KONTRIBUSI POLA ASUH ORANG TUA TERHADAP PEMBENTUKAN KONSEP DIRI REMAJA (Penelitian Deskriptif terhadap Peserta Didik Kelas VIII SMPN 1 Lembang Kab. Bandung Barat Tahun Ajaran 2013-2014).

(1)

(Penelitian Deskriptif terhadap Peserta Didik Kelas VIII SMPN 1 Lembang Kab. Bandung Barat Tahun Ajaran 2013-2014)

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Sebagian dari Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Jurusan Psikologi Pendidikan dan Bimbingan

Oleh

Riesa Rismawati Siddik 0901484

JURUSAN PSIKOLOGI PENDIDIKAN DAN BIMBINGAN

FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA BANDUNG


(2)

REMAJA

Oleh

Riesa Rismawati Siddik

Sebuah skripsi yang diajukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana pada Fakultas Ilmu Pendidikan

© Riesa Rismawati Siddik 2014 Universitas Pendidikan Indonesia

Mei 2014

Hak Cipta dilindungi undang-undang.

Skripsi ini tidak boleh diperbanyak seluruhya atau sebagian, dengan dicetak ulang, difoto kopi, atau cara lainnya tanpa ijin dari penulis.


(3)

DIRI REMAJA

(Penelitian Deskriptif terhadap Peserta Didik Kelas VIII SMP Negeri 1 Lembang Kab. Bandung Barat Tahun Ajaran 2013-2014)

DISETUJUI DAN DISAHKAN OLEH :

Pembimbing I

Dr. Anne Hafina, M.Pd NIP. 196007041986012001

Pembimbing II

Dra. S. A. Lily Nurillah, M.Pd NIP. 19580114 198603 2 002

Mengetahui,

Ketua Jurusan Psikologi Pendidikan dan Bimbingan Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Pendidikan Indonesia

Dr. Nandang Rusmana, M.Pd NIP. 19600501 198603 1 004


(4)

Riesa Rismawati Siddik, 2014

ABSTRAK

Riesa Rismawati Siddik. (2014). Kontribusi Pola Asuh Orang Tua terhadap Konsep Diri Remaja (Penelitian Deskriptif terhadap Siswa Kelas VIII SMP Negeri 1 Lembang Tahun Ajaran 2013/2014)

Penelitian dilatarbelakangi oleh asumsi salah satu faktor eksternal yang mempengaruhi konsep diri remaja adalah keluarga. Pola asuh orang tua merupakan bagian dari keluarga yang tidak bisa dipisahkan. Setiap siswa merasakan pola asuh yang berbeda dan memiliki konsep diri yang berbeda. Tujuan penelitian adalah untuk mengetahui gambaran perbedaan konsep diri peserta didik kelas VIII dilihat dari pola asuh orang tua. Pendekatan yang digunakan adalah kuantitatif dengan metode deskriptif. Pengambilan sampel dilakukan secara acak (random sampling). Sampel penelitian adalah siswa kelas VIII SMP Negeri 1 Lembang Tahun Ajaran 2013-2014. Hasil penelitian menunjukan secara umum konsep diri peserta didik kelas VIII SMPN Negeri 1 Lembang berada pada kategori tinggi atau positif yaitu 97,26% (142 peserta didik) dan Pola asuh yang paling banyak dirasakan oleh peserta didik adalah pola asuh

authoritatif 32,19% (47 peserta didik). Hasil penelitian menunjukan terdapat perbedaan yang signifikan antara konsep diri siswa yang dilihat dari pola asuh authoritatif, autoritarian, permisif memanjakan dan permisif tidak peduli.


(5)

Riesa Rismawati Siddik, 2014

ABSTRAC

Riesa Rismawati Siddik. (2014). The Contribution of Parents’ Parenting

Styles Toward Teenagers’ Self Concepts (A Descriptive Research on Eight

-Grade Students at SMP Negeri 1 Lembang Tahun Ajaran 2013/2014)

This research was based on the assumption that one of the external factors which

influence the teenagers’ self concepts is family. Parenting styles are separable parts of the family. The connection between parents and children and the parents’

parenting style are parts of the parenting patterns. Each student experiences different parenting styles and has different self concepts. The aim of this research is to find out the description of the difference of the self concepts of the class VIII

students based on the parents’ parenting styles. Descriptive quantitative approach was applied in this research. The sample was taken randomly by using random sampling technique. The samples of the research were the class VIII students at

SMP Negeri 1 Lembang year 2013/2014. The results of the research, generally, show that self concepts of the class VIII students are in high or positive category 97,26% (142 students) and the parenting style that was mostly experienced by the students was authoritative style 32,19% (47 students). The result of the research shows that there are significant differences between the students’ self concepts that were seen from the authoritative, authoritarian, indulgent permissive, and neglectful permissive parenting style.


(6)

DAFTAR ISI

PERNYATAAN

ABSTRAK ... i

KATA PENGANTAR ... ii

UCAPAN TERIMAKASIH... iii

DAFTAR ISI ... vi

DAFTAR TABEL ... viii

DAFTAR GRAFIK ... ix

BAB I PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang Penelitian ... 1

B. Identifikasi dan Perumusan Masalah ... 6

C. Tujuan Penelitian ... 9

D. Asumsi Penelitian ... 9

E. Hipotesis Penelitian ... 10

F. Manfaat Penelitian ... 10

G. Struktur Organisasi Penelitian ... 11

BAB II KONSEP DIRI DAN POLA ASUH ORANG TUA ... 13

A. Konsep Remaja ... 13

1. Pengertian Remaja ... 13

2. Makna Masa Remaja ... 14

3. Karakteristik Anak Usia Remaja ... 15

4. Karakteristik Anak Usia Sekolah Menengah ... 15

B. Konsep Diri ... 16

1. Pengertian Konsep Diri ... 16

2. Aspek-aspek Konsep Diri ... 17

3. Dimensi Konsep Diri ... 18

4. Konsep Diri dan Prilaku ... 21

C. Konsep Pola Asuh Orang Tua ... 22

1. Pengertian Pola Asuh Orang Tua ... 22

2. Dimensi Pola Asuh Orang Tua ... 23

3. Jenis-jenis Pola Asuh Orang Tua ... 24

4. Pola Asuh Orang Tua dan Anak (Sikap atau Perlakuan Orang Tua terhadap Anak) ... 27

5. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Pemilihan Pola Asuh Orang Tua ... 31

D.Penelitian Terdahulu ... 32

E. Kontribusi Pola Asuh Orang Tua dan Pembentukan Konsep Diri Remaja, Serta Implikasi Bagi Layanan BK ... 33

BAB III METODE PENELITIAN ... 37

A. Pendekatan dan Metode Penelitian ... 37


(7)

C. Definisi Operasional Variabel

1. Konsep Diri ... 39

2. Pola Asuh Orang Tua ... 40

D. Instrumen Penelitian ... 42

1. Jenis Instrumen ... 42

2. Pengembangan Kisi-Kisi Instrumen ... 43

E. Pengembangan Instrumen Penelitian ... 45

1. Uji Kelayakan Instrumen ... 45

2. Uji Keterbacaan Instrumen ... 46

3. Uji Validitas dan Reabilitas ... 46

F. Teknik Analisis Data ... 60

1. Verifikasi Data ... 51

2. Penyekoran Data Hasil Penelitian ... 51

3. Pengolahan Data ... 52

4. Uji Korelasi ... 53

5. Uji Signifikansi ... 54

6. Koefisien Determinasi ... 54

7. Pengujian Signifikan ... 54

G. Prosedur Penelitian ... 55

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 56

A. Deskripsi Hasil Penelitian ... 56

1. Gambaran Umum Konsep Diri Peserta didik Kelas VIII SMP Negeri 1 Lembang Tahun Ajaran 2013/2014 ... 56

2. Gambaran Umum Pola Asuh Orang Tua pada Peserta didik Kelas VIII SMP Negeri 1 Lembang Tahun Ajaran 2013/2014 ... 62

3. Kontribusi Pola Asuh Orang Tua terhadap Pembentukan Konsep Diri Peserta Didik Kelas VIII SMP Negeri 1 Lembang Tahun Ajaran 2013/2014 ... 66

B. Pembahasan Hasil Penelitian ... 71

1. Gambaran Umum Konsep Diri Peserta didik Kelas VIII SMP Negeri 1 Lembang Tahun Ajaran 2013/2014 ... 77

2. Gambaran Umum Pola Asuh Orang Tua pada Peserta didik Kelas VIII SMP Negeri 1 Lembang Tahun Ajaran 2013/2014 ... 62

3. Kontribusi Pola Asuh Orang Tua terhadap Pembentukan Konsep Diri Peserta Didik Kelas VIII SMP Negeri 1 Lembang Tahun Ajaran 2013/2014 ... 82

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI ... 88

A. Kesimpulan ... 88

B. Rekomendasi ... 89


(8)

DAFTAR TABEL

Tabel 2.1 Jenis-Jenis Pola Asuh 23

Tabel 2.2 Pola Asuh Orang Tua Dan Anak (Sikap Atau 25

Perlakuan Orang Tua Terhadap Anak

Tabel 2.3 Pengaruh “Parenting Style” Terhadap Perilaku Anak 28

Tabel 3.1 Anggota Populasi Peserta Didik Kelas VIII 34

Tabel 3.2 Anggota Sampel Random Kelas VIII 34

Tabel 3.3 Kisi-Kisi Instrumen Konsep Diri Remaja 39

(Sebelum Ditimbang)

Tabel 3.4 Kisi-Kisi Instrumen Pola Asuh Orang Tua 39

(Sebelum Ditimbang)

Tabel 3.5 Hasil Penimbangan Instrumen Konsep Diri 41

Tabel 3.6 Hasil Penimbangan Instrumen Pola Asuh Orang Tua 42 Tabel 3.7 Hasil Uji Validitas Instrumen Konsep Diri Peserta Didik 43 Tabel 3.8 Hasil Uji Validitas Instrumen Pola Asuh Orang Tua 43 Tabel 3.9 Kriteria Keterandalan (Reliabilitas) Instrumen 44 Tabel 3.10 Hasil Uji Reliabilitas Instrumen Konsep Diri 44

Peserta Didik

Tabel 3.11 Hasil Uji Reliabilitas Instrumen Pola Asuh Orang Tua 44

Tabel 3.12 Kisi-Kisi Instrumen Konsep Diri Remaja 45

(Setelah Uji Coba)

Tabel 3.13 Kisi-Kisi Instrumen Pola Asuh Orang Tua 45

(Setelah Uji Coba)

Tabel 3.14 Kategori Pemberian Skor Alternatif Jawaban 47

Tabel 3.15 Kriteria Tingkat Korelasi 49

Tabel 4.4 Presentase Jawaban Setiap Indikator Pola Asuh Orang 59 Tua Yang Dirasakan Remaja Siswa Kelas VIII


(9)

DAFTAR GRAFIK

Grafik 4.1 Gambaran Umum Konsep Diri Pada Remaja Kelas VIII 52 SMP Negeri 1 Lembang Tahun Ajaran 2013/2014

Grafik 4.2 Gambaran Konsep Diri Pada Aspek Fisik 53

Grafik 4.3 Gambaran Konsep Diri Siswa Berdasarkan Aspek Fisik 54 Pada Setiap Indikator

Grafik 4.4 Gambaran Konsep Diri Pada Aspek Psikis 55

Grafik 4.5 Gambaran Konsep Diri Siswa Berdasarkan Aspek Psikis 55 Pada Setiap Indikator

Grafik 4.6 Gambaran Konsep Diri Pada Aspek Sikap 56

Grafik 4.7 Gambaran Konsep Diri Siswa Berdasarkan Aspek Sikap 57 Pada Setiap Indikator

Grafik 4.8 Gambaran Umum Pola Asuh Orang Tua Pada Remaja 58 Kelas VIII Smp Negeri 1 Lembang Tahun Ajaran


(10)

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Remaja adalah usia seseorang yang sedang dalam masa transisi yang sudah tidak lagi menjadi anak-anak, dan tidak bisa juga dinilai dewasa, saat usia remaja ini anak ingin sekali menerima hak yang sama seperti orang dewasa, karena mereka sudah merasa pantas untuk diperlakukan seperti orang dewasa. Remaja sering kali dikenal dengan fase “mencari jati diri” atau fase “topan dan badai” (Ali, M & Asrori, M. 2005: 9). Bisa dikatakan remaja dalam masa pencarian identitas, mereka ingin menunjukan bahwa mereka ini sudah menjadi orang yang dewasa, banyak hal yang mereka lakukan demi menunjukan bahwa “saya ini sudah dewasa” dengan cara mengubah penampilan, cara berbicara, bahkan ada yang menunjukannya dengan merokok, memiliki hubungan dengan lawan jenis, dan sebagainya.

