Pengaruh perayaan ekaristi terhadap keterlibatan umat dalam hidup menggereja di stasi pusat Paroki Salib Suci Nanga Tebidah Kalimantan Barat

(1)

i

PENGARUH PERAYAAN EKARISTI TERHADAP KETERLIBATAN UMAT DALAM HIDUP MENGGEREJA DI STASI PUSAT PAROKI SALIB SUCI

NANGA TEBIDAH KALIMANTAN BARAT

S K R I P S I

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan Agama Katolik

Oleh: Lilis Suriyani NIM: 111124011

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA KATOLIK JURUSAN ILMU PENDIDIKAN

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SANATA DHARMA

YOGYAKARTA 2017


(2)

(3)

(4)

iv

PERSEMBAHAN

Skripsi ini saya persembahkan kepada:

Kedua orang tua saya (Sadi Markus dan Martha Aisyah)

Abang (Gervasius Doni Susanto) Kakak (Srihartati dan Mimilia Sulastri) yang tiada henti-hentinya telah memberi doa, kasih sayang,

semangat dan motivasi dalam usaha dan perjuangan untuk menyelesaikan studi. dan umat di Stasi Pusat Paroki Salib Suci Nanga Tebidah serta teman-teman yang


(5)

v MOTTO

Marilah kepada-Ku semua yang letih lesu dan berbeban berat, Aku akan memberi kelegaan kepadamu

(Matius 11:28)

Ia membuat segala sesuatu indah pada waktunya. Bahkan Ia memberi kekekalan dalam hati mereka. Tetapi manusia tidak dapat menyelami pekerjaan yang dilakukan

Allah dari awal sampai akhir (Pengkhotbah 3:11)


(6)

(7)

(8)

viii ABSTRAK

Judul skripsi ini adalah “PENGARUH PERAYAAN EKARISTI TERHADAP KETERLIBATAN UMAT DALAM HIDUP MENGGEREJA DI STASI PUSAT PAROKI SALIB SUCI NANGA TEBIDAH KALIMANTAN BARAT”. Judul ini dipilih berdasarkan pengamatan dan permasalahan yang penulis temukan mengenai umat yang ada di Stasi Pusat Paroki Salib Suci. Sejauh ini umat kurang memahami dan menyadari dalam mengikuti Perayaan Ekaristi. Ekaristi yang mereka rayakan sangat berpengaruh terhadap keterlibatan dalam hidup menggereja dan melalui Ekaristi mereka mampu merasakan kehadiran Yesus sang sumber cinta kasih.

Mengikuti Perayaan Ekaristi maupun terlibat dalam kegiatan di gereja merupakan hal yang sangat penting bagi mereka untuk perkembangan hidup sebagai umat katolik. Melalui Ekaristi Yesus hadir sebagai sumber cinta kasih yang memberi semangat dan motivasi yang akhirnya mereka semakin sadar untuk mengikuti Perayaan Ekaristi dan terlibat dalam hidup menggereja.

Persoalan dalam skripsi ini yaitu bagaimana umat memahami dan sadar akan pentingnya Perayaan Ekaristi, bagaimana caranya supaya umat mau ikut terlibat aktif dalam berbagai kegiatan yang ada. Untuk mengkaji permasalahan ini maka penulis melakukan penelitian. Penelitian yang digunakan adalah penelitian kualitatif dengan mewawancarai anggota DPP dan ketua lingkungan dengan purposive sampel. Dari hasil penelitian ditemukan bahwa Perayaan Ekaristi yang umat rayakan berpengaruh terhadap keterlibatan dalam kegiatan di gereja.

Oleh sebab itu, maka penulis mengusulkan program model SCP sebagai salah satu wadah untuk membantu umat memahami Perayaan Ekaristi melalui sharing pengalaman masing-masing dan meningkatkan keterlibatan umat di Stasi Pusat Paroki Salib Suci. Melalui usulan program ini, diharapkan umat semakin memahami dan sadar akan pentingnya merayakan Perayaan Ekaristi sehingga memberi pengaruh akan keterlibatan umat di gereja sebagai hidup menggereja.


(9)

ix ABSTRACT

The title of this undergraduate thesis is “THE INFLUENCE OF THE EUCHARIST TO WARDS THE INVOLVEMENT OF THE PEOPLE IN THE LIFE IN OF THE CHURCH IN CENTER REGION OF THE HOLY CROSS PARISH NANGA TEBIDAH WEST KALIMANTAN”. The title was chosen based on observation and issues that the author found about people who are in the parish of Holy Cross Center of Region. So far the people are less understanding and realized in following the celebration of the Eucharist as far as where the Eucharist is very influential with the involvement in the life of the Church, and through the Eucharist they are able to feel the presence of Jesus the source of love.

Following the celebration of the Eucharist as well as engaging in activities in the Church is very important to them for the development of life as Catholics. Through the Eucharist Jesus is present as a source of love that gives spirit and motivation that ultimately they are increasingly aware to follow the celebration of the Eucharist and is involved in Church.

The issue in this undergraduate thesis is how people understand and are aware of the importance of the Eucharist, how people want to get involved actively in various activities.To examine this problem the author did some research. The study used qualitative research by interviewing the members of the DPP and the Chairman of the region with the purposive sample. From the results of the study the author found that the faithful who celebrate the Eucharist have effect on their engagement in activities in the Church.

Therefore, the author makes a proposal for a programme of Shared Christian Praxis to help people to understand the Eucharist through sharing the experiences of each catechesis and to increase the involvement of the people of Center Region in the parish of the Holy Cross. Through this programme, it is expected to increasingly understand and being aware of the importance of celebrating the Eucharist as well as their involvement in the Church.


(10)

x

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa atas berkat dan rahmat-Nya yang telah dicurahkan kepada penulis, sehingga skripsi yang berjudul PENGARUH PERAYAAN EKARISTI TERHADAP KETERLIBATAN UMAT DALAM HIDUP MENGGEREJA DI STASI PUSAT PAROKI SALIB SUCI NANGA TEBIDAH KALIMANTAN BARAT dapat terselesaikan.

Penyusunan skripsi ini guna memberikan gagasan, wawasan dan inspirasi untuk mengembangkan pengetahuan dan pemahaman terhadap Perayaan Ekaristi dan Keterlibatan umat dalam hidup menggereja khususnya umat yang ada di Stasi Pusat Paroki Salib Suci Nanga Tebidah Kalimantan Barat dan sekaligus untuk memenuhi salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pendidikan di Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.

Dalam penyusunan skripsi ini, penulis tidak dapat diselesaikan dengan baik tanpa bantuan, dukungan dan motivasi dari berbagai pihak. Oleh sebab itu pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada:

1. Romo Drs. F.X. Heryatno W.W. SJ., M.Ed. selaku Kaprodi Pendidikan Agama Katolik, Universitas Sanata Dharma yang telah memberi kesempatan dan dukungan untuk menyelesaikan skripsi ini.


(11)

xi

2. Romo Dr. B. Agus Rukiyanto, S.J, selaku dosen pembimbing utama yang selama ini telah membimbing, mengarahkan dan mendukung penulis dalam penyusunan skripsi dari awal hingga akhir.

3. Bapak Yoseph Kristianto, SFK, M.Pd., selaku dosen pembimbing akademik, dosen penelitian dan dosen penguji II yang telah meluangkan banyak waktu untuk membimbing, memberi semangat dan dukungan kepada penulis.

4. Bapak P. Banyu Dewa HS, S.Ag., M.Si selaku dosen penguji III yang bersedia meluangkan waktu untuk memberi masukan dan dukungan kepada penulis.

5. Para dosen dan staf karyawan prodi Pendidikan Agama Universitas Sanata Dharma Yogyakarta yang selama ini telah memberi semangat dan dukungan kepada penulis selama berposes dalam studi.

6. Romo Markus Suwito, Pr selaku Romo Paroki di Stasi Pusat Paroki Salib Suci Nanga Tebidah Kalimantan Barat yang telah memberi dukungan dan kesempatan kepada penulis untuk melakukan penelitian.

7. Orangtua, kakak serta keluarga besar penulis yang selama ini mendukung, mendoakan dan memotivasi kepada penulis selama menjalani studi sampai akhirnya menyelesaikan skripsi.


(12)

(13)

xiii DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL………... i

HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING………... ii

HALAMAN PENGESAHAN……… iii

HALAMAN PERSEMBAHAN………. iv

MOTTO………... v

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA……… PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI... vi vii ABSTRAK………... viii

ABSTRACT………... ix

KATA PENGANTAR……… x

DAFTAR ISI………... DAFTAR SINGKATAN... xiii xvii BAB I. PENDAHULUAN……….. 1

A. Latar Belakang……….. 1

B. Rumusan Masalah………... 3

C. Tujuan Penulisan………... 3

D. Manfaat Penulisan………. 4

E. Metode Penulisan……….. 4

F. Sistematika Penulisan………... 5

BAB II. PERAYAAN EKARISTI DAN KETERLIBATAN UMAT DALAM HIDUP MENGGEREJA DI STASI PUSAT PAROKI SALIB SUCI NANGA TEBIDAH KALIMANTAN BARAT... 7

A. Pengertian Perayaan Ekaristi………... 1. Pengertian Perayaan Ekaristi... 7 7 2. Pengertian Perayaan Ekaristi dalam Tradisi Gereja………... 9


(14)

xiv

a. Dasar Ekaristi dalam Gereja Perdana………... 9

b. Dasar Ekaristi dalam Konsili Trente………... c. Dasar Ekaristi dalam Konsili Vatikan II... 3. Ekaristi berdasarkan dimensi Kristologi... a. Ekaristi sebagai Kurban... b. Ekaristi sebagai Perayaan Kenangan... c. Ekaristi sebagai Sakramen... d. Ekaristi sebagai Perjamuan... 4. Ekaristi dimensi Eskatologi... 5. Ekaristi dimensi Eklesiologi... a. Ekaristi sebagai Perayaan Gereja... b. Ekaristi sebagai Pusat Liturgi... c. Ekaristi sebagai Perutusan... 6. Tata Perayaan Ekaristi... B. Keterlibatan umat dalam hidup menggereja... 10 11 11 12 12 13 14 14 15 16 16 16 17 19 1. Pengertian Ketelibatan umat………... 19

2. Macam-macam Keterlibatan dalam hidup menggereja... 21

a. Bidang Liturgia……….. 21

b. Bidang Koinonia………... 22

c. Bidang Diakonia………... 23

d. Bidang Kerygma………... 24

BAB III. KETERLIBATAN UMAT DALAM HIDUP MENGGEREJA DI STASI PUSAT PAROKI SALIB SUCI NANGA TEBIDAH KALIMANTAN BARAT... 25

A. Gambaran umum Paroki Salib Suci Nanga Tebidah... 25 1. Sejarah singkat berdirinya Paroki Salib Suci Nanga Tebidah...

2. Visi-Misi Paroki Salib Salib Suci Nanga Tebidah...

25 27


(15)

xv

3. Kegiatan-kegiatan umat dalam hidup menggereja di stasi pusat

paroki Salib Suci Nanga Tebidah... 28

B. Metode Penelitian………... 29

1. Latar Belakang Penelitian………... 29

2. Rumusan Permasalahan………... 30

3. Tujuan Penelitian... 31

4. Jenis Penelitian... 31

5. Waktu dan Tempat Penelitian... 32

6. Narasumber Penelitian... 32

7. Instrumen Pengumpulan Data………... 8. Pengolahan Data... 9. Analisis Data... 10.Variabel Penelitian... 32 34 34 34 C. Laporan Hasil Penelitian Keterlibatan umat dalam hidup menggereja di Stasi Pusat Paroki Salib Suci Nanga Tebidah Kalimantan Barat... 35

1. Laporan Hasil Wawancara………... 36

2. Laporan Hasil Observasi Langsung………... 54

BAB IV. KATEKESE MODEL SCP SEBAGAI USULAN PROGRAM USAHA UNTUK MENINGKATKAN KESADARAN DALAM MENGIKUTI PERAYAAN EKARISTI TERHADAP KETERLIBATAN UMAT DALAM HIDUP MENGGEREJA DI STASI PUSAT PAROKI SALIB SUCI NANGA TEBIDAH KALIMANTAN BARAT... 57

A. Latar Belakang Kegiatan………... B. Alasan Memilih katekese model SCP... C. Katekese Model SCP... 57 58 59

1. Pengertian SCP... 59

2. Langkah-langkah Katekese Model SCP………... 59


(16)

xvi

E. Waktu Pelaksanaan……….…... 64 F. Matriks Program Katekese Model SCP ………...

G. Contoh Persiapan Pelaksanaan Katekese Model SCP...

65 67 BAB V. PENUTUP………... 78 A. Kesimpulan………... 78 B. Saran……….

