapat 12 Bank Umum Syariah (BUS), 22 Bank Syariah dalam bentuk Unit Usaha Syariah (UUS), dan 163 BPRS, dengan jaringan kantor sebesar 2747. Jumlah tenaga kerja juga meningkat yang pada akhir Desember 2014 memiliki 49 ribu karyawan sedangkan pada akhir Desember mencapai 60 ribu karyawan.

Selanjutnya, Ulum (2013) mengajukan suatu ukuran Intellectual Capital untuk perbankan syariah dengan argumentasi bahwa karakteristik yang ada pada Selanjutnya, Ulum (2013) mengajukan suatu ukuran Intellectual Capital untuk perbankan syariah dengan argumentasi bahwa karakteristik yang ada pada

Berdasarkan model IB-VAIC yang dikembangkan oleh Ulum (2013) penelitian ini akan menguji lebih lanjut, bagaimanakah kinerja Intellectual Capital perbankan syariah periode 2012-2015 dan apakah kinerja yang diukur dengan IB- VAIC dapat mempengaruhi profitabilitas yang diukur dengan variabel ROA dan ROE.

Banyak penelitian yang dilakukan untuk menilai hubungan antara Intellectual Capital dengan profitabilitas (ROA) return on assets. Karam dan Sushila (2013) membuktikan bahwa IC memiliki hubungan positif dengan profitabilitas, namun tidak berpengaruh terhadap produktivitas dan nilai pasar. Sedangkan penelitian yang dilakukan Damar (2012) juga membuktikan bahwa IC berpengaruh positif terhadap ROA.

Penelitian yang dilakukan Faza dan Hidayah (2014) membuktikan bahwa adanya pengaruh positif dan signifikan IC terhadap ROA dan ROE, namun tidak berpengaruh terhadap ATO dan nilai perusahaan perbankan.

Hasil penelitian yang sama juga dilakukan oleh Gunawan dan Tan (2012) dimana secara parsial menunjukkan variabel physical capital (VACA) dan structural capital (STVA) berpengaruh signifikan terhadap ROE. Penelitian yang dilakukan Firmansyah dan Iswajuni (2014) secara parsial hanya physical capital (VACA) dan structural capital (STVA) yang berpengaruh terhadap ROA.

Penelitian yang dilakukan Simarmata dan Subowo (2016) physical capital (VACA) dan human capital (VAHU) yang berpengaruh positif terhadap profitabilitas ROA.

Penelitian ini dimotivasi oleh beberapa faktor, pertama, selama ini masih banyak perusahaan khususnya perbankan yang melakukan pengukuran kinerja dengan pendekatan tradisional. Penelitian ini menawarkan pengukuran kinerja Intellectual Capital perbankan syariah dengan model IBVAIC , model ini dapat mengukur kinerja Intellectual Capital sesuai dengan karakteristik bank syariah. Kedua, berpijak pada penelitian yang dilakukan oleh Kamilia (2015) dan Faza Hidayah (2014) yang hanya menggunakan salah satu variabel dependen ROA atau ROE, maka dalam penelitian ini akan dikembangkan dengan menggunakan dua variabel dependen yaitu ROA dan ROE. Ketiga, penelitian ini akan akan menguji pengaruh faktor – faktor dari IBVAIC yang meliputi Value Added Capital Employed (VACA), Value Added Human Capital (VAHU) dan Structural Capital Value Added (STVA) terhadap profitabilitas sehingga dapat diketahui faktor apa yang paling dominan mempengaruhi profitabilitas. Berdasarkan latar belakang diatas, maka penulis tertarik untuk mengambil judul

“Pengaruh Intellectual Capital terhadap Profitabilitas Pada Bank Umum Syariah Periode 2012- 2015”.

1.2. Rumusan Masalah

Perbankan syariah mempunyai jenis transaksi yang relatif berbeda dengan bank konvensional. Oleh karena itu, IC dalam penelitian ini menggunakan model iB- VAIC (Islamic Banking-Value Added Intellectual Capital) , dimana iB-VAIC dihitung berdasarkan aktivitas yang lazim berdasarkan syariah. Hal ini yang menyebabkan Ulum pada tahun 2013 mengeluarkan jurnal Inferensiasi mengenai Metode Pengukuran Kinerja Bank Syariah menggunakan IB-VAIC.

Penelitianiniakan mengujipengaruhfaktor-faktordari iB- VAIC meliputi Value Added Capital Employed (VACA) ; Value Added Human Capital (VAHU) dan Structural Capital Value Added (SCVA) terhadap profitabilitas sehingga dapat diketahui faktor manakah yang paling mempengaruhiprofitabilitas ROA dan ROE.

