KEARIFAN LOKAL (Local Wisdom) BUDAYA AIN NI AIN MASYARAKAT KEI SEBAGAI SUMBER BELAJAR SEJARAH LOKAL UNTUK MEMPERKOKOH KOHESI SOSIAL SISWA.

(1)

Agustinus Ufie, 2013

Kearifan Lokal (local Wisdom) Budaya Ain Ni Ain Masyarakat Kei Sebagai Sumber Belajar Sejarah Lokal Untuk Memperkokoh Kohesi Sosial Siswa

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

KEARIFAN LOKAL (Local Wisdom) BUDAYA AIN NI AIN

MASYARAKAT KEI SEBAGAI SUMBER BELAJAR SEJARAH LOKAL UNTUK MEMPERKOKOH KOHESI SOSIAL SISWA

(Studi Deskriptif Analitis terhadap Nilai Kearifan Lokal sebagai Sumber Belajar Sejarah Lokal pada Siswa SMA Negeri 1 Kei Kecil Kab. Maluku Tenggara)

TESIS

Diajukan untuk Memenuhi Sebagain dari Syarat untuk Memperoleh Gelar

Magister Pendidikan

Program Studi Pendidikan Sejarah

Oleh: AGUSTINUS UFIE

1104001


(2)

ii

Agustinus Ufie, 2013

Kearifan Lokal (local Wisdom) Budaya Ain Ni Ain Masyarakat Kei Sebagai Sumber Belajar Sejarah Lokal Untuk Memperkokoh Kohesi Sosial Siswa

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA

BANDUNG 2013

KEARIFAN LOKAL (Local Wisdom) BUDAYA AIN NI AIN

MASYARAKAT KEI SEBAGAI SUMBER BELAJAR SEJARAH LOKAL UNTUK MEMPERKOKOH KOHESI SOSIAL SISWA

(Studi Deskriptif Analitis terhadap Nilai Kearifan Lokal sebagai Sumber Belajar Sejarah Lokal pada Siswa SMA Negeri 1 Kei Kecil Kab. Maluku Tenggara)

Oleh Agustinus Ufie

S.Pd Universitas Pattimura Ambon, 2000

Sebuah Tesis yang diajukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Magister Pendidikan (M.Pd.) pada Program Studi Pendidikan Sejarah

© Agustinus Ufie 2013 Universitas Pendidikan Indonesia

Agustus 2013

Hak Cipta dilindungi undang-undang.

Tesis ini tidak boleh diperbanyak seluruhya atau sebagian,


(3)

iii

Agustinus Ufie, 2013

Kearifan Lokal (local Wisdom) Budaya Ain Ni Ain Masyarakat Kei Sebagai Sumber Belajar Sejarah Lokal Untuk Memperkokoh Kohesi Sosial Siswa

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu LEMBAR PENGESAHAN TESIS

DISETUJUI DAN DISAHKAN OLEH:

Pembimbing I

Dr. Agus Mulyana, M.Hum NIP. 196608081991031002

Pembimbing II

Prof. Dr. Helius Sjamsuddin, MA

Mengetahui,

Ketua Program Studi Pendidikan Sejarah

Sekolah Pascasarjana Universitas Pendidikan Indonesia

Dr. Agus Mulyana, M.Hum NIP. 196608081991031002


(4)

v

Agustinus Ufie, 2013

Kearifan Lokal (local Wisdom) Budaya Ain Ni Ain Masyarakat Kei Sebagai Sumber Belajar Sejarah Lokal Untuk Memperkokoh Kohesi Sosial Siswa

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

KEARIFAN LOKAL (Local Wisdom) BUDAYA AIN NI AIN

MASYARAKAT KEI SEBAGAI SUMBER BELAJAR SEJARAH LOKAL UNTUK MEMPERKOKOH KOHESI SOSIAL SISWA

(Studi Deskriptif Analitis terhadap Nilai Kearifan Lokal sebagai Sumber Belajar Sejarah Lokal pada Siswa SMA Negeri 1 Kei Kecil Kab. Maluku Tenggara)

(Agustinus Ufie, 1104001)

Abstrak

Penelitian ini menggambarkan fenomena perubahan sosial dalam masyarakat Kei disebabkan karena derasnya arus globalisasi dan modernisasi yang berdampak dalam kehidupan generasi muda terutama anak usia sekolah. Dengan studi deskriptif analitis, penelitian ini hendak mengungkapkan serta menyadarkan masyarakat Kei bahwa budaya Ain Ni Ain sebagai kearifan lokal sarat dengan nilai-nilai baik sosial, dan moral telah diwariskan secara turun temurun dan menjadi falsafah hidup serta jati diri orang Kei telah mengalami pergeseran/degradasi. Konflik dan kekerasan yang terus terjadi dalam kehidupan masyarakat diberbagai daerah di Indonesia termasuk Maluku memerlukan berbagai terapi khusus. Kearifan lokal yang tumbuh dan berkembang dalam kehidupan masyarakat lokal diyakini sangat ampuh untuk meredam berbagai fenomena dimaksud. Oleh karena itu, menjadikan nilai-nilai kearifan lokal masyarakat Kei sebagai sumber belajar sejarah lokal di sekolah merupakan bagian dari semangat untuk menyadarkan, menumbuhkan rasa persaudaraan, persatuan dan cintah kasih serta semangat nasionalisme dalam diri para siswa sehingga pada akhirnya akan tumbuh solidaritas antar siswa. Temuan penelitian ini, bahwa nilai-nilai kearifan lokal seperti kejujuran, persaudaraan, cinta kasih, tolong menolong, persatuan dan kesatuan, harga menghargai masih ada dalam kehidupan masyarakat Kei. Namun nilai-nilai kearifan lokal budaya Ain Ni Ain dimaksud sepenuhnya belum terungkap, atau belum dijadikan sebagai sumber pembelajaran sejarah lokal. Padahal pembelajaran yang bersumber dari lingkungan sekitar siswa/sekolah sangat memudahkan siswa untuk memahami serta mengaplikasikannya. Untuk para penyelenggara pendidikan baik Dinas Pendidikan maupun Sekolah dalam hal ini Guru, agar dalam proses pembelajaran sejarah nasional dan terutama sejarah lokal dapat menjadikan lingkungan sekitar siswa dalam hal ini budaya lokal yang tumbuh dan berkembang dalam masyarakat Kei sebagai sumber belajar.

Kata Kunci : Kearifan Lokal, Budaya Ain Ni Ain, Sumber Belajar, Sejarah Lokal


(5)

ix

Agustinus Ufie, 2013

Kearifan Lokal (local Wisdom) Budaya Ain Ni Ain Masyarakat Kei Sebagai Sumber Belajar Sejarah Lokal Untuk Memperkokoh Kohesi Sosial Siswa

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu DAFTAR ISI

HALAMAN KOVER ... i

HALAMAN HAK CIPTA ... ii

LEMBAR PENGESAHAN ... iii

PERNYATAAN ... iv

ABSTRAK ... v

KATA PENGANTAR ... vi

UCAPAN TERIMA KASIH ... vii

MOTTO ... viii

DAFTAR ISI ... ix

DAFTAR BAGAN ... xii

DAFTAR TABEL ... xiii

DAFTAR GAMBAR ... xiv

DAFTAR LAMPIRAN ... xv

DAFTAR GLOSARI ... xvi

BAB I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Rumusan Masalah ... 7

C. Tujuan Penelitian ... 7

D. Manfaat Penelitian ... 8

E. Paradigma Penelitian ... 9

F. Klarifikasi Konsep ... 10

BAB II. LANDASAN TEORI A. Kearifan Lokal (local wisdom) ... 13

A.1. Pengertian Kearifan Lokal ... 13

A.2. Pengertian Masyarakat dan Masyarakat Kei ... 16

B. Sumber Belajar dan Sejarah Lokal ... 17

B.1. Budaya Ain Ni Ain sebagai Sumber Belajar ... 17

B.1.1. Pengertian Budaya Ain Ni Ain ... 17

B.1.2. Sumber Belajar ... 19


(6)

x

Agustinus Ufie, 2013

Kearifan Lokal (local Wisdom) Budaya Ain Ni Ain Masyarakat Kei Sebagai Sumber Belajar Sejarah Lokal Untuk Memperkokoh Kohesi Sosial Siswa

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

B.2.1. Tipe-tipe Sejarah Lokal ... 25

B.2.2. Tujuan Pembelajaran Sejarah Lokal ... 28

C. Kohesi Sosial Peserta Didik ... 31

D. Penelitian Terdahulu ... 34

BAB III. METODOLOGI PENELITIAN A. Metode Penelitian ... 39

B. Lokasi dan Subjek Penelitian ... 41

B.1. Lokasi Penelitian ... 41

B.2. Subjek Penelitian ... 41

C. Teknik Pengumpulan Data ... 41

C.1. Pengamatan (Observasi) ... 42

C.2. Wawancara ... 44

C.3. Studi Dokumentasi ... 45

D. Teknik Analisis Data ... 46

D.1. Reduksi Data (Reduction Data) ... 48

D.2. Penyajian Data (Display Data) ... 49

D.3. Penarikan Kesimpulan (Conclusing drawing/verification) .. 50

E. Verifikasi Data ... 51

E.1. Triangulasi (triangulate) ... 52

E.2. Member Cheking ... 53

E.3. Expert Opinion ... 53

BAB IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Deskripsi Hasil Penelitian ... 54

A. I. Gambaran Umum Lokasi Penelitian ... 54

A.I.1. Kabupaten Maluku Tenggara ... 54

A.I.1.1.Keadaan Geografis Kabupaten Maluku Tenggara ... 54

A.I.1.2. Penduduk ... 56

A.I.1.3. Perekonomian ... 56


(7)

xi

Agustinus Ufie, 2013

Kearifan Lokal (local Wisdom) Budaya Ain Ni Ain Masyarakat Kei Sebagai Sumber Belajar Sejarah Lokal Untuk Memperkokoh Kohesi Sosial Siswa

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

A.I.1.5. Pekerjaan ... 59 A.I.1.6. Agama ... 59 A.I.2. SMA Negeri 1 Kei Kecil Kabupaten Maluku Tenggara ... 60 A.II. Pemaparan Data Penelitian ... 62

A.II.1. Latar Belakang Budaya Ain Ni Ain dalam

Kehidupan Masyarakat Kei ... 62 A.II.2. Nilai-nilai Kearifan Lokal Budaya Ain Ni Ain dapat

dijadikan sebagai sumber belajar sejarah lokal ... 69 A.II.3. Implementasi nilai-nilai budaya lokal dalam

pembelajaran sejarah lokal ... 72 B.Pembahasan ... 77

B.1. Analisis Latar Belakang Budaya Ain Ni Ain dalam

Kehidupan Masyarakat Kei ... 77 B.2. Analisis Nilai-nilai Kearifan Lokal Budaya Ain Ni Ain

sebagai Sumber Belajar. ... 79 B.3. Analisis Implementasi Nilai-nilai Budaya Ain Ni Ain dalam

Pembelajaran Sejarah Lokal ... 84 B.3.1. Analisis temuan peneliti di lapangan ... 84 B.3.2. Implementasi nilai kearifan lokal dalam

pembelajaran sejarah lokal ... 89 BAB V. KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan ... 95 B. Saran-saran ... 96 DAFTAR PUSTAKA ... 98


(8)

1

Agustinus Ufie, 2013

Kearifan Lokal (local Wisdom) Budaya Ain Ni Ain Masyarakat Kei Sebagai Sumber Belajar Sejarah Lokal Untuk Memperkokoh Kohesi Sosial Siswa

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG MASALAH

Konflik bernuansa suku, agama, ras (SARA), kekerasan (premanisme, geng

motor, tawuran), dan terorisme yang tengah terjadi di wilayah Negara Kesatuan

Republik Indonesia sekarang, menunjukkan telah hilangnya identitas bangsa yang dikenal ramah, toleran, cinta damai, persatuan dan kesatuan serta persaudaraan. Kekerasan dan konflik sosial tersebut akan terus menerus terjadi apabila kita tidak mampu menemukan cara yang tepat sebagai solusi dalam mengeliminir atau bahkan menghentikan segala bentuk kekerasan dan konflik dimaksud.

