PROGRAM DAN IMPLEMENTASINYA LEMBAGA DAKWAH MAJELIS TA'LIM HIDAYATULWALAD.

(1)

PROGRAM KERJA DAN IMPLEMENTASINYA PADA LEMBAGA DAKWAH MAJELIS TA’LIM HIDAYATULWALAD

SURABAYA SKRIPSI

Diajukan Kepada:

Universitas Islam Negeri Sunan Ampel Surabaya Untuk Memenuhi Salah Satu Persyaratan

Dalam Menyelesaikan Program Sarjana Ilmu Sosial Islam

Oleh:

TIYO DINARYO NIM: B04212044

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN AMPEL SURABAYA FAKULTAS DAKWAH DAN KOMUNIKASI

PROGRAM STUDI MANAJEMEN DAKWAH 2016


(2)

PE

R\\-AT{dN

KEASLIAN KARYA PEI{ULISAN SKRIPSI

\-ang bertanda tangan dibawah ini, saya : Nama

NIM

Jumsan Minat Studi Alamat

TIYO DINARYO B04212444

Manajemen Dakwah

Manajemen Kelembagaan Islam

Jln. Masjid, Ds. Keboan Anom, Gedangan-Sidoarjo \1en,v-atakan dengan sesungguhnya bahwa :

1.

Skripsi ini tidak pernah dikumpulkan kepada lembaga pendidikan tinggi manapun untuk mendapatkan gelar akademik manapun

2.

Skripsi ini adalah benar-benar hasil karya saya sendiri dan bukan hasil plagiasi atas karya orang lain. kecuali pada bagian-bagian yang dirujuk sumbernya.

3.

Apabila dikemudian hari terbukti atau dapat dibuktikan skripsi ini sebagai hasil plagiasi, saya bsrsedia menanggung segala konsekuensi hukum yang

ada.

Sidoarjo, 3 Agustus 2016


(3)

Skripsi oleh Nama

NIM

Judul

PERSETUJUAII PEMBIMBING SKRIPSI

Tiyo Dinaryo B,042t20M

Program

Kerp

dae Implement*siuya Pada Lenbaga Ilakwah Itilaidis Ta'lim Hidayatulwalad Surabtya

Ld telah di periksa dan disetujui untuk diujikan

Surabaya,23 Juli 2016

Pembimiaing

Aila\s*Bramaludha. MM.


(4)

PENGESAHAN TIM PENGUJI

Slripsi oleh Tiyo Dinaryo ini telah dipstahaokao di depan Tim Peng{i S}ripsi Surabaya,

Mengesahkag Fakuftas Dakurah dan Kourunikasi

Peng4[ip,

q

H. Mufti Labib. Lc. MCL NIP. 196401021999031001

Pe2gpjlfV,

Ab)

I)easv Tantriana. M.IVI FtrP. 1 983 1 2282011012409

kt

979121,42011011005

ttIP. 1962 12 14 199303 1002

Sunan Ampel Surabaya


(5)

KEMENTERIAN

AGAMA

UNTYERSITAS

ISLAM

NSGERI

SUNAN

AMPEL

SURABAYA

PERPUSTAKAAI\I

Jl. rend-

a

Yani 117 surabya 6ax7 Telp. 03r-8431972 Fax031-g,f 13300 E-MaiL pprs@uinsby.ac,id

LHMBAR PE.RNYTYI.AAN PERSETUJUAN PUBLIKASI I.futRYA U,MIAH UNTUK KI1PL;:N'ITNGAN A KADI1MIS

Sebagai civitas akademika UIN Sunan A:rrpel Surabaya, yang bertanda tangan cli bawah ini, saya: Narna

NIM

Fakultas/Jumsan E-mail address

:

I)ilw ah

/

Manaiemen Dakwah

:

tlyo_f)2@ymail.com

D:*

pengcmbangan ilmu peagetahuan, menyetuiui untuk memberikan kepa<la Perpustakaan

Liry

funan Ampcl Surabaya, [:l.ak Bebas Royalti Non-Eksklusif atas karya iimiah :

[TlSekripsi

tf Tesis f*l

l)esertasi

fl

Lain.lain

( .. .

..

...,

) yang be{udul :

IgggRAE ..KE.S'-+..PAN IMPLEMENTASII{YA PADA LEMBAGA DAKWAH MAJELIS TA'LIM IITDAY-A,IUL,1VA_I,ADSIIBABAYA

Surabay a, 23 Agusrus 201 6 Penulis

beserta perangkat yang diperlukan

ftila

ada). Dengan FIak Bebas Royalti Non-Ekslusif ini Pelpustakaan LIIN Sunan Ampel Surabaya bcrhak menyimpan, *.ngrlih-mccliafform at-kan,

mengelolanva dxlam.-

bentuk pangkalan

data

(database),

**idi.t

ib.rsikannya, dan menampilkan/mempublikasikamrya di Internct atau media lain secara fiilltextuntuk kcpentingan akademis taopa petlu meminta iiin dari saya selama tetap mcncantumkan

,rr*

,*y,

seba-gai penulis/pencipta dan atau penerbit yarg bersangkutan.

Saya bersedia untuk menaflggung secara pribadi, tanpa melibatkan pihak perpustakaan UIN

Sunan Ampel Surabaya, segala bentuk tunfirtan hukum- yang timbul atas pelangiaran Hak Cipta dalarn kaq'a ilmiah saya iai.

f)emikian pemyataafl ini yang saya buat deogan sebenamya. B,04212044

( I'ty" Diiraryo) uama tcrangdan tandz taxgan


(6)

ABSTRAK

Tiyo Dinaryo. 2016.Program Kerja dan Implementasinya pada Lembaga Dakwah Majelis

Ta’lim Hidayatulwalad Surabaya, Program Studi Manajemen Dakwah UIN Sunan Ampel Surabaya. Airlangga Brahmayudha, MM.

Masalah yang diteliti dalam skripsi ini yakni mengenai. Bagaimana Program kerja dan

Implementasinya di Lembaga Dakwah Majelis Ta’lim Hidayatulwalad Surabaya?

Untuk mengidentifikasi persoalan tersebut secara mendalam dan menyeluruh peneliti menggunakan metode penelitian kualitatif dengan teknik pengumpulan data wawancara, observasi dan dokumentasi. Fokus masalah penelitian ini terletak pada program kerja dan

implementasinya lembaga dakwah Majelis Ta’lim Hidayatulwalad. Untuk menjawab rumusan masalah penelitian ini menggunakan jenis penelitian fenomenologi dengan metode pengumpulan data, analisis, dan menulis. Penelitian ini menggunakan jenis data primer dan sekunder yang diperoleh dari informan serta dokumen mengenai jenis data-data yang dibutuhkan. Adapun untuk menguji keabsahan data peneliti menggunakan triangulasi.

Penelitian ini memperoleh hasil yaitu program kerja yang tersusun sangat rapi seperti

Ta’lim dan Dzikir keliling, Pembekalan pelatihan pengobatan Islam, dan kelompok usaha bisnis.

Adapun penetapan program kerja yang tersusun sangat rapi, yakni di Majelis Ta’lim ini menetapkan suatu program kerja dengan cara pengurus menjalankan program kerja yang sebelumnya dibentuk oleh seluruh santri melalui rapat anggota yang diketahui dan disetujui oleh pembina. Dan Implementasinya yaitu dengan berbagai metode seperti ceramah, berdiskusi, tanya jawab, dan observasi dengan tujuan untuk merangsang pola pikir santri agar lebih kritis dan memahami suatu masalah atau materi.


(7)

DAFTAR ISI

HALAMAN MOTTO ... i

HALAMAN PERSEMBAHAN ... ii

HALAMAN PERSETUJUAN... iii

HALAMAN PENGESAHAN ... iv

ABSTRAK ... v

KATA PENGANTAR ... vi

DAFTAR ISI ... viii

BAB I PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang ... 1

B. Rumusan Masalah ... 5

C. Tujuan Penelitian ... 5

D. Manfaat Penelitian ... 6

E. Definisi Konsep ... 6

F. Sistematika Pembahasan ... 8

BAB II KAJIAN TEORI ... 10

A. Penelitian Terdahulu yang Relevan ... 10

B. Kajian Teori ... 12

1. Kajian Tentang Pengelolaan ... 12

2. Kajian Tentang Majelis Ta’lim...19

3. Kajian Tentang Learning Community. ... 24

4. Penetapan Program Kerja ... 26

5. Kajian Lembaga Dakwah ... 29


(8)

BAB III METODE PENELITIAN ... 34

A. Pendekatan dan Jenis Penelitian ... 34

B. Lokasi Penelitian ... 35

C. Jenis dan Sumber Data ... 35

D. Teknik Pengumpulan Data ... 37

E. Teknik Analisa Data ... 41

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN PENELITIAN ... 45

A. Gambaran Umum Objek Penelitian ... 45

1. Letak Goegrafis Majelis Ta’lim ... 46

2. Sejarah Berdirinya Majelis Ta’lim... 46

3. Visi dan Misi Majelis Ta’lim ... 46

4. Struktur Organisasi Majelis Ta’lim ... 47

5. Budaya Organisasi Majelis Ta’lim ... 49

6. Program Kerja Majelis Ta’lim ... 50

7. Metode Dakwah Majelis Ta’lim ... 55

8. Materi Pembelajaran dan Pencapaian ... 55

9. Tata Tertib Majelis Ta’lim ... 57

B. Penyajian Data ... 58

C. Analisa Data ... 66

BAB V PENUTUP... 73

A. Kesimpulan ... 73

B. Saran dan Rekomendassi ... 76

C. Daftar Puataka ... 78 LAMPIRAN-LAMPIRAN


(9)

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

Kegiatan dakwah bukan hanya mencakup sisi ajakan (materi dakwah), tetapi juga sisi pelakunya (Da’i) juga pesertanya (Mad’u), ia juga mempunyai metode beragam yang telah digariskan oleh Al-Qur’an Surah Al-Mujadallah : 11 dan dipraktikan oleh Rasulullah.

اذا ْمكّ ها حّْفي اْوحّْفاف سلج ّْا ىف اْوحّفت ْمكّ لْيق اذا آْونما نْي ّا ا يآي اْونما نْي ّا ها عفْري اْ زشْناف اْ زشْنا لْيق

رْيبخ ْول ْعت ا ب ها تج د مْلعّْا اْوتْ ا نْي ّا ْمكْنم

Hai orang-orang beriman apabila kamu dikatakan kepadamu: “Berlapang-lapanglah

dalam majlis”, maka lapangkanlah niscaya Allah akan memberi kelapangan untukmu.

Dan apabila dikatakan: “Berdirilah kamu”, maka berdirilah, niscaya Allah akan

meninggikan orang-orang yang beriman di antaramu dan orang-orang yang diberi ilmu pengetahuan beberapa derajat. Dan Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan.

Interaksi aktif berdasarkan pemahaman yang komprehensif terhadap unsur-unsur dakwah di atas, niscaya akan berbeda baik pada pilihan aktivitas, maupun kepada kemungkinan hasil yang bisa diraih.

Kehidupan berdakwah Rasulullah SAW, dan para sahabatnya, dalam seluruh dinamikanya, termasuk keberhasilan mereka memunculkan masyarakat madani di Madinah, yang merupakan koreksi terhadap masyarakat Yastrib yang jahili, adalah contoh konkret keberhasilan berdakwah dalam pengertian yang komprehensif. Dan itu semua tidak berlaku begitu saja, melainkan membutuhkan sebagian serangkaian


(10)

perjuangan yang panjang yang tidak lepas dari apa yang sekarang biasa disebut dengan

Amaliyyah Al Idariyyah (aktivitas manajerial). sebagai usaha mewujudkan tujuan-tujuan dakwah dengan mempergunakan tenaga dan memanfaatkannya sumber-sumber yang ada.

Saat ini salah satu fenomena yang sehari-hari dinikmati oleh publik Islam di Indonesia, adalah merebaknya aktivitas dakwah islam. Dakwah tidak lagi hanya berada di tempat-tempat konvensional dakwah seperti Masjid, Pesantren, dan Majelis Ta’lim. Dakwah kini bahkan sudah berada di hotel-hotel, rumah sakit, radio, televisi bahkan melalui media internet dan menjamur di kantor-kantor pemerintah maupun swasta sekalipun.

