2.2.2 Motivasi Manajemen Laba - Pengaruh Firm Size, Leverage, Return On Investment (Roi) Free Cash Flow (Fcf), Dividend Payout Ratio (Dpr),Dan Price Earning Ratio (Per) Terhadap Earning Management Pada Perusahaan Manufakturyang Terdaftar Di Bursa Efek Ind

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1

Teori Agensi
S
2.2.2

Motivasi Manajemen Laba
Motivasi manajemen laba menurut Scott (dalam Pangaribuan ,

2014) yaitu:
1.

Bonus Scheme (Rencana Bonus)
Laba perusahaan sering dijadikan indikator penilaian prestasi
manajer perusahaan sehingga para manajer yang bekerja dalam
perusahaan yang menerapkan bonus scheme akan berusaha
mengatur laba yang akan dilaporkan untuk tujuan memaksimalkan
jumlah bonus yang akan diterima.


2.

Debt Covenant (Kontrak Jangka Panjang)
Ketika

perusahaan

semakin

mendekati

waktu

pelanggaran

perjanjian utang, para manajer cenderung memilih metode
akuntansi yang dapat menggeser laba periode mendatang ke
periode berjalan dengan harapan dapat mengurangi kemungkinan
terjadinya pelanggaran kontrak utang.
3.


Political Motivation (Motivasi Politik)
Manajer pada perusahaan-perusahaan skala besar dan industri
strategis cenderung untuk menurunkan laba terutama pada saat

periode kemakmuran yang tinggi, dengan harapan memperoleh
kemudian serta fasilitas dari pemerintah.
4.

Taxition Motivation (Motivasi Perpajakan)
Para manajer mengurangi laba yang akan dilaporkan dengan
meminimalkan jumlah pajak yang harus dibayar oleh perusahaan.

5.

Pergantian CEO (Chief Executive Officier)
Biasanya CEO yang masa jabatannya akan segera berakhir
memaksimalkan jumlah laba guna meningkatkan jumlah bonus
yang akan diterima. Demikian halnya para manajer dengan kinerja
yang buruk, mereka cenderung untuk menaikkan jumlah laba yang

akan dilaporkan untuk menghindari diri dari pemecatan.

6.

Initial Public Offering (Penawaran Saham Perdana)
Informasi keuangan perusahaan yang menjual sahamnya kepada
publik merupakan sumber informasi penting karena dapat
dimanfaatkan sebagai sinyal kepda investor potensial. Oleh karena
itu manajer berusaha menaikkan jumlah laba yang akan dilaporkan
untuk mempengaruhi keputusan yang dibuat investor.

2.2.3

Mekanisme Manajemen Laba
Berikut akan dijelaskan dua metode utama manajemen laba

menurut Subramayam dan Wild (2010) :
a.

Pemindahan Laba


Yaitu pemindahan laba dari suatu periode ke periode lainnya.
Pemindahan laba dapat mempercepat atau menunda pengakuan beban
atau pendapatan. Contoh pemindahan laba sebagai berikut :
1. Chanel loading (penimbunan saluran) mempercepat pengakuan
pendapatan dengan membujuk distributor untuk membeli kelebihan
produksi pada tahun fiskal.
2. Menunda pengakuan beban dengan mengapitalisasi bunga dan
mengamortisasi sepanjang masa periode masa depan.
3. Menggunakan FIFO dalam menilai persediaan dan menggunakan
garis lurus untuk penyusutan dapat menunda pengakuan beban.
4. Membebankan biaya yang cukup besar pada periode tertentu
contohnya penurunan nilai aset.
b.

Manajemen laba melalui klasifikasi
Memindahkan beban dibawah garis, atau melaporkan beban pada pos
luar biasa dan tidak berulang sehingga tidak dianggap penting untuk
dianalisis.


2.2.4

Pola Manajemen Laba
Pola mananjemen laba dikemukan oleh Scott (dalamPangaribuan,

2014) yaitu :
1) Taking Bath
Terjadi pada saat pergantian CEO dengan melaporkan jumlah rugi yang
besar. Tidakan ini diharapkan dapat menaikkna laba pada periode
berikutnya.

