Tugas 2 Teori Motivasi Teori Dua Faktor

(1)

Teori Motivasi Dua Faktor – Kelompok II 1

TEORI MOTIVASI : TEORI DUA FAKTOR

Herzberg’s Motivation-Hygiene Theory

Tugas Mata Kuliah:

ORGANISASI DAN SUMBER DAYA MANUSIA

DOSEN

: PROF. Dr. Ir. Aida Vitayala Hubies

KELOMPOK

: II

E49

1. FAJAR FIRMAN (P056132732.49)

2. DEDIN N

(P056132692.49)

3. LINDA O

(P056132822.49)

4. MAULIA EKA R (P056132852.49)

5. PASEK

(P056132792.49)

6. RUDI

(P056132902.49)

7. SARIFAH

(P056132932.49)


(2)

Teori Motivasi Dua Faktor – Kelompok II 2

DAFTAR ISI

I. PENDAHULUAN

I.1 Latar Belakang...3 I.2 Perumusan Masalah...4 I.3 Tujuan...4

II. TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Definisi Motivasi ...5 2.2 Teori Motivasi...6 III. PEMBAHASAN

3.1 Profil Fredrick Herzberg...11 3.2 Teori Dua Faktor ...11 3.3 Penerapan Teori Dua Faktor ...14

IV. KESIMPULAN V. DAFTAR PUSTAKA


(3)

Teori Motivasi Dua Faktor – Kelompok II 3

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Industri dan organisasi bertujuan untuk menghasilkan produksi yang dihasilkan oleh karyawan sebagai sumber daya utama. Dan ketika bekerja karyawan dipengaruhi oleh dirinya sendiri maupun lingkungannya. Perilaku karyawan merupakan fungsi dorongan atau kebutuhan dalam diri karyawan dan kesempatan mereka untuk memuaskan dorongan atau kebutuhannya tersebut di tempat kerja.

Performa karyawan sebagian ditentukan oleh kesempatan yang diberikan kepada mereka untuk menunjukkan kemampuan mereka. Jika mereka tidak pernah diberikan kesempatan untuk menggunakan semua kemampuan mereka, mungkin mereka tidak akan pernah mendapat keuntungan dari keseluruhan performa mereka. Performa kerja karyawan juga tergantung pada kemampuan karyawan. Jika keahlian atau talenta mereka kurang untuk melakukan kerja tertentu, maka performa mereka akan kurang optimal. Dimensi ketiga dari performa adalah motivasi.

Secara umum motivasi mengacu pada mengapa dan bagaimana seseorang bertingkah laku tertentu. Motivasi adalah proses yang dinamis; setiap orang dapat dimotivasi oleh hal yang berbeda. Mungkin seorang akan termotivasi untuk bekerja karena gaji yang ditawarkan atau kenaikan pangkat.

Dalam sebuah konsep motivasi, ada yang disebut sebagai motivasi intrinsik dan ekstrinsik. Motivasi intrinsik adalah motivasi yang dihasilkan dari kebutuhan individual yang memiliki kekuasaan dan self-determining. Motivasi intrinsik terhadap tugas adalah bahwa ada ketertarikan dan kesenangan untuk melakukan tugas, tanpa mengharapkan reward dari luar. Di sisi lain, motivasi ekstrinsik berhubungan dengan perilaku yang dimotivasi oleh faktor luar diri individu. Contohnya adalah gaji, tekanan untuk melakukan tugas, perilaku pemimpin, atau iklim organisasi.


(4)

Teori Motivasi Dua Faktor – Kelompok II 4

1.2 Perumusan masalah

Berbagai teori dikemukakan oleh para ahli, tentu saja sudah melalui rangkaian penelitian sebelumnya. Makalah ini akan fokus membahas mengenai apa dan bagaimana teori motivasi dua faktor yang dikemukakan oleh hezberg‟s.