Fenomena tersebut merupakan perkembangan yang menggembirakan sekaligus tantangan bagi para praktisi dakwah untuk tampil tetap dinamis selalu meningkatkan intensitas, kejelasan visi dan pemahaman, dan bertindak lebih professional. Godaan dunia dan permasalahan umat yang begitu cepat bagaikan deret hitung, merayap dan lamban. Globalisasi menantang para praktisi dakwah untuk memberikan jalan dan alternative pemecahan sebagai masalah hidup umat yang semakin kompleks.

Dengan demikian, jika aktivitas dakwah dilaksanakan sesuai dengan prinsip-prinsip manajemen, maka Image Professional dalam dakwah akan terwujud pada kehidupan masyarakat. Dengan begitu dakwah tidak dipandang dalam objek Ubudiyah

saja akan tetapi diinterpretasikan dalam berbagai profesi. Inilah yang dijadikan inti dari pengaturan secara manajerial dalam dakwah. Sedangkan Efektivitas dan Efisien dalam


(11)

penyelenggaraan dakwah adalah merupakan suatu hal mana yang harus mendapatkan prioritas.

Aktivitas dakwah dikatakan berjalan secara efektif bila mana apa yang menjadi tujuan benar-benar dapat dicapai, dan dalam pencapaiannya dikeluarkan pengorbanan-pengorbanan yang wajar. Atau lebih tepatnya jika kegiatan lembaga dakwah yang dilaksanakan menurut prinsip-prinsip manajemen akan menjamin tercapainya tujuan yang telah ditetapkan oleh lembaga yang bersangkutan dan akan menumbuhkan sebuah cerita (image) profesionalisme di kalangan masyarakat, khususnya dari pengguna jasa

dari profesi Da’i.

Strategi yang didukung dengan metode yang bagus dan pelaksanaan program yang akurat, akan menjadikan aktivitas dakwah menjadi matang dan berorientasi jelas dimana cita-cita yang jelas dan realistis pasti akan mendorong dakwah mengikuti arah yang telah di rencanakan.1

Pendidikan berbasis masyarakat pada dasarnya dirancang oleh masyarakat untuk membelajarkan dirinya sendiri melalui interaksi dengan lingkunganya, dan dengan demikian konsep pendidikan berbasis masyarakat adalah dari masyarakat, oleh masyarakat, dan untuk masyarakat.

“Diwilayah Warugunung kecamatan Karangpilang Surabaya, merupakan wilayah

perbatasan antara kota Surabaya dengan kabupaten Sidoarjo dan kabupaten Gersik, dimana terjadi arus singkronisasi, urbanisasi, persinggahan, keluar masuknya penduduk dari desa ke kota, selain itu wilayah warugunung merupakan wilayah industri, sehingga

1


(12)

keadaan masyarakat didaerah ini rentan terjadi kriminalitas karna bertemunya berbagai karakter manusia dari berbagai wilayah bercampur menjadi satu, peran tokoh masyarakat dan tokoh agama belum berjalan maksimal. Selain itu juga mata pencahariaan masyarakat di warugunung adalah kebanyakan sebagai karyawan industri yang full

kegiatan sehingga terkadang kewajiban dalam mendidik anak- anak mereka menjadi terbengkalai, pendidikan agama kurang diperhatian akibatnya banyak anak yang kurang perhatian orang tuanya menjadi anak yang Broken Home, remaja tumbuh menjadi remaja yang pengetahuan agamanya kurang bahkan tidak sedikit yang jatuh dalam kenakalan ramaja. Berawal dari masalah itu, saudara Budhi Hadi Syahputra terinspirasi untuk mendirikan wadah atau majlis yang menampung para remaja untuk mempelajari agama dan berpartisipasi dalam mengurangi tingkat kenakalan remaja melaluai aktifitas

pendidikan dan dakwah yang persuasife melalui Majlis Ta’lim Hidayatulwalad.”2

Dengan inilah peneliti menjadikan alasan yang mendasar untuk melakukan penelitian untuk mengetahui dan memahami bagaimana program kerja dan

implementasinya pada organisasi dakwah di Majlis Ta’lim Hidayatulwalad Warugunung

Karangpilang Surabaya.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas, maka dapat dirumuskan masalah sebagai berikut :

1. Apa dan bagaimana menetapkan Program Kerja di lembaga dakwah Majelis

Ta’lim Hidayatulwalad ?

2. Bagaimana Implementasi di lembaga Majelis Ta’lim Hidayatulwalad ?

2


(13)

C. Tujuan Penelitian

Berdasarkan perumusan masalah yang telah dikemukakan, maka penelitian ini memiliki tujuan sebagai berikut :

1. Untuk mengetahui cara menetapkan program kerja di lembaga dakwah Majelis

Ta’lim Hidayatulwalad.

2. Untuk mengetahui Implementasi program kerja di lembaga dakwah Majelis

Ta’lim Hidayatulwalad

D. Manfaat Penelitian

Dalam melakukan suatu penelitian hasil yang diperoleh diharapkan dapat bermanfaat secara Teoritis maupun Praktis. Manfaat Teoritis berguna untuk mengembangkan Disiplin Ilmu yang berkaitan lebih lanjut dan manfaat praktis digunakan untuk pemecahan masalah aktual.

1. Manfaat Teoritis:

a. Memberikan masukan dan menambah wawasan keilmuan penulis dan bagi para peneliti lain untuk mengembangkan penelitian lain sejenis.

b. Sebagai sumbangan ilmiah bagi perkembangan ilmu pengetahuan bagi mahasiswa

tentang implementasi fungsi-fungsi di dalam proses manajemen organisasi dakwah.

2. Manfaat Praktis:

a. Dapat dijadikan sebagai bahan Evaluasi dan Intropeksi diri dalam mengikuti proses belajar mengajar dan sebagai masukan tentang organisasi dakwah.


(14)

E. Definisi Konsep

1. Program Kerja

Program Kerja dapat diartikan sebagai suatu rencana kegiatan dari suatu orgaisasi yang terarah, terpadu dan sistematis yang dibuat untuk rntan waktu yang telah ditentukan oleh suatu organisasi. Program kerja ini akan menjadi pegangan bagi organisasi dalam menjalankan rutinitas roda organisasi.

2. Implementasi

Implementasi adalah suatu tindakan atau dari sebuah rencana yang sudah disusun secara matang dan terperinci. Implementasi biasanya dilakukan setelah perencanaan sudah di anggap fix.3

3. Organisasi

Organisasi berasal dari istilah Yunani “organon”, istilah latin “organum” yang

dapat berarti: alat, bagian, anggota atau badan.

Organisasi merupakan kumpulan hubungan antar perseorangan tanpa tujuan bersama yang disadari, meskipun pada akhirnya hubungan-hubungan yang tak disadari itu untuk tujuan bersama.

Telah dikemukakan bahwa ciri-ciri organisasi ada tiga yakni:

a. Sekelompok orang

b. Kerjasama atau pembagian pekerjaan dan

3


(15)

c. Tujuan bersama4

4. Majelis Ta’lim (Lembaga Dakwah)

Majelis Ta’lim adalah satu lembaga pendidikan non formal yang bertujuan

meningkatkan keimanan dan ketakwaan kepada Allah SWT dan akhlak mulia bagi jamaahnya , serta mewujudkan rahmat bagi alam semesta.

5. Implementasi Kebijakan Publik

Implementasi kebijakan publik merupakan tahap yang krusial dalam proses kebijakan publik. Suatu program kebijakan harus diimplementasikan agar mempunyai dampak atau tujuan yang diinginkan. Implementasi kebijakan dipandang dalam pengertian yang luas, merupakan alat administrasi hukum dimana berbagai aktor, organisasi, prosedur dan teknik yang bekerja bersama-sama untuk menjalankan kebijakan guna meraih dampak atau tujuan yang diinginkan.5

F. Sistematika Pembahasan

Sistematika pembahasan merupakan urutan sekaligus kerangka berfikir dalam penulisan skripsi ini, maka disusunlah sistematika pembahasan.

Pada bab I Pendahuluan, ini berisikan tentang gambaran umum yang meliputi: konteks penelitian, fokus penelitian, tujuan penelitian, manfaat penelitian, definisi konsep dan sistematika peembahasan.

Pada bab II Kerangka teoritik, berisikan tentang kajian konseptual yang meliputi penelitian terdahulu yang relevan dan kerangka teori.

4

Drs.M.Manulang, dasar-dasar manajemen, Jakarta, Thn 1990, Hal.67-69

5


(16)

Pada bab III Metode penelitian, ini berisikan tentang metode penelitian yang menjelaskan tentang pendekatan jenis penelitian, wilayah penelitian, jenis dan sumber data, tahap-tahap penelitian, teknik pengumpulan data, dan teknik analisis data.

Pada bab IV penyajian analisis data, ini menjelaskan mngenai gambaran umum objek penelitian, penyajian data yang memaparkan fakta-fakta mengenai masalah yang di angkat dan analisis data.

Pada bab V berisi penutup yang memaparkan tentang kesimpulan serta rekomendasi.


(17)

BAB II

KAJIAN TEORITIK

A.

Penelitian Terdahulu yang Relevan

Penelitian tentang penerapan fungsi-fungsi manajemen sudah banyak yang ditulis oleh beberapa orang dalam skripsi, karya Ilmiah dan Tesis, baik Literer maupun penelitian lapangan antara lain sebagai berikut:

Di antaranya adalah skripsi karya Nanang Kristanto jurusan Luar Sekolah tahun

2015 yang berjudul Pengelolaan Majelis Ta’lim IPPS (Ikatan Pengasuh Pengajian Sumbersari) Sebagai Wadah Pemberdayaan Masyarakat menuju Pendidikan Karakter di Kelurahan Sumbersari, Moyudan, Sleman Yogyakarta. Skripsi ini merupakan penelitian

Deskriptif dengan pendekatan Kualitatif. Subjek penelitian ini adalah pengelola,

ustadz/narasumber, jamaah majelis ta’lim IPPS dan perangkat desa Sumbersari. Pengumpulan data dilakukan menggunakan metode Wawancara, Dokumentasi, serta pengamatan langsung dan dilakukan dengan Partisipatif.1

Penulis juga menemukan Skripsi karya Irawati, Jurusan Manajemen Dakwah tahun 2006 yang berjudul Penerapan Fungsi-Fungsi Manajemen Sumber Da’i terhadap Pengelolaan Kegiatan Dakwah Pondok Pesantren Al-Hidayah Kedunglumpang Salam Magelang dengan hasil penelitiannya yaitu menjelaskan tentang manajemen yang mengacu kepada 4 faktor yaitu, planning (perencanaan), Organizing (Pengorganisasian),

Actuating (Penggerakan) dan Controlling (Pengawasan).2

1

Nanang Kristanto, Pe gelolaa Majelis ta’li IPPS ikata pe gasuh pe gajia su bersari sebagai wadah pemberdayaan masyarakat menuju pendidikan karakter dikelurahan sumbersari sleman yogyakarta, Skripsi Fakultas Ilmu Pendidikan UNY.

2

Irawati, Penerapan Fungsi-Fu gsi Ma aje e Su ber Da’I terhadap pe gololaa Kegiata Dakwah Po dok Pesantren Al-Hidayah Kedunglumpang Salam Magelang, Skripsi Fakultas Dakwah Jurusan Manajemen Dakwah UIN Sunan Kalijaga, 2006.


