KEPERCAYAAN MASYARAKAT BATAK TOBA TERHADAP ADANYA SIGUMOANG (ROH JAHAT) DI DESA SIMANAMPANG KECAMATAN SIATAS BARITA KABUPATEN TAPANULI UTARA.

(1)

KEPERCAYAAN MASYARAKAT BATAK TOBA TERHADAP ADANYA SIGUMOANG (ROH JAHAT) DI DESA SIMANAMPANG KECAMATAN

SIATAS BARITA KABUPATEN TAPANULI UTARA

Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

Oleh: Devi Rianti Sinaga

Nim: 3103122010

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN ANTROPOLOGI

FAKULTAS ILMU SOSIAL

UNIVERSITAS NEGERI MEDAN

2014


(2)

(3)

(4)

(5)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas berkat dan penyertaanNya sehingga penulis mampu menyelesaikan skripsi yang berjudul “ Kepercayaan Masyarakat Batak Toba Terhadap Adanya Sigumoang (Roh Jahat) di Desa Simanampang Kecamatan Siatas Barita Kabupaten Tapanuli Utara”

Penulis juga tidak lupa menyampaikan rasa terimakasih bagi pihak-pihak yang telah memberikan motivasi maupun kontribusi bagi penulis, sehingga penulis mampu menyelasikan skripsi ini. Oleh karena itu, pada kesempatan ini penulis ingin menyampaikan rasa terimakasih yang sebesar-besarnya kepada:

1. Rektor Universitas Negeri Medan, Prof. Dr. Ibnu Hajar, M.Si.

2. Dekan Fakultas Ilmu Sosial, Dr. Restu MS beserta jajarannya yang telah memberikan segala kemudahan dalam penyelesaian skripsi ini.

3. Ketua Program Studi Pendidikan Antropologi, Ibu Puspitawati, M.Si yang telah memberikan fasilitas dan motivasi dalam penyelesaian skripsi ini sekaligus sebagai Dosen Pembimbing Skripsi penulis yang telah membimbing dan memberikan banyak masukan, arahan dan nasehat kepada penulis selama proses penyelesaian skripsi ini.

4. Bapak Drs.Waston Malau, M.Sp selaku Dosen Pembimbing Akademik penulis yang telah memberikan masukan, nasehat dan motivasi selama proses penyelesaian skripsi ini.


(6)

5. Ibu Dra.Trisni Andayani, M.Si dan Ibu Rosramdhana, M.Si selaku dosen penguji yang telah memberikan banyak masukan dalam perbaikan dan penyelesaian skripsi ini.

6. Seluruh Dosen dan Staf Antropologi FIS UNIMED yang telah memberikan ilmu selama perkuliahan hingga pada saat ini penulis dapat menyelesaikan studi ini tepat waktu

7. Teristimewa untuk Ayahanda P.Sinaga dan Ibunda T. Br Malau yang telah berjuang keras mendukung penulis hingga sampai pada saat ini juga memberikan motivasi yang tidak terhitung baik secara materi dan nonmateri sehingga penulis mampu menyelesaikan skripsi ini. Segala doa, nasehat-nasehat, kasih dan perhatian serta keringat kalian yang tak terhitung hingga mengantarkanku sampai saat ini. Tuhan lah yang membalas semua jerih payah mu Ayah dan Ibunda tercinta semoga kesehatan dan berkat Tuhan Yesus selalu bersama kalian.

8. Adik-adikku Dahliana Sinaga, Bobby Leonardo Sinaga dan Rita Sinaga, berkat dukungan kalian juga penulis mampu menyelesaikan studi dan skripsi ini. Semoga kalian diberkati Tuhan selalu dan diberi kesehatan dan kepintaran dalam belajar.

9. Spesial untuk Abangda Maringan Tampubolon, A.Md berkat dukungan mu dan perhatianmu yang selalu menemaniku hingga skripsi ini dapat terselesaikan. Tuhan Yesus memberkatimu dan kesuksesan selalu bersama mu.


(7)

10.Tulang R. Lumban Tobing selaku Kepala Desa Simanampang yang telah memberikan izin penelitian dalam penyelesaian skripsi ini.

11.Amangboru Tampubolon dan namboru Tambunan yang telah memberikan penginapan selama penulis melakukan penelitian di Desa Simanampang 12.Seluruh masyarakat Desa Simanampang yang telah bersedia menjadi

informan dalam penelitian penulis

13.Teman seperjuangan satu PS penulis Tiomahita Sinaga yang selalu mendesak penulis agar skripsi ini selesai dikerjakan.

14.Teman baik penulis David Siregar yang banyak membantu mencari refrensi dalam tulisan ini

15.Teman-teman kost penulis Kristina, Kak Dewi, Harun, Mejer, Tono dan yang lainnya.