1. Bagi Stasi Pusat Paroki Salib Suci Nanga Tebidah... 2. Bagi umat... 3. Bagi katekese model SCP...

79 80 80 81 DAFTAR PUSTAKA………... 82 LAMPIRAN

Lampiran 1 : Surat Izin Penelitian………... (1) Lampiran 2 : Surat telah melakukan penelitian...

Lampiran 3 : Transkrip hasil wawancara………... (2) (3) Lampiran 4 : Dokumentasi penelitian wawancara...

Lampiran 5 : Dokumentasi kegiatan umat... Lampiran 6 : Cerita tentang Mujizat Ekaristi di Luciano... Lampiran 7 : Bacaan Kitab Suci... Lampiran 8 : Lagu Pembukaan... Lampiran 9 : Lagu Penutup...

(12) (14) (17) (18) (19) (20)


(17)

xvii

DAFTAR SINGKATAN

A. Singkatan Kitab Suci

Luk : Lukas

1Kor : 1 Korintus

Yoh : Yohanes

B. Daftar Singkatan Dokumen Resmi Gereja

AG : Ad Gentes, Dekrit Konsili Vatikan II tentang kegiatan Misioner Gereja, diterbitkan pada 7 Desember 1965

LG : Lumen Gentium, Konstitusi dogmatis Konsili Vatikan II tentang Gereja, diterbitkan pada 21 November 1964

SC : Sacrosanctum Concilium, Konstitusi Konsili Vatikan II tentang Liturgi Suci, diterbitkan pada 4 Desember 1965

GS : Gaudium et Spes, Konstitusi Pastoral Konsili Vatikan II tentang Gereja dalam dunia Modern, diterbitkan pada 7 Desember 1965.


(18)

xviii

KGK : Katekismus Gereja Katolik, diundangkan oleh Paus Paulus Yohanes ke II pada tanggal 25 Juni 1992.

C. Daftar Singkatan Lainnya

Art : Artikel

Bdk : Bandingkan

OMK : Orang Muda Katolik

BKSN : Bulan Kitab Suci Nasional

PIA : Pembinaan Iman Anak

KMPK : Kumpulan Muda-Mudi Pelajar Katolik

KS : Kitab Suci

KPP : Kursus Persiapan Perkawinan

DPP : Dewan Pastoral Paroki

APP : Aksi Puasa Pembangunan

SEKAMI : Serikat Kepausan Anak Misioner


(19)

xix

KWI : Konferensi Waligereja Indonesia

KOMKAT : Komisi Kateketik

KLMTD : Kelompok Lemah Miskin Tertindas Difabel

SDN : Sekolah Dasar Negeri

KK : Kepala Keluarga

Lingk : Lingkungan

St : Santo/Santa

Dll : Dan lain-lain

WKRI : Wanita Katolik Republik Indonesia


(20)

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Perayaan Ekaristi sebagai sumber dan puncak seluruh hidup umat Kristiani (LG 11), memberi makna terdalam bagi kehidupan seluruh umat beriman. Sejak Gereja perdana merayakan Ekaristi menjadi pusat seluruh kehidupan umat beriman Kristiani. Umat perdana tekun merayakan peristiwa keselamatan dalam perjamuan makan bersama dan Peristiwa Pemecahan Roti. Ekaristi sebagai Perayaan Iman mengajak seluruh umat katolik untuk ikut berpartisipasi aktif dalam Perayaan Ekaristi.

Ekaristi sebagai puncak kehidupan umat seharusnya terlihat fungsinya dalam kehidupan sehari-hari terutama dalam hal ini keterlibatan umat dalam menggereja. Ekaristi yang menjadi sumber kehidupan umat beriman memberikan kekuatan pada umat untuk menghadapi segala tantangan kehidupan dan mewartakan Kabar Gembira. Dengan demikian seharusnya mereka yang menerima Ekaristi suci tidak lari dari segala tugas dalam Gereja maupun dalam masyarakat.

Dalam kehidupan sebagai umat beriman Katolik, umat diharapkan mau mengambil bagian dalam tugas perutusan Yesus Kristus sebagai Imam, Nabi dan Raja seperti yang dikatakan Konsili Vatikan II “umat beriman kristiani, yang berkat baptis telah menjadi anggota Tubuh Kristus, terhimpun menjadi umat Allah, dengan cara mereka sendiri ikut mengemban tugas imamat, kenabian dan rajawi Kristus” (LG 31). Melalui tugas perutusan ini, umat dipanggil untuk ikut


(21)

ambil bagian dalam tugas-tugas gerejawi, yaitu aneka kegiatan yang lebih mengarah pada kehidupan dan perkembangan internal Gereja itu sendiri. (Prasetya, 2003:40-41).

Namun dengan melihat perkembangan dunia yang semakin modern, dengan segala tuntutannya membawa orang pada sebuah pilihan hidup. Terkadang karena kelemahan pribadi lalu orang tidak mampu membuat suatu keputusan. Dengan kesibukan segala pekerjaan yang dilakukan setiap harinya membuat orang sulit untuk ambil bagian dalam tugas dan membagikan waktu yang begitu padat. Persoalan seperti ini sangat tampak ketika orang mencoba untuk terlibat dalam Perayaan Ekaristi di gereja kesulitan dalam menciptakan keheningan batin. Keprihatinan ini sama juga seperti yang dialami oleh umat yang ada di Stasi pusat Paroki Salib Suci Nanga Tebidah Kalimantan Barat. Para umat sebagian yang ada di stasi pusat Paroki Salib Suci Nanga Tebidah kurang sadar untuk terlibat dalam Perayaan Ekaristi. Ada umat sebagian dalam mengikuti Perayaan Ekaristi hanya sebagai rutinitas saja, tuntutan hidup yang selalu banyak menyita waktu yang selalu dijadikan alasan. Banyak kesibukan dalam mengurus hidup berumahtangga maupun kesibukan yang lainnya membuat umat tidak bisa konsentrasi dalam mengikuti Perayaan Ekaristi karena disisi lain orang masih memikirkan pekerjaan rumah yang harus diselesaikan. Hati dan pikiran lebih tertuju pada tugas yang mau dijalankan pada hari itu.

Dengan melihat kenyataan di atas yang sedang dihadapi oleh kedewasaan iman umat kristiani saat ini, bahwa Gereja sadar akan pentingnya mencari sebuah solusi untuk mengatasi segala permasalahan yang sedang dihadapi, Gereja sadar


(22)

bahwa umat menjadi tonggak bagi Gereja dan masyarakat sekarang ini. Gereja juga melihat bahwa pada saat ini dengan keterlibatan umat menjadi sebuah perkembangan iman umat untuk Gereja yang akan datang dan menjadi sebuah tanggungjawab bersama umat, maka penulis mencoba untuk mendalami penulisan ini dengan judul : Pengaruh Perayaan Ekaristi terhadap keterlibatan umat dalam hidup menggereja di Stasi Pusat Paroki Salib Suci Nanga Tebidah Kalimantan Barat. Tulisan ini dimaksudkan untuk membantu umat di Stasi Pusat Paroki Salib Suci Nanga Tebidah agar semakin sadar dan mampu menghayati makna perayaan Ekaristi dengan meningkatkan keterlibatan umat dalam hidup menggereja sebagai umat yang aktif ikut ambil bagian di dalam tugas Gereja.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas, maka masalah-masalah yang akan dibahas dirumuskan sebagai berikut:

1. Apa arti perayaan Ekaristi?

2. Apa yang dimaksud dengan keterlibatan umat dalam hidup menggereja? 3. Apa Pengaruh Perayaan Ekaristi terhadap keterlibatan umat dalam hidup

menggereja di Stasi Pusat Paroki Salib Suci Nanga Tebidah Kalimantan Barat?

C. Tujuan Penulisan

Adapun tujuan yang hendak dicapai dalam proses penulisan ini adalah sebagai berikut:


(23)

1. Untuk memahami arti dari Perayaan Ekaristi.

2. Untuk mengetahui keterlibatan umat dalam hidup menggereja.

3. Mengetahui sejauh mana Pengaruh Perayaan Ekaristi terhadap keterlibatan umat dalam hidup menggereja di Stasi Pusat Paroki Salib Suci Nanga Tebidah Kalimantan Barat.

D. Manfaat Penulisan

Adapun manfaat penulisan “Pengaruh Perayaan Ekaristi terhadap keterlibatan umat dalam hidup menggereja di Stasi Pusat Paroki Salib Suci Nanga Tebidah Kalimantan Barat sebagai berikut:

1. Membantu umat untuk lebih memahami arti Perayaan Ekaristi.

2. Membantu umat dalam usaha meningkatkan keterlibatannya melalui Perayaan Ekaristi di gereja.

3. Memberi sumbangan kepada umat agar mampu melibatkan diri dalam perayaan Ekaristi di gereja Stasi Pusat Paroki Salib Suci Nanga Tebidah Kalimantan Barat.

E. Metode Penulisan

Dalam penulisan ini menggunakan metode deskriptif analitis. Untuk menulis skripsi ini penulis menggunakan metode penelitian kualitatif. Penelitian kualitatif terdiri atas dua unsur pokok yakni penulis menggunakan studi pustaka dan wawancara bersama para umat dengan panduan beberapa pertanyaan


(24)

penuntun yang bertujuan untuk memperoleh gambaran nyata tentang “Bagaimana Pengaruh Perayaan Ekaristi terhadap keterlibatan umat dalam hidup menggereja di Stasi Pusat Paroki Salib Suci Nanga Tebidah Kalimantan Barat”.

Tujuan utama metode penulisan ini terletak pada usaha untuk menggambarkan dan mengungkapkan keterlibatan umat dalam mengikuti Perayaan Ekaristi, kedua adalah untuk menjelaskan apa yang menjadi temuan penulis mengenai keterlibatan umat dalam Perayaan Ekaristi di lapangan. Ada dua prinsip berkenaan dengan pengumpulan dan penggunaan data yang dipakai oleh penulis yakni, pertama: penggunaan multi sumber; kedua: menggunakan metode penelitian kualitatif. Sehubungan dengan itu empat sumber data yang akan dipakai penulis dalam penelitian ini yakni: pertama dokumentasi, kedua: studi dokumen, ketiga wawancara, keempat observasi.

F. Sistematika Penulisan

BAB I: Diawali dengan pendahuluan yang meliputi latar belakang penulisan, rumusan masalah, tujuan penulisan, manfaat penulisan, metode penulisan.

BAB II: Membahas seputar teori yang mengupas tentang Perayaan Ekaristi dalam Gereja, meliputi Pengertian Perayaan Ekaristi, Ekaristi dalam Tradisi Gereja, Ekaristi berdasarkan dimensi Kristologi, Ekaristi berdasarkan dimensi Eskatologi, Ekaristi berdasarkan dimensi Eklesiologi dan Tata Perayaan Ekaristi dalam Gereja. Dalam bab ini pula, akan dibahas teori seputar keterlibatan umat


(25)

dalam Perayaan Ekaristi serta macam-macam keterlibatan umat dalam hidup menggereja.

BAB III: Bab ini penulis akan membahas penelitian tentang pengaruh Perayaan Ekaristi terhadap keterlibatan umat dalam hidup menggereja yang meliputi: latar belakang penelitian, rumusan permasalahan, tujuan penelitian, jenis penelitian, instrumen pengumpulan data, pengolahan data, analisis data, variabel penelitian, laporan hasil penelitian, dan pembahasan hasil penelitian.

BAB IV: Bab ini memaparkan usulan program bagi umat di Stasi Pusat Paroki Salib Suci Nanga Tebidah Kalimantan Barat. Penulis menyampaikan sumbangan pemikiran mengenai program yang akan dilaksanakan untuk meningkatkan kesadaran umat dalam mengikuti Perayaan Ekaristi dan keterlibatan umat dalam hidup menggereja.


(26)

BAB II

PERAYAAN EKARISTI DAN KETERLIBATAN UMAT

DALAM HIDUP MENGGEREJA DI STASI PUSAT PAROKI SALIB SUCI NANGA TEBIDAH KALIMANTAN BARAT

Pada Bab ini, penulis akan memaparkan tentang Perayaan Ekaristi dan keterlibatan umat di Stasi Pusat Paroki Salib Suci Nanga Tebidah Kalimantan Barat yang meliputi beberapa bagian yaitu pertama menjelaskan Perayaan Ekaristi yang meliputi pengertian Perayaan Ekaristi, Ekaristi dalam Tradisi Gereja, Ekaristi berdasarkan dimensi Kristologi, Ekaristi berdasarkan dimensi Eskatologi Ekaristi berdasarkan dimensi Eklesiologi dan Tata Perayaan Ekaristi. Pada bagian kedua menjelaskan keterlibatan umat dalam Perayaan Ekaristi dan macam-macam keterlibatan umat dalam hidup menggereja.