2) Income Minimazation
Jika tingkat profitabilitas yang terjadi sangat tinggi dan periode
mendatang diperkirakan akan turun drastis maka dapat diatasi dengan
mengambil laba dari periode sebelumnya.
3) Income Maximization
Pola ini dilakukan saat laba perusahaan turun, yang bertujuan untuk
melaporkan laba yang tingggi untuk tujun bonus yang lebih besar.
4) Income Smoothing
Hal in dilakukan untuk mengurangu fluktuasi laba yang sangat tajam

karena para investor akan tertarik pada laba yang relatif stabil.
5) Offsetting Extraordinary/ Unusual Gains
Memindahkan efek-efek laba yang tidak biasa atau temporal yang
berlawanan dengann trend laba.
6) Agresive Accounting Application
Salah saji yang digunakan untuk membagi laba antar periode.
7) Timing Revenue dan Expense Recognition
Membuat kebijakan yang berkaitan dengan timing dari suatu transaksi.
2.2.5

Pengukuran Manajemen Laba
Manajemen laba dapat dihitung dengan menggunakan proksi

manajemen laba yaitu dengan menghitung nilai non disretionary accrual
(NDA). Menurut Siti dan Zulaikah (2003) konsep akrual debedakan
menjadi dua yaitu

a. Discretionary Accrual
Pengakuan akrual laba atau beban yang bebas tidak diatur dan
merupakan pilihan kebijakan manajemen.

b. Non Discretionary Accrual
Pengakuan laba atau beban yang wajar sesuai dengan standar akuntansi
yang berlaku umum.
Proksi manajemen laba dapat dihitung melalui beberapa model.
Berbagai model tersebut adalah :
1. Model Healy
Healy (1985) menguji manajemen laba dengan membandingkan ratarata akrual antara varibael yang merupakan bagian manajemen laba.
Model ini dirumuskan sebagai berikut :

𝑁𝐷𝐴𝜏 =

ΣTAt

NDA

= non discretionary accrual

TA

= Total akrual


t

T

= 1,2, . . . t merupakan tahun subcript untuk tahun yang
termasuk dalam periode estimasi.

τ

= tahun subcript yang menunjukkan suatu tahun dalam
periode berjalan

2. Model DeAngelo
DeAngelo (1986) menguji manajemen dengan memprhitungkan
perbedaan pertama dalam total akrual dan mengasumsikan perbedaan

pertama mempunyai nilai ekspektasi nol yaitu tidak terjadi manajemen
laba. Berikut rumusannya :


3.

𝑁𝐷𝐴𝑡 = 𝑇𝐴 𝑡 − 1
Model Jones

Jones (1991) mengontrol dampak perubahan ekonomi terhadap
nondiscretionary accrual. Model Jones dapat dirumuskan sebagai
berikut :
NDAt

= α1(1/At-1) + α 2(ΔREVt)+ α 3(PPEt)

ΔREVt

= perubahan pendapatan dari tahun t dengan tahun t-1

PPEt

= perubahan peralatan, properti, dan pabrik antara tahun t
dengan tahun t-1


α1, α2, α4 = parameter spesifik perusahaan
4. Model Industri
Model ini mengasumsikan bahwa variasi-variasi yang terdapat dalam
faktor-faktor penentu nondiscretionary acrual biasa terjadi pada
perusahaan dalam industri yang sama. Model ini dirumuskan sebagai
berikut :
NDA t

= γ 1 + γ 2 median t (TAt)

median t (TAt)

= nilai median dari total akrual yang diskala
dengan lag aset untuk semua perusahaan non
sample, yang sama dengan 2 digit kode SIC.

γ 1, γ 1

= parameter spesifik perusahaan


5. Model Jones yang Dimodifikasi

Model Jones yang dimodifikasi oleh Dechow, Sloan, dan Sweeny
(1995) dirancang untuk mengurangi kecenderungan terjadinya
kesalahan model Jones. Model ini menyesuaikan perubahan piutang
dengan pendapatan yang berasal dari penjualan kredit. Model ini dapat
dirumuskan :
NDAit

= α1(1/Ait-1) + β1(ΔREVit/Ait-1–ΔRECit/Ait-1) +
β2(PPEit/Ait-1)

Ait-1

= total aktiva perusahaan i tahun t-i

ΔRECit

= piutang perusahaan i pada tahun t dikurangi piutang tahun
t-1

6. Model Kaznik
Model ini menambahkan komponen perubahan CFO (cash Flow
Operation). Model ini dirumuskan sebagai berikut :
NDACCit = α1 (1/ Ait-1) + α2 (Δ REVit / Ait-1 - (Δ RECit / Ait-1) +
α3 (Δ PPEit / Ait-1) + α4 (Δ CFOit / Ait-1)
Δ CFOit = Perubahan arus kas operasi perusahaan i pada periode t
dibagi total aset perusahaan i pada periode t-1
2.3