Fase ini dibagi menjadi tiga, yaitu : (1) remaja awal: 12 -15 tahun, (2) remaja madya: 15-18 tahun, dan (3) remaja akhir: 19-22 tahun (Yusuf, 2009: 10). Jika dilihat dari fase tersebut, maka peserta didik Sekolah Menengah Pertama (SMP) masuk ke dalam kategori remaja awal.

Pada masa remaja awal ini terjadi perubahan jasmani yang cepat, yaitu dengan mulai tumbuhnya ciri-ciri keremajaan yang terkait dengan matangnya organ-organ seks , yaitu ciri primer dan sekunder (Yusuf, 2009: 18). Matangnya organ seks itu dapat dilihat dengan ciri-ciri seperti pada wanita mengalami menstruasi dan pada pria mengalami mimpi basah, pada pria dengan tumbuhnya kumis, munculnya jakun dan bulu-bulu di sekitar kemaluan dan pada wanita mengalami membesarnya payudara/buah dada, membesarnya pinggul dan tumbuh bulu-bulu halus di sekitar kemaluan.


(11)

Setiap pengalaman dan perubahan yang dialami oleh remaja pria maupun wanita tersebut akan menjadi bagian terpenting dan takan terlupakan dalam bagian kehidupannya. Dalam hal ini juga remaja mulai memiliki standar dan harapan terhadap perilaku diri sendiri agar sesuai dengan dunia sosial yang akhirnya membentuk konsep diri. Menurut Desmita (2011: 172) menyatakan bahwa :

Kita tidak dilahirkan dengan konsep diri tertentu. Bahkan ketika kita lahir, kita tidak memiliki konsep diri, tidak memiliki pengetahuan tentang diri dan tidak memiliki pengharapan bagi diri kita sendiri, serta tidak memiliki penilaian apapun terhadap diri kita sendiri

Hal ini di dukung oleh Burns (1993: 50) yang menyatakan bahwa:

Pandangan dan sikap individu terhadap dirinya inilah yang dikenal dengan konsep diri. Konsep diri merupakan pandangan menyeluruh individu tentang totalitas dari diri sendiri mengenai karakteristik kepribadian, nilai-nilai kehidupan, prinsip kehidupan, moralitas, kelemahan dan segala yang terbentuk dari segala pengalaman dan interaksinya dengan orang lain.

Sedangkan menurut Fatimah (2012: 140) menyatakan bahwa : konsep diri adalah faktor yang selalu berkembang dan bisa berubah kapan saja sesuai dengan pengalaman dan interaksinya dengan orang lain. Positif maupun negatif konsep diri tersebut terbentuk sesuai dengan pengalaman individu.

Berdasarkan uraian di atas, konsep diri dapat dibentuk dan terbentuk melalui proses belajar dan pengalaman yang berlangsung dan berkembang sejak masa kanak-kanak hingga masa kini. Faktor yang dapat mempengaruhi konsep diri ini adalah seperti : lingkungan, pengalaman dan pola asuh orang tua juga turut memberikan pengaruh yang signifikan terhadap pembentukan konsep diri remaja. Pola asuh orang tua merupakan fokus utama dalam penelitian ini. Pola asuh orang tua adalah cara orang tua membesarkan anak seperti : memenuhi kebutuhan anak, memberi perlindungan, mendidik anak, serta mempengaruhi


(12)

tingkah laku anak dalam kehidupan sehari-hari. Menurut Widiana, et.all (2006: 120) menyatakan bahwa :

Orang tua tidak semata-mata hanya mengasuh anaknya melainkan memiliki tujuan yaitu untuk membentuk kepribadian anak yang matang. Sehingga dampak dari pengasuhan tersebut remaja akan belajar tentang peran-peran yang ada dalam masyarakat seperti nilai-nilai yang berlaku, sikap serta perilaku yang pantas dan tidak pantas, atau baik dan buruk untuk dilakukan. Segala perlakuan dari orang tua terhadap remaja sejak masa kanak-kanak, akan memberikan makna tertentu. Pemberian makna itulah yang disebut sebagai persepsi remaja terhadap pola asuh orang tua. Sejalan dengan itu Burns (1993: 257) menyatakan bahwa :

Pola asuh orang tua dalam membesarkan anak pertama kali diperlihatkan oleh Stott pada tahun 1939 yang setelah dipelajari pada 1.800 anak remaja bahwa anak yang berasal dari keluarga yang terdapat penerimaan, saling percaya dan kecocokan diantara orang tua dan anak, lebih baik penyesuaian dirinya, lebih mandiri dan berpandangan lebih positif tentang diri mereka sendiri. Anak-anak yang berasal dari keluarga yang terdapat ketidakcocokan di antara anggota keluarga pada umumnya kemampuan untuk menyesuaikan dirinya kurang. Bchrens pada tahun 1954 juga memperlihatkan bahwa kepribadian orang tua dapat mempengaruhi konsep diri anak untuk menjadi lebih baik ataupun lebih buruk.

Beberapa orang tua ada yang mendidik anaknya dengan cara negatif, bahkan ada orang tua yang melampiaskan kekesalan atau amarah ke anaknya, bahkan ada juga orang tua yang selalu memandang anaknya itu sebagai anak kecil, akibatnya anak merasa bahwa hidupnya tergantng apa yang dikatakan orang tua, anak menjadi tidak memiliki tanggung jawab. Bahkan ketika anak beranjak remaja dan masih diperlakukan seperti anak kecil terus menerus, mereka akan merasa kesulitan dalam penyesuaian diri dengan lingkungan baru dan remaja merasa bahwa dirinya tidak memiliki kesempatan untuk menyampaikan pendapatnya sehingga remaja mengalami rasa rendah diri.

Sebaliknya, ketika ada beberapa orang tua yang mendidik anaknya terlalu baik, maka akhirnya anak menjadi anak yang manja sehingga anak cenderung


(13)

memiliki sikap yang malas, tidak bertanggung jawab, tidak memiliki kemandirian, dll.

Berdasarkan studi pendahuluan yang menggunakan angket tentang kelebihan dan kelemahan yang diberikan pada peserta didik kelas VIII di SMP Negeri 1 Lembang, Kabupaten Bandung Barat Tahun Ajaran 2013-2014, menunjukan adanya konsep diri negatif pada peserta didik. Hal ini dapat dilihat dari jawaban peserta didik pada angket yang merasa tidak percaya diri dengan fisik yang dimiliki dan seringkali mendapat ejekan dari teman-temannya, sebagian besar peserta didik sulit mengisi pada bagian kelebihan yang dimiliki dan terkadang ada beberapa peserta didik yang mengisolasi dirinya sendiri. Selain itu ada juga peserta didik yang memiliki konsep diri positif dengan mengisi jawaban bahwa peserta didik merasa bangga memiliki fisik yang ada pada dirinya, dia merasa pintar dan peserta didik mengetahui kelebihan dan kelemahan yang ada dalam dirinya. Cara bagaimana individu menilai terhadap dirinya sendiri dinamakan konsep diri.

Hal ini senada dengan pendapat Murmanto (2007:67) menyatakan bahwa : Konsep diri seseorang dapat dilihat dari sikap mereka. Konsep diri yang jelek akan mengakibatkan rasa tidak percaya diri, tidak berani mencoba hal-hal baru, tidak berani mencoba hal-hal yang menantang, takut gagal, takut sukses, merasa diri bodoh, rendah diri, merasa tidak berharga, merasa tidak layak untuk sukses, pesimis, dan masih banyak perilaku inferior lainnya. Sebaliknya orang yang konsep dirinya baik akan selalu optimis, berani mencoba hal-hal baru, berani sukses, berani gagal, percaya diri, antusias, merasa diri berharga, berani menetapkan tujuan hidup, bersikap dan berpikir positif, dan dapat menjadi seorang pemimpin yang handal.

Dari hasil penelitian skripsi Yulianto pada tahun 2012 pada remaja kelas X SMA Negeri 24 Bandung Tahun Ajaran 2011-2012) diketahui bahwa 224 dari 288 peserta didik menunjukan secara umum konsep diri peserta didik berada pada kategori positif yaitu sekitar 99,5%.


(14)

Berdasarkan fenomena yang dipaparkan diatas, ada beberapa peserta didik yang memiliki penilaian yang rendah, berperilaku salah suai serta merasa tidak percaya diri terhadap perubahan fisik yang terjadi yang akhirnya merubah sikap atau perilaku dia sehari-hari.

Dilihat dari tugas-tugas perkembangan pada masa remaja menurut Havighurst (Yusuf, 2007: 74) yaitu :

1. Mencapai hubungan yang lebih penting dengan teman sebaya. 2. Mencapai peran sosial sebagai pria dan wanita.

3. Menerima keadaan fisik dan menggunakannya secara efektif.

4. Mencapai kemandirian emosional dari orang tua dan orang dewasa lainnya.

5. Mencapai jaminan kemandirian ekonomi.

6. Memilih dan mempersiapkan karir dan pekerjaan. 7. Mempersiapkan pernikahan dan hidup berkeluarga.

8. Mengembangkan keterampilan intelektual dan konsep-konsep yang diperlukan bagi warga negara.

9. Mencapai tingkah laku yang bertanggung jawab secara sosial.

10.Memperoleh seperangkat nilai dan sistem etika sebagai petunjuk/pembimbing dalam bertingkah laku.

Kesepuluh tugas perkembangan di atas merupakan penyesuaian remaja terhadap segala aspek. Kegagalan atau keberhasilan dalam penyesuaian merupakan situasi yang mempengaruhi seluruh aspek kepribadian. Menurut Sullvian (Pudjijogyanti, 1993: 45) “the self concept or self dynamism is the core of human personality”. Hal ini dapat diartikan bahwa kegagalan dan keberhasilan seseorang dalam melaksanakan seluruh tugas perkembangan akan mempengaruhi perkembangan konsep dirinya. Oleh karena itu, perlu adanya pengembangan program bimbingan dalam membantu mengembangkan konsep diri peserta didik

Program bimbingan dan konseling memiliki peranan penting dalam mendukung dan memfasilitasi perkembangan peserta didik secara optimal. Tujuan umum dari layanan bimbingan dan konseling adalah sama dengan tujuan pendidikan yang terdapat dalam Undang-undang Sistem Pendidikan Nasional No. 20 Tahun 2003 bab II pasal 3 yaitu :


(15)

Pendidikan Nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermanfaat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab.

