Respon Jamaah Majelis Ta'lim al-Muhajirin terhadap sinetron Munajah Cinta di RCTI

(1)

1 Oleh: CICI FITRIASIH NIM: 105051001887

JURUSAN KOMUNIKASI DAN PENYIARAN ISLAM

FAKULTAS DAKWAH DAN KOMUNIKASI

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI

SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

2009 M/ 1430 H

LEMBAR PERNYATAAN


(2)

Dengan ini menyatakan bahwa:

1. Skripsi ini merupakan hasil karya asli saya yang diajukan untuk memenuhi salah satu persyaratan untuk memperoleh gelar Sarjana Sosial Islam (S1) di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

2. Semua sumber yang saya gunakan dalam penulisan ini telah saya cantumkan sesuai dengan kekentuan yang berlaku di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

3. Jika dikemudian hari terbukti bahwa karya ini bukan hasil karya saya atau merupakan hasil jiplakan dari karya orang lain maka, saya bersedia menerima sanksi yang berlaku di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

Jakarta, 23 Juni 2009

Cici Fitiriasih


(3)

Terhadap Sinetron Munajah Cinta di RCTI

Skripsi ini

diajukan kepada Fakultas Dakwah dan Komunikasi untuk memenuhi syarat mencapai

Gelar Sarjana Sosial Islam (S. Sos. I) Program Strata Satu (S1)

Oleh: Cici Fitriasih NIM: 105051001887

Di bawah Bimbingan:

Drs. Jumroni, M.Si NIP: 19630515 199203 1 006

JURUSAN KOMUNIKASI DAN PENYIARAN ISLAM

FAKULTAS DAKWAH DAN KOMUNIKASI

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI

SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

2009 M/ 1430 H


(4)

Skripsi yang berjudul: Respon Jamaah Majelis Ta’lim Al-Muhajirin Terhadap Sinetron Munajah Cinta di RCTI”, telah diajukan dalam siding munaqasyah Fakultas Dakwah dan Komunikasi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, pada tanggal 03 Juni 2009. Skripsi ini telah diterima sebagai salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana Sosial Islam (S. Sos. I) program Strata Satu (S1) pada jurusan Komunikasi dan Penyiaran Islam.

Jakarta, 23 Juni 2009

Sidang Munaqasyah,

Ketua Merangkap Anggota Sekretaris Merangkap Anggota

Drs. Study Rizal. LK, M.A Umi Musyarofah, M.A NIP. 19640428 199303 1 002 NIP. 19710816 199703 2 002

Anggota,

Penguji I Penguji II

Noor Bekti Negoro, STP.,SE.,M.Si Gun Gun Heryanto, M.Si

NIP. 19640428 199903 1 001 NIP. 19760812 200501 1 005

Pembimbing,

Drs. Jumroni, M.Si


(5)

ABSTRAK

Cici Fitriasih 105051001887

Respon Jamaah Majelis Ta’lim Al-Muhajirin Terhadap Sinetron Munajah Cinta di RCTI

Salah satu bentuk tayangan yang ditampilkan stasiun televisi adalah dalam bentuk sinetron yang dalam hal ini adalah sinetron religius. Maraknya sinetron religius yang dakwah yang hadir di televisi, berarti menandakan bahwa dakwah yang disampaikan melalui media elektronik ini mengalami kemajuan. Karena yang kita ketahui selama ini, sinetron religi ditayangkan hanya pada Bulan Ramadhan saja. karena media sinetron merupakan media komunikasi yang dapat memberikan dampak yang paling kuat dibanding media lain, gagasan atau nilai-nilai dakwah yang ingin disampaikan oleh penonton dapat diterima atau dicerna lebih mudah. Munajah Cinta merupakan sinetron yang mempunyai cerita yang lain dari sinetron religius yang lebih menonjolkan kearah poligami yang tidak sesuai dengan dakwah islam. Ide ceritanya menyarankan jangan pernah berputus asa, ketika seseorang ingin memperjuangkan sesuatu, terlebih halnya dalam menegakkan sesuatu keyakinan. Tetap dalam keyakinan dan jangan pernah goyah selama masih berada di jalan yang benar. Karena semakin seseorang memperdalam agama akan semakin besar godaanya. Karena banyak sedikitnya penonton yang menyukai sinetron munajah cinta.

Adapun tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui bagaimana respon Jamaah Majelis Ta’lim Al-Muhajirin terhadap Sinetron :Munajah Cinta” dan faktor apa saja yang mempengaruhi respon Jamaah Mjelis Ta’lim Al-Muhajirin terhadap sinetron religius. Jamaah Majelis Ta’lim Al-Muhajirin sebagai responden. Penelitian ini menggunakan metode survey dengan desain deskriptif.

Penelitian ini dalam menganalisia datanya menggunakan metode kuantitatif dengan penghitungan menggunakan tehnik analisis data, persamaan rata-rata, standar deviasi, dan frekuensi relatif. Dari hasil pengumpulan datanya dengan menggunakan instrument berbentuk kuisioner.

Respon responden terhadap sinetron “Munajah Cinta” adalah terlihat bahwa 43.48% responden memberi sikap positif, 44.93% responden memberi sikap negatif, serta 11.59% responden bersikap netral. Perbandingan Rata-rata Respon Kognitif, Afektif, Konatif dari jamaah majelis ta’lim al-muhajirin. Peringkat pertama jamaah memberikan respon kognitif, peringkat kedua jamaah memberikan respon afektif dan terakhir jamaah memberikan respon konatif. Dari sini terlihat bahwa jamaah mengerti tentang poligami dan kewajiban suami terhadap isteri serta bagaimana ketaatan seorang isteri di hadapan sang Illahi.


(6)

KATA PENGANTAR

Alhamdulillah, segala puji bagi Allah, Tuhan semesta alam, pemberi rahmat dan hidayah sehingga peneliti dapat menyelesaikan skripsi. Shalawat dan salam selalu dihanturkan kepada pejuang umat, pemegang panji kebenaran habibina wa nabiyuna Muhammad SAW yang menjadi tauladan dan panutan umat manusia.

Peneliti sadar, bahwa dalam penulisan skripsi ini tak jauh dari kesalahan, dan kekeliruan. Kesempurnaan serta keberhasilan yang peneliti dapatkan dalam menyelesaikan skripsi ini tidak lain dan tidak bukan berkat bimbingan, bantuan serta saran-saran dari semua pihak yang terkait. Tanpa adanya mereka, peneliti tidaklah berarti. Oleh karena itu, peneliti ingin menyampaikan beribu rasa terima kasih atas segala bantuan dan bimbingan yang diberikan sehingga skripsi ini dapat terselesaikan, kepada:

1. Dekan Fakultas Dakwah dan Komunikasi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, beserta jajarannya: Dr. H. Murodi, MA., Dr. Arif Subhan, MA., Drs. Mahmud Djalal, MA., Drs. Studi Rizal LK, MA.

2. Ketua Jurusan Komunikasi dan Penyiaran Islam, Fakultas Dakwah dan Komunikasi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta: Drs. Wahidin Saputra, MA.

3. Sekretaris Jurusan Komunikasi dan Penyiaran Islam, Fakultas Dakwah dan Komunikasi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta: Umi Musyarofah, MA.

4. Dosen Pembimbing Skripsi: Drs. Jumroni, M.Si., yang telah berkenan meluangkan waktu, mencurahkan segenap perhatian untuk memberikan pencerahan dan pengarahan yang begitu berharga bagi peneliti, sehingga dapat menyelesaikan skripsi ini.

5. Para Dosen Fakultas Dakwah dan Komunikasi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta yang dengan ikhlas telah memberikan ilmunya kepada peneliti selama masa kuliah.


(7)

6. Para Karyawan Perpustakaan Fakultas DaKom dan Perpustakaan Utama UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, yang telah berbaik hati memberikan pinjaman buku kepada peneliti guna mempermudah dalam pengumpulan data Skunder.

7. Kedua Orang Tua yang teristimewa, Mama Ida Warnidah dan Papa Arlis Topang. Terima kasih atas segalanya, yang tidak pernah henti-hentinya mendoakan peneliti dalam menuntaskan studi demi meraih cita dan cinta.

8. Kedua kakakku (Wiwid Sumiarti dan Acip Ardiles), Adikku ( Ayu Arianii), sera kedua keponakanku ( Kheisya Nazwa Habibah dan Hafsyah Azalia Habibah) yang telah memberikan motovasi serta doa yang tulus sehingga apa yang di harapkan penulis tercapai... I LOVE U ALL....

9. Para Responden (Jamaah Majelis Ta’lim Al-Muhajirin Serpong-Tangerang), yang telah bersedia meluangkan waktunya untuk mengisi angket.

10.Sahabat-sahabat seperjuangan, Fatimatuzzahro S.Sos.I (Ny. Deden MD), Eni Fitria S.Sos.I (Ny. Toni S.Pd.I), Maya Mahmudatus Sholihah S.Sos.I (Ny. Fahri), Lili Muslimah (Ny. Ichal), Utami Pratiwi S.Sos.I (Ny. Labib), Laili Umarur Rohimah (Ny. Husein) dan Ai Nurfalah S.Sos.I yang telah menbantu penulis menyelesaikan skripsi hingga larut malam, U aLL tHe BeSt...

11.Rekan-rekan Kuliah Kerja Sosial (KKS) di Ds. Sicincin Pariaman-Padang: Novi Syaofia, Yanti, Bunda Inke, Vici, Rani, Iil, Ando, Randy, Riki, Aidil, Bedi (Mbah Dukun), Riko, Ust, Rahmat, Ang, Taufik, Zaki, D’best for you all.

12.Buat ”MY IDOL” (Pak.Gun Gun Heryanto, M.Si) makasih banyak atas semua saran dan nasihatnya,,, bapak adalah seorang dosen yang penulis kagumi...


(8)

13.buat ”ABANG” makasih banyak atas semua kebaikan abang selama ini, hanya Allah SWT yang membalasnya...Abang adalah kekuatan di dalam hidup ini....

Dalam penulisan skripsi ini pastilah banyak kekurangan. Namun peneliti berusaha membuat kekurangan itu menjadi sesuatu yang sangat berharga dikemudian nanti. Sekali lagi peneliti ucapkan terima kasih kepada semua pihak, semoga mendapat Ridho dari Allah SWT.

Jakarta, 23 Mei 2009 Peneliti


(9)

DAFTAR ISI

LEMBAR PERNYATAAN ... iii

ABSTRAK ... iv

KATA PENGANTAR ... v

DAFTAR ISI ... vi

DAFTAR TABEL ... vii

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Pembatasan dan Perumusan Masalah ... 4

C. Tujuan dan Kegunaan ... 5

D. Metodologi Penelitian ... 10

E. Sistematika Penulisan ... 11

BAB II KAJIAN TEORITIS A. Respon ... 13

B. Komunikasi Massa ... 19

C. Pengertian Sinetron ... 21

D. Sinetron ... 22

E. Jenis-jenis Sinetron ... 23

F. Unsur-unsur Sinetron ... 25

G. Dakwah... 26

H. Pengertian Media Dakwah ... 29

I. Televisi sebagai Media Dakwah... 31

J. Pengertian dan Tujuan Dakwah... 33

K. Majelis Ta’lim ... 34

BAB III GAMBARAN UMUM A. Gambaran Umum Sinetron ”Munajah Cinta”... 36

B. Visi dan Misi Sinetron Munajah Cinta ... 38


(10)

BAB IV ANALISIS DATA PENELITIAN

A. Karakteristik Responden... 41 B. Respon Jamaah Terhadap Sinetron ”Munajah Cinta”... 42 C. Respon Responden terhadap Sinetron ”Munajah Cinta ... 49

BAB V PENUTUP

A. Kesimpulan ... 51 B. Saran ... 52

DAFTAR PUSTAKA ... 53 LAMPIRAN-LAMPIRAN ...


