PENGARUH PERHATIAN ORANG TUA DAN KUALITAS MEDIA PEMBELAJARAN TERHADAP PRESTASI BELAJAR SISWA MA DI KOTA CIREBON - UNISNU Repository

  

B A B I I

L A N D A S A N T E O R I

A. Tinjauan Tentang Perhatian Orang Tua

  1. Definisi Perhatian Perhatian Orang Tua adalah pemusatan tenaga psikis tertuju pada objek

  1

  tertentu . Sedangkan pendapat lain mengemukakan bahwa perhatian merupakan

  2

  pemusatan atau konsentrasi yang ditujukan kepada sesuatu atau objek . Dari kedua pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa perhatian orang tua adalah kesadaran jiwa orang tua untuk mempedulikan anaknya, terutama dalam memberikan dan memenuhi kebutuhan anaknya baik dalam segi emosi maupun materi.

  Orang tua berperan sebagai pembentuk karakter dan pola fikir dan kepribadian anak. Oleh karena itu, keluarga merupakan tempat dimana anak-anaknya pertama kali berkenalan dengan nilai dan norma. Walaupun di dalam keluarga tidak terdapat rumusan kurikulum dan program resmi dalam melaksanakan kegiatan pembelajaran, akan tetapi sifat pembelajaran di dalam keluarga sangat potensial dan mendasar.

  2. Definisi orang tua Ajaran Islam meletakkan dua landasan utama bagi permasalahan anak, pertama, tentang kedudukan dan hak anak, kedua, tentang pembinaan sepanjang 1 pertumbuhannya. Di atas kedua landasan inilah diwujudkan konsepsi anak yang 2 Sumadi Suryabrata, 2014, Psikologi Pendidikan, Jakarta:Rajagrafindo Persada, hlm. 14 Bimo Walgito, 2014, Pengantar Psikologi Umum, Jakarta: Andi, hal. 56 ideal yang disebut dengan anak yang sholeh, yang merupakan dambaan setiap orang tua muslim. Orang tua adalah bagian dari keluarga, yang merupakan tempat pendidikan dasar utama untuk dewasa anak, juga merupakan tempat anak didik pertama kali menerima pendidikan dan bimbingan dari orang tua atau dari anggota keluarga lainnya. Keluarga adalah unit satuan masyarakat terkecil yang sekaligus merupakan suatu kelompok kecil dalam masyarakat. Di dalam keluarga inilah tempat meletakkan dasar-dasar kepribadian anak didik pada usia yang masih muda, karena pada usia ini anak lebih peka terhadap pengaruh dari pendidikannya.

  Maka orang tua mempunyai peran yang sangat besar dalam pembentukan kejiwaan

  3

  anak serta mempengaruhi kehidupan sang anak . Orang tua mempunyai tanggungjawab dalam mendidik dan menunjukan kejalan yang benar, serta serta menjaganya dari perbuatan - perbuatan jahat sehingga terhindar dari api neraka, sesuai dengan firman Allah dalam surat at-Tahrim ayat 6 yang berbunyi :

  лāā໔ л ċ Ǽ ◌༷ ໔ 鵸⢰л◌༷䁀寮໔◌༷ ²⢰лċ 寮Å° 䁀寮 ◌༷ 寮Å°Ư È寮ǻċ ໔ċ Ǽ ໔ċ āǫ Ȃ 䁀 ā໔ л Éǻ л ໔ 䁀䁦 쳌 䁀쳌

  лǫ Èċ 寮Èǻ ◌༷ 寮Å aǫ лǫ l ā໔ Èċ 寮 ǻ ·°䁀Ȑ ǫ л 寮ǻ ǣ È◌༷aǫ 寮 ǻ

  

Artinya : "Hai orang-orang yang beriman, peliharalah dirimu dan keluargamu

dari api neraka yang bahan bakarnya adalah manusia dan batu; penjaganya

malaikat-malaikat yang kasar, keras, dan tidak mendurhakai Allah terhadap apa

yang diperintahkan-Nya kepada mereka dan selalu mengerjakan apa yang

  4 diperintahkan." Dalam sebuah hadits yang shahih disebutkan:

  ċ ǣ ◌༷ 쁘໔ 䁀 ā໔ ⢰ 䁀 лāā໔ Åǀ 寮ǣ 寮 ໔ Êлǫ 䁀寮dz л 䁀l䁀 䁀ǣ ⢰ 寮Ȃ ǣ Ǻ◌༷ 寮Ư ǫ 寮Å°Éi◌༷

  쁘໔⢰ 寮 Å°Éi

· 䁀ǣ ໔⢰ 鵸 寮ai寮ā໔◌༷ 䁀l䁀 䁀ǣ ⢰ 寮Ȃ ǣ Ǻ◌༷ 寮Ư ǫ ċ ◌༷ 䁀l䁀寮ǻc 䁀Ǻ寮 ǣ 쁘໔⢰ ǺAaā໔◌༷

䁀 l䁀 䁀ǣ ⢰ 寮Ȃ ǣ Ǻ◌༷ 寮Ư ǻ寮āǣ ·ā◌༷ 寮Ư ǫ l䁀 ◌༷ 䁀Ȇ䁀ā◌༷◌༷ л 䁀A寮◌༷ 䁀Ȇ 寮ǻc 䁀Ǻ寮

  Artinya: “Setiap kalian adalah pemangku tanggungjawab dan setiap kalian akan

  

ditanya tentang amanah tanggung jawab tersebut. Seorang pemimpin negara

yang berkuasa atas rakyat bertanggung jawab dan akan ditanya tetang rakyatnya.

Seorang lelaki/suami adalah bertanggungjawab atas keluarganya dan ia akan

ditanya tentang itu. Wanita/istri bertanggung jawab atas rumah tangganya dan ia

  5 akan ditanya tentang mereka .” Suatu kenyataan bahwa orang tua adalah guru pertama bagi anak-anaknya.

  Apabila anak telah masuk sekolah ,orang tua adalah mitra kerja yang utama bagi guru anaknya. Bahkan sebagi orang tua, mereka mempunyai peran pilihan yaitu: orang tua sebagi pelajar, orang tua sebagi relawan, orang tua sebagi pembuat keputusan, orang tua sebagi anggota tim kerjasama guru dan orang tua. Dalam peran-peran tersebut memungkinkan orang tua membantu meningkatkan perkembangan dan pertumbuhan anakanak mereka.

6 Menurut Morrison orang tua, anak dan program sekolah umumnya

  semuanya merupakan bagian dari suatu proses, namun fokus pada interaksi orang

6 George S. Morrison, 2012, Dasar-Dasar Pendidikan Anak, Jakarta, Indeks, hlm. 9

  sekolah pada umumnya guna meningkatkan prestasi anak disekolah. Apabila memiliki program sekolah yang baik dan orang tua mau membantu, umumnya prestasi dan ketrampilan anak akan meningkat.

