IMPLEMENTASI MODEL MENGAJAR 'ACTIVE LEARNING' DALAM PENGAJARAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM (PAI) DI SMU ISLAM AL-AZHAR 5 CIREBON : Penelitian Kualitatif terhadap Implementasi Model 'Active Learning' dalam Pengajaran PAI pada Kelas 2 SMU Islam AI-Azhar 5 Cirebo
IMPLEMENTASI MODEL MENGAJAR 'ACTIVE LEARNING'
DALAM PENGAJARAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM (PAI)
DI SMU ISLAM AL-AZHAR 5 CIREBON
Penelitian Kualitatif terhadap Implementasi Model 'Active Learning'
dalam Pengajaran PAI pada Kelas 2 SMU Islam AI-Azhar 5 Cirebon
TESIS
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Persyaratan
Menyelesaikan Program Magister Pendidikan
Dalam Bidang Pengembangan Kurikulum
Oleh:
KOMARUDDIN
NLM: 979725
PROGRAM PASCASARJANA
UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA
2002
LEMBAR PERSETUJUAN
DISETUJUI DAN DISAHKAN OLEH:
Prof. Dr. Hj. Mulyani Sumantri, M.Sc
Pembimbing I
•^0^-^-^
Prof. Dr. H. Ishak Abdulhaq
Pembimbinc; II
PROGRAM PASCA SARJANA
UNIVRRSITAS PENDIDIKAN INDONESIA
DIKETAHUI
KETUA PROGRAM STUDI PENGEMBANGAN KURIKULUM
Prof. Dr. H.R. Ibrahim, MA.
PERNYATAAN
Dengan ini Saya menyatakan bahwa karya tulis yang berjudul "Implementasi
Model Mengajar 'Active Learning' dalam Pengajaran PAI di SMU (Peneltian
Kualitatif terhadap Implementasi Model 'Active Learning' dalam Pengajaran PAI
pada Kelas 2 SMU Islam Al-Azhar 5 Cirebon)" ini beserta seluruh isinya adalah
benar-benar karya saya sendiri, dan saya tidak melakukan penjiplakan atau
pengutipan dengan cara-cara yang tidak sesuai dengan etika yang berlaku dalam
masyarakat keilmuan. Atas pernyataan ini, saya siap menanggung resiko/sanksi
yang dijatuhkan kepada saya apabila kemudian ditemukan adanya pelanggaran
atas etika keilmuan dalam karya saya ini, atau ada klaim terhadap keaslian karya
saya ini.
Cirebon, Oktober 2001
Yang Membuat Pernyataan
Komaruddin
NIM: 979725
DAFTARISI
Hal
KATAPENGANTAR
DAFTAR ISI
i
v
DAFTAR GAMBAR dan TABEL
ABSTRAK
viii
ix
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
1
B. Identifikasi Masalah
9
C. Perumusan dan Pembatasan Masalah
10
D. Tujuan dan Manfaat Penelitian
11
1. Tujuan Penelitian
11
2.
Manfaat Penelitian
11
a.
Manfaat Teoritis
11
b.
Manfaat Praktis
12
E. Definisi Operasional Penelitian
13
F. Paradigma Penelitian
14
BAB II TINJAUAN TEORITIS
A. Model Mengajar 'Active Learning'
B.
15
1. Model-model Mengajar
15
2. Latar Belakang dan Pengertian 'Active Learning'
18
3. Kadar Kebermaknaan 'Active Learning'
20
4. Perencanaan Model Active Learning
22
5. Strategi Implementasi Model 'Active Learning'
24
6. Prinsip-prinsip Implementasi Model 'Active Learning'
27
7. Aplikasi Model Active Learning dalam Pengajaran PAI
28
Kurikulum PAI SMU
31
C. Penilaian Pembelajaran
38
D. Hasil-hasil Penelitian yang Relevan
45
VI
BAB HI METODOLOGI PENELITIAN
A. Pendekatan Penelitian
47
B. Lokasi dan Sumber Data
49
C. Prosedur Pengambilan Sample ( Sampling)
52
D. Teknik-teknik Pengumpulan Data
52
E.
Teknik-teknik Analisis Data
56
1.
ReduksiData
57
2. Display Data
58
3. Penarikan Kesimpulan dan Verifikasi
59
F. Pengujian Keabsahan Temuan Penelitian
59
1. Derajat Kepercayaan
60
2. Derajat Keteralihan
60
3. Derajat Keterandalan
61
4. Derajat Penegasan
61
G. Tahap-tahap Pelaksanaan Penelitian
62
1. Persiapan Penelitian
62
2.
Pelaksanaan Penelitian
62
3.
Member Check dan Analisis Data
63
BAB IV HASIL PENELITIAN
A. Deskripsi Data Penelitian
65
1.
Kondisi Umum SMU Islam Al-Azhar 5 Cirebon
65
2.
Kurikulum PAI SMU Islam Al-Azhar 5 Cirebon
72
B. Hasil Analisis Data
81
1. Perencanaan Pembelajaran Siswa dan Guru
84
2. Aktifitas Siswa dalam Pelaksanaan Pembelajaran
90
3. Pelaksanaan Pembelajaran Siswa dan Guru
98
4. Penilaian Hasil Belajar
C. Pembahasan Hasil Penelitian
103
104
1. Perencanaan Pembelajaran Siswa dan Guru
106
2. Pelaksanaan Pembelajaran
110
3. Penilaian Hasil Belajar
113
D. Rangkuman Temuan Hasil Penelitian
114
1. Perencanaan Pembelajaran PAI Siswa
116
2. Implementasi Pembelajaran PAI Guru dan Siswa
117
3. Penilaian Hasil Belajar
118
vu
BAB V
KESIMPULAN DAN REKOMENDASI
A. Kesimpulan
B.
120
Rekomendasi
122
1. Kepada Guru
123
2. Kepada Kepala Sekolah
124
3. Kepada Instansi Terkait
124
4. Peneliti Lanjutan
125
DAFTAR PUSTAKA
126
Biografi Penulis
129
Lampiran-lampiran
131
1. Struktur Organisasi SMU Islam Al-Azhar 5 Cirebon
2. Pola Integrasi di SMU Islam Al-Azhar 5 Cirebon
3. Instrumen Kinerja Kepala Sekolah SMU Islam Al-Azhar 5 Cirebon
4. Instrumen Kinerja Guru SMU Islam Al-Azhar 5 Cirebon
5. Profil Kader & Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kualitas Tamatan
6. Alur Pemikiran Konseptual Kurikulum Al-Azhar
7. Program Kerja Guru PAI SMU Islam Al-Azhar 5 Cirebon
7.1. Program Tahunan
7.2. Program Caturwulan
7.3. Analisis Materi Pelajaran (AMP)
7.4. Program Satuan Pelajaran (PSP)
8.
Instrumen Penelitian
9.
Dokumen Foto Kegiatan
Vlll
DAFTAR GAMBAR DAN TABEL
Gambar I-l Peta Paradigma Penelitian
14
Tabel II-1 Hubungan Peristiwa-peristiwa Belajar dalam PBM
43
Tabel IV-1 Perbedaan Jumlah Jam Pelajaran SMU Berdasarkan
Kurikulum Depdiknas dengan Kurikulum Al-Azhar
68
Tabel IV-2 Rekapitulasi Lulusan SMU Islam Al-Azhar 5
yang Lulus Masuk Perguruan Tinggi Negeri
70
Tabel IV-3 Rekapitulasi Lulusan SMU Islam Al-Azhar 5
yang Lulus Masuk PTM Melalui Jalur PMDK
70
Tabel IV-4 Tipe-Tipe Keterampilan Model Active Learning
110
Tabel IV-5 Rekapitulasi Hasil-hasil Penelitian
119
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Pendidikan Agama Islam (PAI) adalah usaha sadar untuk menyiapkan
peserta didik dalam meyakini, memahami, menghayati dan mengamalkan ajaran
Agama Islam. Pendidikan Agama Islam ini dilakukan melalui kegiatan-kegiatan
bimbingan, pengajaran dan/atau latihan dengan memperhatikan tuntutan untuk
menghormati agama lain dalam hubungan kerukunan antarumat beragama dalam
masyarakat untuk mewujudkan persatuan nasional. Melalui kegiatan-kegiatan
tersebut, peserta didik diharapkan dapat menjadi manusia muslim yang beriman
dan bertaqwa kepada Allah SWT. serta berakhlak mulia dalam kehidupan pribadi,
bermasyarakat, berbangsa dan bernegara.
Pendidikan Agama Islam pada Sekolah Menengah bertujuan untuk
meningkatkan keyakinan, pemahaman, penghayatan dan pengamalan siswa
tentang Agama Islam untuk mencapai tujuan seperti disebutkan di atas, ditambah
dengan tujuan untuk melanjutkan pendidikan ke jenjang pendidikan yang lebih
tinggi (Depdikbud, 1996: 17). Pendidikan Agama Islam meliputi keselarasan dan
keseimbangan antarhubungan: manusia dengan Allah SWT., manusia dengan
sesama manusia, manusia dengan dirinya, dan manusia dengan makhluk lain dan
lingkungannya.
Ruang lingkup bahan pelajaran pendidikan Agama Islam sebagaimana
dikemukakan dalam GBPP PAI SMU (Depdiknas, 1999) meliputi keimanan,
ibadah, Al-Quran, akhlak, muamalah, syariah, dan tarikh. Penekanan unsur-unsur
Tesis/Komaruddin/979725/S2-PK/PPsUPI/Bandung
pokok bahan pelajaran PAI ini sesuai dengan jenjang sekolah dalam sistem
pendidikan di Indonesia adalah seperti disajikan dalam kutipan di bawah ini:
... Pada tingkat Sekolah Dasar (SD), penekanan diberikan pada empat
unsur pokok, yaitu: keimanan, ibadah, Al Quran, dan akhlak; sedangkan
pada Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama (SLTP) dan Sekolah Menengah
Atas (SMU/K), penekanannya di samping diberikan pada keempat unsur
pokok di atas, juga pada unsur pokok muamalah, dan syariah semakin
dikembangkan. Unsur pokok tarikh diberikan secara serimbanag pada
setiap satuan pendidikan (Depdiknas, 1999).
SMU Al Azhar 5 Cirebon sebagai salah satu sekolah umum swasta Islam
(SUSI) yang berada di bawah pembinaan Departemen Pendidikan Nasional
merupakan lembaga pendidikan umum yang berciri khas Islam serta merupakan
bagian yang tidak terpisahkan dari sistem pendidikan nasional. Penyelenggaraan
pendidikan di lembaga pendidikan ini berada di bawah pembinaan Departemen
Pendidikan Nasional bekerja sama dengan Departemen Agama. Sebagai bagian
yang
tidak
terpisahkan
dari
sistem
pendidikannya mengacu kepada tujuan
pendidikan
nasional,
pendidikan nasional
maka
tujuan
sebagaimana
ditetapkan dalam GBHN dan UU No. 2/1989 tentang Sistem Pendidikan Nasional.
Salah satu aspek yang membedakan pendidikan di lembaga ini dengan dengan
pendidikan di SMU yang hanya dibina oleh Depdiknas terutama terletak pada
tujuan kelembagaan (institusional) yang memberi penekanan lebih besar pada
muatan PAI. Penekanan ini sebenarnya merupakan wujud dari ciri khas lembaga-
lembaga pendidikan Islam. Dengan mencermati UU No. 2/1989 tentang Sistem
Pendidikan Nasional, PP No. 29/1990, SK Mendikbud No. 4/1989/1992 dan SK
Menteri Agama No. 373/2993, maka dapat dipahami bahwa lebih banyak
persamaan dibandingkan dengan perbedaan antara SMU di bawah pembinaan
Tesis/Komaruddin/979725/S2-PK/PPsUPI/Bandung
Depdiknas dengan SMU di bawah pembinaan Departemen Agama. Sehubungan
dengan hal itu, isu-isu dan tantangan-tantangan yang dihadapi oleh sekolahsekolah umum swasta Islam (SUSI) di bawah pembinaan Depdiknas dalam masa
kini dan masa yang akan datang, baik yang menyangkut aspek pemerataan,
kesempatan, peningkatan mutu, relevansi, serta efisiensi dan efektivitas, secara
umum sama dengan yang dihadapi sekolah-sekolah menengah umum. Sementara
itu, aspek-aspek historis dan latar belakang kedua lembaga tersebut sangat
berbeda.
Jika digunakan pendekatan masukan-proses-keluaran (inputs-processoutputs approach), maka dapat dipahami dengan jelas bahwa sekolah-sekolah
seperti Madrasah dan non-Madrasah sama-sama memghadapi persoalan yang
hampir sama, baik dalam aspek input, proses, maupun output. Achmadi (1996)
mengutip hasil penelitian International Institute for
the Evaluation of
Educational Achievement (IEA) yang berpusat di Paris, bahwa mutu hasil
pendidikan sekolah dipengaruhi oleh 500-600 variabel (atau faktor) yang saling
berbeda dan berinterelasi antara satu dengan yang lainnya. Dalam aspek proses,
pelaksanaan proses belajar-mengajar (PBM) masih dihadapkan pada masalah
mutu yang belum sepenuhnya berorientasi pada pencapaian tujuan. Achmadi
(1996) menyatakan bahwa hal tersebut dapat dicermati dari
kurangnya
pengembangan metode-metode inovatif untuk proses pembelajaran di bawah
bimbingan guru.
Jika dikaitkan dengan keunikan tujuannya dibandingkan dengan SMU,
yakni pembinaan keimanan dan ketaqwaan (imtak), maka muncul permasalahan
Tesis/Komaruddin/979725/S2-PK/PPsUPI/Bandung
dalam implementasi kurikulum dasar-dasar iptek, sejauh mana proses
pembelajaran dapat mencapai sasaran yang diinginkan, terutama imtak. Untuk
menemukan jawaban terhadap persoalan ini, pada dasarnya berkaitan erat dengan
model pembelajaran yang efektif.
Salah satu upaya yang dilakukan pemerintah untuk mengatasi persoalan
implementasi kurikulum di sekolah-sekolah yang berciri khas Islam adalah
diadakannya Proyek Peningkatan Mutu Pendidikan (PPMP). Proyek ini dilakukan
melalui kerja sama dengan Bank Pembangunan Asia (ADB) sejak April 1997
sampai Maret 2002 berdasarkan 'Memorandum of Understanding' (MoU) kedua
pihak yang ditandatangani pada tanggal 4 Oktober 1996. Salah satu tujuannya
adalah untuk pengembangan pengajaran yang efektif termasuk peningkatan mutu
pembelajaran PAI.
Apabila dicermati lebih jauh mengenai karakteristik pokok pelaksa-naan
kurikulum, dipahami bahwa implementasi kurikulum setiap mata pelajaran
menuntut siswa untuk tidak hanya menguasai materi pelajaran tetapi juga
sekaligus sebagai pembinaan keimanan dan ketaqwaan (imtak). Oleh karena itu,
konsep-konsep yang diajarkan pada siswa seharusnya bermuatan iptek dan imtak.
