PERAN GURU DALAM MENGEMBANGKAN KECERDASAN EMOSIONAL DAN SPIRITUAL (ESQ) SISWA DI MA AL BIDAYAH CANDI KECAMATAN BANDUNGAN SKRIPSI Diajukan Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Islam (S.Pdi)

  

PERAN GURU DALAM MENGEMBANGKAN

KECERDASAN EMOSIONAL DAN SPIRITUAL (ESQ)

SISWA DI MA AL BIDAYAH CANDI

KECAMATAN BANDUNGAN

SKRIPSI

  

Diajukan Untuk Memperoleh Gelar

Sarjana Pendidikan Islam (S.Pdi)

OLEH

AHMAD JAMHARI

  

NIM: 11111024

JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN

  

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI SALATIGA (IAIN)

SALATIGA

2016 ii

iii

iv

v

  

vi

MOTTO

KEHEBATAN KITA BUKAN TERLETAK PADA KITA

  TIDAK PERNAH GAGAL, KEHEBATAN KITA KARENA KITA BISA BANGKIT DARI KEGAGALAN

LAO TSE

  

Tugas saya adalah melakukan apa yang benar. Dan

selanjutnya di tangan Tuhan

Martin Luther King vii PERSEMBAHAN

  Dengan segala kerendahan hati, skripsi ini penulis persembahkan kepada: 1.

  Orang tuaku tercinta bapak Mukhlasin dan ibu Elmiyati, yang senantiasa mencurahkan kasih sayang, dukungan moral maupun materiil dan doa yang tak pernah putus untuk putra-putrinya 2. Kakakku M. Sukron Ibnu Asrin yang mendukungku dan Latif Mashadi yang selalu memberi semangat dan membantuku.

  3. Bapak Mufiq yang telah sabar membimbingku dalam penyusunan skripsi ini 4.

  Teman-temanku PAI A dan angkatan 2011 yang sama-sama berjuang dan belajar di IAIN Salatiga

  5. Teman-teman crisopillum cainito yang telah membantuku 6.

  Semua pihak yang selalu memberi semangat kepada penulis dalam menyelesaikan skripsi ini yang tidak dapat disebutkan satu persatu

KATA PENGANTAR

  Assalamu’alaikum Wr. Wb Dengan menyebut nama Allah Yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang.

  Segala puji dan syukur senantiasa penulis haturkan kepada Allah SWT. Atas segala limpahan rahmat dan hidayah-Nya, sehingga penulis dapat diberikan kemudahan dalam menyelesaikan skripsi ini. Shalawat serta salam semoga tercurah kepada Rasulullah SAW, keluarga, sahabat dan para pengikut setianya.

  Skripsi ini dibuat untuk memenuhi persyaratan guna untuk memperoleh gelar kesarjanaan dalam Ilmu Tarbiyah Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Salatiga.

  Dengan selesainya skripsi ini tidak lupa penulis mengucapkan terima kasih yang sedalam-dalamnya kepada :

  1. Bapak Dr. Rahmat Hariyadi, M.Pd., selaku Rektor IAIN Salatiga.

  2. Bapak Suwardi, M.Pd., selaku Dekan Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan.

  3. Ibu Siti Rukhayati M.Ag., selaku Ketua Jurusan Pendidikan Agama Islam (PAI).

  4. Bapak Mufiq S.Ag. M.Phil sebagai dosen pembimbing skripsi yang telah dengan ikhlas mencurahkan pikiran dan tenaganya serta pengorbanan waktunya dalam upaya membimbing penulis untuk menyelesaikan tugas ini.

  5. Bapak M. Farid Abdullah, S.PdI., M.Hum., selaku pembimbing akademik.

  6. Bapak dan Ibu Dosen serta karyawan IAIN Salatiga yang telah banyak membantu dalam penyelesaian skripsi ini.

  

viii

  7. Bapak dan ibu serta saudara-sadaraku di rumah yang telah mendoakan dan mendukung penulis dalam menyelesaikan studi di IAIN Salatiga dengan penuh kasih sayang dan kesabaran.

8. Keluarga besar MA Al Bidayah Candi Bandungan yang telah memberikan penulis tempat dalam mengadakan penelitian, sehingga terselesainya skripsi ini.

  9. Seluruh teman-teman dan semua pihak yang telah membantu dan mendukung dalam penyelesaian skripsi ini Harapan penulis, semoga amal baik dari beliau mendapatkan balasan yang setimpal dan mendapatkan ridho Allah SWT. Akhirnya dengan tulisan ini semoga bisa bermanfaat bagi penulis khususnya dan para pembaca umumnya.

  Wassalamu’alaikum Wr. Wb

  Salatiga, 29 Februari 2016 Penulis, Ahmad Jamhari

  

ix

  

ABSTRAK

Jamhari, Ahmad. 2016. Peran Guru Dalam Mengembangkan Kecerdasan

Emosional Dan Spiritual Siswa Di MA Al Bidayah Candi KEC. Bandungan .

  Skripsi. Jurusan Pendidikan Agama Islam. Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan. Institut Agama Islam Negeri Salatiga. Pembimbing: Mufiq S.Ag. M.Phil.

  Kata kunci: peran guru , kecerdasan emosional dan spiritual

  Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui peran guru agama dalam mengembangkan kecerdasan emosional dan spiritual siswa di MA Al Bidayah Candi Kecamatan Bandungan. Fokus masalah yang akan dikaji adalah: 1) peran guru dalam mengembangkan kecerdasan emosional dan spiritual siswa di MA Al Bidayah Candi Kecamatan Bandungan. 2) Apa faktor pendukung dan penghambat dalam mengembangkan kecerdasan emosional dan spiritual (ESQ) siswa di MA Al Bidayah.

  Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif. Penelitian dilaksanakan dengan tahap persiapan, pelaksanaan, penyelesaian. Subjek penelitian adalah peran guru. Teknik pengumpulan data menggunakan metode observasi, wawancara, dan dokumentasi. Teknik analisis data menggunakan tiga komponen utama yaitu reduksi data, penyajian data, dan verifikasi data.