  Dari beberapa pengertian tentang perhatian jika dikaitkan dengan orang tua kepada anak, bahwa perhatian adalah bantuan yang diberikan orang tua kepada anaknya untuk memecahkan masalah – masalah yang dihadapinya. Memberikan perhatian kepada anaknya merupakan kewajiban bagi orang tua. Tidak hanya perhatian dalam bentuk tindakan tetapi juga dalam hal belajar anak. Di dalam belajar anak juga membutuhkan perhatian. Dengan pemberian perhatian ini anak akan semakin merasa termotivasi dalam pengembangan dirinya untuk meningkatkan prestasi belajarnya.

  7

  3. Sikap Orang Tua yang Menunjang Sikap orang tua, hendaknya harus menunjang bagi kreativitas anaknya, sehingga anak akan terangsang melakukan aktivitas yang kreatif. Beberapa sikap orang tua yang mendorong kreativitas anak diantaranya adalah sebagai berikut :

  1) Menghargai pendapat anak dan mendorong untuk mengungkapkannya 2) Memberi waktu kepada anak untuk berfikir, merenung dan berkhayal.

  3) Membolehkan anak mengambil keputusan sendiri. 4) Menyakinkan anak bahwa orang tuanya menghargai apa yang dilakukan dan dihasilkannya.

  5) Mendorong dan menunjang kegiatan anak. 7 6) Menikmati kebersamaan dengan anak

Utami Munandar, 2014, Pengembangan Kreativitas Anak Berbakat, Jakarta: Rineka Cipta, hlm.

  7) Memberikan pujian yang sungguh-sungguh kepada anak 8) Mendorong kemandirian anak dalam bekerja.

  9) Menjalin kerjasama dengan anak.

  Dengan sikap orang tua yang demikian, diharapkan anak dapat termotivasi untuk melakukan aktivitas yang kreatif yang pada akhirnya prestasi belajar anak akan meningkat.

  4. Bentuk-bentuk Perhatian yang di berikan orang tua

  a) Bimbingan dalam bentuk perhatian Perhatian adalah keaktifan jiwa yang dipertinggi, jiwa itupun sematamata

  8

  tertuju kepada suatu benda atau sekumpulan obyek. Perhatian adalah pemusatan atau kesadaran jiwa yang diarahkan kepada suatu obyek tertentu yang memberikan rangsangan kepada individu, sehingga ia hanya memperdulikan obyek yang merangsang itu. Dari pengertian ini, maka perhatian orang tua untuk memperdulikan anaknya, terutama dalam hal memberikan kebutuhan anaknya, baik dalam segi emosional maupun material.

  b) Bimbingan Belajar Di dalam ajaran Islam dijelaskan salah satu tujuan bahkan sebagi tujuan utama yang merupakan dasar disyariatkan pernikahan oleh agama adalah didapatkannya anak keturunan yang dapat melangsungkan dan mempertahankan jenis manusia di dunia. Allah berfirman dalam surat An-Nisa’ yang berbunyi:

8 Slamento, 2010, Belajar dan Faktor-faktor Yang Mempengaruhinya, Bandung: Rineka Cipta,

  hlm. 56

  ໔ ໔ ໔ ċ āċ ጄ ā ◌༷ ċ ጄ Å ǣ ໔ċ л㌳ л л ㌳ · ⢰⸱ Å È㌳ Ȃ ǫ ໔ċ ia ċ ā Ȃ

  ā໔ 쁘 ā ◌༷ ໔ ċ Ǽ

  artinya: "Dan hendaklah takut (kepada Allah) orang-orang yang sekiranya

  mereka meninggalkan keturunan yang lemah di belakang mereka yang mereka khawatir terhadap (kesejahteraan)nya. Oleh sebab itu, hendaklah mereka bertakwa kepada Allah, dan hendaklah mereka berbicara dengan

  9 tutur kata yang benar" .

  Ayat diatas mengingatkan pada manusia serta orang –orang yang beriman agar mereka tidak meninggalkan anak keturunannyayang lemah jiwa dan raga serta menjaga dengan baik. Dalam arti orang tua berperan sebagai pendidik, karena pendidik adalah orang yang memikul pertanggungjawaban untuk mendidik.

  Orang tua juga berperan dalan membimbing dalam setiap belajar anaknya. Karena dalam setiap belajar tidak semua anak menguasai semua apa yang dipelajari, mungkin ada satu atau dua materi yang sulit dipahami, bisa dikatakan anak mengalami kesulitan belajar. Kesulitan belajar adalah merupakan beragam gangguan dalam menyimak, berbicara, menulis, membaca dan berhitung karena faktor internal individu sendiri. Oleh karena itu diperlukan pendampingan atau bimbingan dalam belajar, karena belajar itu merupakan inti kegiatan pengajaran di sekolah, maka wajiblah anak di bimbing agar tercapainya belajarnya.

  Tujuan bimbingan belajar secara umum adalah membantu anak yang dalam hal ini berperan sebagai peserta didik agar mendapat penyesuaian yang baik di dalam situasi belajar, sehingga setiap anakdapat belajar dengan efisien sesuai dengan kemampuan yang dimilikinya, dan mecapai perkembangan yang optimal. c) Bimbingan dalam bentuk motivasi Motivasi biasanya didefinisikan sebagai sesuatu yang memberi energi dan

  10

  mengarahkan perilaku. Masalah terbesar motivasi biasanya muncul ketika siswa menyandarkan kegagalan pada karakter internal, dan tidak terkontrol seperti kemampuan. Mereka akan nampak apatis atau pasrah dengan kegagalan, terdepresi, tidak tertolong atau tidak termotivasi. Apatis merupakan reaksi logis atas kegagalan ketika siswa percaya bahwa sebabnya adalah perilaku mereka sendiri (internal), tidak bisa dengan perubahan (kestabilan), dan diluar kendali (kontrol) mereka. Peserta didik yang memandang kegagalan mereka dengan cara ini biasanya tidak berusaha mencari bantuan. Di sini perlu ditegaskan bahwa tidak setiap anak mampu memotivasi diri dengan baik. Di sinilah pentingnya orang tua mendampingi anak-anaknya. Ketika anak pulang sekolah dalam keadaan yang tidak seperti biasanya, hendaknya nanti ketika situasi anak sudah berubah orang tua menanyakan apa yang terjadi di sekolah tadi. Setelah anak mau bercerita tentang masalahanya, orang tua bisa memberikan solusi dan dorongan agar anaknya bisa mencapai apa yang di inginkan.

  d) Bimbingan dalam bentuk peringatan atau teguran Jika anak-anak masih terus dalam keadaan yang tidak mau mengerti suatu aturan atau perintah, sebelum orang tua mengenakan suatu hukuman maka terlebih dahulu berilah peringatan.

10 Anita E. Wodfolk, 2014, Educational Psychology, Jakarta: Pustaka Pelajar, hal. 356

  e) Bimbingan dalam bentuk hukuman Hukuman hanya boleh diberikan bila anak melakukan kesalahan dengan sengaja.