(11)

DAFTAR TABEL

Tabel 1. Analisis Data Responden ...41

Tabel 2. Karakteristik responden berdasarkan usia...41

Tabel 3. Karakteristik responden berdasarkan pendidikan...42

Tabel 4. Respon jamaah terhadap judul sinetron ...43

Tabel 5. Respon jamaah terhadap Crident title ...44

Tabel 6. Respon jamaah terhadap Intriks ...45

Tabel 7. Respon jamaah terhadap Klimaks ...46

Tabel 8. Respon jamaah terhadap Million Setting ...46

Tabel 9. Respon jamaah terhadap Sinopsis ...47

Tabel 10. Respon jamaah terhadap pemain ...48

Tabel 11. Perbandingan respon jamaah majelis ta’kli al-muhajirin Terhadap sinetron munajah cinta...49

Tabel 12. perbandingan rata-rata kognitif, afektif dan konatif ...50


(12)

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latarbelakang Masalah

Komunikasi merupakan aktivitas dasar manusia, dengan berkomunikasi manuisia bisa saling berhubungan satu dengan yang lainnya baik di rumah, di kantor atau dimana saja manusia penting sekali dalam kehidupan sosial, budaya, pendidikan dan politik dan ini disadarkan oleh yang hidup ratusan tahun sebelum Masehi.1

Komunikasi meliputi berbagai dimensi salah satu diantaranya apabila diperlukan adalah komunikasi massa.2 Jalaludin Rahmat mengartikan komunikasi massa sebagai komunikasi yang ditunjukkan kepada sejumlah khalayak yang tersebar, heterogen dan anonim melalui media cetak atau elektronik sehingga pesan yang sama dapa diterima serentak dan sesaat.

Sistem komunikasi massa yaitu menekankan ”apanya” berita disusun berdasarkan sistem tertentu dan ditulis dengan menggunakan tanda-tanda baca dan pembagian paragraph yang tertib. Pidato radio juga disampaikan dengan urutan yang sisematis, dan acara televisi media massa sudah jelas disiarkan sesuai dengan stuktur yang ditetapkan, pesan media massa juga dilihat atau didengar kembali, bagian-bagian berita yang penting dapat dikliping dan dilihat kembali bila diperlukan.

1

Onong Uchjana Efendi, Ilmu Komunikasi, Teori dan Praktek, (Bandung:PT. Remaja Rosdakarya, 2003), Cet. Ke 17. h 9.

2

Jalaluddin Rahmat, Psikologi Komunikasi, (Bandung Remaja Rosdakarya, 1999). Cet.ke 13, hal.189.


(13)

Paul Lazarsfeld mengatakan: media massa hampir tidak berpengaruh sama sekali, alih-alih sebagai Agent Of Conversion (media untuk mengubah perilaku), media massa lebih berfungsi untuk memperteguh keyakinan yang ada, pengaruh media massa juga disaring oleh pembuka pendapat, pengaruh interpersonal ternyata lebih dominan daripada media massa. Khalayak juga bukan lagi tubuh pasif yang menerima apa saja yang disuntikan kedalamnya.

Keberadaan media massa yang ada, pada saat ini televisi merupakan media massa elektronik yang paling bayak dinikmati oleh masyarakat. Karena media televisi dianggap media yang paling efektif dalam penggunaanya. Televisi merupakan gabungan media dengar (audio) dan media gambar (visual) yang bersifat informatif, hiburan, pendidikan, maupun gabungan ketiganya.

Dalam hal ini televisi memiliki daya tarik yang sedemikian besar dapat merubah pola-pola rutinitas kehidupan manusia. Jalaludin Rahmat mengatakan bahwa televisi sudah menjadi agama masyarakat industri ini, artinya bahwa masyarakat sekarang sudah belajar hidup dari televisi. Bahkan Negara Amerika pun sudah menganggap televisi sebagai Second God, itu terjadi karena masyarakat disana lebih suka menyaksikan siaran TV daripada pergi ke Gereja. Sekarang televisi bukan tidak mungkin sudah menjadi The First God. Sedangkan dakwah merupakan moral yang mampu menggerakan perubaan sosial serta menawarkan satu alternatif dalam membangun satu dinamika masa depan umat, dengan menempuh cara dan strategi yang litelatur, kreatif dan bijak.

Kegiatan dakwah akan dapat berjalan secara efektif dan efesien bila menggunakan cara-cara yang strategis dan tepat didalam menyampaikan


(14)

ajaran-ajaran Alah SWT. Salah satu aspek yang biasa ditinjau adalah media dakwah merupakan kegiatan yang bersifat universal yang menjangkau semua segi kehidupan manusia, maka dalam penyampaiannya harus dapat menyentuh semua tingkatan baik dari sudut sosial, ekonomi, pendidikan dan sebagainya.

Tak bisa dibantah televisi mempunyai banyak keunggulan dibandingkan dengan media massa lainnya. Pertama, pesan televisi disajikan secara audio dan visual. Berbeda dengan radio yang hanya audio (hanya dapar didengar) dan surat kabar yang bersifat visual saja, televisi unggul dalam membangun daya tarik, persepsi, perhatian dan imajinasi dalam mengkonstruksi realitas, kedua, dilihat dari sisi aktualitas perisiwa, televisi bisa lebih cepat memberi informasi paling dini kepada pemirsa dan pada surat kabar, radio dan majalah. Ketiga, dari segi khalayak, televisi menjangkau jutaan pemirsa ketimbang surat kabar, radio. Dan majalah yang hanya menjangkau ratusan ribu pembaca. Keempat, efek kultural televisi lebih besar dara pada efek yang dihasilkan jenis-jenis media lainnya.3

Dakwah melalui televisi dapat dilakukan dalam betuk ceramah, sandiwara, sinetron, dan lain-lain sebagainya. Melalui televisi tanpa disadari seorang penonton dapat mengikuti kegiatan dakwah.

Salah satu bentuk tayangan yang ditampilkan stasiun televisi adalah dalam bentuk sinetron yang dalam hal ini adalah sinetron religius. Maraknya sinetron religius yang dakwah yang hadir di televisi, berarti menandakan bahwa dakwah yang disampaikan melalui media elektronik ini mengalami kemajuan. Karena

3

Asep S. Muhtadi dan Sri Handajani, Dakwah Kontenpoler: Pola Alternatif Dakwah Melalui Televisi (Bandung : Pusada Press, 2000), h. 87.


(15)

yang kita ketahui selama ini, sinetron religi ditayangkan hanya pada Bulan Ramadhan saja.

Adapun alasan mengapa penulis mengambil judul ini, karena media sinetron merupakan media komunikasi yang dapat memberikan dampak yang paling kuat dibanding media lain, gagasan atau nilai-nilai dakwah yang ingin disampaikan oleh penonton dapat diterima atau dicerna lebih mudah. Munajah Cinta merupakan sinetron yang mempunyai cerita yang lain dari sinetron religius yang lebih menonjolkan kearah poligami yang tidak sesuai dengan dakwah islam. Ide ceritanya menyarankan jangan pernah berputus asa, ketika seseorang ingin memperjuangkan sesuatu, terlebih halnya dalam menegakkan sesuatu keyakinan. Tetap dalam keyakinan dan jangan pernah goyah selama masih berada di jalan yang benar. Karena semakin seseorang memperdalam agama akan semakin besar godaanya. Karena banyak sedikitnya penonton yang menyukai sinetron munajah cinta.

A. Pembatasan dan Perumusan Masalah

Dari judul skripsi ini, untuk mempermudah proses penelitian, maka peneliti memberikan batasan; bahwa sinetron yang dimaksud adalah sinetron “Munajah Cinta”. Responden adalah Ibu-ibu Majelis Ta’lim al-Muhajirin Serpong.

Adapun secara khusus, yang menjadi rumusan masalah dalam penelitian ini adalah

1.Faktor-faktor apakah yang mempengaruhi responden terhadap penilaian suatu sinetron?


(16)

2.Bagaimana respon Ibu-ibu Majelis Ta’lim Al-Muhajirin Remaja Kelurahan Sepong, Kecamatan Serpong terhadap sinetron “Munajah Cinta” dari segi Afektif dan Kognitif

B. Tujuan dan Kegunaan Penelitian

Ada beberapa tujuan yang ingin dicapai berdasarkan pokok permasalahan dan perumusan masalah dalam penulisan ini adalah

1.Untuk mengetahui faktor-faktor yang berpengaruh terhadap penilaian suatu sinetron.

2.Untuk mengetahui seberapa besar respon Ibu-ibu Majelis Ta’lim Al-Muhajirin, Kelurahan Serpong, Kecamatan Serpong terhadap sinetron “Munajah Cinta” dari segi Afektif dan Kognitif.

Adapun kegunaan penelitian ini dibagi menjadi 2 kategori :

1. Segi Akademis

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan pengembangan pengetahuan yang memadai kepada pembaca, khususnya penulis sebagai dokumentasi ilmiah.

2. Segi Praktis

Untuk mengembangkan wawasan baru dibidang komunikasi dan penyiaran Islam. Semoga penelitian ini dapat memberi kontribusi yang besar kepada pihak-pihak yang terkait.

1. Lokasi Penelitian, dilaksanakan di daerah Serpong Adapun alasan memilih lokasi penelitian tersebut karena lokasinya cukup mudah


(17)

dijangkau oleh peneliti dan hampir semua responden menyukai sinetron Munajah Cinta yang tayang di RCTI.

2. Populasi dan Sampel

1. Populasi dalam penelitian ini adalah Ibu-ibu yang berada di daerah Serpong. Dalam hal ini populasi Ibu-ibu berjumlah 60 orang. Adapun penetapan sampel berdasarkan kriteria hanya 30 orang yang memenuhi syarat untuk menjadi responden yang pernah menonton sinetron Munajah Cinta. Jumlah tersebut juga diasumsikan telah tersebar normal. Sisa responden yang tidak terpenuhi kriteria adalah 30 orang responden yang tidak menonton sinetron Munajah Cinta. 2. Cara pengambilan sampel dalam penelitian ini menggunakan

purposive sampling. Pengambilan sample ini sesuai dengan sumber

data atas variable yang diteliti dan bertujuan agar dapat mewakili populasi yang diamati.4

Menurut Suharsimi Arikunto, pengambilan sampel terhadap subjek penelitian yang kurang dari 100 orang, lebih baik diambil semua subjek yang ada didalam populasi sebagai sampel, maka ini bisa juga disebut sensus.5

3. Pada penelitian ini yang peneliti gunakan adalah pendekatan

kuantitatif, menggunakan metode survey dengan pendekatan

deskripsi analisis yang diartikan sebagai prosedur pemecahan

4

Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek (Jakarta: Rineka Cipta, 2002), edisi revisi v, hal. 112

5


(18)

masalah yang menggambarkan berdasarkan fakta-fakta yang tampak atau sebagaimana adanya.6

4. Jenis dan sumber data dalam penelitian ini adalah: Data primer yang didapat langsung dari lapangan berupa penyebaran angket kepada responden untuk mendapatkan jawaban. Untuk mengetahui respon Ibu-ibu di daerah Serpong terhadap sinetron “Munajah Cinta” akan diukur dengan skala Likert. Likert merupakan pengukuran variabel yang hasilnya bersifat ordinal (jenjang). Adapun skala Likert ini menggunakan 5 (lima) kategori penilaian yang masing-masing kategori tersebut nantinya dikuantifisir dengan memberi bobot nilai. Adapun untuk penilaian derajat responden terhadap sinetron “Munajah Cinta” dikualifikasikan dengan nilai 5 untuk Sangat Setuju (SS), nilai 4 untuk Setuju (S), nilai 3 untuk Netral (N), nilai 2 untuk Tidak Setuju (TS), dan nilai 1 untuk Sangat Tidak Setuju (STS). Data skunder yang diperoleh dari pustaka yang berhubungan dengan judul penelitian seperti buku pengetahuan, dokumen, web, surat kabar dan lain sebagainya yang mendukung penelitian ini.