Kecenderungan yang terjadi di lapangan menunjukkan bahwa guru-guru
yang mengajarkan mata pelajaran tersebut hanya mengajarkan konsep-konsep
keilmuan, tanpa mengaitkannya dengan unsur-unsur Imtak. Sehubungan dengan
hal itu, penting diupayakan penemuan alternatif model pembelajaran yang efektif
sehingga memungkinkan pembelajaran konsep-konsep pembelajaran menjadi
bermuatan iptek dan imtak. Dalam konteks inilah proyek PPMP antara
Tesis/Komaruddin/979725/S2-PK/PPsUPI/Bandung
Pemerintah Indonesia dengan ADB dilaksanakan di mana salah satu tujuannya
untuk pengem-bangan pembelajaran yang efektif.
Pentingnya
peningkatan
mutu
pendidikan
termasuk
efektivitas
pembelajaran, didukung data lapangan yang menunjukkan bahwa lebih 10.000
guru di sekolah-sekolah di bawah pembinaan Departemen Agama yang bekerja
sama dengan
Depdiknas
perlu
ditingkatkan
kemampuannya
baik
dalam
penguasaan materi maupun metodplogi pembelajaran. Untuk peningkatan mutu
pembelajaran, guru dituntut menguasai aplikasi pendekatan, model, strategi,
metode dan teknik-teknik pembalajaran.
Karena keberhasilan pembelajaran siswa banyak ditentukan oleh faktor
guru, maka guru dituntut untuk dapat memilih dan menggunakan model-model
pembelajaran
siswa.
Tujuannya
adalah
untuk
mengoptimal-kan
kegiatan
pembelajaran siswa dengan derajat keaktifan yang tinggi. Prosedumya adalah
membuat siswa melakukan keterampilan-keterampil-an proses yang menuntut
cara belajar siswa aktif {student active learning) dengan kadar atau derajat yang
tinggi.
Dalam kaitan itu, Mel Silberman dalam derive Learning: 101 Strategies to
Teach Any Subject (1996) mengungkapkan 101 strategi untuk membuat siswa
aktif dalam belajar tanpa mempersoalkan apa pun mata pelajarannya. Apa yang
membuat siswa menjadi aktif dalam belajar? Bila siswa aktif dalam belajar, maka
mereka harus melakukan lebih banyak kegiatan dalam PBM. Siswa dituntut
menggunakan secara aktif pikiran untuk mempelajari ide-ide, memecahkan
masalah-masalah, dan mengaplikasikasikan apa yang telah mereka pelajari.
Tesis/Komaruddin/979725/S2-PK/PPsUPI/Bandung
Mengenai penting-nya membuat siswa belajar aktif, dapat disimak dari pendapat
Silberman (1996) dalam kutipan di bawah ini:
Why is it necessary to make learning active? To learn something well, it
helps to hear it, see it, ask questions about it, and discuss it with others.
Above all, students need to "do it" - figure things out by themselves,
come up with examples, try out skills, and do assignments that deepen on
the knowledge they already have or must acquire.
We know that students learn best by doing. But how do we promote
active learning?....They are designed to enliven classroom, ... but they are
intended to deepen learning and retention (Silberman, 1996: ix).
Dari kutipan di atas, dapat dipahami bahwa untuk membuat siswa dapat
mempelajari sesuatu dengan baik, maka ia hendaknya diarahkan untuk melakukan
kegiatan-kegiatan mendengar, melihat, bertanya, dan berdiskusi. Lebih penting
lagi, siswa diarahkan untuk "berbuat" (melakukan secara langsung) untuk
mengaplikasikan pengetahuan dan keterampilan yang telah dipelajarinya. Untuk
membuat siswa dapat belajar aktif, maka perlu dihidupkan pembelajaran mereka
di dalam kelas, dengan tujuan untuk memperedalam dan meningkatkan daya tahan
atau retensi (memori) terhadap apa yang telah mereka pelajari atau apa yang telah
diajarkan kepada mereka.
Aplikasi pendekatan belajar aktif {active learning) penting bukan hanya
bagi guru-guru sekolah dasar, tetapi juga bagi mereka yang meng-ajar di sekolahsekolah lanjutan/menengah, hingga mereka (dosen-dosen) di perguruan tinggi,
bahkan pusat-pusat pembelajaran di masyarakat (lembaga-lembaga PLS seperti
kursus-kursus). Singkatnya, pendekatan active learning ini penting bagi mereka
yang
mengajarkan
informasi
keterampilan-keterampilan.
Hal
teknis
ini
atau
sesuai
nonteknis,
dengan
sebagaimana dikemukakan dalam kutipan di bawah ini:
Tesis/Komaruddin/979725/S2-PK/PPsUPI/Bandung
konsep-konsep,
pendapat
dan
Silberman
Active learning is for anyone, experienced or novice, who teaches
technical or nontechnical information, concepts, and skills
Teachers in
middles schools, high schools, colleges, and centers for adult education
will find active learning strategis especially useful (Silberman, 1996: 2-5).
Sesuai dengan pendapat Silberman sebagaimana diuraikan di atas,
Moedjiono dan Dimyati (1993) mengemukakan bahwa penerapan prinsip-prinsip
belajar aktif mempersyaratkan realisasi kegiatan-kegiatan pembelajaran yang
mampu melibatkan aspek intelektual, emosional, maupun aspek fisik siswa secara
optimal. Lebih jauh ditegaskan bagaimana seharusnya guru merancang dan
mengimplementasikan pembelajaran untuk keperluan tersebut, yakni seperti yang
dinyatakan dalam kutipan di bawah ini:
... guru dapat mengusahakannya melalui berbagai pendekatan
pembelajaran, salah satu diantaranya adalah pendekatan keterampilan
proses, yakni suatu pendekatan yang menekankan pada mengajar siswa
belajar bagaimana belajar atau learning how to learn (Moedjiono dan
Dimyati, 1993: 12).
Sesuai dengan uraian-uraian di atas, dapat dinyatakan bahwa dalam
konsep active learning terkandung makna bagaimana menyeleng-garakan PBM
yang memungkinkan siswa dapat belajar secara aktif melalui upaya pemberian
rangsangan, bimbingan, arahan dan dorongan dari guru secara aktif. Tabrani R.
dan Hamijaya (1990) mengemukakan rasional active learning sebagai suatu
pendekatan penting dalam melak-sanakan PBM, yakni seperti diuangkapkan
dalam kutipan di bawah ini:
... guru perlu memikirkan strategi belajar-mengajar tertentu dengan
memanfaatkan metode dan teknik mengajar yang berfungsi memberi
kemudahan bagi siswa agar mereka dapat belajar secara aktifgunamencapai
tujuan pengajaran secara efektif. ... dalam pembelajaran siswa terhimpun
berbagai strategi, metode dan teknik-teknik tertentu, baik dalam mengajar
maupun dalam belajar. Oleh karena itu, [active learning] dapat dipandang
Tesis/Komaruddin/979725/S2-PK/PPsUPI/Bandung
sebagai suatu pendekatan dalam melaksanakan PBM (Tabrani
Hamijaya, 1990: J)
Berdasarkan kutipan-kutipan di atas dapat dipahami bahwa aplikasi
pendekatan active learning dalam
pembelajaran siswa, tidak
lain
untuk
meningkatkan kualitas pembelajarannya melalui berbagai keterampilan proses
belajar. Peningkatan kualitas ini dipandang penting mengingat rendahnya kualitas
lulusan dari berbagai jenjang persekolahan mulai dari SD hingga SMU,
khususnya jika dilihat dari peroleh Nilai Ebtanas Murni (NEM). Di Cirebon,
NEM para siswa lulusan SD hingga SMU tahun 1999-2001 masih relatif rendah,
dan bahkan menunjukkan penurunan jika dibandingkan dengan tahun-tahun
sebelumnya. Gejala ini memperkuat dugaan bahwa mutu pendidikan khususnya
pembelajaran ditingkatkan, yakni melalui peningkatan kadar pembelajaran siswa.
Namun,
yang
menjadi
permasalahan adalah,
bagaimana guru
mendisain,
mengimplementasikan, dan menilai pembelajaran agar siswa dapat melakukan
kegiatan-kegiatan belajar dengan kadar aktivitas yang tinggi untuk meningkatkan
kualitas belajar mereka.
Sebagaimana diuraikan dalam bagian sebelumnya, PAI diajarkan baik di
SMU yang berciri khas Islam yang di bawah pembinaan Departemen Agama
dengan lebih menitikberatkan pada pendidikan Iptek dan Imtak. SMU Al-Azhar 5
Cirebon adalah salah satu SMU
yang berusaha meningkatkan kualitas belajar
siswa melalui peningkatan aktivitas belajar siswa dalam PBM. Mengingat
peliknya masalah tersebut, maka penelitian tentang implementasi model mengajar
Tesis/Komaruddin/979725/S2-PK/PPsUPI/Bandung
active learning dalam pengajaran PAI merupakan sesuatu yang penting
dilakukan.
B.
Identifikasi Masalah
Sesuai dengan uraian-uraian latar belakang permasalahan di atas, dapat
dinyatakan
bahwa
banyak permasalahan
yang
dapat
diidentifikasi
yang
berhubungan dengan aplikasi pendekatan active learning dalam PBM.
1. Model-model belajar yang bagaimana yang dapat memenuhi kadar active
learning yang tinggi, sehingga dapat diharapkan meningkatkan mutu hasil
belajar siswa? Identifikasi masalah ini juga terkait dengan seleksi strategi dan
metode-metode pembelajaran siswa.
2. Sifat bahan ajar, tingkat perkembangan siswa, dan keterlaksanaannya oleh
guru dalam PBM. Pertimbangan dari segi bahan ajar, menuntut guru untuk
sifat bahan ajar-nya, apakah bersifat sekuensial (seperti dalam pelajaran
berhitung, matematika, dan Iain-lain) atau bersifat kumulatif (seperti dalam
pelajaran sejarah). Pertimbangan dari segi tingkat perkembangan siswa,
menuntut guru untuk mempertimbangkan kematangan fisik dan mental yang
pada gilirannya berkaitan dengan hakekat bahan ajar, apakah lebih bersifat
konkrit atau abstrak. Pertimbangan dari segi keter-laksanaan guru, menuntut
guru
untuk
selalu
meningkatkan
kemampuan
mengaplikasikan strategi dan metode active learning.
Tesis/Komaruddin/979725/S2-PK/PPsUPI/Bandung
mengajarnya
dalam
C. Perumusan dan Pembatasan Masalah
Berdasarkan pertimbangan latar belakang dan identifikasi masalah
dapat dinyatakan bahwa masalah pokok penelitian ini berkenaan dengan
implementasi model mengajar active learning dalam pembelajar-an siswa.
Permasalahan ini lebih jelas dapat dirumuskan sebagai berikut: Bagaimana Guru
Mengimplementasikan Model Mengajar 'Active Learning' dalam PBM di Kelas?
Penelitian ini dilakukan pada Kelas II Caturwulan II tahun pengajaran
1999-2000. Ada pun topik-topik pembelajaran PAI untuk Caturwulan kedua SMU
berdasarkan Suplemen GBPP 1999 Kurikulum 1994 adalah: Iman kepada AlQuran, Penyelenggaraan Jenazah, Al-Quran Surat yunus 37 dan 38 serta Surat Al
Maa-Idah 48, Syukur Nikmat, dan Islam di Asia.
Mengingat rumusan masalah tersebut di atas masih bersifat umum, maka
untuk memudahkan pelaksanaan penelitian perlu dijabarkan ke dalam sub-sub-
masalah penelitian yang dirumuskan sebagai berikut:
1. Bagaimana guru merencanakan program pembelajaran berdasarkan model
active learning yang menuntut siswa melakukan kegiatan belajar secara aktif?
2. Bagaimana guru melaksanakan pembelajaran siswa sesuai dengan model
mengajar active learning sebagaimana dirumuskan dalam perencanaannya?
3. Bagaimana cara guru melakukan penilaian terhadap hasil belajar siswa sesuai
dengan
prinsip-prinsip
model
mengajar
active
dinyatakan dalam perencanaannya?
Tesis/Komaruddin/979725/S2-PK/PPsUPI/Bandung
learning
sebagaimana
11
D. Tujuan dan Manfaat Penelitian
1. Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana implementasi model
mengajar active learning dalam pengajaran PAI untuk pembelajar-an siswa di
kelas. Sesuai dengan pertanyaan-pertanyaan di atas, maka tujuan ini dapat dirinci
sebagai berikut:
1.1.
Untuk memperoleh data tentang perencanaan aplikasi model active learning
dalam pembelajaran PAI untuk pembelajaran siswa di kelas.
1.2.
Untuk
memperoleh
data
tentang
pelaksanaan
kegiatan-kegiatan
instruksional PAI di dalam kelas berdasarkan model active learning.
1.3.
Untuk memperoleh data tentang penilaian terhadap hasil belajar siswa
berdasarkan aplikasi model active learning dalam pembelajaran siswa dalam
kelas.
2.
Manfaat Penelitian
Hasil yang diperoleh melalui penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat
pengkajian teoritis dan praktis implementasi model mengajar active learning,
khususnya dalam pengajaran PAI di lelbaga pendidikan atau sekolah yang lebih
menitikberatkan Iptek dan Imtak, dan diharapkan dapat meningkatkan kualitas
pembelajaran siswa yang berimplikasi pada kualitas hasil belajar siswa.
a.
Manfaat Teoritis
Melalui penelitian ini diharapkan dapat ditemukan paling tidak prinsip-
prinsip aplikasi model mengajar active learning dalam pengajaran PAI khususnya
Tesis/Komaruddin/979725/S2-PK/PPsUPI/Bandung
12
di sekolah yang menitikberatkan penguasaan Iptek dan Imtak. Kemampuan guru
dalam mengimplementasikan model mengajar active learning tentu saja akan
mempengaruhi peningkatan kualitas pencapaian tujuan, baik yang berkenaan
dengan kegiatan-kegiatan pembelajaran maupun yang berkenaan dengan hasil
belajar siswa. Prinsip-prinsip yang dimaksud diharapkan dapat mendukung
pengkajian teoritis, khususnya implementasi model mengajar active learning.
b.
Manfaat Praktis
Manfaat praktis dari penelitian ini adalah agar hasil penelitian ini dapat
membantu guru mengatasi kesulitan-kesulitan dalam implementasi pendekatan
atau model mengajar active learning dalam rangka meningkatkan baik kualitan
pembelajarannya maupun kualitas hasil belajar siswa. Temuan penelitian ini dapat
dimanfaafkkan
khususnya
guru
PAI
untuk
mengkaji
lebih
jauh
dan
mengembangkan kemampuannya dalam pengimplementasian model mengajar
active learning. Selain pihak guru, pihak administrator pendidikan (kepala
sekolah, pejabat pengawas pendidikan baik dari departemen terkait) dapat
memanfaatkan hasil penelitian ini untuk kepentingan pembinaan guru-guru dalam
kaitannya dengan upaya-upaya peningkatan mutu guru dan hasil belajar siswa.
