Dampak penggunaan handphone terhadap hidup beriman remaja di wilayah Ngabang Kota, Paroki Salib Suci Ngabang, Kalimantan Barat

(1)

DAMPAK PENGGUNAAN HANDPHONE TERHADAP HIDUP BERIMAN REMAJA DI WILAYAH NGABANG KOTA, PAROKI SALIB SUCI

NGABANG, KALIMANTAN BARAT

S K R I P S I

Diajukan untuk memenuhi salah satu syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan Agama Katolik

Oleh:

Valeria Elisa Eka Putri NIM: 121124010

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA KATOLIK JURUSAN ILMU PENDIDIKAN

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SANATA DHARMA

YOGYAKARTA 2017


(2)

(3)

(4)

(5)

(6)

(7)

(8)

viii

ABSTRAK

Judul skripsi ini adalah “DAMPAK PENGGUNAAN HANDPHONE TERHADAP HIDUP BERIMAN REMAJA DI WILAYAH NGABANG KOTA, PAROKI SALIB SUCI NGABANG, KALIMANTAN BARAT”. Skripsi ini ditulis dengan melihat fakta bahwa teknologi komunikasi semakin berkembang. Dengan berkembangnya teknologi komunikasi juga mempengaruhi media handphone yang semakin canggih dan mudah didapatkan oleh tiap orang bahkan remaja. Perkembangan teknologi ini dapat menimbulkan dampak positif dan negatif. Dampak positif seperti mempermudah pekerjaan, komunikasi, memperoleh informasi terbaru dengan mudah dan masih banyak lagi, sedangkan dampak negatif yang ditimbulkan ialah perubahaan cara pandang dan perilaku dalam hidup berkomunikasi baik dengan sesama mau pun dengan Tuhan. Saat ini media handphone sangat membantu remaja untuk mudah berkomunikasi dengan orang tua, teman dan sesama dalam jarak yang dekat mau pun sangat jauh, informasi yang terbaru juga mudah, tetapi yang menjadi permasalahan ialah jika informasi yang didapatkan bersifat negaitf sehingga meyebabkan remaja terjerumus dalam hal yang negatif.

Melihat persoalan yang terjadi tersebut, penulis mencoba melakukan penelitian untuk memperoleh data-data yang diharapkan. Penulis akhirnya melakukan observasri dan wawancara kepada pastor paroki, pendamping dan kaum remaja untuk memperoleh data yang dibutuhkan. Dari penelitian yang tersebut diketahui bahwa pandangan pendamping mengenai sikap remaja dalam penggunaan handphone belum sepenuhnya bijaksana karena remaja lebih terpaku pada handphone dan menjadi pribadi yang mementingkan diri sendiri serta kurang mau berpartisipasi dengan kehidupan masyarakat dan Gereja. Selain itu pula penelitian ini memperoleh data bahwa handphone belum sepenuhnya digunakan dalam pembinaan hidup beriman. Gereja menyarankan bahwa media teknologi seharusnya digunakan demi perkembangan iman umat tetapi saat ini handphone belum digunakan secara maksimal dalam hidup beriman remaja.

Untuk menindaklanjuti penelitian yang telah dilaksanakan di wilayah Ngabang Kota, Paroki Salib Suci Ngabang, penulis mengusulkan program rekoleksi untuk para remaja, agar lebih memahami cara penggunaan handphone dengan bijaksana serta mampu memanfaatkan media handphone sebagai sarana hidup beriman. Melalui program yang ditawarkan ini diharapkan remaja semakin sadar bahwa media handphone memberikan manfaat bukan saja dalam kehidupan sehari-hari melainkan juga dalam kehidupan menggereja demi perkembangan hidup beriman.


(9)

ix

ABSTRACT

This undergraduate thesis is entitled "THE IMPACT OF THE USE OF HANDPHONE ON THE FAITH OF THE YOUTH IN THE LOCAL FAITH TERITORY CALLED THE REGION OF NGABANG CITY THE HOLY CROSS PARISH IN WEST BORNEO". This undergraduate thesis is written in such a way of realizing the fact that communication technology is growing. As part of modern communication technology, handphone is increasingly sophisticated and easily be obtained by every person even the youth. It can impact people, both in a positive and a negative way. The positive impacts such as, it helps us to be at ease at work, smoothens our communication, easily provides us the latest information and many more good things, while the negative impacts might be connected with a sense of how our good attitudes have changed decreasingly towards others and God. Mobile phone is very helpful for the youth to easily communicate with their parents, friends and neighbors in a short or in a long distance. It can also help to follow the latest information with no exception of the negative effects which will cause problems.

Seeing problems that occur, the author tried to do a research to obtain the expected data. The author ended up conducting some observations and interviews with the parish priest, the mentors of the youth and the youth themselves to obtain the required data. From the research, it had been revealed that the view of the mentors about the attitude of the youth in the use of mobile phone was not entirely wise because teens were more fixated on mobile phones and become selfish and less willing to participate in the society and the Church. In addition, this study obtained data that the mobile phone had not been fully used for faith formation. The Church encourages us to use the media of technology to develop the faithful’s faith. However, it is realized that nowadays, mobile phones have not been used effectively by the youth for the sake of faith.

To follow up the research that has been done in the local faith territory called the region of Ngabang City in Holy Cross Parish Ngabang, the author proposes a recollection program for the youth which will help them to better understand how to use the hand phone wisely and utilize it as a means that helps them to live out their faith. Through this program, the youth will hopefully be more aware of the benefit of the mobile phone not only in a worldly life businesses but also in the life of the church, especially in connection to the development of faith.


(10)

(11)

(12)

(13)

xiii

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL... i

HALAMAN PERSETUJUAN... ii

HALAMAN PENGESAHAN... iii

HALAMAN PERSEMBAHAN... iv

HALAMAN MOTTO... v

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA... vi

PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI... vii

ABSTRAK... viii

ABSTRACT... ix

KATA PENGANTAR... x

DAFTAR ISI... xiii

DAFTAR SINGKATAN... xviii

BAB I. PENDAHULUAN... 1

A. Latar Belakang Masalah... 1

B. Rumusan Masalah... 4

C. Tujuan Penulisan... 4

D. Manfaat Penelitian... 5

E. Metode Penulisan... 6

F. Presentasi/Sistematika Penulisan... 6

BAB II. DAMPAK PENGGUNAAN HANDPHONE TERHADAP HIDUP BERIMAN REMAJA... 8 A. Hidup di Era Digital... 9

1. Karakteristik Hidup di Era Digital... 9

a. Informasi yang Berlimpah... 10

b. Relasi yang Langsung Namun Bercorak Sepintas dan Dangkal... 11 c. Corak Pengetahuan yang Didapat Cepat Namun Tidak Mendalam ... 12 d. Bahasa Baru untuk Berkomunikasi... 13

e. Manusia yang Cenderung Semakin Tidak Manusiawi 14 2. Handphone di Era Digital... 14


(14)

xiv

a. Sejarah Perkembangan Handphone... 15

b. Aplikasi dalam Handphone... 16

c. Penggunaan Handphone di Era Digital... 19

3. Dampak Positif dan Negatif Penggunaan Handphone di Era Digital... 21 a. Dampak Positif... 21

b. Dampak Negatif... 22

B. Hidup Beriman Remaja di Era Digital... 24

1. Hidup Beriman di Era Digital... 2. Handphone Dalam Hidup Beriman Remaja... 3. Tantangan Hidup Beriman di Era Digital... 24 27 30 C. Pembinaan Iman Remaja di Era Digital... 33

1. Tahap Perkembangan Iman Remaja... 33

2. Pengertian Pembinaan Iman Remaja... 36

3. Tujuan Pembinaan Iman Remaja... 38

a. Remaja Mampu Menemukan Identitas Diri... 38

b. Sadar Mengakui dan Mengungkapkan Iman Kekatolikan ... 39 c. Mencapai Kepenuhan Hidup... 39

d. Pendewasaan Iman... 40

e. Memahami dan Mengetahui Tindakan Etis dan Ajaran Moral Katolik... 40 f. Terlibat Aktif Di Lingkungan Gereja dan Masyarakat... 40 g. Bijak Dalam Penggunaan Media Digital... 41

4. Materi Pembinaan Iman Remaja... 41

BAB III. DAMPAK PENGGUNAAN HANDPHONE TERHADAP HIDUP BERIMAN REMAJA DI WILAYAH NGABANG KOTA, PAROKI SALIB SUCI NGABANG, KALIMANTAN BARAT 45 A. Gambaran Umum Paroki Salib Suci Ngabang, Kalimantan Barat... 45 1. Sejarah Singkat Paroki Salib Suci Ngabang, Kalimantan Barat... 45 2. Situasi Umat Paroki Salib Suci Ngabang, Kalimantan Barat... 50 a. Jumlah, Pembagian Wilayah dan Lingkungan... 50


(15)

xv

b. Kekhasan dan Kehidupan Umat Paroki Salib Suci Ngabang, Kalimantan Barat...

52 3. Kegiatan Pastoral Paroki Salib Suci Ngabang, Kalimantan

Barat...

53

B. Metodologi Penelitian... 55

1. Rumusan Permasalahan... 2. Tujuan Penelitian... 3. Manfaat Penelitian ... 4. Penelitian Yang Relevan... 5. Jenis Penelitian... 6. Tempat dan Waktu Penelitian... 7. Sampel Penelitian... 8. Variabel Penelitian... 9. Instrumen Penelitian... 55 55 56 57 58 59 59 60 65 C. Hasil dan Pembahasan Penelitian Dampak Penggunaan Handphone Terhadap Hidup Beriman Remaja Di Wilayah Ngabang Kota, Paroki Salib Suci Ngabang, Kalimantan Barat... 67 1. Hasil Penelitian... 67

a. Hasil Penelitian Wawancara Pastor Paroki, Pastor Pendamping dan Pendamping... 68 b. Hasil Penelitian Wawancara Kaum Remaja... 71

2. Pembahasan Hasil Penelitian... 74

a. Penggunaan Handphone... 75

b. Hidup Beriman Remaja... 81

c. Usulan atau Harapan Untuk Mengatasi Dampak Penggunaan Handphone Terhadap Hidup Beriman Remaja... 86 D. Kesimpulan Hasil Penelitian... 87

BAB IV. USULAN PROGRAM “BERSELANCAR MELALUI HANDPHONE”... 91 A. Latar Belakang... 91

B. Sekilas Mengenai Rekoleksi ... 93

C. Metode Appreciative Inquiry... 94

D. Tujuan Program... 96


(16)

xvi

1. Tema Umum... 2. Tujuan Rekoleksi... 3. Peserta... 4. Tempat Dan Waktu... 5. Bentuk Rekoleksi... 6. Sumber Bahan... 7. Metode Rekoleksi... 8. Sarana... 9. Susunan Acara Rekoleksi...

96 97 97 97 97 98 98 98 98 F. Satuan Perisapan Program...

1. Satuan Pendampingan Pembukaan... 2. Satuan Pendampingan Sesi I... 3. Satuan Pendampingan Sesi II... 4. Satuan Pendampingan Sesi III... 5. Satuan Pendampingan Sesi IV...