16.Teman seperjuangan selama 4 tahun menempuh perkuliahan, Yuyun, Eno, kak Dep dan seluruh Teman-teman seperjuangan Mahasiwa/i Antropologi stambuk 2010, ( Antropologi’10 yes, we can!). kalian teman luar biasa 17.Kakak-kakak stambuk dan adik-adik stambuk Antropologi FIS Universitas

Negeri Medan (Satu Sama Bersaudara).

18.Teman-teman seperjuangan selama 3 bulan PPLT SMA N 1 Teluk Mengkudu kebersamaan kita akan menjadi kenangan yang terindah.

Serta kepada seluruh pihak-pihak yang tidak dapat penulis sebutkan namanya satu persatu. Semoga Tuhan membalas semua kebaikan Bapak/Ibu/Sdra/I dan melimpahkan segala berkatNya.


(8)

Pada akhirnya penulis menyadari bahwa skripsi ini belum begitu sempurna. Oleh karena itu penulis mengharapkan saran dan kritik yang membangun demi kesempurnaan skripsi ini. Semoga skripsi ini memberi manfaat bagi semua pihak.

Medan, Juli 2014

Penulis


(9)

ABSTRAK

DEVI RIANTI SINAGA. NIM : 3103122010. 2014. JUDUL PENELITIAN: KEPERCAYAAN MASYARAKAT BATAK TOBA TERHADAP ADANYA SIGUMOANG (ROH JAHAT) DI DESA SIMANAMPANG KECAMATAN SIATAS BARITA KABUPATEN TAPANULI UTARA.

Penelitian ini bertujuan mengetahui bagaimana kepercayaan masyarakat Desa Simanampang terhadap adanya sigumoang (roh jahat) dan bagaimana kepercayaan ini dapat bertahan sampai sekarang di Desa Simanampang

Penelitian ini merupakan Penelitian kualitatif dengan pendekatan deskriftif yang bertujuan agar data yang diharapkan sesuai dengan data yang diperoleh. Penelitian ini dilakukan melalui observasi dan wawancara kepada informan. Yang menjadi informan dalam penelitian ini adalah masyarakat Desa simanampang dengan informan kunci adalah orang-orang yang mengetahui permasalahan dalam penelitian ini.

Penelitian ini menemukan bahwa masyarakat percaya terhadap adanya sigumoang (roh jahat) yang pelihara oleh seseorang untuk kepentingan tertentu tetapi merugikan orang lain kemudian untuk menghindari ulah sigumoang tersebut masyarakat mempercayai bahwa darah babi dapat mengusir sigumoang dan mereka dapat terlindung dari ulah jahatnya. Faktor-faktor yang mempengaruhi kepercayaan ini dapat bertahan sampai sekarang ialah kebiasaan lama, mitos, adanya oknum yang telah mengaku memelihara sigumoang, dan kondisi masyarakat yang belum keseluruhan tersentuh budaya modern sehingga masyarakat sulit menerima perubahan.


(10)

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR………...I

ABSTRAK ………...……….IV

DAFTAR ISI………..V

DAFTAR TABEL………..VIII

BAB I PENDAHULUAN

1.1Latar Belakang ……….…….………. 1

1.2Identifikasi Masalah………...………. 5

1.3Pembatasan Masalah………..………. 5

1.4Rumusan Masalah…………..………. 5

1.5Tujuan Penelitian…………...………. 6

1.6Manfaat Penelitian………….………. 6

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORITIS 2.1Tinjauan Pustaka ……… 7

2.1.1 Konsepsi Religi………. 9

2.1.2 Konsepsi tentang Roh……… 2.1.3 Kepercayaan Masyarakat ……….. 2.1.4 Konsepsi tentang Dunia Gaib……… 2.2Kerangka Teori……….……….... 10

2.2.1 Sistem kepercayaan……… 2.2.2 Tindakan Sosial…..…...……… 10


(11)

2.2.4 Simbolisme ……… 12

2.3Kerangka Konseptual……… 13

2.4.1 Pengertian Kepercayaan………... 13

2.4.2 Pengertian Dunia Gaib……… 14

2.4.3 Pengertian Supranatural ………... 15

2.4.4 Pengertian konflik……… 2.4Kerangka Berfikir….……… 16

BAB III METODE PENELITIAN 3.1Jenis Penelitian……….……..……… 18

3.2Lokasi Penelitian………. 18

3.3Subjek dan Objek Penelitian………. 19

3.4Teknik Pengumpulan Data……….. 20

3.5Teknik Analisis Data………... 20

BAB IV PEMBAHASAN ………. 24

4.2 Kecamatan Siatas Barita……….. 24

4.3 Desa simanampang……… 26

4.4 Komposisi Penduduk……… 31

4.6 Hasil Penelitian………...………… 35

4.6.1 kepercayaan masyarakat terhadap……… 35

4.6.2 Faktor yang mempengaruhi ………. 39

4.6.3 Penggunaan darah babi………... 43


(12)