Selain itu, temuan penelitian ini diharapkan dapat dijadikan sebagai
masukan bagi para peneliti yang berminat melakukan penelitian lanjutan
mengenai model mengajar active learning yang lebih komprehensif. Penelitian
lanjutan dapat dilakukan dengan memperluas aspek-aspek yang menjadi fokus
penelitian ini.
Tesis/Komaruddin/979725/S2-PK/PPsUPI/Bandung
E. Definisi Operasional Penelitian
Definisi operasional adalah batasan (definisi) berdasarkan karakteristik
nyata, yakni yang dapat diamati dari apa yang didefinisikan (Tuckman, 1978).
Berdasarkan definisi operasional ini, maka dapat dinya-takan bahwa definisi
operasional untuk penelitian ini adalah implementasi model mengajar active
learning yang meliputi perencanaan dan pelaksanaan KBM (termasuk evaluasi
hasil pembelajaran). Di bawah ini disajikan definisi operasional untuk penelitian
ini:
1. Implementasi Model Mengajar Active Learning didefinisikan sebagai
pelaksanaan dalam praktek nyata, atau, putting to work (Beauchamp, 1975).
Pengertian implementasi dalam penelitian ini adalah pelaksanaan model
pembelajaran active learning yang menuntut aktivitas siswa dengan kadar
yang tinggi dalam melakukan kegiatan-kegiatan belajar. Kegiatan ini meliputi
perumusan tujuan, penetapan isi pembelajaran, pelaksanaan pembelajaran
termasuk penggunaan alat, media dan sumber sebagaimana dimuat dalam
rencana pembelajaran (RP).
2. Perencanaan Pembelajaran didefinisikan sebagai kegiatan merumus-kan
tujuan, mengorganisasikan materi, menetapkan metode dan alat pembelajaran
serta perencanaan penilaiannya (Sujana, 1989: 31).
3. Kegiatan Belajar Mengajar (KBM) didefinisikan sebagai realisasi rencana
pembelajaran dalam bentuk kurikuler dan ekstrakurikuler.
Tesis/Komaruddin/979725/S2-PK/PPsUPI/Bandung
14
F. Paradigma Penelitian
Mengingat fokus penelitian ini adalah implementasi pembelajaran model
"active learning" dalam pengajaran PAI di SMU, dan implementasi itu sendiri
tidak dapat dipisahkan dari tujuan dan perencanaan implementasi untuk mencapai
tujuan, maka paradigma penelitian ini dapat digambarkan sebagai berikut:
Fokus
Penelitian
PBM
Implementasi
Pembelajaran
Active Learnin
Out put
Hasil
belajar
yang
diharapkan: kualitas
1. Kognitif
2.
Afektif
3.
Psikomotor
Keterlibatan
intelektual
emosional
siswa,
pembentukan
keterampilan
penghayatan
dan
serta
internalisasi nilai dalam
pembentukan sikap.
Gambar 1.1 Paradigma Penelitian Implementasi Model Active Learning
Tesis/Komaruddin/979725/S2-PK/PPsUPI/Bandung
47
BAB III
•:
METODOLOGI PENELITIAN
A. Pendekatan Penelitian
Penelitian tentang implementasi model mengajar active learning dalam
pengajaran pendidikan agama Islam (PAI) lebih tepat jika dilakukan dengan
menggunakan pendekatan penelitian kualitatif. Untuk lebih memahami secara
mendalam implementasi model mengajar active learning sebagai suatu proses,
penggunaan penelitian kualitatif lebih tepat dibandingkan penelitian kuantitatif.
Hal ini sesuai dengan pemikiran Bogdan dan Biklen (1992:31) yang menyatakan
bahwa:
Qualitative researches are concerned with process rather than simply
with outscomes or product. Proses di sini adalah kegiatan implementasi model
pembelajaran active learning, yakni kegiatan belajar mengajar (KBM) yang
melibatkan siswa dan guru di kelas di mana penelitian ini dilakukan.
Penelitian kualitatif sering juga disebut sebagai metode etnografik, metoda
fenomenologis, atau metode impresionistik (Sudjana dan Ibrahim, 1989: 195).
Karena metode penelitian kualitatif sering digunakan untuk menghasilkan teori
dari data penelitian {groundedtheory), bukan dari hasil pengujian hipotesis seperti
dalam metode penelitian kuantitatif atau positivistik, maka teori yang dihasilkan
penelitian kualitatif menjadi bersifat generating theory. Lebih jauh ditegaskan
bahwa ketepatan interpretasi bergantung kepada ketajaman analisis, objektivitas,
sistematik dan sitemik. Pendekatan penelitian ini disebut juga pendekatan
naturalistik, karena situasi lapangan penelitian bersifat natural atau alamiah, apa
adanya, dan tidak dimanipulasi (Nasution, 1992:18). Pengumpulan data dalam
Tesis/Komaruddin/979725/S2-PK/PPsUPI/Bandung
penelitian kualitatif hendaknya dilakukan sendiri oleh peneliti dan menc^
sumbernya secara langsung (Bogdan dan Biklen, 1982 :27).
Sesuai dengan hakekat pendekatan penelitian kulaitatif, peneliti ingin
memperoleh pemahaman terhadap bagaimana pembelajaran PAI di dalam kelas
dengan model 'active learning' dilaksanakan atau diimplementasikan. Aspek-
aspek yang akan dikaji melalui penelitian ini adalah perencanaan, pelaksanaan
atau implementasi termasuk faktor-faktor pendukung, dan penilaian terhadap
keberhasilan program pembelajaran yang bersangkutan.
Untuk memperoleh gambaran yang lebih mendalam, holistik, lebih
mengutamakan makna {verstehen), dan memandang hasil penelitian sebagai
spekulatif (Nasution, 1992: 7) terhadap implementasi program pembelajaran PAI
model active learning yang lebih menekankan pada proses, maka lebih tepat jika
dilakukan dengan menggunakan pendekatan penelitian kualittif. Karena hakekat
fenomena menurut penelitian kualitatif adalah totoalitas atau sifat keseluruhan
{gestalt), maka pendekatan ini mencoba mengungkapkan kenyataan lapangan
secara alamiah (dalam hal ini, KBM PAI di dalam kelas dengan menggunakan
pendekatan active learning), sehingga diharapkan permasalahan penelitian dapat
dipahami secara mendalam (Moleong, 1996: 4). Mengingat interpretasi data
dalam penelitian ini harus disusun secara menyeluruh dan sistematis, maka data
yang dikumpulkan dari lapangan adalah data yang bersifat deskriptif-analitik.
Sesuai dengan pendekatan penelitian kualitatif, peneliti dapat lebih leluasa
memahami konteks sosial proses pembelajaran PAI tanpa adanya manipulasi.
Selain itu peneliti ingin dapat mengungkapkan perilaku person, gagasan dan
Tesis/Komaruddin/979725/S2-PK/PPsUPI/Bandung
49
pikirannya (dalam hal ini, guru dan siswa) dalam proses pembelajaran PAI, sebab
penelitian kualitatif pada hakekatnya juga merupakan pengamatan kepada orangorang tertentu dalam lingkungan hidupnya, berinteraksi dengan mereka dan
berusaha memahami bahasa serta menafsirkannya sesuai dengan dunia sekitarnya
(Nasution, 1992: 5; Bogdan &Biklen, 1992: 49; dan Lincoln & Guba, 1985: 3).
Beberapa literatur menyebutkan ciri-ciri penelitian kualitatif/naturalistik,
antara lain, sumber data adalah situasi yang wajar atau natural setting, peneliti
sebagai instrumen utama penelitian, sangat deskriptif, mementingkan proses,
mengutamakan data langsung (first hand), triangulasi (data/informasi dari satu
sumber harus dicek kebenarannya dengan cara memperoleh data itu dari sumber
lain), mementingkan perpektif emic (mementingkan pandangan responden),
sampling purposif, audit-trail (apakah laporan penelitian sesuai data yang
dikumpulkan), partisipasi tanpa mengganggu, analisis dilakukan sejak awal
penelitian dan selama melakukan penelitian, dan disain penelitian muncul selama
dalam proses penelitian (proses yang bersifat emergent, evolving, dan developing).
B. Lokasi dan Sumber Data
Penelitian ini dilakukan di SMU Islam Al-Azhar 5 Cirebon, dengan
alasan:
1. Merupakan sekolah unggulan dalam proses dan kurikulum. Unggulan dalam
proses peneliti melihat indeks produktivitas yang cukup tinggi dari output.
Pada tahun pelajaran 1998/1999 NEM masuk rata-rata 34,86 outputnya
menjadi 52,05. Unggulan dalam kurikulum (program pengajaran), misalnya
Tesis/Komaruddin/979725/S2-PK/PPsUPI/Bandung
50
PAI di sekolah negeri 2 jam perminggu, sedangkan di Al-Azhar 6 jam, karena
disamping mata pelajaran PAI juga ada mata pelajaran Al-Qur'an dan Bahasa
Arab tersendiri, masing-masing 2 jam perminggu.
2. Merupakan sekolah berprestasi, terbukti menjadi juara I tingkat wilayah III
Cirebon dan juara III tingkat Jawa Barat dalam lomba wawasan wiyata
mandala. Di tingkat wilayah III Cirebon menyisihkan 250 sekolah negeri dan
swasta dan tingkat Jawa Barat 2000 sekolah swasta dan negeri. Didalam
kriteria lomba tersebut mencakup seluruh komponen seperti administrasi,
kurikulum, sarana, kepegawaian, kinerja Kepala Sekolah dan Guru, input dan
output lulusan. Khusus aktivitas keagamaan juara I se-kota Cirebon. Dalam
Sapta Lomba Keagamaan mencakup produktivitas kegiatan mesjid sebagai
kegiatan ekstrakurikuler keagamaan seperti tadarus serempak 15 menit setiap
pagi, tausiyah 10 menit ba'da Dzuhur, ceramah 3 bahasa setelah sholat Jum'at,
yasinan keliling perkelas tiap bulan, program tahfidz qur'an, seni baca qur'an,
nasyid dan qasidah.
Informasi dalam bentuk lisan dan tulisan dalam peneltitian kalitatif
berturut-turut menjadi data primer dan sekunder. Data primer yang dikumpulkan
mencakup persepsi dan pemahaman person serta deskripsi lainnya yang berkaitan
dengan fokus penelitian. Data sekunder meliputi data jumlah person dan
kualifikasinya dan berkas kertas kerja yang mendukung pelaksanaan tugas-tugas
dalam sesuai tuntutan program pembelajaran dengan pendekatan active learning.
Sesuai dengan bentuk-bentuk data yang dikumpulkan dalam penelitian ini,
maka sumber-sumber data penelitian ini meliputi manusia, benda, dan peristiwa..
Tesis/Komaruddin/979725/S2-PK/PPsUPI/Bandung
51
Manusia dalam penelitian kualitatif merupakan sumber data yang berstatus
sebagai responden dan informan mengenai fenomena atau masalah yang menjadi
fokus penelitian. Benda merupakan bukti fisik yang berhubungan dengan fokus
penelitian, sedangkan peristiwa merupakan informasi yang menunjukkan kondisi
yang berhubungan langsung dengan implementasi program pembelajaran dengan
pendekatan active learning.
Secara lebih spesifik, sumber data yang digunakan dalam penelitian ini
mencakup:
1.
Siswa kelas II SMU Islam Al-Azhar 5 Cirebon 210 siswa. Rata-rata NEM
masuk 33,07, terdiri dari lulusan SLTP Negeri dan Swasta dan MTs Negeri
dan Swasta.
2. Guru-guru SMU Islam Al-Azhar 5 Cirebon, yang terdiri dari 45 guru 5 guru
agama, 31 guru bidang umum. Untuk lebihjelasnya latar belakang pendidikan
guru agama tersebut adalah sebagai berikut:
1. Drs. Ayup Khan lulusan IAIN Bandung
2. Drs. Asy'ari lulusan IAIN Sunan Kali Jaga
3. Drs. Usep Saefudin lulusan IAIN Bandung
4. Umar S.Ag lulusan IAIN Bandung
5. Sulton Kamal S.Ag lulusan IAIN Sunan Kali Jaga
Pengalaman mengajar sebagai guru agama rata-rata 10 tahun dan beban
mengajar rata-rata 18 jam perminggu.
3. Situasi Kelas dalam kegiatan belajar mengajar. Jumlah keseluruhan kelas II
ada 6 kelas pararel, terdiri dari kelas 2.1 sampai dengan kelas 2.6. Model
Tesis/Komaruddin/979725/S2-PK/PPsUPI/Bandung
52
pararel kelas dibentuk kelas unggulan, berdasarkan nilai rata-rata raport kelas I
Kelas 2.1 adalah kelas paling unggulan utama disusul 2.2 sampai dengan 2.6.
Model pararel kelas unggulan ini dimaksudkan untuk memotivasi prestasi
belajar siswa sehingga bersaing masuk pada kelas unggulan utama.
4. Dokumen baik berupa kurikulum (GBPP), administrasi mengajar buku
sumber, LKS, evaluasi formatif dan sumatif.
C. Prosedur Pengambilan Sampel (Sampling)
Sesuai dengan hakekat penelitian kualitatif, maka subjek dalam penelitian
ini ditentukan secara purposive, artinya, subjek penelitian relatif sedikit dan
dipilih menurut tujuan penelitian; namun subjek penelitian dapat terus bertambah
sesuai keperluannya yang dinamakan sebagai snowball sampling (Bogdan dan
Biklen. 1982 ; Miles dan Huberman, 1994 ; dan Nasution, 1992 : 11, 33).
D. Teknik-teknik Pengumpulan Data
Sesuai dengan hakekat penelitian kualitatif, peneliti merupakan instrumen
utama dalam pengumpulan data. Karena itu, peneliti memiliki peranan yang
fleksibel dan adaptif. Artinya, peneliti dapat menggunakan seluruh alat indera
yang dimilikinya untuk memahami fenomen sesuai dengan fokus penelitian
(Lincoln dan Guba, 1985 : 4). Hal ini sesuai dengan pendapat Bogdan dan Biklen
(1992 : 28), bahwa dalam penelitian kualitatif, peneliti merupakan key instrument.
Sehubungan dengan hal ini, dalam penelitian ini peneliti sendiri akan terjun
resis/Komaruddin/979725/S2-PK/PPsUPI/Bandung
53
langsung ke lapangan untuk mengumpulkan seluruh data sesuai dengan fokus
penelitian.
