PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE THINK-PAIR-SHARE UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH MATEMATIKA DI KELAS X SMA SWASTA KATOLIK BUDI MURNI-2 MEDAN.

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN K OOPERATIF TIPE
THINK-PAIR-SHARE UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN
PEM ECAH AN M AS ALAH M ATEM ATIK A
DI KELAS X SMA SWASTA KATOLIK
BUDI MURNI-2 MEDAN

Oleh:
Fransisca Yulwinner
NIM 409111031
Program Studi Pendidikan Matematika

SKRIPSI
Diajukan Untuk Memenuhi Syarat Memperoleh Gelar
Sarjana Pendidikan

JURUSAN MATEMATIKA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS NEGERI MEDAN
MEDAN
2013


iv

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Kuasa
yang telah melimpahkan rahmat dan karunia-Nya kepada penulis sehingga dengan
izin-Nya penulis dapat menyelesaikan skripsi ini.
Pada kesempatan ini penulis menyampaikan banyak terima kasih kepada
Bapak Drs. Asrin Lubis, M.Pd selaku dosen pembimbing skripsi yang telah
meluangkan waktunya untuk memberikan arahan dan bimbingan berupa ilmu dan
kasih sayang sejak awal sampai selesainya penulisan skripsi ini. Ucapan terima
kasih juga penulis sampaikan kepada Bapak Drs. Syafari, M.Pd, BapakDr. E.
Elvis Napitupulu, MS dan Ibu Drs. Yasifati Hia, M.Siselaku dosen penguji yang
telah memberikan masukan dan saran–saran mulai perencanaan penelitian sampai
selesai penyusunan skripsi ini. Terima kasih kembali kepada Bapak Drs. Yasifati
Hia, M.Si selaku dosen Pembimbing Akademik yang telah memberikan
bimbingan dan saran–saran dalam perkuliahan, Bapak Prof. Dr. Ibnu Hajar, M.Si
selaku Rektor UNIMED, Bapak Prof. Drs. Motlan, M.Sc., Ph.D selaku Dekan
FMIPA UNIMED, Bapak Drs. Syafari, M.Pdselaku ketua jurusanMatematika
FMIPA UNIMED dan Bapak Drs. Yasifati Hia, M.Si,selaku sekretaris jurusan

Matematika FMIPA UNIMED serta Bapak Drs. Zul Amry, M.Si, selaku ketua
Prodi Pendidikan Matematika FMIPA UNIMED dan seluruh Bapak, Ibu Dosen
beserta Staf Pegawai Jurusan Matematika FMIPA UNIMED yang sudah
membantu dan memberikan kelancaran selama penyusunan skripsi ini.
Terima kasih juga kepada Kepala SMA Swasta Katolik Budi Murni-2
Medan, Drs. Jontar Sitohang, yang telah memberikan izin kepada penulis untuk
melakukan penelitian, guru bidang studi Matematikabapak Drs. R. Peranginangindan para guru SMA Swasta Katolik Budi Murni-2Medan beserta siswa–
siswi kelas X-E yang telah membantu penulis dalam melaksanakan penelitian.
Teristimewa kepada Ayahanda tercinta Julusarlius Manalu, dan Ibunda
yang tersayangDorotti Marbunyang telah begitu banyak memberikan kasih
sayang, doa, motivasi dan semangat, serta dukungan moral dan material yang tak

v

ternilai harganya. Serta kepada kakak Merryana Christina dan adik Gerico
Putrayang telah begitu banyak memberikan doa dan motivasi, semangat serta
dukungan moral kepada penulis dalam menyelesaikan studi di UNIMED.
Ucapan terima kasih juga kepada sahabat-sahabat seperjuanganyang selalu
memberi doa dan dukungan yaitu Vran Siska Barus, Desi A. Situngkir, Fretty
L.Tobing, Mona H.S Sidabalok, Wes Waruwu, Ardianto P. Siregar, Teddy

Siagiandan semua teman–teman sekelas Matematika Reguler Dik B’09 yang tidak
bisa penulis sebutkan satu persatu serta dari kelas Reguler Dik A ’09 yaitu Adi
Gunawan Sihombingyang senantiasa mendukung dan menemani penulis dalam
suka maupun duka, dalam tawa maupun tangis. Teristimewa kepada Agung
Perdana Simbolon yang selalu memberi motivasi, doa, semangat serta dukungan.
Terima kasih juga kepada ka Joice, ka Ester, ka Nora, Ita, Agustina, Sari dan
semua teman-teman di kos Berdikari 52yang selalu memberi dukungan dan doa
kepada penulis dalam menyelesaikan studi.
Penulis menyadari masih banyak terdapat kelemahan baik dari segi isi
maupun tata bahasa, karenanya penulis mengharapkan kritik dan saran yang
bersifat membangun dari pembaca demi sempurnanya skripsi ini. Kiranya skripsi
ini dapat bermanfaat dalam memperkaya khasanah ilmu pendidikan kita.