BAB V PENUTUP

5.1 Kesimpulan………..……… 59 5.2 Saran……… 61

DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN


(13)

DAFTAR TABEL

TABEL HALAMAN

Tabel 1. Kecamatan Siatas Barita………..……… 25

Tabel 2. Sarana dan Prasarana……….. 29

Tabel 3. Jumlah penduduk berdasarkan jenis kelamin………. 31

Tabel 4. jumlah penduduk berdasarkan agama………. 32

Tabel 5. Jumlah penduduk berdasarkan pendidikan……… 33

Tabel 6. Jumlah penduduk berdasarkan pekerjaan……… 34


(14)

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar belakang

Bangsa Indonesia adalah bangsa yang majemuk, yang memiliki keberagaman budaya, suku, ras, agama dan lain-lain. Keberagaman yang dimiliki suatu bangsa dapat dijadikan sebagai kekayaan dan keindahan bangsa itu sendiri.

Di Sumatera Utara terdapat banyak suku bangsa, diantaranya adalah suku Batak. Suku Batak mempunyai sub-sub suku bangsa yaitu Karo, Simalungun, Pakpak, Toba, Angkola dan Mandailing (Koentjaraningrat, 2007). Batak toba merupakan sub suku Batak yang menyebar kesegala penjuru daerah Tapanuli, Simalungun, Dairi dan daerah lainnya, dalam perantauan tersebut kebiasaan dan kepercayaan yang mereka yakini turut dibawa. Sebagian besar suku bangsa Batak Toba kini telah memeluk agama yakni Kristen protestan (sebagian besar) ada juga Kristen katolik, islam dan sebagainya, tetapi pada masa lalu mereka mempercayai Mula Jadi Nabolon.

Mula jadi Na Bolonlah yang maha kuasa tetapi masih ada lagi yang berkuasa yang lain, yaitu yang dirasakan memiliki kekuatan, seperti pohon beringin, mata air, batu besar, gunung dan sebagainya. Demikianlah pengetahuan mereka pada waktu itu.

Selain dari Mula Jadi Nabolon dan mempercayai kekuatan alam seperti pohon besar, mata air, batu besar dan sebagainya ada lagi kepercayaan lain yaitu sahala dan simangot yang mempunyai kepercayaan yang membuat susah dan berbagai kesulitan.


(15)

Adat dan budaya saling mempengaruhi dengan kepercayaan itu, memang sebelum agama datang banyak manusia didunia ini animisme dan dinamisme yang menyembah berhala sedangkan yang memegang peranan dalam setiap persembahan, kejadian atau acara adalah dukun seperti jika ada yang sakit, susah, berpesta atau mendirikan rumah harus menurut petunjuk dukun.

Tentang kedukunan, pengobatan ada ditulis dalam tulisan batak yang tertulis pada buku lak-lak. Ada kalanya mereka pukul gendang untuk menyembah Mula Jadi dan memohon restu dari kekuatan yang lain.

Semua manusia sadar akan adanya suatu alam dunia yang tak tampak, yang ada diluar batas inderanya dan diluar batas akalnya. Dunia adalah dunia gaib atau supranatural. Menurut kepercayaan manusia dalam banyak kebudayaan di dunia, dunia gaib didiami oleh berbagai makhluk dan kekuatan yang tak dapat dikuasai manusia dengan cara-cara biasa, dan oleh karena itu pada dasarnya ditakuti oleh manusia (Koentjaraningrat :1981). Ruh-ruh leluhur, ruh-ruh lainnya, hantu dan sebagainya dianggap juga oleh suku bangsa di dunia sebagai penduduk dunia gaib.

Tetapi setelah agama datang secara perlahan adaptasi adat/budaya dengan Animisme berubah menjadi adaptasi adat dengan agama. Mereka semakin yakin bahwa yang patut disembah ialah Tuhan yang disebut Mula Jadi Nabolon adalah Tuhan Yang Maha Esa, fungsi dukun tidak ada lagi tetapi adat dan budaya tetap berjalan terus. Sekarang yang membawa peranan dalam acara ialah Raja Adat, Pemuka Agama dan tokoh masyarakat. Sekarang sebaiknya adat/budaya dan Agama diadaptasi untuk menjadi suatu alat untuk memuliakan Tuhan (Situmorang : 1995)


(16)