3. Variabel Penelitian

Berdasarkan kerangka teori dalam penelitian ini maka penelitian tentang respon Ibu-ibu Mujelis Ta’lim Al-Muhajirin terhadap sinetron religius menetapkan dua variabel yaitu variabel terpengaruh (variable dependen) dalam penelitian adalah respon tinggi, sedang, rendah Ibu-ibu Majelis Ta’lim

6

Hadari Nawawi, Metodologi Penelitian Bidang Sosial, Gadjah Mada University Press, hlm.63


(19)

n

Muhajirin dan variabel pengaruh (variable independen) dalam penelitian adalah respon positif dan negatif responden terhadap sinetron “Munajah Cinta”.

4. Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini peneliti menggunakan instrumen berbentuk kuisioner atau angket yang berisi pertanyaan untuk data kuantitatif.

5. Teknik pengolahan data untuk mendapatkan hasil yang valid dari data yang diperoleh. Penulis akan menyeleksi dan menyusun ke dalam Tabel kemudian melakukan klasifikasi dengan menggolongkan data berdasarkan kategori tertentu.

6. Teknik analisis data kuantitatif yaitu suatu metode analisis yang dilakukan dengan cara mengumpulkan, mengolah, menyajikan, dan menganalisis data berwujud angka. Analisis ini meliputi penghitungan

mean (menghitung rata-rata), standar deviasi dan relatif.

a. Mean adalah nilai tengah atau kecenderungan tengah yang memberikan gambaran umum dari suatu segi pengamatan.

Rumus:

n x

x= i

Keterangan : x = Rata-rata xi = Pengamatan


(20)

b. Standar Deviasi adalah seberapa jauh nilai pengamatan tersebut disekitar nilai rata-rata.

Rumus: ) 1 ( ) ( 2 2 − − = n n x x n

SD i i

Keterangan:

SD = Simpang Deviasi n = Jumlah Pengamatan

xi = Jumlah Pengamatan ke i xi2 = Jumlah Pengamatan ke ii

c. Relatif adalah penghitungan berbentuk rasio atau bilangan persen.

Rumus: % 100 × = n f P Keterangan: P = Persentase f = Frekuensi

n = Jumlah Pengamatan

7. Tehnik Penulisan skripsi ini penulis merujuk pada prosedur penulisan karya ilmiah atau skripsi yang berlaku di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.


(21)

A. Metodologi Penelitian

1. Metode Penelitian

Dalam sinetron religius yang dimaksud ”Respon Afektif ibu-ibu Majelis Ta’lim Al-Muhajirin Terhadap Tayangan Sinetron Munajah Cinta di RCTI. Skripsi ini adalah Munajah Cinta adapun metode yang digunakan adalah Quesioner Eksperimental. Yaitu obek menonton langsung sinetron dan memberikan respon terhadapa sinetron tersebut dan langsung memaparkannya dan mengisi angket yang telah disiapkan penulis. Maka yang akan dijadikan sampel terpilihlah ibu-ibu Majelis Ta’lin Al-Muhajirin Kec. Serpong Kab. Tangerang Jumlah responden 30 orang.

2. Teknik Pengumpulan data

Data-data penelitian ini diperoleh melalui:

a. Dokumentasi, yakni penulis memperoleh langsung data melalui dokumen-dokumen berupa buku-buku, pemberitaan media massa, dan bahan info lainnya yang berkaitan dengan masalah sinetron Munajah Cinta dan Majelis Ta’lim Al-Muhajirin.

b. Angket atau Quesioner, yakni dalam bentuk pilihan pernyataan (terbuka dan tertutup) yang berkaitan dengan Respon Jamaah Majelis Ta’lim Al-Muhajirin terhadap tayangan sinetron munajah cinta d RCTI. c. Subjek dan Objek


(22)

Subjek berupa Jamaah Majelis Ta’lim Al-Muhajirin terhadap tayangan sinetron Munajah Cinta di RCTI. Sedangkan Objek berupa respon jamaah Majelis Ta’lim Al-Muhajirin terhadap sinetron Munajah Cinta.

3. Teknik Pengolahan Data dan Analisis Data

Data yang diperoleh melalui angket atau Quesioner kemudian diproses melalui tahapan-tahapan :

a. Editing yakni memeriksa jawaban-jawaban responden untuk diteliti dan kemudian dirumuskan pengelompokkannya.

b. Tabulating yakni memindahkan jawaban responden ke dalam tabel, lalu kemudian mencari persentasenya untuk dianalisa.

c. Analisa dan interpretasi data yakni merubah data kuantitatif menjadi bentuk kata-kata sehingga pernyataan presentase tersebut menjadi bermakna.

B. Sistematika Penulisan

Sistematika yang digunakan penulis terdiri dari lima bab, yang disesuaikan dengan pokok masalah yang hendak dibahas. Adapun sistematika penulisan secara lengkap adalah sebagai berikut:

BAB I: Pendahuluan: Meliputi; Latar belakang masalah, Pembatasan dan perumusan masalah, Tujuan dan manfaat penelitian, Metode penelitian, serta sistematika penulisan.


(23)

BAB II: Landasan Teoritis berisikan pembahasan mengenai Respon, Macam-macam Respon, Faktor-faktor terbentuknya respon, Komunikasi Massa, Pengertian Sinetron, Sinetron, Jenis-jenis Sinetron, Unsur-unsur Sinetron, Pengertian Dakwah, Pengertian media dakwah, Televisi sebagai media dakwah, Pengertian dan Tujuan Media Dakwah. Dan Majelis Ta’lim.

BAB III: Gambaran umum akan dijelaskan tentang Profil Ibu-ibu Jamaah Majelis Ta’lim Al-Muhajirin Kec. Serpong Kab. Tangerang dan Profil Sinetron Munajah Cinta.

BAB IV: Hasil penjelasan tentang pemberian Respon Afektif dan Respon Kognitif Jamaah Majelis Ta’lim Al-Muhajirin Kec. Serpong Kab. Tangerang Terhadap Tayangan Sinetron Munajah Cinta Di RCTI BAB V: Penutup: Meliputi; kesimpulan dan saran-saran


(24)

BAB II

KAJIAN TEORI

A. Respon

Dalam penelitian ini penulis menitikberatkan pada respon sebagian besar masyarakat khususnya pada anggota Majelis Ta’lim Al-Muhajirin Serpong yang keseluruhan beranggotakan ibu-ibu ini terhadap penerpaan media massa, khususnya pada penayangan sinetron Munajah Cinta.

Sebelum melakukan penelitian dan mengetahui hasil dari penelitian, ada baiknya kita mengetahui respon itu sendiri.

Dalam Kamus Bahasa Indonesia. Respon adalah tanggapan, reaksi jawaban terhadapa suatu gejala atau peristiwa yang terjadi.7 Selanjutnya menurut Kamus Besar Ilmu Pengetahuan dijelaskan bahwa respon adalah reaksi psikologi metabolik terhadap tibanya suatu rangsangan.8 Penjelasan mengenai definisi respon menurut dua Kamus Besar di atas kurang lebihnya sama namun, sejauh mana respon yang dimaksud kurang begitu mendalam, lalu berbeda pada perbendaharaan kalimat yang satu memakai gejala atau peristiwa yang lain menggunakan rangsangan.

Lalu menurut Abu Ahmadi mengemai respon atau tanggapan yaitu tanggapan sebagai salah satu fungsi jiwa pokok, dapat diartikan sebagaia

7

Dekdipbud, Kamus Besar Indonesia, Jakarta Balai Pustaka, 1996. 8

Save D. Dagun, Kamus Besar Ilmu Pengetahuan. (Jakarta: Lembaga Pengkajian & Kebudayaan, 1997), h. 964.


(25)

gambaran ingatan dari pengamatan dimana objek yang telah diamati tidak lagi berada dalam ruang dan waktu pengamatan, sudah berhenti hanya kesannya saja.9

Sedangkan menurut Jalaludin Rakhmat, respon adalah suatu kegiatan (activity) dari organisme itu, bukanlah semata-mata suatu gerakan yang positif, setiap jenis kegiatan (activity) yang ditimbulkan oleh suatu perangsang dapat juga disebut respon. Secara umum respon atau tanggapan diartikan sebagai hasil atau kesan yang dapat (yang ditinggal) dari pengamatan. Adapun dalam hal ini yang dimaksud dengan tanggapan adalah pengalaman tentang subjek, peristiwa, atau hubungan-hubungan yang diperoleh dengan menyimpulkan informasi dan menafsirkan pesan.10 Adapun definisi-definisi lain yang memandang respon lebih mendalam, sampai pada hasil respon yang dituju karena sebelumnya telah diberi rangsangan, yang dimaksud agar menciptakan suatu respon dengan istilah feed back atau umpan balik, dalam hal ini Ahmad Subadi memberikan pendapatnya bahwa respon dengan istilah umpan balik (feed back) memiliki peranan atau pengaruh yang besar dalam menentukan baik atau tidaknya suatu komunikasi.11

Pernyataan diatas disetujui oleh Soenarjo & Djoenarsih S. Sunarjo, mereka mengemukakan mengenai istilah respon dalam komunikasi adalah kegiatan komunikasi yang diharapkan mempunyai hasil atau dalam istilah komunikasi dinamakan efek. Suatu kegiatan komunikasi itu memberikan efek berupa respon

9

Abu Ahmadi. Psikologi Belajar. (Jakarta: Rineka Cipta, 1992), h. 64. 10

Jalalufin Rahmat. (Psikologi Komunikasi: Bandung. Remaja Rosdakarya, 1999), h. 51. 11

Ahmad Subadi. Ilmu Dakwah ke Arah Metodologi. (Bandung: Yayasan Syahida, 1995), h. 121.


(26)

dari komunikasi terhadap pesan yang dilancarkan oleh komunikator.12 Hal inilah yang nantinya dapat menimbulkan respon yang dibedakan menjadi tiga oleh Steven M. Chaffe, yaitu :13

1. Kognitif, yaitu respon yang berkaitan erat dengan pengetahuan keterampilan dan informasi seseorang mengenai sesuatu. Respon ini timbul apabila adanya perubahan terhadap yang dipahami atau di persepsi oleh khalayak.

2. Afektif, yaitu respon yang berhubungan dengan emosi, sikap dan menilai seseorang terhadap sesuatu. Respon ini timbul bila ada perubahan pada apa yang disenangi khalayak terhadap sesuatu. 3. Konatif, yaitu respon yang berhubungan dengan perilaku nyata,

yang meliputi tindakan atau kebiasaan.

Dapat diambil kesimpulan bahwa respon ini tebentuk dari proses rangsangan atau pemberiaan aksi atau sebab yang berujung pada hasil reaksi dan akibat dari proses rangsangan tersebut. Mengenai bentuk respon, dapat dilihat dari ti Dalam kamus besar ilmu pengetahuan menyebutkan bahwa respon adaah reaksi psikologis metabolik terhadap tibanya suatu rangsang. Ada yang bersifat refleksi dan reaksi emosional langsung, ada pula yang bersifat terkendali.14

12

Soenarjo & Djoernasih S Soenarjo. Himpunan Istilah Komunikasi. (Yogyakarta: Liberty, 1993), h. 25.

13

Jalaludin Rakhmat. op. cit. h. 118.

14

Save D. Dagun, Kamus besar Ilmu Pengetahuan, (Jakarta” Lembaga Pengkajian dan Kebudayaan Nusantara, 1997), Cet. Ke-1, h. 964.


(27)

Astrid S. Susanto mengatakan, respon adalah reaksi penolakan atau penganiayaan ataupun sikap acuh tak acuh yang terjadi dalam diri seseorang setelah menerima pesan.15

Sedangkan dalam kamus bahasa Indonesia kontemporer disebutkan bahwa respon adalah tanggapan reaksi.16

Dalam kamus bahasa Indonesia disebutkan bahwa respon adalah tanggapan reaksi, jawaban terhadap suatu gejala atau peristiwa yang terjadi. Tanggapan adalah bayangan atau kesan kenangan dari apa yang pernah diamati dan dikenali. Reaksi merupakan segala bentuk aktivitas individu yang dibangkitkan oleh suatu stimulus. Sedangkan jawaban adalah suatu yang muncul karena adanya suatu pertanyaan.17

Jadi antara respon, tanggapan, ataupun jawaban muncul disebabkan karena adanya suatu gejala atau peristiwa yang terjadi terhadap seseorang sehingga akan menimbulkan respon atau tanggapan terhadap kejadian tersebut.

