PERKEMBANGAN POLITIK DI KAWASAN TANDUK AFRIKA :PERJUANGAN ERITREA MENUNTUT KEMERDEKAAN 1962-1993.

(1)

Meri Erlina, 2013

NO. DAFTAR FPIPS: 1634/ UN.40.2.3/PL/2013

PERKEMBANGAN POLITIK DI KAWASAN TANDUK AFRIKA: PERJUANGAN ERITREA MENUNTUT KEMERDEKAAN 1962-1993

SKRIPSI

Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Dari Syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan Sejarah

Oleh Meri Erlina

0901855

JURUSAN PENDIDIKAN SEJARAH

FAKULTAS PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA


(2)

NO. DAFTAR FPIPS: 1634/ UN.40.2.3/PL/2013

2013

PERKEMBANGAN POLITIK DI KAWASAN TANDUK AFRIKA: PERJUANGAN ERITREA MENUNTUT KEMERDEKAAN 1962-1993

Oleh Meri Erlina

skripsi yang diajukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana pada Fakultas Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial

© Meri Erlina 2013 Universitas Pendidikan Indonesia

Juli 2013

Hak Cipta dilindungi undang-undang.


(3)

Meri Erlina, 2013

NO. DAFTAR FPIPS: 1634/ UN.40.2.3/PL/2013

Dengan dicetak ulang, difoto kopi, atau cara lainnya tanpa izin dari penulis.

HALAMAN PENGESAHAN

MERI ERLINA

PERKEMBANGAN POLITIK DI KAWASAN TANDUK AFRIKA: PERJUANGAN ERITREA MENUNTUT KEMERDEKAAN 1962-1993

DISETUJUI DAN DISAHKAN OLEH Pembimbing I

Dra. Murdiyah Winarti, M.Hum NIP. 19600529 199702 1 001

Pembimbing II

Farida Sarimaya, S.Pd., M.Si NIP. 19710604 200501 2 001

Mengetahui,

Ketua Jurusan Pendidikan Sejarah

Prof. Dr. H. Dadang Supardan, M.Pd NIP. 19570408 198403 1 003


(4)

(5)

ii Meri Erlina, 2013

ABSTRAK

Skripsi ini berjudul “Perkembangan Politik di Kawasan Tanduk Afrika: Perjuangan Eritrea Menuntut Kemerdekaan 1962-1993” berisi mengenai gambaran perkembangan politik di kawasan Tanduk Afrika awal abad ke-20 terutama perjuangan yang dilakukan penduduk Eritrea melawan pemerintah Ethiopia. Adapun yang menjadi inti permasalahan pada skripsi ini adalah “Mengapa Eritrea Ingin Merdeka Lepas Dari Kekuasaan Ethiopia pada tahun 1962-1993?”. Permasalahan tersebut dituangkan dalam bentuk pertanyaan, yaitu: 1) Bagaimana kondisi sosial dan politik di wilayah Tanduk Afrika pada pertengahan abad ke-20?; 2) Bagaimana perkembangan sosial politik di ujung Tanduk Afrika Eritrea- Ethiopia 1962-1993?; 3) Bagaimana resolusi konflik yang diambil oleh Eritrea- Ethiopia dalam menyelesaikan sengketa?. Dalam penyusunan skripsi ini penulis menggunakan metode historis dengan melakukan empat langkah penelitian yaitu heuristik, kritik, interprestasi, dan histrografi. Dalam melakukan penelitian penulis menggunakan studi literatur yaitu mengkaji sumber-sumber yang relevan dengan kajian penulis. Perjuangan yang dilakukan oleh penduduk Eritrea dimulai sejak wilayah Eritrea yang merupakan federasi Ethiopia diubah namanya menjadi Administrasi Ethiopia kemudian dimasukan menjadi provinsi ke-14 oleh pemerintah Ethiopia tanpa persetujuan penduduk Eritrea. Selama menjadi federasi dari Ethiopia penduduk Eritrea masih dapat menjalankan hak-hak nasionalis mereka sebagai warga negara yang dapat menentukan kebijakan ekonomi, politik dan pendidikan. Namun, setalah diubah dari federasi menjadi administrasi penduduk Eritrea dipaksa mengikuti aturan dan kebijakan yang diterapkan oleh pemerintah Ethiopia dimana bahasa nasional mereka diganti dengan bahasa Amharik, partai politik dilarang, dan kebebasan pers dibatasi menyebabkan munculnya gerakan kemerdekaan Eritrea yang diawali oleh ELM, ELF dan EPLF. Gerakan kemerdekaan Eritrea yang menuntut kemerdekaan ditindak lanjuti dengan cara kekerasan melalui jalan militer yang menimbulkan perang antara gerakan kemerdekaan Eritrea melawan pemerintah Ethiopia yang dimulai pada tahun 1962-1993. Perlawanan yang dilakukan Eritrea didukung oleh negara-negara Arab dan pemerintah Ethiopia didukung oleh Amerika kemudian karena adanya pemberontakan di Ethiopia dimana pemberontakan ini berhaluan kiri membuat Amerika menghentikan bantuannya kemudian pemerintah Ethiopia mendapatkan dukungan dari Uni Soviet. Selama gerakan kemerdekaan Eritrea terjadi berbagai perlanggaran yang dilakukan oleh pemerintah Ethiopia terutama terhadap masyarakat yang tidak bersalah. Perjuangan yang panjang akhirnya membawa kemerdekaan bagi Eritrea dengan hasil referendum yang dibantu oleh PBB dimana semua penduduk Eritrea dengan suara bulat mengatakan ingin merdeka. Hasil referendum yang membawa Eritrea menuju kemerdekaan disahkan pada tanggal 28 Mei 1993 dan diakui menjadi anggota PBB pada hari yang sama. Sisi positif dari perjuangan kemerdekaan Eritrea ialah menumbuhkan rasa nasionalisme, rasa toleransi dalam perbedaan agama, etnis dan saling menghargai.


(6)

ABSTRACT

This thesis entitled "Political Development in the Horn of Africa Region: Demanding Eritrea Independence Struggle 1962-1993" provides an overview of the political developments in the Horn of Africa early 20th century, especially the struggle of the Eritrean people against the Ethiopian government. As for the core of the problem in this essay is "Why Eritrea Want Freedom Power Disconnect From Ethiopia in 1962-1993?". The problems outlined in the form of questions, namely: 1) What social and political conditions in the Horn of Africa in the mid-20th century?; 2) How socio-political developments in the Horn of Africa ends Ethiopia from 1962 to 1993?; 3) How resolution conflict taken by Eritrea-Ethiopia in resolving disputes?. In preparing this paper the author uses historical method to perform four steps namely heuristic research, criticism, interpretation, and histrografi. In conducting research using literature study the authors examine the sources relevant to the study authors. The struggle of the Eritrean people Eritrean territories began an Ethiopian federation was renamed the Ethiopian Administration then entered into the 14th province of the Ethiopian government without approval by Eritrean population. During a federation of Eritrea Ethiopian population got their nationalist rights as citizens who could determine economic policy, politics and education. But when the country was changed from a federation into administration Eritrea residents were forced to follow the rules and policies adopted by the government of Ethiopia where their national language were replace by Amharic language, banned political parties, and freedom of the press was limited Eritrea led to the emergence of the independence movement that begins by ELM, ELF and EPLF . Eritrean independence movement which demanded independence was followed up by military way which coused twar between Eritrea's independence movement against the government of Ethiopia that began in 1962-1993. Eritrea’s resistance was supported by Arab nation and the government of Ethiopia was supported by U.S and then because of the uprising in Ethiopia where the leftist insurgency makes Americans stoped their funding then the Ethiopian government got support from the Soviet Union. During the Eritrean independence movement occurred there were so many violation conducted by the Ethiopian government, especially against innocent people. Long struggle finally brought independence for Eritrea with the results of the referendum were assisted by the United Nations in which all residents unanimously said Eritrea wanted independence. The results of the referendum that brought independence Eritrea adopted on May 28, 1993 and recognized a member of the United Nations on the same day. The positive side of Eritrea's struggle for independence is growing sense of nationalism, a sense of tolerance in religious differences, ethnic and mutual respect.


(7)

iv Meri Erlina, 2013


(8)

DAFTAR ISI

PERNYATAAN ... i

ABSTRAK ... ii

KATA PENGANTAR ... iii

UCAPAN TERIMAKASIH... iv

DAFTAR ISI ... vi

DAFTAR TABEL ... ix

DAFTAR GAMBAR ... x

BAB I PENDAHULUAN ... 1

1.1 Latar Belakang Penelitian ... 1

1.2 Identifikasi dan Perumusan Masalah ... 5

1.3 Tujuan Penelitian ... 6

1.4 Manfaat Penelitian ... 6

1.5 Struktur Organisasi ... 7

BAB II KAJIAN PUSTAKA ... 9

2.1 Gerakan Separatis... 10

2.2 Konsep Diplomasi ... 14

2.3 Teori Konflik ... 16

2.4 Resolusi Konflik ... 21

BAB III METODE PENELITIAN ... 30

3.1 Pendekatan ... 31

3.2 Persiapan Penelitian ... 32

3.2.1 Memilih Tofik yang Sesuai ... 32


(9)

vii

Meri Erlina, 2013

3.3.1 Pencarian dan Pengumpulan Sumber (Heuristik) ... 37

3.3.2 Kritik dan Analisis Sumber ... 39

3.3.3 Penafsiran dan Penjelasan Fakta ... 42

3.3.4 Historiografi dan Laporan Penelitian ... 44

BAB IV KONFLIK ERITREA ETHIOPIA 1962-1993 ... 46

4.1 Kondisi Sosial Politik di Wilayah Tanduk Afrika Pada Pertengahan Abad ke-20 ... 46

4.1.1 Keadaan Geografis dan Demografis Wilayah Tanduk Afrika ... 46

4.1.1.1 Kondisi Geografis ... 46

4.1.1.2 Kondisi Demografis ... 52

4.1.2 Kondisi Sosial Politik di Wilayah Tanduk Afrika ... 58

4.1.2.1 Keadaan Eritrea dan Ethiopia Sebelum Resolusi PBB ... 58

4.1.2.2 Kondisi Eritrea Setelah Resolusi PBB ... 70

4.2 Perkembangan Sosial Politik di Ujung Tanduk Afrika 1962-1993 ... 76

4.2.1 Wilayah Eritrea Sesudah Menjadi Propinsi ke-14 Dari Negara Ethiopia ... 76

4.2.2 Munculnya Gerakan-Gerakan Pembebasan Wilayah Eritrea ... 80

4.2.3 Perjuangan Pembebasan Wilayah Eritrea ... 87

4.2.3.1 Perjuangan Bersenjata Penduduk Eritrea ... 87

4.2.3.2 Perjuangan Diplomasi Penduduk Eritrea ... 103

4.3 Penyelesaian Konflik di Ujung Tanduk Afrika ... 105

4.3.1 Campurtangan PBB Dalam Penyelesaian Konflik ... 105

4.3.2 Munculnya Negara Eritrea Merdeka ... 111

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI ... 119


(10)

5.2 Rekomendasi ... 122

DAFTAR PUSTAKA ... 124

LAMPIRAN-LAMPIRAN ... 129


(11)

ix

Meri Erlina, 2013

DAFTAR TABEL Tabel

4.1 Lahirnya Partai-Partai Politik di Eritrea ... 82 4.2 Hasil Referendum Eritrea ... 109 4.3 Gerakan Kemerdekaan Eritrea ... 129


(12)

DAFTAR GAMBAR Gambar

3.1 Alur Analisis data Kualitatif Menurut Miles dan Huberman ... 32

4.1 Peta Wilayah Kawasan Tanduk Afrika ... 49

4.2 Persebaran Etnis di Eritrea ... 53

4.3 Persebaran Etnis di Ethiopia ... 58

4.4 Di Addis Ababa, Ethiopia: Puluhan Ribu Penduduk Berjalan Untuk Melakukan Voting Referendum Kemerdekaan Eritrea ... 111