B. Pengertian Media Pembelajaran

1. Pengertian Kualitas Media Pembelajaran

  Konsep peningkatan kualitas pendidikan merupakan salah satu unsur dari paradigma baru pengelolaan pendidikan di Indonesia. Paradigma tersebut mengandung atribut pokok yaitu relevan dengan kebutuhan masyarakat pengguna lulusan, suasana akademik yang kondusif dalam penyelenggaraan program studi, adanya komitmen kelembagaan dari para pimpinan dan staf terhadap pengelolaan organisasi yang efektif dan produktif, keberlanjutan program studi, serta efisiensi program secara selektif berdasarkan kelayakan dan kecukupan. Dimensi-dimensi tersebut mempunyai kedudukan dan fungsi yang sangat strategis untuk merancang dan mengembangkan usaha penyelenggaraan pendidikan yang berorientasi kualitas pada masa yang akan datang.

  Mutu sama dengan arti kualitas dapat diartikan sebagai kadar atau tingkatan dari sesuatu, oleh karena itu kualitas mengandung pengertian:

  1. Tingkat baik dan buruknya suatu kadar 2. Derajat atau taraf (kepandaian, kecakapan, dan sebagainya); mutu.

  Dalam konteks pendidikan pengertian mutu, dalam hal ini mengacu pada proses pendidikan dan hasil pendidikan. Dalam "proses pendidikan" yang bermutu terlibat berbagai input, seperti; bahan ajar (kognitif, afektif, atau psikomotorik), metodologi (bervariasi sesuai kemampuan guru), sarana, dukungan administrasi dan sarana prasarana dan sumber daya lainnya serta penciptaan suasana yang kondusif.

  Arti dasar dari kata kualitas menurut Dahlan Al Barry bahwa kualitas

  11

  adalah kualitas/mutu; baik buruknya barang . Seperti halnya yang dikutip Quraish Shihab yang mengartikan kualitas sebagai tingkat baik buruk sesuatu atau

  12

  mutu sesuatu. Dari pengertian tersebut maka kualitas atau mutu dari sebuah pendidikan harus ditingkatkan baik itu sumber daya manusia, sumber daya material, mutu pembelajaran, kualitas lulusan dan sebagainya. Dari berbagai pengertian yang ada, pengertian kualitas pendidikan sebagai kemampuan lembaga pendidikan untuk menghasilkan proses, hasil, dan dampak belajar yang optimal.

  Dari sisi guru, kualitas dapat dilihat dari seberapa optimal guru mampu memfasilitasi proses belajar siswa. Bahwa setiap guru atau tenaga pengajar memiliki tanggung jawab terhadap tingkat keberhasilan siswa belajar dan keberhasilan guru mengajar. belajar hanya dapat terjadi apabila murid sendiri telah termotivasi untuk belajar guru harus secara bertahap dan berencana memperkenalkan manfaat belajar sebagai sebuah nilai kehidupan yang terpuji, sehingga murid belajar karena didasari oleh nilai yang lebih tinggi bagi kehidupan murid sendiri. Walaupun proses ini tidak sederhana, guru harus tetap berusaha menanamkan sikap positif dalam belajar, karena ini merupakan bagian yang sangat penting didalam proses belajar untuk mampu belajar.

  Sementara itu dari sudut kurikulum dan bahan belajar kualitas dapat dilihat 11 dari seberapa relevan kurikulum dan bahan belajar mampu menyediakan aneka 12 M. Dahlan Al Barry, 2001, Kamus Modern Bahasa Indonesia, Yogyakarta: Arloka, Hlm. 329 Quraish, Shihab, 1999, Membumikan Al-Qur'an, Bandung: Mizan. Hlm. 280 stimulus dan fasilitas belajar secara berdiversifikasi (dengan penganekaragaman, penerapan beberapa cara, perbedaan) Dari aspek iklim pembelajaran, kualitas dapat dilihat dari seberapa besar suasana belajar mendukung terciptanya kegiatan pembelajaran yang menarik, menantang, menyenangkan dan bermakna bagi pembentukan profesionalitas kependidikan.

  Dari sisi media belajar kualitas dapat dilihat dari seberapa efektif media belajar digunakan oleh guru untuk meningkatkan intensitas belajar siswa. Dari sudut fasilitas belajar kualitas dapat dilihat dari seberapa kontributif (memberi sumbangan) fasilitas fisik terhadap terciptanya situasi belajar yang aman dan nyaman. Sedangkan dari aspek materi, kualitas dapat dilihat dari kesesuainnya dengan tujuan dan kompetensi yang harus dikuasi siswa.

  Oleh karena itu kualitas pembelajaran secara operasional dapat diartikan sebagai intensitas keterkaitan sistemik dan sinergis guru, mahasiswa, kurikulum dan bahan ajar, media, fasilitas, dan sistem pembelajaran dalam menghasilkan proses dan hasil belajar yang optimal sesuai dengan tuntutan kurikuler.

2. Indikator Kualitas Pembelajaran

  Secara konseptual kualitas perlu diperlakukan sebagai dimensi indikator yang berfungsi sebagai indikasi atau penunjuk dalam kegiatan pengembangan profesi, baik yang berkaitan dengan usaha penyelenggaraan lembaga pendidikan maupun kegiatan pembelajaran di kelas. Hal ini diperlukan karena beberapa alasan berikut:

a) Prestasi Siswa Meningkat

  Prestasi siswa yang dapat dijadikan tolak ukur keberhasilan dalam pembelajaran yang selama ini pendidikan agama berlangsung mengedepankan aspek kognitif (pengetahuan), aspek afektif (rasa) dan psikomotorik (tingkah laku).

  b) Siswa Mampu Bekerjasama

  Di dalam pembelajaran diperlukan suatu kerjasama antar siswa ataupun siswa dengan guru. Dengan adanya kekompakan akan timbul suasana pembelajaran yang kondusif dan menyenangkan. Keharmonisan perlu dijaga dan dipelihara dengan mewujudkan sikap: (1) adanya saling pengertian untuk tidak saling mendominasi, (2) adanya saling menerima untuk tidak saling berjalan menurut kemauannya sendiri, (3) adanya saling percaya untuk tidak saling mencurigai, (4) adanya saling menghargai dan (5) saling kasih sayang untuk tidak saling membenci dan iri hati.

  c) Adanya Pembelajaran yang Menyenangkan

  Pembelajaran yang menyenangkan sangat diperlukan untuk membantu siswa dalam menyerap dan memahami pelajaran yang diserap oleh guru, karena apabila siswa tidak menyenangi pembelajaran maka materi pelajaran tidak akan membekas pada diri siswa. Pembelajaran yang menyenangkan ini biasanya dengan menggunakan metode yang bervariasi dan pembentukan suasana kelas yang menarik.

  d) Mampu berinteraksi dengan Mata Pelajaran Lain

  Problematika kehidupan dunia tidak hanya ada pada masalah keagamaan saja, akan tetapi lebih banyak dalam bidang-bidang keduniaan. Dalam hal ini pendidikan agama bisa menjadi solusi dari semua bidang asalkan pembelajaran pendidikan agama islam yang dilaksanakan mampu berinteraksi dengan mata pelajaran lain.

  e) Mampu Mengkontekstualkan Hasil Pembelajaran

  Pembelajaran kontekstual sangat diperlukan untuk mebiasakan dan melatih siswa dalam bersosial, bekerjasama dan memecahkan masalah. Belajar akan lebih bermakna apabila anak mengalami sendiri apa yang dipelajarinya bukan mengetahuinya.