100 100 104 108 111 115 BAB V. PENUTUP... 119 A. Kesimpulan... 119 B. Saran ... 121 DAFTAR TABEL

Tabel 1. Kisi-kisi Pertanyaan untuk Remaja 60 Tabel 2. Kisi-kisi Pertanyaan untuk Pastor/Pendamping 62

Tabel 3. Penggunaan Handphone 68

Tabel 4. Hidup Beriman Remaja 69

Tabel 5. Usulan atau Harapan Pastor dan Pendamping untuk Mengatasi Dampak Penggunaan Handphone terhadap Hidup Beriman Remaja

70

Tabel 6. Penggunaan Handphone 71

Tabel 7. Hidup Beriman Remaja 72

Tabel 8. Usulan atau Harapan Remaja untuk Mengatasi Dampak Penggunaan Handphone terhadap Hidup Beriman Remaja

74

DAFTAR PUSTAKA... 124 LAMPIRAN


(17)

xvii

1. Transkip Hasil Wawancara (1)

2. Penjelasan Alur Video (15)

3. Foto-foto Kegiatan Selama Penelitian (16)

4. Surat Penelitian (17)

5. Surat Keputusan Uskup Agung Pontianak (18) 6. Susunan Pengurus Dewan Pastoral Paroki Salib Suci Ngabang,

Kalimantan Barat

(19)


(18)

xviii

DAFTAR SINGKATAN

A. Singkatan Kitab Suci

Seluruh singkatan dalam Kitab Suci ini mdengikuti Alkitab Deuterukanonika © LAI 1976. (Alkitab yaitu Perjanjian Lama dan Perjanjian Baru dalam terjemahan baru, yang diselenggarakan oleh Lembaga Alkitab Indonesia, ditambah dengan Kitab-kitab Deuterukanonika yang diselenggarakan oleh Lembaga Biblika Indonesia. Terjemahan diterima dan diakui oleh Konferensi Wali Gereja Indonesia). Jakarta: LAI, 2001, hal.8.

B. Singkatan Dokumen Resmi Gereja

CT : Catechesi Tradendae (Penyelenggaraan Katekese), Anjuran Apostolik Sri Paus Yohanes Paulus II kepada para Uskup, Klerus dan segenap umat beriman tentang katekese masa kini, 16 Oktober 1979.

EN : Evangili Nuntiandi (Mewartakaan Injil), Anjuran Apostolik Sri Paus Paulus VI kepada para uskup, imam-iman dan umat beriman seluruh gereja katolik tentang pewartaan injil dalam dunia modern, 8 Desember 1975.

IM : Inter Mirifica (Upaya-upaya Komunikasi Sosial), dekrit Konsisli Vatikan II tentang upaya-upaya komunikasi sosial, 4 Desember 1963.

KV II : Konsili Vatikan II

C. Singkatan Lainnya

AI : Apreciative Inquiry Bapakat : Bapak-Bapak Katolik BBM : Balckberry Messenger


(19)

xix

DPP : Dewan Pastoral Paroki EKM : Ekaristi Kaum Muda FB : Facebook

GSM : Global System for Mobile Communications HVS :Hourvrij Schrijfpapier

KAS : Keuskupan Agung Semarang KTM : Kelompok Tritunggal Maha Kudus KKMK : Komunitas Karyawan Muda Katolik KWI : Konferensi Waligereja Inonesia LCD : Liquid Crystal Display

MKS : Minggu Komunikasi Sosial OMK : Orang Muda Katolik PNS : Pegawai Negeri Sipil

PKKI :Pertemuan Kateketik Antar Keuskupan Seindonesia PPA : Putra Puteri Altar

SMS : Short Message Service SD : Sekolah Dasar

SMP : Sekolah Menengah Pertama TNI : Tentara Nasional Indonesia TOMK : Temu Orang Muda Katolik WA : Whats App

WKRI : Wanita Katolik Republik Indonesia 1G : First Generation

2G : Second Generation 3G : Third Generation


(20)

xx


(21)

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Berbicara mengenai perkembangan teknologi, tidak dapat dihindari bahwa pada saat ini kita hidup pada era digital di mana kita menjalani dan menghayati hidup dalam konteks budaya digital. Kita mengalami dan menyadari perkembangan komunikasi digital serta pengaruhnya dalam hidup kita sehari-hari (Komisi Kateketik, 2015:9). Hidup di era digital ini memudahkan setiap orang untuk berkomunikasi dan memperoleh berbagai macam inforamsi terbaru.

Perkembangan teknologi saat ini semakin pesat dan sudah tidak dapat terbendung lagi. Setiap detik selalu bermunculan perubahan-perubahan terbaru. Perkembangan teknologi ini melahirkan generasi yang disebut sebagai Generasi Net (Komisi Kateketik, 2015:23). Generasi Net adalah mereka yang lahir dan telah hidup dalam kekuatan akses dan ketersediaan berbagai macam teknologi terbaru. Bagi mereka yang hidup dan menghayati perkembangan teknologi perubahan ini menjadi hal yang sangat disyukuri karena hal ini dapat mempermudah pekerjaan dan kegiatan mereka. Tetapi bagi mereka yang baru mengenal perkembangan teknologi hidup pada zaman digital ini menjadi sesuatu yang baru dan mereka harus menyesuaikan diri kembali.

Kemajuan teknologi ini dapat mengubah cara pandang dan perilaku mereka dalam hidup berkomuikasi. Hal ini menyebabkan mereka mengandalkan teknologi dalam berbagai sendi kehidupan misalnya berkomunikasi,


(22)

bersosialisasi, belajar dan bermain. Dengan kemajuan yang terjadi ini masyarakat sangat berminat dengan hal-hal yang cepat dan instan. Situasi yang terjadi ini dapat dijadikan sebagai dampak positif dari kemajuan teknologi sekaligus dampak negatif.

Dengan adanya kemajuan teknologi ini menjadi salah satu hal yang menjadi perhatian Gereja. Gereja tidak dapat menutup mata dengan perubahan zaman yang semakin pesat ini. Telah banyak tanggapan yang diberikan Gereja mengenai keadaan di era digital ini misalnya adalah dokumen-dokumen yang dikeluarkan oleh Gereja Inter Mirifica (IM) Konsili Vatikan II, Ensiklik Paus Paulus VI tahun 1975 tentang Evangili Nuntandi (EN), serta setiap tahun Bapa Suci memberikan Surat Gembala dalam rangka Hari Komunikasi Sosial Sedunia dan masih banyak lagi tanggapan yang diberikan Gereja.

Dari pesan-pesan yang telah diberikan oleh Paus itu nampak dengan jelas bahwa Gereja juga menyikapi perkembangan media digital ini. Mengingat pengaruhnya yang begitu luas dan signifikan Paus selaku pemimpin Gereja menyatakan sikap pastoralnya bahwa media sebagai anugerah Allah. Dengan adanya media timbul banyak peluang bagi Gereja untuk melaksanakan pewartaan dan evangilisasi. Gereja juga semakin menyadari bahwa perubahan teknologi ini lebih berdampak banyak kepada mereka yang lahir dalam zaman serba ada ini misalnya anak-anak, remaja dan kaum muda yang sangat rentan akan kemajuan teknologi ini. Oleh karena itu Gereja sangat memperhatikan dan memanfaatkan teknologi ini sebagai sarana pewartaan dan evangilisasi, karena jika tidak dimanfaatkan maka dengan adanya perubahan budaya ini dapat berpengaruh


(23)

kepada hidup beriman anggota Gereja tanpa terkecuali anak-anak, remaja dan kaum muda.

Kemajuan teknologi ini dengan cepat menyebar ke seluruh dunia bahkan sampai di desa-desa. Tanpa terkecuali juga di daerah Ngabang, Kalimantan Barat telah mengalami kemajuan teknologi. Kemajuan teknologi ini semakin menunjukkan perubahan-perubahan yang terjadi, saat ini baik orang dewasa sampai dengan anak kecil telah memiliki alat teknologinya sendiri misalnya handphone. Handphone adalah salah satu alat teknologi yang saat ini mudah didapatkan. Melalui handphone kita dapat berkomunikasi dengan mudah dan dapat memperoleh informasi dengan cepat. Informasi yang tersedia ini bisa jadi informasi yang positif maupun negatif, bayangkan jika yang mendapat informasi negatif ialah mereka yang masih kecil dan remaja sehingga dapat mempengaruhi hidup beriman mereka.

Remaja di wilayah Ngabang Kota hampir rata-rata telah memiliki handphone sebagai sarana berkomunikasi dan menjalin relasi. Bagi remaja khususnya di wilayah Ngabang Kota, handphone merupakan salah satu barang yang harus dimiliki agar mereka bisa selalu update akan informasi yang ada. Kehidupan remaja di wilayah Ngabang Kota sudah mulai dipengaruhi oleh kemjuan-kemajuan teknologi. Dengan kemajuan teknologi ini membawa dampak positif dan negatif kepada kehidupan remaja di wilayah Ngabang Kota, dampak-dampak tersebut secara tidak langsung sudah terlihat, dampak-dampak positif memberikan banyak manfaat bagi remaja, tetapi dampak negatif dapat menjerumuskan mereka dalam hal yang tidak baik, prestasi yang menurun, kecanduan game, dan banyak


(24)

remaja yang masih duduk di bangku SMP-SMA terpaksa nikah muda dikarenakan terjerumus dalam pergaulan bebas yang disebabkan oleh pengaruh teknologi dan kurangnya perhatian dari orangtua akan penggunaan teknologi. Dengan demikian melihat situasi yang terjadi ini penulis mengambil inisiatif judul yaitu “DAMPAK PENGGUNAAN HANDPHONE TERHADAP HIDUP BERIMAN REMAJA DI WILAYAH NGABANG KOTA, PAROKI SALIB SUCI NGABANG, KALIMANTAN BARAT”.

B. Rumusan Masalah

1.Bagaimana pandangan pendamping dan remaja tentang sikap remaja di wilayah Ngabang Kota terhadap penggunaan handphone?

2.Sejauh man a handphone sudah digunakan dalam pembinaan hidup beriman remaja di wilayah Ngabang Kota?

3.Apa yang perlu diupayakan untuk mengatasi dampak negatif penggunaan handphone dalam pembinaan hidup beriman remaja?

C. Tujuan Penulisan

1. Mengetahui pandangan pendamping tentang sikap remaja di wilayah Ngabang Kota terhadap penggunaan handphone?

2. Mengetahui sejauh mana handphone sudah digunakan dalam hidup beriman remaja di wilayah Ngabang Kota?

3. Menemukan upaya yang dapat dilakukan untuk mengatasi dampak negatif penggunaan handphone dalam hidup beriman remaja


(25)

D. Manfaat Penulisan 1. Bagi remaja:

Dengan adanya penulisan ini, para remaja mengetahui bahwa handphone yang mereka miliki bukan hanya sebatas teknologi komunikasi saja tetapi juga mampu menjadi sarana pembinaan hidup beriman mereka. Selain itu pula melalui penulisan ini para remaja semakin mampu untuk memanfaatkan dengan sebaik-baiknya handphone yang mereka miliki sesuai dengan saran yang dianjurkan oleh Gereja demi perkembangan iman mereka.

2. Bagi pendamping remaja:

Dengan adanya penulisan ini pendamping mampu untuk memanfaatkan media teknologi terutama handphone sebagai sarana pembinaan iman bagi para remaja serta mengetahui berbagai metode yang digunakan untuk pembinaan iman remaja.

3. Bagi pastor paroki:

Dengan adanya penulisan ini pastor paroki semakain menyadari bahwa pembinaan iman remaja semakin perlu ditingkatkan. Terutama dengan memanf aatkan media teknologi handphone sebagai sarana pembinaan hidup beriman remaja.


(26)

E. Metode Penulisan

Metode penulisan ini adalah deskriptif analitis yaitu memaparkan, menguraikan serta menganalisis permasalahan yang ada, sehingga ditemukan jalan pemecahan yang tepat. Dalam penulisan ini penulis memaparkan penggunaan handphone terhadap hidup beriman remaja di Wilayah Ngabang Kota, Paroki Salib Suci Ngabang, Kalimantan Barat. Data yang dibutuhkan, diperoleh dengan menggunakan wawancara terhadap Pastor paroki, Pastor Pendamping, Pendamping dan kaum remaja mengenai penggunaan handphone terhadap hidup beriman remaja. Dari pernyataan tersebut penulis mengambil metode penelitian dengan menggunakan penelitian kualitatif. Metode kualitatif adalah metode penelitian yang berlandaskan pada filsafat positivisme, digunakan untuk meneliti pada populasi atau sampel tertentu (Sugiyono, 2013:14)

F. Presentasi/Sistematika Penulisan

Bab I. Berisi pendahuluan yang terdiri dari latar belakang serta penegasan judul, rumusan masalah, alasan memilih judul, tujuan penulisan, manfaat penulisan dan sistematika penulisan.