Mengangkat dan melestarikan nilai-nilai budaya yang tumbuh dan berkembang dalam masyarakat sebagai kearifan lokal (local wisdom) merupakan salah satu cara untuk mengurangi bahkan menyelesaikan berbagai konflik yang terjadi di daerah-daerah dalam wilayah Negara Republik Indonesia. Sebagaimana yang diungkapkan, Prof. Nasaruddin Umar, Wakil Menteri Agama Republik Indonesia dalam Seminar Nasional Agama dan Pluralisme di Maluku, tahun 2011 bahwa kearifan lokal yang tumbuh di berbagai daerah dapat dimanfaatkan untuk mengurangi atau mengeliminasi konflik karena masyarakat Indonesia lebih suka dengan pendekatan budaya dalam menyelesaikan berbagai hal. Nasarudin, U. (2011). Seminar Nasional Agama dan Pluralisme di Maluku [Online]. Tersedia: http://indonesia.ucanews.com/2012/01/31/kearifan-lokal-dapat-kurangi-konflik-agama/ [ 26 Juni 2012].

Gambaran realitas kehidupan masyarakat seperti yang diungkapkan diatas, terjadi hampir diseluruh wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia. Di Maluku Tenggara misalnya, kehidupan masyarakat Kei yang penuh dengan toleransi, persaudaraan, persatuan dan cinta kasih antar sesama sebagai wujud dari nilai-nilai kearifan lokal masyarakat Kei secara perlahan-lahan mulai luntur dan berubah menjadi masyarakat Kei yang suka kekerasan, konflik, tawuran antar


(9)

2

Agustinus Ufie, 2013

Kearifan Lokal (local Wisdom) Budaya Ain Ni Ain Masyarakat Kei Sebagai Sumber Belajar Sejarah Lokal Untuk Memperkokoh Kohesi Sosial Siswa

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

geng dan lainnya. Fenomena masyarakat Kei yang terjadi saat ini, bahwa begitu banyak anak-anak muda usia sekolah yang tidak lagi berpikir untuk meneruskan pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi, baik SMA atau Perguruan Tinggi mereka lebih suka mengorganisir diri menjadi kelompok-kelompok atau geng-geng berdasarkan desa, kompleks atau gabungan beberapa desa karena ada hubungan kekerabatan dan lainnya. Dari kelompok atau geng inilah, muncul pemuda-pemuda yang berani, tegas dan siap menerima segala konsekuensi apa saja sampai pada mati sekalipun, mereka ini biasanya di sebut prajurit. Prajurit-prajurit inilah yang siap bergabung dengan berbagai kelompok pemuda Kei pada kota-kota besar di Indonesia seperti: Makassar, Surabaya, Bandung, Yogyakarta dan Jakarta.

Karena sikap keberanian, tegas dan keras itulah, kelompok-kelompok ini biasanya direkrut menjadi security atau keamanan pada berbagai perusahan, klub malam atau diskotik, hotel-hotel dan berbagai fasilitas umum lainnya. Kelompok-kelompok ini juga selalu dipakai jasanya sebagai penagih utang, menjaga lahan-lahan kosong di Jakarta misalnya, agar tidak digunakan atau di kuasai oleh orang lain yang bukan pemilik. Aktivitas inilah yang mengharuskan mereka untuk bertindak tegas bahkan kekerasan sehingga oleh masyarakat menyebut mereka sebagai kelompok preman. Aktivitas oleh kelompok-kelompok dimaksud berbanding terbalik dengan nilai-nilai kearifan lokal budaya Ai Ni Ain yang telah lama tumbuh dan berkembang menjadi falsafah hidup orang Kei.

Kearifan lokal budaya Ain Ni Ain dalam kehidupan masyarakat Kei yang penuh dengan nilai-nilai sosial dan moral seperti tolerensi, persatuan dan kesatuan, hormat-menghormati dan persaudaraan mestinya terus ditumbuh kembangkan serta dilestarikan secara turun temurun, dari generasi ke generasi. Sebagaimana diungkapkan Koentjaraningrat (1989:190) bahwa nilai-nilai budaya merupakan fakta sosial yang hidup di dalam masyarakat yang diwariskan secara turun temurun, dari generasi ke generasi melalui proses sosialisasi dan keteraturan sosial yang “memaksa” seseorang untuk mematuhi norma yang berlaku di masyarakat di mana individu tersebut hidup dan melakukan interaksi. Dengan


(10)

3

Agustinus Ufie, 2013

Kearifan Lokal (local Wisdom) Budaya Ain Ni Ain Masyarakat Kei Sebagai Sumber Belajar Sejarah Lokal Untuk Memperkokoh Kohesi Sosial Siswa

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

demikian keberlanjutan sebuah budaya sangat tergantung pada sejauhmana nilai-nilai luhur dari budaya tersebut dipegang teguh serta diwariskan oleh pendukungnya.

Melestarikan nilai-nilai luhur yang terkandung dalam budaya Ain Ni Ain sebagai kearifan lokal masyarakat Kei menjadi sangat penting bukan hanya karena kekerasan, tawuran antar kelompok, individualisme, hedonisme semakin menguasai kehidupan masyarakat lokal namun daerah ini juga pernah dilanda konflik sosial beberapa waktu lalu. Membangun serta mengeratkan kembali solidaritas dan kohesi sosial masyarakat terutama dikalangan peserta didik melalui pembelajaran yang bersumber dari nilai-nilai kearifan lokal sangat diperlukan. Karena kohesi sosial sebagaimana yang diungkapkan oleh Nat J. Colletta et al. (2001:2) merupakan perekat yang menyatukan masyarakat, membangun keselarasan dan semangat kemasyarakatan, serta komitmen untuk mencapai tujuan-tujuan bersama.

Sejalan dengan itu, kajian Kondrad Huber et al. (2004:7) bahwa kohesi sosial yang bersumber dari nilai-nilai kearifan lokal sangat dibutuhkan untuk membangun perdamaian, keharmonisan dan keselarasan dalam kehidupan masyarakat pasca konflik. Karena usaha-usaha perdamaian dan pembangunan harus dapat mempengaruhi dinamika sosial sehingga membawa perubahan positif. Perubahan itu dapat berupa berkurangnya tindakan kekerasan, konflik, sikap yang lebih positif dari individu-individu, menghormati perbedaan, mencintai perdamaian. Lebih lanjut Kondrad menegaskan bahwa secara khusus, pemuda dan remaja dapat disebut sebagai kelompok yang cukup penting jika dikaitkan dengan kohesi sosial, konflik, kekerasan dan perdamaian.

Oleh karena itu, kearifan lokal sebagai identitas dari masyarakat lokal sarat nilai-nilai dan pranata-pranata sosial menjadi pegangan dalam menata interaksi kehidupan antar sesama masyarakat, harus diimplementasikan secara konkrit kepada semua lapisan masyarakat terutama generasi muda peserta didik. Kearifan lokal menurut Gobyah (Ernawi, 2010:2) didefinisikan sebagai kebenaran yang


(11)

4

Agustinus Ufie, 2013

Kearifan Lokal (local Wisdom) Budaya Ain Ni Ain Masyarakat Kei Sebagai Sumber Belajar Sejarah Lokal Untuk Memperkokoh Kohesi Sosial Siswa

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

telah mentradisi atau ajeg dalam suatu daerah. Oleh karena itu, keanekaragaman suku, budaya, agama dan bahasa di Indonesia haruslah tertatah secara baik karena sesungguhnya keanekaragam merupakan sebuah kekuatan namun juga merupakan sumber konflik. Pernyataan ini mendapat pembenaran sebagaimana yang diungkapkan Hamid Hasan (2012:104) bahwa:

Keanekaragaman budaya disatu pihak merupakan suatu kekayaan bangsa tetapi di pihak lain dapat menjadi sumber konflik yang tidak menguntungkan. Pendidikan harus mampu mengembangkan potensi peserta didik sehingga dapat mengubah perbedaan budaya dari potensi sumber konflik menjadi potensi sumber kerjasama yang produktif dan sumber inspirasi bagi budaya lain.

Dengan demikian, kemajemukan masyarakat dan budaya yang ada pada seluruh wilayah Indonesia perlu ditumbuhkembangkan. Budaya lokal Ain Ni Ain sebagai social capital dalam kehidupan masyarakat Kei harus terus di kembangkan terutama kepada generasi muda melalui proses pendidikan karena pemuda adalah pewaris sah masa depan bangsa ini. Mengingat pemuda adalah kelompok yang sangat rentan terhadap introduksi budaya modern, bias dari kehidupan moderen adalah individualistik, materialistik yang berdampak pada munculnya kekerasan, tawuran, premanisme bahkan terorisme hal ini, telah mereduksi nilai-nilai moral budaya bangsa.

Konflik sosial pernah terjadi di Maluku beberapa waktu lalu, serta berbagai kekerasan kelompok pemuda, tauran, konflik antar desa misalnya telah menghantarkan berbagai macam pandangan (stigma) negatif kepada komunitas masyarakat Kei. Namun sesungguhnya stigma ini tidak tepat apabila masyarakat mampu menjadikan nilai-nilai budaya lokal atau kearifan lokal (local wisdom) sebagai pegangan, penuntun sekaligus pedoman hidupnya. Menghidupkan kembali serta melestarikan nilai-nilai budaya lokal kepada generasi muda terutama peserta didik, dimana nilai-nilai budaya dimaksud dijadikan sebagi sumber belajar sejarah lokal sangat penting dalam rangka mengeliminir bahkan


(12)

5

Agustinus Ufie, 2013

Kearifan Lokal (local Wisdom) Budaya Ain Ni Ain Masyarakat Kei Sebagai Sumber Belajar Sejarah Lokal Untuk Memperkokoh Kohesi Sosial Siswa

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

menghentikan berbagai kekerasan, konflik, tawuran, narkoba atau berbagai pengaruh negatif lainya sebagai akibat dari modernisasi dimaksud dikalangan generasi muda terutama peserta didik.

Pendidikan sejarah lokal sebagai bagian dari pendidikan sejarah nasional dalam sistim pendidikan nasional berguna untuk mengidentifikasi jati diri peserta didik sekaligus sebagai filterisasi terhadap pengaruh negatif yang berkembangan sebagai akibat dari modernisasi. Sejalan dengan itu Hamid Hasan (2012:108) menyatakan bahwa proses pendidikan sejarah diarahkan untuk membangun kemampuan para peserta didik untuk mengidentifikasi jati diri pribadinya dan jati diri bangsanya. Pendidikan sejarah akan membangkitkan kesadaran empati (emphatic awareness), toleransi terhadap orang lain, kemampuan mental dalam berimajinasi dan berkreasi di kalangan peserta didik. Kesadaran empatik dengan orang lain akan membentuk kebersamaan dan keterkaitan atau solidaritas. Sementara toleransi menghantarkan siswa memahami nilai-nilai kemajemukan, berjiwa demokratik, saling menghormati, bertanggung jawab serta komitmen. Sehingga pendidikan sejarah diharapkan mampu membangkitkan kesadaran memori kolektif bangsa masa lalu. Selain itu pendidikan sejarah dimaknai sebagai upaya untuk mentransfer kemegahan bangsa di masa lampau kepada generasi muda. Dengan posisi inilah maka pendidikan sejarah merupakan wahana bagi pewarisan nilai-nilai keunggulan bangsa (Hamid Hasan, 2012:120).

