KONTRIBUSI KONFORMITAS TERHADAP KOMPETENSI INTERPERSONAL SISWA : Penelitian Deskriptif terhadap Siswa Kelas VIII SMP Negeri 15 Bandung Tahun Ajaran 2013 / 2014.
KONTRIBUSI KONFORMITAS TERHADAP KOMPETENSI INTERPERSONAL SISWA
(Studi Deskriptif terhadap Siswa Kelas VIII SMP Negeri 15 Bandung Tahun Ajaran 2013/2014)
SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Sebagian dari Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan
Bidang Psikologi Pendidikan dan Bimbingan
oleh:
Rizzta Dwi Delviyanti 0901754
JURUSAN PSIKOLOGI PENDIDIKAN DAN BIMBINGAN
FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA
(2)
KONTRIBUSI KONFORMITAS TERHADAP KOMPETENSI INTERPERSONAL SISWA
(Studi Deskriptif terhadap Siswa SMP Negeri 15 Bandung Kelas VIII Tahun Ajaran 2013/2014)
Oleh
Rizzta Dwi Delviyanti
Sebuah skripsi yang diajukan untuk memenuhi sebagian dari syarat memperoleh gelar Sarjana pada Fakultas Ilmu Pendidikan
© Rizzta Dwi Delviyanti 2014 Universitas Pendidikan Indonesia
Maret 2014
Hak Cipta dilindungi undang-undang.
Skripsi ini tidak boleh diperbanyak seluruhnya atau sebagian, dengan dicetak ulang, difoto kopi, atau cara lainnya tanpa izin dari penulis
(3)
RIZZTA DWI DELVIYANTI 0901754
KONTRIBUSI KONFORMITAS TERHADAP KOMPETENSI INTERPERSONAL SISWA
(Penelitian Deskriptif Terhadap Siswa Kelas VIII SMP Negeri 15 Bandung Tahun Ajaran 2013 / 2014)
Oleh:
Rizzta Dwi Delviyanti 0901754
Disetujui dan disahkan oleh: PEMBIMBING I
Dr. H. Agus Taufiq., M.Pd NIP. 19580816 1985031007
PEMBIMBING II
Dra. S.A. Lily Nurillah., M.Pd NIP. 19580114 1986032002
Mengetahui / Mengesahkan Ketua Jurusan
Psikologi Pendidikan dan Bimbingan
Fakultas Ilmu Pendidikan Univesitas Pendidikan Indonesia
Dr. Nandang Rusmana, M. Pd. NIP 19600501 1986031004
(4)
ABSTRAK
Rizzta Dwi Delviyanti (2014) Kontribusi Konformitas Terhadap Kompetensi Interpersonal Siswa (Penelitian Deskriptif terhadap Siswa Kelas VIII SMP Negeri 15 Bandung Tahun Ajaran 2013 / 2014)
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kontribusi antara konformitas dengan kompetensi interpersonal pada siswa. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa kelas VIII SMP Negeri 15 Bandung Tahun Ajaran 2013/2014 yang berjumlah 253 orang. Penelitian menggunakan pendekatan kuantitatif dengan harapan memperoleh data mengenai gambaran umum siswa yang memiliki pengaruh konformitas dengan kompetensi interpersonal. Metode yang digunakan adalah metode deskriptif untuk mendeskripsikan konformitas terhadap kompetensi interpersonal siswa kelas VIII SMP Negeri 15 Bandung serta upaya untuk mengembangkan kompetensi interpersonal siswa dalam bentuk program hipotetik bimbingan dan konseling pribadi sosial. Pengumpulan data dilakukan dengan menggunakan angket konformitas dengan kompetensi interpersonal yang sesuai dengan indikator dari setiap variabelnya. Hasil penelitian menunjukkan adanya hubungan yang signifikan antara konformitas dengan kompetensi interpersonal siswa kelas VIII, oleh karena itu dapat dinyatakan bahwa tinggi rendahnya tingkat konformitas akan secara signifikan mempengaruhi kompetensi interpersonal individu yang bersangkutan. Rekomendasi penelitian diberikan kepada a) guru bimbingan dan konseling untuk memberikan layanan informasi kepada siswa; b) berperan mengarahkan siswa menggunakan media diskusi; c) peneliti selanjutnya untuk dapat mengembangkan penelitian yang sudah ada untuk diterapkan pada tingkatan selanjutnya.
(5)
ABSTRACT
Rizzta Dwi Delviyanti (2014) Contributions Conformity to Competence Interpersonal Students (Research Descriptive to wards Students VIII Class of SMP Negeri 15 Bandung School Year 2013/2014)
The aim of this study is to know the contribution between conformity and interpersonal competence of students. The sample of this study is all of students in class VIII in SMP Negeri 15 Bandung 2013/2014. The total samples are 253 students. The study uses a quantitative approach in hope to obtaining a general overview of data on students who have the effect of conformity with interpersonal competence. The method used is descriptive method to describe the interpersonal competence of conformity to the eighth grade students of SMP Negeri 15 Bandung as well as efforts to develop students' interpersonal competence in the form of guidance and counseling programs hypothetical social personal. The data was collected using questionnaire conformity with interpersonal competence according to indicators of each variable. The results showed a significant relationship between interpersonal competence conformity with eighth grade students, therefore it can be stated that the high and low levels of conformity will significantly affect interpersonal competence of the individual concerned. Research recommendations are given to a) teacher guidance and counseling to provide information services to students, b) directs students to use media discussion c) further research to develop existing research to be applied to the next level.
(6)
DAFTAR ISI
PERNYATAAN
ABSTRAK ... Error! Bookmark not defined. ABSTRACT ... Error! Bookmark not defined. KATA PENGANTAR ... Error! Bookmark not defined. UCAPAN TERIMA KASIH ... Error! Bookmark not defined. DAFTAR ISI...1 DAFTAR TABEL ...4 DAFTAR LAMPIRAN ...10 BAB IPENDAHULUAN ... Error! Bookmark not defined.
A. Latar Belakang Masalah ... Error! Bookmark not defined. B. Identifikasi dan Rumusan Masalah ... Error! Bookmark not defined. 1. Identifikasi Masalah ... Error! Bookmark not defined. 2. Rumusan Masalah... Error! Bookmark not defined. C. Tujuan Penelitian ... Error! Bookmark not defined. D. Manfaat Penelitian ... Error! Bookmark not defined. 1. Bagi Guru Bimbingan dan Konseling . Error! Bookmark not defined. 2. Bagi Siswa ... Error! Bookmark not defined. E. Struktur Organisasi Penulisan ... Error! Bookmark not defined.
BAB IIPERANAN KONFORMITAS TERHADAP PENGEMBANGAN
KOMPETENSI INTERPERSONAL ... Error! Bookmark not defined. A. Remaja ... Error! Bookmark not defined. 1. Pengertian remaja ... Error! Bookmark not defined. 2. Ciri-ciri masa remaja ... Error! Bookmark not defined. 3. Aspek-aspek Perkembangan Remaja ... Error! Bookmark not defined.
4. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Perkembangan RemajaError! Bookmark not defined.
B. Konformitas ... Error! Bookmark not defined. 1. Pengertian Konformitas ... Error! Bookmark not defined. 2. Jenis-jenis Konformitas ... Error! Bookmark not defined.
(7)
3. Aspek Konformitas ... Error! Bookmark not defined. 4. Faktor yang Mempengaruhi KonformitasError! Bookmark not defined. C. Kompetensi Interpersonal ... Error! Bookmark not defined.
1. Pengertian Kompetensi Interpersonal .. Error! Bookmark not defined. 2. Aspek-aspek Kompetensi InterpersonalError! Bookmark not defined.
3. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kompetensi InterpersonalError! Bookmark not defined.
D. Pengembangan Program Layanan BK Pribadi untuk Mengembangkan Kompetensi Interpersonal Remaja ... Error! Bookmark not defined. 1. Pengertian Bimbingan Pribadi Sosial .. Error! Bookmark not defined. 2. Fungsi Bimbingan Pribadi Sosial ... Error! Bookmark not defined. 3. Tujuan Bimbingan Pribadi Sosial ... Error! Bookmark not defined. 4. Komponen Layanan ... Error! Bookmark not defined. 5. Peranan Program Bimbingan Pribadi untuk Mengembangkan Kompetensi Interpersonal Remaja ... Error! Bookmark not defined. E. Hasil-hasil Penelitian Terdahulu ... Error! Bookmark not defined. BAB IIIMETODE PENELITIAN ... Error! Bookmark not defined.
A. Lokasi dan Subjek Populasi / Sampel PenelitianError! Bookmark not defined. 1. Lokasi Penelitian ... Error! Bookmark not defined. 2. Subjek Populasi / Sampel Penelitian ... Error! Bookmark not defined. B. Pendekatan, Metode, dan Desain Penelitian . Error! Bookmark not defined. C. Definisi Operasional Variabel ... Error! Bookmark not defined. 1. Konformitas ... Error! Bookmark not defined. 2. Kompetensi Interpersonal ... Error! Bookmark not defined. D. Pengembangan Instrumen ... Error! Bookmark not defined. 1. Pengembangan Kisi-Kisi Instrumen .... Error! Bookmark not defined. 2. Jenis instrumen ... Error! Bookmark not defined. 3. Skoring Instrumen ... Error! Bookmark not defined. E. Uji Coba Alat Pengumpul Data ... Error! Bookmark not defined. 1. Penyusunan Butir-Butir Instrumen ... Error! Bookmark not defined.
2. Penimbangan Butir Pernyataan (Judgement Instrumen)Error! Bookmark not defined.
3. Perbaikan Instrumen ... Error! Bookmark not defined. 4. Uji Keterbacaan ... Error! Bookmark not defined.
(8)
F. Teknik Pengumpulan Data ... Error! Bookmark not defined. G. Analisis Data ... Error! Bookmark not defined. 1. Uji Validitas ... Error! Bookmark not defined. 2. Uji Reliabilitas ... Error! Bookmark not defined. H. Prosedur Penelitian ... Error! Bookmark not defined. 1. Penyusunan Proposal Penelitian ... Error! Bookmark not defined. 2. Perizinan Penelitian ... Error! Bookmark not defined.
3. Penyusunan dan Pengembangan Alat Pengumpul DataError! Bookmark not defined.
4. Pelaksanaan Pengumpulan Data ... Error! Bookmark not defined. I. Teknik Pengolahan Data ... Error! Bookmark not defined. 1. Verifikasi Data ... Error! Bookmark not defined. 2. Penyekoran ... Error! Bookmark not defined. 3. Pengolahan Data ... Error! Bookmark not defined. BAB IVHASIL PENELITIAN ... Error! Bookmark not defined. BAB VKESIMPULAN DAN REKOMENDASI .. Error! Bookmark not defined. A. Kesimpulan ... Error! Bookmark not defined. B. Rekomendasi ... Error! Bookmark not defined. DAFTAR PUSTAKA
(9)
DAFTAR TABEL
Hal Tabel 3.1 Jumlah Anggota Populasi dan Sampel Siswa Kelas VIII
SMP Negeri 15 Bandung Tahun Ajaran 2013/2014 ...
40
Tabel 3.2 Kisi-kisi Instrumen Konformitas (Sebelum Uji Coba) ...
49
Tabel 3.3 Kisi-kisi Instrumen Kompetensi Interpersonal (Setelah Uji Coba) ...
50
Tabel 3.4 Kriteria Konformitas ………... 51 Tabel 3.5 Kriteria Kompetensi Interpersonal
………... 52
Tabel 3.6 Hasil Penimbangan Instrumen Konformitas ...
53
Tabel 3.7 Hasil Penimbangan Instrumen Kompetensi Interpersonal ………...
53
Tabel 3.8 Hasil Uji Validitas Item Konformitas …………...
56
Tabel 3.9 Hasil Uji Validitas Item Kompetensi Interpersonal ………...
56
Tabel 3.10 Kisi-kisi Instrumen Konformitas (Setelah Uji Coba) ………...………...