1.3 Tujuan penulisan

a. Memahami definisi motivasi dan teori motivasi secara umum

b. Memahami teori motivasi dua faktor yang dikemukakan oleh hezberg‟s


(5)

Teori Motivasi Dua Faktor – Kelompok II 5

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Definisi Motivasi

Motivasi adalah proses yang terdiri dari enam tahap :

1. Need Deficiency (kekurangan kebutuhan) : misalnya seorang

karyawan memiiki keinginan untuk dipromosikan.

2. Search & choice strategy, Kemudian karyawan diharapkan untuk mencari strategi yang diperlukan untuk mendapatkan promosi.

3. Goal directed behavior, Kemudian perilaku karyawan tersebut mengarah pada tujuan perusahaan sehingga ia mengetahui hal-hal yang harus ia lakukan untuk memenuhi syarat promosi.

4. Evaluation of Performance, Apa yang sudah dilakukan tersebut kemudian dievaluasi

5. Reward or punishment, Setelah melakukan hal-hal tersebut, diperoleh hasil apakah ia dipromosikan atau tetap bertahan di posisi tersebut. 6. Reevaluation of needs, Jika ternyata karyawan tersebut berhasil

mendapatkan promosi tersebut, ia kemudian akan memiliki keinginan untuk mengulangi performa yang telah ia lakukan untuk mendapatkan promosi yang lebih lagi.

Menurut Mc. Donald [1950], motivasi adalah suatu perubahan energi dalam diri (pribadi) seseorang yang ditandai dengan timbulnya perasaan dan reaksi untuk mencapai tujuan. Mangkunegara (2005) menyatakan : “motivasi terbentuk dari sikap (attitude) karyawan dalam menghadapi situasi kerja di perusahaan (situation). Motivasi merupakan kondisi atau energi yang menggerakkan diri karyawan yang terarah atau tertuju untuk mencapai tujuan organisasi perusahaan. Sikap mental karyawan yang pro dan positif terhadap situasi kerja itulah yang memperkuat motivasi kerjanya untuk mencapai kinerja maksimal”.


(6)

Teori Motivasi Dua Faktor – Kelompok II 6

2.2 Teori Motivasi

Pada tahun 1950, muncul teori motivasi yang dikenal sebagai teori awal motivasi. Teori – teori ini menjadi dasar berkembangnya teori kontemporer dan tidak dipungkiri bahwa para manajer aktif saat ini banyak menggunnakan teori awal ini. Teori tersebut adalah :

1. Maslow - Hirarki Kebutuhan

Teori motivasi yang dikembangkan oleh Abraham H. Maslow pada intinya berkisar pada pendapat bahwa manusia mempunyai lima tingkat atau hierarki kebutuhan, yaitu : (1) kebutuhan fisiologikal (physiological needs), seperti : rasa lapar, haus,

istirahat dan sex; (2) kebutuhan rasa aman (safety needs), tidak dalam arti fisik semata, akan tetapi juga mental, psikologikal dan intelektual; (3) kebutuhan akan kasih sayang (love needs); (4) kebutuhan akan harga diri (esteem needs), yang pada umumnya tercermin dalam berbagai simbol-simbol status; dan (5) aktualisasi diri (self actualization), dalam arti tersedianya kesempatan bagi seseorang untuk mengembangkan potensi yang terdapat dalam dirinya sehingga berubah menjadi kemampuan nyata.

2. McGregor - Teori X & Y

Douglas McGregor mengkaji cara para manajer menangani karyawannya. Kesimpulan pandangan manajer mengenai kodrat manusia didasarkan pada kelompok asumsi tertentu. Asumsi itu dibagi menjadi 2 yaitu Teori X dan Teori Y. Teori X mengasumsikan kebutuhan tingkat rendah mendominasi individu. Sedangkan teori Y mengasumsikan kebutuhan tingkat tinggi mendominasi individu


(7)

