PROBLEMATIKA GURU PAI DALAM PROSES BELAJAR MENGAJAR PAI (STUDI KASUS DI SMP NEGERI 2 SALATIGA) SKRIPSI Diajukan Untuk Memenuhi Kewajiban dan Melengkapi Syarat Guna Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Strata I (S.Pd.) Dalam Ilmu Tarbiyah

  

PROBLEMATIKA GURU PAI

DALAM PROSES BELAJAR MENGAJAR PAI

(STUDI KASUS DI SMP NEGERI 2 SALATIGA)

SKRIPSI

  

Diajukan Untuk Memenuhi Kewajiban dan Melengkapi Syarat

Guna Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Strata I (S.Pd.)

Dalam Ilmu Tarbiyah

  

Oleh:

FITRI WIJAYANTI

NIM : 111 13 098

FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN

  

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI SALATIGA

2017

  ﴾ ٣١ ﴿

  ٌممِظ َع ٌمْلُظَل َك ْرِ شلا َّنِإ ِ َّللَّاِب ْك ِرْشُت َلِ َّيَنُب اَي ُهُظِعَي َوُه َو ِهِنْب ِلِ ُناَمْقُل َلاَق ْذِإ َو

  Artinya : “Ingatlah ketika Luqman berkata kepada anaknya diwaktu ia memberikan pelajaran kepadanya : Hai anakku, janganlah kamu mempersekutukan Allah. Sesungguhnya mempersekutukan Allah adalah benar- benar kezaliman yang besar”

  (QS. Luqman ayat 13) Skripsi ini penulis persembahan kepada: 1.

  Kedua orang tuaku, ayahanda tercinta Bapak Mugiran dan ibunda tercinta Ibu Siti Mahmudah atas perjuangannya banting tulang, kalimah do’a dan seluruh pengorbanannya telah mengukir segala asa, cinta dan harapan membimbing dan mendidik dengan penuh kesabaran serta memberikan segalanya baik moral maupun spiritual bagi kelancaran Studyku, semoga Allah senantiasa meridhoinya.

  2. Kepada bapak Drs. Abdul Syukur, M.Si. selaku pembimbing dan sekaligus sebagai motivator serta pengarah sampai selesainya penulisan skripsi ini.

  3. Kepada Muhammad Farid Kurniawan, yang sudah senantiasa selalu setia di samping saya hampir 3 tahun ini dan selalu memberikan semangat untuk menyelesaikan skripsi ini.

  4. Kepada sahabat-sahabatkutercinta Pina, Bukur, Putri, Nur, Galuh,Anggun F.S yang selalu ada memberikan semangat dan bantuan untuk segera menyelesaikan skripsi ini.

  5. Kepada sahabat-sahabatku PAI angkatan 2013.

  6. Almamaterku IAIN Salatiga.

  ْس

ِمم ِحَّرلا ِنمْحَّرلا ِالله ِم ِب

Alhamdulillah i Rabbil ‘alamiinatas segala karunia dari Allah SWT, tanpa

  sadar sampai detik ini kita masih diberi denyut nafas kehidupan dalam menempuh hidup memerankan diri sebagai khalifatullah dimuka bumi dan sebagai Abdullah (hamba Allah). Teriring Sholawat dan salam semoga tercurahkan kepada Nabi Muhammad SAW sebagai tauladan dalam mengangkat derajat kaum Mustad’affin sehingga karena tauladan beliaulah saya dapat menyelesaikan skripsi ini yang berjudul : PROBLEMATIKA GURU PAI DALAM PROSES BELAJAR MENGAJAR PAI (STUDI KASUS SMP NEGERI 2 SALATIGA).

  Karena kemampuan penulis yang masih terbatas, maka di dalam penyusunan skripsi ini mungkin terdapat banyak kekurangan, untuk itu penulis dengan rendah hati dan tangan terbuka akan menerima masukan, kritik dan saran yang bersifat membangun demi kesempurnaan skripsi.

  Dalam penyusunan skripsi ini tentunya tidak terlepas dari bantuan, saran, pertimbangan dan kritik dari berbagai pihak, maka bersamaan dengan selesainya penyusunan skripsi ini penulis menghaturkan rasa terima kasih kepada : 1.

  Bapak Dr. H. Rahmat Hariyadi, M.Pd selaku rektor IAIN Salatiga.

  2. Bapak Suwardi, M.Pd., selaku Dekan Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan.

  3. Ibu Siti Rukhayati, M.Ag., selaku Ketua Jurusan Pendidikan Agama Islam.

  Bapak Drs. Abdul Syukur, M.Si selaku dosen pembimbing dalam penyusunan skripsi ini yang telah memberikan bimbingan dengan penuh perhatian, kesabaran, dan keikhlasan.

  5. Bapak Achmad Maimun, M.Ag., selaku dosen Pembimbing Akademik 6.

  Seluruh dosen dan karyawan IAIN Salatiga yang tidak dapat saya sebutkan satu persatu, yang dengan keikhlasan memberikan ilmu dan pengetahuan selama menuntut ilmu di IAIN Salatiga.

  7. Kepada Kepala SMP Negeri 2 Salatiga, yang telah mengizinkan saya untuk melakukan penelitian.

  8. Kepada Guru Pendidikan Agama Islam SMP Negeri 2 Salatiga yang sudah meluangkan waktunya sehingga terselesainya skripsi ini.

  Kepada mereka semua, penulis tidak dapat mendaptkan balasan apapun. Hanya untaian atas terima kasih serta doa semoga Allah SWT membalas semua amal baik yang telah diberikan kepada penulis.

  Akhirnya, hanya kepada Allah SWT penulis memohon petunjuk dan hidayah. Semoga tulisan ini bermanfaat. Amin.

  Salatiga, 31 Mei 2017 Penulis, FITRI WIJAYANTI NIM. 111 13 098 Wijayanti, Fitri, 2017. Problematika Guru PAI Dalam Proses Belajar Mengajar

  PAI (Studi Kasus Di SMP Negeri 2 Salatiga) . Skripsi Jurusan

  Tarbiyah. Program Studi Pendidikan Agama Islam. Institut Agama Islam Negeri Salatiga. Pembimbing: Drs. Abdul Syukur, M.Si.

  Kata Kunci : Problematika Guru, Proses Belajar Mengajar, PAI.

