Persepsi Remaja Putus Sekolah Terhadap Pelanggaran Ajaran Agama (Studi Kasus di Dusun Samirono, Desa Krincing, Kecamatan Secang, Kabupaten Magelang) Tahun 2018 - Test Repository

  

FAKTOR-FAKTOR PELANGGARAN AJARAN AGAMA

PADA REMAJA PUTUS SEKOLAH

(Studi Kasus di Dusun Samirono Desa Krincing

Kecamatan Secang Kabupaten Magelang Tahun 2018)

  

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Kewajiban Dan Syarat

Guna Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

  

Oleh:

KHAFIDHOTUL AINI

NIM. 111-14-187

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM (PAI)

FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN (FTIK)

  

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN) SALATIGA

2018

  

FAKTOR-FAKTOR PELANGGARAN AJARAN AGAMA

PADA REMAJA PUTUS SEKOLAH

(Studi Kasus di Dusun Samirono Desa Krincing

Kecamatan Secang Kabupaten Magelang Tahun 2018)

  

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Kewajiban Dan Syarat

Guna Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

  

Oleh:

KHAFIDHOTUL AINI

NIM. 111-14-187

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM (PAI)

FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN (FTIK)

  

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN) SALATIGA

2018

  

MOTTO

       

  

“ Dan dirikanlah shalat, tunaikanlah zakat dan ruku'lah beserta orang-orang

yang ruku' ”. (Al-Baqarah: 43)

           

  

  

“ Hai orang-orang yang beriman, diwajibkan atas kamu berpuasa sebagaimana

diwajibkan atas orang- orang sebelum kamu agar kamu bertakwa ”. (Al-Baqarah: 183)

  

PERSEMBAHAN

  Puji syukur kehadirat Allah SWT atas limpahan rahmat serta karunia-Nya, skripsi ini penulis persembahkan untuk:

  1. Kedua orang tua Bapak Miftakhul Khoir dan Ibu Siti Khafsoh atas bimbingan, do‟a, kasih sayang, nasihat, dan motivasi yang telah berikan sampai saat ini.

  2. Adikku Faizatul Ulya atas motivasi dan dukungan untuk mempercepat penulisan skripsi ini.

  3. Segenap keluarga Bapak Muhammad Mas‟ud, M. Pd. yang telah banyak membantu, memberikan dukungan, semangat, motivasi, dan nasihat kepada penulis selama ini.

  4. Teman yang telah memberikan dukungan dan semangat dalam proses pembuatan skripsi ini dari Ma‟had IAIN Salatiga.

  5. Teman senasib dan seperjuangan skripsi Siti Suryanti dari UIN SUNAN KALIJAGA dan Irfi M.U. dari UNIVERSITAS TIDAR yang telah banyak memberikan ide dan masukan dalam penulisan ini serta memberikan semangat agar dapat mempercepat penulisan skripsi ini.

  6. Sedulur Forum Komunikasi Mahasiswa Magelang atas bantuan dan dukungan sejak pertama kali di Salatiga sampai sekarang.

  7. Para responden Dusun Samirono yang telah memberikan data yang sebenarnya kepada penulis sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini.

  8. Seluruh mahasiswa IAIN Salatiga terutama angkatan 2014.

KATA PENGANTAR

  Bismillahirrahmanirrahim

  Syukur alhamdulillah penulis panjatkan kepada Allah SWT yang selalu memberikan nikmat, karunia, taufik, serta hidayah-Nya kepada penulis sehingga penulis dapat menyelesaikan tugas skripsi ini dengan judul “ Persepsi Remaja Putus Sekolah Terhadap Pelanggaran Ajaran Agama (Studi Kasus di Dusun Samirono, Desa Krincing, Kecamatan Secang, Kabupaten Magelang)”. Tidak lupa shalawat serta salam semoga senantiasa tercurahkan kepada Nabi Agung Muhammad SAW, keluarga, sahabat, serta pengikutnya yang selalu setia dan menjadikannya suri tauladan yang mana beliaulah satu-satunya manusia yang dapat membawa umat manusia dari zaman kegelapan menuju terang benderang.

  Penulisan skripsi ini tidak akan terselesaikan tanpa bantuan dari berbagai pihak yang telah berkenan membantu penulis menyelesaikan skripsi ini. Oleh karena itu penulis mengucapkan banyak terima kasih kepada: 1.

  Bapak Dr. Rahmat Hariyadi, M.Pd., selaku Rektor IAIN Salatiga.

  2. Bapak Suwardi, M.Pd. selaku Dekan Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan IAIN Salatiga.

  3. Ibu Siti Rukhayati, M.Ag. selaku ketua jurusan Pendidikan Agama Islam IAIN Salatiga.

  4. Bapak Dr. Mukti Ali, M.Hum. selaku dosen pembimbing akademik.

  5. Bapak Achmad Maimun, M.Ag. selaku dosen pembimbing skripsi yang telah membimbing dengan iklas, mengarahkan, dan meluangkan waktunya untuk penulis sehingga skripsi ini terselesaikan.

  DAFTAR ISI

  HALAMAN SAMPUL LUAR ................................................................... I HALAMAN BERLOGO ............................................................................ Ii HALAMAN SAMPUL DALAM ............................................................... Iii PERSETUJUAN PEMBIMBING................................................................ Iv PENGESAHAN KELULUSAN.................................................................. v PERNYATAAN KEASLIAN PENELITIAN............................................. vi MOTTO........................................................................................................ vii PERSEMBAHAN........................................................................................ viii KATA PENGANTAR ................................................................................ ix DAFTAR ISI ............................................................................................... xi DAFTAR TABEL ....................................................................................... xiii DAFTAR GAMBAR .................................................................................. xiv DAFTAR LAMPIRAN ............................................................................... xv ABSTRAK .................................................................................................. xvi

  BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah .................................................................. 1 B. Fokus Penelitian .............................................................................. 4 C. Tujuan Penelitian ............................................................................ 5 D. Manfaat Penelitian .......................................................................... 5 E. Penegasan Istilah ............................................................................. 6 F. Sistematika Penelitian ..................................................................... 8 BAB II PEMBAHASAN A. Landasan Teori 1. Persepsi ..................................................................................... 10 2. Remaja ....................................................................................... 13 3. Remaja Putus Sekolah ............................................................... 22 4. Pelanggaran Ajaran Agama ....................................................... 25 B. Kajian Penelitian Terdahulu............................................................. 33

  BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian ................................................................................ 37 B. Lokasi Dan Waktu Penelitian .......................................................... 37 C. Sumber Data .................................................................................... 38 D. Prosedur Pengumpulan Data ........................................................... 38 E. Analisis Data ................................................................................... 40 F. Pengecekan Keabsahan Temuan ..................................................... 41 BAB IV PAPARAN DATA DAN ANALISIS A. Paparan Data 1. Gambaran Umum Dusun Samirono .......................................... 43 2. Gambaran Informan .................................................................. 44 3. Hasil Penelitian ......................................................................... 50 B. Analisis Data 1. Persepsi Remaja Putus Sekolah Terhadap Ibadah .................... 59 2.