(18)

Penulis juga menemukan jurnal karya Hamriani H.M, Jurusan Dakwah dan Komunikasi, UIN Alauddin Makassar yang berjudul Organisasi dalam Manajemen Dakwah dengan hasil penelitiannya yaitu Organisasi dakwah dapat dirumuskan sebagai rangkaian aktivitas menyusun suatu kerangka yang menjadi wadah bagi segenap kegiatan usaha dakwah dengan jalan menetapkan dan menyusun suatu kerangka yang menjadi wadah bagi segenap kegiatan usaha dakwah dengan jalan membagi dan mengelompokkan pekerjaan yang harus dilaksanakan serta menetapkan dan menyusun jalinan hubungan kerja diantara satuan-satuan Organisasi atau Petugasnya.3

Berdasarkan uraian di atas, penulis tertarik untuk melakukan penelitian tentang

Program Kerja dan Implementasinya Lembaga Dakwah di Majelis Ta’lim

Hidayatulwalad, Warugunung, Surabaya. Dengan berdasarkan teori-teori yang ada dan dilengkapi data-data yang didapatkan dari lembaga tersebut memudahkan peneliti mengerjakan Skripsi yang berjudul PROGRAM KERJA DAN IMPLEMENTASINYA

PADA LEMBAGA DAKWAH MAJELIS TA’LIM HIDAYATUL WALAD,

WARUGUNUNG, KARANGPILANG, SURABAYA, karena penelitian ini belum pernah dijadikan obyek pada penelitian-penelitian sebelumnya.

B. Kerangka Teori

1. Kajian tentang pengelolaan a. Pengertian pengelolaan

Menurut Winarno Hamiseno seperti yang dikutip Suharsimi Arikunto

pengertian pengelolaan sebagai berikut : “Pengelolaan adalah substantif dari

mengelola, sedangkan mengelola seperti suatu tindakan yang dimulai dari

3


(19)

penyusunan data merencanakan, mengorganisasikan, melaksanakan sampai dengan pengawasan dan penilaian dijelaskan selanjutnya pengelolaan menghasilkan sesuatu dan sesuatu itu dapat merupakan penyempurnaan dan peningkatan pengelolaan

selanjutnya”.4

Pengelolaan adalah manajemen dari pada sumber daya – sumber daya misalnya pengelolaan personil, pengelolaan keuangan, material, dan sebagainya.5

Dari pendapat di atas dapat diambil kesimpulan bahwa pengertian pengelolaan adalah suatu tindakan yang dimulai dari penyusunan dan merencanakan, mengorganisasikan, melaksanakan sampai dengan pengawasan dan penilaian terhadap Sumber Daya – Sumber Daya.

b. Tujuan pengelolaan

Hartati Sukirman mengemukaan bahwa tujuan pengelolaan pendidikan senantiasa bermuara pada tujuan pendidikan, yaitu pengembangan kepribadian dan kemampuan dasar peserta didik, siapapun yang menjadi peserta didik dimaksud, apakah anak-anak dewasa. Dengan demikian, segala sesuatu yang di atur, ditata, dikelola, senantiasa ditunjukan pada pencapaian tujuan pendidikan tersebut. Secara jelasnya administrasi pendidikan bertujuan menata, mengatur, mengelola segala sesuatu yang berkenan atau berkaitan dengan kegiatan pendidikan agar mendukung upaya pencapaian tujuan pendidikan secara

Normative, Efectif, dan Efisien. Secara Normative, seperti telah disinggung dalam

4

Suharsimi Arikunto, 1986, hal 32

5


(20)

pembicaraan mengenai pendidikan artinya sesuai dengan kaidah-kaidah Falsafah

pendidikan, Norma-norma Etika, dan Kaidah-Kaidah Keilmuan.6

c. Fungsi Pengelolaan

Di kemukakan di atas bahwa manajemen pendidikan merupakan suatu kegiatan.. kegiatan dimaksud tak lain adalah tindakan-tindakan yang mengacu kepada fungsi-fungsi manajemen. Berkenan dengan fungsi-fungsi manajemen ini, M. Munir dan Wahyu Ilahi secara umum menyatakan bahwa, fungsi manajemen itu berbeda-beda, fungsi manajemen menurut beberapa ahli adalah sebagai berikut :

1) Harry Fayol (pakar administrasi dan manajemen prancis), mengemukakan

fungsi manajemen mencakup lima aspek, yaitu :

Planning, (perencanaan), organizaing (pengorganisasian), commad

(perintah), coordinating (pengkoordinasian), dan controlling (pengawasan) kelima rangkaianfungsi manajemen ini dikenal dengan singkatan POCCC. 2) L.M. Gullick, merinci fungsi-fungsi manajemen menjadi enam urutan,

yaitu: Planning, (perencanaan), organizaing (pengorganisasian), staffing

(kepegawaian), directing (pengerahan), coordinating (pengorganisasian),

reporting (pelaporan), dan budgeting (penganggaran). Keenam fungsi ini dikenal dengan singkatan POSDCRB.

6


(21)

3) George R. Tarry, mengemukakan empat fungsi manajemen yaitu :

planning (perencanaan), organizing (pengorganisasian), actuating

(pelaksanaan), dan controlling (pengawasan). Keempat fungsi ini terkenal dengan singkatan POAC.

Setelah membahas fungsi-fungsi manajemen yang dikemukakan “manajemen

pendidikan luar sekolah yang terdiri atas enam fungsi tersebut adalah: perenvanaan,

pengorganisasian, pembinaan, penilaian, dan pengembangan”.7

Selanjutnya lebih jelas akan dibahas mengenai keenam fungsi-fungsi manajemen pendidikan luar sekolah tersebut:

1) Perencanaan

a) Perencanaan

“perencanaan adalah proses yang sistematis dalam pengambilan keputusan tentang tindakan yang akan dilakukan pada waktu yang akan datang. Disebut sistematiskarena perencanaan itu dilaksanakan dengan menggunakan prinsip-prinsip tertentu didalam proses pengambilan keputusan., penggunaan pengetahuan dan

teknik secara ilmiah, serta tindakan atau kegiatan terorganisir”.8

b) Jenis-jenis perencanaan

Perencanaan dalam pendidikan luar sekolah dapat diklasifikasikan menjadi dua jenis yaitu Perencanaan Alokatif (Allocatif Planning) dan Perencanaan Inovatif (Inovatif Planning).9

2) Pengorganisasian

7

Sudjana, Pengantar Manajemen Pendidikan Luar Sekolah, Thn 1992, Hal 38

8

Sudjana, 1992, hal 41

9


(22)

Longenecker (1972) yang dikutip oleh Sudjana secara umum mendefinisikan : pengorganisasian sebagai aktifitas menetapkan hubungan antara manusia dengan kegiatan yang dilakukan untuk mencapai tujuan. Pengertian ini menjelaskan bahwa kegiatan pengorganisasian berkaitan dengan upaya melibatkan orang-orang kedalam kelopok dan upaya melakukan pembagian kerja diantara anggota kelompok untuk melaksanakan kegiatan yang telah direncanakan didalam rangka mencapai tujuan yang telah direncanakan didalam rangka mencapai tujuan yang telah ditetapkan sebelumnya.

Lebih lanjut Sudjana mengatakan bahwa “pengorganisasian pendidikan luar

sekolah adalah usaha mengintegrasikan sumber-sumber manusia dan non manusiawi yang diperlukan kedalam satu kesatuan dalam melaksanakan kegiatan sebagaimana

telah direncanakan untuk mencapai tujuan yang ditetapkan terlebih dahulu”10

Dari uraian yang dikemukakan diatas dapat disimpulkan bahwa pengorganisasian adalah kegiatan untuk membentuk organisasi. Organisasi ini mencakup sumber-sumber lainnya untuk menjalankan kegiatan sebagaimana direncanakan dalam mencapai tujuan yang telah ditentukan. Produk pengorganisasian adalah organisasi.

3) Penggerakan

Penggerakan adalah upaya untuk memberikan dukungan agar pihak yang dipimpin atau pelaksana kegiatan mengerahkan perbuatannya untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Penggerakan (motivating) berkaitan dengan upaya pemimpin untuk memotivasi seseorang atau kelompok orang yang dipimpin dengan menambahkan dorongan atau motivasi itu dalam diri seseorang, sedangkan upaya

10


(23)

menggerakan (motivasi) sering dilakukan oleh pihak diluar dirinya. Hersay dan Blanchard (1982) menjelaskan bahwa dorongan yang ada pada diri seseorang itu sering berwujud kebutuhan (needs), keinginan (wilingnees), rangsangan (drive), dan kata hati. Dorongan tersebut disadari atau tidak disadari oleh seseorang, mengarah pada suatu tujuan.dengan ini pun pada dasarnya akan mempengaruhi tingkah laku dan menjadi alasan tentang mengapa seseorang melakukan tindakan atau kegiatan. Hulse (1975) memberikan arti bahwa dorongan adalah kekuatan yang terdapat dalam diri seseorang yang menggerakkan tingkah laku orang itu untuk dan dalam mencapai tujuan. Dengan demikian, dorongan akan menimbulkan kegiatan yang bertujuan dan akan mempengaruhi tingkah laku orang yang menilai dorongan itu.11

4) Pembinaan

a. Pengertian Pembinaan

Pembinaan dapat diartikan sebagai upaya memelihara dan membawa suatu keadaan yang seharusnya terjadi atau menjaga keadaan sebagaimana aslinya. Didalam manajemen pendidikan luar sekolah, pembinaan dilakukan dengan maksud agar kegiatan atau program yang sedang dilaksanakan selalu sesuai dengan rencana atau tidak menyimpang dari yang telah direncanakan. Apabila pada suatu waktu terjadi penyimpangan maka dilakukan upaya untuk mengembalikan kegiatan kepada yang seharusnya dilaksanakan.12

Secara lebih luas, pembinaan dapat diartikan sebagai rankaian upaya pengendalian professional terhadap semua unsur organisasi agar unsur-unsur yang disebut terakhir itu berfungsi sebagaimana mestinya sehingga rencana untuk mencapai

11

Sudjana, 1992, hal 114-116

12


(24)

tujuan dapat terlaksana secara efektif dan efisien. Unsur-unsur pembinaan itu mencakup peraturan, kebijakan, tenaga penyelenggaraan, staffdan pelaksanaan, bahan dana alat (material) serta biaya. Dengan perkataan lain pembinaan mempunyai arah untuk mendayagunakan semua sumber (manusiawi dan non manusiawi) sesuai dengan rencana dalam merangkai kegiatan untuki mencapai tujuan yang telah ditetapkan.

b. Ruang lingkup pembinaan

Pembinaan meliputi dua sub fungsi yaitu pengawasan (controling) dan supervisi (Supervising). Pengawasan dan Supervisi mempunyai kaitan erat antara yang satu dengan yang lainnya, dan keduanya saling isi mengisi atau saling melengkapi. kedua sub fungsi ini memiliki persamaan dan perbedaan. Secara umum persamaan antara pengawasan dan supervisi ialah bahwa keduanya merupakan bagian dari kegiatan pembinaan sebagai fungsi manajemen. Keduanya dilakukan secara sengaja. Sasarannya ialah bahwa atau para pelaksanaan program. Pengawasan dan supervisi merupakan proses kegiatan yang sistematis dan terprogram. Pelaksanaanya memerlukan tenaga profesional. Hasil Pengawasan dan Supervisi digunakan untuk kepentingan program atau kegiatan organisasi dalam mencapai tujuan yang telah ditetapkan.

5) Pengendalian/Pengawasan

Piet Sahertian mengatakan “Pengawasan adalah suatu proses untuk

menetapkan suatu pekerjaan sudah terlaksana atau belum terlaksana. Hal ini berhubungan dengan tujuan yang telah ditetapkan dan program yang direncanakan. Pengawasan dalam artian ini bersifat dua, yaitu untuk mengetahui apakah tujuan


(25)

2. Kajian tentang Majelis Ta’lim a. Pengertian Majelis Ta’lim

Majelis Ta’lim berasal dari dua suku kata, yaitu kata majelis dan kata ta’lim.

Dalam bahasa arab kata majelis adalah kata tempat kata kerja dari jlis artinya “tempat

duduk, tempat sidang Dewa-Dewa”, Kata ta’lim dalam bahasa Arab merupakan

masdar dari kata kerja yang mempunyai arti “pengajaran”.

