Studi Deskriptif Mengenai Self-Concept As a Learner Pada Mahasiswa Fakultas Psikologi Universitas "X" Bandung Yang Belum Menyelesaikan Studinya Lebih dari 10 Semester.
ABSTRAK
Penelitian ini dilaksanaka untuk memperoleh gambaran mengenai Self-concept as a Learner pada mahasiswa Fakultas Psikologi Universitas “X” di Bandung yang belum menyelesaikan studi lebih dari 10 semester.
Penelitian ini dilakukan dengan metode survei. Penelitian ini menggunakan teori konsep diri oleh Carl Roger(1961) dan self-concept as a learner dari Walter Waetjen (1967) yang menyatakan bahwa penghayatan individu mengenai dirinya sebagai seorang pelajar didasari oleh empat aspek yaitu motivation subsection, task orientation subsection, problem solving subsection, class membership subsection.
Alat ukur yang digunakan dalam penelitian ini adalah Self-Concept as a Learner Scale (SCAL) yang dibuat oleh Walter Waetjen (1967). Berdasarkan uji validitas alat ukur Self-Concept as a Learner Scale diperoleh nilai 0,369 sampai 0,665 dan rliabilitas sebesar 0,927 (reliabilitas sangat tinggi). Data yang diperoleh selanjutnya diolah dengan menggunakan distribusi frekuensi dan tabulasi silang antara data utama dengan data penunjang yaitu data pribadi (jenis kelamin, IPK, dan semester ke-), penghayatan mengenai pengaruh kegagalan akademik selain gagal lulus empat tahun terhadap perjalanan studi, penghayatan pengaruh kegagalan non-akademik terhadap perjalanan studi, penghayatan mengenai pengaruh pengalamana gagal lulus empat tahun terhadap keempat aspek self-concept as a learner penghayatan mengenai feedback dari significant others terhadap keempat aspek self-concept as a learner.
Dari hasil penelitian, diperoleh data bahwa lebih dari setengah responden (60%) memiliki self-concept as a learner yang positif sementara sisanya (40%) memiliki self-concept as a learner yang negatif.
Saran yang dijukan untuk peneliti selanjutnya adalah melakukan penelitian mengenai self-concept as a learner pada mahasiswa yang underachiever.
(2)
iv
Lembar Pengesahan ... i
Kata Pengantar ... ii
Daftar Isi ... iv
BAB I Pendahuluan 1.1 Latar Belakang Masalah ... 1
1.2 Identifikasi Masalah ... 7
1.3 Maksud dan Tujuan Penelitian 1.3.1 Maksud Penelitian ... 7
1.3.2 Tujuan Penelitian ... 7
1.4 Kegunaan Penelitian 1.4.1 Kegunaan Teoritis ... 8
1.4.2 Kegunaan Praktis ... 8
1.5 Kerangka Pemikiran ... 9
1.6 Asumsi ... 16
BAB II Tinjauan Pustaka 2.1 Konsep Diri 2.1.1 Definisi Konsep Diri ... 16
2.1.2 Perkembangan Konsep Diri ... 18
(3)
v
2.1.4 Dinamika Kepribadian ... 21
2.2 Konsep Diri Dalam Konteks Pendidikan 2.2.1 Konsep Diri dan Prestasi Akademik ... 24
2.2.2 Pengaruh Pengalaman dan Feedback Dari Significant Others Terhadap Konsep Diri ... 25
2.2.3 Dimensi Self-Concept as a Learner ... 28
2.3 Masa Dewasa Muda 2.3.1 Perkembangan Kognitif Masa Dewasa Muda ... 31
2.3.2 Tugas Perkembangan Masa Dewasa Muda ... 32
BAB III Metodologi Penelitian 3.1 Rancangan Penelitian ... 35
3.2 Variabel Penelitian, Definisi Konseptual, dan Definisi Operasional 3.2.1 Variabel Penelitian ... 35
3.2.2 Definisi Konseptual ... 36
3.2.3 Definisi Operasional ... 36
3.3. Alat Ukur 3.3.1 Kuesioner Self-Concept as Learner Scale ... 37
3.3.2 Prosedur Pengisian ... 39
3.3.3 Sistem Peniliaian ... 39
3.3.4 Kuesioner Data Pribadi dan Data Penunjang ... 40
3.3.5 Uji Coba Alat Ukur 3.3.5.1 Validitas Alat Ukur Self Concept As A Learner... 41
(4)
vi
3.4 Populasi Sasaran dan Teknik Penarikan Sampel
3.4.1 Populasi Sasaran ... 42
3.4.2 Karakteristik Populasi ... 42
3.4.3 Teknik Penarikan Sampel ... 42
3.5 Teknik Analisis ... 42
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Gambaran Sampel 4.1.1 Gambaran Responden Berdasarkan Jenis Kelamin ... 44
4.1.2 Gambaran Responden Berdasarkan Semester ... 45
4.1.3 Gambaran Responden Berdasarkan Tingkat IPK ... 45
4.2 Hasil Penelitian ... 46
4.3 Pembahasan Hasil Penelitian ... 47
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan ... 51
5.2 Saran ... 53
DAFTAR PUSTAKA DAFTAR RUJUKAN LAMPIRAN
(5)
vii
DAFTAR TABEL
Halaman
Tabel 1.1 Jumlah Mahasiswa yang Lulus Per Angkatan ... 3
Tabel 3.2 Tabel Kuesioner Self-Concept as a Learner ... 37
Tabel 3.3 Tabel Skor Item ... 39
Tabel 3.4 Tabel Skor Tiap Aspek ... 40
Tabel 4.1.1 Tabel Gambaran Responden Berdasarkan Jenis Kelamin ... 44
Tabel 4.1.2 Tabel Gambaran Responden Berdasarkan Semester ... 45
Tabel 4.1.3 Tabel Gambaran Responden Berdasarkan Tingkat IPK... 45
(6)
viii
Halaman
Bagan 1.1 Bagan Kerangka Pemikiran ... 15 Bagan 3.1 Bagan Tahapan Penelitian ... 35
(7)
ix
DAFTAR RUJUKAN
Anonymous. 2008. Unggul Dalam Ilmu Pengetahuan dan Budi Pekerti. www.unwiku.ac.id. 6 Oktober 2008
Amalia Prima Putri. 2007. Pendidikan Kebutuhan Primer. www.samanui.wordpress.com, 4 Oktober 2008.
(8)
x Lampiran 1 Alat Ukur
Lampiran 2 Validitas dan Reliabilitas Alat Ukur Lampiran 3 Jawaban Kuesioner
Lampiran 4 Derajat Self-Concept as a Learner
Lampiran 5 Crosstab Derajat Self-Concept as a Learner Dengan Data Penunjang
Lampiran 6 Alasan Pengahayatan Positif / Negatif Terhadap Feedback dan Pengalaman
(9)
(10)
Alat Ukur
DATA PRIBADI
Jenis Kelamin : Pria / Wanita IPK : ... Semester ke : ... DATA PENUNJANG
PENGALAMAN INDIVIDU
Jawablah pertanyaan berikut ini dengan cara melingkari pilihan jawaban yang paling sesuai dengan diri Anda (Anda boleh melingkari lebih dari satu pilihan jawaban), atau dengan melengkapi pernyataan yang tersedia.
1. Apakah pengalaman gagal akademik yang pernah Anda alami selama menjalani studi di perkuliahan selama ini, selain kegagaln lulus empat tahun?
a. Gagal lulus dalam mata kuliah.
b. Gagal meraih nilai tugas sesuai target yang telah dibuat. c. Gagal mencapai nilai ujian sesuai terget yang telah dibuat. d. Gagal meraih nilai IPK yang telah ditargetkan.
e. Gagal meraih target lama studi yang telah ditetapkan.
f. ...
2. Bagaimanakah pengaruh kegagalan akademik tersebut terhadap perjalanan studi Anda di Perguruan Tinggi?
a. Berpengaruh secara negatif.
Yaitu, ... b. Berpengaruh secara positif.
(11)
3. Kegagalan non-akademik apa sajakah yang pernah Anda alami?
A. ... Apakah hal tersebut berpengaruh terhadap perjalanan studi Anda?
a. Tidak.
b. Ya, berpengaruh secara negatif, yaitu ... c. Ya, berpengaruh secara positif, yaitu ... B. ... Apakah hal tersebut berpengaruh terhadap perjalanan studi Anda?
a. Tidak.
b. Ya, berpengaruh secara negatif, yaitu ... c. Ya, berpengaruh secara positif, yaitu ...
4. Menurut Anda bagaimanakah pengaruh pengalaman gagal lulus empat tahun terhadap motivasi Anda dalam menjalankan aktivitas kuliah untuk mencapai kelulusan? a. Memberikan pengaruh negatif.
Yaitu,... b. Memberikan pengaruh positif.
Yaitu,...
5. Menurut Anda bagaimanakah pengaruh pengalaman gagal lulus empat tahun terhadap penghayatan Anda mengenai kemampaun yang Anda miliki untuk terkofus pada tugas-tugas sebagai mahasiswa?
a. Memberikan pengaruh negatif.
Yaitu,... b. Memberikan pengaruh positif.
Yaitu,...
6. Menurut Anda bagaimanakah pengaruh pengalaman gagal lulus empat tahun terhadap pengahayatan Anda mengenai kemampuan yang Anda miliki untuk memecahkan masalah-masalah yang Anda hadapi di perkuliahan?
a. Memberikan pengaruh negatif.
Yaitu,... b. Memberikan pengaruh positif.
(12)
7. Menurut Anda bagaimanakah pengaruh pengalaman gagal lulus empat tahun terhadap penghayatan Anda mengenai kemampuan yang Anda miliki untuk beradaptasi dan menjadi bagaian dalam komunitas rekan mahasiswa lainnya selama menjalani perkuliahan?
a. Memberikan pengaruh negatif.
Yaitu,... b. Memberikan pengaruh positif.
Yaitu,...
UMPAN BALIK DARI SIGNIFICANT OTHERS
Dibalik lembar ini terdapat beberapa nomor pertanyaan dan setiap nomor pertanyaan terdiri dari beberapa tabel dengan pertanyaan tertentu juga, Anda diminta untuk menjawab dengan cara memberi tanda silang (X) pada salah satu pilihan jawaban yang paling sesuai dengan diri Anda. Selain itu Anda juga diminta untuk melengkapi bagian yang bertanda “titik-titik”, dengan jawaban yang bersifat memberikan penjelasan.
(13)
1.Bagaimanakah penghayatan Anda mengenai feedback (umpan balik) dari orang tua, dosen, teman-teman, pacar mengenai gagalnya lulus dalam waktu empat tahun terhadap motivasi Anda menjalankan perkuliahan dan mencapai kelulusan?
A. Orang Tua
a. Saya mengahayati feedback / umpan balik tersebut secara negatif. b. Saya menghayati feedback / umpan balik tersebut secara positif. Alasan:
... ...
B. Dosen
a. Saya mengahayati feedback / umpan balik tersebut secara negatif. b. Saya menghayati feedback / umpan balik tersebut secara positif. Alasan:
... ...
C. Teman-teman
a. Saya mengahayati feedback / umpan balik tersebut secara negatif. b. Saya menghayati feedback / umpan balik tersebut secara positif. Alasan:
... ...
D. Pacar
a. Saya mengahayati feedback / umpan balik tersebut secara negatif. b. Saya menghayati feedback / umpan balik tersebut secara positif. Alasan:
... ...
