Integrasi sekolah dan madrasah ke dalam institusi pesantren untuk pengembangan pendidikan Islam: studi multi kasus di SMA Ar-Risalah Kediri dan MA Unggulan Amanatul Ummah Surabaya.

(1)

INTEGRASI SEKOLAH DAN MADRASAH KE DALAM INSTITUSI

PESANTREN UNTUK PENGEMBANGAN PENDIDIKAN ISLAM

(Studi Multi Kasus di SMA Ar-Risalah Kediri dan

MA Unggulan Amanatul Ummah Surabaya)

DISERTASI

Diajukan untuk Memenuhi Sebagian Syarat

Memperoleh Gelar Doktor dalam Program Studi Dirasah Islamiyah

Pada Pascasarjana UIN Sunan Ampel Surabaya


(2)

(3)

(4)

(5)

(6)

ABSTRAK

Istikomah: 2016 Integrasi Sekolah dan Madrasah ke dalam Institusi Pesantren untuk Pengembangan Pendidikan Islam (Studi Multi Kasus di SMA Ar-Risalah Kediri dan MA Unggulan Amanatul Ummah Surabaya.

Kata Kunci : Integrasi, Sekolah, Madrasah dan Pesantren

Dikotomi ilmu dalam Islam telah lama terjadi, salah satu wujudnya adanya lembaga pendidikaan pesantren, madrasah dan sekolah. Pesantren dan madrasah mewakili sebagai sekolah agama, sementara sekolah mereprentasikan sebagai sekolah umum. Namun para pemikir dan pemerhati pendidikan Islam terus berupaya untuk mengikis dikotomi tersebut, salah satu bentuknya adalah adanya pesantren yang mendirikan sekolah atau madrasah, sehingga terjadi integrasi keilmuan antara ilmu agama dan umum. Sekolah sebagai lembaga pendidikan formal dengan muatan kurikulum pengetahuan umum yang dominan, hanya mampu mencetak generasi yang cerdas intelektual, namun belum diimbangi dengan kecerdasan emosional dan spiritual. Sementara pesantren yang hanya mengkaji ilmu agama semata tidak mampu mengantarkan lulusanya untuk siap dalam menghadapi dunia kerja, dengan demikian integrasi sekolah atau madrasah ke dalam institusi pesantren menjadi alternatif utama. Bentuk integrasi pendidikan di pesantren adalah model integrasi monistik yang menolak dualism ilmu pengetahuan

Secara spesifik penelitian ini bertujuan untuk mengetahui latar belakang dilaksanakannya integrasi sekolah dan madrasah ke dalam institusi pesantren, bentuk integrasi yang dilakukan serta dampaknya dalam pengembangan pendidikan Islam. Rancangan penelitian ini menggunakan multi-kasus yang dilakukan di SMA Ar-Risalah Kediri dan MA Unggulan Amanatul Ummah Surabaya. Pengumpulan datanya menggunakan wawancara mendalam, observasi partisipan dan dokumentasi. Sesuai dengan rancangan penelitian yang bersifat multi kasus, maka analisis datanya dilakukan melalui dua tahap, yakni analisis data kasus individu (individual case) dan analisis data lintas kasus (cross case analisys) dengan teknik reduksi data, display, dan terakhir verifikasi data

Hasil penelitian ini dapat disimpulkan bahwa: (1) latar belakang integrasi yang dilakukan di dua sekolah ini adalah ketidakpuasan dengan sistem pesantren salaf, menghilangkan dikotomi ilmu, menghilangkan image pesantren sebagai lembaga pendidikan kelas dua, memformat pendidikan Islam yang ideal, mengembalikan kejayaan Islam serta mencetak generasi muslim yang intelek namun tetap berpegang teguh pada nilai Islam (2) model integrasi yang diterapkan adalah integrasi monistik dalam bentuk institusional, manajerial, kurikulum, kesiswaan dan pembiayaan. Fungsi kepala sekolah hanya bersifat koordinatif, sebab Kiai atau Ning yang memegang otoritas penuh. Dengan demikian kepala sekolah dalam menjalankan tugasnya belum sesuai dengan konsep manajemen moderen namun sukses, faktor utamanya adalah kharisma Kiai atau Ning (3) pelaksanaan integrasi lembaga pendidikan di dalam pesantren memiliki dampak yang positif diantaranya, jumlah lembaga pendidikan Islam meningkat, image pesantren akan lebih bagus, lulusanya memiliki kemampuan ganda (ilmu agama dan umum), serta nuansa pesantren lebih dinamis dan bervariatif.


(7)

ABSTRACT

Istikomah: 2016 Integration of Schools and Madrasah into Pesantren Institution for Development of Islamic Education (Multi Case Study at SMA Ar-Risalah Kediri and MA Unggulan Amanatul Ummah Surabaya).

Keywords: Integration, school, Madrasah and Pesantren

The dichotomy of science in Islam has happened for a long time. One of the forms is the institution of pesantren, madrasah and schools. Pesantren and madrasah represent a religious school, meanwhile school represents a public school. But thinkers and observers of Islamic education keep striving to erode this dichotomy. One of the forms is pesantren which founded schools or madrasah, or schools and madrasah which are designed with the system. So the result is the integration of knowledge between religion knowledge and general knowledge. Integrative educational model like this is now in great demand of the Muslims. Because it is seen as ideal education, where its output and outcome will have balance competence between the intellectual and the spiritual. School as an educational institution with the formal requirements of general knowledge only created intelligent, intellectual generation, but it has not been balanced by the emotional and spiritual intelligence. Meanwhile pesantren which only learns the knowledge of religion, its outputs are not ready to face the world work, by this way integration between school and pesantren with boarding students becomes the ideal solution of Islamic education. The form of education integration at pesantren is monistic integration model which refuses knowledge dualism.

Specifically, the aim of this study is to know the background of integration implementation of school and madrasah into pesantren system, as well as the integration model which made its impact in the development of Islamic education. The design of this study uses a multi-case conducted at SMA Ar-Risalah Kediri and MA Unggulan Amanatul Ummah Surabaya. Collecting data uses in-depth interviews, participant observation and documentation. In accordance with the design of this research is multi case, then the data analysis is done in two stages, namely data analysis of individual cases (individual case) and data analysis across cases (cross case analisys) with data reduction techniques, display, and the finally data verification.

The results of this study can be concluded that: (1) the integration is carried out in two schools is to eliminate the dichotomy of science, eliminates image pesantren as a second-class educational institutions, reformat the ideal Islamic education, restore the glory of Islam and create a generation of intellect Muslims but stick true to Islamic values (2) Integration model adopted is monistic integration in the form of institutional, managerial, curriculum, student affairs and finance. The principal function is only coordinative, because Kiai or Ning who holds full authority. Thus the principals in their duties are not in accordance with modern management concepts, but success, the main factor is charisma Kiai or Ning (3) the implementation of the integration of educational institutions in the schools have such a positive impact, increasing the number of Islamic educational institutions, boarding image would be great, its graduation has double ability (the science of religion and public), as well as the nuances of pesantren is more dynamic and varied.


(8)

:

ﺔ ﺎ ا

2016

ﺮ ﻮﻄ ﺮ ﺎ ا مﺎﻈ ﻲ ﺔ ﺪ ا سراﺪ او ﺔ ﺎ ا سراﺪ ا جاودزا ،

ﺔ رﺪ او يﺮ ﺪ

"

ﺔ ﺎ ﺮ ا

"

ﺔ ﺎ ا ﺔ ﺎ ا ﺔ رﺪ ا ﻲ ﺔ ﺎ ﺔ ارد

)

ﻹا ﺔ ﺮ ا

ﺎ ﺎ ارﻮ

"

ﺔ ﻷا ﺔ ﺎ أ

"

ﺔ ذﻮ ا ﺔ ﺪ ا ﺔ ﺎ ا

ﺮ ﺎ ا مﺎﻈ ﻲ ﺔ ﺪ ا سراﺪ او ﺔ ﺎ ا سراﺪ ا جاودزا

:

ﺔ ﺎ ﻷا تﺎ ا

ﻲ ثﺪ ﺎ ﮫ د ىﺪ إ و ،ﺪ ﺪﮭ ﺬ م ﻹا ﻲ ثﺪ ﺪ ﻲ ا

ا

ﺮ ﺎ ﺎ ،ﺔ ﺎ ا سراﺪ او ﺔ ﺪ ا سراﺪ او ﺮ ﺎ ا ﺔ

ا تﺎ ﺆ ا

و ،ﺔ ﺎ ا ﺔ ﺆ ا

ﺔ ﺎ ا سراﺪ او ،ﺔ ﺪ ا ﺔ ﺆ ا

ﺔ ﺪ ا سراﺪ او

ىﺪ إ و ،

ا اﺬھ ﺔ ازإ نﻮ وﺎ ﮫ نﻮ ﮭ ﺬ او يﻮ ﺮ ا لﺎ ا ﻲ ﺮ ا

ﺔ دو ﺔ ﺎ سراﺪ وأ ﺔ ﺎ و ﺔ د سراﺪ ﻲ ﻲ ا تﺎ ﺮ ﺎ ا دﺎ إ ت وﺎ ا هﺬھ

ﺎ ا زاﺮﻄ ا اﺬھو ،ﺔ ﺎ او ﺔ ﺪ ا مﻮ ا ﺎ ا نﻮ ﻰ اﺬ ھ

و

نﻮ

،ﺔ ﺮ أ زاﺮط ﮫ ﺄ ﮫ إ ﺮﻈ ﮫ ﻷ ،

ا اﺮ بﺬ يﻮ ﺮ ا

.

ﻲ ﺪ ا ءﺎ ﺬ او ﻲ ا ءﺎ ﺬ ا ﺔ ﺎ ةءﺎ ﮫ ﺪ نﻮ ﮫ جﺮ و ﺪ يﺬ ا

نأ ﻄ ﺎ إ ﻰ مﻮ ﺔ ﺎ ﺔ ر ﺔ ﻮ ﺮ ﺔ ﺆ ﺎﮭ ﻮ ﺔ رﺪ او

ﺎ إ ﺮ ﺎ او ،ﺔ ﺪ ا ﮫ ءﺎ

ﺔ ﺎ ،ﻂ ﺔ

ةءﺎ ﮫ ﺪ

جﺮ

،لﺎ ﻷا دﺎ تﺎ ﻄ ﺔ ﺎ ﺮ ﻏ ،

ﺔ د ةءﺎ يذ جﺮ نأ ﻄ

ﺔ ﺪ ا سراﺪ ا ﺔ ﺎ ا ﺔ

ا ﺔ ﺆ ﺎ ، ﺎ ا ﺎ ا ﻰ لﻮ

و

.

ﻰ ا ﺔ ﻮ ﺮ ا ﺔ ﺆ نﻮ ﺮ ﺎ ا و ﺔ ﺎ او

ﺎ ا ﻮ ﺎﮭ أ ﻲ ا ﺔ

ا ﺔ ﺮ ﺎ دﺎھ

ا اﺬھ

و

ةﺄ ﻲ ﮫ ﺎ و ﺎ ا اﺬھ طﺎ أو ، ﺮ ﺎ ا ﻈ ﻰ إ ﺪ ﺔ ﺎ او ﺔ ﺪ ا سراﺪ ا

ﺔ ﺎ ا ﺔ ﻮ ﺎ ا ﺔ رﺪ ا ﻲ ةدﺪ ﺔ ﺎ ﺔ ارد ﻮھ

ا اﺬھ ﻂ ﻄ و ،ﺔ

ﻹا ﺔ ﺮ ا

ﺔ ﺮطو ،ﺎ ﺎ ارﻮ ﻲ ﺔ ﻷا ﺔ ﺎ أ ﺔ ﺪ ا ﺔ ﻮ ﺎ ا ﺔ رﺪ او يﺮ ﺪ ﻲ ﺔ ﺎ ﺮ ا

دﺪ ﺔ ارد

ا اﺬھ نﻷ ، ﻮ او ﺔ رﺎ ا ﺔﻈ

او ،ﺔ

ا ﺔ ﺎ ا ﻲھ تﺎ ﺎ ا

:

ﺎ ھ ،

ﺮ ﻰ نﻮ ﺎﮭ ﺎ ﺎ

ﺔ ﺮﻄ ،لﻮ ﻷا

،ﺎھدﺮ تﺎ ﺎ

ﺮ ﺎﮭ ﺔ

ا ءﺎ او ﺎﮭ ﺮ و ﺎﮭ

تﺎ ﺎ ا

و ،ﺎﮭ اﻮ أ ﺮ ﺎﮭ

.