  Dari hasil penelitian diketahui bahwa peran guru di MA Al Bidayah dalam mengembangkan kecerdasan emosional dan spiritual meliputi: pengembangan sikap konsistensi (istiqomah), kerendahan hati

  (tawadu’), berusaha dan berserah diri

(tawakkal) , ketulusan (keikhlasan) serta integritas dan penyempurnaan (ihsan).

  Faktor pendukung sarana dan prasarana yang cukup memadai, serta lingkungan yang nyaman dan kondusif. Faktor penghambat terbatasnya waktu pertemuan, tidak adanya penilaian secara tertulis serta kurangnya motivasi dan perhatian dari orang tua.

  

x

  xi DAFTAR ISI

  JUDUL ........................................................................................................ i LEMBAR BERLOGO ................................................................................. ii PERSETUJUAN PEMBIMBING ................................................................ iii PENGESAHAN KELULUSAN .................................................................. iv PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN .................................................... v MOTTO ....................................................................................................... vi PERSEMBAHAN ........................................................................................ vii KATA PENGANTAR ................................................................................. viii ABSTRAK ................................................................................................... x DAFTAR ISI ................................................................................................ xi DAFTAR LAMPIRAN ................................................................................ xiv DAFTAR FOTO .......................................................................................... xv

  BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ................................................................

  1 B. Fokus Penelitian ............................................................................

  6 C. Tujuan Penelitian ...........................................................................

  6 D. Kegunaan Penelitian .....................................................................

  7 E. Penegasan Istilah ............................................................................ 7 F. Metode Penelitian .......................................................................... 9 G.

  Sistematika Penulisan ...................................................................

  15

  xii

  Peran Guru Agama Dalam Mengembangkan ESQ ........................

  77 B. Saran-Saran ....................................................................................

  Kesimpulan ....................................................................................

  74 BAB V PENUTUP A.

  74 C. Faktor Penghambat ESQ ................................................................

  Faktor Pendukung ESQ ..................................................................

  B.

  53 BAB IV PEMBAHASAN A.

  BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Pengertian Kecerdasan Emosional dan Spiritual ..........................

  42 B. Hasil Penelitian ..............................................................................

  BAB III PAPARAN DATA DAN TEMUAN PENELITIAN A. Gambaran Umum MA Al Bidayah ................................................

  Peran Guru Secara Pribadi ........................................................ 37 3. Peran Guru Secara Psikologi ..................................................... 38

  34 1. Peran Guru Dalam Pembelajaran .............................................. 35 2.

  Pengertian Kecerdasan Emosional dan Spiritual ...................... 31 B. Peran Guru ....................................................................................

  17 2. Pengertian Kecerdasan spiritual .............................................. 25 3.

  17 1. Pengertian Kecerdasan Emosional ............................................

  81 DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN-LAMPIRAN

  xiii DAFTAR LAMPIRAN 1.

  Daftar SKK 2. Riwayat Hidup Penulis 3. Surat Tugas Pembimbing Skripsi 4. Surat Permohonan Izin Melakukan Penelitian 5. Surat Keterangan Melakukan Penelitian 6. Lembar Konsultasi 7. Deskripsi Wawancara

DAFTAR FOTO

  Foto 1. Dokumentasi Wawancara Foto 2. Foto Kegiatan Siswa

  xiv

BAB 1 PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Pendidikan merupakan proses pendewasan dan mengembangkan

  aspek-aspek manusia baik fisik, biologis maupun psikologis. Aspek fisik biologis manusia dengan sendirinya akan mengalami proses perkembangan, pertumbuhan dan penuaan. Sedangkan aspek psikologis manusia melaluai pendidikan dicoba untuk didewasakan, dikembangkan dan disadarkan. Proses penyadaran dan pendewasaan dalam konteks pendidikan ini mengandung makna yang mendasar karena bersentuhan dengan aspek yang paling dalam dari diri manusia. yaitu kejiwaan dan kerohanian, dua elemen ini sangat penting dalam membina moralitas pada pendidikan sehingga menghasilkan lulusan pendidikan yang berwawasan luas dalam bidang ilmu pengetahuan, dan memiliki kecerdasan emosional yang mencakup aspek kejiwaan serta memiliki kecerdasan spiritual yang mencakup aspek kehormatan.

  Dalam undang-undang No. 20 tahun 2003 tentang sistem pendidikan nasional menyebutkan : “pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik dapat secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasa, akhlak mulia serta ketrampilan yang dibutuhkan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara.”.

  (Undang-undang sistem pendidikan nasional 2008:3).

  Pengertian pendidikan diatas menunjukkan bahwa tugas seorang pendidik adalah untuk membantu peserta didik dalam mengembangkan potensi yang dimiliki anak didik, serta berperan meningkatkan keimanan dan ketaqwaan dalam membentuk kepribadian siswa baik secara lahir maupun secara batin.

  Namun pendidikan kita saat ini sering dikritik masyarakat yang disebabkan oleh adanya sejumlah pelajar dan lulusan pendidikan yang menunjukkan sikap kurang terpuji, banyak pelajar yang terlibat tawuran, melakukan tindakan kriminal, penodongan, penyimpangan seksual dan sebagainya. Perbuatan-perbuatan seperti ini sangat meresahkan masyarakat. Hal-hal tersebut masih ditambah lagi dengan meningkatnya jumlah pengangguran yang pada umumnya adalah tamatan pendidikan. Keadaan inilah yang semakin membuat potret hitam dunia pendidikan.

  Di antara penyebab dunia pendidikan kurang mampu menghasilkan lulusan sesuai yang diharapkanan adalah karena banyak pendidikan kita selama ini hanya membina kecerdasan intelektual, wawasan dan keterampilan saja, tanpa diimbangi oleh kecerdasan emosional. Sekaligus juga didukung kecerdasan spiritual bagi timbulnya kearifan sosial.