Medan,

Agustus 2013

Penulis,

Fransisca Yulwinner

NIM.409111031

iii

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE THINKPAIR-SHARE UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN PEMECAHAN
MASALAH MATEMATIKA DI KELAS X SMA SWASTA KATOLIK
BUDI MURNI-2 MEDAN

Fransisca Yulwinner (NIM 409111031)

ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan kemampuan pemecahan
masalah matematika siswa kelas X SMASwasta Katolik Budi Murni-2
Medandenganmodel pembelajaran kooperatif tipe TPS pada materi persamaan
kuadrat.Jenis penelitian ini merupakan Penelitian Tindakan Kelas (PTK).
Subjekpenelitian adalah siswa kelas X-E SMA Swasta Katolik Budi Murni-2
Medan sebanyak 38siswa. Penelitian ini dilaksanakan dalam 2 siklus. Data
penelitian diperoleh dari hasil observasi pelaksanaan pembelajaran dantes
kemampuan pemecahan masalah.
Berdasarkan hasil tes diagnostik diketahui tingkat kemampuan pemecahan

masalah matematika siswa sangat rendah dengan nilai rata-rata kelas adalah 18
yang dilihat dari jumlah nilai siswa tiap indikator per jumlah siswa. Setelah
pemberian tindakan pada siklus I, tingkat kemampuan pemecahan masalah
matematika siswa adalah sedang dengan nilai rata-rata kelas 57,26dengan 24siswa
atau 63,16%dari keseluruhan siswa telah mencapai ketuntasan belajar.
Selanjutnya, setelah pelaksanaan tindakan pada siklus II, tingkat kemampuan
pemecahan masalah matematika siswa adalah tinggi dengan nilai rata-rata kelas
67,95 dimana jumlah siswa yang telah mencapai ketuntasan belajarsebanyak 33
orang atau 86,84% dari seluruh siswa.
Dengan demikian dapat dikatakan kelas tersebut telah terdapat 86,84%
siswa yang telah tuntas memecahkan masalah. Berdasarkan hasil penelitian
tersebut dapat disimpulkan bahwa terjadi peningkatan kemampuan pemecahan
masalah matematika siswa kelas X-E SMA Swasta katolik Budi Murni-2 Medan
sehingga pembelajaran kooperatif tipe think-pair-share dapat dijadikan salah satu
alternatif pembelajaran.

vi

DAFTAR ISI
Halaman

Lembar Pengesahan
Riwayat Hidup
Abstrak
Kata Pengantar
Daftar Isi
Daftar Gambar
Daftar Tabel
Daftar Lampiran

i
ii
iii
iv
vi
viii
ix
x

BAB I PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang Masalah

1.2. Identifikasi Masalah
1.3. Batasan Masalah
1.4. Rumusan Masalah
1.5. Tujuan Penelitian
1.6. Manfaat Penelitian

1
6
6
7
7
7

BAB II KAJIAN PUSTAKA
2.1. Kajian Teoritis
2.1.1.Belajar dan Pembelajaran Matematika
2.1.2. Pembelajaran Matematika SMA
2.1.3. Aktivitas Belajar
2.1.4. Masalah Dalam Matematika
2.1.5. Kemampuan Pemecahan Masalah Matematika

2.1.6. Model Pembelajaran Kooperatif
2.1.7. Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Think-Pair-Share (TPS)
2.1.8. Kajian Materi Persamaan Kuadrat
2.2.
Kerangka Konseptual
2.3.
Hipotesis Tindakan

9
9
12
14
19
20
22
26
30
37
38


BAB III METODE PENELITIAN
3.1.
Jenis Penelitian
3.2.
Lokasi Penelitian dan Waktu Penelitian
3.3.
Subjek dan Objek Penelitian
3.3.1. Subjek Penelitian
3.3.2. Objek Penelitian
3.4.
Prosedur Penelitian
3.5. Alat Pengumpul Data
3.5.1. Observasi
3.5.2. Tes Kemampuan Pemecahan Masalah
3.6.
Teknik Analisis Data

39
39
39

39
39
39
44
44
45
45

vii

3.6.1.
3.6.2.
3.6.3.

Reduksi Data
Paparan Data
Penarikan Kesimpulan

45
45

49

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
4.1.
Hasil Penelitian
4.1.1. Hasil Tes Diagnostik
4.1.2. Alternatif Pemecahan I (Rencana Tindakan I)
4.1.3. Pelaksanaan Tindakan I
4.1.3.1. Pertemuan Pertama
4.1.3.2. Pertemuan Kedua
4.1.3.3. Pertemuan Ketiga
4.1.4. Analisis Data I
4.1.4.1. Hasil Observasi I
4.1.4.2. Hasil Tes Kemampuan Pemecahan Masalah I
4.1.4.3. Refleksi I
4.1.5. Pelaksanaan dan Hasil Penelitian Siklus II
4.1.6. Alternatif Pemecahan II (Rencana Tindakan II)
4.1.7. Pelaksanaan Tindakan II
4.1.7.1. Pertemuan Pertama
4.1.7.2. Pertemuan Kedua
4.1.7.3. Pertemuan Ketiga
4.1.8. Analisis Data II
4.1.8.1. Hasil Observasi II
4.1.8.2. Hasil Tes Kemampuan Pemecahan Masalah II
4.1.8.3. Refleksi II
4.2.
Temuan Penelitian
4.3.
Pembahasan Hasil Penelitian

