PENGGUNAAN MEDIA CERITA BERGAMBAR UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN MENULIS ANAK TUNARUNGU KELAS D4 SLB B YAAT KLATEN

(1)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

PENGGUNAAN MEDIA CERITA BERGAMBAR UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN

MENULIS ANAK TUNARUNGU KELAS D4 SLB-B YAAT

KLATEN

Diajukan kepada Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta Untuk memenuhi Sebagian Persyaratan Una memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

SKRIPSI

Oleh

Milhuna Sholichah

NIM X5107551

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN LUAR BIASA JURUSAN ILMU PENDIDIKAN

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA


(2)

commit to user

HALAMAN PERSETUJUAN

Skripsi yang berjudul “Penggunaan Media Cerita Bergambar Untuk meningkatkan Kemampuan Menulis Anak Tuna Rungu Kelas D4 SLB-B YAAT Klaten” ini telah disetujui oleh Pembimbing untuk diujikan.

Surakarta, Agustus 2009

Pembimbing I

Dra. Emi Dasiemi,MS.

NIP 130 358 992

Pembimbing II

Drs. R. Djatun,M.Pd.

NIP 130 814 588


(3)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

SURAT PERNYATAAN

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi ini benar-benar karya saya sendiri. Sepanjang pengetahuan saya tidak terdapat karya atau pendapat yang di tulis atau diterbitkan orang lain kecuali acuan atau kutipan dengan mengikuti tata penulisan karya ilmiah yang berlaku.

Surakarta, Agustus 2009 Yang Menyatakan

Milhuna Sholichah

NIM X5107551


(4)

commit to user

HALAMAN PENGESAHAN

Skripsi ini telah disetujui untuk dipertahankan dihadapan Tim Penguji Skripsi Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta.

Persetujuan Pembimbing

Pembimbing I

Dra. Emi Dasiemi,MS.

NIP 130 358 992

Pembimbing II

Drs. R. Djatun,M.Pd.

NIP 130 814 588


(5)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user MOTTO

Kalau kita tidak bisa bertindak seperti yang kita harapkan maka kita harus bertindak seperti yang kita bisa

( Terrence )

Tidak ada balasan kebaikan kecuali kebaikan (pula)

( Terjemahan Qur`an Surah Ar Rahman : 60 )


(6)

commit to user PERSEMBAHAN

Skripsi ini kupersembahkan kepada :

1. Suamiku tercinta, yang telah memberi semangat dan dorongan.

2. Anak-anakku tersayang

3. Teman-Teman di SLB-B YAAT Klaten 4. Almamaterku tercinta


(7)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

ABSTRAK

Milhuna Sholichah. PENGGUNAAN MEDIA CERITA BERGAMBAR UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN MENULIS

ANAK

TUNARUNGU KELAS D4 SLB-B YAAT

KLATEN. Skripsi, Surakarta:

Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta, Agustus 2009.

Penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan kemampuan menulis anak tunarungu kelas D4 SLB-B YAAT Klaten dengan menggunakan media cerita bergambar.

Penelitian ini menggunakan penelitian tindakan yang dilaksanakan dalam dua siklus. Subyek dalam penelitian ini berjumlah dua anak. Pengumpulan data yang dilakukan dengan tes, pengamatan,dan dokumentasi. Analisis data dalam penelitian ini menggunakan deskriptif kuantitatif dan analisis grafik.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa ada peningkatan kemampuan menulis anak tunarungu kelas D4 SLB-B YAAT Klaten melalui pembelajaran menggunakan media cerita bergambar.


(8)

commit to user

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa Yang telah melimpahkan rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyusun Skripsi ini sesuai dengan waktu yang telah direncanakan. Skripsi ini disusun guna memenuhi sebagian persyaratan dalam mendapatkan gelar Sarjana Pendidikan.

Selama mengerjakan Skripsi ini, penulis banyak menerima bantuan berupa pentunjuk, bimbingan maupun pengarahan dari berbagai pihak. Untuk itu, penulis berterima kasih kepad yang torhormat :

1. Bapak Prof. Dr. M. Furqon Hidayatullah, M.Pd. selaku Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta.

2. Bapak Prof. Dr. Rer, Nat, Sajidan,M Si. Selaku Pembantu Dekan I Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta yang telah memberikan ijin untuk penelitian .

3. Bapak Drs. Amir Fuady, M.Hum., selaku Pembantu Dekan III Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta yang telah memberikan ijin untuk penelitian.

4. Bapak Drs.R Indianto, M.Pd., selaku Ketua Jurusan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta yang telah memberikan ijin dalam penyusunan Skripsi ini.

5. Bapak Drs. Sukarno, M.Pd., Selaku Sekretaris Jurusan Ilmu Pendidikan Fakultas Ilmu Pendidikan Sebelas Maret Surakarta.

6. Bapak Drs. A Salim Choiri,M.Kes, selaku Ketua Progam Studi Pendidikan Luar Biasa Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta yang telah memberikan bekal ilmu pengetahuan dalam menyusun Skripsi ini.

7. Bapak Drs. Maryadi, M. Ag, selaku Sekretaris Progam Studi Pendidikan Luar Biasa Jurusan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta yang telah memberikan bekal ilmu pengetahuan dalam menyusun skripsi ini.

8. Ibu Dra. Emi Dasiemi, M.S. yang telah membimbing dalam penulisan Penelitian Tindakan Kelas


(9)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

9. Bapak Drs. R, Djatun M.Pd. yang telah membimbing dalam penulisan Penelitian Tindakan Kelas.

10. Bapak Wardoyo, S.Pd. selaku Kepala Sekolah SLB-B YAAT Klaten yang telah memberi ijin dan membantu peneliti dalam menyusun PTK ini.

11. Semua pihak yang telah membantu demi terselesaikannya penelitian ini.

Semoga Tuhan Yang Maha Kuasa membalas amal baik semua pihak yang dengan ikhlas memberikan bantuan dan bimbingan. Penulis menyadari bahwa skripsi ini banyak kekurangannya. Oleh karena itu, saran maupun kritikan akan di terima dengan tangan terbuka .

Semoga skripsi ini dapat bermanfaat dan membawa perubahan di dalam meningkatkan mutu pendidikan.

Surakarta, Agustus 2009

Penulis


(10)

commit to user

DAFTAR ISI

Halaman

Halaman Judul... i

Halaman Persetujuan... iii

Halaman Pengesahan... iv

Halaman Pernyataan... v

Motto ... vi

Persembahan... vii

Abstrak ... viii

Kata Pengantar... ix

Daftar Isi... xi

Daftar Tabel... xiv

Daftar Gambar... xv

BAB I PENDAHULUAN... 1

A. Latar Belakang...1

B. Rumusan Masalah...4

C. Tujuan Penelitian... 4

D. Manfaat Penelitian... 4

BAB II KAJIAN PUSTAKA... 5

A. Kajian Teori... 5

1. Kajian Tentang Anak Tuna Rungu... 5

a. Pengertian Anak Tuna Rungu...5

b. Klasifikasi Anak Tuna Rungu... 7

c. Karakteristik Anak Tuna Rungu... 8

2. Kajian Tentang Kemampuan Menulis... 10

a. Pengertian Kemampuan Menulis...10

b. Manfaat Dan Tujuan Menulis... 11


(11)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

c. Faktor Yang Mempengaruhi Kemampuan

Menulis Anak Tuna Rungu...13

d. Cara Meningkatkan Kemampuan Menulis Anak Tuna Rungu...13

3. Kajian Tentang Media Pembelajaran...15

a. Pengertian Media Pembelajaran... 15

b. Nilai Dan Manfaat Media Pembelajaran... 15

4. Kajian Tentang Media Cerita Bergambar... 17

a. Pengertian Media Cerita Bergambar... 17

b. Kelebihan dan Kekurangan Media Cerita Bergambar... 17

c. Pengembangan Media Cerita Bergambar... 18

d. Media Cerita Bergambar Bagi Anak Tuna Rungu... 20

e. Cara Menggunakan Media Cerita Bergambar Dalam Proses Belajar Mengajar... 20

B. Kerangka Berfikir... 21

C. Hipotesis Tindakan... 22

BAB III METODOLOGI PENELITIAN...23

A. Setting Penelitian... 23

B. Subyek Penelitian... 23

C. Data dan Sumber Data... 23

D. Pengumpulan Data...23

E. Analisis Data...25

F. Indikator Kinerja...26

G. Prosedur Penelitian... 26

BAB IV PENELITIAN DAN PEMBAHASAN...30

A. Deskripsi Kondisi Awal...30

B. Pelaksanaan Tindakan Penelitian... 30

1. Deskripsi Tindakan Siklus I...30

2. Deskripsi Tindakan Siklus II... 38


(12)

commit to user

C. Pembahasan... 43

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN...47

A. Kesimpulan... 47

B. Saran... 47

Daftar Pustaka...48

Lampiran ... 50


(13)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

DAFTAR TABEL

Halaman Tabel 1. Hasil Pre-test Kemampuan Menulis Anak Tunarungu Kelas D4... … 32 Tabel 2. Rekapitulasi Hasil Tindakan Siklus dengan Instrumen

Pemantauan Kemapuan Menulis Subyek…….………... 33 Tabel 3. Hasil test Kemampuan Menulis Subyek setelah Tindakan I... … 35 Tabel 4. Hasil evaluasi peningkatan skor Kemampuan Menulis Post test I... … 35 Tabel 5. Rekapitulasi Hasil Tindakan Siklus II dengan Instrumen

Pemantauan Menulis Subyek……… 40 Tabel 6. Hasil Post Test II Kemampuan Menulis Subyek... … 41 Tabel 7. Hasil Evaluasi Peningkatan Skor Kemampuan Menulis

Subyek pada Tindakan Siklus II…….……….…… 42


(14)

commit to user

DAFTAR GAMBAR

Halaman Gambar 1. Kemampuan Menulis Subyek dari hasil Pre-test

Kemampuan Menulis Subyek sebelum di beri Tindakan I………..32 Gamabar 2. Peningkatan Kemampuan Menulis Subyek dari hasil

Post-test I Kemampuan Menulis Subyek setelah diberi tindakan menulis kembali cerita sesuai cerita dalam

media cerita bergambar……… 36 Gambar 3. Peningkatan Kemampuan Menulis Subyek dari hasil

post-test II Kemampuan Menulis Subyek setelah diberi tindakan menulis kembali cerita sesuai cerita dalam media

cerita bergambar pada siklus I... 41 Gambar 4. Perubahan Peningkatan Kemampuan Menulis

anak tunarungu Kelas D4 sebelum diberi tindakan, sesudah

siklus I dan siklus II……… 43


(15)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Manusia sebagai salah satu makhluk ciptaan Tuhan mempunyai keunggulan bila dibandingkan dengan makhluk-makhluk lainnya. Karena ia dibekali dengan kemampuan untuk berfikir. Alat yang dipergunakan manusia berfikir adalah bahasa, bahasa menjadi sarana komunikasi yang utama. Manusia tanpa bahasa tidak dapat berkomunikasi dengan sesamanya.

Anak-anak Tunarungu merupakan anak yang memiliki kelainan fungsi dan atau organ auditorisnya. Kelainan ini mengakibatkan mereka mengalami gangguan dalam mendengar dan berdampak pada kemampuan bahasanya.

Seperti yang dikemukakan oleh Mufti Salim dalam Sunaryo (1996 : 74-75) bahwa anak tunarungu adalah anak yang mengalami kekurangan atau kehilangan kemampuan mendengar yang disebabkan oleh kerusakan atau tidak berfungsinya sebagian atau seluruhnya alat pendengaran, sehingga ia mengalami hambatan dalam perkembangan bahasanya. Anak tunarungu memiliki kesulitan dalam memperoleh bahasa, akibatnya kemampuan bahasa mereka lebih rendah bila dibandingkan dengan anak normal.