Firm Size (Ukuran Perusahaan)
Firm size (ukuran perusahaan) dapat dinilai dari total aset yang dimiliki

oleh suatu perusahaan. Ukuran perusahaan diwakili oleh logaritma natural dari
total aset. Ukuran perusahaan menunjukkan besar kecilnya suatu perusahaan.
Ukuran perusahaan juga dapat dilihat dari kemampuan produksi, pemasaran dan

luasnya pangsa pasar yang dimiliki perusahaan tersebut. Perusahaan yang
dikategorikan perusahaan besar biasanya memiliki kapasitas produksi yang besar
dan produknya dipasarkan secara luas. Rahmani dan Mir (2013) menyatakan
bahwa perusahaan besar memiliki sistem pengendalian internal yang lebih
canggih dan auditor internal yang kompeten. Pengendalian internal yang efektif
berkontribusi terhadap keandalan pelaporan keuangan. Perusahaan besar biasanya
diaudit oleh auditor yang berpengalaman. Perusahaan besar juga memiliki
kredibilitas dalam bisnis dan tanggung jawab sosial yang baik, termasuk
kredibilitas

dalam

informasi

keuangan

karena

mereka

lebih

mampu

memenfaatkan keahlian mereka dan memiliki teknologi yang canggih untuk
menghasilkan informasi yang handal dan tepat waktu.
2.4

Leverage
Leverage digunakan untuk menggambarkan kemampuan perusahaan untuk

mengunakan aktiva atau dana yang mempunyai beban tetap untuk memperbesar
tingkat penghasilan bagi pemilik perusahaan (Sadalia, 2010 : 128). Leverage
menunjukkan seberapa besar aset dibiayai oleh utang. Sudana (2011) menyatakan
bahwa untuk mengukur besar kecilnya leverage ratio dapat diukur dengan cara:
1.

Debt Ratio yaitu untuk mengukur proporsi dana yang bersumber dari utang
untuk membiayai aktiva perusahaan.

2.

Times interest ratio yaitu untuk mengukur kemampuan perusahaan untuk
membayar beban tetap berupa bunga dengan menggunakan EBIT.

3.

Long-term dbt to equity ratio untuk mengukur besar kecilnya penggunaan
utang jangka panjang dibandingkan dengan modal perusahaan.

2.5

Free Cash Flow (FCF)
Free cash flow (FCF) merupakan arus kas bebas suatu perusahaan.

Menurut Lubis dan Adi (2014) yang dimaksud dengan free cash flow yaitu (1)
FCF merupakan jumlah kas yang tersedia untuk operasi yang berasal dari
distribusi dari semua investor (termasuk stockholders dan debtholders) sesudah
melakukan investasi untuk mendukung perusahaan, (2) Nilai dari sebuah
perusahaan tergantung pada jumlah FCF yang dapat dihasilkannya. Sedangkan
menurut Keown et.al., (2011), arus kas bebas adalah jumlah yang tersedia dari
operasi setelah investasi pada modal kerja operasional bersih dan aktiva tetap.
Uang tunai ini tersedia untuk didistribusikan pada pemilik perusahaan dan
kreditor atau secara sederhannya setelah perusahaan membayar semua beban
opersinya dan melaukan investasi, maka sisa kas didistribusikan kepada
pemegang saham dan kreditor. Lubis dan Adi (2014) menyatakan bahwa agar
manajer dapat membuat perusahaan lebih bernilai maka nilai free cash flow harus
dinaikkan.
2.6

Return On Invesment (ROI)
Return On Invesment (ROI) atau sering juga disebut Return On Asssets

(ROA) merupakan rasio yang menunjukkan hasil (return) atas jumlah aktiva yang
digunakan dalam perusahaan (Kasmir, 2008: 201-202). ROI merupakan suatu
ukuran tentang efektivitas manajemen dalam mengelola investasinya. Semakin
tinggi rasio pengembalian atas investasi berarti semakin baik produktivitas aset

dalam memperoleh laba bersih. Hal ini akan menjadi daya tarik bagi para investor
karena perusahaan memiliki tingkat pengembalian yang tinggi. Untuk mencapai
tingkat pengembalian yang tinggi perusahaan harus berusaha untuk mencapai laba
yang tinggi.
2.7