(14)
teman, pacar mengenai gagalnya lulus dalam waktu empat tahun terhadap pengahayatan Anda mengenai kemampuan yang Anda miliki untuk terkofus pada tugas-tugas yang ada di perkuliahan?
A. Orang Tua
a. Saya mengahayati feedback / umpan balik tersebut secara negatif. b.Saya menghayati feedback / umpan balik tersebut secara positif. Alasan:
... ...
B. Dosen
a. Saya mengahayati feedback / umpan balik tersebut secara negatif. b. Saya menghayati feedback / umpan balik tersebut secara positif. Alasan:
... ...
C. Teman-teman
a. Saya mengahayati feedback / umpan balik tersebut secara negatif. b. Saya menghayati feedback / umpan balik tersebut secara positif. Alasan:
... ...
D. Pacar
a. Saya mengahayati feedback / umpan balik tersebut secara negatif. b. Saya menghayati feedback / umpan balik tersebut secara positif. Alasan:
... ...
(15)
3. Bagaimanakah pengaruh feedback (umpan balik) dari orang tua, dosen, teman-teman, pacar mengenai gagalnya lulus dalam waktu empat tahun terhadap pengahayatan Anda mengenai kemampuan intelektual dalam memecahkan masalah-masalah yang Anda hadapi di perkuliahan?
A. Orang Tua
a. Saya mengahayati feedback / umpan balik tersebut secara negatif. b. Saya menghayati feedback / umpan balik tersebut secara positif. Alasan:
... ...
B. Dosen
a. Saya mengahayati feedback / umpan balik tersebut secara negatif. b. Saya menghayati feedback / umpan balik tersebut secara positif. Alasan:
... ...
C. Teman-teman
a. Saya mengahayati feedback / umpan balik tersebut secara negatif. b. Saya menghayati feedback / umpan balik tersebut secara positif. Alasan:
... ...
D. Pacar
a. Saya mengahayati feedback / umpan balik tersebut secara negatif. b. Saya menghayati feedback / umpan balik tersebut secara positif. Alasan:
... ...
(16)
teman, pacar mengenai gagalnya meraih target lama studi terhadap pengahayatan Anda mengenai kemampuan yang Anda miliki untuk beradapatasi dan menjadi bagaian dalam komunitas rekan mahasiswa lainnya selama menjalani perkuliahan?
A. Orang Tua
a. Saya mengahayati feedback / umpan balik tersebut secara negatif. b. Saya menghayati feedback / umpan balik tersebut secara positif. Alasan:
... ...
B. Dosen
a. Saya mengahayati feedback / umpan balik tersebut secara negatif. b. Saya menghayati feedback / umpan balik tersebut secara positif. Alasan:
... ...
C. Teman-teman
a. Saya mengahayati feedback / umpan balik tersebut secara negatif. b. Saya menghayati feedback / umpan balik tersebut secara positif. Alasan:
... ...
D. Pacar
a. Saya mengahayati feedback / umpan balik tersebut secara negatif. b. Saya menghayati feedback / umpan balik tersebut secara positif. Alasan:
... ...
(17)
Pernyataan di bawah ini adalah untuk membantu Anda mendeskripsikan diri Anda dalam konteks bidang akademis. Anda dimohon untuk menjawab setiap pernyataan sesuai dengan diri Anda. Bacalah setiap pernyataan dengan hati-hati, kemudian berilah silang (X) pada kolom yang paling sesuai dengan jawaban Anda;
SS (Sangat Sesuai), S (Sesuai), CS (Cukup Sesuai), TS (Tidak Sesuai), STS (Sangat Tidak Sesuai).
No PERNYATAAN SS S CS TS STS
1 Saya biasanya merasa antusias ketika mengikuti kuliah.
2
Saya merasa semangat melakukan usaha untuk berubah ketika menyadari telah melakukan kesalahan.
3 Saya menyelesaikan pekerjaan saya tetapi tidak melakukan lebih dari yang diminta.
4 Saya mudah merasa patah semangat di perkuliahan. 5 Saya mudah menyerah dalam mengerjakan tugas
perkuliahan.
6 Saya melakukan sesuatu tanpa harus berulang kali diminta.
7 Saya menyukai tugas kuliah yang memberikan tanggung jawab pada Saya.
8 Saya senang memulai pekerjaan yang baru. 9 Saya puas dengan kemampuan yang Saya miliki
untuk berbicara di depan kelas.
10 Saya mampu menyelesaikan tugas sebelum batas waktu yang ditentukan.
11 Saya merasa tidak mampu membuat prioritas tugas kuliah yang harus dikerjakan lebih dulu.
12 Saya menyerah jika tidak mampu memahami sesuatu yang berkaitan dengan perkuliahan.
13 Saya mencoba untuk berhati-hati dalam mengerjakan tugas.
(18)
14 Saya merasa tegang ketika Saya diminta untuk tampil di depan kelas.
15 Saya mengerjakan sesuatu tanpa mempertimbangkan dengan lebih matang.
16 Saya bermasalah dalam menentukan hal apa yang harus didahulukan atau diprioritaskan.
17 Saya sulit dalam mengingat berbagai hal. 18 Saya berpikir dengan jernih mengenai tugas
perkuliahan.
19 Saya tidak mampu mengungkapkan ide-ide ke dalam tulisan.
20 Saya dapat menyebutkan perbedaan-perbedaan antara hal yang penting dan tidak penting dalam pelajaran. 21 Saya mempunyai kemampuan yang kurang dalam
mengerjakan ujian dan tugas-tugas kuliah.
22 Saya mampu mengatasi masalah dalam mengerjakan tugas-tugas perkuliahan.
23 Saya tidak memahami masalah apa yang sedang terjadi di dalam kelas.
24 Saya memecahkan masalah dengan cukup mudah. 25 Saya dapat menyelesaikan masalah untuk diri sendiri. 26 Saya mudah mencapai peringkat yang baik.
27 Saya mengetahui jawaban sebelum teman sekelas yang lain mengetahuinya.
28 Saya biasanya dapat mengerti arti dari saran orang lain.
29 Saya mudah menyesuaikan diri dengan teman-teman sekelas.
30 Saya menikmati menjadi bagian kelas tanpa harus menjadi pemimpin.
31 Saya mengambil partisipasi secara aktif dalam tugas dan kegiatan belajar.
(19)
No PERNYATAAN SS S CS TS STS
32 Saya mencoba untuk bersikap adil dengan teman-teman sekelas.
33 Saya mencoba untuk memahami sudut pandang orang lain.
34 Saya seorang yang penting bagi teman-teman sekelas Saya.
35 Teman-teman sekelas tidak yakin atau tidak percaya terhadap Saya.
36 Saya tidak tertarik dengan apa yang dilakukan oleh teman-teman sekelas Saya.
37 Sulit bagi Saya untuk dapat berbicara dengan teman-teman sekelas Saya.
(20)
Validitas Alat Ukur
No Item Validitas Kesimpulan
1 0,607 Dipakai
2 0,401 Dipakai
3 0,369 Dipakai
4 0,586 Dipakai
5 0,665 Dipakai
6 0,430 Dipakai
7 0,438 Dipakai
8 0,445 Dipakai
9 0,439 Dipakai
10 0,425 Dipakai
11 0,529 Dipakai
12 0,646 Dipakai
13 0,422 Dipakai
14 0,426 Dipakai
15 0,595 Dipakai
16 0,566 Dipakai
17 0,391 Dipakai
18 0,537 Dipakai
19 0,597 Dipakai
20 0,547 Dipakai
21 0,458 Dipakai
22 0,563 Dipakai
23 0,391 Dipakai
24 0,555 Dipakai
25 0,305 Dipakai
(21)
27 0,483 Dipakai
28 0,382 Dipakai
29 0,427 Dipakai
30 0,424 Dipakai
31 0,562 Dipakai
32 0,453 Dipakai
33 0,308 Dipakai
34 0,527 Dipakai
35 0,351 Dipakai
36 0,414 Dipakai
37 0,384 Dipakai
Reliabilitas Alat Ukur Alpha Cronbach = 0,927
(22)
(23)
Lampiran 4
Derajat Self-concept as a learner
Responden Total
(Derajat
Self-concept as a Learner)
Aspek 1 (Derajat
Motivation Subsection)
Aspek 2 (Derajat
Task Orientation Subsection)
Aspek 3 (Derajat
Problem Solving Subsection)
Aspek 4 (Derajat Class
membership Subsection)
1 Tinggi Tinggi Tinggi Rendah Tinggi
2 Rendah Rendah Rendah Tinggi Rendah
3 Tinggi Rendah Tinggi Rendah Tinggi
4 Rendah Rendah Rendah Rendah Tinggi
5 Tinggi Tinggi Tinggi Tinggi Tinggi
6 Rendah Rendah Rendah Tinggi Tinggi
7 Rendah Rendah Rendah Rendah Tinggi
8 Rendah Rendah Rendah Rendah Rendah
9 Tinggi Tinggi Tinggi Tinggi Tinggi
10 Tinggi Tinggi Tinggi Tinggi Tinggi
(24)
12 Tinggi Tinggi Tinggi Tinggi
13 Rendah Rendah Rendah Rendah Rendah
14 Rendah Rendah Rendah Rendah Tinggi
15 Tinggi Rendah Tinggi Tinggi Rendah
16 Rendah Rendah Rendah Rendah Tinggi
17 Rendah Rendah Rendah Rendah Tinggi
18 Tinggi Tinggi Tinggi Tinggi Tinggi
19 Tinggi Tinggi Tinggi Tinggi Rendah
20 Tinggi Tinggi Tinggi Tinggi Tinggi
21 Rendah Rendah Rendah Rendah Tinggi
22 Rendah Rendah Tinggi Rendah Rendah
23 Rendah Rendah Rendah Rendah Rendah
24 Rendah Rendah Rendah Rendah Rendah
(25)
26 Tinggi Tinggi Tinggi Tinggi Tinggi
27 Rendah Rendah Tinggi Rendah Rendah
28 Rendah Rendah Tinggi Tinggi Rendah
29 Rendah Rendah Rendah Rendah Tinggi
30 Tinggi Tinggi Tinggi Tinggi Rendah
31 Tinggi Tinggi Tinggi Tinggi Tinggi
32 Tinggi Tinggi Tinggi Tinggi Tinggi
33 Rendah Rendah Tinggi Rendah Tinggi
34 Tinggi Rendah Tinggi Tinggi Rendah
35 Rendah Rendah Tinggi Rendah Rendah
36 Tinggi Tinggi Tinggi Tinggi Rendah
37 Rendah Tinggi Rendah Rendah Tinggi
38 Tinggi Tinggi Tinggi Tinggi Tinggi
(26)
40 Rendah Tinggi Tinggi Tinggi
41 Tinggi Tinggi Tinggi Tinggi Tinggi
42 Tinggi Rendah Tinggi Tinggi Rendah
43 Tinggi Tinggi Tinggi Tinggi Tinggi
44 Tinggi Tinggi Tinggi Tinggi Tinggi
45 Rendah Tinggi Tinggi Tinggi Rendah
46 Rendah Rendah Rendah Rendah Tinggi
47 Tinggi Tinggi Tinggi Tinggi Tinggi
48 Tinggi Rendah Tinggi Tinggi Tinggi
49 Rendah Rendah Tinggi Rendah Tinggi
50 Tinggi Rendah Tinggi Tinggi Tinggi
51 Tinggi Tinggi Tinggi Tinggi Rendah
52 Tinggi Tinggi Tinggi Tinggi Tinggi
(27)
54 Tinggi Tinggi Tinggi Tinggi Tinggi
55 Tinggi Tinggi Rendah Tinggi Tinggi
56 Tinggi Tinggi Tinggi Rendah Tinggi
57 Tinggi Rendah Rendah Tinggi Tinggi
58 Tinggi Rendah Tinggi Tinggi Tinggi
59 Rendah Rendah Rendah Rendah Tinggi