A. Perayaan Ekaristi

1. Pengertian Perayaan Ekaristi

Ekaristi berasal dari kata yang berasal dari akar kata Eucharistia yakni yang berarti Pujian Syukur dan permohonan atas karya penyelamatan dari Allah. Dalam tradisi Yahudi, khususnya dalam Perayaan Paskah bahwa pada malam terakhir Yesus mengadakan perjamuan malam bersama para murid-murid-Nya yang memberikan makna baru dalam perayaan paskah itu sendiri (Prasetya, 2008:12).

Yohanes Paulus II yang terdapat dalam dokumen Ecclesia De Eucharistia bahwa Ekaristi yang berarti puji syukur. Ekaristi berarti pusat dan puncak seluruh hidup Kristiani yang mengarah pada peristiwa wafat dan kebangkitan Yesus


(27)

Kristus atau Misteri Paskah. Dengan pujian syukur itu, Gereja mengenangkan (yang artinya: menghadirkan) misteri penebusan Kristus itu sekarang ini dan di sini. Oleh sebab itu maka Ekaristi dapat dipahami sebagai suatu peristiwa di mana seseorang dapat mengucap syukur atas seluruh hidupnya. Ekaristi yang dimaksudkan di atas ialah sumber dan puncak seluruh hidup Kristiani demi mengenang kembali Peristiwa wafat dan kebangkitan Kristus dalam Misteri Paskah.

Bagi Umat kristiani, kata Ekaristi mengungkapkan pujian syukur atas karya penyelamatan Allah yang terlaksana melalui Yesus Kristus sebagaimana berpuncak pada peristiwa sengsara, wafat dan kebangkitan Yesus Kristus. Dengan pujian syukur itu, Gereja mengenangkan atau menghadirkan kembali misteri penebusan Kristus di atas kayu salib (Martasudjita, 2003: 28).

Dalam Dokumen Konsili Vatikan II SC art. 47 bahwa Ekaristi sebagai perjamuan Paskah di mana sebelum Yesus di serahkan untuk di salib, bersama para murid-Nya mengadakan perjamuan malam terakhir sebagai lambang akan cinta kasih, kesatuan dan ikatan cinta kasih kepada murid-murid-Nya yang setia bersama Yesus. Perjamuan Kristus yang diadakan dan disambut dengan jiwa yang penuh rahmat. Dan Ekaristi juga menjadi puncak seluruh hidup umat Kristiani yang ikut serta merayakannya. (LG art. 11) Dalam Ekaristi juga tercakup seluruh kekayaan Gereja, yakni Kristus sendiri, Paska kita (Presbyterorum Ordinis, Dekrit Konsili Vatikan II tentang kehidupan Para Iman/PO 5). bdk KGK (KGK) art 1324.


(28)

Dari beberapa pengertian diatas bahwa sakramen Ekaristi adalah sebuah perayaan syukur dan sumber puncak seluruh kehidupan umat Kristiani. Sakramen Ekaristi adalah sumber cinta kasih, kesatuan dan ikatan cinta kasih dengan Yesus Kristus dengan berpuncak pada kurban salib-Nya. Dalam perayaan Ekaristi juga kita mengenang kembali akan penderitaan Yesus sebelum disalibkan untuk menyelamatankan seluruh umat Kristiani yang beriman. Selain itu juga melalui perayaan Ekaristi dalam Tubuh dan Darah Kristus yang kita santap memohon agar kehadiran Kristus senantiasa menyertai hidup kita. Yang menjadi hal terpenting di sini bahwa kita diajak untuk selalu mengenang kembali akan peristiwa penyelamatan melalui perayaan Ekaristi dan ikut serta ambil bagian di dalamnnya.

2. Ekaristi dalam Tradisi Gereja

a. Dasar Ekaristi dalam Gereja Perdana

Sejak awal mula dalam gereja, dasar Perayaan Ekaristi terdiri atas Liturgi Perayaan Sabda Liturgi Perayaan Ekaristi. Terbukti yang disampaikan oleh Yustinus Martir pada abad ke II. Dengan Liturgi Sabda umat yang hadir untuk merayakan Ekaristi sungguh merasakan keheningan batin dan merasakan kehadiran Tuhan lewat sabda Tuhan dan lewat nyanyian serta mengimani Yesus Kristus dalam setiap doa-doa. Liturgi Ekaristi tidak terlepas dengan adanya Liturgi Sabda yang membawa perkembangan bagi Liturgi Perayaan Ekaristi itu sendiri. Sedangkan Liturgi Perayaan Ekaristi ialah umat yang turut menghadirkan Kristus yang telah mengurbankan diri dan memberikan keselamatan dengan menyambut Tubuh dan Darah Kristus (Martasudjita, 2003: 281-282).


(29)

Bapa-Bapa Gereja juga menekankan pada Ekaristi yaitu masalah realis

praesentia bahwa sabda Kristus yang menyebabkan suatu perubahan

(consecration, mutation) dari roti dan anggur menjadi Tubuh dan Darah Kristus. Pada abad pertengahan zaman Skolastik, Ekaristi terus menerus diperdalam dan diperkaya dengan berbagai macam pemikiran. Mengenai ajaran tentang realis praesentia diperjelas dengan baik oleh Thomas Aquinas yang dituangkan dalam bukunya Summa Theologiae yaitu Ekaristi menjadi puncak seluruh hidup iman umat dan Allah selalu hadir di tengah-tengah umat (Martasudjita, 2003: 283-287). b. Dasar Ekaristi dalam Konsili Trente

Konsili Trente yang diadakan pada abad ke-XVI untuk menanggapi ajaran Reformasi dengan membicarakan tentang Ekaristi yang bergejolak karena para kaum reformator lebih menekankan sifat simbolis dari kehadiran Kristus dalam Ekaristi, sifat perjamuan dari Ekaristi dan menolak sifat korban dari misa kudus. Pada sidang yang ke-13 pada tahun 1551 yaitu mengesahkan dekrit mengenai realis prasentia (DS 1635-1661), yang berisi dengan ajaran bahwa kehadiran Kristus yang sungguh-sungguh real dan nyata dalam Ekaristi, dan juga ajaran transsubstantiatio. Sidang yang ke-21 pada tahun 1562 yaitu mengajarkan tentang komuni dalam dua rupa (DS 1725-1734). Dalam sidang tersebut menyatakan bahwa penerimaan komuni walaupun hanya dalam satu rupa saja sudah merupakan penerimaan seluruh diri Kristus yang secara tak berbagi dan sakramen yang benar (DS 1729-NR 590). Selanjutnya pada sidang yang ke-22 tahun 1562 membahas dengan rinci soal kurban misa (DS 1738-1759). Konsili Trente menegaskan tentang keyakinan tradisi mengenai misa kudus, bahwa misa kudus di


(30)

satu pihak merupakan perayaan kurban yang dilaksanakan oleh Gereja, namun di lain pihak bukan kurban lain di samping kurban salib Kristus (Martasudjita, 2003: 289-290).

c. Dasar Ekaristi dalam Konsili Vatikan II

Ajaran tentang Ekaristi sudah tersebar diberbagai dokumen-dokumen yang terdapat pada Konsili Vatikan II, meskipun Konsili Vatikan II tidak memberikan dogma baru mengenai Ekaristi namun di berbagai ajaran dokumen Konsili Vatikan II tentang Ekaristi di satu pihak menegaskan ajaran Tradisional Gereja dan di lain pihak membicarakannya secara baru. Pada hakikatnya, Konsili Vatikan II menempatkan ajaran sakramen dan Ekaristi dalam konteks trinitas-kristologi, eskatologi, dan eklesiologi, (Martasudjita, 2003: 290-291).

3. Ekaristi berdasarkan dimensi Kristologi

Dalam ajaran Konsili Vatikan II dimensi Kristologi menggambarkan tentang Perayaan Ekaristi yang erat hubungannya dengan Yesus Kristus. Menurut E. Martasudjita (2003: 293), “Ekaristi ditetapkan Yesus sebagai kenangan akan diri-Nya, yakni Dia dan karya penyelamatan-Nya yang berpuncak pada wafat dan kebangkitan-Nya”. Pada Perayaan Ekaristi, Gereja secara bersama-sama mengadakan suatu pesta atau perayaan yang intinya untuk mengenang kembali karya-karya penyelamatan Tuhan kita Yesus Kristus dalam aspek kurban, kenangan, Sakramen dan Perjamuan.


(31)

a. Ekaristi sebagai Kurban

Kata kurban berarti “pengurbanan diri”, namun dalam Konsili Vatikan II yang terdapat pada dokumen SC art 47 “ Pada perjamuan terakhir, pada malam Ia diserahkan, penyelamat kita mengadakan Kurban Tubuh dan Darah-Nya. Dan juga pada LG art 3 “Setiap kali di altar dirayakan kurban salib, tempat Anak Domba Paskah kita, yakni Kristus, telah dikurbankan” (1Kor 5:7) dilaksanakannya karya penebusan kita, yakni Tubuh dan Darah Kristus.

Kurban sebagai “kurban diri”. Oleh mengurbankan dirinya sendiri, manusia akan masuk ke dalam dirinya. Namun hal ini sekaligus mengandaikan bahwa sebelumnya manusia harus menemukan dirinya, agar dia dapat mengurbankannya dalam Ekaristi (Grun. 1998:12).

Ekaristi juga sebagai kurban syukur dan pujian kepada Allah Bapa sebagai bentuk ucapan terimakasih karena telah memberikan kebaikan-Nya kepada umat kristiani yang juga telah rela berkurban untuk menebus dosa-dosa umat manusia (KGK) art; 1360.

b. Ekaristi sebagai Perayaan Kenangan

Dalam perayaan Ekaristi umat diingatkan kembali untuk mengenang akan peristiwa karya penyelamatan Allah melalui Yesus Kristus yang wafat di kayu salib. Karya penyelamatan itu yang berpuncak pada masa paskah. Yesus melakukan perjamuan malam terakhir bersama para murid dengan mengucap syukur atas berkat Roti yang dibagikan kepada para murid dengan Yesus berpesan “Lakukanlah peristiwa ini sebagai kenangan akan Daku” (Luk 22:19). Konsili Vatikan II menegaskan kembali sebagai berikut:


(32)

Pada perjamuam malam terakhir, pada malam Ia diserahkan, penyelamat kita mengadakan Kurban Ekaristi Tubuh dan Darah-Nya. Dengan demikian, Ia mengabadikan Kurban Salib untuk selamanya, dan mempercayakan kepada Gereja, Mempelai-Nya yang terkasih, kenangan wafat dan kebangkitan-Nya: Sakramen cinta kasih, lambang kesatuan, ikatan cinta kasih, perjamuan Paskah. Dalam perjamuan itu Kristus disambut, jiwa dipenuhi rahmat, dan kita dikaruniai jaminan kemuliaan yang akan datang. (SC, art 47).

Menurut pengertian Kitab Suci bahwa kenangan tidak hanya mengenang kembali akan semua peristiwa-peristiwa yang sudah terjadi pada zaman Yesus namun dengan kenangan akan peristiwa di masa lampau itu mewartakan kembali akan peristiwa-peristiwa yang sudah menjadi sebuah kenangan pada saat ini yang telah dilakukan oleh Yesus sendiri kepada para murid-murid-Nya, dihadirkan kembali dan dihidupkan kembali dalam Perayaan Ekaristi yang kita rayakan bersama umat kristiani yang bersatu dan beriman dalam Kristus (KGK art. 1363).

c. Ekaristi sebagai Sakramen

Kata Sakramen dalam bahasa latin yaitu Sacramentum yang berakar dari kata sacr, sacer yang berarti kudus, suci lingkungan para orang kudus. Kata sacrare berarti menyucikan, atau menguduskan sesuatu atau seorang bagi bidang suci. Dalam masyarakat Romawi kuno kata sacramentum yang berarti bahwa sumpah keprajuritan sebagai inisiasi dalam dinas, yang dihayati kurang lebih sebagai suatu inisiasi religius (Putranto, 2011:12).

Dalam sakramen adalah sebuah “rahmat” yang tidak nampak/kelihatan. Rahmat itu berdayaguna yang menandakan dan menghadirkan suatu pengudusan yang tak kelihatan rupanya. Pada sakramen memberikan tanda akan kehadiran


(33)

Kristus yang tidak kelihatan. Sakramen yang dikenal tidak lagi sebagai sebuah perayaan (Groenen, 1990:65-66).

d. Ekaristi sebagai Perjamuan

Menurut Tradisi Yahudi perayaan perjamuan merupakan sebuah pesta yang dirayakan pada saat paskah yang hanya dirayakan setahun sekali oleh bangsa Yahudi. Perayaan perjamuan atau yang sering dikenal dengan perjamuan ekaristi yaitu makan dan minum bersama yang dilakukan oleh Yesus sebagai hal yang pokok (Kenan, 2008:62).