ﺎﮭ

لاﻮ أ

) :

ا اﺬھ ﺎ و

1

نأ ﻄ

رﺪ ا ﺎھ ﻲ يﺮ أ يﺬ ا ﺎ ا

(

،ﺔ ﺎ ﺔ رد ﻲ ﺔ ﻮ ﺮ ﺔ ﺆ ﺮ ﺎ ا نﺄ ةﺮ ا ﺪ و ،ﻲ ا

ا كاذ ﺰ

ةءﺎ يذ ﺎ

و ،م ﻹا ﺪ ﺪ و ،ﻰ ﺔ

إ ﺔ ﺮ نﻮ نأ ﻄ و

)

،ﺔ

ﻹا ﺎ

ا ﺔ ﺎ

2

ﻰ يدﺎ ﻷا ﺎ ا ﻮھ ﻄ ا ﺎ ا زاﺮطو

(

)

،ﺔ ﺎ او ،ﺔ ﻄ او ،ﺔ ﮭ او ،ﺔ رادﻹاو ،ﺔ ﺆ ا لﺎ ﻷا

3

ﮫ ﺎ ا اﺬھ ءادأو

(

ﺮ ﺎ ا ظو ،ﺔ ﺎ و ﺔ د ،ةدﺪ تارﺪ ووذ ﺎﮭ ﺮ

ا نﻷ ،ﺔ ﺎ إ ﺎ


(9)

DAFTAR ISI

Halaman Judul ... i

Pengesahan Promotor ... ii

Lembar Persetujuan Tim Penguji ... iii

Lembar Pernyataan Keaslian ... iv

Abstrak ... v

Kata Pengantar ... vi

Pedoman Transliterasi ... vii

Daftar isi ... viii

BAB I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Identifikasi dan Batasan Masalah ... 15

C. Rumusan Masalah ... 18

D. Tujuan Penelitian ... 18

E. Kegunaan Penelitian ... 19

F. Penegasan Istilah ... 20

G. Studi Terdahulu ... 22

H. Posisi dan Keaslian Penelitian ... 27

I. Sistematika Pembahasan ... 32

BAB II. TINJAUAN UMUM INTEGRASI SEKOLAH DAN MADRASAH KE DALAM INSTITUSI PESANTREN A. Landasan Filosofis Integrasi Ilmu dalam Islam ... 34

B. Konsep Integrasi Ilmu dan Agama ... 40

C. Model Integrasi Ilmu dan Implementasinya dalam Pendidikan Islam ... 46


(10)

D. Lembaga Pendidikan Islam

1. Pesantren ... 55

2. Madrasah ... 66

3. Sekolah ... 77

E. Pengembangan Pendidikan Islam 1. Pengertian Pengembangan Pendidikan Islam ... 99

2. Model Pengembangan Pendidikan Islam ... 95

3. Implementasi Pengembangan Pendidikan Islam ... 97

F. Proses terjadinya Integrasi Sekolah dan Madrasah ke dalam Institusi Pesantren Pesantren untuk Pengembangan Pendidikan Islam ... 99

BAB III. METODE PENELITIAN A. Pendekatan dan Rancangan Penelitian ... 107

B. Tahapan Penelitian... 111

C. Kancah dan Subjek Penelitian ... 113

D. Jenis dan Sumber Data... 118

E. Teknik Pengumpulan Data ... 121

F. Teknik Analisa Data ... 127

G. Pengecekan Keabsahan Data ... 129

BAB IV. GAMBARAN KANCAH PENELITIAN A. SMA Ar-Risalah Kediri 1. Lokasi SMA Ar-Risalah Kediri ... 133

2. Sejarah Berdirinya SMA Ar-Risalah ... 134

3. Latar Belakang Berdirinya SMA Ar-Risalah ... 136

4. Visi, Misi dan Tujuan SMA Ar-Risalah ... 138

5. Ciri Khusus SMA Ar-Risalah ... 140

6. Gugusan Manajemen ... 142 B. Pondok Pesantren Salafy Terpadu Ar-Risalah


(11)

1. Latar Belakang dan Sejarah Berdirinya Pondok

Pesantren Salafy Terpadu Ar-Risalah ... 160 2. Visi dan Misi Pondok Pesantren Salafy Terpadu

Ar-Risalah ... 162 3. Kurikulum Pondok Pesantren Salafy Terpadu Ar-

Risalah ... 162 4. Aktivitas dan Tata Tertib Santri Pondok Pesantren

Salafy Terrpadu Ar-Risalah ... 167 C. MA Unggulan Amanatul Ummah dan Pesantren

Amanatul Ummah Surabaya

1. Sejarah Berdirinya MA Unggulan Amanatul

Ummah ... 181 2. Dasar Pendirian Visi, Misi dan Tujuan Madrasah

Aliyah Unggulan Amanatul Ummah ... 188 3. Ciri Khusus Madrasah Aliyah Amanatul

Ummah ... 189 4. Gugusan Manajemen MA Amanatul Ummah ... 192 D. Pondok Pesantren Amanatul Ummah

1. Sejarah Berdirinya Pondok Pesantren Amanatul

Ummah Surabaya... 211 2. Tujuan Didirikan Pesantren ... 213 3. Kurikulum Pesantren ... 214 BAB V. PEMBAHASAN DAN ANALISIS LINTAS KASUS

A. Latar Belakang Terjadinya Inegrasi Sekolah dan

Madrasah ke dalam Institusi Pesantren ... 226 B. Bentuk Integrasi Sekolah dan Madrasah ke dalam

Institusi Pesantren ... 233 C. Dampak Integrasi Sekolah dan Madrasah ke dalam


(12)

BAB VI. PENUTUP

A. Kesimpulan ... 245

B. Implikasi Teoritik ... 248

C. Keerbatasan Penelitian... 250

D. Saran dan Rekomendasi ... 251

DAFTAR PUSAKA ... 253


(13)

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

Gagasan integrasi keilmuan dalam Islam kini terus diupayakan oleh para pemikir pendidikan Islam. Awal munculnya ide integrasi keilmuan dilatarbelakangi oleh adanya dualisme atau dikotomi keilmuan antara ilmu umum disatu sisi dan ilmu agama disisi lain, yang pada akhirnya melahirkan dikotomik sistem pendidikan. Wujud dikotomik pendidikan di Indonesia ditandai adanya lembaga pendidikan jenis pesantren, madrasah dan sekolah yang memiliki corak dan sistem yang berbeda. Pesantren fokus pada kajian agama, sementara sekolah hanya mengkaji pendidikan umum.

Sistem pertama melahirkan golongan muslim tradisional, sedangkan sistem kedua akan melahirkan golongan muslim modern yang kebarat-baratan. 1 Sementara madrasah dalam posisi memadukan antara keduanya . Islam tidak mengenal dan mengakui adanya dikotomi antara pendidikan umum dan pendidikan agama, sebab dikotomi bertentantangan dengan Islam yang visinya tauhid yang tidak mengenal pemisahan antara pendidikan agama dan pendidikan umum.2Sumber ilmu primer dalam epistimologi Islam adalah wahyu yang diterima oleh nabi yang berasal dari Allah. Al-Qur’an sebagai mukzizat yang kekal selalu diperkuat oleh

1Ikrom, Dikotomi Sistem Pendidikan Islam” Dalam Paradigma Pendidikan Islam” ( Semarang

, Pustaka Pelajar Fakultas Tarbiyah IAIN Walisonggo, 2001),81.


(14)

2

kemajuan ilmu pengetahuan untuk mengeluarkan manusia dari suasana gelap menuju yang terang serta membimbing manusia ke jalan yang benar.3Islam diyakini sebagai agama yang memiliki ajaran yang sempurna, komprehensif, universal serta memberi penghormatan besar terhadap orang yang menuntut ilmu. Sebagaimana terungkap dalam Hadits Sunan at-Turmudzi

يهييف ُسيمَتْلَ ي اًقييرَط َكَلَس ْنَم :َمَلَسَو يهْيَلَع ُهَللا ىَلَص يها ُلوُسَر َلاَق :َلاَق ،َةَرْ يَرُ يَِأ ْنَع

َط ُهَل ُهَللا َلَهَس اًمْليع

.يةَنَجا ََيإ اًقيير

Artinya : Barang siapa menempuh suatu jalan mencari ilmu, niscaya Allah akan memudahkan baginya jalan menuju surga.4

Kata‘ilman disini bersifat umum tidak ada pembedaan antara ilmu umum dan ilmu agama. Namun sampai saat ini, masih kuat adanya

anggapan dalam masyarakat luas mengatakan bahwa “agama dan ilmu”

adalah dua entitas yang tidak bisa dipertemukan, sehingga terjadi dikotomi ilmu.5

Terjadinnya dikotomi ilmu dalam Islam disebabkan oleh beberapa faktor diantaranya: Pertama, faktor perkembangan dan pembidangan ilmu pengetahuan yang bergerak sedemikian pesat sehingga membentuk berbagai cabang ilmu pengetahuan. Hal ini menyebabkan hubungan ilmu

3Manna‘ Khalil al-Qattan, Mabahis fi ‘Ulumil Qur’an , terj Mudzakir, (Bogor, Litera Antar

Nusa,1996) xiii

4Muhammad bin Isa bin Saurah at-Turmidzi, Sunan At-Turmudzi, (Beirut : Dar Gharb

al-Islami, 1998,) Juz. IV, hal. 325 No. Hadits 2646

5Amin Abdullah dkk , Menyatukan Kembali Ilmu-Ilmu Agama dan Umum, (Yogyakarta,


(15)

3

dengan induknya semakin jauh. Kedua, faktor historis kemunduran umat Islam di abad pertengahan yakni tahun 1250-1800 M. Pada masa ini dominasi fuqoha dalam pendidikan Islam sangat kuat, sehingga terjadi kristalisasi dan anggapan bahwa ilmu agama tergolong fardu‘ain, sedangkan ilmu umum termasuk fardu kifayah.

Ketiga, faktor internal kelembagaan pendidikan Islam yang belum mampu menghadapi kompleksitas dan perkembangan bidang ekonomi, politik, hukum dan sosial budaya, ditambah lemahnya manajemen di lembaga pendidikan Islam.6Pandangan dikotomik ini berdampak pada sistem pendidikan yang sampai saat ini masih terjadi perbedaan antara lembaga pendidikan pesantren, madrasah dan sekolah. Di Indonesia persepsi ini terus bergulir dengan penilaian bahwa pesantren dan madrasah termasuk lembaga pendidikan nomor dua, inferior dan tidak marketable. Sementara sekolah umum terutama yang negeri masuk dalam jenis lembaga pendidikan yang unggul dan dibanggakan serta memiliki prospek yang lebih baik dalam menatap dunia kerja.7

Persoalan dualisme sistem pendidikan ini tidak hanya terjadi di Indonesia, namun juga di negara muslim yang penduduknya mayoritas Islam. Keadaan ini mengundang perhatian cendekiawan muslim dari berbagai penjuru dunia untuk berfikir dan memecahkan persoalan tersebut. Hal ini dibuktikan dengan berbagai pertemuan internasional

6Jasa Ungguh Muliawan , Pendidikan Islam Integratif: Upaya Mengintegrasikan Kembali Dikotomi Ilmu dan Pendidikan Islam (Yogyakarta: Pustaka Pelajar,2005 )viii-x


(16)

4

yang melahirkan berbagai gagasan baru, termasuk upaya Islamisasi ilmu pengetahuan, yang kesemuanya bertujuan menghilangkan dikotomi dalam sistem pendidikan Islam. Tokoh-tokoh tersebut diantaranya, Ismail R.Faruqi, Naquib al-Atas, Hasan Bilgrami, Ziaduddin Sardar dan lainya.8

