Perubahan kurikulum Pendidikan Agama Islam di SMPI Al-Azhar 3 Bintaro

(1)

i

Skripsi

Diajukan kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Mencapai Gelar

Sarjana Pendidikan Islam (S.Pd.I)

Oleh

Nisa Alfadlilah

NIM 1110011000037

JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN

UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA


(2)

I,EMBAR PEN(;ESAffAN PEPIBIMBING SKRIPSI

PERUBAHAT{ KURIKULLIM PENDIDIKAN AGAMA ISLAS{ DI S]VIPI AL.AZHAR 3 BINTARO

Skripsi

Diajukan kepacla Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan

untuk Meme*uhi Salah Satu Syarat \,{encapai Gelar Saliana Pendidikarr islanr {S.Pd,l)

Oleh: Nisa Alfadlilnh r1I00r1$00037

Yang Mengesahkan

Dosen Pembimbing Skripsi

JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

TAKULTA$

}IMti

TAXSTYAH DAN KEGUBU.AN UIN SYARIS'

IIIDAYATULLAH

JAKARTA 2015


(3)

Azhar 3 Bintaro disusun oleh l{isa Alfadlilah,

Penclirjikan Agama Islarl, Irakultas Ilmu Tarbiah dan Keguntan, Liniversitas Islam Negeri Syarif Hidayatuliah .Iakarta. Teiah melalui birnbingan dan dinyatakan sah sebagai karya ilmiah yang berhak untuk diujikan pada sidang munaqasah sesuai dengan ketentuan yang telah ditetapkan Fakultas.

Jakarla. 20 Februari 2015

Yang Mengesahiian Dosen Pembimbing Skripsi


(4)

LEMBAIT PENGESATII{N

skripsi berjudul Perubahan Kurikutuur Pendiclikan Agarna Islarn

Di

S-\-IPI

Al-&trar

-3

Bintaro

disusun

oleh

NISA

ALFADLILAII Nomor

induk ivlahasiswa 1 1 1001 1000037, diaiukan kepada Fakultas

Ilmu

Tarbiah dan Keguruan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta dan telah dinyatakan lulus dalam Ujian

Milnaqasair pada tzmggai 2 b4aret 2$1-{ {3i hadapan de;van p'enguji. Karena

itu

penulis berhak mernperoleh geiar sariana

sI

{s.Pd.l) dalam bidang Penditlikan

Agama Islanr.

Jakarta, 2 Maret 2015 Panitia Uji*n Munaqas'ah

Keiii;i Pariitia (Ketria iurusatvFrograrri Studi

)

'L'anggai i-iF-.

ii.

:\bdui to{aiid Khcrn. iu4"Ag

IiiP: 1958ii7t]7 tq87$3 I G$5

Sekr"elaris (Sekretaris .Iurusan

frodi)

Nilarhamah Saleh- MA

NIP: 19720313 200801 2 010

Penguji I

Drs.Abd.Ilaris. N'{.Ag

it{lP: 19660901 199503

I

001 Penguji II

,\ltmad Irtain ll{ufid. ,"tlA NIP: 19740318 200312 1 042

,41

3

-

?sts

-\u,z

ib -

J- zors

{

"l;:"

=--+^.{r/*


(5)

(6)

vi

ABSTRAK

Nisa Alfadlilah, 1110011000037, Perubahan Kurikulum Pendidikan Agama Islam di SMPI Al-Azhar 3 Bintaro

Perubahan kurikulum sebagai pedoman pelaksanaan pembelajaran untuk mencapai tujuan pendidikan merupakan suatu tuntutan dalam mengikuti perubahan dan perkembangan zaman, namun seperti proses perubahan lainnya, perubahan kurikulum pun dihadapkan dengan berbagai pertentangan serta hambatan dalam pengimplementasiannya. Penelitian ini ditujukan untuk mengetahui respon guru Pendidikan Agama Islam (PAI) di SMPI Al-Azhar 3 Bintaro terhadap perubahan kurikulum dari Kurikulum 2006 ke Kurikulum 2013 khususnya pada mata pelajaran Pendidikan Agama Islam. Metode penelitian yang digunakan adalah metode deskriptif dengan pendekatan kualitatif. Pelaksanaan penelitian berlokasi di SMPI Al Azhar 3 Bintaro dengan subjek penelitian seluruh guru Pendidikan Agama Islam SMPI Al Azhar 3 Bintaro. Teknik pengumpulan data yang digunakan meliputi teknik observasi, teknik wawancara dan studi dokumentasi, teknik analisis data yang digunakan adalah model Miles dan Huberman, yaitu analisis data yang dilakukan pada saat pengumpulan data berlangsung dan setelah selesai pengumpulan data dalam periode tertentu. Hasil penelitian menunjukkan bahwa bahwa secara umum guru PAI di SMPI Al-azhar 3 Bintaro belum memahami benar konsep dan esensi dari Kurikulum 2013 sehingga dalam mengimplementasikan Kurikulum 2013 cenderung dilaksanakan secara tekstual sesuai dengan buku pegangan yang berimplikasi pada timbulnya berbagai kesulitan mulai dari tahap penyusunan RPP hingga tahap pelaksanaan pembelajaran. Hambatan utama yang dialami oleh guru PAI di SMPI Al-Azhar 3 Bintaro dalam mengimplementasikan Kurikulum 2013 adalah luasnya dan rumitnya teknik penilaian yang disyaratkan dalam Kurikulum 2013 serta belum memadainya buku pegangan yang ada. Hal ini menimbulkan terjadinya gap atau pertentangan antara kebijakan sekolah SMPI Al-Azhar 3 Bintaro yang berkebijakan untuk tetap menerapkan Kurikulum 2013 dengan kesiapan guru PAI yang belum siap untuk mengimplementasikan Kurikulum 2013 dengan segala aspeknya. Walaupun begitu, Gapyang terjadi antara kebijakan SMPI Al-Azhar 3 Bintaro dengan kesiapan guru PAI SMPI Al-Azhar 3 Bintaro dalam mengimplementsikan kurikulum 2013 dapat diatasi melalui komunikasi yang lebih intensif antara pihak yayasan, sekolah dan guru. Sehingga semua hambatan yang dialami guru dalam mengimplementasikan kurikulum 2013 dapat diatasi dengan baik.


(7)

vii

Changes in the curriculum as a guideline for the implementation of learning to achieve the goal of education as an obligation to follow the changes and development of the age, but like the other changes, curriculum changes were faced with some opposition and obstacles in its implementation. This study aimed to evaluate the response of Islamic Education teachers junior high school of Al-Azhar 3 Bintaro to changes in the curriculum 2006 to the Curriculum 2013, especially on the subject of Islamic education. The method used is descriptive method with qualitative approach. Implementation research junior high school located in Al Azhar 3 Bintaro with research subjects throughout the Islamic Education teachers junior high school of Al Azhar 3 Bintaro. Data collection techniques used include observation, interview techniques and study documentation, data analysis technique used is the model of Miles and Huberman, the data analysis performed during data collection in progress and upon completion of data collection in a particular period. The results showed that in general that the Islamic Education teachers junior high school of Al-Azhar 3 Bintaro not yet fully understand the concept and essence of Curriculum 2013, so in the implementation of Curriculum 2013 textually inclined implemented in accordance with the existing handbook, it is implicated in the onset of variety of difficulties ranging from the planning phase to the implementation phase of the learning implementation. The main obstacles faced by the Islamic Religious Education teachers junior high school of Al-Azhar 3 Bintaro in implementing Curriculum 2013 is the breadth and complexity of the valuation techniques required in the Curriculum 2013 and the inadequacy of the existing handbook. This lead to a gap or a conflict between high school of Al-Azhar 3 Bintaro policy which has a policy to continue the implementation of Curriculum 2013 with the readiness of the Islamic Religious Education teachers who is not ready to implement the Curriculum 2013 in all its aspects. However that gap which occurs between high school of Al-Azhar 3 of Bintaro with the readiness of the Islamic Religious Education teachers in implementing of the curriculum 2013 can be addressed through a more intensive communication between the foundations, schools and teachers. So that all the barriers experienced by teachers in implementing of Curriculum 2013 can be addressed properly.


(8)

viii

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur hanya bagi Allah SWT yang telah memberikan jalan kebenaran kepada penulis, sehingga dapat dengan mudah menyelesaikan penulisan skripsi dengan judul “Perubahan Kurikulum Pendidikan Agama Islam di SMPI Al-Azhar 3 Bintaro”.

Shalawat beserta salam semoga tercurahkan kepada baginda Nabi Muhammad SAW yang telah memberikan pengajaran serta suri tauladan kepada para umatnya melalui sunnah-sunnahnya yang luar biasa sehingga menjadikan umat islam sebagai umat paling tinggi derajatnya dari seluruh umat di muka bumi ini. Juga kepada seluruh keluarga dan sahabat-sahabatnya yang selalu membantu perjuangan dalam menegakkan agama Islam di dunia ini.

Dalam penulisan skripsi ini, penulis menyadari bahwa apa yang disampaikan di dalamnya masih jauh dari kesempurnaan. Namun, penulis berharap, skripsi ini dapat menjadi sumbangsih tersendiri sehingga dapat memberikan manfaat dan memberi referensi kepada para peneliti lainnya untuk meneliti masalah yang penulis kaji lebih lanjut sesuai dengan bergulirnya zaman.

Penulis menyadari sepenuhnya bahwa proses penulisan skripsi ini tidak akan terwujud tanpa bantuan, bimbingan dan motivasi dari berbagai pihak. Oleh karena itu, dengan kesadaran hati penulis sampaikan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada:

1. Ibu Nurlena Rifa’I, Ph.Dselaku Dekan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.

2. Bapak Dr. H. Abdul Majid Khon, M.Ag, Ketua Jurusan Pendidikan Agama Islam Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, yang mana beliau senantiasa memberikan yang terbaik untuk seluruh mahasiswa Pendidikan Agama Islam.

3. Ibu Marhamah Shaleh, Lc. MA, Sekretaris Jurusan Pendidikan Agama Islam Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, yang selalu memberikan motivasi dan saran kepada penulis.


(9)

ix motivasi dan saran kepada penulis.

6. Seluruh dosen Fakultas Ilmu Tarbiah Dan Keguruan yang telah mencurahkan ilmu pengetahuan dan pelajaran hidup kepada penulis semasa kuliah.

7. Bapak Mukhtarom, M.M Kepsek SMPI A-Azhar 3 Bintaro, Bapak Nasikhun, Bapa Akrom dan Bapa Krisna Selaku guru Pendidikan Agama Islam yang telah meluangkan waktu dan memberi izin kepada penulis untuk melakukan penelitian di SMPI Al-Azhar 3 Bintaro.

8. Orang Tua tercinta Bapak Drs. H. Muhammad Saefuddun Anwar, Lc dan Ibu Mariam Agustina, S.Pd, yang telah merawat dan mendidik dengan penuh kasih sayang secara tulus, mendo’akan dan mencukupi moril dan materil kepada penulis sejak kecil sampai sekarang dan adik-adikku yang telah mendukungku serta pamanku Jusuf Nur Sjamsu yang telah banyak membantu memberikan arahan dalam penulisan skripsi ini.

9. Pimpinan beserta staf perpustakaan utama dan perpustakaan Fakultas Tarbiyah dan Keguruan yang telah membantu penulis menyediakan berbagai literatur yang sangat dibutuhkan dalam penulisan skripsi ini.

10. Teman-temanku angkatan 2010 Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan Jurusan Pendidikan Agama Islam, yang selalu memberikan support kepada penulis.

11. Semua pihak yang tidak penulis sebutkan satu persatu yang telah berjasa membantu penulis dalam menyelesaikan skripsi ini. Harapan penulis semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi penulis dan bagi siapa yang membacanya untuk menambah ilmu pengetahuan. Amin.

