IMPLEMENTASI MODEL PEMBELAJARAN ACTIVE L

BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Pembelajaran pada dasarnya merupakan upaya untuk mengarahkan anak
didik ke dalam proses belajar sehingga mereka dapat memperoleh tujuan
belajar sesuai dengan apa yang diharapkan. Pembelajaran hendaknya
memperhatikan kondisi individu anak karena merekalah yang akan belajar.
Anak didik merupakan individu yang berbeda satu sama lain, memiliki
keunikan masing-masing yang tidak sama dengan orang lain. Oleh karena itu
pembelajaran hendaknya memperhatikan perbedaan-perbedaan individual anak
tersebut, sehingga pembelajaran benar-benar dapat merobah kondisi anak dari
yang tidak tahu menjadi tahu, dari yang tidak paham menjadi paham serta dari
yang berperilaku kurang baik menjadi baik. Kondisi riil anak seperti ini,
selama ini kurang mendapat perhatian di kalangan pendidik. Hal ini terlihat
dari perhatian sebagian guru/pendidik yang cenderung memperhatikan kelas
secara keseluruhan, tidak perorangan atau kelompok anak, sehingga perbedaan
individual kurang mendapat perhatian. Gejala yang lain terlihat pada kenyataan
banyaknya guru yang menggunakan metode pengajaran yang cenderung sama
setiap kali pertemuan di kelas berlangsung1.
Model pembelajaran aktif adalah suatu model dalam pengelolaan sistem
pembelajaran melalui cara-cara belajar yang aktif menuju belajar yang mandiri.

Pengajaran mata pelajaran Aqidah Akhlak di MTs Mazro’atul Huda
Karanganyar diarahkan untuk mempersiapkan peserta didik dalam menerapkan
akhlak, perilaku yang sesuai dengan ajaran islam, yang kemudian menjadi
dasar pandangan hidupnya melalui kegiatan bimbingan, pengajaran, latihan,
serta penggunaan pengalaman. Guru harus mempunyai model pembelajaran
yang ideal dengan materi yang akan disiapkan seperti strategi, metode, teknik

1Siregar, Eveline dan Hartini Nara, Teori Belajar dan Pembelajaran, Ghalia Indonesia: Jakarta,
2010, hlm 3-4

1

dan

taktik

pembelajaran

yang


digunakan

demi

tercapainya

tujuan

pembelajaran.2
Hasil observasi dengan guru pengampu mata pelajaran Aqidah Akhlak di
MTs Mazro’atul Huda Karanganyar Demak, dapat diketahui metode-metode
yang selama ini dipakai dalam pembelajaran Fiqih yaitu salah satunya metode
pembelajaran active learning, seperti guru memberikan umpan balik terhadap
materi yang telah disampaikan, dan siswa dituntut untuk tanggap dan mampu
berfikir kritis dan berkata-kata dengan bahasa mereka sendiri. Hal ini di
harapkan siswa mampu memahami dan menjelaskan kembali tentang materi
yang telah disampaikan oleh guru tersebut.
B. Fokus Penelitian
Fokus penelitian yang berjudul “Implementasi model pembelajaran Active
learning dalam pembelajaran Aqidah Akhlak di MTs Mazro’atul Huda

Kecamatan Karanganyar Kabupaten Demak Tahun Pelajaran 2013/2014” ini
difokuskan pada proses penerapan model pembelajaran Active learning dalam
pembelajaran Aqidah Akhlak.
C. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka masalah pokok yang
dirumuskan untuk penelitian ini adalah :
1. Bagaimana implementasi model pembelajaran active learning dalam
pembelajaran Aqidah Akhlak di MTs.Mazro’atul Huda Karanganyar Demak
Tahun Pelajaran 2013/2014?
2. Apa saja Kendal-kendala dalam implementasi model pembelajaran active
learning dalam pembelajaran Aqidah Akhlak di MTs.Mazro’atul Huda
Karanganyar Demak Tahun Pelajaran 2013/2014?
3. Apa solusi dalam mengatasi kendala-kendala dalam implementasi model
pembelajaran active learning dalam pembelajaran Aqidah Akhlak di
MTs.Mazro’atul Huda Karanganyar Demak Tahun Pelajaran 2013/2014?
D. Tujuan Penelitian
2 Zakiah Daradjat, Metodik Khusus Pengajaran Agama Islam, PT Bumi Aksara: Jakarta, 2001,
hlm 298