Kemampuan bahasa yang rendah pada anak tunarungu mengakibatkan mereka mengalami kesulitan dalam mengembangkan kemampuan berfikirnya dan juga kemampuan komunikasinya. Menurut Backwin bahwa intelegensi anak-anak gangguan pendengaran lebih rendah daripada intelegensi anak normal, hal ini disebabkan oleh gangguan bicaranya. Dengan demikian keterlambatan belajar mereka tidak saja disebabkan oleh tingkat kecerdasannya, namun juga ditopang oleh kemampuan berbahasanya (Edja Sadjaah, 2005: 6). Selanjutnya Backwin menyatakan bahwa apabila pemilikan bahasa sangat kurang, maka dengan sendirinya merupakan hambatan bagi pencapaian prestasi akademiknya.

Kemampuan menulis merupakan salah satu kemampuan yang harus dimiliki dan dikuasai oleh anak tunarungu dalam rangka pengembangan


(16)

commit to user

kemampuan bahasa mereka. Kemampuan menulis menjadi salah satu aspek ketrampilan berbahasa yang dapat mengembangkan kemampuan berfikir dan kemampuan komunikasinya, serta dapat meningkatkan kemampuan aka-demiknya. Kemampuan ini berperan penting bagi anak tunarungu. Namun kemampuan menulis anak tunarungu menunjukkan pada tingkat yang rendah.

Anak tunarungu kelas D4 di SLB-B YAAT Klaten misalnya, mereka mempunyai kemampuan menulis yang rendah. Dalam Bidang Studi Bahasa Indonesia Kelas D4 SLB-B YAAT Tahun Ajaran 2008/2009 mengalami kesulitan untuk menuangkan pikiran, perasaan, maupun pengalamannya ke dalam bentuk tulisan seperti cerita. Padahal, menulis cerita berdasarkan pengalaman menjadi salah satu hasil belajar yang harus dimiliki oleh anak. Selain itu, mereka tidak pernah mengerjakan tugas mengarang dan lembar tugas mengarangnya selalu kosong. Mereka mempunyai kesulitan dalam menyusun kata maupun kalimat serta dalam menggunakan tanda baca. Kalimat yang mereka tulis sulit dipahami dan tidak runtut dengan kalimat berikutnya. Untuk itu perlu adanya upaya dalam meningkatkan kemampuan menulis anak tunarungu Kelas D4 di SLB-B YAAT Klaten.

Upaya yang dapat dilakukan adalah dengan memperbanyak latihan menulis pada anak tunarungu. Latihan menulis tersebut diberikan secara intensif mengingat mereka mempunyai daya ingat yang rendah dan daya imajinasi yang kurang serta miskinnya perbendaharaan kata, sebagai akibat dari kurang sempurnanya perkembangan bahasa anak tunarungu. Latihan yang telah dilakukan oleh Guru Bidang Studi Bahasa Indonesia Kelas D4 di SLB-B YAAT Klaten dalam rangka meningkatkan kemampuan menulis anak tunarungu, diantaranya adalah dengan menyalin bacaan, menjawab pertanyaan secara tertulis, menulis kata atau kalimat yang dieja guru.

Latihan tersebut ternyata masih kurang efektif dan kurang dapat mengembangkan kemampuan menulis anak tunarungu secara optimal. Selain itu, latihan tersebut kurang menarik perhatian siswa, sehingga kegiatan belajar mengajar kurang dapat berjalan dengan maksimal. Oleh karena itu perlu diupayakan cara agar pengajaran bahasa dalam rangka meningkatkan kemampuan


(17)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

menulis anak tunarungu dapat berjalan lebih lancar dan menarik. Serta dapat lebih mengembangkan kemampuan menulis anak tunarungu.

Salah satu cara yang dapat dilakukan adalah dengan menggunakan media pembelajaran dalam proses kegiatan belajar mengajarnya. Media ini digunakan untuk menguatkan ingatan anak tunarungu sehingga dapat mengembangkan daya imajinasi anak tunarungu, dan dengan daya imajinasi tersebut kemampuan menulis anak tunarungu dapat meningkat.

Media pembelajaran secara umum digolongkan menjadi tiga, yatu media audio, media visual, dan media audiovisual. Sifat anak tunarungu yang lebih cenderung menggunakan indera penglihatannya dapat dijadikan pertimbangan pemilihan media visual sebagai media pembelajaran bagi mereka. Banyak media yang digolongkan dalam media visual, salah satu media yang tergolong sebagai media visual adalah cerita bergambar.

Media cerita bergambar tergolong media visual dan visualisasinya sangat penting dalam membentuk imajinasi pada anak tunarungu yang mengandalkan visualisasinya dalam belajar. Media cerita bergambar yang bersifat visual ini akan menguatkan ingatan anak tunarungu yang akhirnya dapat menimbulkan imajinasi anak dalam menulis. Media cerita bergambar yang digunakan adalah berupa cerita yang dilengkapi dengan urutan gambar untuk melukiskan alur ceritanya, sehingga anak tuna rungu dapat memahami ceritanya dan dapat menuliskan kembali cerita bergambar tersebut. Penggunaan cerita bergambar ini dimaksudkan untuk mengarahkan anak tuna rungu dalam menyusun dan menulis cerita sesuai dengan pengalaman atau peristiwa yang dialaminya. Selama ini masih jarang digunakan media cerita bergambar dalam pembelajaran untuk meningkatkan kemampuan menulis anak tunarungu di SLB-B YAAT.

Harapan dipergunakannya media cerita bergambar sebagai media pembelajaran adalah membuat siswa lebih tertarik untuk mengikuti kegiatan belajar mengajar, karena media tersebut memberikan variasi baru dalam kegiatan belajar mengajar dan mengurangi kejenuhan akan kegiatan belajar yang sama setiap harinya. Dengan ketertarikan tersebut, perhatian siswa terhadap materi pelajaran dan kegiatan belajar mengajar dapat lebih meningkat. Perhatian yang


(18)

commit to user

besar terhadap materi pelajaran dapat membantu siswa untuk menguasai materi pelajaran yang disampaikan. Selain itu, mengingat kelebihan yang dimiliki oleh media cerita bergambar, diantaranya adalah media cerita bergambar termasuk media visual yang dapat menguatkan ingatan dan mengembangkan imajinasi anak tunarungu, dapat digunakan di mana saja dan kapan saja, mudah dalam penggunaannya, dapat memperjelas suatu masalah, serta dapat digunakan untuk tingkat usia berapa saja, maka peneliti mencoba menerapkan penggunaan media cerita bergambar untuk meningkatkan kemampuan menulis anak tunarungu kelas D4 SLB-B YAAT.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka dalam penelitian ini dirumuskan permasalahan:

Apakah media cerita bergambar dapat meningkatkan kemampuan menulis anak tunarungu kelas D4 SLB-B YAAT Klaten?

C. Tujuan Penelitian

Tujuan yang akan dicapai dalam penelitian ini adalah untuk meningkatkan kemampuan menulis anak tunarungu kelas D4 SLB-B YAAT melalui penggunaan media cerita bergambar.

D. Manfaat Penelitian Manfaat dari hasil penelitian ini adalah:

1. Sebagai bahan masukan bagi guru SLB dalam menerapkan pembelajaran menulis bagi anak tunarungu, sehingga dapat meningkatkan kemampuan menulisnya.

2. Sebagai wahana untuk membantu memberi pelayanan pendidikan dan pembelajaran menulis pada anak tunarungu yang sampai saat ini masih mengalami kendala.


(19)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

A. Kajian Teori 1. Pengertian Anak Tunarungu

Istilah tunarungu diambil dari kata “tuna” dan “rungu”. Tuna artinya kurang dan rungu artinya pendengaran. Orang atau anak dikatakan tunarungu apabila ia tidak mampu mendengar atau kurang mampu mendengar suara.

Daniel Hallahan dan James Kauffman menjelaskan bahwa tunarungu adalah suatu istilah umum yang menunjukkan kesulitan mendengar, yang meliputi keseluruhan mendengar dari ringan sampai yang berat, digolongkan ke dalam bagian tuli dan kurang dengar. Orang tuli menurut mereka adalah seseorang yang kehilangan kemampuan mendengar sehingga menghambat proses informasi bahasa melalui pendengaran, baik memakai ataupun tidak memakai alat bantu mendengar. Sedangkan seseorang yang kurang dengar adalah seseorang yang biasanya dengan menggunakan alat bantu mendengar, sisa pendengaran cukup memungkinkan keberhasilan proses informasi bahasa melalui pendengaran ( Permanarian Somad dan Tati Herawati, 1995:26).

Pendapat tersebut di pertegas oleh Andreas Dwidjosumarto yang menyatakan bahwa seseorang yang tidak/kurang mampu mendengar suara dikatakan tunarungu. Ketunarunguan dibedakan menjadi dua kategori, yaitu tuli (deaf) dan kurang dengar (hard of hearing). Tuli adalah mereka yang indera pendengarannya mengalami kerusakan dalam taraf berat, sehingga pendengarannya tidak berfungsi lagi. Sedangkan kurang dengar adalah mereka yang indera pendengarannya mengalami kerusakan, tetapi masih dapat berfungsi untuk mendengar, baik dengan maupun tanpa alat bantu dengar (Sunaryo Kartadinata, 1996: 74).

Tidak jauh berbeda dengan kedua pendapat di atas, Thomas Watson juga mengkategorikan anak tunarungu menjadi dua, yaitu tuli dan kurang dengar. Namun Thomas Watson menjelaskan kedua gangguan pendengaran tersebut dikaitkan dengan kepentingan pendidikan, bahwa :


(20)

commit to user

1) Tuli adalah mereka yang tidak dapat mendengar atau indera pendengarannya tidak sempurna sehingga memerlukan pendidikan dengan metode khusus.

2) Anak kurang dengar adalah mereka yang mampu berbicara dan berbahasa, akan tetapi pendengarannya sedikit terganggu se-hingga tidak memerlukan metode khusus seperti anak tuli. Anak kurang dengar memiliki peluang dalam menggunakan sisa pendengarannya untuk pengembangan bicara dan bahasa tanpa menggunakan alat bantu dengar (Edja Sadjaah, 2005: 72-73). Secara Pedagogis, tunarungu dapat diartikan sebagai suatu kondisi ketidakmampuan seseorang dalam mendapatkan informasi secara lisan, sehingga membutuhkan bimbingan dan pelayanan khusus dalam belajarnya di sekolah. Pengertian ini lebih menekankan pada upaya pengembangan potensi penyandang tuna rungu, melalui proses pendidikan khusus. Dengan begitu, penyandang tunarungu tidak dapat mengembangkan dirinya secara optimal dan bertanggungjawab dalam kehidupannya sehari-hari (Suparno, 200: 9).

Dari berbagai pengertian anak tunarungu di atas, dapat disimpulkan bahwa anak tunarungu adalah anak yang mengalami kesulitan dalam mendengar sebagai akibat dari hilangnya sebagian atau seluruh fungsi indera pendengaran yang menyebabkan terhambatnya perkembangan bahasa, sehingga mereka membutuhkan bimbingan dan pelayanan khusus dalam belajarnya di sekolah dalam mengembangkan kemampuan yang dimiliki secara lebih optimal. Salah satu kemampuan tersebut adalah kemampuan menulis. Kemampuan menulis merupakan salah satu aspek berbahasa sehingga dengan kemampuan ini kemampuan bahasa anak tunarungu dapat berkembang.