Dividend Payout Ratio (DPR)
Defenisi dividend payout ratio menurut Sudana (2011) yaitu rasio

untuk mengukur berapa besar bagian laba bersih setelah pajak yang dibayarkan
sebagai dividen kepada para pemegang saham. Semakin besar rasio ini berarti
semakin sedikit bagian laba yang ditahan untuk membelanjai investasi yang
dilakukan perusahaan. Menurut Marlina dan Clara (2009) kebijakan dividen
perusahaan tergambar pada dividend payout ratio yaitu persentase laba yang
dibagikan dalam bentuk dividen tunai, artinya besar kecilnya dividend payout
ratio akan mempengaruhi keputusan investasi para pemegang saham dan disisi
lain berpengaruh pada kondisi keuangan perusahaan. Dividen yang dibagikan
kepada para pemegang saham tergantung pada berapa besar laba yang dihasilkan
suatu perusahaan karena laba yang diperoleh perusahaan pada periode tertentu
akan didistribusikan kepada investor atau ditahan untuk membiayai kegiatan
opersional perusahaan.
2.8

Price Earning Ratio (PER)
Price Earning Ratio (PER) atau disebut juga rasio harga terhadap laba.

Menurut Sitanggang (2012) rasio ini untuk menghitung seberapa pasar mau
menghargai

saham

dilihat

dari

kemampuan

labanya.

Sudana

(2011)

mendefenisikan price earning ratio yaitu rasio untuk mengukur bagaimana
investor menilai prospek pertumbuhan dimasa yang akan datang, dan tercermin
dari harga saham yang bersedia dibayar oleh investor untuk setiap rupiah laba
yang diperolah perusahaan. Semakin tinggi nilai dari rasio ini menunjukkan
investor mempunyai harapan yang baik tentang perkembangan perusahaan di
masa yang akan datang.
2.9

Penelitian Terdahulu
Beberapa penelitian terdahulu telah melakukan penelitian mengenai

manajemen laba dan peneliti menggunakannya sebagai referensi untuk menyusun
penelitian ini. Berikut beberapa penelitian mengenai manajemen laba yaitu:
penelitian oleh Llukani (2013) meneliti hubungan antara firm size (ukuran
perusahaan) dengan manajemen laba. Penelitian ini dilakukan pada Albanian
Market. Penelitian ini menyimpulkan bahwa perusahaan di Albanian Market
terindikasi melakukan inisiatif manajemen laba dan tidak ada perbedaan
signifikan mengenai inisiatif manajemen laba dan praktek baik perusahaan kecil
dan perusahaan besar.
Ardison et al., (2012) meneliti hubungan antara rasio leverage terhadap
manjemen laba. Perusahaan yang diteliti adalah semua perusahaan yang terdaftar
dalam BMF & Bovesta, Brazilian stock market. Penelitian ini menggunakan tiga
proksi manajemen laba yaitu Jones Model, Modified Jones Model, dan KS model.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa tidak ada pengaruh antara leverage terhadap
perilaku manajer dalam melakukan manajemen laba.

Penelitian oleh Handayani dan Agustono (2009) yaitu meneliti pengaruh
ukuran perusahaan terhadap manajemen laba. Populasi penelitian adalah
perusahaan manufaktur yang terdaftar di BEI periode 2003-2006. Metode analisis
data yang digunaka yaitu analisa parametrik multivariate probit analysis antara
variabel ukuran perusahaan dengan manajemen laba yang diprosikan dalam skala
laba dan skala perubahan laba. Penelitian menyimpulkan bahwa baik perusahaan
besar dan perusahaan sedang tidak terbukti lebih agresif melakukan manajemen
laba melalui pelaporan laba positif, baik untuk menghindari earnigs loses maupun
earnings decreases.
Penelitian oleh Nilasari (2012) yaitu menganalisis faktor-faktor
manajemen laba dengan menggunakan varibel current ratio, DER, ukuran
perusahaan, dan ROA. Populasi penelitian adalah perusahaan manufaktur yang
terdaftar di BEI periode 2006-2010. Manajemen laba dihitung dengan
menggunakan model Modified Jones Model. Alat uji yang digunakan yaitu
statistik regresi berganda. Penelitian ini menyimpulkan bahwa DER dan ROA
memiliki pengaruh signifikan terhadap praktik manajemen laba.
Penelitian oleh Amertha (2013) yaitu meneliti pengaruh ROA terhadap
manajemen laba dengan Corporate Governence sebagai variabel moderasi. Proksi
dari manajemen laba dalam penelitian ini adalah diskresioneri akrual yang
dihitung dengan menggunkan Modfied Jones Model. teknik analisis data yang
digunakan yaitu uji Moderate Regression Analysis (MRA) serta uji residual.
Populasi penelitian ini adalah perusahaan yang ternasuk pada CGPI (Corporate
Governence Perception Index) dan terdaftar di BEI peiode 2009-2011.