  

f) Pembelajaran yang Efektif di Kelas dan lebih Memberdayakan Potensi

Siswa

  Kualitas pembelajaran harus ditingkatkan untuk meningkatkan kualitas hasil pendidikan. Secara mikro ditemukan strategi atau pendekatan pembelajaran yang efektif di kelas dan lebih memberdayakan potensi siswa.

  g) Pencapaian Tujuan dan Target Kurikulum

  Pencapaian tujuan dan target kurikulum merupakan tugas yang harus dilaksanakan oleh guru dan siswa dalam setiap pembelajarannya. Tujuan dan target-target tersebut bisa dijadikan tujuan minimal maupun maksimal yang harus dicapai tergantung kepada kemampuan pihak sekolah yang terdiri dari guru an unsur-unsur lain yang melaksanakannya.

  Maka indikator kualitas pembelajaran dapat dilihat antara lain dari perilaku pembelajaran guru, perilaku dan dampak belajar siswa, iklim pembelajaran, materi pembelajaran, media pembelajaran, dan sistem pembelajaran

3. Kriteria Pemilihan Media Pembelajaran Yang Baik

  Media pembelajaran sangat berperan untuk keberhasilan proses belajar mengajar. Peranan media pembelajaran terutama adalah untuk membantu penyampaian materi kepada siswa. Dalam hal ini bisa terlihat bahwa tingkat kualitas atau hasil belajar juga dipengaruhi oleh kualitas media pembelajaran yang digunakan.

  Untuk mendapatkan kualitas media pembelajaran yang baik agar dapat memberikan pengaruh yang signifikan dalam proses belajar mengajar, maka diperlukan pemilihan dan perencanaan penggunaan media pembelajaran yang baik dan tepat. Pemilihan media pembelajaran yang tepat ini menjadikan media pembelajaran efektif digunakan dan tidak sia-sia jika diterapkan.

  13 Prof. Dr. Azhar Arsyad, MA menjelaskan bahwa kriteria pemilihan

  media bersumber dari konsep bahwa media pembelajaran merupakan bagian dari sistem instruksional secara keseluruhan. Maka beberapa kriteria yang perlu diperhatikan dalam pemilihan media pembelajaran yang baik adalah sebagai berikut: a) Sesuai Dengan Tujuan

  Media pembelajaran harus dipilih berdasarkan tujuan instruksional dimana akan lebih baik jika mengacu setidaknya dua dari tiga ranah kognitif, afektif dan psikomotorik. Hal ini bertujuan agar media pembelajaran sesuai dengan arahan dan tidak melenceng dari tujuan. Media pembelajaran juga bukan 13 hanya mampu mempengaruhi aspek intelegensi siswa, namun juga aspek lain

  Azhar Arsyad, 2013, Media Pembelajaran, Jakarta: Rajawali Pers, Hlm.74 yaitu sikap dan perbuatan.

  b) Tepat Mendukung Materi yang Bersifat Fakta, Konsep, Prinsip, dan Generalisasi Tidak semua materi dapat disajikan secara gamblang melalui media pembelajaran, terkadang harus disajikan dalam konsep atau simbol atau sesuatu yang lebih umum baru kemudian disertakan penjelasan. Ini memerlukan proses dan keterampilan khusus dari siswa untuk memahami hingga menganalisis materi yang disajikan. Media pembelajaran yang dipilih hendaknya mampu diselaraskan menurut kemampuan dan kebutuhan siswa dalam mendalami isi materi.

  c) Praktis, Luwes, dan Bertahan Media pembelajaran yang dipilih tidak harus mahal dan selalu berbasis teknologi. Pemanfaatan lingkungan dan sesuatu yang sederhana namun secara tepat guna akan lebih efektif dibandingkan media pembelajaran yang mahal dan rumit. Simpel dan mudah dalam penggunaan, harga terjangkau dan dapat bertahan lama serta dapat digunakan secara terus menerus patut menjadi salah satu pertimbangan utama dalam memilih media pembelajaran.

  d) Mampu dan Terampil Menggunakan Apapun media yang dipilih. guru harus mampu menggunakan media tersebut.

  Nilai dan manfaat media pembelajaran sangat ditentukan oleh bagaimana keterampilan guru menggunakan media pembelajaran tersebut. Keterampilan penggunaan media pembelajaran ini juga nantinya dapat diturunkan kepada siswa sehingga siswa juga mampu terampil menggunakan media pembelajaran yang dipilih.

  e) Pengelompokan Sasaran

  Siswa terdiri dari banyak kelompok belajar yang heterogen. Antara kelompok satu dengan yang lain tentu tidak akan sama. Untuk itu pemilihan media pembelajaran tidak dapat disama ratakan, memang untuk media pembelajaran tertentu yang bersifat universal masih dapat digunakan, namun untuk yang lebih khusus masing-masing kelompok belajar harus dipertimbangkan pemilihan media pembelajaran untuk masing-masing kelompok.

  Hal yang perlu diperhatikan mengenai kelompok belajar siswa sebagai sasaran ini misalnya besar kecil kelompok yang bisa digolongkan menjadi 4 yaitu kelompok besar, kelompok sedang, kelompok kecil, dan perorangan. Latar belakang secara umum tiap kelompok perli diperhatikan seperti latar belakang ekonomi, sosial, budaya, dan lain-lain. Kemampuan belajar masing-masing siswa dalam kelompok juga wajib diperhatikan untuk memilih mana media pembelajaran yang tepat untuk dipilih.

  f) Mutu Teknis

  Pemilihan media yang akan digunakan harum memenuhi persyaratan teknis tertentu. Guru tidak bisa asal begitu saja menentukan media pembelajaran meskipun sudah memenuhi kriteria sebelumnya. Tiap produk yang dijadikan media pembelajaran tentu memiliki standar tertentu agar produk tersebut laik digunakan, jika produk tersebut belum memiliki standar khusus guru harus mampu menentukan standar untuk produk tersebut agar dapat digunakan untuk media pembelajaran.

  Pemilihan media pembelajaran yang akan digunakan dalam pembelajaran yang memperhatikan kriteria-kriteria tersebut akan menghasilkan atau menemukan media pembelajaran yang berkualitas dan sesuai atau tepat digunakan untuk masing-masing materi pembelajaran. Media pembelajaran yang dipilih juga mampu dengan mudah membantu guru menyampaikan materi kepada siswa, siswa juga dapat lebih mudah menerima dan memahami materi pembelajaran dengan bantuan media pembelajaran yang sudah dipilih berdasarkan kriteria diatas.

  Beberapa nilai tambah lain juga bisa didapat jika tepat dalam pemilihan media pembelajaran. Misalnya saja siswa mampu menambah atau meningkatkan keterampilan tertentu seperti mendengarkan dan konsentrasi. Dari segi ke-ekonomis-an pemilihan media pembelajaran yang mampu digunakan berkali-kali juga sangat dapat menekan biaya atau anggaran untuk pengadaan dan produksi media pembelajaran.