Dalam kamus besar Indonesia pengertian majelis adalah “pertemuan atau perkumpulan orang banyak atau bangunan tempat orang berkumpil” dari pengertian

terminology tentang majelis ta’lim diatas dapatlah dikatakan bahwa majelis adalah

“tempat duduk melaksanakan pengajaran atau pengajian islam”

Sari pengertian di atas, dapat disimpulkan bahwa majelis ta’lim adalah tempat

perkumpulan orang banyak untuk mempelajari agama Islam melalui pengajian yang diberikan oleh guru-guru dan ahli agama Islam.

b. Tujuan Majelis Ta’lim

Mengenai tujuan Majelis Ta’lim mungkin rumusnya bermacam-macam. Sesuai

dengan pandangan para ahli agama para pendiri Majelis Ta’lim dengan organisasi,

lingkungan dan Jamaahnya yang berbeda tidak pernah merumuskan tugasnya.

Berdasarkan Renungan dan pengalaman Tuty Alawiyyah, ia merumuskan bahwa

tujuan Majelis Ta’lim dari segi fungsinya, “yaitu: pertama, sebagai tempat belajar, maka tujuan Majelis Ta’lim adalah menambah Ilmu dan Keyakinan agama yang akan

menolong pengalaman ajaran ajaran agama. Kedua, sebagai kontak sosial maka tujuannya adalah silaturahmi. Ketiga, mewujudkan minat sosial, maka tujuannya


(26)

adalah meningkatkan kesadaran dan kesejahteraan rumah tangga dan lingkungan Jama’ahnya”.13

Secara specifik bahwa Majelis Ta’lim yang diadakan oleh masyarakat, pesantren-pesantren yang adadi pelosok pedesaan maupun perkotaan adalah:

1) Meletakkan dasar keimanan dalam ketentuan dan semua hal-hal yang Ghaib. 2) Semangat dan nilai ibadah yang meresapi seluruh kegiatan hidup manusia dan

alam semsta.’

3) Inspirasi, Motivasi, dan stimulasi agar seluruh potensi jamaah dapat

dikembangkan dan diaktifkan secara maksimal dan oktimal dengan kegiatan pembinaan pribadi dan kerja produktif untuk kesejahteraan bersama

4) Segala kegiatan atau aktifitas sehingga menjadi kesatuan yang padat yang selaras. H. M. Arifin (1995 hal 32) beliau mengemukakan pendapatnya tentang

tujuan majelis ta’lim sebagai berikut:

“Tujuan Majelis Ta’lim adalah mengokohkan tujuan hidup manusia

indonesia sebagai kususnya di bidang mental spiritual keagamaan islam dalam rangka meningkatkan kualitas hidupnya secara integral lahiriyah, batiniyah duniawiyah dan ukrawiyah secara bersama sesuai tuntutan ajaran agama islam yaitu iman dan takwa yang melandasi kehidupan duniawi dalam segala bidang kegiatannya. Fungsi demikian sejalan dengan pembangunan nasional kita”

c. Peranan Majelis Ta’lim

Majelis ta’lim bila dilihat struktur organisasi termasuk organisasi pendidikan luar sekolah yaitu lembaga pendidikan yang sifatnya non formal.

13


(27)

Karena tidak didukung oleh seperangkat aturan akademi kurikulum lama waktu belajar tidak ada kenaikan kelas buku raport, ijazah dan sebagaimana sebagainya lembaga pendidikan formal di sekolah.14

Dilihat dari segi tujuan, “majelis ta’lim termasuk sarana dakwah Islamiyah yang secara Self Standing dan Self Desciplinaed mengatur melaksanakan berbagai kegiatan berdasarkan musyawarah mufakat demi untuk kelancaran pelaksanaan tali Islamiyah sesuai dengan tuntutan pesertanya.15

Dilihat dari aspek sejarah sebelum kemerdekaan indonesia sampai

sekarang banyak terdapat lembaga pendidikan islam memegang peranan sangat penting dalam penyebaran ajaran agama islam di indonesia disamping peranannya yang ikut dalam penyebaran ajaran agama islam di indonesia. Disamping peranannya yang ikut menentukan dalam membangkitkan sikap patriotisme dan nasionalisme sebagai modal mencapai kemerdekaan indonesia lembaga ini ikut serta menunjang tercapainya tujuan pendidikan nasional. Dilihat dari bentuk pendidikannya lembaga-lembaga pendidikan islam tersebut ada yang berbentuk langgar, surau, rangkang.

Telah dikemukakan bahwa majelis ta’lim adalah lembaga pendidikan non

formal islam. Dengan demikian yang bukan lembaga pendidikan formal islam seperti masalah sekolah, pondok pesantren atau perguruan tinggi. Ia juga bukan

organisasi masa atau organisasi politik. Namun, majelis ta’lim mempunyai

kedudukan tersendiri di tengah-tengah masyarakat yaitu antara lain:

14

Nurul Huda,1996/1987 hal 13

15


(28)

1) Sebagai wadah untuk membina dan mengembangkan kehidupan beragama dalam rangka membentuk masyarakat yang bertakwa kepada Allah SWT. 2) Taman Rekreasi Rohaniah, karena penyelengggara bersifat santai.

3) Wadah silaturahmi yang menghidup suburkan syiar islam.

4) Media penyampaian gagasan-gagasan yang bermanfaat bagi pembangunan

Umat dan Bangsa.

Secara strategis Majelis-majelis Ta’lim menjadi sarana Dakwah dan Tabligh

yang berperan sentral pada pembinaan dan peningkatan kualitas hidup umat agama Islam sesuai tuntunan ajaran agama. Majelis ini menyadarkan umat Islam untuk, memahami dan mengamalkan agama yang konsektual di lingkungan hidup sosial-budaya dan alam sekitar masing-masing, menjadikan umat Islam sebagai

Ummathan wasathan yang meneladani kelompok umat lain. Untuk tujuan itu, maka pemimpinya harus berperan sebagai petunjuk jalan kearah kecerahan sikap hidup Islami yang membawa kepada kesehatan Fungsional selaku Khalifah di buminya sendiri.

3. Kajian tentang learning community (masyarakat belajar) a) Pengertian Learning Community (Masyarakat Belajar)

Komunitas pembelajaran sebagai adalah sebuah organisasi dimana anggotanya mengembangkan kapasitasnya secara terus menerus untuk mencapai hasil yang diinginkan, mendorong pola berfikir yang baru dan luas, dan terus belajar bagaimana belajar bersama-sama.


(29)

Pendidikan berbasis masyarakat pada dasarnya dirancang oleh masyarakat untuk membelajarkan dirinya sendiri melalui Interaksi dengan lingkunganya, dan dengan demikian konsep pendidikan berbasis masyarakat adalah dari masyarakat, oleh masyarakat, dan untuk masyarakat. Pendidikan berbasis masyarakat menekankan pada pentingnya pemahaman akan kebutuhan masyarakat dan cara pemecahan oleh masyarakat dengan menggunakan potensi yang ada ada di lingkungannya. Aspek yang sangat penting dalam pendidikan berbasis masyarakat antara lain pendidikan sepanjang hayat, keterlibatan masyarakat, keterlibatan organisasi kemasyarakatan, dan pemanfaatan, sumber daya yang kurang termanfaatkan sebagai tempat sosial.

Lebih lanjut Learning Community masyarakat belajar mengandung arti sebagai berikut :

1) Adanya kelompok belajar yang berkomunikasi untuk berbagai gagasan dan pengalaman.

2) Ada kerjasama untuk memecahkan masalah bersama.

3) Pada umunya hasil kerja kelompok lebih baik dari pada kerja secara

Individual.

4) Upaya membangun Motivasi belajar bagi anak yang belum mampu dapat

diandalkan.

5) Ada rasa ranggung jawab kelompok, semua anggota dalam kelompok mempunyai tanggung jawab yang sama.

6) Menciptakan situasi dan kondisi yang memungkinkan seseorang untuk belajar dengan anak lainnya.


(30)

7) Ada rasa tanggung jawab dan kerjasama antara anggota kelompok untuk saling memberi dan menerima.

8) Ada Fasilitator/Guru yang memandu proses belajar dalam kelompok. 9) Harus ada komunikasi dua arah atau multi arah.

10) Ada kemauan untuk menerima pendapat yang baik. 11) Ada kesediaan untuk menghargai pendapat orang lain. 12) Tidak ada kebenarannya hanya ada satu saja.

13) Dominasi siswa-siswa yang pintar perlu diperhatikan agar yang lambat, lemah bisa pula berperan.16

Dari pendapat diatas dapat disimpulkan bahwa pendidikan berbasis masyarakat adalah pendidikan yang berada di masyarakat, pendidikan yang menjawab kebutuhan masyarakat, dikelola masyarakat, memanfaatkan fasilitas yang ada di masyarakat dan menurut partisipasi masyarakat.

b) Prinsip-prinsip Learning Community:

1. Pada dasarnya hasil belajar diperoleh dari kerjasama atau Sharing dengan pihak lain.

2. Sharing terjadi apabila ada pihak yang saling memberi dan saling menerima informasi.

3. Sharing terjadi apabila ada komunikasi dua atau multi arah. 4. Penetapan Program Kerja

1. Pengertian Program Kerja

16

Imadiklus,pendidikan Orang Dewasa dalam Masyarakat Belajar Learning Community,2011. www.Imadiklus.com


(31)

Program kerja dapat diartikan sebagai suatu rencana kegiatan dari suatu organisasi yang terarah, terpadu dan tersistematis yang dibuat untuk rentang waktu yang telah ditentukan oleh suatu organisasi. Program kerja ini akan menjadi pegangan bagi organisasi dalam menjalankan rutinitas roda organisasi. Program kerja juga digunakan sebagai sarana untuk mewujudkan cita cita organisasi. Ada dua alasan pokok mengapa program kerja perlu disusun oleh suatu organisasi :

a) Efisiensi organisasi

Dengan telah dibuatnya suatu program kerja oleh suatu organisasi maka waktu yang dihabiskan oleh suatu organisasi untuk memikirkan bentuk kegiatan apasaja yang akan dibuat tidak begitu banyak, sehingga waktu yang lain bisa digunakan untuk mengimplementasikan program kerja yang telah dibuat. b) Efektifitas organisasi

Keefektifan Organisasi juga dapat dilihat dari sisi ini, dimana dengan membuat program kerja oleh suatu organisasi maka selama itu telah direncanakan sinkronisasi kegiatan organisasi antara bagian kepengurusan yang satu dengan bagian kepengurusan yang lainnya.

2. Jenis-jenis program kerja

Jenis program kerja ini biasanya dibuat oleh organisasi untuk satu periode kepengurusan, sehingga kegiatan rapat kerja (raker) organisasi hanya dilakukan sekali dalam satu periode kepengurusan dan untuk tahap selanjutnya akan diadakan evaluasi dan koordinasi dari program kerja yang telah ditetapkan.


(32)

Jenis program kerja seperti ini disusun untuk suatu jangka waktu tertentu biasanya triwulan, caturwulan, semester dan lain lain. Dalam pembuatan metode program kerja seperti ini maka akan ditemui bahwa suatu organisasi akan mengadakan rapat kerja (raker) organisasi lebih dari sekali dalam satu periode kepengurusan.

b. Program kerja untuk satu periode kepengurusan

Jenis program kerja ini biasanya dibuat oleh organisasi untuk satu periode kepengurusan, sehingga kegiatan rapat kerja (raker) organisasi hanya dilakukan sekali dalam satu periode kepengurusan dan untuk tahap selanjutnya akan diadakan evaluasi dan koordinasi dari program kerja yang telah ditetapkan.

3. Prasyarat pembuatan Program Kerja

Dalam organisasi, sudah menjadi kewajiban pengurus untuk membuat program kerja yang akan dijalankan oleh suatu organisasi untuk jangka waktu yang telah ditetapkan, namun dalam pembuatannya, pengurus harus memperhatikan beberapa hal dalam penyusunan suatu program kerja. Ada beberapa hal yang harus diperhatikan, antara lain :

1. Latar Belakang Pembentukan Organisasi

Hal ini berkaitan dengan nilai nilai yang mendasari pendirian suatu organisasi yang bertalian erat dengan semangat para pendiri organisasi

2. Sejarah Perjalanan Organisasi

Hal ini berkaitan dengan pengalaman organisasi dalam menjalankan program kerja yang telah direncanakan, sejarah perjalanan organisasi ini sangat penting


(33)

untuk diperhatikan karena kesesuaian jiwa organisasi dengan implementasi program kerja bisa dilihat dari sisi ini.