Program bimbingan perkembangan yang komprehensif meliputi empat jenis bidang layanan, yaitu bidang bimbingan pribadi, sosial, bidang bimbingan dan konseling akademik dan bidang bimbingan dan konseling karir (Suherman, 2007 : 18). Konsep diri merupakan aspek positif dari perkembangan moral yang melibatkan kemampuan pribadi, prilaku dan sosial peserta didik, maka layanan yang dapat diberikan adalah bimbingan pribadi dan sosial. Pada aspek perkembangan pribadi sosial, layanan bimbingan membantu peserta didik agar memiliki pemahaman diri, mengembangkan sikap positif, membuat pilihan kegiatan yang sehat, mampu menghargai orang lain, memiliki rasa tanggung jawab, mengembangkan keterampilan hubungan antar pribadi, dapat menyelesaikan masalah dan dapat membuat keputusan secara baik (Depdikbud, 1994; Suherman, 2000: 54).

Berdasarkan pemaparan di atas maka peneliti mencoba untuk mengungkapkan “Kontribusi Pola Asuh Orang Tua terhadap Pencapaian

Identitas Diri Remaja”.

B. Identifikasi dan Perumusan Masalah 1. Identifikasi Masalah

Masa remaja adalah waktu untuk mengisi masa dewasa dan menjadikannya produktif dan minoritas (sekitar satu dari lima) yang akan berhadapan dengan masalah besar (Papalia, Olds & Feldman, 2008 : 535). Remaja adalah masa transisi dari masa kanak-kanak menuju masa dewasa, yang tumbuh dan berkembang bukan hanya secara fisik melainkan secara kognitif dan sosial. Dengan adanya perubahan perkembangan kognitif dan sosial tersebut


(16)

sebagian remaja mengalami kesulitan dan kebingungan yang mungkin membutuhkan bantuan untuk memahami perubahan yang ada dalam dirinya. Istilah adolescence, seperti yang dipergunakan saat ini, mempunyai arti yang lebih luas, mencakup kematangan mental, emosional, sosial dan fisik. Pandangan ini diungkapkan oleh Piaget (Hurlock, 1980: 206) dengan mengatakan :

Secara psikologis, masa remaja adalah usia dimana individu berintegrasi dengan masyarakat dewasa, usia anak tidak lagi merasa dibawah tingkat orang-orang yang lebih tua melainkan berada dalam tingkatan yang sama, sekurang-kurangnya dalam masalah hak...Integrasi dalam masyarakat (dewasa) mempunyai banyak aspek efektif, kurang lebih berhubungan dengan masa puber...Termasuk juga perubahan intelektual yang mencolok...Transformasi intelektual yang khas dari cara berfikir remaja ini memungkinkannya untuk mencapai integrasi dalam hubungan sosial orang dewasa, yang kenyataannya merupakan ciri khas yang umum dari periode perkembangan ini.

Hal ini merupakan pertanda bahwa pertumbuhan dan perkembangan fisik pada remaja atau pada masa usia sekolah merupakan bagian yang penting, sebab dalam masa ini akan mempengaruhi sikap dan perilakunya sehari-hari, baik disadari oleh remaja maupun tidak disadarinya. Pertumbuhan dan perkembangan remaja secara fisik ini akan mempengaruhi juga pada sikap dan perilakunya, bagaimana remaja memandang terhadap dirinya dan kesan remaja yang diperoleh dari orang lain juga bisa mengubah semuanya.

Salah satu faktor yang dapat mempengaruhi dan membentuk konsep diri peserta didik adalah lingkungan keluarga khusunya pola asuh orang tua. Pola asuh orang tua ini adalah cara orang tua membesarkan anak seperti : memenuhi kebutuhan anak, memberi perlindungan, mendidik anak, serta mempengaruhi tingkah laku anak dalam kehidupan sehari-hari. Orang tua tidak semata-mata hanya mengasuh anaknya melainkan memiliki tujuan yaitu salah satunya untuk membentuk kepribadian anak yang baik. Sehingga dampak dari pengasuhan tersebut remaja akan belajar tentang peran-peran yang ada dalam masyarakat


(17)

seperti nilai-nilai yang berlaku, sikap serta perilaku yang pantas dan tidak pantas, atau baik dan buruk untuk dilakukan. Segala perlakuan dari orang tua terhadap remaja sejak masa kanak-kanak, akan memberikan makna tertentu. Pemberian makna itulah yang disebut sebagai persepsi remaja terhadap pola asuh orang tua (Widiana, Yulianto & Respati, 2006: 120)

Peran keluarga khususnya pola asuh orang tua dalam pembentukan konsep diri peserta didik sangat penting. Karena apa yang ditampilkan oleh seorang peserta didik di lingkungan lainnya dalam hal ini contohnya adalah sekolah, merupakan perilaku yang sebagian besar berasal dari apa yang didapatkan di lingkungan keluarganya yaitu pola asuh orang tua. Pola asuh orang tua menjadi sosok yang sangat berperan dalam pembentukan karakter kepribadian peserta didik dalam lingkungan keluarga termasuk dalam pembentukan konsep dirinya.

Widiana, Yulianto & Respati (2006: 120) menyatakan bahwa :

Apabila sejak masa kanak-kanak remaja diterima, disayangi, maka remaja akan mempersepsikan bahwa orang tua sangat menghargai kehadirannya dan hal itu yang menjadi dasar bagi remaja dalam memandang dirinya. Sebaliknya jika remaja ditolak atau diabaikan, maka terbentuklah dasar penolakan bahwa dirinya tidak berguna. Jadi konsep diri terbentuk melalui proses belajar individu sejak masa kanak-kanak hingga dewasa.

Konsep diri dibagi menjadi tiga komponen Yusuf & Nurihsan (2008: 7-8) yaitu :

(a) perceptual atau physical self-concept, citra seseorang tentang penampilan dirinya (kemenarikan tubuhnya), seperti : kecantikan, keindahan atau kemolekan tubuhnya; (b) conceptual atau

psychological self-concept, konsep seseorang tentang kemampuan (keunggulan) dan ketidakmampuan (kelemahan) dirinya, dan masa depannya, serta meliputi juga kualitas penyesuaian hidupnya: honesty, self-confidence dan courage; dan (c) attitudinal, yang menyangkut perasaan seseorang tentang dirinya, sikapnya terhadap keberhargaan , kebanggan dan keterhinaannya.


(18)

2. Rumusan masalah

Berdasarkan identifikasi yang telah dipaparkan, penelitian ini dirumuskan dalam pertanyaan berikut :

1. Seperti apa gambaran proses konsep diri pada peserta didik kelas VIII SMPN 1 Lembang Tahun Ajaran 2013/2014?

2. Seperti apa gambaran pola asuh orang tua pada peserta didik kelas VIII SMPN 1 Lembang Tahun Ajaran 2013/2014?

3. Berapa besar kontribusi pola asuh orang tua terhadap pembentukan konsep diri peserta didik kelas VIII SMPN 1 Lembang Tahun Ajaran 2013/2014?

C. Tujuan Penelitian

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk memperoleh gambaran mengenai pengaruh pola asuh orang tua terhadap pencapaian konsep diri peserta didik kelas VIII SMPN 1 lembang Tahun Ajaran 2013/2014. Tujuan tersebut dicapai melalui tujuan khusus penelitian, sebagai berikut :

1. Mengetahui pola asuh orang tua yang dirasakan peserta didik SMP Negeri 1 Lembang.

2. Mengetahui konsep diri peserta didik SMP Negeri 1 Lembang.

3. Mengetahui besarnya kontribusi pola asuh orang tua yang dirasakan peserta didik terhadap konsep diri yang mereka miliki.

D. Asumsi Penelitian

Penelitian bertitik tolak dari berbagai asumsi berikut.

1. Untuk memiliki sebuah konsep diri anak itu harus memandang dirinya sendiri sebagai sebuah objek yang jelas berbeda dan mampu untuk melihat dirinya dari objek-objek lain. Lalu dia menjadi sadar terhadap


(19)

perspektif-perspektif lainnya, dalam cara demikianlah dia dapat sadar terhadap evaluas-evaluasi dari orang lain terhadap dirinya (Burns, 1993: 188). 2. Banyak kondisi dalam kehidupan remaja yang membentuk pola

kepribadian melalui pengaruh pada konsep diri. Beberapa diantaranya sama dengan kondisi pada masa kanak-kanak, tetapi banyak yang merupakan akibat dari perubahan-perubahan fisik psikologis yang terjadi selama masa remaja (Hurlock, 1980: 234).

3. Menurut Baumrind remaja yang orang tuanya bersikap “authoritarian”, cenderung bersikap bermusuhan dan memberontak; remaja yang orang tuanya “permisif”, cenderung berperilaku bebas (tidak kontrol); dan remaja yang orang tuanya “authoritative”, cenderung terhindar dari kegelisahan, kekacauan, atau perilaku nakal (Yusuf, 2011: 52)

4. Jika orang tua tidak mencurahkan “positif regard” (penerimaan dan cinta

kasih) bahkan menampilkan sikap penolakan terhadap anak, maka kecenderungan bawaan anak untuk mengaktualisasikan dirinya menjadi terhambat. Anak mempersepsikan penolakan orang tua terhadap tingkah lakunya sebagai penolakan terhadap perkembangan “self concept” nya

yang baru. Apabila hal itu sering terjadi, anak akan mogok untuk berusaha mengaktualisasikan dirinya (Yusuf & Nurihsan, 2008: 147)

E. Hipotesis Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah di dalam penelitian ini, maka hipotesis yang diajukan adalah Terdapat perbedaan yang signifikan antara konsep diri peserta didik yang diasuh dengan pola asuh orang tua authoritarian, authoritative,

permissive indulgent (pemanja), permissive indifferent (penelantar) pada peserta didik kelas VIII SMP Negeri 1 Lembang Kab. Bandung Barat Tahun ajaran 2013-2014.


(20)

1. Secara teoritis

Penelitian kontribusi pola asuh orang tua terhadap pembentukan konsep diri remaja dapat memperkaya hasil penelitian yang telah ada sehingga diharapkan dapat membantu guru pembimbing dan orang tua untuk memahami konsep diri yang positif pada remaja.

2. Secara praktis

Dengan adanya penelitian ini diharapkan akan memberikan manfaat kepada berbagai pihak, diantaranya :

a. Bagi guru bimbingan dan konseling, memberikan informasi bagi guru BK mengenai gambaran pola asuh orang terhadap pembentukan konsep diri remaja sehingga dapat dijadikan pedoman sebagai bahan pertimbangan dalam memberikan layanan bimbingan dan konseling pada peserta didik, khususnya dalam memberikan informasi mengenai pembentukan konsep diri positif bagi remaja.

b. Bagi orang tua. Melalui konsultasi dengan guru pembimbing di sekolah, memberi masukan kepada orang tua serta keluarga dalam menentukan pola asuh yang akan diberikan pada anak dalam upaya mengembangkan konsep diri positif remaja agar peserta didik mampu mengenali dirinya sendiri dan mencapai perkembangan yang optimal.

c. Bagi peneliti selanjutnya, penelitian persepsi pola asuh orang terhadap pembentukan konsep diri remaja dapat memberi gambaran mengenai rangkaian penelitian yang dilakukan dan berguna untuk membuat layanan selanjutnya yang dapat di uji coba. Penelitian ini juga berguna untuk menjadi referensi bagi penelitian selanjutnya yang ingin melakukan penelitian yang berkaitan dengan pola asuh orang tua dan konsep diri remaja.