Ekaristi yang dilakukan oleh Yesus pada malam terakhir bersama para murid-Nya sebelum Ia diserahkan yang menjadi sebuah perayaan kenangan dan karya keselamatan yang berpuncak pada misteri paskah Yesus Kristus dalam bentuk perjamuan. (SC, art 47). Dalam Ekaristi yang dirayakan bukan suatu perwujudan komunitas umat beriman namun kesatuan antara umat beriman dengan Yesus Kristus. Menyantap Tubuh dan Darah Kristus dalam perayaan Ekaristi yang mengungkapkan akan penghayatan iman dan kesatuan hidup dengan Yesus Kristus (Yoh 6:56).

4. Ekaristi berdasarkan dimensi Eskatologi

Dalam Ekaristi yang dirayakan oleh Gereja di dunia ini “kita ikut mencicipi liturgi surgawi, yang dirayakan di kota suci yaitu di Yerusalem dengan tujuan peziarahan kita“ (SC art. 8). Ekaristi merupakan jaminan kemuliaan yang akan datang (SC art. 47). Dalam Ekaristi, Allah tetap memberikan diri-Nya melalui Yesus Kristus dalam Roh Kudus secara konkret dan nyata kepada


(34)

manusia dan dunia sampai kedatangan Yesus yang kedua kalinya pada akhir zaman nanti (Martasudjita, 2003: 298).

5. Ekaristi Berdasarkan Dimensi Eklesiologi

Eklesiologi merupakan teologi yang mau mempelajari hidup beriman secara sistematis dan metodis (Mardiatmadja, 1986: 18). Dimensi eklesiologi meliputi Ekaristi sebagai Perayaan Gereja, Ekaristi sebagai Pusat Liturgi dan Ekaristi sebagai Perutusan.

a. Ekaristi sebagai Perayaan Gereja

Kata Gereja berasal dari bahasa Yunani eucharistia yang berarti “doa puji dan syukur”, Perayaan Ekaristi bukanlah perayaan yang sembarangan. Perayaan Ekaristi adalah perayaan ucapan pujian syukur. Ucapan syukur bukan berarti terimakasih, namun sebuah pernyataan rasa kagum, hormat, kegembiraan dan kebahagiaan. Syukur pertama-tama bukan karena anugerah yang telah diterima, tetapi karena anugerah kebaikan Tuhan yang telah dicurahkan kepada umat-Nya.

Perayaan Ekaristi adalah Perayaan yang menjadi bagian dalam Gereja yang mendapat cara dan jalan masuk ke misteri penyelamatan Allah melalui Perayaan Ekaristi yang telah dilakukan oleh Yesus bersama murid-murid-Nya. Melalui Perayaan Ekaristi juga memberi lambang kesatuan (bdk, SC 47), menunjukkan bahwa adanya kesatuan dengan Allah yang menyelamatkan, Gereja yang menghadirkan Kristus (SC, 5.26; LG 48; GS 42.45; AG 1.5). Dalam SC 48


(35)

dan terutama SC 26 dinyatakan sifat eklesial dari setiap Perayaan liturgi termasuk Ekaristi:

“Upacara-upacara liturgi bukanlah tindakan perorangan, melainkan perayaan Gereja sebagai Sakramen kesatuan, yakni umat kudus yang berhimpun dan diatur di bawah para Uskup. Maka, upacara-upacara itu menyangkut seluruh tubuh Gereja dan menampakkan serta mempengaruhinya; sedangkan masing-masing anggota disentuhnya secara berlain-lainan, menurut keanekaan tingkatan, tugas, serta keikutsertaan aktual mereka.”

b. Ekaristi sebagai Pusat Liturgi

Kata Liturgi dari bahasa Yunani leitorgia, yang terbentuk dari kata ergon yang berarti karya dan leitos, yang merupakan kata sifat dari laos yang berarti bangsa. Maka leitorgia berarti karya pelayanan atau karya bakti bagi masyarakat. Ungkapan iman Gereja terwujud dalam kegiatan-kegiatan liturgi. Kegiatan liturgi bukanlah kegiatan perseorangan, tetapi perayaan Gereja yang utuh. Setiap anggota dituntut berperan aktif menurut tugas dan peran serta masing-masing. Jadinya masing-masing orang beriman dalam liturgi, menyatakan kesatuannya dengan iman Gereja.

Pandangan Konsili Vatikan II bahwa misteri Ekaristi sebagai pusat seluruh liturgi (bdk. SC 60). Segala macam bidang perayaan liturgi mengalir dan tertuju kepada perayaan Ekaristi sebagai pusat dan puncaknya (Martasudjita, 2003:297).

c. Ekaristi sebagai Perutusan

Pada masa abad ke-V Perayaan Ekaristi disebut misa. Istilah ini digunakan mau menunjukkan bahwa Perayaan Ekaristi lebih menekankan aspek perutusan


(36)

untuk melayani Tuhan dan sesama dalam mewartakan kabar Gembira dari Allah kepada seluruh bangsa. Kata ini dirumuskan di Indonesia pada akhir misa perayaan Ekaristi yang berbunyi Marilah pergi kita diutus. Kita diutus untuk mewartakan kabar Gembira dari Allah bahwa kita tidak hanya sekedar mengikuti perayaan Ekaristi saja namun kita juga mampu mewartakan apa yang sudah kita alami dan kita rayakan dalam seluruh perayaan Ekaristi yakni mewartakan kabar baik tentang karya penebusan Tuhan sendiri atas umat-Nya (Martasudjita, 2003:269).

6. Tata Perayaan Ekaristi dalam Liturgi Gereja

Sudah sejak awal Perayaan Ekaristi ada hubungannya dengan liturgi sabda. Penyatuan Sabda-Nya (Liturgi Sabda) dan dalam rupa Roti dan Anggur (Liturgi Ekaristi) menjadi suatu perkembangan liturgi Ekaristi yang pasti dalam Gereja.

Adapun urutan Tata Perayaan Ekaristi dalam Liturgi Gereja menurut TPE (Tata Perayaan Ekaristi) KWI 2005 adalah sebagai berikut:

PEMBUKAAN  Lagu Pembukaan  Tanda Salib  Salam  Tema

 Pernyataan Tobat

 Madah Pujian (Kemuliaan)  Doa Pembukaan


(37)

LITURGI SABDA  Bacaan 1

 Bacaan II  Bacaan Injil  Homili/Khotbah  Syahadat

 Doa Umat

LITURGI EKARISTI  I. Persembahan

Persiapan persembahan (Kolekte+Perarakan+Lagu Persembahan) Menghunjuk Persembahan

Pengantar Doa Persembahan Doa Persembahan

 II. Doa Syukur Agung Dialog Pembukaan Prefasi

Kudus

Doa Syukur Agung (I - X)  III. Komuni

Pengantar Bapa Kami Doa Bapa Kami Embolisme


(38)

Doa Damai Salam Damai

Pemecahan Hosti-Anak Domba Allah Doa menjelang Komuni

Ajakan Menyambut Komuni Menyambut Komuni-Lagu Komuni Saat Hening

Madah Syukur (Doa Umat) Doa Penutup

PENUTUP  Pengumuman  Berkat

 Pengutusan

 Menghormati Altar  Lagu Penutup

B. Keterlibatan Umat dalam Hidup Menggereja 1. Pengertian Keterlibatan Umat

Keterlibatan adalah sikap yang ada dalam diri manusia yang dicurahkan dengan sepenuhnya dengan jiwa raga kepada sesuatu yang hendak dilakukan. Keterlibatan suatu keputusan kehendak pribadi yang berdasarkan akal budi dan


(39)

untuk melakukan sesuatu berdasarkan motivasi dan keinginan dengan putusan tersebut. Keterlibatan juga tidak bisa lari dari kesukaran yang dihadapi. Keterlibatan selalu setia akan segala kewajiban, sampai pada pekerjaan yang kecilpun dan mengarahkan segalanya sebagai suatu sumbangan yang bermutu untuk mencapai tujuan akhir (Anastasia, 1975: 9-10). Sedangkan umat adalah umat yang dipanggil dan dipilih Allah dalam persekutuan sebagai saudara yang memiliki kesamaan martabat dalam anggota sebagai umat Allah (Sumarno, 2003: 20).

Dalam kehidupan umat sebagai anggota Gereja, umat diharapkan mau dan bersedia untuk ikut ambil bagian dalam tugas-tugas Gereja, seperti yang dikatakan dalam Konsili Vatikan II bahwa “kaum beriman kristiani, yang berkat Baptis telah menjadi anggota Tubuh dan Darah Kristus, terhimpun menjadi umat Allah, dengan cara mereka sendiri ikut mengemban tugas imamat, kenabian dan rajawi Kristus” (LG 31).

Keikutsertaan kaum awam dalam tugas imamat-Nya untuk melaksanakan ibadat rohani supaya Allah dimuliakan dan umat manusia diselamatkan. Oleh karena itu, para awam sebagai orang yang menyerahkan diri kepada Kristus dan diurapi dengan Roh Kudus, secara ajaib dipanggil dan disiapkan supaya secara semakin melimpah menghasilkan buah-buah Roh dalam diri mereka. Karya-karya, doa-doa, dan kerasulan mereka dalam kehidupan sehari-hari bisa dijalankan dalam Roh bahkan beban-beban hidup bisa ditanggung dengan sabar, menjadi kurban rohani, yang dengan perantaraan Yesus Kristus yang berkenan kepada Allah (LG 34).


(40)

Keikutsertaan kaum awam dalam tugas kenabian ditunaikan hingga penampakan kemuliaan sepenuhnya, bukan saja melalui hierarki yang mengajar atas nama dan bukan karena kewibawaan-Nya, melainkan melalui para awam. Mereka membawakan diri sebagai pengemban janji-janji, dengan keteguhan iman dan harapan. Namun harapan itu jangan disembunyikan melainkan diungkapkan dengan pertobatan yang tiada hentinya dan dengan perjuangan menentang roh-roh jahat. Para awam menjadi bentara yang tangguh, pewarta iman akan hal-hal yang diharapkan dan tanpa ragu-ragu memadukan pengakuan iman dengan penghayatan iman (LG 35)

Keikutsertaan kaum awam dalam tugas rajawi Kristus untuk mengakui sedalam-dalamnya nilai serta tujuan segenap alam cipta, yakni dengan kemuliaan Allah. Kaum awam wajib saling membantu melalui kegiatan-kegiatan duniawi untuk hidup lebih suci supaya dunia diresapi dengan semangat Kristus dan mencapai suatu keadilan, cinta kasih dan kedamaian (LG 36)

Dengan tugas ini bahwa kita sebagai umat Allah dipanggil untuk ikut terlibat mengambil bagian tugas-tugas gerejani yaitu kegiatan yang sungguh-sungguh mengarahkan pada kehidupan gereja itu sendiri.

2. Macam-macam Keterlibatan umat sebagai tugas dalam hidup menggereja a. Bidang Liturgia

Dalam bidang liturgi, sebagai umat katolik yang sudah menerima sakramen penguatan yakni sudah menjadi murid Kristus yang siap diutus dalam melaksanakan tugas-tugas liturgi gereja. Mampu berpartisipasi tanpa ada


(41)

keterpaksaan di dalam diri namun ada kesadaran juga di dalam diri untuk terlibat secara penuh untuk mengambil bagian di dalamnya. Dengan penuh rasa tanggungjawab, ia juga mampu melibatkan diri dan berpartisipasi dengan kreativitas dalam berbagai tugas yang ada dalam liturgi gereja demi perkembangan gereja yang kedepannya (KomKAT, 2012: 47).