Agar dapat dicapai konsep keutuhan ilmu, sesuai dengan semangat al-Qur’an dan Hadits serta semangat para ulama terdahulu, umat Islam perlu meninjau kembali format pendidikan Islam nondikotomik melalui struktur keilmuan yang integratif. Dalam upaya mengikis dikotomik ilmu, pemikir muslim Amin Abdullah memunculkan berbagai gagasan tentang penyatuan ilmu dengan istilah, “ Integratif-interkonektif. Bentuk implementasinya adalah fusi IAIN menjadi UIN, dimana fakultas-fakultas agama tetap dipertahankan, namun membuka fakultas-fakultas umum yang marketable dengan muatan kurikulum yang dibekali spiritualitas dan moral keagamaan yang kritis dan terarah dalam

format “integrated curriculum”.9

Dengan demikian integrasi dalam tataran implementasi pendidikan punya makna menyatukan dua hal atau lebih komponen pendidikan, baik kurikulum, pemikiran, pengelolaan dan sebagainnya.10 Jasa Ungguh Muliawan menawarkan konsep integrasi ilmu dalam

8Syafii Maarif dkk ,Pendidikan Islam di Indonesia, ( Yogyakarta: Tiara Wacana Yogya

,1991), 4

9Amin Abdullah,”Etika Tauhidik Sebaga Dasar Kesatuan Epistimologi Keilmuan dan Agama :

Dari Paradikma Positivistik-Sekularistik ke Arah Teoantroprosentrik-Integralistik”, Dalam Semiloka Pengembangan IAIN Sunan Kalijaga Dengan Tema “Reintegrasi Epistimologi Pengembangan Keilmuan di IAIN , ( Yogyakarya, 18-19 Desember 2002), 8

10

Waryani Fajar Riyanto,Integrasi Interkoneksi Keilmuan , Biografi Intelektual M.Amin Abdullah ( Yogyakarta,SUKA Press,2013),768


(17)

5

pendidikan Islam dengan cara meninjau ulang format pendidikan Islam non dikotomik melalui pengembangan struktur keilmuan yang integratif-interkoneksitas, yakni keterpaduan kebenaran wahyu (burhan qauli) dengan bukti-bukti yang ditemukan di alam semesta (burhan kauni).11

Dalam kontek Indonesia penerapan konsep integrasi-interkoneksi pendidikan Islam ini terdapat berbagai pola, hal ini berdasar pada praktek penyelenggaraan pendidikan Islam. Praktik penyelenggaraan pendidikan Islam ada empat tipe yakni : Pertama, pendididikan keagamaan formal seperti pondok pesantren, madrasah diniyah (Ula,Wustha,Ulya,dan

Ma’had Ali). Kedua, madrasah atau pendidikan lanjutan seperti MI, MTs, MA, STAIN/IAIN/UIN atau PTKIS yang bernaung di bawah Kementrian Agama. Ketiga, pendidikan umum yang bernafaskan Islam yang diselenggarakan oleh yayasan atau organisasi Islam.

Keempat, pelajaran agama Islam yang dilaksanakan di sekolah atau madrasah dari tingkat dasar sampai perguruan tinggi sebagai mata pelajaran wajib. Kelima, pendidikan Islam melalui jalur non formal yang diselenggarakan dalam keluarga, masjid, atau masyarakat seperti majlis

ta’lim, halaqoh dan bentuk lainya.12 Dalam upaya untuk mewujudkan tujuan pendidikan Islam yang ideal, lembaga pendidikan diatas harus dilakukan secara profesional sesuai dengan prinsip-prinsip manajemen

11 Muliawan,Pendidikan Islam Integrative,xii

12 Muhaimin, Pemikiran dan Aktualisasi Pengembangan Pendidikan Islam (Jakarta, Rajawali


(18)

6

pendidikan yang profesional yang dikenal dengan istilah “Total Quality

Management” (Manajemen Mutu Terpadu).13

Sistem pendidikan dualistis yang ada di Indonesia memang memiliki corak dan tujuan yang berbeda.Sistem pendidikan dan pengajaran sekolah umum yang bercorak sekuler warisan dari kolonial Belanda tujuan utamanya adalah untuk menyediakan tenaga administrasi di pemerintah jajahanya, serta tersedianya tenaga kerja murahan. Sementara sistem pendidikan yang bercorak pesantren lebih berorientasi pada penguasaan ilmu agama dengan tujuan ingin mencetak manusia-manusia yang shalih-shalihah.

Dalam perkembangannya pendidikan corak pesantren berkembang di kalangan masyarakat Islam,baik yang bercorak isolatif-tradisional maupun yang bercorak sintesis dengan berbagai variasi pola pendidikanya.14Tradisionalisme pesantren kini diuji dengan kehadiran lembaga pendidikan yang bernama sekolah yang diperkenalkan oleh pemerintah Hindia Belanda, dan lembaga pendidikan madrasah yang dikembangkan oleh para pembaharu lulusan Timur Tengah.15 Hal yang

menarik untuk dicatat, bahwa perkembangan kelembagaan pesantren, madrasah dan sekolah akhirnya terus melakukan dialek dan kompromi. Dalam sejumlah kasus, ketiga lembaga tersebut telah terintegrasi dalam satu model pendidikan tersendiri yang lebih populer dengan sebutan

13Muhaimin, Manajemen Pendidikan : Aplikasinya dalam Penyusunan Rencana

Pengembangan Sekolah /Madrasah) , (Jakarta, Kencana Prenada Media Group, 2011), 88

14Muhaimin, Rekontruksi Pendidikan Islam,( Jakarta : Raja Grafindo Persada, 2009) ,76


(19)

7

sekolah terpadu.16Sekolah terpadu merupakan konsep sekolah Islam sebagai simbol kesatupaduan antara pengembangan sains dan teknologi dengan ilmu-ilmu keislaman. Semua mata pelajaran disebutnya dengan agama, dan Islam dijadikan sebagai worldview dalam pengembangan karakter peserta didiknya, sebab tujuan akhirnya adalah agar peserta didik bertauhid. Sebab sumber ilmu dalam Islam hanyalah satu yakni wahyu, sehingga dikotomi ilmu dalam Islam tidak boleh ada 17

Lembaga pendidikan Islam lebih mendapat pencerahan menjelang abad ke-20, hal ini dikarenakan para tokoh Islam telah banyak yang bangkit memperjuangkan pendidikan Islam di kancah nasional. Apalagi setelah digulirkannya reformasi tahun 1998, banyak terjadi perubahan di semua aspek kehidupan, termasuk dalam dunia pendidikan Islam. Salah satu wujud kongkritnya adalah lahirnya Undang-Undang Republik Indonesia No.20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional. Dalam UU Sisdiknas tersebut di pasal 14disebutkan bahwa jalurpendidikan mencakup pendidikan umum, kejuruan, akademik, provesi, vokasi, keagamaan dan khusus.18Dalam pasal 36 juga disebutkan bahwa

kurikulum disusun sesuai dengan jenjang dan jenis pendidikan dengan memperhatikan peningkatan iman dan taqwa serta akhlak mulia. Disisi lain dalam bidang kurikulum pendidikan agama juga menjadi muatan

16 Departemen Agama RI, PP Nomor 55 Tahun 2007 Tentang Pendidikan Agama dan Pendidikan Keagamaan

17

Suyatno, “Integrated Islamic Shool In The National Education System”, Jurnal Al-Qolam, Volume 21 (Juni 2015), 3.

18 Direktorat Jendral Kelembagaan Agama Islam, Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 tahun 2003,14


(20)

8

wajib mulai dari pendidikan dasar sampai perguruan tinggi.19Bila dicermati dari isi undang-undang pendidikan di atas dapat disimpulkan bahwa pendidikan Islam mendapat posisi yang kuat dalam sistem pendidikan nasional, kemudian disusul dengan keluarnya PP No. 55 tahun 2007 tentang Pendidikan Agama dan Keagamaanatau yang lebih dikenal dengan PP No.55 tahun 2007.

Terbukanya kran reformasi berdampak positif bagi pendidikan Islam di lembaga formal maupun non formal, karena pemerintah telah menyetujui usulan-usulan yang konstruktif yang dapat memajukan pendidikan Islam di Indonesia.Kebijakan-kebijakan yang dikeluarkan pemerintah Republik Indonesia terkait pendidikan Islam benar-benar dimanfaatkan oleh para stake holder pendidikan Islam di tanah air untuk berlomba-lomba mendirikan lembaga pendidikan Islam unggulan. Lembaga tersebut mayoritasmengangkat visi dan misi yang sama, yaitu mendidik siswa agar menjadi cerdas, terampil, berakhlakul karimah, dan dibekali penguasaan teknologi.

Madrasah sebagai lembaga pendidikan Islam yang muncul setelah pesantren, kini telah mendapat pengakuan yang sah dari pemerintah. Begitu juga pondok pesantren sebagai lembaga pendidikan keagamaan Islam berbasis masyarakat yang menyelenggarakan pendidikan diniyah atau secara terpadu dengan jenis pendidikan lainya kini telah mapan,


(21)

9

sebab telah terbit Peraturan Pemerintah Republik Nomor 55 tahun 2007 yang mengatur tentang pendidikan agama dan pendidikan keagamaan yang di dalamnya mengatur tentang pesantren.20Integrasi madrasah ke dalam sistem pendidikan nasional sebenarnya sejak dikeluarkanya SKB Tiga Menteri yaitu Menteri Agama, Menteri Pendidikan dan Kebudayaan dan Menteri Dalam Negeri pada tahun 1975, yang isinya pendidikan madrasah disejajarkan dengan sekolah umum. 21 Walaupun dalam

prakteknya dilapangan madrasah masih mendapat perlakuan diskriminatif.

Implikasi dari SKB di atas kurikulum di semua jenjang madrasah mulai Madrasah Ibtidaiyah(MI), Madrasah Tsanawiyah (MTs), Madrasah Aliyah (MA) ada perubahan, pelajaran umumnya sama dengan sekolah dengan pengecualian pelajaran agama yang lebih banyak. Akhirnya madrasah disebut dengan sekolah umum bercirikhas agama atau sekolah umum plus agama. Sebutan tersebut secara normatif madrasah memiliki kelebihan dari pada sekolah, karena kurikulum untuk mata pelajaran umum sama persis dengan sekolah umum, sementara kurikulum agamanya lebih banyak. Bukan hanya madrasah saja yang mendapat perlakuan dan pengakuan yang sama dengan sekolah, namun juga pesantren. Hal ini tertuang dalam PP Nomor 55 tahun 2007 pasal 26

yang menyatakan “Pesantren menyelenggarakan pendidikan diniyah atau

20Direktorat Jenderal Pendidikan Islam Departemen Agama RI tahun , Direktorat Pendidikan

Diniyah dan Pondok Pesantren , Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor : 55 tahun 2007 Tentang : Pendidikan Agama Dan Pendidikan Keagamaan , 2007, 5


(22)

10

secara terpadu dengan jenis pendidikan lainya pada jenjang pendidikan anak usia dini, pendidikan dasar, menengah, dan/atau pendidikan tinggi

22 Dalam tataran operasional dari tahun ke tahun seiring dengan

perkembangan politik pendidikan,pendidikan Islam di Indonesia saat ini telah mendapatkan peluang dan perhatian yang cukup besar dari menteri pendidikan, terbukti tiga tahun terakhir ini madrasah mendapat porsi besar untuk masuk di PTN favorit, sementara santri (lulusan madrasah aliyah atau SMA yang tinggal di pesantren) atau para siswa sekolah yang berada di dalam sebuah pondok pesantren banyak mendapatkan BSB (Beasiswa Santri Berprestasi).

Begitu pemerintah telah mengeluarkan diregulasi pendidikan yang memberi peluang dan kesempatan yang sama antara siswa pesantren, madrasah dan sekolah, maka para pemerhati dan pengembang pendidikan Islam terus berfikir bagaimana untuk mengembangkan pendidikan Islam di Indonesia ini agar tercipta generasi muslim yang kaffah. Kini banyak muncul lembaga pendidikan yang melakukan integrasi antara sekolah, madrasah dan pesantren dalam berbagai bentuk. Bila dikaji lebih jauh pesantren kini menjadi jenis lembaga pendidikan Islam yang paling ideal bila ditinjau dari sistem pembelajaran, kurikulum, waktu yang tersedia, disiplin dan lainya.

Dalam upaya pengembangan pendidikan Islam, pesantren yang dahulu hanya menyelenggarakan pendidikan yang berbasis agama dan


(23)

11

bersifat non formal, kini banyak pesantren yang mendirikan lembaga pendidikan formal baik di bawah pembinaan Kemenag (madrasah) maupun di bawah pembinaan Kemendikbud (sekolah) seperti, pondok pesantren Darul Ulum Jombang, pondok pesantren Tebuireng Jombang, pondok pesantren Tambak Beras Jombang, pondok pesantren Lirboyo Kediri, pondok pesantren Amanatul Ummah Surabaya dan Mojokerto, Pondok Pesantren Bumi Shalawat Sidoarjo dan lain-lainnya.

