PERAN GURU PAI DALAM MENGATASI MASALAH KENAKALAN REMAJA (STUDI KASUS PADA MA DARUSSALAM KEMIRI KECAMATAN SUBAH KABUPATEN BATANG) SKRIPSI Diajukan Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

  

PERAN GURU PAI DALAM MENGATASI MASALAH

KENAKALAN REMAJA

(STUDI KASUS PADA MA DARUSSALAM KEMIRI

KECAMATAN SUBAH KABUPATEN BATANG)

  

SKRIPSI

Diajukan Untuk Memperoleh Gelar

Sarjana Pendidikan

  

Oleh:

ATIK WALIDAIK

111-13-003

  

JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN (FTIK)

  

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN) SALATIGA

TAHUN 2017

  

MOTTO

ٌﻇﺍ َﻠ ِﻏ ٌﺔ َﻜ ฀ َﻠ َﻤﺎ َﻬ َﻠْﻴ َﻋ ُﺓ َﺮﺎ َﺠ ِﺤ ْﻠﺍ َﻮ ُﺲﺎ َّﻨﻠﺍﺎ َﻫ ُﺪ ْﻮ ُﻗ َﻮﺍ ًﺮﺎ َﻨ ْﻢ ُﻜ ِﻠْﻳ ْﻫ َﻮَﺃ ْﻢ ُﻜ َﺳ ْﻨُﻓ َﺃﺍ ْﻮ ُﻗﺍ ْﻮ ُﻧ َﺃَﻤ َﻦ ِﺬْﻳ َّﻠﺍﺎ ُّﻳَﻬ َﻳَﺄ

ِِ

  َﻦ ْﻮ ُﺮ َﻤ ْﺆ ُﻳﺎ َﻤ َﻦ ْﻮ َﻌُﻠ َﻴْﻔ َﻮ ْﻢ ُﻫ َﺮ َﻤ َﺍﺎ َﻤ َﻪ َّﻠﻠﺍ َﻦﻮ ُﺼ ْﻌ َﻴﺎ َّﻠ ُﺪﺍ َﺪ ِﺸ

Hai orang-orang yang beriman, peliharalah dirimu dan keluargamu dari api

neraka yang bahan bakarnya adalah manusia dan batu, penjaganya malaikat-

malaikat yang kasar, yang keras, yang tidak mendurhakai Allah terhadap apa

yang diperintahkan-Nya kepada mereka dan selalu mengerjakan apa yang

diperintahkan (QS. At-Tahrim: 6)

  

PERSEMBAHAN

1.

  Orang tuaku tersayang Bapak Yenuri dan Ibu Dariati, kakakku Muhammad Noor

  Stansyah dan segenap keluargaku yang senantiasa memberikan kasih sayangnya, membimbing, mengarahkan, mendoakan, mendukung dan memberikan semangat yang tiada henti, sehingga skripsi ini bisa penulis selesaikan.

  2. Kekasihku Tri Fidiyanto yang selalu membantu dan memberikan dukungan serta semangatnya dalam menyelesaikan skripsi ini.

  3. Drs. H. Wahyudhiana, M.M.Pd. Selaku dosen pembimbing yang telah membimbing dan mengarahkan dalam penulisan skripsi ini.

  4. Almamaterku tercinta IAIN Salatiga.

  5. Sahabat-sahabtku yang selalu membantu dan memberikan dukungan.

  6. Teman-teman seperjuangan angkatan 2013, khususnya teman-teman PAI, teman-teman PPL dan KKN.

  7. MA Darussalam Kemiri baik Kepala Madrasah, guru-guru beserta staf tata usaha yang memperbolehkan saya melakukan penelitian, serta siswa-siswanya yang membantu memberikan data pada saat penelitian.

KATA PENGANTAR

  Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat, taufik, hidayah, serta inayah-Nya. Sholawat serta salam semoga senantiasa tercurah kepada Nabi Muhammad SAW, keluarga, para sahabat, dan para pengikutnya yang senantiasa mengharapkan syafaatnya di akhirat nanti.

  Dalam penyusunan skripsi ini, penulis banyak mendapatkan bantuan dari pembimbing, para dosen, dan semua pihak yang menjadi motivator dalam penyusunan skripsi ini. Dengan selesainya penyusunan skripsi ini, penulis menyampaikan terima kasih kepada:

  1. Bapak Dr. Rahmat Hariyadi, M.Pd. Selaku Rektor Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Salatiga.

  2. Bapak Drs. H. Wahyudhiana, M.M.Pd. Selaku pembimbing yang telah membimbing dalam penulisan skripsi ini.

  3. Bapak/ibu dosen dan seluruh karyawan IAIN Salatiga yang telah memberikan pelayanan kepada penulis.

  4. Kepada Kepala MA Darussalam Kemiri Bapak A. Tohir, S.Pd.I. beserta staff dan dewan guru yang telah membantu selama penyelesaian penulisan skripsi ini.

  5. Bapak dan Ibuku tercinta Bapak Yenuri dan Ibu Dariati yang selalu mencurahkan kasih sayangnya dan mendoakan serta membantu dalam menyelesaikan skripsi ini. Dan kakak saya tersayang Muhammad Noor Stansyah yang selalu memberikan dukungan.

  6. Kekasihku Tri Fidiyanto yang selalu membantu dan memberikan dukungan serta semangatnya dalam menyelesaikan skripsi ini.

  7. Teman-teman PAI angkatan 2013 yang senasib dan seperjuangan.

  8. Semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu yang telah membantu kelancaran penulisan skripsi ini.

  Tidak ada yang penulis dapat berikan kepada semuanya, kecuali kata terima kasih dan untaian doa, semoga amal kebaikannya diterima dan mendapat balasan yang berlipat ganda dari Allah SWT. Penulis berharap semoga skripsi ini bermanfaat bagi kita semua, bagi penulis pada khususnya dan bagi pembaca pada umumnya.

  Salatiga, 31 Agustus 2017 Penulis Atik Walidaik NIM: 111-13-003

  

ABSTRAK

  Walidaik. Atik 2017. Peran Guru PAI Dalam Mengatasi Masalah

  Kenakalan Remaja (Studi Kasus Pada MA Darussalam Kemiri Kecamatan Subah Kabupaten Batang) . Skripsi. Jurusan Pendidikan

  Agama Islam. Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan Institut Agama Islam Negeri Salatiga. Pembimbing: Drs. H. Wahyudhiana, M.M.Pd. Kata kunci: Peran Guru PAI, Kenakalan Remaja

  Skripsi ini membahas tentang peran guru PAI dalam mengatasi masalah kenakalan remaja. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana peran guru dalam mencegah masalah kenakalan remaja di lingkungan sekolah.