Ciputat, 19 Februari 2015


(10)

DAFTAR ISI

Halaman Cover ... i

Lembar Pengesahan Pembimbing Skripsi... ii

Lembar Pengesahan Penguji... iv

Surat Pernyataan Karya Sendiri ... v

ABSTRAK ... vi

KATA PENGANTAR ... viii

DAFTAR ISI ... x

DAFTAR TABEL ... xiii

DAFTAR LAMPIRAN ... xiv

BAB I PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Masalah Penelitian ... 6

1. Identifikasi Masalah ... 6

2. Pembatasan Masalah ... 6

3. Perumusan Masalah ... 6

C. Tujuan ... 6

D. Manfaat Penelitian ... 6

E. Metode Penelitian ... 7

BAB II KONSEP PERUBAHAN KURIKULUM... 14

A. Konsep Kurikulum ... 14

1. Definisi Kurikulum ... 14

2. Macam-Macam Model Konsep Kurikulum ... 16

3. Fungsi Kurikulum ... 18

B. Pengembangan Kurikulum ... 19

1. Konsep Pengembangan Kurikulum ... 19

2. Dasar-Dasar Pengembangan Kurikulum ... 20

3. Prinsip-Prinsip Pengembangan Kurikulum ... 21

4. Landasan Pengembangan Kurikulum ... 23


(11)

i

C. Perubahan Dan Implementasi Kurikulum ... 33

1. Perubahan Kurikulum ... 33

a. Konsep Perubahan Kurikulum ... 33

b. Proses Perbaikan Kurikulum ... 35

2. Implementasi Kurikulum ... 36

a. Konsep Implementasi Kurikulum ... 36

b. Model Implementasi Kurikulum ... 38

3. Evaluasi Kurikulum ... 39

1. Konsep Evaluasi Kurikulum ... 39

2. Model-Model Evaluasi Kurikulum ... 40

4. Penelitian Relevan ... 44

BAB III PERUBAHAN KTSP KEPADA KURIKULUM 2013 PADA MATA PELAJARAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM DI SMP ... 46

A. Perubahan KTSP Kepada Kurikulum 2013 ... 46

1. Landasan Pengembangan Kurikulum 2013 ... 46

2. Rasional Pengembangan Kurikulum ... 46

3. Tujuan Perubahan ... 49

4. Elemen-Elemen Perubahan ... 49

B. Struktur Kurikulum Pada Sekolah Menengah Pertama (SMP) . 53 1. Perubahan Struktur Kurikulum Di SMP ... 53

2. Perbedaan Antara KTSP Dan Kurikulum 2013 Di SMP .... 58

C. Perubahan Kurikulum Pendidikan Agama Islam (PAI) ... 59

RESPON PERUBAHAN KURIKULUM PAI DI SMPI AL-AZHAR 3 BINTARO... 63

A. Profil Sekolah ... 63

1. Identitas Sekolah ... 63


(12)

ii

3. Motto ... 64

4. Tujuan ... 65

5. Staf Pengajar ... 65

6. Jumlah Siswa ... 66

7. Sarana Prasarana ... 67

B. Deskripsi Hasil Penelitian ... 69

1. Respon SMPI Al-Azhar 3 Bintaro Terhadap Kebijakan Implementasi Kurikulum 2013 ... 69

2. Respon Guru PAI Terhadap Implementasi Kurikulum 2013 71 a. Perubahan Perencanaan Pembelajaran Kurikulum 2013 71 b. Perubahan Pelaksanaan Pembelajaran Kurikulum 2013 75 C. Analisis Data Penelitian ... 78

1. Kebijakan Sekolah Terhadap Implementasi Kurikulum 2013... 78

2. Kesiapan Guru Dalam Mengimplementasikan Kurikulum 2013... 82

3. Pertentangan Antara Kebijakan Sekolah Dengan Kesiapan Guru... 83

KESIMPULAN DAN SARAN... 85

A. Kesimpulan ... 85

B. Saran ... 86

DAFTAR PUSTAKA ... 88


(13)

iii

3. Tabel 3.3 Usulan Struktur Kurikulum Baru ... 56

4. Tabel 3.4 Struktur Kurikulum Baru ... 56

5. Tabel 3.5 Perbedaan Esensial Kurikulum SMP ... 58

6. Tabel 4.1 Staf Pengajar SMPI Al-Azhar Bintaro... 65

7. Tabel 4.2 Jumlah Peserta Didik SMPI Al-Azhar 3 Bintaro ... 66

8. Tabel 4.3 Struktur Kurikulum 2013 SMPI Al-Azhar 3 Bintaro ... 70

9. Tabel 4.4 Format RPP Menurut Permendikbud No.81a/2013 ... 71

10. Tabel 4.5 Struktur Kurikulum 2013 Menurut Permendikbud No.68/2013 78 11. Tabel 4.6 Struktur Kurikulum 2013 SMPI Al-Azhar 3 Bintaro ... 79


(14)

xiv

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Pedoman Wawancara Guru PAI SMPI Al-Azhar 3 Bintaro Lampiran 2 Hasil Wawancara Guru PAI SMPI Al-Azhar 3 Bintaro Lampiran 3 Pedoman Studi Dokumentasi

Lampiran 4 Pedoman Observasi Lampiran 5 Uji Referensi

Lampiran 6 Surat Bimbingan Skripsi

Lampiran 7 Surat Permohonan Izin Penelitian Lampiran 8 Surat Keterangan Penelitian


(15)

1

Kemajuan suatu bangsa tidak akan terlepas dari pendidikan, karena pendidikan merupakan modal utama untuk kemajuan dan perkembangan suatu bangsa. Bangsa yang memiliki pendidikan maju biasanya menjadi bangsa yang kuat, dan mampu melaksanakan pembangunan dengan baik.

Undang-undang Republik Indonesia No. 20 Tahun 2003 Tentang sistem Pendidikan Nasional, Bab I Pasal I, menjelaskan bahwa:

Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi yang ada pada dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa, dannegara”.1

Lebih lanjut pada bab II pasal 3 Undang-undang Republik Indonesia No. 20 Tahun 2003 dijelaskan bahwa:

Pendidikan Nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi agar menjadi manusia yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab.2

Tujuan dari adanya pendidikan di Indonesia bukan hanya untuk mencerdaskan anak bangsa tetapi juga untuk menanamkan jiwa keberagamaan dalam diri masyarakat, sehingga mampu menjadi manusia yang beriman dan memiliki ketaqwaan kepada Allah SWT dan tentunya dibarengi dengan penanaman sikap dan watak yang islami sehingga mampu menjadikan bangsa Indonesia sebagai bangsa yang bermartabat. Salah satu 1 Republik Indonesia, Undang-Undang RI Nomor 20 Tahun 2003 Tentang Sistem

Pendidikan Nasional,Bab I, Pasal I.

2 Republik Indonesia, Undang-Undang RI Nomor 20 Tahun 2003 Tentang Sistem


(16)

2

upaya untuk menjadikan masyarakat Indonesia sebagai masyarakat yang bermartabat dan memiliki ketaqwaan kepada Allah SWT adalah dengan diberikannya pendidikan agama Islam.

Pendidikan Agama Islam merupakan suatu usaha-usaha yang sistematis dan pragmatis dalam membantu anak didik agar mereka hidup sesuasi dengan ajaran Islam. Menurut Peraturan Menteri Pendidikan Nomor 22 tahun 2006 tentang Standar Isi, dijelaskan bahwa pembelajaran PAI dimaksudkan untuk membentuk peserta didik menjadi manusia yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa serta berakhlak mulia mencakup etika, budi pekerti, atau moral sebagai perwujudan dari pendidikan agama.3 Sehingga

tujuan dari diberikannya pendidikan agama Islam (PAI) di samping untuk memberikan pemahaman kepada siswa tentang permasalahan keagamaan juga untuk menjadikan siswa memiliki ketaqwaan dan keimanan kepada Allah SWT, serta dibarengi dengan sikap dan budi pekerti yang baik.

Tujuan dari pendidikan agama islam ini pun selaras dengan ayat

Al-Qur’an yang memerintahkan umat manusia untuk bertaqwa kepada Allah SWT, dan diantara ayat Al-Qur’an yang menjelaskan hal tersebut ialah:

ﻢ ُﺘ

َن ﻮ ﻤ ِﻠ ﺴ ُﻣ

﴿

١ ٠ ٢

Artinya: “Wahai orang-orang yang beriman! Bertaqwalah kamu kepada Allah dengan sebenar-benar taqwa, dan jangan sekali-kali

kamu mati melainkan dalam keadaan Islam.”(Q.S Ali Imran:102)4

3Republik Indonesia,Peraturan Mentri Pendidikan Nasional No 22 Tahun 2006 Tentang

Standar Isi Untuk Satuan Pendidikan Dasar dan Menengah. 4Al-Qur’an, Surat Ali Imron, Ayat 102


(17)

Artinya: “Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kamu kepada Allah dan katakanlah perkataan yang benar, niscaya Allah memperbaiki bagimu ámalan-ámalanmu dan mengampuni bagimu dosa-dosamu, dan barangsiapa mentaati Allah dan Rasul-Nya, maka

sesungguhnya ia telah mendapat kemenangan yang besar.” (Qs. Al Ahzab : 70-71)5

Untuk saat ini pemberian pendidikan agama Islam merupakan suatu yang sangat penting bagi anak, karena pendidikan agama bukan hanya memberikan pengetahuan dari segi kognitif saja tetapi mencakup aspek afektif dan psikomotorik. Untuk meningkatkan suatu mutu pendidikan tentunya unsur-unsur dalam pendidikan pun harus ditingkatkan. Dari sekian banyak unsur sumber daya pendidikan, kurikulum merupakan salah satu unsur pendidikan yang bisa memberikan kontribusi yang signifikan untuk meningkatkan kualitas pendidikan. Menurut E Mulyasa kurikulum adalah seperangkat rencana dan pengaturan mengenai tujuan, kompetensi dasar, materi standar, dan hasil belajar serta cara yang digunakan sebagai pedoman penyelenggaraan kegiatan pembelajaran untuk mencapai kompetensi dasar dan tujuan pendidikan tertentu.6

Sejalan dengan perkembangan dan perjalanan waktu, Indonesia sudah melakukan beberapa kali pergantian kurikulum, diantaranya kurikulum

’76, kurikulum ’84, kurikulum ’94, kurikulum 2004 atau yang dikenal dengan

kurikulum KBK (kurikulum berbasis kompetensi), kurikulum 2006 atau yang disebut dengan KTSP (kurikulum tingkat satuan pendidikan), dan yang terakhir diimplementasikan adalah kurikulum 2013. Tujuan dari adanya perubahan kurikulum ini tidak lain adalah untuk meningkatkan kualitas pendidikan di Indonesia, supaya selaras dengan perkembangan zaman, sama halnya dengan alasan perubahan KTSP menjadi kurikulum 2013 yang menitik beratkan pada perkembangan dan perubahan zaman.