Anak tunarungu memerlukan bimbingan dan pelayanan khusus dalam belajar di sekolah karena mereka mempunyai gangguan pendengaran. Oleh karena itu, perlu adanya cara untuk membantu memudahkan anak tuna rungu yang lebih cenderung menggunakan indera penglihatannya dalam menerima materi pelajaran. Cara yang dapat dilakukan adalah dengan menggunakan media pembelajaran sehingga kegiatan belajar mengajar dapat tercapai tujuannya, yang dalam hal ini


(21)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

7

adalah meningkatkan kemampuan menulis anak tunarungu.

2. Klasifikasi Anak Tuna Rungu

Anak tunarungu menurut Permanarian dan Tati Herawati (1995:29), dapat diklasifikasikan menjadi dua kelompok besar, yaitu :

a. Orang Tuli

Adalah seseorang yang mengalami kehilangan kemampuan mendengar, sehingga menghambat proses informasi bahasanya melalui pendengaran, baik memakai ataupun tidak memakai alat bantu dengar.

b. Orang Kurang Dengar

Adalah seseorang yang mengalami kehilangan sebagian kemampuan mendengar, tetapi ia masih mempunyai sisa pendengaran dan memakai alat Bantu dengar memungkinkan keberhasilan serta membantu proses informasi bahasa melalui pendengaran.

Pandangan lain dari Charles Telford dalam Edja Sadjaah (2005: 76-77) mengklasifikasikan anak tunarungu sebagi berikut :

a. Gangguan Pendengaran Ringan ( mild losses), 20-30 db.

Anak mampu belajar berbicara dengan telinganya dan berkembang normal. Taraf ini merupakan batas antara normal pendengaran dan tuli.

b. Gangguan Pendengaran Marginal, 30-40 db.

Penderita mengalami kesulitan mendengar jarak jauh lebih dari satu kaki dan kesulitan dalam mengikuti percakapan, namun dapat berbicara dengan telinganya.

c. Gangguan Pendengaran Jenis Sedang (moderate losses), 40-60 db

Mereka dapat mendengar suara keras dan dibantu dengan penglihatannya (visual), mereka dapat belajar percakapan melalui metode oral.

d. Gangguan Pendengaran Berat (severe losses), 60-70 db

Mereka tidak dapat berbicara tanpa menggunakan teknik-teknik khusus, seperti pada pelayanan pendidikan bagi anak tuli (berat sekali). Kelompok ini merupakan batas tuli dengan kesukaran


(22)

commit to user

mendengar.

e. Gangguan Pendengaran Sangat Berat (profound losses), lebih dari 75 db

Mereka jarang belajar bahasa dengan telinganya.

Klasifikasi tersebut di atas akan berpengaruh terhadap kemampuan anak tunarungu dalam menerima, memahami, dan menyerap materi yang disampaikan kepada mereka. Materi dalam penelitian tindakan ini adalah cerita berdasarkan pengalaman. Anak tunarungu yang mempunyai tingkat kehilangan pendengaran yang tergolong ringan/masih mempunyai sisa pendengaran yang cukup baik, akan lebih cepat dan mudah dalam menerima, memahami dan menyerap materi yang disampaikan. Namun anak tunarungu yang mempunyai tingkat kehilangan pendengaran yang tergolong berat/sedikitnya sisa pendengaran mereka, akan lebih lama dan sulit menerima, memahami dan menyerap materi yang disampaikan.

3. Karakteristik Anak Tunarungu

Karakteristik anak tunarungu menurut Permanarian Somad dan Tati Herawati (1995: 34-39), yaitu sebagai berikut :

a. Dalam Segi Intelegensi.

Anak tunarungu memiliki intelegensi normal atau rata-rata, akan tetapi karena perkembangan intelegensi sangat mempengaruhi oleh perkembangan bahasa, maka anak tunarungu menampakkan intelegensi yang rendah. Hal ini disebabkan oleh kesulitan memahami bahasa.

b. Dalam Segi Bahasa Dan Bicara.

Anak tunarungu tidak dapat mendengar bahasa. Oleh karena itu kemampuan bahasanya tidak dapat berkembang. Akibat dari ketidak-mampuannya dibandingkan dengan anak yang mendengar, maka dalam perkembangnnya bahasanya mereka jauh tertinggal.


(23)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

9

c. Dalam Segi Emosi Dan Sosial

Ketunarunguan mengakibatkan terasing dari pergaulan atau aturan sosial yang berlaku dalam masyarakat. Akibat dari kerasingan tersebut dapat menimbulkan efek-efek negative, seperti :

1. Egosentrisme yang melebihi anak normal. 2. Perasaan takut akan lingkungan yang lebih luas. 3. Ketergantungan terhadap orang lain.

4. Perhatian mereka lebih sukar dialihkan.

5. Mereka memiliki sikap polos, sederhana, dan tanpa banyak masalah.

6. Mereka lebih mudah marah dan cepat tersinggung.

Suparno ( 2001: 14) mengemukakan beberapa karakteristik yang pada umumnya dimiliki oleh anak tunarungu, antara lain dari segi fisiknya, yaitu : cara berjalannya agak kaku dan cenderung membungkuk, perna-fasannya pendek, serta gerakan matanya cepat dan beringas. Sedangkan dari segi bahasa, mereka miskin kosakata, sulit memahami kalimat-kalimat yang kompleks/kalimat yang panjang maupun bentuk tulisan, serta kurang menguasai iramadan gaya bahasa.

Berdasarkan beberapa pendapat diatas, maka dapat disimpulkan bahwa karakteristik anak tunarungu yaitu memiliki hambatan dalam perkembangan bahasanya, dan mempunyai bahasa yang lebih rendah bila dibandingkan dengan ank-anak normal, karena mereka miskin kosa kata, sulit memahami kalimat-kalimat yang kompleks dan kalimat-kalimat yang panjang, terbatas dalam pengucapannya dan lebih banyak menggunakan bahasa isyarat dalam komunikasinya, menggunakan kalimat yang pendek dan sederhana dalam tulisannya, kurang mampu menyusun bentuk an struktur kalimat serta sulit memahami kata-kata yang abstrak.

Karakteristik anak tunarungu di atas menjadi salah satu landasan dalam memilih dan membuat media cerita bergambar yang akan digunakan untuk meningkatkan kemampuan menulis anak tunarungu. Media cerita bergambar akan disesuaikan dengan karakteristik anak tunarungu tersebut yaitu tidak


(24)

commit to user

menggunakan kalimat yang kompleks dan yang terlalu panjang, menggunakan kalimat yang pendek dan sederhana. Gambar dalam media cerita bergambar akan membantu anak tunarungu dalam memahami kata-kata yang bersifat abstrak. Kalimat dalam media cerita bergambar dapat membantu anak tunarungu belajar menyusun bentuk dan struktur kalimat serta dapat menambah kosa kata anak tunarungu.

B. Kajian Tentang Kemampuan menulis 1. Pengertian Kemampuan Menulis

Kemampuan menulis merupakan salah satu jenis ketrampilan yang harus dimiliki oleh anak, karena kemampuan ini berpengaruh terhadap pembentukan kemampuan barbahasa. Kemampuan menulis adalah komponen penting dalam pengembangan kemampuan berbahasa di samping kemampuan menyimak, membaca, dan berbicara. Kemampuan ini dimiliki anak melalui latihan dan bimbingan, yang biasanya diperoleh melalui proses belajar menajar di sekolah. Kemampuan menulis menjadi salah satu komponen yang turut menentukan tercapainya tujuan pembelajaran Bahasa Indonesia.

Menurut Henry Guntur Tarigan (1985:3), menulis diartikan sebagai suatu ketrampilan berbahasa yang dipergunakan untuk berkomunikasi secara tidak langsung dan tidak secara tatap muka dengan orang lain. Menulis merupakan suatu kegiatan yang produktif dan ekspresif.

Lebih lanjut Henry Guntur Tarigan, seperti yang dikutip oleh Muchlisoh (1992: 233) mengemukakan bahwa menulis adalah menurun-kan atau melukiskan lambang-lambang grafik yang menggambarkan suatu bahasa yang dipahami oleh seseorang, sehingga orang lain dapat membaca lambang-lambang grafik tersebut kalau mereka memahami bahasa dan lambang grafik itu.

Berdasarkan pendapat diatas, maka dapat disimpulkan bahwa kemampuan menulis adalah suatu kemampuan untuk membuat huruf dan melahirkan pikiran/perasaan melalui tulisan yang digunakan untuk berkomunikasi secara tidak langsung dan tidak secara tatap muka dengan orang lain, di mana tulisan yang diciptakan tersebut dapat dipahami oleh orang lain.


(25)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

11

Kesimpulan di atas memberikan landasan pengertian akan kemam-puan menulis yang dimaksud dalam penelitian ini. Kemampuan menulis tersebut adalah kemampuan untuk membuat huruf dan melahirkan pikiran/perasaan yang berupa pengalaman dalam bentuk tulisan serta untuk berkomunikasi secara tidak langsung dan tidak secara tatap muka dengan orang lain yang membaca tulisan yang diciptakan tersebut, dimana tulisan itu dapat dipahami oleh orang lain yang membacanya.

2. Manfaat dan Tujuan Menulis

Menulis mempunyai fungsi utama sebagi alat komunikasi secara tidak langsung. Melalui tulisan orang dapat menyampaikan pesan, informasi dan pengetahuan kepada orang lain. Euis Nuraeni dalam Muchlisoh (1992: 233) mengemukakan bahwa penulis dan pembaca dapat berkomunikasi melalui tulisan. Hasil menulis (tulisan) tersebut dapat menyampaikan pesan penulis kepada pembaca, sehingga pembaca memahami maksud penulis yang dituangkan dalam tulisannya.

D` Angelo dalam Henry Guntur Tarigan (1985: 22) juga mengemukakan hal yang sama bahwa fungsi utama dari tulisan adalah sebagai alat komunikasi yang tidak langsung. Menulis sangat penting bagi pendidikan karena memudahkan para pelajar berfikir kritis, memudahkan kita merasakan dan menikmati hubungan-hubungan, mempertajam daya tangkap atau persepsi, memecahkan masalah yang dihadapi, menyusun urutan bagi pengalaman, membantu menjelaskan pikiran-pikiran mengenai arti kata dan orang lain.

Menurut Hugo Hartig dalam Muchlisoh (1992: 234-235) tujuan dari menulis adalah sebagai berikut :

a. Assignment Purpose (tujuan penugasan), yaitu penulis tidak memiliki tujuan. Penulis menulis karena mendapat tugas dan bukan karena kemauan sendiri.

b. Altruistic Purpose (tujuan altruistic), yaitu penulis bertujuan untuk menyenangkan para


(26)

commit to user

pembaca.

c. Persuasive Purpose (tujuan persuasive), yaitu penulis bertujuan untuk mempengaruhi pembaca, agar pembaca yakin akan kebenaran gagasan/ide yang diutarakan penulis.

d. Informational Purpose (tujuan

informal/penerangan), yaitu penulis

menuangkan ide/gagasan dengan tujuan memberi informasi/keterangan kepada pembaca.

e. Self Expresive Purpose (tujuan pernyataan diri),

yaitu penulis berusaha untuk memperkenalkan /menyatakan dirinya sendiri kepada pembaca. f. Creative Purpose (tujuan kreatif), yaitu penulis

bertujuan agar pembaca dapat memiliki nilai-nilai artistik/nilai-nilai-nilai-nilai kesenian dengan tulisan si penulis.

g. Problem Solving Purpose ( tujuan pemecahan masalah), yaitu penulis berusaha memecahkan suatu masalah yang dihadapi dengan tulisannya.