  Jenis penelitian ini adalah penelitian lapangan dengan menggunakan pendekatan kualitatif. Pengumpulan data dilakukan dengan melakukan observasi, wawancara dan dokumentasi. Kehadiran peneliti di lapangan sangat penting mengingat skripsi ini adalah kualitatif. Peneliti bertindak langsung sebagai instrumen lapangan dan sebagai pengumpul data dari hasil observasi. Data yang berbentuk kata-kata diambil dari para informan atau responden pada waktu mereka diwawancarai. Dengan kata lain data-data tersebut berupa keterangan dari para informan, sedang data tambahan berupa dokumen.

  Hasil penelitian menunjukkan adanya (1) Terdapat adanya bentuk kenakalan diantaranya membolos, merokok, terlambat masuk sekolah, dan pergi pada saat jam pelajaran. (2) Peran guru dalam mengatasi kenakalan remaja di MA Darussalam dengan cara preventif (pencegahan) maupun reaktif. Di MA Darussalam usaha prefentif (pencegahan) dilakukan oleh semua guru rumpun mata pelajaran PAI pada setiap pembelajaran, dengan menggunakan pembelajaran berbasis konseling atau dengan cara menggunakan materi-materi yang diajarkan dengan kehidupan sehari-hari. Sedangkan usaha reaktifnya, setiap pagi siswa melaksanakan apel dan guru memberikan pengarahan dan bimbingan pada siswa dengan cara memberi motivasi dan membiasakan siswa untuk membaca Asmaul Husna dan membaca kitab Hidayatul Muta’allim. Program bimbingan di dalam kelas maupun di luar kelas, di kantor atau mempunyai waktu sendiri ketika masalah yang dihadapi menyangkut urusan pribadi. Selain itu, guru menggunakan hukuman (punishment) yang mendidik seperti membuat proposal tentang bahaya merokok, ketika shalat dhuha berada di shof paling depan, membaca Al-

  Qur’an, dan membaca istighfar seribu kali. Selain itu juga ada hukuman yang memberatkan seperti berlari mengelilingi lapangan, membersihkan halaman madrasah dan tempat sampah. Hal yang demikian dimaksudkan untuk memberi efek jera terhadap pelaku kenakalan.

  DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL........................................................................ i

LOGO................................................................................................ ii

PENGESAHAN................................................................................ iii

NOTA PEMBIMBING.................................................................... iv

PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN...................................... v

MOTTO.............................................................................................. vi

PERSEMBAHAN............................................................................. vii

KATA PENGANTAR...................................................................... viii

ABSTRAK......................................................................................... x

DAFTAR ISI..................................................................................... xi

DAFTAR TABEL............................................................................ xiv

DAFTAR LAMPIRAN................................................................... xv

  BAB I: PENDAHULUAN A. Latar Belakang............................................................. 1 B. Rumusan Masalah........................................................ 9 C. Tujuan Penelitian.......................................................... 9 D. Manfaat Penelitian........................................................ 10 E. Penegasan Istilah........................................................... 11 F. Kajian Pustaka............................................................... 14 G. Sistematika Penulisan.................................................... 17

  BAB II: KAJIAN PUSTAKA A. Deskripi Peran Guru dan Kenakalan Remaja............... 20 1. Peran Guru dalam Pendidikan................................ 20 2. Pengertian Guru PAI, Tugas dan Fungsinya.......... 24 3. Kenakalan Remaja.................................................. 44 B. Penelitian yang Relevan................................................ 54 BAB III: METODE PENELITIAN A. Pendekatan dan Jenis Penelitian................................... 59 1. Kehadiran Peneliti................................................... 60 2. Lokasi Penelitian..................................................... 60 3. Sumber Data............................................................ 61 4. Prosedur Pengumpulan Data................................... 62 5. Analisis Data........................................................... 64 6. Pengecekan Keabsahan Data.................................. 65 7. Tahap-tahap Penelitian............................................ 66 BAB IV: HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Gambaran Umum.......................................................... 68 B. Hasil Temuan Penelitian................................................ 78 C. Analisis Data................................................................. 99 BAB V: PENUTUP A. Kesimpulan.................................................................... 104 B. Saran-saran.................................................................... 105

DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN-LAMPIRAN

  

DAFTAR TABEL

  Tabel 4.1: Jumlah Siswa

  :

Tabel 4.2 Struktur Organisasi di MA Darussalam Kemiri Subah Batang

DAFTAR LAMPIRAN

  Lampiran I Daftar Riwayat Hidup Lampiran II Pernyataan Publikasi Skripsi Lampiran III Pedoman Wawancara Lampiran IV Lembar Penunjukan Pembimbing Skripsi Lampiran V Lembar Permohonan Izin Penelitian Lampiran VI Lembar Keterangan Pelaksanaan Penelitian Lampiran VII Lembar Konsultasi Skripsi Lampiran VIII Daftar Nilai SKK Lampiran IX Dokumentasi

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Menurut Undang-Undang Republik Indonesia No. 14 Tahun 2005

  tentang Guru dan Dosen, dalam pasal 1 ayat 1 menjelaskan bahwa guru adalah

  “pendidik profesional dengan tugas utama mendidik, mengajar, membimbing, mengarahkan, melatih, menilai, dan mengevaluasi peserta didik pada pendidikan anak usia dini jalur pendidikan formal, pendidikan dasar, dan pendidikan menengah”(Undang-Undang Guru dan Dosen,

  2011: 3). Dari Undang-Undang tersebut di atas bahwa guru mempunyai peran dan tanggung jawab terhadap pendidikan peserta didik baik di lingkungan sekolah maupun di luar sekolah.

  Peran (role) guru artinya keseluruhan tingkah laku yang harus dilakukan guru dalam melaksanakan tugasnya sebagai guru (Tohirin, 2006: 165). Guru mempunyai peran yang luas karena merupakan faktor utama dalam keseluruhan proses pendidikan. Seperti yang dikatakan oleh Asep Yonny bahwa guru memiliki peran yang sangat penting dalam dunia pendidikan. Guru tidak sekedar dituntut memiliki kemampuan mentransformasikan pengetahuan dan pengalamannya, memberikan ketauladanan, tetapi juga diharapkan mampu menginspirasi anak didiknya agar mereka dapat mengembangkan potensi diri dan memiliki akhlak yang baik (Yonny, 2011: 9).