  Proses belajar mengajar merupakan proses perubahan pengetahuan dan nilai yang di dalamnya terdapat hubungan antara pendidik dan peserta didik. Di dalam hubungan tersebut pendidik dan peserta didik memiliki kedudukan dan perasaan yang berbeda. Tetapi, keduanya memiliki daya yang sama, yaitu saling mempengaruhi guna terlaksananya proses pendidikan (transformasi pengetahuan, nilai-nilai, dan keterampilan-keterampilan yang tertuju kepada tujuan yang diinginkan). Problematika sering terjadi manakala pembelajaran berlangsung, tidak hanya dari guru tetapi juga faktor dari siswa.Dalam penelitian ini, akan penulis fokuskan pada permasalahan : 1) Apa saja problematika Guru PAI di SMP N 2 Salatiga? 2) Bagaimanakah upaya dalam mengatasi problematika Guru PAI di SMP Negeri 2 Salatiga? Penelitian ini merupakan penelitian kualitatifpendekatan fenomenologis. yang berlokasi di SMP Negeri 2 Salatiga. Teknik pengumpulan data yang digunakan adalah metode wawancara, observasi dan dokumentasi.

  Hasil yang diperoleh dalam penelitian ini: 1) Problematika yang dihadapi Guru PAI dalam proses belajar mengajar di SMP N 2 Salatiga adalah: Terdapat siswa yang belum bisa membaca tulisan Arab, faktor waktu, tidak adanya buku penunjang (LKS), faktor media sosial, kurangnya prasarana. 2)Cara mengatasi problematika pembelajaran tersebut dengan cara Solusi yang dilakukan guru adalahmemberikan kegiatan ekstrakurikuler BTA,memberikan tugas-tugas khusus untuk membaca tulisan Arab, mengoptimalkan waktu yang tersedia, membebaskan siswa untuk mengkopi LKS yang sudah memdapat persejutuan dari penerbit,menyita hp saat pembelajaran berlangsung, memanfaatkan masjid sebagai prasarana pembelajaran.

  HALAMAN SAMPUL ...............................................................................

  00 LEMBAR LOGO ........................................................................................

  HALAMAN JUDUL ................................................................................... i PERSETUJUAN PEMBIMBING ............................................................... ii PENGESAHAN KELULUSAN ................................................................. iii PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN .................................................. iv MOTTO ..................................................................................................... v PERSEMBAHAN ....................................................................................... vi KATA PENGANTAR ................................................................................ vii ABSTRAK .................................................................................................. ix DAFTAR ISI .............................................................................................. x DAFTAR TABEL ....................................................................................... xii DAFTAR GAMBAR .................................................................................. xiii DAFTAR LAMPIRAN ............................................................................... xiv

  BAB I PENDAHULUAN A.

  1 Latar Belakang Masalah ......................................................

  B.

  5 Fokus Penelitian ...................................................................

  C.

  5 Tujuan Penelitian ..................................................................

  D.

  6 Kegunaan Penelitian .............................................................

  E.

  6 Kajian Penelitian Terdahulu .................................................

  F.

  9 Sistematika Penulisan ...........................................................

  A.

  Guru ...................................................................................... 11 B. PAI ........................................................................................ 14 C. Problematika Guru PAI ........................................................ 20 D.

  Belajar Mengajar .................................................................. 23

  BAB III METODE PENELITIAN A. Pendekatan Dan Jenis Penelitian .......................................... 38 B. Lokasi Penelitian .................................................................. 39 C. Sumber Data ......................................................................... 39 D. Prosedur Pengumpulan Data ................................................ 40 E. Analisis Data......................................................................... 42 F. Pengecekan Keabsahan Data ................................................ 43 G. Tahap – Tahap Penelitian .................................................... 44 BAB IV PAPARAN DATA DAN ANALISIS A. Paparan Data ......................................................................... 46 B. Analisis Data......................................................................... 61 BAB V PENUTUP A. Simpulan ............................................................................... 67 B. Saran ..................................................................................... 67 DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN

  • – LAMPIRAN RIWAYAT HIDUP PENULIS

TABEL 4.1 DATA GURU ........................................................................

  54 TABEL 4.2 DATA SISWA .......................................................................

  54 TABEL 4.3 DATA RUANG KELAS .......................................................

  55 TABEL 4.4 DATA SARANA PRASARANA ..........................................

  55 TABEL 4.5 KEGIATAN PEMBELAJARAN ..........................................

  57 TABEL 4.6 KEGIATAN EKSTRAKULIKULER ...................................

  59

  Gambar 1. Denah SMP Negeri 02 Salatiga. Gambar 2. SMP Negeri 02 Salatiga. Gambar 3. Dokumentasi Wawancara

  Lampiran 1. Surat Tugas Pembimbing Lampiran 2. Surat Ijin Penelitian Lampiran 3. Surat Pernyataan Telah Meneliti Lampiran 4. Lembar Konsultasi Lampiran 5. Laporan SKK Lampiran 6. Hasil wawancara Lampiran 7. Dokumentasi Lampiran 8. Riwayat Hidup Penulis

PENDAHULUAN A.

   Latar Belakang Masalah

  Proses belajar mengajar merupakan proses perubahan pengetahuan dan nilai yang di dalamnya terdapat hubungan antara pendidik dan peserta didik. Di dalam hubungan tersebut pendidik dan peserta didik memiliki kedudukan dan persamaan yang berbeda. Tetapi, keduanya memiliki daya yang sama, yaitu saling mempengaruhi guna terlaksananya proses pendidikan (transformasi pengetahuan, nilai-nilai, dan keterampilan-keterampilan yang tertuju kepada tujuan yang diinginkan).

  Pendidikan adalah proses sepanjang hayat sebagai perwujudan pembentukan diri secara utuh. Maksudnya pengembangan segenap potensi dalam rangka penentuan semua komitmen manusia sebagai individu, sekaligus sebagai makhluk sosial dan makhluk Tuhan (Suwarno, 2006:23).

  Secara umum Pendidikan Agama Islam merupakan mata pelajaran yang dikembangkan dari ajaran-ajaran dasar yang terdapat dalam agama Islam.

  Ajaran-ajaran tersebut terdapat dalam al- qur’an dan al-hadits (Maslikhah, 2004:199). Untuk kepentingan pendidikan, dengan melalui proses ijtihad para ulama mengembangkan materi Pendidikan Agama Islam pada tingkat yang lebih rinci. Mata pelajaran Pendidikan Agama Islam tidak hanya mengantarkan peserta didik untuk menguasai berbagai ajaran Islam. Tetapi yang terpenting adalah bagaimana peserta didik dapat mengamalkan ajaran- ajaran itu dalam kehidupan sehari-hari. banyak faktor yang ikut mempengaruhinya. Salah satu faktor tersebut di antaranyaadalah guru. Guru merupakankomponenpengajaran yang memegangperananpentingdanutama, karenakeberhasilan proses belajarmengajarsangatditentukanoleh faktor guru. Tugas guru adalahmenyampaikanmateripelajarankepadasiswamelaluiinteraksikomunikasi dalam proses belajarmengajar yang dilakukannya. Keberhasilan guru dalammenyampaikanmaterisangattergantungpadakelancaraninteraksiantara guru dengansiswanya.Ketidaklancarankomunikasimembawaakibatterhadappesan yang disampaikan guru (AsnawirdanUsman, 2002:1).