4.5 Peta Perang Kemerdekaan Eritrea Ethiopia ... 132

4.6 Sidang Pertama Partai Unions 1967 ... 133

4.7 Pemogokan Siswa Menengah di Asmara 8-12 Maret 1965 ... 134

4.8 Eksekusi Guru, Pegawai Pemerintah yang menentang Pemerintah Ethiopia 12 Februari 1967 ... 135

4.9 Pembantaian Penduduk Sipil oleh Tentara Ethiopia pada tahun 1976 ... 136

4.10 Penduduk Eritrea yang Mencoba Melarikan Diri dari Kekejaman Tentara Ethiopia 1985 ... 137

4.11 Anggota EPLF Pejuang Wanita Eritrea ... 138

4.12 PGE Sekretaris Jenderal, Mr Isaias Afewerki Melakukan Voting ... 139


(13)

xi


(14)

BAB I PENDAHULUAN

1.1Latar Belakang Penelitian

Wilayah tanduk Afrika adalah sebuah semenanjung Afrika Timur yang terletak di sepanjang bagian selatan Teluk Aden. Istilah ini juga merujuk pada daerah lebih luas yang meliputi Somalia, Djibouti, Ethiopia dan Eritrea. Karena letaknya yang strategis, wilayah Tanduk Afrika menjadi rebutan negara-negara Eropa. Seperti wilayah Eritrea yang sudah dikuasai oleh Italia sejak tahun 1885 samapai tahun 1941. Kekuasaan Itali berakhir dikarenakan kekalahan Itali oleh Inggris, ketika pasukan Inggris merebut Asmara, ibukota Eritrea. Selama perang pembebasan, Inggris memberikan janji kepada rakyat Eritrea bahwa mereka akan dibebaskan dari kekuasaan Itali. Pada tanggal 10 Februari 1947 Itali dipaksa melepaskan haknya atas Eritrea. Pada tahap selanjutnya, Eritrea diserahkan kepada pihak sekutu. Akan tetapi, pemerintah sekutu tidak berhasil memberikan kebebasan kepada Eritrea dan persoalan ini diserahkan kepada PBB (Diporyudo, 1976: 122-123).

Pada tahun 1950, PBB menetapkan resolusi No. 390 Tahun 1950 yang isinya memutuskan bahwa Eritrea bergabung dengan Ethiopia dalam federasi di bawah kedaulatan Kaisar Ethiopia. Selama persiapan resolusi PBB, untuk sementara Eritrea berada dibawah administrasi Inggris sebagai suatu negeri perwakilan PBB. Hal ini berlaku sampai resolusi tersebut diresmikan pada tahun 1952 (Negas, 1997:59). Namun, Ethiopia tidak senang dengan hanya sebuah federasi, kemudian Ethiopia membatalkan perjanjian yang disepakati pada tahun 1952 dengan hasil dimana “Administrasi Eritrea” diganti menjadi bagian dari provinsi Ethiopia pada tahun 1962. Berdasarkan konstituante pada tahun 1952, sebagai Negara bagian Eritrea memiliki parlemen yang bertugas untuk mengurusi pemerintahan sendiri dan


(15)

2

Meri Erlina, 2013

mengurusi urusan dalam negeri, sedangkan masalah perdagangan luar negeri dan masalah pertahanan menjadi tanggung jawab pemerintahan federal. Dalam periode federasi pertama masyarakat Eritrea masih dapat mempertahankan identitas nasionalnya yang sudah dibentuk selama dibawah pendudukan Itali dan Inggris. Dalam federasi, Eritrea ingin menjalin keseimbangan-antara muslim dan Kristen. Parlemen Eritrea yang berwenang mengurusi masalah pendidikan membuat aturan di mana bahasa Tigriya dan Arab dapat digunakan disetiap sekolah di Eritrea, para ibu dapat memilih untuk mengajarkan bahasa ibu pada anak mereka. Namun, pemerintah Ethiopia ikut campur terhadap aturan yang telah dibuat oleh parlemen Eritrea di mana bahasa Arab dilarang digunakan dan bahasa Tigriya diganti oleh bahasa Amharik.

Tindakan pemerintah Ethiopia tersebut membuat kecewa penduduk Eritrea sehingga hal ini membuat rasa nasionalis penduduk Eritrea timbul. Pada tahun 1959, pemerintah Eritrea namanya diubah menjadi Administrasi Eritrea dan dimulailah hukum Ethiopia yang diberlakukan secara penuh di Eritrea. Pada tahun 1960 departemen pendidikan Ethiopia mengambil kontrol secara penuh dalam pelaksanaan kurikulum di jenjang pendidikan di Eritrea. Pada tanggal 14 Novenber 1962 Kaisar Haile Selassie mengeluarkan Order No 27 yang mengatakan periode federal Eritrea berakhir, secara sepihak parlemen dibubarkan dan Eritrea dijadikan propinsi ke-14 Ethiopia (Tesfegiorgis, 1998:111). Maka dimulailah periode sengketa antara pemerintah Ethiopia dan para pejuang Eritrea yang menuntut kemerdekaan. Keputusan ini dilakukan atas kemauan Kaisar Haile Selassie yang memerintah secara diktator dengan kekuasaan tidak terbatas, tanpa persetujuan rakyat Eritrea. Secara formal tindakan itu dilakukan berdasarkan keputusan parlemen Eritrea, tetapi keputusan itu diambil dibawah paksaan.

Semenjak menjadi propinsi Ethiopia yang ke-14, masyarakat Eritrea menuntuk hak-hak nasionalisasi mereka yang tergabung dalam gerakan Eritrea. Gerakan Eritrea berusaha ditumpas oleh Kaisar, akan tetapi operasi militer yang dilancarkannya tidak berhasil mencapai sasarannya. Meskipun menghabiskan banyak


(16)

3

biaya dan menjadi beban keuangan negara, kaum nasionalis Eritrea tetap bertekad untuk mendapatkan kembali hak nasionalis mereka dan menyusun suatu kekuatan yang semakin lama makin besar. Pada tahun yang sama gerakan-gerakan pembebasan Eritrea mendapatkan dukungan dan bantuan dari pihak asing, seperti negara-negara Arab dan Somalia yang simpati akan gerakan pembebasan Eritrea.

Hal tersebut mengakibatkan perpecahan politik dengan sentimen keagamaan yang tumbuh di Eritrea. Disatu sisi orang-orang Kristen Eritrea mendorong persatuan dengan Ethiopia, sedangkan Liga Muslim yang dibentuk pada tahun 1947 menuntut untuk kemerdekaan Eritrea yang berarti menolak persatuan dengan Ethiopia. Dengan demikian, sentimen keagamaan menambah konflik yang terjadi antara pemerintah Ethiopia dengan Eritrea. Konflik antara Eritrea dan Ethiopia bukan hanya dikarenakan sentimen keagamaan, namun juga dikarenakan perbedaan etnis, di mana etnis Eritrea dominan etnis Arab, sedangkan Ethiopia etnis Negro Sudan. Selain itu adanya perbedaan sejarah antara Eritrea dengan Ethiopia, Eritrea memiliki identitas nasional yang sudah terbentuk sejak dikuasai oleh pemerintahan Itali dan Inggris direnggut identitasnya oleh Ethiopia dengan memasukkan mereka kedalam provinsi. Sehingga hal ini menyebabkan identitas diri bangsa dan budaya mereka menghilang, dimana mereka harus patuh dengan segala aturan yang dibuat oleh pemerintah, maka timbulah pemberontakan yang menuntut kemerdekaan Eritrea.

Walupun banyak berjatuhan korban, gerakan Eritrea semakin kuat hal ini dikarenakan mereka mendapatkan dukungan dari rakyat Eritrea dan menerima bantuan dari negara-negara Arab. Terjadi pertempuran yang banyak menimbulkan korban dari kedua belah pihak akan tetapi pada akhirnya mereka merdeka melalui sebuah referendum pada tahun 1993. Perjuangan yang cukup panjang tidak sia-sia, walau banyak berjatuhan korban dan terjadi pelanggaran HAM akhirnya melalui sebuah referendum tahun 1993 yang diawasi oleh negara-negara internasional yang menyatakan Eritrea merdeka dan menjadi negara baru di kawasan Tanduk Afrika.


(17)

4

Meri Erlina, 2013

Berdasarkan pemaparan di atas, perkembangan politik di kawasan tanduk Afrika pada tahun 1950-1991 menjadi sebuah gejolak politik di kawasan ini. Hal ini sebagai akibat dari aneksasi perampasan hak-hak otonomi Eritrea yang diberikan oleh Perserikatan Bangsa Bangsa (PBB) pada tahun 1952, sehingga menimbulkan sengketa antara pemerintahan Ethiopia dengan masyarakat Eritrea dan menimbulkan pertempuran-pertempuran besar. Dari berbagai pertempuran besar ini Eritrea mendapatkan kemerdekaannya pada tahun 1991 dan diakui oleh Negara-negara dunia melalui sebuah referendum pada tahun 1993, sehingga peneliti tertarik untuk mengambil tema ini. Apabila konflik Eritrea Ethiopia tahun 1962-1993 tidak diangkat sebagai penelitian, maka dikhawatirkan masyarakat sekitar tidak mengetahuinya.

Setelah diangkatnya tema ini, menambah kajian atau tulisan mengenai perkembangan politik dikawasan tanduk Afrika khususnya negara Eritrea-Ethiopia pada tahun 1962-1993. Sepengetahuan peneliti belum ada peneliti lain yang membahas perkembangan politik dikawasan tanduk Afrika: perjuangan Eritrea menuntut kemerdekaan tahun 1962-1993, hanya saja ada peneliti lain yang menulis tentang resolusi konflik perbatasan Eritrea Ethiopia pada tahun 1998-2000. Hal ini sangat berbeda dengan kajian dan penelitian yang peneliti ambil.

Untuk mengetahui lebih lanjut tentang konflik Eritrea Ethiopia, maka dari itu peneliti menetapkan penelitian tentang “Perkembangan Politik di Kawasan Tanduk Afrika: Perjuangan Eritrea Menuntut Kemerdekaan 1962-1993” merupakan judul yang dipilih oleh penulis dalam penelitian ini.

Hal ini menjadi keresahan peneliti, apabila penelitian ini tidak diangkat, dikhawatirkan masyarakat khususnya mahasiswa tidak mengetahui tentang kejadian perang atau konflik antar wilayah Eritrea dan pemerintahan Ethiopia yang terjadi sejak tahun 1962 hingga tahun 1993. Penelitian mengambil rentang waktu tahun 1962-1993, dikarenakan pada tahun 1962 para nasionalis Eritrea mulai melakukan pemberontakan dan menuntut hak kemerdekaan mereka kepada pemerintahan Ethiopia. Hingga terjadi perang kemerdekaan yang berakhir pada tahun 1991 dimana


(18)

5

para pejuang Eritrea berhasil merebut semua wilayah Eritrea yang dikuasai oleh pemerintah Ethiopia. Kemerdekaan tersebut diperoleh melalui pertempuran yang panjang dan memakan banyak korba. Eritrea merdeka secara penuh diakui oleh negara-negara dunia pada tahun melalui sebuag referendum yang melibatkan seluruh penduduk Eritrea yang menginginkan kemerdekaan. Dengan ini Eritrea merdeka pada tanggal 28 Mei 1993 dan diakui menjadi anggota PBB (Vool, 2001; Negas, 1997).

1.2Identifikasi dan Perumusan Masalah

Rumusan masalah merupakan salah satu tahapan dari beberapa tahapan penelitian yang memiliki kedudukan yang sangat penting dalam kegiatan penelitian. Rumusan masalah dapat diartikan sebagai suatu rumusan yang mempertanyakan suatu fenomena. Mengingat pentingnya kedudukan rumusan masalah dalam kegiatan penelitian sampai munculnya anggapan bahwa rumusan masalah merupakan separuh dari penelitian.