Pengelolaan pesantren dengan berbagai lembaga pendidikan formal baik sekolah dan madrasah kini banyak diminati masyarakat. Beberapa pesantren bahkan telah menjadi model dari lembaga pendidikan Islam yang disebut sekolah elit muslim yang berorientasi pada modernis, dalam pengertian pikiran, aliran dan gerakan dan usaha untuk mengubah paham-paham dan institusi lama untuk disesuaikan dengan kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi23. Sehingga kehadiran pesantren yang terintegrasi dengan madrasah dan sekolah dengan kurikulum yang integratif kini menjadi lembaga pendidikan yang ideal. Sebab pendidikan agamanya mumpuni, sementara sain dan teknologi maju. Model pesantren seperti ini kini banyak diminati masyarakat walaupun dengan biaya yang cukup mahal seperti pesantren Ar-Risalah Kediri dan pesantren Amanatul Ummah Surabaya yang menjadi kancah penelitian disertasi ini.

23

Yasmadi , Modernisasi Pesantren ,Kritik Nurcholis Madjid Terhadap Pendidikan Islam Tradisional , (Jakarta, Quantum Teaching,2005,), 107


(24)

12

Hasil penelitian Djubaidi tentang madrasah dan pesantren menemukan bahwa pesantren adalah lembaga pendidikan yang inklusif, sehingga memungkinkan dirinya untuk membuka madrasah atau sekolah-sekolah lainnya.24 Dengan demikian, dunia pesantren sudah tidak lagi eksklusif dan dianggap pinggiran, tetapi justru dianggap sebagai salah satu alternatif bagi pengembangan perguruan tinggi di masa mendatang.

Berdasarkan realitas di atas penulis tertarik untuk melakukan penelitian tentang “Integrasi Sekolah dan Madrasah ke dalam Institusi Pesantrenuntuk Pengembangan Pendidikan Islam.Dalam penelitian ini penulis mengambil dua lokasi penelitian yaitu, SMA Ar-Risalah Lirboyo Kediri, dan Madrasah Aliyah Unggulan Amanatul Ummah Surabaya. Kedua lembaga ini penulis jadikan kancah penelitian dengan beberapa alasan diantaranya:

Pertama, kedua lembaga pendidikan ini sama-sama berbasis pesantren dengan menerapkan kurikulum terintegrasi yakni kurikulum pesantren, madrasah formal, madrasah diniyah dan sekolah. Kedua, mewajibkan siswanya untuk tinggal di pesantren (asrama) dengan sore hari belajar materi agama dengan kurikulum pesantren yang telah didesain dengan ciri khasnya masing-masing. Ketiga, baik SMA Ar- Risalah maupun Madrasah Aliyah Amanatul Ummah sama-sama dikenal sebagai sekolah atau madrasah unggul. Sebab telah meraih berbagai

24

Djubaidi dalam Marzuqi Wahid, Pesantren Masa Depan Wacana Pemberdayaan dan Trasnformas Pesantren (Bandung: Pustaka Hidayah, 1999), 56.


(25)

13

prestasi akademik baik tingkat Provinsi maupun Nasional versi Kemendikbud maupun Kemenag.

SMA Ar-Risalah pernah Juara I Musabaqah Qiraatil Kutub bidang Hadits tingkat nasional tahun 2006, juara I Musabaqah Qiraatil Kutub Bidang Tafsir tingkat nasional tahun 2006, secara kontinyu berhasil mengirimkan siswanya untuk pertukaran pelajar ke Amerika Serikat mulai tahun 2006 hingga sekarang, para lulusanya diterima di PTN ternama (ITB, UGM, UNAIR, UNIBRAW) dan perguruan tinggi di luar negeri diantaranya: Universitas Al-Ahqof Yaman, Universitas Al-Azhar Mesir, Universitas Hanover Jerman, Universitas Zhe Jiang China dan lainya.25

SMA Ar-Risalah merupakan sekolah umum di bawah naungan Yayasan Pendidikan Ar -Risalah Kota Kediri, yang berdiri pada tahun 2003/2004. Sekolah ini bagian dari Pondok Pesantren Salafy Terpadu Ar Risalah. SMA Ar-Risalah mengembangkan proses pembelajaran berbasis teknologi dengan memadukan pendidikan al-Qur'an, pendidikan agama, pendidikan umum, teknologi, dan bahasa. Semua siswa diasramakan dalam pondok pesantren.Pendidikan agama dilaksanakan berdasarkan kurikulum pesantren sementara pendidikan umum mengikuti kurikulum dari BSNP Pendidikan Nasional.

Madrasah Aliyah Unggulan Amanatul Ummah merupakan lembaga pendidikan tingkat menengah di bawah pembinaan Kemenag yang

25


(26)

14

berada di dalam komplek Pondok Pesantren Amantul Ummah, berlokasi di Surabaya dan Pacet Mojokerto. Madrasah Aliyah Unggulan Amanatul Ummah dalam penyelenggaraan pendidikan memadukan tiga kurikulum, yakni kurikulum nasional (Kemenag) Al-Azhar Mesir (Diniyah Muadalah) dan Cambridge London. MA Unggulan Amanatul Ummah memiliki tiga program yakni: MBI (Madrasah Bertaraf Internasional), Akselerasi dan Exelent dengan mewajibkan semua siswanya tinggal di asrama dengan mengikuti pelajaran Diniyah. Keunggulan MA unggulan Amanatul Ummah adalah, para lulusanya banyak diterima di PTN ternama, dan banyak prestasi akademik dan non akademik yang diperoleh baik tingkat Provinsi maupun Nasional diantaranya,juara creative writing tingkat nasional dari American Indonesia Exchange Foundation (AMINEF) tahun 2008-2009, penghargaan siswa teladan dari Kemenag Propinsi Jawa Timur tahun 2008, juara I lomba pusisi tingkat SMA/MA se-Jawa Timur, perolehan beasiswa Kemenag terbanyak 2011–2013, juara umum POSPENAS (Pekan Olah Raga Antar Pondok pesantren Nasional) Kemenag, lulusanya banyak diterima di PTN dalam negeri yang favorit dan beasiswa di Timur Tengah seperti Yaman, Mesir, Yordan, dan beberapa prestasi lainya .26

26Zakaria “Pengembangan Strategi Pembelajaran di Lembaga Pendidikan Islam Berprestasi

(Studi Kasus Di MA Unggulan Amanatul Ummah Mojokerto ,MAN 3 Malang Dan SMA Al-Hikmah Surabaya", “Disertasi” (Pacsa Sarjana Universitas Islam Negeri Sunan Ampel,Surabaya , 2014),184


(27)

15

B. Identifikasi dan Batasan Masalah

Dalam penelitian ini penulis meneliti tentang integrasi sekolah dan madrasah ke dalam institusi pesantren untuk pengembangan pendidikan Islam di dua lokasi penelitian yaitu, SMA Ar-Risalah Lirboyo Kediri dan MA Unggulan Amanatul Ummah Surabaya. Tulisan ini akan fokus pada integrasi yang dilaksanakan oleh kedua lembaga pendidikan tersebut, yang menyangkutaspek institusional, manajerial, kurikulum, kesiswaan, dan pembiayaan dengan berbagai alasan diantaranya :

Pertama, integrasi institusional yakni integrasi kelembagaan dimana SMA Ar-Risaah dan MA Unggulan Amanatul Ummah adalah lembaga pendidikan yang berada di dalam pesantren yang dikelola oleh suatu yayasan, yakni Yayasan Pendidikan Ar-Risalah dan yayasan Amanatul Ummah. Kedua, integrasi manajerial. Pondok Pesantren Ar-Risalah dan Amanatul Ummah walaupun di dalamnya terdapat unit-unit lembaga pendidikan dan masing-masing satuan pendidikan ditunjuk kepala sekolah. Namun kekuasaan tertinggi secara keseluruhan berada di tangan Bapak Kyai atau Bu Nyai. Dengan demikian secara manajerial antara pesantren dan sekolah atau madrasah terjadi integrasi. Managemen merupakan komponen penting dalam pengelolaan lembaga pendidikan. Menurut Komaruddin, manajemen merupakan usaha pengorganisasian dan pengawasan terhadap usaha manusi untuk


(28)

16

mencapai tujuan tertentu.27 Sedangkan manejemen pendidikan adalah penataan bidang pendidikan yang dilakukan melalui aktivitas perencanaan, pengorganisasian, penyusunan staf, pembinaan, pengkoordinasian, pengkomunikasian, pemotivasian, pengganggaran, pengendalian, pengawasan, penilaian dan pelaporan secara sistematis untuk mencapai tujuan pendidikan yang berkualitas.28

Ketiga, integrasi kurikulum, sebagaimana diketahui bahwa SMA Risalah berada dalam satu lokasi dengan PP Salafy Terpadu Ar-Risalah yang memadukan tiga pendidikan yaitu, pendidikan al-Qur’an, pendidikan agama, dan pendidikan umum. Dengan demikian dari aspek kurikulum sekolah bisa menambah muatan keagamaan dan bahasa sesuai dengan visi, misi dan tujuan yang ditetapkan oleh yayasan. Begitu juga MA Unggulan Amanatul Ummah, selain menerapkan kurikulum nasional yang ditetapkan oleh Kementrian Agama, madrasah menambah kurikulum lokal pesantren dan menjadi muatan wajib. Kurikulum sebagai seperangkat rencana kegiatan yang di dalamnnya terdapat isi dan tujuan pendidikan, merupakan komponen penting dalam kegiatan pendidikan baik sekolah, madrasah maupun pesantren. Sebagaimana pendapat Hilda Taba yang dikutib oleh H.M. Ahmad, bahwa kurikulum adalah pernyataan tentang tujuan pendidikan yang bersifat umum dan khusus serta materi yang dipilih dan diorganisasikan

27Kommaruddin , Ensiklopedi Menejemen, (Jakarta, Bumi Aksara), 1994,511 28Tim Dosen Administrasi Pendidikan Universitas Pendidikan Indonesia, Manajemen


(29)

17

berdasarkan pola tertentu untuk kepentingan belajar dan mengajar29. Sedangkan pengertian kurikulum dalam Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional No.20 tahun 2003 adalah “Seperangkat rencana dan pengaturan mengenai tujuan, isi dan bahan pelajaran serta cara yang digunakansebagai pedoman penyelenggaraan kegiatan pembelajaran untuk mencapai tujuan pendidikan tertentu”. 30 Dengan demikian kurikulum merupakan ruh dalam kegiatan pendidikan.

Keempat, Integrasi kesiswaan.Sebagai lembaga pendidikan yang berada di dalam pesantren dimana pimpinan mewajibkan siswanya tinggal di asrama, secara otomatis siswa SMA Ar-Risalah dan MA Unggulan Amanatul Ummah memiliki status ganda yakni pagi sebagai siswa, sore dan malam hari sebagai santri. Dengan demikian siswa sekolah / madrasah secara otomatis terintegrasi dengan pesantren.

Kelima, integrasi pembiayaan.Secara umum sekolah atau madrasah yang berada di dalam pesantren manajemen keuangannya berada dalam satu komando yakni bapak Kyai atau Ibu Nyai. Begitu juga SMA Ar-Risalah pengelolaan keuangan merupakan manajemen terpusat, sebab sumber pembiayaan dari masing-masing unit satuan pendidikan berada di bawah kewenangan Pondok. Kepala sekolah hanya sebagai pelaksana pendidikan saja, begitu juga yang berlaku di MA Amanatul Ummah menerapkan menejemen kuangan yang terintegrasi dengan pesantren

29 H. M Ahmad, Pengembangan Kurikulum, (Bandung : Pustaka Setia , 1997), 14. 30 Undang-Undang Republik Indonesia NO. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan


(30)

18

.Sebab pembayaran biaya sekolah sudah inklud dengan biaya pendidikan pesantren. Dengan demikian masalah yang akan diteliti dalam penelitian ini hanya menyangkut lima unsur yakni institusional, manajerial, kurikulum, kesiswaan, dan pembiayaan.