(28)
A. Crosstab Derajat Self-Concept as a Learner Dengan Data Pribadi
Tabel 5
Gender
Derajat
Self-concept as a learner Total Tinggi Rendah
Laki-laki 8 (50%) 8 (50%) 16 (100%) 16 (26,7%) Perempuan 28 (63,6%) 16 (36,4%) 44 (100%) 44 (73,3%) Total 36 (60%) 24 (40%) 60 (100%) 60 (100%)
Tabel 6
Semester
Derajat
Self-concept as a learner Total Ke- 11 Ke- 13
Tinggi 20 (60,6%) 13 (39,4%) 33 (100%) 33 (55%) Rendah 16 (59,3%) 11 (40,7%) 27 (100%) 27 (45%) Total 36 (60%) 24 (40%) 60 (100%) 60 (100%)
Tabel 7
IPK
Derajat
Self-concept as a learner Total Tinggi Rendah
≤ 1,5 0 (0%) 1 (100%) 1 (100%) 1 (1,7%)
1,5 – 1,99 0 (0%) 0 (0%) 0 (100%) 0 (0%)
2,00 – 2,49 17 (56,7%) 13 (43,3%) 30 (100%) 30 (50%) 2,5 – 2,99 15 (62,5%) 9 (37,5%) 24 (100%) 24 (40%)
≥ 3,00 4 (80%) 1 (20%) 5 (100%) 5 (8,3%)
Total 36 (60%) 24 (40%) 60 (100%) 60 (100%)
(29)
B. Crosstab Derajat Self-concept as a Learner Dengan Aspek-aspek Self- concept as a Learner
Tabel 8
Motivation Subsection
Derajat
Self-concept as a learner Total Tinggi Rendah
Positif 23 (88,5%) 3 (11,5%) 26 (100%) 26 (43,3%) Negatif 13 (38,2%) 21(61,8%) 34 (100%) 34 (56,7%)
Total 36 (60%) 24 (40%) 60 (100%) 60 (100%)
Tabel 9
Task-orientation subsection
Derajat
Self-concept as a learner Total Tinggi Rendah
Positif 34 (82,9%) 7 (17,1%) 41 (100%) 41 (68,3%) Negatif 2 (10,5%) 17 (89,5%) 19 (100%) 19 (31,7%) Total 36 (60%) 24 (40%) 60 (100%) 60 (100%)
Tabel 10
Problem solving subsection
Derajat
Self-concept as a learner Total Tinggi Rendah
Positif 32 (88,9%) 4 (11,1%) 36 (100%) 36 (60%) Negatif 4 (16,7%) 20(83,3%) 24 (100%) 24 (40%) Total 36 (60%) 24 (40%) 60 (100%) 60 (100%)
Tabel 11
Class-membership subsection
Derajat
Self-concept as a learner Total Tinggi Rendah
Positif 29 (69%) 13 (31%) 42 (100%) 42 (70%) Negatif 7 (38,9%) 11 (61,1%) 18 (100%) 18 (30%) Total 36 (60%) 24 (40%) 60 (100%) 60 (100%)
(30)
C.
Pengaruh Feedback Dari Orang Tua
Tabel 12
Penghayatan feedback orang tua terhadap motivation subsection
Derajat Self-concept as a
learner Total
Tinggi Rendah
Positif 24 (77,4%) 7 (22,6%) 31 (100%) 31(51,7%) Negatif 12 (41,4%) 17(58,6%) 29 (100%) 29(48,3%) Total 36 (60%) 24 (40%) 60 (100%) 60 (100%)
Tabel 13
Penghayatan feedback orang tua terhadap
Task-orientation subsection
Derajat Self-concept as a
learner Total
Tinggi Rendah
Positif 26(76,5%) 8 (23,5%) 34 (100%) 34 (56,7%) Negatif 10(38,5%) 16(61,5%) 26 (100%) 26 (43,3%) Total 36 (60%) 24 (40%) 60 (100%) 60 (100%)
Tabel 14
Penghayatan feedback orang tua terhadap
Problem solving subsection
Derajat Self-concept as a
learner Total
Tinggi Rendah
Positif 28(68,3%) 13(31,7%) 41 (100%) 41(68,3%) Negatif 8 (42,1%) 11(57,9%) 19 (100%) 19(31,7%) Total 36 (60%) 24 (40%) 60 (100%) 60 (100%)
Tabel 15
Penghayatan feedback orang tua terhadap
Class membership subsection
Derajat
Self-concept as a learner
Total Tinggi Rendah
Positif 25(59,5%) 17 (40,5%) 42 (100%) 42 (70%) Negatif 11(61,1%) 7 (38,9%) 18 (100%) 18 (30%) Total 36 (60%) 24 (40%) 60 (100%) 60 (100%)
(31)
D. Crosstab Derajat Self-Concept as a Learner Dengan Penghayatan Pengaruh Feedback Dari Dosen
Tabel 16
Penghayatan feedback dosen terhadap motivation subsection
Derajat
Self-concept as a learner Total Tinggi Rendah
Positif 22 (61,1%) 14 (38,9%) 36(100%) 36(60%) Negatif 14 (58,3%) 10 (41,7%) 24 (100%) 24 (40%)
Total 36 (60%) 24 (40%) 60 (100%) 60 (100%)
Tabel 17 Penghayatan feedback dosen terhadap Task-orientation subsection Derajat
Self-concept as a learner
Total Tinggi Rendah
Positif 27 (67,5%) 13 (32,5%) 40 (100%) 40(66,7%) Negatif 9(45%) 11 (55%) 20 (100%) 20(33,3%) Total 36 (60%) 24 (40%) 60 (100%) 60 (100%)
Tabel 18 Penghayatan feedback dosen terhadap Problem solving subsection Derajat
Self-concept as a learner
Total Tinggi Rendah
Positif 26 (68,4%) 12 (31,6%) 38 (100%) 38(63,3%) Negatif 10 (45,5%) 12 (54,5%) 22 (100%) 22(36,7%) Total 36 (60%) 24 (40%) 60 (100%) 60 (100%)
Tabel 19 Penghayatan feedback dosen terhadap Class membership subsection Derajat
Self-concept as a learner
Total Tinggi Rendah
Positif 30 (57,7%) 22 (42,3%) 52 (100%) 52 (86,7%) Negatif 6 (75%) 2 (25%) 8 (100%) 8 (13,3%)
(32)
Pengaruh Feedback Dari Teman Tabel 20 Penghayatan feedback teman terhadap motivation subsection Derajat
Self-concept as a learner Total Tinggi Rendah
Positif 33 (67,3%) 16 (32,7%) 49 (100%) 49 (81,7%) Negatif 3 (27,3%) 8 (72,7%) 11 (100%) 11 (18,3%) Total 36 (60%) 24 (40%) 60 (100%) 60 (100%)
Tabel 21 Penghayatan feedback teman terhadap Task-orientation subsection Derajat
Self-concept as a learner
Total Tinggi Rendah
Positif 27 (65,9%) 14 (34,1%) 41 (100%) 41 (68,3%) Negatif 9 (47,4%) 10 (52,6%) 19 (100%) 19 (31,7%) Total 36 (60%) 24 (40%) 60 (100%) 60 (100%)
Tabel 22 Penghayatan feedback teman terhadap Problem solving subsection Derajat
Self-concept as a learner
Total Tinggi Rendah
Positif 31(66%) 16 (34%) 47 (100%) 47(78,3%) Negatif 5 (38,5%) 8 (61,5%) 13 (100%) 13(21,7%) Total 36 (60%) 24 (40%) 60 (100%) 60 (100%)
Tabel 23 Penghayatan feedback teman terhadap Class membership subsection Derajat
Self-concept as a learner
Total Tinggi Rendah
Positif 30 (62,5%) 18 (37,5%) 48 (100%) 48 (80%) Negatif 6 (50%) 6 (50%) 12 (100%) 12 (20%) Total 36 (60%) 24 (40%) 60(100%) 60 (100%)
(33)
F. Crosstab Derajat Self-Concept as a Learner Dengan Penghayatan Pengaruh Feedback Dari Pacar
Tabel 24
Penghayatan feedback pacar terhadap motivation subsection
Derajat
Self-concept as a learner Total Tinggi Rendah
Positif 21 (67,7%) 10 (32,3%) 31(100%) 31(51,7%) Negatif 6 (42,9%) 8 (57,1%) 14(100%) 14(23,3%) Tidak punya pacar 9 (60%) 6 (40%) 15(100%) 15(25%)
Total 36 (60%) 24 (40%) 60(100%) 60(100%)
Tabel 25 Penghayatan feedback pacar terhadap Task-orientation subsection Derajat
Self-concept as a learner
Total Tinggi Rendah
Positif 23 (59%) 16 (41,6%) 39 (100%) 39 (65%) Negatif 4 (66,7%) 2 (33,3%) 6 (100%) 6 (10%) Tidak punya pacar 9 (60%) 6 (40%) 15 (100%) 15 (25%)
Total 36 (60%) 24 (40%) 60 (100%) 60 (100%)
Tabel 26 Penghayatan feedback pacar terhadap Problem solving subsection Derajat
Self-concept as a learner
Total Tinggi Rendah
Positif 24 (63,2%) 14 (36,8%) 38 (100%) 38 (68,3%) Negatif 3 (42,9%) 4 (57,1%) 7 (100%) 7 (11,7%) Tidak punya pacar 9 (60%) 6 (40%) 15 (100%) 15 (25%) Total 36 (60%) 24 (40%) 60 (100%) 60 (100%)
(34)
Penghayatan feedback pacar terhadap Class membership
subsection
Derajat
Self-concept as a learner
Total Tinggi Rendah
Positif 25 (61%) 16 (39%) 41 (100%) 41 (68,3%) Negatif 2 (50%) 2 (50%) 4 (100%) 4 (6,7%) Tdak punya pacar 9 (60%) 6 (40%) 15 (100%) 15 (25%)
Total 36 (60%) 24 (40%) 60 (100%) 60 (100%)
G. Crosstab Derajat Self-Concept as a Learner Dengan Penghayatan Pengalaman Kuliah Lebih Dari 10 Semester
Tabel 28
Penghayatan pengalaman terhadap
motivation subsection
Derajat
Self-concept as a learner Total Tinggi Rendah
Positif 19 (73,1%) 7 (26,9%) 26 (100%) 26 (43,3%) Negatif 17 (50%) 17 (50%) 34 (100%) 34 (56,7%) Total 36 (60%) 24 (40%) 60 (100%) 60 (100%)
Tabel 29 Penghayatan pengalaman terhadap Task-orientation subsection Derajat
Self-concept as a learner
Total Tinggi Rendah
Positif 17 (68%) 8 (32%) 25 (100%) 25 (41,7%) Negatif 19(54,3%) 16(45,7%) 35 (100%) 35 (100%) Total 36 (60%) 24 (40%) 60 (100%) 60 (100%)
Tabel 30 Penghayatan pengalaman terhadap Problem solving subsection Derajat
Self-concept as a learner
Total Tinggi Rendah
Positif 22 (66,7%) 11(33,3%) 33 (100%) 33 (55%) Negatif 14 (51,9%) 13(48,1%) 27 (100%) 27 (45%) Total 36 (60%) 24 (40%) 60 (100%) 60 (25%)
(35)
Tabel 31
Penghayatan pengalaman mengenai
kuliah lebih dari 10 semester terhadap
Class membership subsection
Derajat
Self-concept as a learner
Total Tinggi Rendah
Positif 25 (73,5%) 9 (26,5%) 34 (100%) 34 (56,7%) Negatif 11 (42,3%) 15 (57,7%) 26 (100%) 26 (43,3%) Total 36 (60%) 24 (40%) 60 (100%) 60 (100%)
H. Crosstab Derajat Self-Concept as a Learner Dengan Penghayatan Pengalaman Gagal Akademik (selain kegagalan lulus tepat waktu)
Tabel 32 Penghayatan pengalaman gagal akademik yang berpengaruh pada studi Derajat
Self-concept as a learner
Total Tinggi Rendah
Positif 14 (87,5%) 2 (12,5%) 16 (100%) 16 (26,7%) Negatif 22 (50%) 22 (50%) 44(100%) 44(73,3%) Total 36 (60%) 24 (40%) 60 (100%) 60 (100%)
I. Crosstab Derajat Self-Concept as a Learner Dengan Penghayatan Pengalaman Gagal Non-akademik
Tabel 33 Penghayatan pengalaman gagal non-akademik yang berpengaruh pada studi Derajat
Self-concept as a learner
Total Tinggi Rendah
Positif 2 (40%) 3 (60%) 5 (100%) 5 (8,3%) Negatif 5 (50%) 5 (50%) 10 (100%) 10 (16,7%) Tidak ada 29 (64,4%) 16 (35,6%) 45 (100%) 45 (75%)
(36)
E. Alasan-alasan Penghayatan Positif / Negatif Pengaruh Feedback Dari Orang Tua
Tabel 12.1
Alasan Penghayatan Positif Pengaruh Feedback Dari Orang Tua Tentang Kegagalan Lulus 4 Tahun Terhadap Motivation Subsection
1.