Melalui perubahan KTSP menjadi kurikulum 2013, pemerintah mengharapkan pendidikan yang dilaksanakan akan dapat menghasilkan

5Al-Qur’an, Surat Al-Ahzab, Ayat 70-71

6E. Mulyasa,Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan(Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2007),cet III, h. 46


(18)

4

lulusan sekolah yang lebih cerdas, kreatif, inovatif, memiliki kepercayaan diri yang tinggi sebagai individu maupun sebagai bangsa, serta toleran terhadap segala perbedaan yang ada.7 Latar belakang lainnya yang mendasari perubahan kurikulum KTSP menjadi kurikulum 2013 antara lain berkaitan dengan problem sosial dan masyarakat, problem yang terjadi dalam penyelenggaraan pendidikan itu sendiri serta perubahan sosial berupa globalisasi dan tuntutan dunia kerja, perkembangan ilmu pengetahuan,8 sehingga tujuan dari kurikulum 2013 adalah untuk mempersiapkan insan Indonesia untuk memiliki kemampuan hidup sebagai pribadi dan warganegara yang produktif, kreatif, inovatif, dan afektif serta mampu berkontribusi pada kehidupan bermasyarakat, berbangsa, bernegara dan peradaban dunia.9

Berkaitan dengan perubahan dalam penyelenggaraan pendidikan, salah satu hasil dari perubahan kurikulum dalam penyelenggaran pendidikan adalah dengan memberikan perhatian yang lebih pada masalah pendidikan agama, hal ini terlihat dari ditambahnya alokasi waktu untuk mata pelajaran agama disetiap jenjang pendidikan (SD, SMP, danSMA). Khusus untuk jenjang SMP, mata pelajaran PAI yang tadinya hanya mendapat alokasi waktu dua jam pelajaran setiap minggunya ditambah menjadi tiga jam pelajaran dalam satu minggu, selanjutnya penggunaan TI (teknologi informatika) yang dulunya merupakan bagian dari mata pelajaran, tetapi setelah diadakan perubahan dalam kurikulum, TI diaplikasikan pada seluruh mata pelajaran, dan dengan diaplikasikannya TI pada seluruh mata pelajaran maka TI pun teraplikasi dalam mata pelajaran PAI, dan hal ini akan memberikan kontribusi yang bagus untuk lebih mengembangkan pembelajaran PAI, selain itu kurikulum 2013 juga menawarkan pembelajaran berbasis kompetensi,

7 Kemendikbud, Informasi Kurikulum Untuk Masyarakat, Naskah Akademik Kemendikbud, Jakarta 2013, h.1,tidak dipublikasikan.

8Ibid.

9 Kemendikbud, “Kurikulum 2013 (Rasional, Kerangka Dasar, Struktur, Implementasi,

dan Evaluasi Kurikulum)”, Naskah Akademik Kemendikbud, Jakarta.2013,h. 33, tidak dipublikasikan.


(19)

sehingga siswa dituntut untuk menguasai seluruh kompetensi baik dari segi kognitif, afektif juga psikomotorik, dan hal ini sangat sejalan dengan pembelajaran PAI karena pembelajaran bukan hanya dituntut untuk mampu menguasai kompetensi kognitif tetapi juga afektif dan psikomotorik.

Dengan banyaknya hal yang ingin dicapai oleh kurikulum baru ini, maka tentu saja disini dibutuhkan banyak dukungan baik dari sekolah, kepala sekolah, tenaga pendidik dan lain sebagainya, oleh karena itu untuk pengaplikasian kurikulum yang baru secara keseluruhan dibutuhkan waktu sekitar empat tahun atau bahkan lebih, sehingga untuk sekarang pengaplikasian dari kurikulum yang baru ini hanya baru meliputi beberapa sekolah saja yang dipilih oleh pemerintah untuk dijadikan sebagai bahan percobaan.10

Setelah diadakannya perubahan dan pengimplementasian dari kurikulum baru ini di beberapa sekolah, ternyata tidak semua sekolah memberikan respon yang positif ada juga sekolah yang memberikan respon negatif, respon negatif ini terjadi karena adanya beberapa kendala yang muncul pada saat pengimplementasian kurikulum tersebut, dan dikarenakan respon dari sekolah merupakan hal yang sangat penting bagi keterlaksanaan kurikulum baru ini untuk kedepanya, sehingga kendala sekecil apapun yang muncul harus dapat ditangani dengan cepat. Maka dengan adanya permasalahan ini penulis tertarik untuk mengkaji bagaimana perubahan dari kurikulum 2013 ini di sekolah. Dengan inilah penulis mencoba untuk mengangkat permasalahan ini menjadi sebuah karya tulis skripsi dengan judul

“Perubahan Kurikulum Pendidikan Agama Islam Di SMPI Al-Azhar 3 Bintaro”

10 Kemendikbud, Pedoman Implementasi Kurikulum 2013, Naskah Akademik Kemendikbud Jakarta 2013, h. 89, tidak dipublikasikan


(20)

6

B. Masalah Penelitian 1. Identifikasi masalah

Berdasarkan paparan latar belakang di atas, permasalahan yang teridentifkasi muncul dalam perubahan kurikulum dari KTSP ke Kurikulum 2013 adalah sebagai berikut:

a. Kurangnya SDM (sumber daya manusia) yang mampu menjabarkan kurikulum 2013 pada kebanyakan satuan pendidikan.

b. Kurangnya pemahaman guru pada kurikulum 2013.

c. Kurangnya ketersediaan sarana dan prasarana pendukung sebagai kelengkapan dari pelaksanaan kurikulum 2013.

d. Sejauh mana perubahan dari kurikulum 2013 dalam pada mata pelajaran Pendidikan Agama Islam (PAI).

2. Pembatasan Masalah

Untuk mempermudah dalam mengarahkan penelitian ini, penulis membatasi permasalah yang teridentifikasi di atas khusus terhadap respon perubahan kurikulum 2013 pada mata pelajaran Pendidikan Agama Islam (PAI).

3. Perumusan Masalah

Dengan memperhatikan pembatasan masalah yang telah ditetapkan, rumusan masalah penelitian ini adalah sebagai berikut “Bagaimanakah

respon guru PAI di SMPI Al-Azhar 3 Bintaro terhadap perubahan kurikulum 2013 pada mata pelajaran Pendidikan Agama Islam (PAI)?”

C. Tujuan

Berlandaskan rumusan masalah penelitian yang telah ditentukan, maka penelitian ini ditujukan untuk mengetahui respon guru PAI di SMPI Al-Azhar 3 Bintaro terhadap perubahan kurikulum 2013 pada mata pelajaran Pendidikan Agama Islam (PAI).

D. Manfaat Penelitian

Sesuai dengan tujuan penelitian tersebut, pelaksanaan penelitian yang dilaksanakan diharapkan dapat memberikan kontribusi atau manfaat sebagai berikut:


(21)

Manfaat teoritis yaitu dapat digunakan sebagai referensi dan penelitian berikutnya yang sejenis. Sedangkan manfaat praktisnya adalah bagi sekolah, dapat meningkatkan pemberdayaan kurikulum, terutama yang terkait dengan perubahan dan implementasi kurikulum 2013 yang tentunya dimaksudkan untuk meningkatan mutu pendidikan sekolah. Bagi guru dan kepala sekolah, dapat digunakan sebagai pembanding dan pengembang kurikulum, sehingga dapat lebih memaksimalkan pengetahuan tentang penerapan kurikulum dalam proses penddikan.

E. Metode Penelitian 1. Desain Penelitian

Desain penelitian yang digunakan dalam penulisan ini adalah desain penelitian dengan pendekatan kualitatif. Sebelum memahami apa yang dimaksud dengan pendekatan kualitatif, Mcmillan dan Schumacher yang dikutip oleh Emzir menjelaskan yang dimaksud dengan penelitian itu sendiri, yaitu suatu proses sistematik pengumpulan dan penganalisaan informasi atau data untuk berbagai tujuan.11 Selanjutnya yang dimaksud dengan pendekatan kualitatif adalah suatu penelitian yang dimaksudkan untuk memahami fenomena tentang apa yang dialami oleh subjek peneliti kemudian dituangkan dalam bentuk deskripsi yang berupa kata-kata atau gambar, dan bukan angka-angka.12 Metode penelitian yang penulis gunakan adalah metode penelitian deskriptif (Descriptive Research) atau dikenal juga dengan studi kasus yaitu penelitian yang dilakukan untuk mengetahui suatu fenomena yang terjadi.13 Dalam pnelitian ini penulis bermaksud untuk menggambarkan respon dari perubahan kurikulum 2013 pada mata pelajaran Pendidikan Agama Islam di SMPI Al-Azhar 3 Bintaro. Sebagai strategi yang dilakukan untuk mengumpulkan atau memperoleh data, penulis melakukan pengamatan secara langsung di

11 Emzir, Metodologi Penelitian (Kuantitatif & Kualitatif),(Jakarta: PT RajaGrafindo Persada,2011),Cet.5,h.5

12 Lexy J. Moleong, Metode Penelitian Kualitatif, (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2013). Cet.31,h. 6-13.


(22)

8

kelas, melakukan wawancara dengan guru mata pelajaran Pendidikan Agama Islam, serta melakukan studi dokumentasi terhadap berbagai data terkait. Data yang penulis peroleh kemudian penulis gabungkan lalu dianalisis secara triangulasi, setelah itu baru penulis tuangkan dalam laporan tertulis.

Penelitian ini merupakan jenis penelitian deskriptif sehingga untuk memperoleh data yang menggambarkan keadaan sebenarnya, penulis menggunakan penelitian lapangan (Field Research), yakni memperoleh data secara langsung dengan cara mendatangi sekolah yang akan diteliti yaitu SMPI Al-Azhar 3 Bintaro.

2. Metode Penelitian

Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian deskriptif (Descriptive Research), yaitu penelitian yang dimaksudkan untuk mengumpulkan informasi mengenai status suatu gejala yang apa adanya pada saat penelitian dilakukan. Pada penelitian deskriptif ini tidak diperlukan administrasi dan pengontrolan terhadap perlakukan, karena penelitian deskriptif tidak dimaksudkan untuk menguji hipotesis tertentu, tetapi hanya menggambarkan keadaaan dari suatu gejala yang apa adanya.14 Jadi dapat disimpulkan bahwa tujuan utama penelitian deskriptif adalah untuk memberikan gambaran yang jelas dan akurat tetang gejala atau fenomena yang terjadi di lapangan tanpa menguji hipotesis.

3. Subjek Penelitian, Responden Penelitian dan Sumber Data

Berikut adalah subjek penelitian, responden penelitian, dan sumber data yang penulis gunakan.

a. Subjek penelitian yang diteliti adalah mengenai respon terhada perubahan kurikulum dari KTSP ke Kurikulum 2013 pada mata pelajaran Pendidikan Agama Islam.


(23)

b. Responden penelitian merupakan orang yang dapat merespon dan memberikan informasi tentang data penelitian.15maka yang menjadi responden dalam penelitian ini adalah seluruh guru mata pelajaran Pendidikan Agama Islam di SMPI Al-Azhar 3 Bintaro.

c. Sumber data yang penulis gunakan untuk memperoleh data yaitu: 1) Sumber data primer yakni wawancara terhadap guru mata

pelajaran Pendidikan Agama Islam (PAI) SMPI Al-Azhar 3 Bintaro dan observasi.

2) Sumber data sekunder yakni data dokumentasi.

4. Unit Analisis atau Satuan Subjek

Menurut Suharsimi Arikunto, unit analisis adalah satuan subjek atau responden yang dapat memberikan informasi mengenai data penelitian yang sedang diteliti.16 Pada penelitian ini yang menjadi unit

analisis atau satuan subjeknya adalah seluruh guru mata pelajaran Pendidikan Agama Islam di SMPI Al-Azhar 3 Bintaro

5. Tempat dan Waktu Penelitian.

Penelitian ini bertempat di YPI SMPI Al-Azhar 3 Bintaro yang berlokasi di Jl. Bonjol No.9 Pondok Karya Pondok Aren Tanggerang Banten. Pelaksanaan penelitian dimulai dari tanggal 1 November 2013 sampai 6 Desember 2014.

Pertimbangan utama pemilihan lokasi penelitian adalah kenyataan bahwa SMPI Al Azhar 3 Bintaro merupakan salah satu sekolah yang telah mengimplementasikan Kurikulum 2013 sejak awal tahun pelajaran 2013-2014, selain itu sekolah ini merupakan tempat penulis melaksanakan PPKT (Praktek Propesi Keguruan Terpadu) sebelumnya sehingga mempermudah dalam memperoleh perizinan serta pelaksanaan penelitian.