57
Tabel 3. 11 Kisi-kisi Instrumen Kompetensi Interpersonal (Setelah Uji Coba) ...
58
Tabel 3. 12 Kriteria Keterandalah (Reliabilitas) Instrumen ………...
60
Tabel 3. 13 Kriteria Konformitas ……… 62 Tabel 3.14 Kriteria Kompetensi Interpersonal …………... 63 Tabel 3.15 Distribusi Frekuensi Skor Konformitas Siswa
………...
64
(10)
………... Tabel 3.17 Interpretasi Kategori Kompetensi Interpersonal Siswa
………...
65
Tabel 3.18 Kriteria Tingkat Korelasi
………... 66
Tabel 4.1 Gambaran Umum Tingkat Konformitas Siswa Kelas VIII SMP Negeri 15 Bandung Tahun Ajaran 2013/2014...
68
Tabel 4.2 Konformitas Aspek Kekompakkan Siswa Kelas VIII SMP Negeri 15 Bandung Tahun Ajaran 2013/2014 ...
69
Tabel 4.3 Konformitas Aspek Kekompakan Indikator Ingin Memperoleh Pengakuan dari Kelompok Siswa Kelas VIII SMP Negeri 15 Bandung Tahun Ajaran 2013/2014 ...
70
Tabel 4.4 Konformitas Aspek Kekompakan Indikator Ingin Memperoleh Kedekatan dengan Kelompok Siswa Kelas VIII SMP Negeri 15 Bandung Tahun Ajaran 2013/2014 ...
71
Tabel 4.5 Konformitas Aspek Kekompakan Indikator Penyesuaian Diri dengan Anggota Kelompok Siswa Kelas VIII SMP Negeri 15 Bandung Tahun Ajaran 2013/2014 ...
71
Tabel 4.6 Konformitas Aspek Kekompakan Indikator Perhatian Siswa kepada Kelompok Siswa Kelas VIII SMP Negeri
15 Bandung Tahun Ajaran
2013/2014…...
72
Tabel 4. 7 Konformitas Aspek Kesepakatan Siswa Kelas VIII SMP Negeri 15 Bandung Tahun Ajaran 2013/2414...
73
Tabel 4. 8 Konformitas Aspek Kesepakatan Indikator Kepercayaan pada Pendapat Kelompok Siswa Kelas XI Unggulan B
(11)
SMA Pasundan 8 Bandung Tahun Ajaran 2013/2414... Tabel 4. 9 Konformitas Aspek Kesepakatan Indikator Persamaan Pendapat antara Anggota Kelompok Siswa Kelas VIII SMP Negeri 15 Bandung Tahun Ajaran 2013/2414 …………...
74
Tabel 4. 10 Konformitas Aspek Ketaatan Siswa Kelas VIII SMP Negeri 15 Bandung Tahun Ajaran 2013/2414 ………...
75
Tabel 4. 11 Konformitas Aspek Ketaatan Indikator Kepatuhan karena Adanya Ganjaran Siswa Kelas VIII SMP Negeri
15 Bandung Tahun Ajaran
2013/2414... 76
Tabel 4. 12 Konformitas Aspek Ketaatan Indikator Kerelaan Melakukan Tindakan Sesuai Harapan Kelompok Siswa Kelas VIII SMP Negeri 15 Bandung Tahun Ajaran 2013/2414...
76
Tabel 4. 13 Gambaran Umum Kompetensi Interpersonal Siswa Kelas VIII SMP Negeri 15 Bandung Tahun Ajaran 2013/2414...
77
Tabel 4.14 Kompetensi Interpersonal Aspek Kemampuan Berinisiatif Siswa Kelas VIII SMP Negeri 15 Bandung Tahun Ajaran 2013/2014 ...
79
Tabel 4.15 Kompetensi Interpersonal Aspek Kemampuan Berinisiatif Indikator Interaksi dengan Lingkungan Sekolah siswa kelas VIII SMP Negeri 15 Bandung Tahun Ajaran 2013/2014 ...
79
Tabel 4.16 Kompetensi Interpersonal Aspek Kemampuan Berinisiatif Indikator Kemampuan Mencari Pengalaman Baru di Lingkungan Sekitar Siswa Kelas VIII SMP
(12)
Negeri 15 Bandung Tahun Ajaran 2013/2014………... Tabel 4.17 Kompetensi Interpersonal Aspek Kemampuan Bersikap Terbuka Siswa Kelas VIII SMP Negeri 15 Bandung
Tahun Ajaran 2013/2014
………... 81
Tabel 4.18 Kompetensi Interpersonal Aspek Kemampuan Bersikap Terbuka Indikator Berhubungan Lebih Dekat dengan Orang Lain Siswa Kelas VIII SMP Negeri 15 Bandung
Tahun Ajaran 2013/2014
………... 81
Tabel 4.19 Kompetensi Interpersonal Aspek Kemampuan Bersikap Terbuka Indikator Menempatkan Diri pada Situasi Tertentu Siswa Kelas VIII SMP Negeri 15 Bandung
Tahun Ajaran 2013/2014
………... 82
Tabel 4.20 Kompetensi Interpersonal Aspek Kemampuan Bersikap Terbuka Indikator Memberikan Pujian dan Dukungan terhadap Orang Lain Siswa Kelas VIII SMP Negeri 15 Bandung Tahun Ajaran 2013/2014 ...
83
Tabel 4.21 Kompetensi Interpersonal Aspek Kemampuan Bersikap Asertif Siswa Kelas VIII SMP Negeri 15 Bandung
Tahun Ajaran 2013/2014
... 83
Tabel 4.22 Kompetensi Interpersonal Aspek Kemampuan Bersikap Asertif Indikator Berpendapat dalam Kelompok Siswa Kelas VIII SMP Negeri 15 Bandung Tahun Ajaran 2013/2014 ...
84
Tabel 4.23 Kompetensi Interpersonal Aspek Kemampuan Bersikap Asertif Indikator Menerima Pendapat Orang Lain Siswa Kelas VIII SMP Negeri 15 Bandung Tahun Ajaran 2013/2014 ………...
85
(13)
Dukungan Emosional Siswa Kelas VIII SMP Negeri 15 Bandung Tahun Ajaran 2013/2014 ... Tabel 4.25 Kompetensi Interpersonal Aspek Memberikan Dukungan Emosional Indikator Empati terhadap Orang Lain siswa kelas VIII SMP Negeri 15 Bandung Tahun Ajaran 2013/2014………..
86
Tabel 4.26 Kompetensi Interpersonal Aspek Pemberian Dukungan Emosional Indikator Komunikasi Efektif dengan Orang Lain Siswa Kelas VIII SMP Negeri 15 Bandung Tahun Ajaran 2013/2014 ………
87
Tabel 4.27 Kompetensi Interpersonal Aspek Pemberian Dukungan Emosional Indikator Pendengar yang Baik bagi Orang Lain Siswa Kelas VIII SMP Negeri 15 Bandung Tahun Ajaran 2013/2014 ……….
87
Tabel 4.28 Kompetensi Interpersonal Aspek Kemampuan Mengatasi Konflik Siswa Kelas VIII SMP Negeri 15 Bandung Tahun Ajaran 2013/2014 ………
88
Tabel 4.29 Kompetensi Interpersonal Aspek Kemampuan Mengatasi Konflik Indikator Memahami Situasi yang ada di Sekitar Siswa Kelas VIII SMP Negeri 15 Bandung Tahun Ajaran 2013/2014 ………
88
Tabel 4.30 Kompetensi Interpersonal Aspek Kemampuan Mengatasi Konflik Indikator Memiliki Etika Sosial Diri Siswa Kelas VIII SMP Negeri 15 Bandung Tahun Ajaran 2013/2014 ………
89
Tabel 4.31 Kompetensi Interpersonal Aspek Kemampuan Mengatasi Konflik Indikator Memiliki Cara-cara Objektif dalam Pengambilan Keputusan dan Pemecahan Masalah Siswa Kelas VIII SMP Negeri 15 Bandung Tahun Ajaran 2013/2014 ………
90
Tabel 4.32 Korelasi Pearson Product Moment Konformitas terhadap Kompetensi Interpersonal Siswa Kelas VIII
(14)
(15)
DAFTAR LAMPIRAN
LAMPIRAN 1 ADMINISTRASI A. SK Pembimbing
B. Surat Ijin Penelitian
C. Surat Keterangan telah Menyelesaikan Penelitian
LAMPIRAN 2 INSTRUMEN PENELITIAN A. Rekap Judgement Instrumen
B. Instrumen Konformitas (Sebelum Uji Coba)
C. Instrumen Kompetensi Interpersonal (Sebelum Uji Coba) D. Instrumen Konformitas (Setelah Uji Coba)
E. Instrument Kompetensi Interpersonal (Setelah Uji Coba)
LAMPIRAN 3 HASIL PENGOLAHAN VALIDITAS DAN RELIABILITAS A. Validitas Konformitas
B. Validitas Kompetensi Interpersonal C. Reliabilitas Konformitas
D. Reliabilitas Kompetensi Interpersonal
LAMPIRAN 4 DATA PENELITIAN A. Data Mentah Sampel
B. Hasil Pengolahan Data
(16)
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Menurut Havighurst (Nurihsan & Agustin, 2011: 19), bahwa tugas perkembangan adalah tugas yang muncul pada saat periode tertentu dari kehidupan individu, jika berhasil akan menimbulkan rasa bahagia dan membawa ke arah keberhasilan dalam melaksanakan tugas-tugas berikutnya. Tugas perkembangan remaja pada usia 12-21 tahun perkembangan di antaranya adalah mencapai kebebasan emosional dari orangtua dan orang lainnya, dan secara sosial menghendaki dan mencapai kemampuan bertindak secara bertanggung jawab.
Periode remaja adalah masa transisi dari periode anak-anak ke periode dewasa. Periode ini dianggap sebagai masa-masa yang amat penting dalam kehidupan seseorang khususnya dalam pembentukan kepribadian individu. Menurut Harold Alberty (Nurihsan dan Agustin, 2011: 55), masa remaja merupakan suatu periode dalam perkembangan yang dijalani seseorang yang terbentang semenjak berakhirya masa kanak-kanak sampai datang masa dewasa awal. Dalam pembentukan kepribadian, remaja dihadapkan pada kebingungan mengenai dirinya, sehingga remaja membutuhkan bantuan, serta bimbingan dari orang-orang terdekatnya, seperti keluarga dan teman sebayanya (Nurihsan dan Agustin, 2011: 19).
Masa remaja awal berlangsung pada usia 12 sampai 15 tahun, masa remaja madya berlangsung pada usia 15 sampai 17 tahun, sedangkan masa remaja akhir berlangsing pada usia 17 sampai 21 tahun. Pada masa remaja, menurut teori krisis psikososial Erikson (dalam Desmita, 2005: 35) memberikan perhatian pada identity vs identitu confusion. Identity merupakan penentuan “siapa” dan “apa” yang diinginkan seorang remaja di masa yang akan datangnya, sedangkan identity confusion merupakan kondisi dimana seseorang mengalami kebingungan identitas yang dapat menyebabkan seseorang merasa terisolasi, hampa, cemas dan bimbang, masa dimana mencari identitas dan mencoba untuk melakukan segala hal.
(17)
2
Remaja lebih banyak menghabiskan waktu di lingkungan sekolah daripada di rumah, sehingga pengaruh lingkungan sekolah akan lebih besar berpengaruh pada remaja. Dengan begitu para remaja lebih banyak menghabiskan waktunya bersama kelompok teman di sekolah (Santrock, 1996: 50), yaitu dengan siapa mereka merasa nyaman dan dapat mengidentifikasi diri mereka, identifikasi bias dikatakan bahwa seseorang yang meniru penampilan atau tingkah laku dari orang lain yang bias menjadi idolanya.
Dari kelompok-kelompok masyarakat yang ada, sebagai manusia yang tergabung di dalamnya dan menimbulkan perasaan-perasaan untuk menegaskan dirinya bahwa kita adalah bagian dari kelompok tertentu, dari perasaan seperti itu akan timbul tingkah laku yang disebut dengan konformitas.