Berdasarkan teori yang dikutip dari psikologi komunikasi karangan Jalaludin Rahmat, maka peneliti membagi respon menjadi tiga bagian yaitu kognitif, efektif dan konantif.

Respon kognitif berkaitan erat dengan pengetahuan, kecerdasan, dan informasi seseorang mengenai sesuatu. Respon ini timbul apabila adanya perubahan terhadap apa yang dipahami atau direpsikan oleh khalayak.

15

Astrid Susanto, Komunikasi Sosial di Indonesia, (Jakarta: Bina Cipta, 1980) 16

Peter Salim dan Yenny Salim, Kamus Besar Indonesia Kontemporer, (Jakarta: English Modern Press, 1991), h. 1268.

17


(28)

Respon afektif berhubungan dengan emosi, sikap dan nilai seseorang terhadap sesuatu. Respon ini timbul apabila ada perubahan pada apa yang disenangi khalayak terhadap sesuatu.

Respon konatif berhubungan dengan perilaku nyata yang meliputi tindakan, kegiatan atau kebiasaan berperilaku.

1. Macam-Macam Respon

Menurut Agus Sujanto, ada macam-macam tanggapan yaitu: 1. Tanggapan menurut indra yang mengamati, yaitu:

a. Tanggapan Auditif, yaitu tanggapan terhadap apa-apa yang telah didengarnya, baik berupa suara, ketukan, dan lain-lain.

b. Tanggapan Visual, yaitu tangapan terhadap sesuatu yang dilihat. c. Tanggapan Peran adalah tanggapan sesuatu yang dialami oleh

dirinya.

2. Tanggapan menurut terjadinya, yaitu:

a. Tanggapan ingatan, yaitu tanggapan terhadap sesuatu yang diingat. b. Tanggapan Fantasi, yaitu tanggapan terhadap sesuatu yang

dibayangkan.

c. Tanggapan Pikiran, yaitu tanggapan terhadap sesuatu yang dipikirkan.

3. Tanggapan menurut lingkungannya, yaitu:

a. Tanggapan Benda, yaitu tanggapan terhadap benda yang menghampirinya atau berada didekatnya.


(29)

b. Tanggapan Kata-kata, yaitu tanggapan terhadap kata-kata yang didengar atau dilihat.18

2. Faktor-faktor Terbentuknya Respon

Tanggapan yang dilakukan seseorang dapat terjadi apabila terpenuhi faktor penyebabnya. Hal itu perlu diketahui agar individu yang bersangkutan dapat menanggapi dengan baik pada proses awalnya individu mengadakan tanggapan. Karena tidak semua individu dapat melakukan stimulus dengan baik, sebab tergantung dari individu itu sendiri dalam menanggapi stimulus. Stimulus akan mendapatkan pemilihan dan individu akan bergantung kepada dua faktor, yaitu:

1) Faktor Internal, yaitu faktor yang ada dalam diri individu. Manusia itu

terjadi dari dua unsur, yaitu jasmani dan rohani. Maka seseorang yang mengadakan tanggapan sesuatu stimulus tetap dipengaruhi oleh eksistensi kedua unsur tersebut. Apabila salah satu unsur saja terganggu, maka akan melahirkan hasil tanggapan yang berbeda intensitasnya pada diri individu yang melakukan tanggapan atau akan berbeda tanggapannya tersebut antara satu orang dengan orang lain.

Unsur jasmani meliputi keberadaan, keutuhan, dan cara bekerjanya alat indra, urat saraf, dan bagian-bagian tertentu pada otak.

Unsur rohani dan psikologi yang meliputi keberadaan, perasaan, akal, fantasi, pandangan jiwa, mental, pikiran, motivasi, dan sebagainya.

18


(30)

2) Faktor Eksternal yaitu faktor yang ada pada lingkungan atau disebut juga faktor psikis. Faktor eksternal ini intensitas dengan jenis benda perangsang atau orang menyebutnya dengan faktor stimulus.19

Manusia memiliki alat indra yang sesuai dengan fungsinya, oleh karena itu harus terus diperhatikan dengan cara menggali segala sesuatu yang ada disekitarnya. Allah telah mengisyaratkan bahwa manusia harus berusaha menggunakan alat indranya dalam menggali lingkungan eksternal (yang mempengaruhi dari luar diri manusia). Seperti yang dikatakan oleh Bimo Walgito “alat indra itu alat penghubung antara individu dengan dunia luarnya.”

B. Komunikasi Massa

Sebagai bagian dari Ilmu Sosial yang bersifat dinamis, dalam artian dapat dipakai untuk segala kondisi dan kebutuhan manusia dalam menjalani kehidupan sosialnya, Ilmu komunikasi sangat berperan aktif, cakupannya yang luas seperti pembagian cabang ilmu makro dalam komunikasi yaitu komunikasi massa, komunikasi antar pribadi, komunikasi antar budaya dan agama, serta komunikasi politik, memudahkan manusia dalam menentukan cara berkomunikasinya dengan melihat sesuai pada situasi dan kondisi yang dibutuhkan.

Selanjutnya mengenai pembahasan pada penelitian yang akan dilaksanakam ini, mengambil pembahasan mengacu pada komunikasi massa. Yang dimaksud dengan komunikasi massa (mass communication) ialah

19


(31)

komunikasi melalui media massa yang modern.20 Disinilah adanya terlihat sekali adanya peran komunikator, seperti yang diungkapkan oleh Harold Lasswell mengenai control studies, dimana komunikator adalah pemegang kendali dalam mengendalikan pesan dalam media massa, seorang komunikatir melalui media massa yang mahir adalah seseorang yang berhasil menemukan metode yang tepat untuk menyiarkan pesannya guna membina empati dengan jumlah terbanyak di antara komunikasinya.21

Jadi ada dua tugas komunikator dalam komunikasi massa yaitu, mengetahui apa yang ingin dikomunikasikan, dan mengetahui bagaimana ia harus menyampaiakan pesannya dalam rangka melancarkan penetrasi kepada benak komunikan.22

Lalu beralih kepada pembahasan mengenai tiga bentuk komunikasi massa yaitu:

1. Bentuk perintah (command), bersumber dari adanya perbedaan sumber daya tujuannya adalah mengontrol (ideological state apparates), biasanya dianut oleh Negara-negara seperi Komunis dan Otoriter.

2. Bentuk pelayanan (service), bersumber dari adanya jasa simbolik, tujuannya pemanfaatn media sebagai instrument pelayanan bagi khalayak, pemgiklan dan industry global (capitalis ventury).

20

Onong Uchjana. Effendi. Ilmu Teori, dan Filsafat, Komunikasi. (Bandung: Citra Aditya Bakti, 2003). h. 79.

21

Ibid. h. 80. 22


(32)

3. Bentuk asosiasional, bersumber dari adanya nilai-nilai normatif tertentu, tujuannya ikatan-ikatan normatif kelompok atau sering disebut dengan media misi.

Jika dilihat dari tiga bentuk komunikasi massa di atas, topik tentang pembahasan sinetron Munjah Cinta yang penulis teliti ini termasuk dalam bentuk komunikasi massa yang terakhir, karena mengandung nilai-nilai normatif tertentu yaitu unsur Ke-Islaman.

C. Pengertian Sinetron

Istilah sinetron merupakan singkatan dari sinema elektronika. Elektronika disini tidak mengacu kepada pita kaset yang proses perekamannya berdasarkan kaidah-kaidah elektronis. Elektronika dalam sinetron itu lebih mengacu pada mediumnya, yaitu televisi atau televisial yang merupakan medium elektronik selain radio.23

Adapun pengertian sinetron itu sendiri menurut UU perfilman ayat 1 pasal 1 adalah:

Pengertian sinetron sama dengna pengertian film, yaitu karya cipta seni dan budaya yang merupakan media kom pandang dengan yang dibuat berdasarkan asas sinemtografi, dengan direkam pada pita seluloid, pita video, piringan video, dan bahan hasil penemuan teknologi lainnya dalam segala bentuk, jenis dan ukuran melalui proses kimiawi, proses elektronik atau proses lainnya dengan atau

23

JB. Wahyudi, Tekhnologi Informatika dan Produksi Citra Bergerak, (Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama, 1992), cet. Ke-1, h. 10.


(33)

tanpa suara, yang dapat dipertunjukkan atau ditayangkan dengna system proyeksi mekanik atau yang lainnya.24

D. Sinetron

Sinetron sebagai media dakwah memiliki dua fungsi, selain sebagai ntontonan yang tidak membosankan, juga sebagai tuntunan. Sebagai tontonan sinetron dakwah mengandung hiburan, sedangkan sebagai tuntunan, sinetron dakwah mengandung ajaran-ajaran agama untuk tujuan dakwah islam.

Sinetron dapat dijadikan media dakwah karena sinetron merupkan suatu tontonan yang banyak dinikmati oleh pemirsa. Beberapa faktor yang membuat paket acara sinetron dapat disukai, yaitu :

1. Isi pesan sesuai realita

2. Isi pesannya mengandung cermanan tradisi nilai luhur dari budaya masyarakat pemirsa

3. Isi pesannya lebih banyak mengangkat permasalahan atas persoalan yang terjadi dalam kehidupan masyarakat25

Setiap media pasti mempunyai keunggulan dan kelemahan.

Keunggulan dari sinetron dakwah sebagai media, diantaranya:

1) Melalui sinetron pesan-pesan dakwah yang disampaikan akan lebih menyrntuh perasaan pemirsa (mad’u) secrara kejiwaan dan penghayatan sehinggga mad’u yang menyaksikan akan ikut terlibat.

24

Panitia Tetap Esi, Pedoman Penyelenggaraan Esi, (Jakarta: Pantap Esi, 1994), h. 1. 25

Wawan Kuswandi, Komunikasi Massa: sebuah Analisa Media Massa (Jakarta: Rieneka Cipta. 1996) h. 13


(34)

2) Sinetron dakwah sebagai sarana hiburan, pesan-pesan yang disampaikan todak formal, tidak menggurui, mudah dicerna dan tidak menuntut penonton untuk banyak berfikir.

3) Melalui sinetron dakwah, nilai-nilai yang disanpaikan dapat divariasikan antara bentuk verbal dan visual melalui visualisasikan pesan yang disampaikan tersebut memliliki penetrasi sangat kuat terhadap pendapat. Sikap, dan perilaku individu, asalkan dikemas secara kreatif, baik dan benar.

Dimaksud dikemas dengan baik bila audio visualnya sesuai dengan norma dan tata nilai yang berlaku, sedangkan benar visulnya direncanakan, diproduksi dan disajikan sesuai dengan fisik media yang digunakan.

Kelemahan dari sinetron diantaranya:

1. Sinetron tidak memuat ajaran agama secara rinci, ini dikarenakan waktunya yang teramat singkat. Sehingga pesan-pesan yang disampaikan hanya bersifat global sehingga tidak memenuhi semua keingintahuan tentang agama secara lengkap.

2. Intensitas dakwah melalui sinetron tidak seintensitas dakwah melalui mimbar dalam bentuk ceramah, pengajian-pengajian abama atau lewat media tulisan.

E. Jenis-Jenis Sinetron

Sebetulnya, tidak ada jenis tertentu yang tampil utuh dalam sinetron ditelevisi. Hampir semuanya merupakan pencampuran antara dua jenis yang berbeda. Bahkan tak jarang lebih dari satu.