  Guru merupakan pendidik yang mempunyai peran penting dalam mendidik dan membentuk karakter peserta didik. Guru sering disebut sebagai pemimpin masyarakat (Social Leader) dan pekerja sosial (Sosial Worker), khususnya dalam masyarakat paguyuban. Dalam masyarakat pedesaan, sebagai misal, guru sering didudukan pada status sebagai sumber pengetahuan ketika media informasi masih amat terbatas. Guru sering menduduki posisi sebagai tokoh yang diteladani oleh warga masyarakat, ia menjadi satu-satunya sumber informasi dan sumber ilmu pengetahuan. Oleh karena itu, guru dipandang sebagai sosok yang harus digugu dan ditiru. Dalam masyarakat paguyuban seperti inilah terlahir pepatah dan petitih bahwa guru kencing berdiri, murid kencing berlari, karena apa yang

  (Suparlan, 2005: 21-22).

  Guru pendidikan Islam memegang peranan yang cukup penting dalam suatu sekolah atau lembaga pendidikan. Seorang guru Pendidikan Agama Islam harus mampu menjadi teladan dalam pembentukan watak dan kepribadian siswanya. Selain, dalam berinteraksi dengan masyarakat guru juga dianggap sebagai orang yang serba bisa. Melalui Pendidikan Agama Islam, guru mampu menanamkan nilai sosial yang hidup dan dipertahankan dalam kehidupan bermasyarakat.

  Pengajaran agama berkaitan dengan proses pendidikan dalam lembaga pendidikan formal dan nonformal, dengan jelas telah diatur di dalam Undang-undang No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional.

  Pasal 12 ayat (1a) dengan jelas menyebutkan bahwa pengajaran agama (di dalam Undang-undang tersebut disebutkan pendidikan agama) harus diberikan disemua satuan pendidikan baik formal maupun nonformal. Bahkan di dalam penyelenggaraan pendidikan di sekolah-sekolah asing harus memberikan pelajaran agama dari pengajar yang seagama dengan pesertadidik. Pengajaran agama sebagai suatu bentuk dari kebudayaan tentunya harus sejalan dengan pendidikan keagamaan dalam suatu masyarakat. Kedua-duanya mengenal hegemoni nilai-nilai agama di dalam kehidupan bersama. Apabila pelajaran agama ditekankan kepada bentuk- bentuk yang normatif, prosedural, obyektif dalam pelaksanaan ajaran dan penting dan memiliki kedudukan yang tinggi.

  Secara umum Pendidikan Agama Islam merupakan mata pelajaran yang dikembangkan dari ajaran-ajaran dasar yang terdapat dalam agama Islam. Ajaran-ajaran tersebut terdapat dalam al- qur’an dan al-hadits (Maslikhah, 2004:199). Untuk kepentingan pendidikan, dengan melalui proses ijtihad para ulama mengembangkan materi Pendidikan Agama Islam pada tingkat yang lebih rinci. Mata pelajaran Pendidikan Agama Islam tidak hanya mengantarkan peserta didik untuk menguasai berbagai ajaran Islam.

  Tetapi yang terpenting adalah bagaimana peserta didik dapat mengamalkan ajaran-ajaran itu dalam kehidupan sehari-hari.

  Pendidikan agama Islam merupakan progam pengajaran pada lembaga pendidikan serta usaha bimbingan dan pembinaan guru terhadap siswa dalam memahami ,menghayati, serta mengamalkan ajaran Islam. Sehingga siswa dapat menjadi manusia yang bertaqwa serta memiliki budi pekerti luhur, sesuai dengan tujuan dari pendidikan Islam. Seperti yang dikatakan (Djamarah, 2004:29) pembentukan budi pekerti yang baik adalah tujuan utama dalam pendidikan Islam.

  Secara substansial tujuan pendidikan agama Islam adalah mengasuh, membimbing, mendorong, mengusahakan, menumbuhkembangkan manusia takwa. Takwa merupakan derajat yang menunjukkan kualitas manusia bukan saja dihadapan sesama manusia, tetapi juga di hadapan Allah.

  Ketakwaan merupakan “high concept” dalam arti memiliki banyak dimensi yang keras melewati dan melampaui tahap demi tahap. Pencapaiannya mempersyaratkan bukan saja dimilikinya sejumlah pengetahuan dan pemahaman, tetapi juga penghayatan dan pengejawantahannya dalam perilaku nyata.

  Tentunya dalam proses belajar mengajar PAI sering ditemui banyak problematika. Dari hal-hal itulah yang menginspirasi penulis untuk mengadakan penelitian den gan judul “PROBLEMATIKA GURU PAI DALAM PROSES BELAJAR MENGAJAR PAI (STUDI KASUS DI SMP NEGERI 02 SALATIGA)”. Diharapkan dengan adanya penelitian ini akan ditemukan permasalahan-permasalahan yang terjadi dalam proses belajar mengajar PAI sehingga muncul solusi pembelajaran yang efektif untuk murid-murid.

B. Fokus Penelitian

  Berdasarkan latar belakang masalah yang penulis paparkan maka rumusan masalah dapat dijabarkan sebagai berikut :

1. Apa sajakah problematika Guru PAI di SMP N 2 Salatiga? 2.

  Bagaimanakah upaya dalam mengatasi problematika Guru PAI di SMP Negeri 2 Salatiga? C.

   Tujuan Penelitian

  Tujuan penelitian ini dapat dirumuskan sebagai berikut : 1.

  Untuk mengetahui problematika Guru PAI di SMP N 2 Salatiga.

  Untuk mengetahui upaya dalam mengatasi problematika Guru PAI di SMP Negeri 2 Salatiga.

D. Kegunaan Penelitian

  Terdapat 2 manfaat yakni manfaat teoritis dan manfaat praktis yaitu : 1.

  Manfaat teoritis a.

  Dapat Mengetahui problematika yang dihadapi guru PAI dalam proses belajar mengajar di SMP Negeri 02 Salatiga.

  b.