  Dalam proses belajar mengajar, guru mempunyai peran untuk mendorong, membimbing, dan memberi fasilitas belajar bagi murid-murid untuk mencapai tujuan pembelajaran (Ahmadi, 1991: 98). Disisi lain seorang guru juga harus mampu memahami siswanya baik secara personal maupun keseluruhan, dikarenakan setiap siswa memiliki kebutuhan yang berbeda. Semakin guru memahami karakteristik kebutuhan siswa, maka seorang pendidik akan semakin yakin untuk mengajar mereka dengan cara yang paling efektif (Cowley, 2010: 149).

  Dengan demikian, peran guru di sekolah adalah sebagai perancang pembelajaran, pengelolaan pembelajaran, penilai hasil pembelajaran siswa, pengarah pembelajaran, serta pembimbing siswa. Peran guru sangat melekat erat dengan pekerjaan seorang guru, maka pengajarannya tidak boleh dilakukan dengan seenaknya. Semua peran tersebut harus mampu dikuasai oleh seorang guru agar tujuan pendidikan agama Islam dapat tercapai.

  Dalam paradigma jawa, pendidik diidentikkan dengan guru (gu dan

  ru

  ) yang berarti “digugu dan ditiru”. Dikatakan digugu (dipercaya) karena guru memiliki seperangkat ilmu yang memadai, yang karena ia memiliki wawasan dan pandangan yang luas dalam melihat kehidupan. Dikatakan

  

ditiru (diikuti) karena guru memiliki kepribadian yang utuh, yang

  karenanya segala tindak tanduknya patut dijadikan panutan dan suri tauladan oleh peserta didiknya. Dapat disimpulkan bahwa tugas guru tidak sekedar mentransformasi ilmu, tetapi juga bagaimana ia mampu menginternalisasikan ilmunya pada peserta didiknya (Mujib, 2006: 90).

  Dewasa ini sering terjadi dalam pembelajaran perlakuan guru yang tidak adil, dengan memberikan hukuman atau sanksi-sanksi yang kurang menunjang tercapainya tujuan pendidikan, ancaman yang tiada putus- putusnya disertai disiplin yang terlalu ketat, disharmonis antara peserta didik dan pendidik, dan lain sebagainya. Karena proses pendidikan yang seperti inilah kerap kali memberi pengaruh langsung atau tidak langsung terhadap peserta didik di sekolah sehingga dapat menimbulkan kenakalan remaja ( Sudarsono, 2012: 130).

  Jadi, peran guru yang dimaksudkan disini bukan hanya sebagai pengajar di sekolah, tetapi juga berhadapan dengan seperangkat komponen yang terkait dengan pengembangan potensi anak didik. Selain berbagai peran di atas yang dikemukakan oleh para ahli pendidikan, pada dasarnya peran guru yang utama khususnya guru PAI adalah bagaimana guru mampu memasukkan aspek kognitif, afektif, dan psikomotorik dalam setiap proses pembelajaran. Di samping itu peran guru PAI yang utama adalah membentuk akhlak mulia dalam diri setiap siswa, sehingga dapat diterapkan dalam kehidupan sehari-hari.

  Dalam masa sekolah yang dilalui remaja, tidak semuanya berjalan dengan lancar. Kadang di sekolah para remaja banyak mengalami permasalahan, baik dalam mata pelajaran maupun dengan teman sebayanya. Permasalahan dengan teman sebaya antara lain seperti mengejek, menyebarkan rumor, menghasut, mengucilkan, menakut-nakuti (intimidasi), mengancam, menindas, serta menyerang secara fisik (mendorong, menampar, dan memukul) (Wiyani, 2012: 12) ataupun melakukan kekerasan terhadap teman yang dianggap lemah. Hampir setiap anak mungkin pernah mengalami satu bentuk perlakuan yang tidak menyenangkan dari teman sebayanya.

  Sebagian orang mungkin berpendapat bahwa perilaku kenakalan remaja tersebut merupakan hal sepele atau bahkan normal dalam tahap kehidupan manusia atau dalam kehidupan sehari-hari. Namun faktanya, perilaku kenakalan remaja merupakan perilaku tidak sehat, dan secara sosial tidak bisa diterima. Karena hal yang sepele pun kalau dilakukan berulang kali pada akhirnya dapat menimbulkan dampak serius dan fatal.

  Kenakalan remaja sering menimbulkan keresahan di lingkungan masyarakat, sekolah maupun keluarga. Contoh yang sangat sederhana dalam hal ini antara lain pencurian oleh remaja, perkelahian dikalangan anak didik yang kerap kali berkembang menjadi perkelahian antar sekolah, mengganggu wanita di jalan yang pelakunya anak remaja. Demikian juga sikap anak yang memusuhi orang tua dan sanak saudaranya, ataupun perbuatan-perbuatan lain yang tercela seperti menghisap ganja, mengedarkan pornografis, dan coret-coret tembok pagar yang tidak pada tempatnya (Sudarsono, 2012: 12).

  Selain itu wujud dari kenakalan remaja menurut Dadang Hawari ditandai dengan kriteria dari gejala-gejala seperti sering membolos, dikeluarkan atau diskors dari sekolah karena berkelakuan buruk, sering kali lari dari rumah (minggat) dan bermalam di luar rumahnya, selalu berbohong, sering kali mencuri, sering kali merusak barang milik orang lain, serta prestasi di sekolah yang jauh di bawah taraf kemampuan kecerdasan (IQ) sehingga berakibat tidak naik kelas (Syafaat, dkk, 2008: 82).

  Seiring dengan perkembangan sains dan teknologi seperti sekarang ini, banyak media masa dan media elektronik yang mengabarkan tentang adanya penyimpangan tingkah laku siswa baik di lingkungan sekolah maupun luar sekolah seperti berbohong, keluyuran, merokok, hura-hura, pergaulan buruk, tawuran antar pelajar, serta masih banyak tindakan agresif lainnya. Adapun gejala-gejala remaja yang dilakukan di sekolah jenisnya bemacam-macam. Dan bisa digolongkan dengan kenakalan ringan. Adapun bentuk dan jenis kenakalan ringan adalah tidak patuh kepada guru, lari atau membolos dari sekolah, sering berkelahi, dan sering berpakaian tidak sopan. Meskipun kenakalan yang terjadi dalam bentuk kenakalan yang ringan, hal itu sudah menimbulkan persoalan yang kurang baik terhadap orang lain maupun dirinya sendiri.