Berdasarkan uraian diatas maka dengan ini maka dapat dirumuskan beberapa pokok permsalahan yaitu

1.Apakah Intellectual Capital (IBVAIC)berpengaruh terhadap Profitabilitas ROA Bank Syariah?

2. Apakah Intellectual Capital (IBVAIC)berpengaruh terhadap Profitabilitas ROE Bank Syariah?

3. Apakah physical capital (IBVACA), human capital ( IBVAHU) dan structural capital terhadap Profitabilitas ROA Bank Syariah?

4. Apakah physical capital (IBVACA), human capital (IBVAHU) dan structural capital terhadap Profitabilitas ROE Bank Syariah?

1.3 Tujuan Kegunaan Penelitian

Adapun tujuan penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Untuk menguji secara empiris pengaruh Intellectual Capital (IBVAIC) terhadap Profitabilitas ROA Bank Syariah

2. Untuk menguji

pengaruh Intellectual Capital (IBVAIC)terhadap Profitabilitas ROE Bank Syariah

secara

empiris

3. Untuk menguji secara empiris pengaruh Apakah physical capital (IBVACA), human capital (IBVAHU) dan structural capital terhadap Profitabilitas ROA Bank Syariah.

4. Untuk menguji secara empiris pengaruh Apakah physical capital (IBVACA), human capital (IBVAHU) dan structural capital terhadap Profitabilitas ROE Bank Syariah.

1.4 Manfaat Penelitian

Bagi Mahasiwa - Sebagai pengembangan ilmu pengetahuan pada mata kuliah Akuntansi Keperilakuan

Bagi Perusahaan - Sebagai dasar pertimbangan bagi perusahaan dalam mengembangkan Intellectual Capital untuk perkembangan kinerja perusahaan

Bagi Investor - Sebagai dasar bagi para investor untuk mengetahui keadaan sesungguhnya dari suatu perusahaan, sehingga dapat digunakan sebagai dasar pengambilan keputusan.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

2.1.1 Resource Based Theory

Resource Based Theory RBT menganalisis dan menginterpretasikan sumber daya organisasi untuk memahami bagaimana organisasi mencapai keunggulan kompetitif yang berkelanjutan. RBT berfokus pada konsep atribut perusahaan yang difficult to imitate sebagai sumber kinerja yang unggul dan keunggulan kompetitif (Barney,1986; Hamel dan Prahalad, dalam Murti,2010). Dalam kaitannya dengan penelitian ini, resources based theory menjelaskan perusahaan akan mendapatkan

keunggulan kompetitif dengan memanfaatkan sumber daya yang dimilikinya, dan sumber daya intelektual termasuk di dalamnya, baik ini karyawan human capital ,

aset fisik physical capital maupun structural capital .

RBT menyatakan bahwa perusahaan memiliki sumber daya yang dapat menjadikan perusahaan memiliki keunggulan bersaing dan mampu mengerahkan perusahaan untuk memiliki kinerja jangka panjang yang baik. Resources yang berharga dan langka dapat diarahkan untuk menciptakan keunggulan bersaing, sehingga resources yang dimiliki mampu bertahan lama dan tidak mudah ditiru, ditransfer atau digantikan

Ada dua asumsi yang melekat pada RBT (Nothnagel,2008; dalam Ulum 2013) yaitu resource heterogeneity dan resorce immobility.Resource heterogeneity (juga disebut resourcedivercity ) menyinggung apakah sebuah perusahaan memiliki sumber daya atau kapabilitas yang juga dimiliki oleh perusahaan lain yang menjadi kompetitornya, sehingga sumberdaya tersebut dianggap tidak dapatmenjadi suatu keunggulan bersaing. Sedangkan resource immobility menunjuk pada suatu sumber daya yang sulit didapat oleh kompetitor karena sulit untuk mendapatkan atau jika menggunakan sumber daya tersebut biayanya sangat mahal.