(21)

Struktur organisasi skripsi disusun untuk memberikan gambaran menyeluruh dan memudahkan penyusunan skripsi. Struktur organisasi skripsi berisi rincian tentang urutan penulisan dari setiap bab dan bagian bab dalam skripsi. Adapun struktur organisasi dalam skripsi sebagai berikut.

Bab I: Pendahuluan meliputi latar belakang penelitian, identifikasi dan perumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian dan struktur organisasi skripsi. Bab II: Kajian pustaka. Bab III: Metode penelitian meliputi populasi dan sampel penelitian, desain penelitian, definisi operasional variabel, instrumen penelitian, teknik pengumpulan data dan analisis data. Bab IV: Hasil penelitian dan pembahasan meliputi pengolahan atau analisis data berdasarkan hasil temuan dan pembahasan atau analisis temuan. Bab V: Kesimpulan dan saran berdasarkan temuan dari hasil penelitian.


(22)

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Pendekatan dan Metode Penelitian

Pendekatan yang digunakan dalam penelitian adalah pendekatan kuantitatif dengan metode penelitian studi deskriptif. Pendekatan kuantitatif digunakan meneliti populasi atau sampel tertentu untuk mendapatkan angka-angka secara numerikal yang digunakan untuk mengetahui gambaran konsep diri remaja dan pola asuh orang tua pada peserta didik kelas VIII SMP Negeri 1 Lembang Tahun ajaran 2013-2014.

Sedangkan metode deskriptif dipilih karena penelitian bermaksud untuk mendeskripsikan, menganalisis dan mengambil suatu generalisasi mengenai pengaruh pola asuh orang tua terhadap pembentukan konsep diri remaja kelas VIII SMP Negeri 1 Lembang Tahun ajaran 2013-2014.

B. Lokasi, Populasi, dan Sampel Penelitian

Penelitian mengambil lokasi di SMPN 1 Lembang kelas VIII Tahun Ajaran 2013-2014. Alasan pemilihan lokasi penelitian karena : (1) fenomena tentang konsep diri peserta didik yang masih memerlukan pengembangan. (2) sampai saat ini belum ada yang meneliti mengenai kontribusi pola asuh orang tua terhadap pembentukan konsep diri remaja kelas VIII di SMPN 1 Lembang.

Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas: objek/subjek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya (Sugiyono, 2008: 61). Jumlah peserta didik dalam penelitian ini kelas VIII SMP Negeri 1 Lembang Tahun Ajaran 2013-2014 Kabupaten Bandung Barat adalah 250 peserta didik.


(23)

Tabel 3.1

Anggota Populasi Peserta Didik Kelas VIII

No Kelas Populasi

1 8 – A 27

2 8 – B 26

3 8 – C 29

4 8 – D 28

5 8 – E 27

6 8 – F 28

7 8 – G 28

8 8 – H 29

9 8 – I 28

Jumlah 250

Teknik pengambilan sampel yang digunakan adalah random sampling atau teknik acak , yaitu teknik pengambilan sampel yang memberikan kesempatan yang sama kepada setiap anggota yang ada dalam suatu populasi untuk dijadikan sampel (Siregar, 2013: 57). Penentuan Jumlah sampel dari populasi tertentu dikembangkan dari Isaac dan Michael, untuk tingkat kesalahan 1%, 5% dan 10%. Pada penelitian ini sampel yang digunakan adalah tingkat kesalahan 5% yaitu 146 peserta didik. (Sugiyono, 2009: 126)

Tabel 3.2

Anggota Sampel Random Kelas VIII

No Kelas Populasi Sampel

1 8 – A 27 16

2 8 – B 26 16

3 8 – C 29 17

4 8 – D 28 16

5 8 – E 27 16

6 8 – F 28 16

7 8 – G 28 16

8 8 – H 29 17

9 8 – I 28 16


(24)

C. Definisi Operasional Variabel

Penelitian ini bermaksud untuk mengungkap pengaruh pola asuh orang tua terhadap pembentukan konsep diri remaja. Dalam penelitian ini terdapat dua variable penelitian yaitu variable pola asuh sebagai variable bebas, yang kemudian diberi simbol (X). Kemudian variable konsep diri sebagai variable terikat yang kemudian diberi simbol (Y). untuk membantu pengembangan instrument, pemilihan metode penelitian dan menghindari kesalahan dalam penafsiran, maka berikut ini akan diuraikan definisi variable penelitian.

1. Konsep Diri

Konsep diri yang dimaksud dalam penelitian ini adalah gagasan seseorang dalam mengetahui gambaran diri sendiri yang mencakup keyakinan, pandangan dan penilaian seseorang terhadap dirinya sendiri. Pandangan tersebut terbentuk berdasarkan persepsi seseorang tentang sikap orang lain serta harapan terhadap dirinya. Persepsi tersebut berupa perkembangan terhadap dirinya yaitu bersifat fisik, psikologis dan sikap yang diperoleh melalui pengalaman dan hasil interaksi seseorang dengan orang lain dan akhirnya mempengaruhi berbagai bentuk perilaku peserta didik.

Adapun indikator dari variabel konsep diri, yaitu :

a. Komponen Perceptual (Fisik), merujuk pada persepsi siswa tentang penampilan fisiknya, baik persepsi siswa tentang diri sendiri maupun kesan orang lain yang dipersepsi kembali oleh siswa yang bersangkutan (Mirror Image). Komponen ini ditandai dengan beberapa indikator :

1) Konsep siswa tentang fisik atau penampilan yang dimiliki

2) Kesan yang diperoleh dari orang lain tentang fisik atau penampilan yang dimiliki

b. Komponen Conceptual; meliputi pemikiran, perasaan dan sikap individu terhadap dirinya. Komponen ini sering disebut konsep diri psikologis


(25)

(Psychological Self Concept) yang tersusun dalam bentuk kualitas penyesuaian hidup seperti kejujuran atau sebaliknya, percaya diri atau sebaliknya, kebebasan atau sebaliknya dan keberanian atau sebaliknya. Yang ditandai dengan indikator sebagai berikut :

1) Kesan siswa tentang kemampuan dan ketidakmampuan dirinya 2) Kesan tentang latar belakang keluarga.

c. Komponen Attitudinal : merujuk pada perasaan siswa tentang dirinya, menyangkut sikap status saat ini dan prospek masa depannya, perasaan kebermanfaatan (worthiness) sikap terhadap diri, penyesalan diri, perasaan bangga atau malu. Yang ditandai dengan indikator dari variabel konsep diri, yaitu .

1) Sikap terhadap masa kini dan masa depan

2) Kesan yang diperoleh dari orang lain tentang sikap yang dimiliki

2. Pola Asuh Orang Tua

Pola asuh orang tua dalam penelitian ini dilihat dari persepsi siswa mengenai bentuk perlakuan orang tua yang siswa rasakan dari orang tuanya. Dalam penelitian ini pola asuh orang tua digunakan atau diterapkan kepada anak dalam upaya untuk mendidik dan mengasuh anak bersifat relatif konsisten dari waktu ke waktu dengan tujuan untuk mendidik dengan cara mengubah tingkah laku, pengetahuan serta nilai-nilai yang di anggap paling tepat oleh orang tua pada anak, agar anak dapat mandiri, tumbuh serta berkembang secara sehat dan optimal dalam lingkungannya.

Dalam penelitian ini terdapat empat macam pola asuh orang tua yang digunakan, hal ini sejalan dengan teori pola asuh dari Diana Baumrind (Santrock, 2003: 185), yaitu :

a. Pengasuhan Autoritarian (Authoritarian Parenting) adalah pola asuh dimana orang tua memberikan kontrol yang tinggi dan kehangatan yang rendah. Dengan indikator sebagai berikut :


(26)

1) Orang tua menuntut nilai kepatuhan yang tinggi dari remaja

2) Orang tua mengontrol dan membuat aturan-aturan untuk mengontrol perilaku remaja.

3) Orang tua berusaha membentuk dan menilai sikap atau perilaku remaja dengan standar yang telah ditetapkan

4) Orang tua cenderung menggunakan hukuman untuk menerapkan disiplin terhadap remaja

5) Orang tua cenderung tidak memberikan kesempatan pada remaja untuk menyelesaikan masalahnya.

b. Pengasuhan Autoritatif (Authoritative Parenting) adalah pola asuh dimana orang tua memberikan kontrol yang tinggi dan kehangatan yang tinggi. Dengan indikator sebagai berikut :

1) Orang tua memperlihatkan kehangatan dan upaya pengasuhan

2) Orang tua memberikan kebebasan pada remaja dalam batas-batas yang wajar

3) Orang tua membuat kesepakatan standar prilaku yang jelas atau tegas bagi remaja

4) Orang tua menuntut remaja agar bertanggung jawab dan mandiri 5) Orang tua ingin remaja berpartisipasi dalam keluarga

c. Pengasuhan Permisif Memanjakan (Permissive Indulgent Parenting) adalah pola asuh dimana orang tua memberikan kontrol yang rendah dan kehangatan yang tinggi. Dengan indikator sebagai berikut :

1) Orang tua menunjukan kehangatan yang sangat tinggi

2) Orang tua memberi kebebasan kepada remaja untuk mengatur dirinya sendiri

3) Orang tua Membebaskan remaja berkuasa di rumah

4) Orang tua tidak membuat tuntutan atau standar perilaku yang jelas 5) Orang tua tidak pernah memberikan sanksi bagi remaja


(27)

d. Gaya Pengasuhan Permisif Tidak Peduli (Permissive Indifferent Parenting) adalah pola asuh dimana orang tua memberikan control yang rendah dan kehangatan yang rendah. Dengan indicator sebagai berikut :

1) Orang tua cenderung menjauh dari anak secara fisik dan psikis 2) Orang tua mengabaikan kebutuhan anaknya.

3) Orang tua cenderung tidak pernah berbincang-bincang atau berkomunikasi dengan remaja.

4) Orang tua memberikan kebebasan tanpa pengawasan 5) Orang tua tidak peduli permasalahan dan kegiatan anak.

D. Instrumen Penelitian

Instrumen atau alat pengumpulan data penelitian menggunakan data primer yang diambil dari alat ukur berupa angket atau kuesioner yang digunakan sebagai alat pengumpul data sekaligus alat ukur untuk mencapai tujuan penelitian. Kisi-kisi instrumen untuk mengungkap konsep diri remaja dan pola asuh orang tua yang dirasakan peserta didik dikembangkan dari definisi operasional variabel penelitian. Item-item pernyataan instrumen pengungkap konsep diri remaja dan pola asuh orang tua dikembangkan dari komponen atau variabel yang telah ada, lalu dijabarkan melalui sub komponen yang akhirnya berbentuk indikator-indikator.

1. Jenis Instrumen

Instrumen yang digunakan dalam penelitian adalah angket tertutup (angket berstruktur) untuk mengungkap Konsep Diri remaja dan Pola Asuh Orang Tua yang merupakan alat pengumpul data sekaligus alat ukur untuk mencapai tujuan penelitian. Responden hanya perlu menjawab pernyataan dengan cara memilih alternatif respon yang telah disediakan.