50
50
52
52
53
55
56
56
56
60
62
64
64
65
65
67
68
69
69
73
74
75
75

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
5.1.
Kesimpulan
5.2.
Saran

78
79

DAFTAR PUSTAKA

80

viii

DAFTAR GAMBAR
Halaman
Gambar 2.1 Alur Proses Pembelajaran

11

Gambar 3.1 Prosedur Pelaksanaan Penelitian Tindakan Kelas

40

Gambar 4.1. Persentase Penguasaan Langkah-Langkah Pemecahan Masalah
Kelas X-E SMA Swasta Katolik Budi Murni-2 Medan
Berdasarkan Tes Diagnostik
52
Gambar 4.2. Persentase Penguasaan Langkah-Langkah Pemecahan Masalah
Kelas X-E SMA Swasta Katolik Budi Murni-2 Medan
Berdasarkan TKPM I
62
Gambar 4.3. Persentase Penguasaan Langkah-Langkah Pemecahan Masalah
Kelas X-E SMA Swasta Katolik Budi Murni-2 Medan
Berdasarkan TKPM II
74

x

DAFTAR LAMPIRAN
Halaman
Lampiran 1. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Siklus I Pertemuan I
Lampiran 2. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Siklus I Pertemuan II
Lampiran 3. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Siklus II Pertemuan I

82
87
91

Lampiran
Lampiran
Lampiran
Lampiran
Lampiran

96
100
105
109
113

4. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Siklus II Pertemuan II
5. Lembar Kerja Siswa I
6. Lembar Kerja Siswa II
7. Lembar Kerja Siswa III
8. Lembar Kerja Siswa IV

Lampiran 9. Alternatif Penyelesaian LKS I
Lampiran 10. Alternatif Penyelesaian LKS II
Lampiran 11. Alternatif Penyelesaian LKS III
Lampiran 12. Alternatif Penyelesaian LKS IV
Lampiran 13. Kisi-Kisi Tes Diagnostik

118
122
125
128
132

Lampiran 14. Kisi-Kisi Tes Kemampuan Pemecahan Masalah I
Lampiran 15. Kisi-Kisi Tes Kemampuan Pemecahan Masalah II
Lampiran 16. Rubrik Penskoran Tes Kemampuan Pemecahan Masalah
Lampiran 17. Lembar Validitas Tes Diagnostik
Lampiran 18. Lembar Validitas Tes Kemampuan Pemecahan Masalah I
Lampiran 19. Lembar Validitas Tes Kemampuan Pemecahan Masalah II
Lampiran 20. Tes Diagnostik
Lampiran 21. Tes Kemampuan Pemecahan Masalah I
Lampiran 22. Tes Kemampuan Pemecahan Masalah II
Lampiran 23. Alternatif Penyelesaian Tes Diagnostik

133
134
135
136
139
142
145
147
148
149

Lampiran 24. Alternatif Penyelesaian Tes Kemampuan Pemecahan
Masalah I
Lampiran 25. Alternatif Penyelesaian Tes Kemampuan Pemecahan
Masalah II
Lampiran 26. Hasil Tes Diagnostik
Lampiran 27. Hasil Tes Kemampuan Pemecahan Masalah I
Lampiran 28. Hasil Tes Kemampuan Pemecahan Masalah II
Lampiran 29. Lembar Observasi Pembelajaran (Siklus I)
Lampiran 30. Lembar Observasi Pembelajaran (Siklus II)

152
157
164
166
168
170
172

xi

Lampiran 31. Lembar Observasi Aktivitas Siswa (Siklus I)

174

Lampiran 32. Lembar Observasi Aktivitas Siswa (Siklus II)
Lampiran 33. Dokumentasi Penelitian