(Barney,1991; dalam Ulum 2013) menyatakan bahwa dalam perspektif RBT , firm resources meliputi seluruh aset, kapabilitas, proses organisasional, atribut- atribut perusahaan, informasi, knowledge , dan lain – lain yang dikendalikan oleh perusahaan yang memungkinkan perusahaan untuk memahami dan mengimplementasikan strategi guna meningkatkan efisiensi dan efektivitas perusahaan. Lebih lanjut Barney (1991) menyarankan bahwa untuk memahami sumber dari keunggulan kompetitif berkelanjutan (sustained competitive advantages) , perlu dibangun suatu model teoritis yang bermula dari sebuah bahwa sumberdaya perusahaan adalah heterogen dan immobile . Agar menjadi sumberdaya potensial dalam sustained competitive advantages, maka sumberdaya perusahaan harus memiliki empat atribut, yaitu: (a) valuable , (b) langka (rareness) , (c) tidak dapat ditiru (inimitability), dan (d) tidak ada sumberdaya pengganti (non- substitutability) (Barney,1991; dalam Ulum 2013) menyatakan bahwa dalam perspektif RBT , firm resources meliputi seluruh aset, kapabilitas, proses organisasional, atribut- atribut perusahaan, informasi, knowledge , dan lain – lain yang dikendalikan oleh perusahaan yang memungkinkan perusahaan untuk memahami dan mengimplementasikan strategi guna meningkatkan efisiensi dan efektivitas perusahaan. Lebih lanjut Barney (1991) menyarankan bahwa untuk memahami sumber dari keunggulan kompetitif berkelanjutan (sustained competitive advantages) , perlu dibangun suatu model teoritis yang bermula dari sebuah bahwa sumberdaya perusahaan adalah heterogen dan immobile . Agar menjadi sumberdaya potensial dalam sustained competitive advantages, maka sumberdaya perusahaan harus memiliki empat atribut, yaitu: (a) valuable , (b) langka (rareness) , (c) tidak dapat ditiru (inimitability), dan (d) tidak ada sumberdaya pengganti (non- substitutability)

Peningkatan Produktivitas

dari

2.1.2 Stakeholder Theory

Berdasarkan teori stakeholder, manajemen organisasi diharapkan untuk melakukan aktivitas yang dianggap penting oleh stakeholder mereka dan melaporkan kembali aktivitas – aktivitas tersebut pada stakeholder. Teori ini menyatakan bahwa seluruh stakeholder memiliki hak untuk disediakan informasi tentang bagaimana aktivitas organisasi mempengaruhi mereka (Sebagai contoh melalui polusi, sponsorship, inisiatif pengamanan, dan lain – lain, bahkan ketika mereka memilih untuk tidak menggunakan informasi tersebut dan bahkan ketika mereka tidak dapat secara langsung memainkan peran yang konstruktif dalam kelangsungan hidup organisasi (Deegan, 2004;dalam Ulum 2009)

Tujuan utama dari teori stakeholder adalah untuk membantu manajer korporasi mengerti lingkungan stakeholder mereka dan melakukan pengelolaan dengan lebih efektif di antara keberadaan hubungan – hubungan di lingkungan Tujuan utama dari teori stakeholder adalah untuk membantu manajer korporasi mengerti lingkungan stakeholder mereka dan melakukan pengelolaan dengan lebih efektif di antara keberadaan hubungan – hubungan di lingkungan

2.1.3 Definisi Intellectual Capital (IC)

Berikut beberapa pengertian IC yang penulis dapat kumpulkan:

a) Intellectual Capital dalam pengertian yang lebih komprehensif dengan menyatakan bahwa istilah Intellectual Capital diberikan untuk kombinasi intangible assets yang dapat membuat perusahaan untuk berfungsi (Ulum 2009,hal 20)

b) Intellectual Capital menjelaskan IC sebagai nilai ekonomis dari dua kategori aset tak berwujud; (1) organisational (structural) capital; dan (2) human capital (Ulum 2009, hal 21)

c) Intellectual Capital umumnya diidentifikasikan sebagai perbedaan antara nilai pasar perusahaan (bisnis perusahaan) dan nilai buku dari aset perusahaan tersebut atau dari financial capitalnya. Hal ini berdasarkan suatu observasi bahwa sejak akhir 1980-an, nilai pasar dari bisnis kebanyakan dan secara khusus adalah bisnis yang berdasar pengetahuan telah menjadi lebih besar dari c) Intellectual Capital umumnya diidentifikasikan sebagai perbedaan antara nilai pasar perusahaan (bisnis perusahaan) dan nilai buku dari aset perusahaan tersebut atau dari financial capitalnya. Hal ini berdasarkan suatu observasi bahwa sejak akhir 1980-an, nilai pasar dari bisnis kebanyakan dan secara khusus adalah bisnis yang berdasar pengetahuan telah menjadi lebih besar dari

d) Intellectual Capital tidak hanya terkait dengan materi intelektual yang terdapat dalam diri karyawan perusahaan seperti pendidikan dan pengalaman. Intellectual Capital juga terkait dengan materi atau aset perusahaan yang berbasis pengetahuan,atau hasil dari proses pentransformasian pengetahuan yang dapat berwujud aset intelektual perusahaan (Sangkala, 2006; dalam Firmansyah dan Iswajuni, 2014)

e) Intellectual Capital telah menjadi aset yang sangat bernilai dalam bisnis

modern.Hal ini menimbulkan tantangan bagi para akuntan untuk mengidentifikasi, mengukur dan mengungkapkannya dalam laporan keuangan (Sawarjuwono,2003; dalam Firmansyah dan Iswajuni,2014).