  Berdasarkan permasalahan yang banyak timbul di dunia pendidikan inilah, guna mempersiapkan/melahirkan generasi-generasi pendidikan yang berkualitas, tidak hanya berintelektual tinggi, berwawasan luas tapi juga harus memiliki kemantapan emosi, etika moral dan spiritual yang luhur. Sehingga dapat dipahami betapa pentingnya peningkatan kecerdasan dan spiritual pada siswa dalam dunia pendidikan.

  Daniel Goleman mengatakan bahwa, kecerdasan emosi mengandung beberapa pengertian, pertama kecerdasan emosi tidak hanya berarti sikap ramah, tetapi juga pada saat-saat tertentu yang diperlukan bukan sifat ramah, melainkan sifat tegas yang barangkali tidak menyenangkan, tentang mengungkapkan kebenaran yang selama ini dihindari. Kedua kecerdasan emosi bukan berarti memberikan kebebasan kepada perasan untuk berkuasa, memanjakan perasaan, melainkan untuk mengelola perasan sedemikian rupa sehingga terekspresikan dengan tepat dan efektif yang memungkinkan orang bekerja sama dengan lancar menuju sasaran yang sama.

  Banyak contoh di sekitar kita membuktikan orang yang memiliki kecerdasan otak saja belum tentu sukses berkiprah didunia pekerjaan, seringkali justru orang yang berpendidikan formal rendah banyak yang ternyata mampu lebih berhasil, karena mereka memiliki kecerdasan emosi seperti, ketangguhan mental, inisiatif, optimis dan kemampuan beradaptasi. (Ginanjar, 2005:41)

  Jika mengetahui betapa besarnya pengaruh EQ (kecerdasan emosional) bagi dunia pendidikan dan penunjang kesuksessan hidup, maka kita perlu mempersiapkan generasi-generasi penerus bangsa untuk mencapai dan meningkatkan EQ (kecerdasan emosional). Harus diketahui bahwa kecerdasan emosional tidaklah berkembang secara alamiah semata-mata berdasarkan perkembangan umur biologisnya. Namun perkembangan EQ (kecerdasan emosional) ini sangat bergantung pada proses pelatihan dan pendidikan secara kontinu.

  Ada banyak keuntungan jika seseorang memiliki kecerdasa emosisonal secara memadai: pertama, kecerdasan emosional jelas mampu menjadi alat pengendalian diri. Kedua, kecerdasan emosional bisa diimplementasikan sebagai cara yang sangat baik untuk memasarkan atau membersihkan ide, konsep atau sebuah produk. Ketiga, kecerdasan emosional adalah modal penting bagi seseorang untuk mengembangkan bakat kepemimpinan.

  Dengan demikian kecerdasan emosi mempunyai pengaruh yang besar dalam menentukan keberhasilan belajar anak. Penelitian Le-Doux misalnya menunjukan betapa pentingnya integrasi antara emosi dan akal dalam kegiatan belajar mengajar. Tanpa keterlibatan emosi, kegiatan saraf otak berkurang dari yang dibutuhkan untuk menyimpan pelajaran dalam memori. (Desmita, 2010:172) Setelah pembahasan singkat mengenai EQ (kecerdasan emosional).

  Yang tak kalah pentingnya dalam meningkatkan kualitas pendidikan adalah SQ (kecerdasan spiritual) karena tanpa adanya landasan spiritual yang kuat pada diri seseorang, meskipun dia memiliki IQ tinggi, dan berkemampuan dalam EQ, tetapi tanpa disertai SQ maka dirasa kurang sempurna. Karena SQ inilah yang dapat membantu seseorang untuk menjalani kehidupan dengan lebih bijak dan arif.

  SQ adalah kemampuan seseorang untuk mendengarkan suara hati nuraninya/bisikan kebenaran yang meng-illahi dalam cara dirinya mengambil keputusan/melakukan pilihan-pilihan berempati dan beradaptasi. Untuk itu kecerdasan spiritual sangat ditentukan oleh upaya untuk membersihkan dan memberikan pencerahan qalbu sehingga mampu memberikan nasihat dan arah tindakan serta caranya mengambil keputusan. Qalbu harus senantiasa menerima curahan nur yang bermuatan kebenaran dan kecintaan pada illahi.

  Danah Zohar dan Ian Marshall mendefinisikan kecerdasan spiritual sebagai landasan kecerdasan untuk menghadapi makna atau value yaitu kecerdasan untuk menempatkan perilaku dan hidup kita dalam konteks makna yang lebih luas dan kaya. Kecerdasan untuk menilai bahwa tindakan atau jalan hidup seseorang lebih bermakna daripada orang lain. (Ginanjar, 2006:46)

  Pada prinsipnya di dalam dunia pendidikan, dalam proses pembelajaran seorang guru seharunya tidak hanya mementingkan kecerdasan

  IQ saja pada sisiwa, tetapi juga memmperhatikan, menumbuhkan serta mengembangkan kecerdasan emosional dan spiritual (ESQ) pada siswa.

  Sehingga dapat menghasilkan lulusan-lulusan yang tidak hanya berintelektual tinggi, tetapi dapat menghasilkan lulusan yang berintelektual tinggi, berwawasan luas, beretika moral dan mempunyai spiritual yang tinggi.

  Maka berdasarkan latar belakang yang telah dikemukakan diatas penulis ingin meneliti tentang ”PERAN GURU AGAMA DALAM

  

MENGEMBANGKAN KECERDASAN EMOSIONAL DAN SPIRITUAL

SISWA DI MA AL BIDAYAH BANDUNGAN ”.

  B. FOKUS PENELITIAN

  Berdasarkan latar belakang di atas, maka penulis merumuskan masalah sebagai berikut:

  1. Bagaimanakah peran guru agama dalam mengembangkan kecerdasan emosional dan spiritual siswa di MA Al Bidayah?

  2. Apakah faktor pendukung dan penghambat dalam mengembangkan kecerdasan emosional dan spiritual siswa di MA Al Bidayah ?