Konformitas adalah suatu bentuk pengaruh sosial yang dimana individu mengubah sikap dan tingkah lakunya agar sesuai dengan norma sosial. Konformitas sebagai bentuk perilaku sama dengan orang lain yang didorong oleh keinginan sendiri. Adanya konformitas dapat dilihat dari perubahan perilaku atau keyakinan karena adanya tekanan dari kelompok, baik yang sungguh-sungguh ada maupun yang dibayangkan saja.
Konsep konformitas seringkali digeneralisasikan untuk masa remaja karena dari banyak penelitian terungkap bahwa pada masa remaja konformitas terjadi dengan frekuensi yang lebih tinggi dibandingkan dengan masa pertumbuhan lainnya. Dari beberapa pendapat yang sudah dijelaskan konformitas adalah ketika individu melakukan aktivitas dimana terdapat dorongan yang kuat untuk melakukan sesuatu yang sama dengan yang lainnya, walaupun tindakan tersebut merupakan cara-cara yang menyimpang. Remaja yang mempunya tingkat konformitas tinggi akan lebih banyak tergantung pada aturan dan norma yang berlaku dalam kelompoknya, sehingga remaja cenderung ikut berkontribusi dalam setiap aktivitas sebagai usaha kelompok.
Salah satu tugas perkembangan siswa yaitu mencapai hubungan baru dan yang lebih matang dengan teman sebaya serta mencapai peran sosial baik sebagai pria maupun wanita. Menurut Syamsu Yusuf (2009: 55) salah satunya memiliki kemampuan berinteraksi sosial (human relationship) yang diwujudkan dalam
(18)
3
bentuk hubungan persahabatan, persaudaraan dengan sesama, remaja harus menyesuaikan diri dengan orang di luar lingkungan keluarganya, seperti kelompok teman sekolah.
Condry, Simon dan Bronfenbrenner (Santrock, 1996: 57) melakukan suatu penelitian yang menyatakan bahwa dalam satu minggu, remaja menghabiskan waktu dua kali lebih banyak dengan kelompok teman sebayanya dibandingkan dengan orangtuanya. Hal tersebut menunjukkan bahwa seorang remaja lebih banyak berinteraksi dengan teman sebayanya dibandingkan dengan anggota keluarganya.
Hubungan dengan teman sebaya yang ditujukan dengan interaksi yang terjalin di dalamnya, sehingga membuat remaja mempersepsi dirinya berdasarkan cerminan dari penilaian teman sebayanya. Kekurangmampuan remaja dalam membina hubungan secara interpersonal berakibat terganggunya kehidupan sosial. Seperti malu menarik diri, berpisah atau putus hubungan dengan seseorang yang pada akhirnya menyebabkan kesepian.
Kompetensi interpersonal merupakan kunci bagi individu untuk mengkomunikasikan ide-ide cemerlangnya kepada orang lain. Orang yang memiliki kemampuan sosial dan dapat berkomunikasi dengan orang lain dalam waktu yang lama cenderung lebih berhasil dibandingkan dengan mereka yang tidak memiliki kemampuan tersebut dan salah satu faktor yang banyak menentukan keberhasilan dalam menjalin komunikasi dengan orang lain adalah kompetensi interpersonal.
Keberhasilan remaja dalam menjalin hubungan secara interpersonal dengan orang lain berpengaruh dalam menciptakan kebahagiaan hidup individu, karena melalui hubungan interpersonal kebutuhan akan pengakuan dari orang lain berupa tanggapan yang menunjukkan bahwa dirinya normal, sehat dan berharga dapat terpenuhi. Menjalin hubungan interpersonal dengan orang lain tidak hanya penting bagi remaja, tapi juga bagi orang-orang dalam setiap tahapan. Ada beberapa segi positif yang bisa diambil dari menjalin hubungan interpersonal dengan orang lain, pertama, hubungan interpersonal membantu perkembangan intelektual dan sosial individu. Perkembangan intelektual dan sosial ini sangat
(19)
4
ditentungan oleh kualitas hubungan interpersonal individu dengan orang lain. Ketika kualitas hubungan interpersonal seseorang sudah baik akan terlihat dari banyaknya teman yang dimilikinya dan mampu menyesuaikan diri dengan lingkungannya.
Kedua, melalui hubungan interpersonal dengan orang lain identitas atau jati diri seseorang akan terbentuk. Selama proses hubungan dengan orang lain secara sadar maupun tidak disadari individu mulai mengamati, memperhatikan dan mencatat dalan hati semua tanggapan yang diberikan oleh orang lain terhadap dirinya.
Ketiga, hubungan interpersonal dengan orang lain khususnya dengan orang yang memiliki peran penting dalam kehidupan setiap individu seperti ayah, ibu, saudara kandung akan berpengaruh terhadap kesehatan mentalnya juga.
Keempat, hubungan interpersonal memabantu remaja melakukan perbandingan sosial dalam rangka memahami kenyataan di sekelilingnya dan menguji kebenaran kesan-kesan dan pengertian yang dimiliki mengenai dunia di sekitarnya, individu membandingkannya dengan orang lain mengenai kenyataan yang sama.
Terlihat banyak sekali manfaat yang diperoleh oleh seorang remaja dalam menjalin hubungan interpersonal dengan orang lain akan tetapi tidak semua remaja mampu memiliki kemampuan menjalin hubungan interpersonal yang baik dengan ornag lain. Dapat dilihat dari fenomena yang sekarang terjadi, perkelahian pelajar yang pelakunya adalah remaja sekolah menengah pertama yang jika ditelusuri motif-motif yang melatarbelakangi mereka melakukan perkelahian hanya hal-hal sepele, misalnya saling ejek di dalam kelas, saling melotot kemudian tersinggung dan terjadi perkelahian. Selanjutnya ketika satu pihak tidak terima, dilain waktu atau di luar sekolah mereka bersama teman-temannya beramai-ramai menyerang dan perkelahian pun tidak dapat terelakkan lagi. Individu pada masa remaja mengalami hubungan yang kurang harmonis dengan anggota keluarganya yang biasanya disebabkan oleh kesalahan kedua belah pihak (Hurlock, 1991: 231).
(20)
5
Situasi kehidupan pada sekarang ini memiliki pengaruh yang besar pada dinamika kehidupan remaja, secara psikologis remaja pada masa pencarian jati diri. Fenomena yang nampak akhir-akhir ini seperti perkelahian antar pelajar, penyalahgunaan obat-obatan terlarang dan alkohol, reaksi emosional yang berlebihan dan berbagai perilaku yang mengarah kepada kriminal. Terlihat dari beberapa penelitian yang menyatakan bahwa banyak keluhan yang diutarakan oleh remaja, gejala negatif yang terlihat antara lain kurang mandiri dalam belajar yang berakibat pada gangguan mental setelah memasuki perguruan tinggi, karena kebiasaan belajar yang kurang baik yaitu tidak tahan lama, baru belajar setelah menjelang ujian, membolos, menyontek dan mencari bocoran soal ujian.
Berdasarkan penelitian Asch (dalam Moesono, 2001: 79-87) menunjukkan adanya kecenderungan konformitas pada orang, sehingga keputusan yang dibuat secara individual dapat berubah ketika dipengaruhi kelompok. Keputusan seseorang cenderung bergeser lebih berani kearah putusan yang beresiko karena berada dalam pengaruh keputusan kelompok, dibandingkan keputusan individual.
Begitu pentingnya kompetensi interpersonal untuk dimiliki oleh remaja, dari pemaparan di atas, diasumsikan bahwa semakin baik interaksi yang terjadi dalam kelompok teman sebayanya maka akan semakin tinggi kompetensi interpersonal yang dimilikinya. Menurut Hurlock (1991: 213) karena remaja lebih banyak berada di luar rumah bersama dengan teman-teman sebaya sebagai kelompok, maka dapat dimengerti bahwa pengaruh teman sebaya terhadap sikap, pembicaraan, minat, penampilan, dan perilaku lebih besar pengaruhnya daripada pengaruh keluarga. Berdasarkan penjelasan di atas maka peneliti tertarik untuk melakukan penelaahan lebih lanjut yang berkenaan dengan Kontribusi Konformitas terhadap Kompetensi Interpersonal Siswa (Studi Deskriptif terhadap siswa kelas VIII Sekolah Menengah Pertama Negeri 15 Bandung Tahun Ajaran 2013 / 2014).
(21)
6
B. Identifikasi dan Rumusan Masalah 1. Identifikasi Masalah
Menurut Camarena, et.al. 1991 (Santrock, 1996: 44) mengatakan bahwa konformitas dengan tekanan teman-teman sebaya pada masa remaja dapat bersifat positif maupun negatif. Umumnya remaja terlibat dalam semua bentuk perilaku konformitas yang negatif. Akan tetapi banyak sekali konformitas teman sebaya yang tidak negatif dan keinginan untuk dilibatkan di dalam dunia teman sebaya, seperti berpakaian seperti teman-ternan dan keinginan untuk meluangkan waktu dengan anggota-anggota suatu klik.
Selama masa remaja, khususnya awal masa remaja, remaja lebih mengikuti standar-standar teman sebaya daripada yang remaja lakukan pada masa anak-anak: Para peneliti Berndt, et.al. 1979, telah menemukan bahwa pada kelas delapan dan sembilan, konformitas dengan teman-ternan sebaya khususnya dengan standar-standar antisosial mereka memuncak dan pada kelas 11 dan 12 remaja menunjukkan tanda-tanda berkembangnya gaya kompetensi interpersonal yang lebih bebas dari pengaruh orang tua dan teman sebaya (Santrock, 2003: 222).
Menurut Hurlock (1991: 217) karena remaja lebih banyak berada di luar rumah bersama dengan teman-teman sebaya sebagai kelompok, maka dapat dimengerti bahwa pengaruh teman sebaya terhadap sikap, pembicaraan, minat, penampilan, dan perilaku lebih besar pengaruhnya daripada pengaruh keluarga. Santrock (2003: 220) menuliskan bahwa
Ditolak atau tidak diperhatikan oleh teman sebaya dapat mengakibatkan para remaja merasa kesepian dan timbul rasa permusuhan. Selanjutnya penolakan dan pengabaian dari teman sebaya ini berhubungan dengan kesehatan mental individu dan masalah kriminal. Beberapa ahli teori juga menggambarkan budaya teman sebaya remaja sebagai pengaruh merusak yang mengabaikan nilai-nilai dan kontrol orang tua. Teman sebaya juga dapat mengenalkan remaja dengan alkohol, obat-obatan, kenakalan, dan bentuk tingkah laku lain yang dianggap oleh orang dewasa sebagai maladaptif.
Kompetensi interpersonal pada remaja merupakan salah satu faktor yang dapat mempengaruhi perkembangan pada masa remaja awal. Kompetensi interpersonal akan membantu remaja mempunyai rasa percaya
(22)
7
diri untuk melakukan komunikasi secara efektif dengan orang lain. Kompetensi interpersonal memungkinkan seseorang untuk mengembangkan dan mempertahankan hubungan-hubungan lain yang akan mereka jalani di dalam kehidupannya, selain itu dapat membantu seseorang untuk mengurangi kecemasan dan depresi ketika tidak memiliki hubungan dengan orang lain.
Brooks (dalam Hamner & Turner, 1996) memahami proses interaksi yang berkelanjutan antara orangtua dan anak sebagai sebuah proses pengasuhannya. Dalam proses ini orangtua akan melakukan proses pemeliharaan, perlindungan dan mengarahkan anak pada perkembangannya. Proses pengasuhan memiliki kontribusi yang besar terhadap perkembangan individu untuk menuju tahapan selanjutnya.