f) Intellectual Capital sebagai proses penciptaan nilai melalui pengetahuan dan informasi yang diaplikasikan pada pekerjaan. Intellectual capital (IC) di Indonesia secara tersirat disebutkan dalam PSAK No 19 tentang aset takberwujud. Pengertian aset takberwujud dalam PSAK No. 19 adalah aset nonmoneter yang dapat diidentifikasi dan tidak mempunyai wujud fisik serta dimiliki untuk digunakan dalam menghasilkan atau menyerahkan barang atau jasa, disewakan kepada pihak lainnya, atau untuk tujuan administratif (IAI, 2007).

Beberapa contoh dari aset takberwujud telah dijelaskan dalam PSAK No.

19 antara lain ilmu pengetahuan dan teknologi, desain dan implementasi sistem, 19 antara lain ilmu pengetahuan dan teknologi, desain dan implementasi sistem,

Pulic (2000) mengusulkan pengukuran secara tidak langsung terhadap IC dengan mengukur efisiensi dari nilai tambah yang dihasilkan oleh kemampuan

intelektual perusahaan yaitu TM value added intellectual coefficient -VAIC (Pulic, 1998). Ulum (2013) mendesain ulang pengukuran IC menggunakan VAIC TM . Desain yang dibuat Ulum (2012) disebut iB-VAIC ( Islamic Banking-Value Added Intellectual Capital ) yang sudah menggunakan akun-akun syariah dalam perhitungan setiap komponen IC untuk mengukur nilai tambah yang dihasilkan oleh kemampuan perusahaan.

2.1.4 Komponen Intellectual Capital

Definisi – definisi tentang intelectual capital tersebut di atas kemudian telah mengarahkan beberapa peneliti untuk mengembangkan komponen spesifik atas IC. Leif Edvinson misalnya menyatakan, menyatakan bahwa nilai intellectual capital suatu perusahaan adalah jumlah dari human capital dan structural capital perusahaan tersebut.(Ulum,2009 hal 25). Banyak para praktisi yang menyatakan bahwa intellectual capital terdiri dari tiga elemen utama (Stewart 1998, Sveiby 1997, Saint Onge 1996, Bontis 2000; dalam Suwarjuwono dan Kadir, 2003):

1. Human Capital (Modal Manusia)

Human Capital merupakan lifeblood dalam modal intelektual. Disinilah sumber innovation dan improvement, tetapi merupakan komponen yang sulit untuk diukur. Human Capital juga merupakan tempat bersumbernya pengetahuan yang sangat berguna, keterampilan dan kompetensi dalam suatu organisasi atau perusahaan. Human Capital mencerminkan kemampuan kolektif perusahaan untuk menghasilkan solusi terbaik berdasarkan pengetahuan yang dimiliki oleh orang – orang yang ada di dalam perusahaan tersebut. Human Capital akan meningkat jika perusahaan mampu menggunakan pengetahuan yang dimiliki oleh karyawannya.(Brinker 2000; dalam Suwarjuwono dan Kadir, 2003) memberikan beberapa karakteristik dasar yang dapat diukur dari modal ini , yaitu training programs, credential, experience, competence, recruitment, mentoring, learning programs, individual potential and personality.

2. Structural Capital atau Organizational Capital (Modal Organisasi) Structural Capital merupakan kemampuan organisasi atau perusahaan dalam memenuhi proses rutinitas perusahaan dan strukturnya yang mendukung usaha karyawan untuk menghasilkan kinerja intelektual yang optimal serta kinerja bisnis secara keseluruhan, misalnya: sistem operasional perusahaan, proses manufakturing, budaya organisasi, filosofi manajemen dan semua bentuk intellectual property yang dimiliki perusahaan. Seorang individu dapat memiliki tingkat intelektualitas yang tinggi, tetapi jika organisasi memiliki sistem dan prosedur yang buruk maka intellectual capital tidak dapat mencapai kinerja secara optimal dan potensi yang ada tidak dapat dimanfaatkan secara maksimal.

3. Relational Capital atau Costumer Capital (Modal Pelanggan) Elemen ini merupakan komponen modal intelektual yang memberikan nilai secara nyata. Relational Capital merupakan hubungan yang harmonis/association network yang dimiliki oleh perusahaan dengan para mitranya, baik yang berasal dari para pemasok yang andal dan berkualitas, berasal dari pelanggan yang loyal dan merasa puas akan pelayanan perusahaan yang bersangkutan, berasal dari hubungan perusahaan dengan pemerintah maupun dengan masyarakat sekitar. Relational Capital dapat muncul dari berbagai bagian diluar lingkungan perusahaan yang dapat menambah nilai bagi perusahaan tersebut.