  Dapat memecahkan problematika Guru PAI dalam belajar mengajar di SMP Negeri 02 Salatiga.

2. Manfaat Praktis a.

  Bagi Guru PAI, sebagai pembelajaran untuk lebih meningkatkan proses belajar mengajar di dalam kelas setelah memecahkan problematika yang dihadapi.

  b.

  Bagi peneliti, hasil penelitian dapat digunakan sebagai referensi bagi peneliti lain di bidang terkait.

E. Kajian Penelitian Terdahulu

  Fahrul Razi, 2013, tentang problematika pembelajaran guru PAI dalam meningkatkan pemahaman siswa di MIN Kampung Durian Kecamatan Rantau Kabupaten Aceh Tamiang. Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif dengan metode diskriptif analitis menggunakan perspektif fenomenologis. Hasil penelitian ini mendapatkan solusi dalam mengatasi problematika guru PAI memberikan perhatian lebih kepada siswa terhadap siswa untuk lebih memahami ilmu pengetahuan agama Islam serta memberi tugas-tugas tambahan kepada siswa agar siswa selalu giat dalam belajar baik di sekolah maupun di rumah.

  Bob Zeussa, 2016, tentang Problematika Proses Belajar Mengajar Tahfidz Al- Qur’an di SD Plus Tahfizhul Qur’an An-nida Salatiga. Penelitian merupakan penelitian lapangan (field research), dengan pendekatan deskriptif menggunakan purposive sampling. Metode pengumpulan data menggunakan wawancara, dokumentasi dan observasi. Analisis data bersifat deskriptif kualitatif dan menggunakan cara pentahapan secara berurutan serta interaksionis. Hasil penelitian ini berupa problematika pembelajaran Tahfidzul Qur’an dan solusinya di SD PTQ An-Nida, yaitu :

  a) Faktor peserta didik : usia yang belum matang untuk dimasukkan ke sekolah dasar, daya tangkap masing-masing siswa yang berbeda-beda, faktor kemauan dari anak yang kurang, belum bisa baca tulis Al-

  Qur’an atau kurang lancar dalam membaca Al- Qur’an, bahkan ada yang masih tahap membaca buku Iqro’, sifat malas yang ada pada siswa, ketika dirumah sering bergaul dengan anak-anak yang malas terutama malas dalam menghafal Al-

  Qur’an. b) Faktor kurangnya jumlah tenaga pendidik, c) Faktor Eksternal (orang tua dan lingkungan rumah). Solusi dari kendala dan problem yang diberikan oleh penulis adalah: a) Faktor peserta didik: 1.

  Melakukan seleksi penerimaan siswa baru, 2. Menambah tenaga pendidik untuk memberikan bimbingan ke siswa yang membutuhkan, 3. Dirumah sebelum menghafal dengan memperhatikan tajwid dan makhroj hurufnya dan siswa hendaknya sering membaca Al Qur’an, 6. Guru dan orang tua menumbuhkan cinta ana k terhadap Al Qur’an dengan memberikan tauladan yang baik, 7. Siswa dapat bergabung dengan kelompok penghafal Al Qur’an supaya saling membantu dan memberi motivasi.

  Anas Misbakhudin, tentang problematika pembelajaran aqidah akhlak di kelas VIII-B MTs Nurul Huda Mangkang. Dari penelitian tersebut ditemukan bahwa, dalam pelaksanaan pembelajaran aqidah akhlak di kelas

  VIII-B MTs NU Nurul Huda Mangkang muncul beberapa problematika meliputi, problematika yang berhubungan dengan guru, problematika yang berhubungan dengan siswa dan problem yang berhubungan dengan sarana prasarana. Dalam menghadapi problematika tersebut MTs NU Nurul Huda Mangkang melakukan langkah-langkah sebagai berikut: Dengan menggunakan dan memodifikasi metode mengajar yang tepat dan disesuaikan dengan gaya belajar (learning style) masing-masing siswa, cara lain dilakukan dengan cara membentuk kelompok dalam belajar, bisa kelompok belajar dan kelompok diskusi, melakukan koordinasi dan menyamakan visi dalam pendidikan akhlak antara Madrasah, keluarga, dan masyarakat sekitar, dan menjalin kekompakan diantara para guru dalam memantau perilaku siswa yaitu dengan diadakannya rapat koordinasi diantara para guru di bawah koordinasi kepala madrasah. Sedangkan langkah-langkah yang berhubungan dengan problem dari siswa: mensosialisasikan arti disiplin dan pentingnya mematuhi peraturan madrasah baik di dalam kelas maupun di luar, serta mengarahkan untuk menghindari lingkungan pergaulan yang kurang baik dan berusaha memilih teman yang baik.

  Berdasarkan kajian penelitian di atas, terdapat persamaan dan perbedaan dengan penelitian yang peneliti lakukan, persamaannya membahas tentang problematika Guru PAI, sedangkan perbedaannya terdapat pada subjek penelitian yang di teliti merupakan guru PAI, sedangkan objek dalam penelitian ini ditujukan pada guru PAI di SMP Negeri 2 Salatiga.

F. Sitematika Penulisan

  Skripsi ini peneliti susun dalam lima bab, yang secara sistematis dapat dijabarkan sebagai berikut :

  BAB I: PENDAHULUAN. Merupakan bab pendahuluan. Bab ini berfungsi untuk memberikan gambaran tentang penelitian yang akan dilakukan yang meliputi Latar belakang masalah, fokus penelitian, tujuan penelitian, kegunaan penelitian,kajian penelitian terdahulu, serta sistematika penulisan.

  BAB II: KAJIAN TEORI. Merupakan landasan teori. Bab ini berfungsi untuk membaca fenomena yang akan disajikan dalam bab empat, belajar mengajar.

  BAB III: METODE PENELITIAN. Bagian ini memuat uraian tentang metode dan langkah- langkah penelitian secara operasional yang meliputi : Pendekatan penelitian, jenis penelitian, lokasi penelitian, sumber data, prosedur pengumpulan data, analisis data, pengecekan keabsahan data, dan tahap-tahap penelitian.

  BAB IV: PAPARAN DATA DAN ANALISIS. Merupakan temuan penelitian, berfungsi (1) mendiskripsikan gambaran lokasi penelitian, (2) hasil temuan tentang problematika Guru PAI dalam belajar mengajar di SMP Negeri 02 Salatiga meliputi gambaran umum dan deskriptif data di SMP Negeri 02 Salatiga. Dan juga memuat tentang pembahasan dari data yang telah di dapat yang meliputi apa saja problematika Guru PAI dalam belajar mengajar di SMP Negeri 02 Salatiga dan upaya apa sajakah yang dilakukan Guru PAI dalam mengatasi problematika di SMP Negeri 02 Salatiga.