Teori Motivasi Dua Faktor – Kelompok II 7

3. Herzberg - Teori 2 Faktor

Menurut teori ini yang dimaksud faktor motivasional adalah hal-hal yang mendorong berprestasi yang sifatnya intrinsik, yang berarti bersumber dalam diri seseorang, sedangkan yang dimaksud dengan faktor hygiene atau pemeliharaan adalah faktor-faktor yang sifatnya ekstrinsik yang berarti bersumber dari luar diri yang turut menentukan perilaku seseorang dalam kehidupan seseorang. Menurut Herzberg, yang tergolong sebagai faktor motivasional antara lain ialah pekerjaan seseorang, keberhasilan yang diraih, kesempatan bertumbuh, kemajuan dalam karier dan pengakuan orang lain. Sedangkan faktor-faktor hygiene atau pemeliharaan mencakup antara lain status seseorang dalam organisasi, hubungan seorang individu dengan atasannya, hubungan seseorang dengan rekan-rekan sekerjanya, teknik penyeliaan yang diterapkan oleh para penyelia, kebijakan organisasi, sistem administrasi dalam organisasi, kondisi kerja dan sistem imbalan yang berlaku. Salah satu tantangan dalam memahami dan menerapkan teori Herzberg ialah memperhitungkan dengan tepat faktor mana yang lebih berpengaruh kuat dalam kehidupan seseorang, apakah yang bersifat intrinsik ataukah yang bersifat ekstrinsik.

Kemudian muncullah teori motivasi kontemporer yang menggambarkan kondisi pemikiran saat ini dalam menjelaskan motivasi karyawan. Teori yang termasuk dalam kelompok teori kontemporer adalah :

1. Teori E-R-G, Clayton Alderfer mengemukakan tiga kategori kebutuhan. Kebutuhan tersebut adalah . Eksistence (E) atau Eksistensi, meliputi kebutuhan fisiologis sepeerti lapar, rasa haus, seks, kebutuhan materi, dan lingkungan kerja yang menyenangkan. Relatedness (R) atau keterkaitan, menyangkut hubungan dengan orang-orang yang penting bagi kita, seperti anggota keluarga, sahabat, dan penyelia di tempat kerja. Growth (G) atau pertumbuhan, meliputi kenginginan kita untuk produktif dan kreatif dengan mengerahkan segenap kesanggupan kita. Alderfer menyatakan bahwa : Bila kebutuhan akan eksistensi tidak


(8)

Teori Motivasi Dua Faktor – Kelompok II 8 terpenuhi, pengaruhnya mungkin kuat, namun kategori-kategori kebutuhan lainnya mungkin masih penting dalam mengarahkan perilaku untuk mencapai tujuan. Meskipun suatu kebutuhan terpenenuhi, kebutuhan dapat berlangsung terus sebagai pengaruh kuat dalam keputusan. Jadi secara umum mekanisme kebutuhan dapat dikatakan sebagai berikut Frustration – Regression dan Satisfaction – Progression

2. Teori Tiga Motif Sosial, David Mc. Clelland menyatakan bahwa ada 3 motif utama manusia dalam bekerja yaitu: (1) Kebutuhan untuk mencapai basil (needs for achievemen ) merupakan dorongan untuk berhasiI mencapai tujuan. (2) Kebutuhan akan kekuasaan (need for power merupakan kebutuhan untuk membuat pihak lain berperilaku sesuai dengan kehendaknya. (3) Kebutuhan untuk aplikasi (needs for affiliatio) merupakan keinginan akan hubungan persahabatan dan antar pribadi. Dari teori ini dapat disimpulkan bahwa manusia pada hakekatnya mempunyai kemampuan untuk berprestasi di atas kemampuan orang lain. seseorang dianggap mempunyai motivasi untuk berprestasi jika mempunyai keinginan untuk melakukan sesuatu karya yang berprestasi lebih baik dari prestasi karya orang lain.