  Proses belajar akan semakin sukses apabila ditunjang dengan fasilitas yang memadai. Fasilitas dapat diartikan juga sebagai sarana dan prasarana dalam belajar. Tersedianya fasilitas yang memadai, akan sangat membantu guru dalam melaksanakan kegiatan pembelajaran dikelas. Selain itu, siswa akan

  14

  lebih termotivasi untuk mengikuti kegiatan belajar. Slameto menjelaskan untuk dapat belajar yang efektif diperlukan lingkungan fisik yang baik dan teratur, misalnya: 14 1) ruang belajar harus bersih, tak ada bau-bauan yang dapat mengganggu

  Slameto, 2010, hlm. 76 konsentrasi pikiran, 2) ruangan cukup terang, tidak gelap yang dapat mengganggu mata, 3) cukup sarana yang diperlukan untuk belajar, misalnya alat pelajaran, buku-buku, dan sebagainya.

15 Menurut Bafadal sarana dan prasarana adalah semua perangkat peralatan,

  bahan, perabot dan kelengkapan dasar baik yang secara langsung maupun secara tidak langsung menunjang pelaksanaan proses belajar di sekolah. Lingkungan yang menyenangkan, ruang kelas yang luas dan suasana kelas yang kondusif disertai fasilitas yang memadai menyebabkan timbulnya motivasi untuk belajar pada diri siswa sehingga proses belajar dapat berjalan efektif.

  Kegiatan proses belajar mengajar tidak mungkin dapat sukses tanpa didukung adanya fasilitas yang cukup dalam pelaksanaan kegiatan belajar mengajar. Fasilitas merupakan unsur penunjang pelaksanaan kegiatan belajar mengajar.

  Kualitas media Pembelajaran di sekolah sangat membantu guru dalam melaksanakan kegiatan belajar mengajar sehingga dapat memenuhi kebutuhan

  16

  belajar anak didik yang berpengaruh terhadap hasil belajar siswa . Fasilitas dan perabot belajar ikut menentukan keberhasilan seseorang, orang yang belajar tanpa dibantu dengan adanya fasilitas, maka kegiatan belajar akan terhambat.

17 Bafadal mengklasifikasikan sarana pendidikan menjadi beberapa macam

  15 yaitu (a) Ditinjau dari habis tidaknya dipakai (b) Ditinjau dari bergerak tidaknya

  Ibrahim Bafadal, 2014, Manajemen Perlengkapan Sekolah Teori dan Aplikasinya, Jakarta: 16 Bumi Aksara, hlm. 2 17 Syaiful Bahri Djamarah, 2010, Strategi Belajar Mengajar, Jakarta: Rineka Cipta, Hlm. 184 pada saat digunakan (c) Ditinjau dari hubungannya dengan proses belajar mengajar.

  1) Ditinjau dari habis tidaknya dipakai

  a) Sarana pendidikan yang habis pakai Sarana pendidikan yang habis pakai adalah segala bahan atau alat yang apabila digunakan bisa habis dalam waktu relatif singkat, sebagai contohnya adalah kapur tulis yang biasa digunakan oleh guru dan siswa dalam pembelajaran. Selain itu ada beberapa sarana pendidikan yang berubah misalnya, kayu, besi dan kerta karton yang sering kali digunakan oleh guru mengajar materi pelajaran ketrampilan. Sementara sebagai contoh sarana pendidikan yang berubah bentuk adalah pita mesin tulis, bola lampu dan kertas.

  b) Sarana pendidikan yang tahan lama Sarana pendidikan yang tahan lama adlah keseluruhan bahan atau alat yang dapat digunakan secara terus menerus dalam waktu yang relatif lama. Beberapa contohnya adalah bangku sekolah, mesin tulis, globe dan beberapa peralatan olahraga.

  2) Ditinjau dari bergerak tidaknya

  a) Sarana pendidikan yang bergerak Sarana pendidikan yang bergerak adalah pendidikan yang bias digerakkan atau dipindah sesuai dengan kebutuhan pemakaiannya. Lemari arsip sekolah misalnya, merupakan salah satu sarana pendidikan yang bias digerakkan atau dipindahkan kemana-mana bila diinginkan. Demikian pula bangku sekolah termasuk sarana pendidikan yang bias digerakkan atau dipindahkan kemana saja.

  b) Sarana pendidikan yang tidak bisa bergerak Sarana pendidikan yang tidak bisa bergerak adalah semua sarana pendidikan yang bias atau relatif sangat sulit untuk dipindahkan.

  c) Ditinjau dari hubungannya dengan proses belajar mengajar.

  Hubungannya dengan proses belajar mengajar, ada dua jenis sarana pendidikan. Pertama, sarana pendidikan yang secara langsung digunakan dalam proses belajar mengajar. Sebagai contoh adalah kapur tulis, atlas, dan sarana pendidikan lainnya yang digunakan guru dalam mengajar.

  Kedua, sarana pendidikan yang secara tidak langsung berhubungan dengan proses belajar mengajar seperi lemari arsip di kantor sekolah merupakan sarana pendidikan yang secara tidak langsung diguakan oleh guru dalam proses belajar mengajar.

  Prasarana pendidikan di sekolah bisa diklasifikasikan menjadi dua macam. Pertama, prasarana pendidikan yang secara langsung digunakan untuk proses belajar mengajar, seperti ruang teori, ruang perpustakaan, ruang praktik ketrampilan, dan ruang laboratorium. Kedua, prasarana sekolah yang keberadaannya tidak digunakan untuk proses belajar mengajar, tetapi secara langsung sangat menunjang terjadinya proses belajar mengajar. Beberapa contoh tentang prasarana sekolah tersebut diantaranya adalah ruang kantor, kantin sekolah, tanah dan jalan menuju sekolah, kamar kecil, ruang usaha kesehatan sekolah, ruang guru, ruang kepala sekolah, dan

  18 parkir kendaraan.

19 Menurut The Liang Gie tersedianya Kualitas Media Pembelajaran yang

  memadai dapat mencapai hasil belajar yang optimal. Adapun macam-macam Kualitas Media Pembelajaran sebagai berikut:

  1) Ruang belajar Salah satu syarat untuk dapat belajar dengan baik adalah tersedianya ruang belajar. Ruang atau tempat belajar ini yang digunakan oleh siswa untuk melakukan kegiatan belajar mengajar. Adanya ruang belajar yang memadahi dan nyaman, maka akan memperoleh hasil belajar yang baik.

  2) Penerangan yang cukup Penerangan yang baik adalah ruangan atau tepat yang ada penerangan yang cukup dan adanya ventilasi udara, sehingga seseorang membaca dengan kapasitas yang lebih besar dan kelelahan mata yang lebih kecil, apabila memanfaatkan penerangan alamiah yaitu sinar matahari.

  3) Sirkulasi udara (Ventilasi) Sirkulasi udara dalam ruang belajar hendaknya diusahakan supaya lancer, hal ini bias dilakukan dengan cara membuka pintu dengan jendela sehingga memungkinkan keluar masuknya udara yang segar. Ruangan belajar tanpa adanya sirkulasi udara yang baik menyebabkan seseorang akan cepat mengantuk dan tidak nyaman dalam mengikuti kegiatan pembelajaran. 4) Buku-buku pegangan 18 Buku pegangan harus lengkap sebagai penunjang kegiatan belajar. Memiliki 19 Bafadal Hlm.3 The Liang Gie, 2002, Cara Belajar Yang Efisien, Yogyakarta: Pusat Kemajuan Studi, Hlm.

  buku sendiri akan lebih leluasa waktu dapat membaca buku. Dalam kegiatan belajar seseorang perlu memiliki buku yang dapat menunjang dalam proses belajar. Buku yang dimiliki siswa antara lain:

  a) Buku pelajaran wajib Yaitu buku pelajaran yang sesuai dengan bidang studi yang sedang dipelajari oleh peserta didik.

  b) Buku tambahan Buku tambahan dapat berupa buku penunjang selain buku pelajaran wajib yang dapat menunjang prestasi belajar.