Sesuai dengan peranan peneliti sebagai alat penelitian yang utama, maka
peneliti dapat melakukan sendiri pengamatan dan wawancara tak berstruktur
kepada responden penelitian ini (kepala sekolah, guru-guru PAI, dan para siswa
yang mengikuti program PAI). Karena perananya sebagai instrumen utama dalam
pengumpulan informasi atau data, maka informasi atau data penelitian yang
terkumpul diharapkan dapat dipahami secara utuh, termasuk makna interaksi
antarmanusia, dan peneliti juga diharapkan dapat menyelami perasaan dan nilai
yang terkandung dari ucapan atau perbuatan responden penelitian. Oleh karena
itu, untuk pengumpulan data sesuai dengan fokus penelitian ini, maka peneliti
berada di lapangan dalam jangka waktu yang relatif panjang. Sebagaimana
dikemukakan Erickson (1986 : 21) bahwa dalam melakukan penelitian lapangan
peneliti dituntut untuk
melakukan: (1) interaksi secara intensif dan jangka
panjang di lokasi penelitian; (2) melakukan pencatatan termasuk perekaman
{recording) dengan seksama tentang apa yang terjadi di lokasi penelitian,
membuat catatan-catatan lapangan, dan mengumpulkan dokumen-dokumen
lainnya (seperti memo, catatan-catatan, contoh-contoh pekerjaan siswa, dan
catatan-catatan guru); dan (3) refleksi analitik berikutnya pada catatan-catatan dan
dokumen-dokumen yang dikumpulkan dari lapangan dan dilaporkan dengan cara
mendeskripsikannya secara detail (terperinci), sketsa-sketsa naratif dan kutipan
langsung dari interview, maupun dengan cara mendeskripsikan dalam bentuk
Tesis/Komaruddin/979725/S2-PK/PPsUPI/Bandung
54
yang lebih umum, baik berupa chart analisis, tabel ringkasan, dan deskripsi
statistik.
1. Wawancara dilakukan terhadap guru agama dan siswa serta pihak terkait
(Kepala Sekolah dan Wali Kelas), untuk mendapatkan data pelaksanaan
pembelajaran pendidikan agama yang telah dilakukan dan kondisi yang
mendukung serta kendala bagi penerapan model pembelajaran active learning.
Drs. Ayup Khan yang mengajar PAI di Kelas II berpendapat bahwa model
pembelajaran active learning pada mutu pelajaran PAI dapat diterapkan
dengan baik bila didukung oleh kualitas guru agama, sarana prasarana, serta
dukungan dari berbagai pihak terkait seperti keaktifan siswa, koordinasi guru
agama dengan kepala sekolah, wali kelas, dan kerjasama sekolah dengan
lingkungan keluarga masyarakat.
Drs. Abu Malik M.Pd. sebagai kepala sekolah berpendapat bahwa
pelajaran PAI yang mencakup aqidah, akhlak, ibadah, tarikh, dan Al-Qur'an
sangat cocok jika didesain dengan pembelajaran yang kreatif, tidak monoton.
Sehingga membuat jenuh siswa dengan ceramah-ceramah. Oleh karena itu
model pembelajaran active learning sangat tepat jika direncanakan secara
detail dan bermusyawarah dengan siswa.
Drs. Karyoto S.Pd. sebagai wali kelas II-1 mengatakan bahwa variasi
model pembelajaran itu sangat disenangi siswa, apalagi desainnya banyak dan
kegiatannya menarik. Model pembelajaran active learning sangat cocok pada
pokok bahasan yang memerlukan gerak fisik, kecakapan diskusi, dan
demonstrasi seperti pokok bahasan penyelengaraan jenazah.
Tesis/Komaruddin/979725/S2-PK/PPsUPI/Bandung
Ml*
**.
\\ !%$>
**
2. Observasi dengan menggunakan lembaran observasi untuk me^ee^^*^^ #
kemampuan guru agama dalam mengajar, mengelola kelas, dan penguasaan
bahan pelajaran.
Selain itu, untuk mengetahui sikap
siswa terhadap
pembelajaran PAI.
Guru senior yang di observasi adalah Drs. Ayup Khan kegiatan awal yang
dilakukannya adalah mengabsen siswa, apersepsi, membagikan LKS untuk
dikerjakan oleh kelompok masing-masing.
Sambil membimbing tiap
kelompok diskusi juga memeriksa tugas (PR), penulis melihat dalam diskusi
kelompok ada siswa yang pergi ke perpustakaan untuk melengkapi dukungan
referensi. Dalam seminar kelas perwakilan kelompok maju ke depan kelas
kemudian mengatur kelompok ada yang bertugas menjadi moderator,
mempresentasikan makalah, notulis, dan anggota. Kegaduhan dalam aktivitas
kelas dibiarkan oleh guru PAI sebatas dalam koridor belajar, seperti adu
argumentasi, membantai makalah dan lain sebagainya.
3. Studi dokumentasi digunakan untuk mengetahui rencana pembelajaran yang
disusun guru agama, pelaksanaan tugas pengajaran.
Dokumentasi yang dipelajari penulis adalah administrasi guru Drs. Ayup
Khan dan Drs. Asy'ari. Penulis menemukan kedetailan program pengajaran
mulai dari program tahunan, program catur wulan, analisis materi, satuan
pelajaran, persiapan harian, LKS, dan soal pree test serta post test. Program
pengajaran tersebut harus diserahkan kepada kepala sekolah satu minggu di
awal KBM catur wulan, untuk di periksa dan di tandatangani.
Tesis/Komaruddin/979725/S2-PK/PPsUPI/Bandung
56
4. Catatan lapangan selama melaksanakan penelitian untuk mendapatkan data
masalah yang dijumpai dalam penerapan model pembelajaran active learning,
selanjutnya untuk dicarikan alternatif pemecahannya.
Masalah yang dirasakan guru PAI (Drs. Ayup Khan dan Drs. Asy'ari)
adalah sering kekurangan waktu dalam KBM, TPK kurang akurat dan
komprehensif jika menggunakan diskusi. Pengembangan-pengembangan dari
pokok bahasan selalu sering muncul dalam diskusi. Penyerahan tugas (PR atau
Makalah) jarang tepat waktu. Siswa yang pasif sulit ditumbuhkan
keberaniannya. Pengadaan alat peraga sering menjadi beban bagi siswa.
Untuk mengatasi masalah-masalah tersebut penulis mengkomunikasikan
dengan kepala sekolah dan BP3 (jam'iyah) untuk mengatasinya seperti
pengadaan alat peraga, sekolah dan BP3 menyediakan anggaran.
5. Self reflection untuk mengetahui konsep dari guru agama, siswa dan orang tua
murid terhadap pelaksanaan pembelajaran PAI.
E. Teknik-teknik Analisa Data
Analisis data adalah proses yang dilakukan secara sistematis untuk
mencari/menemukan
dan
menyusun
transkrip
wawancara,
catatan-catatan
lapangan, dan bahan-bahan lainnya yang telah dikumpulkan peneliti. Dengan cara
ini, diharapkan peneliti dapat meningkatkan pemahamannya tentang data yang
terkumpul dan memungkinkannya menyajikan data tersebut secara sistematis
guna menginterpretasikan dan menarik kesimpulan (Bogdan dan Biklen,
1992:153).
Tesis/Komaruddin/979725/S2-PK/PPsUPI/Bandung
57
Tehnik analisa data yang digunakan peneliti dalam penelitian ini adalah
pengurangan data, menampilkan data, penyajian data, dan kesimpulan. Upaya
mendeskripsikan dan mengeksplanasi peristiwa berdasarkan data atau informasi
yang terkumpul sesuai dengan fokus penelitian, harus dilakukan penelitian
sebagai pengganti pengukuran dan pengolahan data yang lazim dilakukan dalam
tradisi penelitian kuantitatif. Sesuai dengan fokus penelitian ini, maka analisis
data difokuskan pada implementasi program pembelajaran dengan pendekatan
active learning, yang meliputi perencanaan, pelaksanaan dan penilaian; sumber
dan strategi yang paling mempengaruhi implementasi pembelajaran dan hasilhasil yang dicapai atau diharapkan dicapai dari proses pembelajaran.
1.
Reduksi Data
Untuk memudahkan pemahaman terhadap data penelitian yang sudah
terkumpul, maka terlebih dahulu dilakukan reduksi data. Reduksi data ini
dilakukan dengan cara mengelompokkan data sesuai dengan aspek-aspek
permasalahan penelitian, apakah termasuk kategori perencanaan (penyusunan
program tahunan, program catur wulan, analisis materi pelajaran, satuan pelajaran,
persiapan harian, perencanaan KBM, pemilihan strategi atau metode-metode
pembelajaran, pengorganisasian bahan atau materi pelajaran, perencanaan
penggunaan alat/media dan sumber pembelajaran serta perencanaan penilaian),
pelaksanaan (membuka pelajaran, mengabsensi siswa, apersepsi, pree test,
diskusi kelas, seminar kelas, tanggapan/penguatan guru, kesimpulan mater
pembelajaran, evaluasi, pemasangan LKS pada papan pajangan dan tindak lanjut),
Tesis/Komaruddin/979725/S2-PK/PPsUPI/Bandung
58
atau penilaian (kemampuan guru PAI melakukan evaluasi dalam PBM dilihat
terutama dari aspek kesesuaian jenis evaluasinya dengan KBM, kesesuaiannya
dengan TPK, kesesuaiannya dengan bahan pelajaran, dan perubahan perilaku
(kognitif, afektif atau psikomotor) sesuai dengan topik yang diajarkan dalam
PBM). Dengan cara ini peneliti dapat dengan mudah menentukan unit-unit
analisis data penelitian. Lebih jauh lagi, aspek-aspek yang direduksi dalam
penelitian ini adalah implementasi program pembelajaran baik yang berkenaan
dengan pemahaman tentang program, persiapan pembelajaran, pelaksanaan
pembelajaran, dan evaluasi yang dilakukan dalam PBM.
2. Display Data
Data yang telah direduksi kemudian disajikan dalam bentuk deskripsi
sesuai dengan aspek-aspek penelitian. Penyajian data ini dimaksudkan untuk
memudahkan peneliti menafsirkan data dan menarik kesimpulan. Sesuai dengan
aspek-aspek masalah penelitian ini, maka susunan penyajian datanya dimulai dari
1) Perencanaan pembelajaran mencakup perumusan TPK, perencanaan KBM,
program mengajar tahunan, catur wulan, analisis materi, satuan pelajaran, PMH, ,
LKS,
penugasan
analisis
pokok
bahasan,
tugas
pembuatan
makalah,
mempersiapkan alat peraga, item pree test dan post test serta format persentase
hasil pree test dan post test. 2) Pelaksanaan pembelajaran meliputi keterampilan
membuka pelajaran,
keterampilan
penguasaan bahan pengajaran,
menjelaskan
pelajaran,
penguasaan
penguasaan metode,
kelas,
kemampuan
menggunakan alat media pembelajaran, interaksi PBM yang komunikatif,
Tesis/Komaruddin/979725/S2-PK/PPsUPI/Bandung
59
kemampuan memberikan penguatan (reinforcement), dan keterampilan menutup
KBM. 3) Pelaksanaan penilaian mencakup aspek kesesuaian jenis evaluasi dengan
KBM, kesesuaiannya dengan TPK, kesesuaiannya dengan bahan pelajaran dan
perubahan perilaku (kognitif, afektif atau psikomotor) sesuai dengan topik yang
diajarkan.
3. Penarikan Kesimpulan dan Verifikasi
Penarikan kesimpulan dan verifikasi dilakukan berdasarkan pemahaman
terhadap data yang telah dikumpulkan. Sesuai dengan hakekat penelitian
kualitatif, penarikan kesimpulan ini dilakukan secara bertahap. Pertama, menarik
kesimpulan sementara atau tentatif, namun seiring dengan bertambahnya data
maka harus dilakukan verifikasi data dengan cara mempelajari kembali data yang
telah ada (yang telah direduksi maupun disajikan). Kemudian, verifikasi data juga
dilakukan dengan cara meminta pertimbangan dari pihak-pihak lain yang ada
keterkaitannya dengan penelitian, yaitu dengan meminta pertimbangan dari guruguru lain, atau dengan cara membandingkan data yang diperoleh dari sumber
tertentu dengan sumber-sumber lain. Akhirnya peneliti menarik kesimpulan akhir
untuk mengungkapkan temuan-temuan penelitian ini.
F. Pengujian Keabsahan Temuan Penelitian
Untuk memeriksa keabsahaan data, peneliti menggunakan kriteria truth
value, applicability, consistency, dan netrality. Kriteria-kriteria ini sering juga
Tesis/Komaruddin/979725/S2-PK/PPsUPI/Bandung
60
disebut dengan istilah credibility, transferability, dependability dan confirmbility
(Lincoln & Guba, 1985 : 290). Keempat kriteria ini merupakan atribut yang
membedakannya berturut-turut dengan validitas internal, validitas eksternal,
reliabilitas, dan objektivitas menurut tradisi atau paradigma penelitian positivistik
(Moleong, 1996: 176; Sudjana & Ibrahim, 1989; dan Nasution, 1992). Selain itu,
peneliti juga melakukan triangulasi untuk pemeriksaan keabsahaan data dalam
penelitian ini, yaitu membandingkan data yang terkumpul dengan cara memeriksa
kesesuaian hasil analisis dengan kelengkapan data.
1. Derajat Kepercayaan (Credibility)
Kredibilitas dalam penelitian ini identik dengan reliabilitas dalam tradisi
penelitian positivistik. Untuk meningkatkan derajat kepercayaan dalam penelitian
ini dapat dicapai dengan cara-cara: (1) peneliti cukup lama di lapangan, yakni
selama hampir enam bulan, sejak Agustus 2001 sampai Februari 2002; dan (2)
triangulasi, yaitu pemeriksaan keabsahaan data dengan cara mengecek atau
membandingkan data melalui pemanfaatan sumber-sumber lain. Dalam penelitian
ini, triangulasi dilakukan dengan observasi terhadap aktivitas pembelajaran di
dalam kelas dan wawancara dengan guru.
2. Derajat Keteralihan (Transferability)
Derajat keteralihan atau transferability ini identik dengan validitas
eksternal dalam tradisi penelitian kuantitatif. Transferability yang tinggi dalam
penelitian kualitatif dapat dicapai dengan menyajikan deskripsi yang relatif
Tesis/Komaruddin/979725/S2-PK/PPsUPI/Bandung
banyak (tebal), karena metode ini tidak dapat menetapkan validitas ekternal dalam
arti: yang tepat. Dalam hal ini, peneliti mencbba mendeskripsikan informasi atau
data penelitian secara luas dan mendalam tentang implementasi program
pembelajaran di kelas, baik yang berkenaan dengan hasil survey awal ke lokasi
penelitian (SMU Al-Azhar 5 Cirebon), kurikulum yang digunakan, perencanaan,
pelaksanaan, maupun evaluasi dalam program pembelajaran PAI di SMU AlAzhar 5 Cirebon.
3. Derajat Keterandalan (Dependability)
Keterandalan atau dependability temuan penelitian ini dapat diuji melaui
pengujian proses dan produk (Lincoln dan Guba, 1988 : 515). Pengujian produk
adalah pengujian data, temuan-temuan, interpretasi-interpretasi, rekomendasirekomendasi dan membuktikan kebenarannya bahwa hal itu didukung oleh data
yang diperoleh langsung dari lapangan. Keterandalan dalam penelitian ini identik
dengan validitas internal dalam tradisi penelitian kuantitatif. Dalam penelitian ini
melakukan uji dependability dengan cara menggunakan catatan-catatan mengenai
pelaksanaan seluruh proses dan hasil penelitian.