Bab II. Dalam bab ini ada 3 bagian, bagian pertama memuat penjelasan mengenai Hidup Di Era Digital : 1. Karakteristik hidup di era digital 2. Handphone di era digital 3. Dampak positif dan negatif handphone di era digital. Bagian kedua berisi penjelasan mengenai Hidup Beriman Remaja di Era Digital yang meliputi: 1. Hidup Beriman di


(27)

Era Digital 2. Handphone dalam Hidup Beriman Remaja 3. Tantangan Hidup Beriman di Era Digital. Bagian ketiga membahas Pembinaan Iman Remaja di Era Digital yang meliputi : 1. Tahap Perkembangan Iman Remaja 2. Pengertian Pembinaan Iman Remaja, dan 3. Tujuan Pembinaan Iman Remaja.

Bab III. Dalam bab ini pada bagian pertama berisi gambaran umum mengenai situasi paroki Salib Suci Ngabang, Kalimantan Barat yang meliputi sejarah paroki, situasi paroki dan kegiatan pastoral apa saja yang diadakan oleh paroki. Pada bagian kedua akan berisi mengenai metodologi penelitian yang meliputi rumusan masalah, tujuan penulisan, manfaat penulisan, penelitian yang relevan, jenis penulisan, tempat dan waktu penelitian, sampel penelitian dan variabel penelitian. Pada bagian ketiga berisi hasil dan pembahasan peneiltian, yang meliputi hasil penelitian dan pembahasan hasil penelitian. Pada bagian keempat akan berisi mengenai kesimpulan hasil penelitian. Bab IV. Bab ini membahas program yang dilaksanakan untuk membantu

pendamping, untuk memanfaatkan handphone sebagai sarana dalam hidup beriman remaja di wilayah Ngabang Kota, Paroki Salib Suci Ngabang, Kalimantan Barat.


(28)

BAB II

DAMPAK PENGGUNAAN HANDPHONE TERHADAP HIDUP BERIMAN REMAJA

Pada era digital ini tidak dapat dimungkiri lagi bahwa kehidupan manusia tidak dapat dipisahkan dari kemajuan teknologi termasuk pula handphone. Dapat dikatakan bahwa penggunaan teknologi termasuk handphone hampir menyentuh seluruh kehidupan manusia. Penggunaan handphone dalam kehidupan sehari-hari telah mempengaruhi kehidupan pribadi, sosial, keluarga bahkan hidup beriman. Penggunaan handphone yang mempengaruhi seluruh segi kehidupan ini, Menimbulkan banyak manfaat yang dapat digunakan oleh manusia. Kendati demikian penggunaan handphone ini pula menimbulkan dampak yang kurang baik bagi kehidupan umat manusia.

Dalam bab II ini penulis akan mengulas dampak penggunaan handphone terhadap hidup beriman remaja. Bab II ini dibagi menjadi tiga bagian, yaitu: bagian pertama memuat penjelasan mengenai hidup di era digital yang meliputi karekteristik era digital, penggunaan handphone di era digital, dan dampak positif dan negatif penggunaan handphone di era digital. Bagian kedua membahas hidup beriman remaja di era digital yang meliputi hidup beriman di era digital, handphone dalam hidup beriman remaja dan tantangan hidup beriman di era digital. Bagian ketiga membahas pembinaan iman remaja di era digital yang meliputi tahap perkembangan iman remaja, pengertian pembinaan iman remaja, tujuan pembinaan iman remaja dan materi pembinaan iman remaja.


(29)

A. Hidup Di Era Digital

Kemajuan teknologi membawa banyak perubahan dalam kehidupan manusia misalnya perubahan karakteristik budaya, perilaku dan cara berkomunikasi (Komisi Kateketik, 2015:10). Kemajuan teknologi digital saat ini telah membawa manusia dalam sebuah dunia yang baru, sebuah dunia yang tak bisa lagi dilepaskan dari perangkat elektronik. Kita berada dalam gelombang era digital. Perubahan-perubahan yang terjadi dalam kehidupan manusia ini pada akhirnya membawa konsekuensi tersendiri karena akan menimbulkan dampak yang positif maupun negatif.

1. Karakteristik Hidup Di Era Digital

Saat ini zaman telah berubah semakin maju dan telah berada di era digital. Era digital adalah dimana manusia menjalani dan menghayati hidup dalam konteks budaya digital, dalam arti bahwa setiap kegiatan sehari-hari yang kita lakukan tidak terlepas dari peran teknologi. Perkembangan teknologi ini menghadirkan perubahan pada karakter budaya dan perilaku komunikasi manusia, sadar atau pun tidak setiap orang yang hidup dalam era digital ini pastilah mengalami perubahan karakter dan sikap dalam menghayati dan menjalankan hidup sehari-hari.

Budaya baru di era digital ini menimbulkan suatu perubahan yang signifikan, dapat dilihat dan dirasakan secara langsung. Karakteristik hidup era digital ditandai oleh informasi yang berlimpah, relasi yang langsung namun bercorak sepintas dan dangkal, corak pengetahuan yang didapat cepat namun tidak


(30)

mendalam, bahasa baru untuk berkomunikasi, dan manusia yang cenderung semakin tidak manusiawi (Komisi Kateketik, 2015:10)

a. Informasi yang Berlimpah

Saat ini dengan adanya perkembangan teknologi, maka semakin banyak perubahan yang kita rasakan. Salah satunya dapat dirasakan dalam dunia komunikasi. Saat ini dunia komunikasi digital lewat internet membuka gudang informasi yang tadinya tidak terjangkau oleh banyak orang (Komisi Kateketik, 2015:10). Setiap orang dapat mengakses berbagai macam informasi-informasi mengenai berbagai hal yang ingin mereka ketahui. Informasi ini dapat diperoleh dengan sangat cepat, dan sarana untuk memperoleh informasi ini pun berbagai macam, misalnya internet, televisi, radio, media cetak, dan lain-lain.

Informasi yang diterima dari berbagai sumber tersebut dapat diperoleh dengan mudah. Informasi dapat berisi apa saja yang diinginkan oleh pencari informasi tersebut. Internet adalah salah satu sumber untuk mencari banyak informasi. Internet mengusung ide yaitu akses kemudahan (Pando, 2014:37). Informasi saat ini dapat berisi berita-berita terkini misalnya politik, kemanusiaan, pengetahuan, bahkan kehidupan beriman.

Informasi selain mudah didapat juga jumlahnya berlimpah. Dalam satu situs kita bisa memperoleh banyak informasi yang ada. Saat ini internet tidak dapat kita hitung lagi jumlah website yang menyajikan berbagai macam informasi terkini. Begitu pula televisi, saat ini telah banyak stasiun televisi yang dapat kita saksikan dan menyajikan banyak informasi. Begitu pula radio sudah semakin beragam frekunsi yang dapat kita dengarkan. Sama halnya pula dengan media


(31)

cetak dan lain-lain. Melalui informasi yang berlimpah ini kita menjadi orang yang update akan situasi yang terjadi saat ini, semakin menambah pengetahuan, tetapi di sisi lain pula kita juga dapat terpengaruh dengan informasi hoax (berita bohong) mengenai situasi yang terjadi.

b. Relasi yang Langsung namun Bercorak Sepintas dan Dangkal

Perkembangan teknologi yang canggih telah memberikan kemudahan dan kenyamanan bagi kita untuk saling menyapa saudara atau pun teman baru di dunia maya. Saat ini internet telah membuka kemungkinan yang amat luas untuk menjalin relasi dengan orang-orang yang barangkali belum pernah dijumpai secara fisik (Komisi Kateketik, 2015:11). Komunikasi dapat dilakukan melalui e-mail, facebook, twitter, bbm, whatsapp, instagram, path dan masih banyak lagi media sosial yang ada. Relasi ini dapat terjalin dengan saling sapa melalui tanggapan dan komentar yang disertakan saat teman atau pun kenalan kita mengunggah aktifitasnya di media sosial.

Dengan demikian kemajuan teknologi saat ini membuat kita merasa nyaman dan mudah untuk menjalin relasi dengan banyak orang tanpa harus berkontak secara fisik. Tetapi perlu diwaspadai bahwa dengan kemudahan yang didapat ini bisa menimbulkan relasi dengan dunia nyata menjadi terhambat bahkan terputus.

Relasi langsung yang dimaksud di sini bahwa untuk menjalin komunikasi tidak perlu bertemu secara langsung, tetapi hanya dengan video- call saat ini orang mampu berelasi dengan efektif. Dengan demikian seseorang tak perlu menempuh jarak jauh hanya untuk mengunjungi keluarga atau kerabat (Pando, 2014:37).


(32)

Selain untuk membangun relasi dengan keluarga, saat ini juga dunia maya mampu untuk membangun relasi dengan orang-orang baru yang belum pernah ditemui, hal inilah yang disebut sepintas. Sama halnya dengan relasi yang dangkal bahwa seseorang belum benar-benar tahu dan secara mendalam mengenal pribadi orang tersebut.

c. Corak Pengetahuan yang Didapat Cepat namun Tidak Mendalam Pengetahuan yang didapat saat ini diperoleh secara cepat dan hal ini menimbulkan konsekuensi yang harus diterima. Penampilan atau permukaan menggantikan kedalaman, kecepatan menggantikan refleksi yang mendalam (Komisi Kateketik, 2015: 11), yang artinya bahwa saat ini kita menjadi generasi yang hanya melihat dari sampul luarnya saja tanpa melihat apakah isi yang disampaikan sangat mendalam dan membicarakan nilai-nilai yang baik demi perkembangan. Adanya kemajuan teknologi juga menjadikan kita generasi yang tidak mementingkan proses untuk memperoleh pengetahuan tersebut, tapi lebih menginginkan kecepatan untuk memperolehnya.

Generasi yang sejak kecil sudah disuguhi dengan internet akan mengalami proses perkembangan dan pembentukan pengetahuan secara cepat memlaui aduio-visual tanpa melewati proses penalaran (Komisi Kateketik, 2015:11). Google dan Yahoo menjadi alat untuk menjawab segala sesuatu yang menjadi persoalan bagi pelajar sehingga mereka kurang menyediakan waktu untuk lebih dalam memperoleh pengetahuan dan menemukan jawaban dengan proses belajar.


(33)

d. Bahasa Baru untuk Berkomunikasi

Dalam masa ini bahasa yang paling menyentuh emosi oleh sebagian orang adalah bahasa audio-visual. Audio-visual menggunakan gambar dengan musik yang menyentuh, sehingga penyampaian unsur-unsur emosional menjadi kaya (Komisi Kateketik, 2015:12). Bahasa memiliki fungsi sebagai ekspresi diri yang mengandung pengertian bahwa bahasa berfungsi untuk menyalurkan perasaan, sikap, gagasan, emosi atau tekanan-tekanan pembicara. Bahasa sebagai alat untuk mengekspresikan diri dapat menjadi media untuk menyatakan keberadaan (eksistensi) diri, membebaskan diri dari tekanan emosi.