Berdasarkan beberapa pendapat di atas, maka dapat disimpulkan bahwa menulis mempunyai manfaat dan tujuan bagi penulis dan juga bagi pembacanya, yaitu sebagai alat komunikasi tidak langsung, memudahkan berpikir kritis, mempertajam daya tangkap/persepsi, memberikan kesenangan, mencatat urutan kejadian/pengalaman, mempengaruhi dan meyakinkan pembaca, memberitahukan dan menjelaskan ide/gagasan, menyatakan diri/perasaan, serta untuk memecahkan masalah. Dalam penelitian ini manfaat yang ingin diperoleh dengan kegiatan menulis bagi anak tunarungu adalah sebagai alat komunikasi dengan orang lain (komunikasi dapat lebih mudah terjalin terutama antara anak tunarungu dengan orang normal yang sulit menangkap apa yang disampaikan oleh anak tunarungu), mengembangkan daya pikir, mempertajam ingatan dan mengembangkan


(27)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

13

imajinasi, memberi kesenangan, mencatat pengalaman anak tunarungu, serta anak tunarungu dapat menyatakan perasaannya melalui pengalaman yang ditulisnya.

3. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kemampuan Menulis Anak Tunarungu

Anak tunarungu memperoleh kemampuan menulisnya bukan secara tiba-tiba, namun melalui proses yaitu belajar. Proses inilah yang menentukan terbentuknya kemampuan menulis pada anak tunarungu. Adapun Faktor-faktor yang mempengaruhi kemampuan menulis anak tunarungu menurut Slameto (2003: 54) diantaranya adalah sebagi berikut :

a. Faktor Intern, diantaranya adalah :

1) Faktor Jasmaniah, yaitu Faktor kesehatan dan cacat tubuh. Anak tunarungu mengalami gangguan pendengaran yang membuat mereka sulit memperoleh bahasa. Hal ini akan berpengaruh pada kemampuan menulisnya. Sedangkan mereka mempunyai kemampuan motorik yang sama dengan anak normal, sehingga mereka tidak mengalami kesulitan dalam menggerakkan tangannya untuk menulis.

2) Faktor Psikologis, yang meliputi intelegensi, perhatian, minat, bakat, motif, kematangan dan kesiapan anak tunarungu.

b. Faktor Ekstern, diantaranya adalah :

1) Faktor Keluarga, diantaranya adalah cara orang tua membimbing, dukungan, dan pengertian orang tua.

2) Faktor Sekolah, diantaranya metode belajar dan mengajar yang diterapkan pada anak tunarungu, kurikulum yang dipergunakan, serta alat yang dipergunakan dan waktu pelaksanaan kegiatan menulis.

4. Cara Meningkatkan Kemampuan Menulis Anak Tunarungu

Anak tunarungu merupakan anak yang mempunyai gangguan dalam pendengarannya yang menyebabkan mereka mengalami hambatan dalam kemampuan berbahasanya. Salah satu kemampuan berbahasa anak tunarungu yang mengalami hambatan adalah kemampuan menulisnya. Hal ini berpengaruh


(28)

commit to user

serta menghambat keberhasilan belajarnya di sekolah. Untuk itu perlu diupayakan pemecahannya supaya kemampuan menulis anak tunarungu dapat meningkat. Upaya yang dapat dilakukan adalah dengan memberikan latihan secara intensif kepada anak mereka.

Namun latihan yang diberikan selama ini ternyata kurang dapat meningkatkan kemampuan menulis anak tunarungu. Hal ini salah satu diantaranya disebabkan oleh masih kurangnya penggunaan media pembelajaran dalam proses belajar mengajar. Media ini berguna dalam membantu dan memperlancar tercapainya tujuan pembelajaran, yang dalam hal ini yaitu untuk meningkatkan kemampuan menulis. Salah satu media yang dapat digunakan dalam pembelajaran untuk meningkatkan kemampuan menulis anak tunarung adalah media cerita bergambar. Selain bentuk penyajiannya yang emnarik, media ini memuat gambar yang dpat membantu merangsang anak tunarungu dalam menuangkan perasaan dan pikirannya, serta membantu dalam mengarahkan anak tunarungu untuk menyususn dan menuliskan urutan pengalaman yang dialaminya.

Dalam penelitian ini cara yang dipergunakan untuk meningkatkan kemampuan menulis anak tunarungu adalah dengan meminta anak untuk menuliskan kembali kembali cerirta bergambar tentang pengalamaan atau peristiwa yang dialaminya, yang telah disampaikan dan dijelaskan sebelumnya menggunakan media cerita bergambar.

Media cerita bergambar dalam penggunaannya disesuaikan dengan kemampuan dan karakteristik anak tunarungu. Cerita bergambar menjadi bahan bacaan yang sesuai bagi anak tunarungu, seperti yang dinyatakan oleh Mary Leonhart (2001:98) bahwa untuk anak-anak yang mengalami kelainan dalam proses auditorialnya, berilah bahan bacaan yang terdapat banyak gambar. Penggunaan media cerita bergambar dapat menjadi variasi baru dalam pembelajaran menulis bagi anak tunarungu, sehingga dapat mengurangi kejenuhan anak pada proses belajar mengajar yang sama setiap harinya dan meningkatkan motivasi anak tunarungu dalam mengikuti kegiatan belajar mengajar.


(29)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

15

C. Kajian tentang Media Pembelajaran 1. Pengertian Media Pembelajaran

Kata media berasal dari bahasa Latin dan merupakan bentuk jamak dari kata medium, yang secara harfiah berarti perantara/pengantar. Media menjadi perantara/pengantar pesan dari pengirim ke penerima pesan.

Azhar Arsyad (2006: 4) mengartikan media sebagi alat yang menyampaikan/mengantarkan pesan-pesan pembelajaran. Pengertian ini tidak jauh berbeda dengan apa yang disampaikan oleh Ahmad Rohani (1997: 3) bahwa media adalah segala sesuatu yang dapat di indera yang berfungsi sebagai perantara/sarana/alat untuk proses komunikasi ( proses belajar mengajar ). Sedangkan Arief Sadiman (2006: 7) mengatakan bahwa :

Media adalah segala sesuatu yang dapat digunakan untuk menyalurkan pesan dari pengirim ke penerima sehingga dapat merangsang pikiran, perasaan, perhatian dan minat serta perhatian siswa sedemikian rupa, sehingga proses belajar terjadi.

Berdasarkan uraian di atas, maka yang dimaksud dengan media pembelajaran adalah bahan/materi yang menyampaikan pesan/informasi yang berasal dari suatu sumber kepada siswa melalui indera mereka yang dapat merangsang pikiran, perasaan, perhatian, dan minat siswa sehingga proses belajar mengajar dapat terjadi. Media pembelajaran yang dimaksud dalam hal ini adalah media cerita yang disertai dengan urutan gambar, sebagai alat untuk menyampaikan materi dari guru/peneliti sebagai penyampai dan anak tunarungu kelas D4 SLB B YAAT Klaten sebagi penerima, agar materi yang disampaikan yaitu cerita berdasarkan pengalaman bias dipahami oleh anak sesuai tujuan yang ingin di capai yaitu meningkatkan kemampuan menulis anak tunarungu kelas D4 SLB - B YAAT Klaten.

2. Nilai dan Manfaat Media Pembelajaran

Media pembelajaran dapat mempertinggi proses belajar mengajar siswa dalam pembelajaran, yang pada gilirannya diharapkan dapat mempertinggi hasil belajar yang di capai. Nana Sudjana dan Ahmad Rivai ( 2002 : 2-3) menyatakan


(30)

commit to user

alasan mengapa media pembelajaran dapat mempertinggi proses belajar siswa. Alasan pertama, berkenaan dengan manfaat media pembelajaran dalam proses belajar siswa, antara lain :

a. Pembelajaran lebih menarik perhatian siswa sehingga dapat menumbuhkan motivasi belajar siswa.

b. Bahan pelajaran akan lebih jelas maknanya, sehingga dapat lebih dipahami siswa, memungkinkan siswa menguasai tujuan pembelajaran siswa lebih baik. c. Metode mengajar akan lebih bervariasi, tidak semata-mata komunikasi verbal

melalui penuturan kata-kata guru, sehingga siswa tidak bosan dan guru tidak kehabisan tenaga, apalagi bila guru mengajar untuk setiap jam pelajaran. d. Siswa lebih banyak melakukan kegiatan belajar, sebab tidak hanya

mendengarkan uraian guru, tetapi juga aktivitas lain seperti mengamati, melakukan, serta mendemontrasikan, dan lain-lain.

Alasan kedua mengapa penggunaan media pembelajaran dapat mempertinggi proses dan hasil pembelajaran adalah berkenaan dengan taraf berpikir siswa. Taraf berpikir manusia mengikuti tahap-tahap perkembangan, di mulai dari berpikir konkret menuju ke berpikir abstrak, di mulai dari berfikir sederhana menuju ke berfikir kompleks. Penggunaan media pembelajaran erat kaitannya dengan tahapan berfikir tersebut, sebab melalui media pembelajaran hal-hal yang abstrak dan dikonkretkan, dan hal-hal yang kompleks dapat disederhanakan.

Berdasarkan pendapat di atas, maka dapat disimpulkan bahwa manfaat penggunaan media dalam pembelajaran adalah memperjelas penyajian materi, menarik perhatian dan meningkatkan motivasi siswa dalam belajar, serta memberikan variasi dalam kegiatan belajar mengajar. Dengan memperhatikan manfaat media pembelajaran inilah yang mendasari penggunaan media dalam upaya meningkatkan kemampuan menulis anak tuna rungu Kelas D4 SLB B YAAT Klaten. Media ini dapat memperjelas materi yang disampaikan, mempermudah dalam menyampaikan materi yang berupa cerita berdasarkan pengalaman, menarik perhatian dan meningkatkan motivasi anak dalam belajar


(31)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

17

karena mereka belum mendapatkan pembelajaran dengan media cerita bergambar, dan menjadi variasi baru dalam proses belajar mengajar.

D. Kajian Tentang Media Cerita Bergambar 1. Pengertian Media Cerita Bergambar

Poerwadarminta (1976: 202) menyatakan bahwa cerita adalah tuturan yang membentangkan bagaimana terjadinya sesuatu hal (peristiwa kejadian, dan sebagainya). Selain itu, cerita yang di artikan sebagai karangan tyang menuturkan perbuatan, pengalaman, dan penderitaan orang dan sebagainya (baik yang sungguh-sungguh terjadi atau hanya rekaan belaka).

Sedangkan gambar menurut Poerwadarminta ( 1976: 296) diartikan sebagai tiruan barang ( Orang, Binatang, dan Tumbuhan). Yang dimaksud bergambar yaitu :

a. Dihiasi dengan gambar, ada gambarnya. b. Dibuat gambarnya dengan alat potret.

Jadi dapat disimpulkan bahwa media cerita bergambar adalah sesuatu bahan yang menyajikan pesan dengan cara menuturkan perbuatan, pengalaman, penderitaan orang lain, bagaimana terjadinya sesuatu hal baik yang sungguh-sungguh terjadi atau hanya rekaan belaka yang dihiasi dengan gambar untuk merangsang siswa belajar. Media cerita bergambar yang digunakan dalam penelitian tindakan dalam upaya meningkatkan kemampuan menulis anak tunarungu kelas D4 SLB B YAAT Klaten ini adalah sesuatu bahan yang menyajikan pesan dengan cara menuturkan pengalaman, yaitu peristiwa yang pernah dialami atau kegiatan yang pernah dilakukan yang dihiasi dengan gambar untuk merangsang anak tunarungu kelas D4 SLB B YAAT Klaten belajar dan dapat menangkap materi yang disampaikan.