C. Rumusan Masalah

Sesuai dengan latar belakang masalah tersebut, peneliti ingin mengupas bagaimana terjadinya integrasi sekolah dan madrasah kedalam institusi pesantren didua lembaga pendidikan tersebut dengan rumusan masalah sebagai berikut :

1. Apa yang melatarbelakangi terjadinya integrasi sekolah dan madrasah ke dalam institusi pesantren di SMA Ar-Risalah Lirboyo Kediri dan Madrasah Aliyah Unggulan Ammanatul Ummah Surabaya?

2. Bagaimana bentuk integrasi yang diterapkan di SMA Ar-Risalah dan MA Unggulan Amanatul Ummah kedalam institusi pesantren? 3. Bagaimana dampak positifnya integrasi sekolah dan madrasah

kedalam institusi pesantren dalam pengembangan pendidikan Islam?

D. Tujuan Penelitian

Sesuai dengan judul di atas maka tujuan penelitian yang ingin dicapai dapat dipaparkan sebagai berikut :

1. Untuk mengetahui latar belakang dilaksanakanya integrasi sekolah dan madrasah ke dalam institusi pesantrendi SMA Ar-Risalah


(31)

19

Lirboyo Kediri dan Madrasah Aliyah Unggulan Amanatul Ummah Surabaya

2. Untuk mendiskripsikan bagaimana bentuk integrasi yang diterapkandi SMA Ar-Risalah Lirboyo Kediridan MA Unggulan Amantaul Ummah Surabaya kedalam institusi pesantren

3. Untuk melakukan analisisa bagaimana dampak positifnya dilakukan integrasi sekolah dan madrasah kedalam institusi pesantren untuk pengembangan pendidikan Islam.

E. Kegunaan Penelitian

Setiap kegiatan ilmiah seperti penelitian, sudah barang tentu akan memiliki kegunaan dan manfaat bagi pengembangan keilmuan di masing-masing civitas akademik. Adapun kegunaan penelitian ini sesuai dengan judul di atas dapat dikelompokkan dalam dua sisi yakni: teoritis dan praktis.

1. Secara teoritis hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah khazanah ilmu pengetahuan khususnya pendidikan Islam, dimana dalam penyelenggaraan pendidikan Islam di Indonesia kini telah beragam jenis baik lembaganya, kurikulumnya maupun komponen pendidikan lainya, dan ini semua telah sah, sebab dipayungi oleh Undang-Undang Pendidikan secara legal sehingga pengembangan pendidikan Islam saat ini akan semakin bagus. Disisi lain hasil penelitian ini juga bisa dijadikan sebagai landasan teori bagaimana penyelenggaraan sekolah dengan memadukan antara kurikulum


(32)

20

Diknas dan Kemenag atau mengintegrasikan antara sekolah, madrasah dan pesantren

2. Secara praktis setiap hasil penelitian ini diharapkan tidak hanya dapat memberikan kontribusi dalam tataran teoritik, namun dapat memberikan kontribusi secara praktis diantaranya, sebagai sumbangan dalam kajian ilmiah akademik pendidikan yang bisa menjadi bahan masukan bagi para pengambil kebijakan khususnya bagi pengelola pendidikan Islam. Mengingat pendidikan Islam merupakan bagian dari sistem pendidikan nasional kini telah memiliki corak dan format yang beragam dalam upaya pengembangan pendidikan Islam. Sebagai refleksi para pemikir, pemerhati dan pelaku pendidikan bahwa konsep integrasi antara sekolah dan madrasah kini telah menjadi solusi dan pola pengembangan pendidikan Islam yang efektif dalam rangka mencapai tujuan pendidikan Islam yang kaffah yakni insan kamil. F. Penegasan Istilah

Dalam rangka memberikan penjelasan dan batasan masalah terhadap judul penelitian di atas, maka perlu adanya penjelasan istilah. Banyak kata yang memiliki makna identik dengn integrasi yakni, sinergi, interkoneksi, korelasi, kolaborasi, akulturasi, transformasi dan lain-lain. Namun istilah-istilah diatas memiliki makna dan konotasi yang berbeda bila dilihat dari sisi konteknya. integrasi


(33)

21

berarti“penggabungan”31. Menurut Poerwadarminta integrasi adalah penyatuan supaya menjadi suatu kebulatan atau menjadi utuh,32sedangkan menurut Atabik Ali, integrasi berasal dari kata integrate yang berarti menggabungkan, mengumpulkan atau menyatukan. Sedangkan integrasi sekolah (integrated school) punya arti sekolah terpadu. 33 Sedangkan menurut Minhaji pengertian integrasi dalam kontek pendidikan adalah menghubungkan dan sekaligis menyatukan antara dua hal atau lebih (materi, pemikiran atau pendekatan).34Pada dasarnya integrasi direalisasikan melalui

“trialektika” yakni tradisi teks (hadarat an-nas), tradisi akademik (hadarat al-‘ilm), dan tradisi etik-kritis (hadarat al-falsafah).35Sedangkan kata interkoneksi, punya arti hubungan satu

sama lain, akulturasi berarti penerimaan sebagian unsur tanpa menghilangkan kebudayaan aslinya. Sedang kolaborasi punya arti perbuatan untuk kerja sama.36

Dari istilah-istilah di atas bila dilihat dari sisi konten pembahasan di latar belakang diatas, maka istilah yang paling tepat digunakan adalah integrasi. Adapun integrasi yang dimaksud disini adalah integrasi sekolah dan madrasah ke dalam institusi pesantren,

31 Jhon Echols, Hasan Shadily ,Kamus Inggris Indnesia , (Jakarta Gramedia ,1992), 326 32 W.Y.S. Poerwadarminto, Konsorsium Bahasa Indonesia (Jakarta: Balai Pustaka, 1986), 384. 33

Atabik Ali , Kamus Inggris-,Indonesia - Arab (Yogyakarta, Multi Karya Grafika,2003),438

34

Akh. Minhaji,Tradisi Akademik di Perguruan Tinggi ( Yogyakarta,Suka Press,2013),85-86

35Waryani Fajar Riyanto, Integrasi Interkoneksi Keilmuan ,Biografi Intelektual Amin Abdullah,Person Knowledge And Institutionha (Yogyakarta,SUKA Press,2013), 769

36


(34)

22

untuk pengembangan pendidikan Islam. Pengembangan pendidikan Islam di sini dimaksudkan adalah upaya yang dilakukan oleh pengelola pendidikan atau yayasan untuk menggabungkan lembaga pendidikan yang ada di dalamnya baik dari aspek institusional, manajerial, kurikulum, kesiswaan dan pembiayaan dalam upaya pengembangan pendidikan Islam, sehingga menghasilkan lulusan yang memiliki IMTAQ (Iman dan Taqwa) dan IPTEK (Ilmu Pengetahuan) yang seimbang, sehingga pendidikan Islam tidak lagi hanyaberorientasi pada aspek ukhrawi saja namun juga keseimbangi duniawi dan ukhrawi.

G. Studi Terdahulu

Tinjauan terhadap penelitian terdahulu dimaksudkan untuk mengetahui keorsinilitas sebuah karya ilmiah atau sebuah penelitian. Disisi lain juga untuk mengetahui perbedaan antara tema dan fokus penelitian yang peneliti lakukan dengan peneliti sebelumnya agar tidak terjadi pengulangan. Dengan demikian hasil peleitian ini benar-benar bisa memberikan kontribusi baik secara teoritis maupun praktis. Setelah melakukan penelusuran terhadap hasil-hasil penelitian terdahulu yang terkait dengan judul peneliti, maka secara tersurat beberapa hasil penelitian belum menemukan judul yang sama dengan penelitian ini, namun demikian banyak ditemui beberapa hasil penelitian yang terkait dengan judul ini. Penelitian tentang pesantren memang sudah banyak mendapat perhatian dari beberapa ahli dan


(35)

23

pemerhati pendidikan Islam, sebab pesantren merupakan salah satu corak pendidikan Islam. Adapaun penelitian terdahulu yag terkait dengan pesantren diantaranya :

Pertama, Karel.A.Steenbrink, menulis tentang Pesantren Madrasah Sekolah Pendidikan Islam dalam Kurun Modern. Penelitian ini bersifat kualitatif yang meninjau perkembangan pondok pesantren dari zaman kolonial Belanda hingga zaman kemerdekaan Indonesia. Awalnya pesantren hanya bersifat pondok pesantren murni, lalu mendirikan madrasah sampai pada sekolah umum di dalam pondok pesantren. Penelitian ini menekankan pada proses perkembangan dan pembaharuan pesantren dengan dimasukkannya pelajaran umum di madrasah dan didirikannya sekolah umum di pesantren. 37

Kedua. Mastuhu tentang Dinamika Sistem Pesantren. Ia menyatakan bahwa pesantren merupakan salah satu jenis pendidikan Islam di Indonesia yang bersifat tradisional dan bertujuan untuk mendalami ilmu agama yang lebih dikenal dengan tafaqquh fiddin, memiliki dampak positif dan negatif. Dampak positifnya adalah bahwa dalam proses pendidikan ada upaya untuk mencegah sifat-sifat kemungkaran (syaithoniyah). Sedangkan unsur negatifnya apabila dilihat dari konten pendidikan Islam saat ini adalah bahwa ilmu itu sudah mapan dan bisa didapat dengan berkahnya kyai, apa yang diajarkan oleh kyai

37

Karel A. Stenbrink, Pesantren, Madarsah ,Sekolah : Pendidikan Islam Dalam Kurum Modern (Jakarta, LP3ES,1986).


(36)

24

dan ustadz adalah suatu kebenaran yang harus diterima. Dari dua sudut pandang di atas, ada juga nilai plusnya yakni, sistem asrama dan halaqoh yang diterapkan ternyata sangat baik dan kini banyak diadopsi oleh sekolah-sekolah unggulan dengan konsep pendidikan boarding school.38Ketiga, Ridlwan Nasir Tentang Mencari Format Tipologi

Pendidikan Ideal Pondok Pesantren di Tengah Arus Perubahan yang berawal dari hasil disertasinya tentang “Dinamika Sistem Pendidikan di pesantren Kabupaten Jombang Jawa Timur”. Penelitian dilakukan dengan multi case study model, yakni setiap sistem pendidikan di masing-masing pondok pesantren ditelaah dinamikanya, kemudian langsung dianalisis dan hasilnya disatukan dalam kesimpulan.

Arah telaah meliputi tiga model pendidikan yakni, model pendidikan pesantren, model pendidikan madrasah dan model pendidikan sekolah umum tentang sistem dan pengelolaan. Seiring dengan perkembangan zaman, maka berbagai pondok pesantren telah mengubah pandangannya tentang berbagai aspek kehidupan. Disatu sisi pesantren memang harus tetap mempertahankan nilai-nilai kepesantrenanya dengan berbagai ciri khasnya. Disisi lain pesantren harus juga beradaptasi dengan perkembangan zaman yang terus bergulir dan menyesuaikan dengan kehidupan modern. Maka sistem yang dibangun di pondok pesanten harus memformulasikan pendidikan yang lebih baik

38

Mastuhu, Dinamika Sistem Pendidikan Pesantren Suatu Kajian Tentang Unsurdan Nilai Sistem Penidikan Pesantren(Jakarta: INIS, 1994)


(37)

25

denganmengadopsi sistem pendidikan modern, sehingga output dan outcomenya mampu bersaing dengan kehidupan yang kompetitif.