Berdasarkan hal –hal yang telah penulis sampaikan di atas, terdapat beberapa permasalahan yang menjadi kajian dalam penulisan karya ilmiah ini. Adapun yang menjadi permasalahan pokok dalam penelitian ini dengan judul “Perkembangan Politik di Kawasan Tanduk Afrika: Perjuangan Eritrea Menuntut Kemerdekaan 1962-1993”, adalah “Mengapa Eritrea Ingin Lepas Dari Kekuasaan Ethiopia pada tahun 1962-1993?”. Sedangkan untuk menjawab permasalahan tersebut penulis merumuskannya dalam pertanyaan penelitian sebagai berikut:

1. Bagaimana kondisi sosial dan politik di wilayah Tanduk Afrika pada pertengahan abad ke-20?

2. Bagaimana perkembangan sosial politik di ujung Tanduk Afrika Eritrea- Ethiopia 1962-1993?

3. Bagaimana resolusi konflik yang diambil oleh Eritrea- Ethiopia dalam menyelesaikan sengketa?


(19)

6

Meri Erlina, 2013

1.3Tujuan Penelitian

Tujuan utama yang ingin dicapai penulis adalah “Mendeskripsikan perkembangan politik tanduk Afrika: perjuangan Eritrea menunttahun 1962-1993”. Adapun yang menjadi tujuan khususnya dari penelitiaut kemerdekaan ini adalah:

1. Menggambarkan kondisi sosial dan politik di wilayah Tanduk Afrika pada pertengahan abad ke-20

2. Memaparkan jalannya perang antara Eritrea melawan Ethiopia pada tahun 1962-1991.

3. Menggambarkan jalannya resolusi konflik yang diambil oleh Eritrea-Ethiopia dalam menyelesaikan sengketanya.

4. Menggambarkan dampak konflik Eritrea-Ethiopia pada tahun 1991-1993.

1.4 Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan memberikan manfaat bagi semua pihak, terutama bagi perkembangan ilmu pengetahuan dibidang politik, serta mampu menambah pengetahuan mengenai perang kemerdekaan Eritrea yang berlangsung dari tahun 1962-1993. Adapun manfaat dari penelitin ini adalah sebagai berikut:

1. Memperkaya penulisan Sejarah Afrika pada umumnya dan khususnya penulisan sejarah peranng kemerdekaan Eritrea.

2. Memberi gambaran kondisi kawasan Tanduk Afrika pada awal abad ke-20.

3. Mendeskripsikan kondisi sosial politik Eritrea sebelum menjadi provinsi Ethiopia.

4. Memberikan pemaparan mengenai perjuangan yang dilakukan oleh gerkan kemerdekaan Eritrea melawan pemerintahan Ethiopia sejak tahun 1962-1991.


(20)

7

5. Memberi gambaran bagaimana referendum Eritrea-Ethiopia yang melibatkan PBB dalam penyelesaian sengketa hingga akhirnya kedua negara sama-sama berdaulat.

6. Memperkaya pembelajaran di sekolah mengenai peristiwa seputar Perang Dunia II, sesuai dengan materi pembelajaran Sejarah kelas XII semester II dimana Standar Kompotensi “Menganalisis Perkembangan Sejarah Dunia Sejak Perang Dunia II sampai dengan Perkembangan Muktahir” dengan Kompotensi Dasar 2.2 Yaitu “Kemampuan menganalisis perkembangan Muktakhir dunia”

1.5Struktur Organisasi

Struktur organisasi skripsi disesuaikan dengan buku pendoman penulisan karya ilmiah yang diterbitkan oleh UPI. Struktur organisasi yang dimaksud dalam penulisan karya tulis ilmiah ini adalah sebagai berikut:

Bab I Pendahuluan, bab ini berisikan kondisi politik dikawasan tanduk Afrika dan latar belakang masalah mengenai hubungan antara Eritrea dengan Ethiopia. Selain itu akan dijelaskan mengenai latar belakang atau faktor pendorong penyebab perang antara Eritrea melawan pemerintah Ethiopia. Agar permasalahan dan pembahasan tidak melebar maka penulis merumuskan dan membatasi masalah sehingga dapat dikaji secara khusus didalam penulisan skripsi ini.

Bab II Tinjauan Pustaka, dalam bab ini penulis akan memaparkan mengenai sumber-sumber buku, dokumen, surat kabar, majalah, jurnal dan internet yang penulis gunakan sebagai bahan referensi yang dianggap relevan dengan tema penelitian. Selain itu, dijelaskan tentang beberapa kajian dan penelitian terdahulu mengenai hubungan Eritrea dengan Ethiopia. Peneliti juga akan membahas sedikit mengenai berbagai teori dan pengertian mengenai gerakan separatis, diplomasi, teori konflik, dan resolusi konflik antara kedua negara.


(21)

8

Meri Erlina, 2013

Bab III Metode Penelitian, menguraikan mengenai beberapa tahapan penelitian yang ditempuh penulis ketika melakukan penelitian guna mendapatkan data, informasi dan sumber yang relevan dengan objek penelitian. Adapun metode yang penulis gunakan adalah metode hioristik dan teknik yang digunakan ialah studi literatur.

Bab IV Pembahasan, penulis akan memaparkan kondisi sosial politik dikawasan Tanduk Afrika pada awal abad ke-20, letak geografis dan demografis kawasan tanduk Afrika khusunya Eritrea dan Ethiopia. Kemudian penulis akan menjelaskan sejarah Eritrea dan Ethiopia yang meiliki perbedaan budaya, etnis kebiasaan dan sejarah yang berbeda, sehingga tidak mungkin bagi kedua negara ini dipersatukan. Selanjutnya penulis akan membahasa latar belakang lahirnya gerakan sepratis Eritrea hingga menimbulkan perlawanan terhadap pemerintah Ethiopia. Setelah menjelaskan mengenai lahirnya gerakan separatis penulis akan menggambarkan perlawanan dan perjuangan yang dilakukan oleh gerakan separatis Eritrea yang menuntut kemerdekaan dari pemerintah Ethiopia hingga Eritrea merdeka. Pada pembahasan terakhir penulis akan memaparkan mengenai proses perdamaiaan kedua negara yang melibatkan PBB dan negara-negara lain dalam proses referendum yang mengantarkan kemerdekaan Eritrea dan pembahasan terakhir mengenai munculnya negara Eritrea.

Bab V kesimpulan, merupakan bagian terakhir dari rangkaian penulisan skripsi yang berisikan kesimpulan sebagai jawaban dan pertanyaan yang diajukan dalam rumusan masalah. Direkomendasikan pula nilai-nilai yang dapat diambil dari penelitian yang dilakukan oleh penulis.


(22)

BAB III

METODE PENELITIAN

Sebuah penelitian dapat dikatakan baik atau tidaknya dapat dilihat dari data yang diperoleh oleh sang peneliti. Kualitas sutu penelitian didukung oleh proses pengelolahan yang dilakukan peneliti. Oleh karena itu, dibutuhkan sebuah metode penelitian agar memperoleh data yang baik. Dalam bab III penulis akan memaparkan secara rinci mengenai metode yang digunakan penulis dalam menulis skripsi, dari mulai persiapan penelitian, pelaksanaan penelitian, hingga tahap akhir analisis data.

Metode penelitian merupakan sebuah cara alamiah agar memperoleh data yang sesuai dengan tujuan dan kegunaan yang peneliti butuhkan. Secara umum sebuah penelitian memiliki tiga tujuan yang bersifat penemuan, pembuktian dan pengembangan. Secara umum data yang didapat dari hasil penelitian dapat digunakan untuk memahami, memecahkan dan mengantisipasi sebuah masalah.

Dalam penelitian ini peneliti menggunakan metode historis, dimana metode historis merupakan metode yang sering digunakan dalam penelitian sejarah. Dimana dalam penelitian dilakukan pengkajian, penjelasan, dan penganalisisan yang dilakukan secara kritis terhadap dokumen atau rekaman serta peninggalan pada masa lampau (Sjamsudin, 2007: 17-19). Alasan pemilihan metode historis dikarenakan data-data yang digunakan haya dapat diperoleh melalui sebuah studi literatur. Data studi literatur penulis peroleh dari buku, jurnal, artikel, dan surat kabar yang sesuai dengan kajian yang penulis teliti mengenai “Perkembawan Politik Di Kawasan Tanduk Afrika: Perjuangan Eritrea Menuntut Kemerdekaan 1962-1993”. Adapun langkah-langkah penulis lakukan sebagai berikut.


(23)

31

Meri Erlina, 2013

3.1 Pendekatan

Penulisan skripsi ini dilakukan dengan memakai pendekatan kualitatif. Pendekatan kualitatif ialah suatu proses penelitian dan pemahaman yang berdasarkan pada metodologi yang menyelidiki suatu fenomena sosial dan masalah manusia.

Creswell menyatakan bahwa pendekatan kualitatif adalah suatu proses penelitan dan pemahaman yang berdasarkan pada metodologi yang menyelidiki suatu fenomena sosial dan masalah manusia (Cresswell, 1998:15).

Menurut Miles & Huberman (1994: 8-12) bahwa analisis data kualitatif terdiri dari empat alur kegiatan yang terjadi secara bersamaan yaitu: pengumpulan data, reduksi data, penyajian data, dan penarikan kesimpulan/verifikasi.

Pertama, pengumpulan data dima merupakan proses pengumpulan sumber-sumber data yang berhubungan dengan penelitian yang dimana sumber-sumber didapat dari para peneliti sebelumnya.

Kedua, reduksi data diartikan sebagai proses pemilihan, pemusatan perhatian pada penyederhanaan dan transformasi data yang muncul dari catatan-catatan tertulis di lapangan. Reduksi data merupakan suatu bentuk analisis yang menajamkan, menggolongkan, mengarahkan, membuang yang tidak perlu, dan mengorganisasi data dengan cara sedemikian rupa hingga kesimpulan-kesimpulan finalnya dapat ditarik dan diverifikasi. Dalam tahap pertama ini, penulis mengumpulkan data melalui studi literatur yang diikuti dengan membuat ringkasan berdasarkan topik-topik yang akan dibahas dalam penulisan ini. Data yang dikumpulkan meliputi perkembangan politik dikawasan tanduk Afrika, faktor penyebab perjuangan Eritrea menuntut kemerdekaan tahun 1962-1993 hingga cara penyelesaiannya. Selanjutnya data yang telah didapat kemudian dipilih untuk dimasukkan dalam topik yang telah ditentukan.


(24)

32

Ketiga, penyajian data dimana dalam hal ini Miles & Huberman membatasi suatu penyajian data sebagai sekumpulan informasi tersusun yang memberi kemungkinan adanya penarikan kesimpulan dan pengambilan tindakan.

Keempat, menarik kesimpulan. Penarikan kesimpulan menurut Miles & Huberman hanyalah sebagian dari satu kegiatan dari konfigurasi yang utuh. Kesimpulan-kesimpulan juga diverifikasi selama penelitian berlangsung. Keempat alur ini dapat dilihat melalui bagan dibawah ini:

Gambar 3.1 Alur Analisis data Kualitatif Menurut Miles dan Huberman

Menurut diagram diatas hubungan antara komponen analisis data kuantitatif merupakan upaya yang berlanjut, berulang, terusmenurus dan saling berhubungan. Masalah reduksi data, dan penarikan kesimpulan menjadi gambaran keberhasilan secara berurutan sebagai rangkaian kegiatan analisis yang saling susul menyusul.