4.
Derajat Penegasan (Confirmability)
Teknik utama untuk menentukan derajat penegasan (confirmability) adalah
dengan cara
DALAM PENGAJARAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM (PAI)
DI SMU ISLAM AL-AZHAR 5 CIREBON
Penelitian Kualitatif terhadap Implementasi Model 'Active Learning'
dalam Pengajaran PAI pada Kelas 2 SMU Islam AI-Azhar 5 Cirebon
TESIS
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Persyaratan
Menyelesaikan Program Magister Pendidikan
Dalam Bidang Pengembangan Kurikulum
Oleh:
KOMARUDDIN
NLM: 979725
PROGRAM PASCASARJANA
UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA
2002
LEMBAR PERSETUJUAN
DISETUJUI DAN DISAHKAN OLEH:
Prof. Dr. Hj. Mulyani Sumantri, M.Sc
Pembimbing I
•^0^-^-^
Prof. Dr. H. Ishak Abdulhaq
Pembimbinc; II
PROGRAM PASCA SARJANA
UNIVRRSITAS PENDIDIKAN INDONESIA
DIKETAHUI
KETUA PROGRAM STUDI PENGEMBANGAN KURIKULUM
Prof. Dr. H.R. Ibrahim, MA.
PERNYATAAN
Dengan ini Saya menyatakan bahwa karya tulis yang berjudul "Implementasi
Model Mengajar 'Active Learning' dalam Pengajaran PAI di SMU (Peneltian
Kualitatif terhadap Implementasi Model 'Active Learning' dalam Pengajaran PAI
pada Kelas 2 SMU Islam Al-Azhar 5 Cirebon)" ini beserta seluruh isinya adalah
benar-benar karya saya sendiri, dan saya tidak melakukan penjiplakan atau
pengutipan dengan cara-cara yang tidak sesuai dengan etika yang berlaku dalam
masyarakat keilmuan. Atas pernyataan ini, saya siap menanggung resiko/sanksi
yang dijatuhkan kepada saya apabila kemudian ditemukan adanya pelanggaran
atas etika keilmuan dalam karya saya ini, atau ada klaim terhadap keaslian karya
saya ini.
Cirebon, Oktober 2001
Yang Membuat Pernyataan
Komaruddin
NIM: 979725
DAFTARISI
Hal
KATAPENGANTAR
DAFTAR ISI
i
v
DAFTAR GAMBAR dan TABEL
ABSTRAK
viii
ix
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
1
B. Identifikasi Masalah
9
C. Perumusan dan Pembatasan Masalah
10
D. Tujuan dan Manfaat Penelitian
11
1. Tujuan Penelitian
11
2.
Manfaat Penelitian
11
a.
Manfaat Teoritis
11
b.
Manfaat Praktis
12
E. Definisi Operasional Penelitian
13
F. Paradigma Penelitian
14
BAB II TINJAUAN TEORITIS
A. Model Mengajar 'Active Learning'
B.
15
1. Model-model Mengajar
15
2. Latar Belakang dan Pengertian 'Active Learning'
18
3. Kadar Kebermaknaan 'Active Learning'
20
4. Perencanaan Model Active Learning
22
5. Strategi Implementasi Model 'Active Learning'
24
6. Prinsip-prinsip Implementasi Model 'Active Learning'
27
7. Aplikasi Model Active Learning dalam Pengajaran PAI
28
Kurikulum PAI SMU
31
C. Penilaian Pembelajaran
38
D. Hasil-hasil Penelitian yang Relevan
45
VI
BAB HI METODOLOGI PENELITIAN
A. Pendekatan Penelitian
47
B. Lokasi dan Sumber Data
49
C. Prosedur Pengambilan Sample ( Sampling)
52
D. Teknik-teknik Pengumpulan Data
52
E.
Teknik-teknik Analisis Data
56
1.
ReduksiData
57
2. Display Data
58
3. Penarikan Kesimpulan dan Verifikasi
59
F. Pengujian Keabsahan Temuan Penelitian
59
1. Derajat Kepercayaan
60
2. Derajat Keteralihan
60
3. Derajat Keterandalan
61
4. Derajat Penegasan
61
G. Tahap-tahap Pelaksanaan Penelitian
62
1. Persiapan Penelitian
62
2.
Pelaksanaan Penelitian
62
3.
Member Check dan Analisis Data
63
BAB IV HASIL PENELITIAN
A. Deskripsi Data Penelitian
65
1.
Kondisi Umum SMU Islam Al-Azhar 5 Cirebon
65
2.
Kurikulum PAI SMU Islam Al-Azhar 5 Cirebon
72
B. Hasil Analisis Data
81
1. Perencanaan Pembelajaran Siswa dan Guru
84
2. Aktifitas Siswa dalam Pelaksanaan Pembelajaran
90
3. Pelaksanaan Pembelajaran Siswa dan Guru
98
4. Penilaian Hasil Belajar
C. Pembahasan Hasil Penelitian
103
104
1. Perencanaan Pembelajaran Siswa dan Guru
106
2. Pelaksanaan Pembelajaran
110
3. Penilaian Hasil Belajar
113
D. Rangkuman Temuan Hasil Penelitian
114
1. Perencanaan Pembelajaran PAI Siswa
116
2. Implementasi Pembelajaran PAI Guru dan Siswa
117
3. Penilaian Hasil Belajar
118
vu
BAB V
KESIMPULAN DAN REKOMENDASI
A. Kesimpulan
B.
120
Rekomendasi
122
1. Kepada Guru
123
2. Kepada Kepala Sekolah
124
3. Kepada Instansi Terkait
124
4. Peneliti Lanjutan
125
DAFTAR PUSTAKA
126
Biografi Penulis
129
Lampiran-lampiran
131
1. Struktur Organisasi SMU Islam Al-Azhar 5 Cirebon
2. Pola Integrasi di SMU Islam Al-Azhar 5 Cirebon
3. Instrumen Kinerja Kepala Sekolah SMU Islam Al-Azhar 5 Cirebon
4. Instrumen Kinerja Guru SMU Islam Al-Azhar 5 Cirebon
5. Profil Kader & Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kualitas Tamatan
6. Alur Pemikiran Konseptual Kurikulum Al-Azhar
7. Program Kerja Guru PAI SMU Islam Al-Azhar 5 Cirebon
7.1. Program Tahunan
7.2. Program Caturwulan
7.3. Analisis Materi Pelajaran (AMP)
7.4. Program Satuan Pelajaran (PSP)
8.
Instrumen Penelitian
9.
Dokumen Foto Kegiatan
Vlll
DAFTAR GAMBAR DAN TABEL
Gambar I-l Peta Paradigma Penelitian
14
Tabel II-1 Hubungan Peristiwa-peristiwa Belajar dalam PBM
43
Tabel IV-1 Perbedaan Jumlah Jam Pelajaran SMU Berdasarkan
Kurikulum Depdiknas dengan Kurikulum Al-Azhar
68
Tabel IV-2 Rekapitulasi Lulusan SMU Islam Al-Azhar 5
yang Lulus Masuk Perguruan Tinggi Negeri
70
Tabel IV-3 Rekapitulasi Lulusan SMU Islam Al-Azhar 5
yang Lulus Masuk PTM Melalui Jalur PMDK
70
Tabel IV-4 Tipe-Tipe Keterampilan Model Active Learning
110
Tabel IV-5 Rekapitulasi Hasil-hasil Penelitian
119
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Pendidikan Agama Islam (PAI) adalah usaha sadar untuk menyiapkan
peserta didik dalam meyakini, memahami, menghayati dan mengamalkan ajaran
Agama Islam. Pendidikan Agama Islam ini dilakukan melalui kegiatan-kegiatan
bimbingan, pengajaran dan/atau latihan dengan memperhatikan tuntutan untuk
menghormati agama lain dalam hubungan kerukunan antarumat beragama dalam
masyarakat untuk mewujudkan persatuan nasional. Melalui kegiatan-kegiatan
tersebut, peserta didik diharapkan dapat menjadi manusia muslim yang beriman
dan bertaqwa kepada Allah SWT. serta berakhlak mulia dalam kehidupan pribadi,
bermasyarakat, berbangsa dan bernegara.
Pendidikan Agama Islam pada Sekolah Menengah bertujuan untuk
meningkatkan keyakinan, pemahaman, penghayatan dan pengamalan siswa
tentang Agama Islam untuk mencapai tujuan seperti disebutkan di atas, ditambah
dengan tujuan untuk melanjutkan pendidikan ke jenjang pendidikan yang lebih
tinggi (Depdikbud, 1996: 17). Pendidikan Agama Islam meliputi keselarasan dan
keseimbangan antarhubungan: manusia dengan Allah SWT., manusia dengan
sesama manusia, manusia dengan dirinya, dan manusia dengan makhluk lain dan
lingkungannya.
Ruang lingkup bahan pelajaran pendidikan Agama Islam sebagaimana
dikemukakan dalam GBPP PAI SMU (Depdiknas, 1999) meliputi keimanan,
ibadah, Al-Quran, akhlak, muamalah, syariah, dan tarikh. Penekanan unsur-unsur
Tesis/Komaruddin/979725/S2-PK/PPsUPI/Bandung
pokok bahan pelajaran PAI ini sesuai dengan jenjang sekolah dalam sistem
pendidikan di Indonesia adalah seperti disajikan dalam kutipan di bawah ini:
... Pada tingkat Sekolah Dasar (SD), penekanan diberikan pada empat
unsur pokok, yaitu: keimanan, ibadah, Al Quran, dan akhlak; sedangkan
pada Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama (SLTP) dan Sekolah Menengah
Atas (SMU/K), penekanannya di samping diberikan pada keempat unsur
pokok di atas, juga pada unsur pokok muamalah, dan syariah semakin
dikembangkan. Unsur pokok tarikh diberikan secara serimbanag pada
setiap satuan pendidikan (Depdiknas, 1999).
SMU Al Azhar 5 Cirebon sebagai salah satu sekolah umum swasta Islam
(SUSI) yang berada di bawah pembinaan Departemen Pendidikan Nasional
merupakan lembaga pendidikan umum yang berciri khas Islam serta merupakan
bagian yang tidak terpisahkan dari sistem pendidikan nasional. Penyelenggaraan
pendidikan di lembaga pendidikan ini berada di bawah pembinaan Departemen
Pendidikan Nasional bekerja sama dengan Departemen Agama. Sebagai bagian
yang
tidak
terpisahkan
dari
sistem
pendidikannya mengacu kepada tujuan
pendidikan
nasional,
pendidikan nasional
maka
tujuan
sebagaimana
ditetapkan dalam GBHN dan UU No. 2/1989 tentang Sistem Pendidikan Nasional.
Salah satu aspek yang membedakan pendidikan di lembaga ini dengan dengan
pendidikan di SMU yang hanya dibina oleh Depdiknas terutama terletak pada
tujuan kelembagaan (institusional) yang memberi penekanan lebih besar pada
muatan PAI. Penekanan ini sebenarnya merupakan wujud dari ciri khas lembaga-
lembaga pendidikan Islam. Dengan mencermati UU No. 2/1989 tentang Sistem
Pendidikan Nasional, PP No. 29/1990, SK Mendikbud No. 4/1989/1992 dan SK
Menteri Agama No. 373/2993, maka dapat dipahami bahwa lebih banyak
persamaan dibandingkan dengan perbedaan antara SMU di bawah pembinaan
Tesis/Komaruddin/979725/S2-PK/PPsUPI/Bandung
Depdiknas dengan SMU di bawah pembinaan Departemen Agama. Sehubungan
dengan hal itu, isu-isu dan tantangan-tantangan yang dihadapi oleh sekolahsekolah umum swasta Islam (SUSI) di bawah pembinaan Depdiknas dalam masa
kini dan masa yang akan datang, baik yang menyangkut aspek pemerataan,
kesempatan, peningkatan mutu, relevansi, serta efisiensi dan efektivitas, secara
umum sama dengan yang dihadapi sekolah-sekolah menengah umum. Sementara
itu, aspek-aspek historis dan latar belakang kedua lembaga tersebut sangat
berbeda.
Jika digunakan pendekatan masukan-proses-keluaran (inputs-processoutputs approach), maka dapat dipahami dengan jelas bahwa sekolah-sekolah
seperti Madrasah dan non-Madrasah sama-sama memghadapi persoalan yang
hampir sama, baik dalam aspek input, proses, maupun output. Achmadi (1996)
mengutip hasil penelitian International Institute for
the Evaluation of
Educational Achievement (IEA) yang berpusat di Paris, bahwa mutu hasil
pendidikan sekolah dipengaruhi oleh 500-600 variabel (atau faktor) yang saling
berbeda dan berinterelasi antara satu dengan yang lainnya. Dalam aspek proses,
pelaksanaan proses belajar-mengajar (PBM) masih dihadapkan pada masalah
mutu yang belum sepenuhnya berorientasi pada pencapaian tujuan. Achmadi
(1996) menyatakan bahwa hal tersebut dapat dicermati dari
kurangnya
pengembangan metode-metode inovatif untuk proses pembelajaran di bawah
bimbingan guru.
Jika dikaitkan dengan keunikan tujuannya dibandingkan dengan SMU,
yakni pembinaan keimanan dan ketaqwaan (imtak), maka muncul permasalahan
Tesis/Komaruddin/979725/S2-PK/PPsUPI/Bandung
dalam implementasi kurikulum dasar-dasar iptek, sejauh mana proses
pembelajaran dapat mencapai sasaran yang diinginkan, terutama imtak. Untuk
menemukan jawaban terhadap persoalan ini, pada dasarnya berkaitan erat dengan
model pembelajaran yang efektif.
Salah satu upaya yang dilakukan pemerintah untuk mengatasi persoalan
implementasi kurikulum di sekolah-sekolah yang berciri khas Islam adalah
diadakannya Proyek Peningkatan Mutu Pendidikan (PPMP). Proyek ini dilakukan
melalui kerja sama dengan Bank Pembangunan Asia (ADB) sejak April 1997
sampai Maret 2002 berdasarkan 'Memorandum of Understanding' (MoU) kedua
pihak yang ditandatangani pada tanggal 4 Oktober 1996. Salah satu tujuannya
adalah untuk pengembangan pengajaran yang efektif termasuk peningkatan mutu
pembelajaran PAI.
Apabila dicermati lebih jauh mengenai karakteristik pokok pelaksa-naan
kurikulum, dipahami bahwa implementasi kurikulum setiap mata pelajaran
menuntut siswa untuk tidak hanya menguasai materi pelajaran tetapi juga
sekaligus sebagai pembinaan keimanan dan ketaqwaan (imtak). Oleh karena itu,
konsep-konsep yang diajarkan pada siswa seharusnya bermuatan iptek dan imtak.
