FUNGSI MAKANAN DALAM UPACARA ADAT ISTIADAT BATAK ANGKOLA DI KECAMATAN HULU SIHAPAS KABUPATEN PADANG LAWAS UTARA.

(1)

FUNGSI MAKANAN DALAM UPACARA ADAT ISTIADAT

BATAK ANGKOLA DI KECAMATAN HULU SIHAPAS

KABUPATEN PADANG LAWAS UTARA

TESIS

Diajukan Guna Memenuhi Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar Magister Sains

Program Studi Antropologi Sosial

Oleh :

RINI HANDAYANI SIREGAR 8116152006

PROGRAM PASCASARJANA

UNIVERSITAS NEGERI MEDAN


(2)

ABSTRAK

RINI HANDAYANI SIREGAR. Fungsi Makanan Dalam Upacara Adat Istiadat Batak Angkola di Kecamatan Hulu Sihapas Kabupaten Padang Lawas Utara.Program Pascasarjana Universitas Negeri Medan, 2015.

Penelitian ini bertujuan mengidentifikasi dan mengklasifikasikan jenis-jenis makanan yang disajikan dalam setiap upacara adat Padang Bolak Batak Angkola, menginterpretasikan fungsi dari makanan tersebut dan mengkaji perubahan sosial yang terjadi terkait dengan fungsi makanan yang disajikan pada acara adat Padang Bolak Batak Angkola. Metode yang digunakan adalah metode penelitian Deskriptif Kualitatif dengan tekhnik pengumpulan data observasi dan wawancara, kemudian data-data yang telah terhimpun ditabulasi,dikategorisasi,dan dianalisis secara kualitatif dengan pendekatan deskriptif.Setelah dianalisis maka diperoleh hasil penelitian berupa prosesi adat istiadat Padang Bolak terdiri dari acara adat kelahiran, acara adat perkawinan, dan acara adat kematian. Pada acara adat kelahiran, makanan yang disajikan adalah rendang daging, dan makanan pangupa. Pada acara adat perkawinan makanan yang disajikan terdiri dari itak poul-poul dan santan, gule ikan mas, gule ikan sale, sasagun, indahan sipulut, anyang babiat, rendang daging, sup tulang, gule kari, gule sibodak, gule manuk, sambal pati, dan cuka. Sedangkan pada acara adat kematian makanan yang disajikan adalah rendang daging dan sambal pati. Fungsi makanan tradisional yang disajikan pada prosesi adat Padang Bolak berupa ungkapan rasa syukur, memberikan nasihat, mempererat ikatan kekeluargaan, dan ucapan terimakasih. Perubahan sosial yang terjadi terlihat dari penyajian makanan pada prosesi adat perkawinan dimana sebagian masyarakat etnis Padang Bolak menghilangkan sajian anyang babiat dan cuka karena dianggap bertentangan dengan ajaran agama.


(3)

ABSTRACT

RINI HANDAYANI SIREGAR

.

Function of Traditional Food in Batak Angkola’s Cultural Ceremony in sub district Hulu Sihapas district Padang Lawas Utara. Program Study Antropologi Sosial Pascasarjana Universitas Negeri Medan.2015

This study aims to identify and classify the types of food served in every Cultural Ceremony in Padang Bolak Batak Angkola, to interpret the function of these foods and assess social changes that occur relating to the functioning of the food served at the Padang Bolak Batak Angkola’s Cultural Ceremony. The method used is descriptive qualitative research with techniques of observation and interview data collection, then the data that has been collected tabulated, categorized and analyzed qualitatively with descriptive approach. After analyzed the obtained results of research that Padang Bolak procession consisted of birth custom event, marriage custom events and custom event of death. At the birth custom event, the food served is rendang, and pangupa. At the traditional wedding food being served consisting of itak poul-poul and santan,gule ikan mas, gule ikan sale, sasagun, indahan sipulut, anyang babiat, rendang, sup tulang, gule kari, gule sibodak, gule manuk, sambal pati, and cuka. While the custom event of death the food served is rendang and sambal pati. The function of traditional food which served on traditional procession in Padang Bolak are expression of gratitude, to give advice, to strengthen family ties, and gratitude. Social change seen from the presentation of the food at traditional wedding procession in which the majority ethnic Padang Bolak eliminate anyang babiat and cuka because it was considered contrary to religious teachings.


(4)

KATA PENGANTAR

Segala puji bagi Allah SWT yang telah memberikan rahmat, karunia dan nikmat

yang tiada ternilai hingga tesis ini dapat diselesaikan.Penulis menyadari bahwa banyak pihak

yang telah membantu proses penyelesaian tesis ini. Untuk itu dalam kesempatan ini Penulis

menghaturkan terima kasih yang sebesar- besarnya kepada :

1. Bapak Prof. Dr. Ibnu Hajar Damanik, M.Si, Selaku Rektor Universitas Negeri Medan.

2. Bapak Prof. Dr. H. Abdul Muin Sibuea, M.Pd, selaku Direktur Pascasarjana Universitas

Negeri Medan.

3. Bapak Dr. Phil. Ichwan Azhari, M.S, selaku Ketua Program Studi Antropologi Sosial

dan sekaligus pembimbing I yang telah memberikan bimbingan dari sejak awal

penulisan hingga selesainya penulisan tesis ini.

4. Bapak Deny Setiawan, M.Hum, selaku pembimbing II yang telah banyak memberikan

arahan dan masukan dalam penulisan tesis ini.