  C. TUJUAN PENELITIAN

  Adapun yang menjadi tujuan penulis mengacu pada permasalahan tersebut di atas adalah sebagai berikut:

  1. Untuk mengetahui peran guru agama dalam mengembangkan kecerdasan emosional siswa di MA Al Bidayah

  2. Untuk mengetahui faktor pendukung dan penghambat dalam mengembangkan kecerdasan emosional dan spiritual siswa di MA Al Bidayah D.

KEGUNANAN PENELITIAN

  Manfaat ataupun kegunaan penelitian ini terbagi menjadi dua yaitu: 1. Secara Teoritis

  Penelitian ini bermanfaat untuk pengembangan ilmu pengetahuan dam penambahan wawasan mengenai peran guru dalam mengembangkan kecerdasan emosional dan spiritual (ESQ) siswa, khususnya kajian pendidikan dalam pendidikan agama Islam (PAI).

2. Secara Praktis

  Penelitian ini diharapkan dapat menambah khazanah keilmuan dan dapat memberikan informasi tentang pentingnya memberikan bantuan kepada siswa untuk mengembangkan kecerdasan emosional dan spiritual (ESQ) sehingga siswa tersebut dapat menjadi siswa yang tangguh dalam menghadapi persoalan hidupnya.

E. Penegasan Istilah 1.

  Peran Guru Guru adalah seseorang yang memiliki kemampuan dan memiliki kemampuan yang dapat memudahkan dalam melaksanakan peranannya dalam membimbing siswanya, ia harus sanggup menilai diri sendiri tanpa berlebihan, sanggup berkomunikasi dan bekerjasama dengan orang lain, selain itu perlu diperhatikan pula bahwa ia memiliki kekurangan dan kelemahan. (Darajat, 1996:266) Peran guru dalam penelitian ini adalah:

1) Peran guru dalam mendidik dapat mengembangkan ESQ.

  2) Peran guru sebagai Pembimbing dapat mengembangkan kecerdasan emosional dan spiritual.

  3) Peran guru sebagai motivator dalam mengembangkan atau membina kecerdasan emosional dan spiritual.

  4) Peran guru dalam mengelola kelas, mengajar dan mengarahkan peserta didik untuk mengembangkan kecerdasan emosional dan spiritual

  (ESQ) siswa di MA Al Bidayah Bandungan.

  5) Peran guru sebagai evaluator dalam mengevaluasi kecerdasan emosional dan spiritual siswa.

2. Kecerdasan Emosional dan Spiritual (ESQ)

  Kecerdasan emosional adalah kemampuaan untuk mengendalikan diri, memotivasi diri, empati, memahami perasaan orang lain, dan membina hubungan dengan orang lain, sedangkan kecerdasan spiritual adalah kemampuan seseorang untuk mendengarkan hati nuraninya atau bisikan kebenaran yang bersumber dari Illahi dalam cara mengambil keputusan atau pilihan-pilihan untuk menghadapi masalah dalam hidupnya.

  Kecerdasan emosional dan spiritual adalah bagaimana mengatur tiga komponen: iman, islam dan ihsan dalam keselarasan dan kesatuan tauhid. (Ary Ginanjar, 2003:14)

  Berdasarkan pengertian tersebut maka Indikator kecerdasan emosional dan spiritual dalam penelitian ini adalah:

1. Konsistensi (istiqomah) 2.

   Kerendahan hati (tawadu’) 3.

  Berusaha dan berserah diri (tawakkal) 4.

   Ketulusan (keikhlasan) 5.

  Totalitas (kaffah) 6.

   Integritas dan penyempurnaan (ihsan)

F. Metode Penelitian 1.

  Pendekatan dan Jenis Penelitian Pendekatan yang dilakukan dalam penelitian skripsi ini adalah pendekatan deskriptif kualitatif, dan jenis penelitianya adalah penelitian lapangan (field research) yakni metode yang digunakan untuk memperoleh data-data melalui penyelidikan berdasarkan objek lapangan, daerah atau lokasi guna memperoleh data yang valid dan dapat dipertanggung jawabkan.

  Metode penelitian kualitatif sering disebut metode penelitian naturalistik karena penelitiannya dilakukan pada kondisi yang alamiah

  (natural setting) ; disebut sebagai metode kualitatif karena data yang terkumpul dan analisisnya lebih bersifat kualitatif (Sugiyono, 2011: 8).

  2. Kehadiran Peneliti Dalam penelitian ini, peneliti bertindak sebagai pengumpul data dan sebagai instrument penelitian dalam upaya mengumpulkan data-data di lapangan. Untuk memperoleh data yang valid yang dibutuhkan dalam penelitian maka peneliti hadir secara langsung dilokasi penelitian.

  3. Sumber Data Data-data yang dijadikan acuan dalam penelitian ini diambil dari berbagai sumber di antaranya: a.

  Data Kepustakaan Data ini diperoleh dari kajian kepustakaan, dari buku-buku dan kajian ilmiah yang berkaitan dengan kecerdasan emosional dan spiritual (ESQ).

  b.

  Data Lapangan Data ini diperoleh dari informan yaitu guru dan siswa. Dalam hal ini yang berkaitan dengan bagaimana peran guru dalam mengembangkan kecerdasan emosional dan spiritual.

4. Metode Pengumpulan Data

  Langkah-langkah yang digunakan penulis dalam pengumpulan data adalah dengan metode interview/ wawancara, dokumentasi, dan metode komparasi.

  a.

  Interview/wawancara Yaitu metode yang digunakan sebagai teknik pengumpulan data apabila peneliti ingin melakukan studi pendahuluan untuk menemukan permasalahan yang harus diteliti, dan juga apabila peneliti ingin mengetahui tentang hal-hal dari responden yang lebih mendalam dan jumlah respondennya sedikit atau kecil. (Sugiono, 2011:137)

  Dalam metode ini peneliti ingin mengadakan wawancara langsung dengan guru, dalam hal ini guru aqidah akhlak, guru fiqih, guru yang menangani masalah kesiswaan, waka sarana dan prasarana, siswa dan juga kepala sekolah. Penelitian ini menggunakan interview bentuk terbuka sehingga dapat diperoleh data yang luas dan mendalam mengenai bagaimana peran guru dalam mengembangkan kecerdasan emosional dan spiritual di MA Al Bidayah Candi Bandungan.