Dengan demikian belajar sejarah sejatinya bukan hanya belajar tentang cerita atau peristiwa sejarah masa lampau namun nilai-nilai luhur yang tumbuh dan berkembang di tengah-tengah lingkungan masyarakat sekitar peserta didik dapat dijadikan sebagai sumber motivasi, dorongan dan penuntun dalam menata kehidupan masa depan bangsa di berbagai aspek baik sosial, budaya, politik, hukum dan ekonomi. Sebagaimana diungkapkan Agus Mulyana dan Restu Gunawan (2007:1) bahwa:

Belajar sejarah pada dasarnya belajar tentang kehidupan masyarakat. Berbagai aspek kehidupan dapat dipelajari dalam sejarah baik menyangkut


(13)

6

Agustinus Ufie, 2013

Kearifan Lokal (local Wisdom) Budaya Ain Ni Ain Masyarakat Kei Sebagai Sumber Belajar Sejarah Lokal Untuk Memperkokoh Kohesi Sosial Siswa

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

aspek sosial, politik, budaya, ekonomi dan aspek-aspek kehidupan lainya. Ciri penting mempelajari masyarakat sebagai fokus kajian sejarah adalah melihat masyarakat sebagai sesuatu yang berubah dalam konteks waktu. Disamping aspek waktu, dalam mempelajari kehidupan masyarakat, sejarah melihat pula aspek keruangan, artinya di mana kehidupan manusia itu dikaji. Aspek keruangan dapat dilihat dalam konteks yang lebih luas misalnya sejarah nasional atau konteks yang lebih kecil, misalnya sejarah lokal.

Olehnya itu, peran sejarah lokal dalam pengajaran sejarah nasional sangatlah penting untuk membentuk identitas lokal dalam mendukung integrasi bangsa. Dalam penelitian yang berjudul “Pembelajaran Berbasis Pendekatan Multikultural dan Perspektif Sejarah Lokal, Nasional, Global untuk Integrasi Bangsa” oleh Supardan (2004:262) menyatakan bahwa pembelajaran sejarah lokal, perlu diperkenalkan pada peserta didik untuk mengenali identitas kelokalannya maupun menghargai identitas etnis/daerah lain yang ada di Indonesia. Pengajaran sejarah lokal dengan pendekatan mengajak peserta didik untuk mengenal sejarah dari lingkungan sekitar dirinya (living history) adalah bagian dari proses menghantarkan siswa untuk mengenal dirinya dan menemukan jati diri masyarakat lokal, membangkitkan semangat kelokalan atau kedaerahan secara utuh.

Pembelajaran sejarah lokal yang bersumber dari budaya lokal juga sesungguhnya menyadarkan peserta didik untuk memahami situasi riil lingkungan sekitar dirinya. Peserta didik diajak untuk mengenal, menghayati serta mampu mengaktualisasikan budaya, tradisi masyarakat setempat dalam kehidupanya sebagai bagian dari pada masyarakat dimaksud. Selain itu, menjadikan lingkungan sekitar peserta didik sebagai sumber pembelajaran sejarah lokal dimaksudkan dalam rangka nation and character building melalui proses pelembagaan nilai-nilai yang positif seperti nilai-nilai-nilai-nilai warisan budaya lokal, heroisme, solidaritas, nasionalisme. Sejalan dengan itu Agus Mulyana dan Restu Gunawan (2007: 2) mengemukakan bahwa:

Mata pelajaran sejarah sarat dengan nilai-nilai. Nilai-nilai yang dimaksud disini bukan hanya sekedar nilai-nilai kewarganegaraan yang bersifat umum


(14)

7

Agustinus Ufie, 2013

Kearifan Lokal (local Wisdom) Budaya Ain Ni Ain Masyarakat Kei Sebagai Sumber Belajar Sejarah Lokal Untuk Memperkokoh Kohesi Sosial Siswa

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

belaka, seperti nasionalisme, patriotisme, demokrasi dan lain-lain. Nilai-nilai yang harus pula dikembangkan adalah nilai-nilai yang memiliki kearifan lokal, yaitu nilai-nilai yang tumbuh dan berkembang dalam kehidupan sekitar siswa.

Atas dasar itu maka, pelajaran sejarah mestinya direkonstruksi dengan menggunakan paradigma new history artinya dalam proses belajar mengajar sejarah guru sangat dituntut agar mampu mengembangkan materi pembelajaran bukan hanya berdasarkan sejarah nasional tetapi harus juga mengembangkan materi pembelajaran sejarah dari kearifan lokal yang tumbuh di lingkungan sekitar peserta didik sebagai sumber pembelajaran. Sebagaimana dikemukakan Douk (Widja, 1998:5) bahwa pembelajaran sejarah lokal lebih mudah dihayati oleh para siswa, disebabkan berkaitan dengan lingkungan mereka. Hal ini tentunya sangat mempermudah proses pembelajaran di kelas.

Kearifan lokal penuh dengan nilai-nilai sosial dan moral sebagai penuntun, pedoman hidup masyarakat penganutnya haruslah terus dilestarikan, diwariskan kepada setiap generasi dengan berbagai macam cara diantaranya melalui pembelajaran di sekolah-sekolah. Olehnya itu, penelitian dengan judul “KEARIFAN LOKAL (Local Wisdom) BUDAYA AIN NI AIN MASYARAKAT

KEI SEBAGAI SUMBER BELAJAR SEJARAH LOKAL UNTUK

MEMPERKOKOH KOHESI SOSIAL SISWA” (Studi Deskriptif Analitis terhadap Nilai-nilai Kearifan Lokal sebagai Sumber Belajar Sejarah Lokal pada Siswa SMA Negeri 1 Kei Kecil Kabupaten Maluku Tenggara) perlu dilaksanakan.

B. RUMUSAN MASALAH

Sehubungan dengan kenyataan yang telah diuraikan di atas maka, penelitian ini difokuskan pada beberapa masalah sebagai berikut:

1. Bagaimana latar belakang sejarah budaya Ain Ni Ain di Kei?

2. Nilai-nilai kearifan lokal budaya Ain Ni Ain apa yang dapat dijadikan sebagai sumber belajar sejarah lokal?


(15)

8

Agustinus Ufie, 2013

Kearifan Lokal (local Wisdom) Budaya Ain Ni Ain Masyarakat Kei Sebagai Sumber Belajar Sejarah Lokal Untuk Memperkokoh Kohesi Sosial Siswa

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

3. Bagaimana mengimplementasikan nilai-nilai kearifan lokal budaya Ain Ni Ain dalam pembelajaran sejarah lokal?

C. TUJUAN PENELITIAN

Secara umum tujuan penelitian ini adalah untuk mengungkapkan kearifan lokal budaya masyarakat Kei sebagai sumber belajar sejarah lokal dalam memperkuat kohesi sosial peserta didik (siswa). Secara khusus tujuan yang hendak dicapai dalam penelitian ini adalah:

1. Mengungkapkan bagaimana latar belakang pertumbuhan dan perkembangan budaya Ain Ni Ain sebagai kearifan lokal dalam kehidupan masyarakat Kei. 2. Mengungkapkan nilai-nilai budaya Ain Ni Ain dalam masyarakat Kei yang

dapat dijadikan sumber belajar sejarah lokal dalam memperkokoh kohesi sosial dikalangan siswa.

3. Mendeskripsikan pengimplementasian nilai-nilai kearifan lokal budaya Ain Ni

Ain dalam pembelajaran sejarah lokal.

D. MANFAAT PENELITIAN

Manfaat penelitian ini bagi peneliti dibedakan dalam dua kategori yaitu: 1. Manfaat Teoritik

a. Memberikan kontribusi kepada siswa dalam meningkatkan pemahaman, kemampuan dan ketrampilan mengaplikasikan nilai-nilai kearifan lokal dalam pergaulan baik di sekolah maupun di masyarakat sehingga tercipta kohesi sosial antara sesama warga masyarakat.

b. Membuka cakrawala berpikir para guru, siswa dan stakeholder pendidikan bahwa betapa pentingnya pembelajaran sejarah lokal yang bersumber dari lingkungan sekitar siswa (kearifan lokal) dalam meningkatkan solidaritas dan kohesi sosial dikalangan siswa, guru dan sekolah sebagai komunitas masyarakat berbudaya yang penuh kekeluargaan.


(16)

9

Agustinus Ufie, 2013

Kearifan Lokal (local Wisdom) Budaya Ain Ni Ain Masyarakat Kei Sebagai Sumber Belajar Sejarah Lokal Untuk Memperkokoh Kohesi Sosial Siswa

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

a. Memberikan pemahaman kepada semua pihak betapa pentingnya nilai-nilai kearifan lokal dalam mewujudkan sikap solidaritas, harga menghargai, persatuan dan kesatuan, hormat menghormati sebagai suatu nilai budaya yang ada di masyarakat.

b. Menjadi masukan bagi penyelenggara pendidikan di berbagai level (pemerintah pusat, pemerintah propinsi dan pemerintah kabupaten serta pihak sekolah) untuk menjadikan lingkungan sekitar siswa sebagai sumber pembelajaran sejarah lokal.

c. Menjadi masukan bagi semua pihak bahwa pemanfaatan lingkungan sekitar siswa dengan menjadikan nilai-nilai yang terkandung dalam budaya masyarakat setempat sebagai sumber belajar sejarah lokal menjadi penting sehingga harapan untuk mewujudkan pembelajaran sejarah yang penuh makna dan bersahaja dapat tercapai.

d. Menemukan nilai-nilai kearifan lokal budaya Ain Ni Ain dalam kehidupan masyarakat Kei untuk diimplementasikan dalam pembelajaran sejarah lokal di sekolah-sekolah.

E. PARADIGMA PENELITIAN

Penelitian ini harus benar-benar diarahkan pada fokusnya yaitu bagaimana nilai-nilai kearifan lokal budaya Ain Ni Ain dijadikan sumber belajar sejarah lokal guna memperkuat kohesi sosial di kalangan generasi muda terutama peserta didik. Untuk mencapai fokus dari penelitian ini maka, diperlukan kerangka berpikir atau paradigma untuk mengungkapkan kerja ilmiah atau sebuah penelitian secara kronologis. Sebagaimana yang dikemukakan oleh Kuhn (1989:43) bahwa paradigma adalah suatu sudut pandang, cara berpikir, pendekatan atau kerangka pikir (frame of reference) yang melandasi kegiatan ilmiah atau sebagai suatu gugus berpikir baik berupa model atau pola yang digunakan oleh para ilmuwan dalam upaya studi-studi keilmuan.


(17)

10

Agustinus Ufie, 2013

Kearifan Lokal (local Wisdom) Budaya Ain Ni Ain Masyarakat Kei Sebagai Sumber Belajar Sejarah Lokal Untuk Memperkokoh Kohesi Sosial Siswa

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Untuk mendudukkan kerangka berpikir secara kronologis guna mengarah pada fokus dalam penelitian ini maka peneliti menggunakan paradigma penelitian ilmiah yang biasanya digunakan dalam metode penelitian kualitatif. Dengan demikian paradigma penelitian dapat digambarkan sebagai berikut:


(18)

11

Agustinus Ufie, 2013

Kearifan Lokal (local Wisdom) Budaya Ain Ni Ain Masyarakat Kei Sebagai Sumber Belajar Sejarah Lokal Untuk Memperkokoh Kohesi Sosial Siswa

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu F. KLARIFIKASI KONSEP

Guna memperjelas pemahaman dalam penelitian ini, perlu di jelaskan atau diklarifikasikan beberapa konsep penting dalam penelitian ini sebagai berikut: 1. Kearifan lokal sebagai wujud dari tradisi, budaya kehidupan masyarakat lokal

yang penuh makna, nilai-nilai atau norma-norma menjadi penuntun, pegangan hidup masyarakatnya. Mutakin (2005: 43) mengartikan kearifan lokal sebagai:

Kemampuan berpikir, berasa, bersikap dan bertindak seseorang atau kelompok orang dalam upaya memperkenalkan dan menanam ide, konsep, gagasan, harapan, anjuran atau sejumlah informasi yang berkenaan dengan nilai-nilai dan norma-norma sebagai acuan tentang bagaimana selayaknya hidup dan kehidupan dikembangkan, dinikmati sehingga bermakna dan bermanfaat bagi individu yang bersangkutan serta lingkungannya.

