KERAGAMAN PEMAKNAAN MURABAHAH Lies Ernawati
KERAGAMAN PEMAKNAAN MURABAHAH Lies Ernawati
liesernawati@rocketmail.com
STIE Widya Dharma Malang Unti Ludigdo Ari Kamayanti
Pasca Sarjana Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Brawijaya Malang
ABSTRACT
The aims of this study is understand the meaning of murabahah financing by the BMT practitioners and scholars through intensionalisme hermeneutics. Intensionalisme hermeneutics used by practitioners and scholars to analyse how cultural and historical aspect of practitioners and scholars will murabaha interpretation. There were two informants from BMT Managemen, three informants from BMT customers, and four informants from scholars. The result shows, that scholars perceive murabahah as sale of mutual trust. The managements BMT perceive murabahah as a fair sale credit, mutually beneficial and have social aims. The BMT customers perceive murabahah as sale with recurring payments, easy and also has social objectives.
Key words: Meaning, murabahah, intentionalist hermeneutics.
ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk memahami pemaknaan murabahah oleh praktisi pembiayaan murabahah pada BMT dan ulama melalui hermeneutika intensionalisme. Hermeneutika intensio- nalisme digunakan agar peneliti dapat memahami bagaimana aspek kultur dan historis praktisi dan ulama menginterpretasikan murabahah. Terdapat dua informan dari pihak manajemen BMT, tiga informan dari nasabah BMT dan empat informan dari ulama. Dari hasil wawancara dengan informan makna Murabahah yang diberikan ulama adalah jual beli amanah yang saling menguntungkan. Menurut manajemen BMT makna murabahah adalah jual beli kredit yang adil, saling meng- untungkan dan bertujuan sosial. Menurut nasabah BMT makna murabahah adalah jual beli kredit yang murah, mudah serta bertujuan sosial.
Kata Kunci: Pemaknaan, murabahah, hermeneutika intensionalis
PENDAHULUAN
Secara fundamental menurut Tri- Murabahah sebagai salah satu produk
yuwono (2011a) karakter lembaga keuangan lembaga keuangan syariah (LKS) sampai
konvensional dan LKS sangat berbeda. saat ini paling digemari.Tidak hanya oleh
Perbedaan tersebut menjadi ciri khas ma- pengelola LKS, tetapi juga masyarakat se-
sing-masing lembaga keuangan. Kehadiran bagai konsumen. Hal ini karenakan mura-
LKS merupakan jawaban dari kegelisahan bahah dianggap sebagai produk LKS yang
masyarakat terhadap riba yang melekat paling mudah transaksinya dan jelas ke
pada perbankan konvensional. Kehalalan untungannya. LKS merupakan bagian dari
akan riba dari sistem bunga (interest fee) aktivitas sistem keuangan yang memberi
inilah yang menjadi sorotan ulama. Bagai kontribusi bagi kepentingan masyarakat
manapun juga, bunga yang ada pada per- secara mediatif yang menghubungkan unit
bankan konvensional merupakan tambahan surplus dan unit defisit (Fauzi, 2011).
atas hutang (uang) dan hal ini dalam Islam
434 Ekuitas: Jurnal Ekonomi dan Keuangan – Volume 16, Nomor 4, Desember 2012: 433 - 456
dilarang, karena dianggap riba (Yulianti, 2007).
Beberapa sumber hukum yang me- larang adanya riba antara lain: Al-Qur’an Surat Al-Baqarah[2] ayat 275 sampai 281, yaitu melarang keras orang yang meng- ambil riba, dan menyatakan mereka dalam keadaan perang dengan Allah dan Rasul- Nya. Ayat tersebut juga menetapkan per- bedaan yang jelas antara perdagangan dan riba. Ayat tersebut juga memerintahkan kaum muslim untuk meninggalkan semua riba yang masih ada, memerintahkan me- reka untuk hanya mengambil jumlah pokok pinjaman saja, dan membebaskan jika pe- minjam mengalami kesulitan.
Pada tahun 1990, para ulama me- ngadakan lokakarya tentang bunga bank yang dilaksanakan di Bogor. Tujuan loka- karya ini adalahuntuk memunculkan bank Islam di Indonesia sebagai jawaban atas kegelisahan masyarakat tentang bunga bank. Simpulan dari lokakarya tersebut adalah bahwa sementara belum ada bank Islam, maka bunga bank masih dibolehkan atas dasar karena darurat (Luqman, 2008). Lebih lanjut Luqman (2008) yang mengutip KH. Hasan Basri menyatakan bahwa ada dua pandangan dalam Islam mengenai bunga bank, pertama, bunga bank adalah haram karena mengandung unsur tamba- han pembayaran (ziyadah) dan tanpa risiko (muqobil). Tambahan pembayaran tersebut disyaratkan dalam perjanjian dan dapat me- nimbulkan pemerasan; kedua, bunga bank dianggap halal karena adanya unsur suka rela antara dua pihak, tidak ada pemerasan, dan mempunyai fungsi untuk kepentingan umum. Namun demikian dalam lokakarya tersebut dengan keras dituntut adanya bank Islam.
Bank Islam merupakan lembaga keua ngan Islam yang harus berperan aktif dalam memberi manfaat sosial-ekonomi agar da- pat meningkatkan kesejahteraan masya- rakat (Ali, 2012). Selain itu dalam pelak- sanaan operasionalnya diwajibkan meng gunakan prinsip-prinsip syariah Islam. Prinsip syariah adalah aturan perjanjian
berdasarkan hukum Islam antara lembaga keuangan dengan pihak lain untuk me- nyimpan dana dan atau pembiayaan ke- giatan usaha, atau kegiatan lainnya sesuai dengan syariah (Luqman, 2008). Ketika bunga dilarang, Setiawan (2006) berpen- dapat bahwa dalam Islam mendorong para pemilik dana menjadi investor dengan menggunakan dasar pembiayaan secara Islami. Konsep investor ini merupakan pengganti konsep kreditur dalam kerangka perbankan konvensional.
Di Indonesia atas usul Majelis Ulama Indonesia (MUI) dan Ikatan Cendekiawan Muslim Indonesia ICMI serta tokoh-tokoh Islam lainnya, di bentuk bank syariah yang pertama tahun 1991 dengan nama Bank Muamalat Indonesia (BMI). Bank tersebut mulai beroperasi pada tahun 1992. Pada tahun 1992 setelah BMI berdiri, lahir Undang-undang No. 7 tahun 1992 tentang Perbankan. Namun BMI baru diresmikan pada tahun 1994 sebagai bank pertama yang ada di Indonesia yang pengelolaannya tidak berdasarkan bunga tetapi berdasarkan bagi hasil (Suparto, 2008). Berikutnya muncul kebijakan dual banking system yang diper- kuat dan diperjelas dengan Undang-undang No. 10 tahun 1998 tentang perubahan atas UU Perbankan (Luqman, 2008). Kehadiran Undang-undang tersebut, menarik perhati- an pihakperbankan konvensional untuk membuka unit usaha syariah. Dengan demikian perbankan syariah berkembang pesat dengan terbentuknya Bank Umum Syariah (BUS), Kantor Cabang Syariah (KCS), Unit Usaha Syariah (UUS), Bank Perkreditan Rakyat Syariah BPRS, Baitul Maal Wa Tamwil (BMT), dan Lembaga Keuangan Syariah (LKS) lainnya (Rahma- wati, 2007; Luqman, 2008; Kristiyanto, 2008).