15Ibid., h. 88


(24)

10

6. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah: a. Pengamatan (Observation)

Observasi merupakan suatu teknik pengumpulan data yang mempunyai ciri spesifik yaitu adanya wawancara, kalau wawancara selalu berhubungan dengan komunikasi dengan manusia, maka observasi tidak terbatas pada manusia tetapi juga objek alam yang lain.17

Observasi yang penulis gunakan dalam penelitian ini adalah observasi terus terang dan tersamar, dalam melakukan pengumpulan data penulis menyatakan secara terus terang kepada sumber data bahwa ia sedang melakukan penelitian, sehingga yang diteliti dapat mengetahui aktivitas penelitian sejak awal sampai akhir. Tetapi dalam suatu saat peneliti pun bisa melakukan penelitian secara tersamar atau tidak terus terang, hal ini untuk menghindari kalau suatu data yang dicari merupakan data yang masih dirahasiakan.18 b. Studi Dokumentasi

Dokumen merupakan catatan peristiwa masa lalu. Dokumen bisa berupa tulisan, gambar, atau karya-karya monumental. Studi dokumentasi merupakan pelengkap dari hasil penelitian observasi dan wawancara, sehingga data menjadi kuat dan dapat dipertanggung jawabkan.19 Dokumentasi yang penulis gunakan adalah untuk memperoleh data atau informasi yang berkaitan dengan permasalahan yang penulis teliti.

c. Wawancara (Interview)

Menurut esterberg yang dikutip oleh sugiono menjelaskan definisi wawancara yaitu pertemuan antara dua orang untuk bertukar

17 Sugiyono, Metode Penelitian Pendidikan (Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif, dan

R&D),(Bandung Alfabeta,2011),Cet.13,h. 203

18Ibid.,h. 312


(25)

informasi dan ide melalui tanya jawab, sehingga dapat dikonstruksikan makna dalam suatu topik tertentu.20

Wawancara yang penulis lakukan adalah wawancara tidak terstruktur atau wawancara bebas atau disebut juga dengan wawancara tanpa kendali.21 Dalam pelaksanaan wawancara penulis

tidak menggunakan pedoman wawancara yang tersusun secara sistematis dan lengkap untuk mengumpulkan data dari responden (guru Pendidikan Agama Islam SMPI Al-Azhar 3 Bintaro)22

sehingga data yang didapat lebih fleksibel sesuai dengan keperluan. Wawancara dilakukan dengan seluruh guru mata pelajaran Pendidikan Agama Islam di SMPI Al-Azhar 3 Bintaro untuk mendapatkan data mengenai gambaran respon perubahan kurikulum dari KTSP ke Kurikulum 2013 pada mata pelajaran Pendidikan Agama Islam.

7. Teknik Analisis Data

Dalam penelitian ini penulis menggunakan analisis model Miles dan Huberman, yaitu analisis data yang dilakukan pada saat pengumpulan data berlangsung dan setelah selesai pengumpulan data dalam periode tertentu.23Tahapan analisis data yang dilakukan adalah: a. Data Reduction(Reduksi Data)

Mereduksi data berarti merangkum, memilih hal-hal yang pokok, memfokuskan pada hal-hal yang penting, dicari tema dan polanya, serta membuang hal yang tidak perlu.24 Pada tahap ini penulis mereduksi data dari hasil wawancara, observasi, dan studi dokumentasi. Dengan demikian data yang direduksi akan lebih

20Ibid., h.140

21 Arief Subyanto & FX. Suwarto, Metode & Teknik Penelitian Sosial. (Yogyakarta: Andi, 2006),h.105

22 Sugiono, Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitataif dan R&D, (Bandung:

Afabeta,2012), cet.17,h.138

23Sugiono,Memahami Penelitian Kualitataif, (Bandung: Alfabeta, 2013),Cet.8,h.87


(26)

12

memberikan gambaran yang jelas dan memudahkan peneliti dalam melakukan pengolahan dan analisis berikutnya.

b. Data Display(Penyajian Data)

Setelah data direduksi maka langkah selanjutnya adalah mendisplaykan data atau dapat disebut juga dengan penyajian data. Melalui penyajian data tersebut, maka data akan terorganisasikan, tersusun dalam pola hubungan, sehingga akan lebih mudah untuk difahami. Penyajian data juga dapat difahami sebagai sejumlah informasi yang tersusun yang memberikan kemungkinan untuk adanya penarikan kesimpulan dan pengambilan tindakan.25

Selanjutnya penyajian data yang akan penulis sajikan adalah dalam bentuk uraian singkat.

c. Conclution Drawing/Verification(Penarikan Kesimpulan)

Setelah data direduksi selanjutnya penulis melakukan penarikan kesimpulan yang didukung oleh bukti-bukti yang valid dan konsisten. Menurut sugiono penarikan kesimpulan yang didukung oleh bukti-bukti yang valid dan konsisten maka kesimpulan yang dikemukakan merupakan kesimpulan yang kredibel. Walaupun kesimpulan dalam penelitian kualitatif mungkin dapat menjwab rumusan masalah yang memang dirumuskan sejak awal mungkin juga tidak. Adapun teknik yang penulis gunakan dalam penarikan kesimpulan adalah:

1) Triangulasi Data atau Triangulasi Sumber

Triangulasi sumber adalah membandingkan dan mengecek balik derajat kepercayaan suatu informasi yang diperoleh melalui waktu dan alat yang berbeda dalam metode penelitian kualitatif.26 dalam hal ini peneliti membandingkan data hasil observasi dengan data hasil wawancara dan studi dokumentasi.

25Ibid.,h.95


(27)

2) Triangulasi metode

Triangulasi metode merupakan suatu teknik yang menggunakan berbagai metode pengumpulan data untuk menggali data sejenis.27 Teknik ini bersifat menggabungkan dari berbagai teknk pengumpulan data yaitu wawancara, observasi, dan studi dokumentasi, dengan sumber data yang lainnya.

Apabila peneliti menggunakan triangulasi sebagai teknik pengumpulan data maka sebenarnya peneliti sedang melakukan pengumpulan data sekaligus menguji kredibilitas data.28 Oleh

karena itu penggunaan teknik triangulasi dalam pengumpulan data akan memberikan hasil berupa data yang lebih konsisten tuntas dan pasti.

27Moleong.op. cit., h. 331 28Sugiono.op. cit., h.125


(28)

14

BAB II

KONSEP PERUBAHAN KURIKULUM

A. Konsep Kurikulum 1. Definisi Kurikulum

Secara etimologi kurikulum berasal dari bahasa Yunani, yaitu kata curir dan curere yang merupakan istilah bagi tempat berpacu, berlari, di dalam sebuah perlombaan yang telah dibentuk rute pacuannya dan harus dilalui oleh para kompetitor perlombaan.1

Selanjutnya Robert S. Zais yang dikutip oleh Lias menjelaskan

bahwa “kurikulum berasal dari bahasa Latin yaitu curriculum yang semula berarti race course (gelanggang perlombaan). 2 Kemudian pengertian kurikulum berkembang dan dipakai dalam dunia pendidikan yang memiliki arti sejumlah mata pelajaran yang harus ditempuh untuk mencapai suatu gelar atau ijazah”.3Jarak yang ditempuh dalam kurikulum

itu merupakan program sekolah. Program tersebut berisi mata pelajaran (courses) yang harus ditempuh oleh peserta didik selama kurun waktu tertentu.4

Kurikulum merupakan suatu perangkat rencana dan pengaturan mengenai tujuan, isi, dan bahan pelajaran serta cara yang digunakan sebagai pedoman penyelenggaraan kegiatan pembelajaran untuk mencapai suatu tujuan pendidikan tertentu.5 Selanjutnya Harold B. Alberry yang dikutip oleh Rusman, memandang kurikulum sebagai semua kegiatan yang diberikan kepada siswa di bawah tanggung jawab suatu

1Ali Mudlofir, Aplikasi Pengembangan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan Dan

Bahan Ajar Dalam Pendidikan Agama Islam,(Jakarta: PT RajaGrafindo Persada,2011),h.1

2Lias Hasibuan,Kurikulum dan Pemikuran Pendidikan(Jakarta: Gaung Persada,2010),h,2. 3 Hendyat Soetopo dan Wasty Soemanto, Pembinaan dan Pengembangan Kurikulum

Sebagai Subtansi Problem Administrasi Pendidikan.(Jakarta: Bumi Aksara, 1993),cet.4, h.12 4 Zainal Arifin, Konsep dan Model Pengembangan Kurikulum (Konsep Teori, Prinsip,

Prosedur, Komponen, Pendekatan, Model, Evaluasi & Inovasi, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2011),h.3.


(29)

sekolah.6Sedangkan menurut Saylor, Alexander, dan Lewis yang dikutip oleh Wina Sanjaya, kurikulum merupakan segala upaya sekolah untuk mempengaruhi siswa agar dapat belajar dengan baik, baik dalam ruangan kelas maupun di luar ruangan kelas atau di luar sekolah.7

Pada dasarnya konsep kurikulum selalu berkembang sesuai dengan perkembangan teori dan praktik pendidikan, dan juga bervariasi sesuai dengan aliran atau teori pendidikan yang dianut. Namun sebenarnya terdapat tiga konsep tentang kurikulum yang perlu mendapat perhatian, yaitu kurikulum sebagai subtansi, kurikulum sebagai sistem dan kurikulum sebagai bidang studi.8

Konsep pertama, kurikulum sebagai suatu subtansi, yaitu kurikulum dipandang sebagai suatu rencana bagi kegiatan belajar murid-murid di sekolah, atau sebagai perangkat tujuan yang ingin dicapai. kurikulum juga bisa menunjuk kepada suatu dokumen yang berisi rumusan tujuan, bahan ajar, kegiatan belajar-mengajar, jadwal, dan evaluasi. Kurikulum juga dapat digambarkan sebagai suatu dokumen tertulis sebagai hasil persetujuan bersama antara para penyusun kurikulum dengan pemegang kebijaksanaan pendidikan dengan masyarakat. Suatu kurikulum juga dapat mencakup lingkup tertentu, suatu sekolah, suatu kabupaten, propinsi, ataupun seluruh negara.9

Konsep kedua, kurikulum sebagai suatu sistem, yaitu sistem kurikulum. Sistem kurikulum merupakan bagian dari sistem persekolahan, sistem pendidikan, bahkan sistem masyarakat. Sistem kurikulum mencakup struktur personalia, dan prosedur kerja bagaimana cara menyusun suatu kurikulum, melaksanakan, mengevaluasi dan menyempurnakannya. Hasil dari sistem kurikulum adalah tersusunnya

6Ibid.

7 Wina Sanjaya, Pembelajaran Dalam Implementasi Kurikulum Berbasis Kompetensi, (Jakarta:Kencana,2008),Cet.3,h.4

8Nana syaodih Sukmadinata,Pengembangan Kurikulum;Teori dan Praktek,(Bandung:PT Remaja Rosdakarya:2011),cet.13,h.27


(30)

16

suatu kurikulum, dan fungsi dari sistem kurikulum adalah bagaimana memlihara kurikulum agar tetap dinamis.10

Konsep ketiga, kurikulum sebagai suatu bidang studi, yaitu bidang studi kurikulum. Ini merupakan bidang kajian para ahli kurikulum dan ahli bidang pendidikan dan pengajaran. Tujuan kurikulum sebagai bidang studi adalah mengembangkan ilmu tentang kurikulum dan sistem kurikulum. Mereka yang mendalami bidang kurikulum mempelajari konsep-konsep dasar tentang suatu kurikulum. Melalui studi kepustakaan dan berbagai kegiatan penelitian dan percobaan, mereka menemukan hal-hal baru yang dapat memperkaya dan memperkuat bidang studi dari suatu kurikulum.11

Jadi yang dimaksud dengan konsep kurikulum adalah suatu konsep yang berisi penjelasan mengenai kurikulum yang dapat dilihat dari segi subtansi, sistem, dan suatu bidang studi.