Tabel 2.1

Klasifikasi Komponen Intellectual Capital

HumanCapital

StructuralCapital

RelationalCapital IntellectualProperty:  Brands  Know-how

 Customers  Education  Patens  Customers Royalty  Vocational  Copyrights  BacklogOrders Qualification

 DesignRights  CompanyNames  Work-related  Trademarks  DistributionChannels Knowledge  TradeSecret  Bussiness Collaboration  Work-related  Service Marks  LicensingAgreements Competencies

InfrastructureAssests:  FavourableContra cts  EnterpreneurialSpirit,  FranchisingAgreements innovativeness,

 Management proactiveandreactive Philosophy abilities,changebility

 CorporateCulture  PsycometricValuation  ManagementProcesses  InformationSystems  NetworkingSystems  FinancialRelations

Sumber:IFAC (1998)da la m Ulum (2009, hal 29)

2.1.5 Value Added Intellectual Coefficient (VAIC™)

Konsep Modal Intelektual telah mendapatkan perhatian besar berbagai kalangan terutama para akuntan. Fenomena ini menuntut mereka untuk mencari informasi yang lebih rinci mengenai hal – hal yang berkaitan dengan pengelolaan modal intelektual mulai dari cara pengidentifikasian, pengukuran, sampai dengan pengungkapannya dalam laporan keuangan perusahaan (Suwarjuwono dan Kadir, 2003).

Suwarjuwono dan Kadir (2003), menyatakan bahwa metode pengukuran IC dikelompokan menjadi dua kelompok yaitu : non monetary dan pengukuran monetary . Pengukuran intellectul capital secara non moneter salah satunya dengan menggunakan balanced Scorecard oleh Kaplan dan Norton, sedangkan pengukuran intellectual capital

secara moneter yaitu dengan VAIC TM dikembangkan oleh Pulic. Metode Value Added Intellectual Coefficients (VAIC TM ) dikembangkan oleh Pulic

pada tahun 1997 yang didesain untuk menyajikan informasi tentang value creation efficiency dari aset berwujud (tangible asset) dan aset tidak berwujud (intangible

asset) yang dimiliki perusahaan. (VAIC TM ) merupakan instrumen untuk mengukur kinerja intellectual capital perusahaan. Pendekatan ini relatif mudah dan sangat

mungkin untuk dilakukan, karena dikonstruksi dari akun – akun dalam laporan keuangan perusahaan (neraca, laba rugi).

Perhitungan VAIC TM Perhitungan VAIC TM dimulai dari kemampuan

perusahaan dalam menciptakan value added (VA). VA merupakan sebuah indikator perusahaan dalam menciptakan value added (VA). VA merupakan sebuah indikator

yang dihasilkan perusahaan untuk dijual, sedangkan input (IN) meliputi seluruh beban yang digunakan perusahaan untuk memproduksi barang atau jasa dalam rangka menghasilkan revenue . Namun, yang perlu diingat adalah bahwa beban

karyawan tidak termasuk dalam IN. Beban karyawan tidak termasuk dalam IN karena karyawan berperan penting dalam proses penciptaan nilai.

Proses value creation dipengaruhi oleh human capital (HC), Capital Employe (CE), dan Structural capital (SC), diantaranya sebagai berikut:

1, Value Added Capital Employed (VACA)

VACA adalah indikator untuk VA yang diciptakan oleh satu unit physical capital. Pulic (2000) mengansumsikan bahwa jika 1 unit dari CE akan menghasilkan return yang lebih besar daripada yang lain, maka berarti perusahaan tersebut lebih baik dalam memanfaatkan CE-nya. Dengan demikian, pemanfaatan CE yang lebih baik merupakan bagian dari IC perusahaan.

2. Value Added Human Capital (VAHU)

VAHU menjelaskan adanya hubungan value Added (VA) dan human capital (HC). VAHU menunjukan berapa banyak VA dapat dihasilkan dengan dana yang dikeluarkan untuk tenaga kerja. Hubungan antara VA dan HC mengindikasikan VAHU menjelaskan adanya hubungan value Added (VA) dan human capital (HC). VAHU menunjukan berapa banyak VA dapat dihasilkan dengan dana yang dikeluarkan untuk tenaga kerja. Hubungan antara VA dan HC mengindikasikan

