EFEKTIVITAS PEMBELAJARAN KOOPERATIF BERBANTUAN FLIPBOOK TERHADAP HASIL BELAJAR SISWA PADA MATERI VIRUS DI SMA

EFEKTIVITAS PEMBELAJARAN KOOPERATIF
BERBANTUAN FLIPBOOK TERHADAP
HASIL BELAJAR SISWA PADA
MATERI VIRUS DI SMA
Intan Lestari, Eka Ariyati, Reni Marlina
Program Studi Pendidikan Biologi FKIP UNTAN Pontianak
Email: intanlestari680@gmail.com
Abstrak: Penelitian ini bertujuan mengetahui efektivitas pembelajaran
kooperatif berbantuan flipbook terhadap hasil belajar siswa pada materi
virus di kelas X SMA Negeri 1 Salatiga Kabupaten Sambas. Bentuk
penelitian ini adalah Quasi Eksperiment dengan rancangan
Nonequivalent Control Group Design. Teknik pengambilan sampel
dalam penelitian ini adalah sampel jenuh. Sampel penelitian yaitu siswa
kelas XB sebagai kelas eksperimen dan siswa kelas XA sebagai kelas
kontrol. Berdasarkan hasil analisis data diperoleh rata-rata hasil belajar
siswa yang diajar dengan pembelajaran kooperatif berbantuan flipbook
sebesar 46,25, sedangkan kelas yang diajar dengan pembelajaran
konvensional sebesar 41,40. Hasil uji t pada α = 5% menunjukkan
perbedaan yang signifikan antara skor rata-rata hasil belajar siswa pada
kelas eksperimen dan kelas kontrol. Berdasarkan perhitungan effect size
diperoleh nilai 0,96 (kategori tinggi), artinya pembelajaran kooperatif

berbantuan flipbook efektif meningkatkan hasil belajar siswa pada materi
virus.
Kata Kunci: Efektivitas, Pembelajaran Kooperatif, Flipbook, Virus.
Abstract: This research aims to determine the effectiveness of
cooperative learning using flipbook toward student learning outcomes in
virus material to tenth grade students of SMA Negeri 1 Salatiga Sambas.
The form of this research was Quasi Experimen with Nonequivalent
Control Group Design. The sampling technique in this research is
saturated samples. The reseach sampling using XB grade students as an
experimental class and XA grade students as an control class. According
to the analysis of data obtained by the average of students outcomes
taught by cooperative learning using flipbook is 46,25, while classes
taught by conventional learning is 41,40. The result at α = 5% showed a
significant differences between the average score of students learning
outcomes in the experimental class and control class. according the value
of the effect size is 0,96 (including high category), which means that
cooperative learning using flipbook is effective to enhance student’s
learning outcome in virus material.
Keywords: Effectiveness, Cooperative Learning, Flipbook, Virus.


1
3

P

endidikan pada dasarnya tidak bisa dipisahkan dengan kehidupan manusia,
karena dengan pendidikan manusia dapat mengetahui dan mengembangkan
potensi yang ada pada dirinya. Undang-Undang No. 20 Tahun 2003 tentang
Sistem Pendidikan Nasional menyatakan bahwa pendidikan adalah usaha sadar
dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar
peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki
kekuatan spiritual, keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak
mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara
(Sagala, 2011: 3).
Belajar merupakan usaha yang dilakukan seseorang untuk mendapatkan
informasi dalam rangka membangun pengetahuan sehingga terjadi perubahan
pada siswa, baik perubahan pada tingkah laku, gaya bicara, serta sopan santun.
Dengan belajar, siswa dapat memperoleh pengalaman sehingga dapat memotivasi
dirinya sendiri untuk mempelajari serta memecahkan suatu permasalahan yang
baru. Menurut Slameto (2010: 2) belajar adalah suatu proses usaha yang

dilakukan seseorang untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru
secara keseluruhan, sebagai hasil pengamatannya sendiri dalam interaksi dengan
lingkungannya. Gagne (dalam Sagala, 2011: 17) mengemukakan bahwa belajar
adalah perubahan yang terjadi dalam kemampuan manusia yang terjadi setelah
belajar secara terus menerus, bukan hanya disebabkan oleh proses pertumbuhan
saja.
Berdasarkan hasil wawancara dengan guru Biologi di SMA Negeri 1
Salatiga pada tanggal 20 April 2015 diperoleh informasi bahwa metode yang
digunakan oleh guru adalah ceramah dan diskusi, tanpa bantuan media
pembelajaran. Buku pegangan yang digunakan oleh guru adalah buku paket dan
buku pegangan dari salah satu penerbit, sedangkan siswa hanya memegang buku
pegangan dari salah satu penerbit. Buku pegangan tersebut hanya memuat gambar
virus kompleks dan siklus reproduksi virus secara umum, namun tidak memuat
bentuk virus yang lain (oval, silinder dan polihedral) dan gambar virus yang
merugikan dan menguntungkan. Jika dalam materi yang disampaikan terdapat
gambar, maka dalam menjelaskan dibantu dengan gambar yang ada dalam buku
paket guru dengan cara memperlihatkan kepada siswa. Menurut guru, salah satu
materi yang dianggap sulit oleh siswa adalah materi virus, dimana hasil belajar
siswa pada materi ini tergolong rendah. Adapun kesulitan siswa terletak pada sub
materi perkembangbiakan virus dan peranan virus dalam kehidupan. Pada materi