2. Macam-Macam Model Konsep Kurikulum

Dalam konsep kurikulum terdapat beberapa macam model yang dapat difahami diantaranya adalah, konsep kurikulum subjek akademis, kurikulum humanistik, kurikulum rekontruksi sosial, dan konsep teknologi dan kurikulum.12

a. Kurikulum subjek akademis

Model konsep kurikulum ini adalah model yang tertua, sejak sekolah yang pertama berdiri, kurikulumnya mirip dengan tipe ini, walaupun sekarang telah berkembang berbagai tipe-tipe lainnya, namun umumnya sekolah tidak dapat melepas tipe yang satu ini, hal itu dikarenakan kurikulum ini sangat praktis, mudah disusun, dan mudah digabungkan dengan tipe lainnya. Kurikulum subjek akademis bersumber dari pendidikan klasik yang berorientasi pada masa lalu. Fungsi pendidikan memelihara dan mewariskan hasil-hasil budaya

10Ibid. 11Ibid. 12Ibid., h.81


(31)

masa lalu tersebut dan kurikulum ini lebih mengutamakan isi pendidikan.13

b. Kurikulum Humanistik

Kurikulum humanistik dikembangkan oleh para ahli pendidikan humanistik. Kurikulum ini berdasarkan konsep aliran pendidikan pribadi (personalized education) yaitu John Dewey (Progressive education) dan J.J Rousseau (Romantic Education). Aliran ini lebih memberikan tempat utama kepada siswa atau lebih menitikberatkan pada siswa. Mereka bertolak dari asumsi bahwa anak atau siswa adalah yang pertama dan utama dalam pendidikan. Ia adalah subjek yang menjadi pusat kegiatan pendidikan. Mereka percaya bahwa siswa mempunyai potensi, kemampuan, dan kekuatan untuk berkembang. Para pendidik Humanis juga berpegang pada konsep Gestalt, bahwa individu atau anak merupakan suatu kesatuan yang menyeluruh. Pendidikan diarahkan kepada membina manusia yang utuh bukan dari segi fisik dan intelektual saja tetapi juga segi sosial dan afektif (emosi, sikap, perasaan, nilai, dan lain-lain).14

c. Kurikulum Rekontruksi Sosial

Kurikulum rekontruksi sosial berbeda dengan model-model kurikulum lainnya. Kurikulum ini lebih memusatkan perhatian pada problema-problema yang dihadapinya dalam masyarakat. Kurikulum ini bersumber pada aliran pendidikan intraksional. Menurut mereka pendidikan bukanlah upaya sendiri, melainkan kegiatan bersama, interaksi kerja sama, selain itu kerja sama atau interaksi bukan hanya terjadi antara siswa dengan guru saja, tetapi juga antara siswa dengan siswa, antara siswa dengan orang-orang yang berada di sekitarnya atau lingkungannya, dan juga kerjasama dengan sumber belajar lainnya, sehingga dengan adanya kerja sama ini siswa berusaha

13Ibid., h.82 14Ibid., h.87


(32)

18

memecahkan problema-problema yang dihadapinya dalam masyarakat menuju pembentukan masyarakat yang lebih baik.15

d. Teknologi dan Kurikulum

Abad dua puluh ditandai dengan perkembangan teknologi yang sangat pesat. Perkembangan teknologi banyak mempengaruhi setiap bidang dan aspek kehidupan, termasuk bidang pendidikan, walaupun sejak dahulu teknologi sudah mulai diterapkan dalam bidang pendidikan tetapi teknologi yang digunakan masih bersifat sederhana seperti penggunaan papan tulis, kapur, pena, tinta dan lain-lain. Dewasa ini sesuai dengan tahap perkembangannya teknologi yang digunakan dalam dunia pendidikan sudahlah semakin maju seperti penggunnaan audio dan video cassette,overhead projektor, film slide, dan motion film, mesin pengajaran, komputer, CD-rom dan internet. Sejalan dengan perkembangan ilmu dan teknologi, di bidang pendidikan berkembang pula teknologi pendidikan, aliran ini melakukan penekanan pada isi kurikulum yang berbasis teknologi dengan menekankan penggunaan alat-alat teknologis untuk menunjang efisiensi dan efektifitas pendidikan. Kurikulumnya berisi rencana-rencana penggunaan berbagai alat dan media, juga model-model pengajaran yang banyak melibatkan alat penerapannya. Sebagai contoh pengajaran dengan bantuan film dan video, pengajaran berprogram, mesin pengajaran, pengajaran modul juga pengajaran dengan bantuan komputer dan lain-lain.16

3. Fungsi Kurikulum

Secara garis besar fungsi kurikulum dapat dirumuskan sebagai: Pertamaalat untuk mencapai tujuan dan untuk menempuh harapan manusia sesuai dengan tujuan yang dicita-citakan. Kedua pedoman dan program yang harus dilakukan oleh subyek dan obyek pendidik. Ketiga fungsi kesinambungan untuk mempersiapkan jenjang sekolah 15Ibid., h.91


(33)

berikutnya penyiapan tenaga kerja bagi peserta didik yang tidak melanjutkan, danKeempatsebagai standar penilaian kriteria keberhasilan suatu proses pendidikan atau sebagai batasan dari program kegiatan yang akan dijalankan pada tingkat pendidikan tertentu.17 Selanjutnya Alexander Inglis, dalam bukunyaPrinciple of Secondari Education yang dikutip oleh Oemar Hamalik menyatakan bahwa fungsi kurikulum, diantaranya adalah untuk penyesuaian (the adjustive of adaptive function), pengintegrasian (the integrating function), peferensiasi (the differentiating function), persiapan (the propaedeutic function), pemilihan (the selective function), diagnostik (the diagnostic function).18 B. Pengembangan Kurikulum

1. Konsep Pengembangan Kurikulum

Pengembangan kurikulum adalah suatu perencanaan kesempatan-kesempatan belajar yang dimaksudkan untuk membawa siswa ke arah perubahan-perubahan yang diinginkan dan menilai hingga mana perubahan-perubahan itu telah terjadi pada diri siswa. Sedangkan yang

dimaksud dengan kesempatan belajar adalah suatu hubungan yang direncanakan dan terkontrol antara para siswa, guru, bahan peralatan, dan lingkungan dimana proses belajar yang diinginkan diharapkan terjadi. Semua kesempatan belajar yang direncanakan oleh guru, bagi para siswa

sesungguhnya merupakan “kurikulum itu sendiri”.19

Apabila melihat pengertian di atas sesungguhnya pengembangan kurikulum adalah adalah suatu siklus yang tidak pernah berakhir. Siklus tersebut dapat dipaparkan sebagai berikut:

a. Tujuan: mempelajari semua sumber-sumber pengetahuan dan mempertimbangkan tentang tujuan-tujuan pengajaran, baik yang berkenaan dengan mata pelajaran maupun kurikulum secara menyeluruh.

17 Hendyat Soetopo dan Wasty Soemanto, Pembinaan dan Pengembangan Kurikulum

Sebagai Subtansi Problem Administrasi Pendidikan. (Jakarta: Bumi Aksara, 1993),cet.4, h.17-21

18Oemar Hamalik. Manajemen Pengembangan Kurikulum (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2006),h. 95


(34)

20

b. Metode dan material: mengembangkan dan mencoba menggunakan berbagai metode dan material sekolah untuk mencapai tujuan-tujuan yang sudah dirumuskan menurut pertimbangan guru.

c. Penilaian: menilai keberhasilan pekerjaan yang telah dikembangkan menurut tujuan yang ingin dicapai.

d. Balikan: umpan balik dari semua pengalaman yang telah diperoleh sehingga menjadi titik tolak bagi studi selanjutnya.20 2. Dasar-Dasar Pengembangan Kurikulum

Dalam mengembangkan suatu kurikulum perlu diperhatikan dasar-dasar dari pengembangan kurikulum yaitu:

a. Kurikulum disusun untuk mewujudkan sistem pendidikan nasional

b. Kurikulum pada semua jenjang pendidikan dikembangkan dengan menggunakan pendekatan kemampuan.

c. Kurikulum harus sesuai dengan ciri khas suatu satuan pendidikan pada masing-masing jenjang pendidikan.

d. Kurikulum pendidikan dasar, menengah dan tinggi dikembangkan atas dasar standar nasional pendidikan untuk setiap jenis dan jenjang pendidikan.

e. Kurikulum pada semua jenjang pendidikan dikembangkan secara berdiversifikasi, sesuai dengan kebutuhan potensi, dan minat peserta didik dan tuntutan pihak-pihak yang memerlukan dan berkepentingan.

f. Kurikulum dikembangkan dengan memperhatikan tuntutan pembangunan daerah dan nasional, keanekaragaman potensi daerah dan lingkungan serta kebutuhan pengembangan iptek dan seni.

g. Kurikulum pada semua jenjang pendidikan dikembangkan secara berdiversifikasi, sesuai dengan tuntutan lingkungan dan budaya setempat.

h. Kurikulum pada semua jenjang pendidikan mencakup aspek spiritual keagamaan, intelektualitas,watak konsep diri, keterampilan belajar, kewirausahaan, keterampilan hidup yang berharkat dan bermartabat, pola hidup sehat, estetika, dan rasa kebangsaan.21

20Ibid.


(35)

3. Prinsip-Prinsip Pengembangan Kurikulum

Dalam pengembangan kurikulum terdapat beberapa prinsip umum

diantaranya “prinsip relevansi, prinsip fleksibilitas, prinsip kontinuitas, prinsip praktis, dan prinsip efektifitas”.22

Prinsip pertama relevansi. Ada dua macam relevansi yang harus dimiliki kurikulum, yaitu relevan ke luar dan relevansi di dalam kurikulum itu sendiri. Relevansi keluar maksudnya tujuan, isi, dan proses belajar yang tercakup dalam kurikulum hendaknya relevan dengan tuntutan, kebutuhan, dan perkembangan masyarakat. Apa yang tertuang dalam kurikulum hendaknya mempersiapkan siswa untuk tugas tersebut. Kurikulum bukan hanya mempersiapkan siswa untuk kehidupan yang sekarang tetapi juga kehidupan yang akan datang. Kurikulum juga harus memiliki relevansi di dalam yaitu adanya kesesuaian atau konsistensi antara komponen-komponen kurikulum, yaitu antara tujuan, isi, proses penyampaian, dan penilaian. Relevansi internal ini menunjukan suatu keterpaduan kurikulum.23

Prinsip kedua adalah fleksibilitas, kurikulum hendaknya memiliki sifat lentur atau fleksibel. Kurikulum sudah seharusnya mampu mempersiapkan anak untuk kehidupan sekarang dan kehidupan yang akan datang, dimana pun anak berada, latar belakang dan kemampuan apa pun yang dimiliki oleh anak kurikulum harus mampu untuk mencakup kesemuanya. Suatu kurikulum yang baik adalah kurikulum yang berisi hal-hal yang solid, tetapi dalam pelaksanaanya memungkinkan terjadinya penyesuaian-penyesuaian berdasarkan kondisi daerah, waktu maupun kemampuan, dan latar belakang anak.24

Prinsip ketiga adalah kontinuitas yaitu kesinambungan. Perkembangan dan proses belajar anak berlangsung secara kesinambungan, tidak terputus-putus atau terhenti-henti. Oleh karena itu pengalaman belajar yang diberikan kurikulum juga haruslah bersifat 22Sukmadinata.op. cit., h.150

23Ibid., h.151 24Ibid.


(36)

22

kesinambungan antar satu tingkat kelas dengan kelas yang lain antara satu jenjang pendidikan dengan jenjang pendidikan lainnya, juga antar jenjang pendidikan dengan pekerjaan. Pengembangan kurikulum perlu dilakukan secara serempak dan juga diperlukan selalu adanya komunikasi dan kerja sama antara para pengembang kurikulum sekolah dasar dengan,SMP, SMA, dan juga dengan pergurunan tinggi.25

Prinsip keempat adalahpraktis, mudah dilaksanakan, menggunakan alat-alat sederhana dan biayanya juga murah. Prinsip ini juga disebut dengan prinsip efisiensi. Betapapun bagusnya suatu kurikulum tapi kalau menuntut peralatan khusus dan mahal biayanya juga dituntut adanya keahlian-keahlian khusus maka kurikulum tersebut tidak praktis dan sukar untuk dilaksanakan. Kurikulum dan pendidikan selalu dilaksanakan dalam keterbatasan-keterbatasan, baik keterbatasan waktu, biaya, alat, maupun personalia. Kurikulum bukan hanya harus ideal tapi juga harus praktis.26

Prinsip kelima adalah efektifitas. Walaupun kurikulum tersebut harus murah dan sederhana tetapi keberhasilannya tetap harus diperhatikan dan di jaga. Keberhasilan pelaksanaan kurikulum ini baik secara kuantitas maupun kualitas. Pengembangan suatu kurikulum tidak dapat dilepaskan dan merupakan penjabaran dari perencanaan pendidikan. Perencanaan di bidang pendidikan juga merupakan bagian yang dijabarkan dari kebijaksanaan-kebijaksanaan pemerintah di bidang pendidikan. Keberhasilan keberhasilan kurikulum akan mempengaruhi keberhasilan pendidikan.27

25Ibid. 26Ibid. 27Ibid.