Awalnya perkembangan LKS sebagai sistem alternatif di dalam perekonomian Indonesia diragukan oleh berbagai pihak (Luqman, 2008; Kholis, 2009). Kurangnya pemahaman masyarakat tentang LKS, me- munculkan anggapan bahwa LKS sama saja dengan lembaga keuangan konvensional,
Keragaman Pemaknaan Murabahah – Ernawati. Ludigdo, Kamayanti 435
dan justru “bunganya” lebih tinggi (Kholis, sehingga belum memiliki tingkat integrasi 2009). Meskipun demikian, masyarakat
yang tinggi dengan sistem keuangan global Islam yang memahami bahwa bunga bank
(Luqman, 2008).
konvensional adalah riba, lebih merasa Pengelolaan yang profesional berdasar nyaman dengan menggunakan jasa LKS,
kan prinsip syariah tentunya akan dapat sehingga LKS dapat terus tumbuh dan
membuat LKS memiliki kemampuan untuk berkembang. Pertumbuhan LKS telah
terus tumbuh dan berkembang. Menurut menembus 100 trilyun (Arsyianti dan Beik,
Ludigdo dan Dhanias (2011) terdapat dua 2010), akan tetapi pertumbuhan tersebut
hal yang patut diperhatikan LKS. Pertama, tidak diimbangi dengan sosialisasi dan
LKS perlu mendorong umat agar lebih aktif pengetahuan masyarakat tentang LKS
berperan serta dalam pertumbuhan dan (Fatahullah, 2008; Kristiyanto, 2008). Na-
perkembangan ekonomi demi kemajuan mun demikian kualitas yang dimiliki LKS
umat. Kedua, LKS juga harus perperan mampu memberi dorongan kepada pelang-
lebih giat dalam komitmen sosial yang gan untuk menjalin ikatan yang kuat pada
memiliki dampak kepada kehidupan yang LKS (Astuti, 2007). Bailtul Maal Wa Tamwil
lebih baik bagi manusia. (BMT) merupakan bagian dari LKS, dengan
Murabahah dari sisi historis menurut demikian selain melakukan pengumpulan
Marwal (2010) adalah sistem jual–beli yang dan penyaluran dana-dana non profit
dijiplak dari negara Persia (salah satu seperti zakat, infaq, dan shodaqah (Bailtul
negara adidaya disaat itu) oleh masyarakat Maal), juga melakukan transaksi keuangan
Arab Islam dalam aktivitas bisnis mereka sebagaimana LKS, yaitu pengumpulan dan
pada abad pertama hijriah. Sementara penyaluran dana komersial (Baitul Tamwil).
menurut Abdurrahman (2012) munculnya Dua kegiatan tersebut menjadi bagian yang
murabahah sebagai bagian dari produk LKS tidak terpisahkan dari BMT sebagai lem-
digagas oleh Dr. Sami Hamud dalam baga pendukung kegiatan ekonomi rakyat
disertasi doktoralnya tahun 1976 dengan dengan berlandaskan syariah (Anggadini,
judul Tathwîr al-A’mâl al-Mashrifiyah bimâ 2010).
Yattafiqu ma’a asy-Syarî’ah al-Islâmiyah , yang Pada tahun 1997 LKS mampu keluar
kemudian disebut murâbahah li al-âmir bi dari badai likuidasi bank ketika terjadi
asy-syirâ’ . Namun dalam praktiknya hanya krisis ekonomi. Kemudian pada tahun 2007
disebut murabahah saja. Faktanya murabahah terjadi krisis financial global akibat krisis sub
tersebut berbeda dengan murabahah yang prime mortage yang berdampak hebat pada
dijelaskan para fukaha yang memaknai lembaga keuangan konvensional yang ber-
murabahah dari asal kata al-Murabahahyang basis suku bunga, tetapi aman bagi LKS
diambil dari bahasa Arab ar-ribhu yang yang tidak berbasis suku bunga (Aisjah dan
berarti kelebihan dan tambahan (keun- Kusumawati, 2011). Terlepas dari dampak
tungan), adalah jual beli dengan modal yang muncul sebagai akibat adanya krisis,
ditambah keuntungan yang diketahui. lembaga keuangan yang beroperasi dengan
Murabahah yang digagas Hamud tersebut prinsip syariah telah mambuktikan pada
selanjutnya disebut sebagai murabahah dunia bahwa LKS mampu bertahan di
kontemporer.
tengah gejolak nilai tukar dan tingkat Dewan Syariah Nasional (DSN) Majelis suku bunga yang tinggi (Siregar, 2002).
Ulama Indonensia (MUI) melalui Keputu- International Monetary Fund (IMF) memper-
san DSN MUI No. 04/DSN-MUI/IV/2000 kirakan telah terjadi perlambatan pertumbu
tentang murabahah dijadikan sebagai dasar han ekonomi dunia dari 3,9% pada 2008
dibolehkannya murabahah menjadi produk menjadi 2,2% pada tahun 2009. Eskposur
LKS. Untuk mendukung transaksi mura- pembiayaan LKS masih lebih diarahkan
bahah pada LKS, DSAS pun mengeluarkan kepada aktivitas perekonomian domestik,
standar akuntansi untuk murabahah yang
436 Ekuitas: Jurnal Ekonomi dan Keuangan – Volume 16, Nomor 4, Desember 2012: 433 - 456
diatur dalam PSAK No. 102 tentang Al-Qur’an, bagaimanapun juga tidak Akuntansi Murabahah. Selanjutnya perlaku-
pernah secara langsung membicarakan an akuntansi untuk praktik murabahah me-
tentang murabahah, meski di sana ada ngacu pada PSAK tersebut.
sejumlah acuan tentang jual beli, laba, rugi, Perkembangan murabahah yang pesat
dan perdagangan. Demikian pula dalam menimbulkan dua pertanyaan: Apakah apli
hadist, tampaknya tidak ada hadist yang kasinya saat ini alami ataukah dipaksakan?