3. Teori Equity, S. Adams, Inti teori ini terletak pada pandangan bahwa

manusia terdorong untuk menghilangkan kesenjangan antara usaha yang dibuat bagi kepentingan organisasi dengan imbalan yang diterima. Dalam menumbuhkan suatu persepsi tertentu, seorang pegawai biasanya menggunakan empat macam hal sebagai pembanding, hal itu antara lain : Harapannya tentang jumlah imbalan yang dianggapnya layak diterima berdasarkan kualifikasi pribadi, seperti pendidikan, keterampilan, sifat pekerjaan dan pengalamannya; Imbalan yang diterima oleh orang lain dalam organisasi yang kualifikasi dan sifat pekerjaannnya relatif sama dengan yang bersangkutan sendiri; Imbalan yang diterima oleh pegawai lain di organisasi lain di kawasan yang sama serta melakukan kegiatan sejenis; Peraturan perundang-undangan yang berlaku mengenai jumlah dan jenis imbalan yang pada nantinya akan menjadi hak dari para pegawai yang bersangkutan.


(9)

Teori Motivasi Dua Faktor – Kelompok II 9

4. Teori Expectancy, Victor Vroom, tiga asumsi pokok Vroom dari

teorinya adalah sebagai berikut :

a. Setiap individu percaya bahwa bila ia berprilaku dengan cara tertentu, ia akan memperoleh hal tertentu. Ini disebut sebuah harapan hasil (outcome expectancy) sebagai penilaian subjektif seseorang atas kemungkinan bahwa suatu hasil tertentu akan muncul dari tindakan orang tersebut.

b. Setiap hasil mempunyai nilai, atau daya tarik bagi orang tertentu. Ini disebut valensi (valence) sebagai nilai yang orang berikan kepada suatu hasil yang diharapkan.

c. Setiap hasil berkaitan dengan suatu persepsi mengenai seberapa sulit mencapai hasil tersebut. Ini disebut harapan usaha (effort expectancy) sebagai kemungkinan bahwa usaha seseorang akan menghasilkan pencapaian suatu tujuan tertentu.

5. Teori Goal Setting, Edwin Locke menunjukkan adanya keterkaitan antara tujuan dan kinerja seseorang terhadap tugas. Dia menemukan bahwa tujuan spesifik dan sulit menyebabkan kinerja tugas lebih baik dari tujuan yang mudah. Lima prinsip penetapkan tujuan adalah kejelasan, tantangan, komitmen, umpan balik (feedback) dan kompleksitas tugas. Teori ini juga mengungkapkan bahwa kuat lemahnya tingkah laku manusia ditentukan oleh sifat tujuan yang hendak dicapai, kecenderungan manusia untuk berjuang lebih keras mencapai suatu tujuan, apabila tujuan itu jelas, dipahami dan bermanfaat serta makin kabur atau makin sulit dipahami suatu tujuan, akan makin besar keengganan untuk bertingkah laku.

6. Teori Reinforcement, B.F. Skinner, - Teori ini didasarkan atas “hukum pengaruh” Tingkah laku dengan konsekuensi positif cenderung untuk diulang, sementara tingkah laku dengan konsekuensi negatif cenderung untuk tidak diulang. Rangsangan yang didapat akan mengakibatkan atau memotivasi timbulnya respon dari seseorang yang


(10)

Teori Motivasi Dua Faktor – Kelompok II 10 selanjutnya akan menghasilkan suatu konsekuensi yang akan berpengaruh pada tindakan selanjutnya. Konsekuensi yang terjadi secara berkesinambungan akan menjadi suatu rangsangan yang perlu untuk direspon kembali dan mengasilkan konsekuensi lagi. Demikian seterusnya sehingga motifasi mereka akan tetap terjaga untuk menghasilkan hal-hal yang positif.