2. Kelebihan dan kekurangan Media Cerita Bergambar

Cerita bergambar dapat digunakan sebagai media pembelajaran karena memiliki kelebihan. Arief Sadiman (2006: 2931) menyatakan kelebihan dari cerita bergambar adalah sebagai berikut :


(32)

commit to user

a. Cerita bergambar bersifat konkret, gambar lebih realities menunjukkan pokok masalah di banding dengan media verbal semata.

b. Cerita bergambar dapat mengatasi ruang dan waktu serta dapat mengatasi keterbatasan pengamatan.

c. Cerita bergambar dapat memperjelas masalah dalam bidang apa saja dan untuk tingkat usia berapa saja.

d. Murah harganya dan mudah di dapat serta digunakan tanpa memerlukan paralatan khusus.

Arief Sadiman (2006: 31) selain menyatakan kelebihan penggunaan cerita bergambar, beliau juga menyatakan kelemahan dari penggunaan cerita bergambar dalam pembelajaran, yaitu sebagai berikut :

a. Hanya menekankan pada persepsi indera semata.

b. Penyajian yang terlalu kompleks kurang efektif untuk kegiatan pembelajaran.

c. Ukuran sangat terbatas untuk kelompok kecil.

Kelebihan-kelbihan tersebut menjadi pertimbangan dalam memilih media cerita bergambar sebagai media pembelajaran yang digunakan dalam penelitian tindakan untuk meningkatkan kemampuan menulis anak tunarungu kelas D4 SLB-B YAAT Klaten. Media ini dapat di buat sehingga mudah didapatkan, tidak menghabiskan banyak biaya dan mudah untuk digunakan bagi anak tunarungu yang cenderung menggunakan penglihatannya dalam belajar. Selain itu media ini juga memperjelas materi yang disampaikan yaitu cerita berdasarkan pengalaman dan lebih bersifat realistic krena bagi anak tunarungu sulit dalam menerima materi yang bersifat abstrak, serta dapat mengtasi keterbatasan pengamatan, ruang dan waktu karena media ini memuat cerita yang telah terjadi atau telah dialami dan bukan peristiwa yang sedang terjadi yang dapat terlihat dalam waktu itu juga.

3. Pengembangan Media cerita Bergambar

Media cerita bergambar sebagai media pembelajaran yang akan digunakan dalam proses belajar mengajar dapat dibuat dan mengembangkan


(33)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

19

media tersebut perlu adanya pertimbangan yang harus diperhatikan. Arief Sadiman (2006: 100) menyatakan beberapa hal yang menjadi bahan pertimbangan dalam mengembangkan media pembelajaran, diantaranya yaitu kebutuhan dan karakteristik siswa, tujuan yang hendak di capai, serta materi yang akan disampaikan.

Azhar Arsyad (2006: 107) menyatakan beberapa prinsip yang harus diperhatikan dalam merancang media yang berbasis visual, antara lain :

a. Kesederhanaan, yaitu bahwa jumlah elemen yang lebih sedikit memudahkan siswa menangkap dan memahami pesan yang disajikan. b. Keterpaduan, yaitu bahwa elemen-elemen yang ada harus saling

terkait dan menyatu sebagi suatu keseluruhan sehingga visual itu merupakan suatu bentuk menyeluruh yang dapat di kenal dan dapat membantu pemahaman pesan dan informasi yang dikandungnya.

c. Penekanan, yaitu dapat dilakukan dengan menggunakan ukuran, hubungan-hubungan, perpekstif, warna atau ruang penekanan dapat diberikan kepada unsur terpenting.

d. Keseimbangan, bahwa bentuk atau pola yang dipilih sebaiknya menempati ruang penayangan yang memberikan persepsi keseimbangan meskipun tidak seluruhnya simetris.

e. Bentuk, yaitu bahwa bentuk yang aneh dan asing bagi siswa dapat membangkitkan minat dan perhatian.

Hal-hal tersebut diatas penting untuk dipertimbangkan dalam mengembangkan media cerita bergambar yang akan digunakan dalam penelitian tindakan ini, karena dapat membantu dalam menentukan media cerita bergambar yang seperti apa yang cocok bagi anak tunarungu kelas D4 SLB-B YAAT Klaten. Dengan begitu akan diketahui media cerita bergambar yang bagaimana yang disukai dan menarik bagi mereka serta yang sesuaiuntuk meningkatkan kemampuan menulis mereka, yang dalam hal ini adalah menulis cerita sederhana berdasarkan pengalaman sehingga tujuan yang hendak dicapai tersebut dapat berhasil.


(34)

commit to user

4. Media Cerita Bergambar Bagi Anak Tunarungu

Media cerita bergambar adalah salah satu bentuk media visual yang diartikan sebagai penyajian pesan dengan cara menuturkan perbuatan, pengalaman, penderitaan orang lain, bagaimana terjadinya sesuatu, baik sungguh-sungguh terjadi atau hanya rekaan belaka yang dihiasi dengan gambar untuk merangsang siswa belajar.

Dalam upaya meningkatkan kemampuan menulis anak tunarungu, media cerita bergambar dapat berperan di dalamnya. Media cerita bergambar sebagai salah satu media visual yang cocok dan sesuai digunakan pada anak tunarungu mengingat mereka lebih banyak menggunakan indera visualnya dalam belajar. Media ini membantu menguatkan ingatan anak tunarungu dan mengembangkan imajinasi mereka. Dengan demikian anak tunarungu dapat menulis sesuai dalam ingatan dan imajinasinya tersebut. Penggunaan gambar dalam cerita mampu menjelaskan isi dan alur cerita, sehingga anak tunarungu dapat lebih memahami cerita tersebut. Gambar dalam cerita juga berguna untuk melukiskna peristiwa atau pengalaman yang dialami dan kegiatan yang dilakukan sesuai alur cerita. Hal ini dapat merangsang ingatan dan imajinasi serta mengarahkan anak tunarungu dalam menyususn cerita, sehingga anak tunarungu akhirnya dapat menulis cerita berdasarkan pengalaman.

Pengunaan cerita bergambar dapat menjadi variasi baru dalam proses belajar mengajar, khususnya di kelas D4 SLB-B YAAT Klaten sehingga proses belajar mengajar dapat lebih menarik bagi anak tunarungu. Media ini dapat mengurangi kejenuhan dan kebosanan anak tunarungu akan kegiatan belajar mengajar yang sama setiap harinya serta meningkatkan perhatian dan motivasi anak tuna rungu dalam proses belajar mengajar.

Cara Menggunakan Media Cerita Bergambar Dalam Proses Belajar Mengajar

Cara menggunakan media cerita bergambar dalam proses belajar mengajar di SLB B berarti menunjukkan bagaimana jalannya melakukan atau menggunakan cerita bergambar dalam proses belajar mengajar di SLB B. Cerita


(35)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

21

Bergambar sebagai media dalam meningkatkan kemampuan menulis anak tunarungu menggunakan tema tentang pengalaman/peristiwa yang mungkin dialami oleh anak tunarungu. Urutan gambar dimaksudkan untuk melukiskan peristiwa atau pengalaman yang dialami atau kegiatan yang dilakukan sesuai dengan alur cerita.

Pengunaan media bergambar dalam proses belajar mengajar di mulai dengan menjelaskan terlebih dahulu tema cerita bergambar kepada siswa. Kemudian menjelaskan urutan gambar satu per satu sesuai dengan isi ceritanya agar siswa dapat memahami cerita yang disampaikan, dan mengajak siswa untuk menanggapi cerita yang ada pada gambar-gambar tersebut, serta mengadakan tanya jawab tentang isi cerita tersebut. Setelah itu, siswa diminta untuk menceritakan kembali cerita sesuai cerita dalam media cerita bergambar secara tertulis. Setelah siswa selesai menulis kembali cerita, kemudian mereka mengumpulkan hasilnya pada guru dan guru mengevaluasi hasil tulisan siswa tersebut.

E. Kerangka Berpikir

Kemampuan menulis merupakan salah satu aspek yang dikembangkan dalam program kegiatan belajar mengajar, sebagai upaya pengembangan kemampuan berbahasa siswa. Kemampuan menulis sangat penting dikuasai oleh siswa, karena dengan kemampuan menulis mereka dapat meningkatkan kemampuan akademiknya. Selain itu, dengan kemampuan ini mereka juga dapat menuangkan pikiran dan perasaannya, serta dapat membantu dalam berkomunikasi.

Peningkatan kemampuan menulis anak Tunarungu melalui penggunaan media cerita bergambar dapat digambarkan dalam bagan sebagai berikut :


(36)

commit to user F. Hipotesis Tindakan

Hipotesis tindakan dalam penelitian ini adalah penggunaan Media cerita bergambar dapat meningkatkan kemampuan menulis anak tunarungu kelas D4 di SLB – B YAAT Klaten.


(37)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user BAB III

METODOLOGI PENELITIAN A. Seting Penelitian

Penelitian ini di laksanakan di SLB-B YAAT Klaten, seting penelitian di dalam kelas, dengan alasan: Penelitian ini adalah penelitian proses belaajar mengajar, maka situasi sosial yang terlibat adalah siswa sebagai subyek yang belajar dan guru sebagai tenaga pendidik.

Waktu yang direncanakan untuk pelaksanaan tindakan adalah semester kedua tahun ajaran 2008-2009.

B. Subyek Penelitian

Subyek penelitian menurut Suharsimi Arikunto (2005: 99) adalah benda, hal, atau orang tempat variable/melekat. Subyek dalam penelitian ini adalah Siswa Tunarungu Kelas D4 SLB-B YAAT Klaten tahun Ajaran 2008-2009 berjumlah 2 orang anak, dengan kriteria bahwa anak tersebut tidak mengalami kecacatan ganda, selalu hadir untuk mengikuti kegiatan belajar di sekolah.

C. Data dan Sumber Data

Data penelitian yang dikumpulkan berupa informasi tentang kemampuan siswa dalam menulis menulis melalui media cerita bergambar.

Data yang dikumpulkan dari berbagai sumber, antara lain: siswa, tempat, dan peristiwa dalam mengarang, Kurikulum, Hasil Karangan Siswa, dan Buku Penilaian.

D. Pengumpulan Data

Pengumpulan data merupakan proses pengadaan data primer (data yang langsung dan segera diperoleh dari sumber data oleh penyelidik untuk tujuan khusus, untuk keperluan penelitian, yang menjadi suatu langkah penting dalam penelitian atau merupakan prosedur sistematis dan standar untuk memperoleh data yang diperlukan.


(38)

commit to user

Kartini Kartono (1990: 88) berpendapat bahwa berhasil tidaknya suatu penelitian tergantung pada tiga faktor yaitu :

1. Jumlah data yang relevan

2. Penggunaan teknik pengumpulan data secara tepat 3. Pengolahan dan pengukuran yang sesuai

Dengan demikian cara pengumpulan data yang tepat merupakan hal penting, karena kesalahan dalam penelitian cara pengumpulan data dapat mengakibatkan hasil penelitian tidak tepat.

Menurut Winarno Surakhmad (1994: 162), teknik pengumpulan data dapat dibagi dalam empat golongan utama. Secara garis besar dapat penulis simpulkan sebagai berikut :

1. Teknik observasi langsung, yaitu teknik pengumpulan data dimana penyelidik mengadakan pengamatan secara langsung (tanpa alat) terhadap gejala-gejala subyek yang diselidiki, baik dalam situasi sebenarnya maupun situasi buatan.

2. Teknik observasi tak langsung, yaitu teknik pengumpulan data dimana penyelidik mengadakan pengamatan terhadap gejala-gejala subyek yang diteliti dengan perantara sebuah alat, baik alat yang sudah ada maupun alat yang sengaja dibuat, dan dilaksanakan dalam situasi sesungguhnya maupun situasi buatan. 3. Teknik komunikasi langsung, yaitu teknik dimana penyelidik

mengumpulkan data dengan jalan mengadakan komunikasi langsung dengan subyek penyelidikan, baik dalam situasi yang sebenarnya maupun di dalam situasi buatan.