3. Visi dan Misi Organisasi

Program kerja yang dibuat harus sesuai dengan visi dan misi yang telah menjadi bagian utama dari suatu organisasi sebagai acuan pokok dalam menjalankan roda organisasi

4. AD/ART dan Peraturan Organisasi

Program kerja yang dibuat tidak boleh menyalahi AD/ART serta peraturan organisasi.

5. GBHO/GBPK

GBHO dan GBPK umumnya dibuat pada saat awal suatu kepengurusan (saat terbentuknya kepengurusan baru) dan hal ini merupakan amanat organisasi yang didasari pada situasi yang sedang berkembang serta dinamika dari organisasi yang bersangkutan. Suatu program kerja tidak boleh melanggar GBHO/GBPK karena pelanggaran terhadap GBHO/GBPK sama artinya dengan menentang amanat yang telah diberikan oleh organisasi

5. Pengertian Lembaga Dakwah a) Pengertian Lembaga Dakwah


(34)

Lembaga adalah badan (Organisasi) yang tujuannya melakukan suatu penyelidikan keilmuan atau melakukan suatu usaha. Sedangkan pengorganisasian adalah seluruh proses pengelompokan orang-orang, alat-alat, tugas-tugas, tanggung jawab dan wewenang sedemikian rupa sehingga tercipta suatu organisasi yang dapat digerakkan sebagai suatu kesatuan dalam rangka mencapai suatu tujuan yang telah ditentukan.

Dakwah merupakan suatu yang sangat Urgen bagi keberlangsungan agama Islam

sebab Dakwah Islamiyah telah dilaksanakan oleh Nabi dan diteruskan oleh para sahabat beliau Wafat, Khalifah, dan akhirnya diikuti oleh para Ulama yang notabenenya pewaris Nabi. Berkembangnya Islam sampai saat ini, tidak dapat dipungkiri bahwa itu semua berkat adanya aktivitas Dakwah Islamiyah yang dilakukan oleh para juru dakwah dan para ulama yang dengan semangat dan keikhlasannya mengembangkan agama Islam kepada mereka yang belum memeluk agama Islam.

Menyiarkan suatu agama harus dilakukan dengan sebaik-baiknya sehingga kegiatan dakwah untuk menyiarkan agama tersebut dapat diterima dan dipeluk oleh umat manusia dengan kemauan dan kesadaran hatinya, bukan dengan paksaan dan ikut-ikutan saja. Suatu agama tak akan tegak tanpa adanya dakwah, suatu ideologi atau aliran tidak akan tersebar dan tersiar tanpa adanya kegiatan untuk menyiarkannya. Rusaknya suatu agama adalah karena pemeluknya meninggalkan dakwah.


(35)

Diketahui bahwa ruang lingkup dakwah dan sasarannya itu amat luas, sebab ia meliputi semua aspek kehidupan umat manusia, baik kehidupan Jasmani maupun

Rohani dalam mencapai kebahagiaan dan kesejahteraan hidup di dunia maupun

Akhirat.

Maka untuk melaksanakan tugas mulia dan besar itu diperlukan kumpulan para

Da’i dalam suatu Wadah Organisasi Dakwah agar menjadi mudah pelaksanaannya.

Hal ini disebabkan karena tindakan-tindakan atau kegiatan-kegiatan dakwah dalam tugas yang lebih terperinci, serta diserahkan pelaksanaannya kepada beberapa orang yang akan mencegah timbulnya Akumulasi pekerjaan hanya pada diri seseorang pelaksana saja.

Selanjutnya dengan pengorganisasian, kegiatan-kegiatan dakwah yang dirinci akan memudahkan pemilihan tenaga-tenaga yang diperlukan untuk melaksanakan tugas-tugas tersebut, serta sarana atau alat yang dibutuhkan. Pengorganisasian tersebut akan mendatangkan keberuntungan berupa terpadunya berbagai kemampuan dan keahlian dari pada pelaksana dakwah dalam satu kerangka kerjasama dakwah yang semuanya diarahkan pada sasaran yang telah ditentukan.

Adapun peran lainnya sebagai Lembaga Dakwah adalah:

a.Menebar pemikiran dan dakwah.

b. Mengembangkan kemampuan SDM para Kader Dakwah.

c. Pelembagaan yang Professional dan Kompeten pada bidangnya.

d.Menghimpun tokoh dan pakar yang siap memberikan kontribusi dan pemikiran serta pengaruh bagi kepentingan dakwah.


(36)

e. Mencetak kader-kader.

g. Melayani, melindungi, serta memberdayakan masyarakat yang Kredibel.

f. Pemerkuat basis sosial

6. Teori Implementasi Kebijakan Publik

Implementasi kebijakan publik merupakan tahap yang krusial dalam proses kebijakan publik. Suatu program kebijakan harus diimplementasikan agar mempunyai dampak atau tujuan yang diinginkan. Implementasi kebijakan dipandang dalam pengertian yang luas, merupakan alat administrasi hukum dimana berbagai aktor, organisasi, prosedur dan teknik yang bekerja bersama-sama untuk menjalankan kebijakan guna meraih dampak atau tujuan yang diinginkan.17

Menurut Van Meter dan Van Horn, ada beberapa hal yang perlu diperhatikan di dalam mengembangkan tipologi kebijakan-kebijakan publik, yakni:

a. Implementasi Efektif

Implementasi Efektif akan bergantung sebagian pada tipe kebijakan yang dipertimbangkan. Misalnya, keberhasilan implementasi kebijakan mengenai kemiskinan dengan penanggulangan kenakalan remaja. Hal ini disebabkan oleh tipe kebijakan yang berbeda antara pengentasan kemiskinan dengan penanggulangan kenakalan remaja.

b. Faktor-faktor yang mendorong Realisasi atau Non-Realisasi

Suatu implementasi akan sangat berhasil bila perubahan marginal diperlukan dan konsensus tujuan rendah tinggi. Sebaliknya, bila perubahan besar ditetapkan

17


(37)

dan konsensus tujuan rendah maka prospek implementasi yang efektif akan sangat diragukan. Disamping itu, kebijakan-kebijakan perubahan besar atau konsensus tinggi diharapkan akan diimplementasikan lebih efektif daripada kebijakan-kebijakan yang mempunyai perubahan kecil dan konsensus rendah. Dengan demikian, konsensus tujuan akan diharapkan pula mempunyai dampak yang besar pada proses implementasi kebijakan daripada unsur perubahan. Dengan saran-saran atau hipotesis-hipotesis seperti ini akan mengalihkan perhatianj kepada penyelidikan terhadap faktor-faktor atau variabel-variabel yang tercakup dalam proses implementasi menjadi sesuatu hal yang penting untuk dikaji.18

BAB II

KAJIAN TEORITIK

C.

Penelitian Terdahulu yang Relevan

Penelitian tentang penerapan fungsi-fungsi manajemen sudah banyak yang ditulis oleh beberapa orang dalam skripsi, karya Ilmiah dan Tesis, baik Literer maupun penelitian lapangan antara lain sebagai berikut:

Di antaranya adalah skripsi karya Nanang Kristanto jurusan Luar Sekolah tahun

2015 yang berjudul Pengelolaan Majelis Ta’lim IPPS (Ikatan Pengasuh Pengajian Sumbersari) Sebagai Wadah Pemberdayaan Masyarakat menuju Pendidikan Karakter di

18


(38)

Kelurahan Sumbersari, Moyudan, Sleman Yogyakarta. Skripsi ini merupakan penelitian

Deskriptif dengan pendekatan Kualitatif. Subjek penelitian ini adalah pengelola,

ustadz/narasumber, jamaah majelis ta’lim IPPS dan perangkat desa Sumbersari.

Pengumpulan data dilakukan menggunakan metode Wawancara, Dokumentasi, serta pengamatan langsung dan dilakukan dengan Partisipatif.19

Penulis juga menemukan Skripsi karya Irawati, Jurusan Manajemen Dakwah tahun 2006 yang berjudul Penerapan Fungsi-Fungsi Manajemen Sumber Da’i terhadap Pengelolaan Kegiatan Dakwah Pondok Pesantren Al-Hidayah Kedunglumpang Salam Magelang dengan hasil penelitiannya yaitu menjelaskan tentang manajemen yang mengacu kepada 4 faktor yaitu, planning (perencanaan), Organizing (Pengorganisasian),

Actuating (Penggerakan) dan Controlling (Pengawasan).20

Penulis juga menemukan jurnal karya Hamriani H.M, Jurusan Dakwah dan Komunikasi, UIN Alauddin Makassar yang berjudul Organisasi dalam Manajemen Dakwah dengan hasil penelitiannya yaitu Organisasi dakwah dapat dirumuskan sebagai rangkaian aktivitas menyusun suatu kerangka yang menjadi wadah bagi segenap kegiatan usaha dakwah dengan jalan menetapkan dan menyusun suatu kerangka yang menjadi wadah bagi segenap kegiatan usaha dakwah dengan jalan membagi dan mengelompokkan pekerjaan yang harus dilaksanakan serta menetapkan dan menyusun jalinan hubungan kerja diantara satuan-satuan Organisasi atau Petugasnya.21

19

Nanang Kristanto, Pe gelolaa Majelis ta’li IPPS ikatan pengasuh pengajian sumbersari) sebagai wadah pemberdayaan masyarakat menuju pendidikan karakter dikelurahan sumbersari sleman yogyakarta, Skripsi Fakultas Ilmu Pendidikan UNY.

20

Irawati, Penerapan Fungsi-Fu gsi Ma aje e Su ber Da’I terhadap pe gololaa Kegiatan Dakwah Pondok Pesantren Al-Hidayah Kedunglumpang Salam Magelang, Skripsi Fakultas Dakwah Jurusan Manajemen Dakwah UIN Sunan Kalijaga, 2006.

21


(39)

Berdasarkan uraian di atas, penulis tertarik untuk melakukan penelitian tentang

Program Kerja dan Implementasinya Lembaga Dakwah di Majelis Ta’lim

Hidayatulwalad, Warugunung, Surabaya. Dengan berdasarkan teori-teori yang ada dan dilengkapi data-data yang didapatkan dari lembaga tersebut memudahkan peneliti mengerjakan Skripsi yang berjudul PROGRAM KERJA DAN IMPLEMENTASINYA

PADA LEMBAGA DAKWAH MAJELIS TA’LIM HIDAYATUL WALAD,

WARUGUNUNG, KARANGPILANG, SURABAYA, karena penelitian ini belum pernah dijadikan obyek pada penelitian-penelitian sebelumnya.