  BAB V: PENUTUP Merupakan bab penutup. Bab ini berfungsi mempermudah para pembaca dalam mengambil inti sari dari proposal ini yang berisi kesimpulan dan saran.`

BAB II KAJIAN TEORI A. Guru Guru

  dalam bahasa arab dikenal dengan sebutan “al mu’alim atau al

  ustadz

  ” yang bertugas memberikan ilmu pada majelis ta’lim (tempat memperoleh ilmu). Dalam hal ini al mu’alim atau al ustadz juga mempunyai pengertian orang yang mempunyai tugas untuk membangun aspek spiritualitas manusia (Suparlan, 2005:12).

  Dalam UU Guru dan Dosen No.14 Tahun 2005 guru adalah pendidik profesional dengan tugas utama mendidik, mengajar, membimbing, mengarahkan, melatih, menilai, dan mengevaluasi peserta didik pada pendidikan anak usia dini jalur pendidikan formal, pendidikan dasar, dan pendidikan menengah.

  Guru adalah orang yang pekerjaannya (mata pencahariannya, profesinya) mengajar. (Mulyasa, 2007:288). Zuraini mengatakan bahwa guru adalah orang yang mempunyai tanggung jawab terhadap pembentukan pribadi anak yang sesuai dengan ajaran Aama Islam dan bertanggungjawab kepada Allah. (Zuhairini, 2004: 54). Nurdin (2010:128) menguraikan bahwa guru adalah orang yang bertanggung jawab terhadap perkembangan anak didik dengan mengupayakan seluruh potensinya, baik potensi efektif, potensi kognitif, maupun potensi potensi psikomotorik. Dengan begitu pengertian guru agama Islam, adalah seorang pendidik yang mengajarkan ajaran Islam dan membimbing anak didik ke arah sehingga terjadi keseimbangan kebahagiaan di dunia dan akhirat.

  Diantara peran guru seperti yang dikutip dari (Mulyasa 2001:37-64) ialahsebagai berikut :

  1. Guru sebagai pendidik Guru adalah pendidik, yang menjadi kokoh, panutan, dan identifikasi bagi para peserta didik, dan lingkungannya. Oleh karena itu guru harus memiliki standar kualitas yang mencakup tanggung jawab, wibawa, mandiri dan disiplin.

  2. Guru sebagai pengajar Sejak adanya kehidupan, sejak itu pula guru telah melaksanakan pembelajaran, dan memang hal tersebut merupakan tugas yang pertama dan utama. Guru membantu peserta didik yang sedang berkembang untuk mempelajari sesuatu yang belum diketahuinya, membentuk kompetensi dan memahami materi standar yang dipelajari.

  3. Guru sebagai pembimbing Guru dapat diibaratkan sebagai pembimbing perjalanan, yang berdasarkan pengetahuan dan pengalamannya bertanggung jawab atas kelancaran perjalanan itu. Dalam hal ini, istilah perjalanan tidak hanya menyangkut fisik, tetapi juga menyangkut perjalanan mental,emosional, kreatifitas, moral dan spiritual yang lebih dalam dan kompleks.

  4. Guru sebagai pelatih Protes pendidikan dan pembelajaran memerlukan latihan keterampilan baik intelektual maupun motorik, sehingga menuntut guru untuk bertindak sebagai pelatih.

  5. Guru sebagai penasihat Guru adalah seorang penasihat bagi peserta didik bahkan bagi orang tua, meski mereka tidak memiliki latihan khusus sebagai penasihat. Dan dalam beberapa hal tidak dapat berharap untuk menasihati orang.

  6. Guru sebagai inovator Guru sebagai bagian dari komponen pendidikan dituntut untuk menjembatani kesenjangan ini. Guru harus bertindak sebagai pembaharuan yang dapat memperkecil perbedaan antara pelaksanaan pendidikan dan kemajuan masyarakat. Untuk itu guru harus selalu belajar dan meningkatkan pengetahuan serta keterampilannya agar dapat menciptakan hal-hal baru guna peningkatan mutu pendidikan sehingga sejalan dengan perkembangan masyarakat.

  7. Guru sebagai model dan teladan.

  Perilaku guru disekokah selalu menjadi figur dan menjadikan dalil bagi para siswanya untuk meniru perilaku tersebut. Hal ini wajar karena peserta didik dalam proses pembelajaran kadang melakukan modelling untuk orang di sekitarnya, mengharuskan guru melaksanakan kode etik keguruan yang menjadi dasar berperilaku. Baik dalam interaksinya dengan kepala sekolah, teman sejawat, bawahan, peserta didik, dan masyarakat pada umumnya.

  8. Guru sebagai pribadi Sebagai individu yang berkecimpung dalam dunia pendidikan, guru harus memiliki kepribadian yang mencerminkan seorang pendidik. Karena, seorang guru merupakan salah satu panutan bagi masyarakat. Guru dituntut untuk meningkatkan pengetahuannya, selalu mengontrol emosinya, berbaur dengan masyarakat sekitarnya, serta selalu melaksanakan ajaran-ajaran agamanya.

  9. Guru sebagai peneliti.

  Manusia adalah makhluk yang unik, satu sama lain berbeda. Manusia yang satu memiliki kelebihan yang tidak dimiliki oleh orang lain. Namun, mereka juga memiliki kelemahan yang tidak dimiliki yang lainnya. Demikian pula dengan peserta didik, mereka memiliki keunikan yang beraneka ragam dari waktu ke waktu. Karenanya guru tidak bisa memperlakukan mereka dengan cara yang sama untuk semua peserta didik dan untuk zaman yang berbeda. Hal ini menuntut guru mencari suatu sistem pembelajaran yang sesuai dengan perkembangan zaman, tingkat perkembangan, serta kebutuhan peserta didik tersebut.

  10. Guru sebagai pendorong kreativitas.

  Dalam proses pembelajaran, peserta didik terkadang tidak memiliki motivasi belajar, apalagi menciptakan hal-hal baru yang dapat meningkatkan kompetensinya. Sebagai motivator , guru berkewajiban meningkatkan dorongan peserta didik untuk kreatif dalam belajar. Motivasi merupakan salah satu faktor yang dapat meningkatkan kualitas pembelajaran, karena peserta didik akan sungguh-sungguh belajar apabila memiliki motivasi yang tinggi.