(35)

Ada beberapa jenis yang cukup dominan yang dapat dilihat dalam sinetron-sinetron Indonesia.

a. Laga klasik

Pihak broadcast dan para pembuat sinetron menyebutkan, bahwa ynag dimaksud dengan laga klasik adalah untuk sinetron laga dengan setting jaman kerajaan dahulu (jawa, sunda dan lain-lain), misalnya jaka tingkir, saur sepuh, dragon ball.

b. Drama rumah tanggaJenis ini berpola kekerasan dan konflik dalam rumah tangga. Temanya berkisar perebutan warisan, kekerasan terhadap istri, perselingkuhan, percintaan yang dramatis dan lain sebagainya.

c. Komedi

Komedi merupakan salah satu jenis sinetron yang paling digemari oleh penonton. Komedi menyajikan cerita lucu. Semua konflik diarahkan untuk menimbulkan kesan lucu.

d. Religious

Sinetron jenis ini berorentasi pada tema-tema keagamaan dan tidak melulu berpijak pada agama mayoritas saja. Konflik-konflik dalam plot banyak disisipi pemikiran-pemikiran keagamaan demikian pula dengan tokoh-tokohnya.

e. Drama remaja

Pada saat ini drama remaja adalah jenis sinetron yang sedang nge-trend di televisi Indonesia. Di dominasi tokoh-tokoh remaja dengan segala


(36)

persoalannya mulai dari percintaan, persahabatan, konflik disekolah, dan lainnya

f. Horor

Jenis ini menampilkan cerita dan pengadegan dengan tujuan menimbulkan rasa takut melalui hal-hal yang menyeramkan, misalnya sinetron disini ada setan.

F. Unsur-unsur Sinetron

Adapun unsur-unsur sinetron itu sendiri adalah:

a. Produser: orang yang bertanggung jawab atas dalam pembuatan sinetron baik bersifat hidup atau rekaman video. Ia juga bertanggung jawab atas pembiayaan produksi sebuah sinetron.

b. Sutradara: orang yang memimpin pertunjukan atau pementasan dibidang artistik (jika dilihat dari persoalan manajemen seseorang pemimpin produksi atau production managerlah yang melaksanakan fungsi ini). Ia merencanakan, memutuskan, mengarahkan, mewujudkan dan bertanggung jawab secara artistik dari sinetron yang telah dibuat.

c. Naskah atau script: ide atau gagasan suatu cerita. Naskah memuat penjelasan serta pengembangan sebuah atau ide atau konsep yang secara operasional dapat dibuat visualnya. Oleh karena itu penulis naskah dituntut untuk dapat berimajinasi secara kreatif, dengan didukung oleh fakta berupa visual yang operasional, artinya dapat dijabarkan dalam bahasa gambar yang jelas.


(37)

d. Artis/aktor: orang yang memainkan peran dalam cerita tersebut. Mereka memainkan peran sesuai dengan naskah yang telah dibuat. e. Engineering: orang yang harus menyiapkan segala hal yang berkaitan

dengan alat-alat produksi seperti kamera, mike, dan listrik.

f. Make up/tata rias: hal ini juga harus diperhatikan untuk memake up para pemain sesuai dengan karakter yang harus dimainkannya.

G. Dakwah

Melihat dari penayangan sinetron Munajah Cinta menimbulkan suatu kesan terhadap pemasukan unsur berdakwah, seperti yang disampaikan oleh Rasulullah saw, bahwa berdakwah dapat melalui metode apapun asal tidak menyalahi ajaran Islam.

Dilihat dari segi bahasa, kata dakwah berasal dari bahasa Arab yaitu

da’wah, merupakan bentuk mashdar dari kata kerja da’a (madli), yad’u

(mudlari’), berarti seruan, ajakan, atau panggilan26. Seruan dan panggilan ini

dapat dilakukan dengan suara, kata-kata, atau perbuatan27. Kata dakwah juga berarti do’a (al-du’a), yakni harapan, permohonan kepada Allah swt atau seruan

(al-nida). Do’a atau seruan pada sesuatu berarti dorongan atau ajakan untuk

mencapai sesuatu itu (al-du’a ila al-syai’ al-hatsts ‘ala qasdihi)28.

26

Ahmad al-Fayumi.. al-Misbah al-Munir. (Beirut: Dar al-Fikr, tanpa tahun). h. 194. 27

Abi al-Husain Ahmad ibn Faris. Mu’jam Maqayis al-Lughah. (Beirut: Dar al-Fikr, 1979). h. 279

28

Ahmad al-Fayumi. Op. cit. h. 194. Lihat pula Ibn Mandzur. Lisan al-‘Arab. (Beirut: Dar al-Fikr, 1990). cet. ke-1, juz XIV, h. 257. Abu al-Qasim al-Raghib al-Ashfahani. al-Mufradat fi Gharib al-Qur’an. (Beirut. Dar al-Ma’rifat, tanpa tahun). h. 170.


(38)

Dalam Al-Qur-an, berdasarkan penelitian Muhammad Fu’ad ‘Abd al-Baqi, kata dakwah dalam berbagai bentuk dan turunannya terulang sebanyak 299 kali. Dalam bentuk mashdar (da’wah) disebut 6 kali, dalam bentuk amr (ud’u) 34 kali, dan dalam bentuk fa’il (da’iyan dan al-da-‘i) dilang sebanyak 7 kali29. Sebagai seruan atau ajakan, kata dakwah dipergunakan baik untuk ajakan ke jalan yang benar (hudan) atau jalan yang sesat (dlalal)30.

Selanjutnya dakwah yang dimaksud oleh Sayyid Quthub adalah dakwah sebagai ajakan ke jalan Allah bukan ke jalan da’i atau kaumnya. Tiada bagi da’i dari dakwah yang dilakukan, kecuali menjalankan tugas dan kewajibannya kepada Allah swt31.

Seperti yang tercermin dari surat al-Anfal: 24, sebagai berikut:

Artinya: “Hai orang-orang beriman, penuhilah seruan Allah dan seruan Rasul apabila Rasul menyeru kamu kepada sesuatu yang memberi kehidupan kepada

kamu”.

Selanjutnya menurut Quthub ayat diatas menjelaskan mengenai seruan, ajakan terhadap lima hal pokok yang mengantar manusia memperoleh kehidupannya yang sempurna32.

Pertama, seruan kepada aqidah tauhid yang akan membebaskan manusia

dari penyembahan kepada selain Allah, Kedua, seruan kepada hukum-hukum

29

Muhammad Fu’ad ‘Abd al-Baqi. (). Mu’jam Mufahras li Alfadz al-Qur’an. (Beirut: Dar al-Fikr, 1987). h. 257-260.

30

Ibn Mandzur. op. cit. h. 259. 31

Sayyid Quthub. Fi Zhilal al-Qur’an. (Beirut: Dar al-Syuruq, 1982). Jilid IV. h. 2301-2302.

32


(39)

Allah dalam arti seruan untuk membangun dan mengatur kehidupan dengan undang-undang Allah, Ketiga, seruan kepada sistem hidup atau konsep mengenai kehidupan yang sesuai dengan fitrah kemanusiaan, yang tidak lain adalah sistem Islam itu sendiri, Keempat, seruan kepada kemajuan dan kemuliaan hidup dengan aqidah dan sitem Islam untuk kemudian membebaskan manusia dari perbudakan dan penyembahan terhadap sesama manusia, Kelima, seruan kepada perjuangan dan jihad Islam untuk dapat mewujudkan dan mengokohkan sistem Allah di muka bumi33.

Dapat diambil kesimpulan bahwa pemikiran dakwah yang disampaikan oleh Sayyid Quthub bukanlah dakwah yang hanya identik dengan ceramah atau

tabligh saja, namun secara pengaplikasiannya dakwah adalah usaha orang

beriman mewujudkan sistem (ajaran) Islam dalam realitas kehidupan, baik dalam tataran individu, keluarga, masyarakat, dan umat.

Selanjutnya pembahsan mengenai media dakwah, media dakwah adalah suatu pemilihan sarana berdakwah yang tepat sehingga materi dakwah dapat diterima oleh objek dakwah. Dalam hal ini seorang da’i atau mubaligh harus mempunyai ketrampilan memilih cara yang tepat melalui penggunaan berbagai media yang dinilai menghasilkan dakwah yang tidak sia-sia (efektif dan efisien).

Diantara macam-macam media dakwah adalah sebagai berikut:

1. Da’wah bil lisan, dakwah yang dilakukan melalui lisan, seperti ceramah dan

tabligh akbar.

33


(40)

2. Da’wah bil kitab, dakwah yang dilakukan dengan kegiatan tulis-menulis, seperti melalui artikel, majalah, buku, majalah, bulletin, dan sebagainya. 3. Dakwah menggunakan alat-alat elektronik, memanfaatkan media massa

elektronik, dalam hal ini melalui radio, televisi, internet, dan sebagainya.

4. Da’wah bil hal, dakwah yang dilakukan melalui berbagai kegiatan yang

langsung menyentuh kepada jama’ah, seperti majelis ta’lim, kegiatan bakti sosial, memperingati hari besar Islam, dan sebagainya.

H. Pengertian Media Dakwah

Dalam komunikasi, pengertian media adalah sarana yang dipergunakan oleh komunikator sebagai saluran untuk menyampaikan suatu pesan kepada komunikan, apabila si komunikan jauh tempatnya, banyak jumlahnya, atai kedua-duanya.34

Demikian juga dengan dakwah yang juga merupakan bagian dari aktivitas komunikasi, jelas-jelas sangat meembutuhkan media yang dapat menunjang proses kegiatan dakwa islamiyah, sehingga tujuan dakwah untuk mencapai masyarakat yang islami dapat terwujud.

Sedangkan pengertian dari media dakwah itu sendiri adalah alat objektif menjadi saluran untuk menghubungkan ide dengan umat, dan juga membutuhkan suatu elemen yang vital dan itu merupakan urat nadi dalam kesempurnaan dakwah.35

34

Onong Uchjana Efendy, Dimensi-dimensi Komunikasi, (Bandung: PT. Alumni, 1986), h. 199-200

35

Hamzah Ya’kub, Publistik Islam, Tehnik Dakwah dan Leadership, (Bandung: CV. Diponegoro, 1992), Cet, ke-4, 46


(41)

Media dakwah adalah peralatan yang dipergunakan untuk menyampaikan materi dakwah, pada zaman modern umpamanya televisi, radio, video, kaset, rekaman, majalah dan surat kabar. Dalam semua aktivitas dakwah merupakan bagian yang tidak bisa terlepaskan keberadaannya, bahkan menurut ahli media bahwa manusia mengkosumsi berita dalam sehari-harinya, tumbuh dan berfikir dengan berita hari hiburan.36

Dengan demikian, media dakwah adalah segala sesuatu yang dipergunakan sebagai alat bantu dakwah untuk mencapai tujuan dakwah yang telah dtentukan.37

Media dakwah bukan saja berperan sebagai alat bantu dakwah, namun bila ditinjau dakwah sebagai suatu sistem, yang masa sistem ini terdiri dari beebrapa komponen yang antara komponen yang satu dengan yang lainnya saling berkaitan untuk mencapai tujuan dakwah dan media dakwah. Apalagi dalam penentuan strategi dakwah yang memiliki efektifitas dan efisiensi, peran media dakwah menjadi tampak jelas. Dan medua dakwah adalah satu komponen agar tercapainya dakwah tersebut.

Sebagai suatu elemen vital, tentu saja media dakwah hrus benar-benar dapat berperan dalam usaha kesuksesan dakwah, dan sudah seyogyanya apabila media dakwah dapat disesuaikan dengan kondisi mad’u yang dalam hal ini apabila media dakwah dapat disesuaikan dengan kondisi mad’u yang dalam hal ini masyarakat yang sudah mengalami peradaban yang tinggi. Media dkwah yang

36

Muna Haddad yakan, Hati-hati Terhadap Media Yang Merusak Anak, (Jakarta: Gema Insani Press, 1998), Cet, Ke-8, h. 12

37

Asmuni Syukir, Dasar-dasar Strategi dakwah Islam, (Surabaya: Al-Ikhlas, 1983), cet. Ke-1, h. 163


(42)

dapat digunakan oleh para da’i itu bermacam-macam, yaitu bisa melalui lisan, tulisan, lukisan, dan juga audio visual.