Teknik pengumpulan data dilakukan dengan menyebarkan angket kepada seluruh peserta didik kelas VIII SMPN 1 Lembang yang menjadi sampel dalam penelitian. Angket yang digunakan menggunakan format rating likert (skala


(28)

bertingkat) dengan lima alternatif jawaban yaitu: Sangat Sesuai (SS), Sesuai (S), Kurang Sesuai (KS), Tidak Sesuai (TS) dan Sangat Tidak Sesuai (STS) dengan skor berkisar antara 1 sampai dengan 5.

2. Pengembangan Kisi-Kisi Instrumen

Penyebaran instrumen yang berupa kuesinoner yaitu pengumpulan data melalui penggunaan daftar pertanyaan yang telah disusun dan disebar kepada responden agar diperoleh data yang dibutuhkan. Kisi-kisi instrumen Konsep Diri dan Pola Asuh Orang Tua tersaji pada tabel 3.3 dan 3.4 berikut:

Tabel 3.3

Kisi-Kisi Instrumen Konsep Diri Remaja (Sebelum Ditimbang)

Aspek Indikator Pernyataan

(+) (-)

Komponen perceptual

(Fisik)

Konsep siswa tentang fisik dan

penampilan yang dimiliki 1, 2, 3, 4 5, 6, 7, 8 8

Kesan yang diperolah dari orang

lain tentang fisik dan penampilan 9, 10, 11, 12 13, 14, 15, 16 8 Komponen

conceptual (Psikis)

Persepsi siswa tentang

kemampuan dan ketidakmampuan yang dimiliki

17, 18, 19, 20 21, 22, 23, 24 8

Kesan tentang latar belakang

keluarga 25, 26, 27, 28 29, 30, 31, 32 8

Komponen attitudinal

(Sikap)

Sikap terhadap masa kini dan

masa depan 33, 34, 35, 36 37, 38, 39, 40 8

Kesan yang diperoleh dari orang

lain tentang sikap yang dimiliki. 41, 42, 43, 44 45, 46, 47, 48 8

Jumlah 48

Tabel 3.4

Kisi-Kisi Instrumen Pola Asuh Orang Tua (Sebelum Ditimbang)

Aspek Indikator No Item

Pengasuhan Autoritatif

1. Orang tua memperlihatkan kehangatan dan


(29)

(Authoritative Parenting)

2. Orang tua memberikan kebebasan pada

remaja dalam batas-batas yang wajar 4, 5, 6 3

3. Orang tua membuat kesepakatan standar

prilaku yang jelas atau tegas bagi remaja 7, 8, 9 3 4. Orang tua menuntut remaja agar

bertanggung jawab dan mandiri 10, 11, 12 3

5. Orang tua ingin remaja berpartisipasi

dalam keluarga 13, 14, 15 3

Pengasuhan Autoritarian (authoritarian

parenting)

1. Orang tua menuntut nilai kepatuhan yang

tinggi dari remaja 16, 17, 18 3

2. Orang tua mengontrol dan membuat

aturan-aturan untuk mengontrol perilaku remaja. 19, 20, 21 3

3. Orang tua berusaha membentuk dan menilai

sikap atau perilaku remaja dengan standar yang telah ditetapkan

22, 23, 24 3 4. Orang tua cenderung menggunakan

hukuman untuk menerapkan disiplin terhadap remaja

25, 26, 27 3

5. Orang tua cenderung tidak memberikan

kesempatan pada remaja untuk

menyelesaikan masalahnya.

28, 29, 30 3

Pengasuhan Permisif memanjakan (permissive indulgent parenting)

1. Orang tua menunjukan kehangatan yang

sangat tinggi 31, 32, 33 3

2. Orang tua memberi kebebasan kepada

remaja untuk mengatur dirinya sendiri 34, 35, 36 3

3. Orang tua Membebaskan remaja berkuasa

di rumah 37, 38, 39 3

4. Orang tua tidak membuat tuntutan atau

standar perilaku yang jelas 40, 41, 42 3

5. Orang tua tidak pernah memberikan sanksi

bagi remaja 43, 44, 45 3

Gaya pengasuhan permisif tidak peduli (permissive indifferent parenting)

1. Orang tua cenderung menjauh dari anak

secara fisik dan psikis 46, 47, 48 3

2. Orang tua mengabaikan kebutuhan anaknya. 49, 50, 51 3 3. Orang tua cenderung tidak pernah

berbincang-bincang atau berkomunikasi dengan remaja.

52, 53, 54 3 4. Orang tua memberikan kebebasan tanpa

pengawasan 55, 56, 57 3


(30)

kegiatan anak

Jumlah 60

E. Pengembangan Instrumen Penelitian 1. Uji Kelayakan Instrumen

Uji kelayakan instrumen Konsep diri dan Pola Asuh Orang Tua dilakukan melalui penimbangan (judgement) oleh ahli untuk mengetahui tingkat kelayakan instrumen dari segi bahasa, konstruk, isi dan indikator yang hendak diukur, koreksi pada setiap butir pernyataan, keefektifan susunan kalimat dan koreksi terhadap bentuk format yang digunakan.

Penimbangan instrumen dilakukan oleh tiga orang dosen ahli dari Jurusan Psikologi Pendidikan dan Bimbingan, yaitu Dr. Nurhudaya, M.Pd dan Dr. H. Mubiar Agustin, M.Pd. Penilaian oleh tiga dosen ahli dilakukan dengan memberikan penilaian pada setiap item dengan kualifikasi Memadai (M) dan Tidak Memadai (TM). Item yang diberi nilai M menyatakan item tersebut dapat digunakan dan item yang diberi nilai TM dapat memiliki dua kemungkinan yaitu item tidak dapat digunakan atau diperlukan revisi pada item. Hasil penimbangan dari tiga dosen ahli, ditampilkan pada tabel 3.5 dan 3.6 berikut.

Tabel 3.5

Hasil Penimbangan Instrumen Konsep Diri Hasil Penimbangan

Pakar Nomor Item Jumlah

Memadai 1, 2, 3, 4, 5, 6, 7, 8, 17, 18, 19, 20, 21, 22, 23, 24,

33, 34, 35, 36, 37, 38, 39, 40 24

Revisi 9, 10, 11, 13, 14 , 15, 16, 25, 27, 28, 29, 30, 31,

32, 41, 42, 43, 44, 45, 46, 47, 48 22

Dibuang 12, 26 2


(31)

Tabel 3.6

Hasil Penimbangan Instrumen Pola Asuh Orang Tua Hasil Penimbangan

Pakar Nomor Item Jumlah

Memadai 1, 2, 3, 4, 5, 8, 9, 10, 11, 13, 14, 15, 16, 17, 18, 19, 20, 21, 22, 23, 24, 25, 26, 28, 30, 31, 32, 33, 34, 35, 36, 37, 38, 39, 45, 48, 49, 50, 51, 53, 54, 58,

42 Revisi 6, 7, 12, 27, 29, 40, 41, 42, 43, 44, 46, 47, 52, 55,

56, 57, 59, 60

18

Dibuang - 0

Total 60

2. Uji Keterbacaan

Uji keterbacaan dimaksudkan untuk mengukur sejauh mana keterbacaan instrument oleh siswa kelas VIII SMPN 1 Lembang Tahun Ajaran 2013-2014. Melalui uji keterbacaan dapat diketahui redaksi kata yang sulit dipahami oleh siswa sehingga dapat diperbaiki. Uji keterbacaan dilakukan agar angket dapat dipahami oleh semua siswa kelas VIII sesuai dengan maksud penelitian.

3. Uji Validitas dan Reliabilitas a. Uji Validitas

Validitas menunjukan sejauh mana suatu alat ukur mampu mengukur apa yang ingin diukur (a valid measure if it successfully measure the phenomenon) (Siregar. 2013; 75). Suatu instrument dikatakan valid jika instrument yang digunakan dapat mengukur apa yang hendak diukur. Pengolahan data dalam penelitian menggunakan bantuan SPSS 20 for windows. Validitas dilakukan dengan prosedur pengujian


(32)

Rhoxy =1 -

Keterangan:

Rhoxy : Koefisien korelasi tata jenjang

D : Difference (beda antara jarak jenjang setiap subjek) N : Banyaknya subjek

Hasil uji validitas instrumen konsep diri yang terdiri dari 46 item pernyataan, menunjukkan 42 item valid dan 4 item tidak valid.

Tabel 3.7

Hasil Uji Validitas Instrumen Konsep Diri Peserta Didik

Kesimpulan Item Jumlah

Jumlah Awal 46

Item Valid

1, 2, 3, 4, 5, 6, 7, 8, 9,10, 12,13,14,15,16,17,18, 19, 20, 21, 22, 23, 24, 25, 26, 28, 29, 30, 31, 32, 33, 34,

35, 36, 37, 38, 39, 40, 42, 43, 44, 45, 46

42 Tidak Valid

(Dibuang) 11, 27, 41, 44 4

Hasil uji validitas instrumen pola asuh orang tua yang terdiri dari 60 item pernyataan, menunjukkan 46 item valid dan 14 item tidak valid.

Tabel 3.8

Hasil Uji Validitas Instrumen Pola Asuh Orang Tua

Kesimpulan Item Jumlah

Jumlah Awal 60

Item Valid

2, 3, 5, 6, 7, 8, 9, 11, 13, 14, 15, 17, 18, 19, 21, 22, 23, 24, 25, 27, 28, 29, 30, 33, 34, 35, 36, 37, 38, 39, 40, 41,

42, 43, 45, 46, 49, 51, 52, 53, 54, 56, 57, 58, 59, 60

46 Tidak Valid

(Dibuang) 1, 4, 10, 12, 16, 20, 26, 31, 32, 44, 47, 48, 50, 55 14

b. Uji Reliabilitas

Realibilitas sama dengan konsistensi atau keajegan. Suatu instrument penelitian dikatakan mempunyai nilai reabilitas yang tinggi, apabila tes yang dibuat mempunyai hasil yang konsisten dalam mengukur yang hendak diukur. Ini berarti


(33)

semakin reliable suatu tes memiliki persyaratan maka semakin yakin kita dapat menyatakan bahwa dalam hasil suatu tes mempunyai hasil yang sama ketika dilakukan tes kembali.

Uji reliabilitas instrumen dilakukan dengan menggunakan bantuan SPSS 20 for windows dengan metode Alpha, dengan rumus sebagai berikut:

[ ] [ ] Keterangan:

= Nilai reliabilitas

= Jumlah varians skor tiap-tiap item = Varians total

k = Jumlah item

Selanjutnya untuk mengetahui interpretasi dari reliabilitas yang diperoleh , maka digunakan klasifikasi dari Sugiyono (2008:257) yang menyebutkan.

Tabel 3.9

Kriteria Keterandalan (Reliabilitas) Instrumen Besarnya nilai r Interpretasi

0,00 – 0,199 Sangat Rendah

0,20 – 0,399 Rendah

0,40 – 0,599 Sedang

0,60 – 0,799 Tinggi

0,80 – 1,000 Sangat Tinggi

Hasil pengolahan uji reliabilitas instrumen perilaku prososial dapat dilihat pada Tabel 3.10, sebagai berikut:

Tabel 3.10

Hasil Uji Reliabilitas Instrumen Konsep Diri Peserta Didik Reliability Statistics

Cronbach's Alpha

N of Items


(34)

Tabel 3.11

Hasil Uji Reliabilitas Instrumen Pola Asuh Orang Tua Reliability Statistics

Cronbach's Alpha

N of Items

,794 42

Pengujian reliabilitas instrumen konsep diri dan pola asuh orang tua memperoleh hasil sebesar 0,783 dan 0,705, artinya tingkat korelasi atau derajat keterandalannya tinggi. Instrumen konsep diri dan pola asuh orang tua yang digunakan sudah baik dan dapat dipercaya untuk dijadikan alat pengumpul data.