Kecenderungan yang terjadi di lapangan menunjukkan bahwa guru-guru
yang mengajarkan mata pelajaran tersebut hanya mengajarkan konsep-konsep
keilmuan, tanpa mengaitkannya dengan unsur-unsur Imtak. Sehubungan dengan
hal itu, penting diupayakan penemuan alternatif model pembelajaran yang efektif
sehingga memungkinkan pembelajaran konsep-konsep pembelajaran menjadi
bermuatan iptek dan imtak. Dalam konteks inilah proyek PPMP antara
Tesis/Komaruddin/979725/S2-PK/PPsUPI/Bandung
Pemerintah Indonesia dengan ADB dilaksanakan di mana salah satu tujuannya
untuk pengem-bangan pembelajaran yang efektif.
Pentingnya
peningkatan
mutu
pendidikan
termasuk
efektivitas
pembelajaran, didukung data lapangan yang menunjukkan bahwa lebih 10.000
guru di sekolah-sekolah di bawah pembinaan Departemen Agama yang bekerja
sama dengan
Depdiknas
perlu
ditingkatkan
kemampuannya
baik
dalam
penguasaan materi maupun metodplogi pembelajaran. Untuk peningkatan mutu
pembelajaran, guru dituntut menguasai aplikasi pendekatan, model, strategi,
metode dan teknik-teknik pembalajaran.
Karena keberhasilan pembelajaran siswa banyak ditentukan oleh faktor
guru, maka guru dituntut untuk dapat memilih dan menggunakan model-model
pembelajaran
siswa.
Tujuannya
adalah
untuk
mengoptimal-kan
kegiatan
pembelajaran siswa dengan derajat keaktifan yang tinggi. Prosedumya adalah
membuat siswa melakukan keterampilan-keterampil-an proses yang menuntut
cara belajar siswa aktif {student active learning) dengan kadar atau derajat yang
tinggi.
Dalam kaitan itu, Mel Silberman dalam derive Learning: 101 Strategies to
Teach Any Subject (1996) mengungkapkan 101 strategi untuk membuat siswa
aktif dalam belajar tanpa mempersoalkan apa pun mata pelajarannya. Apa yang
membuat siswa menjadi aktif dalam belajar? Bila siswa aktif dalam belajar, maka
mereka harus melakukan lebih banyak kegiatan dalam PBM. Siswa dituntut
menggunakan secara aktif pikiran untuk mempelajari ide-ide, memecahkan
masalah-masalah, dan mengaplikasikasikan apa yang telah mereka pelajari.
Tesis/Komaruddin/979725/S2-PK/PPsUPI/Bandung
Mengenai penting-nya membuat siswa belajar aktif, dapat disimak dari pendapat
Silberman (1996) dalam kutipan di bawah ini:
Why is it necessary to make learning active? To learn something well, it
helps to hear it, see it, ask questions about it, and discuss it with others.
Above all, students need to "do it" - figure things out by themselves,
come up with examples, try out skills, and do assignments that deepen on
the knowledge they already have or must acquire.
We know that students learn best by doing. But how do we promote
active learning?....They are designed to enliven classroom, ... but they are
intended to deepen learning and retention (Silberman, 1996: ix).
Dari kutipan di atas, dapat dipahami bahwa untuk membuat siswa dapat
mempelajari sesuatu dengan baik, maka ia hendaknya diarahkan untuk melakukan
kegiatan-kegiatan mendengar, melihat, bertanya, dan berdiskusi. Lebih penting
lagi, siswa diarahkan untuk "berbuat" (melakukan secara langsung) untuk
mengaplikasikan pengetahuan dan keterampilan yang telah dipelajarinya. Untuk
membuat siswa dapat belajar aktif, maka perlu dihidupkan pembelajaran mereka
di dalam kelas, dengan tujuan untuk memperedalam dan meningkatkan daya tahan
atau retensi (memori) terhadap apa yang telah mereka pelajari atau apa yang telah
diajarkan kepada mereka.
Aplikasi pendekatan belajar aktif {active learning) penting bukan hanya
bagi guru-guru sekolah dasar, tetapi juga bagi mereka yang meng-ajar di sekolahsekolah lanjutan/menengah, hingga mereka (dosen-dosen) di perguruan tinggi,
bahkan pusat-pusat pembelajaran di masyarakat (lembaga-lembaga PLS seperti
kursus-kursus). Singkatnya, pendekatan active learning ini penting bagi mereka
yang
mengajarkan
informasi
keterampilan-keterampilan.
Hal
teknis
ini
atau
sesuai
nonteknis,
dengan
sebagaimana dikemukakan dalam kutipan di bawah ini:
Tesis/Komaruddin/979725/S2-PK/PPsUPI/Bandung
konsep-konsep,
pendapat
dan
Silberman
Active learning is for anyone, experienced or novice, who teaches
technical or nontechnical information, concepts, and skills
Teachers in
middles schools, high schools, colleges, and centers for adult education
will find active learning strategis especially useful (Silberman, 1996: 2-5).
Sesuai dengan pendapat Silberman sebagaimana diuraikan di atas,
Moedjiono dan Dimyati (1993) mengemukakan bahwa penerapan prinsip-prinsip
belajar aktif mempersyaratkan realisasi kegiatan-kegiatan pembelajaran yang
mampu melibatkan aspek intelektual, emosional, maupun aspek fisik siswa secara
optimal. Lebih jauh ditegaskan bagaimana seharusnya guru merancang dan
mengimplementasikan pembelajaran untuk keperluan tersebut, yakni seperti yang
dinyatakan dalam kutipan di bawah ini:
... guru dapat mengusahakannya melalui berbagai pendekatan
pembelajaran, salah satu diantaranya adalah pendekatan keterampilan
proses, yakni suatu pendekatan yang menekankan pada mengajar siswa
belajar bagaimana belajar atau learning how to learn (Moedjiono dan
Dimyati, 1993: 12).
Sesuai dengan uraian-uraian di atas, dapat dinyatakan bahwa dalam
konsep active learning terkandung makna bagaimana menyeleng-garakan PBM
yang memungkinkan siswa dapat belajar secara aktif melalui upaya pemberian
rangsangan, bimbingan, arahan dan dorongan dari guru secara aktif. Tabrani R.
dan Hamijaya (1990) mengemukakan rasional active learning sebagai suatu
pendekatan penting dalam melak-sanakan PBM, yakni seperti diuangkapkan
dalam kutipan di bawah ini:
... guru perlu memikirkan strategi belajar-mengajar tertentu dengan
memanfaatkan metode dan teknik mengajar yang berfungsi memberi
kemudahan bagi siswa agar mereka dapat belajar secara aktifgunamencapai
tujuan pengajaran secara efektif. ... dalam pembelajaran siswa terhimpun
berbagai strategi, metode dan teknik-teknik tertentu, baik dalam mengajar
maupun dalam belajar. Oleh karena itu, [active learning] dapat dipandang
Tesis/Komaruddin/979725/S2-PK/PPsUPI/Bandung
sebagai suatu pendekatan dalam melaksanakan PBM (Tabrani
Hamijaya, 1990: J)
Berdasarkan kutipan-kutipan di atas dapat dipahami bahwa aplikasi
pendekatan active learning dalam
pembelajaran siswa, tidak
lain
untuk
meningkatkan kualitas pembelajarannya melalui berbagai keterampilan proses
belajar. Peningkatan kualitas ini dipandang penting mengingat rendahnya kualitas
lulusan dari berbagai jenjang persekolahan mulai dari SD hingga SMU,
khususnya jika dilihat dari peroleh Nilai Ebtanas Murni (NEM). Di Cirebon,
NEM para siswa lulusan SD hingga SMU tahun 1999-2001 masih relatif rendah,
dan bahkan menunjukkan penurunan jika dibandingkan dengan tahun-tahun
sebelumnya. Gejala ini memperkuat dugaan bahwa mutu pendidikan khususnya
pembelajaran ditingkatkan, yakni melalui peningkatan kadar pembelajaran siswa.
Namun,
yang
menjadi
permasalahan adalah,
bagaimana guru
mendisain,
mengimplementasikan, dan menilai pembelajaran agar siswa dapat melakukan
kegiatan-kegiatan belajar dengan kadar aktivitas yang tinggi untuk meningkatkan
kualitas belajar mereka.
Sebagaimana diuraikan dalam bagian sebelumnya, PAI diajarkan baik di
SMU yang berciri khas Islam yang di bawah pembinaan Departemen Agama
dengan lebih menitikberatkan pada pendidikan Iptek dan Imtak. SMU Al-Azhar 5
Cirebon adalah salah satu SMU
yang berusaha meningkatkan kualitas belajar
siswa melalui peningkatan aktivitas belajar siswa dalam PBM. Mengingat
peliknya masalah tersebut, maka penelitian tentang implementasi model mengajar
Tesis/Komaruddin/979725/S2-PK/PPsUPI/Bandung
active learning dalam pengajaran PAI merupakan sesuatu yang penting
dilakukan.
B.
Identifikasi Masalah
Sesuai dengan uraian-uraian latar belakang permasalahan di atas, dapat
dinyatakan
bahwa
banyak permasalahan
yang
dapat
diidentifikasi
yang
berhubungan dengan aplikasi pendekatan active learning dalam PBM.
1. Model-model belajar yang bagaimana yang dapat memenuhi kadar active
learning yang tinggi, sehingga dapat diharapkan meningkatkan mutu hasil
belajar siswa? Identifikasi masalah ini juga terkait dengan seleksi strategi dan
metode-metode pembelajaran siswa.
2. Sifat bahan ajar, tingkat perkembangan siswa, dan keterlaksanaannya oleh
guru dalam PBM. Pertimbangan dari segi bahan ajar, menuntut guru untuk
sifat bahan ajar-nya, apakah bersifat sekuensial (seperti dalam pelajaran
berhitung, matematika, dan Iain-lain) atau bersifat kumulatif (seperti dalam
pelajaran sejarah). Pertimbangan dari segi tingkat perkembangan siswa,
menuntut guru untuk mempertimbangkan kematangan fisik dan mental yang
pada gilirannya berkaitan dengan hakekat bahan ajar, apakah lebih bersifat
konkrit atau abstrak. Pertimbangan dari segi keter-laksanaan guru, menuntut
guru
untuk
selalu
meningkatkan
kemampuan
mengaplikasikan strategi dan metode active learning.
Tesis/Komaruddin/979725/S2-PK/PPsUPI/Bandung
mengajarnya
dalam
C. Perumusan dan Pembatasan Masalah
Berdasarkan pertimbangan latar belakang dan identifikasi masalah
dapat dinyatakan bahwa masalah pokok penelitian ini berkenaan dengan
implementasi model mengajar active learning dalam pembelajar-an siswa.
Permasalahan ini lebih jelas dapat dirumuskan sebagai berikut: Bagaimana Guru
Mengimplementasikan Model Mengajar 'Active Learning' dalam PBM di Kelas?
Penelitian ini dilakukan pada Kelas II Caturwulan II tahun pengajaran
1999-2000. Ada pun topik-topik pembelajaran PAI untuk Caturwulan kedua SMU
berdasarkan Suplemen GBPP 1999 Kurikulum 1994 adalah: Iman kepada AlQuran, Penyelenggaraan Jenazah, Al-Quran Surat yunus 37 dan 38 serta Surat Al
Maa-Idah 48, Syukur Nikmat, dan Islam di Asia.
Mengingat rumusan masalah tersebut di atas masih bersifat umum, maka
untuk memudahkan pelaksanaan penelitian perlu dijabarkan ke dalam sub-sub-
masalah penelitian yang dirumuskan sebagai berikut:
1. Bagaimana guru merencanakan program pembelajaran berdasarkan model
active learning yang menuntut siswa melakukan kegiatan belajar secara aktif?
2. Bagaimana guru melaksanakan pembelajaran siswa sesuai dengan model
mengajar active learning sebagaimana dirumuskan dalam perencanaannya?
3. Bagaimana cara guru melakukan penilaian terhadap hasil belajar siswa sesuai
dengan
prinsip-prinsip
model
mengajar
active
dinyatakan dalam perencanaannya?
Tesis/Komaruddin/979725/S2-PK/PPsUPI/Bandung
learning
sebagaimana
11
D. Tujuan dan Manfaat Penelitian
1. Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana implementasi model
mengajar active learning dalam pengajaran PAI untuk pembelajar-an siswa di
kelas. Sesuai dengan pertanyaan-pertanyaan di atas, maka tujuan ini dapat dirinci
sebagai berikut:
1.1.
Untuk memperoleh data tentang perencanaan aplikasi model active learning
dalam pembelajaran PAI untuk pembelajaran siswa di kelas.
1.2.
Untuk
memperoleh
data
tentang
pelaksanaan
kegiatan-kegiatan
instruksional PAI di dalam kelas berdasarkan model active learning.
1.3.
Untuk memperoleh data tentang penilaian terhadap hasil belajar siswa
berdasarkan aplikasi model active learning dalam pembelajaran siswa dalam
kelas.
2.
Manfaat Penelitian
Hasil yang diperoleh melalui penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat
pengkajian teoritis dan praktis implementasi model mengajar active learning,
khususnya dalam pengajaran PAI di lelbaga pendidikan atau sekolah yang lebih
menitikberatkan Iptek dan Imtak, dan diharapkan dapat meningkatkan kualitas
pembelajaran siswa yang berimplikasi pada kualitas hasil belajar siswa.
a.
Manfaat Teoritis
Melalui penelitian ini diharapkan dapat ditemukan paling tidak prinsip-
prinsip aplikasi model mengajar active learning dalam pengajaran PAI khususnya
Tesis/Komaruddin/979725/S2-PK/PPsUPI/Bandung
12
di sekolah yang menitikberatkan penguasaan Iptek dan Imtak. Kemampuan guru
dalam mengimplementasikan model mengajar active learning tentu saja akan
mempengaruhi peningkatan kualitas pencapaian tujuan, baik yang berkenaan
dengan kegiatan-kegiatan pembelajaran maupun yang berkenaan dengan hasil
belajar siswa. Prinsip-prinsip yang dimaksud diharapkan dapat mendukung
pengkajian teoritis, khususnya implementasi model mengajar active learning.
b.
Manfaat Praktis
Manfaat praktis dari penelitian ini adalah agar hasil penelitian ini dapat
membantu guru mengatasi kesulitan-kesulitan dalam implementasi pendekatan
atau model mengajar active learning dalam rangka meningkatkan baik kualitan
pembelajarannya maupun kualitas hasil belajar siswa. Temuan penelitian ini dapat
dimanfaafkkan
khususnya
guru
PAI
untuk
mengkaji
lebih
jauh
dan
mengembangkan kemampuannya dalam pengimplementasian model mengajar
active learning. Selain pihak guru, pihak administrator pendidikan (kepala
sekolah, pejabat pengawas pendidikan baik dari departemen terkait) dapat
memanfaatkan hasil penelitian ini untuk kepentingan pembinaan guru-guru dalam
kaitannya dengan upaya-upaya peningkatan mutu guru dan hasil belajar siswa.
Selain itu, temuan penelitian ini diharapkan dapat dijadikan sebagai
masukan bagi para peneliti yang berminat melakukan penelitian lanjutan
mengenai model mengajar active learning yang lebih komprehensif. Penelitian
lanjutan dapat dilakukan dengan memperluas aspek-aspek yang menjadi fokus
penelitian ini.