Kini manusia menikmati jaman keterbukaan yang dapat memantau segala perkembangan termasuk budaya asing melalui informasi canggih. Anggapannya budaya sendiri kurang menarik/kolot, sehingga semakin tergeser oleh aneka ragam budaya asing yang menarik perhatian mereka. Yang paling mengherankan dijaman iptek ini ialah: kepercayaan orang terhadap kekuatan gaib. Masih banyak masyarakat, pakar ilmu, orang berpangkat bahkan orang yang beragama dipengaruhi oleh dukun. Hal ini ialah peninggalan kepercayaaan lama (Situmorang : 1995)

Salah satu suku yang mempercayai adanya dunia gaib ialah suku Batak Toba. Batak toba tinggal dan menetap di berbagai daerah salah satu nya adalah kabupaten Tapanuli Utara yang terdiri dari beberapa kecamatan diantara nya adalah kecamatan Siatas Barita yang terdiri dari beberapa Desa dan mayoritas penduduknya adalah masyarakat Batak Toba.

Di setiap Desa banyak mitos yang masih melekat khususnya pada masyarakat Batak Toba bahkan sampai sekarang masih dipercayai, salah satu nya ialah masyarakat Desa Simanampang kecamatan Siatas Barita Kabupaten Tapanuli Utara yang percaya adanya sigumoang (roh jahat). Sigumoang dipercaya masyarakat tersebut adalah makhluk halus yang jahat yang dapat mendatangkan bencana dan biasanya di pelihara oleh seseorang yang bermaksud tidak baik pada orang lain atau bermaksud tertentu dengan kepentingan tertentu.

Sigumoang adalah begu atau hantu yang dipercaya ada sampai sekarang bahkan mayarakat yang sudah memiliki Agama pun tetap mempercayainya,. Masyarakat tersebut percaya adanya sigumoang dan dipelihara oleh seseorang untuk hal-hal


(17)

tertentu yang menguntungkan dirinya seperti memberi penyakit aneh pada orang lain dan yang mendapat penyakit tersebut diusulkan supaya berobat kepadanya, hal ini akan menguntungkan ekonomi sipemelihara sigumoang tersebut selain untuk kepentingan ekonomi sipemelihara sigumoang juga mempergunakan sigumoang untuk kepentingan lain. Masayarakat Desa tersebut pada umumnya sulit menemmukan bukti konkrit pada seseorang yang diduga memelihara sigumoang namun Jika ada seseorang yang terbukti memelihara sigumoang maka dia akan dijauhi masyarakat tidak hanya sipemelihara bahkan keluarga nya pun akan ikut-ikutan dijauhi karena dianggap keluarga pembawa bencana.

Agar masyarakat terhindar dari ulah sigumoang yang ditakuti masyarakat maka masyarakat didaerah tersebut menggunakan darah babi sebagai simbol untuk mengusir sigumoang dan anti sigumoang dengan cara menggoreskan darah babi di pintu rumah mereka dengan kepercayaan sigumoang tidak akan masuk kedalam rumah mereka..

Mengapa kepercayaan ini masih bertahan sedangkan masyarakat sudah memeluk Agama dan bagaimana konflik yang terjadi pada masyarakat akibat dari kepercayaan adanya sigumoang? dan darah babi yang dipercaya masyarakat sebagai penangkal sigumoang merupakan hal yang unik dari kepercayaan ini yang menjadi latar belakang penulis dan tertarik untuk meneliti mengenai kepercayaan masyarakat Batak Toba terhadap adanya sigumoang (Roh Jahat).


(18)

1.2 Identifikasi masalah

Dari pemaparan latar belakang di atas, penulis mengidentifikasi masalah sebagai berikut:

1. Kepercayaan masyarakat Batak Toba terhadap adanya sigumoang

2. Pandangan masyarakat Batak Toba yang sudah memiliki Agama terhadap adanya sigumoang

3. Penggunaan darah Babi sebagai simbol mengusir sigumoang dan anti sigumoang

4. Kepercayaan masyarakat terhadap darah Babi sebagai simbol mengusir sigumoang dan anti sigumoang

5. Konflik yang terjadi dalam masyarakat akibat salah tuding pada orang seorang masyarakat yang dianggap pemelihara sigumoang

1.3 Pembatasan masalah

Agar data yang diharapkan penulis sesuai dengan masalah yang ingin diteliti nya dan juga tidak rancu dan meluas maka pembatasan masalah dilakukan hanya pada Kepercayaan terhadap dunia gaib seperti sigumoang masih ada pada masyarakat Batak Toba yang sudah memiliki Agama.