  Berbagai teori di atas, dapat disimpulkan bahwa kenakalan remaja adalah perubahan perilaku yang melanggar hukum norma agama, norma masyarakat serta mengganggu ketertiban umum sehingga mengusik diri sendiri dan orang lain.

  Gambaran kenakalan remaja banyak dikabarkan, hal tersebut jelas menunjukkan makin meningkatnya tindakan kenakalan remaja. Seperti contohnya tawuran antar pelajar, OV seorang pelajar SMPN 41 Bekasi, tewas mengenaskan setelah terlibat pada hari Sabtu (11/3/2017) sekitar pukul 15.00 WIB kses pada hari Minggu, 2 April 2017)).

  Dua pelajar dari salah satu Sekolah Menengah Pertama (SMP) di Kota Semarang, Jawa Tengah dihentikan polisi saat berboncengan menggunakan sepeda motor di kawasan Mangkang karena tidak memiliki surat izin mengemudi (SIM), dua pelajar tersebut juga tidak menggunakan helm, bahkan sepeda motor yang digunakan dua bocah tersebut tidak dilengkapi dengan kaca spion pada hari Senin (20/3/2017) (diakses pada hari Minggu, 2 April 2017)).

  Mengenai kenakalan remaja di atas, bisa saja terjadi pada lembaga pendidikan Islam seperti Madrasah Aliyah Darussalam Kemiri Kecamatan Subah Kabupaten Batang. Dalam konteks ini, guru MA Darussalam Kemiri Kecamatan Subah Kabupaten Batang juga dituntut untuk berperan terhadap kenakalan remaja, karena diakui atau tidak proses kekerasan fisik maupun mental mampu merusak siswa. Fenomena tersebut seharusnya tidak terjadi, namun dari sekian banyak kasus itu, dapat diidentifikasi penyebab tindakan kekerasan yang sangat kompleks. Dipandang dari segi agama kenakalan remaja bisa terjadi karena kondisi mental yang tidak seimbang dan kurang baik. Mental merupakan gejala sesuatu yang berhubungan dengan batin, watak, dan perasaan. Seseorang dapat dikatakan bermental sehat apabila dalam kehidupan sehari-hari ia memperlihatkan tingkah lakunya yang baik

  Sejalan dengan perkembangan jasmani dan rohaninya, penghayatan para remaja terhadap ajaran agama dan tindak keagamaan yang tampak pada para remaja banyak berkaitan dengan perkembangan. Kebiasaan yang ditanamkan orang tua akan menjadi pengalaman yang berarti bagi remaja dalam perkembangan mereka. Seperti dalam bukunya, Abdullah Nashih Ulwan mengemukakan syair sebagai berikut:

  “(mengajarkan) budi pekerti itu bermanfaat ketika anak masih kecil, setelah itu (sesudah dewasa) tidaklah (ajaran) budi pekerti itu bermanfaat. Ranting yang kecil, bila engkau luruskan, luruslah ia. Tetapi kayu tidak akan bengkok kendati pun kau bengkokkan ia” (Syafaat, 2008. 154-155).

  Maksud syair di atas, apabila seorang pemuda semenjak kecil membiasakan dirinya merasa senantiasa diawasi oleh Allah dalam setiap gerak gerik serta perbuatan yang ia lakukan seraya yakin bahwa Allah akan membalas dan meridhai orang yang mau taat kepada-Nya, hal itu akan memudahkannya melakukan apa yang diperintahkan Allah serta menjauhi apa yang dilarang-Nya.

  Jadi, dapat ditarik kesimpulan bahwa yang dimaksud dengan pembinaan mental keagamaan adalah pembinaan mental bersifat Islami. Pembinaan yang Islami merupakan upaya untuk menyempurnakan watak dan batin seseorang dengan melalui pendekatan-pendekatan yang ada di dalam Al-

  Qur’an dan Hadis, agar ia memiliki mental yang sehat, dapat beradaptasi dengan lingkungan, serta dapat mengendalikan sikap, watak, dan kepribadiannya.

  Pendidikan Islam merupakan salah satu upaya untuk membentuk seorang siswa tidak hanya memiliki pengetahuan dan terampil tentang pengetahuan agama Islam, namun juga dapat berpengaruh pada pembentukan akhlak mulia. Pendidikan agama Islam di sekolah adalah sebagai bentuk pengembangan kemampuan siswa dalam meningkatkan pemahaman agama, yakni meningkatkan keimanan dan ketakwaan terhadap Allah SWT serta kemuliaan akhlak.

  Pembelajaran PAI yang telah terjadi saat ini, masih belum sukses disebabkan dampak dari PAI yang telah diajarkan pada siswa tidak berpengaruh pada akhlak mulia. Terbukti dengan meningkatnya angka kenakalan remaja yang terjadi yang melibatkan siswa sekolah dari kawasan kota sampai pedesaan. Dapat disimpulkan bahwa pembelajaran PAI yang diberikan oleh guru belum mampu membentuk siswa berakhlak mulia sesuai tujuan utama PAI.

  Dengan demikian, tampak jelas sudah tanggung jawab guru mata pelajaran PAI untuk mendidik peserta didik dengan pendidikannya yang baik dan berakhlakul karimah, agar peserta didik mampu menyerap ilmu- ilmu yang diajarkannya secara lahir dan batin. Secara lahir diartikan peserta didik mampu memahami materi yang disampaikan, sedangkan secara batin peserta didik mampu meniru perilaku guru.

  Dari latar belakang di atas, penulis bermaksud mengkaji lebih lanjut tentang peran guru rumpun mata pelajaran Pendidikan Agama Islam dalam menangani kekerasan remaja dengan judul “PERAN GURU PAI DALAM MENGATASI MASALAH KENAKALAN REMAJA (STUDI KASUS PADA MA DARUSSALAM KEMIRI KECAMATAN SUBAH KABUPATEN BATANG)”.

B. Rumusan Masalah

  Berdasarkan pada pokok pikiran yang penulis kemukakan pada latar belakang masalah, maka yang menjadi permasalahan adalah: Bagaimana peran guru PAI dalam mengatasi masalah kenakalan remaja di MA Darussalam Kemiri Kecamatan Subah Kabupaten Batang? C.