(11)

Teori Motivasi Dua Faktor – Kelompok II 11

BAB III

PEMBAHASAN

3.1 Profil Fredrick Herzberg

Frederick Herzberg adalah seorang professor dari Case western Reserve

University dan Utah university, kelahiran Lynn-Massachusetts dan menyelesaikan Master dan Phd di University of Pittsburg, literaturnya Herzberg meformulasikan opini tentang „satisfiers‟ dan „dissatisfiers‟, dan dari hipotest yg berjudul Mental Health is Not the Opposite

of Mental Illness., Herrzberg menarik dasar hypothess untuk penelitian study publikasikan 1959 dengan judul The Motivation to Work, dimana penelitin tersebut menghasilkan teori yg dikenal dengan „Motivation –Hygiene‟. Dari dasar penelitian ini juga th 1968 muncullah arrtikel yang sangat boming terjual jutaan copy yg dipulikasikan oleh Harvard Business Review dengan judul ‟one More Time, How Do You Motivation Your Employees .

3.2 Teori Dua Faktor

Teori –dua faktor (two-factor theory) yang juga disebut sebagai teori motivasi hygiene berkaitan dengan motivasi dan job satisfaction. Frederick Herzberg melakukan penelitian di daerah Pittsburgh dengan mewawancarai 200 akuntan dan insinyur untuk memberikan komentar pada dua statement, yaitu:

1. ”Katakan kepada saya kapan Anda merasa sangat senang dengan pekerjaan Anda?”

2. ”Katakan kepada saya kapan Anda merasa tidak senang dengan pekerjaan Anda?”


(12)

Teori Motivasi Dua Faktor – Kelompok II 12 Kemudian didapatkan hasil bahwa responden yang merasa senang dengan pekerjaannya secara umum berhubungan dengan job experiences

dan job content (faktor intrinsik). Sedangkan responden yang merasa tidak senang dengan pekerjaannya secara umum berhubungan dengan keadaan sekitar atau aspek-aspek sekeliling pekerjaannya atau disebut juga dengan

job context (faktor ekstrinsik). Kemudian hasil tersebut rspon-respon yang diberikan responden didata dan dikategorikan. Gambar berikut ini adalah hasil penelitian hezberg

Teori Two Factor yang dikemukakan oleh Hezberg ini berkaitan

dengan motivasi dan kepuasan kerja. Hubungan individu dengan pekerjaannya adalah hal yang mendasar dan sikap yang diarahkan kepada pekerjaan tersebut dapat dengan sangat baik menentukan apakah seseorang itu sukses atau gagal.


(13)

Teori Motivasi Dua Faktor – Kelompok II 13 Berdasarkan yang dikemukakan oleh Herzberg, job satisfaction disebabkan oleh hadirnya serangkaian faktor yang disebut sebagai motivator, sedangkan job dissatisfaction disebabkan oleh ketidakhadiran rangkaian yang berbeda dari motivator yang disebut sebagai hygiene faktor.

Motivator factor berhubungan dengan aspek-aspek yang terkandung

dalam pekerjaan itu sendiri. Jadi berhubungan dengan job content atau disebut juga sebagai aspek intrinsik dalam pekerjaan.

Faktor-faktor yang termasuk di sini adalah:

1. Achievement (keberhasilan menyelesaikan tugas) 2. Recognition (penghargaan)

3. Work it self (pekerjaan itu sendiri ) 4. Responsibility (tanggung jawab)

5. Possibility of growth (kemungkinan untuk mengembangkan diri) 6. Advancement (kesempatan untuk maju)

Herzberg berpendapat bahwa, hadirnya faktor-faktor ini akan memberikan rasa puas bagi karyawan, namun jika ada yang tidak terpenuhi bukan berarti mengakibatkan ketidakpuasan kerja karyawan.

Hygiene factor adalah faktor yang berada di sekitar pelaksanaan

pekerjaan; berhubungan dengan job context atau aspek ekstrinsik pekerja. faktor-faktor yang termasuk di sini adalah:

1. Working condition (kondisi kerja)

2. Interpersonal relation (hubungan antar pribadi)

3. Company policy and administration (kebijaksanaan perusahaan dan pelaksanaannya)

4. Job security (perasaan aman dalam bekerja), pay (gaji), status

(Jabatan)

5. Supervision technical (teknik pengawasan)

Herzberg juga menyatakan bahwa motivator menyebabkan seseorang untuk bergerak dari kondisi tidak ada kepuasan menuju ke arah kepuasan. Sedangkan hygiene factors dapat menyebabkan seseorang yang berada dalam ketidakpuasan menuju kearah tidak ada ketidakpuasan.