Sebagai petugas liturgi, umat dapat melibatkan diri secara aktif dengan bertugas sebagai:

a). Lektor b). Pemazmur c). Dirigen d). Paduan Suara e). Organis

f). Pembaca Doa Umat g). Pembaca Pengumuman h). Petugas Kolekte

i). Petugas Persembahan

b. Bidang Koinonia

Dalam Koinonia Umat Kristiani dipanggilan Tuhan untuk mengembangkan persekutuan antar umat beriman dalam suatu kesatuan iman akan Tuhan. Setiap umat yang telah menerima sakramen penguatan diharapkan untuk masuk dalam persekutuan dan ikut ambil bagian didalamnya serta tumbuh dan menjadi persekutuan yang sehati dan sejiwa. Penguatan memberikan perkembangan sikap-sikap yang perlu dalam mendukung persekutuan, kesediaan diri untuk selalu hadir


(42)

dalam berbagai acara bersama dan melibatkan diri secara langsung, memberikan ruang bagi setiap orang untuk ikut berpartisipasi dan berkembang (KomKAT, 2012: 47).

c. Bidang Diakonia

Gereja yang hadir di tengah umat dan masyarakat yaitu untuk meneladani sikap Yesus Kristus yang melayani khususnya melayani kelompok KLMTD. Pelayan yang diberikan dalam bentuk secara spontan, pelayanan karitatif dan pelayanan pemberdayaan. Pelayanan yang spontan tentu pelayanan yang diberikan kepada orang lain tanpa ada permintaan, ada inisiatif dari dalam diri yang dengan hati yang iklas untuk melayani sesama yang membutuhkan uluran tangan kita. Pelayanan karitatif yang diberikan dalam bentuk materi misalnya dalam bentuk uang atau dana kepada sesama yang lagi membutuhkan untuk keperluan yang sangat mendesak. Sedangkan pelayanan pemberdayaan yaitu bantuan yang diberikan untuk tujuan pemberdayaan orang lain yang membutuhkan dalam hidup dan usaha. Melalui pelayanan diakonia ini, sebagai umat kristiani yang yang sudah menerima sakramen penguatan mempunyai kesadaran di dalam diri untuk turut dalam pelayanan, memberikan bantuan kepada orang yang membutuhkan dan senantiasa bisa menjadi berkat bagi semua orang. Dengan pelayanan ini sakramen penguatan sangat memberi pengaruh dalam diri kita untuk hidup saling berbagi dan saling melayani (KomKAT, 2012: 47-48).


(43)

d. Bidang Kerygma

Sebagai umat Kristiani yang telah menerima sakramen penguatan, kita dipanggil Kristus untuk mewartakan Kerajaan Allah melalui tugas-tugas pewartaan misalnya membahas Kitab Suci, memimpin pendalaman iman, dan memberikan renungan dalam suatu kelompok tertentu. Sebagai pewarta tentu mempersiapkan diri dengan lebih baik dengan mengikuti pembekalan diri dengan rajin membaca Kitab Suci, ajaran-ajaran Gereja (KomKAT, 2012: 48).


(44)

BAB III

KETERLIBATAN UMAT DALAM HIDUP MENGGEREJA DI STASI PUSAT PAROKI SALIB SUCI NANGA TEBIDAH

KALIMANTAN BARAT

Pada bab III ini akan diuraikan; pertama tentang gambaran umum Paroki Salib Suci Nanga Tebidah, yang meliputi sejarah berdirinya Paroki Salib Suci Nanga Tebidah, Visi-Misi Paroki Salib Suci Nanga Tebidah, kegiatan umat di Stasi Pusat Paroki Salib Suci Nanga Tebidah. Kedua; Penelitian tentang keterlibatan umat dalam hidup menggereja di Stasi pusat Paroki Salib Suci Nanga Tebidah, yang mencakup latar belakang penelitian, rumusan permasalahan, tujuan penelitian, jenis penelitian, tempat dan waktu penelitian, narasumber penelitian, instrumen pengumpulan data, pengolahan data, analisa data, variabel penelitian dan hasil penelitian.

A. Gambaran umum Paroki Salib Suci Nanga Tebidah

1. Sejarah singkat berdirinya Paroki Salib Suci Nanga Tebidah

Berdasarkan buku Kenangan dan Syukur 50 tahun Gereja Katolik Keuskupan Sintang 1961-2011, akan dipaparkan latar belakang sejarah Paroki Salib Suci Nanga Tebidah yang menjadi salah satu paroki di bawah naungan Keuskupan Sintang, Kalimantan Barat. Paroki ini terletak di Kecamatan Kayan Hulu, Kabupaten Sintang, Kalimantan Barat. Paroki Salib Suci Nanga Tebidah berdiri pada tahun 1985. Berawal dari kapel St. Markus Laon Menggiling yang telah berdiri pada tahun 1972, kemudian pada tahun 1993 berdiri kelompok basis


(45)

dari anak-anak SD oleh Mantra Tomet yang berasal dari Anjungan. Setahun kemudian kelompok basis anak-anak SD ini dilanjutkan oleh salah satu guru SDN 01 Nanga Tebidah yang bernama Petrus Banjar dari Longkong Potah. Pada tahun 1975 berdiri kebapukan sekaligus membangun sebuah kapel Santa Maria yang berukuran kurang lebih 6x8 cm yang disponsori oleh Mantra Tomet. Kebapukan (stasi) tersebut terdiri dari 4 kebapukan, yaitu:

1). Kebapukan (stasi) Laon Menggiling dikoordinator oleh Bapak Danel Adok 2). Kebapukan (stasi) Nanga Tebidah dikoorinator oleh Bapak F. P. Antong 3). Kebapukan (stasi) Empakan dikoordinator oleh Bapak Hardiman K

4). Kebapukan(stasi) Lintang Tambuk dikoordinator oleh Bapak Markus Udat. Adapun stasi tersebut berlaku mulai dari tahun 1975 sampai 1984. Seiring dengan berjalannya stasi berdiri beberapa kapel antara lain, Pelaik Tonggoi, Jolai, Empakan, Lintang Tambuk, Bangau, Menaluk dan Madak, yang dibangun menggunakan dana subsidi desa gaya lama dan pada tahun 1985 berdirilah sebuah paroki Salib Suci Nanga Tebidah yang waktu itu pastor pertamanya adalah pastor Natalis Nongnapa dan sekaligus membangun gereja di pusat Paroki. Selanjutnya pembangunan tersebut diselesaikan oleh P. Basio Valentino, CM pada tahun 1987 yang diresmika oleh Camat Kecamatan Kayan Hulu. Melihat kondisi perkembangan umat yang begitu pesat, maka pada tahun 2005 dibangunlah gereja baru yang peletakan batu pertama oleh Bupati Sintang, Drs. Simon Djalil dan diresmikan oleh Gubernur Kalimantan Barat, Bapak Cornelis SH, MH yang diwakili oleh Drs. Liong MM pada tanggal 25 Juni 2009.


(46)

Seiring berjalannya waktu dan perkembangan umat sehingga di Paroki Salib Suci ini membawahi 24 Stasi dan 6 Lingkungan serta kurang lebih jumlah KK umat katolik adalah 1.324 KK. Adapun lingkungan-lingkungan yang ada di Paroki Salib Suci Nanga Tebidah yaitu Lingk. Entogong, lingk. Pasar, lingk. Nanga Libu, lingk. Gunung Berangkat, lingk. Tonak Goneh, lingk. Kansu, dan ada 24 Stasi yaitu st. Soli, St. Laman Datar, St. Rasau, St. Pelaik, St. Tonggoi, St. Semadai. St. Madak, St. Nanga Toran, St. Riam Panjang, St. Beruak, St. Nanga Tampang, St. Topan, St. Empakan, St. Tanjung Lalau, St. Jolai Kelait, St. Lintang Tambuk, St. Pelaik Mendayan, St. Bangau, St. Plembak-Pintas, St. Pandau, St. Nanga Masau, St. Pengonsah, St. Melaban Pedini, St. Menaluk. Adapun jumlah umat yang ada di Paroki Salib Suci Nanga Tebidah adalah 1.324 KK.

2. Visi-misi Paroki Salib Suci Nanga Tebidah

Berdasarkan buku Kenangan dan Syukur 50 tahun Gereja Katolik Keuskupan Sintang 1961-2011, dapat diuraikan Visi dan Misi Paroki Salib Suci Nanga Tebidah sebagai berikut:

Visi Paroki

Umat Allah dalam bimbingan Roh Kudus, mewujudkan Paroki Salib Suci yang beriman mendalam, mandiri, berkualitas dan partisipatif dalam kesederhanaan, serta rekat dalam persaudaraan.

Misi Paroki


(47)

2) Mandiri, transparansi dan partisipatif dalam dana/keuangan serta adil dalam pembangunan.

3) Persaudaraan dan solidaritas, antar umat atau stasi.

4) Bina iman dan remaja (pembentukan karakter, pengkaderan atau kepemimpinan, dan pendidikan).

5) Bina lanjut stasi.

6) Membangun hubungan yang harmonis antar agama dan pemerintah. 7) Selalu mengupayakan komunikasi dialogis.

3. Kegiatan-kegiatan umat dalam hidup menggereja di Stasi pusat Paroki Salib Suci Nanga Tebidah

Berdasarkan hasil observasi di lapangan diperoleh data-data tentang kegiatan umat di gereja Stasi pusat Paroki Salib Suci Nanga Tebidah yang terlaksana melalui kegiatan yang secara rutin oleh umat di lingkungan stasi pusat Paroki Salib Suci Nanga Tebidah seperti Ekaristi setiap minggu dan hari raya lainnya, doa lingkungan, pendalaman iman pada bulan Kitab Suci, doa Rosario pada bulan Maria, doa Lingkungan oleh ibu WK.

Kegiatan khas Paroki Salib Suci Nanga Tebidah yaitu kegiatan Paroki Cup yang dilaksanakan empat tahun sekali, biasanya kegiatan tersebut dilaksanakan di Paroki maupun di stasi yang sudah ditentukan sebagai tuan rumah. Kegiatan ini diikuti oleh seluruh umat yang ada di Paroki Salib Suci Nanga Tebidah pusat maupun umat yang ada di stasi-stasi. Kegiatan Paroki CUP dirangkai dengan berbagai perlombaan seperti lomba paduan suara, lomba Baca Kitab Suci, lomba


(48)

cerdas cermat Alkitab, lomba renungan, permainan tarik tambang, volley, bola dangdut, lari karung, panjat pohon pinang, nyumpit, tenis meja, pimpong, badminton, dll. Umat yang mengikuti kegiatan ini sangat antusias. Kegiatan paroki Cup ini biasanya dilaksanakan dalam waktu lima hari yaitu yang dimulai pada tanggal 28 Desember sampai tanggal 1 Januari. Kegiatan ini diakhiri dengan penutupan tahun dan penyambutan tahun baru. Adapun kegiatan lainnya yang diikuti oleh umat antar stasi yaitu Natal bersama anak-anak yang dilaksanakan setelah natal pada bulan Desember, temu WKRI antar stasi.

B. Metode Penelitian

1. Latar Belakang Penelitian

Ada beberapa hal yang menjadi latar belakang penulis dalam melakukan penelitian ini, yaitu penulis ingin mengetahui bagaimana pemahaman umat tentang perayaan Ekaristi itu sendiri yang selama ini sudah dirayakan di gereja pada hari minggu maupun pada hari raya khusus lainnya, keterlibatan umat dalam mengikuti perayaan Ekaristi di gereja stasi pusat Paroki, keaktifan umat dalam melibatkan diri, dan keterlibatan umat dalam bentuk kegiatan-kegiatan yang telah dilakukan oleh umat di stasi pusat Paroki.

Selain itu juga penulis ingin mengetahui faktor mendukung dan faktor penghambat keterlibatan umat dalam perayaan Ekaristi di Gereja stasi pusat Paroki Salib Suci Nanga Tebidah terutama dalam kegiatan-kegiatan yang diikuti sehingga penulis dapat mengetahui dan menemukan upaya-upaya apa saja yang dapat dilakukan untuk tetap meningkatan keterlibatan umat. Oleh karena itu


(49)

penulis melakukan penelitian terhadap umat yang ada di stasi pusat Paroki Salib Suci Nanga Tebidah. Hal ini semua penulis lakukan untuk membantu umat untuk melibatkan diri secara penuh dalam berbagai kegiatan yang ada di stasi pusat Paroki Salib Suci Nanga Tebidah.

2. Rumusan Permasalahan a. Apa arti dari Perayaan Ekaristi?

b. Apa tujuan mengikuti Perayaan Ekaristi?

c. Bagian apa saja yang termasuk dalam Tata Perayaan Ekaristi? d. Bagaimana umat melibatkan diri dalam perayaan Ekaristi? e. Kagiatan apa saja yang ada di stasi pusat Paroki?

f. Apa dampak dari mengikuti Perayaan Ekaristi?

g. Seberapa aktif umat melibatkan diri dalam berbagai kegiatan yang ada di stasi pusat Paroki?

h. Faktor pendukung apa saja yang sering dijumpai dalam keterlibatan umat dalam hidup menggereja di stasi pusat Paroki?

i. Faktor penghambat apa saja yang sering dijumpai dalam keterlibatan umat dalam hidup menggereja di stasi pusat Paroki?

j. Apa harapan terhadap keterlibatan umat dalam mengikuti Perayaan Ekaristi di stasi pusat Paroki Salib Suci Nanga Tebidah, sehingga dapat menemukan bentuk dan model materi yang dapat diberikan untuk meningkatkan keterlibatan umat dalam hidup menggereja.