memiliki rujukan langsung kepada mura- Maksud aplikasi alami disini bahwa mura-
bahah (Rahmawaty, 2007). Marwal (2010) bahah diposisikan sebagai sifat asalnya dan
juga menyampaikan bahwa seiring per- dipraktikkan secara benar. Dan jika di-
kembangannya, murabahah akhirnya men- paksakan, hal tersebut menunjukkan bahwa
jadi sistem jual beli yang dilegitimasi oleh transaksi murabahah diimplementasikan ti-
para ulama klasik, bahkan keabsahannya dak sebagaimana mestinya. Ada beberapa
merujuk kepada konstitusi ulama (ijma’), hal yang menjadikan praktik murabahah
Imam Al-Kasani (dari ulama Hanafi) men- menjadi kurang syariah seperti yang di-
jelaskan bahwa sepanjang sejarah semenjak sampaikan Kusmiyati (2007), hal-hal yang
dipraktikan sistem murabahah dari generasi dinilai belum memenuhi persyaratan akad
ke generasi tidak ada segelintir komunitas murabahah terdiri dari: pertama, murabahah
muslim dan ulama yang mengingkari akan digunakan untuk tambahan modal; kedua,
keabsaha sistem jualbeli murabahah. Hal itu pembelian barang murabahah, dilakukan
dapat dijadikan rujukan sebagai bentuk dengan cara mewakilkan kepada anggota-
ijma’.Di samping itu ada banyak alasan nya.
sistem jual beli murabahah ini diterima oleh Ammar (2012)berpendapat bahwa im-
banyak kalangan.Syarat utama yang harus plementasi murabahah pada LKS dilakukan
diperhatikan pihak perbankan dalam meng- dengan berbagai alasan: Pertama, karena
gunakan produk murabahah adalah bahwa kepercayaan dan kejujuran yang belum bisa
prinsip-prinsip syariah untuk murabahah dilakukan. Kedua, adalah alasan menye-
harus tetap dijaga (Febrianty, 2009). lamatkan dana umat agar aman. Sementara
Menurut Tuasikal (2012) pada prinsip- menurut Usmani (2003) alasan LKS meng-
nya, dalam proses murabahah kerelaan gunakan murabahah adalah: pertama, mura-
kedua belah pihak merupakan unsur yang bahah adalah suatu mekanisme investasi
penting. Prinsip dasar pembiayaan mura- jangka pendek, dan dibandingkan dengan
bahah dijelaskan sebagai berikut: pertama, profit and loss sharing cukup memudahkan;
pembeli harus memiliki pengetahuan ten- kedua, mark-up dalam murabahah dapat
tang biaya-biaya terkait dan harga pokok ditetapkan sedemikian rupa sehingga me-
barang dan batas mark-up harus ditetapkan mastikan bahwa lembaga keuangan dapat
dalam bentuk persentase dari total harga memperoleh keuntungan yang sebanding
plus biaya-biayanya; kedua, apa yang dijual dengan keuntungan lembaga keuangan ber-
adalah barang atau komoditas dan dibayar basis bunga yang menjadi saingan lembaga
dengan uang; ketiga, apa yang diperjual- keuangan syariah; ketiga, murabahah men-
belikan harus ada dan dimiliki oleh penjual, jauhkan dari ketidakpastian yang ada pada
dan penjual harus mampu menyerahkan pendapatan bisnis-bisnis dengan sistem
barang itu kepada pembeli; keempat, ada profit and loss sharing; keempat, murabahah
akad jual beli (Muhammad, 2008). Yaya, tidak memungkinkan lembaga keuangan
et.al (2009:180) menyatakan bahwa dalam syariah untuk mencampuri manajemen
transaksi murabahah rukun yang harus bisnis, karena bukanlah mitra si nasabah,
dipenuhi meliputi transaktor, yaitu adanya sebab hubungan mereka dalam murabahah
pembeli (nasabah) dan penjual (bank syari- adalah hubungan hutang-piutang dagang.
ah), objek akad murabahah yang di dalam- nya terkandung barang dan harga, serta ijab
Keragaman Pemaknaan Murabahah – Ernawati. Ludigdo, Kamayanti 437
dan kabul berupa pernyataan kehendak Kontribusi teoretis kedua bagi kalangan masing-masing pihak baik dalam bentuk
akad emisi maupun bagi peneliti adalah ucapan maupun perbuatan.
pemahaman bahwa pemaknaan murabahah Beberapa prinsip murabahah tersebut
sangat terkait dengan latar belakang historis mengindikasikan adanya pemaknaan mura-
dan kultur informan.
bahah yang beragam, meskipun sebenarnya Secara praktis penelitian ini diharap- inti dari makna murabahah adalah sama.
kan dapat memberikan gambaran penting- Perubahan makna terjadi ketika murabahah
nya pemahaman murabahah bagi SDM BMT masuk dalam LKS, yaitu dari jual beli
dalam rangka mencapai murabahah yang menjadi pembiyaan (Ernawati dan Ludigdo,
lebih syariah. Tingkat pemahaman sangat 2012). Nelwan (2010) menunjukkan bahwa
dipengaruhi oleh latar belakang SDM, oleh terdapat perbedaan pemaknaan antara pi-
karena itu dapat menjadi pertimbangan hak bank syariah yang menganggap mura-
dalam proses rekruitmen. Kontribusi prak- bahah adalah jasa pembiayaan atau finan-
tis kedua diharapkan berguna bagi masya cing dengan Ditjen Pajak yang meng-
rakat pengguna jasa lembaga keuangan anggap murabahah merupakan transaksi
syariah. Penelitian ini diharapkan dapat jual-beli antara bank dengan nasabah, yang
dijadikan sebagai pembelajaran bagi masya- adalah obyek PPN, dengan hasil penelitian-
rakat ketika akan melakukan transaksi nya bahwa murabahah dimaknai sebagai
murabahah dengan LKS. Kontribusi praktis bentuk jual beli menurut hukum Islam.
ketiga diharapkan hasil penelitian ini ber- Karena itu transaksi murabahah masuk
manfaat bagi DSN MUI dan DPS, terutama menjadi obyek yang dikenakan PPN. Na-
dapat dijadikan sebagai masukan dalam mun dalam praktiknya terjadi perubahan
mengevaluasi praktik murabahahLKS. oleh berbagai pihak, sehingga murabahah tampak semata-mata hanya perjanjian pem-
METODE PENELITIAN
biayaan. Pengenaan PPN adalah pada nilai Suyanto dan Sutinah (2005: 167) me- tambahnya saja, dan method tax credit
nyatakan bahwa penelitian kualitatif meng- membuat tidak menimbulkan pajak ber-
hasilkan data deskriptif mengenai kata-kata ganda (non kumulasi).
lisan maupun tertulis, dan tingkah laku Adanya perubahan dan keragaman
yang diamati dari orang-orang yang diteliti. pemaknaan murabahah dari makna awal
Ludigdo (2007:67) menyatakan bahwa para- kemudian masuk menjadi produk LKS,
digma interpretif yang lebih bersifat status menjadi motivasi yang mendorong dilaku-
quo, menekankan bahwa penelitian pada kannya penelitian ini. Dengan demikian
dasarnya dilakukan untuk memahami rea- permasalahan yang ingin dijawab dalam
litas dunia apa adanya. Paradigma interpetif penelitian ini adalah bagaimanakah pe-
merupakan kontribusi penting dari tradisi maknaan terhadap murabahah oleh praktisi
idealis para pemikir Jerman, sebut saja pembiayaan murabahah pada BMT dan
diantaranya Kant, Hegel, Dilthey, Weber, ulama? Berdasarkan permasalahan yang
Husserl, Heidegger, Gadamer, Habermas ada, maka penelitian ini bertujuan untuk
dan Schutz (Djamhuri, 2011). menemukan berbagai makna murabahah dari
Penelitian ini merupakan penelitian praktisi pembiayaan murabahah (manajemen
dengan pendekatan kualitatif dengan meng- dan nasabah) pada BMT dan ulama.