176
178

BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Pendidikan adalah salah satu bentuk perwujudan kebudayaan manusia
yang dinamis dan sarat perkembangan. Oleh karena itu, perubahan atau
perkembangan pendidikan adalah hal yang memang seharusnya terjadi sejalan
dengan perubahan budaya kehidupan. Pendidikan yang mendukung pembangunan
di masa mendatang adalah pendidikan yang mampu mengembangkan potensi
peserta didik, sehingga yang bersangkutan mampu menghadapi dan memecahkan
problema kehidupan yang dihadapinya. Konsep pendidikan tersebut terasa
semakin penting ketika seseorang harus memasuki kehidupan di masyarakat dan
dunia kerja, karena yang bersangkutan harus mampu menerapkan apa yang
dipelajari di sekolah untuk menghadapi problema yang dihadapi dalam kehidupan
sehari-hari saat ini maupun yang akan datang. Menurut Buchori (dalam Trianto,
2009:5) mengemukakan bahwa:
“Pendidikan yang baik adalah pendidikan yang tidak hanya
mempersiapkan para siswanya untuk sesuatu profesi atau jabatan, tetapi
untuk menyelesaikan masalah-masalah yang dihadapinya dalam
kehidupan sehari-hari.”
Banyak orang yang memandang matematika sebagai bidang studi yang
paling sulit. Meskipun demikian, semua orang harus mempelajarinya karena
merupakan sarana untuk memecahkan masalah kehidupan sehari-hari. Ada banyak
alasan tentang perlunya siswa belajar matematika. Menurut Cornelius (dalam
Abdurrahman, 2009:253) mengemukakan bahwa:
“Lima alasan perlunya belajar matematika karena matematika merupakan
(1) sarana berpikir yang jelas dan logis, (2) sarana untuk memecahkan
masalah kehidupan sehari-hari, (3) sarana mengenal pola-pola hubungan
dan generalisasi pengalaman, (4) sarana untuk mengembangkan
kreativitas, dan (5) sarana untuk meningkatkan kesadaran terhadap
perkembangan budaya.”

1

2

Hasil belajar siswa pada bidang studi matematika masih rendah.
Rendahnya prestasi belajar pada matematika dipengaruhi oleh berbagai faktor.
Salah satunya adalah kesulitan yang dialami siswa dalam mempelajari
matematika. Kesulitan dalam belajar matematika mengakibatkan kemampuan
pemecahan masalah siswa rendah. Seperti diungkapkan oleh Lilis Widianti
(http://newspaper.pikiran-rakyat.com):
“Selama ini pembelajaran matematika terkesan kurang menyentuh
kepada substansi pemecahan masalah. Kebanyakan mengajarkan
prosedur atau langkah pengerjaan soal. Bahkan, siswa cenderung
menghafalkan konsep-konsep matematika dan sering dengan mengulangulang menyebutkan definisi yang diberikan guru atau yang tertulis dalam
buku yang dipelajari, tanpa memahami maksud isinya. Kecenderungan
semacam ini tentu saja dapat dikatakan mengabaikan kebermaknaan dari
konsep-konsep matematika yang dipelajari siswa, sehingga kemampuan
siswa dalam memecahkan masalah sangat kurang”.
Kebanyakan guru mengajar dengan model yang kurang sesuai dengan
materi yang diajarkan karena masih di dominasi oleh pembelajaran konvensional.
Pembelajaran konvensional yang dilakukan tidak mampu menolongnya keluar
dari masalah karena siswa hanya dapat memecahkan masalah apabila informasi
yang dimiliki dapat secara langsung dimanfaatkan untuk menjawab soal. Dalam
menjawab suatu persoalan siswa sering tertuju pada satu jawaban yang paling
benar dan menyelesaikan soal dengan tertuju pada contoh soal tanpa mampu
memikirkan kemungkinan jawaban dalam memecahkan masalah tersebut.
Hudojo (dalam Arniati dan Dewi, 2010) mengungkapkan bahwa
pemecahan masalah menjadi suatu hal yang esensial dalam pembelajaran
matematika di sekolah, disebabkan oleh hal-hal berikut:
a. Siswa menjadi terampil menyeleksi informasi yang relevan,
kemudian menganalisanya dan kemudian meneliti hasilnya.
b. Kepuasan intelektual akan timbul dari dalam, secara instrinsik.
c. Potensi intelektual siswa meningkat.
d. Siswa belajar bagaimana melakukan penemuan dengan melalui
proses melakukan penemuan.
Jadi, kegiatan pemecahan masalah akan membantu meningkatkan potensi
intelektual dan rasa percaya diri siswa. Selain itu, siswa tidak akan takut dan ragu

3

ketika dihadapkan pada permasalahan, baik dalam matematika maupun diluar
matematika.
Ditengah pentingnya kemampuan pemecahan masalah dalam proses
pembelajaran matematika, ditemukan fakta bahwa kemampuan pemecahan
masalah yang dimiliki oleh siswa masih tergolong rendah. Kenyataan
menunjukkan bahwa kondisi pembelajaran matematika dewasa ini belum
memenuhi