Pada perkembangan awal individu, orangtua memiliki peran yang dominan sehingga bagaimana sikap ataupun pemikiran ornagtua akan sedikit banyak mempengaruhi cara berperilaku, cara berpikir anak. Hanya ketika anak sudah mulai bertambah usia, peran orangtua yang tadinya dominan akan menjadi berkurang dan bahkan bergeser pada kelompok teman sebayanya. Perubahan peran tersebut menegaskan bahwa meskipun pada awalnya ornagtua merupakan sumber utama bagi dukungan sosial dan emosional anak untuk masa-masa awal kehidupan anak, tetapi pada tahun berikutnya teman sebaya memiliki peran pengganti yang cukup signifikan.
Dengan adanya teman sebaya menjadikan anak memodifikasi cara berpikir, perasaan dan partisipasi, dan mereka terima atau sebarkan kepada sesamanya. Dalam interaksi dengan teman sebayanya, seorang anak akan saling mempengaruhi antar sesamanya. Interaksi dengan teman sebaya akan menyediakan peluang untuk belajar cara berinteraksi dengan teman seusianya, untuk mengontrol perilaku sosial, untuk mengembangkan keterampilan dan minat yang sesuai dengan usia dan saling membagi permasalahan atau perasaan yang sama. Interaksi antar teman sebaya pun merupakan sumber utama bagi perkembangan kognitif dan sosial anak, terutama bagi perkembangan pengambilan peran dan empati.
(23)
8
Anak dengan teman sebayanya dapat lebih mengembangkan fantasi yang dimilikinya, mencoba berbagai peran di antaranya, mempelajari dan menerima cara pandang ornag lain, mengembangkan kompetensi sosialnya, memahami berbagai aturan sosial, budaya dan norma yang ada di lingkungannya. Hubungan di antara teman sebaya bukanlah hubungan satu arah saja, tetapi lebih merupakan hubungan interaksi dua arah yang saling memberi dan menerima, hal ini yang mengakibatkan anak dapat secara lebih baik dalam mengembangkan nilai yang dimiliki serta kompetensi interpersonalnya, interaksi dengan teman sebaya memiliki kontribusi terhadap kompetensi interpersonal.
Dari penjelasan tersebut mengadakan interaksi antar sesamanya, seorang anak akan banyak mengembangkan kemampuan yang dimilikinya. Kemampuan yang digunakan dalam proses berinteraksi dengan orang lain, baik dalam kelompok sebayanya maupun dengan individu lainnya. Salah satu kemampuan yang dikembangkan anak dalam interaksi dengan teman sebayanya adalah kompetensi interpersonal yaitu sebuah kompetensi yang di pandang memiliki peran penting dalam efektivitas kepemimpinan, efektivitas kehidupan individu dan kehidupan pekerjaan seseorang.
Dapat diungkap bahwa kompetensi interpersonal dapat menjadi penentu keberhasilan seseorang dalam berinteraksi dengan individu lainnya, jika interaksi dan komunikasi antar individu dapat berjalan dengan baik, maka diharapkan individu yang bersangkutan akan sukses di kehidupannya dan tahapan perkembangan selanjutnya. Serta untuk menyeimbangkan perilaku remaja dengan tata cara perilaku pergaulannya dengan teman sebaya, tidak terjebak pada perilaku konformitas yang dapat menyebabkan kerugian pada remaja itu sendiri.
2. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang sudah dipaparkan, maka didapatkan rumusan masalah dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
(24)
9
a. Seperti apa gambaran perilaku konformitas siswa kelas VIII di SMP Negeri 15 Bandung Tahun Ajaran 2013 / 2014?
b. Seperti apa gambaran kompetensi interpersonal siswa kelas VIII di SMP Negeri 15 Bandung Tahun Ajaran 2013 / 2014?
c. Seberapa besar kontribusi perilaku konformitas terhadap kompetensi interpersonal siswa kelas VIII di SMP Negeri 15 Bandung Tahun Ajaran 2013 / 2014?
C. Tujuan Penelitian
Berdasarkan identifikasi dan rumusan masalah yang telah diuraikan, maka tujuan umum penelitian adalah untuk memperoleh gambaran empiris kontribusi konformitas terhadap kompetensi interpersonal pada siswa SMP Negeri 15 Bandung kelas VIII Tahun Ajaran 2013 / 2014.
Tujuan khusus penelitian ialah mengidentifikasi secara rinci hal berikut: 1. Memperoleh gambaran perilaku konformitas siswa kelas VIII di SMP Negeri
15 Bandung.
2. Memperoleh gambaran kompetensi interpersonal pada siswa di kelas VIII SMPN 15 Bandung Tahun Ajaran 2013/2014.
3. Mengetahui seberapa besar kontribusi konformitas terhadap kompetensi interpersonal pada siswa di kelas VIII SMP Negeri 15 Bandung Tahun Ajaran 2013/2014.
D. Manfaat Penelitian
Secara teoritis, hasil penelitian diharapkan dapat memberikan kontribusi dan memperkaya sumber referensi ilmu psikologi remaja dan ilmu bimbingan dan konseling khususnya berkaitan dengan kajian teoretik konseptual mengenai kompetensi interpersonal pada remaja dan pengembangan intervensi perilaku melalui program bimbingan dan konseling untuk siswa Sekolah Menengah Pertama. Secara praktis, hasil penelitian dapat memberikan manfaat sebagai berikut:
(25)
10
1. Bagi Guru Bimbingan dan Konseling
Sebagaian besar guru bimbingan dan konseling di sekolah tidak mengindahkan perkembangan para siswa, dapat menimbulkan beberapa permasalahan yang akan terjadi terhadap siswa. Kompetensi interpersonal pada siswa akan berpengaruh besar terhadap fungsi-fungsi psikis lainnya dan berpengaruh pada perkembangan selanjutnya, sehingga posisi guru Bimbingan dan Konseling di sekolah sangat strategis dalam mengembangkan kompetensi interpersonal, sikap percaya diri siswa, memiliki rasa tanggung jawab terhadap keputusan yang sudah diambilnya.
2. Bagi Siswa
Membiasakan diri untuk memahami perbedaan antara perasaan dan tindakan dalam melakukan aktivitas sehari-hari baik di sekolah maupun di luar lingkungan sekolah, sehingga siswa mampu meningkatkan kompetensi interpersonal, kepercayaan diri, memiliki rasa tanggung jawab terhadap keputusan yang sudah dilakukannya.
E. Struktur Organisasi Penulisan
Penyusunan skripsi ini terdiri atas lima bab. Adapun uraian mengenai isi dari penulisan setiap babnya adalah sebagai berikut:
Dalam BAB I Pendahuluan, berisi uraian tentang pendahuluan dan merupakan bagian awal dari penyusunan skripsi ini. Bab ini tersusun atas latar belakang penelitian, identifikasi dan perumusan masalah, tujuan penelitian, dan manfaat penelitian mengenai korelasi konformitas dengan kompetensi interpersonal siswa kelas VIII di SMP Negeri 15 Bandung dan struktur penulisan.
Selanjutnya dalam BAB II Kajian Pustaka, Kerangka Pemikiran. Bab ini berfungsi sebagai landasan teoritik dalam menyusun pertanyaan penelitian, tujuan, serta hipotesis mengenai korelasi konformitas dengan kompetensi interpersonal siswa kelas VIII di SMP Negeri 15 Bandung.
Kemudian BAB III berisi penjabaran yang rinci mengenai metode penelitian termasuk komponen berikut: lokasi dan subjek populasi / sampel penelitian, desain penelitian, definisi operasional yang dirumuskan untuk setiap varibelnya,
(26)
11
hipotesis, instrumen penelitian, proses pengembangan instrumen, teknik pengumpulan data dan alasan rasionalnya serta analisis data.
Selanjutnya BAB IV Hasil Penelitian dan Pembahasan, berisi tentang dua hal utama, yaitu pengolahan atau analisis data (untuk menghasilkan temuan berkaitan dengan masalah penelitian, tujuan penelitian, pertanyaan penelitian, hipotesis, tujuan penelitian) dan pembahasan atau analisis temuan (untuk mendiskusikan hasil temuan yang dikaitkan dengan dasar teoritik yang telah dibahas dalam BAB II).
Dan yang terakhir adalah BAB V Kesimpulan dan Saran. Bab ini menyajikan penafsiran dan pemaknaan peneliti terhadap hasil analisis temuan penelitian mengenai kontribusi konformitas dengan kompetensi interpersonal siswa kelas VIII di SMP Negeri 15 Bandung. Kemudian saran atau rekomendasi yang ditulis, ditujukan kepada pengguna hasil penelitian, seperti pihak dari jurusan PPB, pihak dari sekolah, dan peneliti selanjutnya.
(27)
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Lokasi dan Subjek Populasi / Sampel Penelitian 1. Lokasi Penelitian
Penelitian dilaksanakan di Sekolah Menengah Pertama Negeri 15 Bandung yang berlokasi di Jalan. Dr. Setiabudi No. 89 Kota Bandung.
2. Subjek Populasi / Sampel Penelitian
Populasi dalam penelitian ini adalah siswa kelas VIII SMP Negeri 15 Bandung Tahun Ajaran 2013 / 2014 dengan jumlah keseluruhan siswa kelas VIII SMP Negeri 15 Bandung sebanyak 286 siswa. Pertimbangan dalam menentukan sampel dan populasi penelitian di kelas VIII SMP Negeri 15 Bandung di antaranya adalah:
a. Siswa SMP Negeri 15 Kelas VIII secara umum berada pada rentang usia 12-14 tahun, dengan tugas perkembangan masa remaja.
b. Siswa SMP Negeri 15 Kelas VIII berada pada masa remaja awal dimana, tingkat konformitas dengan teman sebaya sangat tinggi dan mudah dipengaruhi oleh lingkungan, oleh karena itu pada masa remaja awal dibutuhkan pencapaian tugas perkembangan dan dituntut memiliki kecakapan kompetensi interpersonal dalam berinteraksi dengan lingkungannya.
Sampel merupakan sebagian atau wakil dari populasi yang di teliti (Arikunto, 2010:104). Penentuan sampel penelitian ini menggunakan sampling population yaitu seluruh populasi dijadikan sebagai sampel penelitian.
Anggota populasi dan sampel secara rincian jumlah populasi dan sampel dapat dilihat dari tabel berikut:
(28)
41
Tabel 3.1
Jumlah Anggota Populasi dan Sampel
Siswa Kelas VIII SMP Negeri 15 Bandung Tahun Ajaran 2013/2014
Kelas Jumlah
VIII-A 36 orang VIII-B 36 orang VIII-C 36 orang VIII-D 35 orang VIII-E 36 orang VIII-F 36 orang VIII-G 36 orang VIII-H 35 orang Jumlah Populasi 286 orang Jumlah Sampel 253 orang B. Pendekatan, Metode, dan Desain Penelitian
Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah kuantitatif. Penelitian ini akan mengukur mengenai kontribusi konformitas kepada kompetensi interpersonal siswa. Penelitian ini menekankan pada penggalian mengenai kontribusi konformitas terhadap kompetensi interpersonal siswa, sehingga dapat di proses untuk analisis, selanjutnya ditafsirkan dengan menggunakan perhitungan-perhitungan statistika. Gambaran konformitas dan kompetensi interpersonal siswa di sekolah diukur menggunakan kuesioner yang menggunakan indikator-indikator dari masing-masing aspek yang akan dijadikan sumber untuk menganalisis kontribusi konformitas terhadap kompetensi interpersonal.
Metode yang digunakan adalah deskriptif, dengan tujuan memperoleh gambaran mengenai kontribusi konformitas terhadap kompetensi interpersonal. Selanjutnya dari hasil temuan yang disajikan sebagai dasar untuk mengembangkan implikasi bagi layanan bimbingan dan konseling dari profil kontribusi konformitas terhadap kompetensi interpersonal siswa. Penelitian deskriptif merupakan penelitian yang berusaha untuk memecahkan masalah yang ada sekarang berdasarkan data-data faktual.
(29)
42
C. Definisi Operasional Variabel 1. Konformitas
Menurut Baron dan Byrne (1994: 60) mengatakan konformitas sebagai penyesuaian perilaku individu untuk menganut pada norma kelompok, menerima ide atau aturan yang menunjukkan bagaimana individu tersebut berperilaku.