gunakan alat analisis hermeneutikaintensio- Hasil penelitian ini diharapkan dapat
nalisme. Hermeneutika menurut Setiawan memberikan kontribusi baik secara teoretis
(2011) menitikberatkan pada inter pretasi maupun secara praktis. Kontribusi teoretis
dan pemahaman produk pemikiran manu- dalam penelitian ini adalah pemaknaan
sia tentang dunia sosial dan budaya. murabahah yang terkonstruk dari praksis,
Melalui wawancara dan teks yang menjadi yaitu pertautan antara teori dan praktik.
acuan dalam penelitian ini, peneliti ingin
438 Ekuitas: Jurnal Ekonomi dan Keuangan – Volume 16, Nomor 4, Desember 2012: 433 - 456
berupaya menafsirkan maksud yang ter- kandung dalam setiap ucapan, ekspresi serta bahasa yang digunakan oleh pemberi informasi. Penafsiran ini pada akhirnya akan memberi sebuah pemahaman.
Kamayanti (2008) menyatakan bahwa hermeneutik atau hermeneutics diambil dari kata Hermes. Hermes adalah dewa dalam mitologi Yunani yaitu anak dari Dewa Zeus, yang bertugas sebagai utusan para dewa untuk menjelaskan pesan-pesan mereka. Awalnya hermeneutik digunakan untuk menentukan makna kesusasteraan Yunani, dengan pemikiran bahwa dalam perkataan manusia ada inspirasi Tuhan. Sehingga dapat dikatakan bahwa hermeneutik adalah refleksi pandangan hidup. Lebih lanjut Kamayanti (2008) menyatakan bahwa pada tataran ini hermeneutik merupakan pemak- naan mitologi, khususnya mitologi Yunani.
Kristen memerlukan hermeneutik un- tuk mencari nilai kebenaran Bible (Groun- din, 2009: 46). Hal ini menurut Kamayanti (2008) disebabkan karenamereka memiliki masalah dengan teks-teks yang ada pada kitab sucinya. Mereka mempertanyakan apakah Bible adalah kalam Tuhan atau perkataan manusia. Maka diperlukan me- tode interpretasi dan hermeneutika untuk dapat memberi jawaban. Inilah perubahan fase hermeneutik dari fase mitologi ke fase teologi. Dalam hal ini Abdurrahman (2012) juga menyatakan bahwa asalnya, istilah Hermeneutika digunakan dalam bidang studi yang berkaitan dengan pengemba- ngan metode dan aturan yang dapat me- mandu penafsiran kitab Injil. Selama tahun- tahun pertama abad ke sembilan belas, Her- meneutika menjadi Hermeneutika Umum oleh filsuf dan teolog Protestan, Friedrich Schleiermacher. Schleiermacher telah ber- hasil menyulap Hermeneutika menjadi bi- dang kajian kefilsafatan, dengan meng- angkatnya dari kajian yang secara spesifik hanya membahas bidang yang berkaitan dengan agama menjadi kajian yang mem- punyai perhatian lebih tinggi terhadap filsafat umum tentang bahasa dan upaya pemahamannya.
Hermeneutika intensionalisme atau di- sebut juga hermeneutika romantisis, me- nurut Maulidin (2003:10) diusung oleh Friedrich Ernst Daniel Schleiermacher yang lahir 21 Nopember 1768 di Breslau Jerman. Schleiermacher hadir sebagai sosok pemikir yang memiliki suatu keyakinan kuat akan kekuasaan nalar manusia dan pelacakan yang paten untuk menyingkap kebenaran dalam setiap bidang. Schleiermacher meng- identifikasi interpretasi dengan kategori pemahamandan mendefinisi pemahaman sebagai pemahaman maksud pembicara dari sudut pandang arah semula dari situasi asli pada wacana (Recoeur, 2012: 58). Hermeneutika sebagaimana disampaikan Groundin (2007:17) secara tradisional di- pahami sebagai teori interpretasi (hermeneu ein). Hermeneutika memiliki ciri khas orientasi pada historis.
Pendapat Schleiermacher yang dikutip Ricoeur (2012: 58) menyatakan bahwa untuk mencapai pemaknaan digunakan empati psikologis yaitu peneliti harus masuk ke dalam isi teks sampai mengalami kembali pengalaman-pengalaman pengarangnya.
Maulidin (2003:12) menyatakan, bah- wa untuk sampai kepada kemampuan penafsiran seperti yang diangankan Schleier macher, seorang penafsir atau pembaca harus mampu memadukan aspek praktis dan teoretis dalam kerja-kerja hermeneu- tisnya. Metodologi gandanya ini merefleksi dua lapisan hermeneutika yang berbeda. Pertama, merupakan seperangkat alat filo- sofis dan eksegetis yang disebutnya sebagai rekonstruksi gramatikal, historis, dan kom- paratif, yang tidak lain adalah kerja her- meneutika pada lapisan praksis.
Sementara menurut Purnamasari dan Triyuwono (2010), upaya mencari makna memang selalu diikuti oleh upaya penaf- siran yang memiliki tujuan untuk mendapat pemahaman. Secara ringkas, model kerja hermeneutika Schleiermacher meliputi dua hal. Pertama, pemahaman teks dilakukan melalui penguasaan terhadap aturan-aturan sintaksis bahasa pengarang, sehingga peng- gunaan pendekatan linguistikoleh penafsir
Keragaman Pemaknaan Murabahah – Ernawati. Ludigdo, Kamayanti 439
menjadi suatu keharusan. Kedua, penangka lakukan pada langkah kedua. Untuk lebih pan muatan emosional dan batiniah pe-
mudahnya pemaknaan murabahah dapat ngarang secara intuitif dengan menempat
dilihat pada gambar 1.
kan diri penafsir ke dalam dunia batin Dari gambar 1, dapat dilihat langkah pengarang teks. Langkah ini diperlukan
hermeneutikaintensionalisme. “Teks”, yang untuk memandu langkah pertama agar
dalam konteks penelitian ini, diproksikan panafsiran tidak melenceng jauh dari mak-
dengan informasi dari informan. Penafsir na yang dikehendaki pengarang teks (Sari,
harus melihat dan mendalami konteks 2010).