  62 Persepsi Remaja Putus Sekolah Terhadap Pelanggaran Ajaran Agama .......................................................................................

  3.

  67 Faktor-faktor Pelanggaran Ajaran Agama pada Remaja Putus Sekolah 4.

  68 Upaya dalam Mengatasi Remaja Putus Sekolah yang Meninggalkan Ajaran Agama....................................................

  BAB V PENUTUP A. Kesimpulan ..................................................................................... 77 B. Saran ................................................................................................ 79 DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN-LAMPIRAN DAFTAR RIWAYAT HIDUP

  DAFTAR TABEL 1.

Tabel 4.1 Batas-batas wilayah Dusun Samirono, Desa Krincing,

  Kecamatan Secang, Kabupaten Magelang........................................41 2.

Tabel 4.2 Karakteristik Informan Remaja Putus Sekolah Dusun

  Samirono...........................................................................................42

  DAFTAR GAMBAR 1.

  Gambar 1 Wawancara dengan informan IN 2. Gambar 2 Wawancara dengan informan YP 3. Gambar 3 Wawancara dengan informan RS 4. Gambar 4 Wawancara dengan informan AP 5. Gambar 5 Wawancara dengan informan R 6. Gambar 6 Wawancara dengan informan A

DAFTAR LAMPIRAN

  Lampiran 1 Pedoman Wawancara Lampiran 2 Transkip Wawancara Lampiran 3 Gambar Dokumentasi Lampiran 4 Surat Ijin Penelitian Lampiran 5 Surat Keterangan Penelitian Lampiran 6 Nota Pembimbing Lampiran 7 Lembar Konsultasi Lampiran 8 Daftar SKK Lampiran 9 Daftar Riwayat Hidup

  

ABSTRAK

  Aini, Khafidhotul. 2018. Persepsi Remaja Putus Sekolah Terhadap Pelanggaran Ajaran Agama (Studi Kasus di Dusun Samirono, Desa Krincing, Kecamatan Secang, Kabupaten Magelang) Tahun 2018. Skripsi, Salatiga: Jurusan Pendidikan Agama Islam Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan Institut Agama Islam Negeri Salatiga. Pembimbing: Achmad Maimun, M. Ag.

  

Kata kunci: Persepsi, Remaja Putus Sekolah, dan Pelanggaran Ajaran

Agama

  Bagi remaja sangat diperlukan adanya pemahaman, pendalaman dan ketaatan dalam pelaksanaan ajaran agama. Seorang yang kosong dari pengalaman keagamaan akan mudah terseret pada kegiatan yang menyimpang akibat pengaruh dari teman-temannya maupun lingkungannya. Peneliti melihat bahwa di Dusun Samirono, Desa Krincing, Kecamatan Secang, Kabupaten Magelang terdapat remaja yang putus sekolah dan remaja yang sudah putus sekolah tersebut kurang dalam pengalaman keagamaan.

  Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dengan subyek penelitian sebanyak 6 responden. Sumber data yang di peroleh dalam penelitian ini berasal dari data primer yakni para remaja putus sekolah, dan data sekunder yang dapat berupa dokumen, arsip, buku, dll.

  Hasil penelitian menunjukkan bahwa pertama, remaja putus sekolah mengatakan bahwa ibadah adalah suatu kegiatan yang wajib dilaksanakan dan akan mendapat dosa jika meninggalkannya. Kedua, remaja putus sekolah mempresepsikan pelanggaran ajaran agama adalah sesuatu yang dianggap tidak baik. Mereka menganggap melanggar atau meninggalkan ajaran agama atau ibadah baik shalat maupun puasa merupakan dosa. Akan tetapi realita dalam kehidupan sehari-hari sebagian para remaja putus sekolah ini jarang atau bahkan tidak perrnah melaksanakan ibadah tersebut. Faktor yang menyebabkan remaja dengan mudahnya meninggalkan ajaran agama yaitu faktor internal dan eksternal. Solusi yang dapat dilakukan dalam rangka mengurangi pelanggaran ajaran agama adalah adanya kerja sama antara orang tua, tokoh masyarakat, masyarakat umum, dan pemerintah.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pada dasarnya semenjak lahir manusia dianugerahi fitrah atau

  potensi untuk menjadi baik atau jahat, akan tetapi anak yang baru lahir berada dalam keadaan yang suci tanpa noda dan dosa. Oleh karena itu, apabila di kemudian hari dalam perkembangannya anak menjadi besar dan dewasa dengan sifat-sifat yang buruk, maka hal itu merupakan akibat dari pendidikan keluarga, lingkungan dan teman-teman sepermainannya yang mendukug untuk tumbuh dan berkembangnya sifat-sifat buruk tersebut (Juwariyah, 2010: 2). Maka masa remaja merupakan masa yang sangat penting bagi individu karena masa remaja yang dapat menentukan masa depan atau dewasanya nanti apakah ia menjadi baik atau buruk.

  Remaja (adolescence) adalah masa transisi/ peralihan dari masa kanak-kanak menuju masa dewasa yang ditandai dengan adanya perubahan aspek, fisik, psikis, dam psikososial. Secara kronologis yang tergolong remaja antara usia 12/13-21 tahun. Menurut Erikson, remaja akan melalui masa krisis di mana remaja berusaha mencari identitas diri (search for self-identity) (Dariyo, 2004: 13-14).

  Masa remaja merupakan masa peralihan, yang ditempuh oleh seseorang dari masa kanak-kanak menuju dewasa. Jika dilihat dari segi fisik seorang remaja menyerupai orang dewasa. Akan tetapi dari segi emosi dan sosial masih memerlukan waktu untuk berkembang menjadi lebih dewasa dan matang. Masa remaja merupakan masa transisi pada fase pembentukan keptibadian, karakter, dan budi pekerti.