Membuat saya semakin termotivasi karena feedback yang mereka berikan berupa dukungan yang membuat saya semangat.
17 54,8%
2. Feedback yang mereka berikan menyadarkan
saya bahwa mereka perhatian pada saya. 7 22,6%
3.
Mereka memberi dukungan pada saya berupa informasi-informasi yang bisa membuat saya termotivasi untuk lulus.
7 22,6%
(37)
Tabel 12.2
Alasan Penghayatan Negatif Pengaruh Feedback Dari Orang Tua Tentang Kegagalan Lulus 4 Tahun Terhadap Motivation Subsection
1.
Komentar orang tua membuat saya merasa bahwa mereka tidak memahami kesulitan yang saya alami di perkuliahan.
4 13,8%
2. Feedback yang mereka berikan membuat saya
merasa tertekan dan merasa “down”. 12 41,4% 3. Mereka selalu menyalahkan saya atas tertundanya
kelulusan sehingga saya menjadi malas. 6 20,7%
4.
Feedback yang mereka berikan membuat saya merasa khawatir akan masa depan karena usia saya sudah tidak muda lagi dan saya merasa tidak berdaya tidak bisa mengubah waktu.
7 24,1%
TABEL 29 100%
Tabel 13.1
Alasan Penghayatan Positif Pengaruh Feedback Dari Orang Tua Tentang Kegagalan Lulus 4 Tahun Terhadap
Task Orientation Subsection
1.
Feedback yang mereka berikan membuat saya merasa bahwa mereka mengetahui kemampuan saya dan menghargainya.
9 26,5%
2.
Feedback yang mereka berikan membuat saya merasa lebih bersemangat untuk bisa fokus mengerjakan tugas-tugas perkuliahan dengan lebih baik.
16 47%
3. Feedback yang mereka berikan membuat hati saya lebih
tenang, sehingga bisa fokus. 4 11,8%
4. Mereka menyediakan fasilitas-fasilitas yang dapat
(38)
TOTAL 34 100%
Tabel 13.2
Alasan Penghayatan Negatif Pengaruh Feedback Dari Orang Tua Tentang Kegagalan Lulus 4 Tahun Terhadap
Task Orientation Subsection
1. Saya merasa ditekan untuk segera lulus. 6 23,1% 2. Membuat saya merasa lelah dikomentari terus. 8 30,7% 3. Feedback yang mereka berikan Membuat saya
semakin merasa tidak mampu. 6 23,1%
4. Feedback yang mereka berikan membuat saya
merasa “down” telah mengecewakan orang tua. 6 23,1%
TOTAL 26 100%
Tabel 14.1
Alasan Penghayatan Positif Pengaruh Feedback Dari Orang Tua Tentang Kegagalan Lulus 4 Tahun Terhadap
Problem Solving Subsection 1. Orang tua mempercayai kemampuan saya sehingga
saya percaya diri. 19 46,3%
2.
Mereka membagikan pengalaman dan memberikan masukan yang membuat saya merasa lebih matang dalam mengampil keputusan.
7 17,1%
3. Mereka memotivasi saya untuk mingkatkan
kemampuan dalam menyelesaikan masalah. 15 36,6%
(39)
Tabel 14.2
Alasan Penghayatan Negatif Pengaruh Feedback Dari Orang Tua Tentang Kegagalan Lulus 4 Tahun Terhadap
Problem Solving Subsection
1.
Feedback yang mereka berikan membuat saya merasa bersalah dan merasa tidak berguna karena belum juga lulus.
7 36,8%
2.
Feedback yang mereka berikan membuat saya merasa bodoh karena selalu dibandingkan dengan mereka yang sudah lulus.
6 31,6%
3.
Feedback yang mereka berikan membuat saya menjadi semakin tidak peduli karena mereka hanya bisa berkomentar padahal tidak memahami masalah yang saya hadapi.
6 31,6%
TOTAL 19 100%
Tabel 15.1
Alasan Penghayatan Positif Pengaruh Feedback Dari Orang Tua Tentang Kegagalan Lulus 4 Tahun Terhadap
Class Membership Subsection 1. Mereka tidak mempermasalahkan hal ini karena
percaya dengan bagaimana saya bergaul di kuliah. 24 57,2%
2.
Feedback yang mereka berikan membuat saya merasa memiliki kemampuan yang cukup baik dalam beradaptasi dan orang tua mengetahui hal itu.
14 33,3%
3.
Orang tua mendukung saya untuk tetap nyaman dengan lingkungan kampus sekalipun saya termasuk senior “angkatan tua.”
4 9,5%
(40)
Alasan Penghayatan Negatif Pengaruh Feedback Dari Orang Tua Tentang Kegagalan Lulus 4 Tahun Terhadap
Class Membership Subsection 1. Orang tua menyalahkan saya karena terlalu banyak
kegiatan bersama teman kampus. 4 22,2%
2.
Orang tua selalu menilai saya tidak cukup mampu bergaul dengan teman atau dosen , padahal saya sudah berusaha.
8 44,4%
3. Saya merasa minder karena sering dibandingkan
dengan teman yang sudah lulus. 6 33,4%
TOTAL 18 100%
F. Alasan-alasan Penghayatan Positif / Negatif Pengaruh Feedback Dari Dosen
Tabel 16.1
Alasan Penghayatan Positif Pengaruh Feedback Dari Dosen Tentang Kegagalan Lulus 4 Tahun Terhadap Motivation Subsection 1. Mereka sangat membantu dengan memberikan
informasi dan membagikan pengalaman. 8 22,2% 2. Mereka memberi semangat yang membuat saya
termotivasi segera menyelesaikan kuliah. 9 25%
3.
Feedback yang mereka berikan menunjukkan bahwa mereka perhatian pada saya dan ingin saya
mengalami kemajuan.
13 36,1%
4. Feedback yang mereka berikan menunjukkan bahwa
mereka lebih memahami kesulitan yang saya alami. 6 16,7%
TOTAL 36 100%
(41)
Tabel 16.2
Alasan Penghayatan Negatif Pengaruh Feedback Dari Dosen Tentang Kegagalan Lulus 4 Tahun Terhadap Motivation Subsection 1. Terkadang saat di kelas saya merasa tersindir dan
malu sebagai senior. 4 16,6%
2. Feedback yang diberikan dosen membuat saya
merasa dipandang “jelek” oleh para dosen. 10 41,7% 3. Saya merasa malas dalam perkuliahan karena merasa
tidak bisa memahami tuntutan dari para dosen. 10 41,7%
TOTAL 24 100%
Tabel 17.1
Alasan Penghayatan Positif Pengaruh Feedback Dari Dosen Tentang Kegagalan Lulus 4 Tahun Terhadap
Task Orientation Subsection 1. Dosen selalu mengingatkan saya untuk lebih disiplin
dan fokus pada kuliah. 11 27,5%
2. Feedback yang diberikan dosen membuat saya ingin
jadi lebih baik dalam studi. 10 25%
3. Memberi koreksi dan masukan yang membangun
yang membantu saya untuk fokus pada kuliah. 8 20% 4. Para dosen mempuat saya percaya diri sengan
kemampuan saya. 11 27,5%
(42)
Tabel 17.2
Alasan Penghayatan Negatif Pengaruh Feedback Dari Dosen Tentang Kegagalan Lulus 4 Tahun Terhadap
Task Orientation Subsection
1.
Feedback yang mereka berikan membuat saya merasa “down” karena tidak mampu mengerjakan tugas-tugas.
9 45%
2. Saya merasa para dosen kecewa pada saya dan
beranggapan jelek tentang saya 6 30%
3. Feedback yang mereka berikan membuat saya
merasa tertekan. 5 25%
TOTAL 20 100%
Tabel 18.1
Alasan Penghayatan Positif Pengaruh Feedback Dari Dosen Tentang Kegagalan Lulus 4 Tahun Terhadap
Problem Solving Subsection
1.
Memberikan masukan yang membangun sehingga membuat saya percaya diri dengan kemampuan saya.
19 50%
2.
Mereka membantu dengan menyediakan waktu untuk “share” dan diskusi mengenai masalah studi yang saya hadapi, mereka memahami saya.
10 26,3%
3.
Feedback yang mereka berikan menunjukkan bahwa mereka memahami kemampuan yang saya miliki.
9 23,7%
(43)
Tabel 18.2
Alasan Penghayatan Negatif Pengaruh Feedback Dari Dosen Tentang Kegagalan Lulus 4 Tahun Terhadap
Problem Solving Subsection
1. Saya merasa para dosen menganggap saya bodoh. 8 36,4%
2.
Saya tidak mampu menyesuaikan dengan tuntutan dosen dalam perkulihan sehingga saya merasa tertekan.
10 45,4%
3.
Feedback yang mereka berikan membuat saya merasa bosan sehingga saya kurang peduli dengan masalah yang saya hadapi di perkuliahan.
4 18,2%
TOTAL 22 100%
Tabel 19.1
Alasan Penghayatan Positif Pengaruh Feedback Dari Dosen Tentang Kegagalan Lulus 4 Tahun Terhadap
Class Membership Subsection 1. Memotivasi saya untuk bergaul dengan angkatan
bawah supaya dapat membantu dalam belajar. 13 24,5%
2.