   Tujuan Penelitian

  Sebagai konsekuensi dari permasalahan pokok, maka tujuan penelitian ini dapat dirumuskan sebagai berikut: Untuk mengetahui peran guru PAI dalam mengatasi masalah kenakalan remaja di MA Darussalam Kemiri Kecamatan Subah Kabupaten Batang.

D. Manfaat Penlitian

  Manfaat penelitian ini sehubungan dengan peran guru PAI terhadap masalah kenakalan remaja antara lain mempunyai manfaat yang dilihat dari manfaat teoritis dan manfaat praktis.

  1. Manfaat Teoritis a.

  Dapat menambah khasanah keilmuan tentang pendidikan agama Islam.

  b.

  Dapat memberi gambaran dan masukan untuk perilaku kenakalan remaja.

  c.

  Dapat memperkaya teori tentang perilaku kenakalan remaja.

  2. Manfaat Praktis a.

  Memberi informasi pada praktisi pendidikan (khususnya guru pendidikan agama Islam) di MA Darussalam Kemiri Kecamatan Subah Kabupaten Batang tentang peran guru terhadap perilaku kenakalan remaja.

  b.

  Mengetahui peran guru PAI terhadap perilaku kenakalan remaja siswa.

  c.

  Dapat mengetahui dan meminimalisir kenakalan remaja sehingga siswa aman, nyaman, dan tentram dalam belajar.

  d.

  Diharapkan dapat memberikan dorongan kepada guru, orang tua dan masyarakat serta seluruh elemen terkait untuk berperan menciptakan suatu lingkungan yang bermoral dan beradab sehingga tercipta pribadi yang luhur dan berakhlakul karimah.

E. Penegasan Istilah 1.

  Peran Guru dalam Pendidikan Peran (role) guru artinya keseluruhan tingkah laku yang harus dilakukan guru dalam melaksanakan tugasnya sebagai guru (Thohirin,

  2006: 165). Dalam mencapai keberhasilan pendidikan, pendidik memiliki peran yang menentukan, sebab bisa dikatakan pendidik merupakan kunci utama terhadap kesuksesan pendidikan (Sadulloh, 2014: 128). Guru mempunyai peranan yang amat luas, baik di sekolah, keluarga dan di dalam masyarakat. Di sekolah guru berperan sebagai perancang atau perencana, pengelola pengajaran dan pengelola hasil pembelajaran siswa. Peranan guru di sekolah ditentukan oleh kedudukanya sebagai orang dewasa, sebagai pengajar dan pendidik serta sebagai pegawai. Di dalam keluarga guru berperan sebagai family

  educator. Sedangakan ditengah tengah masyarakat guru berperan

  sebagai social developer (pembina masyarakat), social motivator (pendorong masyarakat), social inovator (penemu masyarakat), dan sebagai social agent (agen masyarakat) (Thohirin, 2006: 165-166).

  Dapat disimpulkan bahwa peran guru yang dimaksudkan disini bukan hanya sebagai pengajar di sekolah, tetapi juga berhadapan dengan seperangkat komponen yang terkait dengan pengembangan potensi anak didik.

2. Guru Rumpun Mata Pelajaran PAI a.

  Pengertian Guru Kata pendidik sering kali diwakili oleh istilah “guru” (Asdiqoh,

  2012: 38). Dalam Kamus Bahasa Indonesia dinyatakan, bahwa pendidik adalah orang yang mendidik. Guru adalah orang dewasa yang bertanggung jawab memberikan pertolongan pada peserta didiknya dalam perkembangan jasmani dan rohaninya, agar mencapai tingkat kedewasaan, mampu berdiri sendiri dan memenuhi tingkat kedewasaannya, mampu mandiri dalam memenuhi tugasnya sebagai hamba dan khalifah Allah SWT, dan mampu melakukan tugas sebagai makhluk sosial dan sebagai makhluk individu yang mandiri (Nata, 2010: 159).

  Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa guru merupakan orang yang memberikan ilmu pengetahua kepada anak didik serta menjadi pembimbing anak didik dalam mengembangkan potensi yang dimiliki.

  b.

  Rumpun Mata Pelajaran PAI Untuk mencapai tujuan pendidikan, salah satu bidang studi yang harus dipelajari oleh peserta didik di madarasah adalah pendidikan agama Islam, yang dimaksudkan untuk membentuk karakter peserta didik menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa serta berakhlak mulia. Pendidikan agama Islam di Madrasah Aliyah terdiri atas lima mata pelajaran, yaitu: Al- Qur’an Hadis, Akidah Akhlak, Fikih, Sejarah Kebudayaan Islam dan Bahasa Arab.

3. Kenakalan Remaja a.

  Kenakalan Menurut Dr. Fuad Hasan, kenakalan diartikan sebagai perbuatan anti sosial yang dilakukan oleh anak remaja yang bilamana dilakukan orang dewasa dikualifikasikan sebagai tindak kejahatan (Sudarsono, 2012: 11). Kenakalan mempunyai konotasi serangan, pelanggaran, kejahatan, dan keganasan yang dilakukan oleh anak-anak muda di bawah usia 22 tahun.

  b.

  Remaja Remaja berasal dari kata latinAdolecereI (kata bendanya

  Adolescentia

  ) yang berarti remaja, yaitu “tumbuh atau tumbuh dew asa” dan bukan kanak-kanak lagi. Remaja menurut Zakiah

  Daradjat adalah tahap peralihan dari masa kanak-kanak, tidak lagi anak, tetapi belum dipandang dewasa. Remaja adalah umur yang menjembatani antara umur anak-anak dan umur dewasa (Syafaat, 2008: 87).

  Dengan demikian, kenakalan remaja adalah perbuatan/ kejahatan/ pelanggaran yang dilakukan oleh anak remaja yang bersifat melawan hukum, anti sosial, anti susila, dan menyalahi norma-norma agama. Paham kenakalan remaja dalam arti luas, meliputi perbuatan-perbuatan anak remaja yang bertentangan dengan kaidah-kaidah hukum tertulis, baik yang terdapat dalam KUHP (pidana umum) maupun perundang- undangan di luar KUHP (pidana khusus) (Sudarsono, 2012: 11-12).