  Menurut Havighurst, salah satu dari jenis-jenis tugas perkembangan remaja yaitu memperoleh kemandirian dan kepastian secara ekonomis. Tujuan utama individu melakukan persiapan diri dengan menguasai suatu ilmu dan keahlian, ialah untuk dapat bekerja sesuai dengan bidang keahlian dan memperoleh penghasilan yang layak sehingga menghidupi diri sendiri maupun keluarganya nanti. Sebab keinginan seorang individu yaitu menjadi orang yang mandiri dan tidak bergantung pada orang tua secara psikis maupun secara ekonomis (keuangan) (Dariyo, 2004: 78-79).

  Manusia adalah makhluk ciptaan Tuhan yang paling sempurna diantara sekian banyak ciptaan Tuhan lainnya. Manusia juga sering dibekali dan diberi berbagai keistimewaan yang sekaligus membedakan dengan makhluk-makhluk lainnya. Dalam rangka bagaimana manusia bisa menjalin hubungan dengan Tuhan dan bagaimana manusia bisa selalu mengadakan kontak batin dengan Tuhan, manusia menciptakan ritual ibadahnya sendiri dengan berbagai ajarannya (Aibak, 2015: 43-44).

  Dalam rangka agar manusia bisa menjalin hubungan dengan Tuhan, agama Islam pun memiliki ritual ibadah tersendiri. Islam memiliki ajaran-ajaran, tuntunan-tuntunan salam berbagai bidang kehidupan khususnya dalam pembahasan ini adalah ibadah. Ajaran-ajaran ini diturunkan oleh Tuhan, Allah SWT kepada Nabi Muhammad SAW utusan Allah SWT. Kemudian Nabi Muhammad SAW menyeberluaskan ajaran- ajaran tersebut bagi pemeluk agama Islam (Aibak, 2015: 44).

  Ibadah-ibadah tersebut harus ditaati dan dilaksanakan oleh semua umat muslim. Karena dengan menaati dan melaksanakan ibadah tersebut merupakan suatu bentuk totalitas diri, pengakuan secara total bahwa umat Islam menyembah Allah SWT. Akan tetapi apabila sesorang muslim melanggar atau meninggalkan ibadah-ibadah yang sudah ditetapkan maka ia akan mendapat konsekuensinya yaitu dengan balasan yang akan didapat di hari kelak nanti.

  Berdasarkan pengamatan peneliti di Dusun Samirono, Desa Krincing, Kecamatan Secang, Kabupaten Magelang, peneliti melihat bahwa banyak remaja yang ternyata sudah putus sekolah. Kebanyakan dari remaja tersebut sudah bekerja. Bagi seorang remaja sangat diperlukan adanya pemahaman, pendalaman serta ketaatan terhadap ajaran-ajaran agama yang dianut. Beruntung bagi remaja yang mempunyai orang tua yang mampu memberikan bimbingan beragama sewaktu kecil, maka mudah untuk melaksanakan ibadah dan berdo‟a kepada Allah SWT baik dari ajakan orang lain maupun kesadaran sendiri. Akan tetapi lain halnya bagi remaja yang mempunyai keluarga yang hidup jauh dari agama, maka usia remajanya akan dilaluinya dengan lebih berat lagi dan dapat mengarah pada kenakalan remaja. Seorang remaja yang kosong dari pengalaman keagamaan akan mudah terseret pada kegiatan-kegiatan yang menyimbang, akibat pengaruh teman-temannya maupun lingkungan sekitar. Akan tetapi di Dusun Samirono, ada beberapa orang tua yang kurang memberikan bimbingan beragama kepada anak-anaknya.

  Sedangkan apabila remaja tersebut sudah bekerja dan orang tuanya kurang memberikan bimbingan beragama apakah remaja tersebut dapat melaksanakan ajaran agama dengan baik? Karena terkadang remaja yang sudah mendapat pekerjaan sendiri akan lebih disibukkan dengan pekerjaan mereka.

  Berdasarkan latar belakang di atas, peneliti tertarik untuk mengadakan penelitian pada remaja putus sekolah dengan mengangkat tema “Faktor-faktor Pelanggaran Ajaran Agama pada Remaja Putus Sekolah (Studi Kasus di Dusun Samirono, Desa Krincing, Kecamatan Secang, Kebupaten Magelang Tahun 2018)”.

B. Fokus Penelitian

  Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka peneliti dapat merumuskan masalah yaitu:

1. Bagaimana persepsi remaja putus sekolah terhadap ibadah di Dusun

  Samirono, Desa Krincing, kecamatan Secang, kabupaten Magelang Tahun 2018? 2. Bagaimana persepsi remaja putus sekolah terhadap pelanggaran ajaran agama di Dusun Samirono, Desa Krincing, Kecamatan Secang,

  Kabupaten Magelang Tahun 2018?

  3. Apa saja faktor-faktor pelanggaran ajaran agama pada remaja putus sekolah di Dusun Samirono, Desa Krincing, Kecamatan Secang, Kabupaten Magelang Tahun 2018? 4. Bagaimana upaya dalam mengatasi remaja putus sekolah yang meninggalkan ajaran agama dan relevansinya dengan pendidikan?

C. Tujuan Penelitian

  Sesuai rumusan masalah di atas, maka tujuan dari penelitian ini yaitu:

  1. Untuk mengetahui persepsi remaja putus sekolah terhadap ibadah di Dusun Samirono, Desa Krincing, Kecamatan Secang, Kabupaten Magelang Tahun 2018.

  2. Untuk mengetahui persepsi remaja putus sekolah terhadap pelanggaran ajaran agama di Dusun Samirono, Desa Krincing, kecamatan Secang, kabupaten Magelang Tahun 2018.

  3. Untuk mengetahui faktor-faktor pelanggaran ajaran agama pada remaja putus sekolah di Dusun Samirono, Desa Krincing, Kecamatan Secang, Kabupaten Magelang Tahun 2018.

  4. Untuk mengetahui upaya dalam mengatasi remaja putus sekolah yang meninggalkan ajaran agama dan relevansinya dengan pendidikan.