D. Kerangka Teori

7. Kajian tentang pengelolaan d. Pengertian pengelolaan

Menurut Winarno Hamiseno seperti yang dikutip Suharsimi Arikunto

pengertian pengelolaan sebagai berikut : “Pengelolaan adalah substantif dari

mengelola, sedangkan mengelola seperti suatu tindakan yang dimulai dari penyusunan data merencanakan, mengorganisasikan, melaksanakan sampai dengan pengawasan dan penilaian dijelaskan selanjutnya pengelolaan menghasilkan sesuatu dan sesuatu itu dapat merupakan penyempurnaan dan peningkatan pengelolaan

selanjutnya”.22

Pengelolaan adalah manajemen dari pada sumber daya – sumber daya misalnya pengelolaan personil, pengelolaan keuangan, material, dan sebagainya.23

Dari pendapat di atas dapat diambil kesimpulan bahwa pengertian pengelolaan adalah suatu tindakan yang dimulai dari penyusunan dan

22

Suharsimi Arikunto, 1986, hal 32

23


(40)

merencanakan, mengorganisasikan, melaksanakan sampai dengan pengawasan dan penilaian terhadap Sumber Daya – Sumber Daya.

e. Tujuan pengelolaan

Hartati Sukirman mengemukaan bahwa tujuan pengelolaan pendidikan senantiasa bermuara pada tujuan pendidikan, yaitu pengembangan kepribadian dan kemampuan dasar peserta didik, siapapun yang menjadi peserta didik dimaksud, apakah anak-anak dewasa. Dengan demikian, segala sesuatu yang di atur, ditata, dikelola, senantiasa ditunjukan pada pencapaian tujuan pendidikan tersebut. Secara jelasnya administrasi pendidikan bertujuan menata, mengatur, mengelola segala sesuatu yang berkenan atau berkaitan dengan kegiatan pendidikan agar mendukung upaya pencapaian tujuan pendidikan secara

Normative, Efectif, dan Efisien. Secara Normative, seperti telah disinggung dalam pembicaraan mengenai pendidikan artinya sesuai dengan kaidah-kaidah Falsafah

pendidikan, Norma-norma Etika, dan Kaidah-Kaidah Keilmuan.24

f. Fungsi Pengelolaan

Di kemukakan di atas bahwa manajemen pendidikan merupakan suatu kegiatan.. kegiatan dimaksud tak lain adalah tindakan-tindakan yang mengacu kepada fungsi-fungsi manajemen. Berkenan dengan fungsi-fungsi manajemen ini, M. Munir dan Wahyu Ilahi secara umum menyatakan bahwa, fungsi manajemen itu berbeda-beda, fungsi manajemen menurut beberapa ahli adalah sebagai berikut :

24


(41)

4) Harry Fayol (pakar administrasi dan manajemen prancis), mengemukakan fungsi manajemen mencakup lima aspek,

yaitu :

Planning, (perencanaan), organizaing (pengorganisasian), commad

(perintah), coordinating (pengkoordinasian), dan controlling (pengawasan) kelima rangkaianfungsi manajemen ini dikenal dengan singkatan POCCC. 5) L.M. Gullick, merinci fungsi-fungsi manajemen menjadi enam urutan,

yaitu: Planning, (perencanaan), organizaing (pengorganisasian), staffing

(kepegawaian), directing (pengerahan), coordinating (pengorganisasian),

reporting (pelaporan), dan budgeting (penganggaran). Keenam fungsi ini dikenal dengan singkatan POSDCRB.

6) George R. Tarry, mengemukakan empat fungsi manajemen yaitu :

planning (perencanaan), organizing (pengorganisasian), actuating

(pelaksanaan), dan controlling (pengawasan). Keempat fungsi ini terkenal dengan singkatan POAC.

Setelah membahas fungsi-fungsi manajemen yang dikemukakan “manajemen

pendidikan luar sekolah yang terdiri atas enam fungsi tersebut adalah: perenvanaan,

pengorganisasian, pembinaan, penilaian, dan pengembangan”.25

Selanjutnya lebih jelas akan dibahas mengenai keenam fungsi-fungsi manajemen pendidikan luar sekolah tersebut:

6) Perencanaan

25


(42)

c) Perencanaan

“perencanaan adalah proses yang sistematis dalam pengambilan keputusan tentang tindakan yang akan dilakukan pada waktu yang akan datang. Disebut sistematiskarena perencanaan itu dilaksanakan dengan menggunakan prinsip-prinsip tertentu didalam proses pengambilan keputusan., penggunaan pengetahuan dan

teknik secara ilmiah, serta tindakan atau kegiatan terorganisir”.26

d) Jenis-jenis perencanaan

Perencanaan dalam pendidikan luar sekolah dapat diklasifikasikan menjadi dua jenis yaitu Perencanaan Alokatif (Allocatif Planning) dan Perencanaan Inovatif (Inovatif Planning).27

7) Pengorganisasian

Longenecker (1972) yang dikutip oleh Sudjana secara umum mendefinisikan : pengorganisasian sebagai aktifitas menetapkan hubungan antara manusia dengan kegiatan yang dilakukan untuk mencapai tujuan. Pengertian ini menjelaskan bahwa kegiatan pengorganisasian berkaitan dengan upaya melibatkan orang-orang kedalam kelopok dan upaya melakukan pembagian kerja diantara anggota kelompok untuk melaksanakan kegiatan yang telah direncanakan didalam rangka mencapai tujuan yang telah direncanakan didalam rangka mencapai tujuan yang telah ditetapkan sebelumnya.

Lebih lanjut Sudjana mengatakan bahwa “pengorganisasian pendidikan luar

sekolah adalah usaha mengintegrasikan sumber-sumber manusia dan non manusiawi

26

Sudjana, 1992, hal 41

27


(43)

yang diperlukan kedalam satu kesatuan dalam melaksanakan kegiatan sebagaimana telah direncanakan untuk mencapai tujuan yang ditetapkan terlebih dahulu”28

Dari uraian yang dikemukakan diatas dapat disimpulkan bahwa pengorganisasian adalah kegiatan untuk membentuk organisasi. Organisasi ini mencakup sumber-sumber lainnya untuk menjalankan kegiatan sebagaimana direncanakan dalam mencapai tujuan yang telah ditentukan. Produk pengorganisasian adalah organisasi.

8) Penggerakan

Penggerakan adalah upaya untuk memberikan dukungan agar pihak yang dipimpin atau pelaksana kegiatan mengerahkan perbuatannya untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Penggerakan (motivating) berkaitan dengan upaya pemimpin untuk memotivasi seseorang atau kelompok orang yang dipimpin dengan menambahkan dorongan atau motivasi itu dalam diri seseorang, sedangkan upaya menggerakan (motivasi) sering dilakukan oleh pihak diluar dirinya. Hersay dan Blanchard (1982) menjelaskan bahwa dorongan yang ada pada diri seseorang itu sering berwujud kebutuhan (needs), keinginan (wilingnees), rangsangan (drive), dan kata hati. Dorongan tersebut disadari atau tidak disadari oleh seseorang, mengarah pada suatu tujuan.dengan ini pun pada dasarnya akan mempengaruhi tingkah laku dan menjadi alasan tentang mengapa seseorang melakukan tindakan atau kegiatan. Hulse (1975) memberikan arti bahwa dorongan adalah kekuatan yang terdapat dalam diri seseorang yang menggerakkan tingkah laku orang itu untuk dan dalam mencapai

28


(44)

tujuan. Dengan demikian, dorongan akan menimbulkan kegiatan yang bertujuan dan akan mempengaruhi tingkah laku orang yang menilai dorongan itu.29

9) Pembinaan

c. Pengertian Pembinaan

Pembinaan dapat diartikan sebagai upaya memelihara dan membawa suatu keadaan yang seharusnya terjadi atau menjaga keadaan sebagaimana aslinya. Didalam manajemen pendidikan luar sekolah, pembinaan dilakukan dengan maksud agar kegiatan atau program yang sedang dilaksanakan selalu sesuai dengan rencana atau tidak menyimpang dari yang telah direncanakan. Apabila pada suatu waktu terjadi penyimpangan maka dilakukan upaya untuk mengembalikan kegiatan kepada yang seharusnya dilaksanakan.30

Secara lebih luas, pembinaan dapat diartikan sebagai rankaian upaya pengendalian professional terhadap semua unsur organisasi agar unsur-unsur yang disebut terakhir itu berfungsi sebagaimana mestinya sehingga rencana untuk mencapai tujuan dapat terlaksana secara efektif dan efisien. Unsur-unsur pembinaan itu mencakup peraturan, kebijakan, tenaga penyelenggaraan, staffdan pelaksanaan, bahan dana alat (material) serta biaya. Dengan perkataan lain pembinaan mempunyai arah untuk mendayagunakan semua sumber (manusiawi dan non manusiawi) sesuai dengan rencana dalam merangkai kegiatan untuki mencapai tujuan yang telah ditetapkan.

d. Ruang lingkup pembinaan

Pembinaan meliputi dua sub fungsi yaitu pengawasan (controling) dan supervisi (Supervising). Pengawasan dan Supervisi mempunyai kaitan erat antara yang

29

Sudjana, 1992, hal 114-116

30


(45)

satu dengan yang lainnya, dan keduanya saling isi mengisi atau saling melengkapi. kedua sub fungsi ini memiliki persamaan dan perbedaan. Secara umum persamaan antara pengawasan dan supervisi ialah bahwa keduanya merupakan bagian dari kegiatan pembinaan sebagai fungsi manajemen. Keduanya dilakukan secara sengaja. Sasarannya ialah bahwa atau para pelaksanaan program. Pengawasan dan supervisi merupakan proses kegiatan yang sistematis dan terprogram. Pelaksanaanya memerlukan tenaga profesional. Hasil Pengawasan dan Supervisi digunakan untuk kepentingan program atau kegiatan organisasi dalam mencapai tujuan yang telah ditetapkan.

10)Pengendalian/Pengawasan

Piet Sahertian mengatakan “Pengawasan adalah suatu proses untuk

menetapkan suatu pekerjaan sudah terlaksana atau belum terlaksana. Hal ini berhubungan dengan tujuan yang telah ditetapkan dan program yang direncanakan. Pengawasan dalam artian ini bersifat dua, yaitu untuk mengetahui apakah tujuan pekerjaan sudah terwujud dan proses kegiatan dapat terlaksana”.

8. Kajian tentang Majelis Ta’lim c. Pengertian Majelis Ta’lim

Majelis Ta’lim berasal dari dua suku kata, yaitu kata majelis dan kata ta’lim.

Dalam bahasa arab kata majelis adalah kata tempat kata kerja dari jlis artinya “tempat

duduk, tempat sidang Dewa-Dewa”, Kata ta’lim dalam bahasa Arab merupakan masdar dari kata kerja yang mempunyai arti “pengajaran”.

Dalam kamus besar Indonesia pengertian majelis adalah “pertemuan atau


(46)

terminology tentang majelis ta’lim diatas dapatlah dikatakan bahwa majelis adalah “tempat duduk melaksanakan pengajaran atau pengajian islam”

Sari pengertian di atas, dapat disimpulkan bahwa majelis ta’lim adalah tempat perkumpulan orang banyak untuk mempelajari agama Islam melalui pengajian yang diberikan oleh guru-guru dan ahli agama Islam.

d. Tujuan Majelis Ta’lim

Mengenai tujuan Majelis Ta’lim mungkin rumusnya bermacam-macam. Sesuai

dengan pandangan para ahli agama para pendiri Majelis Ta’lim dengan organisasi,

lingkungan dan Jamaahnya yang berbeda tidak pernah merumuskan tugasnya.

Berdasarkan Renungan dan pengalaman Tuty Alawiyyah, ia merumuskan bahwa

tujuan Majelis Ta’lim dari segi fungsinya, “yaitu: pertama, sebagai tempat belajar,

maka tujuan Majelis Ta’lim adalah menambah Ilmu dan Keyakinan agama yang akan

menolong pengalaman ajaran ajaran agama. Kedua, sebagai kontak sosial maka tujuannya adalah silaturahmi. Ketiga, mewujudkan minat sosial, maka tujuannya adalah meningkatkan kesadaran dan kesejahteraan rumah tangga dan lingkungan Jama’ahnya”.31

Secara specifik bahwa Majelis Ta’lim yang diadakan oleh masyarakat,

pesantren-pesantren yang adadi pelosok pedesaan maupun perkotaan adalah: 5) Meletakkan dasar keimanan dalam ketentuan dan semua hal-hal yang Ghaib. 6) Semangat dan nilai ibadah yang meresapi seluruh kegiatan hidup manusia dan

alam semsta.’