harapan

yang

diinginkan,

baik

dari

proses

maupun

hasil

pembelajarannya. Beberapa fakta yang berasal dari temuan hasil studi dan hasil
survei yaitu:
1. Hasil studi yang dilakukan Direktorat PLP 2002 (dalam Wardhani S, 2004: 1)
menyebutkan bahwa “Meski adanya peningkatan mutu pendidikan yang cukup
menggembirakan, namun pembelajaran dan pemahaman siswa SMA pada
matematika menunjukkan hasil yang kurang memuaskan. Pembelajaran di
SMA cenderung text book oriented dan kurang terkait dengan kehidupan
sehari-hari siswa. Pembelajaran cenderung abstrak dan dengan metode
ceramah sehingga konsep-konsep akademik kurang bisa atau sulit dipahami.”
Hal ini menunjukkan bahwa kebanyakan guru dalam mengajar masih kurang
memperhatikan siswa, atau dengan kata lain tidak melakukan pengajaran
bermakna, metode yang digunakan kurang bervariasi, dan sebagai akibat
motivasi belajar siswa menjadi sulit ditumbuhkan dan pola belajar cenderung
menghafal.
2. Hasil penelitian Trends in International Mathematics and Science Study
(TIMSS) (dalam http://www.peduli-matematika.org/page.php?5) menunjukkan
bahwa peringkat matematika siswa Indonesia berada di deretan 34 dari 38
negara. Tahun 2003 peringkat Indonesia berada pada deretan 34 dari 45 negara.
Dan ranking Indonesia pada TIMSS tahun 2007 turun menjadi ranking 36 dari
48 negara. Penenlitian tersebut menunjukkan bahwa Indonesia masih belum
mampu lepas dari deretan penghuni papan bawah dan jauh tertinggal
dibandingkan dengan Singapura dan Malaysia.
Rendahnya kemampuan pemecahan masalah matematika siswa akan
berdampak pada rendahnya prestasi siswa di sekolah sehingga mengakibatkan

4

mutu pendidikan rendah. Disinyalir penyebab rendahnya mutu pendidikan
matematika siswa diantaranya terkait kualitas model pembelajaran yang tidak
tepat. Pada umumnya model pembelajaran yang digunakan guru adalah
pembelajaran konvensional. Guru menyampaikan pelajaran dengan metode
ceramah sementara siswa hanya mencatatnya pada buku catatan. Abbas
menyatakan bahwa:
“Banyak faktor yang menjadi penyebab rendahnya hasil belajar
matematika peserta didik, salah satunya adalah ketidaktepatan
penggunaan model pembelajaran yang digunakan guru di kelas.
Kenyataan menunjukkan bahwa selama ini kebanyakan guru
menggunakan model pembelajaran konvensional dan banyak didominasi
oleh guru.”
Model pembelajaran konvensional yang didominasi oleh guru akan
membuat siswa menjadi pasif sehingga siswa merasa jenuh dalam menerima
pelajaran matematika dan enggan mengungkapkan ide-ide atau penyelesaian yang
diberikan guru. Akibatnya siswa menganggap bahwa matematika merupakan
pelajaran yang sulit dipelajari. Salah satu materi dalam ruang lingkup
pembelajaran matematika pada Sekolah Menengah Atas yang dianggap sulit oleh
siswa adalah persamaan kuadrat. Hal ini didukung oleh hasil wawancara pada
tanggal 26 Februari 2013 dengan salah seorang guru matematika SMA Swasta
Katolik Budi Murni-2 Medan, Bapak R. Perangin-angin. Menurut beliau,
pelajaran

yang

menurut

siswa

dianggap

sulit

adalah

aljabar

dan

persamaan/pertidaksamaan kuadrat. Siswa di sekolah ini juga memiliki banyak
masalah terutama dalam kemampuan pemecahan masalahnya.
Dari hasil tes diagnostik yang diberikan pada tanggal 26 Februari 2013
kepada siswa SMA Swasta Katolik Budi Murni-2 Medan di Kelas X tentang
persamaan kuadrat. Dari 38 siswa yang mengikuti tes, diperoleh hanya 6 orang
yang bisa menjawab 1 soal dengan benar. Dan hanya 1 orang yang bisa menjawab
semua pertanyaan dengan benar. Sebagian siswa hanya menuliskan apa yang
diketahui dan ditanya dan masih ada juga siswa yang tidak tahu apa yang
diketahui ataupun ditanya dari soal yang diberikan. Dalam setiap langkah kegiatan
pemecahan masalah siswa dikategorikan dalam kemampuan yang sangat rendah.

5

Dari data tersebut terlihat jelas bahwa masih banyak siswa yang memiliki
kesulitan dalam memecahkan masalah matematika.
Selain itu dari hasil angket yang diberikan kepada siswa, banyak siswa
yang mengatakan bahwa penting untuk belajar matematika namun tidak banyak
yang menyukai matematika karena berbagai alasan. Diantaranya adalah
matematika merupakan pelajaran yang sulit, membosankan, dan hanya menghafal
rumus dan juga guru mengajar dengan suara yang terlalu pelan serta jarang
menerapkan model-model pembelajaran yang mampu meningkatkan semangat
siswa untuk belajar.
Dengan demikian, diperlukan model pembelajaran yang efektif, membuat
siswa lebih aktif dalam proses pembelajaran. Salah satu model pembelajaran yang
melibatkan peran siswa secara aktif dan yang dapat mendorong siswa belajar
melakukan pemecahan masalah matematika adalah model pembelajaran
kooperatif tipe Think-Pair-Share (TPS). Dengan model pembelajaran kooperatif
tipe Think-Pair-Share (TPS), maka diharapkan dapat mengatasi kesulitan siswa
dalam mempelajari matematika dan siswa dapat menemukan sendiri penyelesaian
masalah dari soal-soal pemecahan masalah di dalam kehidupan sehari-hari.
Sehingga siswa akan termotivasi untuk belajar matematika dan mampu
mengembangkan ide dan gagasan mereka dalam menyelesaikan permasalahan
matematika.
Menurut