Kisi-kisi instrumen setelah uji coba sebagai berikut :

Tabel 3.12

Kisi-kisi Instrumen Konsep Diri Peserta Didik (Setelah Uji Coba)

Aspek Indikator Pernyataan

(+) (-)

Komponen perceptual

(Fisik)

Konsep siswa tentang fisik dan

penampilan yang dimiliki 1, 2, 3, 4 5, 6, 7, 8 8

Kesan yang diperolah dari orang lain tentang fisik dan penampilan

9, 10 12, 13, 14, 15 6

Komponen conceptual

(Psikis)

Persepsi siswa tentang kemampuan dan

ketidakmampuan yang dimiliki

16, 17, 18, 19 20, 21, 22, 23 8

Kesan tentang latar belakang keluarga

24, 25, 26 28, 29, 30 6

Komponen attitudinal

(Sikap)

Sikap terhadap masa kini dan masa depan

31, 32, 33, 34 35, 36, 37, 38 8

Kesan yang diperoleh dari orang lain tentang sikap yang dimiliki.

39, 40, 42 43, 45, 46 6


(35)

Tabel 3.13

Kisi-kisi Instrumen Konsep Diri Peserta Didik (Setelah Uji Coba)

Aspek Indikator No Item

Pengasuhan Autoritatif (Authoritative Parenting)

1. Orang tua memperlihatkan kehangatan dan

upaya pengasuhan 2, 3 2

2. Orang tua memberikan kebebasan pada

remaja dalam batas-batas yang wajar 5, 6 2

3. Orang tua membuat kesepakatan standar

prilaku yang jelas atau tegas bagi remaja 7, 8, 9 3 4. Orang tua menuntut remaja agar

bertanggung jawab dan mandiri 11 1

5. Orang tua ingin remaja berpartisipasi

dalam keluarga 13, 14, 15 3

Pengasuhan Autoritarian (authoritarian parenting)

1. Orang tua menuntut nilai kepatuhan yang

tinggi dari remaja 17, 18 2

2. Orang tua mengontrol dan membuat

aturan-aturan untuk mengontrol perilaku remaja.

19, 21 2

3. Orang tua berusaha membentuk dan

menilai sikap atau perilaku remaja dengan standar yang telah ditetapkan

22, 23, 24 3

4. Orang tua cenderung menggunakan hukuman untuk menerapkan disiplin terhadap remaja

25, 27 2

5. Orang tua cenderung tidak memberikan

kesempatan pada remaja untuk menyelesaikan masalahnya.

28, 29,30 3

Pengasuhan Permisif memanjakan (permissive indulgent parenting)

1. Orang tua menunjukan kehangatan yang

sangat tinggi 33 1

2. Orang tua memberi kebebasan kepada

remaja untuk mengatur dirinya sendiri 34, 35, 36 3

3. Orang tua Membebaskan remaja berkuasa

di rumah 37, 38, 39 3

4. Orang tua tidak membuat tuntutan atau

standar perilaku yang jelas 40,41,42 3

5. Orang tua tidak pernah memberikan sanksi

bagi remaja 43, 45 2

Gaya

1. Orang tua cenderung menjauh dari anak


(36)

pengasuhan permisif tidak peduli

(permissive indifferent parenting)

2. Orang tua mengabaikan kebutuhan

anaknya. 49, 51 2

3. Orang tua cenderung tidak pernah

berbincang-bincang atau berkomunikasi dengan remaja.

52, 53, 54 3

4. Orang tua memberikan kebebasan tanpa

pengawasan 56, 57 2

5. Orang tua tidak peduli permasalahan dan

kegiatan anak 58, 59, 60 3

Jumlah 46

F. Teknik Analisis Data 1. Verifikasi Data

Verifikasi data dilakukan untuk pemeriksaan terhadap data yang sudah diperoleh, verifikasi data bertujuan untuk menyeleksi data yang layak untuk diolah dan data yang tidak layak untuk diolah. Instrumen yang sudah terkumpul lalu direkap dengan memberikan penyekoran data sesuai dengan tahapan penyekoran yang telah ditentukan.

2. Penyekoran Data Hasil Penelitian

Instrumen konsep diri dan pola asuh orang tua menggunakan skala Likert yang menyediakan lima alternatif jawaban, yaitu: Sangat Sesuai, Sesuai, Kurang Sesuai, Tidak Sesuai, dan Sangat Tidak Sesuai. Masing-masing pilihan jawaban memiliki skor tertentu, sebagai berikut:

Tabel 3.15

Kategori Pemberian Skor Alternatif Jawaban

Pernyataan

Positif (+) Skor Alternatif Respon

Pernyataan Negatif (-)

5 SS 1

4 S 2

3 KS 3

2 TS 4


(37)

Pada alat ukur, setiap item diasumsikan memiliki nilai 1 - 5 dengan bobot tertentu. Bobotnya sebagai berikut.

a. Untuk pilihan jawaban sangat tidak sesuai (STS) memiliki skor 1 pada pernyataan positif dan skor 5 pada pernyataan negatif.

b. Untuk pilihan jawaban tidak sesuai (TS) memiliki skor 2 pada pernyataan positif atau 4 pada pernyataan negatif.

c. Untuk pilihan jawaban ragu-ragu (KS) memiliki skor 3 untuk pernyataan positif dan negatif

d. Untuk pilihan jawaban sesuai (S) memiliki skor 4 pada pernyataan positif atau skor 2 pada pernyataan negatif.

e. Untuk pilihan jawaban sangat sesuai (SS) memiliki skor 5 pada pernyataan positif atau skor 1 pada pernyataan negatif.

3. Pengolahan Data

Penelitian bertujuan untuk mengetahui tiga hal yakni gambaran dari konsep diri, gambaran pola asuh orang tua dan mengetahui besar pengaruh antara pola asuh orang tua terhadap pembentukan konsep diri remaja. Sehingga dari tujuan diketahui metode analisis data yang akan digunakan dalam penelitian.

a. Gambaran Umum Konsep Diri

Gambaran umum konsep diri remaja kelas VIII SMP Negeri 1 Lembang dilakukan dengan cara sebagai berikut :

1) Menentukan skor maksimal ideal yang diperoleh sampel : Skor maksimal ideal = jumlah soal × skor tertinggi 2) Menentukan skor minimal ideal yang diperoleh sampel :

Skor minimal ideal = jumlah soal × skor tertendah 3) Mencari rentang skor ideal yang diperoleh sampel :

Rentang skor = skor maksimal ideal – skor minimal ideal 4) Mencari interval skor


(38)

Interval skor = rentang skor / 2 b. Gambaran Umum Pola Asuh Orangtua

Pola asuh orangtua yang dirasakan oleh peserta didik ditentukan dengan cara mengubah skor mentah menjadi skor Z. Pengelompokan data dilakukan dengan cara melihat skor Z yang tertinggi dari keempat kelompok pola asuh pada setiap peserta didik sehingga dapat diketahui setiap siswa sehingga dapat diketahui setiap peserta didik cenderung merasakan salah satu pola asuh yang dirasakannya.

4. Uji Korelasi

Uji korelasi digunakan untuk mengetahui pengaruh antara variabel bebas X (pola asuh orang tua) dengan variabel terikat Y (konsep diri remaja), sehingga diketahui seberapa besar pengaruh variabel X terhadap Y.

Rumus yang digunakan adalah korelasi Rank Spearman sebagai berikut:

Keterangan:

= nilai korelasi spearman rank = selisih setiap pasangan rank

n = jumlah pasangan rank untuk spearman

Riduwan dan Sunarto (2009:74)

Setelah diperolehnya koefisien korelasi, maka untuk menginterpretasikan koefisien korelasi tersebut digunakan pedoman sebagai berikut, yaitu:

Tabel 3.16

Kriteria Tingkat Korelasi Kriteria Tingkat Korelasi

0,80 – 1,000 Sangat Kuat

0,60 – 0,799 Kuat

0,40 – 0,599 Sedang


(39)

0,20 – 0,399 Rendah 0,00 – 0,199 Sangat Rendah

Sugiyono (2008 : 257)

5. Uji Signifikansi

Untuk menguji tingkat signifikansi korelasi digunakan rumus:

Sugiono (2008: 228)

Hasil perhitungan dari signifikansi kemudian dibandingkan dengan pada tingkat kesalahan 5% uji dua pihak dan dk= n-2, sehingga dapat diperoleh keterangan bahwa apabila > maka dapat disimpulkan adanya signifikan antara variabel X dengan variabel Y, dan apabila < maka dapat disimpulkan bahwa tidak memiliki signifikansi antara variabel X dengan variabel Y.

6. Koefisien Determinasi

Koefisien determinasi dapat dihitung dengan cara mengkuadratkan koefisien korelasi yang telah ditemukan, dan selanjutnya dikalikan dengan 100%. Koefisien determinasi (penentu) ini dinyatakan dalam persen.

(Sugiyono, 2008:259) Keterangan:

KD = Koefisien determinasi = Kuadrat koefisiean korelasi

=


(40)

7. Pengujian Signifikan

Untuk penelitian ini, tingkat kesalahan yang dapat ditolerir atau tingkat signifikan ( ) ditetapkan sebesar 5% (0,05) pada dua tes sisi. Jika nilai signifikan (Sig) < α (0,05) ditolak dan diterima berarti terdapat hubungan antara pola asuh orang tua terhdap pembentukan konsep diri remaja. Jika nilai signifikan (Sig) > α

(0,05) diterima dan ditolak.

= Tidak terdapat hubungan yang signifikan antara pola asuh orang tua terhdap pembentukan konsep diri remaja kelas VIII SMPN 1 Lembang. = Terdapat hubungan yang signifikan antara pola asuh orang tua terhdap

pembentukan konsep diri remaja kelas VIII SMPN 1 Lembang

G. Prosedur Penenlitian

Prosedur penelitian terdiri dari tiga tahap, yaitu tahap persiapan, pelaksanaan dan pelaporan, sebagai berikut :

1. Tahap Persiapan

Tahap persiapan merupakan tahap awal , meliputi langkah-langkah berikut : (a) membuat proposal dan mempresentasikannya, (b) menyerahkan proposal kepada Ketua Dewan Skripsi, calon dosen pembimbing serta Ketua Jurusan Psikologi Pendidikan dan Bimbingan untuk mendapatkan persetujuan dan pengesahan, (c) membuat permohonan Surat Keputusan (SK) pengangkatan dosen pembimbing skripsi pada tingkat fakultas, dan (d) mengajukan mengajukan permohonan izin penelitian dari Universitas untuk disampaikan kepada Jurusan Psikologi Pendidikan dan Bimbingan, Fakultas Ilmu Pendidikan, serta SMP Negeri 1 Lembang.

2. Tahap Pelaksanaan

Tahap pelaksanaan penelitian meliputi : (a) melakukan studi pendahuluan ke sekolah yang dituju, (b) mengumpulkan data awal penelitian, (c) membuat instrume


(41)

yang telah ditimbang terlebih dahulu oleh pakar, (d) mengumpulkan data melalui penyebaran instrument penelitian, dan (e) mengolah dan menganalisis data.