2


Dalam penelitian ini sangat perlu menentukan tujuan, karena setiap
pekerjaan yang tidak ditentukan tujuannya tidak akan mencapai sasaran yang
tepat dan jelas. Oleh karena itu penelitian ini bertujuan untuk :
1. Mengetahui implementasi model pembelajaran active learning dalam
pembelajaran Aqidah Akhlak di MTs.Mazro’atul Huda Karanganyar Demak
Tahun Pelajaran 2013/2014?
2. Mengetahui kendala-kendala dalam implementasi model pembelajaran
active learning dalam pembelajaran Aqidah Akhlak di MTs.Mazro’atul
Huda Karanganyar Demak Tahun Pelajaran 2013/2014?
3. Mengetahui solusi dalam mengatasi kendala-kendala dalam implementasi
model pembelajaran active learning dalam pembelajaran Aqidah Akhlak di
MTs.Mazro’atul Huda Karanganyar Demak Tahun Pelajaran 2013/2014?
E. Manfaat Penelitian
Manfaat yang diharapkan dapat dicapai dari penelitian ini adalah:
1. Manfaat Teoritis
Manfaat teoritis penelitian ini adalah dapat dijadikan sebagai bahan
informasi dalam upaya menambah dan mengembangkan wawasan dan
pengetahuan, terutama tentang implementasi model pembelajaran Active
Learning dalam pembelajaran Aqidah Akhlak.

2. Manfaat Praktis
Manfaat praktis penelitian ini adalah dengan hasil penelitian ini
diharapkan dapat memberikan sumbangan pemikiran dan menjadi bahan
pertimbangan dalam menentukan langkah kebijaksanaan sebagai upaya
peningkatan mutu pengajaran Aqidah Akhlak di Madrasah tersebut, dan
dapat memberikan kontribusi pemikiran bagi penelitian serupa yang
membahas tentang pembelajaran aktif.

3

BAB II
KAJIAN PUSTAKA
A. Pembahasan Model Pembelajaran Aktif (Active Learning)
1. Pengertian Model Pembelajaran Aktif (Active Learning)
Model pembelajaran aktif adalah suatu model dalam pengelolaan sistem
pembelajaran melalui cara-cara belajar yang aktif menuju belajar yang
mandiri. Kemampuan belajar mandiri merupakan tujuan akhir dari belajar
aktif (active learning). Untuk dapat mencapai hal tersebut kegiatan
pembelajaran dirancang sedemikian rupa agar bermakna bagi siswa atau
anak didik.

Belajar aktif merupakan perkembangan teori learning by doing (18591952). Dewey menerapkan prinsip-prinsip “learning by doing”, bahwa
siswa perlu terlibat dalam proses belajar secara spontan. Dari rasa keingin
tahuan (curriositas) siswa terdapat hal-hal yang belum diketahuinya, maka
akan dapat mendorong keterlibatan siswa secara aktif dalam suatu proses
belajar. Belajar aktif berguna untuk menumbuhkan kemampuan belajar aktif
pada diri siswa serta menggali potensi siswa dan guru untuk sama-sama
berkembang dan berbagi pengetahuan keterampilan, dan pengalaman.
Melalui model pembelajaran aktif, siswa diharapkan akan mampu
mengenal dan mengembangkan kapasitas belajar dan potensi yang mereka
miliki. Di samping itu, siswa secara penuh dan sadar dapat menggunakan
potensi sumber belajar yang terdapat di lingkungan sekitarnya, lebih terlatih
untuk berprakarsa, berpikir secara sistematis, krisis dan tanggap, sehingga
dapat menyelesaikan masalah sehari-hari melalui penelusuran informasi
yang bermakna baginya. Belajar aktif menuntut guru bekerja secara
profesional, mengajar secara sistematis, dan berdasarkan prnsip-prinsip
pembelajaran yang efektif dan efisien. Artinya, guru dapat merekayasa
model pembelajaran yang dilaksanakan secara sistematis dan menjadikan
proses pembelajaran sebagai pengalaman yang bermakna bagi siswa. Untuk
itu, guru diharapkan memiliki kemampuan untuk:


4

a.