historis maupun kultural dalam “teks”. Dalam metode tafsir hermeneutika,
Kultur atau budaya disini sering kali ber- untuk mengetahui makna sebuah ungka-
sumber dari budaya suatu bangsa dan pan, kita harus menempatkannya ke dalam
agama, namun umumnya juga budaya konteks yang lebih luas. Untuk memahami
sangat dipengaruhi oleh nilai yang dianut konteks yang lebih luas itu sebaliknya harus
organisasi serta dipengaruhi pula oleh peri- dipahami dahulu ungkapan-ungkapan khu-
laku pemimpinnya (Sopiah, 2008). Pada sus yang menyusunnya. Artinya, secara
penelitian ini konteks kultur dan historis umum dapat dikatakan bahwa untuk me-
informan terdiri atas dua sudut pandang, mahami bagian-bagian kita perlu memiliki
pertama, dari sudut pandang praktisi BMT pemahaman tentang totalitas, dan totalitas
dan kedua dari sudut pandang ulama. dipahami melalui pemahaman atas bagian- bagiannya. Struktur melingkar penafsiran
Situs dan Informan
ini disebut Hermeneutic Circle (Kamayanti, Situs pada penelitian ini adalah BMT di 2008).
Kab. Malang. Pemilihan pada situs ini Lingkaran hermeneutis ini adalah sua-
berdasarkan hasil survey pra penelitian, tu problem besar. Jika interpretasi itu
bahwaterdapat praktik murabahah yang di sendiri berdasarkan suatu interpretasi juga,
sinyalir masih kurang syariah. Dalam pene- maka lingkaran interpretasi tidak dapat
litian kualitatif, kehadiran informan men- dielakkan. Akibatnya pemahaman sesorang
jadi sangat penting. Tanpa ada informan akan teks-teks dan kasus-kasus sejarah
yang memiliki informasi-informasi menda- tidak akan pernah sampai, karena apabila
lam yang dapat digali oleh peneliti, maka seseorang dapat memahami konteksnya,
sebuah penelitian kualitatif juga tidak dapat maka konteks sejarah adalah interpretasi
terjadi. Informan dalam penelitian ini ada juga.
sembilan orang, empat orang dari ula- Dalam penelitian kualitatif, proses
ma,dua orang dari manajemen BMT,dan analisis tidak harus dilakukan menunggu
tiga orang dari nasabah BMT. selesainya proses pengumpulan data
Dengan pertimbangan kondisi, maka (Ludigdo, 2007:108). Maka, secara siste-
dipilihnya sembilan informan tersebut di matis, proses analisis data ini akan di-
rasa mampu untuk memberi informasi lakukan melalui tiga langkah. Pertama,
mendalam dan sesuai dengan konteks pene- peneliti akan mereduksi data. Kedua,
litian. Informan yang pertama dari sudut peneliti akan melakukan analisis herme-
pandang ulama adalah AZ. Selain Dosen neutika dengan cara menafsirkan teks,
beliau juga aktif di beberapa lembaga bahasa, ekspresi para informan beserta
dakwah Islam. AZ juga banyak membuat konteks kultur dan historisnya, menjadi
tulisan tentang muamalah syariah. Infor- sebuah kesatuan dan dapat menghasilkan
man kedua dari ulama adalah MS. makna.
Beliau pemilik Pondok Pesantren yang Ketiga, peneliti akan menarik simpulan
sering memberi tauziah tentang muamalah penelitian. Kesimpulan ini merupakan
tidak hanya di masyarakat sekitar pondok, interpretasi dari hasil analisis yang di-
440 Ekuitas: Jurnal Ekonomi dan Keuangan – Volume 16, Nomor 4, Desember 2012: 433 - 456
Penafsir
Herme Konteks Historis
Informan
Konteks Neu
Kultural tika In ten Sio na lis me
Praktisi
Teks Murabahah
Praksis makna
Al Qur’an murabahah
Pemaknaan teks
Proses refleksi
Hadist Pagar Hermen eutic cir
cle Konteks Historis
Teks Murabahah
Gambar 1. Proses Hermeneutika Intensionalisme Terarah
Sumber: Maulidin (2003:7) dimodifikasi
tetapi juga dibeberapa perguruan tinggi dikan pondok pesantren, dan menempuh baik negeri maupun swasta. Informan ke
S1 jurusan pendidikan agama Islam, yang tiga adalah ZN. Putra dari MS ini selain
kemudian mendapat kepercayaan untuk aktif berdakwah, juga memahami bagai-
mengembang kan BMT. Dari sudut pan- mana bermualah secara syariah. Pema-
dang nasabah murabahah BMT, Informan haman tentang bermuamalah secara
pertama adalah ZM, beliau adalah salah syariah pada LKS diperoleh dari pondok
satu staf di koppontren dan juga maha- pesantren tempatnya menimba penge-
siswa semester akhir jurusan akuntansi tahuan agama yang juga memiliki LKS.
pada PTS di Malang, dengan demikian Informan keempat, adalah RZ. Beliau
kehidupan pondok tidak asing baginya. adalah salah seorang ustad, kepala se-
Informan kedua adalah IA. Beliau me- kolah SMA Islam di bawah naungan
rupakan pemilik bimbingan belajar untuk pondok, ketua pengurus pondok, dan
anak SD dan juga seorang ibu dari 2 beliau juga sarjana akuntansi.
orang putri. Meskipun tidak pernah me- Sementara dari sudut pandang mana
rasakan kehidupan pondok dan tidak jemen BMT, informan pada penelitian ini
pernah menempuh pendidikan di madra- adalah RF, pemilik ide pendirian BMT
sah, tapi beliau lebih suka bekerja sama pada Pondok. Beliau juga salah satu
dengan BMT. Informan ketiga adalah SP. pendiri dari organisasi Al Kamil di Jawa
Seorang tukang bangunan yang pernah Timur. Informan ke dua adalah WA.
mondok ini juga berakad dengan BMT. Beliau memiliki latar belakang pendi-
Keragaman Pemaknaan Murabahah – Ernawati. Ludigdo, Kamayanti 441
MENELISIK MURABAHAH MURNI
beradaan murabahah sesuai makna aslinya
SYARIAH BAGI LEMBAGA KEUANGAN
merupakan bagian dari dakwah serta ajakan
SYARIAH
untuk semua manusia khususnya umat Lathif (2012) menjelaskan bahwa me-
Islam agar lebih memperhatikan kejujuran. nurut istilah, para ulama fiqih mendefinisi
Akan lebih baik lagi jika murabahah di- murabahah sebagai berikut: pertama menu-
praktikkan dalam transaksi jual beli secara rut Burhanuddin al Marghinani dari madz-
umum. Selanjutnya murabahah ini dijadikan hab Hanafi, murabahah adalah memin-
sebagai bagian dari produk lembaga dahkan sesuatu (harta) yang dimiliki dari
keuangan syariah.