Nilai-nilai merupakan sebuah makna yang terkandung pada sebuah, tradisi atau budaya sebagai penuntun kehidupan masyarakat atau kelompok masyarakat. Sebagaimana esensi dari pada nilai yang dikemukakan oleh Budiyono (2007:75) nilai adalah kualitas dari suatu yang bermanfaat bagi kehidupan manusia baik lahir maupun batin. Dalam kehidupan manusia nilai dijadikan landasan, alasan atau motivasi dalam bersikap serta bertingkah laku. Nilai bersifat materil dan imateril. Nilai imateril tidak konkrit atau tidak dapat ditangkap dengan panca indera namun dapat dirasakan. Wujud yang lebih konkrit dari konsep nilai imateril dalam kehidupan masyarakat adalah apa yang dikenal dengan norma, tatanan hidup masyarakat.

2. Masyarakat dan Masyarakat Kei, dalam kamus besar bahasa Indonesia yang diterbitkan oleh Balai Pustaka mendefinisikan masyarakat adalah sejumlah manusia dalam arti seluas-luasnya dan terikat oleh suatu kebudayaan yang mereka anggap sama. Sebagaimana definisi yang terungkap dalam kamus besar bahasa Indonesia dimaksud maka Suparlan (Mutakin, 2006:1) juga mendefinisikan masyarakat sebagai suatu satuan kehidupan sosial manusia yang menempati suatu wilayah tertentu yang keteraturan dalam kehidupan


(19)

12

Agustinus Ufie, 2013

Kearifan Lokal (local Wisdom) Budaya Ain Ni Ain Masyarakat Kei Sebagai Sumber Belajar Sejarah Lokal Untuk Memperkokoh Kohesi Sosial Siswa

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

sosial tersebut telah dimungkinkan karena adanya seperangkat pranata-pranata sosial yang menjadi tradisi dan kebudayaan yang mereka miliki bersama. 3. Budaya Ain Ni Ain adalah sebuah tradisi dan falsafah dalam kehidupan

masyarakat di kepulauan Kei yang sarat dengan nilai-nilai hidup, secara umum falsafah hidup Ain Ni Ain diartikan sebagai perasaan saling memiliki satu sama lain. Sesungguhnya budaya Ain Ni Ain sarat makna dan nilai-nilai sehingga dijadikan pedoman hidup masyarakatnya secara turun temurun dan harus dipertahankan, namun kenyataanya saat ini bahwa dengan introduksi budaya moderen, tradisi lokal budaya Ain Ni Ain mengalami degradasi.

4. Sumber Belajar, Nasution (Fathurrohman dan Sutikna, 2007:16) menyatakan bahwa sumber pembelajaran dapat berasal dari masyarakat dan kebudayaannya, perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi serta kebutuhan anak didik. Senada dengan itu maka, Robert Douch (Agus Mulyana dan Restu Gunawan, 2007: 1) menegaskan bahwa dalam pembelajaran sejarah hendaknya siswa dapat melihat langsung kehidupan yang nyata, bukan materi pelajaran yang jauh dari realitas. Bahkan belajar yang baik dapat bersumber dari pengalaman siswa sehari-hari. Kedekatan emosional siswa dengan lingkunganya merupakan sumber belajar yang berharga bagi terjadinya proses pembelajaran di kelas.

5. Sejarah Lokal seperti yang dikemukakan oleh Taufik Abdullah dalam Agus Mulyana, Restu Gunawan (2007: 02) adalah sejarah dari suatu “tempat” suatu “locality”, yang batasanya ditentukan oleh “perjanjian” yang diajukan penulis sejarah. Lebih lanjut dalam buku Sejarah Lokal suatu Perspektif ditulis oleh I Gde Widja (1989: 11) menyebutkan bahwa sejarah lokal bisa dikatakan sebagai suatu bentuk penulisan sejarah dalam lingkup yang terbatas yang meliputi suatu lokalitas tertentu. Sejarah lokal sebagaimana diungkapkan oleh H.P.R Finberg yang terkenal sebagai pendiri Mazhab Leicester dalam studi Sejarah Lokal di Inggris dan kemudian diangkat kembali oleh Taufik Abdullah, dalam tulisannya Sejarah Lokal di Indonesia, Kumpulan Tulisan


(20)

13

Agustinus Ufie, 2013

Kearifan Lokal (local Wisdom) Budaya Ain Ni Ain Masyarakat Kei Sebagai Sumber Belajar Sejarah Lokal Untuk Memperkokoh Kohesi Sosial Siswa

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

(1990: 18) bahwa sejarah lokal ialah Asal-Usul, Pertumbuhan, Kemunduran, dan Kejatuhan dari kelompok masyarakat lokal, tekanannya pada sebuah kelompok masyarakat (community), dengan menentukan irama sejarah bukan maksudnya untuk menunggu “kemunduran” dan “kejatuhan” itu.

6. Kohesi sosial sebagaimana yang dikemukakan Nat J. Colletta et al. (2001: 2) adalah sebagai perekat yang menyatukan masyarakat, membangun keselarasan dan semangat kemasyarakatan. Serta komitmen untuk mencapai tujuan-tujuan bersama. Selain itu kohesi sosial sebagaimana yang diungapkan oleh Dewan Eropa (2004) bahwa kohesi sosial merupakan kemampuan suatu masyarakat untuk menjamin kesejahteraan anggotanya, menekan perbedaan dan menghindari polarisasi. Masyarakat yang kohesif merupakan komunitas yang terdiri dari individu-individu bebas yang saling mendukung, mencapai tujuan bersama secara demokratis.


(21)

39

Agustinus Ufie, 2013

Kearifan Lokal (local Wisdom) Budaya Ain Ni Ain Masyarakat Kei Sebagai Sumber Belajar Sejarah Lokal Untuk Memperkokoh Kohesi Sosial Siswa

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A. METODE PENELITIAN

Metode sebagaimana dalam kamus besar bahasa Indonesia adalah cara yang teratur dan terpikir baik-baik untuk mencapai maksud. Sementara itu, metode dalam penelitian ini adalah metode kualitatif (qualitative research). Metode penelitian kualitatif sebagaimana yang diungkapkan Bogdan dan Taylor (L.J. Maleong, 2011:4) sebagai prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang dan perilaku yang dapat diamati. Selain itu, metode penelitian kualitatif menurut Syaodih Nana, (2007:60) adalah cara untuk mendeskripsikan dan menganalisis fenomena, peristiwa, aktivitas sosial, sikap kepercayaan, persepsi, pemikiran orang secara individual maupun kelompok.

Penelitian ini, diajukan untuk menganalisis dan mengungkapkan fenomena nilai-nilai kearifan budaya lokal masyarakat Kei yang mulai luntur, dalam aktifitas kehidupan sosial terutama peserta didik. Dalam mengumpulkan, mengungkapkan berbagai masalah dan tujuan yang hendak dicapai maka, penelitian ini dilakukan dengan pendekatan studi deskriptif analitis. Menurut Sugiyono (2008:15) bahwa penelitian kualitatif deskriptif adalah metode penelitian yang berlandaskan pada filsafat postpositivisme yang biasanya digunakan untuk meneliti pada kondisi objektif yang alamiah dimana peneliti berperan sebagai instrumen kunci. Sementara itu Nawawi dan Martini (1994:73) mendefinisikan metode deskriptif sebagai metode yang melukiskan suatu keadaan objektif atau peristiwa tertentu berdasarkan fakta-fakta yang tampak atau sebagaimana mestinya yang kemudian diiringi dengan upaya pengambilan kesimpulan umum berdasarkan fakta-fakta historis tersebut. Selain itu, studi deskriptif analitis menurut Winarno (Dadang


(22)

40

Agustinus Ufie, 2013

Kearifan Lokal (local Wisdom) Budaya Ain Ni Ain Masyarakat Kei Sebagai Sumber Belajar Sejarah Lokal Untuk Memperkokoh Kohesi Sosial Siswa

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Supardan, 2000:103) adalah suatu penelitian yang tertuju pada penelaan masalah yang ada pada masa sekarang.

Metode kualitatif dengan pendekatan studi deskriptif analitik yang dipakai dalam penelitian ini, sebagaimana yang diungkapkan oleh Sugiyono, (2012:3) adalah metode kualitatif untuk mendapatkan data yang mendalam, suatu data yang mengandung makna. Metode kualitatif secara signifikan dapat mempengaruhi substansai penelitian. Artinya bahwa metode kualitatif menyajikan secara langsung hakikat hubungan antar peneliti dan informan, objek dan subjek penelitian. Penelitian kualitatif memiliki ciri-ciri atau karakteristik yang hendaknya menjadi pedoman oleh peneliti, sebagaimana yang dikonstantir oleh Bogdan dan Biklen (1982:27-29) bahwa karakteristik penelitian kualitatif diantaranya:

1. Peneliti sendiri sebagai instrument utama untuk mendatangi secara langsung sumber data

2. Mengimplementasikan data yang dikumpulkan dalam penelitian ini lebih cenderung kata-kata dari pada angka

3. Menjelaskan bahwa hasil penelitian lebih menekankan kepada proses tidak semata-mata kepada hasil

4. Melalui analisis induktif, peneliti mengungkapkan makna dari keadaan yang terjadi

5. Mengungkapkan makna sebagai hal yang esensial dari pendekatan kualitatif.

Berangkat dari karakteristik sebuah penelitian kualitatif yang telah dibentangkan di atas, maka dapat dikemukakan bahwa dalam penelitian ini, peneliti langsung berlaku sebagai alat peneliti utama (key instrument) yang mana melakukan proses penelitian secara langsung dan aktif mewawancarai, mengumpulkan berbagai materi atau bahan yang berkaitan dengan kearifan lokal masyarakat Kei terutama budaya Ain Ni Ain untuk dijadikan sebagai sumber belajar guna memperkuat kohesi sosial antar generasi muda.

Guna menemukan hasil penelitian ini, maka peneliti menempuh beberapa langkah yaitu pengumpulan data, pengolahan data atau analisis data, penyusunan


(23)

41

Agustinus Ufie, 2013

Kearifan Lokal (local Wisdom) Budaya Ain Ni Ain Masyarakat Kei Sebagai Sumber Belajar Sejarah Lokal Untuk Memperkokoh Kohesi Sosial Siswa

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

laporan serta penarikan kesimpulan. Proses ini dilakukan guna mendapatkan hasil penelitian secara objektif. Proses pengumpulan data dalam penelitian ini dilaksanakan dengan cara observasi, wawancara dan studi dokumentasi. Observasi dilakukan bukan hanya di SMA Negeri 1 Kei Kecil tetapi juga melihat aktivitas kehidupan masyarakat Kei, terutama masyarakat yang hidup di kota dan sekitarnya sementara wawancara dilakukan kepada semua subjek yang terkait dalam penelitian ini yaitu tokoh masyarakat, guru dan siswa. Hasil dari proses observasi serta wawancara di lapangan kemudian ditambahkan dengan analisis awal oleh peneliti sebelum turun lapangan maka dibuat kesimpulan berkenaan dengan nilai-nilai kearifan lokal masyarakat Kei sebagai sumber belajar sejarah lokal dalam memperkokoh kohesi sosial di kalangan generasi muda terutama peserta didik.

B. LOKASI DAN SUBJEK PENELITIAN B.1. Lokasi Penelitian

Lokasi dalam penelitian ini adalah SMA Negeri 1 Kei Kecil Kabupaten Maluku Tenggara. Sesuai dengan permasalahan dan tujuan dari penelitian ini, maka penggunaan metode kualitatif dengan pendekatan studi deskriptif analitik untuk menganalisa, mendeskripsikan pendapat para partisipan penelitian atau informan penelitian yaitu peserta didik, guru dan pihak sekolah maupun masyarakat.