Tesis/Komaruddin/979725/S2-PK/PPsUPI/Bandung
E. Definisi Operasional Penelitian
Definisi operasional adalah batasan (definisi) berdasarkan karakteristik
nyata, yakni yang dapat diamati dari apa yang didefinisikan (Tuckman, 1978).
Berdasarkan definisi operasional ini, maka dapat dinya-takan bahwa definisi
operasional untuk penelitian ini adalah implementasi model mengajar active
learning yang meliputi perencanaan dan pelaksanaan KBM (termasuk evaluasi
hasil pembelajaran). Di bawah ini disajikan definisi operasional untuk penelitian
ini:
1. Implementasi Model Mengajar Active Learning didefinisikan sebagai
pelaksanaan dalam praktek nyata, atau, putting to work (Beauchamp, 1975).
Pengertian implementasi dalam penelitian ini adalah pelaksanaan model
pembelajaran active learning yang menuntut aktivitas siswa dengan kadar
yang tinggi dalam melakukan kegiatan-kegiatan belajar. Kegiatan ini meliputi
perumusan tujuan, penetapan isi pembelajaran, pelaksanaan pembelajaran
termasuk penggunaan alat, media dan sumber sebagaimana dimuat dalam
rencana pembelajaran (RP).
2. Perencanaan Pembelajaran didefinisikan sebagai kegiatan merumus-kan
tujuan, mengorganisasikan materi, menetapkan metode dan alat pembelajaran
serta perencanaan penilaiannya (Sujana, 1989: 31).
3. Kegiatan Belajar Mengajar (KBM) didefinisikan sebagai realisasi rencana
pembelajaran dalam bentuk kurikuler dan ekstrakurikuler.
Tesis/Komaruddin/979725/S2-PK/PPsUPI/Bandung
14
F. Paradigma Penelitian
Mengingat fokus penelitian ini adalah implementasi pembelajaran model
"active learning" dalam pengajaran PAI di SMU, dan implementasi itu sendiri
tidak dapat dipisahkan dari tujuan dan perencanaan implementasi untuk mencapai
tujuan, maka paradigma penelitian ini dapat digambarkan sebagai berikut:
Fokus
Penelitian
PBM
Implementasi
Pembelajaran
Active Learnin
Out put
Hasil
belajar
yang
diharapkan: kualitas
1. Kognitif
2.
Afektif
3.
Psikomotor
Keterlibatan
intelektual
emosional
siswa,
pembentukan
keterampilan
penghayatan
dan
serta
internalisasi nilai dalam
pembentukan sikap.
Gambar 1.1 Paradigma Penelitian Implementasi Model Active Learning
Tesis/Komaruddin/979725/S2-PK/PPsUPI/Bandung
47
BAB III
•:
METODOLOGI PENELITIAN
A. Pendekatan Penelitian
Penelitian tentang implementasi model mengajar active learning dalam
pengajaran pendidikan agama Islam (PAI) lebih tepat jika dilakukan dengan
menggunakan pendekatan penelitian kualitatif. Untuk lebih memahami secara
mendalam implementasi model mengajar active learning sebagai suatu proses,
penggunaan penelitian kualitatif lebih tepat dibandingkan penelitian kuantitatif.
Hal ini sesuai dengan pemikiran Bogdan dan Biklen (1992:31) yang menyatakan
bahwa:
Qualitative researches are concerned with process rather than simply
with outscomes or product. Proses di sini adalah kegiatan implementasi model
pembelajaran active learning, yakni kegiatan belajar mengajar (KBM) yang
melibatkan siswa dan guru di kelas di mana penelitian ini dilakukan.
Penelitian kualitatif sering juga disebut sebagai metode etnografik, metoda
fenomenologis, atau metode impresionistik (Sudjana dan Ibrahim, 1989: 195).
Karena metode penelitian kualitatif sering digunakan untuk menghasilkan teori
dari data penelitian {groundedtheory), bukan dari hasil pengujian hipotesis seperti
dalam metode penelitian kuantitatif atau positivistik, maka teori yang dihasilkan
penelitian kualitatif menjadi bersifat generating theory. Lebih jauh ditegaskan
bahwa ketepatan interpretasi bergantung kepada ketajaman analisis, objektivitas,
sistematik dan sitemik. Pendekatan penelitian ini disebut juga pendekatan
naturalistik, karena situasi lapangan penelitian bersifat natural atau alamiah, apa
adanya, dan tidak dimanipulasi (Nasution, 1992:18). Pengumpulan data dalam
Tesis/Komaruddin/979725/S2-PK/PPsUPI/Bandung
penelitian kualitatif hendaknya dilakukan sendiri oleh peneliti dan menc^
sumbernya secara langsung (Bogdan dan Biklen, 1982 :27).
Sesuai dengan hakekat pendekatan penelitian kulaitatif, peneliti ingin
memperoleh pemahaman terhadap bagaimana pembelajaran PAI di dalam kelas
dengan model 'active learning' dilaksanakan atau diimplementasikan. Aspek-
aspek yang akan dikaji melalui penelitian ini adalah perencanaan, pelaksanaan
atau implementasi termasuk faktor-faktor pendukung, dan penilaian terhadap
keberhasilan program pembelajaran yang bersangkutan.
Untuk memperoleh gambaran yang lebih mendalam, holistik, lebih
mengutamakan makna {verstehen), dan memandang hasil penelitian sebagai
spekulatif (Nasution, 1992: 7) terhadap implementasi program pembelajaran PAI
model active learning yang lebih menekankan pada proses, maka lebih tepat jika
dilakukan dengan menggunakan pendekatan penelitian kualittif. Karena hakekat
fenomena menurut penelitian kualitatif adalah totoalitas atau sifat keseluruhan
{gestalt), maka pendekatan ini mencoba mengungkapkan kenyataan lapangan
secara alamiah (dalam hal ini, KBM PAI di dalam kelas dengan menggunakan
pendekatan active learning), sehingga diharapkan permasalahan penelitian dapat
dipahami secara mendalam (Moleong, 1996: 4). Mengingat interpretasi data
dalam penelitian ini harus disusun secara menyeluruh dan sistematis, maka data
yang dikumpulkan dari lapangan adalah data yang bersifat deskriptif-analitik.
Sesuai dengan pendekatan penelitian kualitatif, peneliti dapat lebih leluasa
memahami konteks sosial proses pembelajaran PAI tanpa adanya manipulasi.
Selain itu peneliti ingin dapat mengungkapkan perilaku person, gagasan dan
Tesis/Komaruddin/979725/S2-PK/PPsUPI/Bandung
49
pikirannya (dalam hal ini, guru dan siswa) dalam proses pembelajaran PAI, sebab
penelitian kualitatif pada hakekatnya juga merupakan pengamatan kepada orangorang tertentu dalam lingkungan hidupnya, berinteraksi dengan mereka dan
berusaha memahami bahasa serta menafsirkannya sesuai dengan dunia sekitarnya
(Nasution, 1992: 5; Bogdan &Biklen, 1992: 49; dan Lincoln & Guba, 1985: 3).
Beberapa literatur menyebutkan ciri-ciri penelitian kualitatif/naturalistik,
antara lain, sumber data adalah situasi yang wajar atau natural setting, peneliti
sebagai instrumen utama penelitian, sangat deskriptif, mementingkan proses,
mengutamakan data langsung (first hand), triangulasi (data/informasi dari satu
sumber harus dicek kebenarannya dengan cara memperoleh data itu dari sumber
lain), mementingkan perpektif emic (mementingkan pandangan responden),
sampling purposif, audit-trail (apakah laporan penelitian sesuai data yang
dikumpulkan), partisipasi tanpa mengganggu, analisis dilakukan sejak awal
penelitian dan selama melakukan penelitian, dan disain penelitian muncul selama
dalam proses penelitian (proses yang bersifat emergent, evolving, dan developing).
B. Lokasi dan Sumber Data
Penelitian ini dilakukan di SMU Islam Al-Azhar 5 Cirebon, dengan
alasan:
1. Merupakan sekolah unggulan dalam proses dan kurikulum. Unggulan dalam
proses peneliti melihat indeks produktivitas yang cukup tinggi dari output.
Pada tahun pelajaran 1998/1999 NEM masuk rata-rata 34,86 outputnya
menjadi 52,05. Unggulan dalam kurikulum (program pengajaran), misalnya
Tesis/Komaruddin/979725/S2-PK/PPsUPI/Bandung
50
PAI di sekolah negeri 2 jam perminggu, sedangkan di Al-Azhar 6 jam, karena
disamping mata pelajaran PAI juga ada mata pelajaran Al-Qur'an dan Bahasa
Arab tersendiri, masing-masing 2 jam perminggu.
2. Merupakan sekolah berprestasi, terbukti menjadi juara I tingkat wilayah III
Cirebon dan juara III tingkat Jawa Barat dalam lomba wawasan wiyata
mandala. Di tingkat wilayah III Cirebon menyisihkan 250 sekolah negeri dan
swasta dan tingkat Jawa Barat 2000 sekolah swasta dan negeri. Didalam
kriteria lomba tersebut mencakup seluruh komponen seperti administrasi,
kurikulum, sarana, kepegawaian, kinerja Kepala Sekolah dan Guru, input dan
output lulusan. Khusus aktivitas keagamaan juara I se-kota Cirebon. Dalam
Sapta Lomba Keagamaan mencakup produktivitas kegiatan mesjid sebagai
kegiatan ekstrakurikuler keagamaan seperti tadarus serempak 15 menit setiap
pagi, tausiyah 10 menit ba'da Dzuhur, ceramah 3 bahasa setelah sholat Jum'at,
yasinan keliling perkelas tiap bulan, program tahfidz qur'an, seni baca qur'an,
nasyid dan qasidah.
Informasi dalam bentuk lisan dan tulisan dalam peneltitian kalitatif
berturut-turut menjadi data primer dan sekunder. Data primer yang dikumpulkan
mencakup persepsi dan pemahaman person serta deskripsi lainnya yang berkaitan
dengan fokus penelitian. Data sekunder meliputi data jumlah person dan
kualifikasinya dan berkas kertas kerja yang mendukung pelaksanaan tugas-tugas
dalam sesuai tuntutan program pembelajaran dengan pendekatan active learning.
Sesuai dengan bentuk-bentuk data yang dikumpulkan dalam penelitian ini,
maka sumber-sumber data penelitian ini meliputi manusia, benda, dan peristiwa..
Tesis/Komaruddin/979725/S2-PK/PPsUPI/Bandung
51
Manusia dalam penelitian kualitatif merupakan sumber data yang berstatus
sebagai responden dan informan mengenai fenomena atau masalah yang menjadi
fokus penelitian. Benda merupakan bukti fisik yang berhubungan dengan fokus
penelitian, sedangkan peristiwa merupakan informasi yang menunjukkan kondisi
yang berhubungan langsung dengan implementasi program pembelajaran dengan
pendekatan active learning.
Secara lebih spesifik, sumber data yang digunakan dalam penelitian ini
mencakup:
1.
Siswa kelas II SMU Islam Al-Azhar 5 Cirebon 210 siswa. Rata-rata NEM
masuk 33,07, terdiri dari lulusan SLTP Negeri dan Swasta dan MTs Negeri
dan Swasta.
2. Guru-guru SMU Islam Al-Azhar 5 Cirebon, yang terdiri dari 45 guru 5 guru
agama, 31 guru bidang umum. Untuk lebihjelasnya latar belakang pendidikan
guru agama tersebut adalah sebagai berikut:
1. Drs. Ayup Khan lulusan IAIN Bandung
2. Drs. Asy'ari lulusan IAIN Sunan Kali Jaga
3. Drs. Usep Saefudin lulusan IAIN Bandung
4. Umar S.Ag lulusan IAIN Bandung
5. Sulton Kamal S.Ag lulusan IAIN Sunan Kali Jaga
Pengalaman mengajar sebagai guru agama rata-rata 10 tahun dan beban
mengajar rata-rata 18 jam perminggu.
3. Situasi Kelas dalam kegiatan belajar mengajar. Jumlah keseluruhan kelas II
ada 6 kelas pararel, terdiri dari kelas 2.1 sampai dengan kelas 2.6. Model
Tesis/Komaruddin/979725/S2-PK/PPsUPI/Bandung
52
pararel kelas dibentuk kelas unggulan, berdasarkan nilai rata-rata raport kelas I
Kelas 2.1 adalah kelas paling unggulan utama disusul 2.2 sampai dengan 2.6.
Model pararel kelas unggulan ini dimaksudkan untuk memotivasi prestasi
belajar siswa sehingga bersaing masuk pada kelas unggulan utama.
4. Dokumen baik berupa kurikulum (GBPP), administrasi mengajar buku
sumber, LKS, evaluasi formatif dan sumatif.
C. Prosedur Pengambilan Sampel (Sampling)
Sesuai dengan hakekat penelitian kualitatif, maka subjek dalam penelitian
ini ditentukan secara purposive, artinya, subjek penelitian relatif sedikit dan
dipilih menurut tujuan penelitian; namun subjek penelitian dapat terus bertambah
sesuai keperluannya yang dinamakan sebagai snowball sampling (Bogdan dan
Biklen. 1982 ; Miles dan Huberman, 1994 ; dan Nasution, 1992 : 11, 33).
D. Teknik-teknik Pengumpulan Data
Sesuai dengan hakekat penelitian kualitatif, peneliti merupakan instrumen
utama dalam pengumpulan data. Karena itu, peneliti memiliki peranan yang
fleksibel dan adaptif. Artinya, peneliti dapat menggunakan seluruh alat indera
yang dimilikinya untuk memahami fenomen sesuai dengan fokus penelitian
(Lincoln dan Guba, 1985 : 4). Hal ini sesuai dengan pendapat Bogdan dan Biklen
(1992 : 28), bahwa dalam penelitian kualitatif, peneliti merupakan key instrument.
Sehubungan dengan hal ini, dalam penelitian ini peneliti sendiri akan terjun
resis/Komaruddin/979725/S2-PK/PPsUPI/Bandung
53
langsung ke lapangan untuk mengumpulkan seluruh data sesuai dengan fokus
penelitian.