Selain itu, bahasa juga memiliki fungsi sebagai informasi yang dapat di sampaikan kepada keluarga maupun anggota-anggota masyarakat. Seperti berita, pengumuman, petunjuk pernyataan lisan ataupun tulisan melalui media massa, baik media cetak (koran, majalah, dan lain-lain) ataupun elektronik (televisi, radio, website atau blog, dan lain-lain). Melalui bahasa juga, seseorang dapat belajar tentang adat istiadat, pola hidup, perilaku, dan etika dalam masyarakat. Jika seseorang mudah beradaptasi dengan masyarakat, maka dengan mudah juga dia akan membaurkan diri dalam kehidupan masyarakat. Bahasa juga dapat berfungsi untuk mempengaruhi sikap dan pendapat orang lain. Jika fungsi ini berjalan dengan baik, semua kegiatan sosial akan berlangsung dengan baik juga. Seperti menyampaikan sesuatu dengan bahasa yang yang komunikatif dan persuasif. Oleh karena itu, dengan bahasa seseorang bisa mengembangkan kepribadian dan nilai-nilai sosial kepada tingkat yang lebih berkualitas.


(34)

e. Manusia yang Cenderung Semakin Tidak Manusiawi

Komunikasi yang berlangsung dalam era digital ini tidak mengalami perjumpaan fisik secara langsung dan akhirnya menimbulkan pertanyaan serta tantangan: apakah orang yang kita jumpai di dunia virtual ini sungguh tulus untuk menjalin relasi dengan kita (Komisi Kateketik, 2015:12). Selain itu pula dengan kemudahan yang ada perlu ditanyakan apakah mereka memiliki komitmen dan kesetian akan etiket baik.

Kemajuan jaman telah banyak merubah sikap dan sifat manusia menjadi tidak manusiawi misalnya saat ini yang sering terjadi adalah banyaknya penipuan melalui media sosial bahkan sampai dengan kasus kriminal yaitu, penculikan, pemerkosaan dan akhirnya pembunuhan. Sebenarnya kemajuan teknologi ini bisa sangat membantu dan banyak dampak positifnya, tetapi perlu diperhatikan pula bahwa dampak negatif tidak dapat dimungkiri.

Hidup di era digital sebenarnya susah-susah gampang. Meskipun budaya yang baru menimbulkan banyak perubahan besar, tetapi jika setiap orang mampu untuk menggunakan dan memanfaatkan era digital sebaik mungkin teknologi ini mampu membawa perubahan besar yang lebih baik.

2. Handphone Di Era Digital

Handphone adalah salah satu alat teknologi yang perubahannya terlihat cepat dan signifikan. Handphone juga saat ini banyak memberikan manfaat bagi pengguna yang memilikinya sehingga saat ini handphone menjadi alat komunikasi yang sangat dibutuhkan untuk kehidupan sehari-hari. Kemajuan dari


(35)

handphone ini pun tidak terlepas dari sejarah perkembangan alat ini. Aplikasi dalam handphone juga memberi manfaat bagi penggunaannya dalam era digital ini. Hal-hal tersebut membawa konsekuensi tersendiri bagaimana cara penggunaanya dalam era digital ini.

a. Sejarah Perkembangan Handphone

Telepon genggam atau yang sering dikenal dengan istilah handphone adalah media komunikasi yang memiliki kemampuan sama seperti fixed line dan dapat dengan mudah dibawa kemana saja (portable), juga tidak perlu disambungkan dengan jaringan telepon kabel (nirkabel,wireless). Saat ini Indonesia memiliki dua jaringan telepon yaitu GSM dan CDMA dan dengan semakin berkembangnya jaman saat ini handphone telah semakin berkembang dan menggunakan 3G, yaitu handphone telah memasuki layanan internet dengan wireless.

Dikatakan bahwa penemu dari sistem telepon genggam ini ialah Martin Cooper yaitu seorang karyawan yang bekerja di pabrik Motorola pada tanggal 3 April 1937. Menurut Ferry Hermasyah di dalam blognya perkembangan handphone dapat dibagi menjadi lima bagian yaitu: generasi awal, generasi pertama (1G), generasi kedua (2G), generasi ketiga (3G) dan generasi ke empat (4G) (http://teknologi-mu.blogspot.co.id/2012/09/sejarah-handphone-dan-perkembangannya.html. )

Dalam perkembangan telepon seluler telah banyak perubahan-perubahan yang terjadi di dalam sistem telekomunikasi tersebut. Dari saat pertama pengeluaran, handphone hanya dapat digunakan dari satu arah dan kemudian


(36)

berkembang menjadi dua arah dan akhirnya perkembangan semakin canggih. Saat ini handphone telah masuk dalam generasi 4G yang memudahkan pengguna mengakses segala hal melalui handphone.

Dengan demikian dari awal pertama keluar dan akhirnya sampai pada generasi ke 4 ini telah banyak perubahan yang dialami oleh pengguna handphone tersebut. Pengguna handphone bukan hanya dari kalangan orang dewasa saja, tetapi saat ini anak kecil pun sudah menggunakan handphone dengan lancar. Media komunikasi tersebut saat ini bukan hanya sebagai sarana untuk berkomunikasi tetapi sebagai alat untuk melakukan banyak hal misalnya yang menyangkut tentang soal pekerjaan, pendidikan, bisnis dan masih banyak yang lainnya. Semakin berkembangnya jaman, semakin canggih pula teknologi yang dihasilkan manusia. Dalam sebuah handphone kecil yang digenggam dengan tangan, maka seseorang tersebut dapat mengetahui segala hal yang ingin diketahuinya. Dengan demikian para pencipta semakin mengembangkan sistem handphone menjadi lebih canggih lagi dengan menawarkan berbagai macam aplikasi terbaru dan berbagai macam media sosial yang ada dan semuanya dapat digunakan melalui handphone yang kita miliki.

b. Aplikasi dalam Handphone

Dalam era digital ini melalui handphone telah tersedia berbagai macam aplikasi, misalnya saja, android. Android adalah sistem operasi yang dirancang untuk telepon pintar, komputer atau tablet. Android sendiri memiliki beberapa jenis yaitu cupcake, donut, eclair, froyo, gingerbread, honeycomb, ice cream,


(37)

sandwich, jellybean, kitkat. Tujuan android ini diciptakan ialah untuk keseragaman lingkungan pengembangan aplikasi di mobile phone, untuk konsistensi akses hardwear, dan untuk ekosistem mobile phone yang bertenaga, kaya fitur, aman dan terjangkau (Zamorny, 2016 : 2). WhatsApp: adalah salah satu aplikasi messenger yang saat ini banyak digemari dan digunakan oleh pengguna ponsel pintar. Aplikasi ini seperti SMS yang digunakan untuk mengirim pesan, tetapi lebih dari itu, whatsapp ini dapat digunakan untuk mengirim video, lagu, bahkan dapat saling mengirin pesan suara (Hilmi & Java, 2015 ; 36). BBM: BBM merupakan singkatan dari Blackberry messenger yang saat itu hanya dapat digunakan melalui sistem operasi blackberry namun saat ini sistem ini sudah dapat digunakan melalui android atau i-phone.

BBM sendiri berguna untuk saling menerima dan mengirim pesan, video, gambar, atau file-file yang dapat dikirim melalui BBM, dan saat ini juga BBM sudah bisa untuk melakukan panggilan. BBM disini juga dapat berfungsi untuk mengetahui apa yang dilakukan atau pun dirasakan oleh orang-orang yang ada di kontak BBM dengan melihat status yang mereka tuliskan di BBM tersebut. (Hilmi & Java, 2015 ; 30). Game: adalah salah satu aplikasi yang juga sangat diperlukan oleh pengguna handphone. Game sangat digemari karena dapat membantu seseorang untuk sejenak refreshing dari pekerjaan-pekerjaan yang dilakukannya. Berbagai macam game dapat dengan mudah diinstal melalui layanan play store yang ada di dalam handphone yang kita miliki.

Sebenarnya masih banyak lagi aplikasi yang sering digunakan oleh pengguna handphone ini. Semakin bertambahnya tahun semakin pula bertambah


(38)

aplikasi-aplikasi terbaru yang banyak memberikan keasikan tersendiri bagi para penggunanya. Semua aplikasi-aplikasi yang terdapat di dalam handphone ini sangat baik dan banyak manfaat yang dapat diperoleh jika saja pengguna dengan bijak untuk menggunakannya, terutama bagi pelajar yang sudah diperbolehkan untuk memiliki handphone atau ponsel pintar dari orang tua mereka. Dengan demikian diharapkan orang tua mampu untuk memperhatikan penggunaan handphone oleh pelajar.

Saat ini segala aplikasi yang telah banyak diperbaharui oleh para pakar teknologi ini bukan menjadi hal yang asing lagi untuk banyak orang. Penggunaan berbagai aplikasi yang ada ini disadari bahwa memang benar bahwa karakteristik era digital telah membawa pengaruh dalam kebudayaan. Dengan berbagai macam aplikasi yang ada misalnya whatsaap, bbm, facebook kita dapat membagikan informasi dan memperoleh informasi dengan cepat. Selain itu pula melalui aplikasi-aplikasi tersebut relasi terhadap orang lain pun menjadi mudah. Selain untuk berkomunikasi dengan sahabat, kita pula dapat berkenalan dan menjalin relasi dengan orang yang belum pernah kita kenal dan temui sebelumnya, tetapi relasi ini hanya bersifat sepintas dan dangkal. Melalui aplikasi google dan yahoo pula kita mampu memperoleh pengetahuan-pengetahuan baru dengan cepat tetapi akibatnya pengetahuan yang kita dapat ini tidak mendalam karena tidak melewati proses yang panjang. Dengan aplikasi youtube kita pun mendapat hiburan dari video-video yang mampu mengajak kita untuk berbenah diri dan mengembangkan kualitas hidup dan menjadi kreatif, karena saat ini setiap orang lebih merasa tersentuh dengan bahasa audio-visual. Perlu diperhatikan dengan aplikasi-aplikasi


(39)

yang ada dalam handphone ini bahwa mampu menjadikan manusia cenderung kurang manusiawi, karena manusia sudah mulai sibuk dengan diri sendiri dan akhirnya kurang perduli dengan orang lain.

c. Penggunaan Handphone di Era Digital

Handphone adalah salah satu alat yang menjadi pegangan untuk memperluas komunikasi dan menjalin relasi dengan siapa pun. Penggunaan handphone di era digital ini sendiri sebagai alat untuk saling berkomunikasi dan saling bertukar informasi. Informasi diperlukan agar setiap orang mampu untuk update terhadap masalah-masalah yang terjadi saat ini. Penggunaan dari handphone ini pun dapat dimanfaatkan untuk memperoleh pengetahuan baru dan bagi para pe-bisnis penggunaan handphone juga sebagai sarana untuk melancarkan bisnis yang sedang mereka dijalani.

Handphone sangat bermanfaat bagi kita yang menggunakannya. Manfaat yang diterima setiap orang berbeda-beda, tergantung dari tujuan mereka menggunakan handphone tersebut. Misalnya bagi pengusaha, handphone menjadi satu alat yang dapat memperlancar relasi mereka dengan rekan bisnisnya, sehingga kerjasama mereka dapat lancar. Bagi orangtua handphone dapat mempermudah orangtua untuk berkomunikasi dengan anaknya jika jarak menjadi penghalang. Bagi kaum muda handphone menjadi salah satu alat yang sangat bermanfaat untuk melihat kabar terbaru dan untuk saling berkomunikasi di media sosial. Penggunaan handphone saat ini juga bisa dimanfaatkan sebagai sarana


(40)

untuk mengembangkan hidup beriman, dengan cara mencari berbagai sumber untuk pendalaman iman secara pribadi atau pun kelompok.

Banyak manfaat yang kita terima melalui keberadaan handphone ini. Akan tetapi di sisi lain, telah dikatakan bahwa kemajuan media ini otomatis telah menjadi kebudayaan yang kita jalani saat ini. Kemajuan teknologi, termasuk handphone dapat memicu banyak kerugian, terutama bagi remaja yang secara langsung cepat terkena oleh dampak kebudayaan global ini (Sudarminta, 1989, 24).