B.2. Subjek Penelitian

Dalam penelitian ini, subjek sebagai sumber data dipilih secara

Purposive dan bersifat snowball sampling. Subjek-subjek dimaksud adalah:

1) Penyelenggara Pendidikan (Guru mata pelajaran sejarah) 2) Peserta didik (Siswa)

3) Tokoh Masyarakat dan Pemerhati Pendidikan


(24)

42

Agustinus Ufie, 2013

Kearifan Lokal (local Wisdom) Budaya Ain Ni Ain Masyarakat Kei Sebagai Sumber Belajar Sejarah Lokal Untuk Memperkokoh Kohesi Sosial Siswa

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Dalam penelitian kualitatif teknik pengumpulan data sangat diperlukan guna mendapatkan data dalam sebuah penelitian. Tanpa mengetahui teknik pengumpulan data maka peneliti tidak akan mendapatkan data sesuai dengan apa yang diharapkan. Penelitian kualitatif, pengumpulan data dilakukan di dalam berbagai setting, berbagai sumber, dan berbagai cara. Dari sisi setting maka data dikumpulkan dalam kondisi yang alamiah (natural setting). Sementara dari sisi

sumber maka, data dikumpulkan dari berbagai sumber yaitu sumber primer, dan

sumber sekunder. Selanjutnya jika dilihat dari sisi cara atau teknik pengumpulan data lebih banyak dilakukan dengan pengamatan (observasi), wawancara mendalam (in depth interview) dan dokumentasi.

C.1. Pengamatan (Observasi )

Pengamatan atau observasi merupakan suatu unsur penting dalam penelitian kualitatif, observasi dalam konsep yang sederhana adalah sebuah proses atau kegiatan awal yang dilakukan oleh peneliti untuk bisa mengetahui kondisi, realitas lapangan penelitian. Berbeda dengan konsep sederhana dimaksud, maka observasi seperti yang dikemukakan Black dan Champion (1999:286) yaitu mengamati dan mendengar perilaku seseorang selama beberapa waktu, tanpa melakukan manipulasi atau pengendalian serta mencatat penemuan yang memungkinkan atau memenuhi syarat untuk digunakan ke dalam tindakan penafsiran analisis. Sementara itu, Sanapiah Faisal (Burhan Bungin, 2003:65) bahwa metode observasi menjadi amat penting dalam tradisi penelitian kualitatif karena melalui observasi itulah dikenali berbagai rupa kejadian, peristiwa, keadaan, tindakan yang mempola dari hari ke hari di tengah masyarakat. Dari situlah dikenali mana yang sangat lazim atau umum terjadi, bagi siapa, kapan, dimana dan sebagainya.

Observasi dalam penelitian kualitatif sebagaimana yang diungkapkan

oleh Satori Djam’an dan Komariah Aan, (2012:105) adalah pengamatan


(25)

43

Agustinus Ufie, 2013

Kearifan Lokal (local Wisdom) Budaya Ain Ni Ain Masyarakat Kei Sebagai Sumber Belajar Sejarah Lokal Untuk Memperkokoh Kohesi Sosial Siswa

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

dan maknanya dalam upaya mengumpulkan data penelitian. Lebih lanjut observasi sebagaimana yang diungkapkan oleh Maleong (2011:175) adalah pengamatan digunakan untuk mengoptimalkan kemampuan peneliti dari segi motif, kepercayaan, perhatian, perilaku tak sadar, kebiasaan dan sebagainya. Observasi sesungguhnya dilakukan dengan memiliki tujuan atau manfaat.\

Dari berbagai macam observasi dimaksud tentunya memiliki manfaat dalam sebuah penelitian kualitatif. Olehnya itu , Patton (Sugiyono, 2007:67) mengungkapkan bahwa manfaat observasi adalah sebagai berikut:

1) Dengan observasi di lapangan peneliti lebih mampu memahami konteks data dalam keseluruhan situasi sosial, untuk mendapat pandangan yang holistik atau menyeluruh.

2) Dengan observasi maka akan diperoleh pengalaman langsung, sehingga memungkinkan peneliti menggunakan pendekatan induktif, jadi tidak dipengaruhi oleh konsep atau pandangan sebelumnya. Pendekatan induktif membuka kemungkinan melakukan penemuan atau discovery.

3) Dengan observasi, peneliti dapat melihat hal-hal yang kurang dan tidak diamati oleh orang lain, khususnya orang yang berada dalam lingkungan itu karena telah dianggap biasa dan olehnya itu tidak terungkap dalam wawancara.

4) Dengan observasi, peneliti dapat menemukan hal-hal yang sedianya tidak akan terungkap oleh responden dalam wawancara karena bersifat sensitif atau ingin ditutupi karena dapat merugikan nama lembaga.

5) Dengan observasi, peneliti dapat menemukan hal-hal yang di luar persepsi responden, sehingga peneliti memperoleh gambaran yang lebih komprehensif.

6) Melalui pengamatan lapangan, peneliti tidak hanya mengumpulkan data yang kaya, tetapi juga memperoleh kesan-kesan pribadi dan merasakan situasi sosial yang diteliti.

Terkait dengan penelitian tentang kearifan lokal budaya Ain Ni Ain, maka observasi yang dilakukan oleh peneliti dibagi dalam dua bagian yaitu observasi di tengah kehidupan masyarakat Kei dan observasi di lingkungan sekolah SMA Negeri 1 Kei Kecil. Observasi di lingkungan masyarakat secara menyeluruh guna mengetahui lingkungan fisik, sosial, dan budaya masyarakat Kei, tingkat pendidikan, perekonomian. Dalam proses observasi ini peneliti selain mendapat berbagai macam informasi dan fenomena kehidupan


(26)

44

Agustinus Ufie, 2013

Kearifan Lokal (local Wisdom) Budaya Ain Ni Ain Masyarakat Kei Sebagai Sumber Belajar Sejarah Lokal Untuk Memperkokoh Kohesi Sosial Siswa

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

masyarakat Kei namun juga mendapat informasi tentang tokoh-tokoh masyarakat yang bisa dijadikan subjek dalam penelitian ini, mereka adalah orang-orang yang berkompeten dalam persoalan adat dan budaya Kei.

Sementara observasi di lingkungan sekolah dilakukan oleh peneliti terkait dengan berbagai aktivitas di lingkungan sekolah baik guru, siswa maupun proses pembelajaran di kelas pada SMA Negeri 1 Kei Kecil Kabupaten Maluku Tenggara. Selain itu, observasi di lingkungan sekolah juga dilakukan untuk mengetahui sarana dan prasarana sekolah yang digunakan dalam proses belajar mengajar di kelas. Hal ini sejalan dengan apa yang dikemukakan (Glesne dan Peshkin, 1992; Spradley, 1979) bahwa pelaksanaan observasi dilakukan dimulai dengan observasi secara menyeluruh dan tidak terputus untuk mengetahui suasana lingkungan fisik, sosial dan budaya secara selintas yang ada di sekolah dan sekitar lingkungan sekolah.

Observasi yang digunakan oleh peneliti adalah observasi non sistematis yaitu tidak menggunakan pedoman baku akan tetapi pengamatan dilakukan secara spontan dengan cara mengamati apa adanya bagaimana proses pembelajaran di kelas, berbagai metode yang dilakukan serta kesiapan atau keseriusan siswa dalam mengikuti proses belajar mengajar mata pelajaran sejarah.

C.2. Wawancara

Wawancara merupakan bagian penting dalam penelitian kualitatif sehingga peneliti dapat memperoleh data dari berbagai informan secara langsung. Penelitian kualitatif sangat memungkinkan untuk penyatuan teknik observasi dengan wawancara. Sebagaimana yang diungkapkan oleh Nasution (1998:69) bahwa dalam sebuah penelitian kualitatif observasi saja, belum memadai itu sebabnya observasi harus dilengkapi dengan wawancara. Sementara itu wawancara dalam sebuah penelitian sebagaimana yang ditegaskan oleh Lincoln dan Guba (L. J. Maleong, 2011:186) adalah:


(27)

45

Agustinus Ufie, 2013

Kearifan Lokal (local Wisdom) Budaya Ain Ni Ain Masyarakat Kei Sebagai Sumber Belajar Sejarah Lokal Untuk Memperkokoh Kohesi Sosial Siswa

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Mengkonstruksi mengenai orang, kejadian, organisasi, perasaan, motivasi, tuntutan, kepedulian dan lain-lain kebulatan; merekonstruksi kebulatan-kebulatan demikian sebagai yang dialami masa lalu; memproyeksikan kebulatan-kebulatan sebagai yang diharapkan untuk dialami pada masa yang akan datang; memverifikasi, mengubah dan memperluas informasi yang diperoleh dari orang lain, baik manusia maupun bukan manusia (triangulasi); dan memverifikasi, mengubah dan memperluas konstruksi yang dikembangkan oleh peneliti sebagai pengecekan anggota.

Untuk itu dalam penelitian ini, wawancara sangat diperlukan dan dilakukan guna mendapatkan data-data terkait dengan kearifan lokal budaya

Ain Ni Ain dalam kehidupan masyarakat Kei. Proses wawancara yang

dilakukan, dalam rangka memperkuat data-data saat pengamatan (observasi) yang telah dilakukan sebelumnya oleh peneliti. Dalam proses wawancara peneliti sangat memberikan keleluasaan kepada para informan dalam menjawab semua pertanyaan yang diajukan peneliti. Wawancara dalam penelitian ini ditujukan untuk memperoleh data yang valid tentang nilai-nilai kearifan lokal terutama budaya Ain Ni Ain yang dapat dijadikan sebagai sumber belajar sejarah lokal guna memperkuat kohesi sosial dikalangan siswa.

Peneliti melakukan proses wawancara dalam penelitian ini kepada kepala sekolah, guru mata pelajaran sejarah, siswa dan tokoh masyarakat. Wawancara dengan kepala sekolah untuk diketahui bagaimana kebijakan pelaksanaan pembelajaran di sekolah. Wawancara dengan guru dalam bentuk diskusi lepas untuk mengetahui serta mencari berbagai solusi terkait dengan pembelajaran sejarah terutama sejarah lokal. Sementara wawancara dengan siswa dilakukan guna mengetahui, menangkap bagaimana tanggapan siswa terhadap pembelajaran sejarah lokal yang bersumber dari keraifan lokal budaya Ain Ni Ain.


(28)

46

Agustinus Ufie, 2013

Kearifan Lokal (local Wisdom) Budaya Ain Ni Ain Masyarakat Kei Sebagai Sumber Belajar Sejarah Lokal Untuk Memperkokoh Kohesi Sosial Siswa

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Studi dokumenter merupakan suatu metode atau teknik yang digunakan dalam penelitian kualitatif untuk mengungkapkan, mencari berbagai informasi dari sumber-sumber yang berkaitan dengan masalah penelitian. Sejalan dengan itu menurut Arikunto (1998:236) bahwa studi dokumenter merupakan suatu teknik yang digunakan dan mencari data mengenai hal-hal atau catatan-catatan, buku-buku, surat kabar, prasasti, kajian kurikulum dan sebagainya. Menurut Lincon dan Guba, (1985:276-277) bahwa dokumentasi dan catatan digunakan sebagai pengumpulan data didasarkan pada beberapa hal yakni: 1) Dokumen dan catatan ini selalu dapat digunakan terutama karena mudah

diperoleh dan relatif lebih mudah.

2) Merupakan informasi yang mantap baik dalam pengertian merefleksikan situasi secara akurat maupun dapat dianalisis ulang tanpa melalui perubahan di dalamnya

3) Dokumen dan catatan merupakan sumber informasi yang kaya

4) Keduanya merupakan sumber resmi yang tidak dapat disangkal, yang menggambarkan kenyataan formal

5) Tidak seperti sumber pada manusia, baik dokumen maupun catatan non kreatif, tidak memberikan reaksi dan respon atau perlakuan peneliti.