virus, saat diberikan ulangan harian sebanyak 72% (18 orang) dari 25 orang tidak
tuntas dengan KKM 70.
Untuk mengatasi permasalahan di atas, dapat diterapkan pembelajaran
kooperatif berbantuan flipbook. Pembelajaran kooperatif pada dasarnya adalah
belajar bersama-sama yang memberikan kontribusi, saling menerima gagasan
serta menghargai kemampuan yang dimiliki oleh setiap anggota kelompok.
Pembelajaran kooperatif adalah semua jenis kerja kelompok termasuk bentukbentuk yang lebih dipimpin oleh guru atau diarahkan oleh guru (Suprijono, 2012:
54). Dalam pembelajaran kooperatif, siswa akan dibagi menjadi beberapa
kelompok yang beranggotakan 4-6 orang siswa yang akan bekerja sama untuk
menguasai materi yang disampaikan oleh guru. Menurut Rusman (2013: 202)

42

pembelajaran kooperatif (cooperative learning) merupakan bentuk pembelajaran
dengan cara siswa belajar dan bekerja dalam kelompok-kelompok kecil secara
kolaboratif yang anggotanya terdiri dari empat sampai enam orang dengan
struktur kelompok yang bersifat heterogen. Penerapan pembelajaran kooperatif di
kelas dapat meningkatkan minat dan motivasi siswa untuk belajar karena dalam
pembelajaran kooperatif siswa dituntuk untuk terlibat secara aktif. Suprijono
(2014: 61) mengemukakan bahwa model pembelajaran kooperatif dikembangkan

untuk mencapai hasil belajar berupa prestasi akademik, toleransi, menerima
keragaman dan pengembangan keterampilan sosial.
Roger dan David Johnson (dalam Suprijono, 2012: 58-61) mengatakan
bahwa untuk mencapai hasil yang maksimal, lima unsur dalam model
pembelajaran kooperatif harus diterapkan yaitu: (1) Positive interdependence
(saling ketergantungan positif). (2) Personal responsibility (tanggung jawab
perseorangan). (3) Face to face promotive interaction (interaksi promotif). (4)
Interpersonal skill (komunikasi antar anggota). (5) Group processing (pemrosesan
kelompok)
Media pembelajaran adalah sarana pendidikan yang dapat digunakan
sebagai perantara dalam proses pembelajaran untuk mempertinggi efektifitas dan
efisiensi dalam mencapai tujuan pembelajaran. Sadiman, Rahardjo, Haryono dan
Rahardjito (2010: 17-18) mengemukakan bahwa penggunaan media secara tepat
dan bervariasi dapat mengatasi sikap pasif anak didik, menimbulkan kegairahan
belajar, memungkinkan interaksi yang lebih langsung antara anak didik dengan
lingkungan dan kenyataan. Flipbook adalah lembaran kertas yang berisikan bahan
pelajaran yang tersusun rapi dan baik (Kustandi dan Sutjipto, 2011: 48). Flipbook
adalah lembaran-lembaran kertas menyerupai album atau kalender berukuran 21 x
28 cm yang disusun dalam urutan yang diikat pada bagian atasnya (Susilana dan
Riyana, 2009:87). Flipbook berisi gambar-gambar dan keterangan serta ringkasan

materi tentang ciri-ciri virus, perkembangbiakan virus, peran virus dalam
kehidupan manusia dan partisipasi remaja dalam pencegahan AIDS. Penggunaan
media ini adalah salah satu cara guru dalam menghemat waktunya untuk menulis
di papan tulis (Kustandi dan Sutjipto, 2011: 48).
Flipbook harus disesuaikan dengan jumlah dan jarak maksimum siswa serta
rencanakan tempat yang sesuai (di mana dan bagaimana media tersebut
ditempatkan) (Kustandi dan Sutjipto, 2011: 49). Sebagai salah satu media
pembelajaran flipbook memiliki beberapa kelebihan, diantaranya: (1) Mampu
menyajikan pesan pembelajaran secara ringkas dan praktis. (2) Dapat digunakan
di dalam ruangan atau luar ruangan. (3) Mudah dibawa kemana-mana (movable).
(4) Meningkatkan aktivitas belajar siswa (Susilana dan Riyana, 2009: 88-89).
Berdasarkan hasil penelitian Andri (2013: 8) disimpulkan persentase ketuntasan
hasil belajar kelas eksperimen dengan bantuan flipbook lebih tinggi dibandingkan
kelas kontrol. Persentase ketuntasan hasil belajar kelas eksperimen sebesar
87,88%, sedangkan persentase ketuntasan belajar siswa kelas kontrol sebesar
62,5%.
Berdasarkan uraian di atas, peneliti tertarik untuk melakukan penelitian
tentang efektivitas pembelajaran kooperatif berbantuan flipbook terhadap hasil

53


belajar siswa pada materi virus di kelas X SMA Negeri 1 Salatiga Kabupaten
Sambas.
METODE
Penelitian ini dilakukan dalam bentuk quasi experimental design.
Rancangan penelitian yang digunakan yaitu nonequivalent control group design
digambarkan sebagai berikut:
Tabel 1
Rancangan Penelitian
O1
X
O2
O3
O4
Keterangan:
O1 = Pre-test kelas eksperimen
O2 = Pre-test kelas kontrol
X
= Pembelajaran kooperatif berbantuan flipbook
O3 = Post-test kelas eksperimen