Memanfaatkan sumber belajar dilingkungannya secara optimal dalam
proses pembelajaran

b. Berkreasi mengembangkan gagasan baru
c.

Mengurangi kesenjangan pengetahuan yang diperoleh siswa dari
sekolah dengan pengetahuan yang diperoleh dari masyarakat

d.

Mempelajari relevansi dan keterkaitan mata pelajaran bidang ilmu
dengan kebutuhan sehari-hari dalam masyarakat

e.


Mengembangkan pengetahuan, keterampilan dan perilaku siswa
secara bertahap dan utuh

f.

Memberi kesempatan pada siswa untuk dapat berkembang secara
optimal sesuai dengan kemampuan

g.

Menerapkan prinsip-prinsip belajar aktif.
Belajar aktif meliputi berbagai cara untuk membuat siswa aktif sejak

awal melakukan aktivitas-aktivitas yang membangun kerja kelompok dan
dalam waktu yang singkat membuat mereka berpikir tentang materi
pelajaran.Ketika peserta didik belajar dengan aktif berarti mereka yang
mendominasi aktifitas pembelajaran. Mereka secara aktif menggunakan otak
baik untuk menemukan ide pokok dari materi pelajaran, memecahkan
persoalan atau mengaplikasikan apa yang baru mereka pelajari ke dalam
suatu persoalan yang ada dalam kehidupan nyata. Jadi pembelajaran aktif

adalah suatu model pembelajaran yang membuat siswa menjadi aktif, siswa
diajak menyelesaikan masalah dengan menggunakan pengetahuan yang
mereka miliki dan menerapkan apa yang telah mereka pelajari.3
2. Karakteristik Pembelajaran aktif (Active Learning)
Pembelajaran

aktif

adalah

segala

bentuk

pembelajaran yang

memungkinkan siswaberperan secara aktif dalam proses pembelajaran
itu sendiri baik dalam bentuk interaksiantar siswa maupun siswa
dengan pengajar dalam proses pembelajarantersebut.


3Hamruni, Strategi Pembelajaran,Insan Madani: Yogyakarta, 2012, hlm 127-128

5

Menurut Bonwell (1995), pembelajaran aktif memiliki karakteristikkarakteristik sebagaiberikut:
a. Penekanan proses pembelajaran bukan pada penyampaian informasi
olehpengajar melainkan pada pengembangan keterampilan pemikiran
analitis dankritis terhadap topik atau permasalahan yang dibahas.
b. Siswa tidak hanya belajar secara pasif tetapi mengerjakan sesuatu
yang berkaitan dengan materi pelajaran.
c. Penekanan pada eksplorasi nilai-nilai dan sikap-sikap yang berhubungan
dengan materi pelajaran,
d. Siswa lebih banyak dituntut untuk berpikir kritis, menganalisa dan
melakukan evaluasi,
e. Umpan-balik yang lebih cepat akan terjadi pada proses pembelajaran.
Di

samping karakteristik tersebut, secara

umum


suatu

proses

pembelajaran aktifmemungkinkan diperolehnya beberapa hal. Pertama,
interaksi yang

timbul

selama

prosespembelajaran akan menimbulkan

positive interdependence, dimana konsolidasi pengetahuanyang dipelajari
hanya dapat diperoleh secara bersama-sama melalui eksplorasi aktif
dalambelajar. Kedua, setiap individu harus terlibat aktif dalam proses
pembelajaran dan guru harus

mendapatkan penilaian untuk setiap siswa

sehingga terdapat individualaccountability. Ketiga, proses pembelajaran
aktif ini agar dapat berjalan dengan efektifdiperlukan tingkat kerjasama
yang tinggi sehingga akan memupuk social skills.
Dengan demikian kualitas pembelajaran dapat ditingkatkan sehingga
penguasaan materijuga meningkat. Suatu studi yang dilakukan Thomas
(1972) menunjukkan bahwa setelah 10menit pelajaran, siswa cenderung
akan

kehilangan

konsentrasinya

untuk

mendengarpelajaran yang

diberikan oleh pengajar secara pasif. Hal ini tentu akan makin
membuatpembelajaran tidak efektif jika pembelajaran terus dilanjutkan
tanpa upaya-upaya untukmemperbaikinya. Dengan menggunakan cara-cara
pembelajaran aktif, hal tersebut dapatdihindari.Pemindahan peran pada
siswa untuk aktif belajar dapat mengurangikebosanan ini bahkan bisa