D. Manfaat Penelitian

  Adapun kegunaan penelitian ini dapat dirumuskan menjadi dua, antara lain yaitu:

  1. Kegunaan Teoritis a.

  Dapat menambah wawasan ilmu pengetahuan khususnya tentang faktor pelanggaran ajaran agama pada remaja putus sekolah.

  b.

  Dapat menambah wawasan bagi kaum remaja tentang pentingnya ajaran agama.

  c.

  Dapat menambah wawasan dan ilmu pengetahuan bagi penulis.

  2. Keguanaan Praktis a.

  Bagi masyarakat Dusun Samirono, agar lebih mengetahui pentingnya ajaran agama yang berimplikasi pada orang tua dalam memberikan bimbingan keagamaan kepada anak-anaknya.

  b.

  Bagi remaja Dusun Samirono, untuk meningkatkan kesadaran akan pentingnya pelaksanaan ajaran agama sehingga diharapkan remaja dapat mengubah persepsi mereka agar tidak menyepelekan ajaran agama.

E. Penegasan Istilah

  Untuk lebih mempertegas dan memperjelas tentang judul skripsi ini, serta untuk menghindari salah pengertian, maka perlu diuraiakan beberapa penegasan istilah yang bersangkut paut dengan uraian ini, yaitu: 1.

  Persepsi Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia persepsi yaitu tanggapan (penerimaan) langsung dari sesuatu, serapan, perlu diteliti, atau proses seseorang mengetahui beberapa hal melalui pancaindranya (Depdikbud, 2007: 863). Menurut Desideranto persepsi adalah pengalaman tentang objek, peristiwa, atau hubungan-hubungan yang diperoleh dengan menyimpulkan informasi dan menafsirkan pesan (Rakhmat: 1994, 51).

  2. Ajaran Agama Menurut al-Maududi Islam adalah patuh menjalankan perintah dan larangan dari sesuatu yang memerintahkan tanpa syarat. Disebut agama Islam karena merupakan ketaatan kepada Allah dan menjalankan atau mematuhi perintah-Nya tanpa syarat (Al-Maududi, 2006:14).

  Semua ibadah yang ada dalam Islam antara lain yaitu sholat, puasa, zakat, dan haji yang bertujuan agar manusia selalu ingat kepada Allah SWT atau bahkan senantiasa dekat dengan-Nya. Ajaran agama Islam yang dimaksud dalam penelitian ini yaitu sholat dan puasa yang terdapat dalam dasar Islam.

  3. Remaja Putus Sekolah Menurut KBBI remaja yaitu mulai dewasa, sudah sampai umur untuk kawin, bukan anak-anak lagi (Depdikbud, 2007: 944). Remaja adalah suatu tingkat umur, di mana anak-anak tidak lagi anak, akan tetapi belum dapat dipandang dewasa. Jadi remaja adalah umur yang menjembatani antara umur anak-anak dan umur dewasa (Daradjat: 1976, 28). Dari pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa remaja adalah masa peralihan dari masa anak-anak menuju dewasa.

  Sedangkan definisi putus sekolah menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia yaitu belum sampai tamat sekolahnya sudah keluar

  (Depdikbud, 2007: 914). Anak putus sekolah adalah murid yang tidak dapat menyelesaikan menyelesaikan program belajarnya sebelum waktunya selesai atau murid yang tidak tamat menyelesaikan program belajarnya. Putus sekolah merupakan suatu keadaan berhentinya siswa secara terpaksa dari suatu lembaga pendidikan formal tempat belajarnya. Remaja putus sekolah yang dimaksud dalam penelitian ini yaitu remaja yang keluar atau tidak menyelesaikan pendidikannya baik dari pendidikan formal Sekolah Dasar, Sekolah Menengah maupun Sekolah Menengah Atas yang disebabkan oleh beberapa faktor.

F. Sistematika Penulisan

  Untuk mempermudah para pembaca dalam mengikuti uraian penyajian data penelitian ini, maka penulis akan paparkan sistematika penulisan. Sistematika penulisan skripsi ini terdiri dari tiga bagian, yaitu bagian awal, bagian isi, dan bagian akhir. Bagian awal terdiri dari halaman sampul luar, halaman berlogo, halaman sampul dalam, persetujuan pembimbing, pengesahan kelulusan, pernyataan keaslian penelitian, moto, persembahan, kata pengantar, daftar isi, daftar tabel, daftar gambar, daftar lampiran, dan abstrak.

  Bagian inti terdiri dari pendahuluan, landasan teori, metode penelitian, paparan data dan analisis, dan penutup. Bab I yaitu pendahuluan. Pada bab ini mencakup latar belakang masalah, fokus penelitian, tujuan penelitian, kegunaan penelitian, pembatasan masalah, kajian penelitian terdahulu dan sistematika penulisan.

  Bab II yaitu kajian pustaka. Dalam bab ini penulis akan memberikan penjelasan yang lebih mendalam tentang persepsi, pelanggaran ajaran agama, dan remaja putus sekolah. Penulis juga membahas kajian pustaka yaitu kajian pustaka yang berisi tentang telaah terhadap hasil penelitian terdahulu (prior research)yang relevan dengan permasalahan dan variabel yang diteliti.

  Bab III yaitu metode penelitian. Pada bab ini penulis membahas tentang metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini. Metode penelitian yang akan dibahas di sini mulai dari prosedur dan jenis penelitian, lokasi penelitian, sumber data, prosedur pengumpulan data, analisis data, dan pengecekan keabsahan temuan.

  Bab IV yaitu paparan data dan analisis. Pada bab ini penulis akan memaparkan data dari hasil penelitian tentang faktor-faktor pelanggaran ajaran agama pada remaja putus sekolah yang diperoleh dari pengamatan dan hasil wawancara. Peneliti juga membahas dan menganalisis lebih dalam segala data dan temuan yang diperoleh dari penelitian.

  Bab V yaitu penutup. Dalam bab ini penulis akan memberikan kesimpulan dari hasil penelitian yang telah dilakukan dan memberikan saran untuk kebaikan ke depan. Dan terakhir yaitu bagian akhir yang terdiri dari daftar pustaka, lampiran-lampiran, dan daftar riwayat hidup.

BAB II LANDASAN TEORI A. Landasan Teori 1. Persepsi Menurut Desiderato (1976), Persepsi adalah pengalaman

  tentang objek, peristiwa, atau hubungan-hubungan yang diperoleh dengan menyimpulkan informasi dan menafsirkan pesan. Persepsi ialah memberikan makna pada stimulasi indrawi (sensory stimuli) (Rakhmat, 1994: 51).