O4 = Post-test kelas kontrol
(Sugiyono, 2012: 116).
Populasi dalam penelitian ini adalah siswa kelas X SMA Negeri 1 Salatiga
Kabupaten Sambas tahun ajaran 2015/2016 yang terdiri dari dua kelas yaitu kelas
XA sebanyak 25 orang dan XB sebanyak 24 orang. Teknik pengambilan sampel
dalam penelitian ini adalah sampling jenuh. Menurut Sugiyono (2012: 124)
sampling jenuh adalah teknik penentuan sampel bila semua anggota populasi
digunakan sebagai sampel. Kelas yang digunakan sebagai kelas eksperimen yaitu
kelas XB sebanyak 24 orang dan kelas kontrol yaitu kelas XA sebanyak 25 orang.
Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini adalah tes tertulis berbentuk
essai sebanyak 10 soal. Pada penelitian ini instrumen penelitian divalidasi oleh
tiga orang validator yang terdiri dari dua dosen pendidikan biologi dan satu orang
guru pelajaran biologi SMA Negeri 1 Salatiga Kabupaten Sambas dengan hasil
valid dan layak digunakan. Untuk mengetahaui reliabilitas soal, instrumen
penelitian diuji cobakan pada siswa kelas XI SMA Negeri 1 Salatiga dengan
koefisien sebesar 0,56 (reliabilitas sedang).
Analisis data dimulai dengan uji Liliefors. Karena kedua data berdistribusi
normal, dilanjutkan dengan menghitug homogenitas varian. Karena varian pada
kedua kelas homogen dan jumlah sampel pada kelas eksperimen dan kelas kontrol
tidak sama, kemudian dilanjutkan dengan uji t polled varian. Untuk mengetahui

efektivitas pembelajaran kooperatif berbantuan flipbook terhadap hasil belajar
siswa pada materi virus digunakan rumus effect size.
Prosedur penelitian dalam penelitian inti terdiri dari 3 tahap, yaitu tahap
persiapan, tahap pelaksanaan, tahap akhir. Tahap persiapan: (1) Melakukan prariset di SMA Negeri 1 Salatiga Kabupaten Sambas yang meliputi wawancara
dengan guru Biologi Kelas X untuk mendapatkan informasi tentang metode yang
digunakan guru pada saat mengajar dan data hasil belajar siswa kelas X tahun
pelajaran 2014/2015. (2) Menyusun perangkat pembelajaran berupa Rencana
Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) dan Lembar Kerja Siswa (LKS). (3) Menyusun
instrumen penelitian berupa kisi-kisi soal pre-test dan post-test, soal pre-test dan

64

post-test, kunci jawaban dan pedoman penskoran. (4) Memvalidasi perangkat
pembelajaran dan instrumen penelitian. (5) Merevisi instrumen penelitian
berdasarkan hasil validasi. (6) Membuat media pembelajaran berupa flipbook. (7)
Memvalidasi media flipbook. (8) Merevisi flipbook berdasarkan hasil validasi. (9)
Melakukan uji coba soal tes. (10) Menganalisis hasil uji coba tes untuk
mengetahui reliabilitas instrumen penelitian. Tahap pelaksanaan: (1)
Memberikan soal pre-test di kelas XA dan XB untuk menentukan skor awal
siswa. (2) Menskor hasil pretest. (3) Membentuk kelompok pada kelas

eksperimen berdasarkan peringkat skor pre-test. (4) Menganalisis hasil pre-test
untuk mengetahui kemampuan awal siswa pada kelas eksperimen dan kelas
kontrol dengan uji Liliefors untuk melihat normalitas data tersebut. Karena data
berdistribusi normal, dilanjutkan dengan uji t. (5) Menentukan jadwal penelitian
untuk kelas eksperimen dan kelas kontrol sesuai dengan jadwal belajar biologi di
SMA Negeri 1 Salatiga Kabupaten Sambas. (6) Memberikan perlakuan pada kelas
eksperimen dengan menggunakan model kooperatif berbantuan flipbook dan
perlakuan pada kelas kontrol dengan menggunakan model konvensional yaitu
ceramah dan diskusi kelompok. (7) Memberikan soal post-test yang sama kepada
kelas eksperimen dan kelas kontrol. (8) Menganalisis data post-test dengan uji
Liliefors unruk melihat normalitas data tersebut. Karena data berdistribusi normal,
dilanjutkan dengan uji t. (9) Membuat kesimpulan hasil analisis tes. Tahap akhir:
Penulisan laporan hasil penelitian.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Hasil Penelitian
Hasil Belajar Siswa
Data hasil belajar siswa pada kelas eksperimen yang diajar dengan
pembelajaran kooperatif berbantuan flipbook dan kelas kontrol yang diajar dengan
pembelajaran konvensional diperoleh dari skor pre-test dan post-test. Analisis
data skor pre-test dan post-test siswa kelas eksperimen dan kelass kontrol dapat

dilihat pada tabel berikut:
Tabel 2
Analisis Data Hasil Pre-test dan Post-test Kelas Eksperimen dan Kelas
Kontrol
Pre-test
Post-test
Kelas
SD
SD
14,21
4,43
46,25
5,52
Eksperimen
13,12
6,10
41,40
5,08
Kontrol
Efektivitas Pembelajaran Kooperatif Berbantuan Flipbook Terhadap Hasil
Belajar Siswa
Efektivitas pembelajaran kooperatif berbantuan flipbook terhadap hasil
belajar siswa dihitung dengan menggunakan rumus effect size. Berdasarkan hasil
perhitungan diperoleh harga effect size sebesar 0,96. Hal ini menunjukkan kriteria
efektivitas pembelajaran kooperatif berbantuan flipbook terhadap hasil belajar
siswa pada materi virus di kelas X SMA Negeri 1 Salatiga Kabupaten Sambas