Arends (dalam Trianto, 2009: 81), “Think-Pair-Share

merupakan suatu cara yang efektif untuk membuat variasi suasana pola diskusi
kelas.” Dengan asumsi bahwa semua resitasi atau diskusi membutuhkan
pengaturan untuk mengendalikan kelas secara keseluruhan, dan prosedur yang
digunakan dalam think-pair-share dapat memberi siswa lebih banyak waktu
berpikir, untuk merespons dan saling membantu.
Model ini merupakan bentuk kerjasama baik antara sesama siswa
maupun antara siswa dengan guru. Sehingga sering dilakukan pengelompokan
baik dalam bentuk kelompok kecil yang berpasangan. Dengan kerjasama tersebut

6

siswa akan termotivasi terlibat dalam menyelesaikan tugas – tugas dan dapat
mengembangkan keterampilan sosial dan ketrampilan berpikir siswa.
Dengan terbentuknya diskusi dalam kelompok belajar dengan pendekatan
TPS dapat mempermudah siswa dalam mempelajari konsep-konsep matematika,
siswa dapat memecahkan masalah yang sulit lewat serangkaian diskusi dalam
kelompok. Siswa akan diarahkan untuk bisa bekerja, mengembangkan diri dan
bertanggung jawab secara individu maupun kelompok. Persaingan yang positif
akan terjadi di kelas dalam rangka pencapaian prestasi belajar yang optimal.
Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan di atas, maka penulis
tertarik untuk melakukan suatu penelitian yang berjudul “Penerapan Model
Pembelajaran Kooperatif Tipe Think-Pair-Share

Untuk Meningkatkan

Kemampuan Pemecahan Masalah Matematika di Kelas X SMA Swasta
Katolik Budi Murni-2 Medan”
1.2.

Identifikasi Masalah

Dari latar belakang di atas, maka dapat diidentifikasi beberapa masalah
sebagai berikut:
1. Rendahnya prestasi belajar matematika siswa.
2. Matematika dianggap sebagai pelajaran yang sulit.
3. Pembelajaran yang dilakukan oleh guru yaitu pembelajaran yang masih
berpusat pada guru (konvensional) sehingga kurang mendorong aktivitas siswa
untuk mengikuti pelajaran.
4. Kemampuan siswa dalam memecahkan masalah masih kurang.
1.3.

Batasan Masalah
Seperti yang telah diuraikan di atas, terdapat beberapa masalah yang

teridentifikasi. Masalah yang diteliti dalam penelitian ini adalah difokuskan pada
“Penerapan Pembelajaran Kooperatif Tipe Think-Pair-Share (TPS) di Kelas X
SMA Swasta Katolik Budi Murni-2 Medan”.

7

1.4.

Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah, maka yang menjadi rumusan

masalah adalah:
1. Bagaimana strategi penerapan model pembelajaran kooperatif tipe think-pairshare untuk meningkatkan kemampuan pemecahan masalah di kelas X SMA
Swasta Budi Murni-2 Medan?
2. Bagaimana
pembelajaran

aktivitas

siswa

kooperatif

dalam

tipe

belajar

ketika

think-pair-share

diterapkan

untuk

model

meningkatkan

kemampuan pemecahan masalah matematika di kelas X SMA Swasta Budi
Murni-2 Medan?
3. Bagaimana peningkatan kemampuan pemecahan masalah matematika setelah
diterapkan model pembelajaran kooperatif tipe think-pair-share di kelas X
SMA Swasta Budi Murni-2 Medan?
1.5.

Tujuan penelitian
Adapun tujuan yang dilakukan dalam penelitian ini adalah:

1. Untuk mengetahui strategi penerapan model pembelajaran kooperatif tipe
think-pair-share dalam meningkatkan kemampuan pemecahan masalah
matematika di kelas X SMA Swasta Budi Murni-2 Medan.
2. Untuk

mengetahui

pembelajaran

aktivitas

kooperatif

tipe

siswa

pada

saat

think-pair-share

diterapkannya
untuk

model

meningkatkan

kemampuan pemecahan masalah matematika di kelas X SMA Swasta Budi
Murni-2 Medan.
3. Untuk mengetahui apakah dengan diterapkannya model pembelajaran
kooperatif tipe Think-Pair-Share dapat meningkatkan kemampuan pemecahan
masalah matematika di kelas X SMA Swasta Budi Murni-2 Medan.
1.6. Manfaat Penelitian
Adapun manfaat yang dilakukan dalam penelitian ini adalah :
1. Bagi sekolah tempat penelitian, sebagai bahan pertimbangan dalam
pengembangan dan penyempurnaan program pengajaran matematika di
sekolah.