  11. Guru sebagai pembangkit pandangan.

  Guru harus menanamkan pandangan yang positif terhadap martabat manusia kedalam pribadi peserta didik. Sebagai seorang guru tentunya tidak ingin peserta didik menjadi orang yang akan memperbudak orang lain, melainkan menjadi orang yang menjunjung tinggi harkat dan martabat manusia. Sehingga terjadi kehidupan masyarakat yang sejahtera lahir dan batin.

  12. Guru sebagai pekerja rutin Guru bekerja dengan keterampilan dan kebiasaan rutin yang amat diperlukan dan sering kali memberatkan. Jika kegiatan tersebut tidak dilakukan dengan baik, maka bisa mengurangi atau merusak keefektifan guru pada semua peranannya.(Zakiah Daradjat, 2001: 99).

  Guru merupakan pemegang peranan sentral proses belajar mengajar, dalam pelaksanaan proses pembelajaran di Sekolah guru dihadapkan pada siswa pembelajaran yang terjadi. Seorang guru harus mau dan berusaha mencari penyelesaian berbagai kesulitan itu. (Zakiah Daradjat, 2001: 99).

B. Pendidikan Agama Islam

  Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara (Undang-Undang Sisdiknas, 2009:3). Menurut Muhaimin bahwa pendidikan adalah upaya yang secara sadar dirancang untuk membantu seseorag atau sekelompok orang dalam mengembangkan pandangan hidup (bagaimana orang akan menjalani dan memanfaatkan hidup dan kehidupannya), sikap hidup, dan keterampilan hidup, baik yang bersifat manual (petunjuk praktis), maupun mental dan sosial. (Muhaimin, 2001:37).

  Berdasarkan pendapat di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa pendidikan adalah usaha sadar yang dilakukan oleh orang dewasa dalam rangka menanamkan, membina, dan mengembangkan potensi anak didik agar menjadi manusia utama yang berakhlak mulia yang terwujud dalam berfikir, bertindak, bersikap dan mempunyai keterampilan yang berguna bagi nusa dan bangsa.

  Pendidikan agama Islam merupakan usaha sadar dan terencana untuk menyiapkan siswa dalam meyakini, memahami, menghayati, dan mengamalkan ajaran Islam melalui kegiatan bimbingan, pengajaran dan latihan. (Nazarudin, 2007:12).Pendidikan Agama Islam adalah suatu mata pelajaran yang diajarkan di tingi baik negeri maupun swasta. Adapun tujuan diberikannya materi PAI adalah untuk memperkuat iman, ketakwaan terhadap tuhan Yang Maha Esa sesuai yang dianut oleh peserta didik yang bertakwa.

  Menurut Zakiah Daradjat (2011:86) pengertian Pendidikan Agama Islam sebagai berikut :

  1. Pendidikan Agama Islam adalah usaha berupa bimbingan dan asuhan terhadap anak didik, agar kelak setelah selesai pendidikannya dapat memahami dan mengamalkan ajaran agama Islam serta menjadikannya sebagai pendangan hidup.

2. Pendidikan Agama Islam adalah pendidikan yang dilaksanakan berdasarkan ajaran Islam.

  3. Pendidikan Agama Islam adalah pendidikan dengan melalui ajaran-ajaran agama Islam, yaitu berupa bimbingan dan asuhan terhadap anak didik agar nantinya setelah selesai dari pendidikannya, ia dapat memahami, menghayati dan mengamalkan ajaran agama Islam yang telah diyakininya secara menyeluruh serta menjadikannya sebagai suatu pandangan hidupnya, demi keselamatan dan kesejahteraan hidup di dunia maupun di akhirat kelak.

  Jadi, Pendidikan Agama Islam merupakan “usaha sadar yang dilakukan pendidik dalam rangka mempersiapkan peserta didik untuk meyakini, memahami dan mengamalkan ajaran agama Islam melalui kegiatan bimbingan, pengajaran atau pelatihan yang telah ditentukan untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan” (Majid 2004 : 132). sistem pendidikan Islam yang jangkauan serta sasarannya lebih luas, namun berfungsi sangat strategik untuk mengintegrasikan nilai-nilai Islam dalam berbagai disiplin ilmu yang dipelajari oleh subjek didik.

  Pendidikan agama Islam sebagai sebuah progam pembelajaran yang diarahkan untuk:

  1. Menjaga akidah dan ketakwaan peserta didik, 2.

  Menjadi landasan untuk lebih rajin mempelajari dan mendalami ilmu-ilmu agama,

  3. Mendorong peserta didik untuk lebih kritis, kreatif, dan inovatif, 4.

  Menjadi landasan perilaku dalam kehidupan sehari-hari dimasyarakat.

  Dengan demikan bukan hanya mengerjakan pengetahuan secara teori semata tetapi juga untuk dipraktekkan atau diamalkan dalam kehidupan sehari- hari membangun etika sosial (Idi, 2010:59-60).

  1. Peran guru Pendidikan Agama Islam Pada dasarnya peranan guru Pendidikan Agama Islam dan guru umum itu sama, yaitu sama-sama berusaha untuk memindahkan ilmu pengetahuan yang ia miliki kepada anak didiknya, agar mereka lebih banyak memahami dan mengetahui ilmu pengetahuan yang lebih luas lagi. Akan tetapi peranan guru Pendidikan Agama Islam selain berusaha memindahkan ilmu, juga harus menanamkan nilai-nilai agama Islam kepada anak didiknya agar mereka bisa mengaitkan antara ajaran agama dan ilmu pengetahuan umum.

  Syarat guru Pendidikan Agama Islam Guru adalah pendidik profesional, karenanya secara implisit ia telah merelakan dirinya menerima dan memikul sebagian tanggung jawab pendidikan yang terpikul di pundak para orang tua. Mereka ini, tatkala menyerahkan anaknya ke sekolah, sekaligus berarti pelimpahan sebagian tanggung jawab pendidikan anaknya kepada guru. Hal itupun menunjukkan pula bahwa orang tua tidak mungkin menyerahkan anaknya kepada sembarang guru atau sekolah karena tidak sembarang orang dapat menjabat guru.

  Dilihat dari ilmu pendidikan Islam, maka secara umum untuk menjadi guru yang baik dan diperkirakan dapat memenuhi tanggung jawab yang dibebankan kepadanya hendaknya bertakwa kepada Allah, berilmu sehat jasmaniahnya, baik akhlaknya, bertanggung jawab dan berjiwa nasional.

  a.