  Pengertian persepsi (Perception) dalam Kamus Lengkap Psikologi yaitu: a.

  Proses mengetahui atau mengenali objek dan kejadian objektif dengan indra.

  b.

  Kesadaran diri proses-proses organis.

  c.

  (Titchener) satu kelompok pengindraan dengan penambahan arti- arti yang berasal dari pengalaman masa lalu.

  d.

  Variabel yang menghalangi atau ikut campur tangan, berasal dari kemampuan organisme untuk melakukan perbedaan di antara perangsang-perangsang.

  e.

  Kesadaran istuitif mengenai kebenaran langsung atau keyakinan yang serta merta mengenai sesuatu.

  Dalam psikologi kontemporer, persepsi secara umum diperlakukan sebagai satu variabel campur tangan (intervening

  

variabel ), bergantung pada faktor-faktor perangsang, cara belajar,

  perangkat, keadaan jiwa atau suasana hati, dan faktor-faktor motivasional (Chaplin, 1981:358).

  Sedangkan menurut Walgito (1997: 53) persepsi merupakan suatu proses yang didahului oleh pengindraan, yaitu merupakan suatu proses yang berujud diterimanya stimulus oleh individu melalui alat reseptornya. Namun proses itu tidak berhenti sampai di situ saja, melainkan stimulus diteruskan ke pusat susunan syaraf yaitu otak, dan terjadilah proses psikologis, sehingga individu menyadari apa yang ia lihat, apa yang ia dengar dan sebagainya, individu mengalami persepsi.

  Dari beberapa pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa persepsi yaitu suatu proses yang dimulai dari mengetahui dan mengenali objek melalui indra kemudian meneruskannya ke otak sehingga terbentuklah tanggapan yang terjadi dalam individu terhadap objek tersebut.

  Menurut Rakhmat (1994: 52) faktor-faktor yang mempengaruhi persepsi antara lain yaitu: a.

  Perhatian Perhatian merupakan salah satu faktor yang sangat mempengaruhi persepsi. Perhatian adalah proses mental ketika stimulasi atau rangkaian stimuli menonjol dalam kesadaran pada saat stimuli lainnya melemah. Perhatian terjadi apabila manusia sedang mengkonsentrasikan diri pada salah satu alat indra dan mengesampingkan masukan-masukan melalui alat indra yang lain.

  b.

  Faktor-faktor Fungsional yang Menentukan Persepsi Faktor fungional berasal dari kebutuhan, pengalaman masa lalu dan hal-hal lain yang termasuk apa yang disebut sebagai faktor-faktor personal. Yang menentukan persepsi bukanlah jenis atau bentuk stimuli, tetapi karakteristik orang yang memberikan respon pada stimuli itu.

  c.

  Faktor-faktor Struktural yang Menentukan Persepsi Faktor-faktor struktural berasal dari sifat stimuli dan efek- efek saraf yang ditimbulkannya pada sistem saraf individu. Prinsip- prinsip persepsi yang bersifat struktural dikenal dengan Teori Gestalt. Menurut teori Gestalt, apabila individu ingin memahami suatu peristiwa, ia akan memandangnya secara keseluruhan, dan tidak meneliti fakta-fakta yang terpisah. Dan untuk memahami seseorang, individu tersebut harus melihat dalam konteksnya, dalam lingkungannya, dan dalam masalah yang dihadapinya.

  Menurut Walgito (1997: 54) proses terjadinya persepsi yaitu sebagai berikut, objek menimbulkan stimulus, dan stimulus mengenai alat indra atau reseptor. Proses ini dinamakan proses kealaman (fisik). Stimulus yang diterima oleh alat indra dilanjutkan oleh syaraf sensoris ke otak. Proses ini dinamakan proses fisiologis. Kemudian terjadilah suatu proses di otak, sehingga individu dapa menyadari apa yang ia terima dengan receptor itu, sebagai suatu akibat dari stimulus yang diterimannya. Proses yang terjadi dalam otak atau pusat kesadaran itulah yang dinamakan proses psikologis. Dengan demikian taraf terakhir dari proses persepsi ialah individu menyadari tentang apa yang diterima melalui alat indra atau reseptor.

2. Remaja a.

  Pengertian Remaja Masa remaja adalah masa peralihan, yang ditempuh oleh seseorang dari kanak-kanak menuju dewasa, atau dapat dikatakan bahwa masa remaja adalah masa perpanjangan masa kanak-kanak sebelum mencapai dewasa (Syafaat dkk, 2008: 87). Penggunaan istilah untuk menyebutkan masa peralihan dari masa anak dengan masa dewasa, ada yang memberi istilah: puberty (Inggris),

  puberteit (Belanda), pubertas (Latin), yang berarti kedewasaan

  yang dilandasi oleh sifat dan tanda-tanda kelaki-lakian. Ada pula yang menggunakan istilah adulescentio (Latin) yaitu masa muda (Rumini & Sundari, 2004: 53).

  Remaja menurut Zakiyah Daradjat dalam Syafaat dkk adalah tahap peralihan dari masa kanak-kanak, tidak lagi anak, tetapi belum dipandang menjadi dewasa. Remaja adalah umur yang menjembatani anatara umur anak-anak dan umur dewasa (Syafaat dkk, 2008: 87). Dari beberapa pengertian di atas dapat dipahami bahwa masa remaja yaitu masa peralihan dari masa kanak-kanak menuju masa dewasa yang ditandai dengan adanya perubahan fisik dan psikis.

  Masyarakat Indonesia mendefinisikan remaja sama sulitnya dengan mendefinisikan remaja secara umum. Karena Indonesia terdiri dari berbagai macam suku, adat, dan tingkatan sosial ekonomi maupun pendidikan. Walaupun demikian, sebagai pedoman umum kita dapat menggunakan batasan usia 11- 24 tahun dan belum menikah untuk remaja Indonesia dengan pertimbangan- pertimbangan sebagai berikut: 1)

  Usia 11 tahun adalah usia di mana pada umumnya tanda-tanda seksual sekunder mulai tampak (kriteria fisik).