hasil akad (jual beli) yang pertama dengan Telah ada konsensus yang kuat di harga pembelian (al tsaman al awwal) pada
antara para ulama bahwa operasi lembaga akad yang pertama disertai dengan peng-
keuangan syariah harus berdasarkan sistem ambilan tambahan keuntungan. Kedua
bebas bunga. Gharar dapat didefinisikan menurut Ibnu Rusdy dari madzab Maliki
sebagai suatu situasi di mana para pihak mendefinisi murabahah adalah jual beli yang
yang berkontrak tidak menguasai informasi terjadi apabila penjual menyebutkan kepada
tentang subyek kontrak mereka. Oleh pembeli harga awal pembelian (al tsaman al
karena itu tipe-tipe future contracts di mana awwal ) barang dan mensyaratkan adanya
satu pihak ternyata tidak menunjukkan keuntungan baik dalam bentuk dinar
penguasaan terhadap komoditi yang di- ataupun dirham. Ketiga menurut Imama
transaksikan, apalagi dengan tanpa penye- Mawardi dari madzhab Syafii memberi
rahan barang (non delivery trading contract), makna murabahah dalam bentuk ilustrasi
adalah tidak sah. Namun demikian, pihak sebagai berikut: jual beli murabahah adalah
yang dikenal sebagai produsen suatu apabila seorang berkata “Aku jual baju ini
barang boleh melakukan transaksi pesanan kepadamu secara murabahah, dari harga beli
melalui bay’al salam yaitu transaksi spot sebesar seratus dirham, saya mengambil
dengan penyerahan barang kemudian. keuntungan pada setiap sepuluh dirham
Dalam kerangka itulah Dewan Syariah ber- sebesar satu dirham”. Keempat menurut
fungsi untuk memberi advis kepada lem- Ibnu Qudamah al Maqdisi dari madzab
baga keuangan syariah guna memastikan Hambali, memaknai murabahah dengan
bahwa lembaga keuangan syariah dalam singkat dan padat yaitu jual beli dengan
operasionalnya tidak terlibat dalam kontrak harga modal ditambah keuntungan ter-
yang mengandung unsur-unsur yang tidak tentu.
disetujui oleh Islam (Yulianti, 2007). Beberapa pemaknaan terhadap mura-
Lathif (2012) berpendapat bahwa da- bahah tersebut merupakan penjelasan ten-
lam praktik murabahah pada lembaga keu- tang murabahah dalam literatur klasik, di
angan syariah tidak ada keseragaman mo- mana barang obyek murabahah tersedia dan
del. Terdapat banyak faktor yang melatar- dimiliki penjual pada waktu negosiasi.
belakangi hal tersebut. Beberapa tipe pene- Kemudian ia menjual barang tersebut ke-
rapan murabahah dalam praktik lembaga pada pembeli dengan menjelaskan harga
keuangan syariah kesemuanya dapat dibagi beli dan keuntungan yang akan diperoleh.
menjadi tiga kategori besar, yaitu: Mura- Karena itu dapat dikatakan praktik tersebut
bahah tipe pertama, pada tipe ini praktik adalah transaksi jual beli biasa. Kelebi-
murabahah yang dijalankan konsisten terha- hannya terletak pada pengetahuan pembeli
dap fiqh muamalah, di mana lembaga tentang harga beliawal sehingga menuntut
keuangan membeli dahulu barang yang kejujuran dari penjual dalam menjelaskan
akan dibeli oleh nasabah setelah ada per- harga awal yang sebenarnya.
janjian sebelumnya. Setelah barang dibeli Jika lebih dicermati lagi sebenarnya
atas nama bank, barang tersebut kemudian meskipun merupakan hasil ijtihad, ke-
dijual ke nasabah dengan harga perolehan
442 Ekuitas: Jurnal Ekonomi dan Keuangan – Volume 16, Nomor 4, Desember 2012: 433 - 456
ditambah margin keuntungan sesuai kese- beli murabahah harus dilakukan setelah pakatan LKS dan nasabah. Pembelian dapat
barang secara prinsip menjadi miliki bank. dilakukan secara tunai atau tangguh, baik
Murabahah tipe ketiga, merupakan mura berupa angsuran atau sekaligus pada waktu
bahah LKS.Lembaga keuangan syariah me- tertentu. Pada umumnya nasabah mem-
lakukan perjanjian murabahah dengan nasa- bayar secara tangguh.
bah, pada saat yang sama LKS mewakilkan Murabahah tipe kedua mirip dengan
(akadwakalah) kepada nasabah untuk mem- tipe pertama, tetapi terdapat perpindahan
beli sendiri barang yang dibutuhkan. Beri- kepemilikan langsung dari supplier kepada
kutnya dana tersebut di kredit ke rekening nasabah, untuk pembayarannya dilakukan
nasabah dan nasabah menandatangani LKS langsung kepada penjual pertama/
tanda terima uang. Tanda terima uang ini supplier . Nasabah selaku pembeli akhir akan
menjadi dasar bagi pihak LKS untuk menerima barang setelah sebelumnya me-
menghindari klaim bahwa nasabah tidak lakukan perjanjian murabahah dengan LKS.
berhutang kepada lembaga keuangan syari- Pembelian oleh nasabah dapat dilakukan
ah karena tidak menerima uang sebagai secara tunai atau tangguh baik berupa ang-
sarana pinjaman. Tipe ketiga ini menyalahi suran atau sekaligus pada waktu tertentu.
ketentuan syariah jika LKS mewakilkan Pada umumnya nasabah membayar secara
kepada nasabah untuk membeli barang dari tangguh. Transaksi ini lebih dekat dengan
pihak ketiga, sementara akad jual beli murabahah yang asli, tetapi rawan dengan
murabahah telah dilakukan sebelum barang masalah legal. Menurut Lathif (2012) dalam
secara prinsip menjadi milik LKS. beberapa kasus ditemukan adanya klaim nasabah bahwa mereka tidak berhutang
MURABAHAHMENURUT ULAMA
kepada bank, tetapi kepada pihak ketiga
Konteks Kultur dan Historis Informan
yang mengirimkan barang, meskipun nasa- Murabahah yang murni syariah saat ini bah sudah menandatangani perjanjian mura
masih terus diupayakan. Meskipun sudah bahah dengan lembaga keuangan syariah.
dijelaskan pada halaman sebelumnya ten- Perjanjian ini kurang memiliki kekuatan
tang murabahah yang murni syariah secara hukum karena tidak ada tanda bukti bahwa
teoretis adalah menurut DSN MUI. Namun nasabah menerima uang dari bank sebagai
demikian, pada penelitian kali ini peneliti bukti pinjaman atau hutang. Untuk meng-
ingin menggali makna murabahah dari sudut hindari kejadian seperti itu, maka ketika
pandang ulamadi luar koridor MUI. Ada lembaga keuangan syariah dan nasabah
tiga ulama yang dijadikan informan. Per- telah menyetujui untuk melakukan tran-
tama adalah AZ. Beliau adalah seorang saksi murabahah, maka bank akan men-
dosen pada salah satu perguruan tinggi transfer untuk membayar barang ke reke-
Islam di Jakarta. Sarjana Jurusan Peradilan ning nasabah (numpang lewat) kemudian di
Agama Fakultas Syariah ini juga menem- debet dengan persetujuan nasabah untuk
puh strata dua jurusan Syariah pada tahun ditransfer ke rekening supplier. Dengan cara
seperti ini maka ada bukti bahwa dana Tahun 2008 AZ menempuh strata dua pernah di transfer ke rekening nasabah.