  Penggunaan metode interview dalam penelitian ini untuk mengetahui lebih jauh bagaimana perencanaan pembelajaran untuk mengembangkan kecerdasan emosional dan spiritual (ESQ). Peran guru dalam mengembangkan kecerdasan emosional dan spiritual siswa di MA Al Bidayah Candi Bandungan dan usaha-usaha yang dilakukan serta hambatan-hambatan lembaga tersebut dalam mengembangkan kecerdasan emosional dan spiritual (ESQ).

  b.

  Observasi Observasi merupakan metode dengan jalan pengamatan dan pencatatan secara sistematis terhadap fenomena-fenomena yang diselidiki (Hadi, 1986: 136).

  Metode ini penulis lakukan dengan melakukan pengamatan langsung untuk mengetahui peran guru dalam melakukan kegiatan- kegiatan yang berkaitan dengan pengembangan kecerdasan emosional dan spiritual (ESQ) yang meliputi kesadaran diri, pengaturan diri, empati, ketrampilan sosial, dan mempunyai prinsip hidup yang kuat.

  c.

  Dokumentasi.

  Dokumen merupakan catatan atau peristiwa yang sudah berlalu. Dokumen bisa berbentuk tulisan, gambar atau karya-karya monumental dari seseorang (Sugiyono, 2011: 240). Metode ini digunakan untuk melengkapi data tentang kondisi dan keadaan objek penelitian serta memberikan gambaran secara umum tentang objek penelitian.

5. Metode Analisis Data

  Proses mencari dan menyusun secara sistematis data yang diperoleh dari hasil wawancara, catatan lapangan, dan dokumentasi, dengan cara mengorganisirkan data ke dalam kategori, menjabarkan ke dalam unit-unit, melakukan sintesa, menyusun ke dalam pola, memilih mana yang penting dan yang akan dipelajari, dan membuat kesimpulan sehingga mudah difahami oleh diri sendiri maupun orang lain (Sugiyono, 2011: 244).

  Dalam penelitian ini penulis menggunakan metode analisis data secara kualitatif. Dengan menggunakan langkah-langkah sebagai berikut: a.

  Display data, peneliti menyajikan semua data yang diperolehnya dalam bentuk uraian atau laporan terperinci.

  b.

  Reduksi data, peneliti memotong data-data yang tidak perlu untuk dibuang, laporan yang diambil hanya yang pokok saja difokuskan pada hal-hal penting.

  c.

  Verivikasi data, peneliti berusaha untuk mencari data yang dikumpulkanya dan kemudian disimpulkan untuk menjawab tujuan penelitian.

6. Pengecekan Keabsahan Data

  Keabsahan data yang akan peneliti lakukan yaitu dengan menggunakan kriteria kredibilitas. Hal ini di maksudkan bahwa data- data yang dikumpulkan sesuai dengan latar belakang. Menurut Lexy J. Moleong (2008: 327-334) bahwa dalam menerapkan teknik pemeriksaan data dapat dilakukan dengan cara sebagai berikut: a.

  Perpanjangan Keikutsertaan Jadi peneliti memperpanjang waktu penelitian di lapangan sampai kejenuhan pengumpulan data tercapai. Karena menurut yang sudah dikemukakan, bahwa instrumen dalam penelitian kualitatif adalah peneliti itu sendiri. Maka keikutsertaan peneliti sangat menentukan dalam pengumpulan data, waktunyapun tidak singkat, akan tetapi ada perpanjangan keikutsertaan pada latar penelitian.

  b.

  Triangulasi Teknik pemeriksaan keabsahan data yang memanfaatkan sesuatu yang lain. Triangulasi dengan sumber berarti membandingkan dan mengecek balik derajat kepercayaan suatu informasi yang diperoleh melalui waktu dan alat yang berbeda dalam penelitian kualitatif.

  Dengan teknik ini, peneliti dapat me-recheck temuanya dengan jalan membandingkanya dengan berbagai sumber, metode, atau teori dengan cara:

  1) Mengajukan berbagai macam variasi pertanyaan

  2) Mengeceknya dengan berbagai sumber data

  3) Memanfaatkan berbagai metode agar pengecekan kepercayaan data dapat dilakukan c.

  Ketekunan/keajegan pengamatan Dalam hal ini bermaksud untuk menemukan ciri-ciri dan unsur-unsur dalam situasi yang sangat relevan dengan persoalan atau isu yang sedang dicari dan kemudian memusatkan diri pada hal-hal tersebut secara rinci. Dalam teknik ini menuntut peneliti agar mampu menguraikan secara rinci bagaimana dapat melakukan pengamatan secara detail dan penelaahan secara rinci tersebut dapat dilakukan.

  d.

  Pemeriksaan sejawat melalui diskusi Teknik ini dilakukan dengan jalan mengumpulkan rekan sebaya, yang memiliki pengetahuan umum yang sama tentang apa yang sedang diteliti, untuk membantu peneliti mempertajam analisis penelitian.

G. Sistematika penulisan

  Dalam penulisan skripsi ini, penulis akan membagi dalam beberapa bab, dengan harapan agar pembahasan dalam skripsi ini dapat tersusun dengan baik dan dapat memenuhi standar penulisan sebagai karya ilmiah.

  Adapun sistematika pembagian bab adalah sebagai berikut: Bab I : Dalam bab pendahuluan terdiri dari latar belakang, fokus penelitian, tujuan penelitian, manfaat penelitian, penegasan istilah, metode penelitian, dan sistematika penulisan.

  Bab II : Kajian Pustaka yang berkenaan dengan teori-teori kecerdasan emosional dan spiritual, dan peran guru agama. Bab III : Paparan data dan temuan penelitian tentang peran guru agama dalam mengembangkan kecerdasan emosional dan spiritual, kurikulum yang diterapkan, faktor yang mendukung dan menghambat pengembangan kecerdasan emosional dan spiritual di MA Al Bidayah Bandungan.