3.2 Persiapan Penelitian

3.2.1 Memilih Topik Yang Sesuai Pengumpulan

Data

Verifikasi atau kesimpulan

Penyajian Data


(25)

33

Meri Erlina, 2013

Tahap ini adalah tahap awal dan pengajuan topik, dimana penulis terlebih dahulu menentukan tema yang akan diajukan untuk nantinya dijadikan sebagai bahan penulisan skripsi kepada Tim Pertimbangan Penulisan Skripsi (TPPS). Alasan ketertarikan penulis mengkaji masalah perkembangan politik dikawasan Afrika konflik perbatasan Eritrea-Ethiopia tahun 1998-2000 bermula pada saat penulis mengikuti mata kuliah Sejarah Kebangkitan Negara-negara Afrika. Dimana ada sebuah pembahasan mengenai perang kemerdekaan Eritrea-Ethiopia. Namun, penulis lebih membahas mengenai perang perbatasan setelah kedua negara sama-sama merdeka, dimana perang ini merupkan dampak dari perang kemerdekan yang masih menyisakan masalah yaitu perbatasan

Hasil dari pembelajaran tersebut membuat penulis merasa tertarik untuk membahas lebih dalam lagi mengenai konflik Eritrea-Ethopia yang mengguncang dan membuat ketidak stabilan politik dikawasan tanduk Afrika. Pertanyaan awal penulisi. adalah bagaimana hubungan antara Eritrea dengan Ethiopia pasca kemerdekaan Eritrea tahun 1993?. Pertanyaan kedua ialah bagaimana Mengapa perbatasan Eritrea Ethiopia terus diperebutkan oleh kedua negara?. Mengapa terjadi perang terbuka antara Eritrea dengan Ethiopia (1998-2000)?. Bagaimana resolusi konflik untuk menyelesaikan konflik perbatasan Eritrea Ethiopia yang terjadi pada tahun 1998-2000?. Bagaimana kondisi Eritrea Ethiopia pasca perang terbuka yang terjadi selama dua tahun?. Dari pertanyaan tersebut penulis kemudian mencoba untuk mencari literatur mengenai sejarah Eritrea dan Ethiopia. Hasil pencarian yang pada akhirnya membuat penulis memilih untuk membahas mengenai perang perbatasan Eritrea- Ethiopia.

Penulis merasa yakin untuk menulis permasalahan perang perbatasan Eritrea-Eyhiopia 1998-2000, namun sebelum diajukan ke Tim Pertimbangan Penulis Skripsi (TPPS), penulis terlebih dahulu mengkonsultasikan judul dengan dosen mata kuliah Sejarah Kebangkitan Negara-negara Afrika, Bapak Drs. H. Ahmad Iryadi. Setelah


(26)

34

dikonsultasikan, penulis lalu mengajukan judul ke-TPPS yaitu “Perang Perbatasan Eritrea-Ethiopia (1998-2000)”. Pengajuan judul skripsi ke Tim Pertimbangan Penulis Skripsi (TPPS) dilakukan pada pertengahan januari 2013, yang kemudian ditindaklanjuti dengan penyusunan proposal penelitian. Setelah mengikuti seminar proposal, ternyata proposal penulis harus mengalami pergantian judul menjadi “Perkembangan Politik di Kawasan Tanduk Afrika: Konflik Eritrea- Ethiopia 1962-2000”.

Tahap selanjutnya adalah bimbingan. Proses dalam penulisan skripsi ini dilaksanakan dengan dosen pembimbing I dan pembimbing II. Berdasarkan surat penunjukkan pembimbing skripsi yang telah dikeluarkan oleh Tim Pertimbangan Penulisan Skripsi (TPPS). Setelah melakukan bimbingan pertama dengan pembimbing I dan II, judul skripsi penulis setelah revisi seminarpun mengalami pergantian, karena judul yang penulis ajukan dalam pembahasan tahunnya terlalu panjang dimana nantinya akan menyulitkan penulis. Setelah berkonsultasi akhirnya penulis mengganti judul skripsi penulis menjadi “Perkembangan Politik di Kawasan Tanduk Afrika: Konflik Eritrea- Ethiopia 1962-1993”. Penulis melakukan beberapa kali bimbingan skripsi dengan judul terakhir, namun pada proses selanjutnya, setelah dosen pembimbing skripsi melihat pembahasan dan penilitan yang penulis teliti tidak sesuai dengan judul akhirnya penulispun disarankan untuk mengganti judul skripsi menjadi “Perkembangan Politik di Kawasan Tanduk Afrika: Perjuangan Eritrea Menuntut Kemerdekaan 1962-1993” judul inilah yang menjadi judul dari skripsi penulis.

Proses bimbingan dilakukan untuk mendapatkan masukan-masukan yang sangat berarti dari pembimbing dalam penulisan skripsi. Konsultasi dilakukan setelah sebelumnya penulis menghubungi pembimbing dan kemudian dibuat kesepakatan jadwal pertemuan antara penulis dan pembimbing. Dalam proses bimbingan, judul


(27)

35

Meri Erlina, 2013

skripsi adalah “Perkembangan Politik di Kawasan Tanduk Afrika: Perjuangan Eritrea Menuntut Kemerdekaan 1962-1993”.

3.3 Metode Penelitian

Metode penelitian yang digunakan dalam mengkaji permasalahan perkembangan politik di kawasan tanduk Afrika: Perjuangan Eritrea Menuntut Kemerdekaan 1962-1993 ini adalah metode sejarah. Menurut Louis Gottschalk (2006:39), metode sejarah digunakan sebagai proses menguji dan menganalisa secara kritis rekaman dan peninggalan pada masa lampau. Di dalamnya termasuk metode menggali sumber, memberikan penilaian, mengartikan, serta menafsirkan fakta-fakta masa lampau untuk kemudian dapat dianalisis dan ditarik sebuah kesimpulan mengenai peristiwa tersebut. Dengan menggunakan metode sejarah ini, penulis berusaha untuk merekonstruksi dan menganalisis peristiwa-peristiwa yang terjadi di masa lampau, terutama mengenai keadaan politik di kawasan tanduk Afrika saat konflik Eritrea Ethiopia yang terjadi padan tahun 1962-1993.

Dalam metode sejarah, terdapat beberapa tahap yang perlu dilakukan penulis ketika akan mengadakan penelitian. Tahap metode sejarah yang dikemukakan oleh Helius Sjamsuddin (2007:17-155) terdiri dari beberapa langkah-langkah sebagai berikut:

1. Tahap heuristik yaitu mencari dan mengumpulkan data dari sumber-sumber sejarah yang relevan dengan penelitian. Sumber-sumber yang diperoleh sebagian besar terdiri dari buku-buku, artikel, dan jurnal baik yang diperoleh penulis dari perpustakaan maupun dari internet. Pada tahap ini penulis mengumpulkan data mengenai perkembangan politik di kawasan tanduk Afrika: perjuangan Eritrea menuntut kemerdekaan 1962-1993.

2. Tahap kritik sumber, yaitu penyaringan secara kritis terhadap sumber-sumber yang telah dikumpulkan terutama terhadap sumber primer atau sumber


(28)

36

pertama. Kritik sumber dilakukan untuk memperoleh fakta yang menjadi pilihan dan dapat dipercaya kebenarannya. Proses kritik sumber memudahkan penulis untuk mengetahui apakah sumber-sumber yang diperoleh relevan atau tidak dengan permasalahan yang dikaji. Tahap ini terbagi dua bagian, yaitu kritik eksternal dan kritik internal.

3. Tahap interpretasi yaitu menafsirkan keterangan sumber-sumber sejarah. Dalam hal ini penulis memberikan penafsiran terhadap fakta-fakta yang diperoleh selama melakukan penelitian dengan cara menghubungkan fakta yang satu dengan fakta lain yang saling berkaitan. Semua fakta yang telah terangkum ini nantinya akan dijadikan sebagai bahan dalam penulisan skripsi ini.

4. Tahap historiografi. Tahap ini merupakan hasil dari semua penelitian yang telah dilakukan sebelumnya. Di sini penulis diharuskan untuk menulis cerita sejarah berdasarkan data-data yang telah dikumpulkan dan dianalisis sebelumnya. Pada tahap ini penulis berusaha memberikan sebuah bentuk laporan penelitian penulisan sejarah yang berjudul “Perkembangan Politik di Kawasan Tanduk Afrika: Perjuangan Eritrea Menuntut Kemerdekaan 1962-1993” sehingga menjadi sebuah satu kesatuan sejarah yang utuh.

Wood Gray (Sjamsuddin, 2007:89-90) menambahkan ada enam langkah dalam metode historis, yaitu:

1. Memilih topik yang sesuai. Dalam penelitian ini, penulis memilih topik konflik Eritrea-Ethiopia yang terjadi pada tahun 1962-1993.

2. Mengusut semua bukti yang relevan dengan topik. Dalam hal ini, penulis mencari dan mengumpulkan data-data terkait dengan perkembnagan politik di kawasan tanduk Afrika: konflik Eritrea-Ethiopia 1962-1993 dengan menggunakan studi literatur atau studi kepustakaan.


(29)

37

Meri Erlina, 2013

3. Membuat catatan tentang apa saja yang dianggap penting dan relevan dengan topik yang ditentukan ketika penelitian sedang berlangsung.

4. Mengevaluasi secara kritis semua evidensi yang telah dikumpulkan (melalui kritik sumber). Kritik dilakukan terhadap semua sumber yang dihimpun peneliti tentang multikulturalisme untuk memperoleh data yang relevan. 5. Menyusun hasil-hasil penelitianke dalam suatu pola yang benar dan berarti

yaitu sistematika tertentu yang telah disiapkan sebelumnya. Catatan hasil penelitian disusun dalam sebuah sistematika baku yang berpedoman pada buku Pedoman Penulisan Karya Ilmiah UPI 2012.

6. Menyajikan dalam suatu cara yang dapat menarik perhatian dan mengkomunikasikannya kepada para pembaca sehingga dapat dimengerti sejelas mungkin.

3.3.1 Pencarain dan Pengumpulan Sumber (Heuristik)

Pada tahap ini merupakan awal bagi penulis, dimana penulis mencari dan mengumpulkan data yang diperlukan dalam mengkaji permasalahan penelitian di dalam skripsi. Berdasarkan rumusan masalah penelitian maka data yang diperlukan ialah data mengenai “Perkembangan Politik di Kawasan Tanduk Afrika: Perjuangan Eritrea Menuntut Kemerdekaan 1962-1993”.

Dalam penelitian ini, penulis akan menganalisis mengenai kondisi politik dikawasan tanduk Afrika setelah berakhirnya masa kolonial pada tahun 1960-an. Selain itu peneliti juga akan menganalisis konflik yang terjadi antara Eritrea-Ethiopia pada tahun 1962-1993. Hal ini dapat penulis dapatkan dari studi literature melalui jurnal-jurnal, buku dan artikel yang telah penulis peroleh, baik koleksi pribadi maupun hasil pencarian dari berbagai tempat dan brosing internet. Penulis melakukan kunjungan ke berapa perpustakaan, diantaranya Perpustakaan Universitas Pendidikan Indonesia, Perpustakaan Universitas Indonesia, Perpustakaan CSIS (Center For


(30)

38

Strategic and International Studies), Museum Konferensi Asia Afrika, Perputakaan Hutan Kayu dan brosing internet.