(19)

1.4 Rumusan masalah

Permasalahan yang telah diuraikan dalam latar belakang dapat dirumuskan sebagai berikut:

1. Bagaimana kepercayaan terhadap adanya sigumoang tersebut?

2. Mengapa masyarakat Batak Toba yang sudah memiliki Agama masih memiliki kepercayaan terhadap hal gaib yaitu sigumoang?

3. Mengapa darah babi di percaya masyarakat dapat untuk mengusir sigumoang dan Apa makna darah Babi sebagai simbol yang digunakan untuk mengusir sigumoang?

4. Konflik apa yang terjadi jika masyarakat salah tuding pada seorang yang dianggap pemelihara sigumoang?

1.5 Tujuan Penelitian

Adapun yang menjadi tujuan dari pembahasan dalam proposal penelitian ini adalah sebagai berikut :

1. Mengetahui bagaimana kepercayaan terhadap adanya sigumoang ?

2. Mengetahui alasan masyarakat masih memiliki kepercayaan terhadap hal gaib yaitu sigumoang

3. Mengetahui alasan masyarakat mempercayai darah babi untuk mengusir sigumoang dan makna darah babi sebagai simbol yang digunakan untuk mengusir sigumoang


(20)

4. Mengetahui Konflik dan tindakan masyarakat yang terjadi jika masyarakat salah tuding pada seorang yang dianggap pemelihara sigumoang?

1.6 Manfaat Penelitian

Penelitian ini memiliki manfaat sebagai berikut : 1.6.1 Manfaat secara teoritis

Penelitian bermanfaat bagi pengembangan ilmu sosial, terutama dalam bidang Ilmu Sosiologi dan Ilmu Antropologi.

1.6.2 Manfaat secara praktis

1. Sebagai bahan informasi untuk mengembangkan ilmu dan pengetahuan tentang kepercayaan masyarakat terhadap dunia gaib seperti sigumoang

2. Menambah pengetahuan penulis dan pembaca tentang kepercayaan masyarakat terhadap dunia gaib seperti sigumoang


(21)

BAB V PENUTUP

5.1 Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian maka dapat diambil beberapa kesimpulan, yaitu sebagai berikut:

1. Menurut masyarakat Desa simanampang sigumoang merupakan begu atau hantu yang jahat yang ulah nya hanya membuat susah manusia dan sigumoang dipercaya dipelihara oleh seseorang dengan kepentingan tertentu. 2. Kepercayaan terhadap adanya sigumoang dapat bertahan hingga saat ini dilatar belakangi oleh faktor kebiasaan dahulu atau primitive cultural yang berkembang di masyarakat ini. Kebiasaan berpengaruh besar terhadap pembentukan prilaku masyarakat itu sendiri. Disaat zaman sudah maju, pola pikir seorang atau kelompok bisa berubah seperti rasionalitas berpikir. Namun pola pikir pada masyarakat ini sulit berubah. Selain itu factor yang melatar belakangi kepercayaan ini adalah mitos yang berkembang.

3. Mitos yang berkembang di masyarakat dapat memiliki kekuatan untuk mempengaruhi pola pikir masyarakat, hingga masyarakat memiliki kekhawatiran dalam hidup masing-masing dan bahwa dunia penuh dengan kekuatan-kekuatan gaib dan adanya makhluk gaib. Hal ini berlawanan dengan rasionalis (yang mendewakan rasio atau akal budi serta kemampuan berpikir ilmiah) yang memandang rendah terhadap mistis yang ada.


(22)

4. Masyarakat Desa Simanampang menggunakan darah babi untuk mengusir sigumoang dan anti sigumoang dengan cara menempelkan darah babi yang berbentuk telapak tangan manusia ke pintu masuk rumah dan jendela bahkan ada juga yang membuat nya ke gubuk di perladangan mereka dengan kepercayaan bahwa sigumoang tidak akan masuk ke dalam rumah mereka dan tidak akan mengganggu mereka.

5. Darah babi dan bentuk telapak tangan memiliki arti dan maksud. Darah babi yang mereka percaya adalah benda yang di takuti sigumoang sedangkan simbol telapak tangan artinya adalah menolak atau mengusir.

6. Masyarakat Desa tersebut mempercayai sigumoang digunakan untuk kepentingan ekonomi dengan cara memberi penyakit kepada masyarakat dan menawarkan diri untuk mengobati penyakit tersebut.

7. Karna tiadanya bukti mengakibatkan yang tertuduh pemelihara sigumoang tidak dapat dijerat hokum. Karna kasus ini berbau magis alias metafisika tidak ada pasal yang menyangkut ini. Sehingga tidak ada hukuman pidana bagi yang tertuduh. Jika sampai terjadi penganiayaan terhadap tertuduh maka palaku penganiayaan inilah yang bisa terjerat hukum.