6

menimbulkan minat belajar yang besar pada siswa. Padaakhirnya hal ini
akan

membuat

proses

pembelajaran

mencapai learning outcomes

yangdiinginkan.4
3. Sintak atau Langkah-Langkah Pembelajaran Aktif(Active Learning)
Pembelajaran

aktif

(Active

Learning)

dimaksudkan

untuk

mengoptimalkan penggunaan semua potensi yang dimiliki oleh anak didik,
sehingga semua anak didik dapat mencapai hasil belajar yang memuaskan
sesuai dengan karakteristik pribadi yang mereka miliki. Disamping itu,
pembelajaran aktif (Active Learning) juga dimaksudkan untuk menjaga
perhatian siswa agar tetap tertuju pada proses pembelajaran. Menurut
Machmudah (2008),berikut adalah sintak atau langkah-langkah model
pembelajaran aktif (Active Learning) :
a. Fase 1: Menyampaikan tujuan dan motivasi siswa
Dalam fase ini guru menyampaikan semua tujuan pelajaran yang
ingin dicapai pada pelajaran tersebut dan memotivasi siswa. Tujuan
belajar yang disampaikan adalah untuk memahami sel darah pada sistem
peredaran darah.
b. Fase 2: Menyajikan informasi
Dalam fase ini guru menyampaikan penjelasan umum

tentang

peredaran darah kepada siswa.
c. Fase 3: Mengorganisasikan siswa ke dalam kelompok
Dalam fase ini guru membagikan kartu berisi informasi tentang sel
darah sebagai penentuan kelompok siswa.
d. Fase 4: Membimbing kelompok bekerja dan belajar
Dalam fase ini guru membimbing kelompok-kelompok belajar pada
saat mereka mengerjakan tugas mereka.

4Silberman, Active Learning, 101 Strategi Pembelajaran Aktif,Yappendis: Yogyakarta, 2004, hlm
24-27

7

e. Fase 5: Evaluasi
Dalam fase ini guru meminta siswa mempresentasikan hasil diskusi,
guru mengevaluasi hasil belajar tentang materi yang telah dipelajari
dengan memberikan soal dan penjelasan.
f. Fase 6: Memberikan penghargaan
Dalam fase ini guru memberikan penghargaan bagi kelompok yang
terbaik sesuai dengan kriteria guru.
4. Kelebihandan Kelemahan Pembelajaran Aktif (Active Learning)
Active learning sebagai model dalam pembelajaran mempunyai keuntungan
sebagai berikut :
1.

Peserta didik lebih termotivasi
Model

pembelajaranactive

learning

memungkinkan

terjadinya

pembelajaran yang menyenangkan. Suasana yang menyenangkan merupakan
faktor motivasi untuk peserta didik. Lebih mudah menyampaikan materi
ketika peserta didik menikmatinya. Dengan melakukan hal yang sedikit
berbeda, peserta didik akan lebih termotivasi untuk berpartisipasi dalam
pembelajaran.
2.

Mempunyai lingkungan yang aman
Kelas merupakan tempat di mana terjadi percobaan serta kegagalan-

kegagalan. Kita tidak hanya membolehkan terjadinya hal-hal tersebut, tetapi
juga memberi semangat bahwa kegagalan bukanlah akhir dari segalanya.
Resiko harus diambil untuk mendapatkan sesuatu yang berharga. Pendidik
dapat menyediakan lingkungan yang aman melalui modelling dan setting batasbatas perilaku dalam kelas.
3.

Pertisipasi oleh seluruh kelompok belajar
Peserta didik merupakan bagian dari rencana pembelajaran. Informasi

tidak diberikan pada peserta didik, tetapi peserta didik mencarinya. Beberapa
kegiatan membutuhkan kekuatan, kecerdasan, dan membutuhkan peserta didik
untuk menjadi bagiannya. Semua mempunyai tempat dan berkontribusi
berdasarkan karakteristik masing-masing.

8

4.