Pada kunjungan pertama ke Museum Konferensi Asia Afrika, penulis tidak mendapatkan satupun sumber dikarenakan keadaan buku masih berantakan dan dikarenakan museum sedang tahap renopasi. Lalu kunjungan kedua yang dilakukan oleh penulis, penulis mendapatkan buku yang berjudul “Ethiopia and Eritrea” sayangnya dalam buku ini tidak ada nama penulis. Dalam buku yang berbahasa inggris ini dibahas mengenai awal mula konflik Eritrea Ethiopia, bukan hanya itu dibuku ini juga menjelaskan walau sedikit mengenai gerakan separatis di Eritrea, buku kedua yang penulis temukan di Museum Konferensi Asia Afrika ialah “Afrika Dalam Pergolakan” karangan Kirdi Dipoyudo dimana buku ini menjelaskan mengenai kondisi Ethiopia pada saat itu. Ketika melakukan kunjungan ke perpustakaan Universitas Indonesia penulis menemukan buku yang berjudul “Separatism Democracy and Disintegration” karya Metta Spencer, buku “The Long Struggle Of Eritrea For Indevendence and Custructive Peace” karya Lionel and Davindson, ”A Short History Of Eritrea”karya Stephen H. Longrigg, “Eritrea” karya Musseie Tesdegiorgis. Kunjungan penulis keperpustakaan CSIS hanya mendapatkan satu buku yaitu “Eritrea” karya Tesfagiorgis Mussie G. hal ini dikarenakan perpustakaan akan pidah ke gedung baru sehingga banyak buku yang sudah di pak. Kunjungan penulis ke Perpustakaan Hutan Kayu Jakarta tidak mendapatkan buku hal ini dikarenakan perpustakaan ini hanya untuk komunitas Perpustakaan hutan kayu saja sehingga cukup sulit mengakses beberapa buku. Selain itu, penulis menggunkan buku-buku koleksi pribadi, di antaranya buku buku perkembangan Hubungan Internasional di Afrika karya Dr. Abdul Hadi Adnan, Sejarah Afrika karya Darsiti Suratman, “Eritrea and Ethiopia the Federal Experience” karya Tekeste Negas, “Sejarh Afrika Zaman Imperialis Moderent Jilid I” karya Darsiti Soeratman, dan “Metode Sejarah” karya Helius Sjamsudin.


(31)

39

Meri Erlina, 2013

Penulis berupaya mencari sumber jurnal dan mendapatkan duplikasi jurnal yang berjudul “Inter-Governmental Symposium on Unmployed Youth, Jurnal of Moderen African Studies 1(1): 108-109” karya Archibald Callaway, “New Challenges in Post-War Eritrea”. Eritrea Studies Review 1(2): 129-159 karya Dan Connell, “The Eritrean Experiment: a Cautius Pragmatism?” Journal of Modern African Studies 35(4): 647-673 karya Ruth Iyob, “The Eritrean Liberation Movement (Mahber Shewate Haraka)Excerpt from Eritrea: the making of a nation 1890-1991” ditulis oleh Bereketeab (21: 183-185),dan “ The Ethiopia-Eritrean Conflict: diasporic vs hegemonic states in the Horn of Africa, 1991-2000” Journal of Modern African Studies 38(4): 659-682.

3.3.2 Kritik dan Analisis Sumber

Kritik dan analisis sumber diperlukan agar penulis dapat mendapatkan data yang sesuai dengan permasalahan yang dikaji di dalam skrip. Pada metode historis dikenal dengan melakukan kritik ekternal dan internal (Sjamsudin, 2007: 132). Sedangkan menurut Helius Sjamsudin “ kritik ekternal ialah cara melakukan verifikasi atau pengujian terhadap aspek-aspek “luar” dari sumber sejarah”.

Fungsi dari kritik ekternal ialah memeriksa keaslian dan integritas sumber sejarah yang diperoleh oleh peneliti, sedangkan kritik internal ialah kritik yang lebih ditekankan kepada aspek “dalam” yaitu sumber (Sjamsudin, 2007: 143). Penulis melakukan kritik ekternal dan internal terhadap buku, jurnal, serta artikel yang penulis peroleh dari surat kabar, majalah atau sumber online.

Pada penulisan skripsi ini, penulis tidak melakukan kritik ekternal secara ketat dikarenakan penulik tidak mengkaji arsip asli (sumber primer). Ketika penulis melakukan kritik eksternal, penulis hanya melihat tahun penerbit buku yang digunakan dalam penelitian penulis, yaitu mengambil sumber buku yang tahun penerbit lebih baru (kontrporer).


(32)

40

Penulis juga melakukan kritik internal pada buku “Eritrea and Ethiopia The Federal Experience” karya Tekeste (1997: 148). Dimana buku ini menjelaskan mengenai awal mula munculnya gerakan separatis di Eritrea. Gerakan separatis di Eritrea terjadi dikarenakan gagalnya sistem federal Eritrea. Pertama, konstitusi Eritrea berusaha membangun keseimbangan antara kelompok-kelompok etnis dan agama, bukan hanya itu masyarakat Eritrea dapat menggunakan bahasa Tigriya dan Arab dalam bidang pendidikan. Keseimbangan ini hancur karena ada campur tangan Ethiopia, dan muslim Eritrea yang akan menjalankan roda pemerintahan justru menjadi pihak yang kalah dalam pemerintahan, dimana bahasa arab tidak diijinkan untuk digunakan dalam dunia pendidikan. Selain itu pemerintahan Ethiopia ingin menghilangkan jejak-jejak separatis Eritrea. Untuk hal tersebut maka pemerintah Ethiopia melakukan perlawanan, sehingga para pemimpin gerakan separatisme Eritrea melarikan diri keluar negeri. Pada tahun 1960 para pemimpin gerakan yang mengasingkan diri diluar negeri membentuk Eritrea Liberation Fornt (ELF). Para pendiri organisasi ini beragama islam yang dipimpin oleh tokoh politik terkemuka di Eritrea pada tahun 1940 yaitu Idris Muhammed Adam. Organisasi ini bersifat radikal dan mulai beroprasi pada tahun 1960.

Pada intinya perlawanan Eritrea terhadap pemerintahan Ethiopia dikarenakan kediktatoran pemerintahan Ethiopia yang dimana ikut campur secara penuh terhadap pemerintahan federal Eritrea, sehingga menimbulkan kekecewaan terhadap beberapa golongan petinggi federal Eritrea yang kemudian mengungsikan diri dan membentuk Eritrea Liberation Forn (ELF). Dalam buku ini gerakan Eritrea Liberation Font (ELF) merupakan gerakan oposisi pertama yang didirikan oleh masyarakat Eritrea.

Terdapat pula penjelasan lainnya yang menjelaskan mengenai gerakan separatis Eritrea yang terdapat pada buku “The long Struggle of Eritrea For Independence and Custructive Peace” karya Cliffe and Davidson (1988: 54). Buku ini menjelaskan bahwa pada tahun 1958 sejumlah orang buangan Eritrea telah


(33)

41

Meri Erlina, 2013

mendirikan gerakan Eritrea Liberation Movement (ELM) di Kairo, di bawah kepemimpinan Hamid Idris Awate, walnya organisasi ini bersifat netral. Dalam organisai Eritrea Liberation Movement (ELM) terdapat sebuah fraksi baru yaitu Eritrea Liberation Fornt (ELF) yang dimana fraksi ini beranggotakan umat muslim. Dalam buku ini dijelaskan bahwa Eritrea Liberation Fornt (ELF) merupakan bagian dari Eritrea Liberation Movement (ELM). Awalnya Eritrea Liberation Fornt (ELF) merupakan gerakan yang bersifat nasional, tetapi setelah bergabungnya intelektual Kristen Eritrea, gerakan ini lebih bersifat radikal deimana mereka beranggapan semua demi kebebasan dan kemerdekaan Eritrea.

Penjelasan lainnya mengenai gerakan separatis di Eritrea terdapat pada jurnal yang berjudul “The Eritrean Liberation Movement (Mahber Shewate Haraka) Excerpt from Eritrea: the making of a nation 1890-1991” ditulis oleh Bereketeab (21: 183-185), menjelaskan bahwa:

In November1 958, a group of Eritrean refugees in the Kairo took the initiative of organising political activity. Delegates were immediately dispatched to Eritrea to establish clandestine cells, which were formed in groups of seven persons in order to avoid detection by the Ethiopian security forces. As a result of this organizational method, the movement inside Eritrea took the name of Mahber Shewate ( association of group of seven). In the Sudan, it was known as Harakat Et Tahrir El Eritrya, Eritrean Liberation Movement (ELM)' and better known in its short form, haraka.

Kutipan tersebut menjelakan bahwa pada tahun 1985 para pengungsi Eritrea di Kairo mengambil inisiatif mendirikan organisasi politik. Dimana untuk menjalankan strategis organisasi, mereka mengirim tujuh orang kelompok untuk menyusup ke Ethiopia agar lolos dari keamanan di Ethiopia dan organisasi ini diberi nama Eritrean Liberation Movement (ELM). Penulsipun menjelaskan bahwa


(34)

42

organisasai gerakan kemerdekaan pertama di Eritrea ialah Eritrean Liberation Movement (ELM), pendapat penulis sama dengan The long Struggle of Eritrea For Independence and Custructive Peace” karya Cliffe and Davidson. Menurut mereka dalam tubuh organisasi muncul frasi Eritrea Liberation Fornt (ELF), akan tetapi frasi ini kemudian lepas dari Eritrea Liberation Movement (ELM). Hal ini dikarenakan perbedaan ideologi ras dan etnis ini membuat keduanya selalu bertikai. Dimana kedua organisasi ini sama-sama mengklaim bahwa mereka merupakan utusan Eritrea untuk membebaskan dan memerdekakan Eritrea.

Penjelasan lainnya mengenai gerakan separatis di Eritrea terdapat pada buku “Eritrea” yang ditulis oleh Tesfagiogis (1998:61). Dimana dalam buku inipun sama seperti dua buku diatas bahwa gerakan separatis pertama di Eritrea ialah Eritrean Liberation Movement (ELM). Hanya saja gerakan yang bersifat militer didahului oleh gerakan Eritrea Liberation Forn (ELF), sehingga gerakan ini lebih terkenal dari pada gerakan Eritrean Liberation Movement (ELM). Buka hanya karena itu stategi gerakan Eritrean Liberation Movement (ELM) lebih nasionalis dan tidak terlalu radikal, dimana mereka lebih dulu mengamati kondisi pemerintahan Ethiopia barulah mereka melakukan dan memutuskan tindakan yang akan dilakukan. Tindakan militer lebih dulu dilakukan oleh organisasi Eritrea Liberation Forn (ELF) yang sedari awal sudah bersifat radikal dan melakukan tindakan yang bersifat militer untuk membebaskan Eritrea.

Dari berbagai pemaparan di atas gerakan pemberontakan pertama di Ethiopia dilakukan oleh muslim Eritrea. Tujuan dari berbagai gerakan Eritrea ini tidak lain ialah untuk melepaskan atau memberbaskan pemerintahan Eritrea dari kediktatoran Ethiopia. Organisasi pembebasan Eritrea ini memperjuangkan hak mereka yang dimana mereka menginginkan kemerdekaan secara penuh. Dimana berbagai gerakan ini menyebabkan menurunnya militer Ethiopia di Eritrea. Pertempuran yang dilakukan oleh gerakan ini hampir tiga dekade. Gerakan ini tidak sia sisa karena pada


(35)

43

Meri Erlina, 2013

tahun 1991 tentara Ethiopia berhasil dikalahkan dan pada tahun 1993 Eritrea berhasil merdeka dari Ethiopia.

Menurut pandangan penulis informasi yang bersifat factual tersebut bisa dijadikan penguat bukti bahwa terjadinya gerakan pemberontakan di Eritrea dikarenakan terlalu ikut campu dan diktatornya pemerintahan Ethiopia terhadap Eritrea, bukan hanya itu pemerintah Ethiopia memasukan Eritrea menjadi provinsi tanpa persetujuan masyarakat Eritrea hal ini mennyebabkan kekecewaan kepada rakyat dan menimbulkan rasa nasionalisme.