Lebih lanjut menurut Santrock (2003: 220) kelompok teman sebaya merupakan komunitas belajar dimana peran-peran sosial dan standar yang berkaitan dengan kerja dan prestasi dibentuk. Menurut Yusuf (2008: 95) menambahkan kelompok teman sebaya merupakan sekelompok anak yang mempunyai kesamaan dalam minat, nilai, sifat kepribadian dan pendapat, kesamaan-kesamaan inilah yang menjadi factor utama pada anak dalam menentukan daya tarik hubungan interpersonal dengan teman seusianya.
Menurut Cialdini dan Goldstein (Taylor, dkk: 2009: 253) menyatakan bahwa konformitas adalah kecenderungan untuk mengubah keyakinan atau perilaku seseorang agar sesuai dengan perilaku orang lain. Konformitas merupakan kecenderungan untuk dipengaruhi tekanan kelompok dan tidak menentang norma-norma yang telah digariskan oleh kelompok.
Konformitas berarti tunduk pada kelompok meskipun tidak ada permintaan langsung untuk mengikuti apa yang telah diperbuat oleh kelompok. Konformitas mencerminkan perubahan perilaku sebagai hasil tekanan kelompok secara nyata atau hanya imajinasi individu.
Konformitas dapat terjadi dalam beberapa bentuk dan mempengaruhi aspek-aspek kehidupan pada remaja. Konformitas muncul ketika remaja meniru sikap atau perilaku orang lain dikarenakan tekanan yang nyata maupun yang dibayangkan. Konformitas teman sebaya pada remaja dapat menjadi positif maupun negative (Santrock, 2003: 221). Konformitas teman sebaya merupakan kecenderungan untuk melakukan perilaku yang sesuai dengan norma kelompok, yang dilakukan untuk menghindari hukuman, meskipun perilaku itu akan berbeda dengan keyakinan diri sendiri.
Berdasarkan pendapat dari beberapa ahli, dapat disimpulkan bahwa konformitas adalah bentuk interaksi yang didalamnya seseorang dapat berperilaku
(30)
43
sesuai dengan harapan kelompok di mana ia bergabung, konformitas berarti proses penyesuaian diri dengan kelompok masyarakat dengan cara mentaati norma dan nilai-nilai yang ada di masyarakat.
Konformitas sebuah kelompok dapat terllihat dengan adanya ciri-ciri khas. Menurut Sears, dkk (1994: 81-86) mengemukakan bahwa konformitas remaja ditandai dengan adanya tiga hal sebagai berikut:
a. Kekompakan
Kekuatan yang dimiliki kelompok menyebabkan remaja tertarik dan ingin tetap menjadi anggota kelompok. Adanya hubungan yang erat antar remaja itu sendiri disebabkan perasaan suka antara anggota kelompok serta harapan memperoleh manfaat dari keanggotaannya. Semakin besar rasa suka dan semakin besar harapan untuk memperoleh manfaatnya serta semakin besar kesetiaan mereka, maka akan semakin kompak kelompok tersebut.
1) Penyesuaian diri: kekompakan yang tinggi akan menimbulkan tingkat konformitas yang semakin tinggi. Alasan utamanya adalah bila orang merasa dekat dengan anggota kelompok lain, maka semakin menyenangkan bagi mereka untuk kita, dan semakin menyakitkan bila mereka mencela kita. Kemungkinan untuk menyesuaikan diri akan semakin besar bila kita mempunyai keinginan yang kuat untuk menjadi anggota sebuah kelompok tertentu.
2) Perhatian terhadap kelompok: peningkatan konformitas terjadi karena anggotanya enggan disebut sebagai orang yang menyimpang. Penyimpangan menimbulkan resiko ditolak oleh sekitarnya. Orang yang terlalu sering menyimpang pada saat-saat yang penting diperlukan, tidak menyenangkan dan bahkan bisa dikeluarkan dari kelompoknya. Semakin tinggi perhatian seseorang dalam kelompok makin serius tingkat rasa takutnya terhadap penolakan dan semakin kecil kemungkinan untuk tidak menyetujui kelompok.
(31)
44
b.Kesepakatan
Pendapat dalam sebuah kelompok dibuat untuk memiliki tekanan sehingga remaja harus bisa menyesuaikan pendapatnya dengan pendapat yang sudah dibuat dalam kelompok. Tekanan kelompok akan membuat adanya kesepatakan yang terjadi di dalamnya.
1) Kepercayaan: penurunan melakukan konformitas yang drastic karena hancurnya kesepakatan disebabkan oleh factor kepercayaan. Tingkat kepercayaan terhadap mayoritas akan menurun bila terjadi perbedaan pendapat di dalamnya, meskipun orang yang berbeda pendapat sebenarnya kurang ahli bila dibandingkan dengan anggota yang membentuk mayoritas.
2) Persamaan pendapat: suatu kelompok terdapat satu orang yang tidak sependapat dengan kelompok yang lainnya maka konformitas akan turun. Kehadiran orang yang tidak sependapat menunjukkan terjadinya perbedaan yang dapat berakibat pada berkurangnya kesepakatan kelompok. Adanya persamaan pendapat di dalam sebuah kelompok maka konformitas akan semakin tinggi.
3) Penyimpangan terhadap pendapat kelompok: ketika orang mempunyai pendapatnya sendiri yang berbeda dengan anggota lainnya akan dikucilkan dan dipandang sebagai orang yang menyimpang baik dalam pandangannya sendiri maupun pandangan orang lain. Bila orang lain juga mempunyai pendapat yang berbeda, dia tidak akan dianggap menyimpang dan akan menyebabkan penuruanan kesepakatan hal ini merupakan aspek penting dalam melakukan konformitas.
c. Ketaatan
Ketika tekanan dan tuntutan dalam sebuah kelompok akan membuat remaja rela melakukan tindakan apapun meskipun remaja itu sendiri tidak menginginkannya. Bila ketaatan itu tinggi maka konformitasnya akan tinggi pula.
(32)
45
1) Tekanan karena ganjaran, ancaman atau hukuman: salah satu untuk menimbulkan ketaatan adalah dengan meningkatkan tekanan terhadap individu untuk menampilkan perilaku yang diinginkan melalui ganjaran, hukuman atau ancaman karena akan menimbulkan ketaatan yang semakin besar pada orang tersebut. Semua merupakan insentif pokok untuk mengubah perilaku seseorang.
2) Harapan orang lain: seseorang akan rela memenuhi permintaan orang lain hanya karena orang lain mengharapkannya. Harapan-harapan orang lain akan menimbulkan ketaatan, meskipun itu harapan yang bersifat implicit. Ketika individu ditempatkan pada situasi terkendali, dimana segala sesuatunya diatur sedemikian rupa sehingga ketidaktaatan merupakan hal yang tidak mungkin timbul.
Yang dimaksud dengan konformitas dalam penelitian ini adalah bentuk interaksi yang dapat membuat seseorang dapat berperilaku sesuai dengan harapan kelompoknya, proses penyesuaian diri dengan kelompok masyarakat dengan cara mentaati norma serta nilai-nilai yang berlaku didalamnya. Terdiri dari beberapa aspek, yaitu: aspek kekompakkan, aspek kesepakatan dan aspek ketaatan. Indikatornya adalah perasaan siswa ingin dekat dengan anggota kelompok karena ingin memperoleh pengakuan dari kelompoknya, pengakuan siswa terhadap kelompok karena ingin memperoleh kedekatan dari kelompok, penyesuaian diri dengan anggota kelompoknya, perhatian yang ditunjukkan siswa pada kelompoknya, kepercayaan siswa pada pendapat kelompok karena ada ketergantungan siswa terhadap kelompoknya, persamaan pendapat antar anggota kelompok karena ada ketergantungan siswa terhadap siswa, kepatuhan siswa untuk melakukan tindakan karena adanya ancaman atau ganjaran dari kelompok, kerelaan siswa untuk melakukan tindakan sesuai dengan harapan kelompok karena adanya ganjaran
(33)
46
2. Kompetensi Interpersonal
Kompetensi interpersonal dapat diartikan sebagai kemampuan melakukan komunikasi antarpribadi baik sendiri-sendiri ataupun dalam kelompoknya. Kompetensi interpersonal merupakan salah satu factor penting bagi keberhasilan seorang remaja dalam meniti kehidupannya. Kompetensi interpersonal sebagai kemampuan seseorang untuk bekerja dengan orang lain. Buhmester, dkk (1988; Vol. 55 no 6, 1991-1008) memaknai kompetensi interpersonal sebagai kemampuan-kemampuan yang dimiliki seseorang dalam membina hubungan interpersonal.
Dari beberapa pengertian kompetensi interpersonal yang dijelaskan, dapat dimaknai sebagai kemampuan untuk melakukan komunikasi secara efektif yang meliputi kemampuan untuk memulai suatu hubungan interpersonal, kemampuan membuka diri, kemampuan untuk memberikan bersikap asertif, empati serta kemampuan mengelola dan mengatasi konflik dengan orang lain.
Komunikasi interpersonal yang dilakukan akan melahirkan hubungan interpersonal yang efektif. Dengan adanya sikap saling percaya dan sikap saling suportif, saling terbuka maka akan menimbulkan saling pengertian, saling menghargai dan paling penting saling mengembangkan kualitas hubungan interpersonal.
Menurut Buhrmester, dkk (1988; Vol. 55 no 6, 1991-1008) menyatakan kompetensi interpersonal meliputi aspek-aspek sebagai berikut:
a. Kemampuan Berinisiatif
Inisiatif adalah usaha untuk memulai suatu bentuk interaksi dan hubungan dengan orang lain, atau dengan lingkungan sosial yang lebih besar. Inisiatif merupakan usaha pencarian pengalaman baru yang lebih banyak dan luas tentang dunia luar, juga tentang dirinya sendiri dengan tujuan untuk mencocokkan sesuatu atau informasi yang telah diketahui agar dapat lebih memahaminya.
(34)
47
b. Kemampuan untuk Bersikap Terbuka (Self-Disclosure)
Kemampuan membuka diri merupakan kemampuan untuk membuka diri, menyampaikan informasi yang bersifat pribadi dan penghargaan terhadap orang lain. Pembukaan diri adalah suatu proses yang dilakukan seseorang hingga dirinya dikenal oleh orang lain. Kemampuan membuka diri diwujudkan dengan perilaku orang yang melakukan kegiatan membagi perasaan dan informasi yang akrab dengan orang lain.
c. Kemampuan Bersikap Asertif
Asertivitas adalah kemampuan dan kesediaan individu untuk mengungkapkan perasaan-perasaan secara jelas dan dapat mempertahankan hak-haknya dengan tegas. Dalam konteks komunikasi interpersonal seringkali seseorang harus mampu mengungkapkan ketidaksetujuannya atas berbagai macam hal atau peristiwa yang tidak sesuai dengan alam pikirannya.
d. Kemampuan Memberikan Dukungan Emosional
Kemampuan memberikan dukungan emosional sangat berguna untuk mengoptimalkan komunikasi interpersonal antar dua pribadi. Beker dan Lemie (dalam Buhrmester, dkk, 1988) dukungan emosional mencakup kemampuan untuk menenangkan dan memberi rasa nyaman kepada orang lain ketika orang tersebut dalam keadaan tertekan dan bermasalah. Kemampuan ini lahir dari adanya empati dalam diri seseorang.
e. Kemampuan dalam Mengatasi Konflik
Kemampuan mengataasi konflik meliputi sikap-sikap untuk menyusun strategi penyelesaian masalah, mempertimbangkan kembali penilaian atau suatu masalah dan mengembangkan konsep harga diri yang baru. Menyusun strategi penyelesaian masalah adalah bagaimana individu yang bersangkutan merumuskan cara untuk menyelesaikan konflik dengan sebaik-baiknya.
(35)
48
Dari penjelasan di atas, komponen dari kompetensi interpersonal berupa a). kemampuan untuk memulai suatu hubungan interpersonal, b). kemampuan membuka diri, c) kemampuan untuk memberikan dukungan emosional kepada orang lain, d). kemampuan bersikap asertif dan empati, e). kemampuan mengelola dan mengatasi konflik dengan orang lain.