Setiap orang bertanggungjawab dalam kegiatan belajarnya sendiri
Setiap orang bertanggungjawab untuk memutuskan apakah sesuatu hal

tepat untuk mereka. Setiap orang dapat menginterpretasikan tindakan-tindakan
untuk mereka sendiri dan mengaplikasikannya sesuai dengan kondisi mereka.
5.

Kegiatan bersifat fleksibel dan ada relevansinya
Peraturan dan bahasa boleh diubah menyesuaikan dengan tingkat

kebutuhan. Dengan membuat perubahan, kita dapat melakukan kegiatan yang
relevan

dengan

berbagai

usia

kelompok

yang

bervariasi

dengan

mengeksplorasi konsep yang sama.
6.

Reseptif meningkat
Dengan menggunakan active learning sebagai model dalam pembelajaran

di mana prinsip-prinsip dan penerapan dari prinsip-prinsip diekspresikan oleh
peserta didik, informasi menjadi lebih mudah untuk diterima dan diterapkan.
7.

Pendapat induktif distimulasi
Jawaban atas pertanyaan tidak diberikan tetapi pertanyaan tersebut

dieksplorasi. Pertanyaan dan jawaban muncul dari peserta didik selama
kegiatan pembelajaran.
8.

Partisipan mengungkapkan proses berpikir mereka
Sementara kegiatan diskusi berlangsung, pendidik dapat mengukur tingkat

pemahaman peserta didik. Dengan demikian pendidik dapat berkonsentrasi
pada hal-hal yang harus diberikan sesuai dengan kebutuhan.
9.

Memberi kesempatan untuk memperbaiki kesalahan
Jika peserta didik melakukan kesalahan yang menyebabkan kegagalan,

hentikan kegiatan dan pikirkan alternatif lain dan mulai lagi kegiatan. Dengan
demikian peserta didik dapat belajar bahwa kesalahan dapat menjadi sesuatu
hal yang menguntungkan dan membimbing kita untuk menjadi lebih baik.
10. Memberi kesempatan untuk mengambil resiko
Peserta didik merasa bebas untuk berpartisipasi dan belajar melalui
keterlibatan mereka karena mereka tahu bahwa kegiatan yang dilakukan
merupakan simulasi. Mengambil resiko merupakan hal yang sulit dalam
masyarakat yang mengidolakan pemenang. Dengan memberikan kesempatan

9

pada siswa untuk berpartisipasi tanpa tekanan untuk menjadi pemenang, kita
telah memberi kebebasan untuk mencoba tanpa merasa malu untuk melakukan
kesalahan.
Sedangkan

kelemahan-kelemahan

dalam

penerapan

model

pembelajaranactive learning adalah:
1.

Keterbatasan waktu
Waktu yang disediakan untuk pembelajaran sudah ditentukan sebelumnya,

sehingga untuk kegiatan pembelajaran yang memakan waktu lama akan
terputus menjadi dua atau lebih pertemuan.
2.

Kemungkinan bertambahnya waktu untuk persiapan
Waktu yang digunakan untuk persiapan kegiatan akan bertambah, baik

waktu untuk merancang kegiatan maupun untuk mempersiapkan agar peserta
didik siap untuk melakukan kegiatan.
3.

Ukuran kelas yang besar
Kelas yang mempunyai jumlah peserta didik yang relatif banyak akan

mempersulit terlaksananya kegiatan pembelajaran dengan active learning.
Kegiatan diskusi tidak akan dapat memperoleh hasil yang optimal.
4.

Keterbatasan materi, peralatan dan sumberdaya
Keterbatasan materi, peralatan yang digunakan untuk melakukan kegiatan

pembelajaran, serta sumberdaya akan menghambat kelancaran penerapan
active learning dalam pembelajaran.
5.