3. Structural Capital Value Added (STVA)

STVA mengukur jumlah SC yang dibutuhkan untuk menghasilkan 1 rupiah dari VA dan merupakan indikasi bagaimana keberhasilan SC dalam penciptaan nilai (Ulum, 2013). SC bukanlah ukuran yang independen sebagaimana HC, ia dependen terhadap value creation, maka akan semakin kecil kontribusi SC dalam hal tersebut. Lebih lanjut Pulic menyatakan bahwa SC adalah VA dikurangi HC, yang ini telah diverifikasi melalui penelitian empiris pada sektor industri tradisional (Pulic,2000;dalam Ulum, 2013)

2.1.6 Islamic Banking-Value Added Intelectual Capital (iB-VAIC) Metode IB-VAIC merupakan desain ulang Pulic (2000) yang dilakukan oleh Ulum (2012) yang dalam menghitung komponen IC di perbankan syariah telah menggunakan akun-akun yang berbasis syariah untuk menyajikan informasi tentang value creation efficiency dari aset berwujud dan aset tak berwujud yang dimiliki perusahaan.VAIC TM merupakan alat untuk mengukur kinerja IC.Pendekatan ini relatif

mudah karena dihitung dari akun-akun dalam laporan keuangan dan akun yang lazim digunakan pada peusahaan konvensional.

Perkembangan yang pesat dalam perbankan syariah belum diiringi dengan instrumen yng sejenis dalam mengukur IC untuk perbankan syaiah. Ulum (2013) Perkembangan yang pesat dalam perbankan syariah belum diiringi dengan instrumen yng sejenis dalam mengukur IC untuk perbankan syaiah. Ulum (2013)

Keistimewaan pengukuran ini adalah memperhatikan akun-akun sumber danaatau pendapatan halal dan pendapatan non halal dalam perbankan syariah. VAIC didesain untuk mengukur kinerja IC perusahaan dengan jenis transaksi yang umum, sedangkan iB-VAIC didesain untuk mengukur akun-akun perbankan syariah yang memiliki jenis transaksi sendiri dan relatif berbeda dari perbankan umum/konvensional (Ulum, 2013). Berikut tiga rumus yang digunakan dalam iB- VAIC, diantaranya:

 Tahap pertama dengan menghitung iB- Value added (iB-VA). IB-VA dihitung dengan menggunakan cara sebagai berikut:

IB-VA=OUT - IN

OUT ( output ) : Total pendapatan, diperoleh dari:

1. Pendapatan bersih kegiatan syariah = pendapatan operasi utama kegiatan syariah + pendapatan operasi lainnya - hak pihak ketiga atas bagi hasil dan syirkah temporer.

I. Pendapatan operasi utama kegiatan syariah terdiri dari:

A. Pendapatan penyaluran dana Pendapatan dari jual beli (pendapatan marjin murabahah); Pendapatan bersih

salam parallel; Pendapatan bersih istishna parallel; Pendapatan sewa ijarah;

Pendapatan pendapatan bagi hasil musyarakah; Pendapatan bagi hasil mudharabah; Pendapatan dari penyertaan; lainnya

2. Dari Bank Indonesia; Bonus SBIS; Lainnya.

3. Dari bank-bank lain di Indonesia; Bonus dari bank syariah lain; Pendapatan bagi hasil mudharabah (Tabungan mudharabah, Deposito mudharabah, Sertifikat investasi mudharabah antar bank); Lainnya.

B. Pendapatan operasi lainnya: Jasa investasi terikat (mudharabah muqayyadah); Jasalayanan; Pendapatan dari transaksi valuta asing; Koreksi PPAP; Koreksi penyisihan penghapusan transaksi rek. Administrasi; Lainnya.

1. Hak pihak ketiga atas bagi hasil syirkah temporer  Pihak ketiga bukan bank: Tabungan mudharabah; Deposito

mudharabah; Lainnya.  Bank Indonesia; FPJP syariah; Lainnya.

 Bank-bank lain di Indonesia dan di luar Indonesia; Tabungan mudharabah; deposito mudharabah; Sertifikat investasi mudharabah

antar bank; Lainnya.  Pendapatan non operasional

input II. IN ( ) :Beban usaha/operasional dan beban non operasional kecuali beban kepegawaian/karyawan

Beban usaha/operasional kecuali beban kepegawaian  Beban penyisihan kerugian asset produktif-bersih

 Beban estimasi kerugian komitmen dan kontijensi

 Beban operasi lainnya; Beban bonus titipan wadiah; Beban administrasi dan umum; Beban penurunan nilai surat nerharga; Beban

transaksi valuta asing; Beban promosi dan Beban Lainnya.

Value added (iB-VA) juga dapat dihitung dari akun-akun berikut:

iB-VA= OP + EC + D + A

Keterangan : OP : operating profit (laba operasi/laba usaha); EC : employee costs (beban karyawan)

D: depreciation (depresiasi)

A: amortization (amortisasi)  Tahap kedua dengan menghitung Value Added Capital Employee (iB-

VACA).

iB-Value Added Capital Employed (iB-VACA) adalah indikator untuk iB-VA yang diciptakan oleh satu unit dari human capital. Rasio ini menunjukkan kontibusi yang dibuat oleh setiap unit dari CE terhadap value added perusahaan.