Keempat, penelitian yang dilakukan oleh Anis Humaidi dalam

disertasinya tentang “Transformasi Sistem Pendidikan Pesantren (Studi Kasus Unit Pesantren Salafy Terpadu Ar-Risalah di Lingkungan Pondok Pesantren Induk Lirboyo Kediri Jawa Timur)”. Anis Humaidi mengatakan bahwa memadukan antara sistem pendidikan salaf dan modern bukan sesuatu yang tidak mungin. Buktinya Pondok Pesantren Salafy Terpadu Ar-Risalah bisa memadukan tiga macam lembaga pendidikan yang berbeda, yaitu pendidikan al-Qur’an, pendidikan Diniyah dan pendidikan Umum. Masing-masing pendidikan ini memiliki jenjang dan pengelolaan sendiri-sendiri dan dikelola dengan serius. Semua santri harus mengikuti semua kegiatan pada setiap lembaga yang ada di Pondok Pesantren Salafy Terpadu Ar-Risalah. Adapun sistem nilai di Pondok Pesantren Salafy Terpadu Ar-Risalah sampai saat ini masih menerapkan sistem nilai yang dipakai oleh Pondok Persantren Induk Lirboyo, yaitu Ahl al-sunnah wa al-Jama’ah. Sedangkan tradisi di Pondok Pesantren Salafy Terpadu Ar-Risalah Lirboyo tidak serta merta meneruskan dari tradisi pondok salaf. Tradisi yang sekiranya baik untuk dikembangkan tetap dipakai dan dikembagkan. Sedangkan yang sekiranya tidak perlu untuk dipertahankan maka ditinggalkan.39

39 Anis Humaidi, Transformasi Sistem Pendidikan Pesantren(Studi Kasus Unit Pesantren Salafy Terpadu Ar-Risalah di Lingkungan Pondok Pesantren Induk Lirboyo Kediri Jawa Timur)Disertasi , (Surabaya Program Pasca Sarjana ,IAIN Sunan Ampel Surabaya), 2011


(38)

26

Kelima, Husniyatus Salamah Zainiyah, menulis disertasi tentang Integrasi Pesantren dalam Sistem Pendidikan Tinggi Agama Islam (Kajian Terhadap Model Integrasi Pesantren Universitas Islam Negeri Malik Ibrahim Malang). Intinya bahwa akhir-akhir ini kalangan ilmuwan muslim muncul kegelisahan dan keprihatinan terhadap kualitas perguruan tinggi Islam dibawah naungan Kemenag, seperti IAIN, UIN atau PTAIS lainya. Misi utama PTAIN/PTAIS tersebut adalah mencetak ulama’ yang intelek dan intelek yang ulama’, namun hasilnya masih jauh dari harapan. Untuk mengatasi permasalahan tersebut lembaga perguruan tinggi Islam harus diformat dalam bentuk integrasi antara perguruan tinggi dan pesantren, dengan harapan dari perguruan tinggi model ini akan melahirkan intelek yang ulama’ atau ulama’ yang intelek dengan pola integrasi pesantren dan perguruan tinggi. Jika keduanya dapat diintegrasikan dari aspek nilai dalam kontek yang integral dan menjadi alternatif pengembangan pendidikan tinggi di Indonesia.40

Keenam, H.A. Masjkur Anshari mengkaji tentang Integrasi Sekolah ke dalam Sistem Pendidikan Pesantren (Studi Kasus di Pesantren Darul Ulum Jombang Jawa Timur). Dia menyatakan bahwa integrasi dilakukan sebagaiupaya perubahan atau pembaharuan agar pesantren tetap eksis dalam menghadapi dunia modern, khususnya dalam menampung dinamika umat Islam. Pelaksanaan Integrasi ada (tiga) macam yaitu (1)

40

Husniyatus Salamah Zainiyati, Integrasi Pesantren Dalam Sistem Perguruan Tinggi Agama Islam, Disetasi Program Pasca Sarjana ,IAIN Sunan Ampel Surabaya, 2012


(39)

27

integrasi kelembagaan, (2) integrasi pelaku pendidikan, (3) dan integrasi pelaksaan pembelajaran. Sedangkan integrasi sekolah ke dalam sistem pendidikan pesantren di Pesantren Darul Ulum Jombang dilaksanakan dalam dua bentuk yaitu bentuk pendidikan formal di sekolah mulai tingkat dasar sampai perguruan tinggi, dan bentuk non formal yaitu pengajian dan belajar bersama dibawah pengawasan guru di asrama.41 H. Posisi dan Keaslian Penelitian

Dari beberapa penelitian tentang integrasi lembaga pendidikan di atas masih ada beberapa persoalan yang belum terungkap diantaranya mengenai latar belakang terjadinya integrasi antara sekolah dan madrasah ke dalam institusi pesantren, bentuk integrasinnya serta dampaknya dalam pengembangan pendidikan Islam.

Dari sini akan ditelusuri apa yang menjadi latar belakang dilakukan integrasi sekolah dan madrasah kedalam institusi pesantren, bagaimana bentuk integrasi yang diterapkan serta bagaimana dampaknya dalam pengembangan pendidikan Islam. Sebab saat ini telah banyak pesantren yang melakukan pembaharuan dengan membuka dan menyelenggarakan pendidikan formal seperti madrasah dan sekolah,yang tujuannya ingin menghasilkan lulusannyayang siap berkiprah dan bersaing dalam tatanan kehidupan modern yang kompetitif, namun tetap dilandasi nilai-nilai

41H.A Masjkur Anshari, “Integrasi Sekolah Dalam Sistem Pendidikan Pesantren (Studi Kasus Di Pesantren Darul Ulum Jombang Jawa Timur, Disertasi (Surabaya: Program Pasca Sarjana IAIN Sunan Ampel Surabaya )2007


(40)

28

religius yang kuat. Berikut tabelyang memaparkan posisi penelitian dalam deretan penelitian terdahulu.

Tabel 1.1

Posisi Penelitian dalam Deretan Penelitian Terdahulu

No Peneliti dan Tahun Penelitian Tema Penelitian Pendekatan dan Lingkup Penelitian Temuan Penelitian

1 Karel A. steenbrink 1986 Pesantren , Madrasah, Sekolah: Pendidikan Islam Dalam Kurun Modern Kualitatif/an alitis, historis Proses perkembangan pembaharuan pendidikan Islam dilakukan dengan memasukkan mata pelajaran umum ke dalam madrasah dan didirikannya sekolah umum di pondok pesantren. 2 Mastuhu

1994 Dinamika Sistem Pendidikan Pesantren : Suatu Kajian Tentang Unsur dan Nilai Sistem Pendidikan Pesantren Kualitatif/me tode grounded research Terdapat beberapa butir positif, negatif dan plus-minus dalam sistem pendidikan pesantren. Sedangkan butur-butir plus- yang perlu dikembangkan dari sistem pendidikan pesantren tradisional, tetapi perlu penyempurnaan, seperti : 1) sistem asrama, yang harus


(41)

29 bisa berfungsi sebagai forum dialog untuk mengembangkan ilmu,

2) metode halaqah dikembangkan menjadi sarana untuk

mengembangkan kepribadian

intelektual, 3) jenis kepemimpinan rasional agar lebih mampu

menghadapi zaman. 3 Ridlwan

Nasir 2005 Mencari Tipologi Format Pendidikan Ideal Pondok Pesantren di Tengah Arus Perubahan

Komparatif Bentuk pondok pesantren yang ideal adalah pesantren yang di dalamnya terdapat berbagai macam lembaga pendidikan dengan memperhatikan kualitasnya dan tidak menggeser ciri khusus kepesantrenan yang masih relevan dengan perkembangan zaman.

4 H.A. Masjkur Anhari 2007 Integrasi Sekolah Ke Dalam Sistem Pendidikan Pesantren (Studi Kasus Derkriptif kualitatif Pelaksanaan integrasi ada tiga macam yaitu (1) integrasi kelembagaan (2) integrasi pelaku


(42)

30

di Pesantren Darul Ulum Jombang Jawa Timur )

pendidikan, dan (3) integrasi

pelaksanaan pembelajaran. Sedangkan integrasi sekolah ke dalam sistem pendidikan pesantren di pesantren Darul Ulum Jombang dilaksanakan dalam dua bentuk yaitu bentuk pendidikan formal di sekolah mulai tingkat dasar sampai perguruan tinggi dan bentuk non formal yaitu pengajian dan belajar bersama di bawah pengawasan guru di asrama. 5 Husniyatus

Salamah Ainiyati /2012 Integrasi Pesantren Dalam Sistem Pendidikan Tinggi Islam (Studi Terhadap Universitas Islam Negeri Maulana Malik Ibrahim Malang Kualitatif /deskriptif analisis Model Integrasi Pesantren Dalam Sistem Pendidikan Tinggi Islam di Universitas Islam Negeri (UIN) Maulana Malik Ibrahim Malang meliputi tiga hal yaitu integrasi kelembagaan , integrasi

kurikulum, serta integrasi tradisi pesantren 6 Anis

Humaidi Transformasi Sistem Kualitatif /deskriptif memadukan antara sistem pendidikan


(43)

31

/2011 Pendidikan Pesantren (Studi Kasus Unit Pesantren Salafy Terpadu Ar-Risalah di Lingkungan Pondok Pesantren Induk Lirboyo Kediri Jawa Timur)

analisis salaf dan modern bukan sesuatu yang tidak mungkin. Buktinya Pondok Pesantren Salafy Terpadu Ar-Risalah bisa memadukan tiga macam lembaga pendidikan yang berbeda, yaitu pendidikan al-Qur’an, pendidikan diniyah dan pendidikan umum. Masing-masing pendidikan ini memiliki jenjang dan dikelola dengan serius.

Dari deretan penelitian di atas, ada beberapa aspek yang belum tersentuh yakni latar belakang diaksanakannya integrasi serta gugusan manajemen yang diintegrasikan. Sehingga posisi penelitian ini akan berbeda dengan penelitian yang terdahulu.

I. Sistematika Pembahasan

Disertasi ini akan memuat enam bab, yang didasarkan pada sistematika langkah ilmiah dan disesuaikan dengan kaidah penulisan karya disertasi di lingkungan Pascasarjana UIN Sunan Ampel Surabaya. Setiap bab memiliki keterkaitan antara bab yang satu dengan bab yang lain sesuai sistematika yang telah ditetapkan. Adapun bab-bab tersebut adalah :


(44)

32

Bab pertama, pendahuluan yang meliputi, latar belakang masalah, identifikasi dan batasan masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian, kegunaan penelitian, penegasan istilah, penelitian terdahulu dan sistematika pembahasan. Bab kedua, kajian teori tentang tinjauan umum integrasi sekolah dan madrasah kedalam institusi pesantren untuk pengembangan pendidikan Islam yang berisi, landasan filosofis integrasi ilmu dalam Islam, konsep integrasi ilmu dan agama, model integrasi imu dan implementasinya dalam Pendidikan Islam. Corak lembaga pendidikan Islam (pesantren, madrasah dan sekolah), pengembangan pendidikan Islam (pengertian, model dan implementasi) serta proses terjadinya integrasi sekolah dan madrasah ke dalam institusi pesantren. Bab ketiga, metode penelitian: yang berisi jenis dan pendekatan penelitian, tahapan penelitian, kancah dan subyek penelitian, jenis dan sumber data, teknik pengumpulan data, dan teknik analisis data dan pengecekan keabsahan data.

Bab keempat, memaparkan deskripsi kancah penelitian (paparan data dan temuan hasil penelitian) tentang SMA Ar-Risalah Lirboyo Kediri beserta Pondok Pesantrennya, Madrasah Aliyah Unggulan Amanatul Ummah Surabaya beserta Pondok Pesantrennya yang berisi tentang: gambaran umum lokasi penelitian, sejarah berdirinya, latar belakang berdirinya, dasar pendirian, struktur, ciri khusus, gugusan manajemen, latar belakang integrasi antara sekolah, madrasah dengan pesantren, model integrasinya serta dampaknya dalam pengembangan


(45)

33

pendikan Islam, temuan penelitian pada masing-masing kasusdan terakhir adalah analisis lintas kasus.

Bab kelima, pembahasan dan analisis kasus .Pada bab ini penulis memaparkan dan membahas hasil penelitian. Poin pembahasan penelitian dirinci dalam tiga topik utama yaitu, latar belakang terjadinya integrasi sekolah dan madrasah kedalam institusi pesantren, bentuk integrasisekan madrasah kedalam institusi pesantren, serta dampak positif integrasi dalam pengembangan pendidikan Islam. Pada bab ini dipaparkan analisis multi kasus dari masing-masing kancah penelitian. Bab keenam merupakan bagian akhir penulisan laporan penelitian. Pada bab ini berisikesimpulan penelitian, implikasi teoritik, keterbatasan penelitian, serta rekomendasi.


(46)

BAB II

TINJAUAN UMUM TENTANG

INTEGRASI SEKOLAH DAN MADRASAH KE DALAM INSTITUSI PESANTREN

A. Landasan Filosofis Integrasi Ilmu dalam Islam

Dalam penyelenggaraan pendidikan diperlukan adanya landasan filosofis yang kokoh. Dalam perspektif keilmuan Islam posisi filsafat Islam adalah sebagai landasan integrasi berbagai disiplin ilmu, karena dalam konstruk epistemologi Islam, filsafat Islam dengan metode rasional-transendentalnya dapat menjadi dasarnya. Menurut al-Kindi sebagaimana yang dikutib oleh Nasution, bahwa agama dan filsafat adalah dua hal yang berbeda baik dari aspek sumber maupun metodenya. Agama berasal dari wahyu Ilahi, sedangkan filsafat berasal dari pengetahuan diskursif. Meski demikian, tujuan tertinggi (ultimate goal) yang ingin dicapai keduanya adalah kebenaran dalam persoalan ketuhanan atau metafisika, sehingga tujuan agama dan filsafat adalah sama.