31


(47)

7) Inspirasi, Motivasi, dan stimulasi agar seluruh potensi jamaah dapat dikembangkan dan diaktifkan secara maksimal dan oktimal dengan kegiatan pembinaan pribadi dan kerja produktif untuk kesejahteraan bersama

8) Segala kegiatan atau aktifitas sehingga menjadi kesatuan yang padat yang selaras. H. M. Arifin (1995 hal 32) beliau mengemukakan pendapatnya tentang

tujuan majelis ta’lim sebagai berikut:

“Tujuan Majelis Ta’lim adalah mengokohkan tujuan hidup manusia

indonesia sebagai kususnya di bidang mental spiritual keagamaan islam dalam rangka meningkatkan kualitas hidupnya secara integral lahiriyah, batiniyah duniawiyah dan ukrawiyah secara bersama sesuai tuntutan ajaran agama islam yaitu iman dan takwa yang melandasi kehidupan duniawi dalam segala bidang

kegiatannya. Fungsi demikian sejalan dengan pembangunan nasional kita”

c. Peranan Majelis Ta’lim

Majelis ta’lim bila dilihat struktur organisasi termasuk organisasi pendidikan luar sekolah yaitu lembaga pendidikan yang sifatnya non formal. Karena tidak didukung oleh seperangkat aturan akademi kurikulum lama waktu belajar tidak ada kenaikan kelas buku raport, ijazah dan sebagaimana sebagainya lembaga pendidikan formal di sekolah.32

Dilihat dari segi tujuan, “majelis ta’lim termasuk sarana dakwah Islamiyah yang secara Self Standing dan Self Desciplinaed mengatur melaksanakan berbagai

32


(48)

kegiatan berdasarkan musyawarah mufakat demi untuk kelancaran pelaksanaan tali Islamiyah sesuai dengan tuntutan pesertanya.33

Dilihat dari aspek sejarah sebelum kemerdekaan indonesia sampai

sekarang banyak terdapat lembaga pendidikan islam memegang peranan sangat penting dalam penyebaran ajaran agama islam di indonesia disamping peranannya yang ikut dalam penyebaran ajaran agama islam di indonesia. Disamping peranannya yang ikut menentukan dalam membangkitkan sikap patriotisme dan nasionalisme sebagai modal mencapai kemerdekaan indonesia lembaga ini ikut serta menunjang tercapainya tujuan pendidikan nasional. Dilihat dari bentuk pendidikannya lembaga-lembaga pendidikan islam tersebut ada yang berbentuk langgar, surau, rangkang.

Telah dikemukakan bahwa majelis ta’lim adalah lembaga pendidikan non

formal islam. Dengan demikian yang bukan lembaga pendidikan formal islam seperti masalah sekolah, pondok pesantren atau perguruan tinggi. Ia juga bukan

organisasi masa atau organisasi politik. Namun, majelis ta’lim mempunyai

kedudukan tersendiri di tengah-tengah masyarakat yaitu antara lain:

5) Sebagai wadah untuk membina dan mengembangkan kehidupan beragama

dalam rangka membentuk masyarakat yang bertakwa kepada Allah SWT. 6) Taman Rekreasi Rohaniah, karena penyelengggara bersifat santai.

7) Wadah silaturahmi yang menghidup suburkan syiar islam.

8) Media penyampaian gagasan-gagasan yang bermanfaat bagi pembangunan

Umat dan Bangsa.

33


(49)

Secara strategis Majelis-majelis Ta’lim menjadi sarana Dakwah dan Tabligh

yang berperan sentral pada pembinaan dan peningkatan kualitas hidup umat agama Islam sesuai tuntunan ajaran agama. Majelis ini menyadarkan umat Islam untuk, memahami dan mengamalkan agama yang konsektual di lingkungan hidup sosial-budaya dan alam sekitar masing-masing, menjadikan umat Islam sebagai

Ummathan wasathan yang meneladani kelompok umat lain. Untuk tujuan itu, maka pemimpinya harus berperan sebagai petunjuk jalan kearah kecerahan sikap hidup Islami yang membawa kepada kesehatan Fungsional selaku Khalifah di buminya sendiri.

9. Kajian tentang learning community (masyarakat belajar) c) Pengertian Learning Community (Masyarakat Belajar)

Komunitas pembelajaran sebagai adalah sebuah organisasi dimana anggotanya mengembangkan kapasitasnya secara terus menerus untuk mencapai hasil yang diinginkan, mendorong pola berfikir yang baru dan luas, dan terus belajar bagaimana belajar bersama-sama.

Pendidikan berbasis masyarakat pada dasarnya dirancang oleh masyarakat untuk membelajarkan dirinya sendiri melalui Interaksi dengan lingkunganya, dan dengan demikian konsep pendidikan berbasis masyarakat adalah dari masyarakat, oleh masyarakat, dan untuk masyarakat. Pendidikan berbasis masyarakat menekankan pada pentingnya pemahaman akan kebutuhan masyarakat dan cara pemecahan oleh masyarakat dengan menggunakan potensi yang ada ada di lingkungannya. Aspek yang sangat penting dalam pendidikan berbasis masyarakat


(50)

antara lain pendidikan sepanjang hayat, keterlibatan masyarakat, keterlibatan organisasi kemasyarakatan, dan pemanfaatan, sumber daya yang kurang termanfaatkan sebagai tempat sosial.

Lebih lanjut Learning Community masyarakat belajar mengandung arti sebagai berikut :

14)Adanya kelompok belajar yang berkomunikasi untuk berbagai gagasan dan pengalaman.

15)Ada kerjasama untuk memecahkan masalah bersama.

16)Pada umunya hasil kerja kelompok lebih baik dari pada kerja secara

Individual.

17)Upaya membangun Motivasi belajar bagi anak yang belum mampu dapat

diandalkan.

18)Ada rasa ranggung jawab kelompok, semua anggota dalam kelompok mempunyai tanggung jawab yang sama.

19)Menciptakan situasi dan kondisi yang memungkinkan seseorang untuk belajar dengan anak lainnya.

20)Ada rasa tanggung jawab dan kerjasama antara anggota kelompok untuk saling memberi dan menerima.

21)Ada Fasilitator/Guru yang memandu proses belajar dalam kelompok. 22)Harus ada komunikasi dua arah atau multi arah.

23) Ada kemauan untuk menerima pendapat yang baik. 24) Ada kesediaan untuk menghargai pendapat orang lain. 25) Tidak ada kebenarannya hanya ada satu saja.


(51)

26) Dominasi siswa-siswa yang pintar perlu diperhatikan agar yang lambat, lemah bisa pula berperan.34

Dari pendapat diatas dapat disimpulkan bahwa pendidikan berbasis masyarakat adalah pendidikan yang berada di masyarakat, pendidikan yang menjawab kebutuhan masyarakat, dikelola masyarakat, memanfaatkan fasilitas yang ada di masyarakat dan menurut partisipasi masyarakat.

d) Prinsip-prinsip Learning Community:

4. Pada dasarnya hasil belajar diperoleh dari kerjasama atau Sharing dengan pihak lain.

5. Sharing terjadi apabila ada pihak yang saling memberi dan saling menerima informasi.

6. Sharing terjadi apabila ada komunikasi dua atau multi arah. 10.Penetapan Program Kerja

4. Pengertian Program Kerja

Program kerja dapat diartikan sebagai suatu rencana kegiatan dari suatu organisasi yang terarah, terpadu dan tersistematis yang dibuat untuk rentang waktu yang telah ditentukan oleh suatu organisasi. Program kerja ini akan menjadi pegangan bagi organisasi dalam menjalankan rutinitas roda organisasi. Program kerja juga digunakan sebagai sarana untuk mewujudkan cita cita organisasi. Ada dua alasan pokok mengapa program kerja perlu disusun oleh suatu organisasi :

a) Efisiensi organisasi

34

Imadiklus,pendidikan Orang Dewasa dalam Masyarakat Belajar Learning Community,2011. www.Imadiklus.com


(52)

Dengan telah dibuatnya suatu program kerja oleh suatu organisasi maka waktu yang dihabiskan oleh suatu organisasi untuk memikirkan bentuk kegiatan apasaja yang akan dibuat tidak begitu banyak, sehingga waktu yang lain bisa digunakan untuk mengimplementasikan program kerja yang telah dibuat. b) Efektifitas organisasi

Keefektifan Organisasi juga dapat dilihat dari sisi ini, dimana dengan membuat program kerja oleh suatu organisasi maka selama itu telah direncanakan sinkronisasi kegiatan organisasi antara bagian kepengurusan yang satu dengan bagian kepengurusan yang lainnya.

5. Jenis-jenis program kerja

Jenis program kerja ini biasanya dibuat oleh organisasi untuk satu periode kepengurusan, sehingga kegiatan rapat kerja (raker) organisasi hanya dilakukan sekali dalam satu periode kepengurusan dan untuk tahap selanjutnya akan diadakan evaluasi dan koordinasi dari program kerja yang telah ditetapkan.

a. Program kerja untuk jangka waktu tertentu

Jenis program kerja seperti ini disusun untuk suatu jangka waktu tertentu biasanya triwulan, caturwulan, semester dan lain lain. Dalam pembuatan metode program kerja seperti ini maka akan ditemui bahwa suatu organisasi akan mengadakan rapat kerja (raker) organisasi lebih dari sekali dalam satu periode kepengurusan.

b. Program kerja untuk satu periode kepengurusan

Jenis program kerja ini biasanya dibuat oleh organisasi untuk satu periode kepengurusan, sehingga kegiatan rapat kerja (raker) organisasi hanya dilakukan


(53)

sekali dalam satu periode kepengurusan dan untuk tahap selanjutnya akan diadakan evaluasi dan koordinasi dari program kerja yang telah ditetapkan.

6. Prasyarat pembuatan Program Kerja

Dalam organisasi, sudah menjadi kewajiban pengurus untuk membuat program kerja yang akan dijalankan oleh suatu organisasi untuk jangka waktu yang telah ditetapkan, namun dalam pembuatannya, pengurus harus memperhatikan beberapa hal dalam penyusunan suatu program kerja. Ada beberapa hal yang harus diperhatikan, antara lain :

1. Latar Belakang Pembentukan Organisasi

Hal ini berkaitan dengan nilai nilai yang mendasari pendirian suatu organisasi yang bertalian erat dengan semangat para pendiri organisasi

2. Sejarah Perjalanan Organisasi

Hal ini berkaitan dengan pengalaman organisasi dalam menjalankan program kerja yang telah direncanakan, sejarah perjalanan organisasi ini sangat penting untuk diperhatikan karena kesesuaian jiwa organisasi dengan implementasi program kerja bisa dilihat dari sisi ini.


(54)

Program kerja yang dibuat harus sesuai dengan visi dan misi yang telah menjadi bagian utama dari suatu organisasi sebagai acuan pokok dalam menjalankan roda organisasi

4. AD/ART dan Peraturan Organisasi

Program kerja yang dibuat tidak boleh menyalahi AD/ART serta peraturan organisasi.

5. GBHO/GBPK

GBHO dan GBPK umumnya dibuat pada saat awal suatu kepengurusan (saat terbentuknya kepengurusan baru) dan hal ini merupakan amanat organisasi yang didasari pada situasi yang sedang berkembang serta dinamika dari organisasi yang bersangkutan. Suatu program kerja tidak boleh melanggar GBHO/GBPK karena pelanggaran terhadap GBHO/GBPK sama artinya dengan menentang amanat yang telah diberikan oleh organisasi

11.Pengertian Lembaga Dakwah a) Pengertian Lembaga Dakwah

Lembaga adalah badan (Organisasi) yang tujuannya melakukan suatu penyelidikan keilmuan atau melakukan suatu usaha. Sedangkan pengorganisasian adalah seluruh proses pengelompokan orang-orang, alat-alat, tugas-tugas, tanggung jawab dan wewenang sedemikian rupa sehingga tercipta suatu organisasi yang dapat digerakkan sebagai suatu kesatuan dalam rangka mencapai suatu tujuan yang telah ditentukan.


(55)

Dakwah merupakan suatu yang sangat Urgen bagi keberlangsungan agama Islam sebab Dakwah Islamiyah telah dilaksanakan oleh Nabi dan diteruskan oleh para sahabat beliau Wafat, Khalifah, dan akhirnya diikuti oleh para Ulama yang notabenenya pewaris Nabi. Berkembangnya Islam sampai saat ini, tidak dapat dipungkiri bahwa itu semua berkat adanya aktivitas Dakwah Islamiyah yang dilakukan oleh para juru dakwah dan para ulama yang dengan semangat dan keikhlasannya mengembangkan agama Islam kepada mereka yang belum memeluk agama Islam.