(50)

3. Tujuan Penelitian

Adapun tujuan penelitian yang dilakukan yaitu:

a. Untuk mengetahui pemahaman umat mengenai Perayaan Ekaristi b. Untuk mengetahui tujuan mengikuti Perayaan Ekaristi?

c. Untuk mengetahui bagian-bagian yang termasuk dalam Tata Perayaan Ekaristi? d. Untuk mengetahui keterlibatan umat dalam perayaan Ekaristi

e. Untuk mengetahui kegiatan yang ada di stasi pusat Paroki f. Untuk mengetahui dampak dalam mengikuti Perayaan Ekaristi?

g. Untuk mengetahui keaktifan umat dalam melibatkan diri diberbagai kegiatan yang ada di stasi pusat Paroki

h. Untuk mengetahui Faktor pendukung dan faktor penghambat yang sering dijumpai dalam keterlibatan umat dalam hidup menggereja di stasi pusat Paroki?

i. Untuk mengetahui harapan terhadap keterlibatan umat dalam mengikuti Perayaan Ekaristi di stasi pusat Paroki Salib Suci Nanga Tebidah, sehingga dapat menemukan bentuk dan model materi yang dapat diberikan untuk meningkatkan keterlibatan umat dalam hidup menggereja.

4. Jenis Penelitian

Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian kualitatif. Menurut Bogdan & Taylor dalam Gunawan (2013:82), penelitian kualitatif adalah prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tulisan atau lisan


(51)

dari orang-orang dan berperilaku yang dapat diamati yang diarahkan pada latar dan individu secara holistik.

5. Waktu dan Tempat Penelitian

Penelitian ini dilakukan pada tanggal 6-15 Juni 2016, di gereja Stasi pusat Paroki Salib Suci Nanga Tebidah Kalimantan Barat.

6. Narasumber Penelitian

Narasumber penelitian adalah ketua lingkungan dan anggota DPP stasi pusat Paroki Salib Suci Nanga Tebidah. Guna menentukan narasumber penelitian ini, peneliti menggunakan purposive sampel. Menurut Nasution dalam Prastowo (2014:44) purposive sampel yaitu peneliti tidak menggunakan sampel dan populasi yang banyak, sampel yang dipilih sesuai dengan tujuan masalah yang diteliti dalam sebuah populasi.

7. Instrumen Pengumpulan Data

Dalam pengumpulan data, penulis menggunakan tiga metode untuk melengkapi informasi yang diperlukan dalam penelitian yakni wawancara, dokumentasi, observasi langsung.

Penelitian dengan wawancara dimaksudkan untuk merekam percakapan dengan tujuan untuk mengkontruksi mengenai orang, kejadian, kegiatan organisasi, perasaan, motivasi dan tuntutan kepedulian dan mengubah serta memperluas konstruksi yang sedang dikembangkan oleh peneliti. Pada metode ini


(52)

peneliti dan narasumber berhadapan secara langsung. Wawancara dimaksudkan untuk mengarahkan suatu permasalahan tertentu yang berupa tanya jawab lisan, di mana dua orang atau lebih berhadap-hadapan secara fisik (Gunawan, 2013:160).

Tujuan peneliti memilih tokoh-tokoh umat yang ada di Gereja stasi pusat Paroki Salib Suci Nanga Tebidah yang menjadi subyek utama dalam penelitian ini, maka ketika penulis sedang meneliti, penulis mewawancari dan merekam keterlibatan umat dalam Perayaan Ekaristi, kegiatan-kegiatan baik yang sudah berlangsung selama ini maupun yang sedang dilakukan oleh umat yang mencakup bentuk waktu, suasana, faktor pendukung dan faktor penghambat, dan harapan dari umat dalam keterlibatan di stasi pusat Paroki. Jadi tujuan wawancara yang penulis lakukan yaitu untuk mendapatkan data-data secara primer dari narasumber yang mengalami dan mengikuti berbagai kegiatan yang ada di stasi pusat Paroki.

Teknik pengumpulan data selanjutnya adalah studi dokumen yaitu yang meliputi sumber buku yang tertulis mengenai sejarah paroki dan visi-misi Paroki. Dalam studi dokumen ini menjadi pelengkap dari pengunaan metode observasi dan wawancara.

Teknik pengumpulan data berikutnya observasi yaitu salah satu teknik pengumpulan data yang amat penting dalam metode kualitatif. Observasi ini menjadi penting karena dengan observasi maka penulis akan melakukan secara langsung untuk mengamati, melihat kejadian yang sebenarnya di lapangan dari subyek penelitian. Dari pengamatan secara langsung tersebut, peneliti akan mendapatkan banyak catatan-catatan tentang keterlibatan umat dalam hidup menggereja yang ada di stasi pusat Paroki yang dapat digunakan untuk menunjang


(53)

penelitian. Observasi ini dilakukan dengan sunguh-sungguh seperti obyek yang sedang diobservasikan. Peneliti juga memungkinkan mampu memahami situasi-situasi rumit yang mungkin terjadi jika peneliti ingin memperhatikan beberapa tingkah laku sekaligus. Jadi peneliti dapat menjadi alat yang ampuh untuk situasi-situasi yang amat rumit dan untuk perilaku yang kompleks (Gunawan, 2013:145).

8. Pengolahan Data

Teknik pengolahan data merupakan salah satu bagian dari rangkaian kegiatan penelitian setelah pengumpulan data. Setelah pengumpulan data, proses selanjutnya adalah pengolahan data dimana data yang masih mentah perlu diolah sedemikian rupa sehingga menjadi sebuah informasi yang pada akhirnya dapat digunakan sebagai jawaban masalah-masalah yang sudah ditemukan dalam penelitian dan tujuan penelitian.

9. Analisis Data

Setelah selesai mengolah data, peneliti selanjutnya melakukan analisis data. Data yang sudah diolah perlu dianalisis yang sudah diperoleh dari penelitian yang mempunyai makna dan arti dari sebuah proses pemecahan masalah penelitian.

10. Variabel Penelitian

Ada dua variabel penelitian yang hendak diteliti dalam penulisan ini, yaitu Perayaan Ekaristi dan keterlibatan umat dalam hidup menggereja.


(54)

Adapun deskripsi variabel yang diungkapkan dalam penelitian ini ialah: a. Pemahaman umat tentang Perayaan Ekaristi

b. Tujuan umat dalam mengikuti Perayaan Ekaristi

c. Bagian-bagian yang termasuk dalam Tata Perayaan Ekaristi d. Umat melibatkan diri dalam Perayaan Ekaristi

e. Kegiatan yang ada di stasi Pusat Paroki f. Dampak mengikuti Perayaan Ekaristi

g. Keaktifan umat dalam melibatkan diri diberbagai kegiatan yang ada di stasi Pusat Paroki

h. Faktor pendukung yang sering dijumpai dalam keterlibatan umat dalam hidup menggereja di stasi pusat Paroki

i. Faktor penghambat yang sering dijumpai dalam keterlibatan umat dalam hidup menggereja di stasi pusat Paroki

j. Harapan untuk kedepannya dengan keterlibatan umat dalam mengikuti Perayaan Ekaristi dan berbagai kegiatan yang ada di stasi pusat Paroki.

C. Laporan hasil penelitian keterlibatan umat dalam hidup menggereja di Stasi Pusat Paroki Salib Suci Nanga Tebidah, Kalimantan Barat

Pada bagian ini penulis akan memaparkan hasil penelitian berdasarkan penelitian yang telah dilaksanakan pada hari senin tanggal 6-15 Juni 2016 untuk 8 narasumber pengurus DPP dan ketua lingkungan di Stasi pusat paroki Salib Suci Nanga Tebidah. Penelitian ini menggunakan wawancara dan observasi langsung. Wawancara ini penulis tujukan kepada pengurus DPP dan ketua lingkungan,


(55)

sedangkan observasi secara langsung dilakukan penulis dengan berkunjung saat ada kegiatan di stasi pusat Paroki.

1. Laporan Hasil Wawancara

Narasumber wawancara ini adalah pengurus DPP dan ketua lingkungan di stasi pusat Paroki Salib Suci Nanga Tebidah. Ada 10 hal yang menjadi fokus pertanyaan dalam wawancara ini. Sepuluh pertanyaan tersebut yaitu: (a) Arti dari Perayaan Ekaristi (b) Tujuan mengikuti Perayaan Ekaristi (c) Yang termasuk dalam Tata Perayaan Ekaristi (d) Cara umat melibatkan diri dalam Perayaan Ekaristi (e) Kegiatan yang ada di stasi pusat Paroki (f) Dampak dari keterlibatan umat mengikuti Perayaan Ekaristi (g) Keaktifan umat dalam melibatkan diri diberbagai kegiatan yang ada di stasi pusat Paroki (h) Faktor pendukung yang sering dijumpai dalam keterlibatan umat dalam hidup menggereja di stasi pusat Paroki (i) Faktor penghambat yang sering dijumpai dalam keterlibatan umat dalam hidup menggereja di stasi pusat Paroki (j) Harapan sehubungan pelaksanaan Perayaan Ekaristi, agar mendorong umat semakin terlibat dalam hidup menggereja di stasi pusat paroki.

Hal pertama, ditanyakan tentang apa arti dari Perayaan Ekaristi. Menurut Narasumber 1 yang mengatakan bahwa Perayaan Ekaristi adalah perkumpulan para umat untuk berdoa dan menyambut Tubuh Kristus {Lampiran wawancara halaman (3)}. Hal serupa juga diungkapkan oleh Narasumber 2 bahwa Perayaan Ekaristi ialah Perkumpulan para umat pada hari Raya {Lampiran wawancara halaman (4)}. Begitu juga yang dikatakan oleh Narasumber 4 bahwa Perayaan


(56)

Ekaristi adalah Perayaan bagian dari Tubuh dan Darah Kristus {Lampiran wawancara halaman (6)}. Pernyataan lain diungkapkan oleh Narasumber 6 yang mengatakan bahwa Perayaan Ekaristi yaitu Perayaan besar, Perayaan yang berbeda dari Perayaan biasanya yaitu Perayaan berjumpa dengan Tuhan {Lampiran wawancara halaman (9)}. Sedangkan pendapat yang dinyatakan oleh Narasumber 5 tentang Perayaan Ekaristi ialah Perayaan berjumpa dengan Tuhan, Perayaan menyambut Tubuh dan darah Kristus {Lampiran wawancara halaman (8)}. Pernyataan Narasumber 7 Perayaan Ekaristi ialah Puncak dari tubuh dan darah Kristus {Lampiran wawancara halaman (10)}. Pernyataan serupa diungkapkan oleh Narasumber 8 Perayaan Ekaristi adalah Puncak hidup orang katolik karena dalam Perayaan Ekaristi mengenang kembali Kristus dalam rupa Roti dan Anggur yang kita sambut {Lampiran wawancara halaman (11)}. Pernyataan lain diungkapkan oleh Narasumber 3 Perayaan Ekaristi ialah Perayaan Kudus, Perayaan sakral bukan sekedar lambang” {Lampiran wawancara halaman (5)}.

Dari hasil ini penulis dapat menyimpulkan dari hasil penelitian ini dapat digambarkan bahwa pemahaman umat mengenai Perayaan Ekaristi sudah cukup baik, umat sudah mengerti dengan merayakan Perayaan Ekaristi selain berjumpa dengan saudara dan saudari seiman juga untuk mengenang kembali peristiwa Perjamuan Kristus pada malam terakhir.

Hal kedua yang ditanyakan tentang tujuan umat mengikuti Perayaan Ekaristi. Menurut Narasumber 1 yang mengatakan bahwa Tujuan umat mengikuti Perayaan Ekaristi ialah sebagai umat yang beriman bukan hanya sebagai


(57)

kewajiban saja namun adanya kesadaran dari individu seseorang untuk datang merayakan Perayaan Ekaristi {Lampiran wawancara halaman (3)}. Menurut narasumber 2 mengatakan bahwa tujuan umat dalam mengikuti Perayaan Ekaristi ialah melalui sabda dengan membuka harapan dan pikiran untuk memahami bagaimana aku menyambut Tubuh dan Darah Kristus {Lampiran wawancara halaman (4)}.

Narasumber 4 memberi keterangan mengenai tujuan umat mengikuti Perayaan Ekaristi yakni untuk mengingat kembali akan Peristiwa Kristus melalui Perayaan Ekaristi, tanpa kehadiran Kristus merasa ada yang kurang dalam diri umat namun dengan hadirnya seorang Imam sebagai perantara untuk menerima Tubuh dan Darah Kristus yang memimpin dalam Perayaan Ekaristi akan menjadi pelengkap bagi umat dalam merayakan Perayaan Ekaristi {Lampiran wawancara halaman (6)}. Selain itu keterangan Narasumber 8 mengungkapkan bahwa tujuan umat merayakan Perayaan Ekaristi ialah untuk bertemu dan merasakan kehadiran Tuhan lewat Perjamuan Ekaristi {Lampiran wawancara halaman (11)}.