8

2. Bagi guru,

dapat memperluas wawasan pengetahuan mengenai model

pengajaran dalam

membantu

siswa

guna

meningkatkan kemampuan

pemecahan masalah.
3. Bagi siswa, melalui model pembelajaran kooperatif tipe think-pair-share ini
dapat membantu siswa meningkatkan kemampuan pemecahan masalah
matematika dan mengembangkan kemampuan berpikir.
4. Bagi peneliti, sebagai bahan informasi sekaligus sebagai bahan pegangan bagi
peneliti dalam menjalankan tugas pengajaran sebagai calon tenaga pengajar di
masa yang akan datang.

78

BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian yang disajikan pada Bab IV maka diperoleh
kesimpulan sebagai berikut:
1. Strategi penerapan model pembelajarn kooperatif tipe think-pair-share
adalah:
a. Memaksimalkan diskusi kelompok dengan memberikan pengawasan
yang lebih pada kelompok yang belum maksimal dalam proses diskusi
yang dilakukan pada fase membimbing kelompok bekerja.
b. Memberikan LKS kepada setiap siswa agar lebih mudah dalam
berdiskusi yang dilakukan pada fase mengorganisasikan siswa ke dalam
kelompok kooperatif.
c. Memberi nilai tambah bagi siswa yang maju mempresentasikan hasil
diskusinya, bagi siswa yang bertanya maupun bagi siswa yang memberi
tanggapan terhadap presentasi kelompok penyaji yang dilakukan pada
fase memberikan penghargaan. Hal ini bertujuan agar berpartisipasi dan
keaktifan siswa dalam pembelajaran meningkat.
2. Aktivitas belajar siswa ketika diterapkan model pembelajaran kooperatif
tipe think-pair-share (TPS) adalah:
a. Perhatian siswa ketika guru memberi penjelasan mengalami perubahan
ke arah yang lebih baik. Tidak ada lagi siswa yang berbicara di
belakang karena guru tidak lagi fokus pada papan tulis.
b. Keaktifan siswa dalam bertanya mengalami perubahan ke arah yang
lebih baik. Sudah banyak siswa yang berani bertanya karena guru
memberikan nilai tambah bagi semua siswa yang berani bertanya.
c. Keaktifan siswa dalam mengerjakan LKS mengalami perubahan ke
arah yang lebih baik. Banyak siswa yang mengerjakan LKS dengan
baik karena mereka telah aktif berdiskusi dengan pasangan.

79

d. Diskusi dalam kelompok mengalami perubahan ke arah lebih baik.
Siswa berdiskusi aktif dengan pasangan karena pasangan yang nilainya
baik membantu pasangannya dalam mengerjakan soal.
e. Perhatian siswa ketika kelompok penyaji mempresentasikan hasil
diskusinya mengalami perubahan ke arah yang lebih baik. Siswa
memperhatikan dengan baik karena kelompok penyaji atau guru akan
menunjuk kelompok yang selanjutnya akan maju.
f. Dalam menanggapi hasil diskusi kelompok penyaji mengalami
perubahan. Banyak kelompok yang ingin memberikan tanggapan
karena ingin mendapatkan nilai tambah.
3. Peningkatan kemampuan pemecahan masalah matematika siswa dengan
menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe think-pair-share secara
klasikal sebesar 23,68% dari 63,16% pada siklus I menjadi 86,84%. Hal
ini dapat dilihat pada siklus I jumlah siswa yang mencapai ketuntasan
sebanyak 24 orang sedangkan pada siklus II ada sebanyak 33 orang.
Sementara itu rata-rata nilai siswa pada siklus I adalah 57,26 dan
meningkat pada siklus II dengan rata-rata nilai siswa adalah 67,95.
5.2 Saran
Adapun saran-saran yang dapat diajukan dari penelitian ini adalah :
1. Kepada guru khususnya guru matematika disarankan memperhatikan
kemampuan siswa dalam memecahkan masalah dan melibatkan peran aktif
siswa dalam pembelajaran dan menerapkan

model pembelajaran

kooperatif tipe think-pair-share sebagai salah satu alternatif.
2. Kepada siswa agar lebih aktif dalam proses pembelajaran, lebih berani
dalam bertanya dan menyampaikan pendapat atau ide-ide terutama dalam
berdiskusi.
3. Kepada peneliti lanjutan agar hasil dan perangkat penelitian ini dapat
dipertimbangkan untuk menerapkan model pembelajaran kooperatif tipe
think-pair-share pada materi persamaan kuadrat ataupun materi lain yang
dapat dikembangkan untuk penelitian selanjutnya.

80

DAFTAR PUSTAKA

Abdurrahman, Mulyono. 2009.

Pendidikan Bagi Anak Berkesulitan Belajar.

Jakarta: Rineka Cipta.
Amustofa.

2009.

Strategi

Pemecahan

Masalah

Dalam

Matematika.