Feedback yang mereka berikan menunjukkan bahwa mereka memahami kemampuan saya dalam
beradaptasi di lingkungan perkuliahan.
22 41,5%
3.
Feedback yang mereka berikan membantu saya memiliki pikiran positif untuk belajar beradaptasi dengan lingkungan kelas yang mayoritas junior.
13 24,5%
4.
Memfasilitasi kegiatan belajar dibagi ke dalam
kelompok sehingga membantu saya beradaptsi dengan mahasiswa lainnya.
5 9,5%
(44)
Tabel 19.2
Alasan Penghayatan Negatif Pengaruh Feedback Dari Dosen Tentang Kegagalan Lulus 4 Tahun Terhadap
Class Membership Subsection 1. Saya merasa tersindir dan dibanding-bandingakan
dengan mahasiswa junior. 6 75%
2. Feedback yang mereka berikan membuat saya merasa
malu menjadi angkatan yang minoritas. 2 25%
TOTAL 8 100%
G. Alasan-alasan Penghayatan Positif / Negatif Pengaruh Feedback Dari Teman
Tabel 20.1
Alasan Penghayatan Positif Pengaruh Feedback Dari Teman Tentang Kegagalan Lulus 4 Tahun Terhadap Motivation Subsection 1. Mereka memberikan dukungan yang membuat saya
semangat untuk segera lulus. 17 34,7%
2. Mereka memahami kesulitan dan perjuangan saya,
saya merasa dihargai. 9 18,3%
3.
Mereka membantu saya dalam perkuliahan ketika ada kesulitan dalam perkuliahan sehingga saya lebih semangat menghadapinya.
12 24,6%
4. Melihat teman-teman yang sudah lulus dan berhasil
dalam studi, menginspirasi dan memotivasi saya. 11 22,4%
(45)
Tabel 20.2
Alasan Penghayatan Negatif Pengaruh Feedback Dari Teman Tentang Kegagalan Lulus 4 Tahun Terhadap Motivation Subsection 1. Saya jadi merasa santai, karena masih banyak
juga teman yang belum lulus. 3 27,3%
2.
Feedback yang mereka berikan membuat saya merasa diremehkan dan membuat saya tidak percaya diri.
5 45,4%
3.
Feedback yang mereka berikan membuat saya merasa malu dengan teman yang sudah lulus, tapi malah membuat semakin malas.
3 27,3%
TOTAL 11 100%
Tabel 21.1
Alasan Penghayatan Positif Pengaruh Feedback Dari Teman Tentang Kegagalan Lulus 4 Tahun Terhadap
Task Orientation Subsection
1.
Feedback yang mereka berikan menunjukkan bahwa mereka memahami bagaimana
kamampuan saya.
12 29,3%
2. Mereka memberi semangat bahkan membantu
saya dalam mengerjakan tugas-tugas. 16 39%
3.
Feedback yang mereka berikan meyakinkan saya bahwa saya memiliki kemampuan untuk mengerjakan tugas perkuliahan.
6 14,6%
4. Mereka membuat saya termotivasi, kalau
mereka bisa maka saya juga pasti bisa. 7 17,1%
(46)
Tabel 21.2
Alasan Penghayatan Negatif Pengaruh Feedback Dari Teman Tentang Kegagalan Lulus 4 Tahun Terhadap
Task Orientation Subsection 1. Merasa minder dibandingkan dengan kemampuan
teman-teman yang lain. 9 47,3%
2. Teman - teman saya memberi pengaruh yang
buruk dalam studi saya. 3 15,8%
3. Teman-teman tidak peduli dengan kemampuan
saya dan lebih bersifat individualistis. 7 36,8%
TOTAL 19 100%
Tabel 22.1
Alasan Penghayatan Positif Pengaruh Feedback Dari Teman Tentang Kegagalan Lulus 4 Tahun Terhadap
Problem Solving Subsection
1.
Mereka memberikan masukan yang membuat saya merasa yakin dalam menyelesaikan masalah perkuliahan.
21 44,7%
2.
Feedback yang mereka berikan membuat saya merasa bahwa mereka menghargai kemampuan saya.
12 25,5%
3.
Mereka memampukan saya menghadapi masalah di perkuliahan karena membantu saya
menyelesaikannya.
14 29,8%
(47)
Tabel 22.2
Alasan Penghayatan Negatif Pengaruh Feedback Dari Teman Tentang Kegagalan Lulus 4 Tahun Terhadap
Problem Solving Subsection
1.
Feedback yang mereka berikan membuat saya
merasa bodoh dan merasa tidak mampu dibandingkan dengan teman-teman lainnya.
5 38,5%
2. Saya merasa teman-teman meremehkan kemampuan
saya, karena saya masih belum lulus. 5 38,5%
3.
Feedback yang mereka berikan membuat saya merasa minder karena ketinggalan dengan teman seangkatan yang sudah lulus.
3 23%
TOTAL 13 100%
Tabel 23.1
Alasan Penghayatan Positif Pengaruh Feedback Dari Teman Tentang Kegagalan Lulus 4 Tahun Terhadap
Class Membership Subsection 1. Mereka memahami bagaimana saya beradaptasi
dengan mereka selama ini. 21 43,8%
2. Mereka mendorong saya untuk berbaur dengan
mahasiswa angkatan lainnya. 19 39,6%
3.
Karena masih cukup banyak teman seangkatan saya yang belum lulus jadi saya lebih banyak bergaul dengan mereka.
8 16,6%
(48)
Tabel 23.2
Alasan Penghayatan Negatif Pengaruh Feedback Dari Teman Tentang Kegagalan Lulus 4 Tahun Terhadap
Class Membership Subsection
1.
Feedback yang mereka berikan membuat saya merasa minder karena tidak bisa berbaur dengan mahasiswa angkatan bawah.
7 58,3%
2.
Feedback yang mereka berikan membuat saya merasa tidak nyaman ketika harus sekelompok dengan angkatan bawah, merasa diremehkan.
5 41,7%
TOTAL 12 100%
H. Alasan-alasan Penghayatan Positif / Negatif Pengaruh Feedback Dari Pacar
Tabel 24.1
Alasan Penghayatan Positif Pengaruh Feedback Dari Pacar Tentang Kegagalan Lulus 4 Tahun Terhadap Motivation Subsection
1. Mereka memberi saya semangat supaya segera lulus. 15 48,4% 2. Mereka memberi saya inspirasi, “kalau dia bisa, saya
pasti juga bisa.” 5 16,1%
3. Feedback yang diberikan membuat menunjukkan
bahwa dia pengertian dengan keadaan saya. 4 12,9%
4.
Membantu dalam belajar dan memberi masukan berguna, sehingga saya termotivasi untuk belajar dengan baik.
7 22,6%
(49)
Tabel 24.2
Alasan Penghayatan Negatif Pengaruh Feedback Dari Pacar Tentang Kegagalan Lulus 4 Tahun Terhadap Motivation Subsection
1.
Feedback yang dberikan membuat saya merasa sebal, karena dia berusaha pengertian tetapi sebenarnya tidak memahami persoalan yang saya hadapi.
4 28,6%
2. Pacar menekan saya untuk cepat lulus demi
masa depan hubungan kami. 7 50%
3. Saya merasa tidak dipercaya karena selalu
ditanya kapan lulus. 3 21,4%
TOTAL 14 100%
Tabel 25.1
Alasan Penghayatan Positif Pengaruh Feedback Dari Pacar Tentang Kegagalan Lulus 4 Tahun Terhadap
Task Orientation Subsection 1. Memotivasi saya untuk mendapatkan hasil yang
memuaskan di perkuliahan. 5 12,8%
2. Memberi semangat untuk fokus pada kuliah
sehingga cepat lulus. 15 38,5%
3. Mengingatkan saya untuk mengerjakan tugas
perkuliahan. 11 28,2%
4. Mempercayai kemampuan yang saya miliki. 8 20,5%
(50)
Tabel 25.2
Alasan Penghayatan Negatif Pengaruh Feedback Dari Pacar Tentang Kegagalan Lulus 4 Tahun Terhadap
Task Orientation Subsection 1. Pacar membuat saya jadi tidak fokus karena
harus selalu menyediakan waktu untuk pacar. 3 50%
2.
Feedback yang diberikan membuat saya merasa diremehkan mengenai kemampuan dalam mengerjakan tugas.
3 50%
TOTAL 6 100%
Tabel 26.1
Alasan Penghayatan Positif Pengaruh Feedback Dari Pacar Tentang Kegagalan Lulus 4 Tahun Terhadap
Problem Solving Subsection 1. Semangat yang diberikan membuat saya lebih
percaya diri dalam menyelesaikan masalah. 20 52,6% 2. Merasa didukung karena dia yakin dengan
kemampuan saya. 7 18,5%
3. Memberi masukan yang dapat membantu saya
menyelesaikan masukan. 11 28,9%
(51)
Tabel 26.2
Alasan Penghayatan Negatif Pengaruh Feedback Dari Pacar Tentang Kegagalan Lulus 4 Tahun Terhadap
Problem Solving Subsection 1. Merasa diremehkan karena dia tidak tahu
masalah yang sebenarnya yang saya hadapi. 3 42,8% 2. Dia menganggap saya malas menyelesaikan
masalah. 2 28,6%
3. Selalu menuntut sehingga merasa “down”. 2 28,6%
TOTAL 7 100%
Tabel 27.1
Alasan Penghayatan Positif Pengaruh Feedback Dari Pacar Tentang Kegagalan Lulus 4 Tahun Terhadap
Class Membership Subsection 1. Mendukung saya untuk bergaul dengan
mahasiswa lainnya. 13 31,7%
2. Saya jadi termotivasi untuk lebih mampu
beradaptasi. 12 29,3%
3. Dia bisa memahami bagaimana saya bergaul dan
beradaptasi di kampus. 16 39%
(52)
Tabel 27.2
Alasan Penghayatan Negatif Pengaruh Feedback Dari Pacar Tentang Kegagalan Lulus 4 Tahun Terhadap
Class Membership Subsection 1. Saya takut dia malu dengan orang lain karena
punya pacar yang belum lulus. 3 75%
2. Pacaran membuat relasi sosial saya jadi lebih
sempit. 2 25%
TOTAL 4 100%
I. Alasan-alasan Penghayatan Positif / Negatif Pengaruh Pengalaman Gagal Lulus Empat Tahun
Tabel 28.1
Alasan Penghayatan Positif Pengaruh Pengalaman Gagal Lulus Empat Tahun Terhadap Motivation Subsection
1. Saya merasa semakin termotivasi karena
melihat banyak teman sudah lulus. 5 19,3% 2. Saya merasa semakin termotivasi karena sudah
ingin bekerja. 3 11,5%
3.
Saya semakin termotivasi untuk lebih berjuang dalam kuliah karena tidak ingin mengulang kesalahan yang sama.
18 69,2%
(53)
Tabel 28.2
Alasan Penghayatan Negatif Pengaruh Pengalaman Pengalaman Gagal Lulus Empat Tahun Terhadap Motivation Subsection
1. Saya merasa malas karena keinginan saya untuk
berhasil tidak tercapai. 6 17,6%
2.
Saya merasa malas karena sekarang saya menjalani perkuliahan lebih karena terpaksa, tuntutan dan bukan minat.