3.3.3 Penafsiran dan Penjelasan Fakta

Setelah tahapan heuristik dan kritik telah dilalui oleh penulis, maka tahapan selanjutnya adalah melakukan penafsiran dan penjelasan fakta-fakta yang diperoleh oleh penulis. Pada tahapan penafsiran penulis mencoba merangkai setiak fakta dan informasi yang diperoleh penulis sebelum menjadi satu-kesatuan yang utuh, penulis bberusaha menghilangkan unsur subjektivitas dan berusaha seobjektif mungkin dalam menjelaskan fakta dan informasi. Berdasarkan pada sumber yang sudah penulis peroleh, dapat disimpulkan bahwa kebijakan pada intinya konflik yang terjadi antara pemerintahan Ethiopia dengan Eritrea dikarenakan ketidak puasan pemerintahan Ethiopia yaitu Kaisar Ethiopia Haile Selassie yang dimana mengeluarkan surat perintah isisnya menyatakan “Berakhirnya Federal Eritrea” ditandai dengan dimasukannya Eritrea kedalam provinsi Ethiopia.

Kaisar Haile Selassei yang memerintah sebagai diktator membubarkan federal Eritrea tanpa persetujuan parlemen Eritrea dan dilaksanakan secara paksa. Dengan demikian masalah Eritrea dapat dikatakan sengketa pemerintah Ethiopia dan rakyat Eritrea, yang timbul karena rakyat Eritrea tidak dapat menerimana aneksasi negri mereka menjadi propinsi Ethiopia dan berjuang untuk mendapatkan kembali hak-hak nasional mereka yang diakui PBB pada tahun 1950. Sedangkan pemerintahan


(36)

44

Ethiopia tidak menghiraukan hak-hak itu tetapi menumpas gerakan yang dilakukan oleh rakyat Eritrea (Dipoyudo, 1978:124).

Sejak permulaan pemerintah Ethiopia menentang gerakan Eritrea dan berusaha menumpasnya, akan tetapi operasi militer yang dilancarkan pemerintah tidak berhasil mencapai sasarannya, yaitu memberantas gerakan pemberontakan yang dilakukan rakyat Eritrea. Walaupun memakan biaya dan merupakan bebaban berat bagi negara pemerintah tetap melakukan serangan terhadap para pemberontak.

Sedangkan kaum nasionalis Eritrea sudah bertekad untuk mendapatkan kembali hak-hak mereka dan berusaha menyusun suatu kesatuan yang semakin lama semakin kuat. Pada tahun 1958 mereka berhasil mendirikan Front Pembebas Eritrea (ELF). Berbagai gerakan mulai berdiri dimana mereka memiliki tujuan yang sama yaitu mendapatkan kembali hak mereka. Gerakan-gerakan ini selain mencari dukungan dan bantuan pihak asing juga melakukan perang griliya dengan pemerintah Ethiopia yang dimulai pada tahun 1962. Walaupun pada saat pemberontahan mereka kehilangan banyak korban, gerakan Eritrea terus meningkat tidak hanya karena dukungan rakyat tetapi juga berkat bantuan militer dan keuangan beberapa negara Afrika dan Arab. Pemerintah Ethiopia pun tidak hanya tinggal diam mereka melakukan berbagai perlawanan dan meminta bantuan asing seperti Amerika Serikat kemudian Uni Soviet. Walau pemerintah Ethiopia mendapatkan bantuan asing berupa dana dan persenjataan yang canggih tidak membuat gentar gerakan kemerdekaan Eritrea untuk membebasakan diri dan memerdekakan diri dari Ethiopia. Pertempuran terus terjadi hingga pemerintah Eritrea merdeka pada tahun 1993, sebuah perjangan yang tidak siasia selama 31 tahun.

Ketika mengkaji dan menganalisis permasalahan pada skripsi ini, penulsi menggunakan teori sosial, yaitu teori konflik, salah satunya teori Ralf Dahrendrof. Teori ini menyatakan bahwa pertentangan kelompok sebagai satu bentuk konflik dan sebagai bagian dari perubahan sosial. Selain teori ini penulis menggunakan teori


(37)

45

Meri Erlina, 2013

Coser dimana konflik merupakan proses yang bersifat instrumental dalam pembentukan, penyatuan dan pemeliharaan struktur sosial. Konflik dapat menetapkan dan menjaga garis batas antara dua atau lebih suatu kelompok. Konflik dengan kelompok lain dapat menguatkan identitas kelompok dan melindungi agar tidak lebur dalam dunia sosial. Untuk menyelesaikan konflik dibutuhkan suatu kesepakatan perjanjian atau referendum yang disepakati oleh kedua belah pihak yang mengalami konflik. Penulis menggunakan konsep referendum hal ini dikarenakan Eritrea merdeka melalui sebuah referendum yang diawasi oleh negara-negara internasional dan PBB.

3.3.4 Historiografi dan Laporan Penelitian

Penyusunan skripsi ini bersifat deskriftif- analitik yaitu menggunakan kondisi sosial dan politik di Eritrea Ethiopia pada tahun 1962-1993. Dimana konflik yang terjadi ialah konflik antara pemerintah Ethiopia dengan Eritrea yang dulunya merupakan negara federal Ethiopia namun dikarenakan keinginan kekuasaan yang bebas dan seluas luasnya atau tanpa batas yang dilakukan oleh pemerintah Ethiopia yang menghapus federal Eritrea tanpa persejutuan parlemen dan rakyat Eritrea yang dilakukan secara paksa. Menyebabkan kekecewaan rakyat Eritrea dan mereka menuntuk hak-hak nasional mereka yang diberikan oleh PBB pada tahun 1950, yang diabaikan oleh pemerintah Ethiopia. Sehingga terjadi perlawanan yang dilakukan rakyat Eritrea terhadap pemrintahan Ethiopia.

Sistem penyusunan skripsi ini untuk kebutuhan studi tinggkat sarjana, sehingga penulis sesuai dengan pendoman penulisan karya tulis ilmiah yang diterbitkan oleh Universitas Pendidikan Indonesia (UPI) Bandung. Berdasarkan petunjuk yang penulis peroleh dari pendoman penyusunan karya tulis ilmian Universitas Pendidikan Indonesia (UPI) Bandung, maka sistematikan penulisan skripsi ini terdiri dari lima bagian yaitu pendahuluan, tinjauan pustaka, metode


(38)

46

penelitian, kajian teori dan pembahasan, serta kesimpulan dari permasalahan yang penulis teliti.


(39)

119

Meri Erlina, 2013

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

Kesimpulan yang penulis dapatkan dari hasil penulisan skripsi ini merupakan hasil kajian dan pembahasan dari bab-bab sebelumnya. Wilayaha Eritrea yang terletak di kawasan Tanduk Afrika yang memiliki letak setategis dimana berbatasan langsung dengan Laut Merah dan dekat dengan negara-negara Arab ternyata menjadi perhatian negara-negara Eropa untuk menanamkan pengaruhnya di wilayah tersebut. Seperti pemerintah Italia yang pernah menguasai Erirea dari tahun 1885-1942, dimana pada tahun 1942 Italia dikalahkan oleh tentara sekutu saat Perang Dunia II yang menyebabkan seluruh wilayah kolonial Italia harus diserahkan kepada pihak yang menang salah satunya ialah wilayah Eritrea yang berada di bawah Administrasi Inggris dari tahun 1942-1952. Selama berada dibawah administrasi Inggris penduduk Eritrea dijanjikan akan diberikan kemerdekaan sehingga pemerintah Inggris mendorong penduduk Eritrea untuk mendirikan partai politik. Tetapi pada kenyataannya penyelesaian wilayah Eritrea diserahkan kepada PBB. Perundingan yang dilakukan oleh PBB untuk menentukan nasib Eritrea dilakukan tanpa ada perwakilan dari wilayah itu sendiri, dimana hasil dari PBB ialah dikeluarkannya Resolusi PBB pada tahun 1950 yang disahkan padat bulan September 1952. Hasil dari resolusi PBB ialah wilayah Eritrea menjadi Federasi Eritrea dibawah pemerintahan Ethiopia. Federasi Eritrea bertugas hanya mengurusi masalah dalam negeri, masalah luar negeri, militer dan perekonomian menjadi tanggung jawab pemerintah Ethiopia.

Selama menjadi negara Federasi hak-hak nasional Eritrea mulai dijalankan dimana Eritrea menyusun kebijakan-kebijakan pemerintahan. Kebijakan pemerintah yang pertama ialah penggunaan Bahasa Tigriya dan Arab di setiap sekolah, mengatur pembentukan partai dan menjalankan sistem pajak. Namun dalam kenyataannya


(40)

120

pemerintah Ethiopia melarang pendirian partai, melarang penggunaan bahasa Tigriya dan Arab diganti menjadi bahasa Amharik, melarang kebebasan pers dan mengontrol penuh perekonomian dimana industri-industri Eritrea yang sudah dibangun dipindahkan ke Addis Abbaba ibukota Ethiopia. Kekerasan, pelanggaran HAM dan perampasan hak nasionalis Eritrea terjadi selama federasi Eritrea yang dilakukan oleh pemerintah Ethiopia.

Pada tahun 1962 pemerintah Ethiopia mengatakan periode federal Eritrea berakhir, secara sepihak parlemen dibubarkan dan Eritrea dijadikan propinsi ke-14 Ethiopia. Dengan demikian otonomi dan identitas nasional Eritrea mulai terancam. Maka dimulailah periode keempat yang sekaligus merupakan periode sengketa antara pemerintah Ethiopia dengan masyarakat Eritrea yang menimbulkan suatu gerakan yang dilakukan penduduk Eritrea dalam upaya memerdekakan Eritrea. Konflik yang terjadi antara Erirea dan Ethiopia ialah konflik etno-politik dimana salah satu pihak yang berkonflik ialah pemerintah Ethiopia dengan Eritrea yang menginginkan kemerdekaan. Bila melihat teori konflik menurut Ralf Dahrendrof pertentangan kelompok merupakan sumber perubahan sosial, kelompok sosial tersebut ialah mereka yang berkuasa dan dikuasai seperti halnya Eritrea yang dikuasai Ethiopia setelah Eritrea menjadi provinsi Ethiopia.

Gerakan perjuangan kemerdekaan Eritrea sudah dimulai semenjak Eritrea masih dibawah Administrasi Inggris, yaitu pada tanggal 5 Mei 1941 Mahber Fikri Hager Eritrea (MFH) (Asosiasi Cinta Negeri untuk Eritrea) dibentuk untuk mewakili masyarakat Eritrea dalam berinteraksi dengan Pemerintah Militer mengenai masalah kemerdekaan Eritrea namun gerakan ini tidak bertahan lama dikarenakan terjadi perpecahan. Gerakan kemerdekaan Eritrea yang pertama ialah ELM, kemudian muncul gerakan ELF yang didirikan oleh orang-orang bungan Eritrea yang berada di Sudan dan mendapat dukungan dari negara-negara Arab. ELF lah yang memulai perlawanan bersenjata pertama terhadap pemerintah Ethiopia pada tahun 1962.


(41)

121

Meri Erlina, 2013

pemuda dan kaum intelektual yang bergabung dengan gerakan ini. Namun, pada perkembangan selanjutnya ELF pecah karena ada perbedaan ideologi antara pemimpinnya, kemudian pecahan ELF ini menjadi PLF dan berkembang lagi menjadi EPLF.

EPLF mulai melakukan gerakan pemberontakan pada tahun 1972, gerakan ini menyatakan dirinya berbeda dengan ELF yang merupakan gerakan radikal yang bertujuan ingin mendirikan negara Islam, sedangkan EPLF merupakan gerakan yang bersifat multi etis dan agama. Perjuangan yang cukup panjang bagi Eritrea untuk mendapatkan kemerdekaan dimana selama perjuangan kemerdekaan ini banyak berjatuhan korban dan terjadinya berbagai pelanggaran HAM yang dilakukan oleh pemerintah Ethiopia terhadap penduduk Eritrea. Walau harus memikul beban kas negara, penduduk Eritrea tetap berjuang untuk melakukan berbagai gerakan kemerdekaan. Pertempuran semakin sengit antara gerakan kemerdekaan Eritrea dan pemerintah Ethiopia dari tahun 1975-1989 yang memakan banyak korban baik dari kedua belah pihak dan para penduduk yang tidak berdosa. Pada tahun 1989 EPLF dan pemerintah setuju untuk melakukan perundingan yang dimediasi oleh mantan presiden Amerika Serikat Jimmy Carter, namun pembicaraan gagal mengahasilkan kesepakatan damai dan pemerintah Ethiopia terus menderita kekalahan. Pada tahun 1991 tentara pemerintah Ethiopia di Keren dan Aseb kalah yang menandakan kemenangan EPLF yang berhasil mengambil alih seluruh wilayah Eritrea yang dikuasai pemerintah dan runtuhnya rezim Menghistu Haile Mariam.