  5) Kelengkapan peralatan belajar Kelengkapan peralatan juga penting untuk menunjang kegiatan belajar mengajar. Belajar tidak dapat dilakukan dengan efisien tanpa adanya peralatan yang lengkap. Kelengkapan peralatan belajar dan fasilitas sekolah dapat memsbuka peluang bagi guru untuk lebih kreatif mengajar. Semakin lengkap peralatan belajar, semakin lancar pula proses belajarnya.

  Berdasarkan penjelasan di atas, maka yang dimaksud Kualitas media Pembelajaran dalam penelitian ini adalah segala sesuatu yang dapat memudahkan dan memperlancar proses belajar mengajar di sekolah seperti tersedianya tempat belajar, alat-alat peraga pengajaran, buku pelajaran, perpustakaan, laboratorium dan segala fasilitas penunjang.

  Terkait Kualitas media Pembelajaran, Bafadal

  20

  menjelaskan untuk melaksanakan kegiatan belajar mengajar dalam kelas setidaknya ada dua macam 20 sarana belajar mengajar yang harus tersedia, yaitu perabot kelas dan media pengajaran.

C. Prestasi Belajar Siswa

  21 Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, Poerwadarminta ,

  mengemukaan bahwa prestasi adalah hasil yang telah dicapai (dilakukan, dikerjakan, dan lain sebagainya). Pendapat tersebut menjelaskan bahwa prestasi adalah hasil yang telah dicapai dari suatu kegiatan, dalam hal ini tentunya kegiatan belajar mengajar di lembaga pendidikan sekolah.

  Untuk mengetahui prestasi belajar siswa digunakan alat pengajaran yang dinamakan “evaluasi” yang merupakan salah satu dari kegiatan pendidikan dan pengajaran. Dengan evaluasi siswa diketahui apakah betul materi

  pelajaran itu dikuasai dan dimiliki atau sebaliknya materi pelajaran itu belum dikuasai dan dimiliki oleh siswa, itulah peranan dari evaluasi sebagaimana

  22

  dikemukakan oleh Purwanto , yaitu fungsi evaluasi adalah untuk mengetahui apakah suatu mata pelajaran yang kita ajarkan dapat kita lanjutkan dengan bahan yang baru ataukah kita harus mengulangi kembali bahan-bahan yang telah lampau.

  Prestasi belajar yang dicapai seorang individu merupakan hasil interaksi dari berbagai faktor yang mempengaruhi, baik dari faktor internal maupun dari faktor eksternal. Jadi prestasi belajar siswa itu merupakan gambaran dari pada hasil belajar siswa.

  21 22 Poerwadarminta, hlm. 786

23 Tabrani Rusyan mengemukakan faktor-faktor yang mempengaruhi

  proses dan hasil belajar dapat digolongkan dalam empat kelompok, yaitu : a. Bahan atau hal yang harus dipelajari.

  Banyak bahan pelajaran, kesulitan dan manfaat bahan pelajaran ikut menentukan hasil belajar. Bahan pelajaran yang terlampau panjang cenderung menimbulkan kejenuhan pada siswa. Taraf kesulitan bahan pelajaran dan kemampuan peserta didik akan mempengaruhi kecepatan belajar.

  b. Faktor-faktor lingkungan.

  Faktor lingkungan eksternal dapat berupa : Lingkungan alam dan lingkungan fisik c. Lingkungan sosial Memasukan instrumental (instrumental input).

  Faktor instrumental merupakan faktor yang termasuk pada proses belajar. Bentuknya tergantung pada strategi belajar mengajar dan pada hasil belajar yang diharapkan, wujudnya berupa perangkat keras (gedung, perlengkapan dan sebagainya) dan perangkat lunak (kurikulum, program dan pedoman belajar, dan sebagainya).

d. Kondisi individu peserta didik.

  Dapat dibedakan atas kondisi fisiologis dan psikologis, yang termasuk kondisi fisiologis adalah keadaan panca indera dan kondisi kesehatan, yang termasuk kondisi psikologis seperti perhatian,

23 Tabrani Rusyan, 2009, Pendekatan Dalam Proses Belajar Mengajar, Bandung: Remadja Karya,

  pengamatan, tanggapan, fantasi, ingatan, berfikir, intelegens, bakat dan

  24 motif .

  Sedangkan yang dimaksud dengan hasil belajar adalah “Jika seseorang belajar sesuatu sebagai hasilnya ia akan mengalami perubahan tingkah laku secara menyeluruh dalam sikap, kebiasaan, ketrampilan, pengetahuan dan

  25 sebagainya”.

  Berdasarkan uraian diatas dapat diambil kesimpulan bahwa prestasi belajar adalah hasil yang telah dicapai atau diperoleh oleh siswa dalam suatu proses kegiatan yang dilaksanakan secara berkesinambungan sehingga didapatkan adanya perubahan tingkah laku, baik dalam aspek kognitif, afektif dan psikomotorik sebagai hasil belajar siswa yang dapat diwujudkan dalam bentuk nilai.

  Melihat uraian dari beberapa tentang prestasi belajar diatas. Maka diketahui bahwa prestasi belajar siswa atau anak didik, baik secara individu maupun kelompok. Disamping itu, juga berguna bagi guru sebagai umpan balik dalam melaksanakan proses belajar mengajar, sehingga akan mengetahui kesulitan yang dihadapi anak didik dalam keberhasilan atau lancarnya proses belajar mengajar.

  Siswa setelah mengalami proses belajar akan mengalami perubahan tingkah laku yang bersifat pengetahuan (kognitif) dan keterampilan (psikomotor) atau yang menyangkut nilai dan sikap (afektif). Perubahan 24 tersebut merupakan hasil proses belajar siswa yang perlu diketahui 25 Ibid hlm. 80

  perkembangannya. Kegiatan untuk mengetahui hasil belajar digunakan pengukuran atau penilaian yang keduanya tercakup dalam bentuk evaluasi pembelajaran. Ada pula ahli pendidikan yang menamakan pengukuran atau penilaian ini dengan istilah penakaran. Hal ini didasarkan pada pendapatnya Abdurrahman Abror