Penggunaan handphone yang sejatinya untuk berkomunikasi dan bertukar informasi ini bisa sangat bermanfaat bagi kita, jika kita mampu untuk menggunakannya dengan bijak. Aplikasi yang berfungsi untuk berkomunikasi yang ada dalam handphone seperti BBM, whatsapp, line, facebook ini dapat dijadikan sarana perkembangan diri tertuama perkembangan iman, jika saja yang menggunakannya melakukan hal tersebut. Seperti penulis yang memiliki akun whatsapp dan tergabung dalam suatu grup selalu mendapatkan informasi terbaru mengenai kegiatan-kegiatan pengembangan diri dan juga mendapatkan kesegaran rohani dari renungan harian yang dikirimkan di dalam grup whatsapp tersebut. Handphone yang dimiliki sebagai media komunikasi ini mampu mengajak seluruh masyarakat untuk menularkan segi-segi positif dari penggunaan media handphone ini.


(41)

3. Dampak Positif dan Negatif Penggunaan Handphone di Era Digital Handphone dari tahun ke tahun berkembang dengan sangat cepat. Dari pengalaman, berbagai jenis handphone telah banyak keluar dan sudah banyak juga dikonsumsi oleh berbagai lapisan masyarakat termasuk kalangan anak-anak, remaja dan kaum muda yang menjadi generasi net. Jika dilihat, dulu bentuk dan ukuran handphone sangatlah besar tetapi semakin majunya era globalisasi maka bentuk dan ukuran handphone semakin tipis sehingga semakin mudah untuk dibawa kemana pun dan kapan pun.

a. Dampak Positif

Dengan adanya aplikasi-aplikasi terbaru setiap orang dipermudah dalam hal menambah wawasan dan juga update akan situasi yang terjadi masa kini. Handphone juga bermanfaat sebagai penyedia informasi bagi setiap orang yang membutuhkan informasi secara cepat. Informasi yang didapat pun sangat berlimpah. Dengan adanya handphone di era digital ini setiap orang dimudahkan untuk saling berkomunikasi dan menjalin relasi dengan setiap orang. Melalui handphone kita tidak perlu lagi khawatir dengan jarak. Dengan menggunakan telepon dan video-call kita sudah dapat mengetahui kabar dari keluarga, sanak- saudara dan sahabat yang jaraknya sangat jauh dari kita. Melalui handphone jangkauan bukanlah penghalang.

Di era digital ini pula, handphone menjadi sarana untuk bisnis dan menambah penghasilan. Melalui handphone setiap orang yang menjalankan bisnis dapat dengan mudah membagikan informasi mengenai bisnis yang dijalankannya. Selain untuk kegiatan material, handphone juga membantu kita untuk lebih


(42)

terbuka akan penggunaan media teknologi sebagai sarana perkembangan iman. Handphone dapat dimanfaatkan untuk hidup beriman misalnya untuk sarana mencari doa-doa tertentu melalui aplikasi yang dapat di instal melalui play store, misalnya aplikasi eKatolik. Dalam aplikasi ini tersedia alkitab elektronik, kumpulan-kumpulan doa, renungan harian, jadwal misa, riwayat orang kudus, ibadat harian dan doa rosario. Dengan penggunaan yang tepat maka handphone sungguh dapat membantu dan memberikan banyak manfaat demi perkembangn hidup.

b. Dampak Negatif

Menurut (Lita 2014: 20), bisa dilihat saat ini alat komunikasi mampu membuat orang yang menggunakannya tidak perduli dengan keadaan sekitar, contoh saja jika seseorang sedang menunggu, entah menunggu giliran saat berobat atau menunggu antiran tiket nonton. Seringkali kita liat orang-orang tidak lagi berkomunikasi satu dengan yang lain karena mereka sedang asyik dengan kegiatan dan kesibukannya sendiri. Padahal dulu saat handphone belum berkembang seperti sekarang ini, orang-orang lebih senang untuk berinteraksi dengan yang lain, karena sebuah komunikasi yang nyata sangat penting dan menyenangkan sambil menunggu. Dengan demikian komunikasi dengan interaksi langsung saat ini telah menjadi hal yang asing bagi kalangan masyarakat terutama para pelajar. Dengan demikian handphone menyebabkan penggunanya mengasingkan diri dari dunia luar.

Dampak negatif dari penggunaan handphone ini pula dapat dilihat dari banyaknya informasi yang sangat mudah didapat melalui handphone. Informasi


(43)

memang perlu, tetapi dengan berlimpahnya informasi, maka akan ada oknum tertentu yang menyebarkan provokasi atau pun keresahan dari informasi yang disebarkan. Selain itu pula ada informasi yang disebut hoax. Dengan demikian butuh sikap kritis dalam hal ini. Saat ini pula dampak negatif dari handphone mampu membuat anak-anak atau para kaum muda yang hidup di jaman abad ke 21 ini menjadi anak-anak yang malas untuk menulis (Lita 2014: 20) . Karena jika ada hal yang bisa dengan mudah didapatkan kenapa harus melewati jalan yang berliku-liku. Dengan browsing dari internet dengan mudah para pelajar benyak menemukan bahan untuk mengerjakan pekerjaan sekolah. Tetapi terkadang kemudahan ini membuat pelajar berpikir untuk copy-paste bahan-bahan tersebut, sehingga pekerjaan secara otomatis telah selesai dengan beberapa klik saja.

Handphone juga menjadikan kita tidak terlalu peduli dengan keadaan sekitar, relasi dengan orang lain juga dengan Allah sendiri menjadi dangkal. Adanya handphone ini menjadikan manusia kurang setia, kurang mendalam saat menjalin relasi dengan sesama terlebih Allah. Selain itu pula dalam kehidupan menggereja handphone menjadi penyebab umat yang sedang bersembayang menjadi terganggu jika ada umat lain di sebelahnnya tidak konsentrasi saat mengikuti ibadahnya dengan memainkan handphone saat ibadah berlangsung. Penggunaan handphone yang kurang tepat juga dapat menimbulkan kasus-kasus kriminal seperti penipuan yang akhirnya berujung penculikan, pemerkosaan bahkan pembunuhan.


(44)

B. Hidup Beriman Remaja di Era Digital

Kemajuan teknologi telah menjadi kebutuhan sehari-hari bagi orang-orang yang menggunakannya, segala segi kehidupan mereka tidak dapat dilepaskan dari kemajuan teknologi termasuk juga hidup beriman mereka. Hidup beriman di era digital merupakan suatu tantangan tersendiri bagi umat beriman dan juga termasuk kaum remaja, dimana teknologi digital mampu membawa dampak terhadap hidup beriman khususnya hidup beriman para remaja. Handphone dalam hidup beriman remaja juga merupakan salah satu alat teknologi yang ikut mempengaruhi hidup beriman remaja. Dengan hidup di era digital ini kita pun menemukan tantangan-tantangan yang patut di perhatikan demi perkembangan hidup beriman, terutama hidup beriman remaja.

1. Hidup Beriman Di Era Digital

Iman adalah sapaan yang datang dari Allah kepada manusia dan selanjutnya manusia menanggapi sapaan Allah tersebut dengan kepercayaan dan pengharapan penuh, itulah iman. Tetapi iman saja tidaklah cukup untuk mendapatkan pengharapan yang telah Allah janjikan. Iman haruslah disertai dengan perbuatan kasih. “Iman tanpa perbuatan adalah mati” (bdk, Yak 2:26). Iman yang telah dimiliki haruslah terus hidup dan bertumbuh melalui perbuatan kasih. Iman tidak hanya sekali jadi, tetapi iman perlu dipupuk dan terus-menerus dikembangkan melalui proses. Sejalan dengan perkembangan jaman, iman pula harus perlu diintegrasikan dengan kemajuan jaman. Adanya kemajuan jaman dan teknologi ini, juga mempengaruhi perkembangan iman dewasa ini. Paus Yohanes XXIII dan Paus Fransiskus mengatakan bahwa media merupakan anugerah Allah.


(45)

Gereja telah menyadari bahwa perkembangan teknologi merupakah salah satu sarana bagi Gereja untuk mewartakan injil dan mengembangkan hidup beriman umat. Saat ini Gereja menyadari Gereja perlu untuk turut serta dalam kemajuan teknologi ini demi perkembanagn iman dewasa ini.

Dari dulu sampai saat ini untuk membantu membina iman umat digunakanlah katekese dan pewartaan sebagai sarana. Telah lama Gereja mengajak kita umat beriman untuk memanfaatkan media sebagai sarana pewartaan melalui seruan-seruan dari dokumen Gereja. Salah satunya adalah Inter Mirifica (IM). Inter Mirifica adalah salah satu dekrit yang diupayakan Gereja untuk menanggapi kemajuan zaman dan terdapat dalam Konsili Vatikan II (KV II).

Yesus Kristus mengatakan bahwa bagi kita yang beriman pada-Nya hukum yang terutama adalah „Kasih. Yesus berkata: ‟"Kasihilah Tuhan, Allahmu, dengan segenap hatimu dan dengan segenap jiwamu dan dengan segenap akal budimu. Dan hukum yang kedua, yang sama dengan itu, ialah: Kasihilah sesamamu manusia seperti dirimu sendiri (bdk. Mat 22:37-39). Pada zaman digital ini pun ajaran yang disampaikan Yesus tetap sama, yaitu hendaklah kita selalu berbuat kasih serta perkembangan teknologi dan komunikasi lebih mendekatkan dan membuat semakin terubung. Paus Frnsikus mengatakan pada hari Komunikasi sosia sedunia ke-48 bahwa terkadang globalisasi membuat pemisahan dan kesenjangan antara kaum kaya raya dan kaum miskin. (Paus Fransiskus, mirifica.net). Tetapi media saat ini dapat membantu untuk lebih dekat satu sama lain dan menciptakan kekeluargaan yang memanusiakan dan mengilhami


(46)

solidaritas. Kemudian Paus Fransiskus juga berpesan kepada kita Pada Hari Komunikasi Sosial Dunia ke-50

Kasih, pada hakikatnya, adalah komunikasi; kasih mengarah kepada keterbukaan dan kesediaan untuk berbagi”. Pada era digital ini telah disadari bahwa kemajuan teknologi membawa dampak “pengasingan diri dari dunia luar” sehingga mengakibatkan komunikasi terputus dengan lingkungan sekitar, maka sebagai putra dan putri Allah, kita dipanggil untuk berkomunikasi dengan semua orang, tanpa kecuali (Paus Fransiskus, mirifica.net). Dengan demikian berarti Paus Fransiskus mengingatkan kepada kita umat beriman bahwa komunikasi berarti kita perlu terbuka dan berbagi kepada setiap orang, tidak memandang suku, ras, dan agama.

Dengan hidup di era digital ini komunikasi tidak lagi dihadapi dengan masalah jarak. Dengan kemudahan yang ada kembali Paus Fransiskus mengatakan bahwa komunikasi dapat mempertemukan, menciptakan perjumpaan dan penyertaan melalui kata-kata dan kata-kata dapat mempertemukan pribadi-pribadi, antar anggota keluarga, kelompok-kelompok sosial dan bangsa-bangsa. Hal ini bisa ter jadi di dunia nyata maupun dunia digital. Di era digital ini kerahiman perlu dipupuk terus demi meyembuhkan relasi yang terluka dan memulihkan perdamaian dan kerukunan dalam keluarga dan komunitas.