3. Tahap Akhir

Pada tahap akhir, penelitian disempurnakan melalui langkah : (a) penyusunan laporan akhir penelitian, (b) hasil enelitian diujikan pada saat ujian sarjana, dan (hasil ujian sarjana dijadikan masukan bagi penyempurnaan penelitian yang akan datang.


(42)

Riesa Rismawati Siddik, 2014

BAB V

KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

A.Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang telah dilakukan, maka diperoleh kesimpulan bahwa:

1. Secara umum, konsep diri peserta didik Kelas VIII SMP Negeri 1 Lembang tahun ajaran 2013-2014 berada pada kategori konsep diri positif. Artinya, peserta didik kelas VIII SMP Negeri 1 Lembang sudah memiliki pengetahuan, penilaian dan pengharapan tentang diri secara positif baik mengenai fisik, psikis dan sikap.

2. Peserta didik kelas VIII SMP Negeri 1 Lembang tahun ajaran 2013-2014 tidak memiliki kecenderungan yang menonjol melainkan merasakan pola asuh yang beragam dan yaitu pengasuhan autoritatif (authoritative parenting), pengasuhan autoritarian (authoritarian parenting), pengasuhan permisif memanjakan (permissive indulgent parenting), dan gaya pengasuhan permisif tidak peduli (permissive indifferent parenting).

3. Besarnya koefisien korelasi antara pola asuh orang tua terhadap pembentukan konsep diri peserta didik kelas VIII SMP Negeri 1 Lembang tahun ajaran 2013-2014 tergolong kuat. Terdapat hubungan yang positif dan signifikan antara pola asuh orangtua terhadap pembentukan konsep diri peserta didik kelas VIII SMP Negeri 1 Lembang tahun ajaran 2013-2014, yang berarti bahwa semakin baik pola asuh orangtua yang dirasakan peserta didik, maka semakin positif konsep diri yang terbentuk, dan sebaliknya semakin kurang pola asuh orangtua yang dirasakan peserta didik, maka semakin negatif konsep diri yang terbentuk.


(43)

B. Rekomendasi

Berdasarkan simpulan dan hasil penelitian, berikut ini dikemukakan beberapa rekomendasi kepada pihak-pihak terkait :

1. Bagi Sekolah

a. Data hasil penelitian menunjukan bahwa sebagian besar peserta didik kelas VIII SMPN 1 Lembang Tahun Ajaran 2013/2014 memiliki konsep diri positif, maka dari itu rekomendasi untuk guru BK SMPN 1 Lembang yaitu upaya pengembangan dan pemeliharaan dalam bentuk layanan bimbingan baik klasikal atau layanan informasi agar konsep diri yang peserta didik miliki tetap terjaga. Namun masih terdapat capaian pada setiap aspek dan indikator konsep diri peserta didik yang perlu dikembangkan , maka dari itu capaian pada setiap aspek dan indikator dapat dimanfaatkan sebagai salah satu pertimbangan dalam optimalisasi pelaksanaan layanan bimbingan dan konseling di SMPN 1 Lembang.

b. Bagi guru BK hendaknya memperhatikan kondisi peserta didik, memberikan bimbingan yang bertujuan membantu peserta didik dalam menghadapi dan memecahkan masalah dalam pembentukan konsep diri, serta bagi peserta didik yang memiliki tipe pola asuh orang tua yang authoritatif guru BK hendaknya harus mengedepankan sikap komunikasi terbuka agar tahu permasalahan anak dan memberikan solusi yang terbaik untuk memecahkan permasalah mengenai konsep dirinya dan bagi pola asuh permisif guru hendaknya menanamkan sikap disiplin dalam belajar agar anak mandiri dan bertanggung jawab.

c. Berdasarkan kondisi pola asuh orang tua, guru BK dapat bekerja sama dengan wali kelas dengan mengadakan pertemuan rutin dengan orang tua yang membahas mengenai prilaku peserta didik dan mendiskusikan mengenai pola pengasuhan orang tua di rumah.


(44)

Pertemuan dapat memberikan masukan dan informasi tambahan mengenai gaya pengasuhan orang tua dan dampaknya terhadap anak dan untuk saling berkonsultasi dan bertukar pendapat untuk pengembangan pribadi anak ke arah yang lebih baik.

2. Bagi peneliti selanjutnya

Hasil penelitian dapat dijadikan masukan atau rujukan bagi peneliti selanjutnya untuk melakukan penelitian mengenai konsep diri yang dihubungkan dengan variabel lain yang mempengaruhi pembentukan konsep diri seseorang seperti dihubungkan dengan lingkungan tempat tinggalnya, lingkungan sekolahnya ataupun dengan teman sebayanya. Selain itu dapat pula dilakukan penelitian dengan populasi dan sampel yang lebih luas untuk mendapatkan hasil yang lebih stabil untuk dapat memperbaiki kekurangan pada penelitian sebelumnya.


(45)

DAFTAR PUSTAKA

Ali,M & Asrori,M. (2005). Psikologi Remaja (Perkembangan Peserta Didik).

Jakarta: PT. Bumi Aksara.

Baumrind, Diana. (2011). Prototypical Descriptions of 3 Parenting Styles.

[Online]. Tersedia : http://www.devpsy.org/teaching/parent/baumrind_ parenting_styles.pdf. [12 Januari 2014]

Burns, R. (1993). Konsep Diri (Teori Pengukuran, Perkembangan Dan Perilaku).

Jakarta: Arcan.

Damayanti. (2010). Hubungan Antara Pola Asuh Orang Tua Dengan Kontrol Diri Remaja Awal Di Sekolah. Skripsi Jurusan Psikologi Fip Upi Bandung. Tidak Diterbitkan.

Desmita. (2009). Psikologi Perkembangan Peserta Didik. Bandung: Rosdakarya.

Dewinuraida. (2010). Kontribusi Pola Asuh Orang Tua Yang Dirasakan Anak Terhadap Perilaku Prososial Anak. Skripsi PPB FIP UPI , Tidak Diterbitkan.

Fatimah, S. (2012). Dinamika Konsep Diri Pada Orang Dewasa Korban Child Abused. Jurnal Empathy Vol.1 , 131-143.

Fitriani. 2010. Perbedaan Motivasi Berprestasi Siswa Dilihat Dari Pola Asuh Orang Tuanya. Skripsi Jurusan PPB FIP UPI. Tidak Diterbitkan.

Goleman, D. (2000). Kecerdasan Emosional (Mengapa EI Lebih Penting Dari Pada IQ). Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.

Hartati & Pramawaty. (2012). Hubungan Pola Asuh Orang Tua Dengan Konsep Diri Anak Usia Sekolah. Jurnal Nursing Studies Vol.1 , 87-92.

Hurlock. (1980). Psikologi Perkembangan (Suatu Pendekatan Sepanjang Rentang Kehidupan). Jakarta: Erlangga.

Irsyadi. (2012). Pengaruh Bimbingan Karir Dan Pola Asuh Orang Tua Terhadap Kemandirian Dalam Memilih Karir Siswa Kelas X Jurusan Teknik Instalasi Tenaga Listrik Smk Negeri 1 Sedayu. Jurnal UNY , 1-14.

Kurniawan, Y. (2011). Perbedaan Penyesuaian Sosial Siswa Dilihat Dari Pola Asuh Orang Tua. Skripsi PPB FIP UPI , Tidak Diterbitkan.


(46)

Lutfi, H. (2012). Hubungan Pola Asuh Orang Tua Dengan Motivasi Belajar Siswa. Skripsi Psikologi FIP UPI , Tidak Diterbitkan.

Murmanto, M. (2007). Pembentukan Konsep Diri Siswa Melalui Pembelajaran Partisipasif. Jurnal Pendidikan. No. 4 , 66-74.

Nurihsan, Juntika. (2006). Bimbingan Dan Konseling. Bandung: PT Refika Aditama.

Nurihsan & Agustin. (2011). Dinamika Perkembangan Anak Dan Remaja.

Bandung: PT Refika Aditama.

Papalia,Et. All. (2008). Human Development (Psikologi Perkembangan). Jakarta: Prenada Media Group.

Palupi & Wrastari. 2013. Hubungan Antara Motivasi Berprestasi Dan Persepsi Terhadap Pola Asuh Orang Tua Dengan Prestasi Belajar Mahasiswa Psikologi Angkatan 2010 Universitas Airlangga. Jurnal psikologi pendidikan dan perkembangan Vol. 2. No. 01. Hal 1-6.

Prayitno. (2004). Dasar-Dasar Bimbingan Dan Konseling. Jakarta: PT Rineka Cipta.

Pudjijogyanti, Clara R. (1993). Konsep Diri Dalam Pendidikan. Jakarta : Arcan.

Ramdhani, P. 2013. Pengaruh Pola Asuh Orang Tua Terhadap Prokrastinasi Akademik Pada Siswa SMP Negeri 2 Anggana. Ejournal Psikologi, Volume 1, Nomor 2. Hal 136-147.

Riduwan & Sunarto. 2006. Belajar Mudah Penelitian Untuk Guru-Karyawan Dan Penulis Pemula. Bandung :Alfabeta.

Rohmatun, et. All. ____. Perception About The System Educate Permisif Of Parents With Cinderella Complex At Female Students. Jurnal Proyeksi, Vol.4 (2). Hal 29-38.

Santrock, J. W. (2003). Adolescence : Perkembangan Remaja. Jakarta: Erlangga.

Siregar, Syofian. 2013. Statistik Parametrik Untuk Penelitian Kuantitatif. Jakarta : Bumi Aksara.


(47)

Sugiyono. 2009. Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif dan R&D. Bandung : Alfabeta.

Suherman, U. (2000). Karakteristik Siswa dan Pelaksanaan Bimbingan dan Konseling di Sekolah Dasar Jurnal Bimbingan dan Konseling Vol. IV No. 7.

Suherman, U. (2007). Manajemen Bimbingan dan Konseling. Jakarta: Madani Production.

Supradewi & Mayaza. 2011. Konsep Diri Dan Kebermaknaan Hidup Pada Remaja Di Panti Asuhan. Jurnal Proyeksi, Vol 6 (2) 2011.Hal 103- 112.

Widiana, Et.All. (2006). Perbedaan Konsep Diri Antara Remaja Akhir Yang Mempersepsi Pola Asuh Orang Tua Authoritaran, Permissive Dan Authoritatif. Jurnal Psikologi Vol.4 , 119-133.

Wulandari, R. (2011). Efektivitas Konseling Bermain Dalam Meningkatkan Konsep Diri Siswa. Skripsi PPB FIP UPI .

Yulianto, H. (2012). Program Bimbingan Pribadi Sosial Untuk Mengembangkan Konsep Diri Siswa. Skripsi PPB FIP UPI.

Yusuf, Syamsu & Nurihsan, Juntika. 2005. Landasan Bimbingan Dan Konseling. Bandung: Rosda Karya.

Yusuf, S & Nurihsan, J. (2008). Teori Kepribadian. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.

Yusuf, S. (2009). Program Bimbingan Dan Konseling Di Sekolah. Bandung: Rizqi Press.

Yusuf, S. (2011). Psikologi Perkembangan Anak & Remaja. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.