  Selain itu kenakalan remaja merupakan perilaku jahat (dursila) atau kejahatan/ kenakalan anak-anak muda (Syafaat, 2008: 74).

  Wujud dari kenakalan remaja antara lain, sering membolos, sering lari dari rumah, perkelahian antar kelompok, kebut-kebutan di jalan, sering berbohong, sering mencuri, dan sebagainya.

F. Kjian Pustaka

  Dalam penelitian kualitatif lazimnya peneliti melakukan kajian pustaka terlebih dahulu memeriksa penelitian-penelitian yang relevan atau memiliki kesamaan. Kajian terhadap penelitian-penelitian yang relevan dimaksudkan untuk mencari masukan dan perbandingan, baik terkait fokus maupun metodologi dan penjabaran desainnya, seerta hasil-hasil penelitiannya. (Putra, 2012. 158)

  Sebelum penulis mengadakan penelitian tentang “Peran Guru Rumpun Mata Pelajaran PAI Dalam Mengatasi Masalah Kenakalan Remaja d i MA Darussalam Kemiri Kecamatan Subah Kabupaten Batang” penulis dengan segala kemampuan yang ada berusaha menelaah hasil kajian antara lain:

1. Skripsi Atika Oktaviani Palupi, NIM 1511409011, Mahasiswa Jurusan

  Psikologi Fakultas Ilmu Pendidikan, Universitas Negeri Semarang Tahun 2013 dengan judul “Pengaruh Religiusitas Terhadap Kenakalan Remaja Pada Siswa Kelas VIII SMP Negeri 02 Slawi Kabupaten

  T ega diakses pada Hari Minggu, 2 april 2017).

  Skripsi ini membahas tentang pengaruh religiusitas terhadap kenakalan remaja. Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif korelasional dengan jumlah sampel sebanyak 70 siswa kelas VIII SMP Negeri 02 Slawi. Teknik sampling yang digunakan adalah teknik total sampling atau sampling jenuh. Data penelitian diambil menggunakan angket kenakalan remaja dan skala religiusitas. Hasil penelitian menunjukkan bahwa ada hubungan negatif antara religiusitas dengan kenakalan remajapada siswa kelas VIII SMP Negeri 02 Slawi.

2. Skripsi Fella Eka Febriana, NIM 100910301059, Mahasiswa Program

  Studi Ilmu Kesejahteraan Sosial, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Universitas Jember Tahun 2016 dengan judul “Peran Orang Tua Dalam Pencegahan Kenakalan Remaja (Studi Deskriptif di Kelurahan Antirogo Kecamatan Sumbersari Kabupaten Jember)”.

   s pada hari Senin, 3 April 2017).

  Skripsi ini membahas tentang peran orang tua dalam pencegahan kenakalan remaja. Tujuan dalam penelitian ini yaitu mendiskripsikan dan menganalisis peran oran orang tua terhadap kenakalan remaja di kelurahan Antirogo Kecamatan Sumbersari Kabupaten Jember.

  Metode pengumpulan data dilakukan dengan observasi, wawancara, dan dokumentasi. Setelah data terkumpul kemudian dilakukan analisis, dalam menguji keabsahan data, penelitian menggunakan triangulasi. Hasil analisis yang didapat bahwa peran orang tua dilakukan oleh para orang tua di Kelurahan Antirogo yakni dengan menyibukkan anak mereka dengan pendidikan umum dan pendidikan agama. Adanya bekal ilmu agama yang didapat, perhatian, nasehat dan bimbingan orang tua diharapkan dapat membentengi putra putrinya terhindar dari pengeruh kenakalan remaja.

3. Skipsi Siti Rohisoh, NIM 11409070, Mahasiswa Jurusan Tarbiyah,

  Program Studi Pendidikan Agama Islam, Sekolah Tinggi Agama Islam Ne geri (STAIN) Salatiga dengan judul “Pengaruh Perhatian Orang Tua Terhadap Kenakalan Remaja Di MTS Walisongo Sidowangi Kajoran Kabupaten Magelang” diakses pada hari Senin, 3 April 2017).

  Skripsi ini membahas tentang pengaruh perhatian orang tua terhadap kenakalan remaja. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh perhatian orang tua terhadap kenakalan remaja di MTs Walisongo Sidowangi. Penelitian ini dilaksanakan dengan jumlah populasi 152 siswa, sedang sampel penelitian adalah 60 siswa yang terdiri dari kelas

  VIII A dan VIII B. Jenis penelitian ini adalah penelitian lapangan dengan pendekatan kuantitatif analisis korelasional. Hasil penelitian deskriptif mengungkapkan bahwa perhatian orang tua di MTs Walisongo Sidowangi pada kategori tinggi sebanyak 54 anak atau 90%, dalam kategori sedang sebanyak 3 anak atau 5%, dan kategori rendah sebanyak 3 anak atau 5%.sedang kenakalan remaja di MTs Walisongo Sidowangi dalam kategori tinggi sebanyak 2 anak atau 3.33%, sedangkan dalam kategori sedang sebanyak 12 anak atau 20%, dan pada kategori rendah ada 46 anak atau 76%. Hasil penelitian menunjukkan bahwa ada hubungan negatif antara perhatian orang tua terhadap kenakalan remaja pada sisiwa kelas VIII A dan VIII B MTs Walisongo Sidowangi.

  Adapun kajian penelitian ini terfokus pada peran guru PAI dalam mengatasi masalah kenakalan remaja (studi kasus pada MA Darussalam Kemiri Kecamatan Subah Kabupaten Batang).

G. Sistematika Penulisan

  Untuk mempermudah pembahasan dalam memahami isi dari penelitian ini, maka disusun sistematika penulisan sebagai berikut:

  BAB I: PENDAHULUAN Memuat latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, penegasan istilah, metode penelitian dan sistematika penulisan.

  BAB II: KAJIAN PUSTAKA Merupakan bagian yang mejelaskan landasan teori yang berhubungan dengan penelitian yang memuat: peran guru dalam pendidikan, guru PAI, dan kenakalan remaja.

  BAB III: METODOLOGI PENELITIAN Berisi tentang pendekatan, jenis penelitian, kehadiran peneliti, lokasi penelitian, sumber data, prosedur pengumpulan data, analisis data, pengecekan keabsahan data dan tahap-tahap penelitian.