75

tergolong tinggi. Dengan kata lain, pembelajaran kooperatif berbantuan flipbook
terhadap hasil belajar siswa memberikan pengaruh yang positif terhadap hasil
belajar siswa. Harga effect size sebesar 0,96 dikonversikan ke dalam kurva normal
pada tabel O – Z, memiliki luas daerah 0,3315 atau memberikan kontribusi
sebesar 33,15%.
Pembahasan
Rata-rata skor post-test siswa kelas eksperimen lebih tinggi daripada kelas
kontrol. Persentase Ketuntasan hasil belajar siswa pada kelas eksperimen dan
kelas kontrol dapat dilihat pada tabel berikut.
Tabel 3
Persentase Ketuntasan Hasil Belajar Siswa Kelas Eksperimen dan Kelas
Kontrol
Hasil Belajar Siswa
Kelas
Tuntas Persentase (%)
Tidak Tuntas Persentase (%)
15
62,50
9
37,50
Eksperimen
10
40
15
60
Kontrol
Berdasarkan Tabel 4 dapat dilihat bahwa persentase ketuntasan hasil belajar
pada kelas eksperimen lebih tinggi dibandingkan kelas kontol. Jumlah siswa yang
tidak tuntas pada kelas eksperimen (9 orang) dan kelas kontrol (15) orang. Hal ini
disebabkan oleh jawaban siswa tidak optimal karena soal yang digunakan adalah
soal essai.
Saat mengerjakan soal post-test, ada beberapa jawaban siswa yang tidak
lengkap seperti pada soal nomor 7 yang meminta siswa untuk mengurutkan
gambar siklus litik yang disusun acak dan memberi keterangan gambar siklus litik
tersebut dan nomor 9 yang meminta siswa untuk mengurutkan gambar acak siklus
lisogenik dan memberi keterangan gambar siklus lisogenik. Hal ini menyebabkan
siswa tidak mendapat skor maksimal.
Dalam menjawab soal, banyak jawaban siswa yang kekurangan huruf
sehingga skor siswa dikurangi. Hal ini sesuai dengan pernyataan Siswanto (2006:
56) yang mengemukakan bahwa kemampuan menulis akan mempengaruhi skor
penilaian terhadap isi jawaban, kesalahan ejaan dan gramatik bisa mengurangi
skor pada isinya. Selain itu, banyaknya siswa yang tidak tuntas pada kelas
eksperimen dan kelas kontrol juga disebabkan oleh kondisi kelas yang kurang
mendukung, karena satu ruangan dibagi menjadi dua kelas. Hal ini menyebabkan
suara dari kelas sebelah terdengar jelas sehingga siswa kurang konsentrasi saat
menerima pelajaran dari guru. Martati (2010: 52) menyatakan bahwa agar tercapai
proses pembelajaran yang baik harus memperhatikan beberapa faktor, salah
satunya adalah faktor lingkungan fisik yaitu ruangan.
Hasil Belajar Siswa Melalui Pembelajaran kooperatif Berbantuan Flipbook
Pada pembelajaran kooperatif berbantuan flipbook rata-rata hasil belajar
siswa sebesar 46,25 terjadi peningkatan hasil belajar siswa sebesar 32,04 dari ratarata skor pre-test sebesar 14,21. Hal ini disebabkan karena pada kelas eksperimen
diajar dengan pembelajaran kooperatif berbantuan flipbook. Menurut Suprijono

86

(2014: 61) model pembelajaran kooperatif dikembangkan unruk mencapai hasil
belajar berupa prestasi akademik. Flipbook yang digunakan berisi ringkasan
materi dan gambar-gambar tentang ciri-ciri virus, perkembangbiakan virus,
peranan virus dalam kehidupan manusia dan partisipasi remaja dalam pencegahan
AIDS.
Pada pembelajaran kooperatif berbantuan flipbook, siswa dikelompokkan
secara heterogen berdasarkan skor pre-test siswa. Setiap kelompok beranggotakan
4 orang yang terdiri dari siswa yang memiliki kemampuan tinggi, sedang dan
rendah agar siswa dapat saling membantu sehingga siswa bertukar informasi
kepada anggota kelompoknya dengan bantuan flipbook. Lie (dalam Sanjaya,
2011: 248-249) menyatakan bahwa kelompok heterogen memberikan kesempatan
untuk saling mengajar dan saling mendukung.
Dalam pembelajaran kooperatif berbantuan flipbook, penyampaian materi
pada pertemuan pertama dan kedua di kelas eksperimen dibantu dengan
menampilkan gambar-gambar tentang ciri-ciri virus, perkembangbiakan virus,
peranan virus dalam kehidupan manusia dan partisipasi remaja dalam pencegahan
AIDS agar siswa tidak bingung dalam menerima materi pelajaran. Hal ini
diperkuat oleh Suryosubroto (2009: 155-156) bahwa selama berlangsungnya
proses belajar mengajar, guru bisa menggunakan alat-alat pembantu seperti
gambar, bagan agar uraiannya menjadi lebih jelas. Selain itu, dengan alat peraga
seperti gambar-gambar dan sebagainya dapat menghindari salah pengertian siswa
terhadap hal yang dimaksudkan guru.
Peningkatan hasil belajar siswa pada kelas eksperimen tidak terlepas dari
peran flipbook. Flipbook yang digunakan berisi ringkasan materi dan gambargambar tentang ciri, perkembang biakan virus, virus yang merugikan, virus yang
menguntungkan dan partisipasi remaja dalam pencegahan AIDS. Hal ini sesuai
dengan pernyataan Susilana dan Riyana (2009: 87-92) yang mengemukakan
bahwa flipbook dapat menyajikan informasi yang berupa gambar-gambar, hurufhuruf, diagram dan angka. Selain itu, sajian flipbook disesuaikan dengan jumlah
dan jarak maksimum siswa. Flipbook juga mampu memfokuskan perhatian siswa
serta membimbing alur materi yang disajikan. Selain itu, Daryanto (2010: 10)
bahwa media dalam proses pembelajaran berfungsi agar siswa memperoleh
gambaran yang jelas tentang benda/hal-hal yang sukar diamati secara langsung
karena ukurannya yang tidak memungkinkan, baik karena terlalu besar atau terlalu
kecil.
Dalam pembelajaran kooperatif berbantuan flipbook, flipbook digunakan
saat setiap kelompok mengerjakan LKS. LKS dalam penelitian ini berfungsi
sebagai pendukung agar siswa lebih memahami materi pelajaran yang
disampaikan guru. Hal ini sesuai dengan yang dikemukakan Trianto (2007: 73)
bahwa LKS memuat sekumpulan kegiatan mendasar yang harus dilakukan siswa
untuk memaksimalkan pemahaman dalam upaya pembentukan kemampuan dasar
sesuai indikator pencapaian hasil belajar. Hal ini terlihat dari rata-rata nilai LKS
pada pertemuan pertama sebesar 87,79 dan rata-rata LKS pada pertemuan kedua
sebesar 100. Rata-rata LKS pada pertemuan pertama lebih rendah daripada
pertemuan kedua karena siswa kesulitan menjawab soal nomor 5 yang meminta
siswa untuk menjelaskan 3 perbedaan siklus litik dan siklus lisogenik. Hal ini