I. Televisi Sebagai Media Dakwah

Perkembangan dunia sangatlah pesat, dikarenakan berkembangnya sains dan teknologi yang semakin lama semakin canggih. Begitu juga dakwah, yang pada saat ini didukung juga dengan media. Media inimemudahkan peran juru dakwah untuk mensyiarkan ajaran agama Islam. Dakwah telah berlangsung melalui masanya yang amat penjang dan beragam. Sejak Nabi Muhammad SAW sampai pada masa dimana peradaban manusia telah sampai pada masa dimana peradaban manusia telah sampai pada tingkatnya yang lebih tinggi, seperti zaman sekarang ini yang semuanya serba canggih. Salah satu pemanfaatan teknologi yang sampai sekarang masih berkembang yaitu media televisi.

Televisi sebagai media dakwah adalah suatu penerapan dan manfaat hasil teknologi modern, yang mana dengan pemanfaat hasil teknologi itu diharapkan seluruh aktivitas dakwah dapat mencapai sasaran yang lebih optimal.38

Berdakwah melalui televisi ini sangat banyak memperoleh keehebatan dibanding dengan media-media dakwah lainnya, sebagaian kehebatannya antara lain televisi dapat dilihat dan didengar oleh seluruh penjuru tanah air bahkan luar negeri, sedangkan mubalighnya atau sang da’i hanya pada pusat pemberitaan ( distudio) saja.

Kegiatan dakwah pada dasarnya tidak berbeda dengan kegiatan komunikasi secara umum, dalam berkomunikasi secara umum, dalam

38


(43)

berkomunikasi kecanggihan media, disamping komponen lain, komunikator, isi pesan, komunikan dan feed back, merupakan salah satu faktor suksesnya suatu aktivitas komunikasi.

Media televisi merupakan salah satu saluran yang bisa digunakan untuk memperluas jangkauan dakwah Islamiyah. Karena itu penguasaan IPTEK akan sangat penting termasuk infrastrukturnya. Mengingat dakwah merupakan kekuatan moral yang mampu menggerakan. Mengingat dakwah merupakan kekuatan moral yang mampu menggerakkan perubahan sosial serta menawarkan satu alternatif dalam membangun dinamika masyarakat dan masa depan umat, dengan menempuh cara-caranya dan strategi yang lentur, kreatif dan bijak.

Hadirnya televisi swasta di Indonesia merupakan suatu imbas teknologi informasi yang tidak bisa dibendung lagi, perkembangan media televisi sebagai sarana infromasi di Indonesia tidak terlepas dari jalannya pembangunan nasional dibeberapa bidang, kehadiran televisi-televisi tersebut secara tidak langsung menjadikan alternatif tontonan lebih luas bagi pemirsa di rumah dan bagi pengelola stasiun televisi menjadi suatu kewajiban untuk menampilkan paket-paket acara yang menarik.

Menurut penulis, televisi sebagai media dakwah sudah jelas, karena dalam program atau tayangan atau pesan-pesan dakwah, mislanya dalam bentuk acara keagamaan ataupun sinetron-sinetron. Jadi jelaslah bahwa media televisi merupakan media dakwah dan ladang yang subur bagi pengembangan dakwah Islam, mencerdaskan umat dan memenuhi kebutuhan umat.


(44)

J. Pengertian dan Tujuan Dakwah

Secara etimologi kata dakwah berarti dakwah yang berasal dari B. Arab yakni da’aa, yad’u, du’aa. Yang berarti seruan, ajakan, panggilan.39 Adapun pengertian dakwah secara terminologis, terdapat beberapa pendapat diantaranya:

Pengertian dakwah secara umum ialah suatu ilmu pengetahuan yang berisi metode ajaran-ajaran bagaimana seharusnya menarik perhatian manusia untuk menganut, menyetujui, melaksanakan suatu ideology, pendapat, pekerjaan tertentu.

Pengertian dakwah secara khusus ialah mengajak manusia dengan cara bijaksana pada jalan yang benar sesuai dengan perintah Tuhan untuk kemasalahatan dan kebahagiaan mereka di dunia dan akhirat.40

Menurut Muzayyin Ariffin “dakwah adalah suatu kegiatan apakah baik dalam bentuk lisan, tulisan, tingkah laku dan sebagiannya dilakukan secara sadar dan berencana dalam rangka mempengaruhi orang lain baik secara individual maupun kelompok agar timbul dalam dirinya suatu pengertian, kesadaran dan sikap penghayatan serta pengamalan terhadap ajaran agama sebagai pesan yang disampaikan kepadanya dengan tanpa unsur paksaan.41

Drs. H. Arifin med. Mengatakan bahwa dakwah adalah sebagai kegiatan ajakan dalam bentuk lisan, tulisan, tingkah laku, dan sebagainya. Yang dilakukan secara sadar dan berencana dalam usaha mempengaruhi orang lain baik secara individual maupun

39

Drs. H. toto Tasmura, Komunikasi Dakwah, (Jakarta: Gaya Media Pertama, 1997), Cet. Ke-1, h. 31.

40

Thoha Yahya Oemar, Ilmu Dakwah, (Jakarta: Wijaya, 1992), Cet ke-5, h. 13 – 14 41

Muzayyin Arifin, Psikologi Dakwah Suatu Pengantar Studi, (Jakarta: Bumi Aksara, 1991).


(45)

secara kelompok supaya timbul dalam dirinya suatu pengertian, kesadaran sikap,

penghayatan serta pengamalan terhadap ajaran agama tanpa adanya unsur paksaan.42

J. Majelis Ta’lim

Istilah ini berasal dari Bahasa Arab yait yang berarti tempat duduk, sedangkan artinya mengajar dan kalau dilihat dari sudut asal katanya, maka majelis ta’lim dapat diartikan sebagi suatu wadah atau tempat berlangsungnya kegiatan belajar mengajar yang di dalamnya terdapat jama’ah (orang yang belajar), ustadz/ ustadzah (orang yang mengajar materi pelajaran yang diajarkan)43.Sedangkan koordinasi dakwah Islam memberikan definisi majelis ta’lim secara lughawiyah yaitu tempat untuk melaksanakan pengajian atau pengajaran agama Islam44.

Selanjutnya menurut Dra. Hj. Tuti Alawiyah A.S. majelis adalah pertemuan atau perkumpulan orang banyak, sedangkan ta’lim berarti pangajaran atau pengajian agama Islam45.

Musyawarah Majelis Ta’lim se-DKI yang berlangsung pada tanggal 9 oktober 1980 memberikan batasan masalah sebagai berikut: “lembaga pendidikan Islam non-formal yang memiliki kurikulum tersendiri, diselenggarakansecara berkala dan teratur dan diikuti oleh jama’ah yang relatif banyak dan bertujuan

42

Arifin Med, Psikologi Dakwah, (Jakarta: Bulan Bintang, 1997),h. 17 43

Depag RI. Ensiklopedia Islam. (Jakarta: Depag RI, 1987). Jilid II, h. 56. 44

Koordinasi Dakwah Islam. Pedoman Majelis Ta’lim. (Jakarta: KODI. 1990) cet. ke-2, h.1.

45

Tuti Alawiyah AS. Strategi Dakwah di Lingkungan Majelis Ta’lim. (Bandung: Mizan, 1997) h.5.


(46)

untuk membina dan mengembangkan hubungan yang santun dan serasi antar manusia dengan Allah”.

Adapun tujuan majelis ta’lim menurut Dra. Hj. Tuti Alawiyah A.S. adalah sebagai berikut:

1. Tempat belajar, untuk menambah ilmu dan keyakinan agama yang akan mendorong pengamatan agama.

2. Tempat kontak sosial, untuk bersilaturahmi agar dapat menciptakan persatuan dan kesatuan umat Islam.

3. Mewujudkan minat sosial, untuk meningkatkan kesadaran dan kesejahteraan rukun tetangga (RT) dan lingkungan jama’ahnya.

- Tujuan umum: meningkatkan kualitas pemahaman dan amalan keagamaan pada setiap pribadi muslim Indonesia yang mengacu pada keseimbangan antara iman dan taqwa.

- Tujuan khusus: meningkatkan kemampuan dan peranan majelis ta’lim. Sedangkan fungsi majelis ta’lim sebagai suatu organisasi menurut Dra. Hj. Tuti Alawiyah A.S. adalah sebagai berikut:

1. Pengurus majelis ta’lim dapat menarik pelajaran dari pendapat dan pengalaman sesama pengurus majelis ta’lim untuk memperbaiki dan meningkatkan cara pengelolaan organisasi majelis ta’lim yang dikelolanya. 2. Guru majelis ta’lim dapat menarik pelajaran tentang metode penyampaian dan

sistematika penguraian materi dakwah sehingga pidatonya lebih berbobot, terarah temanya dan sesuai dengan suasana dan kebutuhan jama’ah dalam mengatasi masalah yang terjadi di dalam lingkungan masyarakat.


(47)

BAB III

GAMBARAN UMUM SINETRON DAN MAJELIS TA’LIM

1. Gambaran Umum Sinetron Munajah Cinta

A. Sekilas tentang Sinetron Munajah Cinta

Attar (Baim Wong) adalah seorang pemuda kaya, tampan, dan cenderung playboy. Ia adalah anak pejabat yang sibuk berkampanye mencalonkan sebagai Gubenur. Meski begitu, sebenarnya ia adalah pemuda yang baik. Attar jatuh cinta kepada teman masa kecilnya. Khumaira (Rianti Cartwright). Karena ingin mendapat khumaira, attar mendalami agama di sebuah desa dengan bimbingan Kyai Sidik (Moctar Sum), paman khumaira.

Saat mencari desa tempat tinggal Kyai Sidik, atta bertemu dengan Maemunah (Zaskia A. Mecca) seorang gadis desa yang menolongnya menemukan alamat Kyai Sidik. Sejak itu, keduanya pun semakin akrab.

Waktu pun berlalu. Attar mulai berubah menjadi seorang pemuda yang shaleh dan bijaksana. Tutur kata dan sikapnya pun menjadi lebih sopan. Hal ini membuat Khumaira kagum dan menyanyangi Attar ia tidak tahu, bahwa cinta Attar hanyalah milik seorang wanita, Khumaira.

Maemunah sebenarnya telah dijodohkan ayahnya. Kasan (Pietra J. Burnama) dengan seorang rentenir, Bakrie (Adipura). Kasan terpaksa menjodohkan anaknya karena ia terlilit hutang banyak dan tidak mampu membayarnya. Di saat akan dilaksanakan Ijab Qabul. Maemunah kabur, Mae lari ke Musholla tempat Kyai Sidik dan Attar tinggal. Ia meminta Attar untuk


(48)

menyelamatkannya. Atas dasar bantuan Kyai Sidik, Maemunah diantarkan kembali ke ayahnya, dan pernikahan Maemunah pun ditunda.

Hari-hari berlalu . Kasan selalu disiksa oleh Bakrie agar mau memaksa Maemunah untuk mau menikah dengan ikhlas. Tetapi Kasan tidak mau mengorbankan anaknya lagi. Ia meminta Maemunah untuk pergi jauh. Karena tidak tahu harus kemana. Maemunah kembali menemukan Attar. dengan nekat menyusul Attar ke Jakarta.

Berada di sisi Khumaira dan mendampingnya melalui masa-masa sulit, karena tak lama kemudian ibunda Khumaira meninggal dunia.

Lalu Maemunah berhasil menemukan alamat Attar di Jakarta, Ia mendapatkannya dari surat yang di temukan di mushollah. Tapi. Sesampainya di sana, Ia tidak mendapati Attar disana dan Maemunah pun semakin sedih ketika mendengar alasan ketidakadaan Attar di rumah itu karena ia sedang melayat ke rumah calon mertuanya.

Melihat kehadiran Maemunah di rumah Attar orangtua Attar tidak nyaman. Mereka meminta Attar untuk segera mencari tempat tinggal bagi gadis desa itu. Karena keberadaan Maemunah di rumah mereka akan menimbulkan fitnah dan itu tidak baik bagi karir Sanjaya (Dwi Yan), ayah Attar.