(14)

Teori Motivasi Dua Faktor – Kelompok II 14 Hygiene factor dianggap sebagai sebuah landasan roket – ketika itu dihancurkan atau dikurangi, maka kita tidak akan termotivasi atau dalam keadaan biasa-biasa saja (no dissatisfaction).

Ketika seseorang berada dalam keadaan dissatisfaction dan demotivasi, diberikan hygiene factors sehingga dia berada dalam keadaan no dissatisfaction, tapi tidak termotivasi. Dan untuk mencapai

positive satisfaction dan motivation, maka perlu diberikan motivator factors.

3.3 Penerapan Teori Dua Faktor

Pada kondisi aktual, teori ini banyak digunakan oleh industri karena mendeskripsikan bagaimana keinginan individu dan pekerjaannya. Namun teori yang dikemukanan Herzberg ini menerima banyak kritikan dari pada ahli diantaranya :

1. Teori ini awalnya berdasar dari akuntan dan insinyur America. Apakah sampel yang digunakan dapat diperanggungjawabkan ?


(15)

Teori Motivasi Dua Faktor – Kelompok II 15 2. Dalam lingkungan yang berbeda, mungkin sulit untuk mengidentifikasi

elemen sebagai faktor hygiene / motivator.

3. Prosedur yang digunakan oleh Herzberg dibatasi oleh metodologinya. Ketika segalanya berjalan dengan baik, individu cenderung memuji diri sendiri. Sebaliknya, ketika mereka menghadapi kegagalan mereka menyalahkan lingkungan ekstrinsik

Herzberg meyakini bahwa para manager harus memotivasi karyawan dengan mengadopsi pendekatan demokratis untuk memanajemen dan memperbaiki lingkungan dan isi dari pekerjaan yang spesifik. Beberapa metode yang mungkin dapat digunakan manager untuk mencapai hal tersebut adalah :

1. Job Enlargement, para pekerja diberikan variasi tugas yang lebih tinggi yang mungkin membuat pekerjaan tersebut lebih menarik.

2. Job Enrichment melibatkan pekerja untuk diberikan cakupan tantangatugas yang lebih luas, kompleks, menarik, dan meliputi suatu

unit yang lengkap. Herzberg berpendapat bahwa dengan melakukan tugas yang bervariasi tidak selalu mengakibatkan timbulnya motivasi. Tidak seperti memberi karyawan tugas-tugas tambahan dengan kesulitan yang sama (horizontally loading), vertically loading terdiri dari pemberian tanggung jawab yang lebih besar kepada para pekerja.

3. Job Rotation, memindahkan posisi kerja secara bergiliran dari satu tempat ke tempat yang lain, dengan tujuan pemerataan kemampuan dan menghindarai kemonotonan


(16)

Teori Motivasi Dua Faktor – Kelompok II 16

BAB IV

KESIMPULAN

1. Two-factor theory dari Herzberg merupakan teori motivasi yang menaruh perhatian pada dua faktor yaitu hygiene factors (ekstrinsik) dan motivator factor (intrinsik)

2. Hygiene factor terkait dengan ketidakpuasan kerja, sementara proses yang lainnya adalah motivator factor yang dapat membawa satisfaction. 3. Meskipun mendapatkan kritik tetapi teori ini banyak diterapkan dalam

industri. Untuk mendeksripsikan bagaimana keinginan individu dari pekerjaannya.