  Takwa Guru, sesuai dengan tujuan Ilmu Pendidikan Islam, tidak mungkin mendidik anak agar bertakwa kepada Allah, jika ia sendiri tidak bertakwa kepada-Nya. Sebab ia adalah teladan bagi muridnya sebagaimana Rasulullah SAW menjadi teladan bagi umatnya. Sejauh mana seorang guru mampu memberi teladan baik kepada murid-muridnya sejauh itu pulalah ia diperkirakan akan berhasil mendidik mereka agar menjadi generasi penerus bangsa yang baik dan mulia.

  Berilmu Ijazah bukan semata-mata secarik kertas, tetapi suatu bukti, bahwa pemiliknya telah mempunyai ilmu pengetahuan dan kesanggupan tertentu yang diperlukannya untuk suatu jabatan.

  Gurupun harus mempunyai ijazah supaya ia dibolehkan mengajar. Kecuali dalam keadaan darurat, misalnya jumlah murid sangat meningkat, sedang jumlah guru jauh daripada mencukupi, maka terpaksa menyimpang untuk sementara, yakni menerima guru yang belum berijazah. Tetapi dalam keadaan normal ada patokan bahwa makin tinggi pendidikan guru makin baik mutu pendidikan dan pada gilirannya makin tinggi pula derajat masyarakat.

  c.

  Sehat jasmani Kesehatan jasmani kerapkali dijadikan salah satu syarat bagi mereka yang melamar untuk menjadi guru. Guru yang mengidap penyakit menular umpamanya sangat membahayakan kesehatan anak-anak. Disamping itu, Guru yang berpenyakit tidak akan bergairah mengajar. Kita kenal ucapan “Mens sana in corpore sano”, yang artinya dalam tubuh yang sehat terkandung jiwa yang sehat. Walaupun pepatah itu tidak benar secara menyeluruh, akan tetapi bahwa kesehatan badan sangat mempengaruhi semangat bekerja. Adalah jelas guru yang sakit-sakit kerapkali terpaksa absen dan tentunya merugikan anak-anak.

  Berkelakuan baik Budi pekerti guru maha penting dalam pendidikan watak murid. Guru harus menjadi suru teladan, karena anak-anak bersifat suka meniru. Di antara tujuan pendidikan ialah membentuk akhalak baik pada anak dan ini hanya mungkin jika guru itu berakhlak baik pula. Guru yang tidak berakhlak baik tidak mungkin dipercayakan pekerjaan mendidik. Yang dimaksud dengan akhlak baik dalam Ilmu Pendidikan Islam adalah akhlak yang sesuai dengan ajaran Islam.

  Jadi, dapat disimpulkan bahwa persyaratan menjadi seorang guru memang tidak mudah. Banyak tuntutan yang harus dipenuhi serta memiliki tanggung jawab yang besar. Akan tetapi dibalik itu semua terdapat nilai-nilai amalan yang akan menjadikan manfaat bagi seorang guru, baik manfaat didunia maupun di akhirat.

3. Tugas dan tanggung jawab guru Pendidikan Agama Islam

  Pada dasarnya, tugas pendidik adalah mendidik dengan mengupayakan pengembangan seluruh potensi peserta didik, baik aspek kognitif, efektif maupun psikomotoriknya. Potensi peserta didik ini harus dikembangkan secara seimbang sampai ketingkat keilmuan tertinggi dan mengintegrasi dalam diri peserta didik. Upaya pengembangan potensi peserta didik tersebut dilakukan dengan penyucian jiwa dan mental, penguatan metode berfikir , penyelesaian masalah kehidupan, mentransfer pengetahuan dan keterampilannya melalui teknik mengajar, motivasi, memberi contoh, memuji, dan mentradisikan adalah: a.

  Menguasai mata pelajaran b.

  Menggunakan metode pembelajaran agar peserta didik mudah menerima dan memahami pelajaran c.

  Melakukan evaluasi pendidikan yang dilakukan, dan d.

  Menindak lanjuti hasil evaluasinya (Roqib,2009:50).

C. Problematika Guru Pendidikan Agama Islam

  Pada setiap kehidupan pasti selalu terdapat problematika, tidak terkecuali dalam proses pendidikan agama Islam. Setiap kendala yang ada, pasti memiliki solusinya masing-masing. Apabila bisa menemukan solusinya, maka akan mempermudah pembelajaran dan dapat menghasilkan hasil yang lebih maksimal.

  Beberapa kendala yang terdapat dalam proses pendidikan menurut Muhaimin adalah keterbatasan sumber belajar yang ada, keterbatasan alokasi waktu, dan keterbatan dana yang tersedia (Muhaimin, 2002:150).

  Istilah problema/problematika berasal dari bahasa Inggris yaitu

  problematic yang artinya persoalan atau masalah. Sedangkan dalam bahasa

  Indonesia, problema berarti hal yang belum dapat dipecahkan; yang menimbulkan masalah; permasalahan; situasi yang dapat didefinisikan sebagai suatu kesulitan yang perlu dipecahkan, diatasi atau disesuaikan (Sutan Rajasa, 2002: 499).

  Dalam Kamus Besar Besar Bahasa Indonesia “Problematika” mempunyai arti “masih menimbulkan masalah, masih belum dapat dipecahkan permasalahan”.

  Berdasarkan beberapa pengertian tersebut di atas, maka yang dimaksud dengan pemecahan masalah tersebut atau jalan keluar (KBBI, 2007:896).

  Problematika adalah persoalan yang belum terungkap sampai diadakan penyelidikan ilmiah dan metode yang tepat. Sehingga problematika itu merupakan suatu masalah yang terjadi dan menuntut adanya perubahan dan perbaikan, serta belum dapat dipecahkan. Problematika bermakna sesuatu yang masih menimbulkan masalah; masih belum dapat terpecahkan; permasalahan. Sedangkan masalah dapat diartikan sebagai ketidaksesuaian antara apa yang terlaksana.

  Menurut Abdul Majid (2008:32) menjelaskan ada dua problem yang dihadapi yaitu:

1. Problematika yang dihadapi guru yang bersumber dari murid/siswa adalah: a.

  Tingkat kecerdasan rendah b.

  Alat penglihatan dan pendengaran kurang baik c. Kesehatan sering terganggu d.

  Gangguan alat perseptual e. Tidak menguasai cara-cara belajar dengan baik 2. Problematika yang dihadapi siswa yang bersumber dari lingkungan sekolah/ guru.

  a.

  Kurikulum kurang sesuai b.

  Guru kurang menguasai bahan pelajaran c. Metode mengajar kurang sesuai d.

  Alat-alat dan media pembelajaran kurang memadai dibagi menjadi 2, yaitu faktor internal dan eksternal. (Iskandar Agung, 2010: 54).