5 14,7%
3. Saya merasa malas karena jadi pesimis dengan
apa yang saya lakukan di perkuliahan. 9 26,5% 4. Saya merasa malas karena bosan dengan
perkuliahan. 14 41,2%
TOTAL 34 100%
Tabel 29.1
Alasan Penghayatan Positif Pengaruh Pengalaman Gagal Lulus 4 Tahun Terhadap Task Orientation Subsection
1. Saya tetap merasa saya memiliki kemampuan
yang baik. 9 37,5%
2. Saya merasa dapat lebih fokus dengan tugas-tugas
karena saya ingin segera lulus. 7 29,2%
3.
Pengalaman kuliah yang lebih lama membuat saya lebih dapat mengusai tugas-tugas dan dapat meningkatkan nilai.
8 33,3%
(54)
Tabel 29.2
Alasan Penghayatan Negatif Pengaruh Pengalaman Gagal Lulus 4 Tahun Terhadap Task Orientation Subsection
1.
Saya merasa tidak mampu untuk fokus dengan tugas-tugas perkuliahan karena saya lebih banyak menghindar dan melakukan hal lain.
12 33,3%
2. Rasa malas membuat saya tidak mampu fokus
dengan tugas-tugas perkuliahan 9 25%
3. Saya merasa minder dan tidak percaya diri untuk
mengerjakan tugas-tugas perkuliahan. 15 41,7%
TOTAL 36 100%
Tabel 30.1
Alasan Penghayatan Positif Pengaruh Pengalaman Gagal Lulus Empat Tahun Terhadap Problem Solving Subsection
1. Saya merasa selama ini saya memiliki kemampuan
yang baik dalam menghadapi masalah. 9 27,3% 2. Pengalaman yang ada membuat saya merasa lebih
matang dalam menghadapi permasalahan. 13 39,4%
3.
Saya merasa bahwa kemampuan saya berkembang, terlambatnya kelulusan membuat saya semakin mengerti secara mendalam pelajaran di psikologi.
11 33,3%
(55)
Tabel 30.2
Alasan Penghayatan Negatif Pengaruh Pengalaman Gagal Lulus Empat Tahun Terhadap Problem Solving Subsection
1.
Saya merasa kemampuan saya tidak berkembang, karena sudah malas, jadi banyak pelajaran yang lupa.
5 18,6%
2.
Saya merasa memiliki kemampuan yang kurang dalam memecahkan masalah perkuliahan karena hasil kuliahnya tidak memuaskan.
12 44,4%
3. Saya merasa bodoh dibanding teman-teman lain
yang lebih berhasil dalam studi. 10 37%
TOTAL 27 100%
Tabel 31.1
Alasan Penghayatan Positif Pengaruh Pengalaman Gagal Yang Pernah Dihadapi Di Perkuliahan Class Membership Subsection
1. Biasa saja, tetap merasa mampu beradaptasi dengan
teman kuliah sekalipun belum lulus. 6 17,6% 2. Menambah teman dari angkatan bawah. 16 50% 3. Menjadi lebih dekat dengan teman seangkatan yang
juga belum lulus. 7 20,6%
4. Membuat saya sadar bahwa ternyata saya memiliki kemampuan beradaptasi yang baik dan mampu berteman dengan siapa saja.
4 11,8%
(56)
Tabel 31.2
Alasan Penghayatan Negatif Pengaruh Pengalaman Gagal Lulus Empat Tahun Terhadap Class Membership Subsection
1. Merasa malu karena angkatan tua. 8 29,6%
2.
Sudah sedikit teman yang seangkatan, merasa malas untuk bergabung dengan junior sehingga leboh bersikap menghindar.
13 48,2%
3. Tidak percaya diri karena merasa ketinggalan
dengan teman-teman yang sudah lulus. 6 22,2%
TOTAL 27 100%
J. Alasan-alasan Penghayatan Positif / Negatif Pengaruh Pengalaman Gagal Akademik (selain gagal lulus empat tahun)
Tabel 32. 1
Alasan Penghayatan Positif Pengaruh Pengalaman Akademik Terhadap Perjalaman Studi
1. Memacu saya untuk belajar dari kesalahan dan
tidak mengulang kesalahan yang sama. 6 37,5% 2. Membuat mental saya semakin kuat. 2 12,5% 3. Memotivasi saya untuk belajar lebih serius. 6 37,5% 4. Iri melihat teman yang sukses sudah lulus,
membuat saya termotivasi untuk segera lulus. 2 12,5%
(57)
Tabel 32.2
Alasan Penghayatan Negatif Pengaruh Pengalaman Akademik Terhadap Perjalaman Studi
1. Membuat saya merasa tidak mampu dan merasa
bodoh. 7 15,9%
2. Jadi semakin lama lulus S1. 14 31,8%
3. Malas belajar dan malas kuliah. 18 40,9% 4. Merasa pesimis dengan rencana yang ingin di
lakukan setalah kuliah (melanjutkan studi S2 / kerja). 3 6,8%
5. Bosan karena belum juga lulus. 2 4,6%
TOTAL 44 100%
K. Alasan-alasan Penghayatan Positif / Negatif Pengaruh Pengalaman Gagal Non- akademik
Tabel 33.1
Alasan Penghayatan Positif Pengaruh Pengalaman Akademik Terhadap Perjalaman Studi
1. Gagal dalam bisnis membuat tidak fokus dalam
studi. 2 40%
2. Putus dengan pacar membuat semakin semangat
belajar. 2 40%
3.
Gagal dalam pertemanan membuat saya belajar memilih teman yang bisa lebih mendukung dalam belajar.
1 20%
(58)
Tabel 33.2
Alasan Penghayatan Negatif Pengaruh Pengalaman Akademik Terhadap Perjalaman Studi
1. Putus dengan pacar membuat motivasi belajar jadi
menurun. 5 50%
2. Gagal dalam bisnis membuat tidak semangat
kuliah. 2 20%
3. Salah dalam memilih teman bergaul sehingga
ikut-ikutan malas. 2 20%
4. Masalah dalam keluarga membuat motivasi belajar
jadi menurun. 1 10%
(59)
1
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah
Seiring dengan semakin berkembangnya zaman terutama pada era globalisasi ini, pendidikan pun semakin menjadi kebutuhan yang penting yang perlu dipenuhi. Pendidikan sangat penting karena semakin lama persaingan akan semakin ketat. Jika tidak mempersiapkan diri sejak sekarang, mungkin di masa depan masyarakat Indonesia akan tersisih dan kalah bersaing dengan cepatnya arus globalisasi.
Pendidikan dikategorikan dalam kebutuhan sekunder, namun kebutuhan ini tidak kalah penting dengan kebutuhan primer. Kebutuhan primer seperti sandang, pangan, papan menjadi prioritas kebutuhan yang harus dipenuhi. Salah satu faktor yang dapat mendukung pemenuhan kebutuhan tersebut adalah pendidikan, karena pendidikan yang kita peroleh dari lembaga sekolah formal maupun informal akan memperlengkapi individu dengan keterampilan dan keahlian. Kemudian keterampilan dan keahlian tersebut akan menjadi modal bagi individu untuk memperoleh pekerjaan yang kemudian akan menghasilkan uang untuk pemenuhan kebutuhan primer kita. Dengan demikian, secara tidak langsung
dapat dikatakan bahwa pendidikan seolah-olah sudah menjadi kebutuhan primer bukan sekunder lagi (Amalia Prima Putri, 2007, dalam
(60)
2
Dari segi pendidikan formal, pada umumnya orang tidak sekedar puas dengan hanya melaksanakan wajib belajar sembilan tahun, namun ingin melengkapinya dengan menempuh jenjang pendidikan yang lebih tinggi. Melanjutkan pendidikan sampai jenjang Perguruan Tinggi dan keinginan untuk sukses dalam pendidikan di Perguruan Tinggi pun menjadi incaran banyak orang.
Tuntutan untuk sukses dalam menjalani studi di Perguruan Tinggi menjadi beban tersendiri yang dirasakan oleh mahasiswa, karena hal tersebut bukanlah sekedar keinginan pribadi, namun juga menjadi harapan dari orang lain terutama orang tua yang secara tidak langsung dibebankan kepada mahasiswa. Secara umum, setiap orang tua tentunya mengharapakan, dengan menempuh studi di Perguruan Tinggi, anaknya pun akan lebih siap untuk masuk dan bersaing di dunia kerja, dibandingkan hanya menempuh pendidikan sampai Sekolah Menengah Atas.
Dalam usaha untuk memenuhi harapan pribadi dan harapan orang tua untuk bisa mencapai kesuksesan di perkuliahan, ternyata terdapat berbagai hambatan yang harus dilalui mahasiswa dan membutuhkan perjuangan untuk menjalaninya. Mahasiswa harus berusaha memperoleh prestasi sebaik mungkin. Dalam masyarakat terdapat anggapan bahwa keberhasilan studi atau prestasi di Perguruan Tinggi tidak sekedar dilihat dari besarnya IPK (Indeks Prestasi Kumulatif) seseorang, namun juga dilihat dari lamanya waktu yang ditempuh seseorang untuk menyelesaikan studinya. Semakin besar IPK yang diraih seseorang dan semakin singkat lamanya waktu studi yang ditempuh maka seseorang dianggap semakin berhasil dalam studinya di Perguruan Tinggi. Lama
(61)
3
studi yang diperlukan mahasiswa sebelum wisuda pun menjadi indikator penting untuk evalusasi akademik (Anonymous, 2008, dalam www.unwiku.ac.id).
Salah satu universitas yang memiliki kualitas yangcukup baik yaitu Univeritas “X” Bandung, univeritas ini merupakan salah satu universitas favorit yang ada di Jawa Barat dan salah satu fakultasnya yaitu Fakultas Psikologi, merupakan salah satu yang paling diminati oleh banyak calon mahasiswa. Setiap tahunnya fakultas ini menerima kurang lebih 150 - 200 mahasiswa baru dan jumlah tersebut terus mengalami peningkatan. Terdapat sebuah fenomena yang terjadi di Fakultas Psikologi Universitas “X” yang berkaitan dengan jumlah mahasiswa baru yang masuk tiap tahun akademiknya dan jumlah mahasiswa yang berhasil menyelesaikan studinya selama 4 tahun. Hal tersebut dapat dilihat berdasarkan data yang diperoleh dari bagian Unit Tata Usaha Psikologi Universitas “X” tentang mahasiswa dari angkatan tahun 2002 sampai dengan 2003 yang diterima dan lulus dalam tahun akademik 2006 sampai dengan 2008, yaitu sebagai berikut :
Angkatan Jumlah Diterima
Jumlah Mahasiswa yang Lulus Tahun Akademik
2006 2007 2008
2002 202 12 51 44
2003 177 _ 21 65
Total 379 12 72 109
Tabel 1.1. Jumlah Mahasiswa yang Lulus Per Angkatan. Dari data di atas dapat terlihat dan diketahui bahwa terdapat rentang jumlah yang cukup signifikan dan tidak sebanding antara mahasiswa yang
(62)
4
diterima masuk Fakultas Psikologi dengan mahasiswa yang berhasil lulus. Dapat terlihat mahasiswa yang berhasil lulus empat tahun setiap tahun akademiknya hanya beberapa orang saja dan tidak lebih dari 21 orang. Dengan fenomena ini bisa mengindikasikan bahwa cukup banyak mahasiswa yang terhambat dalam mencapai kelulusan tepat waktu. Sehingga terdapat stigma bahwa mahasiswanya sulit untuk lulus.