Resiko penerapan active learning
Hambatan terbesar adalah keengganan pendidik untuk mengambil

berbagai resiko diantaranya resiko peserta didik tidak akan berpartisipasi,
menggunakan kemampuan berpikir yang lebih tinggi atau mempelajari konten
yang cukup. Pendidik takut untuk dikritik dalam mengajar dan merasa
kehilangan kendali kelasserta keterbatasan keterampilan.5
B. Kerangka Berfikir
Dalam pembelajaran active learning, seorang guru berusaha agar murid lebih
aktif dan kritis dalam materi yang telah disampaikan. Dengan menggunakan
5Zaini,Strategi Pembelajaran Aktif, Pustaka Insan Madani: Yogyakarta, 2008, hlm 67-69

10

model pembelajaran aktif, guru bisa mengetahui siswa yang memahami materi
yang telah diajarkan tersebut. Siswa juga lebih aktif dalam pembelajaran, tidak
hanya guru saja yang faham tentang isi materi tetapi siswa juga memahami materi
yang telah disampaiakan oleh guru. Adanya model pembelajaran active learning
ini dapat meningkatkan kreatifitas dalam suatu pembelajaran.
Dalam pembelajaran aktif, guru memberikan kesempatan bagi siswanya untuk
mengutarakan pendapatnya tentang materi yang telah diajarkan. Agar siswa bisa
berkreasi dan berkata-kata sendiri sesuai apa yang mereka tangkap dalam
pembelajaran tersebut.

11

BAB III
METODE PENELITIAN
A. Jenis dan Pendekatan
Ditinjau dari segi metodologi penelitian ini adalah penelitian naturalistik,
karena penelitiannya dilakukan pada kondisi yang alamiah (natural setting)
dan menggunakan pendekatan

kualitatif. Penelitian kualitatif merupakan

metode penelitian yang digunakan untuk meneliti pada kondisi obyek yang
alamiah, (sebagai lawannya adalah eksperimen) di mana peneliti adalah
sebagai instrumen kunci, pengalaman, teknik pengumpulan dengan observasi
dan wawancara, analisis data bersifat induktif, dan hasil penelitiannya lebih
menekankan makna dari pada generalisasi.6
B. Lokasi Penelitian
Lokasi penelitian merupakan suatu tempat yang dijadikan untuk penelitian,
Untuk itu, penulis mengambil lokasi penelitian di MTs Mazro’atul Huda
Karanganyar Demak, dengan alasan bahwa untuk mencetak peserta didik yang
berkualitas dan berperan aktif dalam suatu pembelajaran dengan menggunakan
metode pembelajaran aktif. Selain itu didukung kemudahan dalam meneliti,
karena lembaga yang bersangkutan itu letaknya dekat dengan rumah peneliti.
C. Instrumen Penelitian
Dalam penelitian kualitatif yang menjadi instrumen atau alat penelitian
adalah peneliti itu sendiri.Oleh karena itu peneliti sebagai instrumen juga harus
divalidasi seberapa jauh peneliti kualitatif siap melakukan penelitian yang
selanjtnya terjun ke lapangan.Validasi terhadap peneliti sebagai instrumen
meliputi validasi terhadap pemahaman metode penelitian kualitatif, penguasaan
wawasan terhadap bidang yang diteliti, kesiapan peneliti untuk memasuki
obyek penelitian, baik secara akademik maupun logistiknya.
Dari instrumen penelitian ini, valid atau tidaknya data itu berdasarkan
peneliti yang akan memberikan sebuah data-data mengenai wawancara dalam
penelitian sehingga bisa menjelaskan apa yang diteliti.
6Sugiyono, Metode Penelitian Pendidikan(Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif dan R&D), Alfabet:
Bandung, 2010, hlm 15

12

D. Sumber Data
1. Data primer
Data primer atau data pertama adalah data yang diperoleh secara
langsung dari subyek penelitian dengan menggunakan alat pengukur atau
alat pengambilan data langsung pada subyek yang sebagai sumber data yang
dicari.Dari primer ini diperoleh dari objek lapangan yang diteliti, yaituguru,
serta siswa di Mts Mazro’atul Huda Karanganyar Demak.
2. Data sekunder
Data sekunder merupakan sumber yang tidak langsung memberikan
data kepada pengumpul data, misalnya lewat orang lain atau lewat
dokumen. Dari data sekunder tersebut, peneliti akan memberikan data
meliputi dari referensi buku-buku, internet serta hasil wawancara yang
bersangkutan dengan penelitian yang diteliti.
E. Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data merupakan langkah yang paling utama dalam
penelitian, karena tujuan utama dari penelitian adalah mendapatkan data.
Dalam penelitian ini pengumpulan data dilakukan dengan teknik sebagai
berikut:
1. Observasi
Observasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah

untuk

mendapatkan data tentang MTs Mazro’atul Huda Karanganyar Demak
mengenai implementasi model pembelajaran active learning yang digunakan
dalam pembelajaran Aqidah Akhlak, dilakukan dengan jalan penelitian.
2.