Dokumentasi dalam penelitian ini, merupakan sesuatu yang sangat penting sebagai pelengkap dari metode observasi dan wawancara berupa catatan lapangan. Selain untuk mendapatkan berbagai data-data yang berkaitan dengan budaya Ain Ni Ain baik latar belakangnya, nilai-nilai yang terkandung di dalam kearifan lokal masyarakat Kei, serta pikiran masyarakat Kei terkait dengan implementasi nilai-nilai kearifan lokal dimaksud dalam kehidupan masyarakat Kei namun juga dokumen-dokumen resmi sekolah maupun guru sejarah berupa profil sekolah SMA Negeri 1 Kei Kecil (tahun berdiri, jumlah siswa, jumlah guru, jumlah ruangan belajar serta struktur organisasi sekolah). Adapun studi dokumenter yang dibutuhkan penulis dalam penelitian ini adalah berbagai referensi berupa buku-buku, tulisan-tulisan, gambar-gambar, cerita-cerita rakyat tentang berbagai hal yang berkaitan dengan kearifan lokal budaya


(29)

47

Agustinus Ufie, 2013

Kearifan Lokal (local Wisdom) Budaya Ain Ni Ain Masyarakat Kei Sebagai Sumber Belajar Sejarah Lokal Untuk Memperkokoh Kohesi Sosial Siswa

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

peneliti merasa sangat mudah karena peneliti sendiri adalah anak asli daerah ini yang sangat memahami budaya dan adat istiadat Kei.

D. TEKNIK ANALISIS DATA

Dalam penelitian kualitatif proses analisis data berlangsung sebelum peneliti ke lapangan, kemudian selama di lapangan dan setelah di lapangan, sebagaimana yang diungkapkan oleh Sugiono (2008: 90) bahwa analisis telah dimulai sejak dirumuskan dan menjelaskan masalah, sebelum terjun ke lapangan dan terus berlanjut sampai penulisan hasil penelitian. Sementara itu, analisis data menurut Bogdan dan Biklen (Maleong, 2011: 248) adalah upaya yang dilakukan dengan jalan bekerja dengan data, mengorganisasikan data, memilah-milahnya menjadi satuan yang dapat dikelola, mensintesiskannya, mencari dan menemukan pola, menemukan apa yang penting dan apa yang dipelajari, dan memutuskan apa yang dapat diceritakan kepada orang lain.

Oleh karena itu, analisis data yang dilakukan dalam penelitian ini yakni proses mengumpulkan dan menyusun secara baik data-data yang didapatkan melalui observasi, wawancara dan dokumenter serta berbagai bahan lain yang tentunya berkaitan dengan budaya Ain Ni Ain sebagai kearifan lokal masyarakat Kei. Untuk mempermudah peneliti dalam proses menganalisis berbagai data penelitian ini, maka peneliti menggunakan dua pendekatan yakni:

1). Analisis sebelum di lapangan

Dalam penelitian kualitatif sebagaimana yang telah diungkapkan di atas oleh Sugiono bahwa proses penelitian kualitatif berlangsung sebelum peneliti terjun ke lapangan. Maka dalam penelitian ini, sebelum terjun ke lapangan peneliti melakukan analisis terhadap berbagai data yang berkaitan dengan kearifan lokal, budaya masyarakat Kei, sejarah lokal dan sumber belajar serta kohesi sosial baik disertasi, tesis, hasil seminar budaya, tulisan dalam bentuk buku maupun tulisan lepas lain yang ditemukan di berbagai mas media cetak maupun elektronik. Selain itu, analisis terhadap fenomena yang tengah terjadi dalam masyarakat yaitu terjadi


(30)

48

Agustinus Ufie, 2013

Kearifan Lokal (local Wisdom) Budaya Ain Ni Ain Masyarakat Kei Sebagai Sumber Belajar Sejarah Lokal Untuk Memperkokoh Kohesi Sosial Siswa

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

pergeseran budaya masyarakat Kei dari tradisi saling hormat menghormati, persaudaraan dan cinta kasih menjadi masyarakat yang suka kekerasan, konflik dan individualisme.

Untuk diperoleh makna yang berarti maka proses analisis data dilakukan secara terus menerus, proses dimaksud untuk peneliti menemukan hal-hal penting untuk membantu, mempermudah peneliti dalam mengkaji kearifan lokal masyarakat serta budaya lokal yang tumbuh dan berkembang menjadi sumber belajar guna memperkokoh kohesi sosial generasi muda. Namun proses analisis yang dilakukan peneliti sebelum terjun ke lapangan masih sifatnya sementara, penelitian ini berkembang setelah peneliti berada di lapangan dan mengumpulkan data-data yang terkait dengan masalah penelitian.

2). Analisis selama di lapangan dengan menggunakan model Miles dan Huberman Miles dan Huberman (Burhan Bungin, 2003:69) menyatakan bahwa aktivitas dalam analisis data pada penelitian kualitatif dilakukan secara interaktif dan berlangsung terus menerus sampai tuntas, sehingga datanya sudah jenuh. Aktivitas analisis data sebagaimana yang diungkapkan tersebut meliputi tiga unsur yaitu reduksi data, penyajian data, penarikan kesimpulan. Ketiga unsur dimaksud dapat di ungkapkan dalam gambar sebagai berikut:

DATA

COLECTION DISPLAY DATA

CONCLUTION DRAWING &

VERIFYING DATA


(31)

49

Agustinus Ufie, 2013

Kearifan Lokal (local Wisdom) Budaya Ain Ni Ain Masyarakat Kei Sebagai Sumber Belajar Sejarah Lokal Untuk Memperkokoh Kohesi Sosial Siswa

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu Bagan 3.2. Analisis Data Model Interaktif Sumber: Miles & Huberman (Burhan Bungin, 2003:69) D.1. Reduksi Data (Reduction data)

Reduksi data merupakan langkah awal dalam mengalisa data dalam penelitian ini. Kegiatan reduksi data dalam penelitian ini bertujuan untuk mempermudah peneliti dalam memahami data yang telah dikumpulkan. Data yang telah dikumpulkan dari lapangan melalui observasi, wawancara direduksi dengan cara merangkum, memilih hal-hal yang pokok dan penting, mengklasifikasikan sesuai fokus yang ada pada masalah dalam penelitian ini. Proses mereduksi data dalam penelitian ini merupakan bagian dari analisis untuk menajamkan, menggolongkan, mengarahkan membuang yang tidak perlu dan mengorganisasi data dengan baik sehingga proses kesimpulan akhir nanti terlaksana dengan baik.

Dalam penelitian ini, aspek-aspek yang direduksi adalah hasil observasi maupun wawancara menyangkut latar belakang sejarah budaya Ain Ni Ain, nilai-nilai yang terkandung dalam kearifan lokal masyarakat Kei serta implementasi nilai-nilai kearifan lokal sebagai sumber belajar sejarah lokal guna memperkokoh kohesi sosial siswa. Pemenuhan aspek-apek dimaksud memudahkan peneliti dalam melakukan penyajian data dan berujung pada penarikan kesimpulan dari hasil penelitin ini.

D.2. Penyajian Data (Display data)

Penyajian data (display) merupakan tahapan kedua dari tiga tahapan aktivitas menganalisa data dalam penelitian kualitatif seperti yang dikemukakan oleh Miles dan Huberman. Dalam proses penyajian data peneliti menyajikan data secara jelas dan singkat untuk memudahkan dalam


(32)

50

Agustinus Ufie, 2013

Kearifan Lokal (local Wisdom) Budaya Ain Ni Ain Masyarakat Kei Sebagai Sumber Belajar Sejarah Lokal Untuk Memperkokoh Kohesi Sosial Siswa

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

memahami masalah-masalah yang diteliti, baik secara keseluruhan maupun bagian demi bagian. Untuk itu menurut Nasution (2003:129) bahwa data yang bertumpuk dan laporan yang tebal akan sulit dipahami, oleh karena itu agar dapat melihat gambaran atau bagian-bagian tertentu dalam penelitian harus diusahakan membuat berbagai macam matriks, uraian singkat, networks, chart dan grafik. Sementara itu Miles dan Huberman (Sugiyono, 2007:95)

mengungkapkan bahwa “The most frequent from of display data for

qualitative research data in the has been narrative text” atau yang paling

sering digunakan untuk menyajikan data dalam penelitian kualitatif adalah dengan teks yang bersifat naratif.

Sebagaimana dengan proses reduksi data, penyajian data dalam penelitian ini tidaklah terpisah dari analisis data. Hal yang penulis lakukan dalam proses penyajian data pada penelitian ini adalah peneliti menggambar secara umum hasil penelitian dimulai dari lokasi penelitian yaitu Kabupaten Maluku Tenggara secara umum, yang tergambar melalui aktivitas sosial, ekonomi, pendidikan, pekerjaan dan agama kemudian realitas yang ada di SMA Negeri 1 Kei Kecil yaitu aspek baik siswa, guru maupun berbagai fasilitas berupa sarana dan prasarana guna menunjang proses pembelajaran di kelas. Setelah penyajian gambaran umum lokasi penelitian dimaksud maka peneliti menyajikan atau mendeskripsikan kearifan lokal budaya Ain Ni Ain terutama tentang latar belakangnya, apakah masyarakat mengetahui budaya lokal ini, kenapa dinamakan Ain Ni Ain, nilai-nilai yang terkandung di dalamnya sehingga menjadi kearifan lokal masyarakat Kei, nilai-nilai kearifan lokal dimaksud dapat dijadikan sebagai sumber belajar sejarah lokal, serta bagaimana mengimplementasikan nilai-nilai kearifan lokal dimaksud sebagai sumber belajar sejarah lokal dalam memperkuat solidaritas sosial.

D.3. Penarikan Kesimpulan (Conclusion drawing/verification)

Penarikan kesimpulan dan verifikasi adalah bagian ketiga dan merupakan unsur penting dalam teknik analisa data pada penelitian kualitatif


(33)

51

Agustinus Ufie, 2013

Kearifan Lokal (local Wisdom) Budaya Ain Ni Ain Masyarakat Kei Sebagai Sumber Belajar Sejarah Lokal Untuk Memperkokoh Kohesi Sosial Siswa

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

sebagaimana model interaktif yang kemukan oleh Miles dan Huberman (Burhan Bungin, 2003:69). Dari proses pengumpulan data, peneliti mulai mencatat semua fenomena yang terjadi dalam kehidupan masyarakat lokal, mencari penjelasan terhadap berbagai fenomena yang muncul dalam kehidupan masyarakat adat Kei, melihat sebab akibat yang terjadi sesuai dengan masalah penelitian. Dari berbagai aktivitas dimaksud maka, peneliti membuat kesimpulan berdasarkan data awal yang ditemukan itu, data-data dimaksud masih bersifat sementara. Penarikan kesimpulan ini berubah menjadi kesimpulan akhir yang akurat dan kredibel karena proses pengumpulan data oleh peneliti menemukan bukti-bukti yang kuat, valid dan konsisten dalam mendukung data-data awal dimaksud.

Kesimpulan-kesimpulan yang ada, kemudian diverifikasi selama penelitian ini berlangsung. Verifikasi ini berupa pemikiran kembali yang melintas dalam pikiran peneliti selama masa penulisan (penyusunan dan pengolahan data), tinjauan ulang pada catatan-catatan selama masa penelitian (di lapangan), tinjauan kembali dengan seksama berupa tukar pikiran dengan para ahli (pembimbing) untuk mengembangkan kesepakatan intersubjektif, serta membandingkan dengan temuan-temuan data lain yang berkaitan dengan kearifan lokal budaya Ain Ni Ain masyarakat Kei.