(37)

4. Landasan Pengembangan Kurikulum

Kurikulum dikembangkan berdasarkan ketentuan yuridis yang mewajibkan adanya pengembangan kurikulum baru, landasan filosofis, dan juga landasan empirik.28 Landasan yuridis merupakan suatu ketentuan hukum yang dijadikan dasar untuk pengembangan kurikulum dan yang mengharuskan adanya pengembangan kurikulum baru. Landasan filosofis adalah landasan yang mengarahkan kurikulum kepada manusia dan apa yang akan dihasilkan kurikulum. Landasan teoritik memberikan dasar-dasar teoritik pengembangan kurikulum sebagai suatu dokumen dan proses. Landasan empirik memberikan arahan berdasarkan pelaksanaan kurikulum yang sedang berlaku di lapangan.

a. Landasan Yuridis

Secara konseptual, kurikulum merupakan suatu respon pendidikan terhadap kebutuhan masyarakat dan bangsa dalam membangun generasi muda bangsa. Secara pedagogis, kurikulum adalah rancangan pendidikan yang memberi kesempatan untuk peserta didik mengembangkan potensi dirinya dalam suatu suasana belajar yang menyenangkan dan sesuai dengan kemampuan dirinya, untuk memiliki kualitas yang diinginkan masyarakat dan bangsanya. Sedangkan secara yuridis, kurikulum merupakan suatu kebijakan publik yang didasarkan kepada dasar filosofis bangsa dan keputusan yuridis di bidang pendidikan.29

Landasan yuridis kurikulum adalah Pancasila dan Undang-undang Dasar 1945, Undang-Undang-undang nomor 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, Peraturan Pemerintah nomor 19 tahun 2005, dan Peraturan Menteri Pendidikan Nasional nomor 23 tahun

28 Kemendikbud, “Kurikulum 2013 (Rasional, Kerangka Dasar, Struktur, Implementasi, dan Evaluasi Kurikulum)”, Naskah Akademik Kemendikbud, Jakarta.2013, h..30, tidak dipublikasikan.

29 Kemendikbud, Dokumen Kurikulum 2013”, Naskah Akademik Kemendikbud,


(38)

24

2006 tentang Standar Kompetensi Lulusan dan Peraturan Menteri Pendidikan Nasional nomor 22 tahun 2006 tentang Standar Isi.30 b. Landasan Filosofis

Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa (UU RI nomor 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional). Untuk mengembangkan dan membentuk watak dan peradaban bangsa yang bermartabat, pendidikan berfungsi mengembangkan potensi peserta didik

“menjadi manusia yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang

Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warganegara yang demokratis serta bertanggungjawab”

(UU RI nomor 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional).31 Berdasarkan fungsi dan tujuan pendidikan nasional maka pengembangan kurikulum haruslah berakar pada budaya bangsa, kehidupan bangsa masa kini, dan kehidupan bangsa di masa mendatang.32

jadi dapat difahami bahwa kurikulum dimaksudkan untuk membangun kehidupan masa kini dan masa akan datang bangsa, yang dikembangkan dari warisan pretasi bangsa di masa lalu, serta kemudian diwariskan dan dikembangkan untuk kehidupan masa depan. Ketiga dimensi kehidupan bangsa, masa lalu-masa sekarang-masa yang akan datang, menjadi landasan filosofis pengembangan kurikulum.

c. Landasan Empiris

Kurikulum harus mampu membentuk warga Indonesia yang mampu menyeimbangkan kebutuhan individu dan masyarakat untuk

30Kemendikbud.op.cit.., 31.

31 Republik Indonesia, Undang-Undang RI Nomor 20 Tahun 2003 Tentang Sistem

Pendidikan Nasional,Bab II, pasal 3. 32Kemendikbud.op.cit., h. 33.


(39)

memajukan jatidiri sebagai bagian dari bangsa Indonesia dan kebutuhan untuk berintegrasi sebagai satu entitas bangsa Indonesia.

Dewasa ini, kecenderungan menyelesaikan persoalan dengan kekerasan dan kasus pemaksaan kehendak sering muncul di Indonesia. Kecenderungan ini juga menimpa generasi muda, misalnya pada kasus-kasus perkelahian massal. Walaupun belum ada suatu kajian ilmiah yang menyatakan bahwa kekerasan tersebut berhulu dari kurikulum, namun beberapa ahli pendidikan dan tokoh masyarakat menyatakan bahwa salah satu akar permasalahnya adalah implementasi kurikulum yang terlalu menekankan aspek kognitif dan keterkungkungan peserta didik di ruang belajarnya dengan kegiatan yang kurang menantang peserta didik.33 Oleh karena itu, kurikulum perlu direorientasi dan direorganisasi terhadap beban belajar dan kegiatan pembelajaran yang dapat menjawab kebutuhan ini.

d. Landasan Teoritis

Kurikulum 2013 dikembangkan atas dasar teori “pendidikan

berdasarkan standar” (standard-based education), dan teori

kurikulum berbasis kompetensi.34

Pendidikan berdasarkan standar adalah pendidikan yang menetapkan standar nasional sebagai kualitas minimal warganegara untuk suatu jenjang pendidikan. Standar bukan kurikulum dan kurikulum dikembangkan agar peserta didik mampu mencapai kualitas standar nasional atau di atasnya. Standar kualitas nasional dinyatakan sebagai Standar Kompetensi Lulusan. Standar Kompetensi Lulusan mencakup sikap, pengetahuan, dan keterampilan (PP nomor 19 tahun 2005). Standar Kompetensi

33Ibid., h. 37. 34Ibid., h. 40.


(40)

26

Lulusan dikembangkan menjadi Standar Kompetensi Lulusan Satuan Pendidikan yaitu SKL SD/MI, SMP/MTS, SMA/MA, SMK/MAK.35

Kompetensi adalah kemampuan sesorang untuk bersikap, menggunakan pengetahuan dan ketrampilan untuk melaksanakan suatu tugas di sekolah, masyarakat, dan lingkungan dimana yang bersangkutan berinteraksi. Kurikulum berbasis kompetensi dirancang untuk memberikan pengalaman belajar seluas-luasnya bagi peserta didik untuk mengembangkan sikap, ketrampilan dan pengetahuan yang diperlukan untuk membangun kemampuan yang dirumuskan dalam SKL.36 Hasil dari pengalaman belajar tersebut

merupakan hasil belajar peserta didik yang menggambarkan manusia dengan kualitas yang dinyatakan dalam SKL.

5. Pengembang Kurikulum

Dalam mengembangkan suatu kurikulum banyak pihak yang turut berpartisipasi, yaitu: administrator pendidikan, ahli pendidikan, ahli kurikulum, ahli bidang ilmu pengetahuan, guru-guru, dan orang tua murid, serta tokoh-tokoh masyarakat. Dari pihak-pihak tersebut yang secara terus menerus turut terlibat dalam pengembangan kurikulum adalah administrator, guru dan orang tua.37

a. Peranan para administrator pendidikan

Para administrator pendidikan ini terdiri atas: direktur bidang pendidikan, pusat pengembangan kurikulum, kepala kantor wilayah, kepala kantor kabupaten dan kecamata dan kepala sekolah. Peranan para administrator di tingkat pusat (direktur dan kepala pusat) dalam pengembangan kurikulum adalah menyusun dasar-dasar hukum, menyususun kerangka dasar serta program inti kurikulum. Kerangka dasar dan program inti tersebut akan menentukan minimum course yang dituntut.38

35Ibid., h. 40. 36Ibid., h. 41.

37Sukmadinata.op.cit., h.155 38Ibid.


(41)

b. Peranan para ahli

Pengembagan kurikulum bukan saja didasarkan atas perubahan tuntutan kehidupan dalam masyarakat, tetapi juga perlu dilandasi oleh perkembangan konsep-konsep dalam ilmu.39 Oleh karena itu, pengembangan kurikulum membutuhkan bantuan pemikiran para ahli, baik ahli pendidikan, ahli kurikulum, maupun ahli bidang studi/disiplin ilmu.

c. Peranan guru

Guru memgang peranan yang cukup penting baik dalam perencanaan, pelaksanaan kurikulum. Dia adalah perencana, pelaksana, dan pengembang kurikulum bagi kelasnya.40

d. Peranan orang tua murid

Orang tua juga mempunyai peranan dalam pengembangan kurikulum. Peranan mereka dapat berkenaan dengan dua hal: pertama dalam penyususnan kurikulum dan kedua dalam pelaksanaan kurikulum.41 Dalam penyusunan kurikulum mungkin tidak semua orang tua dapat ikut serta, lain halnya dalam pelaksanaan kurikulum, orang tua memiliki peranan yang cukup besar dalam melakukan kerjasama dengan guru atau sekolah, karena sebaagian kegiatan belajar yang dituntut kurikulum dilaksanakan di rumah.

6. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Pengembangan Kurikulum

Dalam melakukan pengembangan kurikulum sekolah tentunya mendapatkan pengaruh dari kekuatan-kekuatan yang ada di sekitarnya diantara adalah, perguruan tinggi, masyarakat, dan sistem nilai.42

a. Perguruan Tinggi

Kurikulum minimalnya mendapat dua pengaruh dari Perguruan Tinggi.Pertama, dari pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang dikembangkan di perguruan tinggi umum. Kedua, dari 39Ibid., h.156

40Ibid., h.157 41Ibid., h.158 42Ibid.


(42)

28

pengembang ilmu pendidikan dan keguruan serta penyiapan guru-guru di Perguruan Tinggi Keguruan (Lembaga Pendidikan Tenaga Kependidikan).43

b. Masyarakat

Sekolah merupakan bagian dari masyarakat dan mempersiapakan anak untuk kehidupan di masyarakat. Sebagai bagian dan agen dari masyarakat di mana sekolah sangat dipengaruhi oleh lingkungan masyarakat di mana sekolah tersebut berada.44 Sehingga masyarakat

disini cukup memberikan pengaruh terhadap pengembangan kurikulum.

c. Sistem nilai

Dalam kehidupan masyarakat terdapat sistem nilai, baik nilai moral, keagamaan, sosial, budaya maupun nilai politis.45 Sekolah sebagai lembaga masyarakat memiliki tanggung jawab dalam memelihara dan meneruskan nilai-nilai tersebut. Sistem nilai yang akan dipelihara dan diteruskan itu haruslah dapat terintegrasi dalam kurikulum.

7. Hambatan-hambatan Pengembangan Kurikulum

Hambatan selalu muncul dalam segala aspek, ketika melakukan pengembangan kurikulum pun tentunya akan ditemui hambatan dalam proses pengembangannya dan diantara hambatan yang muncul dari pelaksana kurikulum yaitu guru,46 juga hambatan yang berasal dari masyarakat dan masalah biaya.47

Hambatan yang terletak pada guru ialah guru kurang berpartisipasi dalam pengembangan kurikulum. Hal itu disebabkan oleh beberapa hal. Pertama kurangnya waktu. Kedua kekurangsesuaian pendapat, baik antar sesama guru maupun dengan kepala sekolah dan administrator. Ketiga 43Ibid.

44Ibid., h 159 45Ibid.