  Bab IV : Analisis data penelitian tentang peran guru agama dalam mengembangkan kecerdasan emosional dan spiritual (ESQ) siswa di MA AL Bidayah Bandunagan.

  Bab V : Penutup yang berisi kesimpulan dan saran.

BAB II KAJIAN PUSTAKA A. KECERDASAN EMOSIONAL DAN SPIRITUAL (ESQ) 1. Pengertian kecerdasan emosional (EQ) Dalam khasanah ilmu pengetahuan terutama psikologi istilah EQ

  atau kecerdasan emosional merupakan sebuah temuan tentang kecerdasan manusia yang sangat dibutuhkan untuk menunjang manusia dalam mengembangkan potensi-potensi yang dimilikinya. Istilah ini pertama kali dipopulerkan oleh Goleman, pada pertengahan tahun 1990-an. Daniel Goleman yang banyak berkecimpung dalam neurosains dalam psikologi berhasil meruntuhkan legenda tentang IQ yang pernah bertahta bertahun- tahun itu dengan temuan barunya yang ia sebut dengan kecerdasan emosional (EQ) yaitu sebuah kecerdasan yang lebih menekankan pada penguasaan dan pengendalian diri dan emosi. Dari hasil penelitian yang dilakukan Goleman, setinggi-tingginya IQ menyumbang kira-kira 20 persen bagi faktor-faktor yang menentukan sukses dalam hidup, maka yang 80 persen diisi oleh kekuatan-kekuatan lain.(Hidayatullah, 2009:200)

  Pendapat lain dikemukakan oleh Reuven Bar-On (dalam Uno, 2000:69), menjelaskan bahwa kecerdasan emosional adalah serangkaian kemampuan, kompetensi, dan kecakapan non kognitif yang mempengaruhi kemampuan seseorang untuk berhasil mengatasi tuntutan dan tekanan lingkungan. Dengan kata lain kecerdasan emosional adalah serangkaian kecakapan yang memungkinkan kita melapangkan jalan di dunia yang rumit, yang mecakup aspek pribadi, sosial, dan pertahanan dari seluruh kecerdasan, akal sehat yang penuh misteri, dan kepekaan yang penting uentuk berfungsi secara efektif setiap hari.

  Pada intinya kecerdasan emosional merupakan kemampuan seseorang untuk mengendalikan emosi yang sedang bergejolak sehingga diharapkan tidak merugikan diri sendiri maupun orang lain. Kecerdasan emosi ini juga dimaknai dengan kemampuan seseorang dalam membina hubungan dengan sesamanya, memahami perasan serta mampu bekerja sama. Jadi kecerdasan emosional berkaitan dengan hubungan intrapersonal dan interpersonal, di mana seseorang tidak hanya dituntut untuk bisa memahami diri sendiri, memotivasi diri sendiri dan mengendalikan diri.

  Akan tetapi juga dapat berperilaku sosial dengan orang lain. Inti kemampuan pribadi dan sosial yang merupakan kunci utama keberhasilan sesungguhnya adalah kecerdasan emosi ( Agustian, 2001:9)

  Sedangkan menurut Suharsono EQ (kecerdasan emosional) merupakan kemampuan untuk memahami perasaan diri masing-masing dan perasaan orang lain. Kemampuan untuk memotivasi dirinya sendiri dan menata dengan baik emosi yang muncul dalam dirinya dan hubungan dengan orang lain (Suharsono, 2000:28) a.

   Macam-Macam Emosi

  Manusia memiliki berbagai macam jenis emosi yang ada dalam dirinya. Jumlah emosi manusia ada ratusan, bersama campuran, variasi, mutasi, dan nuansanya. Akan tetapi Goleman (1997:411) mengemukakanya ke dalam delapan jenis emosi yaitu: 1)

  Amarah: beringas, mengamuk, benci, marah besar, jengkel, kesal hati, terganggu, berang, tersinggung, bermusuhan, agresi, tindak kekerasan, dan kebencian patologis. 2)

  Kesedihan: pedih, sedih, muram, kesepian, ditolak, putus asa, dan depresi berat.

  3) Rasa Takut: cemas, takut, gugup, khawatir, was-was, waspada, tidak tenang, ngeri, fobia, dan panik.

  4) Kenikmatan: bahagia, gembira, puas, senang, terhibur, bangga, kenikmatan indrawi, rasa terpesona, rasa terpenuhi, kegirangan, luar biasa, dan mania.

  5) Cinta: penerimaan, persahabatan, kepercayaan, kebaikan hati, rasa dekat, bakti, hormat, kasmaran, dan kasih.

  6) Terkejut: kaget, terkesikap, takjub, terpana. 7) Jengkel: hina, jijik, mual, benci, tidak suka, mau muntah. 8) Malu: rasa salah, kesal hati, sesal aib, dan hati hancur lebur.

  Sedangkan menurut Darwis Hude (2006: 137), di dalam Al Qur’an, emosi dasar manusia meliputi: 1)

  Emosi Senang

  Segala sesuatu yang membuat hidup dalam perasaan senang, seperti perasaan cinta, puas, gembira, disebut emosi senang. Pada umumnya manusia tertarik dengan lawan jenisnya, harta dan kemewahan, menerima kenikmatan dan lepas dari kesulitan.

                

  Artinya “ dan jika Kami rasakan kepadanya kebahagiaan sesudah bencana yang menimpanya, niscaya Dia akan berkata: "Telah hilang bencana-bencana itu daripadaku"; Sesungguhnya Dia sangat gembira lagi bangga,

  ” 2)

  Emosi Marah Emosi marah muncul, disebabkan oleh faktor internal dan eksternal.

  Faktor internal berasal dari dalam diri manusia atau temperament. Sedang faktor eksternal datang dari lingkungan alam dan sosial. Emosi ini bisa diidentifikasi dengan perubahan raut muka, nada suara yang berat, badan bergetar, dan bersedia menyerang. Jika tidak demikian, maka ekspresi marah diungkapkan dengan diam saja. Setiap orang mengekspresikan kemarahan melalui tindakan yang berbeda-beda.