Paus Benediktus XVI juga menyerukan bahwa dalam era digital ini demi perkembangan hidup beriman, kita memerlukan keheningan. Keheningan diperlukan untuk dapat mendengar dan memahami diri sendiri. Melalui keheningan kita dapat menemukan makna dan kita mampu untuk mengerti apa yang sesungguhnya kita impikan dan inginkan. Memang salah satu karakteristik


(47)

dalm era digital adalah relasi kita terhadap orang lain tidak mendalam begitu pun saat ini relasi kita dengan Allah menjadi dangkal dan tidak mendalam. Dengan demikian Benediktus XVI mengatakan dengan keheningan memungkinkan relasi antar manusia dengan Allah dapat terjalin lebih dalam, karena dengan bersikap diam kita mampu untuk lebih mendengarkan suara Allah dan pendapat sesama. Dengan demikian sudah jelas bahwa hidup beriman manusia terus berubah sesuai dengan perubahan zaman. Saat ini dimana dunia telah ada dalam era digital hidup beriman juga perlu diintegrasikan dengan perubahan zaman tersebut. Mulai dari Yohanes Paulus II dan Paus Fransiskus mengingatkan kita bahwa hidup beriman di Era Digital ini harus terus dipupuk demi terwujudnya kedamaian.

2. Handphone dalam Hidup Beriman Remaja

Dengan melihat kemajuan teknologi yang semakin hari semakin maju timbul berbagai perubahan yang terjadi. Di kalangan remaja media komunikasi termasuk handphone sangat berpengaruh, dan mereka merupakan penerima pertama yang paling langsung dari media (Komisi Kateketik, 2015:45). Gereja telah menyadari bahwa dengan adanya kemajuan dalam bidang teknologi ini akan membawa dampak pula bagi hidup beriman umat, terutama pada hidup beriman remaja di era digital ini. Dikatakan oleh Fowler bahwa dalam masa remaja, tahap perkembangan iman mereka masih dalam tahap konvensional, yang berarti bahwa para remaja mencari sosok jati diri mereka yang sesungguhnya dengan bercermin pada lingkungan sekitar mereka. Selain itu pula mereka menjunjung tinggi rasa untuk diakui oleh orang di sekitar mereka, maka hal ini menjadi suatu yang sangat


(48)

penting untuk dijadikan perhatian oleh orang tua, masyarakat serta Gereja. Fakta terjadi di berbagai tempat bahwa media-media komunikasi cenderung membawa pengaruh buruk serta menarik para remaja dalam perangkap erotisme dan kekerasan, atau dijerumuskan pada tingkah laku yang bingung, cemas dan kacau (MKS 4). Hal ini mengakibatkan remaja menjadi individual dan hanya fokus di depan komputer serta alat komunikasi lainnya (Komisi Kateketik, 2015:45).

Dikatakan bahwa menjadi orang kristiani yang utuh berarti bersikap positif terhadap ciptaan Allah melalui pribadi Sang Putra, yaitu Yesus Kristus, yang meliputi sesama manusia dan ciptaan lain dan siap diutus untuk melanjutkan karya Allah maupun melestarikannya dan kemudian sikap ini akan melahirkan cinta kepada manusia lain dan alam ciptaan sebagai sesama ciptaan Tuhan (Suhardiyanto, 2012: 387). Jika dilihat bahwa saat ini media komunikasi membawa pengaruh yang kurang baik terhadap diri remaja, maka untuk menyiapkan remaja yang benar-benar kristiani adalah tantangan berat yang dihadapi orang tua serta Gereja. Dengan demikian pada era digital ini untuk membina iman remaja diperlukan penginjilan dalam sebuah kegiatan untuk membantu remaja.

Penginjilan adalah segala usaha untuk mewartakan dan mewujudkan nilai-nilai Kerajaan Allah sebagaimana diajarkan oleh Yesus melalui kata dan perbuatan-Nya (Iswarahadi, 2003:27). Selain itu pula Gereja mengharapkan para gembala untuk membantu para umat agar mereka mampu menemukan keselamatan dan memperoleh kesempurnaannya sendiri “Adapun para Gembala bertugas memberikan pengajaran dan bimbingan kepada Umat beriman, supaya


(49)

dengan bantuan upaya-upaya itu mereka mengejar keselamatan dan kesempurnaan sendiri dan segenap keluarga masing-masing” (IM, art 3).

Dengan melihat harapan Gereja tersebut, saat ini para Gembala telah ikut ambil bagian dalam media komunikasi demi membantu umatnya dengan cara menggunakan berbagai alat media komunikasi tersebut sebagai suatu pewartaan demi Kerajaan Allah. Dengan demikianlah saat ini Paus Frasiskus telah memiliki akun instagram untuk mengajak umat Allah untuk bersama-sama mengenal Yesus lebih dalam lewat sesama dan mengajak umat Allah untuk mampu membina hati serta menemukan keselamatan sendiri dan keluarga melalui media komunikasi ini.

Di era digital ini handphone ini sangatlah bermanfaat jika digunakan sebagai sarana pewartaan injil dan memberikan kesaksian tentang Kerajaan Allah. Terutama dalam hal ini para kaum awam diharapkan membantu Gereja dan Gembala untuk menunaikan tugasnya mewartakan injil melalui media komunikasi yang ada saat ini. Dengan demikian sudah jelaslah bahwa Gereja melalui ajarannya mengenai media komunikasi ini sangat mendukung para anggota Gereja untuk menggunakan dan memanfaatkan media komunikasi ini demi perkembangan iman mereka sendiri, pengolahan hati melalui media komunikasi serta demi terwujudnya Kerajaan Allah di dunia ini.

Dalam era digital ini remaja adalah yang paling pertama menerima dampak dari perkembangan teknologi. Penggunaan handphone berpengaruh terhadap kehidupan dalam keluarga, sekolah, masyarakat bahkan dalam hidup beriman mereka. Kehidupan remaja tidak dapat dilepas dari kemajuan teknologi dan membuat mereka menjadi manusia yang ketagihan dengan teknologi yang


(50)

ada. Telah dikatkan bahwa dampak negatif dari penggunaan handphone adalah menjadikan manusia tidak manusiawi, relasi yang dangkal, dan lain-lain. Pada saat ini kehidupan beriman remaja menjadi tidak mendalam. Mereka tidak perduli dengan keadaan sekitar terhadap sesama, terlebih relasi mereka dengan Allah. Dengan demikian diperlukanlah pembinaan iman bagi para remaja untuk menghadapi tantangan dari era digital ini.

3. Tantangan Hidup Beriman di Era Digital

Gereja pun tidak dapat menutup mata dengan adanya fenomena era digital (Komisi Kateketik, 2015: 39). Dengan munculnya kemajuan teknologi ini banyak perubahan yang timbul dan memengaruhi cara berpikir dan bersikap manusia. Dengan adanya kemajuan ini pula Gereja melihat bahwa kemajuan teknologi ini memberikan tantangan bagi perilaku dan cara pandang yang pasti juga mempengaruhi hidup beriman. Literasi, sikap kritis, dissconect dan keheningan merupakan hal menonjol yang ditimbulkan oleh kemajuan teknologi ini. Tantangan-tantangan yang muncul tersebut harus ditanggapi serius oleh pemakai teknologi tersebut.

Literasi adalah kemampuan untuk memahami dan menganalisis pencitraan media. Telah disadari bahwa media sosial saat ini melemahkan nilai-nilai hidup keluarga, mempropagandakan nilai-nilai dan model-model tingkah laku yang merendahkan, dengan menyiarkan pornografi, kekerasan, serta menanamkan relativisme di bidang moral dan sikap skeptis terhadap agama (Komisi Kateketik, 2015:44). Pengguna, pemakai dan penikmat dari media sangat perlu memahami


(51)

dan menganalisis banyak informasi yang tersedia. Selanjutnya diperlukan sikap kritis akan infromasi-informasi yang ada. Terutama remaja yang menjadi penerima pertama dan paling langsung dari meria (Komisi Kateketik, 2015:45). Informasi dan gambar yang dihasilkan oleh media di satu sisi sangat memberikan manfaat untuk memperkaya dan mendukung perkembangan kedewasaan anak tetapi di sisi lain dengan rendah hati diakui pula mampu membawa dampak buruk pada anak-anak, remaja dan kaum muda. Dalam dunia maya pula bisa terjadi tindak kejahatan seperti penipuan, cyber bullying yang akhirnya berujung pada pembunuhan dan sebagainya.

Discconnect merupakan kegiatan yang perlu juga dilakukan. Disconnect ialah pemutusan hubungan dengan teknologi. Nicholas Hoult mengatakan bawa disconnect diperlukan agar kita mampu untuk fokus pada dunia nyata di sekitar kita dan orang benar-benar hadir di depan kita. Di sini berarti bahwa dengan kita mampu mengambil sikap ‘disconnect’ tersebut, maka kita akan mampu menyadari orang-orang di sekitar kita misalnya keluarga, orang tua, saudara, anak, sahabat, rekan mengalami kasih melalui sapaan kita. Memang teknologi tidak dapat dipisahkan sepenuhnya dari hidup kita, tetapi itu semua tergantung kita apakah mampu mempergunakannya dengan bijaksana atau sebaliknya membelenggu dan membius kita (Komisi Kateketik, 2015:22). Internet banyak menyediakan informasi yang sangat melimpah. Gambar, video, animasi, produk auditif adalah salah satu kelimpahan tersebut. Selain itu internet mampu mengajak membangun relasi meskipun tidak bertatap muka tetapi relasi ini bersifat interaktif. Tetapi kembali Paus Benedictus XVI mengingatkan bahwa, penggunakan internet


(52)

dibutuhkan keheningan. Keheningan merupakan elemen yang tak terpisahkan dari komunikasi. Tanpa keheningan, kata-kata yang kaya akan pesan tak dapat lahir. Dalam diam dan keheningan, kita dapat mendengarkan dengan lebih baik dan lebih mampu memahami diri sendiri, gagasan-gagasan dapat lahir dan mencapai kedalaman makna (Pesan Paus Benedictus XVI dalam Hari Komunikasi Sedunia yang ke-46). Dengan banyaknya pesan yang disampaikan dalam komunikasi tersebut, melalui keheningan maka kita akan mampu membedakan pesan yang benar-benar penting.

Telah diketahui bahwa corak era digital adalah konvergen, interaktif, saling terkait, serta virtual dan global-mondial (Komisi Kateketik, 2015:41). Begitu pula PKKI X telah menyinggung bahwa era digital telah menyebabkan segi kedalaman, komitmen, keterlibatan dan kesetiaan orang dalam menanggapi segala sesuatu telah banyak berubah.

Salah satu karakteristik dari era digital ialah, semakin berkurangnya rasa manusiawi. Dengan adanya komunikasi tidak langsung mengakibatkan sikap manusia menjadi kurang tulus dan tidak perhatian. Dengan berkembangnya teknologi dan mengakibatkan budaya ikut berubah, maka pola pikir manusia pun ikut dipengaruhi. Timbullah niat-niat jahat yang mengakibatkan keresahan sosial, misalnya akun-akun palsu atau profil palsu untuk kepentingan penipuan atau tindak kriminal (Komisi Kateketik 2015: 29).

Dengan kemajuan teknologi di era digital ini, dunia virtual semakin berkembang pula. Melalui internet banyak hal yang bisa kita peroleh misalnya informasi yang berlimpah. Mesin pencari seperti google dan yahoo mampu


(53)

memberikan segala informasi yang kita inginkan. Saat ini informasi dapat diperoleh dari berbagai sumber dan tanpa filter. Dengan demikian hal-hal yang berbau erotisme dan kekerasan juga dapat diakses dengan mudah. Hal ini mejadi suatu keresahan yang dialami oleh orang tua tehadap anaknya. Saat ini kalangan anak-anak, remaja serta kaum muda menjadi sasaran utama pengaruh dari informasi tanpa filter tersebut. Mereka merupakan kelompok yang paling utama terkena arus infomasi dan media (Komisi Katektik, 2015: 45).

C.Pembinaan Iman Remaja di Era Digital

Pada saat ini memang kemajuan zaman menjadi suatu kemudahan yang dirasakan oleh berbagai kalangan termasuk para remaja. Telah disadari bahwa kemajuan zaman pasti membawa konsekunsi tersendiri. Semakin berkembangnya zaman semakin pula hidup dipermudah dengan berbagai macam teknologi yang ada. Dengan munculnya kemajuan zaman ini, Gereja perlu memperhatikan pula kehidupan beriman umat, terutama hidup beriman remaja, dikarenakan remaja adalah kelompok penerima pertama dan paling langsung dari media (Komisi Kateketik, 2015:45).