Pada tahun yang sama tepatnya tanggal 1-5 Juli 1991 delegasi Amerika Serikat hadir di Ethiopia untuk membicarakan pemerintahan transisi Ethiopia. Delegasi Eritrea hadir sebagai pengamat dan mengadakan pembicaraan mengenai hubungan Eritrea dengan pemerintahan sementara Ethiopia yang menghasilkan akan diadakannya perjanjian dimana Ethiopia mengakui hak Eritrea untuk mengadakan referendum mengenai kemerdekaan. Referendum atau resolusi konflik merupakan suatu kondisi di mana pihak-pihak yang berkonflik melakukan suatu perjanjian yang


(42)

122

dapat memecahkan ketidakcocokan, menerima keberadaan satu sama lain dan menghentikan tindakan kekerasan. Referendum dilakukan pada tahun 1993 dibawah pengawasan PBB yang membentuk Observer Misi Verifikasi Referendum di Eritrea (UNEVER). Hasil dari referendum ialah 99.81 % dari total 1.102.410 penduduk Eritrea mengatakan ya untuk merdeka. Sejak referendum dilaksanakan Eritrea mendapatkan kemerdekaan dan diakui keanggotaannya di PBB pada tanggal 28 Mei 1993. Maka Eritrea memasuki periode baru yaitu kemerdekaan yang akan menjalankan pemerintahannya sendiri tanpa campur tangan orang lain setelah melakukan perjuangan cukup panjang. Walau sudah merdeka masih ada tantangan kemerdekaan yang mengganggu kesetabilan negara dimana terjadinya konflik perbatasan antara Eritrea dan Ethiopia pada tahun 1998 yang merupakan pengulangan sejarah. Dalam hal ini pemerintah Ethiopia merasa belum puas akan perbatasan dengan Eritrea yang mengklaim beberapa wilayah Eritrea seharusnya milik Ethiopia.

Adapun nilai-nilai yang terkandung dalam penelitian ini ialah nilai cinta tanah air, patriotisme, toleransi, nasionalisme, saling menghargai dan menghormati serta yang paling utama ialah nilai-nilai demokrasi dalam kehidupan.

5.2 Saran

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi pada pembelajaran sejarah di lembaga persekolahan khususnya pada tingkat Sekolah Menengah Atas karena sesuai dengan Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar (SKKD) “Menganalisis Perkembangan Sejarah Dunia Sejak Perang Dunis II sampai dengan Perkembangan Mutakhir” dengan Kompetensi Dasar 2.2 yaitu “Kemampuan menganalisis perkembangan mutakhir dunia”. Perang kemerdekaan Eritrea merupakan sejarah mutakhir, karena kemerdekaan Eritrea didapat pada tahun 1993. Oleh sebab itu perang kemerdekaan Eritrea dapat dijadikan sebagai bahan ajaran tambahan sejarah di sekolah-sekolah dengan menjelaskan perjuangan kemerdekaan


(43)

123

Meri Erlina, 2013

yang dilakukan penduduk Eritrea untuk mendapatkan kembali hak-hak nasional mereka walau harus mengalami perjuangan yang panjang dan jatuhnya banyak korba. Ketidak sempurnaan penelitian ini masih perlu dijawab dan diteliti lebih

konferensi lagi mengenai “Konflik Perbatasan Eritrea dan Ethiopia tahun

1998-2000“ dan “Konflik Perbatasan Eritrea dan Djibouti pada tahun 2008”. Semoga apa yang masih menjadi keresahan peneliti dan dari ketidak sempurnaan penelitian ini dapat diteliti lebih lanjut oleh peneliti lain yang tertarik dengan kondisi sosial politik dikawasan Tanduk Afrika khususnya yang berkaitan dengan negara Eritrea baik dari segi sosial, politik, budaya dan ekonomi.


(44)

DAFTAR PUSTAKA

Sumber Buku:

Adnan, A.H. (2008). Perkembangan Hubungan Internasional di Afrika. Bandung: Angkasa.

Alfandi, W. (2002). Reformasi Indonesia: Bahasan dari Sudut Pandang Geografi Politik dan Geopolitik. Yogyakarta:Gadjah Mada University.

Burton, W. R. (1991). Konflik dan Manajemen Konflik. Jakarta: Salemba

Chittick, H. N. (1991). Aksum An African Civilisation of Late Antiquity. British: Library Cataloguing

Cliffe, L and Davidson, B. (1998). The Long Struggle Of Eritrea For Indevendence and Custructive Peace. Amerika: The Readsea Press

Creswell, J.W. (1998). Qualitative Inquiry and Research Design. California: Sage Publications Inc.

Dipoyuda, K. (1976). Afrika Dalam Pergolakan. Jakarta: Yayasan Proklamasi Centre For Strategic And International Studies.

Djahiri A K. (2003). Politik kenegaraan dan hukum. Bandung: Lab PPKN UPI Bandung

Tesfagiorgis, M. (2011). Eritrea. California: Greenwood Publishing Group.

Harris, J. (2009). The Nation In The Global Era: Conflict and Transformation. Brill Hermawan, Y. (2007). Transformasi Dalam Studi Hubungan Internasional: Aktor,

Isu dan Metodologi. Yogyakarta: Graha Ilmu

Isjwara, F. (1995). Pengantar Ilmu Politik. Bina Cipta: Bandung. Kartono, K. (1996). Pendidikan Politik. Bandung: Mandiri Maju

Komandoko, Gamal. (2010). Ensiklopedia Pelajar dan Umum. Yogyakarta: Pustaka Widyatama.


(45)

125

Meri Erlina, 2013

Longrigg, S. H. (1945). A Short History Of Eritrea. London.

Maundi, O. M, William, Z, dkk. (2006). Getting In: Mediators’ Entry Into The Settlement of Africa Comflicts. Washington: Unitid States Institute of Peace.

Miles, M. B., dan Huberman, A. M. (1994). Qualitative Data Analysis: An Expended Sourcebook (2nd ed.). California: Sage Publishing Inc.

Natsir, M. (2007). 100 Tahun Muhammad Natsir: Berdamai Dengan Sejarah. Jakarta: Republika

Negas, T. (1997). Eritrea and Ethiopia the Federal Experience. Transaction Publishers

Setiadi, M.E dan Kolip, U. (2011). Pengantar Sosiologi Pemahaman Fakta dan Gejala Permasalahan sosial Teori Aflikasi dan Pemecahan Masalah. Jakarta: Kencana

S.L, Roy. (1991). Diplomasi. Jakarta: Rajawali Pers

Spencer, M. (1998). Separatis Demokracy And Disintegration. America: Rowman and Littlefi ELD Publishers

Sjamsuddin, H. (2007). Metodologi Sejarah. Yogyakarta: Ombak.

Soeratman, D. (1965). Sejarah Afrika Zaman Imperialisme Moderen Jilid I. Yogyakarta: Vita.

Soeratman, D. (2012). Sejarah Afrika.Yogyakarta: Ombak

Surbakti, R. (1999). Memahami ilmu politik. Jakarta: Gramedia Widia sarana Indonesia

Tesfegiorgis, M. (1998). Eritrea. California: Greenwood Publishing Group Trevaskis, G. K. N. (1960). Eritrea: A Colony in Transition, 1941–52. London

Universitas Pendidikan Indonesia. (2012). Pendoman Penulisan Karya Ilmiah. Bandung: Universitas Pendidikan Indonesia.


(46)

126

Wallensteen, Peter. (2002). Understanding Conflict Resolution: War, Peace and Global System. London: Sage Publication.

Wulan, Y.C, Yasmin dkk. (2004). Analisis Konflik: Sektor Kehutanan di Indonesia 1997-2003. Jakarta: Center For International Forestry Research.

Yahya, H. (___). Zaman Kegelapan Islam dan Ketibaan Era Kebangkitan Islam. Turkey: Global Publishing

_____. (2008). Ethiopia and Eritrea. Washington: Lonely Planet. SumberJurnal:

Bereketeab. (1997). The Eritrean Liberation Movement (Mahber Shewate Haraka)Excerpt from Eritrea: the making of a nation 1890-1991” 21: 183-185

Callaway, A. C. (1963). “Inter-Governmental Symposium on Unmployed Youth”,. Jurnal of Moderen African Studies 1(1): 108-109”.

Connell, D. (2000). New Challenges in Post-War Eritrea. “Eritrea Studies Review 1(2): 129-159.

Iyob, R. (1997). The Eritrean Experiment: a Cautius Pragmatism? “Journal of Modern African Studies35(4): 647-673.

Iyob, R. (2000). The Ethiopia-Eritrean Conflict: diasporic vs hegemonic states in the Horn of Africa, 1991-2000 “Journal of Modern African Studies “8(4): 659 -682

Carmichael, W. (1993). Eritrea. “Freedom of Expressi and Etnic Discrimination in the Educational System Past and Furture” V(1)

Sumber Online:

Ab, G. “The Ethiopian –Eritrean Conflict Web Page.” Clermont College, University

of Cincinnati. [Online]. Tersedia di:

http://www.geocities.com/CollegePark/Quad/6460/hf/98_6/index.html [24 September 2012].


(47)

127

Meri Erlina, 2013

Crowford, D., & Bodine, R. (1996). Conflict Resolution Education A Guide to Implementing Programs in Schools, Youth-Serving Organizations, and Community and Juvenile Justice Settings. [Online]. Tersedia: http://www.ncjrs.gov /txtfiles / 160935.txtl. Diakses [3 Agustus 2013].

Haile, S. (1997). Eritrea Brith of a Nation 1993. Asmara: Government of Eritrea. [Online]. Tersedia: dehai.org/conflict/history/birth_of_a_nation.html [5 Mei 2013]

Irin. (2001). Ethiopia: Pemerintah Bergerak pada Kelompok Pembangkang. [Online]. Tersedia: http://www.irinnews.org/printreport.aspx?reportid=19575 [ 20 September 2012].

Lang, P. (2005). Italian Colonialism Legacy and Memori. Germany [Online]. Tersedi: http://peterlang.com [2 Februari 2013].

Kessier, L. S.S. (1990). Cubas’s Invol Vement In Angola and Ethiopia: a Question of Autonomy In Cuba’s Pelationship With The Soviet Union Hesis. Tesis. California: Naval Postgraduate School ([Online]. Tersedia: etharza.org [16 Junie 2013])

New York Times. (2000). Ethiopia to Sign Peace Treaty with Eritrea. [Online]. Tersedia: http://www.nytimes.com/2000/12/07/world/ethiopia-to-sign-peace-treaty-with-eritrea.html. [04 Oktober 2012].

Merdeka. (2005). Eritrea: Resolusi PBB Bisa Picu Ketegangan dan Konflik. [Online]. Tersedia: http://www.merdeka.com/politik/internasional/eritrea-resoulis-pbb-bisa-picu-ketegangan-dan-konflik-a7zsjxk.html. [1 Oktober 2012].

Sumbodo, S. (2006). Konflik Udara Eritrea vs. Ethiopia. Jakarta. [Online]. Tersedia:http://www.sudirodesign.com/index.php?m=news&id=0&hash_toke n=0&my_keywords=&my_category=&lower_limit=42. [ 24 September 2012].

Vool, D. (2001). From Guerrillas to Government: The Eritrean People’s Liberation Front. Ohio University Press

Zartman, I. W. (1995). Elusive Peace: Negotiating and End to Civil Wars. Washington D.C: The Brookings Intitution.