                              

  Ar tinya” kemudian Musa kembali kepada kaumnya dengan marah dan bersedih hati. berkata Musa: "Hai kaumku, Bukankah Tuhanmu telah menjanjikan kepadamu suatu janji yang baik? Maka apakah terasa lama masa yang berlalu itu bagimu atau kamu menghendaki agar kemurkaan dari Tuhanmu menimpamu, dan kamu melanggar perjanjianmu dengan Aku?".

  3) Emosi Sedih

  Emosi sedih menghinggapi manusia ketika sedang tertimpa musibah, mendapatkan masalah, dan akibat dari hubungan interpersonal yang tidak baik, dikarenakan perilaku dan sikap seseorang yang menyakitkan hati. Emosi ini diekspresikan dengan tangisan dan kekhawatiran.

             

  artinya “manusia tidak jemu memohon kebaikan, dan jika mereka ditimpa malapetaka Dia menjadi putus asa lagi putus harapan.”

  4) Emosi takut

  Dalam kehidupanya manusia kadang diliputi emosi takut. Manusia takut dengan kematian, kekurangan harta, tertimpa bencana alam, dan lain-lain. Sebab-sebab yang membuat manusia takut dari masing- masing individu berbeda-beda.

              

  Artinya “Maka Musa merasa takut dalam hatinya. Kami berkata: "Janganlah kamu takut, Sesungguhnya kamulah yang paling unggul (menang) ". 5)

  Emosi Benci Dalam Al Qur’an telah digambarkan tentang orang-orang yang membenci kebenaran dari Allah, keharusan untuk taat, dan berjihad.

             

  Artiny a “Luth berkata: "Sesungguhnya aku sangat benci kepada perbuatanmu". (Luth berdoa): "Ya Tuhanku selamatkanlah aku beserta keluargaku dari (akibat) perbuatan yang mereka kerjakan

  ." 6)

  Emosi Heran dan Kaget Seandainya ada sesuatu yang terjadi diluar dugaan dan rencananya, maka emosi heran dan kaget akan menghinggapi batin manusia.

                                

  Artinya “ isterinya berkata: "Sungguh mengherankan, Apakah aku akan melahirkan anak Padahal aku adalah seorang perempuan tua, dan ini suamikupun dalam Keadaan yang sudah tua pula?. Sesungguhnya ini benar- benar suatu yang sangat aneh. Para Malaikat itu berkata: "Apakah kamu merasa heran tentang ketetapan Allah? (Itu adalah) rahmat Allah dan keberkatan-Nya, dicurahkan atas kamu, Hai ahlulbait! Sesungguhnya Allah Maha Terpuji lagi Maha Pemurah

  ".

b. Ciri-Ciri Kecerdasan Emosional

  Menurut Salovely yang dikutip oleh Goleman (1997:56), tanda-tanda orang yang memiliki kecerdasan emosi adalah sebagai berikut: 1)

  Mampu mengenali emosi diri sendiri Mengenali emosi adalah dasar dari kecerdasan emosional. Orang yang mengenali emosi diri, akan menyadari apa yang sedang dirasakanya. Apakah dalam kondisi senang, susah, atau khawatir. Tanda orang yang bisa mengenali emosi, dia bisa mengatakan bagaimana suasana hatinya saat itu, dan dia menyadarinya sehingga dengan mudah mengatasi perasaanya. Bila suasana hatinya sedang jelek, mereka tidak risau dan tidak larut kedalamnya, dan mereka mampu melepaskan diri dari suasana itu dengan lebih cepat. (Goleman, 1997:65)

  2) Mampu mengelola emosi

  Emosi seperti kesedihan, jika dibiarkan akan menggangu kesehatan dan berlanjut pada depresi. Emosi yang menyenangkan seperti cinta, apabila tidak dikelola juga akan membuat lupa diri. Dengan mengelola emosi, berarti mampu untuk menjaga keseimbangan emosi. Menjaga emosi yang merisaukan agar tetap terkendali adalah kunci kunci kecerdasan emosi. (Mustofa, 2007:43)

  3) Mampu memotivasi diri sendiri

  Motivasi adalah menggunakan hasrat kita yang paling dalam untuk menggerakkan dan menuntun kita menuju sasaran membantu kita mengambil inisiatif dan bertindak sangat efektif, serta untuk bertahan menghadapi kegagalan dan frustasi (Mustofa, 2007:47).

  Langkah memotivasi diri merupakan upaya untuk mengantarkan seseorang kepada kesuksesan di berbagai bidang.

  4) Memiliki Empati

  Empati merupakan kemampuan untuk merasakan apa yang dirasakan orang lain. Empati adalah memahami perasaan dan masalah orang lain, berpikir dengan sudut pandang orang lain dan menghargai perbedaan perasaan orang mengenai berbagai hal (Goleman, 1997:428). Hasil hasil dari empati menghasilkan sikap altruisme

  5) Mampu membina hubungan dengan lingkungan sekitar

  Dari kematangan empatik yang dimiliki seseorang akan dapat mengarahkan orang tersebut untuk dapat berhubungan dengan orang lain sekaligus memelihara hubungan tersebut, menyakitkan, mempengaruhi, dan membuat orang lain merasa aman (Yasin Mustofa :46). Hubungan sosial sangat dibutuhkan daalam kehidupan, karena manusia adalah zoon politicon (makhluk sosial dan tidak dapat hidup sendiri). Jika hubungan sosial diabaikan, maka kesulitan sering di dapat.

2. Kecerdasan Spiritual a. Pengertian

  Kecerdasan spiritual tersusun dalam dua kata yaitu kecerdasan dan spiritual. Kecerdasan adalah kecakapan untuk menangani situasi-situasi dan kemampuan mempelajari sesuatu, termasuk pencapaian hubungan dengan yang lain. Kemampuan berurusan dengan kerumitan, kerumitan atau abstrak-abstrak, kemampuan dan kecakapan berfikir. (Sudarsono, 1993:118) Kecerdasan berasal dari kata “cerdas” yang mendapat imbuan ke-an.