lagi untuk jurusan hukum ekonomi dan saat Namun demikian, dari perspektif syariah
ini beliau sedang menempuh strata tiganya model murabahah seperti ini tetap saja ber-
dengan jurusan syariah. Selain background peluang melanggar ketentuan syariah jika
pendidikan yang notabene adalah syariah, pihak lembaga keuangan sebagai pembeli
AZ juga merupakan sekretaris dari Him- pertama tidak pernah menerima barang atas
punan Ilmuwan dan Sarjana Syariah Indo- namanya, tetapi langsung atas nama nasa-
nesia (HISSI). Beliau juga sebagai pengurus bah. Karena dalam prinsip syariah akad jual
Komite Bidang Advokasi, Penelitian, dan Pengembangan Hukum Syariah Masyarakat
Keragaman Pemaknaan Murabahah – Ernawati. Ludigdo, Kamayanti 443
Ekonomi Syariah (MES), Pengurus Depar- berdakwah di daerah sekitar pondok dan temen Hukum Muamalah Maliyah Ikatan
daerah asalnya.
Ahli Ekonomi Islam (IAEI) Pusat, Ketua 1 Keempat informan tersebut dinilai cu- Ikatan Ahli Ekonomi Islam, Dewan Penga-
kup memberi gambaran yang berbeda an- was Syariah dibeberapa lembaga keuangan
tara latar belakang kehidupan, tempat be- syariah di Jakarta.
kerja maupun pengalaman dalam dakwah Selain itu AZ juga menulis buku-buku
mereka. Dengan perbedaan tempat tinggal, fiqh muamalat , filsafat hukum Islam, serta
tuntutan kehidupan juga akan berbeda. menulis standarisasi kompetensi hakim
Disadari ataupun tidak tuntutan kehidupan pengadilan agama dalam menyelesaikan
akan mengendalikan usaha manusia untuk dispute di lembaga bisnis syariah. Masih
pemenuhannya.Keempat informan dari ula- segudang pengalaman, tulisan jurnal dan
ma tersebut dirasa mampu untuk mem- artikel beliau tentang syariah. Berdasarkan
berikan perbedaan pemaknaan. beberapa hal tersebut peneliti merasa AZ memenuhi persyaratan untuk dijadikan
Pemaknaan Murabahah oleh Ulama
informan dari sudut pandang ulama. Peng-
Berdasarkan Hermeneutika
galian data dari AZ dilakukan melalui e-
Intensionalisme
mail . Berdasarkan pengalaman yang dimiliki Informan kedua adalah Putra dari Kyai
dan pemahaman yang dimiliki terhadap pemilik Pondok Pesantren yaitu ZN. Alum-
lembaga keuangan syariah baik secara nus Pondok Pesantren ini aktif mengikuti
teoritis maupun praktis khususnya untuk setiap kegiatan keagamaan di pondoknya
produk murabahah, berikut pendapat AZ dan juga di masyarakat sekitar. Sosok yang
dalam memaknai murabahah: kritis dan tegas ini juga ustad yang me-
Murabahah adalah salah satu model jual beli
ngajar di pondoknya juga masyarakat se-
amanah (transparan), di mana pihak pem-
kitar pondok. Selain ZN, MS ayah kandung-
beli mengetahui secara jelas berapa keuntu- ngan (margin) yang diambil penjual, atau
nya juga aktif berdakwah di beberapa kota
penjual (wajib) transparan dengan biaya
di Indonesia. MS sering diundang oleh
modal pembelian obyek jual beli.
beberapa perguruan tinggi untuk diminta Pendapat di atas memberi pemahaman berbagi ilmu agama. Keramahannya men-
bahwa jual beli murabahah adalah jual beli jadikan siapa saja tidak segan untuk me-
amanah. Pemaknaan terhadap murabahah nimba ilmu dari beliau. Kyai yang humoris
tersebut dapat peneliti kategorikan sebagai dan sederhana ini memiliki ribuan santri
murabahah yang murni syariah sebagaimana yang diasuh dalam pondok pesantrennya
pendapat DSN MUI dan para ulama klasik. melalui Madrasah Diniahnya. Berdasarkan
Sementara praktik yang ada saat ini beberapa hal tersebut MS dan ZN layak
menurut AZ adalah sebagai berikut: untuk dijadikan informan. Informan ke-
Praktik murabahah belum mencapai tingkat
empat adalah RZ.
paling ideal (KW1), tetapi masih KW 3
Profesi RZ adalah Kepala Sekolah
karena kondisi obyektif lapangan yang
SMA Islam di Malang. Beliau juga meru-
belum memungkinkan atau karena masih
pakan Ketua Pengurus Ponpes. Bapak yang
mempertimbangkan efisiensi untuk optimali
sasi laba pembawaannya kalem dan bersahaja ini . Pendapat tersebut dapat di persepsikan
sejak kecil sudah mengenal kehidupan pon- bahwa AZ paham sekali bagaimana harus- dok. Pendidikan pondok yang diperoleh nya murabahah yang benar-benar syariah. disempurnakannya dengan pemahaman ten Praktik murabahah pada lembaga keuangan tang pengetahuan umum. Karena meskipun syariah yang ada saat ini masih jauh dari mondok , RZ juga menempuh pendidikan murabahah yang ideal atau yang murni sampai sarjana. Kegiatan sehari-hari RZ syariah. Kualitas nomor tiga (KW 3) dari selain aktif di sekolah dan di pondok juga
444 Ekuitas: Jurnal Ekonomi dan Keuangan – Volume 16, Nomor 4, Desember 2012: 433 - 456
praktik murabahah ini sama dengan apa perlu dilakukan. Namun setelah didirikan yang beliau tulis bahwa tipe tiga praktik
bank Islam, tetapi praktik yang dilakukan murabahah menyalahi ketentuan syariah jika
tidak islami bagaimana, itulah yang menjadi bank mewakilkan kepada nasabah untuk
pekerjaan rumah para ulama khususnya membeli barang dari pihak ketiga, semen-
agar lebih aktif lagi memberikan pemaha- tara akad jual beli murabahah telah dilakukan
man kepada masyarakat tentang bermua- sebelum barang secara prinsip menjadi
malah yang lebihsyariah. Termasuk pada milik bank. Hal ini disebabkan antara lain
operasional lembaga keuangan syariah dan karena kondisi laparangan yang belum
produk-produk yang dimiliki. Terhadap memungkinkan untuk dilaksanakannya
murabahah berikut pendapat MS: murabahah yang murni syariah, selain itu
Murabahah itu ya jual beli, syarat jual beli
tujuan utama dari LKS yang masih pada
berarti barangnya harus kelihatan. Kalau
optimalisasi laba.