Yang dimaksud kompetensi interpersonal dalam penelitian ini adalah kemampuan-kemampuan seseorang dalam membina sebuah hubungan interpersonal serta kemampuan untuk bekerja sama dengan orang lain. Aspek adalah kemampuan untuk memulai suatu hubungan interpersonal, kemampuan untuk membuka diri, kemampuan untuk memberikan sikap asertif, empati serta kemampuan mengelola dan mengatasi konflik dengan orang lain. Indikatornya adalah siswa melakukan hubungan interaksi dengan lingkungan sekolah, siswa mencari pengalaman baru pada lingkungan sekitarnya, siswa mampu melakukan hubungan yang lebih dekat dengan orang lain, siswa mampu menempatkan dirinya pada situasi tertentu, siswa memberikan pujian dan dukungannya terhadap orang lai, siswa mengeluarkan pendapat dalam kelompoknya, siswa menerima pendapat orang lain, siswa memiliki rasa empati terhadap orang lain, siswa melakukan komunikasi yang efektif dengan orang lain, siswa menjadi pendengar yang baik terhadap orang lain, siswa memahami situasi yang ada di sekitarnya, siswa memiliki etika social, siswa memiliki cara-cara objektif dalam mengambil keputusan dan pemecahan masalah.
D. Pengembangan Instrumen
Instrumen merupakan suatu alat atau fasilitas yang digunakan oleh peneliti dalam mengumpulkan data dan hasilnya lebih baik, dalam arti lebih cermat, lengkap dan sistematis sehingga lebih mudah diolah dan mendapatkan hasil dari penafsiran yang dilakukan (Arikunto, 2010: 160).
Untuk memperoleh data mengenai gambaran konformitas siswa dan kompetensi interpersonal, untuk mengungkapnya menggunakan dua jenis instrumen yakni angket pengungkap konformitas dan kompetensi interpersonal.
(36)
49
Pengembangan instrumen diawali dengan pembuatan kisi-kisi alat pengumpul data yang dikembangkan dari variable-variabel penelitian. Pembuatan kisi-kisi alat pengumpulan data dapat dilakukan dengan menelaah berbagai literature sehingga menjadi rancangan pokok instrumen.
1. Pengembangan Kisi-Kisi Instrumen
Kisi-kisi instrumen dikembangkan dari definisi operasional variable penelitian mengenai konformitas dan kompetensi interpersonal yang didalamnya terdapat aspek dan indikator yang sudah dijabarkan dalam bentuk pernyataan dan kemudian dijawab oleh siswa di sekolah menengah pertama sebagai responden.
Kisi-kisi instrumen pengungkap konformitas dikembangkan dari tiga aspek, yaitu: a). kekompakan; b). kesepakatan; c).ketaatan.
Kisi-kisi instrumen pengungkap kompetensi interpersonal dikembangkan dari lima aspek, yaitu: a). kemampuan berinisiatif; b). kemampuan untuk bersikap terbuka; c). kemampuan bersikap asertif; d). kemampuan memberikan dukungan emosional; e). kemampuan dalam mengatasi konflik.
Teknik pengumpulan data yang digunakan yaitu menggunakan angket yang berbentuk pernyataan kemudian disusun sesuai dengan rujukan definisi operasional variable yang dikembangkan dari beberapa indicator, dalam bentuk penyataan-pernyataan yang telah dijabarkan dan dijawab oleh siswa SMP.
Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah dengan teknik non-tes dengan menggunakan angket, yang merupakan alat pengumpul data sekaligus alat ukur untuk mencapai tujuan penelitian. Responden menjawab dengan cara memilih alternative respon yang telah disediakan.
Perumusan kisi-kisi instrumen untuk instrumen konformitas dapat dilihat pada tabel sebagai berikut.
(37)
50
Tabel 3.2 Kisi-kisi Instrumen Perilaku Konformitas Remaja
(Sebelum Uji Coba)
Variabel Aspek Indikator No Pernyataan ∑
(+) (-)
Konformitas
1.Kekompakan
1.1Perasaan siswa ingin dekat dengan anggota kelompok karena ingin memperoleh pengakuan dari kelompok
1, 2, 3 4, 5, 6, 7
7
1.2Pengakuan siswa terhadap kelompok karena ingin memperoleh kedekatan dari kelompok
8, 9, 10 11, 12, 13 6
1.3Penyesuaian diri siswa dengan
anggota kelompoknya 14 15, 16 3
1.4Perhatian yang ditunjukkan oleh
siswa kepada kelompoknya 17, 18 2
2.Kesepaktan
2.1Kepercayaan siswa pada pendapat kelompok karena ada
ketergantungan siswa terhadap kelompok
19, 20, 21, 22, 23 5
2.2Persamaan pendapat antar anggota kelompok karena ada
ketergantungan siswa terhadap kelompok
24, 25 26, 27 4
3.Ketaatan
3.1Kepatuhan siswa untuk melakukan tindakan karena adanya ancaman atau ganjaran dari kelompok
28, 29, 30 31, 32, 33 6 3.2Kerelaan siswa untuk melakukan
tindakan sesuai dengan harapan kelompok karena adanya ancaman atau ganjaran dari kelompok
34, 35, 36, 37, 38, 39
6
Jumlah 39
Perumusan kisi-kisi instrumen untuk instrumen kompetensi interpersonal dilihat pada tabel sebagai berikut.
(38)
51
Tabel 3.3 Kisi-kisi Instrumen
Kompetensi Interpersonal Remaja (Sebelum Uji Coba)
Variabel Aspek Indikator No Pernyataan ∑
(+) (-)
Kompetensi Interpersonal
1. Kemampuan Berinisiatif
1.1Siswa melakukan hubungan interaksi dengan lingkungan sekolah
1, 2, 3 4 4
1.2Siswa mampu mencari pengalaman baru pada lingkungan sekitarnya
5 1
2.Kemampuan untuk bersikap terbuka
(Self-disdosure)
2.1Siswa mampu melakukan hubungan yang lebih dekat dengan orang lain
6, 7, 8 9, 10, 11 6
2.2Siswa mampu menempatkan dirinya pada situasi tertentu
12, 13, 14, 15 16, 17, 18, 19
8 2.3Mampu memberikan pujian
dan dukungannya terhadap orang lain
20, 21 22, 23, 24
5
3.Kemampuan bersikap
asertif
3.1Siswa mampu mengeluarkan pendapat dalam kelompokny
25, 26, 27, 28 29, 30 6 3.2Siswa mampu menerima
pendapat dari orang lain
31, 32, 33 34, 35 5
4.Kemampuan memberikan dukungan emosional
4.1Siswa memiliki rasa empati terhadap orang lain
36, 37 38
4.2Siswa mampu melakukan komunikasi yang efektif dengan orang lain
39, 40, 41, 42, 43
44, 45 7
4.3Siswa mampu menjadi pendengar yang baik terhadap orang lain
46, 47 48 3
5.Kemampuan dalam mengatasi
konflik
5.1Siswa mampu memahami situasi yang ada di sekitarnya
49, 50 51 3
5.2Siswa memiliki etika sosial yang di pakai oleh dirinya sendiri
52, 53, 54, 55
4
5.3Siswa memiliki cara-cara dalam pengambilan keputusan dan pemecahan masalah secara objektif
56, 57, 58, 59 60, 61, 62, 63
5
(39)
52
2. Jenis instrumen
Instrumen yang digunakan dalam penelitian adalah teknik non tes dengan menggunakan angket (kuesioner), yang merupakan alat pengumpul data sekaligus alat ukur untuk mencapai tujuan penelitian. Responden hanya perlu menjawab pernyataan dengan cara memilih alternative respon yang telah disediakan.
Teknik pengumpulan data dilakukan dengan menggunakan penyebaran angket kepada seluruh siswa kelas VIII di SMP Negeri 15 Bandung yang menjadi sampel dalam penelitian ini. Instrumen yang digunakan menggunakan bentuk skala Guttman dengan bentuk Force Choice. Pemilihan bentuk instrumen ini untuk mendapatkan informasi yang berkenaan dengan pendapat siswa mengenai perilaku konformitas remaja dan kompetensi interpersonal siswa di kalangan siswa SMP. Berikut dijelaskan kriteria skala yang digunakan.
3. Skoring Instrumen a. Perilaku Konformitas
Pemberian skor pada lembar jawaban dilakukan dengan kriteria jawaban positif dan negative seperti pada tabel berikut ini:
Tabel 3. 4 Kriteria Konformitas
Kriteria Skor item (-)
Ya 1
Tidak 0
b. Kompetensi Interpersonal
Pemberian skor pada lembar jawaban dilakukan dengan kriteria jawaban positif dan negative seperti pada tabel berikut ini:
(40)
53
Tabel 3.5
Kriteria Kompetensi Interpersonal
Skor item positif Kriteria Skor item negatif
5 Selalu (SL) 1
4 Sering (SR) 2
3 Kadang-kadang (KK) 3
2 Jarang (JR) 4
1 Tidak Pernah (TP) 5
E. Uji Coba Alat Pengumpul Data
Angket sebagai alat pengumpul data yang dipergunakan, telah melalui beberapa tahap pengujian di antaranya sebagai berikut.
1. Penyusunan Butir-Butir Instrumen
Penyusunan butir-butir instrumen konformitas dan kompetensi interpersonal siswa disusun berdasarkan pada indikator yang telah ditetapkan.
2. Penimbangan Butir Pernyataan (Judgement Instrumen)
Uji kelayakan instrumen melalui penimbangan (judgement) dalam pengembangan alat pengumpul data yang bertujuan untuk mengetahui tingkat kelayakan instrumen dari aspek kesesuaian dengan landasan teoritis, kesesuaian dengan format dilihat dari sudut ilmu pengukuran serta ketepatan bahasa yang digunakan, dilihat dari sudut bahasa baku dan subjek yang memberikan respon. Penilaian kepada tiga orang dosen ahli dilakukan dengan memberikan penilaian pada setiap item dengan kualifikasi Memadai (M) dan Tidak Memadai (TM). Item yang diberi nilai M menyatakan bahwa item pernyataan tersebut bisa digunakan dan item pernyataan yang diberi nilai TM menyatakan dua kemungkinan yaitu item pernyataan tersebut tidak bisa digunakan atau diperlukan revisi pada item pernyataan tersebut.
(41)
54
Penimbangan dilakukan oleh dosen ahli yakni dosen dari jurusan Psikologi Pendidikan dan Bimbingan, penilaian oleh dosen ahli dilakukan dengan tiga orang dosen ahli yaitu Prof. Dr. H. Syamsu Yusuf LN, M.Pd., Drs. Sudaryat Nurdin Akhmad dan Dr. Mubiar Agustin, M.Pd.
Berdasarkan dari hasil penimbang dari tiga dosen ahli, maka terdapat beberapa pernyataan yang harus direvisi dan dibuang. Hasil penimbangan untuk instrumen konformitas dapat dilihat pada tabel 3.6 sebagai berikut.