(23)

5.2 Saran

Adapun yang menjadi saran dalam penelitian ini, yaitu:

1. Diharapkan bagi seluruh masyarakat Desa Simanampang agar tetap melestarikan Budaya batak toba

2. Sikap kegotong-royongan atau sikap saling membantu yang telah dilaksanakan oleh masyarakat Desa Simanampang, hendaknya tetap dijaga dan bahkan ditingkatkan. Dengan demikian terciptalah kebersamaan dan sikap toleransi antar sesama.

3. Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut tentang kepercayaan ini, sehingga bisa memberikan kesempurnaan terhadap penelitian ini dan juga bisa memberikan pemahaman yang mendalam kepada setiap pembaca (khususnya masyarakat Batak toba) mengenai kepercayaan ini.

4. Diharapkan agar masyarakat Desa Simanampang agar tidak mudah di provokatori oleh isu-isu yang belum jelas asal-usulnya.

5. Tokoh agama perlu berperan aktif memperhatikan apa yang menjadi penyebab masyarakat tetap mempercayai adanya sigumoang ditengah adanya agama saat ini agar tidak terjadi konflik antar masyarakat.

6. Musyawarah Desa diharapkan lebih ditingkatkan dalam menyelesaikan masalah yang ada di dalam masyarakat terkait penelitian ini untuk menghindari terjadinya kekerasan dalam penyesesaian masalah


(24)

7. Diharapkan kepada masyarakat Desa Simanampang dapat mengambil sisi positif dari kejadian-kejadian yang telah terjadi sebelumnya agar tetap menjaga keharmonisan interaksi masyarakat.


(25)

DAFTAR PUSTAKA

Sumber Bacaan:

Abduh, Muhammad, dkk. 1987. Pengantar Sosiologi. Medan: Fakultas Hukum USU Medan

Anwar, Dessy. 2003. Kamus lengkap bahasa Indonesia terbaru. Surabaya. Amelia surabaya

Baal. J Van. 1957. Sejarah dan pertumbuhan teori antropologi budaya. Jakarta. PT Gramedia

Coser, Lewis. 1967. Continuities in the study of sosial conflict. New York. Free press Durkheim,Emile. 2001. The Elementary Forms of The Religious Life/sejarah

bentuk-bentuk agama yang paling dasar. IRCiSoD. Yogyakarta

Hadi, Y Sumandiyo. 2006. Seni dalam ritual Agama. Yogyakarta: Pustaka Hanti, Hotsri. 2014. Kepercayaan terhadap tempat keramat. Medan. USU Idianto. 2000. Sosiologi. Jakarta. Erlangga

Koentjaraningrat. 1980. Beberapa Pokok Antropologi sosial. Jakarta: Dian Rakyat _____________. 1981.Pengantar Ilmu Antropologi. Jakarta: Rineka Cipta

Maran, Rafael Raga. 2007. Manusia dan Kebudayaan dalam Perspektif Ilmu Budaya Dasar. Jakarta: Rineka Cipta

Nainggolan, Enny. 2011. Prilaku Mamele untuk mendapatkan Status. 2011. Medan. USU

Tambunan, E,H. 1982. Sekelumit mengenai Masyarakat Batak Toba dan Kebudayaannya. Bandung: TARSITO


(26)

Ritzer, George dan GoodMan, Douglas. 2003. Teori Sosiologi Modern. Jakarta. Prenada Media

Simanjuntak,B.A. 2009. Konflik Status dan Kekuasaan Orang Batak Toba. Jakarta. Yayasan Obor Indonesia

Sugiyono. 2008. Metode Penelitian Pendidikan. Bandung: Alfabeta

Sunarto, Kamanto. 2000. Pengantar sosiologi. Jakarta. Fakultas Ekonmi Universitas Indonesia

Sudrajat, Ajat. 1954. Sosiologi Agama “Agama dan tipe masyarakat”. Yoyakarta: Gunadarma

Spradley, James P. 2007. Metode Etnografi. Yogyakarta: Tiara Wacana

Sarumpaet,J.P. 1994. Kamus Batak Indonesia. Jakarta. Erlangga

Situmorang, Jauhlahan. 1995. Penuntun adat Praktis. Pematang Siantar

Sumber lain :

file:///C:/Users/Acer/Documents/Kepercayaan%20Gunung%20Kawi%20_%20khoiru

l%20umam.html (diakses pada hari senin tanggal 30 juni 2014 pukul 17.25)

http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/31537/4/Chapter%20II.pdf (diakses pada hari senin tanggal 30 juni pukul 17.30)


(1)

BAB V PENUTUP

5.1 Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian maka dapat diambil beberapa kesimpulan, yaitu

sebagai berikut:

1. Menurut masyarakat Desa simanampang sigumoang merupakan begu atau hantu yang jahat yang ulah nya hanya membuat susah manusia dan

sigumoang dipercaya dipelihara oleh seseorang dengan kepentingan tertentu. 2. Kepercayaan terhadap adanya sigumoang dapat bertahan hingga saat ini dilatar belakangi oleh faktor kebiasaan dahulu atau primitive cultural yang berkembang di masyarakat ini. Kebiasaan berpengaruh besar terhadap

pembentukan prilaku masyarakat itu sendiri. Disaat zaman sudah maju, pola

pikir seorang atau kelompok bisa berubah seperti rasionalitas berpikir.