Wawancara
Teknik ini digunakan peneliti untuk mengetahui hal-hal yang ada dalam

pikiran dan perasaan responden. Wawancara yang saya gunakan di sini adalah
wawancara terstruktur, yaitu di mana peneliti telah mengetahui dengan pasti
tentang informasi yang akan diperoleh. Oleh karena itu peneliti menyiapkan
instrumen penelitian berupa pertanyaan-pertanyaan tertulis yang alternatif dan

13

jawabannya pun telah disiapkan dan setiap responden diberi pertanyaan yang
sama, serta peneliti mencatatnya.7
F. Teknik Analisis Data
Penelitian ini, untuk menganalisis hasil temuan, maka penulis menggunakan
tiga macam analisis, yaitu: reduksi data, display (penyajian data), dan verifikasi.
1. Reduksi Data
Mereduksi

data

berarti

merangkum,

memilih

hal-hal

yang

pokok,

memfokuskan pada hal-hal yang penting, dicari tema dan polanya, dan membuang
yang tidak perlu, dalam penelitian ini aspek-aspek direduksi adalah implementasi
model pembelajaran active learning yang digunakan dalam pembelajaran Aqidah
Akhlak, untuk mengetahui kemampuan siswa.
2. Display ( penyajian data)
Setelah melakukan reduksi data, maka langkah selanjutnya adalah menyajikan
data.Penyajian data ini dapat dilakukan dalam bentuk uraian singkat. Hal ini
dilakukan untuk memudahkan peneliti untuk memahami apa yang terjadi,
merencanakan kerja selanjutnya berdasarkan apa yang telah dipahami tersebut.
Sesuai dengan aspek-aspek penelitian ini, maka penyajian datanya dimulai dari
ruang lingkup model pembelajaran active learning dalam pembelajaran Aqidah
Akhlak, dari hasil-hasil yang diharapkan dari pembelajaran.
3. Verifikasi
Verifikasi dalam penelitian kualitatif yang diharapkan adalah temuan baru yang
sebelumnya belum pernah ada.Temuan ini dapat berupa deskripsi atau gambaran
suatu obyek yang sebelumnya masih remang-remang, sehingga setelah diteliti
menjadi jelas. Data display yang telah didukung oleh data-data yang mantap akan
dapat dijadikan kesimpulan.
G. Uji Keabsahan Data
Dalam penelitian kualitatif, temuan atau data dapat dinyatakan valid apabila
tidak ada perbedaan antara

yang dilaporkan peneliti dengan apa yang

sesungguhnya terjadi pada obyek yang diteliti. Setiap laporan penelitian bersifat
7Sugiyono, Metode Penelitian Pendidikan(Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif dan R&D), hlm 308-319

14

individualisme selalu berbeda dari orang-perorang, dari peneliti satu dengan
peneliti yang lain. Tiap peneliti memberi laporan menurut bahasa dan jalan pikiran
sendiri.
Demikian halnya juga dalam pengumpulan data, pencatatan hasil observasi dan
wawancara terkandung unsur-unsur individualistik sehingga untuk mengetahui
validitas dan reliabilitas data dalam penelitian kualitatif perlu pengujian data
lebih lanjut.
Uji keabsahan data dalam penelitian kualitatif meliputi uji, kredibilitas,
transferability, dependability, confirmability. Penelitian ini lebih mendominankan
uji kredibilitas. Uji kredibilitas data penelitian kualitatif antara lain dilakukan
dengan:
1. Perpanjangan pengamatan
Perpanjangan pengamatan berarti peneliti kembali ke lapangan, melakukan
pengamatan, wawaancara lagi dengan sumber data yang pernah ditemui ataupun
yang baru. Dengan perpanjangan pengamatan ini berarti hubungan peneliti dengan
narasumber akan semakin terbentuk, semakin akrab, semakin terbuka, saling
mempercayai sehingga tidak ada informasi yang disembunyikan lagi.
2. Meningkatkan ketekunan
Meningkatkan ketekunan berarti melakukan pengamatan secara lebih cermat
dan berkesinambungan, dengan cara tersebut maka kepastian data dan urutan
peristiwa akan dapat direkam secara pasti dan sistematis.
3. Trianggulasi
Pengujian triangulasi diartikan sebagai pengecekan data dari berbagai sumber
dengan berbagai cara, dan berbagai waktu. Setelah peneliti memperoleh data hasil
wawancara, data tersebut akan disusun secara sitematis.
4. Analisis Kasus Negatif
Melakukan analisis kasus negatif berarti peneliti mencari data yang telah
ditemukan .bila tidak ada lagi data yang berbeda atau bertentangan dengan
temuan, berarti data yang ditemukan sudah dapat dipercaya. Tetapi bila peneliti
masih mendapatkan data-data yang bertentangan dengan data yang ditemukan,
maka peneliti mungkin akan merubah temuannya