Tabel 3.6
Hasil Penimbangan Instrumen Konformitas
Kesimpulan Nomor Butir Jumlah
Dipakai 3, 7, 8, 10, 11, 13, 14, 15, 18, 20, 21, 22, 23, 24, 25, 26, 27, 28, 29, 30, 31, 32, 33, 34, 35, 36, 37, 38, 39
29
Direvisi 1, 2, 4, 5, 6, 9, 12, 16, 17, 19 10
Ditambah - -
Dibuang - -
Hasil penimbang untuk instrumen kompetensi interpersonal dapat dilihat pada tabel 3.7 sebagai berikut:
Tabel 3.7
Hasil Penimbangan Instrumen Kompetensi Interpersonal
Kesimpulan Nomor Butir Jumlah
Dipakai 2, 3, 6, 9, 10, 12, 13, 14, 15, 16, 17, 18, 19, 21, 22, 23, 24, 25, 26, 27, 28, 29, 30, 31, 32, 33, 34, 35, 36, 37, 38, 39, 40, 41, 42, 43, 44, 45, 46, 47, 48, 49, 50, 51, 52, 53, 54, 55, 56, 57, 58, 59, 60, 61, 62, 63
56
Direvisi 1, 4, 5, 7, 8, 11, 20 7
Ditambah - -
(42)
55
3. Perbaikan Instrumen
Instrumen konformitas item pernyataan yang dipakai yaitu 10 Butir, diperbaiki 29 butir, tidak ada yang dibuang, tidak ada butir yang ditambah sehingga jumlah total item pernyataan instrumen 39 butir. Instrumen kompetensi interpersonal sebanyak 56 butir pernyataan dipakai, 7 butir pernyataan diperbaiki, tidak ada pernyataan yang ditambah atau dibuang sehingga jumlah total butir pernyataan instrumen kompetensi interpersonal 63 butir pernyataan.
4. Uji Keterbacaan
Langkah selanjutnya setelah melakukan uji kelayakan instrumen, maka dilakukan uji keterbacaan terhadap 30 orang siswa SMP Negeri 15 Bandung. Setelah uji keterbacaan pernyataan-pernyataan yang tidak dipahami di revisi sesuai dengan kebutuhan sehingga dapat dimengerti oleh siswa Kelas VIII SMP Negeri 15 Bandung. Hasilnya seluruh item pernyataan yang diberikan dapat dimengerti oleh siswa baik dari bahasan maupun makna yang terkandung didalam pernyataan. Setelah itu kemudian dilakukan uji validitas dan reliabilitas.
F. Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data melalui angket adalah cara pengumpulan data dengan menggunakan sejumlah pertanyaan tertulis yang digunakan untuk memperoleh informasi dari responden dalam arti laporan mengenai pribadinya atau hal-hal yang diketahuinya (Arikunto, 2010: 151).
Pada penelitian ini untuk memperoleh data mengenai gambaran umum konformitas pada siswa dan kompetensi interpersonal siswa diperlukan instrumen yaitu angket yang terdisi dari angket mengenai (1) konformitas; (2) kompetensi interpersonal siswa.
G. Analisis Data 1. Uji Validitas
Validitas item adalah derajat kesesuaian antara satu item dengan item-item yang lainnya dalam suatu perangkat instrumen. Suatu instrumen dapat dikatakan
(43)
56
valid ketika digunakan untuk mengukur apa yang hendak diukur (Sugiyono, 2008: 173). Semakin tinggi nilai validasi item menunjukkan semakin valid instrumen yang akan digunakan.
Uji validitas yang digunakan adalah dengan menggunakan metode Korelasi Rank Spearman. Koefisien Rank Spearman digunakan untuk menunjukkan keeratan hubungan yang terjadi antara dua varibel atau menguji signifikansi hipotesis asosiatif bila masing-masing variable yang dihubungkan berskala ukur ordinal. Untuk menguji validitas data ordinal digunakan rumus Rank Spearman sebagai berikut.
Dengan:
=
dan
=
dan
dan merupakan faktor korelasi X dan Y
Keterangan:
t = frekuensi nilai yang sama N= jumlah sampel
X= data item
Y= total nilai dari data sub variabel
(Sugiyono, 2008:173)
Berdasarkan pengolahan data, hasil uji validitas konformitas menunjukkan bahwa dari 39 item pernyataan, terdapat 9 item yang tidak valid dan hasil uji validitas kompetensi interpersonal menunjukkan bahwa dari 63 item pernyataan terdapat 20 item pernyataan yang tidak valid. Item yang dinyatakan valid
�
=
2+ 2 d2(44)
57
memiliki daya pembeda yang signifikan pada nilai r-hitung < r-tabel=0,36. Ini artinya terdapat 20 item pernyataan konformitas dan 43 item pernyataan kompetensi interpersonal yang dapat digunakan dalam penelitian di lapangan (Hasil perhitungan validitas terlampir), berikut disajikan item-item pernyataan pernyataan setelah validitas.
Tabel 3.8
Hasil Uji Validitas Item Konformitas Siswa
Signifikansi No. Item Jumlah
Valid 1, 2, 3, 5, 6, 7, 9, 10, 12, 14, 15, 16, 18, 19, 20, 21, 23, 24, 26, 28, 29, 30, 31, 32, 33, 34, 35, 36, 38, 39
30
Tidak Valid 4, 8, 11, 13, 17, 22, 25, 27, 37 9
Tabel 3.9
Hasil Uji Validitas Item Kompetensi Interpersonal Siswa
Signifikansi No. Item Jumlah
Valid 1, 4, 5, 6, 7, 9, 10, 13, 14, 15, 16, 17, 19, 20, 23, 24, 26, 27, 28, 31, 32, 35, 36, 37, 38, 40, 41, 44, 45, 46, 47, 49, 50, 52, 53, 54, 57, 58, 59, 60, 61, 62, 63
43
Tidak Valid 2, 3, 8, 11, 12, 18, 21, 22, 25, 29, 30, 33, 34, 39, 42, 43, 48, 51, 55, 56
20
Kisi-kisi instrumen konformitas setelah dilakukan uji coba pada tabel 3.10 dan kisi-kisi instrumen kompetensi interpersonal setelah dilakukan uji coba ditunjukkan pada tabel 3.11 sebagai berikut:
(45)
58
Tabel 3.10 Kisi-kisi Instrumen Konformitas Remaja
(Setelah Uji Coba)
Variabel Aspek Indikator No Pernyataan ∑
(+) (-)
Konformitas
1.Kekompakan
1.1 Perasaan siswa ingin dekat dengan anggota kelompok karena ingin memperoleh pengakuan dari kelompok
1, 2, 3 5, 6, 7 6
1.2Pengakuan siswa terhadap kelompok karena ingin memperoleh kedekatan dari kelompok
9, 10 12 3
1.3Penyesuaian diri siswa dengan anggota kelompoknya
14 15, 16 3
1.4Perhatian yang ditunjukkan oleh siswa kepada kelompoknya
18 1
2.Kesepaktan
2.1Kepercayaan siswa pada pendapat kelompok karena ada ketergantungan siswa terhadap kelompok
19, 20, 21, 23 4
2.2Persamaan pendapat antar anggota kelompok karena ada ketergantungan siswa terhadap kelompok
24 26 2
3.Ketaatan
3.3Kepatuhan siswa untuk melakukan tindakan karena adanya ancaman atau ganjaran dari kelompok
28, 29, 30 31, 32, 33
6
3.4Kerelaan siswa untuk melakukan tindakan sesuai dengan harapan kelompok karena adanya ancaman atau ganjaran dari kelompok
34, 35, 36, 38, 39
5
(46)
59
Perumusan kisi-kisi instrumen dan penyebaran butir pernyataan untuk instrumen kompetensi interpersonal dilihat pada tabel sebagai berikut:
Tabel 3.11 Kisi-kisi Instrumen
Kompetensi Interpersonal Remaja (Setelah Uji Coba)
Variabel Aspek Indikator No Pernyataan ∑
(+) (-)
Kompetensi Interpersonal
1.Kemampuan Berinisiatif
1.1Siswa melakukan hubungan interaksi dengan lingkungan sekolah
1 4 2
1.2Siswa mampu mencari pengalaman baru pada lingkungan sekitarnya
5 1
2.Kemampuan untuk bersikap terbuka
(Self-disdosure)
2.1Siswa mampu melakukan hubungan yang lebih dekat dengan orang lain
6, 7 9, 10 4
2.2Siswa mampu menempatkan dirinya pada situasi tertentu
13, 14, 15 16, 17, 19
6 2.3Mampu memberikan pujian dan
dukungannya terhadap orang lain
20 23, 24 3
3.Kemampuan bersikap
asertif
3.1Siswa mampu mengeluarkan pendapat dalam kelompokny
26, 27, 28 3
3.2Siswa mampu menerima pendapat dari orang lain
31, 32 35 3
4.Kemampuan memberikan dukungan emosional
4.1Siswa memiliki rasa empati terhadap orang lain
36, 37 38 3
4.2Siswa mampu melakukan komunikasi yang efektif dengan orang lain
40, 41 44, 45 4
4.3Siswa mampu menjadi
pendengar yang baik terhadap orang lain
46, 47 2
5.Kemampuan dalam mengatasi
konflik
5.1Siswa mampu memahami situasi yang ada di sekitarnya
49, 50 2
5.2Siswa memiliki etika sosial yang di pakai oleh dirinya sendiri
52, 53, 54,
3
5.3Siswa memiliki cara-cara dalam pengambilan keputusan dan pemecahan masalah secara objektif
57, 58, 59 60, 61, 62, 63
7
(47)
60
2. Uji Reliabilitas
Reliabilitas suatu instrumen penelitian menunjukkan instrumen penelitian dapat dipercaya sebagai alat pengumpul data dan dapat dikatakan sebagai instrumen yang baik. Instrumen yang baik adalah instrumen yang dapat dengan ajeg memberikan data sesuai dengan kenyataan. Derajat konsistensi diperoleh sebagai proporsi perolehan subjek. Dalam penelitian ini metode yang digunakan untuk mengukur reliabilitas instrumen konformitas dengan rumus Alpha Cronbach. Pengujian reliabilitas alat pengumpul data menggunakan rumus Koefisien Alpha Cronbach dengan rumus sebagai berikut:
22 11
1
1
t bk
k
r
Dimana: Reliabilitas instrumen K = Banyaknya butir pernyataan2 2 = Varians total
Untuk mengukur reliabilitas instrumen konformitas siswa adalah menggunakan rumus reliabilitas dengan memanfaatkan program Mocrosoft Office Excel. Pengujian alat pengumpul data menggunakan rumus sebagai berikut:
Dimana:
= Reliabilitas instrumen K = Banyaknya butir pertanyaan
= Varians total
p = proporsi subjek yang menjawab betul pada sesuatu butir (proporsi subjek yang mendapat skor 1)
p = q = d
(48)
61
Selanjutnya untuk mengetahui interpretasi dari realibilitas yang diperoleh , maka digunakan klasifikasi dari Sugiyono (2008: 257) yang menyebutkan.
Tabel 3.12
Kriteria Keterandalan (Reliabilitas) Instrumen Besarnya nilai r Interpretasi
0,00 – 0,199 Sangat Rendah
0,20 – 0,399 Rendah
0,40 – 0,599 Sedang
0,60 – 0,799 Tinggi
0,80 – 1,000 Sangat Tinggi
Sugiyono (2008: 257)
Dari hasil pengolahan data hasil uji coba instrumen konformitas diperoleh nilai reliabilitas sebesar 0,918 dengan tingkat kepercayaan 99% astinya tingkat korelasi atau derajat keterandalan sangat tinggi, menunjukkan instrumen yang digunakan sangat baik dan dapat di percaya sebagai alat pengumpul data, sedangkan untuk instrumen kompetensi interpersonal diperoleh nilai sebesar 0,94 dengan tingkat kepercayaan 99% artinya tingkat korelasi atau derajat keterandalan sangat tinggi, menunjukkan instrumen yang digunakan sangat baik dan dapat dipercaya sebagai alat pengumpul data.
H. Prosedur Penelitian
1. Penyusunan Proposal Penelitian
Sebelum melakukan penelitian, terlebih dahulu disusun proposal penelitian. Proses penyusunan proposal dimulai dari pengajuan judul penelitian kepada dewan skripsi. Setelah judul disetujui oleh dewan skripsi, selanjutnya proposal diseminarkan untuk mendapatkan masukan dari dewan skripsi dan teman teman mahasiswa lainnya sebagai peserta seminar. Setelah judul disetujui oleh dewan skripsi dalam bentuk proposal, proposal kemudian direvisi dan hasil revisi
(49)
62
diajukan kembali untuk memperoleh pengesahan dan pengangkatan dosen pembimbing skripsi.