4. Teknik komunikasi tak langsung, yaitu teknik dimana penyelidik mengumpulkan data dengan jalan mengadakan komunikasi dengan subyek penyelidikan dengan perantara alat, baik dilaksanakan dalam situasi sebenarnya maupun situasi buatan. Sedangkan teknik pengumpulan data yang diungkapkan oleh Sutrisno Hadi (1990: 68), dapat penulis simpulkan sebagai berikut :

1. Angket, yaitu pengumpulan data melalui daftar pertanyaan yang harus dijawab oleh subyek penyelidikan.

2. Interview, yaitu pengumpulan data dengan bercakap-cakap bersama sumber data baik langsung maupun tidak langsung. 3. Tes, yaitu pengumpulan data yang menggunakan cara dengan

mengadakan suatu percobaan terhadap sebuah hal.

4. Dokumentasi, yaitu pengumpulan data dengan mengambil data yang sudah dicatat dalam dokumen.


(39)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Dari beberapa pendapat di atas, maka teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini sebagai berikut :

1. Tes

Yaitu berupa tes kemampuan menulis untuk mengetahui sejauh mana tingkat kemampuan menulis subyek tunarungu kelas D4, baik kemampuan awal, perkembangan, atau peningkatan kemampuan menulis selama dikenai tindakan dan kemampuan menulis pada akhir siklus tindakan.

2. Observasi

Observasi dilaksanakan dengan mengunakan lembar panduan pengamatan, lembar kosong untuk mencatat data/informasi yang penting selama pengamatan, dan peneliti ikut terlibat dalam melakukan pengamatan/kegiatan. Metode ini digunakan untuk mengatahui kondisi lokasi penelitian,interaksi belajar mengajar dan proses pembelajaran selama pelaksanaan tindakan.

3. Dokumentasi

Metode ini digunakan untuk mendapatkan data/informasi yang dibutuhkan dalam penelitian seperti hasil menulis kembali cerita bergambar anak tunarungu pada saat tindakan.

E. Analisis Data

Nasution dalam Sujadi (2000: 500) mengemukakan bahwa analisis data adalah suatu proses menyusun data agar dapat ditafsirkan. Menyusun data di sini yaitu menggolongkan dalam pola, thema atau kategori. Sedangkan menafsirkan data berarti memberikan makna kepada analisis, menjelaskan pola atau kategori dan memberi hubungan antara berbagai konsep.

Menurut Suharsimi Arikunto (2005: 142) ada dua jenis analisis data yaitu analisis data kualitatif dan data kuantitatif. Bentuk data yang digunakan harus sesuai dengan jenis data. Apabila data yang ada berupa kuantitatif atau angka maka analisis data yang digunakan berupa kuantitatif maka analisis data yang digunakan berupa kualitatif, tetapi bisa juga menggunakan kedua-duanya.

Berdasarkan pendapat di atas maka analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah :


(40)

commit to user

1. Deskriptif kuantitatif

Yaitu dengan memanfaatkan persentase atau bilangan hanya pada langkah awal dari keseluruhan proses analisis . Persentase atau bilangan tersebut sebagai alat bantu dalam proses analisis. Hasil penilaian yang berupa bilangan dan persentase tersebut di ubah menjadi sebuah predikat yang menunjukkan pada pernyataan keadaan atau ukuran kualitas yang sebanding dengan kemampuan atau dasar kondisi yang diinginkan, untuk kemudian diuraikan dan dijelaskan lebih lanjut.

2. Analisis grafik

Yaitu data yang telah diperoleh selama penelitian akan dimaknai dengan memaparkan data tersebut dengan menggunakan grafik. Analisis ini dilakukan untuk mengetahui keberhasilan proses penelitian maupun keberhasilan produk penelitiannya. Keberhasilan proses penelitian dapat dilihat dengan menggunakan instrument pengamatan dari observasi proses, sedangkan untuk mengetahui keberhasilan produk yang berupa peningkatan kemampuan menulis dapat ditentukan dengan melihat dan menganalisa hasil catatan lapangan dan hasil tes kemampuan menulis.

F. Indikator Kinerja

Dalam penelitian ini, keberhasilan tindakan adalah adanya peningkatan dari belum dapat menulis cerita sederhana menjadi dapat menulis cerita sederhana, dimana hasil skor tes kemampuan menulis pada indikator menulis cerita sederhana dalam sebuah paragraf pencapaiannya antara 76 – 100 %.

G. Prosedur Penelitian

Prosedur penelitian tindakan kelas ini dilakukan dalam empat tahapan yaitu :

1. Rencana Tindakan

Tindakan yang dilakukan selama satu minggu yang terbagi atas dua kali tatap muka dengan waktu 2 x 30 menit sekali pertemuan. Pembelaran yang diberikan adalah pembelajaran bahasa dengan menggunakan metode yang


(41)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

diwujudkan dalam pemberian cerita bergambar kepada siswa. Siswa diberikan dorongan untuk lebih bisa menguasai bahasa secara lebih cepat dengan melihat gambar dan mengucapkannya.

Rencana tindakan pembelajaran bahasa adalah sebagai berikut : a. Siswa melakukan pre-test.

b. Guru menyiapkan alat dan bahan untuk melakukan pembelajaran. c. Guru menjelaskan tentang pelajaran yang akan disampaikan dan

melakukan apersepsi.

d. Guru memberikan materi pembelajaran bahasa dengan menggunakan media cerita bergambar.

e. Guru memberikan cerita bergambar kepada siswa.

f. Guru membimbing siswa dalam melihat cerita bergambar. g. Siswa mengucapkan apa yang terlihat dalam cerita. h. Siswa melakukan post – test.

2. Pelaksanaan Tindakan

Rangkaian tindakan yang dikembangkan dalam penelitian ini adalah pembelajaran bahasa dengan menggunakan media cerita bergambar yang bertujuan untuk menaikkan perhatian siswa dalam mengikuti kegiatan belajar yang pada akhirnya dapat meningkatkan kemampuan menulis anak tunarungu.

Berdasarkan diskusi antara peneliti dengan guru, prosedur pelaksanaan pembelajaran bahasa dengan media cerita bergambar sebagai berikut :

a. Guru menjelaskan kepada subjek tema dan judul cerita bergambar yang dipergunakan.

b. Guru menjelaskan urutan gambar satu persatu sesuai dengan isi cerita. c. Guru melakukan Tanya jawab tentang isi cerita bergambar.

d. Guru memberi contoh dalam menulis cerita.

e. Guru membimbing siswa dalam mengerjakan tugas untuk menceritakan kembali cerita bergambar secara tertulis.

f. Hasil tulisan siswa dikumpulkan dan diperiksa oleh guru. g. Guru memberikan evaluasi pada akhir pembelajaran siswa.


(42)

commit to user

h. Merefleksi dan mengevaluasi peningkatan kemampuan menulis yang dicapai siswa setelah dikenai tindakan.

i. Revisi tindakan dilakukan apabila belum ada peningkatan kemampuan menulis siswa.

3. Pemantauan

Kasihani Kasbollah (1999: 91) menyatakan pemantauan atau observasi adalah semua kegiatan yang ditujukan untuk mengenali, merekam dan mendokumentasikan setiap indikator dari proses dan hasil yang dicapai baik yang timbul oleh tindakan terencana.

Pemantauan ini bertujuan untuk :

a. Mengetahui kesesuaian antara pelaksanaan tindakan dengan rencana tindakan yang telah disusun sebelumnya.

b. Mengetahui seberapa jauh pelaksanaan tindakan yang sedang berlangsung dapat diharapkan akan menghasilkan perubahan yang diinginkan. Tindakan dalam hal ini, kemampuan menulis dengan menggunakan media cerita bergambar.

Pemantauan dilaksanakan pada saat pelaksanaan tindakan dan dilakukan secara terus menerus selama pelaksanaan penelitian.

Kegiatan pemantauan dilakukan dengan melakukan observasi kegiatan subyek dan guru dalam pelaksanaan pembelajaran Bahasa Indonesia dan selama kegiatan menulis cerita.

4. Evaluasi dan Refleksi

Evaluasi terhadap pelaksanaan tindakan dilakukan dengan menggunakan tes kemampuan menulis. Tes ini digunakan untuk mengungkap peningkatan kemampuan menulis subyek, tingkat keberhasilan pelaksanaan tindakan, serta untuk mengetahui apakah pelakanaan tindakan telah mencapai tujuan yang telah ditentukan. Evaluasi dilakukan sebelum dan sesudah diberikannya tindakan.

Refleksi dilakukan sebelum dilaksanakan tindakan dan setelah diberikan tindakan pada siklus I dan siklus II.


(43)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Dalam refleksi peneliti mengkaji, melihat dan pertimbangkan atas dampak dari tindakan dengan menggunakan berbagai kriteria. Berdasarkan hasil refleksi tersebut, peneliti melakukan modifikasi terhadap rencana tindakan berikutnya.

Kegiatan refleksi ini meliputi :

a. Permasalahan yang ditemui guru dan siswa dalam pembelajaran tentang menulis dengan menggunakan media cerita bergambar. b. Bentuk kegiatan yang akan dilaksanakan selanjutnya apabila

tindakan belum berhasil dilakukan.


(44)

commit to user

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Deskripsi Kondisi Awal ( Pra Siklus )

Gambaran sikap subyek dalam mengikuti kegiatan belajar di dalam kelas adalah sebagai berikut :

Subyek dalam mengikuti proses belajar mengajar menunjukkan sikap kurang baik, ia kurang memperhatikan penjelasan guru, perhatian subyek masih sering terpecah dan subyek masih kurang duduk dengan tenang saat belajar di kelas.

Subyek masih sering salah dalam menjawab pertanyaan dari guru tentang materi pelajaran Bahasa Indonesia yang diajarkan, ia sering tidak tepat waktu dalam mengerjakan tugas seperti dalam menyalin bacaan atau menulis dan menjawab soal sampai melebihi waktu yang ditentukan.

Bila materi kurang menarik, subyek menunjukkan sikap yang tidak bersemangat dalam mengikuti pelajaran dan malas melaksanakan tugas dari Guru. Subyek memiliki kemampuan motorik halus yang cukup baik dalam menulis.

Dari hasil refleksi di atas sebagai dasar peneliti untuk menyusun rencana perbaikan pembelajaran yang dapat mengatasi masalah dengan tindakan-tindakan yang tepat. Beberapa tindakan tersebut meliputi peningkatan kualitas proses pembelajaran dengan menggunakan media sehingga dapat membangkitkan minat belajar dan keaktifan siswa dalam mengikuti proses pembelajaran.

B. Pelaksanaan Tindakan Penelitian

1. Deskripsi Tindakan Siklus I

Pelaksanaan tindakan pada Siklus I dilaksanakan setiap jam pelajaran Bahasa Indonesia sebanyak tiga kali pertemuan, dengan rincian materi atau bahan pelajaran dengan media cerita bergambar terlampir.