  2) Di banyak masyarakat Indonesia, usia 11 tahun sudah dianggap akil balig, baik menurut adat maupun agama, sehingga masayarakat tidak lagi memperlakukan mereka sebagai anak- anak (kriteria sosial).

  3) Pada usia tersebut mulai ada tanda-tanda penyempurnaan perkembangan jiwa seperti tercapainya identitas diri, tercapainya fase genital dari perkembangan psikoseksual dan tercapainya puncak perkembangan kognitif maupun moral.

  4) Usia 24 tahun merupakan batas maksimal, yaitu untuk memberi peluang bagi mereka yang sampai batas usia tersebut masih menggantungkan diri pada orang tua, belum mempunyai hak- hak penuh sebagai orang dewasa (secara adat dan tradisi), belum bisa memberikan pendapat sendiri dan sebagainya. Dengan kata lain orang yang sampai batas usia 2 tahun belum memenuhi persyaratan kedewasaan sosial maupun psikolgik, masih dapat digolongkan remaja (Sarwono, 1997: 14-15)

  Istilah remaja atau kata yang berarti remaja tidak ada dalam Islam. Di dalam Al- Qur‟an ada kata alfityatu, fityatun, yang artinya orang muda. Firman Allah SWT dalam surat Al-Kahfi ayat

  10 yang berbunyi:

  ْيِه ْءِّيَهَو ًتَوْحَز َكًُْدَّل بٌَِتاَء َبٌَّبَز ْاىُلبَقَف ِفْهَكْلا ًَلِإ ُتَيْتِفْلا يَوَأْذِا ) ٔٓ :فهكلا( ًادَشَز بًَِسْهَأ ْيِه بٌََل

  Artinya: “(ingatlah) tatkala Para pemuda itu mencari tempat berlindung ke dalam gua, lalu mereka berdoa: „Wahai

  Tuhan Kami, berikanlah rahmat kepada Kami dari sisi- Mu dan sempurnakanlah bagi Kami petunjuk yang Lurus dalam urusan Kami (ini)

  ‟.” (QS. Al-Kahfi: 10) Terdapat pula kata baligh yang menunjukkan seseorang tidak kanak-kanak lagi, seperti dalam QS. An-Nuur ayat 59 yang berbunyi:

  ْيِه َييِرّلا َىَرْئَتْسا بَوَك اىًُِرْئَتْسَيْلَف َنُلُحْلا ْنُكٌِْه ُلَفْطَلأا َغضلَب َذِإَو ) ٥۹ :زىٌلا ( ْنِهِلْبَق

  Artinya: “Dan apabila anak-anakmu telah sampai umur balig,

  Maka hendaklah mereka meminta izin, seperti orang- orang yang sebelum mereka m eminta izin....” (QS. An-

  Nuur: 59) Kata baligh dalam istilah hukum Islam digunakan untuk penentuan umur awal kewajiban melaksanakan hukum Islam dalam kehidupan sehari-hari. Dengan kata lain seseorang yang telah baligh dan berakal, berlakulah seluruh ketentuan hukum Islam. Dalam Islam seseorang manusia bila telah akil baligh, telah bertanggung jawab atas setiap perbuatannya. Jika ia berbuat baik ia akan mendapat pahala, dan jika ia berbuat buruk ia akan berdosa (Daradjat, 1995: 10-11).

  Masa remaja termasuk masa yang sangat menentukan karena masa ini anak-anak mengalami masa perubahan pada psikis dan fisiknya. Perubahan kejiwaan menimbulkan kebingungan di kalangan remaja sehingga masa ini oleh orang Barat sebagai periode strum und drang. Sebabnya mereka mengalami penuh gejolak emosi dan tekanan jiwa mereka sehingga mudah menyimpang dari aturan dan norma-norma sosial yang berlaku di kalangan masyarakat (Syafaat dkk, 2008: 89-90).

  b.

  Ciri - Ciri Remaja Sebagaimana dikutip oleh Syafaat dkk (2008: 91-92) menurut Zakiyah Daradjat, ciri-ciri khusus masa remaja dapat dikelompokkan sebagai berikut: 1)

  Perasaan dan emosi remaja yang stabil; 2)

  Mengenai status remaja masih sangat sulit ditentukan; 3)

  Kemampuan metal dan daya pikir mulai agak sempurna; 4)

  Hal sikap dan moral menonjol pada menjelang akhir dari masa remaja awal; 5)

  Remaja awal adalah masa kritis;

6) Remaja awal banyak masalah yang dihadapi.

  Pada masa transisi ini, remaja menjalani badai dan topan dalam kehidupan, perasaan, dan emosinya. Ketidakstabilan tersebut nampak jelas dalam berbagai sikap. Untuk itu, perhatian, bimbingan dari orang tua, guru, dan masyarakat sangat penting.

  Mengenai usia remaja terdapat beberapa pendapat, ada yang membagi menjadi empat fase, ada yang membagi masa remaja menjadi tiga fase, dan ada pula yang mengatakan bahwa masa remaja dibagi menjadi 2 fase. Tetapi yang jelas masa remajaitu dimulai sejak usia 13 tahun hingga 21 tahun. Adapun secara rinci masa remaja di kelompokkan menjadi 4 fase yaitu: 1) Masa pra remaja/masa puber (13 – 16 tahun). 2) Masa remaja awal (16 -18 tahun. 3) Masa remaja akhir (18 – 20 tahun). 4)

  Masa adolescence (21 tahun)

  • – Adapun yang tiga fase yaitu: (1) pra-remaja/puber (13
  • – 16 tahun), (2) remaja awal (16 -18 tahun), (3) remaja akhir (18 20 tahun). Sedangkan yang membagi 2 fase perkembangan yaitu: masa remaja awal (13
  • – 17 tahun dan masa remaja akhir (18 – 21 tahun) (Rohmah, 2013: 120-121).

  c.

  Perkembangan Jiwa Remaja Syamun Yusuf mengemukakan bahwa pada masa remaja terjadi beberapa perkembangan. Perkembangan-perkembangan tersebut antara lain yaitu:

  1) Perkembangan Fisik

  Masa remaja adalah masa peralihan dari anak-anak menuju dewasa, bukan hanya psikologis saja akan tetapi juga fisik. Perubahan-perubahan fisik tersebut merupakan gejala primer dalam pertumbuhan remaja, sedangkan perubahan psikologis muncul sebagai akibat dari perubahan-perubahan fisik tersebut (Sarwono, 1997: 51).