Namun pola pikir pada masyarakat ini sulit berubah. Selain itu factor yang

melatar belakangi kepercayaan ini adalah mitos yang berkembang.

3. Mitos yang berkembang di masyarakat dapat memiliki kekuatan untuk

mempengaruhi pola pikir masyarakat, hingga masyarakat memiliki

kekhawatiran dalam hidup masing-masing dan bahwa dunia penuh dengan

kekuatan-kekuatan gaib dan adanya makhluk gaib. Hal ini berlawanan

dengan rasionalis (yang mendewakan rasio atau akal budi serta kemampuan


(2)

4. Masyarakat Desa Simanampang menggunakan darah babi untuk mengusir

sigumoang dan anti sigumoang dengan cara menempelkan darah babi yang

berbentuk telapak tangan manusia ke pintu masuk rumah dan jendela bahkan

ada juga yang membuat nya ke gubuk di perladangan mereka dengan

kepercayaan bahwa sigumoang tidak akan masuk ke dalam rumah mereka

dan tidak akan mengganggu mereka.

5. Darah babi dan bentuk telapak tangan memiliki arti dan maksud. Darah babi

yang mereka percaya adalah benda yang di takuti sigumoang sedangkan simbol telapak tangan artinya adalah menolak atau mengusir.

6. Masyarakat Desa tersebut mempercayai sigumoang digunakan untuk

kepentingan ekonomi dengan cara memberi penyakit kepada masyarakat dan

menawarkan diri untuk mengobati penyakit tersebut.

7. Karna tiadanya bukti mengakibatkan yang tertuduh pemelihara sigumoang

tidak dapat dijerat hokum. Karna kasus ini berbau magis alias metafisika

tidak ada pasal yang menyangkut ini. Sehingga tidak ada hukuman pidana

bagi yang tertuduh. Jika sampai terjadi penganiayaan terhadap tertuduh


(3)

5.2 Saran

Adapun yang menjadi saran dalam penelitian ini, yaitu:

1. Diharapkan bagi seluruh masyarakat Desa Simanampang agar tetap

melestarikan Budaya batak toba

2. Sikap kegotong-royongan atau sikap saling membantu yang telah

dilaksanakan oleh masyarakat Desa Simanampang, hendaknya tetap dijaga

dan bahkan ditingkatkan. Dengan demikian terciptalah kebersamaan dan

sikap toleransi antar sesama.

3. Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut tentang kepercayaan ini, sehingga

bisa memberikan kesempurnaan terhadap penelitian ini dan juga bisa

memberikan pemahaman yang mendalam kepada setiap pembaca

(khususnya masyarakat Batak toba) mengenai kepercayaan ini.

4. Diharapkan agar masyarakat Desa Simanampang agar tidak mudah di

provokatori oleh isu-isu yang belum jelas asal-usulnya.

5. Tokoh agama perlu berperan aktif memperhatikan apa yang menjadi

penyebab masyarakat tetap mempercayai adanya sigumoang ditengah adanya agama saat ini agar tidak terjadi konflik antar masyarakat.

6. Musyawarah Desa diharapkan lebih ditingkatkan dalam menyelesaikan

masalah yang ada di dalam masyarakat terkait penelitian ini untuk


(4)

7. Diharapkan kepada masyarakat Desa Simanampang dapat mengambil sisi

positif dari kejadian-kejadian yang telah terjadi sebelumnya agar tetap


(5)

DAFTAR PUSTAKA

Sumber Bacaan:

Abduh, Muhammad, dkk. 1987. Pengantar Sosiologi. Medan: Fakultas Hukum USU Medan

Anwar, Dessy. 2003. Kamus lengkap bahasa Indonesia terbaru. Surabaya. Amelia surabaya

Baal. J Van. 1957. Sejarah dan pertumbuhan teori antropologi budaya. Jakarta. PT Gramedia

Coser, Lewis. 1967. Continuities in the study of sosial conflict. New York. Free press

Durkheim,Emile. 2001. The Elementary Forms of The Religious Life/sejarah bentuk-bentuk agama yang paling dasar. IRCiSoD. Yogyakarta