 Tahap ketiga dengan menghitung Value Added Human Capital (iB-VAHU).

iB-VAHU menunjukkan berapa banyak iB-VA dapat dihasilkan dengan dana yang dikeluarkan untuk tenaga kerja. iB-VA menunjukkan kontribusi yang dibuat oleh setiap rupiah yang diinvestasikan dalam HC terhadap value added organisasi.

 Tahap keempat dengan menghitung Structural Capital Value Added (iB- STVA). iB-Structural Capital Value Added (STVA) mengukur jumlah SC yang

dibutuhkan untuk menghasilkan satu rupiah dari iB-VA dan merupakan indikasi bagaimana keberhasilan SC dalam penciptaan nilai. SC bukanlah ukuran yang independen sebagaimana HC dalam proses penciptaan nilai. Artinya, semakin besar kontribusi HC dalam value creation, maka akan semakin kecil kontribusi SC dalam hal tersebut.

 Tahap kelima menghitung iB-VAIC. iB-VAIC mengindikasikan kemampuan intelektual organisasi yang dapat juga dianggap sebagai indicator kinerja organisasi. iB-VAIC merupakan penjumlahan dari tiga komponen sebelumnya.

2.1.7 Bank Syariah

Bank Syariah yaitu bank yang dalam aktivitasnya, baik penghimpunan dana maupun dalam rangka penyaluran dananya memberikan dan mengenakan imbalan atas dasar prinsip syariah yaitu jual beli dan bagi hasil (Budisantoso dan Nuritomo;207;2015)

Secara umum dengan diundangkannya Undang – Undang Nomor 10 Tahun 1998 tersebut, posisi bank bagi hasil ataupun bank atas dasar prinsip syariah secara tegas telah diakui oleh Undang – Undang.

Perbankan Syariah sebagai salah satu sistem perbankan nasional memerlukan berbagai sarana pendukung agar dapat memberikan kontribusi yang maksimum bagi pengembangan ekonomi nasional. Salah satu sarana pendukung vital adalah adanya pengaturan yang memadai dan sesuai dengan karakteristiknya. Pengakuan atas keberadaan bank syariah semakin ditegaskan dengan dikeluarkannya Undang – Undang Nomor 21 Tahun 2008 tentang Perbankan Syariah pada Juli 2008. Dengan telah disahkannya undang – undang tersebut, maka keberadaan perbankan syariah di Indonesia sebagai alternatif jasa perbankan bagi masyarakat Indonesia menjadi semakin diterima dan diakui oleh masyarakat sehingga diharapkan dapat memberikan kontribusi yang optimal dalam rangka menunjang pembangunan ekonomi nasional.

Bank Umum yang melakukan kegiatan usaha secara konvensional dapat juga melakukan kegiatan usaha berdasarkan prinsip syariah melalui:

a. Pendirian kantor cabang atau kantor di bawah kantor cabang baru;atau

b. Pengubahan kantor cabang atau kantor di bawah kantor cabang yang melakukan kegiatan usaha secara konvensional menjadi kantor cabang yang melakukan kegiatan usaha secara konvensional menjadi kantor yang melakukan kegiatan berdasarkan pada prinsip syariah. Dalam rangka persiapan perubahan kantor bank tersebut, kantor cabang atau kantor di bawah kantor cabang yang sebelumnya melakukan kegiatan usaha secara konvensional dapat terlebih dahulu membentuk unit tersendiri yang melaksanakan kegiatan berdasarkan pada prinsip syariah di dalam kantor bank tersebut.

Regulasi mengenai bank syariah tertuang dalam UU No. 21 Tahun 2008 tentang perbankan syariah, membagi bank syariah menurut jenisnya yang terdiri atas

a. Bank Umum Syariah (BUS) Bank Umum Syariah merupakan bank syariah yang dalam kegiatannya

memberikan jasa dalam lalu lintas pembayaran. BUS dapat berusaha sebagai bank devisa dan bank non devisa. Bank devisa adalah bank yang dapat melaksanakan transaksi ke luar negeri atau berhubungan dengan mata uang asing secara keseluruhan seperti transfer ke luar negeri, inkaso keluar negeri, pembukaan LC, dan sebagainya.