46E. Mulyasa,Implementasi Kurikulum 2004 Panduan Pembelajaran KBK(Bandung: PT Remaja Rosda Karya, 2006),h..5


(43)

karena pengetahuan dan kemampuan guru sendiri. Selanjunya hambatan datang dari masyarakat berhubungan dengan dukungan dari masyarakat baik dalam hal pembiayaan maupun dalam memberikan umpan balik terhadap sistem pendidikan ataupun terhadap kurikulum yang sedang berjalan. Masyarakat adalah sumber input dari sekolah. Keberhasilan pendidikan, ketepatan kurikulum yang digunakan membutuhkan bantuan, serta input fakta dan pemikiran dari masyarakat. Sedangkan hambatan lain yang dihadapi oleh pengembang kurikulum adalah masalah biaya. Untuk pengembangan kurikulum, apalagi yang berbentuk kegiatan eksperiman baik metode, isi, atau sistem secara keseluruhan membutuhkan biaya yang tidak sedikit.

8. Model-Model Pengembangan Kurikulum

Robert S. Zais dalam bukunya Curriculum Principles and foundation yang dikutip oleh nana Syaodih mengemukakan delapan model pengembangan kurikulum, yaitu, The Administrative Line-Staf Model (Model Administratif), The Grass-Roots Model (Model grass-roots), The Demonstration Model (Model demontrasi), Bauchamp’s Model(Model Bauchamp),Taba’s Inverted Model(Model Taba),Rogers Interpersonal Relation Model (Model Regers), The Systimatic Action-Research Model (Model penelitian tindakan sistematik), Emerging Technical Model(Model berdasarkan teknik yang sedang berkembang).48

Model–model pengembangan kurikulum merupakan bagian integral dalam studi pengembangan kurikulum, bahkan sering dianggap sebagai bagian yang lebih penting dibandingkan dengan dimensi lain, karena hasil akhir dari proses pengembangan kurikulum adalah kurikulum yang siap dan layak pakai. Model-model yang umum digunakan dalam pengembangan kurikulum adalah:

a. The Administrative (Line Staff) Model

Model ini dikembangkan oleh Smith, Stanley, and Shores pada tahun 1957. Model ini dikembangkan dengan sistem dari atas ke


(44)

30

bawah, dimana gagasan pengembangan kurikulum datang dari para pejabat atau administrasi pendidikan (seperti: Mendiknas, Kanwil, Dirjen, dan seterusnya) dan dengan menggunakan prosedur-prosedur administrasi yang bersifat sentralistik, kemudian dibuatlah keputusan tentang kebutuhan suatu program pengembangan kurikulum.49 Dan model ini sangatlah cocok apabila diterapkan bagi negara-negara yang menganut sistem sentralistik.

b. The Grass-Roots Model

Model grass roots (akar rumput) ini sama halnya dengan model Administrative (line staff) dikembangkan pula oleh Smith, Stanley, and Shores, namun model ini berbeda dengan rekayasa model administratif. Model grass roots diawali oleh para guru, pembina sekolah dengan mengabaikan metode pembuatan keputusan kelompok secara demokratis dan dimulai dari bagian-bagian yang lemah kemudian diarahkan untuk memperbaiki kurikulum tertentu secara spesifik atau bagian-baguan tertentu.50sehingga model grass root ini merupakan lawan dari model yang pertama yakni upaya pengembangan kurikulum bukan datang dari atas tapi dari bawah. c. Model Demontrasi

Model demontrasi pada awalnya dirancang untuk memperkenalkan inovasi kurikulum dalam skala kecil, yaitu hanya mencakup suatu atau beberapa sekolah saja,51 tapi selanjutnya kurikulum ni mendapatkan sanggahan dari kalangan perguruan tinggi dan masyarakat hal itu dikarenakan adanya upaya untuk menerapkannya dalam program yang luas.

d. Beauchamp’s System

Model rekayasa kurikulum yang lain adalah model Beauchamp, sesuai dengan nama dari penciptanya, seorang ahli

49Rusman.op. cit. h.79 50Ibid., h.80


(45)

kurikulum bernama Beauchamp menurutnya untuk merancang sebuah kurikulum harus ditempuh lima langkah berikut:

Pertama, menentukan terlebih dahulu lokasi atau wilayah yang ditentukan sesuai dengan skala pengembangan kurikulum yang telah direncanakan. Bila kurikulum yang ingin dikembangkan berskala makro atau Nasional, wilayah atau lokasi yang akan dijadukan pilot projek adalah provinsi. Namun, seandainya bersifat daerah atau berskala mikro, kabupaten dapat dijadikan lokasi pilot projek. Penetapan arena ini ditentukan oleh wewenang yang dimliki oleh pengambil kebijaksanaan dalam pengambangan kurikulum. Kedua, menentukan personalia siapa saja yang akan ikut terlibat di dalam pengambangan kurikulum. Ketiga, mengorganisasikan personalia tersebut ke dalam lima tim, yang terdiri dari: tim pengembang kurikulum, tim peneliti kurikulum, tim penyusun kurikulum baru, tim perumus kriteria kurikulum, serta tim penyususn dan penulis kurikulum baru. Keempat, implementasi kurikulum. Pada tahap membutuhkan kesiapan dalam banyak hal, sepeti guru sebagai pelaksana kurikulum di kelas, fasilitas, siswa, dana, manajerial pimpinan sekolah atau administrator.Kelimadan merupakan langkah yang terakhir adalah mengevaluasi kurikulum. Beauchamp mengemukakan beberapa hal yang perlu dievaluasi, yakni: evaluasi terhadap pelaksanaan kurikulum oleh guru, evaluasi terhadap desain kurikulum, evaluasi terhadap hasil belajar, dan evaluasi terhadap sistem dalam kurikulum.52

e. Taba’s Inverted Model

Dalam kurikulum model Taba didalamnya terdapat lima langkah atau lima tahapan yaitu: Pertama mengadakan unit-unit eksperimen bersama guru-guru. Kedua menguji unit eksperimen. Ketiga mengadakan revisi dan konsolidasi. Keempat pengembangan keseluruhan kerangka kurikulum. Kelima implementasi dan diseminasi.53

Kelima langkah atau tahapan di atas merupakan langkah-langkah yang harus dipenuhi ketika menggunakan pengembangan kurikulum model Taba.

52Sukmadinata.op. cit., h.164 53Ibid., h.167


(46)

32

f. Roger’sInterpersonal Relation Model

Terdapat empat langkah pengembangan kurikulum model Rogers yang dikutip oleh Nana Syaodih. Langkah pertama, pemilihan target dari sistem pendidikan. Langkah kedua, partisipasi guru dalam pengalaman kelompok yang intensif. Langkah ketiga, pengembangan pengalaman kelompok yang intesif untuk satu kelas atau unit pelajaran. Keempat partisipasi orang tua dalam kegiatan kelompok. Perbedaan model Rogers dengan model lainnya adalah tidak adanya suatu perencanaan kurikulum tertulis tetapi hanya rangkaian kegiatan kelompok, hal itulah yang menjadi Ciri khas dari model Rogers.54

g. TheSystematic Action-Research Model

Pengembangan kurikulum dengan menggunakan Model penelitian Tindakan Sistematik yang dikembangkan oleh Smith, Stanley, and Shores mendasarkan pada asumsi bahwa perubahan kurikulum adalah perubahan sosial.55 yakni suatu proses yang melibatkan kepribadian orang tua, siswa dan guru, struktur dan sistem sekolah, pola relasi personal dan kelompok antara sekolah dan masyarakat.

Kurikulum ini dikembangkan dalam konteks harapan warga masyarakat, para orang tua, tokoh masyarakat, pengusaha, siswa, guru, dan lain-lain. Dan diantara langkah-langkah dalam pengembangannya adalah: langkah pertama, mengadakan kajian secara saksama tentang masalah-masalah kurikulum,. Kedua implementasi dari keputusan yang diambil dalam tindakan pertama.56

h. Emerging Technical Models

Model berdasarkan teknik yang sedang berkembang ini dicetuskan oleh Kirst dan Walker. Model ini muncul seiring dengan perkembangan pengetahuan dan teknologi, serta nilai-nilai bisnis 54Ibid., h.167-168

55Ibid., h.169 56Ibid., h.170


(47)

dalam budaya industri. Dalam model ini tumbuhlah kecenderungan-kecenderungan baru yang didasarkan atas hal tersebut yaitu: The Behavioral Analysis Model, The system analysis model, The computer based model.57

The Behavioral Analysis Model, menekankan pada penguasaan perilaku atau kemampuan. Perilaku atau kemampuan yang kompleks diuraikan menjadi suatu perilaku-perilaku yang sederhana yang tersusun secara hierarkis.The System Analysis Model, model ini berasal dari gerakan efisiensi bisnis. Model ini memiliki empat langkah, langkah pertama menentukan spesifikasi perangkat hasil belajar yang harus dikuasai siswa, langkah kedua menyusun instrumen untuk menilai ketercapaian hasil-hasil belajar tersebut, langkah ketiga mengidentifikasi tahap-tahap ketercapaian hasil serta perkiraan biaya yang diperlukan, dan yang terakhir langkah keempat membandingkan biaya dan keuntungan dari beberapa program pendidikan. The Computer-Based Model, merupakan suatu model pengembangan kurikulum yang memanfaatkan komputer, yaitu dimulai dengan mengidentifikasi seluruh unit kurikulum, yang mana tiap unit telah memiliki rumusan-rumusan dan hasil-hasil yang diharapkan, selanjutnya siswa dan guru diminta untuk melengkapi pertanyaan tentang unit kurikulum tersebut dan setelah diadakan pengolahan yang disesuaikan dengan kemampuan dan hasil-hasil belajar yang dicapai siswa disimpan dalam komputer.58

C. Perubahan Dan Implementasi Kurikulum 1. Perubahan Kurikulum

a. Konsep Perubahan Kurikulum

Menurut Prof. Dr. S.Nasution, perubahan tidak selalu sama dengan perbaikan, akan tetapi perbaikan selalu mengandung perubahan. Perbaikan berarti meningkatkan nilai atau mutu. Perubahan pergeseran posisi kedudukan atau keadaan yang memungkinkan membawa perbaikan tetapi dapat juga memperburuk 57Ibid., h.171


(48)

34

keadaan. 59 Seperti halnya anak yang pada mulanya tidak mengenal ganja, dapat berubah menjadi anak yang mengenal ganja lalu terlibat kejahatan. Maka perubahan disini tidak mengandung perbaikan. Namun sering juga diadakan suatu perubahan yang mengandung perbaikan. Perubahan seperti inilah yang selalu dikaitkan dengan nilai, dengan tujuan untuk meningkatkan nilai atau mutu. Jadi perubahan yang menekankanpada peningkatan nilai atau mutu lebih sering disebut dengan perbaikan.

Menurut para ahli sosiologi, perubahan terjadi dalam tiga fase, yakni fase inisiasi, yaitu taraf permulaan ide perubahan itu dilancarkan, dengan menjelaskan sifatnya, tujuan, dan luas perubahan yang ingin dicapai; fase legitimasi, saatnya orang menerima ide itu dan fase kongruesi, saat orang mengadopsinya, menyamakan pendapat sehingga selaras dengan pikiran para pencetus, sehingga tidak terdapat perbedaan nilai lagi antara penerima dan pencetus perubahan.60

Perubahan akan lebih berhasil bila dari pihak bawahan merasakan adanya kekurangan dalam suatu keadaan, sehingga timbul hasrat untuk memperbaikinya demi kepentingan bersama. Perubahan yang terjadi dari pihak atasan, biasanya tidak dapat bertahan lama, segera luntur dan hanya diikuti secara formal dan lahiriah. Apabila suatu perubahan dilakukan dengan cara melibatkan semua yang terlibat dalam perumusan masalah, pengumpul data, menguji alternatif, dan selajutnya mengambil kesimpulan berdasarkan percobaan, dianggap akan lebih mantap dan meresap di hati, cara seperti ini lebih efisien namun terlalu memakan waktu jangka panjang yang tidak efektif. Sehingga apabila ada perubahan dan perbaikan baru, yang lama ditinggalkan saja tanpa membekas.61

Dari paparan mengenai makna perubahan tersebut, untuk melakukan suatu perubahan dalam kurikulum tidak bisa dilakukan 59Nasution,Asas-Asas Kurikulum, (Jakarta: Bumi Aksara, 2009).,h.122

60Ibid., h.123 61Ibid.