5. Bapak Dr.Hidayat,M.Si, selaku Sekretaris Program Studi Antropologi dan Sekaligus

penguji tesis ,yang telah banyak memberikan masukan, kesempatan, dan petunjuk

kepada penulis.

6. Bapak Prof.Dr.Robert Sibarani, M.Si dan Bapak Dr. Fikarwin Zuska, M.Ant selaku

narasumber dan dosen penguji atas arahan, masukan,dan perluasan wawasan yang

diberikan dalam menyempurnakan penulisan tesis ini.

7. Bapak dan Ibu dosen yang telah memberikan ilmu kepada penulis selama penulis

menempuh pendidikan di Program Studi Antropologi Sosial Program Pascasarjana


(5)

8. Mama Hj Siti Maryam Harahap dan Papa H Muhammad Amin Siregar yang telah

mendidik, membekali dan mendukung dengan sepenuh hati, mulai dari lahir hingga saat

ini, tanpa mereka penulis tidak akan seperti saat ini.

9. Suami tercinta dr.Fadly Afif Rambe yang senantiasa mendampingi dan menemani

penulis dalam suka dan duka, dan selalu mendukung penyelesaian tesis ini.

10. Putriku Asyila Ramadhani Rambe yang selalu menjadi energy dan penyemangat dalam

menjalani kehidupan.

11. Adikku Mhd Arfan Siregar serta seluruh keluarga besar yang telah memberikan

dukungan dan bantuan selama penulis menjalani studi ini.

12. Teman-teman mahasiswa Program Studi Antropologi Sosial Pascasarjana Universitas

Negeri Medan.

13. Semua pihak yang telah memberikan semangat, motivasi dan bantuan yang tidak bisa

penulis sebutkan satu persatu.

Semoga bantuan, kesempatan, dukungan yang telah diberikan oleh semua pihak

kepada penulis, akan mendapat balasan yang berlimpah dari Allah SWT.

Penulis menyadari sekali penulisan tesis ini masih jauh dari sempurna. Karena itu,

kiranya pembaca dapat memberikan saran dan kritik yang membangun demi perbaikan

penulisan tesis ini.

Medan, Oktober 2015


(6)

DAFTAR ISI

ABSTRAK ... i

LEMBAR PENGESAHAN ... ii

KATA PENGANTAR ... iii

DAFTAR ISI ... iv

DAFTAR TABEL ... v

DAFTAR GAMBAR ... vi

DAFTAR LAMPIRAN ... vii

BAB I. PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Masalah ... 1

1.2.Identifikasi Masalah ... 5

1.3.Perumusan Masalah ... 5

1.4.Fokus Masalah ... 6

1.5.Tujuan Penelitian ... 7

1.6.Manfaat Penelitian ... 7

BAB II. KAJIAN PUSTAKA 2.1.Makanan dan Kebudayaan Masyarakat ... 9

2.2. Kuliner Tradisional ... 18

2.3. Mitologi Batak dengan Makan dan Minum Bersama ... 19

2.4. Makanan Tradisional Merupakan Kearifan Lokal dan Folklore bukan Lisan ... 24

2.5. Teori Interaksi Simbolik Antropologi ... 28

2.6. Fungsi Makanan Menurut Levi Strauss ... 34

2.7. Perubahan Sosial ... 35

2.8. Kerangka berpikir... 36

BAB III. METODE PENELITIAN 3.1. Jenis Penelitian ... 38

3.2. Lokasi Penelitian ... 39


(7)

3.4. Tehnik Pengumpulan Data ... 39

3.4.1. Observasi ... 39

3.4.2. Wawancara ... 39

3.5. Analisis Data ... 40

BAB IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1. Hasil Penelitian ... 42

4.1.1. Gambaran Umum Masyarakat Padang Bolak Batak Angkola ... 42

4.1.2. Gambaran Umum Desa Aek Godang Kecamatan Hulu Sihapas ... 47

4.2.Identifikasi Makanan Pada Prosesi Adat Perkawinan Padang Bolak Batak Angkola ... 49

4.2.1. Identifikasi Makanan Pada Adat Kelahiran ... 50

4.2.2. Identifikasi Makanan Pada Acara Adat Perkawinan ... 54

A. Haroan Boru ( datangnya pihak pengantin perempuan ) ... 54

B. Prosesi Resepsi Adat di Keluarga Pengantin Laki-Laki ... 64

4.2.3 Identifikasi Makanan Pada Adat Kematian ... 87

4.3. Klasifikasi Makanan Pada Prosesi Adat Padang Bolak Batak Angkola ... 89

4.3.1. Makanan Pada Prosesi Adat Kelahiran ... 89

A. Rendang Daging ... 89

B. Makanan Pangupa ... 90

4.3.2. Makanan Pada Prosesi Adat Perkawinan ... 91

A. Haroan Boru ... 91


(8)

4.3.3. Makanan Pada Prosesi Adat Kematian ... 120

A. Rendang Daging ... 120

B. Sambal Pati ... 121

4.4. Fungsi Makanan pada Prosesi Adat Padang Bolak Batak Angkola ... 122

4.5. Makanan yang Khas dari Padang Bolak ... 131

4.6. Makanan Tradisional merupakan Kearifan Lokal dan Folklore bukan Lisan... 131

4.7. Makanan Tradisional dalam Perspektif teori simbolik ... 134

4.8. Perubahan Sosial Terkait Fungsi Makanan pada Acara Adat Padang Bolak ... 136

4.9. Makanan tradisional sebagai bentuk tradisi kuliner ... 140

4.9.1. Pelestarian Budaya ... 140

4.9.2. Pergeseran budaya ... 146

BAB V. KEESIMPULAN DAN SARAN 5.1. Kesimpulan ... 148

5.2. Saran ... 149


(9)