(45)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Adapun tindakan yang dilakukan pada Siklus I adalah :

a) Peneliti menyiapkan alat dan bahan untuk pelaksanaan Pre-test kemampuan menulis subyek.

b) Peneliti menjelaskan mengenai cara mengerjakan Pre-Test kemampuan menulis subyek.

c) Subyek mengerjakan Pre-test kemampuan menulis.

d) Peneliti melakukan apersepsi dengan menanyakan dan menjelaskan tentang media cerita bergambar dan cerita berdasarkan pengalaman. e) Peneliti menyampaikan materi dalam media cerita bergambar ,

menjelaskan isi dan alur ceritanya, serta memberikan contoh menuliskan kembali cerita sesuai dalam media cerita bergambar dalam sebuah paragraf.

f) Peneliti mengadakan tanya-jawab tentang isi cerita yang telah disampaikan.

g) Subyek melaksanakan kegiatan menulis kembali cerita sesuai dalam media cerita bergambar yang telah disampaikan sebelumnya dalam sebuah paragraf.

h) Peneliti melakukan evaluasi dan memberikan kesimpulan terhadap hasil menulis subyek.

i) Peneliti memberitahukan hasil evaluasi tersebut kepada subyek.

j) Peneliti menyiapkan alat dan bahan untuk pelaksanaan Post Test I kemampuan menulis anak.

k) Subyek mengerjakan Post Test I kemampuan menulis anak.

a. Hasil kemampuan menulis subyek sebelum pelaksanaan Tindakan Siklus I.

Sebelum diberikan tindakan menulis kembali cerita sesuai cerita dalam media cerita bergambar terlebih dahulu peneliti mengadakan pre-test untuk mengetahui kemampuan menulis subyek dan untuk memantau proses belajar mengajar menulis subyek. Hasil pre-test dapat dilihat pada tabel 1.


(46)

commit to user

Hasil Pre Test

Wy, 41.25 Fr, 42.5 41 41.2 41.4 41.6 41.8 42 42.2 42.4 42.6

0 1 2 3 4

Subyek % P en ca p a ia n Wy Fr

Tabel 1. Hasil Pre-Test

No Subyek Total Skor Soal Total Skor yang dicapai % Pencapaian Kategori

1 Wy 80 33 41,25% Cukup

2 Fr 80 34 42,5% Cukup

Tabel 1. di atas menunjukkan skor yang di peroleh subyek penelitian. Subyek Wy mendapat skor yang lebih sedikit dari Subyek Fr. Skor yang di peroleh Subyek Wy adalah 33, sedangkan Subyek Fr adalah 34 dari skor soal dengan skor total 80. kedua subyek berada pada kategori yang sama yaitu cukup. Untuk lebih jelasnya tentang gambaran kemampuan menulis anak tunarungu kelas D4 SLB-B YAAT Klaten dalam Tahun Ajaran 2008/2009 sebelum di beri tindakan menulis kembali cerita sesuai cerita dalam Media Cerita Bergambar, dapat di lihat pada gambar 1. berikut :

Gambar 1. Kemampuan menulis subyek dari hasil pre-test

kemampuan menulis subyek sebelum di beri Tindakan I Hasil pre-test kemampuan menulis subyek di atas dapat diketahui bahwa subyek yang berinisial Wy mendapatkan % pencapaian sebesar 41,25 % sedangkan subyek yang berinisial Fr


(47)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

mendapatkan % pencapaian sebesar 42,5 %. Besar pencapaian ke dua subyek berada pada rentang 26-50% dengan kategori cukup. Dari hasil pencapaian banyak terdapat kesalahan dalam menulis diantaranya dalam menulis lambang tanda baca, melengkapi kalimat dengan tanda baca, menyusun huruf menjadi kata yang bermakna, menyusun kata menjadi kalimat, menyusun kalimat dalam sebuah paragraf, dan menulis cerita dalam sebuah paragraf.

b. Hasil Proses Tindakan

Hasil proses tindakan Siklus I berupa gambaran kemampuan menulis subyek yang ditunjukkan dengan kemampuan yang di capai sebelum proses tindakan berlangsung. Adapun rekapitulasi hasil kemampuan menulis melalui kegiatan menulis kembali cerita sesuai dalam cerita bergambar pada Siklus I dapat di lihat pada tabel berikut :

Tabel 2. Rekapitulasi Hasil Tindakan Siklus I dengan instrumen pemantauan kemampuan menulis subyek.

Subyek Pertemuan Skor Rata-rata Kategori

1 2 3

Wy 23 24 23 23 Baik

Fr 14 23 20 19 Baik

Tabel 2. Diatas memperlihatkan bahwa kmampuan menulis kedua subyek dari pertemuan ke pertemuan berikutnya sebagian besar menunjukkan peningkatan, yaitu pada pertemuan pertama sampai pertemuan kedua. Namun pada pertemuan ke tiga terjadi penurunan skor.

Pelaksanaan tindakan pada Siklus I ini di titik beratkan pada penelitian media cerita bergambar untuk mengarahkan subyek dalam menyusun dan bagaimana menulis sebuah cerita sederhana berdasarkan pengalaman yang di dalamnya juga ada bagian yang mengungkapkan perasaan dan pikirannya, serta dititikberatkan pada


(48)

commit to user

kemampuan menulis subyek, seperti penulisan huruf, kata, kalimat, dan paragraf serta penggunaan tanda baca, urutan kalimat, kesesuaian cerita, dan keruntutan isi penulisan cerita.

c. Refleksi

Pelaksanaan Tindakan pada Siklus I ini belum mencapai hasil yang maksimal atau hasil yang ingin di capai sehingga dibutuhkan per-baikan program pada tindakan Siklus II sebagai bentuk perbaikan tin-dakan pada Siklus I. Perbaikan program tersebut diantaranya adalah :

1. Penambahan waktu pelaksanaan dari yang semula setiap pertemuan adalah 2 x 30 Menit menjadi 2 x 40 Menit. Hal ini dilakukan karena waktu pelaksanaan penelitian di rasa masih kurang cukup.

2. Membuat cerita yang lebih menarik lagi untuk anak misalnya cerita yang menunjukkan suatu kejadian yang mungkin pernah di alami subyek.

3. Hasil tindakan di setiap pertemuan ditunjukkan pada subyek, agar mereka lebih bersemangat dan percaya diri dalam menulis cerita sesuai cerita dalam media cerita bergambar, serta mengetahui kesalahan yang dilakukan subyek dalam menulis.

d. Evaluasi Siklus I

Pelaksanaan tindakan menulis kembali cerita sesuai cerita dalam media bergambar untuk meningkatkan kemampuan menulis anak tunarungu kelas D4 pada Siklus I ternyata sudah mencapai hasil yang baik namun masih perlu adanya perbaikan tindakan pada Siklus II. Proses pelaksanaan tindakan pada Siklus I tidak mengecewakan hal ini dapat dibuktikan dengan adanya peningkatan skor yang di capai oleh subyek pada hasil post-test Siklus I. Adapun hasil post-test I kemampuan menulis subyek dapat di lihat pada tabel 3. berikut ini :


(49)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Tabel 3. Hasil test kemampuan menulis subyek setelah tindakan I

Subyek Total Skor

Soal

Total Skor yang di capai

%

Pencapaian

Kategori

Wy 80 67 83,75% Sangat baik

Fr 80 66 82,5% Sangat baik

Tabel 3. di atas menunjukkan bahwa terjadi peningkatan antara sebelum dan sesudah tindakan I. Kedua subyek termasuk dalam kategori yang sama, yaitu sangat baik. Sedangkan skor yang di peroleh kedua subyek hampir sama dan hanya terpaut satu skor saja. Adapun peningkatan skor kemampuan menulis tersebut dapat dilihat pada tabel 4. berikut ini :

Tabel 4. Hasil evaluasi peningkatan skor kemampuan menulis post-test I.

Subyek Pre Test Kategori Post Test Kategori Kenaikan

Wy 41,25 Cukup 83,75 Sangat

baik

42,5%

Fr 42,5% Cukup 82,5% Sangat

baik

40%

Tabel 4. di atas dapat di lihat dengan jelas bahwa ada peningkatan skor dari hasil pre-test dengan hasil post-test I pada masing-masing subyek. Hal ini berati bahwa ada keberhasilan produk pada Siklus I. Namun demikian masih memerlukan penyempurnaan untuk mendapatkan peningkatan yang lebih baik lagi.


(50)

commit to user

Hasil Pre Test Dan Post Test I

41.25

83.75

42.5

82.5

0 10 20 30 40 50 60 70 80 90

Pretest Post Test Hasil Test

%

P

e

n

ca

p

a

ian

Wy Fr

Peningkatan produk atau hasil kemampuan menulis subyek pada Siklus I dapat di lihat pada gambar 2 di bawah ini :

Gambar 2. Peningkatan Kemampuan menulis subyek dari hasil post test I kemampuan menulis subyek setelah di beri Tindakan menulis kembali cerita sesuai cerita dalam Media Cerita Bergambar

Dari gambar 2. di atas dapat dilihat bahwa kemampuan menulis subyek meningkat. Peningkatan tersebut telah mencapai kriteria yang telah ditentukan dalam pelaksanaan tindakan menulis kembali cerita sesuai cerita dalam media bergambar. % pencapaian kedua subyek telah mencapai rentang antara 76% - 100% dengan kategori sangat baik.


(51)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

e. Kesimpulan Hasil Refleksi dan Evaluasi

Adapun kesimpulan yang dapat di ambil dari hasil pelaksanaan tindakan Siklus I antara lain sebagai berikut :

1. Subyek mempunyai rasa kurang percaya diri terhadap kemampuan yang dimiliki, sehingga subyek masih sering menyontek. Hal tersebut harus dihindari agar mendapatkan hasil yang lebih akurat pada Siklus selanjutnya.

2. Subyek kurang bersemangat dalam pembelajaran, oleh karena itu peneliti perlu menggunakan media cerita bergambar yang lebih dapat membuat subyek bersemangat lagi dalam proses pembelajaran, misalnya menggunakan media cerita yang lebih menarik, seru, dan kemungkinan pernah dialami subyek.

f. Tindak Lanjut

Upaya untuk meningkatkan keaktifan dan hasil belajar anak tunarungu dalam kegiatan menulis cerita sederhana berdasarkan pengalaman dalam sebuah paragraf sesuai cerita dalam media cerita bergambar yaitu dengan merancang pemecahan masalah yang muncul pada pelaksanaan tindakan Siklus I agar pada pelaksanaan tindakan Siklus II masalah tersebut berkurang kemunculan dan terjadi perbaikan. Hal-hal yang perlu diperbaiki untuk dilaksnakan di putaran kedua antara lain :

1. Penjelasan tentang penulisan huruf, tanda baca, dan pembentukan paragraf oleh subyek.

2. Penjelasan tentang gambar yang terdapat dalam media cerita bergambar.

3. Cara menjelaskan ceritanya.

4. Waktu pelaksanaan pembelajaran dengan menggunakan media cerita bergambar.


(1)

commit to user Hasil T es Yang Dilakukan

41.25 83.75 100 42.50 82.50 96.25 0 20 40 60 80 100 120

Pretest Post test I Post test II Hasil T est

% P e n c a p a Wy Fr kemampuan menulis subyek setelah di beri Tindakan Menulis Kembali Cerita sesuai cerita dalam Media Cerita Bergambar pada Siklus II.

Gambar 3. di atas menunjukkan bahwa ada peningkatan skor kemampuan menulis subyek dari post test I ke post test II. Adanya peningkatan kemampuan menulis tersebut secara jelas dapat dilihat pada tabel 7 berikut ini :

Tabel 7. Hasil Evaluasi Peningkatan Skor Kemampuan menulis subyek pada Tindakan Siklus II

No Subyek Pre test Post test I Post test II

1 Wy 41,25% 83,75% 100%

2 Fr 42,5% 82,5% 96,25%

Hasil evaluasi peningkatan skor kemampuan menulis pada Siklus II menunjukkan bahwa kemampuan menulis yang dimiliki oleh anak tunarungu kelas D4 SLB-B YAAT Klaten mengalami peningkatan. Berikut ini adalah grafik perubahan peningkatan kemampuan menulis sebelum di beri tindakan, setelah di beri tindakan menulis kembali cerita sesuai cerita dalam media cerita bergambar pada Siklus I, dan setelah diberi tindakan menulis kembali cerita sesuai cerita dalam Media Cerita Bergambar pada Siklus II.