  BAB IV: HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Dalam bab ini menjelaskan tentang: a. Gambaran Umum MA Darussalam Kemiri 1)

  Letak geografis MA Darussalam Kemiri 2)

  Sejarah berdirinya dan berkembangnya MA Darussalam Kemiri 3)

  Struktur organisasi di MA Darussalam Kemiri 4)

  Keadaan guru dan karyawan di MA Darussalam Kemiri 5)

  Keadaan siswa di MA Darussalam Kemiri 6)

  Sarana dan prasarana yang ada di MA Darussalam Kemiri b. Deskriptif data

  1) Kenakalan remaja di MA Darussalam Kemiri Kecamatan Subah Kabupaten Batang.

  2) Peran guru rumpun mata pelajaran PAI dalam mengatasi masalah kenakalan remaja di MA Darussalam Kemiri Kecamatan Subah

  Kabupaten Batang. BAB V: PENUTUP Berisi kesimpulan dari pembahasan hasil penelitian dan saran-saran dari penulis sebagai sumbangan pemikiran berdasarkan teori dan hasil penelitian yang telah diperoleh dan daftar pustaka.

BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Deskripi Peran Guru dan Kenakalan Remaja 1. Peran Guru dalam Pendidikan Peran (role) guru artinya keseluruhan tingkah laku yang harus

  dilakukan guru dalam melaksanakan tugasnya sebagai guru (Thohirin, 2006: 165). Dalam mencapai keberhasilan pendidikan, pendidik memiliki peran yang menentukan, sebab bisa dikatakan pendidik merupakan kunci utama terhadap kesuksesan pendidikan (Sadulloh, 2014: 128). Guru mempunyai peran yang luas karena merupakan faktor utama dalam keseluruhan proses pendidikan.

  Seperti yang dikatakan oleh Asep Yonny bahwa guru memiliki peran yang sangat penting dalam dunia pendidikan. Guru tidak sekedar dituntut memiliki kemampuan mentransformasikan pengetahuan dan pengalamannya, memberikan ketauladanan, tetapi juga diharapkan mampu menginspirasi anak didiknya agar mereka dapat mengembangkan potensi diri dan memiliki akhlak yang baik (Yonny, 2011: 9).

  Dalam proses belajar mengajar, guru mempunyai peran untuk mendorong, membimbing, dan memberi fasilitas belajar bagi murid- murid untuk mencapai tujuan pembelajaran (Ahmadi, 1991: 98). Disisi lain seorang guru juga harus mampu memahami siswanya baik secara personal maupun keseluruhan, dikarenakan setiap siswa memiliki kebutuhan yang berbeda. Semakin guru memahami karakteristik kebutuhan siswa, maka seorang pendidik akan semakin yakin untuk mengajar mereka dengan cara yang paling efektif (Cowley, 2010: 149).

  Dari uraian di atas, jelaslah bahwa peran guru tidak hanya sebagai pengajar, tetapi juga sebagai direktur (pengarah) belajar

  

(director of learning). Sebagai direktur belajar, tugas dan tanggung

  jawab guru menjadi meningkat, termasuk melaksanakan perencanaan pengajaran, pengelola pengajaran, penilai hasil belajar, sebagai motivator belajar, dan sebagai pembimbing. Dengan demikian, proses belajar mengajar akan senantiasa ditingkatkan terus menurus dalam mencapai hasil belajar yang optimal (Ahmadi, 1991: 98-100). Sedangkan Asep Umar Fakhruddin memberikan penjelasan tentang peran guru dalam proses pembelajaran sebagai berikut: a.

  Guru sebagai sumber belajar, peran ini berkaitan erat dengan penguasaan materi pelajaran.

  b.

  Guru sebagai fasilitator, guru berperan dalam memberikan pelayanan memudahkan siswa dalam kegiatan proses pembelajaran.

  c.

  Guru sebagai pengelola, guru berperan dalam menciptakan iklim belajar yang memungkinkan siswa dapat belajar secara nyaman. d.

  Guru sebagai demonstrator, maksudnya adalah peran untuk menunjukkan kepada siswa segala sesuatu yang dapat membuat siswa lebih mengerti dan memahami setiap pesan yang disampaikan guru.

  e.

  Guru sebagai pembimbing, guru berperan dalam membimbing siswa agar dapat menemukan berbagai potensi yang dimilikinya sebagai bekal hidup mereka, sehingga dapat tumbuh dan berkembang sebagai manusia ideal yang menjadi harapan setiap orang tua dan masyarakat.

  f.

  Guru sebagai pengelola kelas, guru bertanggung jawab memelihara lingkungn kelas, agar senantiasa menyenangkan untuk belajar.

  g.

  Guru sebagai mediator, guru harus memiliki keterampilan memilih dan menggunakan media pendidikan utuk lebih mengefektifkan proses belajar mengajar.

  h.

  Guru sebagai evaluator, guru hendaknya menjadi evaluator yang baik, agar dapat mengetahui keberhasilan pencapaian tujuan, penguasaan siswa terhadap pelajaran, serta ketepatan atau keefektifan metode mengajar. (Fakhruddin, 2011: 49-61)

  Menurut Tohirin, dalam aktivitas pengajaran dan administrasi pendidikan, guru berperan sebagai berikut: a.

  Pengambil inisiatif, pengarah, dan penilai aktivitas-aktivitas pendidikan dan pengajaran. b.

  Wakil masyarakat di sekolah, artinya guru berperan sebagai pembawa suara dan kepentingan masyarakat dalam pendidikan.

  c.

  Seorang pakar dalam bidangnya, yaitu ia menguasai bahan yang harus diajarkannya.

  d.

  Penegak disiplin, guru terlebih dahulu harus memberi contoh tentang kedisiplinan kepada siswanya.

  e.

  Pelaksana administrasi pendidikan, yaitu guru bertanggung jawab agar pendidikan dapat berlangsung secara baik.

  f.

  Pemimpin generasi muda, yaitu guru bertanggung jawab untuk mengarahkan perkembangan siswa sebagai generasi muda yang akan menjadi pewaris masa depan.

  g.

  Penerjemah kepada masyarakat, yaitu guru berperan untuk menyampaikan berbagai kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi kepada masyarakat (Tohirin, 2006: 167). Dengan demikian, peran guru di sekolah adalah sebagai perancang pembelajaran, pengelolaan pembelajaran, penilai hasil pembelajaran siswa, pengarah pembelajaran, serta pembimbing siswa. Peran guru sangat melekat erat dengan pekerjaan seorang guru, maka pengajarannya tidak boleh dilakukan dengan seenaknya. Semua peran tersebut harus mampu dikuasai oleh seorang guru agar tujuan pendidikan agama Islam dapat tercapai. Di samping itu, peran guru dalam pendidikan Islam yang utama adalah membentuk akhlak mulia dalam diri setiap siswa, sehingga dapat diterapkan dalam kehidupan sehari-hari.