Menyiarkan suatu agama harus dilakukan dengan sebaik-baiknya sehingga kegiatan dakwah untuk menyiarkan agama tersebut dapat diterima dan dipeluk oleh umat manusia dengan kemauan dan kesadaran hatinya, bukan dengan paksaan dan ikut-ikutan saja. Suatu agama tak akan tegak tanpa adanya dakwah, suatu ideologi atau aliran tidak akan tersebar dan tersiar tanpa adanya kegiatan untuk menyiarkannya. Rusaknya suatu agama adalah karena pemeluknya meninggalkan dakwah.

b) Peran Lembaga Dakwah

Diketahui bahwa ruang lingkup dakwah dan sasarannya itu amat luas, sebab ia meliputi semua aspek kehidupan umat manusia, baik kehidupan Jasmani maupun

Rohani dalam mencapai kebahagiaan dan kesejahteraan hidup di dunia maupun

Akhirat.

Maka untuk melaksanakan tugas mulia dan besar itu diperlukan kumpulan para

Da’i dalam suatu Wadah Organisasi Dakwah agar menjadi mudah pelaksanaannya.


(56)

tugas yang lebih terperinci, serta diserahkan pelaksanaannya kepada beberapa orang yang akan mencegah timbulnya Akumulasi pekerjaan hanya pada diri seseorang pelaksana saja.

Selanjutnya dengan pengorganisasian, kegiatan-kegiatan dakwah yang dirinci akan memudahkan pemilihan tenaga-tenaga yang diperlukan untuk melaksanakan tugas-tugas tersebut, serta sarana atau alat yang dibutuhkan. Pengorganisasian tersebut akan mendatangkan keberuntungan berupa terpadunya berbagai kemampuan dan keahlian dari pada pelaksana dakwah dalam satu kerangka kerjasama dakwah yang semuanya diarahkan pada sasaran yang telah ditentukan.

Adapun peran lainnya sebagai Lembaga Dakwah adalah:

a.Menebar pemikiran dan dakwah.

b. Mengembangkan kemampuan SDM para Kader Dakwah.

c. Pelembagaan yang Professional dan Kompeten pada bidangnya.

d.Menghimpun tokoh dan pakar yang siap memberikan kontribusi dan pemikiran serta pengaruh bagi kepentingan dakwah.

e. Mencetak kader-kader.

g. Melayani, melindungi, serta memberdayakan masyarakat yang Kredibel.

f. Pemerkuat basis sosial


(57)

Implementasi kebijakan publik merupakan tahap yang krusial dalam proses kebijakan publik. Suatu program kebijakan harus diimplementasikan agar mempunyai dampak atau tujuan yang diinginkan. Implementasi kebijakan dipandang dalam pengertian yang luas, merupakan alat administrasi hukum dimana berbagai aktor, organisasi, prosedur dan teknik yang bekerja bersama-sama untuk menjalankan kebijakan guna meraih dampak atau tujuan yang diinginkan.35

Menurut Van Meter dan Van Horn, ada beberapa hal yang perlu diperhatikan di dalam mengembangkan tipologi kebijakan-kebijakan publik, yakni:

a. Implementasi Efektif

Implementasi Efektif akan bergantung sebagian pada tipe kebijakan yang dipertimbangkan. Misalnya, keberhasilan implementasi kebijakan mengenai kemiskinan dengan penanggulangan kenakalan remaja. Hal ini disebabkan oleh tipe kebijakan yang berbeda antara pengentasan kemiskinan dengan penanggulangan kenakalan remaja.

b. Faktor-faktor yang mendorong Realisasi atau Non-Realisasi

Suatu implementasi akan sangat berhasil bila perubahan marginal diperlukan dan konsensus tujuan rendah tinggi. Sebaliknya, bila perubahan besar ditetapkan dan konsensus tujuan rendah maka prospek implementasi yang efektif akan sangat diragukan. Disamping itu, kebijakan-kebijakan perubahan besar atau konsensus tinggi diharapkan akan diimplementasikan lebih efektif daripada kebijakan-kebijakan yang mempunyai perubahan kecil dan konsensus rendah. Dengan demikian, konsensus tujuan akan diharapkan pula mempunyai dampak yang besar pada proses implementasi kebijakan daripada unsur perubahan. Dengan

35


(58)

saran atau hipotesis-hipotesis seperti ini akan mengalihkan perhatianj kepada penyelidikan terhadap faktor-faktor atau variabel-variabel yang tercakup dalam proses implementasi menjadi sesuatu hal yang penting untuk dikaji.36

36


(1)

bermanfaat memikirkan beberapa tingkatan, seperti yang ditunjukkan kepada pengurus Majelis Ta’lim Hidayatulwalad kepada para santrinya waktu menetapkan program kerja yaitu pengurus menjalankan program kerja yang sebelumnya dibentuk oleh seluruh anggota melalui rapat anggota yang diketahui dan disetujui oleh pembina. Muncul kesulitan ketika pengurus anggota memutuskan pengetahuan siapa yang paling menjelaskan.

c. Implementasi

Dari data yang sudah di dapat, dapat disimpulkan bahwa implementasi di Majelis Ta’lim Hidayatulwalad ini adalah dengan cara teknik pengajaran, kemandirian. Dikatakan kemandirian oleh pembina karena pada dasarnya dari sifat kemandirian itu harus ada rasa tanggung jawab dan kedisiplinan atas segala apa yang dilakukan dan dikerjakan, karena santri di Majelis Ta’lim Hidayatulwalad ini sering melakukan kesalahan, kurangnya rasa tanggung jawab dan minimnya sifat kedisiplinan. Yang menurut pembina harus segera dirubah dengan tujuan agar para santri bisa mengetahui memiliki rasa tanggung jawab dan kedisiplinan sehingga program kerja yang ada bisa terealisasi dengan baik. Selain itu agar para santri bisa menerapkannya dikehidupannya kelak.

Adapun penerapan dari pembimbing dan pengurus yang diterapkan sehari-hari di Majelis Ta’lim Hidayatulwalad yaitu dengan cara ceramah, tanya jawab dengan memberikan pertanyaan-pertanyan untuk merangsang pola pikir santri agar lebih kritis dan memahami masalah atau materi. Observasi guna mengajak santri disuatu tempat yang menjadi tema pembahasan untuk diambil hikmah atau pelajaran. Diskusi kelompok, memberikan pertanyaan yang kemudian dibahas


(2)

dalamk kelompok. Semua yang diterapkan oleh pembimbing dan pengurus tidak semuanya bisa difahami oleh para santri. Dalam hal ini pembimbing dan pengurus menerapkan Metode diskusi, Bekam, Ruqiyyah dan Belajar berbisnis, seperti buka warung kopi saat event-event tertentu. Karena program-program tersebut selain menambah semangat dalam belajar yang menyenangkan, mereka juga mendapatkan untung dari kegiatan tersebut secara materi. Begitupun pada organisasi, karena keuntungan yang diperoleh akan diinfaqkan kepada organisasi, sehingga bisa menguntungkan para santri dan organisasi.

B. Saran

Dari kesimpulan yang ada di atas, maka dapat dikemukakan beberapa saran atau masukan yang mungkin dapat dijadikan pedoman dan dijadikan bahan pertimbangan oleh pengurus lembaga dakwah Majelis Ta’lim Hidayatulwalad, khususnya untuk program kerja, penetapan, dan penerapannya, yaitu sebagai berikut :

a. Terbuka dengan kondisi sekitar, karena ide itu muncul dari masalah dan kebutuhan, sehingga santri bisa lebih efektif dalam melakukan aktivitasnya di waktu jam pembelajaran dan santri mampu mengaplikasikan yang ia peroleh dari kondisi diluar kedalam area pembelajaran.

b. Jangan takut melakukan perubahan, karena perubahan itu pasti, dan yang harus perlu dilakukan adalah merekayasa perubahan yang ada agar dapat tetap optimal dalam melakukan kegiatan-kegiatan yang sudah di rencanakan.


(3)

c. Dalam membangun program kerja, usahakan bermula dari identifikasi kondisi dan bersikap kritis terhadap program kerja terdahulu.

d. Menjalankan program-program yang tidak berjalan di Majelis Ta’lim Hidayatulwalad, sehingga menjadi alternatif program kerja yang akan datang. e. Pengurus Majelis Ta’lim Hidayatulwalad diharapkan agar selalu

mengevaluasi lebih terstruktur lagi akan kinerja santri dalam melakukan pembelajaran.

f. Keterbatasan tempat, semoga tidak menjadi hambatan kepada para santri untuk melakukan aktivitas pembelajaran dan agar bisa ditindak lanjuti lagi oleh pengurus.

g. Lakukan evaluasi dan inivasi secara Continew. Alangkah baiknya jika terdapat pengembangan yang memang bertugas untuk mengevaluasi sebuah agenda dan memberikan usulan-usulan perbaikan sebagai bahan inovasi. Semoga apa yang menjadi keinginan kita untuk lebih mengerti dan memahami kebutuhan kita untuk berdakwah, khususnya di lembaga dakwah Majelis Ta’lim Hidayatulwalad ini dapat lebih diterima dan lebih bisa memajukan kesejahteraan di lingkungan pondok sendiri maupun di lingkungan masyarakat.


(4)

(5)

DAFTAR PUSTAKA

M. munir dan Wahyu ilahi, Manajemen Dakwah, Jakarta, Thn 2006, Hal 58

Drs. Manulang, Dasar-Dasar Manajemen, Jakarta, Thn 1990, Hal. 67-69

Budi Winarno, Teori dan Proses Kebijakan Publik, Yogyakarta, Thn 2002, Hal. 102

Nanang Kristanto, Pengelolaan Majelis Ta’lim IPPS (ikatan pengasuh pengajian sumbersari) sebagai wadah pemberdayaan masyarakat menuju pendidikan karakter dikelurahan sumbersari sleman yogyakarta, Skripsi Fakultas Ilmu Pendidikan UNY, Thn 2015

Irawati, Penerapan Fungsi-Fungsi Manajemen Sumber Da’i terhadap pengelolaan Kegiatan Dakwah Pondok Pesantren Al-Hidayah Kedunglumpang Salam Magelang, Skripsi Fakultas Dakwah Jurusan Manajemen Dakwah UIN Sunan Kalijaga, Thn 2006

Jurnal karya Hamriani H.M, Jurusan Dakwah dan Komunikasi.

Hartati Sukirman, Administrasi dan Supervisi Pendidikan, Yogyakarta UNY, Thn 2007, Hal. 11

Studjana, Pengantar Manajemen Pendidikan Luar Sekolah, Thn 1992, Hal. 38

Lexi Y.J.Moleong, Metode Penelitian Kualitatif, Remaja Rosda Karya, Bandung, Thn.2008, Hal. 84

Burhan Bungin, Metode Penelitian Sosial,Airlangga University Press, Surabaya, Thn.2010, Hal. 33


(6)

Sumai, Suryabata, Metodelogi Penelitian, Metodelogi Penelitian, PT.raja Granfindo Persada, Jakarta, Thn.1998, Hal. 98

Tatang M. Amirin, Menyusun Rencana Penelitian, Raja Grafindo Media, Jakarta, Thn.1995, Hal. 132

Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif,Kualitatif, Alfabeta Bandung, Thn.2009, Hal. 225

Cholib Narbuko dan Abu Ahmadi, Metodelogi Penelitian, Bumi Aksara Jakarta, Thn.1997, Hal. 70

Supardi, Metodelogi Penelitian Ekonomi dan Bisnis, UII Press, Yogyakarta, Thn. 2005, Hal. 55

Moch. Nazir , Metode Penelitian, Ghalia Indonesia Jakarta, Thn. 1999, Hal. 221

Anwar Desi, Kamus Besar Bahasa Indonesia, AMELIA Surabaya, Thn 2003

WEBSITE :

Imadiklus, Pendidikan Orang Dewasa dalam Masyarakat Belajar Learning Community, 2011. www.Imadiklus.com Diakses 24 mei 2016 pukul 14.00 WIB