1. Faktor Internal

  Problem internal yang dialami oleh guru pada umumnya berkisar pada kompetensi profesional yang dimilikinya, diantaranya: a.

  Penguasaan bahan/materi Menguasai materi harus dimulai dengan merancang dan menyiapkan bahan ajar/materi pelajaran yang merupakan faktor penting dalam pelaksanaan kegiatan pembelajaran dari guru kepada anak didiknya. Agar proses pembelajaran dapat berlangsung dengan baik, rancangan dan penyiapan bahan ajar harus cermat, baik dan sistematis. Seringkali sebelum pembelajaran dimulai guru belum menyiapkan rencana pembelajaran.

  b.

  Mencintai profesi keguruan Guru merupakan profesi seorang pendidik yang notabennya mendidik, membimbing dan mengasuh anak didik. Guru harus memiliki perilaku dan kemampuan yang memadai dalam mengembangkan peserta didik secara utuh. Namun masih banyak guru yang punya anggapan bahwa mengajar hanyalah pekerjaan sambilan, padahal guru merupakan faktor dominan dalam pendidikan formal.

  c.

  Keterampilan mengajar Guru harus memiliki beberapa komponen keterampilan mengajar agar proses pembelajaran dapat tercapai, di antaranya; menguasai bahan, atau sumber, mengelola interaksi belajar mengajar, menilai prestasi siswa untuk kepentingan pengajaran, mengenal fungsi layanan bimbingan dan penyuluhan, mengenal menyelenggarakan administrasi sekolah, memahami prinsip-prinsip, menafsirkan hasil penelitian pendidikan guru untuk keperluan pengajaran. ( Mulyasa, 2006: 4-5).

  d.

  Menilai hasil belajar siswa Evaluasi diadakan bukan hanya ingin mengetahui tingkat kemajuan yang telah dicapai siswa saja, melainkan ingin mengetahui sejauh mana tingkat pengetahuan siswa atau peserta didik yang telah dicapai. Pelaksanaan evaluasi dilakukan oleh guru dengan memakai instrument penggali data seperti tes perbuatan, tes tertulis dan tes lisan. (Syaiful Bahri Djamarah, 2005: 20).

2. Faktor Eksternal

  Problem eksternal yaitu problem yang berasal dari luar diri guru itu sendiri, diantaranya; a.

  Karakteristik kelas seperti besarnya kelas, suasana belajar, fasilitas dan sumber belajar yang tersedia.

  b.

  Karakteristik sekolah, seperti disiplin sekolah, perpustakaan yang ada di sekolah, memberikan perasaan yang nyaman, bersih, rapi dan teratur.

   Belajar Mengajar 1.

  Pengertian Belajar Menurut Slameto (2010: 2) pengertian belajar secara psikologis, belajar merupakan suatu proses perubahan yaitu perubahan dalam tingkah laku sebagai hasil dari interaksi dengan lingkungannya dalam memenuhi kebutuhan hidupnya. Perubahan-perubahan tersebut akan dinyatakan dalam seluruh aspek tingkah laku. Pengertian belajar dapat didefinisikan sebagai berikut :

  “Belajar ialah suatu proses usaha yang dilakukan individu untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil pengalaman individu itu sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya.”

  Menurut Tohirin (2005: 151) Belajar merupakan suatu proses perubahan yang dilakukan individu untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang terjadi melalui latihan atau pengalaman sebagai hasil interaksi dengan lingkungannya dalam memenuhi kebutuhan hidupnya.

Dokumen yang terkait

Diajukan untuk Melengkapi Tugas-Tugas dan Memenuhi Syarat- Syarat Guna Memperoleh Gelar Sarjana Hukum

0 0 11

PEMBINAAN MORALITAS SISWA (STUDI KASUS PADA SMAN 1 SALATIGA DAN MAN SALATIGA TAHUN 2008) Diajukan Untuk Memenuhi dan Melengkapi Syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana strata I Dalam Ilmu Tarbiyah

0 0 99

EFEKTIVITAS PERMAINAN KARTU GAMBAR DALAM MENINGKATKAN KEMAMPUAN BAHASA ARAB ANAK DI RAUDHOTUL ATHFAL AL-MUTTAQIN SECANG KABUPATENG MAGELANG TAHUN 2008 SKRIPSI Diajukan Untuk Memenuhi Kewajiban dan Melengkapi Syarat Guna Memperoleh Gelar Sarjana Strata I D

0 0 93

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Guna Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Islam Dalam Ilmu Tarbiyah

0 0 78

PERAN WANITA KARIER DALAM MEMBANGUN KELUARGA SAKINAH . (Ditinjau dari Segi Pendidikan Islam) SKRIPSI Diajukan Untuk Memenuhi Kewajiban dan Melengkapi Syarat Guna Memperoleh Gelar Sarjana Strata I Dalam Ilmu Tarbiyah

0 0 90

PENGARUH KOMPETENSI GURU TERHADAP PRESTASI BELAJAR PAISISW A M Ts MAARIF TEGALSARI KECAMATAN KEDU KABUPATEN TEMANGGUNG TAHUN PELAJARAN 2 0 0 5 2 0 0 6 SKRIPSI Diajukan Untuk Memenuhi Kewajiban dan Melengkapi Syarat Guna Memperoleh Gelar Sarjana Strata I D

0 2 107

SKRIPSI Diajukan Untuk Memenuhi Kewajiban dan Melengkapi Syarat Guna Memperoleh Gelar Saijana Strata I Dalam Ilmu Tarbiyah

0 1 118

PENGARUH KEDISIPLINAN ORANG TUA TERHADAP KEPRIBADIAN ANAK DI DESA TEND AS KECAMATAN TAYU KABUPATEN PATI TAHUN 2010 SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi Kewajiban dan Melengkapi Syarat Guna Memperoleh Gelar Sarjana Strata I dalam Ilmu Tarbiyah

0 0 87

PENGEMBANGAN PEMBELAJARAN BERBASIS EMOTIONAL SPIRITUAL QUOTION POWER DI MADRASAH TSANAWIYAH NEGERI (MTs N) 1 BANJARNEGARA 20092010 Diajukan Untuk Memenuhi Kewajiban dan Melengkapi Syarat Guna Memperoleh Gelar Sarjana Strata 1 Dalam Ilmu Tarbiyah

0 1 135

NILAI- NILAI PENDIDIKAN ISLAM DALAM FILM HAJI BACKPACKER SKRIPSI Diajukan Untuk Memenuhi Kewajiban dan Melengkapi Syarat Guna Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Islam (S.Pd.I) Dalam Ilmu Tarbiyah

0 0 104