b. Unit Usaha Syariah (UUS) Unit Usaha Syariah merupakan unit kerja dari kantor pusat bank umum konvensional yang berfungsi sebagai kantor induk dari kantor atau unit yang melaksanakan kegiatan usahanya berdasarkan prinsip syariah, atau unit kerja di kantor cabang dari suatu bank yang berkedudukan di luar negeri yang melaksanakan kegiatan usaha secara konvensional yang berfungsi sebagai kantor induk cabang pembantu syariah dan atau unit syariah. UUS berada satu tingkat dibawah direksi bank umum konvensional bersangkutan. UUS dapat berusaha sebagai bank devisa ataupun bank non devisa.

c. Bank Pembiayaan Rakyat Syariah (BPRS) Bank Pembiayaan Rakyat Syariah merupakan bank syariah yang dalam kegiatannya tidak memberikan jasa dalm lalu lintas pembayaran. Bentuk hokum

BPRS adalah perseroan terbatas. BPRS hanya boleh dimiliki oleh WNI atau badan hukum Indonesia, pemerintah daerah, atau kemitraan antara WNI atau badan hukum Indonesia dengan pemerintah daerah.

Secara ringkas (Budisantoso dan Nuritomo;2015;212) beberapa karakteristik Bank Syariah diantaranya adalah (1) Berinvestasi pada usaha yang halal, (2) Atas dasar bagi hasil, margin keuntungan dan fee, (3) Besaran bagi hasil berubah – ubah bergantung kinerja usaha, (4) Profit dan falah oriented, (5) Pola hubungan kemitraan, (6) Ada dewan Pengawas Syariah

2.2 Hubungan Logis Antar Variabel dan Perumusan Hipotesis

2.2.1 Intellectual Capital dan ROA

Sesuai dengan Resources Based Theory dimana perusahaan yang mamp mengelola Intellectual Capital dengan baik maka perusahaan tersebut akan memiliki keunggulan kompetitif serta diyakini mampu menciptakan nilai tambah yang berpengaruh terhadap peningkatan kinerja keuangan perusahaan. Intellectual Capital diakui sebagai aset perusahaan karena mampu menghasilkan keunggulan kompetitif dan kinerja keuangan yang superior (Barney 1991;dalam Faza dan Hidayah,2014)

Semakin baik perusahaan dalam mengelola ketiga komponen Intellectual Capital , menunjukkan semakin baik perusahaan dalam mengelola aset. Jika

perusahaan – perusahaan dapat memproduksi barang sesuai dengan kebutuhan konsumen, memberikan servis yang memuaskan dan menjaga hubungan baik dengan konsumennya, maka hal itu adalah keunggulan kompetitif akan dapat bersaing dan perusahaan – perusahaan dapat memproduksi barang sesuai dengan kebutuhan konsumen, memberikan servis yang memuaskan dan menjaga hubungan baik dengan konsumennya, maka hal itu adalah keunggulan kompetitif akan dapat bersaing dan

Penelitian Rachmawati (2012) yang membahas tentang pengaruh Intellectual Capital terhadap ROA menunjukkan bahwa Intellectual Capital memiliki pengaruh

positif terhadap Return On Asset. Penelitian serupa juga dilakukan oleh Karam Pal dan Soriya (2013) yang menunjukkan bahwa Intellectual Capital berpengaruh positif terhadap ROA pada perusahaan di sektor IT India 1998-2008

Berdasarkan teori di atas dan hasil penelitian terdahulu, maka hipotesis pertama penelitian ini adalah sebagai berikut:

H 1 : Intellectual Capital (IBVAIC) berpengaruh signifikan positif terhadap profitabilitas ROA.

2.2.2 Intellectual Capital dan ROE

Berdasarkan resource based theory, intellectual capital yang dimiliki perusahaan mampu menciptakan keunggulan kompetitif perusahaan sehingga dapat meningkatkan kinerja perusahaan menjadi semakin baik, salah satunya yaitu meningkatkan laba perusahaan. Dengan adanya penggunaan intellectual capital tersebut, diharapkan akan meningkatkan penjualan serta menggunakan sumber daya perusahaan secara efisien dan ekonnomis yang dapat membuat peningkatan pada Berdasarkan resource based theory, intellectual capital yang dimiliki perusahaan mampu menciptakan keunggulan kompetitif perusahaan sehingga dapat meningkatkan kinerja perusahaan menjadi semakin baik, salah satunya yaitu meningkatkan laba perusahaan. Dengan adanya penggunaan intellectual capital tersebut, diharapkan akan meningkatkan penjualan serta menggunakan sumber daya perusahaan secara efisien dan ekonnomis yang dapat membuat peningkatan pada

Gunawan dan Tan (2013) menunjukkan bahwa secara agregat VAIC TM berpengaruh signifikan terhadap ROE. Penelitian lain juga dilakukan oleh Salehi, Seraj dan