  2) Perkembangan Intelektual

  Ditinjau dari perkembangan intelektual, masa remaja sudah mencapai tahap operasi formal. Remaja secara mental telah dapat berpikir logis tentang berbagai gagasan yang abstrak. Dengan kata lain, operasi formal lebih bersifat hipotesisi dan abstrak, serta sistem sistematis dan ilmiah dalam memecahkan masalah daripada berpikir konkret (Syafaat dkk, 2008: 103). 3)

  Perkembangan Emosi Masa remaja merupakan puncak emosional, yaitu perkembangan emosi yang tinggi. Pertumbuhan fisik, terutama organ-organ seksual mempengaruhi perkembangan emosi atau perasaan dan dorongan baru yang dialami sebelumnya, seperti cinta, rindu, dan keinginan untuk berkenalan dengan lawab jenis (Syafaat dkk, 2008: 103).

  Masa remaja merupakan masa yang penuh emosi, salah satunya yaitu emosi yang meledak-ledak atau sulit dikendalikan contohnya semangat ingin maju, agresif, ingin tahu dll. Emosi yang menggebu-gebu ini memang menyulitkan, terutama orang lain dalam mengerti jiwa pada seorang remaja. Tetapi di pihak lain, emosi yang menggebu ini bermanfaat bagi remaja, karena ia terus mencari identitas dirinya. Emosi yang tak terkendali itu antara lain disebabkan oleh konflik peran yang dialami remaja.

  Ia ingin mandiri tetapi pada kenyataannya ia masih bergantung pada orang tua atau ia ingin dianggap dewasa akan tetapi ia masih diperlakukan seperti anak kecil. Dengan adanya emosi- emosi tersebut remaja secara bertahap mencari jalannya menuju kedewasaan, karena reaksi orang-orang disekitar terhadap emosinya akan menyeabkan ia belajar dari pengalaman untuk mengambil langkah-langkah yang terbaik (Sarwono, 1997: 84). 4)

  Perkembangan Sosial Pada masa ini remaja sudah mempunyai kemampuan untuk memahami orang lain, sebagai individu yng unik, baik menyangkut sifat pribadi, minat, nilai-nilai, maupun perasaannya (Syafaat dkk, 2008: 103).

  5) Perkembangan Moral dan Religi

  Moral dan religi merupakan bagian yang cukup penting dalam jiwa remaja. sebagian orang berpendapat bahwa moral dan religi bisa mengendalikan tingkah laku anak yang beranjak dewasa ini sehingga ia tidak melakukan hal-hal yang merugikan atau bertentangan dengan kehendak atau pandangan masyarakat (Sarwono, 1997:91).

  Moral dan agama sama-sama memgendalikan tingkah laku remaja, karena pada masa remaja muncul dorongan untuk melakukan perbuatan-perbuatan baik yang dinilai oleh masyarakat. Dalam moral mengatur untuk melakukan segala sesuatu yang dinilai baik, dan menghindari segala sesuatu yang dinilai tidak baik. Dalam agama juga mengatur tingkah laku baik buruk, menstabilkan tingkah laku dan menawarkan perlindungan dan rasa aman, khususnya bagi remaja yang sedang mencari jati dirinya. 6)

  Perkembangan Kepribadian Menurut Syamsu Yusuf dalam Syafaat, fase remaja, saat yang paling pentig bagi perkembangan dan integritas kepribadian. Faktor-faktor dan pengalaman baru yang terjadinya perubahan kepribadian pada masa remaja meliputi: a)

  Perolehan pertumbuhan fisik yang menyerupai dewasa;

  b) Kematangan seksual yang disertai dorongan-dorongan dan emosi baru; c)

  Kesadaran terhadap diri sendiri, keinginan untuk mengarahkan diri dan mengevaluasi kembali tentang standar (norma) tujuan cita-cita; d) Kebutuhan persahabatan yang bersifat heteroseksual, berteman dengan pria atau wanita; e)

  Munculnya konflik sebagai dampak dari masa transisi antara masa kanak-kanak dan masa dewasa (Syafaat dkk, 2008: 104).

  d.

  Pandangan Remaja Terhadap Agama Zakiyah Daradjat dalam Syafaat berpendapat bahwa perasaan remaja terhadap Allah bukanlah perasaan yang tetap, tidak berbah-ubah, tetapi adalah perasaan emosi yang sangat cepat, terutama pada masa remaja pertama. Kebutuhan akan Allah SWT kadang-kadang tidak terasa apabila jiwa mereka dalam keadaan aman tenteram dan tenang, tetapi Allah SWT sangat dibutuhkan apabila mereka dalam keadaan gelisah, karena menghadapi bahaya mengancam, ketika takut dan gagal, atau mungkin juga karena berdosa (Syafaat, 2008: 181).

  Karena masa remaja merupakan masa transisi, jadi kebanyakan remaja mempunyai jiwa yang labil. Seperti halnya agama, remaja akan mengingat Allah SWT apabila ia sedang tertimpa masalah, putus asa, atau merasa gagal. Akan tetapi terkadang remaja lupa akan Allah SWT saat ia merasa tentram. Seperti kebanyakan remaja sekarang ini apabila ia sedang merasakan kenikmatan dunia terkadang ia akan lupa terhadap kewajiban yang ia miliki, seperti sholat.

  Dalam menghadapi problemnya, para remaja harus memiliki bekal pertahanan berupa kekuatan mental spiritual agama yang mengatasinya. Pada masa peralihan tersebut, mereka harus mempunyai pegangan nilai-nilai yang berarti dalam hidupnya.

  Agama merupakan norma-norma abadi yang mengerti kehidupan manusia. Dengan pendekatan fungsional, agama berperan sebagai edukatif, penyelamat, dan pegangan hidup, kontrol sosial, dan memperkuat persaudaraan (Syafaat, 2008: 192)

3. Remaja Putus Sekolah a.

  Pengertian Remaja Putus Sekolah Seperti pengertian di atas remaja adalah masa transisi atau peralihan dari masa kanak-kanak menuju masa dewasa. Menurut

  Kamus Besar Bahasa Indonesia putus sekolah yaitu belum sampai tamat sekolahnya sudah keluar (Depdikbud, 2007: 914).