Atas musywarah dengan Khumairah dan Kyai Sidik, Maemunah pun tinggal di rumah Khumairah. Selain karena Maemunah tidak mungkin di pulangkan ke desa keberadaanya juga dibutuhkan untuk menemaninya Khumairah yang tinggal sendiri karena baru saja kehilangan ibunya


(49)

Tetapi masalah tidak berhenti sampai di sana. Maemunah yang menjalani hari-harinya di rumah Khumairah pun tanpa sadar menjadi ’Khumaira wanna be”. Maemunah ingin menjadi sesempurna Khumaerah, agar Attar tidak melupakannya. Hal ini sangat membuat Attar terganggu, Ia menganggap Maemunah telah memanfaatkan Khumaera. Tetapi ia juga tidak tega terhadap Maemunah karena sudah Ia anggap sebagai adiknya sendiri.

Apakah yang akan terjadi kemudian. Akankah Attar mendapatkan Cinta Khunaira? Lalu, bagaimana dengan Maemunah? Selengkapnya di Sinetron Munajah Cinta.46

B. Visi dan Misi Sinetron Munajah Cinta

Promosi awal sinetron Munajah Cinta yang begitu menarik apalagi memanfaatkan demam Ayat-Ayat Cinta (AAC), harusnya dimanfaatkan betul-betul oleh Sutradara dan penulis cerita untuk membuat cerita yang betul-betul-betul-betul membumi. Apalagi memuat misi Islam, maka tentu harus dikerjakan dengan baik dan tuma’ninah. Bagi penonton yang suka menyaksikan sinetron televisi, sayang jika tidak menyaksukan sinetron Munajah Cinta ini. Namun bagi penonton kritis sinetron dan film Indonesia, maka kita tunggu dua atau tiga episode lagi.

Sebagaimana telah disinggung mengenai jalan cerita sinetron munajah cinta yang berisikan pesan dakeah yang terkandung mengenai tema poligami tersebut, adalah merupakan salah satu metode komunikasi yang dirasa positif. Saya sebagai penulis melihat fenomena terhadap media khususnya televisi sebagai alat penyampaian dalam komunikasi massa sekaligus dakwah.

46


(50)

2. Gambaran Umum Jamaah Majelis Ta’lim Al-Muhajirin

A. Sekilas tentang Majelis Ta’lim Al-Muhajirin

Majelis Ta’lim Al-Muhajirin didirikan pada tahun 1998, yang mendrikan KH. Muhamad hadi. Beliau memberikan Majelis Ta’lim Al-Muhajirin kepada masyarakat setempat, untuk membangun pengajian dan mengadakan pengajian setiap hari seperti Fiqih, Al-Qur’an dan lain-lain. Karena beliau membangn majelis Ta’lm Al-Muhajirin itu Wakaf dari KH. Hadi untuk membangun sebuah Majelis Ta’lim Al-Muhajirin yang sekarang ini sudah berdiri.

Dari jumlah keseluruhan jamaah kaum ibu-ibu di Majelis Ta’lim Al-Muhajirin kelurahan Serpong, Kecamatan Serpong, Kabupaten Tangerang, Serpong-Tangerang yang berjumlah 60 jamaah

1. Tiap hari Senin dan Rabu pengajian Al-Muhajirin bisa mencapai 50 orang 2. Sedangkan selain hari itu jamaah Al-Muhajiirin bisa mebcapai 15-20

orang.

Berdirinya Majelis Ta’lim Al-Muhajirin sebagai lembaga non-formal yang berpran serta dalam agama Islam sangat cocok digunakan di kalangan masyarakat, khususnya di kalangan kaun ibu rumah tangga, Majelis Ta’lim merupakan organisasi pendidikan non-formal yang memberikan pengarahan khusus keagamaan.

Kesibukan yang dialami para ibu rumah tangga ditambah lagi dengan latar belakang pendidikan yang minim dan juga rasa malu yang dimiliki membuat para kaum ibu rumah tangga enggan untuk memahami agama Islam secara mendalam, sehingga anak-anak yang dimilikinya pun menjadi malas mengikuti jejak orang tuanya, khususnya ibu-ibu rumah mereka.


(51)

Majelis Talim Al-Muhajirin mempunyai peranan besar dalam meningkatkan pengetahuan, pemahaman dan pengalaman bagi semua lapisan masyarakat, termasuk di dalamnya para ibu rumah tangga, dengan Majelis Ta’lim proses dakwah akan terasa lebih mudah dan memberi warna dan melaksanakan kegiatan dakwah. Karena pada umumnya Majelis Ta’lim adalah lembaga swadaya murni, Ia dilahirkan, dikelola, dipelihara, dikembangkan, dan didukung oleh masyarakat itu sendiri.

Adapun stuktur organisasi dan nama anggota dalam Majelis Ta’lim Al-Muhajirin adalah:

Ketua Pengurus : Drs. H. M Imran, S.ag

Ketua : KH. Muhammad Hadi

Wakil Ketua : Hj. Pipin Suhaetini Sekretaris : Hj. Maemunah, S.Ag Bendahara : Dra. Hj. Siti Aminah

B. Program Kegiatan Majelis Ta’lim Al-Muhajirin

Dalam melakukan keagamaan Majelis Ta-lim Al-Muhajirin melakukan kegiatan pengajian setiap harinya, pengajian anak-anak dan kaum ibu-ibu, adapun waktu dalam mengadakan pengajian anak-anak dari jam 16.00-17.00 dan diteruskan debgab pengajian Ibu-ibu dari jam 17.00-20.00.

Dalam menyelenggarakan tiap bulannya Majelis Ta’lim Al-Muhajirin mengadakan:

- Acara Isra Miraj di bulan Rajab - Maulid Nabi Muhammad Saw


(52)

BAB IV

ANALISIS DATA RESPONDEN

A. Karakteristik Responden

Setelah melakukan penelitian selama 3 (tiga) bulan di daerah Serpong tepatnya terletak di Kelurahan Serpong, Kecamatan Serpong, Kabupaten Tangerang, ditemukan beberapa hal yang menjadi temuan lapangan.

Responden pada penelitian ini adalah Ibu-ibu Majelis Ta’lim Al-Muhajirin Kelurahan Serpong, Kecamatan Serpong, Kabupaten Tangerang. Untuk mengetahui sejauh mana respon remaja tersebut terhadap Sinetron ”Munajah Cinta”. Maka, pada penelitian ini yang menjadi sampel adalah sebanyak 30 orang yang menonton Sinetron ”Munajah Cinta”.

Dari 30 kuisioner yang terkumpul valid, peneliti mendapatkan data mengenai identitas responden dan selanjutnya peneliti klasifikasikan menjadi empat bagian, yaitu: identitas responden berdasarkan jumlah, usia, pekerjaan dan pendidikan. Selanjutnya akan dijelaskan dalam bentuk Tabel serta uraian dari masing-masing Tabel.

Adapun frekuensi jumlah responden berdasarkan umur. dapat dilihat pada Tabel 1 Jumlah responden berdasarkan jenis usia responden dapat dilihat pada Tabel 1.

Tabel 1. Jenis Usia Responden

Jenis Usia (Thn) Responden F.Relatif (%)

25-30 5 16,7

31-35 15 50

36-40 10 33.3

Jumlah 30 100


(53)

Adapun karakteristik responden berdasarkan jenis usia (Tabel 1), dilihat bahwa usia responden yang terbanyak menonton sinetron “Munajah Cinta” adalah usia 31-35 sebanyak 15 responden dengan persentase 16,7%, sedangkan usia 36-40 terdiri dari 10 responden dengana persetase 33,3 %, dan usia 25-30 terdiri dari 5 responden dengan persentase 16,7%.

Selanjutnya karakteristik responden berdasarkan jenis pendidikan dapat dilihat pada Tabel 2.

Tabel 2. Jenis Pendidikan Responden

Jenis Pendidikan Responden Frek.Relatif (%)

SD/MI 10 33,3

SMP/MTs 9 13

SMA/MA 11 36,7

Jumlah 30 100

Dari data Tabel 2 dapat disimpulkan bahwa responden dengan jenjang pendidikan SMA/MA-lah yang dominan menonton sinetron “Munajah Cinta”. B. Respon Jamaah Terhadap Sinetron “Munajah Cinta”

Adapun faktor yang berpengaruh terhadap penilaian atau respon remaja terhadap Sinetron “Munajah Cinta” adalah tergantung dari bagaimana pemahaman Jamaah Majelis Ta’lim Al-Muhajirin itu sendiri dalam menyikapinya.

1. Respon ibu-ibu terhadap sinetron

Judul merupakan hal terpenting untuk menjadikan sebuah sinetron itu dikatakan menarik atau tidak. Judul ibarat wajah. Dari judul para penonton bisa menilai bagus atau tidak sinetron tersebut dan nantinya dapat menilai sesuai atau tidak antara sinetron dengan judul itu. Apakah dari judul sinetron tersebut menggambarkan kenyataan dalam kehidupan dan pasti nantinya apakah judul


(54)

tersebut membuat penasaran sehingga orang ingin tahu bagaimana isi dari judul sinetron itu. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat dalam Tabel 3.

Tabel 3. Respon Ibu-ibu Terhadap Judul Sinetron (Jdl)

No. Pernyataan Nilai Ranking

1. Judulnya bagus 267 1

2. Judulnya sesuai dengan sinetronnya 262 3 3. Judul sinetronnya menggambarkan

faktualitas

215 4

4. Dari judulnya membuat penasaran 266 2 Berdasarkan ranking penilaian (Tabel.3), respon jamah majelis ta’lim al-muhajirin terhadap judul sinetron terlihat bahwa ibu-ibu menilai bagus judul “Munjah Cinta” pada sinetron tersebut, dan merespon dari judul sinetronnya membuat penasaran untuk ditonton. Dan judul itu sesuai dengan sinetronnya. Meski dari judulnya bagus dan membuat penasaran, para jamaah merespon rendah kalau judul sinetron itu menggambarkan yang sesungguhnya.

2. Respon ibu-ibu Terhadap Alur Cerita

Dari alur cerita, sinetron ini mencoba memberikan gambaran awal dengan suasana memilukan. Tanpa menceritakan awal sebab teror tersebut muncul. Selain itu, sinetron ini sudah bisa diketahui endingnya. Namun dengan memberikan sedikit demi sedikit tabir yang dibuka, maka hal tersebut hanya membuat penonton untuk memastikan kebenaran apa yang telah diperkirakan dari awal. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat dalam Tabel 4.

Tabel 4. Respon Ibu-ibu Terhadap Alur Cerita (Alc)

No. Pernyataan Nilai Ranking

1. Alur cerita dalam sinetron “Munajah Cinta” cukup menarik

251 2

2. Saya mengerti isi cerita dari sinetron ini 252 1 3. Alur ceritanya menceritakan poligami 247 3 4. Alur ceritanya mengajarkan saya tentang

Agama Islam


(55)

Berdasarkan ranking penilaian (Tabel.4), respon ibu-ibu majelis ta;lim al-muhajirin Serpong terhadap alur cerita dalam sinetron terlihat bahwa ibu-ibu menilai tinggi dari isi cerita yang berisi tentang pengetahuan agama, alur cerita dalam sinetron “Munajah Cinta” cukup menarik, dimana alurnya menceritakan tentang Poligami.

3. Respon Remaja Terhadap Crident title

Crident title adalah orang yang berperan penting dalam pembuatan film

meliputi: Produser, Sutradara, Actor, dll. Peneliti memberikan pertanyaan kepada responden bagaimana kerja yang dilakukan para karyawan, apakah produser telah berhasil, penulis naskah hebat dan para aktor dalam film ini terkenal. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat dalam Tabel 5.

Tabel 5. Respon Jamaah Terhadap Crident title (Crt)

No. Pernyataan Nilai Ranking

1. Dalam sinetron ini, saya merasa kerja yang dilakukan para crew sudah maksimal

238 1

2. Produsernya (Ram Punjabi), telah berhasil dalam membuat sinetron ini

224 3

3. Saad El-Mughni selaku Penulis sekaligus sutradara memang sangat hebat

227 2

4. Pemain dalam sinetron ini cukup terkenal 212 4 Berdasarkan ranking penilaian (Tabel.5), respon ibu-ibu majelis ta’lim al-muhajirin terhadap Crident title terlihat bahwa ibu-ibu menilai para jamaah merespon tinggi kalau kerja yang dilakukan para crew sudah maksimal, dan merespon baik bahwa Penulis sekaligus sutradara film ini memang sangat hebat. Sang produser telah berhasil dalam pembuatan film, serta para jamaah merespon rendah terhadap para pemain.