tidak ada barang belum tentu orang
Dengan analisis hermeneutikainten- pinjam uang untuk beli itu. Secara praktik memang MS tidak mema-
sionalisme, AZ yang berprofesi sebagai do- hami bagaimana murabahah pada lembaga sen sekaligus bagian dari Badan Pengawas keuangan syariah saat ini. Karena menurut Syariah bagi lembaga keuangan syariah dan beliau, salah satu budaya orang Madura segudang profesi lain terkait dengan bisnis adalah tidak suka bekerja sama dengan syariah memaknai murabahah berdasarkan bank. Karena menurutnya hampir semua makna asalnya yaitu sebagai jual beli bank dijalankan dengan riba. Namun ketika amanah. Namun secara praktis masih jauh merujuk ke hukum jual beli secara Islam dari makna asal. beliau mensyaratkan barang yang diper- Informan kedua dari sudut pandang jualbelikan harus ada. Pendapat ini sama ulama adalah MS. Pemilik dari pondok dengan apa yang ditulis oleh Lathif (2012) pesantren ini selain humoris juga men- yaitu yang disebut dengan murabahah tipe junjung tinggi kesederhanaan dalam pola satu (KW 1) yaitu praktik murabahah yang hidupnya. Pemilik Madrasah Diniyah ber- dijalankan konsisten terhadap fiqh mua- lantai lima ini sudah lama bergelut dengan malah, di mana lembaga keuangan membeli hukum-hukum Islam dan mengajarkan dahulu barang yang akan dibeli oleh na- ilmunya kepada anak dan santrinya. Ber- sabah setelah ada perjanjian sebelumnya. dasarkan hasil wawancara MS ternyata Setelah barang dibeli atas nama bank, tidak mau berhubungan dengan bank. barang tersebut kemudian dijual ke nasabah menurut- nya bank yang ada di Indonesia dengan harga perolehan ditambah margin tidak ada yang lepas dari riba. Sebagaimana keuntungan sesuai kesepakatan LKS dan pendapat yang dikemukakannya:
nasabah.
Beberapa bank sekarang ini di negara-
negara Islam paling banyak dikerjakan
Informan ketiga pada penelitian ini
dengan jalan riba. Bahkan bank tidak
adalah ZN. Putra dari MS ini sangat pri-
didirikan kecuali dengan jalan riba. Maka-
hatin dengan kondisi perbankan syariah
nya tidak boleh bekerja sama dengan bank
yang ada saat ini. Meskipun tidak be-
yang berjalan dengan riba kecuali dalam
kerjasama dengan pihak lembaga keuangan
syariah, ZN memahami bahwa praktik yang Ketika lembaga keuangan didirikan dengan
keadaan terpaksa.
ada masih kurang syariah. Berikut pendapat jalan riba tentu segala sesuatu yang di-
yang disampaikan:
kerjakan untuk kepentingan lembaga keua-
Akad apa saja kalau ada jalur manfaat dari
ngan juga mengandung riba. Produk-
salah satu pihak hukumnya haram. Kalau
produk yang dimiliki juga sarat riba. Oleh
ada istilah narik manfaat ada perjanjian,
karena itu pendirian lembaga keuangan
menarik manfaat dari satu orang yang
Islam dengan praktik yang murni syariah
berakad dan disebutkan dalam akad, itu ndak boleh. Tapi ketika setelah berakad terus
Keragaman Pemaknaan Murabahah – Ernawati. Ludigdo, Kamayanti 445
entah makan-makan dulu baru bicara
sifat yang menyer- tainya sebagai akad jual
tambahan ndak papa. Intinya akad tersebut
beli yaitu tidak merugikan dan tidak
dirugikan atau saling menguntungkan. Pendapat tersebut sangat mungkin bisa
harus ada jeda.
Informan keempat adalah RZ.Berikut dilakukan oleh lembaga keuangan syariah.
makna murabahah menurut beliau: Bahwa pengambilan keuntungan dari salah
Secara bahasa murabahah berasal dari kata
satu pihak dalam satu akad dan satu waktu
robahah kata dasarnya ro, ba, dan ha.
hukumnya haram. Untuk itu perlu ada ren-
Dalam bahasa Arab ribhun artinya ke-
tang waktu atau jeda yang pada akhirnya
untungan. Lha kalau kita alih bahasa kan
membolehkan akad tersebut dilakukan. Jeda
secara sharafnyayaitu murabahah berarti
yang dimaksud tidak harus makan-makan,
mengikuti wazan fa ala yufa ilu mufa’
namun bisa juga dengan aktivitas lain se- alatan itu bisa mengandung arti saling.
Sehingga robaha yurobihu mura bahatan
perti keluar ruangan sebentar atau mem-
artinya saling memberikan keuntungan.
bicarakan yang lain dulu baru kembali ke Makna murabahah yang disampaikan RZ akad . Satu hal yang menarik pada diri ZN
memiliki makna saling menguntungkan. adalah beliau menganjurkan kepekaan sese-
Menurut RZ fiqh itu pilihan, ada takaran orang terhadap bahasa yang digunakan.
yang lebih ringan ada yang lebih berat. Karena bahasa atau ucapan sangat ber-
Ketika orang itu mau berhati-hati maka pengaruh terhadap sah tidaknya suatu akad.
lebih baik mengikuti fiqih klasik. Lebih Ketika ditanya mengenai murabahah berikut
lanjut RZ berpendapat:
pendapat beliau: Kalau murabahah itu hasil ijtihad. Ijtihad Murabahah itu la dlolalah wa la dhiroh
itukan pendapat manusia,ketika nanti ada nggak ada yang dirugikan dan ndak ada
pendapat yangdianggap lebih relevan ya yang merugikan itu prinsip dari Rosul.
menggantikan pendapat sebelumnya. Kare- Kita harus ridlo. Jadi praktik yang ada
na pihak yang melakukan ijtihadkan bukan sekarang bukan murabahah.
orang sembara ngan. Orang yang banyak Dengan demikian menurut pendapat beliau
pengetahu- annya.
murabahah yang ada sekarang wajib di- rubah.
Sementara untuk akad jual beli sendiri
Berikut pendapat ZN tentang hal tersebut:
menurut RZ yang benar harus memenuhi
Menawi saget dirubah niku wajib dirubah (kalau bisa dirubah itu harus dirubah).
syarat hukum jual beli, yaitu ada penjual,
InsyaAllah nasabah berani koq masuk ke
ada pembeli, ada barang, dan ada akad jual
beli. Jika salah satu syarat tidak terpenuhi MS dan ZN merupakan ayah dan anak
bank syariah.
maka hukum jual beli tersebut batal. Hu- pemilik dan pengelola Ponpes ini memang
kum jual beli yang disampaikan RZ, ZN, enggan bekerja sama dengan bank. Namun