4. Herzberg juga mempopulerkan job enrichment dalam penerapan teorinya

5. Hezberg tidak menjelaskan secara pasti batasan antara satisfaction -


(17)

Teori Motivasi Dua Faktor – Kelompok II 17

BAB V

DAFTAR PUSTAKA

- Stephen P Robbins –Timothy A Judge, 2007, Perilaku Organisasi, Salemba Empat, Jakarta

- A.A.Anwar Prabu Mangkunegara. 2005. Evaluasi Kinerja SDM. Refika Aditama. Bandung

- Herzberg, F. (1987). One More Time: How Do You Motivate Employees? Harvard Business Review

- Alim, M. B. (2009). Teori Herzberg dan Kepuasan Kerja Karyawan. Diambil dari http://www.psikologizone.com/teori-herzberg-dan-kepuasan-kerja-karyawan. Disadur pada 11-Nopember-2013.


(1)

Teori Motivasi Dua Faktor – Kelompok II 12 Kemudian didapatkan hasil bahwa responden yang merasa senang dengan pekerjaannya secara umum berhubungan dengan job experiences

dan job content (faktor intrinsik). Sedangkan responden yang merasa tidak senang dengan pekerjaannya secara umum berhubungan dengan keadaan sekitar atau aspek-aspek sekeliling pekerjaannya atau disebut juga dengan

job context (faktor ekstrinsik). Kemudian hasil tersebut rspon-respon yang diberikan responden didata dan dikategorikan. Gambar berikut ini adalah hasil penelitian hezberg

Teori Two Factor yang dikemukakan oleh Hezberg ini berkaitan

dengan motivasi dan kepuasan kerja. Hubungan individu dengan pekerjaannya adalah hal yang mendasar dan sikap yang diarahkan kepada pekerjaan tersebut dapat dengan sangat baik menentukan apakah seseorang itu sukses atau gagal.


(2)

Teori Motivasi Dua Faktor – Kelompok II 13 Berdasarkan yang dikemukakan oleh Herzberg, job satisfaction disebabkan oleh hadirnya serangkaian faktor yang disebut sebagai motivator, sedangkan job dissatisfaction disebabkan oleh ketidakhadiran rangkaian yang berbeda dari motivator yang disebut sebagai hygiene faktor.

Motivator factor berhubungan dengan aspek-aspek yang terkandung dalam pekerjaan itu sendiri. Jadi berhubungan dengan job content atau disebut juga sebagai aspek intrinsik dalam pekerjaan.

Faktor-faktor yang termasuk di sini adalah:

1. Achievement (keberhasilan menyelesaikan tugas) 2. Recognition (penghargaan)

3. Work it self (pekerjaan itu sendiri ) 4. Responsibility (tanggung jawab)

5. Possibility of growth (kemungkinan untuk mengembangkan diri) 6. Advancement (kesempatan untuk maju)

Herzberg berpendapat bahwa, hadirnya faktor-faktor ini akan memberikan rasa puas bagi karyawan, namun jika ada yang tidak terpenuhi bukan berarti mengakibatkan ketidakpuasan kerja karyawan.

Hygiene factor adalah faktor yang berada di sekitar pelaksanaan

pekerjaan; berhubungan dengan job context atau aspek ekstrinsik pekerja. faktor-faktor yang termasuk di sini adalah:

1. Working condition (kondisi kerja)

2. Interpersonal relation (hubungan antar pribadi)

3. Company policy and administration (kebijaksanaan perusahaan dan pelaksanaannya)

4. Job security (perasaan aman dalam bekerja), pay (gaji), status

(Jabatan)

5. Supervision technical (teknik pengawasan)

Herzberg juga menyatakan bahwa motivator menyebabkan seseorang untuk bergerak dari kondisi tidak ada kepuasan menuju ke arah kepuasan. Sedangkan hygiene factors dapat menyebabkan seseorang yang berada dalam ketidakpuasan menuju kearah tidak ada ketidakpuasan.


(3)

Teori Motivasi Dua Faktor – Kelompok II 14 Hygiene factor dianggap sebagai sebuah landasan roket – ketika itu dihancurkan atau dikurangi, maka kita tidak akan termotivasi atau dalam keadaan biasa-biasa saja (no dissatisfaction).