  26

  menjelaskan tentang penakaran (measurement) dan penilaian (evaluation) sebagai berikut: "Penakaran (measurement) adalah suatu proses penentuan tingkat, penentuan kecakapan dan keterampilan, penentuan penguasaan akan sesuatu dengan memperbandingkan berdasarkan norma-norma tertentu. Jadi yang menjadi sasaran atau obyek penakaran hanyalah aspek-aspek tertentu. Kemudian melalui usaha penakaran akan dapat diperoleh data tunggal yang bersifat kuantitatif yang diwujudkan dalam angka atau huruf. Penilaian (evaluation) adalah usaha penentuan nilai atau penaksiran terhadap kadar kekuatan sesuatu." Prestasi belajar yang dicapai siswa pada umumnya ditunjukkan oleh angka/huruf yang dituangkan dalam buku raport. Buku raport berisi laporan tentang prestasi belajar siswa sebagai hasil belajarnya secara khusus kepada orang tua/wali siswa. Kegiatan laporan ini merupakan salah satu kegiatan administrasi sekolah. Dalam hal ini B. Suryosubroto

  27

  , menyatakan sebagai berikut: "Laporan hasil kemajuan belajar yang dikirim kepada orang tua (wali siswa) biasa disebut Buku Raport, Buku Raport ini dimaksudkan sebagai informasi dari guru (sekolah) perihal keberhasilan anak dalam belajar kepada orang tua mereka masing-masing." Dengan demikian diharapkan ada tanggapan (feed back) positif dari orang tua untuk meningkatkan lagi kemajuan belajar anak-anaknya. 26 Abdurrahman Abror, 2013, Psikologi Pendidikan, Yogyakarta: Tiara Wacana, Hlm. 153 27 Suryosubroto, 2009, Proses Belajar Mengajar Di Sekolah, Yogyakarta: Rineka Cipta, Hlm. 30

  Tujuan pembelajaran yang diharapkan dapat tercapai secara maksimal memerlukan syarat-syarat tertentu. Syarat-syarat yang diperlukan bagi pencapaian keberhasilan pembelajaran khususnya dalam pendidikan agama

28 Islam menurut Chabib Thoha mendefinisikan beberapa aspek tingkah laku

  siswa sebagai hasil belajarnya. Syarat-syarat yang dimaksud adalah sebagai berikut: 1) Keberhasilan belajar pada aspek kejiwaan yang ditunjukkan dengan adanya sikap kematangan yaitu sikap kemandirian. 2) Keberhasilan belajar pada aspek keagamaan yakni ditunjukkan dengan adanya sikap anak yang positif dalam menanggapi agama

  Islam, memiliki keyakinan yang kuat terhadap agama Islam, dan memiliki akhlakul karimah. 3) Keberhasilan belajar pada aspek kecerdasan ditunjukkan dari baiknya prestasi belajar di sekolah.

  Prestasi belajar siswa banyak dipengaruhi oleh berbagai faktor, baik yang berasal dari dirinya sendiri (internal) maupun dari luar dirinya (eksternal),

  29

  bahkan menurut Muhibbin Syah mengemukakan bahwa faktor pendekatan belajar juga berpengaruh terhadap proses pembelajaran dan prestasi belajar siswa. Prestasi belajar yang dicapai oleh siswa pada hakikatnya merupakan hasil interaksi antara berbagai faktor tersebut.

  Oleh karena itu, pengenalan guru terhadap faktor yang dapat mempengaruhi prestasi belajar siswa yang penting sekali artinya dalam rangka membantu siswa mencapai prestasi belajar se-optimal mungkin sesuai dengan kemampuan yang dimilikinya.

  28 29 Chabib Thoha, 2003, Teknik Evaluasi Pendidikan, Jakarta: RajaGrafindo, Hlm. 86 Muhibbin Syah, 2016, Psikologi Pendidikan Dengan Pendekatan Baru, Bandung: Remaja Rosdakarya, Hlm. 140

  Adapun faktor-faktor yang mempengaruhi prestasi belajar adalah sebagai berikut, antara lain ialah: a. Faktor Internal Siswa

30 Menurut Slameto , faktor-faktor internal ini dibagi menjadi tiga faktor,

  yaitu: Faktor jasmaniah (fisiologis), faktor rohaniah (psikologis) dan faktor kelelahan.

  1) Faktor Jasmaniah (Fisiologis)

  a) Faktor Kesehatan Kondisi umum jasmani dan tonus (tegangan otot) yang memadai tingkat kebugaran organ-organ tubuh dan sendi-sendinya, dapat mempengaruhi semangat dan intensitas siswa dalam mengikuti pelajaran.

  Proses belajar seseorang akan terganggu jika kesehatan seseorang terganggu, selain itu juga akan cepat lemah, kurang bersemangat, ngantuk jika badannya lemah, kurang darah apalagi disertai pusing-pusing kepala misalnya. Dapat menurunkan kualitas ranah cipta (kognitif) sehingga materi yang dipelajarinya pun kurang atau tidak berbekas.

  b) Cacat Tubuh Cacat tubuh adalah sesuatu yang menyebabkan kurang baik atau kurang sempurna mengenai tubuh atau badan.

  30

  Keadaan cacat tubuh dapat mempengaruhi belajar. Siswa yang cacat, belajarnya terganggu dan jika hal ini terjadi hendaknya ia belajar pada lembaga pendidikan khusus, atau diusahakan alat bantu agar dapat menghindari atau mengurangi pengaruh kecacatannya itu.

  2) Faktor Ruhaniah (Psikologis)

  

31

Menurut Muhibbin Syah ada lima faktor yang termasuk faktor

  psikologis siswa antara lain ialah: tingkat kecerdasan atau intelegensi siswa; sikap; bakat siswa; minat siswa; dan motivasi siswa.

  a) Intelegensi Siswa Intelegensi diartikan sebagai kemampuan psikosifik, untuk bereaksi rangsangan atau menyesuaikan diri dengan lingkungan dengan cara yang tepat yang terdiri dari tiga jenis, yaitu kecakapan untuk menghadapi dan menyesuaikan ke dalam situasi yang baru dengan cepat dan efektif, mengetahui atau menggunakan konsep-konsep yang abstrak secara efektif, mengetahui relasi dan mempelajarinya dengan cepat. Intelegensi juga sebenarnya bukan persoalan kualitas otak saja melainkan juga kualitas organ-organ tubuh lainnya.

  Tingkat kecerdasan atau intelegensi (IQ) siswa tidak dapat diragukan lagi dapat atau sangat mnentukan tingkat keberhasilan siswa, ini bermakna bahwa semakin tinggi kemampuan intelegensi seorang 31 siswa maka semakin besar peluangnya meraih sukses. Sebaliknya semakin rendah kemampuan intelegensi seorang siswa, maka semakin kecil peluangnya untuk memperoleh sukses.

  b) Sikap atau Perhatian Siswa Terhadap Pelajaran Perhatian adalah keaktifan jiwa yang dipertinggi. Jiwa itupun semata-mata tertuju kepada suatu obyek (benda/hal) atau sekumpulan obyek. Untuk menjamin hasil belajar yang baik, maka siswa harus mempunyai perhatian terhadap bahan yang dipelajarinya, jika bahan pelajaran tidak menjadi perhatian siswa maka timbullah kebosanan sehingga ia tidak suka lagi belajar.