(49)

tanpa melakukan perubahan pada seluruh pihak-pihak yang terkait, dengan demikian perubahan harus dilakukan juga terhadap guru dan organisasi yang terkait.

1) Guru

Perubahan kurikulum tidak akan dapat dilaksanakan tanpa perubahan pada guru sendiri. Seperti halnya manusia, guru juga seringkali tidak mudah untuk berubah, karena telah terbiasa dengan cara-cara yang lama, sehingga setiap terjadi perubahan maka akan mengganggu ketentramannya.62 Guru cenderung

bersikap konservatif, sebab tugasnya terutama untuk melestarikan kebudayaan dengan menyampaikan pada generasi muda.

2) Mengubah Lembaga Atau Organisasi

Dalam mengubah lembaga atau organisasi akan menghadapi kesulitan lain. Tiap organisasi mempunyai struktur sosial tertentu dan setiap orang mempunyai status tertentu dalam menjalankan peranannya. Sikap orang terhadap perubahan pun berbeda-beda, ada yang bersedia menerima, ada yang menentang dan ada pula yang acuh-tak acuh.63 Sehingga perubahan hanya akan terjadi apabila semua orang bekerja sama, untuk menciptakan suatu kerja sama, salah satu caranya adalah semua orang harus menyadari akan adanya masalah yang dihadapi yang mengharuskan adanya perubahan.

b. Proses Perbaikan Kurikulum.

Dalam melakukan perbaikan kurikulum terdapat beberapa proses yang perlu diperhatikan diantaranya adalah mengetahui tujuan perbaikan, mengenal situasi sekolah, mengenal kebutuhan siswa dan guru, mengenal masalah yang dihadapi sekolah, mengenal kompetensi

62Ibid. 63Ibid.


(1)

85 A. Kesimpulan

Berdasar hasil penelitian dan analisis penulis mengenai respon perubahan kurikulum PAI di SMPI Al-Azhar 3 Bintaro, dapat disimpulkan bahwa:

1. Kebijakan SMPI Al Azhar 3 Bintaro sebagai respon terhadap perubahan kurikulum 2006 ke kurikulum 2013 adalah: Pertama, mengimplementasikan kurikulum 2013 sejak tahun pelajaran 2013-2014 secara mandiri melalui permintaan pihak yayasan sekolah kepada Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan; Kedua, melaksanakan penyesuaian struktur kurikulum sesuai dengan Permendikbud Nomor 68 tahun 2013 jo Permendikbud Nomor 58 tahun 2014 tentang struktur kurikulum 2013; Ketiga, melaksanakan pendidikan dan pelatihan guru pelaksana kurikulum 2013 secara mandiri serta mengikutsertakan guru serta kepala sekolah dalam pendidikan dan pelatihan implementasi kurikulum 2013; Keempat, memenuhi kebutuhan sarana dan prasarana sesuai tuntutan kurikulum 2013..

2. Kesiapan guru PAI SMPI Al Azhar 3 Bintaro sebagai respon terhadap perubahan kurikulum 2006 ke kurikulum 2013 secara umum belum terlalu siap, mereka belum memahami konsep dan esensi dari kurikulum 2013 sehingga dalam mengimplementasikan kurikulum 2013 cenderung bersikap tekstual sesuai buku pegangan yang ada. Hambatan utama yang dihadapi guru PAI SMPI Al Azhar 3 Bintaro dalam implementasi kurikulum 2013 adalah luasnya dan rumitnya teknik penilaian yang disaratkan dalam kurikulum 2013 serta belum memadainya buku pegangan yang tersedia.


(2)

3. Terdapat sedikitgapatau pertentangan antara kebijakan SMPI Al-Azhar 3 Bintaro yang mempunyai kebijakan agar Kurikulum 2013 dapat terus diterapkan dengan kesiapan guru PAI yang belum siap untuk mengimplementasikan Kurikulum 2013 dengan segala aspeknya.

4. Gap yang terjadi antara kebijakan SMPI Al-Azhar 3 Bintaro dengan kesiapan guru PAI SMPI Al-Azhar 3 Bintaro dalam mengimplementsikan kurikulum 2013 dapat diatasi melalui komunikasi yang lebih intensif antara pihak yayasan, sekolah dan guru, sehingga semua hambatan yang dialami guru dalam mengimplementasikan kurikulum 2013 dapat diatasi dengan baik.

B. Saran

Sebagai implikasi serta tindak lanjut dari hasil penelitian ini, penulis memberikan sumbang saran sebagai berikut:

1. Untuk meningkatkan pemahaman terhadap konsep kurikulum 2013 serta strategi implementasi kurikulum 2013, selain melalui pelatihan yang diselenggarakan pihak terkait, guru dapat melakukan saling tukar menukar informasi dan /atau diskusi dengan memanfaatkan media sosial ataupun forum-forum mengenai implementasi kurikulum 2013 yang saat ini cukup banyak di dunia maya.

2. Sebagai salah satu sekolah dengan akreditasi kategori A dan telah melaksanakan kurikulum 2013 sejak awal tahun pelajaran 2013-2014, diharapkan SMPI Al Azhar 3 Bintaro dapat terus megimplementasikan kurikulum 2013 dengan mengakomodasi perbaikan dan perkembangan sesuai keputusan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan serta dapat menjadi model bagi sekolah-sekolah lain dalam mengimplementasikan kurikulum 2013 kelak.


(3)

3. Hasil penelitian ini dapat dijadikan sebagai salah satu referensi dalam melaksanakan penelitian mengenai kurikulum 2013 secara lebih konprehensif untuk perbaikan dan pengembangan kurikulum 2013.


(4)

DAFTAR PUSTAKA

Arikunto, Suharsimi.Manajemen Penelitian. Jakarta: Rineka Cipta,2007.

Arifin, Zainal. Konsep dan Model Pengembangan Kurikulum (Konsep Teori, Prinsip, Prosedur, Komponen, Pendekatan, Model, Evaluasi & Inovasi. Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2011.

BNSP. “Laporan BNSP tahun 2010”. dari http://www.bsnp-indonesia.org/id, 08 Desember 2014

Emzir, Metodologi Penelitian Kuantitatif & Kualitatif. Jakarta: PT RajaGrafindo Persada,2011.

Hasan, Hamid.Evaluasi Kurikulum.Bandung: PT Remaja Rosdakarya,2008

Hamalik, Oemar. Manajemen Pengembangan Kurikulum. Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2006.

Hatimah, Ihat, dkk.Penelitian Pendidikan. Bandung: UPI Press, 2006.

Kemendikbud. “Dokumen Kurikulum 2013”, Naskah Akademik Kemendikbud, Jakarta.2013, h..2, tidak dipublikasikan

---, “Informasi Kurikulum Untuk Masyarakat”, Naskah Akademik Kemendikbud, Jakarta 2013,tidak dipublikasikan.

---, “Isi Surat Edaran No. 179342/MPK/KR/2014” www.kemdiknas.go.id/ .../SURAT%20MENTERI.pdf, 08 Desember 2013

---, “Kurikulum 2013 (Rasional, Kerangka Dasar, Struktur, Implementasi, dan Evaluasi Kurikulum)”, Naskah Akademik Kemendikbud. Jakarta.2013, tidak dipublikasikan.

---, “Mendikbud Anies Baswedan Hentikan Kurikulum 2013., dari http://kemdikbud.go.id/ kemdikbud/ siaranpers/3590, 08 Desember 2014 ---, “Naskah Akademik Pengembangan Kurikulum”, Naskah Akademik

Kemendikbud. Jakarta, 2013, tidak dipublikasikan

---, “Pedoman Implementasi Kurikulum 2013”, Naskah Akademik Kemendikbud. Jakarta 2013, tidak dipublikasikan


(5)

---, “Tim Evaluasi Kurikulum 2013 Temui Mendikbud”. http://kemdikbud.go.id /kemdikbud/berita/3581, 08 Desember 2013

Majid, Abdul. Implementasi Kurikulum 2013 (Kajian Teoritis dan Praktik). Bandung: Interes, 2014.

Mumu Jajuli. “Kurikulum 2013 Milik Guru Pendidikan Agama Islam”. jurnal Direktorat Pendidikan Agama Islam 2013. www.pendis.kemenag.go.id, 16 Novemver 2014

Mudlofir, Ali. Aplikasi Pengembangan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan Dan Bahan Ajar Dalam Pendidikan Agama Islam. Jakarta: PT RajaGrafindo Persada,2011

Mulyasa, E. Guru Dalam Implementasi Kurikulum 2013 (Jadilah Guru Profesional Atau Tidak Sama Sekali. Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2014.

---, Implementasi Kurikulum 2004 Panduan Pembelajaran KBK. Bandung: PT Remaja Rosda Karya, 2006.

---, Implementasi Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan Kemandirian Guru dan Kepala Sekolah.Jakarta:Bumi Aksara,2009.

---, Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan. Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2007

Muslich, Masnur. KTSP (Pembelajaran Berbasis Kompetensi dan Kontekstual. Jakarta: Bumi Aksara, 2009.

Moleong, Lexy J. Metode Penelitian Kualitatif. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2013.

Nasution. Asas-Asas Kurikulum. Jakarta: Bumi Aksara, 2009.

Rahmadi. Guru PAI DAN Implementasi Kurikulum 2013. kalsel .kemenag. go. id/ file/ file/ Jurnal, 16 November 2014.

Rusman. Manajemen Kurikulum.Jakarta: PT RajaGrafindo Persada, 2009

Republik Indonesia. Peraturan Menteri Pendidikan Dan Kebudayaan Nomor 68 Tahun 2013 tentang Kerangka Dasar dan Struktur Kurikulum Sekolah Menengah Pertama/Madrasah Tsanawiyah


(6)

---, Peraturan Menteri Pendidikan Dan Kebudayaan Republik Indonesia No. 81a Tahun 2013 Tentang Implementasi Kurikulum Pedoman Umum Pembelajaran,Lampiran IV.

---, Peraturan Menteri Pendidikan Dan Kebudayaan Republik Indonesia No. 160 Tahun 2014 Tentang Pemberlakuan Kurikulum Tahun 2006 dan Kurikulum 2013.

---, Undang-Undang RI Nomor 20 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional,Bab II, Pasal 3.

Sanjaya, Wina. Pembelajaran Dalam Implementasi Kurikulum Berbasis Kompetensi. Jakarta:Kencana,2008.

Sukmadinata, Nana syaodih. Pengembangan Kurikulum; Teori dan Praktek. Bandung:PT Remaja Rosdakarya:2011

Sukmadinata, Nana Syaodih, dan Syaodih, Erliana.Kurikulum dan Pembelajaran Kompetensi. Bandung:PT Refika Aditama,2012.

Sugiyono. Metode Penelitian Pendidikan (Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D). Bandung: Alfabeta, 2011

---, Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitataif dan R&D. Bandung: Afabeta, 2012

---,Memahami Penelitian Kualitataif. Bandung: Alfabeta, 2013.

Subyanto, Arief & Suwarto, FX.Metode & Teknik Penelitian Sosial. Yogyakarta: Andi, 2006.

Soetopo, Hendyat dan Soemanto, Wasty. Pembinaan dan Pengembangan Kurikulum Sebagai Subtansi Problem Administrasi Pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara, 1993

Wahyudi, Rian, “ Implementasi Kurikulum KTSP (Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan) Pada Mata Pelajaran Al-Qur’an Hadis Di MTS Daarul Hikmah Pamulang” Skripsi pada Sarjana UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, Jakarta, 2012. tidak dipublikasikan.