Narasumber 5 memberi keterangan mengenai tujuan umat mengikuti Perayaan Ekaristi ialah supaya umat merasa damai, tenang dan berjumpa dengan saudara-saudari seiman {Lampiran wawancara halaman (8)}. Pendapat dari Narasumber 7 mengatakan bahwa berkumpul bersama saudara Kristus sebagai umat Allah {Lampiran wawancara halaman (10)}. Menurut Narasumber 6 tentang tujuan umat merayakan Perayaan Ekaristi adalah supaya doa untuk keluarga dapat dikabulkan dan menyambut Tubuh Tuhan {Lampiran wawancara halaman (9)}.


(58)

Pernyataan dari Narasumber 3 tujuan umat Merayakan Perayaan Ekaristi adalah mempersatukan diri dengan Tuhan {Lampiran wawancara halaman (5)}.

Dari hasil ini penulis dapat menyimpulkan dari hasil penelitian ini dapat digambarkan bahwa umat mengetahui apa tujuan sebenarnya untuk mengikuti Perayaan Ekaristi selain merayakan Perayaan Ekaristi sebagai kewajiban, umat juga dapat mempersatukan diri dengan Tuhan sehingga merasa damai, tenang dan Iman akan Kristus semakin diperdalam dan harapan akan hidupnya semakin dipenuhi. Menyambut Tubuh dan Darah Kristus juga menjadi salah satu pelengkap bagi Umat untuk menghadirkan dan mengenang kembali Peristiwa Kristus.

Hal ketiga yang ditanyakan mengenai apa saja bagian-bagian yang termasuk dalam Tata Perayaan Ekaristi. Menurut Narasumber 1 bagian-bagian yang termasuk dalam Tata Perayaan Ekatisti ialah bahwa Ada kelompok umur yang mengerti bagian-bagian Tata Perayaan Ekaristi, bahkan sebelum Perayaan Ekaristi dimulai terlebih dahulu dibacakan katekese (penjelasan mengenai Tata Perayaan Ekaristi) dengan tujuan supaya umat lebih memahami bagian-bagian Perayaan Ekaristi, dalam setiap mingguan selalu dibacakan bagian-bagian Tata Perayaan Ekaristi karena umat yang datang ke Perayaan Ekaristi tidak sekedar untuk menyambut Tubuh dan Darah Kristus namun umat juga harus mengerti bagian-bagian Tata Perayaan Ekaristi {Lampiran wawancara halaman (3)}. Keterangan juga diberikan oleh Narasumber 3 yaitu bahwa umat sudah mengerti bagian-bagian Tata Perayaan Ekaristi {Lampiran wawancara halaman (5)}. Menurut Narasumber 4 menerangkan bahwa pemahaman umat mengenai


(59)

bagian-bagian yang termasuk dalam Tata Perayaan Ekaristi ialah sekitar 60% sudah memahami, karena dipengaruhi oleh pendidikan yang dimiliki setiap umat, 40% non pendidikan, secara pelan-pelan umat sudah bisa memahami tentang liturgi Perayaan Ekaristi {Lampiran wawancara halaman (6)}. Pernyataan diungkapkan oleh narasumber 6 mengenai bagian-bagian yang termasuk dalam Tata Perayaan Ekaristi umat memahami sekitar 70% dan 30% hanya mengikuti saja {Lampiran wawancara halaman (9)}.

Narasumber 8 mengatakan bahwa umat mengerti bagian-bagian yang termasuk dalam Tata Perayaan Ekaristi yaitu bagian Persembahan kudus, doa syukur, Anak domba Allah, komuni, doa sesudah komuni, namun masih ada juga umat yang belum memahami dan mengerti bagian-bagian yang termasuk dalam Tata Perayaan Ekaristi {Lampiran wawancara halaman (11)}. Hal yang serupa juga diungkapkan oleh Narasumber 5 bahwa umat mengerti bagian Doa persembahan, kudus, Bapa kami, anak Domba Allah, komuni, doa sesudah komuni, namun ada juga umat yang mengerti bagian-bagian Tata Perayaan Ekaristi tidak secara teori {Lampiran wawancara halaman (8)}. Pernyataan yang diungkapkan oleh Narasumber 7 tentang bagian-bagian yang termasuk dalam Tata Perayaan Ekaristi ialah Salam, doa pembuka, doa tobat, Tuhan Kasihanilah, umat hanya mengikuti dan ada sebagian umat yang paham” {Lampiran wawancara halaman (9)}.

Dari hasil ini penulis dapat menyimpulkan dari hasil penelitian ini dapat digambarkan bahwa umat sudah mengetahui bagian mana saja yang termasuk dalam Tata Perayaan Ekaristi jadi umat tidak hanya sekedar mengikuti Perayaan Ekaristi saja namun tugas umat juga wajib untuk mengetahui bagian-bagian yang


(60)

termasuk di dalamnya, sehingga pada saat umat ditugaskan terutama pada saat tugas bacaan, Mazmur, doa umat, sudah tau pada saat mana umat harus mempersiapkan diri dengan baik, meskipun tidak banyak umat mengetahui secara teori namun setidaknya umat sudah paham dan mengerti.

Hal keempat yang ditanyakan bagaimana keterlibatan umat dalam Perayaan Ekaristi. Menurut keterangan dari Narasumber 1 bahwa keterlibatan umat sudah cukup baik, umat sudah bisa mengambil bagian ketika mendapat tugas dalam Perayaan Ekaristi, kecuali ada limpahan dari umat lain yang tidak siap bertugas, umat yang mendapat limpahan tersebut sudah bisa menyiapkan diri dengan baik walaupun persiapan dengan waktu yang sangat singkat {Lampiran wawancara halaman (3)}. Menurut Narasumber 2 mengungkapkan mengenai keterlibatan umat dalam Perayaan Ekaristi bahwa semua umat terlibat, meskipun masih lemah dalam persiapan terutama dalam tugas bacaan dan mazmur, namun sebagian besar umat mau terlibat. Umat yang terlibat tanpa mengharapkan jasa dan ada inisiatif dari umat sendiri untuk mengambil bagian-bagian dalam Tugas Perayaan Ekaristi {Lampiran wawancara halaman (4)}. Hal serupa juga diungkapkan oleh Narasumber 8 yaitu umat mengikuti Perayaan Ekartisti dengan penuh khidmat/perhatian penuh, menyambut komuni, menjadi petugas liturgi, lektor, misdinar dan kolekte {Lampiran wawancara halaman (11)}. Menurut Narasumber 6 keterlibatan umat dalam mengikuti Perayaan Ekaristi yaitu bahwa semua umat ambil bagian dan bertanggungjawab dalam tugas liturgi, dan juga di setiap lingkungan umat terlibat {Lampiran wawancara halaman (9)}. Pernyataan juga diberikan oleh Narasumber 5 mengenai keterlibatan umat dalam Perayan


(61)

Ekaristi sebagai berikut: “Dengan cara ikut bernyanyi, ikut berdoa, ikut terlibat dalam tugas-tugas Perayaan Ekaristi” {Lampiran wawancara halaman (8)}.

Narasumber 7 mengungkapkan mengenai keterlibatan umat dalam Perayaan Ekaristi yaitu sudah cukup baik, namun ada juga umat yang terlibat ketika ada tugas dalam Perayaan Ekaristi {Lampiran wawancara halaman (10)}. Pernyataan diungkapkan oleh Narasumber 3 sebagai berikut: “umat terlibat di saat ditunjuk atau mendapatkan jadwal ditugaskan” {Lampiran wawancara halaman (5)}. Keterangan juga diberikan oleh Narasumber 4 yang mengatakan bahwa umat yang terlibat dalam Perayaan Ekaristi ialah:

Belum ada persiapan ketika mendapat tugas bacaan, mazmur yang sudah mulai berkembang sejak 2 tahun ini, persiapan koor yang baik, pemeriksaan batin 60%, persiapan untuk menerima Hosti, dalam bacaan belum menyimak dengan baik, suasana belum kusuk/tidak konsentrasi {Lampiran wawancara halaman (6)}

Dari hasil ini penulis dapat menyimpulkan dari hasil penelitian ini dapat digambarkan bahwa ketika umat mendapatkan tugas terutama pada saat Perayaan Ekaristi umat selalu siap sedia baik itu mendapatkan tugas yang terjadwal ataupun mendapatkan tugas limpahan dari pertugas lain yang belum siap. Umat sudah punya kesadaran dan inisiatif tanpa harus diperintah ataupun diminta tolong dengan sangat yang berlebihan, selain keterlibatan dalam Perayaan Ekaristi, umat juga terlibat dalam kegiatan apapun tanpa harus diundang umat juga punya inisiatif untuk terjun langsung bersama umat yang lain dan tanpa sedikitpun mengharapkan balasan jasa karena umat sudah punya kesadaran sebagai anggota Gereja wajib untuk ikut terlibat dalam membangun Gereja bersama umat yang lainnya.


(62)

Hal kelima yang ditanyakan tentang kegiatan apa saja yang ada di stasi pusat Paroki. Keterangan dari Narasumber 1 mengungkapkan bahwa kegiatan yang ada di stasi pusat Paroki yaitu kegiatan menurut kelompok-kelompok yang ada, misalnya PIA ada sekolah minggu, Natal bersama. OMK ada kegiatan Misdinar, kegiatan DPP misalnya memprogramkan kegiatan-kegiatan gereja, gotong royong membersihkan lingkungan gereja, kegiatan Ibu-ibu WK yaitu Doa Rosario ibu WK {Lampiran wawancara halaman (3)}. Menurut Narasumber 4 mengatakan bahwa kegiatan-kegiatan rutin Ibu WK yang aktif, kegiatan gotong royong yang dilakukan oleh DPP, paskah bersama PIA, paskah bersama DPP, APP untuk seluruh umat yang dilaksanakan setiap masa Prapaskah, kegiatan OMK dan KMPK yaitu paskah bersama dalam bentuk kegiatan seperti lomba baca KS dan Khotbah {Lampiran wawancara halaman (6)}. Menurut Narasumber 2 mengatakan bahwa kegiatan yang ada di stasi pusat Paroki yaitu Kegiatan liturgi, kegiatan gotong royong dan gawai (pesta) {Lampiran wawancara halaman (4)}. Keterangan juga diberikan oleh narasumber 7 yang mengatakan bahwa ada kegiatan Paroki CUP, kegiatan Natal bersama, Paskah bersama, doa Ibu WK dan kunjungan OMK {Lampiran wawancara halaman (10)}. Narasumber 8 juga memberi keterangan bahwa kegiatan-kegiatannya seperti BKSN, kegiatan memperingati bulan Rosario, gotong royong, sekami (natal anak-anak PIA, dan paskah) kunjungan OMK antar Paroki {Lampiran wawancara halaman (11)}. Kegiatan serupa juga diutarakan oleh Narasumber 3 mengungkapkan mengenai kegiatan yang ada di stasi pusat Paroki ialah Kerja bakti, merangkul umat, rapat persiapan untuk kedepan, Doa lingkungan” {Lampiran wawancara halaman (5)}.


(63)

Keterangan juga diberikan oleh Narasumber 6 tentang kegiatan yang ada di stasi pusat Paroki yaitu kegiatan OMK setiap awal bulan ada Misa atau Ibadat di lingkungan-lingkungan, Masa Adven, Masa Prapaskah yang diisi dengan pendalaman Iman dan dipimpin oleh OMK {Lampiran wawancara halaman (9)}. Pernyataan juga diutarakan oleh Narasumber 5 tentang kegiatan yang adi di stasi pusat Paroki yaitu KPP, pertemuan Pemimpin umat, BKSN, Bulan Maria, bulan Rosario, Sekami, Doa lingkungan, kunjungan OMK {Lampiran wawancara halaman (8)}.

Dari hasil ini penulis dapat menyimpulkan dari hasil penelitian ini dapat digambarkan bahwa kegiatan yang ada di stasi pusat Paroki sudah disusun sangat baik sesuai dengan kelompok umat yang ada di stasi pusat Paroki. Kegiatan yang sudah pernah tiada dapat diadakan sehingga semangat umat pun semakin berkembang dengan kegiatan-kegiatan yang ada, terutama kelompok OMK yang sebelumnya belum ada kegiatan kunjungan OMK ketika diadakannya kunjungan OMK antar Paroki memberi semangat bagi OMK untuk turut terlibat didalamnya. Selain itu bagi kelompok Ibu-Ibu WK sudah menghidupkan kembali kegiatan doa keliling sehingga terlihat kembali ada kelompok Ibu-Ibu WK yang bersemangat untuk ikut serta dalam kegiatan yang ada. Begitu juga dengan kegiatan-kegiatan yang lain yang belum pernah maupun yang sudah lama ditiadakan ketika semua kegiatan itu diadakan kembali memberi semangat bagi semua umat yang ikut terlibat didalamnya dan organisasi Gereja dapat hidup kembali.