  Menurut Paramayudha (2015: 3), remaja putus sekolah yaitu anak yang berada dalam usia sekolah antara usia 7 sampai dengan 21 tahun yang tidak bersekolah karena tidak mampu membayar biaya sekolah. Sedangkan menurut Nahrodin (2016: 36), remaja putus sekolah adalah anak yang berusia 12 sampai dengan 21 tahun yang karena sebab orang tuanya kurang mampu dan melalaikan kewajibannya, sehingga tidak terpenuhi kebutuhannya dengan wajar terutama dalam hal pendidikan.

  Dari beberapa pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa remaja putus sekolah yaitu anak dari usia 12-21 tahun yang berhenti bersekolah sebelum tamat pendidikan dasar, pendidikan menengah dan pendidikan menengah atas atau tidak bersekolah dan bisa disebabkan dengan berbagai macam alasan.

  b.

  Faktor Penyebab Remaja Putus Sekolah Yunita dalam Paramayudha, mengatakan bahwa ada beberapa faktor yang menyebabkan remaja putus sekolah, antara lain biaya sekolah yang terlalu mahal, sekolah membosankan, tidak dapat membeli buku dan peralatan belajar, dan lain sebagainya.

  Faktor lain yang mempengaruhi remaja putus sekolah yaitu orang tua tidak memberikan motivasi, prestasi buruk dalam pelajaran di sekolah, serta ada diskriminasi dari pihak sekolah (Paramayudha, 2015: 34).

  Sebagaimana dikutip oleh Paramayudha, menurut Handoko bahwa faktor ekonomi merupakan penyabab putus sekolah akan tetapi itu bukan penyebab satu-satunya remaja menjadi putus sekolah. Faktor kultural secara umum seperti pola pikir orang tua juga berpengaruh terhadap melanjutkan atau putus sekolahnya anak-anak mereka. Karena masih banyak orang tua yang masih mempunyai pola pikir bahwa pendidikan dianggap kurang penting. Bahkan secara kultural juga ada orang tua yang memang tidak ingin anaknya melanjutkan sekolah karena alasan tertentu, ini merupakan faktor sebagian faktor penyebab anak putus sekolah. Dalam hal ini orang tua yang tidak begitu memperhatikan pendidikan sang anak atau tidak begitu memahami makna penting pendidikan juga menyumbang kemungkinan putus sekolah sang anak (Paramayudha, 2015: 34-35).

  Dari pendapat-pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa faktor penyebab remaja putus sekolah yaitu faktor ekonomi. Akan tetapi masih banyak faktor-faktor lain yang menyebabkan remaja putus sekolah, antara lain yaitu kurangnya motivasi orang tua terhadap anak, IQ anak kurang, diskriminasi di sekolah, dan lain sebagainya. Anak tetapi faktor yang sangat mempengaruhi remaja putus sekolah yaitu, kurangnya minat untuk melanjutkan pendidikan pada diri remaja itu sendiri. Walaupun banyaknya faktor-faktor lain yang menghambat seperti keluarga, ekonomi, dan lingkungan, akan tetapi apabila seorang remaja mempunyai niat, keinginan dan minat untuk melanjutkan pendidikan maka berbagai jalan akan terbuka untuknya dalam melanjutkan sekolah.

  c.

  Upaya untuk Mengatasi Remaja Putus Sekolah Upaya pencegahan dilakukan sebelum putus sekolah yaitu mengamati, memperhatikan permasalahan-permasalahan pada anak dan menyadarkan orang tua akan pentingnya pendidikan demi menjamin masa depan anak serta memberikan motivasi belajar kepada anak. Adapun upaya pembinaan yang dilakukan dengan mengajarkan nilai-nilai keagamaan dan sosial kemasyarakatan kepada anak, serta memberikan pekerjaan yang sesuai dengan kemampuannya supaya anak disibukkan dengan pekerjaannya serta dapat menghindari dari pikiran dan perilaku menyimpang.

Dokumen yang terkait

Kehamilan Diluar Nikah dan Putus Sekolah di Kalangan Remaja Putri di Desa Patumbak 1 (Studi Kasus Pada Remaja Putri Desa Patumbak 1 Kecamatan Patumbak Kabupaten Deli Serdang)

2 150 117

BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1. Pembentukan Konsep Diri Remaja - Kehamilan Diluar Nikah dan Putus Sekolah di Kalangan Remaja Putri di Desa Patumbak 1 (Studi Kasus Pada Remaja Putri Desa Patumbak 1 Kecamatan Patumbak Kabupaten Deli Serdang)

0 0 19

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang - Kehamilan Diluar Nikah dan Putus Sekolah di Kalangan Remaja Putri di Desa Patumbak 1 (Studi Kasus Pada Remaja Putri Desa Patumbak 1 Kecamatan Patumbak Kabupaten Deli Serdang)

0 0 16

Kehamilan Diluar Nikah dan Putus Sekolah di Kalangan Remaja Putri di Desa Patumbak 1 (Studi Kasus Pada Remaja Putri Desa Patumbak 1 Kecamatan Patumbak Kabupaten Deli Serdang)

0 0 9

PENGARUH KEHARMONISAN KELUARGA TERHADAP AKHLAK REMAJA (Studi Kasus pada Remaja Desa Glawan Kecamatan Pabelan Kabupaten Semarang Tahun 2010) - Test Repository

0 1 109

Pendidikan Agama Islam Pada Remaja Putus Sekolah di Dusun Ampelgading Desa Kenteng Kecamatan Bandungan Kabupaten Semarang - Test Repository

0 0 113

Pengaruh Pendidikan Agama Dalam Keluarga Terhadap Perilaku Sosial Remaja Di Dusun Batur Wetan Desa Batur Kecamatan Getasan Kabupaten Semarang Tahun 2015. - Test Repository

0 0 107

Remaja Putus Sekolah antara Harapan dan Tantangan (Studi di Desa Ngemplak Kecamatan Windusari Kabupaten Magelang Tahun 2015) - Test Repository

0 1 125

Fenomena Hamil Pranikah di Kalangan Remaja di Tinjau dari Perspektif Pendidikan Islam (Studi Kasus pada Remaja Putus Sekolah di Kecamatan Jambu Kabupaten Semarang - Test Repository

0 0 205

Upaya Meningkatkan Kesadaran Sekolah Formal Pada Remaja Di Desa Mantingan Kecamatan Jaken Kabupaten Pati - Test Repository

0 0 96