97

dilihat dari perolehan skor siswa pada nomor 5, dimana terdapat 3 kelompok dari
6 kelompok yang tidak mencapai skor maksimal (20) yaitu kelompok 1, 2 dan 4.
Hal ini dikarenakan siswa kesulitan untuk membedakan fase-fase beserta
keterangan siklus litik dan siklus lisogenik meskipun materi siklus litik dan siklus
lisogenik terdapat di dalam flipbook. Sedangkan pada LKS pertemuan kedua
semua kelompok mendapatkan nilai 100.
Pengerjaan LKS membuat siswa lebih fokus dan mempermudah siswa
dalam memahami materi yang sedang dipelajari. Dewi (2013: 7) menyatakan
bahwa dengan menggunakan LKS dalam pembelajaran akan membuka
kesempatan seluas-luasnya kepada siswa untuk ikut aktif dalam pembelajaran.
Diakhir diskusi kelompok, perwakilan satu orang siswa dari satu kelompok
mempresentasikan hasil diskusinya di depan kelas, sedangkan kelompok yang lain
memberikan tanggapan. Jika terdapat perbedaan hasil diskusinya dengan hasil
diskusi kelompok yang presentasi, perwakilan kelompok yang menyanggah
mempresentasikan hasil diskusi mereka.
Pada akhir pembelajaran kooperatif berbantuan flipbook, guru memberikan
penguatan materi terhadap presentasi hasil diskusi kelompok siswa dalam
menjawab pertanyaan yang ada di LKS. Hal ini dilakukan untuk mengetahui
apakah hasil diskusi kelompoknya sudah benar atau masih ada yang kurang tepat
sehingga akan memperjelas pemahaman siswa. Siswa yang mempresentasikan
hasil diskusinya diberikan penghargaan agar siswa lebih termotivasi. Hal ini
sesuai dengan pernyataan Umar dan Syambasril (2014: 63) bahwa penghargaan
terhadap segala yang telah dikerjakan siswa membuat siswa cenderung untuk
mengulangi keberhasilan tersebut, bahkan lebih meningkatkannya lagi.
Selanjutnya, guru memberikan soal evaluasi untuk mengetahui pemahaman siswa
tentang materi yang telah dipelajari. Soal evaluasi yang diberikan berbentuk essai
berjumlah 4 soal pada setiap pertemuan. Soal evaluasi dikerjakan oleh semua
siswa secara mandiri dalam waktu 10 menit, namun siswa kekurangan waktu
untuk mengerjakan soal evaluasi. Rata-rata nilai evaluasi siswa pada pertemuan
pertama sebesar 79,35 dan pada pertemuan kedua sebesar 87,50. Rata-rata nilai
evaluasi siswa pada pertemuan kedua mengalami peningkatan dengan selisis 8,15
dari rata-rata nilai evaluasi pada pertemuan pertama sebesar 79,35, karena siswa
lebih mengingat materi pelajaran dengan adanya flipbook pada saat mengerjakan
LKS.
Hasil Belajar Siswa Melalui Pembelajaran Konvensional
Sama halnya pada kelas eksperimen, pada kelas kontrol juga mengalami
peningkatan hasil belajar. Tetapi peningkatan hasil belajar siswa di kelas kontrol
lebih rendah daripada kelas eksperimen. Rata-rata skor post-test (41,40)
mengalami peningkatan sebesar 28,28 dari skor pre-test (13,12). Hal ini
disebabkan karena pada kelas kontrol menggunakan pembelajaran konvensional
yang didominasi oleh metode ceramah. Hal ini diperkuat dengan pernyataan
Sanjaya (2011: 148-149) bahwa metode ceramah memiliki beberapa kelemahan,
diantaranya materi yang dapat dikuasai siswa sebagai hasil dari ceramah akan
terbatas pada apa yang dikuasai guru.