Dengan demikian, al-Kindi mempertemukan agama dan filsafat pada bentuk substansinya yang pada kajian puncaknya yakni kebenaran tertinggi atau kebenaran tunggal yang sama-sama dicari oleh filsafat dan agama1. Dalam konteks pendidikan Islam pengembangan ilmu

1


(47)

35

pengetahuan dan teknologi akan bertolak dari konsep teosentris, oleh karena itu pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi tidak bersifat value free, tetapi valuebound, sehingga proses penemuan, pencarian dan penelitian dalam bidang ilmu pengetahuan dan teknologi merupakan realisasi dari misi kekhalifahan dan pengabdian manusia kepada Allah untuk mencari ridha-Nya di akhirat kelak.

Menurut Amin Abdullah yang dikutib oleh Zainuddin, bahwa sejarah kependidikan Islam telah terbelah menjadi dua wajah, yaitu paradigm integralistik-ensiklopedik dan paradigma spesifik-paternalistik. Paradigma pengembangan keilmuan yang integralistik-ensiklopedik ditokohi oleh ilmuwan muslim seperti, Ibn Sina, Ibn Rusyd, dan Ibn Khaldun. Sementara yang spesifik-paternalistik diwakili oleh ahli Hadits dan ahli Fiqh. Keterpisahan secara diametral antara keduanya atau dikotomis, dan sebab lain yang bersifat politis ekonomis berakibat pada rendahnya kualitas pendidikan dan kemunduran dunia Islam saat itu. Oleh karena itu, Amin Abdullah menawarkan gerakan approachment (gerakan untuk saling menerima keberadaan yang lain dengan lapang dada).2

Kehidupan yang Islami diperlukan adanya bangunan ontology, epistimologi dan aksiologi ilmu pengetahuan yang tidak hanya meyakini kebenaran sensual indrawi dan rasional logic, namun juga harus

2M. Zainuddin, “UIN: Menuju Integrasi Ilmu dan Agama” dalam M. Zainuddin ,dkk., editor,

Memadu Sains dan Agama Menuju Universitas Islam Masa Depan (Malang: Bayumedia Publishing, 2004), 5.


(48)

36

meyakini adanya kebenaran transedental. Secara antropologi ilmu pengetahuan bersifat netral, maksudnya tidak bersifat Islami, sosialis, komunis, kapitalis dan sebagainya. Bangunan keilmuan di tanah air kita hingga kini masih kuat adannya anggapan bahwa agama dan ilmu adalah dua entitas yang tidak bisa dipertemukan, keduanya mempunyai wilayah sendiri-sendiri, terpisah antara satu dan lainya, baik dari segi obyek formal-material, metode penelitian, kriteria kebenaran sampai peran para ilmuwan yang menyusun teori tersebut. Oleh sebab itu anggapan yang demikian ini perlu dikoreksi dan diluruskan.3

Apabila anggapan ini tidak segera ditepis akan membawa akibat yang tidak nyaman bagi kehidupan dan kesejahteraan umat manusia. Pola pikir yang dikotomis ini akan menjadikan manusia terasing dari nilai-nilai spiritual-moral, lingkungan alam dan ragam hayati yang menopang kehidupnya, dan terasing dari denyut nadi lingkungan sosial budaya sekitar. Dengan kata lain, terjadi proses dehumanisasi secara massif dalam tataran kehidupan keilmuan maupun keagamaan. Menurut Seyyed Hossein Nasr, Ilmu pengetahuan memiliki hubungan yang mendalam dengan realitas sosial dan sumber dari semua yang suci.4

Ilmu pengetahuan tidak hanya mengajarkan yang ada (existence) yang dalam hal ini disebut netral, namun juga mengarahkan yang akan ada (willexist). Dengan demikian bagaimana mempergunakan hakekat

3 M. Amin Abdullah , Dalam Menyatukan Kembali Ilmu-Ilmu Agama Dan Umum Upaya mpersatukan Epistimologi Islam Dan Umum (Yogyakarta: IAIN Sunan Kalijaga,2003) ,3

4Seyyed Hossein Nasr, Knowledge And The Sacred, (New York : State University Of New


(49)

37

alam semesta ini dan hukum-hukumnya serta temuan ilmu pengetahuan kearah kemaslahatan umat manusia. Oleh sebab itu integrasi ilmu dan agama tidak dapat dilakukan secara formalitas dengan memberikan justifikasi ayat-ayat al-Qur’an pada setiap penemuan ilmu pengetahuan, atau hanya dengan menghubungkan ayat-ayat Allah dengan ilmu pengetahuan yang sudah lama dikaji dan diterapkan manusia dalam tatanan kehidupan di alam jagad raya ini.

Namun yang terpenting adalah adanya perubahan paradigma pada basis keilmuan Barat, agar sesuai dengan khazanah keilmuan Islam yang berkaitan dengan realitas metafisik, religious dan teks suci. Begitu juga sebuah epistimologi akan bersifat eksploratif dan merusak jika tidak didasarkan pada ontologi yang Islami. Sebaliknya bangunan ilmu yang sudah terintegrasi tidak banyak berarti jika dipegang oleh orang yang tidak bertanggung jawab, untuk itulah aspek ontologi suatu ilmu harus ditata dan dirumuskan secara tepat agar bermanfaat dalam tatanan kehidupan manusia.5

Dengan demikian pengembangan pendidikan Islam harus bertolak pada kontruk pemikiran atau epistimologi bahwa ajaran dan nilai-nilai Ilahi merupakan sumber konsultasi dan didudukkan sebagai furqon, hudan dan rahmah. Sedang yang bersifat horizontal (konsep,teori, temuan, pendapat dan sebagainya) dalam posisi sejajar, selanjutnya

5A. Khudlori Sholeh “

Pokok Pikiran Tentang Paradigma Integrasi Ilmu dan Agama” Dalam

M. Lutfi Musthofa, Helmi Syaifuddin (Editor) Intelektualitas Islam Melacak Akar-Akar Integrasi Ilmu dan Agama (Malang: Lembaga Kajian Al-Qur’andan Sain UIN Malang, 2006) 231-132.


(50)

38

dikonsultasikan pada ajaran dan nilai-nilai Ilahi utamanya yang menyangkut dimensi aksiologi.6

Dalam dekade abad dua puluhan dalam Islam telah berkembang gagasan Islamisasi ilmu yang digagas oleh sarjana muslim seperti al-Faruqi. Gagasan ini muncul sebagai kritik dari sarjana muslim terhadap sifat dan watak ilmu-ilmu alam dan sosial yang bebas nilai.7 Konsep yang ditawarkan al-Faruqi tentang islamisasi pengetahuan adalah ilmu pengetahuan tidak semuanya kontradiktif dengan nilai-nilai Islam, tauhid merupakan inti pandangan dunia Islam. Menurutnya, islamisasi pengetahuan adalah melakukan penyaringan dari ilmu pengetahuan yang telah ada dengan mempertimbangkan nilai-nilai Islam. Metode konsepsi yang demikian dianggap sebagai metode integrasi antara teori dan tradisi keilmuan Islam dan keilmuan Barat yang sekuler.8

Sementara al-Attas berpendapat bahwa, islamisasi harus menyeluruh dari filosofi, paradigma hingga proses pembelajarannya yang

menyesuaikan dengan karakteristik keilmuan Islam. Proses

pembelajarannya mengamini dan melanjutkan apa yang telah dilakukan oleh para intelektual muslim pada masa lalu. Dominasi intelektual

6 Muhaimin, Wacana Pengembangan Pendidikan Islam (Surabaya: Pustaka Pelajar,2013), 247 7 Muslih, Dalam Paradigma Pendidikan Islam, 111

8 Rosnani Hasyim& Imron Rosyidi, Islamization Of Knowledge Comparative Analysis Of The Conception Of Al-Atas And Al-Faruqi, Journal Of The Kulillyah (Faculty) Of Islamic Reveald And Human Science International , Vol ,8,No.1,2000, 18


(51)

39

Muslim pada periode keemasan Islam merefleksikan keunggulan sistem pendidikan atau pembelajaran ilmu pengetahuan.9

Al-Faruqi sebagai seorang tokoh muslim mampu melakukan

gerakan “Islamisasi Ilmu” dengan segala aksinya dan kini telah menyebar

ke seluruh dunia Islam. Islamisasi ilmu di kalangan intelektual muslim dewasa ini sebagai sebuah filosofi dan gerakan intelektual yang merupakan upaya metodologi dan epistimologi untuk merekontruksi pemikiran Islam komtemporer dalam rangka merevitalisasi peradaban Islam. Islamisasi ilmu ini dalam kontek falsafah pendidikan Islam merupakan suatu keharusan. Sebagaimana diungkapkan oleh Mohammad al-Toumy al-Syaibany tentang pentingnya pengetahuan (makrifah) sebagai salah satu tujuan pokok bagi manusia. Jika pengetahuan modern bangga dengan berbagai penemuan ilmiah tentang berbagai macam ilmu, maka Islam dengan ajaranya yang kekal dan pemikiran pengikut-pengikutnya yang asli lebih dulu menekankan pentingnya pengetahuan dan ilmu dan menggunakannya dalam segala hal yang berguna dan membawa kepada kemajuan, kebaikan dan kekuatan. Islam adalah agama yang merangkul ilmu, menganggap suci perjuangan orang-orang pandai dan apa yang mereka temukan dalam fakta wujud dan rahasia alam jagad raya ini.10 Sebagaimana firman Allah dalam surat al-Mujadalah ayat 11, yang artinya Allah akan meninggikan orang-orang

9 Ibid, 19 10

Mohammad al-Toumy al-Syaibany,Falsafah Pendidikan Islam, Alih Bahasa Hasan Langgulung , (Jakarta: Bulan Bintang , 1979 ) ,261


(52)

40

yang beriman di antaramu dan orang-orang yang diberi ilmu pengetahuan beberapa derajat. dan Allah Maha mengetahui apa yang kamu kerjakan.11

B. Konsep Integrasi Ilmu dan Agama

Peradaban Islam merupakan peradaban yang pertama mengintegrasikan empirisitas keilmuan dan keagamaan secara terpadu. Bukti empiris yang bisa disaksikan adalah penemuan-penemuan ilmiah selama tujuh abad pemerintahan Daulah Umayyah dan Daulah Abbasiyah. Popularitas Daulah Abbasiyah mencapai puncaknya di zaman khalifah Harun ar-Rasyid (786-809 M) dan Putranya al-Ma’mun (813 -833 M). Masa ini ilmu pengetahuan, kebudayaan serta kesusastraan berada pada zaman keemasan Pada masa inilah Negara Islam menempatkan dirinya sebagai negara terkuat dan tak tertandingi 12

Namun dalam pendidikan Islam, dikotomi ilmu berjalan cukup lama, terutama semenjak madrasah Nizhamiyah pada akhirnya mempopulerkan ilmu-ilmu agama dan mengesampingkan logika dan falsafah, hal itu mengakibatkan pemisahan antara al-‘ulum al diniyah dengan al-‘ulumul aqliyah. Terlebih lagi dengan adanya pemahaman bahwa menuntut ilmu agama itu tergolong fardhu ’ain dan ilmu-ilmu non agama fardhu kifayah, dampaknya banyak umat yang mempelajari

11 Ahmad Bin Mustofa Al-Maraghi, Tafsir Al-Maraghi , Cet 1 ( Kairo Syarikah Maktabah wa

Mathba’ah Al-Baabi Al-Halbi 1365H/1946M) Juz 28 , Hal 15-17

12


(53)

41

gama sebagai suatu kewajiban seraya mengabaikan pentingnya mempelajarai llmu-ilmu non agama.13

Berangkat dari pola pikir dikotomis inilah terjadi relasi disharmonis terhadap pemahaman ayat-ayat Ilahiyah dengan ayat-ayat kauniyah, antara iman dengan ilmu,antara ilmu dengan amal antara dimensi duniawi dan ukhrawi, dan relasi dimensi Ketuhanan (teosentris) dengan kemanusiaan (antroposentris). Namun kini banyak sarjana muslim yang berupaya memadukan dan mencari hubungaan antara keduanya pada posisi yang harmonis sesuai dengan hakekat ilmu yang semuanya bersumber dari wahyu Ilahi. Secara teoritis ada beberapa konsep tentang integrasi ilmu dan agama yang bisa digunakan sebagai pedoman dalam pengembangan pendidikan Islam saat ini diantaranya, pertama, integrasi teologis yang dikemukakan seorang fisikawan-cum-agamawan, Ian G. Barbour dalam bukunnya Juru Bicara Tuhan Antara Sains dan Agama (terj) When Science Meets Religion: Enemies, Strangers, or Partuers, dengan konsep menyatukan sains dan agama dalam bingkai sistem kefilsafatan.