Berdasarkan survei awal yang dialakukan dengan menggunakan wawancara dan kueisioner, terhadap 17 mahasiswa Psikologi Universitas “X” yang belum menyelesaikan studinya selama lebih dari 10 semester, sebanyak 58,82% (10 mahasiswa), mengatakan bahwa pada awal perkuliahan mereka memiliki target dan keinginan untuk menyelesaikan studi selama 8 semester atau 4 tahun. Sedangkan 41,18% lainnya (7 mahasiswa) mengatakan mereka menargetkan untuk menyelesaikan studi selama 4,5 tahun (9 semester) atau 5 tahun (10 semester). Menurut Dekan Fakultas Psikologi Universitas “X” kelulusan selama n+1 atau 8 sampai 10 semester, masih merupakan hal yang wajar terjadi bagi mahasiswa Psikologi. Kewajiban untuk menyelesaikan sebanyak 145 SKS, akan memungkinkan mahasiswa untuk menyelesaikan studinya tepat waktu yaitu 8 semester, dan jika membutuhkan waktu lebih untuk pengerjaan skripsi maka biasanya hingga 10 semester merupakan waktu yang cukup.
Mahasiswa yang belum berhasil menyelesaikan studi lebih dari 10 semester ternyata mengalami permasalahan tersendiri. Berdasarkan survei awal yang dilakukan terhadap 17 mahaiswa Fakultas Psikologi yang belum
(63)
5
menyelesaikan studi lebih dari 10 semester, sebanyak 47,05 % (8 mahasiswa) merasa malu dan berpikir mengenai diri sebagai orang yang gagal dalam menjalankan studinya. Salah satu alasan mengapa mereka merasa demikian adalah karena mereka gagal memenuhi harapan orang tua dan harapan pribadi untuk bisa lulus tepat waktu. Dalam sebuah penelitian yang dilakukan oleh Gabbler dan Gabby pada tahun 1967, diungkapkan bahwa kegagalan dapat mempengaruhi konsep diri individu, membuat individu memandang dan memberikan penilaian negatif mengenai dirinya (dalam Burns 1979).
Berdasarkan survei awal yang telah dilakukan sebanyak 52,94% (9 mahasiswa) penilian negatif mengenai diri sendiri tersebut adalah merasa
dirinya bodoh dan tidak percaya diri dengan kemampuan intelektual yang dimiliki. Pada saat mendaftarkan diri untuk menempuh studi di Universitas “X” setiap mahasiswa tersebut mengikuti tes saringan masuk yang menjadi salah satu alat untuk memprediksi apakah mereka mampu untuk menempuh studi di jurusan yang mereka pilih. Hasil penerimaan mereka sebagai bagian dari mahasiswa Fakultas Psikologi, menunjukkan bahwa sebenarnya mereka memimiliki kemampuan untuk menjalani studi di Perguruan Tinggi bahkan memiliki kesempatan untuk berprestasi, yaitu salah satunya prestasi untuk lulus tepat waktu. Dalam sebuah penelitian yang dilakukan oleh Jones dan Grieneeks (1970), yang dilakukan terhadap 877 mahasiswa, ditemukan bahwa terdapat hubungan yang positif antara konsep diri mahasiswa dengan prestasi akademik mereka. Bahkan Jones juga mengungkapkan bahwa konsep diri mahasiswa terhadap kemampuan akademik yang mereka miliki menjadi prediktor prestasi
(64)
6
akademik yang lebih baik dibandingkan IQ dan bakat yang mereka miliki (dalam Burns 1979).
Persoalan lain yang dihadapi yaitu perasaan tertekan dan kecewa terhadap diri sendiri karena keinginan yang telah direncanakan dan ingin diwujudkan setelah menyelesaikan studi juga ikut tertunda atau terhambat, sehingga membuat mahasiswa menilai dan berpikir negatif mengenai diri mereka. Keinginan yang direncanakan oleh mahasiswa tersebut diantaranya adalah keinginan untuk melanjutkan studi strata dua, keinginan untuk menikah, keinginan untuk segera bekerja, mandiri dan mendapatkan penghasilan sendiri. Hal tersebut diungkapkan oleh 76,47 % (13 mahasiswa), sedangkan sisanya yaitu 23,52% (4 mahasiswa) memilih untuk berusaha menyelesaikan studinya sambil mewujudkan keinginan untuk bekerja dengan kata lain melakukan kerja sambilan, atau sambil mewujudkan keinginan menikah, namun mereka juga tetap merasa belum sepenuhnya merasa lega karena merasa ada sebuah beban yang belum terselesaikan.
Selain itu, berdasarkan survei yang ada, mahasiswa yang memandang negatif mengenai dirinya juga cenderung menunjukkan perilaku yang negatif dalam menjalankan studinya. Sebesar 70,58% (12 mahasiswa) mengatakan bahwa mereka merasa bahwa dirinya malas untuk mengikuti kelas perkuliahan sehingga mereka sering membolos dari jam kuliah, malas untuk belajar untuk persiapan ujian sehingga mereka sering mencontek saat ujian, dan malas untuk mengerjakan tugas kuliah. Rogers (1951) mengungkapkan bahwa konsep diri mempengaruhi perilaku baik buruk seseorang. Dalam sebuah penelitian yang dilakukan oleh
(65)
7
Purkey (1970) kepada sejumlah siswa di Amerika, disimpulkan bahwa anak yang memiliki konsep diri yang positif mampu menunjukkan tingkah laku yang positif dalam kegiatan belajar sehingga menghasilkan hasil belajar yang lebih baik dibandingkan anak yang memiliki konsep diri yang negatif (dalam Burns 1979).
Cukup banyak persoalan yang dihadapi oleh para mahasiswa yang belum berhasil menyelesaikan studinya lebih dari 10 semester. Dan melihat pentingnya peran self-concept as a learner pada mahasiswa dalam keberhasilan studi mahasiswa di Perguruan Tinggi, peneliti ingin melihat bagaimanakah self-concept as a learner pada mahasiswa Fakultas Psikologi Universitas “X” yang belum menyelesaikan studinya selama lebih dari 10 semester.
1.2. Identifikasi Masalah
Masalah yang menjadi fokus dalam penelitian ini adalah bagaimana self-concept as a learner pada mahasiswa Fakultas Psikologi Universitas “X” di Bandung, yang telah berkuliah lebih dari 10 semester namun belum menyelesaikan studinya.
1.3. Maksud dan Tujuan Penelitian 1.3.1. Maksud Penelitian
Maksud dari penelitian ini adalah untuk memberikan gambaran secara umum mengenai self-concept as a learner pada mahasiswa Fakultas Psikologi Universitas “X” di Bandung, yang telah berkuliah lebih dari 10 semester namun belum menyelesaikan studinya.
(66)
8
1.3.2. Tujuan Penelitian
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui self-concept as a learner pada mahasiswa Fakultas Psikologi Universitas “X” di Bandung yang telah berkuliah lebih dari 10 semester namun belum menyelesaikan studinya dan kaitannya dengan faktor-faktor lain yang mempengaruhi.
1.4. Kegunaan Teoritis dan Kegunaan Praktis 1.4.1. Kegunaan Teoritis
• Penelitian ini berguna untuk memberikan sumbangan pengetahuan bagi Psikologi Pendidikan mengenai self-concept as a learner pada mahasiswa.
• Penelitian ini juga berguna untuk memberikan informasi bagi penelitian selanjutnya, khususnya penelitian yang berhubungan dengan self-concept as a learner pada mahasiswa.
1.4.2. Kegunaan Parktis
• Penelitian ini diharapkan dapat berguna untuk memberikan informasi bagi mahasiswa Fakultas Psikologi mengenai self-concept as a learner dalam diri mereka, sehingga dapat membantu mereka untuk mengembangkan self-concept as a learner yang positif dan akan bermanfaat mendukung pencapaian kesuksesan studi di Perguruan Tinggi.
• Penelitian ini berguna untuk memberikan informasi bagi Konselor Pendidikan atau dosen dalam melakukan konsultasi pada mahasiswa, sehingga mahasiswa dapat mengembangkan self-concept as a learner yang
(67)
9
posistif dan akan bermanfaat mendukung pencapaian kesuksesan studi di Perguruan Tinggi.
• Penelitian ini juga dapat memberikan informasi bagi para orang tua untuk dapat memberikan dukungan kepada mahasiswa sehingga mahasiswa dapat mengembangkan self-concept as a learner yang positif dan akan bermanfaat mendukung pencapaian kesuksesan studi di Perguruan Tinggi.
1.5 Kerangka Pemikiran
Mahasiswa merupakan suatu peran yang biasanya dimiliki individu saat berada pada tahap perkembangan dewasa muda. Masa dewasa muda adalah masa peralihan dari tahap remaja ke tahap dewasa, menurut Santrock (2002), sekalipun tidak ada kesepakatan tentang kapan masa remaja ditinggalkan dan masa dewasa dimasuki, namun terdapat beberapa kriteria yang diajukan sebagai tanda. Beberapa di antaranya, masa tersebut ditandai dengan mengalami penyesuaian terhadap perubahan fisik, perubahan kognitif yaitu perubahan yang meliputi cara berpikir, intelegensi, perubahan sosial yaitu perubahan dalam hubungan dengan orang lain, emosi, dan kepribadian dalam konteks sosial. Selain itu, kaum dewasa muda berbeda dengan remaja karena adanya perjuangan antara membangun pribadi yang mandiri dan menjadi lebih terlibat secara sosial, berbeda dengan perjuangan remaja untuk mendefinisikan diri atau memaknakan diri. Namun perlu disadari bahwa kontinuitas mewarnai perubahan yang merupakan ciri masa transisi dari remaja menuju dewasa, oleh karena itu perjuangan untuk
(68)
10
mendefinisikan atau memaknakan diri juga masih dapat mewarnai perkembangan individu pada masa dewasa muda (Santrock, 2002).
Mahasiswa dalam tahap perkembangan dewasa muda pun berjuang untuk memaknakan dirinya yang saat ini ada dalam kondisi belum menyelesaikan studi lebih dari 10 semester. Pemaknaan diri, atau yang disebut dengan self-concept, menurut Rogers (1961), merupakan bentuk konseptual yang terorganisasi dan konsisten yang terdiri dari persepsi-persepsi tentang sifat-sifat khas dari ‘aku’ dan persepsi-persepsi tentang hubungan-hubungan antara ‘aku’ dengan orang lain dan dengan berbagai aspek kehidupan beserta nilai-nilai yang melekat pada persepsi-persepsi tersebut.