(48)

128

____. (2013). Kampanye Afrika Timur Perang Dunia I. [Online]. Tersedia: https://id.wikipedia.org/wiki/Kampanye_Afrika_Timur_%28Perang_Dunia_II %29 [20 Mei 2012]

____. (2013). Perang Dunia II Invasi Italia ke Ethiopia. [Online]. Tersedia: https://id.wikipedia.org/wiki/Perang_Dunia_II#Invasi_Italia_ke_Ethiopia_.28 1935.29 [24 Mei 2013]

____. (2011). Eritrean Human Rights Electronic. [Online]. Tersedia: www.ehrea.org/29592.php.eritrean_human_rights_electronic [19 Mei 2012] ____. (2013). The Horn of Africa in Colonial. [Online]. Tersedia

http://en.wikipedia.org/wiki/the_horn_of_africa_in_colonial [20 Mei 2013] ____. (2011). Eritrea People. [Online]. Tersedia:

http://www.eritrea.be/old/eritrea-people.htm [19 Mei 2013]

____. ((2013). Politik of Eritrea. ([Online], Tersedia: http://en.wikipedia.org/wiki/Politics_of_Eritrea [5 Juni 2013]).

____. (2013). History of Eritrea. ([Online], Tersedia: en.wikipedia.org/wiki/histori_of_eritrea#halian_colonization [14 Mei 2013])

___. (2013). New Eritrea Party. ([Online]), Tersedia: www.erhrea.org/19591.php/new_eritrea_party [20 Mei 20013])

___. (2009). Definisi Diplomasi. [Online]. Tersedia: http://interdisciplinary.wordpress.com/2009/04/03/definisi-diplomasi/ [10 Juni 2013])

Roy, S.L. (1991). Diplomasi. Jakarta: Rajawali Pers. [Online]. Tersedia: http://googlebook.diplomatik.roy.1991 [10 Juni 2013]

___. (2013). Ethiopia Human Rights Electronic. [Online]. Tersedia: http://wikipedia.org/2013/ethiopia_human_rights_electronic [20 Mei 2013]


(49)

129


(1)

DAFTAR PUSTAKA

Sumber Buku:

Adnan, A.H. (2008). Perkembangan Hubungan Internasional di Afrika. Bandung: Angkasa.

Alfandi, W. (2002). Reformasi Indonesia: Bahasan dari Sudut Pandang Geografi Politik dan Geopolitik. Yogyakarta:Gadjah Mada University.

Burton, W. R. (1991). Konflik dan Manajemen Konflik. Jakarta: Salemba

Chittick, H. N. (1991). Aksum An African Civilisation of Late Antiquity. British: Library Cataloguing

Cliffe, L and Davidson, B. (1998). The Long Struggle Of Eritrea For Indevendence

and Custructive Peace. Amerika: The Readsea Press

Creswell, J.W. (1998). Qualitative Inquiry and Research Design. California: Sage Publications Inc.

Dipoyuda, K. (1976). Afrika Dalam Pergolakan. Jakarta: Yayasan Proklamasi Centre For Strategic And International Studies.

Djahiri A K. (2003). Politik kenegaraan dan hukum. Bandung: Lab PPKN UPI Bandung

Tesfagiorgis, M. (2011). Eritrea. California: Greenwood Publishing Group.

Harris, J. (2009). The Nation In The Global Era: Conflict and Transformation. Brill Hermawan, Y. (2007). Transformasi Dalam Studi Hubungan Internasional: Aktor,

Isu dan Metodologi. Yogyakarta: Graha Ilmu

Isjwara, F. (1995). Pengantar Ilmu Politik. Bina Cipta: Bandung. Kartono, K. (1996). Pendidikan Politik. Bandung: Mandiri Maju

Komandoko, Gamal. (2010). Ensiklopedia Pelajar dan Umum. Yogyakarta: Pustaka Widyatama.


(2)

Meri Erlina, 2013

Longrigg, S. H. (1945). A Short History Of Eritrea. London.

Maundi, O. M, William, Z, dkk. (2006). Getting In: Mediators’ Entry Into The

Settlement of Africa Comflicts. Washington: Unitid States Institute of Peace.

Miles, M. B., dan Huberman, A. M. (1994). Qualitative Data Analysis: An Expended

Sourcebook (2nd ed.). California: Sage Publishing Inc.

Natsir, M. (2007). 100 Tahun Muhammad Natsir: Berdamai Dengan Sejarah. Jakarta: Republika

Negas, T. (1997). Eritrea and Ethiopia the Federal Experience. Transaction Publishers

Setiadi, M.E dan Kolip, U. (2011). Pengantar Sosiologi Pemahaman Fakta dan

Gejala Permasalahan sosial Teori Aflikasi dan Pemecahan Masalah. Jakarta:

Kencana

S.L, Roy. (1991). Diplomasi. Jakarta: Rajawali Pers

Spencer, M. (1998). Separatis Demokracy And Disintegration. America: Rowman and Littlefi ELD Publishers

Sjamsuddin, H. (2007). Metodologi Sejarah. Yogyakarta: Ombak.

Soeratman, D. (1965). Sejarah Afrika Zaman Imperialisme Moderen Jilid I. Yogyakarta: Vita.

Soeratman, D. (2012). Sejarah Afrika.Yogyakarta: Ombak

Surbakti, R. (1999). Memahami ilmu politik. Jakarta: Gramedia Widia sarana Indonesia

Tesfegiorgis, M. (1998). Eritrea. California: Greenwood Publishing Group Trevaskis, G. K. N. (1960). Eritrea: A Colony in Transition, 1941–52. London

Universitas Pendidikan Indonesia. (2012). Pendoman Penulisan Karya Ilmiah. Bandung: Universitas Pendidikan Indonesia.


(3)

Wallensteen, Peter. (2002). Understanding Conflict Resolution: War, Peace and

Global System. London: Sage Publication.

Wulan, Y.C, Yasmin dkk. (2004). Analisis Konflik: Sektor Kehutanan di Indonesia

1997-2003. Jakarta: Center For International Forestry Research.

Yahya, H. (___). Zaman Kegelapan Islam dan Ketibaan Era Kebangkitan Islam. Turkey: Global Publishing

_____. (2008). Ethiopia and Eritrea. Washington: Lonely Planet.

SumberJurnal:

Bereketeab. (1997). The Eritrean Liberation Movement (Mahber Shewate

Haraka)Excerpt from Eritrea: the making of a nation 1890-1991” 21: 183-185

Callaway, A. C. (1963). “Inter-Governmental Symposium on Unmployed Youth”,.

Jurnal of Moderen African Studies 1(1): 108-109”.

Connell, D. (2000). New Challenges in Post-War Eritrea. “Eritrea Studies Review 1(2): 129-159.

Iyob, R. (1997). The Eritrean Experiment: a Cautius Pragmatism? “Journal of Modern African Studies35(4): 647-673.

Iyob, R. (2000). The Ethiopia-Eritrean Conflict: diasporic vs hegemonic states in the

Horn of Africa, 1991-2000 “Journal of Modern African Studies “8(4): 659 -682

Carmichael, W. (1993). Eritrea. “Freedom of Expressi and Etnic Discrimination in the Educational System Past and Furture” V(1)

Sumber Online:

Ab, G. “The Ethiopian –Eritrean Conflict Web Page.” Clermont College, University

of Cincinnati. [Online]. Tersedia di:

http://www.geocities.com/CollegePark/Quad/6460/hf/98_6/index.html [24 September 2012].


(4)

Meri Erlina, 2013

Crowford, D., & Bodine, R. (1996). Conflict Resolution Education A Guide to

Implementing Programs in Schools, Youth-Serving Organizations, and Community and Juvenile Justice Settings. [Online]. Tersedia:

http://www.ncjrs.gov /txtfiles / 160935.txtl. Diakses [3 Agustus 2013].

Haile, S. (1997). Eritrea Brith of a Nation 1993. Asmara: Government of Eritrea. [Online]. Tersedia: dehai.org/conflict/history/birth_of_a_nation.html [5 Mei 2013]

Irin. (2001). Ethiopia: Pemerintah Bergerak pada Kelompok Pembangkang. [Online]. Tersedia: http://www.irinnews.org/printreport.aspx?reportid=19575 [ 20 September 2012].

Lang, P. (2005). Italian Colonialism Legacy and Memori. Germany [Online]. Tersedi: http://peterlang.com [2 Februari 2013].

Kessier, L. S.S. (1990). Cubas’s Invol Vement In Angola and Ethiopia: a Question of

Autonomy In Cuba’s Pelationship With The Soviet Union Hesis. Tesis.

California: Naval Postgraduate School ([Online]. Tersedia: etharza.org [16 Junie 2013])

New York Times. (2000). Ethiopia to Sign Peace Treaty with Eritrea. [Online]. Tersedia: http://www.nytimes.com/2000/12/07/world/ethiopia-to-sign-peace-treaty-with-eritrea.html. [04 Oktober 2012].

Merdeka. (2005). Eritrea: Resolusi PBB Bisa Picu Ketegangan dan Konflik. [Online]. Tersedia: http://www.merdeka.com/politik/internasional/eritrea-resoulis-pbb-bisa-picu-ketegangan-dan-konflik-a7zsjxk.html. [1 Oktober 2012].

Sumbodo, S. (2006). Konflik Udara Eritrea vs. Ethiopia. Jakarta. [Online]. Tersedia:http://www.sudirodesign.com/index.php?m=news&id=0&hash_toke n=0&my_keywords=&my_category=&lower_limit=42. [ 24 September 2012].

Vool, D. (2001). From Guerrillas to Government: The Eritrean People’s Liberation

Front. Ohio University Press

Zartman, I. W. (1995). Elusive Peace: Negotiating and End to Civil Wars. Washington D.C: The Brookings Intitution.


(5)

____. (2013). Kampanye Afrika Timur Perang Dunia I. [Online]. Tersedia: https://id.wikipedia.org/wiki/Kampanye_Afrika_Timur_%28Perang_Dunia_II %29 [20 Mei 2012]

____. (2013). Perang Dunia II Invasi Italia ke Ethiopia. [Online]. Tersedia: https://id.wikipedia.org/wiki/Perang_Dunia_II#Invasi_Italia_ke_Ethiopia_.28 1935.29 [24 Mei 2013]

____. (2011). Eritrean Human Rights Electronic. [Online]. Tersedia: www.ehrea.org/29592.php.eritrean_human_rights_electronic [19 Mei 2012] ____. (2013). The Horn of Africa in Colonial. [Online]. Tersedia

http://en.wikipedia.org/wiki/the_horn_of_africa_in_colonial [20 Mei 2013] ____. (2011). Eritrea People. [Online]. Tersedia:

http://www.eritrea.be/old/eritrea-people.htm [19 Mei 2013]

____. ((2013). Politik of Eritrea. ([Online], Tersedia:

http://en.wikipedia.org/wiki/Politics_of_Eritrea [5 Juni 2013]).

____. (2013). History of Eritrea. ([Online], Tersedia:

en.wikipedia.org/wiki/histori_of_eritrea#halian_colonization [14 Mei 2013])

___. (2013). New Eritrea Party. ([Online]), Tersedia:

www.erhrea.org/19591.php/new_eritrea_party [20 Mei 20013])

___. (2009). Definisi Diplomasi. [Online]. Tersedia:

http://interdisciplinary.wordpress.com/2009/04/03/definisi-diplomasi/ [10 Juni 2013])

Roy, S.L. (1991). Diplomasi. Jakarta: Rajawali Pers. [Online]. Tersedia: http://googlebook.diplomatik.roy.1991 [10 Juni 2013]

___. (2013). Ethiopia Human Rights Electronic. [Online]. Tersedia: http://wikipedia.org/2013/ethiopia_human_rights_electronic [20 Mei 2013]

___. (2013). The Horn of Afrika. [Online]. Tersedia:


(6)