Dia dianggap sebagai salah seorang peletak dasar integrasi sains dan agama di Barat, yang pengaruhnya cukup berkembang, termasuk di Indonesia.14 Integrasi ala Barbour memiliki makna spesifik yang bertujuan menghasilkan suatu reformasi teologi dalam bentuk theology of

13

Abd Rahchman Assegaf, Filsafat Pendidikan Islam , Paradigma Baru Pendidikan Berbasis Integrative - Interkonektif (Jakarta : Raja Grafindo Persada ,2011), 22

14

Ian G. barbour, When Science Meets Religion : Enemies , Strangers ,Or Partuers/ terj .E.R Muhammad ( Bandung : Mizan,2000),42


(54)

42

nature dengan tujuan membuktikan kebenaran agama berdasarkan temuan ilmiah. Ketika berbicara tentang agama, perhatian Barbour terbatas pada teologi, dan ketika berbicara sains tertumpu pada teori-teori ilmu alam yang mutakhir15

Pendapat ini dikritik oleh Huston Smith dan Hossein Nasr dalam beberapa tulisanya, bahwa teologi tampak seperti ditaklukkan oleh sains, teologi diubah demi mempertimbangkan hasil-hasil pengkajian sains dan jika setiap saat teologi berubah karena berinteraksi dengan sains akan menimbulkan kesan bahwa teologi berada di bawah ilmu. Kedua tokoh ini berpandangan bahwa teologi memiliki kebenaran yang perennial (abadi). Teologi hendaknya menjadi tolak ukur bagi teori-teori ilmiah dan bukan sebaliknya16.

Kedua, integrasi konfirmasi yang dikemukakan oleh John F. Hought. Teori ini berisi bahwa alam semesta suatu loyalitas yang terbatas, koheren dan tertata secara rasional, dan manusia dengan akal budinya selalu mencari pemahaman secara dinamis tentang kebenaran dan berusaha mempersatukan alam semesta yang sedang diselidikinya. Sains dan Agama terus memikul tugas untuk menyelidiki koheren (pengaturan secara rapi gagasan, fakta, dan ide) menjadi suatu untaian yang logis sehingga mudah memahami pesan yang dihubungkannya. Agama kalau dipahami secara tepat mampu mengkonfirmasi eksplorasi

15Zainal Abidin Bagir,integrasi ilmu dan agama intrepetasi dan aksi (Bandung: Bandung,

2005) ,21

16


(1)

259

---Paradiqma Pendidikan Islam ,Upaya Mengefektifkan Pendidikan

Agama Islam Di Sekolah. Bandung: Rosda Karya, 2001.

---Pemikiran dan Aktualisasi Pengembangan Pendidikan Islam. Jakarta:

Rajawali Pers, 2011.

---Pengembangan Kurikulum Pendidikan Agama Islam.Jakarta: Raja

Grafindo Persada, 2007.

---Pengembangan Kurikulum Pendidikan Islam Di Sekolah, Madrasah Dan

Perguruan Tinggi. Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2010.

---Wacana Pengembangan Pendidikan Islam. Surabaya: Pustaka Pelajar,

2013.

Muliawan, Jasa Ungguh. Pendidikan Islam Integrative.Yogyakarta: Pustaka

Pelajar, 2003.

Mulyasa.Kurikulum Berbasis Kompetensi. Bandung: REMAJA ROSDA

KARYA, 2004.

Musfiqon.Metodologi Penelitian Pendidikan . Jakarta: Prestasi Pustakaraya,

2012.

Muslih ,Islamisasi Ilmu dalam Beberapa Lembaga Pendidikan Islam ,dalam

Paradigm Pendidikan Islam , Semarang IAIN Wali Songo, 2001

Muthohar, Ahmad. Ideologi Pendidikan Pesantren .Semarang: Pustaka Rizki

Putra, 2007.

Nasir, Ridwan. Mencari Tipologi Format Pendidikan Islam Ideal Pondok

Pesantren di Tengah Arus Perubahan. Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2005.

---Pendidikan Islam Integrative,Upaya Mengintegrasikan Kembali Dikotomi

Ilmu dan Pendidikan Islam, Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2005.

Nasr, Seyyed Hossein. Knowledge And The Sacred. New York:

State University Of New York Press, 1989.

Nasution.Metode Penelitian Naturalistik Kaulitatif. Bandung: Tarsito, 2003.


(2)

260

Nata, Abuddin. Tokoh-Tokoh Pembaharuan Pendidikan Islam di Indonesia.

Jakarta: Grafindo Persada, 2005.

---Manajemen Pendidikan ,Mengatasi Kelemahan Pendidikan Islam di Indonesia, ( Jakarta, Kencana Prenada Media Group , 2010 )

---Kapita Selekta Pendidikan Islam ,Jakartam Raja Grafindo Persada, 2012

Nawawi, Hadari. Organisasi Sekolah dan Pengelolaan Kelas Sebagai

Lembaga Pendidikan, Jakarta : Haji Masagung, 1981.

Nizar, Syamsul. Sejarah Pendidikan Islam. Jakarta: Kencana, 2011.

---Ilmu Pendidikan Islam. Jakarta: Prenada Media Group, 2012.

Nor Wan Daud ,Wan Mohd , Budaya Ilmu Satu Penjelasan, Singapura,

Pustaka Nasional Pte Ltd,2003

Nugroho, Rian. Kebijakan Pendidikan Yang Unggul. Yogyakarta: Pustaka

Pelajar, 2008.

Omtu, Onisimus. Manajemen Pendidikan di Era Otomi Daerah , Konsep

Strategi dan Implementasi.Bandung : ALFABETA, 2011.

Pidarta, Made. Landasan Kependidikan. Jakarta: Rineka Cipta.,2003

Poerwadarminto, W.Y.S. Konsorsium Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai

Pustaka, 1986.

Prastowo ,Andi, Paradigma Baru Madrasah Dalam Implementasi Kebijakan

Kurikulum2013,Jurnal Pendidikan Islam Fakultas Ilmu Tarbiyah nan Keguruan UIN Sunan Kalijogo, Yoyakarta, Volume IIII, Nomor 1, Juni 2014/1435,

Purwanto , Purwanto, Sains Islam Berbasis Wahyu, Proseding Internasional

Seminar “ Islamic Epistemology Integration Of Knowledge,And Curriculum Reform” (Universitas Muhammadiyah Sidoarjo, 2011),50

Rahim, Husni. Arah Baru Pendidikan Islam. Jakarta, Logos Wacana Ilmu,

2001.

---, Madrasah Dalam Poitik Pendidikan di Indonesia , Jakarta,


(3)

261

Rahman ,Fazlur,The American Journal OF Islamic Social Science , Vol.5 No I , 1998,

Razak, Nasruddin. Dienul Islam. Bandung: Al-Ma‟arif, 1989.

Rifa’i Muhammad.Politik Pendidikan Nasional. Jogjakarta: AR-RUZZ MEDIA, 2011.

Sadali, Dkk. Islam Untuk Disiplin Ilmu Pendidikan. Jakarta: Bulan Bintang,

1987.

Sallis ,Edward, Total Quality Manajement In Education, ( Jogjakarta,

IRCisoD,2012)

Sholeh, A. Khudlori. “Pokok Pikiran Tentang Paradigma Integrasi Ilmu Dan Agama.” Dalam M. Lutfi Musthofa, Helmi Syaifuddin (Editor) Intelektualitas Islam Melacak Akar-Akar Integrasi Ilmu dan Agama.

Malang: Lembaga Kajian Al-Qur‟an dan Sain UIN Malang, 2006.

Solahudin , Dindin, The Islamic Creativity of Pesantren Daarut Tauhid in

Bandung, Java, A Thesis Submitted In Partial Fulfilment Of The Degree of Master of Arts in the Department of Archaeology and Anthropology Faculty of Arts The Australian National University (Australia ,ANU E Press The Australian National University Canberra , 1996 )

Solehudin ,Ending , Filsafat Ilmu Menurut al-Qur‟an , ISLAMICA, Volume 6,

(Maret 2011)

Sonhaji, Ahmad. Teknik Penulisan Lapangan Kualitatif Dan Penelitian

Kualitatif Ilmu Sosial. Malang: Kalimasahada Press, 1970.

Stenbrink, Karel A. Pesantren, Madarsah , Sekolah: Pendidikan Islam Dalam

Kurum Modern. Jakarta: LP3ES,1986.

---Lembaga Pendidikan Islam di Indonesia. Jakarta: Kencana Prenanda

Media Group, 2012.

Subhan, Arief.Lembaga Pendidikan Islam di Indonesia Abad 20. Jakarta:

Kencana, 2012.

Sudarminata, Nana Yaudih. Pengembangan Kurikulum. Bandung: Remaja

Rosdakarya, 1999.

Sugiono.Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif R&D. Bandung: Alfabeta,


(4)

262

Sukmadinata ,Nana Syaodih, Pengembangan Kurikulum , (Bandung, Remaja

Rosdakarya,1999)

Suprayoga, Imam. Revormulasi Visi Pendidikan Islam. Malang: STAIN Press,

1999.

Suyatno, “ Sekolah Islam Tepadu ,filsafat Ideologi dan Tren baru Pendidikan Islam di Indonesia” Jurnal Pendidikan Islam Volume II ,Yogyakarta, 2013

Tim Dosen Administrasi Pendidikan Universitas Pendidikan Indonesia. Manajemen Pendidikan. Bandung: Al-FABETA, 2011.

Tolchah, M.Moch. Dinamika Pendidikan Islam Pasca Orde Baru di

Indonesia. Surabaya: IAIN ,Sunan Ampel Press.2010

Undang-Undang Republik Indonesia No 20 Tahun 2003 Tentang Sistem

Pendidikan Nasional, (Bandung : Citra Umbara,, tt 16 )

Undang - Undang Sistem Pendidikan Nasional Nomor 2 tahun 1989, Tentang

Sistem Pendidikan Nasional Beserta Penjelasanya ( tp, 1989),11

Wahid, Marzuki Pesantren Masa Depan: Wacana Pemberdayaan dan

Transformasi Pesantren, (Bandung: Pustaka Hidayah, 1999-UINSA, Surabaya, 2011.

--- Sejarah Pendidikan Indonesia.Bandung : Jemmars, 1983.

W Hefner ,Robert “ Making Modern Muslim, The Politics Of Islamic Education In Southeast Asia ( University Of Hawai , United State Of Amerika , 2009 ),10

www.kompasiana.com ,M.Yunus ,Tradisi Loloskan Muridnya Masuk PT Luar Negeri: Mengapa Justru Lahir dari Pesantren? diakses 5 Juni 2015

Yatim, Badri. Sejarah Peradaban Islam. Jakarta: Grafindo Persada, 2000.

Zainiyati, Husniyatus Salamah. Integrasi Pesantren Dalam Sistem Perguruan

Tinggi Agama Islam. ---Disetasi Program Pasca Sarjana , IAIN Sunan Ampel Surabaya, 2012.


(5)

263

Zakaria. “Pengembangan Strategi Pembelajaran di Lembaga Pendidikan Islam Berprestasi Studi Kasus Di MA Unggulan Amanatul Ummah Mojokerto , MAN 3 Malang Dan SMA Al-Hikmah. Surabaya Disertasi –

Program Pacsa Sarjana Universitas Islam Negeri Sunan

Ampel.Surabaya, 2014.

Zubaedi.Desain Pendidikan Karakter Konsepsi dan Aplikasinya Dalam

Lembaga Pendidikan. Jakarta: Kencana, 2011.


(6)