15

DAFTAR PUSTAKA
Hamruni, Strategi Pembelajaran,Insan Madani: Yogyakarta, 2012
Silberman, Active Learning, 101 Strategi Pembelajaran Aktif,Yappendis:
Yogyakarta, 2004
Siregar, Eveline dan Hartini Nara, Teori Belajar dan Pembelajaran, Ghalia
Indonesia: Jakarta, 2010
Sugiyono, Metode Penelitian Pendidikan(Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif dan
R&D), Alfabeta: Bandung, 2010
Zaini,Strategi Pembelajaran Aktif, Pustaka Insan Madani: Yogyakarta, 2008
Zakiah Daradjat, Metodik Khusus Pengajaran Agama Islam, PT Bumi Aksara:
Jakarta, 2001

16

Dokumen yang terkait

ANALISIS KEMAMPUAN SISWA SMP DALAM MENYELESAIKAN SOAL PISA KONTEN SHAPE AND SPACE BERDASARKAN MODEL RASCH

69 778 11

IMPLEMENTASI MIKROKONTROLER ATMEGA 8535 STUDI KASUS PENGONTROL SUHU ALIRAN AIR DALAM PIPA DENGAN METODE KONTROL FUZZY LOGIK

28 240 1

HUBUNGAN IMPLEMENTASI PERAWAT TENTANG PATIENT SAFETY DENGAN RESIKO CEDERA PADA INFANT DAN TODDLER

38 264 22

DISKRIMINASI PEREMPUAN MUSLIM DALAM IMPLEMENTASI CIVIL RIGHT ACT 1964 DI AMERIKA SERIKAT

0 34 14

IMPLEMENTASI PROGRAM PENYEDIAAN AIR MINUM BERBASIS MASYARAKAT (Studi Deskriptif di Desa Tiris Kecamatan Tiris Kabupaten Probolinggo)

21 177 22

PENGARUH KEMAMPUAN AWAL MATEMATIKADAN MOTIFBERPRESTASI TERHADAP PEMAHAMAN KONSEP MATEMATIS SISWA DALAM PEMBELAJARAN KONTEKSTUAL

8 74 14

PENGGUNAAN BAHAN AJAR LEAFLET DENGAN MODEL PEMBELAJARAN THINK PAIR SHARE (TPS) TERHADAP AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR SISWA PADA MATERI POKOK SISTEM GERAK MANUSIA (Studi Quasi Eksperimen pada Siswa Kelas XI IPA1 SMA Negeri 1 Bukit Kemuning Semester Ganjil T

47 275 59

PENERAPAN MODEL COOPERATIVE LEARNING TIPE TPS UNTUK MENINGKATKAN SIKAP KERJASAMA DAN HASIL BELAJAR SISWA KELAS IV B DI SDN 11 METRO PUSAT TAHUN PELAJARAN 2013/2014

6 73 58

PENINGKATAN HASIL BELAJAR TEMA MAKANANKU SEHAT DAN BERGIZI MENGGUNAKAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE THINK-PAIR-SHARE PADA SISWA KELAS IV SDN 2 LABUHAN RATU BANDAR LAMPUNG

3 72 62

JUDUL INDONESIA: IMPLEMENTASI PENDIDIKAN INKLUSIF DI KOTA METRO\ JUDUL INGGRIS: IMPLEMENTATION OF INCLUSIVE EDUCATION IN METRO CITY

1 56 92