Gambar 4. Perubahan peningkatan kemampuan menulis anak tunarugu kelas D4 sebelum di beri tindakan, sesudah Siklus I, dan Siklus II


(2)

commit to user

Gambar 4. diatas menjelaskan bahwa peningkatan hasil dari pre-test sampai post-test II terjadi pada kedua subyek. Wy mengalami peningkatan sebesar 58,75% dari yang sebelumya adanya tindakan (pre test) hanya memperoleh 41,25% dengan kategori cukup. Pada post test II mencapai 100% dengan kategori sangat baik. Fr mengalami peningkatan sebesar 53,75% dari sebelum tindakan (pre-test) baru memperoleh 42,5% dengan kategori cukup, pada hasil post test II menjadi 96,25% dengan kategori sangat baik.

5) Kesimpulan Hasil Refleksi dan Evaluasi

Adapun kesimpulan yang dapat diambil dari pelaksanaan tindakan pada Siklus I dan Siklus II, antara lain sebagai berikut :

a) Media cerita bergambar dapat digunakan untuk meningkatkan kemampuan menulis anak tunarungu kelas D4.

b) Media cerita bergambar memiliki dampak positif yaitu dapat meningkatkan kemampuan menulis.

c) Dalam penelitian ini Hipotesis penelitiannya bahwa “ Ada peningkatan kemampuan menulis anak tunarungu kelas D4 dengan menulis kembali cerita sesuai cerita dalam media cerita bergambar “ terbukti. Hal tersebut dilihat pada Tabel 6 dan 7, serta grafik 2 dan 3. Peningkatan kemampuan menulis antara sebelum dan setelah di beri tindakan menulis kembali cerita sesuai cerita dalam cerita bergambar baik pada Siklus I maupun Siklus II terlihat jelas. Wy mengalami peningkatan sebesar 58,75% dari 41,25% (hasil pretest) dengan kategori cukup, menjadi 100% (hasil postest II) dengan kategori sangat baik. Fr mengalami peningkatan sebesar 53,75% dari 42,5% (hasil pretest) dengan kategori cukup menjadi 96,25% (hasil posttest II) dengankategori sangat baik.


(3)

commit to user C. Pembahasan

Anak tunarungu mempunyai kesulitan dalam memperoleh bahasa sebagai dampak dari kehilangan kemampuan mendengarnya. Hal ini mengakibatkan rendahnya kemampuan bahasa pada anak tunarungu yang membuat mereka kesulitan dalam berkomunikasi. Mereka mempunyai daya ingat yang terbatas dan daya imajinasi yang kurang. Untuk itu perlu adanya pengembangan kemampuan bahasa anak tunarungu agar kemampuan komunikasi anak tunarungu meningkat.

Pengembangan kemampuan bahasa pada anak tunarungu dapat dilakukan dengan pengembangan aspek ketrampilan berbahasa, salah satunya adalah kemampuan menulis. Pengembangan kemampuan menulis anak tunarungu dapat dilakukan melalui kegiatan belajar mengajar di sekolah. Proses kegiatan belajar mengajar yang berjalan dengan lancar, dan menarik bagi anak tunarungu dapat membantu dalam mencapai tujuan belajar yang diinginkan, yang dalam hal ini adalah untuk meningkatkan kemapuan menulis anak tunarungu. Agar proses belajar mengajar dapat berjalan lancar, menarik dan tujuan belajar mengajar dapat tercapai maka dalam kegiatan belajar mengajar dilakukan dengan menggunakan media pembelajaran sebagai alat bantu dalam proses kegiatan belajar mengajarnya.

Media pembelajaran yang dipilih peneliti dalam proses kegiatan belajar mengajar bagi anak tunarungu yaitu media cerita bergambar. Media cerita bergambar sebagian media pembelajaran memiliki beberapa kelebihan antara lain: bersifat visual, di mana anak tunarungu yang mengandalkan visualisasinya dalam belajar sehingga dapat mengembangkan daya ingat dan imajinasinya serta meningkatkan kemampuan menulis anak tunarungu,dapat memperjelas suatu masalah, serta mudah dalam penggunaannya.

Pelaksanaan penelitian tindakan di bagi dalam dua Siklus tindakan di mana setiap Siklus terdiri dari tiga kali pertemuan. Berdasarkan laporan penelitian tindakan di atas, maka pembahasannya adalah sebagai berikut :

Peningkatan kemampuan menulis anak tunarungu yang di capai dalam media cerita bergambar. Berikut ini deskripsi mengenai peningkatan kemampuan menulis yang diperoleh masing-masing subyek.


(4)

commit to user 1. Wy

Sebelum diberikan tindakan menulis kembali cerita sesuai cerita dalam media bergambar, berdasarkan hasil pre test, skor yang diperoleh Wy adalah 33 di mana skor tersebut menunjukkan pada persentase sebesar 41,25% dengan kategori cukup.

Setelah dilakukan tindakan penelitian Siklus I, selanjutnya dilakukan post test I, dari hasil post test I Wy terjadi peningkatan skor di mana skor yang diperoleh adalah sebesar 67 yang menunjukkan pada persentas sebesar 83,75% dengan kategori sangat baik.

Setelah tindakan penelitian Siklus I dilakukan selanjutnya pelaksanaan tindakan penelitian Siklus II dengan melakukan tindakan post test II yang menunjukkan hasil bahwa terjadi peningkatan skor pada Wy di mana total skor yang dicapai adalah 80 yang menunjukkan pada persentase 100% dengan kategori sangat baik.

Berdasarkan pembahasan tersebut, penelitian mengenai penggunaan media cerita bergambar untuk meningkatkan kemampuan menulis pada subyek Wy, peneliti menyatakan berhasil.

2. Fr

Berdasarkan hasil pre-test, skor yang diperoleh Fr adalah 34, di mana skor tersebut menunjukkan pada persentase sebesar 42,5% dengan kategori cukup.

Setelah dilakukan tindakan penelitian Siklus I selanjutnya post test I dari hasil pot test I Fr terjadi peningkatan skor di mana skor yang di peroleh adalah sebesar 66 yang menunjukkan pada persentase sebesar 82,5% dengan kategori sangat baik.

Setelah tindakan penelitian Siklus I dilakukan, selanjutnya pelaksanaan tindakan Siklus II, dengan melakukan tindakan Siklus II dengan melakukan tindakan posttest II yang menunjukkan hasil yaitu bahwa terjadi peningkatan skor pada Fr di mana total skor yang tercapai adalah 77 yang menunjukkan pada persentase 96,25% dengan kategori sangat baik.


(5)

commit to user

media cerita bergambar untuk meningkatkan kemampuan menulis pada subyek Fr, peneliti menyatakan berhasil.

Media cerita bergambar ini telah meningkatkan minat, perhatian anak dalam proses belajar mengajar, juga meningkatkan pemahaman anak pada materi yang disampaikan.

Penggunaan media cerita bergambar dalam penelitian ini telah meningkatkan kemampuan menulis anak tunarungu kelas D4 SLB-B YAAT Klaten, yaitu dari semula yang anak belum dapat menulis sebuah cerita berdasarkan pengalaman dan setelah dilakukan tindakan dengan menggunakan media cerita bergambar mereka dapat menulis sebuah cerita sederhana berdasarkan pengalaman. Dan mereka dapat menggunakan kemampuan menulis tersebut saat mereka ingin menuangkan pikiran, perasaan maupun pengalamannya kepada orang lain.

Hasil tulisan ini anak tunarungu juga akan memudahkan mereka berkomunikasi dengan orang lain. Selain itu, media cerita bergambar memudahkan anak tunarungu dalam menyusun urutan pengalaman, dan mempertajam daya tangkap mereka. Hal ini dapat terlihat pada kemampuannya untuk menulis sebuah cerita sederhana berdasarkan pengalaman sebagai hasil tindakan dengan menulis kembali cerita sesuai cerita dalam media cerita bergambar.


(6)

commit to user

BAB

V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan pada Bab IV, maka dalam penelitian ini dapat diambil kesimpulan bahwa :

Media cerita bergambar dapat meningkatkan kemampuan menulis anak tunarungu kelas D4 di SLB-B YAAT Klaten.

B. Saran

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang telah dilakukan, maka peneliti mengemukakan saran sebagai berikut :

1. Bagi Guru

Diharapkan media cerita bergambar ini dapat dijadikan sebagai salah satu media alternatif dalam pembelajaran bagi siswa tunarungu untuk meningkatkan kemampuan menulis, khususnya dalam menulis sebuah cerita sederhana.

2. Bagi Siswa

Siswa agar lebih banyak membaca bacaan cerita terutama cerita yang banyak gambarnya.

3. Bagi Peneliti Selanjutnya

Penelitian mengenai kemampuan menulis siswa Kelas D4 dapat dijadikan acuan untuk penelitian dengan tema yang serupa bagi anak berkebutuhan khusus.


Dokumen yang terkait

MENINGKATKAN KEMAMPUAN MENYUSUN STRUKTUR KALIMAT BERBASIS EYD MELALUI METODE MATERNAL REFLEKTIF BAGI ANAK TUNARUNGU DI KELAS D5 SLB B YAAT KLATEN TAHUN PELAJARAN 2008 2009

1 23 61

PENGGUNAAN MEDIA BUKU CERITA BERGAMBAR UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN MEMBACA PADA ANAK Penggunaan Media Buku Cerita Bergambar Untuk Meningkatkan Kemampuan Membaca Pada Anak Kelompok B Di Tk Pertiwi Glagah I Jatinom Klaten Tahun Ajaran 2012/2013.

1 2 15

PENDAHULUAN Penggunaan Media Buku Cerita Bergambar Untuk Meningkatkan Kemampuan Membaca Pada Anak Kelompok B Di Tk Pertiwi Glagah I Jatinom Klaten Tahun Ajaran 2012/2013.

0 0 8

NASKAH PUBLIKASI Penggunaan Media Buku Cerita Bergambar Untuk Meningkatkan Kemampuan Membaca Pada Anak Kelompok B Di Tk Pertiwi Glagah I Jatinom Klaten Tahun Ajaran 2012/2013.

0 0 19

PENERAPAN METODE PROBLEM SOLVING (PEMECAHAN MASALAH) DALAM MENINGKATKAN KEMAMPUAN MENYELESAIKAN MASALAH SOAL CERITA PENJUMLAHAN PADA ANAK TUNARUNGU KELAS D4 DI SLB BC SUKAMANDI : Penelitian Tindakan Kelas Pada Siswa Kelas D4 di SLB BC Sukamandi Kabupaten

0 3 34

PENGGUNAAN MEDIA KARTU KATA UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN MEMBACA PERMULAAN ANAK TUNARUNGU KELAS III DI SLB B-C FADHILAH.

2 7 24

PENGGUNAAN MEDIA CLAY UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN MENGENAL BANGUN DATAR PADA ANAK TUNARUNGU KELAS I DI SLB AZ-ZAKIYAH BANDUNG.

0 2 37

Upaya Meningkatkan Kemampuan Menulis Cerita Dengan Teknik Freewriting Melalui Media Dongeng Bagi Anak Tunarungu Kelas IX SLB-B YRTRW Surakarta Tahun Ajaran 2015/2016.

0 0 17

PENERAPAN PEMBELAJARAN MOTORIK UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN BINADIRI ANAK TUNAGRAHITA KELAS I SLB-B YAAT SURAKARTA TAHUN PEMBELAJARAN 2014/2015.

0 1 16

Penggunaan media komputer untuk meningkatkan perbendaharaan kata anak tunarungu wicara kelas D1-B SLB Negeri Salatiga

0 0 121