Dalam kehidupan sebagai seorang mahasiswa, maka sifat-sifat spesifik yang melekat adalah sifat-sifat sebagai seorang mahasiswa, hubungan-hubungan yang lebih spesifik juga adalah dalam berhubungan secara sosial di lingkungan perkuliahan. Self-concept yang secara spesifik berbicara mengenai peran seorang mahasiswa, disebut oleh Waetjen (1967), sebagai self-concept as a learner. Self-concept as a learner diartikan sebagai bagaimana individu mempersepsikan dirinya sebagai seorang pelajar (mahasiswa) berkaitan dengan kemampuan yang dimiliki dan kegiatan akademik yang dihadapinya. Self-concept as a learner terdiri dari empat aspek, yang pertama adalah motivation subsection, yaitu persepsi yang dimiliki mahasiswa mengenai motivasi yang ia miliki dalam mengerjakan tugas dan dalam melakukan aktivitas yang berhubungan dengan kegiatan belajar ,yang kedua adalah task orientation subsection, yaitu persepsi atau penilaian mahasiswa mengenai kemampuannya untuk terfokus pada
(69)
tugas-11
tugas perkuliahan yang dihadapinya, yang ketiga adalah problem solving subsection yaitu persepsi yang dimiliki mahasiswa mengenai kemampuannya untuk menghadapi masalah-masalah yang dihadapi di perkuliahan, dan yang keempat adalah class membership subsection yaitu persepsi yang dimiliki mahasiswa mengenai hubungan yang dimilikinya dengan mahasiswa lain dan persepsi mahasiswa mengenai keterlibatannya dalam aktivitas-aktivitas belajar dalam kuliah yang ada.
Perkembangan self-concept as a learner seorang mahasiswa tidak lepas dari lapangan fenomenologisnya. Lapangan fenomenologis merupakan totalitas seluruh pengalaman mahasiswa, baik yang disadari maupun yang tidak disadari termasuk pengalaman dengan diri sendiri dan pengalaman bersama significant others. Dari pengalaman dengan diri sendiri, mahasiswa akan memberikan feedback terhadap diri sendiri melalui introspeksi diri dan dari pengalaman bersama significant others mahasiswa memperoleh feedback mengenai dirinya menurut penilaian dan pandangan dari significant others (Rogers 1961). Pengalaman dan feedback yang diberikan oleh significant others kemudian akan dipersepsikan oleh mahasiswa, dan kedua hal tersebut akan mempengaruhi seperi apa self-concept as a learner yang dimiliki mahasiswa.
Menurut Burns (1979), yang disebut sigficant others bagi mahasiswa adalah orang tua, dosen, dan teman-teman mereka. Umpan balik kepada mahasiswa dapat diberikan secara verbal maupun non-verbal. Umpan balik secara verbal yaitu berupa komentar dan pendapat yang disampaikan kepada mahasiswa, sedangkan umpan balik secara non-verbal yang disampaikan kepada mahasiswa
(70)
12
dapat berupa nilai-nilai kuantitatif, feedback mengenai kemajuan dan kekurangan mahasiswa selama menjalani proses belajar (Winkel,1987).
Bagaimana pengalaman dan feedback yang diberikan significant others berpengaruh terhadap self-concept mahasiswa sangat bergantung dengan kemampuan kognitif mahasiswa. Woolfolk (1998), menyebutkan bahwa konsep diri merupakan struktur kognitif yang dibangun dan dipercayai oleh individu mengenai siapa dirinya. Perkembangan kognitif mahasiswa berada pada tahap keempat yaitu formal operational stage, pada tahap ini perkembangan kognitif mahasiwa bersifat lebih abstrak, logis dan idealistik (Piaget, 1954). Oleh karena itu mahasiswa pun memiliki kemampuan yang semakin baik untuk berpikir dan mengolah berbagai informasi yang bersifat abstrak, termasuk berbagai informasi yang diperoleh lewat pengalaman yang dialami dan informasi berupa feedback yang diberikan signifcant others mengenai diri mereka.
Pengalaman-pengalam yang dialami oleh mahasiswa akan berpengaruh positif kepada diri mahasiswa ketika mahasiswa mempersepsikan pengalaman-pengalaman tersebut secara positif. Dalam kondisi tersebut, maka persepsi positif terhadap pengalaman akan menunjang terciptanya self-concept as a learner yang positif. Demikian pula sebaliknya, pengalaman-pengalaman yang dialami mahasiswa akan berpengaruh negatif kepada diri mahasiswa ketika mahasiswa mempersepsikan pengalaman-pengalaman tersebut secara negatif. Dalam kondisi tersebut, maka persepsi yang negatif terhadap pengalaman akan menunjang terciptanya self-concept as a learner yang negatif pula.
(71)
13
Bagaimana feedback dari significant others akan mempengaruhi self-concept juga serupa. Feedback yang diberikan dapat memberikan dampak positif pada mahasiswa yaitu ketika mahasiswa mempersepsikannya secara positif. Dalam kondisi tersebut, maka persepsi positif terhadap feedback yang diberikan akan menunjang terciptanya self-concept as a learner yang positif. Sebaliknya feedback yang diberikan dapat memberikan dampak negatif pada mahasiswa yaitu ketika mahasiswa mempersepsikannya secara negatif. Dalam kondisi tersebut, maka persepsi negatif terhadap feedback yang diberikan, akan menunjang terciptanya self-concept as a learner yang negatif.
Bagaimana mahasiswa mempersepsikan dirinya dapat bermacam-macam, menurut Waetjen (1967), dalam aspek motivation subsection, mahasiswa yang memiliki self-concept as a learner yang positif akan mempersepsikan dirinya antusias dalam mengikuti perkuliahan, tidak mudah menyerah, berusaha menjadi mahasiswa yang semakin baik, mengerjakan tugas kuliah lebih baik, belajar secara inisiatif tanpa harus dipaksa. Sedangkan mahasiswa yang memiliki self-concept as a learner yang negatif akan mempersepsikan dirinya mudah menyerah ketika menghadapi tantangan dalam kuliah, cukup puas dengan keadaan dirinya apa adanya dan tidak berusaha untuk menjadi lebih baik, malas dan tidak antusias dalam belajar dan mengerjakan tugas.
Dalam aspek task orientation subsection, mahasiswa yang memiliki self-concept as a learner yang positif mempersepsikan dirinya melakukan tugas-tugas kuliah sesuai dengan instruksi, memiliki kemampuan untuk menyelesaikan tugas sendiri, memiliki kemampuan untuk menyelesaikan tugas sebelum
(1)
1.6. Asumsi
1. Self-concept as a learner pada mahasiswa Fakultas Psikologi yang belum menyelesaikan studi selama lebih dari 10 semester dapat dipengaruhi oleh bagaimana mahasiswa tersebut mempersepsikan atau menghayati pengalaman yang berkaitan dengan kegiatan-kegiatan akademik dan bagaimana mahasiswa tersebut mempersepsikan atau menghayati feedback yang diberikan significant others yang berkaitan dengan kegiatan-kegiatan akademik.
2. Jika pengalaman dan feedback dari significant others yang berkaitan dengan kegiatan-kegiatan akademik dipersepsikan atau dihayati secara negatif oleh mahasiswa Fakultas Psikologi yang belum menyelesaikan studi selama lebih dari 10 semester, maka self-concept as a learner pada mahasiswa tersebut akan negatif. Sebaliknya, jika pengalaman organismik dan umpan balik dari significant others yang berkaitan dengan kegiatan-kegiatan akademik dipersepsikan atau dihayati secara positif oleh mahasiswa Fakultas Psikologi
yang belum menyelesaikan studi selama lebih dari 10 semester maka self-concept as a learner pada mahasiswa tersebut akan positif.
3. Jadi self-concept as a learner pada mahasiswa Fakultas Psikologi yang belum menyelesaikan studi selama lebih dari 10 semester dapat bervariasi yaitu self-concept as a learner yang positif atau self-concept as a learner yang negatif.
(2)
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan terhadap 60 orang responden mengenai self-concept as a learner pada mahasiswa Fakultas Psikologi Universitas “X” Bandung yang belum menyelesaikan studi lebih dari 10 semester, didapatkan kesimpulan sebagai berikut :
1. Lebih dari setengah responden (60%) dalam penelitian ini, memiliki self-concept as a learner yang positif dan sisanya memiliki self-concept as a learner yang negatif.
2. Semakin positif feedback yang diberikan orang tua terhadap kemampuan yang dimiliki mahasiswa untuk fokus pada tugas-tugas perkuliahan (task orientation subsection) maka akan semakin positif pula self-concept as a learner yang dimilikinya. Demikian pula sebaliknya, semakin negatif feedback yang diberikan orang tua terhadap kemampuan yang dimiliki
(3)
3. Semakin positif feedback yang diberikan teman terhadap motivasi yang dimiliki mahasiswa untuk mengikuti aktivitas perkuliahan (motivation subsection) maka akan semakin positif pula self-concept as a learner yang dimilikinya. Demikian pula sebaliknya, semakin negatif feedback yang diberikan teman terhadap motivasi yang dimiliki mahasiswa untuk mengikuti aktivitas perkuliahan (motivation subsection) maka akan semakin negatif pula self-concept as a learner yang dimiliki mahasiswa. 4. Semakin positif feedback yang diberikan teman terhadap
kemampuan yang dimiliki mahasiswa untuk menyelesaikan masalah-masalah yang di hadapi perkuliahan (problem solving subsection) maka akan semakin positif pula self-concept as a learner yang dimilikinya. Demikian pula sebaliknya, semakin negatif feedback yang diberikan teman terhadap kemampuan yang dimiliki mahasiswa untuk menyelesaikan masalah-masalah yang di hadapi perkuliahan (problem solving subsection) maka akan semakin negatif pula self-concept as a learner yang dimiliki mahasiswa.
(4)
5.2. Saran
Berdasarkan pembahasan penelitian yang telah dikemukakan sebelumnya, maka peneliti mengajukan beberapa saran, yaitu :
1. Saran Penelitian Lanjutan
• Bagi penelitian selanjutnya dapat diteliti mengenai self-concept as a learner pada mahasiswa semester awal.
• Bagi penelitian selanjutnya dapat diteliti mengenai bentuk feedback dari orang tua dan teman yang seperti apa, yang dapat mempengaruhi self-concept as a leaner pada mahasiswa. • Penelitian yang dapat dilaksanakan selanjutnya adalah mengenai perbandingan pengaruh feedback dari teman dan pengaruh feedback dari orang tua terhadap self-concept as a leaner pada mahasiswa.
2. Saran Guna Laksana
• Kepada para mahasiswa Fakultas Psikologi Universitas “X” Bandung, disarankan untuk berinisiatif meminta feedback dari rekan mahasiswa lainnya mengenai diri mahasiswa dalam menjalankan studi, supaya feedback tersebut menjadi masukan
(5)
• Kepada para orang tua, disarankan untuk memberikan feedback positif yang realistis, mengenai mahasiswa dalam menjalankan studinya, supaya mahasiswa dapat memanfaatkan feedback tersebut sebagai masukan yang dapat membantu mahasiswa mengembangkan self-concept as a leaner yang positif.
(6)
behaviour. London: Longman.
Corsini, J. R., & Marcella, A. J. 1983. Personality Theoris, Research & Assessment. Itasca, IL: Peacock Publishers.
Graciano, Anthony M., Michael L. Raulin. 2000. Research Methods: a process of Inquiri, fourth edition. Needham Heights: Allyn & Bacon.
Gulo, W. 2002. Metodologi Penelitian. Jakarta: Grasindo.
Papalia, Diane & Olds, Sally W. 1998. Human Development, 7th ed. USA: The McGraw-Hill Companies, Inc.
Roger, Carl. 1961. On Becoming a Person. Boston:Houghton Mifflin.
Santrock, John W. 2002. Life Span Developmental, Jilid II. New York: McGraw- Hill.
Santoso, Singgih. 2004. Mengatasi Berbagai Masalah Statistik Dengan SPSS Versi 11,5. Jakarta: PT. Elex Media Komputido, Kelompok Gramedia. Winkel, W.S. 1987. Psikologi Pengajaran. Jakarta: Gramedia.