DAFTAR TABEL

HALAMAN

Tabel 1. Jumlah Penduduk di Kecamatan Hulu Sihapas ... 49

Tabel 2. Jenis dan Fungsi Makanan Pada Prosesi Adat Padang Bolak


(10)

DAFTAR GAMBAR

Halaman

Gambar 1. Skema Kerangka Berpikir ... 37

Gambar 2. Acara Martahi ... 67

Gambar 3. Acara Martahi ... 68

Gambar 4. Hewan ternak yang akan disembelih ... 71

Gambar 5. Anakboru mempersembahkan daun sirih ... 77

Gambar 6. Acara membuka penutup makanan pangupa ... 78

Gambar 7. Pengantin disuapi makanan pangupa ... 78

Gambar 8. Pengantin duduk di Nacar ... 82

Gambar 9. Harajaon mengumumkan gelar adat pengantin ... 82

Gambar 10. Pengantin turun dari Nacar ... 83

Gambar 11. Acara manortor ... 85

Gambar 12. Kedua pengantin manortor ... 86

Gambar 13. Pengantin perempuan ketika akan manortor ... 86

Gambar 14. Rendang Daging ... 90

Gambar 15. Makanan Pangupa ... 91

Gambar 16. Itak poul-poul ... 92


(11)

Gambar 18. Gule ikan sale ... 97

Gambar 19. Sasagon ... 100

Gambar 20. Indahan sipulut ... 102

Gambar 21. Anyang babiat ... 105

Gambar 22. Rendang daging ... 107

Gambar 23. Gule kari dan indahan tukkus ... 111

Gambar 24. Sayur sibodak ... 113

Gambar 25. Gule manuk ... 115

Gambar 26. Sambal pati ... 117

Gambar 27. Cuka ... 118

Gambar 28. Makanan pangupa ... 120

Gambar 29. Rendang daging ... 121


(12)

BAB I

PENDAHULUAN

1.1.Latar Belakang Masalah

Kebutuhan manusia yang paling mendasar adalah kebutuhan untuk makan.

Dalam upayanya untuk mempertahankan hidup, manusia memerlukan makan.

Makanan adalah sesuatu yang sangat esensial bagi kelangsungan hidup manusia.

Pada makanan tertentu bukan hanya sekedar pemenuhan kebutuhan biologis,

namun juga digunakan untuk kepentingan sosial seperti agama, adat istiadat dan

lain sebagainya.

Batak Angkola merupakan salah satu Etnis Batak yang ada di Sumatera

Utara, etnis Batak Angkola berada di kabupaten Tapanuli Selatan, yang mana

kabupaten ini sebelumnya terdiri dari beberapa daerah kecamatan yang saat ini

sudah menjadi kabupaten pemekaran, yakni: (1).Kabupaten Mandailing Natal

berbatasan dengan Propinsi Sumatera Barat. Pada kabupaten ini mayoritas

masyarakatnya adalah Etnis Mandailing dan hampir sama dengan Etnis Batak

Angkola; (2).Kabupaten Padang Lawas; (3).Padang Lawas Utara; (4).Kabupaten

Tapanuli Selatan. Ketiga kabupaten yang disebutkan terakhir, mayoritas

masyarakatnya Etnis Batak Angkola.

Dalam setiap kegiatan acara adat istiadat suatu etnis ataupun budaya pasti

tidak terlepas dari konsep makanan atau kuliner. Istilah kuliner dan makanan

rakyat ini merupakan folklore material bukan lisan yang terdiri dari konsep

makanan, bahan makanan, cara memperoleh makanan, cara mengolah makanan,


(13)

makanan adat atau bukan makanan sangat ditentukan oleh kebudayaan kolektif

masyarakat, artinya bersifat relatif. Proses makanan itu sendiri sebenarnya

merupakan perilaku dari masyarakat, dan disinilah konsep Antropologinya,

sebagai salah satu contoh, di Indonesia yang mayoritas penduduknya beragama

Islam, sapi, lembu, kerbau merupakan makanan yang wajib disajikan pada Hari

Raya Qurban, karena pada hari itu adalah hari menyembelih hewan-hewan

tersebut. Sementara di India hewan-hewan tersebut haram dimakan karena

merupakan perintah dari kitab suci umat Hindu di India.

Setiap masyarakat tentunya memiliki kebiasaan atau adat istiadat yang

khas yang selalu dilakukan, dikerjakan, serta dipelihara secara turun temurun dari

satu generasi ke generasi berikutnya. Dalam proses transmisi kebudayaan maka

adat istiadat tersebut dipelihara oleh masyarakatnya karena dianggap memiliki

makna dan nilai yang luhur dan tentunya setiap nilai-nilai budaya tradisional atau

lokal memiliki nilai fungsional bagi masyarakatnya hingga saat ini. Pada adat

istiadat Padang Bolak Batak Angkola memiliki suatu kebiasaan atau tradisi yang

berkenaan dengan konsep makanan.

Makanan itu sendiri bukan hanya untuk nutrisi dan pemenuhan gizi

sehingga dapat bertahan hidup, tetapi juga terdapat makna tersirat dalam

penggunaan makanan yang menjadi simbol dalam upacara-upacara adat batak

angkola, seperti upacara adat pernikahan, kelahiran, ataupun kematian. Dari setiap

upacara-upacara adat tersebut terdapat makanan-makanan yang mengandung

simbol-simbol adat.