  Cerdas berarti akal budi, pandai, tajam dalam pikiran. (Poerwadarminta, 2006:363).

  Spiritual adalah segala sesuatu yang berhubungan dengan atau bersifat kejiwaan, rohani atau batin. (Poerwadarmita, 2006:1143) Kecerdasan spiritual atau spiritual Quetiont adalah kemampuan seseorang untuk mendengarkan hati sebagai bisikan kebenaran yang berasal dari Allah SWT. Ketika seseorang mengambil keputusan atau melakukan pilihan, berempati, dan beradaptasi. Potensi ini sangat ditentukan oleh upaya membersihkan qalbu dan memberikan pencerahan qalbu, sehingga mampu memberikan nasehat dan mengarahkan tindakan, bahkan akhirnya menuntut seseorang dalam mengambil tiap-tiap keputusan (Tasmara, 2001 : 48)

  Sedangkan menurut Danah Zohar dan Ian Marshall kecerdasan spiritual adalah kecerdasan untuk menempati makna dan value yaitu kecerdasan untuk menempatkan perilaku dan hidup kita dalam konteks makna yang lebih luas dan kaya, kecerdasan untuk menilai bahwa tindakan atau tujuan hidup seseorang lebih bermakna dibandingkan dengan yang lain.

  SQ adalah landasan yang digunakan untuk mengoptimalkan EQ dan IQ dengan baik. Bahkan dapat dikatakan bahwa SQ merupakan kecerdasan tertinggi kita.(Zohar,Marshall dalam Nasution, 2009:16).

  Sebagaimana firman Allah dalam surat Ar Ruum ayat 30:

                           

  Artinya: “Maka hadapkanlah wajahmu dengan Lurus kepada agama Allah; (tetaplah atas) fitrah Allah yang telah menciptakan manusia menurut fitrah itu. tidak ada peubahan pada fitrah Allah. (Itulah) agama yang lurus; tetapi kebanyakan manusia tidak mengetahui.”

  Dalam perbuatanya setiap orang memiliki prinsip-prinsip yang dipegangi dan mengikuti dorongan hati. Jiwa manusia ada nilai-nilai spiritual yang bersifat universal seperti kejujuran, kebenaran, kepedulian, cinta, tenggang rasa, keberanian, tanggung jawab, keadilan, rasa syukur, dan lain-lain. Menurut Ary Ginanjar, nilai-nilai itu dinamakan suara hati fitrah yang bersumber dari asmaul husna. Ia menjelaskan bahwa nilai yang paling dalam itu (God Spot) mengandung sifat-sifat tuhan (Asmaul Husna) sebagai potensi diri untuk dikembangkan.

  Sedangkan dalam ESQ, kecerdasan spiritual adalah kemampuan untuk memberi makna spiritual terhadap pemikiran, perilaku, dan kegiatan, serta menyinergikan IQ, EQ dan SQ ssecara komprehensif (Ginanjar, 2007 : 47)

  Yang dimaksud dengan SQ yakni pengetahuan akan kesadaran diri, makna hidup dan nilai-nilai tertinggi. Kecerdasan ini berupa mengelola “kecerdasan hati” sehingga terekspresikan kita bekerja sama dengan lancar menuju sasaran yang lebih luas dan bermakna.

Dokumen yang terkait

PERAN GURU PENDIDIKAN AGAMA ISLAM DALAM MENGEMBANGKAN KECERDASAN SPIRITUAL SISWA DI SMP MUHAMMADIYAH 06 DAU MALANG

10 54 25

PENINGKATAN PRESTASI BELAJAR MATA PELAJARAN IPA MATERI PERUBAHAN SIFAT BENDA MELALUI METODE INKUIRI KELAS V MI ALBIDAYAH CANDI KECAMATAN BANDUNGAN KABUPATEN SEMARANG TAHUN 2015 SKRIPSI Diajukan untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Islam

0 0 142

NILAI-NILAI PENDIDIKAN ISLAM DALAM TRADISI SEDEKAH DESA DI KEDUNGRINGIN KECAMATAN SURUH KABUPATEN SEMARANG 2014 SKRIPSI Diajukan untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Islam

0 0 99

NILAI-NILAI KEDISIPLINAN DALAM NOVEL ANAK SEJUTA BINTANG SKRIPSI Diajukan untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Islam

0 1 156

KONSEP PENDIDIKAN AKHLAQ DALAM KITAB TAISIRUL KHALAQ KARYA HAFIDZ HASAN AL-MAS’UDI SKRIPSI Diajukan Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Islam (S.Pdi)

0 1 108

PENGARUH INTENSITAS PELAKSANAAN SHALAT TERHADAP KECERDASAN EMOSIONAL SISWA DI MTS AL HADI GIRIKUSUMO MRANGGEN DEMAK SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi Kewajiban dan Syarat Guna Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Agama Islam

0 0 124

NILAI-NILAI SPIRITUAL DALAM NOVEL SYAHADAT CINTA KARYA TAUFIQURRAHMAN AL-AZIZY SKRIPSI Diajukan Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan (S.Pd)

0 3 168

PERAN KEGIATAN DZIKIR DAN TAHLIL DALAM MENUMBUHKAN NILAI-NILAI PENDIDIKAN SOSIAL DAN SPIRITUAL UMAT ISLAM DI DESA SRUWEN KECAMATAN TENGARAN KABUPATEN SEMARANG SKRIPSI Diajukan untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Islam

0 2 182

UPAYA GURU PAI DALAM MENGEMBANGKAN KECERDASAN EMOSIONAL SISWA DI SMP NEGERI 1 KECAMATAN KARANGGEDE KABUPATEN BOYOLALI TAHUN PELAJARAN 20152016 SKRIPSI

0 0 149

PRESTASI MAHASISWA BERKEBUTUHAN KHUSUS DI IAIN SALATIGA SKRIPSI Diajukan Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Islam

0 0 130