8
10

Melalui ceramah juga sangat sulit untuk mengetahui apakah seluruh siswa
sudah atau belum mengerti apa yang dijelaskan. Selanjutnya Djamarah & Zain
(2010: 97-98) mengungkapkan bahwa bila ceramah selalu digunakan dan terlalu
lama dapat membosankan serta dapat membuat siswa menjadi pasif.
Penyampaian materi pelajaran pada pembelajaran konvensional pertemuan
pertama dan kedua dibantu dengan gambar virus dan perkembangbiakan virus.
Suryosubroto (2009: 155) mengemukakan bahwa selama berlangsungnya
ceramah, guru bisa menggunakan alat-alat pembantu seperti gambar-gambar,
bagan, agar uraiannya menjadi lebih jelas. Selanjutnya, Sanjaya (2011: 150)
mengemukakan bahwa alat bantu sangat diperlukan untuk menghindari kesalahan
persepsi siswa dan untuk meningkatkan kualitas ceramah.
Pada pertemuan pertama guru menyampaikan materi tentang ciri-ciri dan
perkembangbiakan virus yang dibantu dengan menampilkan gambar virus dan
perkembangbiakan virus. Sedangkan pada pertemuan kedua guru menyampaikan
materi tentang peranan virus dalam kehidupan manusia dan partisipasi remaja
dalam pencegahan AIDS. Dalam menyampaikan materi pelajaran, dibantu dengan
menampilkan gambar virus yang merugikan dan gambar vaksin. Pada saat guru
menjelaskan, siswa mencatat materi yang disampaikan guru.
Setelah menyajikan materi, selanjutnya siswa berkelompok untuk berdiskusi
mengerjakan soal yang ada di LKS. Rata-rata nilai LKS siswa pada pertemuan
pertama sebesar 82,31 sedangkan rata-rata LKS pada pertemuan kedua mengalami
penurunan dengan selisih 4,13 menjadi 78,18. Hal ini disebabkan karena pada saat
menjawab soal yang ada di LKS, setiap kelompok dibantu dengan buku pegangan
siswa dan catatan materi yang telah disampaikan guru. Buku pegangan siswa
hanya memuat gambar perkembangbiakan virus dan tidak memuat gambargambar virus yang merugikan serta menguntungkan sehingga ingatan siswa
tentang gambar-gambar yang ditampilkan guru tidak terlalu mendalam. Hal ini
menyebabkan rata-rata nilai LKS siswa kelas kontrol pada LKS pertemuan
pertama (82,31) dan LKS pertemuan kedua (78,18) lebih rendah dibandingkan
rata-rata nilai LKS siswa kelas eksperimen pada pertemuan pertama (87,79) dan
LKS pertemuan kedua (100). Diakhir diskusi kelompok, perwakilan satu orang
siswa dari satu kelompok mempresentasikan hasil diskusinya di depan kelas,
sedangkan kelompok yang lain memberikan tanggapan jika terdapat perbedaan
hasil diskusinya dengan hasil diskusi kelompok yang presentasi.
Seperti halnya pada kelas eksperimen, pada akhir kegiatan pembelajaran
kelas kontrol, guru juga memberikan penguatan materi terhadap presentasi hasil
diskusi kelompok siswa dalam menjawab pertanyaan yang ada di LKS. Hal ini
dilakukan untuk mengetahui apakah hasil diskusi kelompoknya sudah benar atau
masih ada yang kurang tepat sehingga akan memperjelas pemahaman siswa.
Siswa yang mepresentasikan hasil diskusinya diberikan penghargaan agar siswa
lebih termotivasi saat mengikuti pembelajaran selanjutnya. Hal ini sesuai dengan
pernyataan Umar dan Syambasril (2014: 63) bahwa penghargaan terhadap segala
yang telah dikerjakan siswa membuat siswa cenderung untuk mengulangi
keberhasilan tersebut, bahkan lebih meningkatkannya lagi. Setelah memberi
penguatan materi, selanjutnya guru mengarahkan siswa untuk membuat
kesimpulan tentang materi yang telah dipelajari. Untuk mengetahui pemahaman