Makanan adalah salah satu jenis folklore yang merupakan bentuk


(14)

mengklasifikasikan, menginterpretasikan makna atau nilai makanan dalam

upacara adat istiadat Padang Bolak Batak Angkola Sumatera Utara. Ada beberapa

rangkaian kegiatan sebelum upacara adat dilaksanakan, pada saat upacara adat

perkawinan dilaksanakan, hingga upacara adat selesai dilaksanakan. Penulis ingin

memaparkan berbagai jenis makanan beserta fungsinya pada berbagai kegiatan

atau prosesi adat istiadat Padang Bolak Batak Angkola.

Melihat bagaimana masyarakat etnis Padang Bolak Batak Angkola

memperoleh makanan terkait dengan sosial ekonomi masyarakat, letak geografis

dan kondisi alam masyarakat Padang Bolak, serta penulis ingin mengkaji

bagaimana kebudayaan Padang Bolak melalui konsep makanan.

Sebagaimana telah dikemukakan sebelumnya bahwa makanan dalam

setiap masyarakat ataupun suku bangsa, tidak hanya mempunyai arti sebagai

objek yang hanya digunakan untuk memenuhi kebutuhan nutrisi tetapi lebih luas

dari itu yaitu bahwa makanan juga mempunyai makna, simbol, maupun nilai-nilai

sosial bagi masyarakat pendukungnya. Makanan merupakan aspek kuliner yang

menginterpretasikan suatu simbol yang berkaitan dengan kebudayaan, karena

kuliner tumbuh dan berkembang seiring dengan kebudayaan masyarakat itu

sendiri.

Makanan dalam pandangan Antropolog memiliki makna yang lebih luas,

karena makanan adalah merupakan kebutuhan biologis setiap individu dan proses

makan merupakan perilaku individu dan masyarakat. Secara Antropologi

makanan memiliki makna yang berhubungan dengan kepercayaan, status, prestise,

kesetiakawanan, dan ketentraman. Didalam kehidupan komunitas manusia yang


(15)

secara turun temurun. Makna tersebut menyebabkan makanan memiliki banyak

peranan dalam kehidupan sehari-hari. Makna ini selaras dengan nilai hidup, nilai

karya, nilai ruang dan waktu, nilai relasi dengan alam sekitar, serta nilai relasi

dengan sesama.

Dalam sudut pandang Antropologi, folklore makanan merupakan

fenomena kebudayaan, oleh karena itu makanan bukan sebagai produksi

organisme dengan kualitas-kualitas biokimia yang dikonsumsi oleh manusia,

makanan merupakan bagian dari upaya mempertahankan hidup yang ditentukan

oleh kebudayaan masing-masing kolektif (Danandjaja:1991). Jika dikaji dari cara

memprolehnya, makanan akan dikaitkan dengan kondisi alam dan letak geografis

masyarakat etnik setempat. Tentunya akan bersifat relatif. Dalam kenyataan

sehari-hari, makanan adalah yang tumbuh di sawah, ladang, kebun, laut, yang

dipelihara dihalaman, padang rumput, daerah pertanian dan peternakan, yang

dibeli diwarung, pasar, dan restoran.

Para Antropolog mengambarkan bahwa, kelompok-kelompok etnis dalam

hubungannya dengan praktek-praktek dan kepercayaan tentang makanan sangat

berbeda-beda. Misalnya, terdapat variasi-variasi yang luas diseluruh dunia tentang

apa yang dianggap sebagai bahan makanan, dan apa yang bukan makanan. Bahan

makanan tertentu dimakan dalam satu komunitas masyarakat atau kelompok,

tetapi dilarang keras oleh masyarakat atau kelompok lain. Marston Bates

menyatakan bahwa tidak ada satu pun manusia dalam masyarakat yang

berhubungan dengan makanan yang ada di lingkungannya, secara rasional yaitu

memakan makanan sesuai dengan apa yang tersedia, yang bisa dimakan, dan nilai


(16)

kerbau atau sapi dan babi merupakan salah satu makanan adat Batak. Babi untuk

sebagian masyarakat Batak yang beragama islam haram hukumnya untuk

dimakan.

Kemudian daging sapi haram dimakan masyarakat agama Hindu.

Kelelawar sejenis hewan biasa dikonsumsi oleh masyarakat prasejarah, namun

saat ini kelelawar bukan lagi makanan yang biasa di konsumsi masyarakat

Nusantara walaupun masih ada beberapa daerah yang mengkonsumsi jenis hewan

ini. Alasan mengkonsumsinya beragam, ada yang mengkonsumsi sebagai lauk

pauk, ada juga sebagai obat. Umumnya masyarakat di Nusantara yang menganut

agama menghindari konsumsi daging kelelawar karena dilarang oleh ajaran agama

(Nenggih Susilowati:101).

1.2. Identifikasi Masalah

Penelitian ini mengkaji tentang tinjauan Antropologi terhadap fungsi

makanan dalam serangkaian kegiatan atau upacara adat Padang Bolak etnis Batak

Angkola, kemudian makanan-makanan tersebut dikaitkan dengan kehidupan

sosial ekonomi masyarakat, kondisi alam dan letak geografis masyarakat Padang

Bolak. Penulis juga ingin melihat perubahan sosial yang terjadi dari beberapa

jenis makanan adat tersebut.