  Sikap adalah gejala internal yang berdimensi afektif berupa kecenderungan untuk bereaksi atau merespons (respons tedency) dengan cara yang relatif tetap terhadap obyek orang, barang dan sebagainya, baik secara positif maupun negatif. Sikap (attitude) siswa yang positif, terutama kepada anda dan mata pelajaran yang anda sajikan merupakan pertanda awal yang baik bagi proses belajar tersebut. Sebaliknya, sikap negatif siswa terhadap guru dan mata pelajarannya, apalagi jika diiringi kebencian kepada anda atau kepada mata pelajarannya dapat menimbulkan kesulitan belajar siswa tersebut.

  c) Minat Siswa terhadap Pelajaran Minat juga adalah kesadaran seseorang, bahwa suatu obyek seseorang, suatu soal atau situasi yang mengandung hubungan dengan dirinya. Minat besar pengaruhnya terhadap prestasi belajar. Hal itu disebabkan karena belajar dengan minat akan lebih baik daripada belajar tanpa minat. Minat timbul apabila individu tertarik pada sesuatu karena sesuai dengan kebutuhan atau merasakan bahwa sesuatu yang akan dipelajari dirasakan bermakna bagi dirinya, namun demikian minat tanpa adanya usaha yang baik, maka belajar sulit untuk berhasil. Minat juga dapat menentukan lancarnya dalam pelajaran dan dapat menentukan keberhasilan belajar, pelajaran berjalan apabila ada minat.

  d) Bakat Siswa

  32 Bakat atau attitude adalah kemampuan untuk belajar . Secara

  umum bakat ialah kemampuan potensial yang dimiliki seseorang untuk mencapai keberhasilan pada masa yang akan datang.

  Bakat dapat mempengaruhi pula terhadap prestasi belajar seseorang dan seseorang akan lebih berhasil kalau dia belajar dalam lapangan yang sesuai dengan bakatnya.

  e) Motivasi Siswa Motivasi juga adalah keadaan dalam pribadi orang yang mendorong individu untuk melakukan aktivitas-aktivitas tertentu guna mencapai suatu tujuan. Dalam perkembangan selanjutnya motivasi dapat dibedakan menjadi dua macam, yaitu:

  1. Motivasi instrinsik yaitu hal atau keadaan yang berasal dari dalam diri siswa sendiri yang dapat mendorongnya melakukan tindakan 32 belajar.

  2. Motivasi ekstrinsik yaitu hal dan keadaan yang datang dari luar individu siswa yang juga mendorongnya untuk melakukan kegiatan

  33 belajar .

  Dalam prosfektif kognitif, motivasi yang lebih signifikan bagi siswa adalah motivasi intrinsik karena lebih murni dan langgeng serta tidak tergantung pada dorongan atau pengaruh orang lain. Dorongan mencapai nilai/prestasi dan dorongan memiliki pengetahuan dan keterampilan untuk masa depan.

  f) Kematangan Kematangan adalah suatu tingkat atau fase dalam pertumbuhan seseorang, dimana alat-alat tubuhnya sudah siap melaksanakan kecakapan baru. Kematangan bukan berarti anak dapat melaksanakan kegiatan secara terus menerus, untuk itu diperlukan latihan-latihan dan

  34 pelajaran .

  g) Kesiapan 3) Faktor Kelelahan

  Kelelahan pada seseorang walaupun sulit untuk dapat dipisahkan tetap sulit atau dapat dibedakan menjadi dua macam: a) Kelelahan jasmani dan

  b) Kelelahan rohani (psikis) Kelelahan jasmani terlihat dengan lemah lunglainya tubuh dan 33 timbul kecenderungan untuk membaringkan tubuh. Sedangkan 34 Suryabrata, Hlm. 70

  kelelahan rohani dapat dilihat dengan adanya kelesuan dan kebosanan, sehingga minat dan dorongan untuk menghasilkan sesuatu hilang.

  b. Faktor-faktor Eksternal Siswa

35 Menurut Slameto hal-hal itu meliputi:

  1) Faktor keluarga Siswa yang belajar akan menerima pengaruh dari keluarganya berupa: cara orang tua mendidik, relasi antar anggota keluarga, suasana rumah tangga dan keadaan ekonomi keluarga.

  a) Cara orang tua mendidik Cara orang tua mendidik besar pengaruhnya terhadap belajar anaknya. Seperti yang dikatakan oleh Sutjipto

Dokumen yang terkait

PENGARUH PERHATIAN ORANG TUA TERHADAP MOTIVASI BELAJAR PENDIDIKAN AGAMA ISLAM SISWA DI SDN LIMUSNUNGGAL 01 KECAMATAN CILEUNGSI KABUPATEN BOGOR

2 74 111

PENGARUH PERSEPSI SISWA TENTANG PERHATIAN ORANG TUA DAN KETERSEDIAAN FASILITAS BELAJAR DIRUMAH TERHADAP PRESTASI BELAJAR EKONOMI SISWA KELAS X SMA NEGERI 5 BANDAR LAMPUNG TAHUN PELAJARAN 2009/2010

2 12 78

PENGARUH PERSEPSI SISWA TENTANG PERHATIAN ORANG TUA DAN KETERSEDIAAN FASILITAS BELAJAR DIRUMAH TERHADAP PRESTASI BELAJAR EKONOMI SISWA KELAS X SMA NEGERI 5 BANDAR LAMPUNG TAHUN PELAJARAN 2009/2010

0 7 13

PENGARUH KEDISIPLINAN DAN PERHATIAN ORANG TUA TERHADAP PRESTASI BELAJAR SISWA KELAS V SEKOLAH DASAR SE DABIN I KECAMATAN PITURUH KABUPATEN PURWOREJO

3 28 277

PENGARUH POLA ASUH ORANG TUA DAN GAYA BELAJAR TERHADAP PRESTASI BELAJAR SISWA SMK KRISTEN SALATIGA

0 1 14

PENGARUH PERHATIAN ORANG TUA TERHADAP PRESTASI BELAJAR SISWA (Studi Kasus Pada Siswa Madrasah Ibtidaiyah Nurul Ulum Gading Duren Kec. Tengaran Kab. Semarang Tahun 2006-2007) - Test Repository

0 0 106

PENGARUH MOTIVASI BELAJAR DAN PERHATIAN ORANG TUA TERHADAP PRESTASI BELAJAR SISWA KELAS V MADRASAH IBTIDAIYAH MUHAMMADIYAH KEMUSU KECAMATAN KEMUSU KABUPATEN BOYOLALI TAHUN AJARAN 20172018 SKRIPSI

1 1 200

PENGARUH PENGAWASAN ORANG TUA TERHADAP PRESTASI BELAJAR PENDIDIKAN AGAMA ISLAM SISWA DI SMPN 10 KENDARI - Repository IAIN Kendari

0 3 9

HUBUNGAN ANTARA PERHATIAN ORANG TUA DENGAN PRESTASI BELAJAR SISWA KELAS XI AKUNTANSI SMKN 40 JAKARTA TIMUR - Repository Fakultas Ekonomi UNJ

0 0 9

PERBANDINGAN ANTARA PRESTASI SISWA KELA S 1 YANG MENDAPAT PERHATIAN ORANG TUA DAN YANG TIDAK MENDAPAT PERHATIAN ORANG TUA DALAM BELAJAR DI SDN 13 SUAK TAPEH BANYUASIN -

0 0 68