1. Tahap Perkembangan Iman Remaja

Masa remaja sering disebut sebagai penghubung atau masa-peralihan antara masa kanak-kanak dengan masa dewasa (Kartini 2007, 148). Dalam masa remaja inilah mulai timbul akan pengenalan diri sendiri, dimana remaja mencari nilai-nilai seperti, kebaikan, keluhuran, kebijaksanaan, keindahan dan sebagainya. Selain itu pula dalam masa remaja ini perkembangan fisik juga


(54)

dapat terlihat. Kematangan fungsi rohani, jasmani dan fungsi seksual juga mengalami perubahan. (Kartini 2007, 148).

Dalam masa perubahan ini pada umumnya mereka mengalami suatu bentuk krisis yang ditandai dengan kehilangan keseimbangan jasmani dan rohani, dan juga fungsi motoriknya juga ikut terganggu sehingga menyebankan pertumbuhan ini tanpak kaku, dan juga tingkah laku mereka menjadi kasar, tidak sopan, dan muka menjadi „buruk/jelek, wagu (Kartini 2007, 149). Masa remaja atau pubertas merupakan masa rekonstruksi, berarti dalam masa ini tumbulah kepercayaan diri, kesanggupan untuk menilai kembali tingkah laku yang tidak bermanfaat dan digantikan dengan kegiatan yang lebih bermanfaat.

Dalam masa puber ini remaja merasa bahwa sesutau yang berhubungan dengan kekuasaan orang dewasa menjadi suatu yang mengganggu dan mereka ingin membuangnya karena pada masa ini mereka telah menemukan nilai baru yang lebih unggul. Pada masa ini remaja masih mencari jati diri dan masih mencari-cari nilai baru yang mereka anggap benar. Fowler menyebutkan pada saat ini remaja memasuki tahap iman yang sintesis-konvensional, yang berarti bahwa pada masa ini remaja menjadi bingung untuk menjadi seperti apa, karena dari pengamatannya ia dihadapkan pada berbagai macam pribadi yang dijadikan sebagai gambaran diri. Hal ini memusingkan remaja dan menimbulkan pertanyaan siapa dirinya, dan bayangan manakah sebenarnya diriku, maka di sinilah fungsi kepercayaan untuk mensintesiskan atau mengintegrasikan bermacam-macam bayangan diri dan menjadikannya satu untuk dapat berfungsi dengan baik (Fowler, 1995:135).


(55)

Fowler juga mengatakan bahwa saat ini remaja masuk dalam chum relationship, mereka sangat akrab dan percaya dengan kelompok yang menerima keberadaannya dan pada masa ini remaja mengalami masa jatuh cinta (Heryatno, 2008: 78). Pada masa ini remaja selalu merasa bahwa penilaian akan keberadaan dari suatu keluarga, kelompok, tokoh dan komunitas menjadi hal yang sangat penting dan ini membuat para remaja merasa cemas jika tidak diterima, dan dalam masa remaja ini Tuhan yang dirundukan adalah yang dekat, mengerti menerima dan meneguhkan jati diri. Gambaran Allah bagi remaja bukan lagi sebagai seorang Hakim-Raja yang tegas namun adil, tidak juga sebagai yang lain yang jauh dan anonim tanpa wajah dan Pribadi tetapi bahwa Allah dirasakan dan dipandang sebagai seorang sahabat yang selalu mendukung dan menuntun dan menjadikan-Nya sebagai sahabat karib (Fowler, 1995:153).

Dengan demikian sudah jelas bahwa pada tahap ini remaja masih dalam masa pubertas yaitu pengenalan diri seutuhnya, dimana remaja berusaha untuk mengenali diri mereka dengan pengamatan di luar diri untuk mengambil satu bayangan siapa mereka sebenarnya. Selain itu juga pada masa ini remaja sangat menjunjung tinggi pengakuan dari kelompok yang mereka inginkan, keluarga, organisasi atau pun komunitas lain, karena sebuah pengakuan merupakan hal yang membuat mereka cemas. Pada masa ini remaja menganggap Allah bukan sebagai yang berkuasa, melainkan sebagai seorang sahabat yang selalu mengerti, mendukung dan memahami mereka.


(56)

2. Pengertian Pembinaan Iman Remaja

Dalam usia remaja mereka senang hidup dan beraktivitas dalam kelompok. Kelompok yang dimaksud disini ialah teman-teman sebayanya. Mereka lebih mengutamakan teman-teman kelompoknya dari pada keluarganya. Sudah jelas bahwa dalam masa remaja mereka memiliki emosi yang masih labil. Mereka akan mudah marah jika permintaan dan keinginannya tidak dapat dituruti. Secara kognitif remaja mampu menciptakan sintesis atau menghubungkan satu gagasan dengan gagasan lain, dalam arti mereka sudah mampu untuk berpendapat dan bertindak (Dewan Karya Pastoral KAS, 2014:44). Pembinaan iman remaja adalah kegiatan untuk membimbing dan membina remaja pertemuan-pertemuan dengan teman sebaya dan dibimbing oleh pendamping yang memiliki pengetahuan tentang hidup remaja (Dewan Karya Pastoral KAS, 2014:21).

Pembinaan remaja juga menjadi prioritas utama Gereja. Maka dalam era digital ini diharapakan mereka mampu untuk mengakui dan mengungkapkan iman secara pribadi dan melibatkan diri dalam tugas-tugas Gereja. Dengan demikian Formatio sangat penting dilaksanakan. Formatio iman ialah segala hal yang berhubungan dengan pelayanan iman seperti liturgi, pewartaan, pelayanan, dan paguyuban (Dewan Karya Pastoral KAS, 2014:44).

Dalam hal ini formatio harus memperhatikan bahwa yang mengikuti kegiatan ialah anak-anak remaja dan sebayanya. Pendamping yang membina remaja harus mampu menjadi teman mereka. Pendamping tampil sebagai teman dan sahabat, bukan sebagai guru yang memerintah. Perlunya juga simbol untuk dapat menjadi daya tarik dan perekat di antara mereka. Dengan demikian menjadi


(57)

jelas bahwa pendampingan iman remaja ialah sebuah pendampingan melalui dinamika kelompok (Dewan Karya Pastoral KAS, 2014:44). Pembinaan iman remaja di era digital ini memerlukan kemampuan untuk mengintegrasikan dengan budaya baru saat ini. Dalam pembinaan ini diperlukan pembina yang memiliki hati terhadap anak-anak, kreatif dan inovatif, karena di dalam pembinaan ini akan ada gerak bersama, permainan, refleksi dan akhirnya peneguhan.

Pendamping perlu memiliki wawasan terhadap masalah-masalah remaja sehingga mereka mampu menjadi teman untuk bertukar pengalaman. Pembinaan iman remaja ini juga mengajak para remaja untuk bertekun dalam sakramen ekaristi dan sakramen pengampunan dosa, serta mereka dipersiapkan untuk menerima sakramen penguatan. Sakramen penguatan ini diharapkan memberikan kebanggaan akan kekatolikan dan memberi daya semangat untuk terlibat dalam Gereja bersama teman-teman sebayanya (Dewan Karya Pastoral KAS, 2014:45). Selain itu mereka juga di ajak untuk mengenal hidup biarawan/biarawati, terlibat dalam kegiatan sosial masyarakat sehingga mereka mampu aktif tidak hanya dalam lingkup Gereja tetapi juga mampu untuk terlibat dalam masyarakat serta mampu untuk bijaksana dalam menggunakan teknologi yang ada.

Gereja telah menyadari bahwa kemajuan teknologi mampu membawa dampak yang kurang baik, maka Gereja telah banyak menyerukan bagaimana mengatasi masalah ini. Hal ini membutuhkan banyak kerjasama dari berbagai pihak. Paus menyebutkan ada beberapa pihak yang yang harus bertanggungjawab baik terhadap media komunikasi maupun terhadap akibat yang ditimbulkannya.


(58)

Pihak-pihak itu ialah para pekerja di bidang komunikasi sosial, orang tua, guru, masyarakat, dan Gereja (Komisi Kateketik, 2015:46).

Paus Yohanes Paulus II menegaskan bahwa tanggungjawab yang dimiliki oleh industri media komunikasi ialah bahwa mereka memiliki tanggungjawab moral yang serius terhadap keluarga-keluarga yang sebagai penonton dari siaran-siaran yang mereka berikan. Dari siaran-siaran-siaran-siaran itu mereka harus memajukan nilai-nilai moral dan spiritual yang sehat serta menjauhi hal yang dapat merugikan keluarga (Komisi Kateketik, 2015:47). Dari pihak orang tua mereka memiliki tanggungjawab untuk mendampingi anak-anaknya dalam penggunaan media komunikasi. Orang tua adalah orang pertama yang harus membimbing dan mengajar anak-anak tentang medi komunikasi. Jika mereka mengatur penggunaan media dalam keluarga yang meliputi rencana dan jadwal penggunaan media dan tegas membatasi waktu bagi anak-anak, kehidupan keluarga akan sangat diperkaya.

3. Tujuan Pembinaan Iman Remaja

a. Remaja Mampu Menemukan Identitas Diri

Dengan kemajuan teknologi yang ada membawa dampak yang sangat bersar bagi remaja. Dampak postif dan negatif pun tidak dapat dihindari. Hal ini juga dapat menyebabkan remaja kehilangan identitasnya yang sejatinya memang pada masa remaja mereka sedang mencari identitas diri. Tetapi dengan pembinaan yang tepat, para remaja akan mampu menemukan identitas


(59)

diri mereka, terutama mereka mampu menemukan identitas kekatolikan mereka.

b. Sadar Mengakui dan Mengungkapkan Iman Kekatolikan

Pembinaan iman remaja sebenarnya bertujuan agar para remaja dengan sadar dapat mengakui dan mengungkapkan iman kekatolikan mereka dimana pun dan kapan pun. Di dalam pembinaan iman remaja sendiri memiliki materi-materi yang harus diberikan demi tujuan utama dapat tercapai yaitu mereka dengan bangga mengakui dan mengungkapkan iman mereka. Di dalam pembinaan remaja ada empat aspek yang ditekankan di dalamnya yaitu mengenai pengetahuan iman, tradisi katolik, moral katolik dalam era digital dan menjemaat dan memasyarakat (Dewan Karya Pastoral KAS, 2014:94).

c. Mencapai Kepenuhan Hidup

Menurut Yohanes Paulus II pembinaan bagi umat beriman juga termasuk anak-anak dan remaja perlu diberikan secara organis dan sistematis agar mereka mampu mencapai kepenuhan hidup Kristen (CT. 18). Dalam era digital ini pembinaan diperlukan agar para remaja mampu mencapai kepenuhan hidup Kristiani mereka. Untuk mencapai kepenuhan hidup, bukan hanya sekali jadi, tetapi diperlukan proses yang panjang serta pembinaan yang dilakukan secara berkala.