Ketika seseorang berada dalam keadaan dissatisfaction dan demotivasi, diberikan hygiene factors sehingga dia berada dalam keadaan no dissatisfaction, tapi tidak termotivasi. Dan untuk mencapai

positive satisfaction dan motivation, maka perlu diberikan motivator factors.

3.3 Penerapan Teori Dua Faktor

Pada kondisi aktual, teori ini banyak digunakan oleh industri karena mendeskripsikan bagaimana keinginan individu dan pekerjaannya. Namun teori yang dikemukanan Herzberg ini menerima banyak kritikan dari pada ahli diantaranya :

1. Teori ini awalnya berdasar dari akuntan dan insinyur America. Apakah sampel yang digunakan dapat diperanggungjawabkan ?


(4)

Teori Motivasi Dua Faktor – Kelompok II 15 2. Dalam lingkungan yang berbeda, mungkin sulit untuk mengidentifikasi

elemen sebagai faktor hygiene / motivator.

3. Prosedur yang digunakan oleh Herzberg dibatasi oleh metodologinya. Ketika segalanya berjalan dengan baik, individu cenderung memuji diri sendiri. Sebaliknya, ketika mereka menghadapi kegagalan mereka menyalahkan lingkungan ekstrinsik

Herzberg meyakini bahwa para manager harus memotivasi karyawan dengan mengadopsi pendekatan demokratis untuk memanajemen dan memperbaiki lingkungan dan isi dari pekerjaan yang spesifik. Beberapa metode yang mungkin dapat digunakan manager untuk mencapai hal tersebut adalah :

1. Job Enlargement, para pekerja diberikan variasi tugas yang lebih

tinggi yang mungkin membuat pekerjaan tersebut lebih menarik.

2. Job Enrichment melibatkan pekerja untuk diberikan cakupan

tantangatugas yang lebih luas, kompleks, menarik, dan meliputi suatu

unit yang lengkap. Herzberg berpendapat bahwa dengan melakukan tugas yang bervariasi tidak selalu mengakibatkan timbulnya motivasi. Tidak seperti memberi karyawan tugas-tugas tambahan dengan kesulitan yang sama (horizontally loading), vertically loading terdiri dari pemberian tanggung jawab yang lebih besar kepada para pekerja. 3. Job Rotation, memindahkan posisi kerja secara bergiliran dari satu

tempat ke tempat yang lain, dengan tujuan pemerataan kemampuan dan menghindarai kemonotonan


(5)

Teori Motivasi Dua Faktor – Kelompok II 16

BAB IV

KESIMPULAN

1. Two-factor theory dari Herzberg merupakan teori motivasi yang menaruh perhatian pada dua faktor yaitu hygiene factors (ekstrinsik) dan motivator factor (intrinsik)

2. Hygiene factor terkait dengan ketidakpuasan kerja, sementara proses yang lainnya adalah motivator factor yang dapat membawa satisfaction. 3. Meskipun mendapatkan kritik tetapi teori ini banyak diterapkan dalam

industri. Untuk mendeksripsikan bagaimana keinginan individu dari pekerjaannya.

4. Herzberg juga mempopulerkan job enrichment dalam penerapan teorinya

5. Hezberg tidak menjelaskan secara pasti batasan antara satisfaction -


(6)

Teori Motivasi Dua Faktor – Kelompok II 17

BAB V

DAFTAR PUSTAKA

- Stephen P Robbins –Timothy A Judge, 2007, Perilaku Organisasi, Salemba Empat, Jakarta

- A.A.Anwar Prabu Mangkunegara. 2005. Evaluasi Kinerja SDM. Refika Aditama. Bandung

- Herzberg, F. (1987). One More Time: How Do You Motivate Employees? Harvard Business Review

- Alim, M. B. (2009). Teori Herzberg dan Kepuasan Kerja Karyawan. Diambil dari http://www.psikologizone.com/teori-herzberg-dan-kepuasan-kerja-karyawan. Disadur pada 11-Nopember-2013.