1.3. Perumusan Masalah

Untuk mengarahkan penelitian dan memperlancar data dan fakta ke dalam

bentuk penulisan ilmiah, maka perlu perumusan masalah dengan jelas, sehingga

dapat dipergunakan sebagi bahan kajian dan pedoman arah penelitian. Rumusan


(17)

Rumusan masalah mencerminkan masalah pokok penelitian (Sudarman Danim,

2009:90).

Dari latar belakang masalah diatas dapat dirumuskan beberapa

permasalahan. Kajian antropologi makanan dalam upacara adat Padang Bolak

Batak Angkola adalah :

1. Jenis makanan apa sajakah yang disajikan dalam setiap upacara adat

masyarakat Padang Bolak Batak Angkola?

2. Apa sajakah fungsi yang terkandung dalam makanan yang disajikan dalam

upacara adat Padang Bolak Batak Angkola?

3. Bagaimanakah perubahan sosial yang terjadi terkait dengan fungsi

makanan acara adat Padang Bolak Batak Angkola?

1.4. Fokus Permasalahan

Dalam suatu penelitian dianjurkan adanya pembatasan masalah, hal ini

diperlukan untuk menjadi fokus, dengan tujuan untuk peneliti tidak keluar dari

permasalahan yang diteliti. Peneliti perlu membuat suatu pembatasan masalah

(fokus) dimana dengan begitu dapan mempermudah dalam memfokuskan

permasalahan sehingga memperoleh hasil yang sempurna. Maka fokus

permasalahan dalam penelitian ini adalah :

1. Indentifikasi dan klasifikasi jenis-jenis makanan yang disajikan dalam

setiap upacara adat Padang Bolak Batak Angkola.

2. Interpretasi fungsi dari makanan yang disajikan dalam upacara adat


(18)

3. Perubahan sosial yang terjadi terkait dengan fungsi makanan yang

disajikan pada upacara adat Padang Bolak Batak Angkola.

1.5. Tujuan Penelitian

1. Mengidentifikasi dan Mengklasifikasi jenis-jenis makanan yang disajikan

dalam setiap upacara adat Padang Bolak Batak Angkola.

2. Meginterpretasi fungsi dari makanan yang disajikan dalam upacara adat

Padang Bolak Batak Angkola.

3. Mengkaji Perubahan Sosial yang terjadi terkait dengan fungsi makanan

yang disajikan pada acara adat Padang Bolak Batak Angkola.

1.6. Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberi manfaat secara teoritis dan

praktis seperti dibawah ini :

1. Secara teoritis diharapkan penelitian ini dapat memberikan nilai-nilai

edukatif tentang budaya tradisional yang merupakan dasar dari

pendidikan berkarakter.

2. Penelitian dapat memberikan pengertian kepada masyarakat agar

dapat melestarikan kebudayaan lokal yaitu melalui generasi muda

yaitu dengan memberikan penjelasan tentang fungsi makanan yang ada


(19)

3. Secara praktis penelitian ini di harapkan agar masyarakat Batak

Angkola dapat mengenalkan kepada masyarakat luas dengan mengolah

dan menjadikan makanan-makanan tradisional tersebut bernilai

ekonomis yang baik tanpa harus merubah ataupun merusak citra

masakan lokal yang ada.

4. Penelitian ini diharapkan memberikan informasi kepada kalangan

akademik dan umum sehingga dapat menjadi sumber acuan bagi


(20)

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1. Kesimpulan

Kesimpulan yang dipaparkan pada penelitian ini merupakan jawaban dari

permasalahan, jawaban dianalisis dari uraian dari bab-bab yang telah

dikemukakan terlebih dahulu.

Adapun kesimpulan tersebut adalah sebagai berikut :

1. Klasifikasi makanan pada prosesi Adat Padang Bolak

a. Makanan pada prosesi adat kelahiran yaitu makanan pangupa dan

rendang daging kambing.

b. Makanan pada prosesi adat perkawinan yaitu itak poul-poul santan,gule

ikan mas,gule ikan sale, sasagun, indahan sipulut, anyang babiat,

rendang daging, sup tulang, gule kari, gule sibodak, gule manuk,

sambal pati, makanan pangupa,dan cuka.

c. Makanan pada prosesi adat kematian yaitu rendang daging dan sambal

pati.

2. Fungsi makanan tradisional yang disajikan pada prosesi adat Padang

Bolak berupa ungkapan rasa syukur, memberikan nasihat, mempererat

ikatan kekeluargaan, dan ucapan terimakasih.

3. Masyarakat Batak Padang Bolak Kecamatan Hulu Sihapas masih terikat

dengan norma adat dan norma agama. Secara umum masyarakat Batak

Padang Bolak Kecamatan Hulu Sihapas lebih mentaati norma adat


(21)

setiap prosesi adat istiadat, dalam hal makanan misalnya, pada saat acara

adat ada beberapa makanan atau minuman yang sebenarnya dilarang

agama namun karena norma adat lebih kuat, maka tidak terlalu

dipermasalahkan selama itu sudah ketentuan adat. Namun keadaan ini

lambat laun mulai terjadi perubahan dimana norma agama hampir sama

pentingnya dengan norma adat. Hal ini dapat dilihat dari banyaknya acara

adat yang sudah tidak menyajikan makanan anyang babiat dan minuman

cuka karena dianggap bertentangan dengan agama.