Dengan demikian reduksi data, penyajian data dan penarikan kesimpulan merupakan satu kesatuan atau unsur-unsur penting dalam analisis hasil sebuah penelitian kualitatif sebagaimana yang dikemukakan oleh Miles dan Huberman. Sementara itu, analisis menurut Spradley (Sugiyono, 2007:89)

adalah “analysis of any kind involves a way of thinking. It refers to systematic

examination of something to determine its parts, the relation among parts, and the relationship to the whole. Analysis is search for patents”. Analisis dalam penelitian jenis apapun, adalah merupakan cara berpikir. Hal itu berkaitan dengan pengujian secara sistematis terhadap sesuatu untuk menentukan bagian, hubungan antar bagian, dan hubungannya dengan keseluruhan.


(34)

52

Agustinus Ufie, 2013

Kearifan Lokal (local Wisdom) Budaya Ain Ni Ain Masyarakat Kei Sebagai Sumber Belajar Sejarah Lokal Untuk Memperkokoh Kohesi Sosial Siswa

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Berkaitan dengan itu maka, analisis data dalam penelitian ini merupakan sebuah proses untuk mencari serta menyusun secara sistematik data yang diperoleh dari hasil observasi, wawancara, dan dokumentasi dengan cara mengorganisir data ke dalam kategori, menjabarkan ke dalam unit-unit, melakukan sintesa, menyusun ke pola, memilih mana yang penting dan akan dipelajari, membuat kesimpulan sehingga mudah dipahami oleh diri sendiri maupun orang lain.

E. VERIFIKASI DATA

Verifikasi data dalam penelitian kualitatif sangat diperlukan untuk menguji ataupun memeriksa akurasi data yang telah dikumpulkan dari proses penelitian ini berlangsung. Verifikasi data bisa dilakukan selama proses penelitian berlangsung. Menurut Creswell (2010:285) bahwa verifikasi dalam penelitian kualitatif merupakan upaya pemeriksaan terhadap akurasi hasil penelitian dengan menerapkan prosedur-prosedur tertentu. Lebih lanjut Creswell (1998:201-203) membagi prosedur verifikasi penelitian kualitatif sebagai berikut:

1. Perpanjangan waktu kerja dan observasi yang gigih (prolonged engagement

dan persistent observation) di lapangan termasuk membangun kepercayaan

dengan para partisipan, mempelajari budaya, dan mencek informasi yang saling berasal dari distorsi yang dibuat oleh peneliti atau informan. Di lapangan si peneliti membuat keputusan-keputusan apa yang penting/ menonjol untuk dikaji, relevan dengan maksud kajian, dan perhatian untuk difokuskan.

2. Triangulasi, (triangulation) menggunakan seluas-luasnya sumber-sumber yang banyak dan berbeda, metode-metode, dari para peneliti, dan teori-teori untuk menyediakan bukti-bukti yang benar (corroborative evidence)

3. Review sejawat, (peer review) atau briefing menyiapkan suatu cek eksternal dari proses penelitian, teman sejawat itu menanyakan pertanyaan-pertanyaan sulit tentang metode, makna dan interpretasi penelitian dari peneliti

4. Klarifikasi bias peneliti, (clarifying researcher bias) sejak awal dari penelitian adalah penting sehingga pembaca memahami posisi peneliti dan setiap biasa atau asumsi-asumsi yang berdampak pada penelitian. Dan klarifikasi ini, peneliti mengomentari pengalaman-pengalaman sebelumnya, bias-bias, prasangka-prasangka, dan orientasi-orientasi yang mungkin membentuk interpretasi-interpretasi dan pendekatan kajian.


(35)

53

Agustinus Ufie, 2013

Kearifan Lokal (local Wisdom) Budaya Ain Ni Ain Masyarakat Kei Sebagai Sumber Belajar Sejarah Lokal Untuk Memperkokoh Kohesi Sosial Siswa

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

5. Cek anggota (member checks) peneliti mengumpulkan/mencari/memohon (solicit) pandangan-pandangan para informan tentang kredibilitas dari temuan-temuan dan interpretasi-interpretasi.

Sementara itu, verifikasi data menurut Nasution (2003:105) diperlukan untuk membuktikan hasil yang diamati sudah sesuai dengan kenyataan dan memang sesuai dengan sebenarnya ada atau kejadiannya. Untuk memverifikasi data dalam penelitian ini, maka peneliti menggunakan strategi sebagai berikut:

E.1. Triangulasi (triangulate)

Triangulasi merupakan proses pengumpulan data yang bersifat mengga-bungkan berbagai sumber dan teknik pengumpulan data yang sudah ada. Tri-angulasi menurut Creswell (2010:286) adalah teknik mengumpulkan sumber-sumber data yang berbeda dengan memeriksa bukti-bukti yang berasal dari sumber-sumber tersebut dan menggunakannya untuk membangun justifikasi tema-tema secara koheren. Dengan demikian maka peneliti dalam melakukan proses pengumpulan data terkait dengan kearifan lokal budaya Ain Ni Ain sebagai sumber belajar sejarah lokal di sekolah maka, peneliti bukan hanya mengobservasi sekolah atau mewawancarai pihak sekolah dalam hal ini guru dan siswa tetapi peneliti juga melihat aktivitas, fenomena masyarakat lokal serta mewawancarai tokoh-tokoh masyarakat guna mendapatkan data terkait dengan masalah dalam penelitian ini. Proses pengumpulan data dengan pende-katan triangulasi, peneliti selain mengumpulkan data tetapi sekaligus juga menguji kredibilitas data yang ada dari berbagai sumber dimaksud.

Menurut Stainback (Sugiyono, 2007:85) bahwa teknik triangulasi da-lam penelitian kualitatif bertujuan bukan untuk mencari kebenaran tentang fe-nomena tetapi lebih pada peningkatan pemahaman peneliti terhadap apa yang telah ditemukan. Kebenaran data dimaksud valid atau tidak maka harus diban-dingkan dengan data lain yang diperoleh dari sumber lain. Oleh karena itu ma-ka dalam penelitian ini, peneliti mengadama-kan pengecema-kan terhadap validasi da-ta yang telah diperoleh dengan mengkonfirmasi anda-tara dada-ta/informasi yang


(36)

54

Agustinus Ufie, 2013

Kearifan Lokal (local Wisdom) Budaya Ain Ni Ain Masyarakat Kei Sebagai Sumber Belajar Sejarah Lokal Untuk Memperkokoh Kohesi Sosial Siswa

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

diperoleh dari sumber lain yaitu guru sejarah, siswa dan tokoh masyarakat. Peneliti membandingkan data hasil wawancara dari subjek penelitian dengan data hasil observasi dan mencocokannya kemudian menganalisis.

E.2. Member Checking

Member checking pada validasi data dalam penelitian kualitatif

bertujuan untuk mengetahui akurasi hasil penelitian. Proses ini dapat dilakukan dengan membawa kembali laporan akhir atau deskripsi-deskripsi ke hadapan partisipan untuk mengecek apakah laporan/deskripsi/tema tersebut sudah akurat. Sejalan dengan itu member check diungkapkan oleh Wiliam Wiersma (Sugiyono, 2007:129) adalah proses pengecekan data yang diperoleh peneliti kepada pemberi data. Proses ini bertujuan untuk mengetahui seberapa jauh data yang diperoleh sesuai dengan apa yang diberikan oleh pemberi data.

Dengan demikian, sesungguhnya proses member check dalam validasi data penelitian ini ditujukan untuk mengungkapkan kesesuaian informasi atau data yang diperoleh peneliti dari para informan selama proses penelitian berlangsung, apakah sesuai dengan pendapat mereka sehingga data dimaksud dapat dirampungkan sebagai hasil akhir dari penelitian. Proses dimaksud dalam penelitian ini ditempuh dengan cara peneliti melakukan kunjungan secara pribadi dan melakukan diskusi lepas dengan informan khususnya tokoh masyarakat dan guru mata pelajaran terkait dengan berbagai pikiran, pendapat yang telah diungkapkan oleh informan saat observasi dan wawancara berlangsung. Prinsipnya dari diskusi lepas tersebut apakah sesuai dengan hasil wawancara yang sudah dirampungkan oleh peneliti atau tidak.

E.3. Expert Opinion

Dalam tahap ini adalah tahap pemantapan hasil akhir dengan cara peneliti harus mengkonsultasikan hasil temuan di lapangan atau data lapangan kepada para ahli di bidangnya termasuk pembimbing. Tahapan ini merupakan tahapan dari menganalisa data tentang latar belakang budaya lokal, nilai-nilai dasar yang terkandung di dalam budaya di maksud serta


(37)

mengimplemen-55

Agustinus Ufie, 2013

Kearifan Lokal (local Wisdom) Budaya Ain Ni Ain Masyarakat Kei Sebagai Sumber Belajar Sejarah Lokal Untuk Memperkokoh Kohesi Sosial Siswa

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

tasikan nilai-nilai tersebut dalam pembelajaran terutama sejarah lokal di sekolah. Proses ini dimaksudkan untuk peneliti mendapatkan arahan, masukan sehingga kevalidan data yang kemudian dirampungkan dalam bentuk penelitian dapat dipertanggungjawabkan kebenarannya.


(38)

95

Agustinus Ufie, 2013

Kearifan Lokal (local Wisdom) Budaya Ain Ni Ain Masyarakat Kei Sebagai Sumber Belajar Sejarah Lokal Untuk Memperkokoh Kohesi Sosial Siswa

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

Berangkat dari hasil penelitian dan pembahasan yang telah di uraikan pada bab sebelumnya, maka pada bagian ini hendak peneliti menyimpulkan serta menyarankan beberapa hal penting sebagai berikut:

A. Kesimpulan

1. Semua orang Kei baik yang asli maupun pendatang mereka mengetahui dengan jelas budaya Ain Ni Ain serta nilai-nilai dasar yang terkandung di dalamnya karena budaya ini telah menjadi pedoman, penuntun serta falsafah hidup masyarakat Kei secara turun temurun. Namun kenyataan saat ini, nilai-nilai budaya tersebut belum sama sekali dijadikan sebagai sumber belajar di sekolah-sekolah. Hal yang patut diketahui bahwa pembelajaran yang bersumber dari nilai-nilai kearifan lokal merupakan salah satu upaya dari berbagai macam upaya dilakukan guna membendung kuatnya arus globalisasi dengan masuknya budaya moderen yang berdampak pada hilangnya identitas masyarakat lokal. Kearifan lokal budaya Ain Ni Ain diyakini sangat ampuh meredam berbagai gejolak dalam masyarakat misalnya konflik yang pernah melanda daerah ini, sangat cepat diatasi dibandingkan dengan wilayah lain di Propinsi Maluku.

2. Budaya Ain Ni Ain sarat dengan nilai-nilai dasar moral dan sosial seperti kejujuran, persaudaraan, cinta kasih, tolong menolong, persatuan dan kesatuan, harga menghargai. Nilai-nilai dimaksud perlu untuk ditumbuh-kembangkan dalam kehidupan masyarakat Kei, terutama generasi muda para siswa sehingga tumbuh kesadaran bersama betapa pentingnya keharmonisan, persaudaraan dan solidaritas antar sesama manusia.

3. Implementasi nilai-nilai kearifan lokal budaya Ain Ni Ain sepenuhnya belum terlihat dalam proses pembelajaran sejarah karena kurangnya kemampuan


(1)

96

Agustinus Ufie, 2013

Kearifan Lokal (local Wisdom) Budaya Ain Ni Ain Masyarakat Kei Sebagai Sumber Belajar Sejarah Lokal Untuk Memperkokoh Kohesi Sosial Siswa

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

guru untuk mengelaborasi materi sejarah lokal dan pembelajaran sejarah nasional. Hal ini terjadi karena ketidakpahaman guru mata pelajaran sejarah terhadap ruang lingkup materi sejarah lokal. Selain itu keterbatasan berbagai referensi tentang sejarah dan budaya lokal terutama budaya Ain Ni Ain yang bisa dijadikan sumber pembelajaran di sekolah-sekolah.