Hadi, Y Sumandiyo. 2006. Seni dalam ritual Agama. Yogyakarta: Pustaka

Hanti, Hotsri. 2014. Kepercayaan terhadap tempat keramat. Medan. USU

Idianto. 2000. Sosiologi. Jakarta. Erlangga

Koentjaraningrat. 1980. Beberapa Pokok Antropologi sosial. Jakarta: Dian Rakyat

_____________. 1981.Pengantar Ilmu Antropologi. Jakarta: Rineka Cipta

Maran, Rafael Raga. 2007. Manusia dan Kebudayaan dalam Perspektif Ilmu Budaya Dasar. Jakarta: Rineka Cipta

Nainggolan, Enny. 2011. Prilaku Mamele untuk mendapatkan Status. 2011. Medan. USU

Tambunan, E,H. 1982. Sekelumit mengenai Masyarakat Batak Toba dan Kebudayaannya. Bandung: TARSITO


(6)

Ritzer, George dan GoodMan, Douglas. 2003. Teori Sosiologi Modern. Jakarta. Prenada Media

Simanjuntak,B.A. 2009. Konflik Status dan Kekuasaan Orang Batak Toba. Jakarta. Yayasan Obor Indonesia

Sugiyono. 2008. Metode Penelitian Pendidikan. Bandung: Alfabeta

Sunarto, Kamanto. 2000. Pengantar sosiologi. Jakarta. Fakultas Ekonmi Universitas Indonesia

Sudrajat, Ajat. 1954. Sosiologi Agama “Agama dan tipe masyarakat”. Yoyakarta: Gunadarma

Spradley, James P. 2007. Metode Etnografi. Yogyakarta: Tiara Wacana

Sarumpaet,J.P. 1994. Kamus Batak Indonesia. Jakarta. Erlangga

Situmorang, Jauhlahan. 1995. Penuntun adat Praktis. Pematang Siantar

Sumber lain :

file:///C:/Users/Acer/Documents/Kepercayaan%20Gunung%20Kawi%20_%20khoiru l%20umam.html (diakses pada hari senin tanggal 30 juni 2014 pukul 17.25)

http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/31537/4/Chapter%20II.pdf (diakses


Dokumen yang terkait

Masyarakat Batak Toba Di Desa Serdang Kecamatan Beringin Kabupaten Deli Serdang (1954-1990)

1 145 88

Tradisi Masyarakat Desa Janji Mauli Kecamatan Sipirok Kabupaten Tapanuli Selatan (1900-1980)

3 83 104

Peran Opinion Leader Dalam Masyarakat Hukum Adat(Studi Kasus Tentang Peran Opinion Leader Dalam Masyarakat Hukum Adat Batak Toba Di Desa Hutauruk, Kecamatan Sipoholon, Kabupaten Tapanuli Utara, Provinsi Sumatera Utara)

0 84 129

Persepsi Masyarakat Suku Batak Toba Dan Batak Karo Dalam Konteks Komunikasi Antarbudaya (Studi Kasus Masyarakat Suku Batak Toba di Desa Unjur Dan Masyarakat Batak Karo di Desa Surbakti Terhadap Suku Batak Toba Dalam Mempersepsi Nilai-Nilai Perkawinan Ant

1 91 173

Kontribusi Perempuan Pengrajin Ulos Terhadap Ekonomi Keluarga di Desa Lumban Siagian Julu Kecamatan Siatas Barita Kabupaten Tapanuli Utara

3 102 107

Sistem ResiprositasJambar Juhut Pada Upacara Perkawinan Batak Toba (Studi Komparatif : di Desa Aek Siansimun, Kecamatan Tarutung, Kabupaten Tapanuli Utara dan di Kelurahan Pulo Brayan Darat I, Kecamatan Medan Timur, Kota Madya Medan)

5 90 128

Tinjauan Sosial Ekonomi Penenun Ulos di Desa Lumban Siagian Jae Kecamatan Siatas Barita Kabupaten Tapanuli Utara

2 37 111

Analisis konsumsi tuak pada peminum tuak di Desa Lumban Siagian Jae Kecamatan Siatas Barita Kabupaten Tapanuli Utara Sumatera Utara Tahun 2015

0 25 208

Analisis Konsumsi Tuak Pada Peminum Tuak di Desa Lumban Siagian Jae Kecamatan Siatas Barita Kabupaten Tapanuli Utara Sumatera Utara Tahun 2015

1 10 204

Tinjauan Sosial Ekonomi Penenun Ulos di Desa Lumban Siagian Jae Kecamatan Siatas Barita Kabupaten Tapanuli Utara

0 0 11