5.2. Saran

Dalam penelitian tentang makanan yang digunakan dalam proses adat istiadat di

kecamatan hulu sihapasini peneliti memiliki saran berdasarkan data yang

diperoleh. Kemudian data yang diperoleh data yang sesuai dengan yang

dibutuhkan, maka peneliti mencoba untuk memberikan saran yang

mudah-mudahan dapat berguna sebagai buah pemikiran agar kebudayaan yang telah

diwariskan nenek moyang dapat dilestarikan sebagai identitas suatu etnis. Maka

peneliti memberikan beberapa saran yaitu:

1. Kebudayaan merupakan warisan dari nenek moyang yang harus dilestarikan.

Oleh karena itu, sebagai pewaris kebudayaan seharusnya setiap individu

mempertahankan dan melestarikan kebudayan yang kita miliki.

2. pemanfaatan tumbuhan yang tumbuh di lingkungan sekitar dalam tradisi

kuliner masakan tradisional harus diajarkan kepada generasi seterusnya

terutama perempuan. Agar pengetahuan yang telah diwariskan dapat


(22)

3. Masakan khas khususnya tradisi kuliner mandailing seharusnya semakin

diperkenalkan kepada generasi muda, agar mereka mengetahui dan lebih

menghargai kebudayan yang dimiliki. Dengan demikian generasi penerus

dapat menganggap kebudayaan tersebut penting untuk dilestarikan.

4. Perempuan seharusnya pandai memasak, karena perempuan yang pandai

memasak mempunyai nilai lebih di mata lelaki. Karena dapat menyajikan

makanan yang khas dalam kehidupan sehari-hari sehingga dapat melestarikan


(23)

DAFTAR PUSTAKA

Daeng, Hans J. 2000, Manusia, Kebudayaan dan Lingkungan Tinjauan

Antropolgis, Yogyakarta : Pustaka Pelajar

Danandjaja, James. 1991. Folklore Indonesia, Jakarta : Grafiti

Davis, Kingsley,1960.Human Sosiety.The Mac Millan Company : Newyork

Effendi, Samsoeri, 1993. Ensiklopedia Tumbuh-tumbuhan: Karya Anda.

Eneng Nurcahyati, 2010, Kuliner Banten. Badan Ketahanan Pangan Provinsi Banten.

Geertz Clifford,1981.Abangan, Santri, Priyayi Dalam Masyarakat Jawa.Jakarta : Pustaka Jaya

____________,1981.The Religion of Java. Los Angeles : University of Chicago Press

George, Susan. (terj.Sandria Komalasari). 2007. Pangandari Penindasan Sampai ke Ketahanan Pangan. Yogyakarta : Insist

Foster,George M dan Anderson.1998. Antropologi Kesehatan, Jakarta : UI Press. Firth, R. 1973, Symbol; Public and Private.Ithacha : Cornell University Press. Harahap Baginda, 1977.Adat Istiadat Tapanuli Selatan, Padang Sidimpuan:

Pustaka Timur.

Harahap Daniel T.A, Nara Sumber Pada Serial Diskusi Injil & Adat “Marsipanganon”. Jakarta : 15 November 2007.

Harahap H.M. Rusli (Sultan Hamonangan/Tokoh Adat Batak) 2012. Mythologi

Batak, Jakarta : Artikel tanpa Penerbit.

Hilman Hadikusuma dalam Tedi Sutardi, 2007, Antropologi: Mengungkap

Keberagaman Budaya, Bandung: PT. Setia Purna Inves.

Ihromi, T.O (ed). 2006. Pokok-Pokok Antropologi Budaya, Jakarta : Yayasan Obor Indonesia.

Kaplan, David.2002. Teori Budaya. Yogyakarta : Pustaka Pelajar


(24)

_____________,1981.Beberapa Pokok Antropologi Sosial, Jakarta : Dian Rakyat

_____________,1982. Masalah-Masalah Pembangunan. Jakarta : LP3ES

_____________,1994. Pengantar Ilmu Antropologi, Jakarta: Rineka Cipta _____________, 1997. Pengantar Ilmu Antropologi, Jakarta : Rineka Cipta. _____________, 2002. Pengantar Ilmu Antropologi, cetakan kedelapan. Jakarta :

Rineka Cipta

______________,2004. Kebudayaan Mentalitas dan Pembangunan, Jakarta :

Gramedia Pustaka Utama.

Maryoto Andreas.2009. JejakPangan, Sejarah, Silang Budaya, dan Masa Depan,

Jakarta : Kompas Media Nusantara.

Moleong, Lexi J. 2006. Metode Penelitian Kualitatif. Bandung : PT. Remaja Rosdakarya.

Mauss, M.I. 1967. The Gift. London : Cohen & West.

Nenggih Soesiliwati, Ery Soedowo, Lucas Partanda Sudoro. 2009. Jejak Pangan

dalam Arkeologi, Medan : Balai Arkeologi Medan.

Pelly Usman, 1994. Menanti Asih Teori-Teori Sosial Budaya, Jakarta : DIKTI

__________,1994. Urbanisasi dan Adaptasi Peranan Misi Budaya Minangkabau

dan Mandailing, Jakarta : LP3ES

Ritzer, George. Teori – Teori Sosiologi Modern, edisi ketujuh, Jakarta: Kencana Prenada Media Group, 2014

Reid Anthony, 1988. Asia Tenggara dalam Kurun Niaga1450-1680. Jakarta: 1992 (terjemah) PT. Yayasan Obor Indonesia.