B. Saran - Saran

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dipaparkan dalam pembahasan sebelumnya maka beberapa saran yang hendak di kemukakan sebagai berikut:

1. Sebagai salah satu upaya dalam menahan lajunya berbagai pengaruh negatif dari modernisasi maka perlu diimplementasikan nilai-nilai kearifan lokal budaya Ain Ni Ain dalam pembelajaran pada semua jenjang. Mata pelajaran sejarah lokal seharusnya ada di sekolah-sekolah atau mata pelajaran muatan lokal yang sudah ada semestinya memasukan materi budaya lokal dalam proses pembelajaran di sekolah.

2. Kepada para guru khususnya guru mata pelajaran sejarah agar lebih jeli, sigap dalam menyiapkan diri dengan mencari sebanyak mungkin referensi tentang sejarah dan budaya lokal masyarakat Kei serta berbagai metode yang akan digunakan dalam proses pembelajaran di sekolah-sekolah. 3. Kepada pembuat kebijakan pendidikan baik Pemerintah Propinsi Maluku,

Pemerintah Kabupaten Maluku Tenggara dalam hal ini Dinas Pendidikan, secara khusus pelaksana kebijakan yaitu pihak SMA Negeri 1 Kei Kecil (kepala sekolah dan guru mata pelajaran) agar dapat menjadikan lingkungan sekitar sekolah yaitu nilai-nilai kearifan lokal budaya Ain Ni Ain sebagai sumber belajar melalui kurikulum sejarah lokal. Sejarah lokal sudah saatnya dijadikan sebagai mata pelajaran sendiri sehingga muatan atau materi budaya lokal dapat diajarkan kepada generasi muda di semua lembaga pendidikan sesuai tingkatan.

4. Pemerintah diharapkan agar memfasilitasi berbagai komponen baik praktisi pendidikan, akademisi maupun siapa saja yang punya kepedulian


(2)

97

Agustinus Ufie, 2013

Kearifan Lokal (local Wisdom) Budaya Ain Ni Ain Masyarakat Kei Sebagai Sumber Belajar Sejarah Lokal Untuk Memperkokoh Kohesi Sosial Siswa

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

terhadap pengembangan, pewarisan budaya lokal masyarakat Kei dalam bentuk penelitian, seminar, workshop, diskusi sampai pada penulisan buku tentang budaya lokal sehingga menjadi referensi bagi siapa saja bukan hanya guru.

Kepada para peneliti sejarah dan budaya, atau siapa saja yang tertarik untuk meneliti dan menulis kearifan lokal masyarakat Kei terutama budaya Ain Ni Ain maka penulisan ini bisa menjadi acuan untuk penelitian selanjutnya, penelitian ini hanya difokuskan untuk generasi muda terutama siswa SMA Negeri 1 Kei Kecil tentang apa itu budaya Ain Ni Ain, siapa yangt harus mewariskan nilai-nilai budaya dimaksud tetapi bagaimana mewariskan secara konkrit dalam pembelajaran penelitian ini belum sampai disana. Olehnya itu peneliti selanjutnya hendak melihat bagaimana implementasi budaya Ain Ni Ain dalam kehidupan masyarakat Kei secara luas bukan hanya di sekolah.


(3)

98

Agustinus Ufie, 2013

Kearifan Lokal (local Wisdom) Budaya Ain Ni Ain Masyarakat Kei Sebagai Sumber Belajar Sejarah Lokal Untuk Memperkokoh Kohesi Sosial Siswa

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu DAFTAR PUSTAKA

Abdullah, Taufik. (1990). Sejarah Lokal di Indonesia. Yogyakarta : Gadjah Mada University Press.

Arikunto, Saharsimi. (1998). Prosedur Penelitian. Jakarta; Rineka Cipta.

Alwasilah, A. Chaeder. (2009). Pokoknya Kualitatif : Dasar-dasar Merancang dan Melakukan Penelitian Kualitatif. Jakarta; Pusaka Jaya.

Budiyono. (2007). Nilai-Nilai Kepribadian dan Kejuangan Bangsa Indonesia; Bandung: Alfa Beta.

Bungin, Burhan. (2003). Analisis Data Penelitian Kualitatif. Pemahaman Filosofis dan Metodologis ke Arah Penguasaan Model Aplikasi. Jakarta; Grafindo Persada.

Berger dan Schimitt. (2000). Social Cohesioan as on Aspect of the Quality of Societies : Consept and Measurement. EuRoperting Working Paper. No. 14.

Bogdan B. C, dan Biklen S.K. (1982). Qualitative Research for Education an Introduction to Theory and Methods. Boston; Allyn and Bacon.

Black, James. A dan Champion Dean, J. (2009). Metode dan Masalah Penelitian Sosial. Bandung: Refika Aditama.

Creswell, J. W. (2010). Research Design. Pendekatan Kualitatif, Kuantitatif dan Mixed. Yogyakarta; Pustaka Pelajar.

Creswell, J.W. (1998). Research Design Qualitative and Quantitative Approache London: Sage Publication.

Echols, J dan Shadily, H. (2003). Kamus Inggris Indonesia. Jakaerta: Gramedia

European Committee for Social Cohesion. (2004). Revised Strategy for Social Cohesion.

Fraenkel, J.R. (1977). How to Teach Abaout Values; An Analytic Approach: New Jersey; Prentice-Hall, Inc.


(4)

99

Agustinus Ufie, 2013

Kearifan Lokal (local Wisdom) Budaya Ain Ni Ain Masyarakat Kei Sebagai Sumber Belajar Sejarah Lokal Untuk Memperkokoh Kohesi Sosial Siswa

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Hasan, Hamid. (2012). Pendidikan Sejarah Indonesia, Isu dalam Ide dan Pembelajaran. Bandung: Rizqi Press.

Kuper Adam & Kuper Jossica. (2000). Ensiklopedia Ilmu-Ilmu Sosial. Jakarta; Raja Grafindo Persada.

Kudubun, Elly. (2011). Agama dan Budaya Lokal Masyarakat Kei. [Online] Tersedia. http:/ellykudubun.wordpress.com/tag/masyarakat-kei/page/2/ [13 Maret 2013].

Khun, Thomas, S. (2005). The Structure of Scientific Revolutions. Bandung; Rosdakarya.

Koentjaraningrat. (1990). Pengantar Ilmu Antropologi. Jakarta; Rineke Cipta.

………. (2004). Kebudayaan Mentalitas dan Pembangunan. Jakarta;

Gramedia Pustaka Utama.

Komalasari, Kokom. (2011). Pembelajaran Kontekstual, Konsep Dan Aplikasi. Bandung: Refika Aditama.

Konrad, et al. (2004). Menuju Pembangunan Damai Membangun Kohesi Sosial dan Rekonsoliasi Sulawesi Tengah dan Maluku Utara. Hasil Penelitian UNDP dan BAPENAS: Jakarta.

Lincoln dan Guba. (1985). Naturalistic Ingquiry, Sage Publication International Education and Processional Publisher Newbury Pash. London New Delhi. Mulyana, A dan Gunawan, R. (2007). Sejarah Lokal, Penulisan dan

Pembelajaran di Sekolah. Bandung; Salamina Press.

Moleong, Lexy. J. (2011) Metodologi Penelitian Kualitatif. Edisi Revisi. Bandung; Remaja Rosdakarya.

Mutakin, Awam. (2005). Nilai-Nilai Kearifan Adat dan Tradisi di Balik Simbol (Totem) Kuda Kuningan. Bandung; FPIPS – UPI.

………, (2006). Individu, Masyarakat dan Perubahan Sosial. Bandung;

FPIPS - UPI.

Masyuri dan Zainuddin. (2009). Metodologi Penelitian Pendekatan Praktis dan Aplikatif. Bandung; Rafika Press.

Milles, M dan Huberman, M. (1990). Analisa Data Kualitatif. Jakarta; Universitas Indonesia Press.


(5)

100

Agustinus Ufie, 2013

Kearifan Lokal (local Wisdom) Budaya Ain Ni Ain Masyarakat Kei Sebagai Sumber Belajar Sejarah Lokal Untuk Memperkokoh Kohesi Sosial Siswa

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Mundardjito. (1986). Hakikat Local Genius dan Hakikat Data Arkeologi. Dalam Ayat Rohaedi. Kepribadian Budaya Bangsa (Local Genius). Jakarta: Pustaka Jaya.

Nat J. et al. (2001). Social Cohesion and Conflict Prevention in Asia: Managing Diversity through Development. Washington D.C. The World Bank. Nasution, S. (1998). Metodologi Penelitian Naturalistik Kualitatif. Bandung;

Tarsito.

Nasaruddin, Umar. (2011). Agama dan Pluralisme di Maluku. [Online]. Tersedia. http://indonesia.ucanews.com/2012/06/26/kearifan-lokal-dapat-kurangi-konflik-agama/. [26 Juni 2012]

Nawawi, H. dan Martini, M. (1994). Penelitian Terapan. Jogyakarta; Gajah Madah University Press.

Ohoitimur, Yong. (1996). Hukum Adat dan Sikap Hidup Orang Kei. Manado; Kelompok Studi Communicanda Pineleng.

Rery, Novio. (2012). Pemanfaatan Kearifan Lokal Arsitektur Rumah Goday Minangkabau sebagai sumber pembelajaran IPS dalam meningkatkan pemahaman Nitigasi Bencana. Bandung: UPI, Tesis.

Ritzen et al. (2000). Good Politicians and Bad Policies: Social Cohesion, Institutions and Growth. World Bank. Policy Research Working Paper. Rahawarin, Yunus. (2012). Kerjasama Antar Umat Beragama Dalam

Menyelesaikan Konflik di Kota Ambon dan Kota Tual Maluku. [Online]. Tersedia. http://www.uin-suka.ac.id/berita/dberita/620/ 2012/09/08/Kearifan Lokal/. [13 Maret 2013].

Sando, Sasako. (2010). Peran Media Mengindividualisasi Sosok demi Terciptanya Kohesi Sosial yang Lebih Baik. [Online]. Tersedia

http://mayachitchatting.wordpress.com/2011/02/19/peran-media-mengindividu

alisasi-sosok-demi-terciptanya-kohesi-sosial-yang-lebih-baik/. [28 Mei 2013].

Satori, D. dan Komariah, A. (2012). Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung; Alfabeta.


(6)

101

Agustinus Ufie, 2013

Kearifan Lokal (local Wisdom) Budaya Ain Ni Ain Masyarakat Kei Sebagai Sumber Belajar Sejarah Lokal Untuk Memperkokoh Kohesi Sosial Siswa

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Stavenhagen, R. (1986). Problems and Prospects of Multiethnic State. Tokyo: United Nations University Press.

Syafa’at, Rachmad Dkk. (2008). Negara Masyarakat dan Kearifan Lokal: Malang In-Trans Publising.

Sugiyono. (2007). Memahami Penelitian Kualitatif. Bandung; Alfabeta.

………….., (2008). Metode Penelitian Pendidikan: Pendekatan Kualitatif,

Kuantitatif dan R&D. Bandung; Alfabeta.

Soemarwoto, Otto. (1983). Ekologi lingkungan Hidup dan Pembangunan. Bandung: Djambatan.

Supardan, Dadang. (2000). Kreativitas Guru Sejarah dalam Pembelajaran Sejarah. (Studi Deskriptif-Analitis terhadap Guru dan Implikasinya untuk Program Pengembangan Kreativitas Guru Sejarah Sekolah Menengah Umum di Kotamadya Bandung). Bandung. UPI, Tesis tidak di Publikasikan. Tim Penyusun. (1990). Kamus Besar Bahasa Indonesia: Jakarta: Balai Pustaka Undang-Undang Republik Indonesia. (2003). Sistim Pendidikan Nasional.

Jakarta; Depdiknas.

Widja, I Gde. (1989). Sejarah Lokal suatu Perspektif dalam Pengajaran Sejarah. Jakarta: Direktorat Pendidikan Tinggi, Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. Proyek Pengembangan Lembaga Pendidikan Tenaga Kependidikan.

Widja, I Gde. (2012). Pengertian Sejarah Lokal [Online]. Teresedia.