Sesuai dengan peranan peneliti sebagai alat penelitian yang utama, maka
peneliti dapat melakukan sendiri pengamatan dan wawancara tak berstruktur
kepada responden penelitian ini (kepala sekolah, guru-guru PAI, dan para siswa
yang mengikuti program PAI). Karena perananya sebagai instrumen utama dalam
pengumpulan informasi atau data, maka informasi atau data penelitian yang
terkumpul diharapkan dapat dipahami secara utuh, termasuk makna interaksi
antarmanusia, dan peneliti juga diharapkan dapat menyelami perasaan dan nilai
yang terkandung dari ucapan atau perbuatan responden penelitian. Oleh karena
itu, untuk pengumpulan data sesuai dengan fokus penelitian ini, maka peneliti
berada di lapangan dalam jangka waktu yang relatif panjang. Sebagaimana
dikemukakan Erickson (1986 : 21) bahwa dalam melakukan penelitian lapangan
peneliti dituntut untuk
melakukan: (1) interaksi secara intensif dan jangka
panjang di lokasi penelitian; (2) melakukan pencatatan termasuk perekaman
{recording) dengan seksama tentang apa yang terjadi di lokasi penelitian,
membuat catatan-catatan lapangan, dan mengumpulkan dokumen-dokumen
lainnya (seperti memo, catatan-catatan, contoh-contoh pekerjaan siswa, dan
catatan-catatan guru); dan (3) refleksi analitik berikutnya pada catatan-catatan dan
dokumen-dokumen yang dikumpulkan dari lapangan dan dilaporkan dengan cara
mendeskripsikannya secara detail (terperinci), sketsa-sketsa naratif dan kutipan
langsung dari interview, maupun dengan cara mendeskripsikan dalam bentuk
Tesis/Komaruddin/979725/S2-PK/PPsUPI/Bandung
54
yang lebih umum, baik berupa chart analisis, tabel ringkasan, dan deskripsi
statistik.
1. Wawancara dilakukan terhadap guru agama dan siswa serta pihak terkait
(Kepala Sekolah dan Wali Kelas), untuk mendapatkan data pelaksanaan
pembelajaran pendidikan agama yang telah dilakukan dan kondisi yang
mendukung serta kendala bagi penerapan model pembelajaran active learning.
Drs. Ayup Khan yang mengajar PAI di Kelas II berpendapat bahwa model
pembelajaran active learning pada mutu pelajaran PAI dapat diterapkan
dengan baik bila didukung oleh kualitas guru agama, sarana prasarana, serta
dukungan dari berbagai pihak terkait seperti keaktifan siswa, koordinasi guru
agama dengan kepala sekolah, wali kelas, dan kerjasama sekolah dengan
lingkungan keluarga masyarakat.
Drs. Abu Malik M.Pd. sebagai kepala sekolah berpendapat bahwa
pelajaran PAI yang mencakup aqidah, akhlak, ibadah, tarikh, dan Al-Qur'an
sangat cocok jika didesain dengan pembelajaran yang kreatif, tidak monoton.
Sehingga membuat jenuh siswa dengan ceramah-ceramah. Oleh karena itu
model pembelajaran active learning sangat tepat jika direncanakan secara
detail dan bermusyawarah dengan siswa.
Drs. Karyoto S.Pd. sebagai wali kelas II-1 mengatakan bahwa variasi
model pembelajaran itu sangat disenangi siswa, apalagi desainnya banyak dan
kegiatannya menarik. Model pembelajaran active learning sangat cocok pada
pokok bahasan yang memerlukan gerak fisik, kecakapan diskusi, dan
demonstrasi seperti pokok bahasan penyelengaraan jenazah.
Tesis/Komaruddin/979725/S2-PK/PPsUPI/Bandung
Ml*
**.
\\ !%$>
**
2. Observasi dengan menggunakan lembaran observasi untuk me^ee^^*^^ #
kemampuan guru agama dalam mengajar, mengelola kelas, dan penguasaan
bahan pelajaran.
Selain itu, untuk mengetahui sikap
siswa terhadap
pembelajaran PAI.
Guru senior yang di observasi adalah Drs. Ayup Khan kegiatan awal yang
dilakukannya adalah mengabsen siswa, apersepsi, membagikan LKS untuk
dikerjakan oleh kelompok masing-masing.
Sambil membimbing tiap
kelompok diskusi juga memeriksa tugas (PR), penulis melihat dalam diskusi
kelompok ada siswa yang pergi ke perpustakaan untuk melengkapi dukungan
referensi. Dalam seminar kelas perwakilan kelompok maju ke depan kelas
kemudian mengatur kelompok ada yang bertugas menjadi moderator,
mempresentasikan makalah, notulis, dan anggota. Kegaduhan dalam aktivitas
kelas dibiarkan oleh guru PAI sebatas dalam koridor belajar, seperti adu
argumentasi, membantai makalah dan lain sebagainya.
3. Studi dokumentasi digunakan untuk mengetahui rencana pembelajaran yang
disusun guru agama, pelaksanaan tugas pengajaran.
Dokumentasi yang dipelajari penulis adalah administrasi guru Drs. Ayup
Khan dan Drs. Asy'ari. Penulis menemukan kedetailan program pengajaran
mulai dari program tahunan, program catur wulan, analisis materi, satuan
pelajaran, persiapan harian, LKS, dan soal pree test serta post test. Program
pengajaran tersebut harus diserahkan kepada kepala sekolah satu minggu di
awal KBM catur wulan, untuk di periksa dan di tandatangani.
Tesis/Komaruddin/979725/S2-PK/PPsUPI/Bandung
56
4. Catatan lapangan selama melaksanakan penelitian untuk mendapatkan data
masalah yang dijumpai dalam penerapan model pembelajaran active learning,
selanjutnya untuk dicarikan alternatif pemecahannya.
Masalah yang dirasakan guru PAI (Drs. Ayup Khan dan Drs. Asy'ari)
adalah sering kekurangan waktu dalam KBM, TPK kurang akurat dan
komprehensif jika menggunakan diskusi. Pengembangan-pengembangan dari
pokok bahasan selalu sering muncul dalam diskusi. Penyerahan tugas (PR atau
Makalah) jarang tepat waktu. Siswa yang pasif sulit ditumbuhkan
keberaniannya. Pengadaan alat peraga sering menjadi beban bagi siswa.
Untuk mengatasi masalah-masalah tersebut penulis mengkomunikasikan
dengan kepala sekolah dan BP3 (jam'iyah) untuk mengatasinya seperti
pengadaan alat peraga, sekolah dan BP3 menyediakan anggaran.
5. Self reflection untuk mengetahui konsep dari guru agama, siswa dan orang tua
murid terhadap pelaksanaan pembelajaran PAI.
E. Teknik-teknik Analisa Data
Analisis data adalah proses yang dilakukan secara sistematis untuk
mencari/menemukan
dan
menyusun
transkrip
wawancara,
catatan-catatan
lapangan, dan bahan-bahan lainnya yang telah dikumpulkan peneliti. Dengan cara
ini, diharapkan peneliti dapat meningkatkan pemahamannya tentang data yang
terkumpul dan memungkinkannya menyajikan data tersebut secara sistematis
guna menginterpretasikan dan menarik kesimpulan (Bogdan dan Biklen,
1992:153).
Tesis/Komaruddin/979725/S2-PK/PPsUPI/Bandung
57
Tehnik analisa data yang digunakan peneliti dalam penelitian ini adalah
pengurangan data, menampilkan data, penyajian data, dan kesimpulan. Upaya
mendeskripsikan dan mengeksplanasi peristiwa berdasarkan data atau informasi
yang terkumpul sesuai dengan fokus penelitian, harus dilakukan penelitian
sebagai pengganti pengukuran dan pengolahan data yang lazim dilakukan dalam
tradisi penelitian kuantitatif. Sesuai dengan fokus penelitian ini, maka analisis
data difokuskan pada implementasi program pembelajaran dengan pendekatan
active learning, yang meliputi perencanaan, pelaksanaan dan penilaian; sumber
dan strategi yang paling mempengaruhi implementasi pembelajaran dan hasilhasil yang dicapai atau diharapkan dicapai dari proses pembelajaran.
1.
Reduksi Data
Untuk memudahkan pemahaman terhadap data penelitian yang sudah
terkumpul, maka terlebih dahulu dilakukan reduksi data. Reduksi data ini
dilakukan dengan cara mengelompokkan data sesuai dengan aspek-aspek
permasalahan penelitian, apakah termasuk kategori perencanaan (penyusunan
program tahunan, program catur wulan, analisis materi pelajaran, satuan pelajaran,
persiapan harian, perencanaan KBM, pemilihan strategi atau metode-metode
pembelajaran, pengorganisasian bahan atau materi pelajaran, perencanaan
penggunaan alat/media dan sumber pembelajaran serta perencanaan penilaian),
pelaksanaan (membuka pelajaran, mengabsensi siswa, apersepsi, pree test,
diskusi kelas, seminar kelas, tanggapan/penguatan guru, kesimpulan mater
pembelajaran, evaluasi, pemasangan LKS pada papan pajangan dan tindak lanjut),
Tesis/Komaruddin/979725/S2-PK/PPsUPI/Bandung
58
atau penilaian (kemampuan guru PAI melakukan evaluasi dalam PBM dilihat
terutama dari aspek kesesuaian jenis evaluasinya dengan KBM, kesesuaiannya
dengan TPK, kesesuaiannya dengan bahan pelajaran, dan perubahan perilaku
(kognitif, afektif atau psikomotor) sesuai dengan topik yang diajarkan dalam
PBM). Dengan cara ini peneliti dapat dengan mudah menentukan unit-unit
analisis data penelitian. Lebih jauh lagi, aspek-aspek yang direduksi dalam
penelitian ini adalah implementasi program pembelajaran baik yang berkenaan
dengan pemahaman tentang program, persiapan pembelajaran, pelaksanaan
pembelajaran, dan evaluasi yang dilakukan dalam PBM.
2. Display Data
Data yang telah direduksi kemudian disajikan dalam bentuk deskripsi
sesuai dengan aspek-aspek penelitian. Penyajian data ini dimaksudkan untuk
memudahkan peneliti menafsirkan data dan menarik kesimpulan. Sesuai dengan
aspek-aspek masalah penelitian ini, maka susunan penyajian datanya dimulai dari
1) Perencanaan pembelajaran mencakup perumusan TPK, perencanaan KBM,
program mengajar tahunan, catur wulan, analisis materi, satuan pelajaran, PMH, ,
LKS,
penugasan
analisis
pokok
bahasan,
tugas
pembuatan
makalah,
mempersiapkan alat peraga, item pree test dan post test serta format persentase
hasil pree test dan post test. 2) Pelaksanaan pembelajaran meliputi keterampilan
membuka pelajaran,
keterampilan
penguasaan bahan pengajaran,
menjelaskan
pelajaran,
penguasaan
penguasaan metode,
kelas,
kemampuan
menggunakan alat media pembelajaran, interaksi PBM yang komunikatif,
Tesis/Komaruddin/979725/S2-PK/PPsUPI/Bandung
59
kemampuan memberikan penguatan (reinforcement), dan keterampilan menutup
KBM. 3) Pelaksanaan penilaian mencakup aspek kesesuaian jenis evaluasi dengan
KBM, kesesuaiannya dengan TPK, kesesuaiannya dengan bahan pelajaran dan
perubahan perilaku (kognitif, afektif atau psikomotor) sesuai dengan topik yang
diajarkan.
3. Penarikan Kesimpulan dan Verifikasi
Penarikan kesimpulan dan verifikasi dilakukan berdasarkan pemahaman
terhadap data yang telah dikumpulkan. Sesuai dengan hakekat penelitian
kualitatif, penarikan kesimpulan ini dilakukan secara bertahap. Pertama, menarik
kesimpulan sementara atau tentatif, namun seiring dengan bertambahnya data
maka harus dilakukan verifikasi data dengan cara mempelajari kembali data yang
telah ada (yang telah direduksi maupun disajikan). Kemudian, verifikasi data juga
dilakukan dengan cara meminta pertimbangan dari pihak-pihak lain yang ada
keterkaitannya dengan penelitian, yaitu dengan meminta pertimbangan dari guruguru lain, atau dengan cara membandingkan data yang diperoleh dari sumber
tertentu dengan sumber-sumber lain. Akhirnya peneliti menarik kesimpulan akhir
untuk mengungkapkan temuan-temuan penelitian ini.
F. Pengujian Keabsahan Temuan Penelitian
Untuk memeriksa keabsahaan data, peneliti menggunakan kriteria truth
value, applicability, consistency, dan netrality. Kriteria-kriteria ini sering juga
Tesis/Komaruddin/979725/S2-PK/PPsUPI/Bandung
60
disebut dengan istilah credibility, transferability, dependability dan confirmbility
(Lincoln & Guba, 1985 : 290). Keempat kriteria ini merupakan atribut yang
membedakannya berturut-turut dengan validitas internal, validitas eksternal,
reliabilitas, dan objektivitas menurut tradisi atau paradigma penelitian positivistik
(Moleong, 1996: 176; Sudjana & Ibrahim, 1989; dan Nasution, 1992). Selain itu,
peneliti juga melakukan triangulasi untuk pemeriksaan keabsahaan data dalam
penelitian ini, yaitu membandingkan data yang terkumpul dengan cara memeriksa
kesesuaian hasil analisis dengan kelengkapan data.
1. Derajat Kepercayaan (Credibility)
Kredibilitas dalam penelitian ini identik dengan reliabilitas dalam tradisi
penelitian positivistik. Untuk meningkatkan derajat kepercayaan dalam penelitian
ini dapat dicapai dengan cara-cara: (1) peneliti cukup lama di lapangan, yakni
selama hampir enam bulan, sejak Agustus 2001 sampai Februari 2002; dan (2)
triangulasi, yaitu pemeriksaan keabsahaan data dengan cara mengecek atau
membandingkan data melalui pemanfaatan sumber-sumber lain. Dalam penelitian
ini, triangulasi dilakukan dengan observasi terhadap aktivitas pembelajaran di
dalam kelas dan wawancara dengan guru.
2. Derajat Keteralihan (Transferability)
Derajat keteralihan atau transferability ini identik dengan validitas
eksternal dalam tradisi penelitian kuantitatif. Transferability yang tinggi dalam
penelitian kualitatif dapat dicapai dengan menyajikan deskripsi yang relatif
Tesis/Komaruddin/979725/S2-PK/PPsUPI/Bandung
banyak (tebal), karena metode ini tidak dapat menetapkan validitas ekternal dalam
arti: yang tepat. Dalam hal ini, peneliti mencbba mendeskripsikan informasi atau
data penelitian secara luas dan mendalam tentang implementasi program
pembelajaran di kelas, baik yang berkenaan dengan hasil survey awal ke lokasi
penelitian (SMU Al-Azhar 5 Cirebon), kurikulum yang digunakan, perencanaan,
pelaksanaan, maupun evaluasi dalam program pembelajaran PAI di SMU AlAzhar 5 Cirebon.
3. Derajat Keterandalan (Dependability)
Keterandalan atau dependability temuan penelitian ini dapat diuji melaui
pengujian proses dan produk (Lincoln dan Guba, 1988 : 515). Pengujian produk
adalah pengujian data, temuan-temuan, interpretasi-interpretasi, rekomendasirekomendasi dan membuktikan kebenarannya bahwa hal itu didukung oleh data
yang diperoleh langsung dari lapangan. Keterandalan dalam penelitian ini identik
dengan validitas internal dalam tradisi penelitian kuantitatif. Dalam penelitian ini
melakukan uji dependability dengan cara menggunakan catatan-catatan mengenai
pelaksanaan seluruh proses dan hasil penelitian.
4.
Derajat Penegasan (Confirmability)
Teknik utama untuk menentukan derajat penegasan (confirmability) adalah
dengan cara