Siahaan E.K, T. Sitanggang, Maniur Manalu, Ahmad Yunus, M. Yunus Hafid, 1982. Makanan, Wujud, Variasi dan Fungsinya serta Cara Penyajiannya

Daerah Sumatera Utara. Departemen Pendidikan dan Kebudayaan

Sumatera Utara, Direktorat Sejarah dan Nilai Tradisional: Proyek Inventarisasi dan Dokumentasi Kebudayaan Daerah.

Sibarani Robert.2012. Kearifan Lokal, Hakikat, Peran dan Metode Tradisi Lisan, Jakarta : Asosiasi Tradisi Lisan.


(25)

Silalahi, Mustafa.2014.Tiga Penjuru Restoran Khas Batak.Tempo.Edisi Khusus Antropologi (Kuliner Indonesia)

Siregar Rukiyah, Ch. Sutan Tinggi Barani Perkasa Alam, Paruhuman Harahap, 1977, Siulaon Sepanjang Adat, Burangir na Hombang, Medan : Partama Mitra Sari.

Soekanto, Soerjono,1990.Sosiologi Suatu Pengantar, Jakarta : Rajawali Press ________________,1997. Teori Sosiologi Tentang Perubahan Sosial, Jakarta :

Ghalia Indonesia.

Soemarjan, Selo, 1986. Perubahan Sosial, Yogyakarta : YIIS Spradley James.1969. Metode Etnografi, Jakarta : Tiara Wacana .

Spradley James P. 1980. Participant Observation, 1980, New York : Holt Rinehart and Wilson.

Tri Arianto N. Pola Makan Mie Instan, Antropologi http://web.unair.ac.id

Zeitlin, Irving M. 1995. “Memahami Kembali Sosiologi”. Gadjah Mada


(1)

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1. Kesimpulan

Kesimpulan yang dipaparkan pada penelitian ini merupakan jawaban dari permasalahan, jawaban dianalisis dari uraian dari bab-bab yang telah dikemukakan terlebih dahulu.

Adapun kesimpulan tersebut adalah sebagai berikut : 1. Klasifikasi makanan pada prosesi Adat Padang Bolak

a. Makanan pada prosesi adat kelahiran yaitu makanan pangupa dan rendang daging kambing.

b. Makanan pada prosesi adat perkawinan yaitu itak poul-poul santan,gule ikan mas,gule ikan sale, sasagun, indahan sipulut, anyang babiat, rendang daging, sup tulang, gule kari, gule sibodak, gule manuk, sambal pati, makanan pangupa,dan cuka.

c. Makanan pada prosesi adat kematian yaitu rendang daging dan sambal pati.

2. Fungsi makanan tradisional yang disajikan pada prosesi adat Padang Bolak berupa ungkapan rasa syukur, memberikan nasihat, mempererat ikatan kekeluargaan, dan ucapan terimakasih.

3. Masyarakat Batak Padang Bolak Kecamatan Hulu Sihapas masih terikat dengan norma adat dan norma agama. Secara umum masyarakat Batak Padang Bolak Kecamatan Hulu Sihapas lebih mentaati norma adat daripada norma agama. Hal ini dapat dilihat dari kuatnya nilai adat dari


(2)

setiap prosesi adat istiadat, dalam hal makanan misalnya, pada saat acara adat ada beberapa makanan atau minuman yang sebenarnya dilarang agama namun karena norma adat lebih kuat, maka tidak terlalu dipermasalahkan selama itu sudah ketentuan adat. Namun keadaan ini lambat laun mulai terjadi perubahan dimana norma agama hampir sama pentingnya dengan norma adat. Hal ini dapat dilihat dari banyaknya acara adat yang sudah tidak menyajikan makanan anyang babiat dan minuman cuka karena dianggap bertentangan dengan agama.

5.2. Saran

Dalam penelitian tentang makanan yang digunakan dalam proses adat istiadat di kecamatan hulu sihapasini peneliti memiliki saran berdasarkan data yang diperoleh. Kemudian data yang diperoleh data yang sesuai dengan yang dibutuhkan, maka peneliti mencoba untuk memberikan saran yang mudah-mudahan dapat berguna sebagai buah pemikiran agar kebudayaan yang telah diwariskan nenek moyang dapat dilestarikan sebagai identitas suatu etnis. Maka peneliti memberikan beberapa saran yaitu:

1. Kebudayaan merupakan warisan dari nenek moyang yang harus dilestarikan. Oleh karena itu, sebagai pewaris kebudayaan seharusnya setiap individu mempertahankan dan melestarikan kebudayan yang kita miliki.

2. pemanfaatan tumbuhan yang tumbuh di lingkungan sekitar dalam tradisi kuliner masakan tradisional harus diajarkan kepada generasi seterusnya terutama perempuan. Agar pengetahuan yang telah diwariskan dapat dilestarikan dengan sendirinya


(3)

3. Masakan khas khususnya tradisi kuliner mandailing seharusnya semakin diperkenalkan kepada generasi muda, agar mereka mengetahui dan lebih menghargai kebudayan yang dimiliki. Dengan demikian generasi penerus dapat menganggap kebudayaan tersebut penting untuk dilestarikan.

4. Perempuan seharusnya pandai memasak, karena perempuan yang pandai memasak mempunyai nilai lebih di mata lelaki. Karena dapat menyajikan makanan yang khas dalam kehidupan sehari-hari sehingga dapat melestarikan kebudayan dengan sendirinya.