11
9

siswa tentang materi pelajaran yang telah disampaikan, guru memberikan soal
evaluasi kepada siswa.
Soal evaluasi yang diberikan berbentuk essai, pada pertemuan pertama
terdiri dari 3 soal dan pada pertemuan kedua terdiri dari 4 soal. Soal dikerjakan
oleh semua siswa secara mandiri dalam waktu 10 menit. Seperti halnya pada kelas
eksperimen, pada kelas kontrol siswa juga kekurangan waktu untuk mengerjakan
soal evaluasi. Rata-rata nilai evaluasi siswa pada pertemuan pertama sebesar
78,33 dan pada pertemuan kedua sebesar 76,57. Rata-rata nilai evaluasi siswa
pada pertemuan kedua mengalami penurunan dengan selisih 1,76 dari rata-rata
nilai evaluasi pada pertemuan pertama sebesar 76,57.
Hasil Belajar Siswa Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol Per Tujuan
Pembelajaran
Persentase keberhasilan siswa menjawab benar per tujuan pembelajaran
dapat dilihat pada Tabel 5 berikut.
Tabel 4
Persentase Keberhasilan Siswa Menjawab Benar Per Tujuan Pembelajaran
% Menjawab Benar
No
No.
Tujuan Pembelajaran
Soal Eksperimen Kontrol
5
91,67
85,33
1. Siswa dapat menyebutkan ciri-ciri virus
Siswa dapat membedakan struktur virus
8
72,22
60
2.
dengan makhluk hidup lainnya
7
63,43
55,33
3. Siswa dapat menjelaskan siklus litik
9
60,90
64,62
4. Siswa dapat menjelaskan siklus lisogenik
Siswa dapat menyebutkan contoh virus yang
6
86,46
85,33
5.
merugikan pada tumbuhan
Siswa dapat menyebutkan contoh virus yang
4
79,17
72
6.
berbahaya bagi hewan
Siswa dapat menyebutkan contoh virus yang
10
94,79
89
7.
berbahaya bagi manusia
Siswa dapat menjelaskan cara menghindari
1,3
88,54
78,84
8.
diri dari bahaya virus
Siswa dapat menjelaskan cara pembuatan
2
82,29
65
9.
vaksin
79,94
72,83
Rata-rata
Rata-rata persentase siswa menjawab benar per tujuan pembelajaran pada
kelas eksperimen sebesar 79,94%, sedangkan pada kelas kontrol sebesar 72,83%.
Pada tujuan pembelajaran 1, 2, 3, 5, 6, 7, 8, dan 9 memiliki persentase
keberhasilan siswa menjawab benar pertujuan pembelajaran pada kelas
eksperimen lebih tinggi dibandingkan kelas kontrol. Hal ini disebabkan karena
karena pada kelas eksperimen menggunakan pembelajaran kooperatif berbantuan
flipbook dan pada kelas kontrol menggunakan pembelajaran konvensional. Majid
(2013: 175) menyatakan bahwa pembelajaran kooperatif memiliki keunggulan
dalam membantu siswa untuk memahami konsep-konsep yang sulit. Pada saat
10
12

menyampaikan materi, guru menampilkan gambar virus, perkembangbiakan virus,
serta virus yang menguntungkan dan merugikan. Hal ini sesuai dengan pernyataan
Suryosubroto (2009: 155) bahwa selama berlangsungnya proses belajar mengajar
guru bisa menggunakan alat-alat pembantu seperti gambar-gambar, bagan, agar
urutannya menjadi lebih jelas. Selain itu, pada saat diskusi mengerjakan LKS,
siswa dibantu dengan flipbook.
Susilana & Riyana (2009: 88-89) mengemukakan bahwa flipbook mampu
menyajikan pesan pembelajaran secara ringkas dan praktis untuk memfokuskan
perhatian siswa dan membimbing alur materi yang disajikan. Selain itu, flipbook
mampu meningkatkan aktivitas belajar siswa karena flipbook berisi pesan-pesan
pembelajaran yang telah disiapkan sebelumnya yang isinya berupa gambar, teks,
grafik, bagan dan lain-lain. Selanjutnya, hasil penelitian Andri (2013) disimpulkan
bahwa persentase ketuntasan hasil belajar siswa kelas eksperimen dengan
berbantuan flipbook lebih tinggi dibandingkan kelas kontrol. Persentase
ketuntasan hasil belajar kelas eksperimen sebesar 87,88%, sedangkan persentase
ketuntasan belajar siswa kelas kontrol sebesar 62,5%. Sedangkan pada kelas
kontrol, saat mengerjakan LKS dibantu dengan buku pegangan siswa dan catatan
materi yang disampaikan guru sebelumnya sehingga menyebabkan siswa lupa
dengan gambar-gambar yang diperlihatkan guru pada saat menyampaikan materi
pelajaran.
Diantara 9 tujuan pembelajaran yang diujikan, terdapat satu tujuan
pembelajaran yang memiliki persentase lebih rendah daripada tujuan
pembelajaran yang lain yaitu pada tujuan pembelajaran ketiga yang meminta
siswa untuk menjelaskan siklus litik. Persentase keberhasilan siswa menjawab
benar pada kelas eksperimen sebesar 63,43% dan pada kelas kontrol sebesar
55,33%. Hal ini disebabkan karena siswa kesulitan untuk menentukan nama setiap
tahap dan memberi penjelasan pada setiap tahap dalam siklus litik dan lisogenik
karena potongan gambar yang ditampilkan bersifat acak. Hal ini dilihat dari ratarata skor post-test yang diperoleh siswa pada soal nomor 7 pada kelas eksperimen
sebesar 11,42 dan kelas kontrol sebesar 9,96 dengan skor maksimal 18.
Pada tujuan pembelajaran keempat yang meminta siswa untuk menjelaskan
siklus lisogenik, persentase keberhasilan siswa menjawab benar per tujuan
pembelajaran pada kelas kontrol (64,62%) lebih tinggi dibandingkan kelas
eksperimen sebesar (60,90%). Pada saat guru menyampaikan materi tentang
siklus lisogenik, siswa terlihat bingung. Ketika ditanya, siswa mengatakan bahwa
mereka kesulitan untuk menentukan urutan fase-fase beserta keterangan dalam
siklus lisogenik tersebut. Hal ini dilihat dari rata-rata skor post-test pada soal
nomor 9 kelas eksperimen sebesar 7,91 dan pada kelas kontrol sebesar 8,4 dengan
skor maksimal sebesar 13.
Pada tujuan pembelajaran kesembilan yaitu meminta siswa untuk
menjelaskan cara pembuatan vaksin, memiliki selisih persentase paling besar.
Rata-rata persentase siswa menjawab benar per tujuan pembelajaran kelas
eksperimen (82,29%) dan kelas kontrol (65%) berbeda jauh dengan selisih sebesar
17,29%. Hal ini disebabkan karena pada kelas kontrol siswa hanya menerima
penjelasan guru tentang cara pembuatan vaksin. Sedangkan pada kelas
eksperimen selain menerima penjelasan guru, cara pembuatan vaksin juga