(60)

d. Pendewasaa Iman

Dengan pembinaan yang dilaksanakan terus-menerus, menyebabkan remaja sungguh diyakinkan untuk memutuskan mau menyerahkan diri kepada Yesus Kristus. Lambat laun iman mereka diperdalam. Melalui pembinaan ini para remaja diharapkan mampu untuk meraih kesatuan dengan Yesus Kristus dan pada akhirnya mereka mampu membela diri kepada siapa saja meminta pertanggungjawaban atas iman mereka kepada Yesus Kristus.

e. Memahami dan Mengetahui Tindakan Etis dan Ajaran Moral Katolik Pembinaan iman remaja diberikan agar mereka memahami dan mampu bersikap mengenai tindakan etis dan ajaran moral Katolik dalam hidup di era digital ini, secara khusus menyangkut hati nurani dan tanggungjawab pribadi berkaitan dengan panggilan hidupnya. Telah jelas dikatakan bahwa para remaja menjunjung tinggi loyalitas dan persahabatan sehingga kedua hal tersebut menjadi faktor yang penting dalam berhubungan dengan orang lain terutama pembentukan pertimbangan moral, relasi persahabatan yang mesra (chum relationship) sangat mempengaruhi mereka dalam memandang nilai-nilai moralitas (Dewan Karya Pastoral KAS, 2014:92).

f. Terlibat aktif di Lingkungan Gereja dan Masyarakat

Tujuan lain dari pendampingan ialah agar mereka terlibat aktif di lingkungan Gereja dan masyarakat, serta teman-teman kelompok sebaya yang


(61)

bersifat membangun minat dan kepedulian sosial. Dalam hal ini para remaja telah mampu menyadari identitas diri mereka, mereka pun mulai mampu untuk melakukan relasi terhadap orang lain dan sudah mampu menerima berbagai tradisi diluar mereka. Aktif dalam kegiatan di Gereja maupun di lingkungan dapat membantu mereka diterima dan diakui oleh tokoh Gereja dan masyarakat. Hal ini memenuhi keinginan mereka untuk di akui oleh orang-orang dewasa.

g. Bijak dalam Penggunaan Media Digital

Tujuan lain lagi bahwa remaja perlu penyadaran penggunaan media digital dalam lingkungan keluarga mau pun di lingkungan masyarakat. Pembinaan ini juga penting agar mereka menyadari bahwa nilai-nilai keluarga sangat berharga dalam hidup di era digital. Kehidupan keluarga tidak dapat digantikan oleh kemajuan teknologi yang ada. Relasi antar anggota keluarga sangat perlu dibutuhkan bagi perkembangan piskologi maupun perkembangan hidup beriman mereka, serta kehidupan keluarga pun berpengaruh kepada kehidupan bermasyarakat remaja. Bijak dalam penggunaan juga mengarah kepada kemampuan. Dengan pembinaan ini pun, remaja mampu untuk menemukan dan menunjukkan kemampuan yang mereka miliki.

4. Materi Pembinaan Iman Remaja

Di tengah arus media komunikasi ini pembinaan remaja perlu di tingkatkan lagi. Pembinaan hidup beriman remaja merupakan bagian dari tugas


(62)

panggilan yang makin penting (Ir. Sunaru S. Hariadi, 1997). Sebelum melakukan pembinaan remaja, perlulah dipahami kondisi remaja baik secara fisik maupun psikis. Telah jelas bahwa saat ini para remaja masih dalam proses pencarian jati diri, maka pembinaan remaja perlu metode yang tepat dan cocok dengan kondisi serta kebutuhan mereka. Bagi remaja pembinaan yang cocok ialah untuk pengembangan jati diri dan kreativitas mereka. Dalam pembinaan ini, pengembangan rasa ketergolongan menjadi perlu, karena pada dasarnya manusia dilahirkan sebagai makhluk sosial. Mereka dibesarkan dan dipelihara oleh orang tua, saudara dan warga gereja. Dengan hal ini menciptakan rasa untuk ikut dalam kelompok besar atau kecil (Seri Pembinaan Remaja, 1997:3).

Di era digital ini sudah jelas bahwa media komunikasi dapat menjadi sarana bagi remaja untuk terus mengembangkan diri. Media komunikasi ini selain dapat menjadi sarana komunikasi untuk menjalin relasi, juga dapat menjadi sarana demi memperkembangkan hidup beriman remaja. Handphone mampu menjadi sarana untuk menjalankan tugas yang diberikan oleh Yesus bagi anggota Gereja termasuk remaja untuk menyebarluaskan dan menerapkan kasih dalam kehidupan mereka sehari-hari.

Menurut PKKI X media komunikasi sosial termasuk handphone dapat menjadi sarana bagi pendamping atau pun orang tua untuk mengajak remaja lebih dekat dengan Tuhan dan demi perkembangan iman mereka. Melalui aplikasi-aplikasi yang ada di dalam handphone tersebut, orangtua atau pun pendamping mengirimkan pesan, sharing, atau pun renungan kepada mereka. Pewartaan melalui media komunikasi menjadi senjata yang ampuh bagi para remaja saat ini


(63)

demi perkembangan iman mereka. PKKI X juga telah menyinggung bahwa penggunaan media komunikasi mampu menjadi sarana pewartaan bagi perkembangan hidup beriman remaja.

Setelah mengetahui situasi yang terjadi, untuk mencapai tujuan dari pembinaan iman remaja diperlukan proses yang berkesinambungan. Pembinaan iman remaja bukanlah sekali jadi, tetapi pembinaan iman perlu dilaksanakan terus-menerus sampai dewasa bahkan sampai lansia. Dalam pembinaan iman remaja ini diperlukan materi-materi yang harapannya dapat membantu untuk membina iman remaja masa kini. Melihat situasi perkembangan teknologi yang telah berkembang pesat, maka pembinaan iman remaja harus semakin diperhatikan. Dengan demikian Dewan Pastoral KAS (Keuskupan Agung Semarang) memberikan beberapa materi yang dapat digunakan pendamping untuk melaksanakan pembinaan iman remaja yang sesuai dengan tujuan dari pembinaan iman remaja saat ini, misalnya: Keluarga Dalam Budaya Digital, Hidup Remaja dalam Lautan Informasi, Tidak Narsis Tidak Eksis, No Gadget No Gengsi, dan masih banyak lagi materi yang berhubungan dengan tujuan-tujuan dari pembinaan iman remaja ini.

Untuk mencapai tujuan melalui materi yang diberikan, maka diperlukan metode-metode yang cocok agar tujuan tercapai. Untuk memanfaatkan internet ada 4 model cara belajar melalui media internet, pertama learn from information (belajar mendalami informasi dari internet secara mandiri) remaja yang mencari segala infromasi yang menyangkut pengetahuan dan pendewasaan imannya melalui internet dalam handphone yang dimilikinya. Kedua learn from interaction


(64)

(belajar mendalami informai secara interaktif dari bahan yang ada di internet) bisa saja remaja mencari pengetahuan pokok-pokok iman melalui internet dan kemudian berinteraksi dengan mengirim pertanyaan atau mengisi sebuah bilik tanya jawab untuk mendapatkan jawabannya atau dengan cara lain. Ketiga learn from collaboration (belajar mendalami informasi secara interaktif dari bahan, secara bersama dengan orang lain, melalui online) melalui jejaring sosial, remaja mengadakan pertemuan secara online untuk saling meneguhkan dan memperkaya pengalaman dan pengetahuan iman atau ada juga seorang moderator untuk memperlancar pengolahan proses komunikasi. Keempat learn from colocation (mendalami informasi secara bersama dengan tatap muka langsung mengenai belajar melalui internet) melalui pertemuan langsung remaja saling mendalami informasi untuk saling bertukar pengalaman iman yang didampingi untuk menjawab berbagai pertanyaan yang muncul. (Komisi Kateketik, 2015:67-68). Saat ini metode yang sering dilakukan oleh pendamping ialah learn from colocatio. Pertemuan langsung dirasa cukup ampuh untuk membina kaum remaja. Pertemuan secara langsung ini selain untuk mengajak remaja terlibat dengan pembinaan, juga mengajak mereka untuk aktif bersosialisasi secara langsung.


(65)

BAB III

DAMPAK PENGGUNAAN HANDPHONE TERHADAP HIDUP BERIMAN REMAJA DI WILAYAH NGABANG KOTA, PAROKI

SALIB SUCI NGABANG, KALIMANTAN BARAT

Pada bab III ini, penulis menguraikan dampak penggunaan handphone terhadap hidup beriman remaja di wilayah Ngabang Kota, Paroki Salib Suci Ngabang, Kalimantan Barat. Bab ini dibagi menjadi lima bagian. Bagian pertama memaparkan gambaran umum paroki Salib Suci Ngabang, Kalimantan Barat yang meliputi sejarah singkat paroki, situasi umat, dan kegiatan pastoral di paroki Salib Suci Ngabang Kalimantan Barat. Bagian kedua memaparkan metodologi penelitian yang meliputi rumusan permasalahan, tujuan penelitian, manfaat penelitian, penelitian yang relevan, jenis penelitian, tempat dan waktu penelitian, sampel penelitian, variabel penelitian, dan instrumen penelitian. Bagian ketiga memaparkan laporan hasil penelitian dan pembahasan hasil penelitian. Bagian keempat berisi kesimpulan hasil penelitian.

A. Gambaran Umum Paroki Salib Suci Ngabang, Kalimantan Barat 1. Sejarah Singkat Paroki Salib Suci Ngabang, Kalimantan Barat

Salib Suci merupakan nama pelindung paroki Ngabang. Gereja merayakan Pesta “Salib Suci” sebagai “the trumph of the cross” (Kemenangan Salib). Perayaan ini berasal dari tradisi yang sudah tua, yakni penemuan tiga salib-salah satunya diyakini salib Yesus di bukit Kalvari pada tahun 326. Penemuan ini bermula dari keinginan Santa Helena (Ibu dari kaisar Constantius) untuk menemukan salib Yesus. Terdorong oleh keinginannya yang kuat, dia


(1)

(15) Lampiran 2 : Penjelasan Alur Video

1. Si otong dan Teknologi

Video ini menceritakan si otong tokoh utama yang memiliki handphone dan menggunakan berbagai macam aplikasi tetapi aplikasi yang sejatinya membantu seperti microsoft office, kalkulator di unistal, jadi si otong hanya meninggalkan aplikasi seperti game dan media sosial. Si otong dan orang-orang menggunakan handphone tanpa memperdulikan waktu, mulai pagi hingga pagi, malam dan kembali pagi lagi. Selanjutnya di situasi lain otong sanggat menggemari bermain PS hingga lupa waktu dan akirnya tugas dan tanggungjawabnya terabaikan. Kemuidan diakhir video terdapat pesan-pesan bagi pengguna handphone.

2. Disconnect To Connect

Video ini mengisahkan orang-orang zaman sekarang yang memiliki handphone yang canggih dan mereka selalu menggunkan handphone tersebut tanpa memperhatikan dunia sekitar mereka, sehingga orang-orang disekitar mereka terabaikan, istri, suami, anak, teman bahkan Tuhan. Tetapi diakhir video ditampilkan kilas balik dari sikap yang sebelumnya disconnet menjadi connect terhadap lingkungan sekitar, dan situasi ini lebih menyenangkan dari situasi sebelumnya.

3. Kekayaan Iman Katolik

Video kekayaan iman katolik berisi mengenai penjelasan-penjelasan mengenai Iman Katolik dimulai dengan sejarah munculnya katolik, selanjutnya penjelasan mengenai ciri khas Katolik yaitu Satu, Kudus, Katolik, dan Apostolik. Kemudian penjelasan mengenai Sakramen-sakramen katolik yaitu Sakramen-sakramen baptis, Sakramen-sakramen ekaristi, Sakramen-sakramen krisma, sakramen tobat, sakramen perminyakan, sakramen imamat, sakramen perkawinan. Selanjutnya video menjelaskan mengenai Litugi dan Hierarki. Selanjutnya penjelasan mengenai Dogma atau ajaran Iman katolik yaitu Tritunggal Mahakudus, video juga menjelaskan tentang doa-doa dan orang-orang Kudus.


(2)

(16)


(3)

(17) Lampiran 4 : Surat Penelitian


(4)

(18)


(5)

(19)

Lampiran 6: Susunan Pengurus Dewan Pastoral Paroki Salib Suci Ngabang, Kalimantan Barat


(6)

(20) Lampiran 7: Surat selesai penelitian