(http://amustofa70.wordpress.com) (diakses 19 Maret 2013).
Ansari, Bansu I. 2009. Komunikasi Matematik. Banda Aceh: Pena.
Arifin, Zainal. 2009. Evaluasi Pembelajaran. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.
Arikunto, Suharsimi. 2010. Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan. Jakarta: Bumi
Aksara.
Arniati dan Dewi, A.Y.. 2010. Kemampuan Pemecahan Masalah Matematika.
Tesis SPS UNP (http://rian.hilman.web.id/?p=52) (diakses 5 November
2013).
Elfanany, Burhan. 2013. Penelitian Tindakan Kelas. Yogyakarta: Araska.
Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Negeri Medan.
2010. Pedoman Penulisan Proposal dan Skripsi Mahasiswa Program
Studi Pendidikan FMIPA UNIMED.Medan: FMIPA Unimed.
Firdaus.

2009.

Kemampuan

Pemecahan

Masalah

Matematika

(http://madfirdaus.wordpress.com/2009/11/23/kemampuan-pemecahanmasalah-matematika/) (diakses 19 Maret 2013).
Forum, Mathematics. 2009. Mathematics For Senior High School Year X. Jakarta:
Yudhistira.
Gulo, W. 2011. Strategi Belajar-Mengajar. Jakarta: Grasindo.
Hamalik, O.. 2005. Proses Belajar Mengajar. Jakarta: Bumi Aksara.
Isjoni, H. 2009. Pembelajaran Kooperatif. Jakarta: Pustaka Pelajar.

81

Millis, B.J. dan Cottel, P.G. (http://wcer.wisc.edu/archieve/C11/CL/) (diakses 5
November 2013)
Nasution. 2009. Kurikulum dan Pengajaran. Jakarta: Bumi Aksara.
Natawijaya, Rochman. (http://id.shwoong.com/social-sciences) (diakses 25 April
2013).
Purwanto, M. Ngalim. 2010. Psikologi Pendidikan. Jakarta: Remaja Rosdakarya.
Sardiman, A.M.. 2010. Interaksi dan Motivasi Belajar Belajar Mengajar. Jakarta:
Rajawali Pers.
Sihombing,

Polmas.

2012.

(http://www.peduli-matematika.org/page.php?5)

(diakses 5 November 2013)
Trianto. 2009. Mendesain Model Pembelajaran Inovatif - Progresif. Jakarta:
Kencana.
Uno, Hamzah, B. 2007. Model Pembelajaran, Gorontalo: Bumi Aksara.
Wardhani, S. 2004. Pengaruh Pembelajaran Matematika dengan Pendekatan
Diskursus terhadap Peningkatan Kemampuan Berpikir Kritis Siswa dalam
Matematika. Bandung: FMIPA UPI.
Widianti,

Lilis.

2009.

Problem

Solving

dalam

Matematika,

http://newspaper.pikiran-rakyat.com (diakses tanggal 19 Maret 2013).
Wirodikromo, Sartono. 2008. Matematika Untuk SMA Kelas X Semester 1.
Jakarta: Erlangga.
Yusfy.

(http://id.shvoong.com/social-sciences/education/2241185-pengertianaktivitas-belajar/) (diakses 25 April 2013).

Dokumen yang terkait

Perbedaan hasil belajar biologi antara siswa yang menggunakan pembelajaran kooperatif teknik think pair share dan teknik think pair squre

0 4 174

Upaya meningkatkan hasil belajar IPS melalui pendekatan pembelajaran kooperatif model think, pair and share siswa kelas IV MI Jam’iyatul Muta’allimin Teluknaga- Tangerang

1 8 113

PENGGUNAAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE THINK PAIR SHARE DENGAN MUSIK SEBAGAI PENGIRING UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH MATEMATIKA

0 3 38

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE THINK-PAIR-SHARE UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH MATEMATIKA SISWA PADA MATERI SEGIEMPAT DI KELAS VII SMP SWASTA RAKYAT PANCUR BATU T.A 2014/2015.

0 4 22

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE THINK - PAIR - SHARE (TPS) UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH SISWA DI KELAS VII SMP PAB 10 MEDAN ESTATE.

0 5 23

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE THINK-PAIR-SHARE (TPS) UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH SISWA KELAS VII SMP SWASTA ANGKASA MEDAN.

0 5 25

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE THINK PAIR-SHARE (TPS) UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH PADA MATERI SPLDV DI KELAS VIII SMP SWASTA AL HIDAYAH MEDAN.

0 16 25

PENERAPAN PENDEKATAN PEMBELAJARAN MATEMATIKA REALISTIK UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH MATEMATIKA SISWA DI KELAS VIII SMP SWASTA KATOLIK BUDI MURNI-2 MEDAN.

0 3 22

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE THINK PAIR SHARE (TPS) UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH MATEMATIKA SISWA PADA MATERI SPLDV DI KELAS VIII SMP SWASTA BANDUNG TEMBUNG.

0 10 20

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE THINK PAIR SHARE (TPS) UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH MATEMATIKA SISWA

0 0 9