(56)

4. Respon Jamaah Terhadap Intriks

Intriks adalah usaha pemeranan untuk mencapai tujuan dalam pembuatan

sebuah sinetron. Dari sini responden menilai bagaimana peran yang dimainkan Baim Wong, Rianti Cartwright, Zaskia. A. Mecca, Muchtar Sum, apakah mereka sudah berhasil. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat dalam Tabel 6.

Tabel 6. Respon Remaja Terhadap Intriks Film (Int)

No. Pernyataan Nilai Ranking

1. Saya rasa Baim Wong telah berhasil berperan sebagai Attar

253 1

2. Rianti Cartwright telah berhasil berperan sebagai Khumairah

245 3

3. Zaskia. A. Mecca telah berhasil berperan sebagai Maemunah

223 4

4. Muctar Sum telah berhasil menjadi Kyai 246 2 Berdasarkan ranking penilaian (Tabel.6), respon ibu-ibu terhadap intriks

sinetron terlihat bahwa ibu-ibu menilai bagus peran yang dimainkan Baim Wong dalam sinetron “Munajah Cinta”, selanjutnya Muctar Sum, Riani Cartwright, dan terakhir peran yang dimainkan Zaskia. A. Mecca.

5. Respon Jamaah Terhadap Klimaks Sinetron

Klimaks adalahbenturan antar kepentingan dalam sinetron. Seperti yang ditanyakan peneliti kepada responden tentang apakah ending sinetron “Munajah Cinta” itu cukup mengharukan, terkesan tidaknya para responden setelah menonton sinetron “Munajah Cinta”, merasa takut untuk di poligami, dan mendapat manfaat setelah nonton sinetron “Munajah Cinta”. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat dalam Tabel 7.


(1)

mengetahui lebih jauh apakah terdapat perbedaan sikap antar jamaah, maka dapat dianalisis dengan melihat Tabel 11 :

Tabel 11. Perbandingan Respon Jamaah Majelis Ta’lim al-Muhajirin Terhadap Sinetron Munajah Cinta di RCTI

No. Pernyataan Min Max Mean SD Ranking 1. Judul film 215 267 252.50 25.09316 2 2. Alur cerita 241 252 247.75 4.99166 3

3 Crident title 212 238 225.25 10.68878 8

4. Intriks 223 253 241.75 12.99679 6

5. Klimaks 241 281 253.25 18.62570 1

6. Million setting 210 278 233.75 30.1814 7

7. Sinopsis 235 252 246.50 7.767453 4

8. Character 227 250 242.25 10.46821 5

Berdasarkan ranking penilaian (Tabel.11), respon jamaah majelis ta’lim Al-Muhajirin Serpong terhadap sinetron “Munajah Cinta” yaitu Klimaks menduduki peringkat pertama, lalu diikuti peringkat duanya yaitu Judul Film, peringkat tiganya alur cerita, kemudian peringkat empatnya sinopsis, peringkat lima karakter, peringkat enam intriks, peringkat tujuh million setting, dan peringkat terakhir crident tittle.

D. Respon Responden terhadap Sinetron “Munajah Cinta”

Penilaian sikap responden terhadap sinetron “Munajah Cinta” ini meliputi title (judul film), plot (alur cerita), crident title, intriks (usaha pemeran film untuk mencapai tujuan), klimaks (benturan antar kepentingan), million setting (latar belakang terjadinya peristiwa, waktu, bagian kota, perlengkapan yang disesuaikan), sinopsis (ringkasan), dan character.


(2)

Tabel 12 Perbandingan Rata-rata Respon Kognitif, Afektif, Konatif No Respon Rata-rata (Mean) Ranking

1. Kognitif 242 1

2. Afektif 239.5 2

3. Konatif 232.25 3

Respon kognitif adalah yang berhubungan dengan pikiran atau penalaran,

sehingga yang semula tidak mengerti, yang tadinya bingung menjadi merasa jelas. Disini menempati peringkat pertama.

Respon afektif adalah berkaitan dengan perasaan yang bergejolak didalam

hati, sehingga akibat dari menonton sinetron orang bisa merasakan sedih, terharu setelah menonton sinetron “Munajah Cinta”. Disini menempati peringkat kedua.

Respon konatif adalah bersangkutan dengan niat, tekad, upaya, usaha, yang

cenderung menjadi suatu kegiatan atau tindakan, yang semua itu tidak langsung akan timbul melainkan didahului oleh respon kognitif dan respon afektif menempati peringkat ketiga.


(3)

BAB V PENUTUP A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil analisis data penelitian tentang respon jamaah majelis ta’lim Al-Mhajirin terhadap sinetron “Munajah Cinta”, sebagaimana telah diuraikan dalam bab terdahulu maka dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut:

1. Unsur-unsur sinetron yang menjadi respon dari jamaah terhadap sinetron “Munajah Cinta” adalah title (judul), plot (alur cerita), crident title,

intriks (usaha pemeran untuk mencapai tujuan), klimaks (benturan antar

kepentingan), million setting (latar belakang terjadinya peristiwa, waktu, bagian kota, perlengkapan yang disesuaikan), sinopsis (ringkasan) dan character.

Hasil perhitungan perbandingan respon jamaah majelis ta’lim Al-Muhajirin terhadap sinetron Munajah Cinta”. Klimaks menduduki peringkat pertama, lalu diikuti peringkat duanya yaitu judul film, peringkat tiganya alur cerita, kemudian peringkat empatnya sinopsis, peringkat lima karakter, peringkat enam intriks, peringkat tujuh suspen, peringkat delapan million setting, peringkat sembilan tema film, peringkat sepuluh crident title, dan peringkat terakhir adalah trailer. 2. Perbandingan Rata-rata Respon Kognitif, Afektif, Konatif dari jamaah

majelis Talim Al-Muhajirin Terhadap Sinetron Munajah Cinta di RCTI. Peringkat pertama remaja memberikan respon kognitif, peringkat kedua jamaah memberikan respon afektif dan terakhir jamaah memberikan


(4)

respon konatif. Hal ini diduga bahwa jamaah yang tadinya jamaah belom mengerti apa iti poligami menjadi tahu pengertian dari npoligami dan kewajiban seorang isteri terhadap suaminya.

B. Saran

Berdasarkan temuan dan hasil analisis data dapat disarankan beberapa hal sebagai berikut:

1. Di harapkan kepada produser untuk bisa menyajikan sebuah tayangan sinetron yang lebih ke arah Islami untuk dapat menambah wawasan atau pengetahuan tentang agama.

2. Di harapkan kepada segenap jamaah yang mengikuti kegiatan pengajian agar tidak memakai perhiasan yang mencolok karena akan menimbulkan kecembrungan sosial.


(5)

DAFTAR PUSTAKA

Abd al-Baqi Muhammad Fu’ad ‘. Mu’jam Mufahras li Alfadz al-Qur’an. (Beirut: Dar al-Fikr, 1987). h. 257-260.

Ahmad ibn Faris Abi al-Husain. Mu’jam Maqayis al-Lughah. (Beirut: Dar al-Fikr, 1979).

Al-Fayumi Ahmad. Op. cit. h. 194. Lihat pula Ibn Mandzur. Lisan al-‘Arab. (Beirut: Dar Fikr, 1990). cet. ke-1, juz XIV, h. 257. Abu Qasim al-Raghib al-Ashfahani. al-Mufradat fi Gharib al-Qur’an. (Beirut. Dar al-Ma’rifat, tanpa tahun)

Al-Fayumi Ahmad.. al-Misbah al-Munir. (Beirut: Dar al-Fikr, tanpa tahun) Arifin Muzayyin, Psikologi Dakwah Suatu Pengantar Studi, (Jakarta: Bumi

Aksara, 1991).

Arikunto Suharsimi, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek (Jakarta: Rineka Cipta, 2002), edisi revisi v

D. Dagun Save, Kamus Besar Ilmu Pengetahuan. (Jakarta: Lembaga Pengkajian & Kebudayaan, 1997) Ahmad Abu i. Psikologi Belajar. (Jakarta: Rineka Cipta, 1992),

Dagun Save D., Kamus besar Ilmu Pengetahuan, (Jakarta” Lembaga Pengkajian dan Kebudayaan Nusantara, 1997), Cet. Ke-1

Dekdipbud, Kamus Besar Indonesia, Jakarta Balai Pustaka, 1996. Depag RI. Ensiklopedia Islam. (Jakarta: Depag RI, 1987). Jilid II

Djoernasih S Soenarjo, Himpunan Istilah Komunikasi. (Yogyakarta: Liberty, 1993), Efendy Onong Uchjana, Dimensi-dimensi Komunikasi, (Bandung: PT. Alumni, 1986)

Efendy Onong Uchjana i, Ilmu Komunikasi, Teori dan Praktek, (Bandung:PT. Remaja Rosdakarya, 2003)

Koordinasi Dakwah Islam. Pedoman Majelis Ta’lim. (Jakarta: KODI. 1990) cet. ke-2,

Kuswandi Wawan, Komunikasi Massa: sebuah Analisa Media Massa (Jakarta: Rieneka Cipta. 1996)

Med Arifin, Psikologi Dakwah, (Jakarta: Bulan Bintang, 1997)

Nawawi Hadari, Metodologi Penelitian Bidang Sosial, Gadjah Mada University Press

Quthub. Sayyid Fi Zhilal al-Qur’an. (Beirut: Dar al-Syuruq, 1982). Jilid IV. Rahmat Jalaluddin, Psikologi Komunikasi, (Bandung Remaja Rosdakarya, 1999).

Rahmat Jalaludin, Psikologi Komunikasi, (Bandung: PT. Renaja Rosdakarya, 1999)


(6)

Rahmat Jalalufin. (Psikologi Komunikasi: Bandung. Remaja Rosdakarya, 1999) Salim Peter dan Yenny Salim, Kamus Besar Indonesia Kontemporer, (Jakarta:

English Modern Press, 1991)

Sri Handajani dan Asep S. Muhtadi dan, Dakwah Kontenpoler: Pola Alternatif

Dakwah Melalui Televisi (Bandung : Pusada Press, 2000)

Subadi Ahmad. Ilmu Dakwah ke Arah Metodologi. (Bandung: Yayasan Syahida, 1995)

Susanto Astrid, Komunikasi Sosial di Indonesia, (Jakarta: Bina Cipta, 1980) Syukir Asmuni, Dasar-dasar Strategi dakwah Islam, (Surabaya: Al-Ikhlas,

1983), cet. Ke-1,

Tasmura Toto a, Komunikasi Dakwah, (Jakarta: Gaya Media Pertama, 1997), Cet. Ke-1,

Tetap Esi Panitia, Pedoman Penyelenggaraan Esi, (Jakarta: Pantap Esi, 1994) Tuti Alawiyah AS. Strategi Dakwah di Lingkungan Majelis Ta’lim. (Bandung:

Mizan, 1997)

Wahyudi JB., Tekhnologi Informatika dan Produksi Citra Bergerak, (Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama, 1992), cet. Ke-1

Walgito Bimo, Psikologi Belajar, ( Jakarta : Rineka Cipta, 1997)

Ya’kub Hamzah, Publistik Islam, Tehnik Dakwah dan Leadership, (Bandung: CV. Diponegoro, 1992), Cet, ke-4, 46

Yahya Oemar Thoha, Ilmu Dakwah, (Jakarta: Wijaya, 1992), Cet ke-5

Yakan Muna Haddad, Hati-hati Terhadap Media Yang Merusak Anak, (Jakarta: Gema Insani Press, 1998), Cet, Ke-8

REFRENSI INTERNET www. munajah cinta. Com