Hal keenam yang ditanyakan tentang dampak dari mengikuti perayaan Ekaristi. Menurut Narasumber 1 memberi keterangan mengenai dampak dari


(64)

mengikuti Perayaan Ekaristi ialah umat semakin terlibat aktif dalam mengikuti Perayaan Ekaristi {Lampiran wawancara halaman (3)}. Hal serupa juga diungkapkan oleh Narasumber 8 mengenai Dampak dari mengikuti Perayaan Ekaristi ialah umat semakin aktif {Lampiran wawancara halaman (11)}. Menurut Narasumber 5 dampak dari mengikuti Perayaan Ekaristi bahwa umat yang pernah bertugas tetap mau terlibat lagi, selain dalam perayaan Ekaristi juga mau terlibat dalam kegiatan lainnya {Lampiran wawancara halaman (8)}. Menurut Narasumber 7 yang mengatakan bahwa dampak dari mengikuti Perayaan Ekaristi yaitu umat semakin terlibat dengan adanya keikutsertaan dalam Perayaan Ekaristi {Lampiran wawancara halaman (10)}. Keterangan juga diberikan oleh Narasumber 6 yang mengatakan tentang dampak mengikuti Perayaan Ekaristi bahwa ada perubahan dari umat yang awalnya jarang terlibat menjadi aktif, semakin dekat dengan Gereja {Lampiran wawancara halaman (9)}. Keterangan diberikan oleh Narasumber 3 mengenai dampak dari mengukuti Perayaan Ekaristi bahwa umat Biasa-biasa {Lampiran wawancara halaman (5)}.

Keterangan yang diberikan oleh Narasumber 2 mengenai dampak dari mengikuti Perayaan Ekaristi sebagai berikut:

Pada saat ada teguran pada Perayaan Ekaristi tidak mau sembahyang, segi pakaian sudah berubah, segi dana sudah ada kemajuan dalam persembahan Ekaristi yang secara tidak langsung umat sudah terlibat melalui persembahan{Lampiran wawancara halaman (4)}.

Pernyataan juga diungkapkan oleh Narasumber 4 mengenai dampak dari mengikuti Perayaan Ekaristi sebagai berikut:

umat yang kurang aktif dalam Perayaan Ekaristi selalu ada rintangan, namun bagi umat yang aktif selalu melibatkan diri, rasa percaya diri, merasa ada panggilan, dihargai ketika mendapatkan tugas dalam Perayaan


(65)

Ekaristi akan mempengaruhi untuk terlibat dalam berbagai kegiatan yang ada di Paroki, sudah ada kesadaran umat untuk memberikan persembahan {Lampiran wawancara halaman (6)}.

Dari hasil ini penulis dapat menyimpulkan dari hasil penelitian ini digambarkan bahwa dengan mengikuti dan keterlibatan dalam Perayaan Ekaristi memberi dampak kepada umat. Ketika ada kegiatan di gereja umat terlibat tidak berhenti pada saat keterlibatannya di Perayaan Ekaristi namun umat juga melibatkan diri pada kegiatan-kegiatan yang lain, bahkan umat yang jarang terlibat menjadi lebih terlibat lagi, apalagi ketika ada kegiatan yang sangat memberikan manfaat dan menyenangkan secara otomatis umat juga dengan senang hati untuk terlibat. Selain itu adapun umat yang jarang terlibat dikarenakan kesibukan umat namun tidak semata-mata dipandang bahwa umat tidak mau terlibat lagi.

Hal ketujuh yang ditanyakan mengenai seberapa keaktifan umat dalam melibatkan diri di berbagai kegiatan yang ada di stasi pusat Paroki. Menurut Narasumber 1 mengatakan bahwa keaktifan umat sudah cukup baik, umat mempunyai kesadaran untuk terlibat dalam Perayaan Ekaristi dan ada dorongan dari orang tua untuk melibatkan anaknya dalam mengikuti kegiatan-kegiatan di Gereja {Lampiran wawancara halaman (3)}. Keterangan yang diberikan oleh Narasumber 4 mengenai seberapa keaktifan umat dalam melibatkan diri di berbagai kegiatan yang ada di stasi pusat Paroki bahwa umat cukup aktif, saling bekerjasama dalam mengambil bagian sesuai dengan kemampuan yang dimiliki setiap umat {Lampiran wawancara halaman (5)}. Pernyataan juga diungkapkan oleh Narasumber 6 tentang seberapa keaktifan umat dalam melibatkan diri di


(66)

berbagai kegiatan yang ada di stasi pusat Paroki ialah Aktif {Lampiran wawancara halaman (9)}. Keterangan menurut Narasumber 8 tentang seberapa keaktifan umat dalam melibatkan diri di berbagai kegiatan yang ada di stasi pusat Paroki yaitu umat terlihat aktif ketika ada kegiatan yang membuat umat mau terlibat sehingga umat yang tidak aktif menjadi aktif lagi {Lampiran wawancara halaman (11)}. Menurut Narasumber 3 yang mengatakan tentang seberapa keaktifan umat dalam melibatkan diri di berbagai kegiatan yang ada di stasi pusat Paroki bahwa keaktifan umat sekitar 50% {Lampiran wawancara halaman (5)}. Hal serupa yang diungkapkan oleh Narasumber 7 mengenai seberapa keaktifan umat dalam melibatkan diri di berbagai kegiatan yang ada di stasi pusat Paroki bahwa umat aktif 50% sedangkan umat yang lain karena faktor waktu dan kesibukan dengan berbagai pekerjaan {Lampiran wawancara halaman (10)}. Pernyataan juga diungkapkan oleh Narasumber 5 mengeni seberapa keaktifan umat dalam melibatkan diri di berbagai kegiatan yang ada di stasi pusat Paroki bahwa umat tertentu yang benar-benar aktif 70%-80%. Orang tua dan muda mau aktif. Secara keseluruhan umat aktif {Lampiran wawancara halaman (8)}. Keterangan juga diberikan oleh Narasumber 2 tentang seberapa keaktifan umat dalam melibatkan diri di berbagai kegiatan yang ada di stasi pusat Paroki ialah yang terlibat orang-orang itu saja, tidak ada perkembangan dan bagi yang aktif mempunyai inisiatif untuk mengambil bagian tugas dalam kegiatan” {Lampiran wawancara halaman (4)}.

Dari hasil ini penulis dapat menyimpulkan dari hasil penelitian ini digambarkan bahwa keaktifan umat sudah cukup baik, banyak dorongan ataupun


(1)

Gambar 3: Gotong royong Ibu-Ibu WK memasak

Gambar 4: Pelantikan Pengurus DPP


(2)

Gambar 5: Penerimaan Sakramen Krisma


(3)

LAMPIRAN KEENAM

Cerita tentang Mujizat Ekaristi di Luciano

MUJIZAT EKARISTI DI LUCIANO

Mukjizat yang terjadi sekitar tahun 700-an di kota Lanciano, yang pada waktu itu dikenal sebagai Anxanum, sebuah kota Romawi kuno yang terletak di bagian tenggara kota Roma.Suatu hari, seorang imam biarawan mempersembahkan Kurban Kudus Misa.Tampaknya, ia dikuasai keragu-raguan akan transsubstansiasi; ia tersiksa dengan pertanyaan apakah roti dan anggur sungguh berubah substansinya menjadi Tubuh dan Darah Kristus pada saat kata-kata konsekrasi diucapkan, dan apakah Kristus sungguh hadir dalam Ekaristi Kudus.Saat itu, ketika imam mengucapkan kata-kata konsekrasi, hosti secara ajaib berubah menjadi daging dan anggur berubah menjadi darah. Imam sungguh terkejut. Ia menangis penuh sukacita dan ketika ia telah tenang kembali, ia berseru kepada umat yang

berkumpul sekeliling altar, katanya “O saksi-saksi yang berbahagia, kepada siapa Allah yang

Terberkati, untuk menghalau ketidakpercayaanku, telah bersedia menyatakan Diri-Nya dengan nyata di hadapan mata kita! Mari, saudara-saudaraku, kita mengagungkan Allah kita, yang begitu dekat kepada kita.Lihatlah Daging dan Darah Kristus kita yang Terkasih.”Mereka yang menyaksikan mukjizat segera saja menyebarluaskan berita tersebut ke seluruh wilayah sekitar. Segera sesudah mukjizat terjadi, Darah mengental menjadi lima gumpalan darah yang berbeda ukuran, tetapi Daging tetap tak berubah. Uskup Agung memerintahkan agar dilakukan penelitian.Kesaksian para saksi dicatat.Daging dan Darah tampak seperti daging dan darah manusia. Bapa Uskup Agung mengirimkan neraca untuk menimbang berat gumpalan darah: masing gumpalan ditimbang dan didapati bahwa berat masing-masing sama dengan yang lainnya (meskipun berbeda ukurannya). Pada akhirnya, Daging dan gumpalan Darah ditempatkan dalam sebuah wadah reliqui khusus yang terbuat dari gading, tetapi tidak disegel kedap udara.Para pejabat Gereja memaklumkan mukjizat meskipun dokumen aslinya hilang pada abad keenambelas.


(4)

LAMPIRAN KETUJUH Bacaan Kitab Suci

Markus 14:22-24

14:22 Dan ketika Yesus dan murid-murid-Nya sedang makan, Yesus mengambil roti, mengucap berkat, memecah-mecahkannyalalu memberikannya kepada mereka dan berkata: "Ambillah, inilah tubuh-Ku".

14:23 Sesudah itu Ia mengambil cawan, mengucap syukur lalu memberikannya kepada mereka, dan mereka semuanya minum dari cawan itu.

14:24 Dan Ia berkata kepada mereka: "Inilah darah-Ku, darah perjanjian, yang ditumpahkan bagi banyak orang”.


(5)

LAMPIRAN KEDELAPAN Teks lagu pembukaan

“Kasih”

Kasih pasti lemah lembut, kasih pasti memaafkan Kasih pasti murah hati, kasihMu kasihMu Tuhan

Ajarilah kami ini saling mengasihi Ajarilah kami ini saling mengampuni Ajarilah kami ini kasihMu ya Tuhan KasihMu kudus tiada batasnya


(6)

LAMPIRAN KESEMBILAN Teks lagu penutup “Yesus diutus Bapa di Surga” Yesus diutus Bapa di surga

Kini tugasku jadi utusan (Reff)

Ayat 1

Bapa mengutus Yesus, Sang Putra Membawa s’lamat bagi dunia Kita diutus Yesus Sang Guru

Bawalah damai pada sesama (Kembali ke reff)

Ayat 2

Tiada amal tanpa berkurban Ada karya tanpa derita

Salib dipanggul kurban ditanggung


Dokumen yang terkait

Penggunaan Bahasa Jawa dalam perayaan Ekaristi di Stasi Santo Fransiskus Xaverius Kemranggen, Paroki Santo Yohanes Rasul Kutoarjo.

4 72 183

Pengaruh keaktifan mengikuti perayaan Ekaristi terhadap keterlibatan tugas pelayanan (Diakonia) umat lingkungan Santo Xaverius Siyono Kuasi Paroki Santo Yusup Bandung Gunungkidul.

0 4 197

Dampak penggunaan handphone terhadap hidup beriman remaja di wilayah Ngabang Kota, Paroki Salib Suci Ngabang, Kalimantan Barat.

1 3 168

Pengaruh perayaan ekaristi terhadap keterlibatan umat dalam hidup menggereja di stasi pusat Paroki Salib Suci Nanga Tebidah Kalimantan Barat.

2 26 124

Upaya meningkatkan keterlibatan umat dalam hidup menggereja di Stasi Santo Lukas, Sokaraja, Paroki Santo Yosep Purwokerto Timur, Jawa Tengah melalui katekese umat model shared christian praxis.

29 354 137

Sumbangan katekese umat sebagai upaya untuk meningkatkan keterlibatan umat dalam hidup menggereja di Stasi Mansalong Paroki Maria Bunda Karmel Mansalong Kabupaten Nunukan.

2 16 158

Dampak penggunaan handphone terhadap hidup beriman remaja di wilayah Ngabang Kota, Paroki Salib Suci Ngabang, Kalimantan Barat

0 13 166

Pengaruh perayaan ekaristi bagi keterlibatan kaum muda dalam hidup menggereja di wilayah Brayat Minulya, Balecatur, Paroki Santa Maria Assumta, Gamping, Yogyakarta - USD Repository

1 3 135

Peningkatan pembinaan iman remaja melalui kaderisasi pembina dalam membentuk kepribadian yang matang remaja Katolik di Paroki Salib Suci Nanga Tebidah, Keuskupan Sintang, Kalimantan Barat - USD Repository

2 9 273

Deskripsi pengaruh ekaristi kaum muda terhadap keterlibatan hidup menggereja Orang Muda Katolik di Paroki Santo Antonius Kotabaru Yogyakarta - USD Repository

1 5 169