(1)

Riesa Rismawati Siddik, 2014

Kontribusi pola asuh orangtua terhadap pembentukan konsep diri remaja Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

BAB V

KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

A.Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang telah dilakukan, maka diperoleh kesimpulan bahwa:

1. Secara umum, konsep diri peserta didik Kelas VIII SMP Negeri 1 Lembang tahun ajaran 2013-2014 berada pada kategori konsep diri positif. Artinya, peserta didik kelas VIII SMP Negeri 1 Lembang sudah memiliki pengetahuan, penilaian dan pengharapan tentang diri secara positif baik mengenai fisik, psikis dan sikap.

2. Peserta didik kelas VIII SMP Negeri 1 Lembang tahun ajaran 2013-2014 tidak memiliki kecenderungan yang menonjol melainkan merasakan pola asuh yang beragam dan yaitu pengasuhan autoritatif (authoritative parenting), pengasuhan autoritarian (authoritarian parenting), pengasuhan permisif memanjakan (permissive indulgent parenting), dan gaya pengasuhan permisif tidak peduli (permissive indifferent parenting).

3. Besarnya koefisien korelasi antara pola asuh orang tua terhadap pembentukan konsep diri peserta didik kelas VIII SMP Negeri 1 Lembang tahun ajaran 2013-2014 tergolong kuat. Terdapat hubungan yang positif dan signifikan antara pola asuh orangtua terhadap pembentukan konsep diri peserta didik kelas VIII SMP Negeri 1 Lembang tahun ajaran 2013-2014, yang berarti bahwa semakin baik pola asuh orangtua yang dirasakan peserta didik, maka semakin positif konsep diri yang terbentuk, dan sebaliknya semakin kurang pola asuh orangtua yang dirasakan peserta didik, maka semakin negatif konsep diri yang terbentuk.


(2)

89

Riesa Rismawati Siddik, 2014

Kontribusi pola asuh orangtua terhadap pembentukan konsep diri remaja Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

B. Rekomendasi

Berdasarkan simpulan dan hasil penelitian, berikut ini dikemukakan beberapa rekomendasi kepada pihak-pihak terkait :

1. Bagi Sekolah

a. Data hasil penelitian menunjukan bahwa sebagian besar peserta didik kelas VIII SMPN 1 Lembang Tahun Ajaran 2013/2014 memiliki konsep diri positif, maka dari itu rekomendasi untuk guru BK SMPN 1 Lembang yaitu upaya pengembangan dan pemeliharaan dalam bentuk layanan bimbingan baik klasikal atau layanan informasi agar konsep diri yang peserta didik miliki tetap terjaga. Namun masih terdapat capaian pada setiap aspek dan indikator konsep diri peserta didik yang perlu dikembangkan , maka dari itu capaian pada setiap aspek dan indikator dapat dimanfaatkan sebagai salah satu pertimbangan dalam optimalisasi pelaksanaan layanan bimbingan dan konseling di SMPN 1 Lembang.

b. Bagi guru BK hendaknya memperhatikan kondisi peserta didik, memberikan bimbingan yang bertujuan membantu peserta didik dalam menghadapi dan memecahkan masalah dalam pembentukan konsep diri, serta bagi peserta didik yang memiliki tipe pola asuh orang tua yang authoritatif guru BK hendaknya harus mengedepankan sikap komunikasi terbuka agar tahu permasalahan anak dan memberikan solusi yang terbaik untuk memecahkan permasalah mengenai konsep dirinya dan bagi pola asuh permisif guru hendaknya menanamkan sikap disiplin dalam belajar agar anak mandiri dan bertanggung jawab.

c. Berdasarkan kondisi pola asuh orang tua, guru BK dapat bekerja sama dengan wali kelas dengan mengadakan pertemuan rutin dengan orang tua yang membahas mengenai prilaku peserta didik dan mendiskusikan mengenai pola pengasuhan orang tua di rumah.


(3)

90

Riesa Rismawati Siddik, 2014

Kontribusi pola asuh orangtua terhadap pembentukan konsep diri remaja Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Pertemuan dapat memberikan masukan dan informasi tambahan mengenai gaya pengasuhan orang tua dan dampaknya terhadap anak dan untuk saling berkonsultasi dan bertukar pendapat untuk pengembangan pribadi anak ke arah yang lebih baik.

2. Bagi peneliti selanjutnya

Hasil penelitian dapat dijadikan masukan atau rujukan bagi peneliti selanjutnya untuk melakukan penelitian mengenai konsep diri yang dihubungkan dengan variabel lain yang mempengaruhi pembentukan konsep diri seseorang seperti dihubungkan dengan lingkungan tempat tinggalnya, lingkungan sekolahnya ataupun dengan teman sebayanya. Selain itu dapat pula dilakukan penelitian dengan populasi dan sampel yang lebih luas untuk mendapatkan hasil yang lebih stabil untuk dapat memperbaiki kekurangan pada penelitian sebelumnya.


(4)

Riesa Rismawati Siddik, 2014

Kontribusi pola asuh orangtua terhadap pembentukan konsep diri remaja Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

DAFTAR PUSTAKA

Ali,M & Asrori,M. (2005). Psikologi Remaja (Perkembangan Peserta Didik).

Jakarta: PT. Bumi Aksara.

Baumrind, Diana. (2011). Prototypical Descriptions of 3 Parenting Styles.

[Online]. Tersedia : http://www.devpsy.org/teaching/parent/baumrind_ parenting_styles.pdf. [12 Januari 2014]

Burns, R. (1993). Konsep Diri (Teori Pengukuran, Perkembangan Dan Perilaku).

Jakarta: Arcan.

Damayanti. (2010). Hubungan Antara Pola Asuh Orang Tua Dengan Kontrol Diri Remaja Awal Di Sekolah. Skripsi Jurusan Psikologi Fip Upi Bandung. Tidak Diterbitkan.

Desmita. (2009). Psikologi Perkembangan Peserta Didik. Bandung: Rosdakarya.

Dewinuraida. (2010). Kontribusi Pola Asuh Orang Tua Yang Dirasakan Anak Terhadap Perilaku Prososial Anak. Skripsi PPB FIP UPI , Tidak Diterbitkan.

Fatimah, S. (2012). Dinamika Konsep Diri Pada Orang Dewasa Korban Child Abused. Jurnal Empathy Vol.1 , 131-143.

Fitriani. 2010. Perbedaan Motivasi Berprestasi Siswa Dilihat Dari Pola Asuh Orang Tuanya. Skripsi Jurusan PPB FIP UPI. Tidak Diterbitkan.

Goleman, D. (2000). Kecerdasan Emosional (Mengapa EI Lebih Penting Dari Pada IQ). Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.

Hartati & Pramawaty. (2012). Hubungan Pola Asuh Orang Tua Dengan Konsep Diri Anak Usia Sekolah. Jurnal Nursing Studies Vol.1 , 87-92.

Hurlock. (1980). Psikologi Perkembangan (Suatu Pendekatan Sepanjang Rentang Kehidupan). Jakarta: Erlangga.

Irsyadi. (2012). Pengaruh Bimbingan Karir Dan Pola Asuh Orang Tua Terhadap Kemandirian Dalam Memilih Karir Siswa Kelas X Jurusan Teknik Instalasi Tenaga Listrik Smk Negeri 1 Sedayu. Jurnal UNY , 1-14.

Kurniawan, Y. (2011). Perbedaan Penyesuaian Sosial Siswa Dilihat Dari Pola Asuh Orang Tua. Skripsi PPB FIP UPI , Tidak Diterbitkan.


(5)

Riesa Rismawati Siddik, 2014

Kontribusi pola asuh orangtua terhadap pembentukan konsep diri remaja Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Lutfi, H. (2012). Hubungan Pola Asuh Orang Tua Dengan Motivasi Belajar Siswa. Skripsi Psikologi FIP UPI , Tidak Diterbitkan.

Murmanto, M. (2007). Pembentukan Konsep Diri Siswa Melalui Pembelajaran Partisipasif. Jurnal Pendidikan. No. 4 , 66-74.

Nurihsan, Juntika. (2006). Bimbingan Dan Konseling. Bandung: PT Refika Aditama.

Nurihsan & Agustin. (2011). Dinamika Perkembangan Anak Dan Remaja.

Bandung: PT Refika Aditama.

Papalia,Et. All. (2008). Human Development (Psikologi Perkembangan). Jakarta: Prenada Media Group.

Palupi & Wrastari. 2013. Hubungan Antara Motivasi Berprestasi Dan Persepsi Terhadap Pola Asuh Orang Tua Dengan Prestasi Belajar Mahasiswa Psikologi Angkatan 2010 Universitas Airlangga. Jurnal psikologi pendidikan dan perkembangan Vol. 2. No. 01. Hal 1-6.

Prayitno. (2004). Dasar-Dasar Bimbingan Dan Konseling. Jakarta: PT Rineka Cipta.

Pudjijogyanti, Clara R. (1993). Konsep Diri Dalam Pendidikan. Jakarta : Arcan.

Ramdhani, P. 2013. Pengaruh Pola Asuh Orang Tua Terhadap Prokrastinasi Akademik Pada Siswa SMP Negeri 2 Anggana. Ejournal Psikologi, Volume 1, Nomor 2. Hal 136-147.

Riduwan & Sunarto. 2006. Belajar Mudah Penelitian Untuk Guru-Karyawan Dan Penulis Pemula. Bandung :Alfabeta.

Rohmatun, et. All. ____. Perception About The System Educate Permisif Of Parents With Cinderella Complex At Female Students. Jurnal Proyeksi, Vol.4 (2). Hal 29-38.

Santrock, J. W. (2003). Adolescence : Perkembangan Remaja. Jakarta: Erlangga.

Siregar, Syofian. 2013. Statistik Parametrik Untuk Penelitian Kuantitatif. Jakarta : Bumi Aksara.


(6)

Riesa Rismawati Siddik, 2014

Kontribusi pola asuh orangtua terhadap pembentukan konsep diri remaja Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Sugiyono. 2009. Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif dan R&D. Bandung : Alfabeta.

Suherman, U. (2000). Karakteristik Siswa dan Pelaksanaan Bimbingan dan Konseling di Sekolah Dasar Jurnal Bimbingan dan Konseling Vol. IV No. 7.

Suherman, U. (2007). Manajemen Bimbingan dan Konseling. Jakarta: Madani Production.

Supradewi & Mayaza. 2011. Konsep Diri Dan Kebermaknaan Hidup Pada Remaja Di Panti Asuhan. Jurnal Proyeksi, Vol 6 (2) 2011.Hal 103- 112.

Widiana, Et.All. (2006). Perbedaan Konsep Diri Antara Remaja Akhir Yang Mempersepsi Pola Asuh Orang Tua Authoritaran, Permissive Dan Authoritatif. Jurnal Psikologi Vol.4 , 119-133.

Wulandari, R. (2011). Efektivitas Konseling Bermain Dalam Meningkatkan Konsep Diri Siswa. Skripsi PPB FIP UPI .

Yulianto, H. (2012). Program Bimbingan Pribadi Sosial Untuk Mengembangkan Konsep Diri Siswa. Skripsi PPB FIP UPI.

Yusuf, Syamsu & Nurihsan, Juntika. 2005. Landasan Bimbingan Dan Konseling. Bandung: Rosda Karya.

Yusuf, S & Nurihsan, J. (2008). Teori Kepribadian. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.

Yusuf, S. (2009). Program Bimbingan Dan Konseling Di Sekolah. Bandung: Rizqi Press.

Yusuf, S. (2011). Psikologi Perkembangan Anak & Remaja. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.