2. Perizinan Penelitian
Perizinan penelitian bertujuan untuk memenuhi kelengkapan administrasi penelitian sesuai dengan ketetapan yang berlaku. Perizinan dimulai dengan pengajuan permohonan izin penelitian kepada ketua Jurusan Psikologi Pendidikan dan Bimbingan FIP UPI dan dapat langsung diserahkan kepada sekolah yang nantinya dijadikan tempat penelitian, tempat penelitian tersebut yakni di SMP Negeri 15 Bandung.
3. Penyusunan dan Pengembangan Alat Pengumpul Data
Penyusunan alat pengumpul data dimulai dengan membuat kisi-kisi instrumen yang berdasarkan aspek yang akan diukur, yaitu konformitas dengan kompetensi interpersonal siswa. Butir-butir pernyataan dibuat berdasarkan indicator yang terdapat pada setiap aspeknya. Kemudian instrumen dinilai oleh dosen yang berkompeten di bidangnya sesuai dengan kelayakan atau penimbangan instrumennya. Setelah melalui uji kelayakan isntrumen kemudia disempurnakan dan disusun menjadi instrumen yang siap untuk menjadi alat pengungkap data dalam penelitian ini.
4. Pelaksanaan Pengumpulan Data
Pelaksanaan pengumpulan data dilakukan melalui penyebaran angket kepada responden yaitu siswa kelas VIII di SMP Negeri 15 Bandung Tahun Ajaran 2013 / 2014. Adapun kegiatan yang dilakukan dalam pengumpulan data dengan langkah-langkah awal mempersiapkan kelengkapan instrumen dan petunjuk pengerjaannya, mengecek kesiapan siswa yang menjadi populasi penelitian, membacakan petunjuk pengerjaannya dan mempersilahkan siswa untuk mengisi angket yang telah dipersiapkan sebelumnya, mengumpulkan kembali angket yang sudah diisi oleh siswa serta mengecek kembali kelengkapan
(50)
63
identitas dan kelengkapan jawaban siswa, kemudian setelah semua selesai dicek tahap terakhir yaitu penutupan kepada siswa.
I. Teknik Pengolahan Data 1. Verifikasi Data
Verifikasi data adalah langkah pemeriksaan terhadap data yang telah diperoleh dalam rangka pengumpulan data yang bertujuan untuk menyeleksi atau memilih data yang dianggap layak untuk diolah. Tahapan verifikasi data yang dilakukan sebagai berikut: hasil verifikasi data yang dilakukan diperoleh data yang diisi oleh responden dengan menunjukkan kelengkapan bahwa responden mengisi sesuai dengan petunjuk pengerjaannya dan semua data memenuhi persyaratan untuk dapat diolah.
2. Penyekoran
Setelah mengetahui item pernyataan yang layak dan tidak layak serta memenuhi syarat untuk digunakan sebagai data penelitian, maka langkah selanjutnya tahap penyekoran. Dimana data yang ditetapkan untuk diolah kemudian diberi skor sesuai dengan yang ditetapkan. Instrumen pengumpul data konformitas menggunakan skala Guttman dengan menyediakan dua alternative jawaban, sedangkan untuk kompetensi interpersonal menggunakan skala Likert dengan menyediakan lima alternative jawaban. Tiap pemberian skor pada lembar jawaban dilakukan dengan kriteria jawaban positif dan negative seperti pada tabel berikut ini:
Tabel 3.13
Kriteria Perilaku Konformitas Kriteria Skor item (-)
Ya 1
(1)
68
Hasil perhitungan dari signifikansi kemudian dibandingkan dengan pada tingkat kesalahan 5% uji dua pihak dan dk= n-2, sehingga dapat diperoleh keterangan bahwa apabila ℎ > maka dapat disimpulkan adanya signifikan antara variabel X dengan variabel Y, dan apabila ℎ < maka dapat disimpulkan bahwa tidak memiliki signifikansi antara variabel X dengan variabel Y.
(2)
BAB V
KESIMPULAN DAN REKOMENDASI
A. Kesimpulan
Berdasarkan penelitian tentang Kontribusi Konformitas terhadap Kompetensi Interpersonal Siswa Kelas VIII SMP Negeri 15 Bandung Tahun Ajaran 2013 / 2014 dihasilkan beberapa kesimpulan sebagai berikut.
1. Secara umum konformitas pada siswa kelas VIII SMP Negeri 15 Bandung Tahun Ajaran 2013 / 2014 berada pada kategori sedang. Siswa tidak hanya mengalami perubahan pada perilaku, tetapi pada nilai moral dalam berpakaian, berbahasa dan cara berinteraksi. Konformitas kelompok teman sebaya turut berperan dalam proses pembentukan nilai-nilai yang dianut remaja, tanpa remaja itu menyadari konformitas muncul ketika remaja meniru sikap orang lain karena tekanan yang nyata maupun yang dibayangkan. Siswa yang memiliki konformitas yang berada pada kategori sedang, cenderung memiliki penyesuaian diri yang cukup matang, melakukan interaksi yang dapat membuat siswa dapat berperilaku sesuai dengan harapan kelompoknya, proses penyesuaian diri dengan kelompoknya sesuai dengan norma dan nilai-nilai yang berlaku didalamnya.
2. Secara umum berdasarkan data yang diperoleh dari hasil penelitian kompetensi interpersonal pada siswa kelas VIII SMP Negeri 15 Bandung Tahun Ajaran 2013 / 2014. Kemampuan siswa dalam melakukan komunikasi antar pribadi yang cukup matang, berinisiatif dalam memulai suatu bentuk interaksi dengan orang lain, mengungkapkan perasaan dan mempertahankan hak-haknya secara tegas, memberikan dukungan secara emosional untuk mengoptimalkan komunikasi interpersonal, serta menyusun strategi penyelesaian masalah. Siswa yang memiliki kompetensi interpersonal yang berada pada kategori sedang, cenderung memiliki kemampuan
(3)
107
melakukan komunikasi antar pribadi yang cukup matang, berinisiatif dalam memulai suatu bentuk interaksi dengan orang lain, mengungkapkan perasaan dan mempertahankan hak-haknya secara tegas, memberikan dukungan secara emosional untuk mengoptimalkan komunikasi interpersonal, serta menyusun strategi penyelesaian masalah.
3. Terdapat kontribusi antara konformitas dengan kompetensi interpersonal siswa. Semakin tinggi nilai konformitas siswa maka semakin tinggi pula kompetensi interpersonalnya. Begitupun sebaliknya jika konformitas siswa rendah maka rendah pula kompetensi interpersonalnya
B. Rekomendasi
Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan, berikut diuraikan beberapa rekomendasi sebagai masukan terutama bagi guru bimbingan dan konseling, peneliti selanjutnya.
1. Bagi Guru Bimbingan dan Konseling
a. Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan gambaran serta masukan untuk dapat dikembangkan menjadi sebuah program pribadi-sosial untuk mengembangkan kompetensi interpersonal siswa kelas VIII SMP Negeri 15 Bandung Tahun Ajaran 2013 / 2014.
b. Instrumen yang telah dilakukan uji kelayakan dapat dijadikan bahan pertimbangan untuk mengungkap tingkat konformitas siswa dan kompetensi interpersonal siswa SMP Negeri 15 Bandung.
2. Peneliti selanjutnya
a. Peneliti selanjutnya dapat merancang dan melakukan uji coba program bimbingan dan konseling pribadi sosial untuk mengembangkan kompetensi interpersonal sehingga menjadi program komprehensif.
(4)
108
b. Program yang dibuat tidak hanya ditujukan pada kelas VIII namun dapat lebih dikembangkan untuk kelas VII dan kelas IX nantinya. c. Populasi dalam penelitian ini adalah siswa SMP, peneliti
selanjutnya dapat melakukan penelitian pada populasi yang lebih luas lagi, seperti pada siswa di SD, SMA, SMK dan mahasiswa di perguruan tinggi sehingga dapat dihasilkan program yang berpengaruh signifikan untuk meningkatkan kompetensi interpersonal siswa pada setiap jenjang pendidikan.
(5)
DAFTAR PUSTAKA
ABKIN. (2008). Rambu-Rambu Penyelenggaraan Bimbingan dan Konseling dalam Jalur Pendidikan. Bandung: ABKIN
Arikunto, S. (2010).Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan. Jakarta: Rineka Cipta
Baron, R.A & Byrne, D. (1994). Social Psychology: Understanding Human Interaction. Boston: Allyn & Bacon
Buhrmester, F. W and Reis. (1988). Five Domains of Interpersonal Competence in Peer Relationship. Jurnal of Personality and Social Psychology. Vol. 55 no 6, 1991-1008.
Chaplin, J.P. (a.b Dr. Kartini Kartono). (2005). Kamus Lengkap Psikologi. Jakarta: Rajawali Press.
De Vito, J. A. (1999). The International Comunication Book. Edition seven. New York: Harper Collins College.
Desmita. (2005). Psikologi Perkembangan. Bandung; Rosda Karya.
Hamner, T.J., & Turner, P.H., (1996). Parenting in Contemporary Society. (Third Edition). Boston: Allyn & Bacon.
Hurlock, E. B. (1991). (a.b Istiwidayanti & Soedjarwo). Psikologi Perkembangan suatu Pendidikan Sepanjang Rentang Kehidupan. (edisi kelima). Jakarta: Erlangga
Hurlock, E. B. (2000). (a.b Istiwidayanti & Soedjarwo). Psikologi Perkembangan: Suatu pendekatan Sepanjang Rentang Kehidupan. (edisi keenam). Jakarta: Erlangga
Idrus, Muhammad. (2007). Hubungan antara Teman Sebaya dengan Kompetensi Interpersonal Mahasiswa Fakultas Psikologi dan Ilmu Sosial Budaya (FPSB) Universitas Islam Indonesia. (Penelitian)
Moesono, A. (2001). “Decision Making” Memilih Studi Psikologi pada Mahasiswa Baru Fakultas Psikologi Universitas Indonesia. Jurnal Psikologi Sosial. Jakarta: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia. Tahun 7. No. 9 (79-87).
Monks, F. J. (1990). Psikologi Perkembangan. Yogyakarta: Gajah Mada University Press
(6)
110
Muyassaroh, Lilik. (2009). Efektifitas Teknik Permainan Simulasi dalam Bimbingan Kelompok untuk Meningkatkan Keterampilan Hubungan Interpersonal Siswa Kelas VII di SMP Negeri 20 Malang. (skripsi)
Myers, D. G. (2012). (a.b Aliya, Lala, Petty & Putri). Psikologi Sosial. (edisi kesepuluh). Jakarta: Salemba Humanika
Myers, D.G. (2005). Social psychology. (edisi kedelapan). New York. Mc Graw Hill.
Nurihsan, J & Agustin, M. (2011). Dinamika Perkembangan Anak dan Remaja. Bandung: PT Refika Aditama.
Santrock, J. W. (2003). (a.b Ahmad Chusairi & Juda Damanik). Life Span Development : Perkembangan Masa Hidup (edisi kelima). Jakarta : Erlangga.
Santrock, J.W (1996). Adolescence. (6th Edition). Dubuque, Lowa : Wm. C. Brown Publishers.
Sears, dkk. (1994). Psikologi Sosial. Edisi Kelima. Jakarta: Erlangga
Sherif, M. (1966). In Common Predicament: Social Psychology of Intergroup Conflict and Cooperation. Boston: Houhton Mifflin
Sugiyono. (2008). Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D. Bandung: Alfabeta.
Taylor, S. E, dkk. (2009). Psikologi Sosial. Edisi kedua belas. Jakarta: Kencana Prenada Media Group.
Winkel, W.S. (1991). Bimbingan dan Konseling di Institusi Pendidikan. Jakarta: Gramedia Widiasarana Indonesia
Yusuf, S. (2009). Psikologi Perkembangan Anak dan Remaja. Bandung : Rosda Karya.
Yusuf, Syamsu & Nurikhsan, Juntika. (2005). Landasan Bimbingan dan Konseling. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.
Yusuf. Syamsu. LN. (2008). Psikologi Perkembangan Anak dan Remaja. Bandung: PT Remaja Rosdakarya