(4)

DAFTAR PUSTAKA

Daeng, Hans J. 2000, Manusia, Kebudayaan dan Lingkungan Tinjauan Antropolgis, Yogyakarta : Pustaka Pelajar

Danandjaja, James. 1991. Folklore Indonesia, Jakarta : Grafiti

Davis, Kingsley,1960.Human Sosiety.The Mac Millan Company : Newyork Effendi, Samsoeri, 1993. Ensiklopedia Tumbuh-tumbuhan: Karya Anda.

Eneng Nurcahyati, 2010, Kuliner Banten. Badan Ketahanan Pangan Provinsi Banten.

Geertz Clifford,1981.Abangan, Santri, Priyayi Dalam Masyarakat Jawa.Jakarta : Pustaka Jaya

____________,1981.The Religion of Java. Los Angeles : University of Chicago Press

George, Susan. (terj.Sandria Komalasari). 2007. Pangandari Penindasan Sampai ke Ketahanan Pangan. Yogyakarta : Insist

Foster,George M dan Anderson.1998. Antropologi Kesehatan, Jakarta : UI Press. Firth, R. 1973, Symbol; Public and Private.Ithacha : Cornell University Press. Harahap Baginda, 1977.Adat Istiadat Tapanuli Selatan, Padang Sidimpuan:

Pustaka Timur.

Harahap Daniel T.A, Nara Sumber Pada Serial Diskusi Injil & Adat “Marsipanganon”. Jakarta : 15 November 2007.

Harahap H.M. Rusli (Sultan Hamonangan/Tokoh Adat Batak) 2012. Mythologi Batak, Jakarta : Artikel tanpa Penerbit.

Hilman Hadikusuma dalam Tedi Sutardi, 2007, Antropologi: Mengungkap

Keberagaman Budaya, Bandung: PT. Setia Purna Inves.

Ihromi, T.O (ed). 2006. Pokok-Pokok Antropologi Budaya, Jakarta : Yayasan Obor Indonesia.

Kaplan, David.2002. Teori Budaya. Yogyakarta : Pustaka Pelajar


(5)

_____________,1981.Beberapa Pokok Antropologi Sosial, Jakarta : Dian Rakyat _____________,1982. Masalah-Masalah Pembangunan. Jakarta : LP3ES

_____________,1994. Pengantar Ilmu Antropologi, Jakarta: Rineka Cipta _____________, 1997. Pengantar Ilmu Antropologi, Jakarta : Rineka Cipta. _____________, 2002. Pengantar Ilmu Antropologi, cetakan kedelapan. Jakarta :

Rineka Cipta

______________,2004. Kebudayaan Mentalitas dan Pembangunan, Jakarta : Gramedia Pustaka Utama.

Maryoto Andreas.2009. Jejak Pangan, Sejarah, Silang Budaya, dan Masa Depan, Jakarta : Kompas Media Nusantara.

Moleong, Lexi J. 2006. Metode Penelitian Kualitatif. Bandung : PT. Remaja Rosdakarya.

Mauss, M.I. 1967. The Gift. London : Cohen & West.

Nenggih Soesiliwati, Ery Soedowo, Lucas Partanda Sudoro. 2009. Jejak Pangan dalam Arkeologi, Medan : Balai Arkeologi Medan.

Pelly Usman, 1994. Menanti Asih Teori-Teori Sosial Budaya, Jakarta : DIKTI __________,1994. Urbanisasi dan Adaptasi Peranan Misi Budaya Minangkabau

dan Mandailing, Jakarta : LP3ES

Ritzer, George. Teori – Teori Sosiologi Modern, edisi ketujuh, Jakarta: Kencana Prenada Media Group, 2014

Reid Anthony, 1988. Asia Tenggara dalam Kurun Niaga1450-1680. Jakarta: 1992 (terjemah) PT. Yayasan Obor Indonesia.

Siahaan E.K, T. Sitanggang, Maniur Manalu, Ahmad Yunus, M. Yunus Hafid, 1982. Makanan, Wujud, Variasi dan Fungsinya serta Cara Penyajiannya Daerah Sumatera Utara. Departemen Pendidikan dan Kebudayaan Sumatera Utara, Direktorat Sejarah dan Nilai Tradisional: Proyek Inventarisasi dan Dokumentasi Kebudayaan Daerah.

Sibarani Robert.2012. Kearifan Lokal, Hakikat, Peran dan Metode Tradisi Lisan, Jakarta : Asosiasi Tradisi Lisan.


(6)

Silalahi, Mustafa.2014.Tiga Penjuru Restoran Khas Batak.Tempo.Edisi Khusus Antropologi (Kuliner Indonesia)

Siregar Rukiyah, Ch. Sutan Tinggi Barani Perkasa Alam, Paruhuman Harahap, 1977, Siulaon Sepanjang Adat, Burangir na Hombang, Medan : Partama Mitra Sari.

Soekanto, Soerjono,1990.Sosiologi Suatu Pengantar, Jakarta : Rajawali Press ________________,1997. Teori Sosiologi Tentang Perubahan Sosial, Jakarta :

Ghalia Indonesia.

Soemarjan, Selo, 1986. Perubahan Sosial, Yogyakarta : YIIS Spradley James.1969. Metode Etnografi, Jakarta : Tiara Wacana .

Spradley James P. 1980. Participant Observation, 1980, New York : Holt Rinehart and Wilson.

Tri Arianto N. Pola Makan Mie Instan, Antropologi http://web.unair.ac.id

Zeitlin, Irving M. 1995. “Memahami Kembali Sosiologi”. Gadjah Mada University Press : Yogyakarta