2. Pengertian Guru Rumpun Mata Pelajaran PAI, Tugas dan Fungsinya a.

  Pengertian Guru Rumpun Mata Pelajaran PAI 1)

  Pengertian Guru Kata pendidik sering kali diwakili oleh istilah “guru”. Guru adalah orang yang pekerjannya mengajar atau memberikan pelajaran di sekolah atau di dalam kelas (Asdiqoh, 2012: 38). Dalam Kamus Bahasa Indonesia dinyatakan, bahwa pendidik adalah orang yang mendidik. Guru adalah orang dewasa yang bertanggung jawab memberikan pertolongan pada peserta didiknya dalam perkembangan jasmani dan rohaninya, agar mencapai tingkat kedewasaan, mampu berdiri sendiri dan memenuhi tingkat kedewasaannya, mampu mandiri dalam memenuhi tugasnya sebagai hamba dan khalifah Allah SWT, dan mampu melakukan tugas sebagai makhluk sosial dan sebagai makhluk individu yang mandiri (Nata, 2010: 159).

  Pengertian pendidik dalam Islam adalah sebagai murabbi,

  mu'allim, dan mu'addib sekaligus. Pengertian murabbi

  mengisyaratkan bahwa guru agama harus orang yang memiliki sifat-sifat rabbani yaitu orang-orang yang bijaksana, terpelajar dalam bidang pengetahuan tentang ar-Rabb. Disamping itu juga memiliki sikap bertanggung jawab, penuh kasih sayang terhadap peserta didik (Thoha, 1996: 11). Seperti yang dijelaskan dalam firman Allah QS. Al-Isra' (17) ayat 24

  : اَمَك اَمُهْمَح ْرا ِّبَر ْلُق َو ِةَم ْحَّرلا َنِم ِّلُّذلا َحاَنَج اَمُهَل ْضِف ْخا َو اًريِغَص يِناَيَّبَر

  

“Dan rendahkanlah dirimu terhadap mereka berdua dengan

penuh kesayangan dan ucapkanlah: "Wahai Tuhanku,

kasihilah mereka keduanya, sebagaimana mereka berdua telah

mendidik aku waktu kecil." (QS. Al-Isra' (17): 24.

  Mu'alim mengandung arti bahwa guru adalah orang berilmu

  yang tidak hanya menguasai ilmu secara teoritik tetapi mempunyai komitmen yang tinggi dalam mengembangkan ilmu yang dimilikinya (Rochman, 2011: 23-24). Seperti dalam firman Allah QS. Al-Baqarah (2) ayat 151:

  

ُمُكُمِّلَعُي َو ْمُكيِّكَزُي َو اَنِتاَيآ ْمُكْيَلَع وُلْتَي ْمُكْنِم لاوُسَر ْمُكيِف اَنْلَس ْرَأ اَمَك

َباَتِكْلا َنوُمَلْعَت اوُنوُكَت ْمَل اَم ْمُكُمِّلَعُي َو َةَمْكِحْلا َو

  

"Sebagaimana (Kami telah menyempurnakan nikmat Kami

kepadamu) Kami telah mengutus kepadamu Rasul di antara

kamu yang membacakan ayat-ayat Kami kepada kamu dan

menyucikan kamu dan mengajarkan kepadamu al-kitab dan al-

hikmah (as-Sunah), serta mengajarkan kepada kamu apa yang

(QS. Al-Baqarah (2): 151). belum kamu ketahui."

  Sedangkan mu'addib secara harfiah adalah orang yang memiliki akhlak dan sopan santun. Secara lebih luas mu'addib adalah orang yang terdidik sehingga ia memiliki hak moral dan daya dorong untuk memperbaiki masyarakat. Sebagai al-

  mu'addib seorang guru adalah mereka yang menampilkan citra

  diri yang ideal, contoh dan teladan yang baik bagi para muridnya. Istilah ini dijumpai dalam hadis Rasulullah SAW, yang artinya :

Dokumen yang terkait

Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

0 0 17

SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

0 1 26

HUBUNGAN PERILAKU KEAGAMAAN ORANG TUA DENGAN AKHLAK SISWA DI MADRASAH IBTIDAIYAH DARUSSALAM BANCAK KECAMATAN BANCAK KABUPATEN SEMARANG TAHUN 2009 SKRIPSI Diajukan untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Islam

0 0 111

IMPLEMENTASI KURIKULUM 2013 PADA PEMBELAJARAN PAI DI SMP N 1 WIROSARI KABUPATEN GROBOGAN SKRIPSI Diajukan untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Islam

0 2 102

NILAI-NILAI SPIRITUAL DALAM NOVEL SYAHADAT CINTA KARYA TAUFIQURRAHMAN AL-AZIZY SKRIPSI Diajukan Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan (S.Pd)

0 3 168

PRESTASI MAHASISWA BERKEBUTUHAN KHUSUS DI IAIN SALATIGA SKRIPSI Diajukan Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Islam

0 0 130

PROBLEMATIKA GURU PAI DALAM PROSES BELAJAR MENGAJAR PAI (STUDI KASUS DI SMP NEGERI 2 SALATIGA) SKRIPSI Diajukan Untuk Memenuhi Kewajiban dan Melengkapi Syarat Guna Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Strata I (S.Pd.) Dalam Ilmu Tarbiyah

0 3 119

PERAN GURU DALAM MENGEMBANGKAN KECERDASAN EMOSIONAL DAN SPIRITUAL (ESQ) SISWA DI MA AL BIDAYAH CANDI KECAMATAN BANDUNGAN SKRIPSI Diajukan Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Islam (S.Pdi)

0 0 113

NILAI-NILAI PENDIDIKAN KARAKTER SURAT AL-AN’AM AYAT 151-153 DAN PENERAPANNYA DALAM PAI SKRIPSI Diajukan Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

1 2 105

NILAI TANGGUNG JAWAB DALAM FILM SANG PEMIMPI KARYA ANDREA HIRATA SKRIPSI Diajukan Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan (S.Pd.)

0 1 162