11
13

terdapat di dalam flipbook yang digunakan saat mengerjakan LKS. Susilana dan
Riyana (2009: 88) mengemukakan bahwa flipbook memiliki kelebihan
diantaranya untuk memfokuskan perhatian siswa serta meningkatkan aktivitas
belajar siswa. Dengan fokusnya perhatian siswa terhadap materi virus, maka
materi yang disampaikan guru tentang cara pembuatan vaksin pada kelas
eksperimen lebih bertahan lama pada ingatan siswa dibandingkan pada kelas
kontrol.
Efektivitas Pembelajaran Kooperatif Berbantuan Flipbook Terhadap Hasil
Belajar Siswa
Berdasarkan hasil perhitungan effect size, diperoleh harga ES sebesar 0,96.
Hal ini menunjukkan bahwa adanya pengaruh pembelajaran kooperatif berbantuan
flipbook terhadap hasil belajar siswa pada materi virus di kelas X SMA Negeri 1
Salatiga Kabupaten Sambas yang dilihat dari adanya perbedaan hasil belajar (ratarata skor post-test) siswa yang diajar dengan pembelajaran kooperatif berbantuan
flipbook dengan pembelajaran konvensional (ceramah dan diskusi). Kriteria
efektivitas pembelajaran kooperatif berbantuan flipbook terhadap hasil belajar
siswa pada materi virus di kelas X SMA Negeri 1 Salatiga Kabupaten Sambas
tergolong tinggi. Dengan kata lain, pembelajaran kooperatif berbantuan flipbook
memberikan pengaruh yang tinggi terhadap hasil belajar siswa. Harga effect size
sebesar 0,96 dikonversikan ke dalam kurva normal pada tabel O – Z, memiliki
luas daerah 0,3315 atau memberikan kontribusi sebesar 33,15%.
SIMPULAN DAN SARAN
Simpulan
Berdasarkan analisis data hasil belajar siswa dengan pembelajaran
kooperatif berbantuan flipbook pada materi virus di kelas X SMA Negeri 1
Salatiga Kabupaten Sambas dapat disimpulkan bahwa terdapat perbedaan hasil
belajar siswa yang diajar dengan pembelajaran kooperatif berbantuan flipbook dan
yang diajar dengan pembelajaran konvensional pada materi virus di kelas X SMA
Negeri 1 Salatiga Kabupaten Sambas tergolong tinggi dengan nilai effect size
sebesar 0,96 atau memberikan kontribusi sebesar 33,15%.
Saran
Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan, maka terdapat beberapa saran
yang perlu disampaikan, yaitu: (1) Disarankan untuk dilakukan penelitian lebih
lanjut tentang pembelajaran kooperatif berbantuan flipbook pada materi yang lain.
(2) Pada pembelajaran kooperatif berbantuan flipbook, sebaiknya memanajemen
waktu dengan rinci agar semua kegiatan pembelajaran dapat terlaksana.
DAFTAR RUJUKAN
Daryanto. (2010). Media Pembelajaran. Yogyakarta:Gava Media.
Dewi, Devy Retnosari. (2013). Pengembangan Lembar Kerja Siswa Untuk
Pembelajaran Permutasi dan Kombinasi Dengan Pendekatan

12
14

Kontekstual Untuk Siswa SMA Kelas XI. Malang: Unniversitas Negeri
Malang. (Online). (http://jurnal-online.um.ac.id, 29 Januari 2016).
Djamarah dan Zain. (2010). Strategi Belajar Mengajar. Jakarta: PT Rineka
Cipta.
Kustandi, Cecep dan Sutjipto, Bambang. (2011). Media Pembelajaran Manual
Digital. Bogor: Ghalia Indonesia.
Martati,
Badruli.
(2010).
Metodologi
Kewarganegaraan. Jakarta: Ganesindo.

Pembelajaran

Pendidikan

Rusman. (2013). Model-Model Pembelajaran. Jakarta: PT Rajagrafindo
Persada.
Sadiman, Arief S., Rahardjo., Haryono, Anung., Rahardjito. (2010). Media
Pendidikan. Jakarta: Rajawali Pers.
Sagala, Syaiful. (2013). Konsep dan Makna Pembelajaran. Bandung: CV
Alfabeta.
Sanjaya, Wina. (2011). Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses
Pendidikan. Jakarta: Kencana Prenada Media.
Siswanto. (2006). Penggunaan Tes Essay Dalam Evaluasi Pembelajaran.
(Online). (http://eprints.uny.ac.id, 6 April 2016).
Slameto. (2010). Belajar dan Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi. Jakarta: PT
Rineka Cipta.
Sugiyono, (2012). Metode Penelitian Pendidikan. Bandung: Alfabeta.
Suprijono, Agus. (2014). Cooperative Learning. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Suryosubroto. (2009). Proses Belajar Mengajar di Sekolah. Jakarta: PT Rineka
Cipta.
Susilana dan Riyana. (2009). Media Pembelajaran. Bandung: CV Wacana
Prima.
Trianto. (2007). Model Pembelajaran Terpadu dalam Teori dan Praktek.
Jakarta: Prestasi Pustaka.
Umar, Syahwani dan Syambasril. (2014). Program Pengalaman Lapangan-1.
Pontianak: Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas
Tanjungpura.

13
15