Kesimpulan penelitian ini yaitu ROA serta CG berpengaruh signifikan terhadap
manajemen laba. Selain itu hasil penelitian menunjukkan CG mampu memoderasi
hubungan antara ROA dan manajemen laba.
Ningsaptiti (2010) meneliti hubungan antara ukuran perusahaan dan
mekanisme Corporate Governence terhadap manajemen laba. Proksi CG dalam
penelitian yaitu konsentrasi kepemilikan, komposisi dewan komisaris, kualitas
audit, dan komposisi komite audit. Manajemen laba dihitung dengan menggunaka
Modified Jones Model. Populasi penelitian ini adalah perusahaan manufaktur yang
terdaftar di BEI periode 2006-2008. Hipotesis dalam penelitian ini di uji dengan
menggunakan analisis linear berganda. Penelitian memberikan kesimpulan bahwa
ukuran perusahaan memiliki pengaruh signifikan terhadap manajemen laba.
Mekanisme CG yaitu kosentrasi kepemilikan dan kualitas audit memiliki
hubungan signifikan terhadap manajemen laba. Komposisi dewan komisaris dan
komposisi komite audit tidak berpengaruh secara signifikan terhadap manajemen
laba.
Rivaldo (2013) meneliti mengenai manajemen laba dengan variabel
indepeden GCG, ROA, dan Leverage. Populasi penelitian pada perusahaan
manufaktur di sektor Industri. Manajemen laba dihitung dengan menggunakan
Modified Jones Model. Metode analisis yang digunakan adalah regresi OLS
(Ordinary Least Squre). Penelitian menyimpulkan baik secara simultan dan
parsial bahwa kepemilikan institusional, kepemilikan manajerial, proporsi
komisaris independen, komposisi komite audit, leverage, dan profitabilitas tidak
berpengaruh signifikan terhadap.

Agustia (2013) meneliti hubungan GCG, Free Cash Flow, dan Leverage
terhadap manajemen laba. Penelitian ini menggunakan populasi perusahaan textil
yang terdaftar di BEI dan periode penelitian 2007-2011. Data dianalis dengan
menggunakan regresi berganda. Manajemen laba dihitung dengan menggunaka
Modified Jones Model. Penelitian ini menyimpulkan bahwa semua komponen
GCG tidak berpengaruh signifikan terhadap manajemen laba, leverage
berpengaruh terhadap manajemen laba, dan FCF berpengaruh negatif terhadap
manajemen laba. Hal ini berarti perusahaan dengan free cash flow yang tinggi
akan membatasi praktek manajemen laba.
Penelitian

terdahulu

tersebut

menggunakan

beberapa

variabel

independen yang berbeda-beda dan kesimpulan yang berbeda pula. Perbedaan
hasil penelitian tersebuat membuat peneliti mengangkat kembali topik manajemen
laba, adapun perbedaan dengan penelitian terdahulu yaitu tahun penelitian dari
2011-2013 pada perusahaan manufaktur dan peneliti menambah beberapa variabel
independen.
Tabel 2.1
Ringkasan Penelitian Terdahulu
No Peneliti

Judul

Variabel Penelitian

Hasil Penelitian

1

Llukani
(2013)

Earnings
Management And
Firm Size: An
Emperical Analyze
In Albanian
Market

Variabel Dependen:
Earnings
Management
Variabel
Independen:
Firm Size
Variabel Kontrol:
1. Leverage
2. Changes in Sales
3. Foreign Capital
Structures

No Peneliti
2

Judul

Ardison et The Effect Of
al., (2012) Leverage On
Earnings
Management In
Brazil

Perusahaan di
Albanian Market
terindikasi
melakukan
inisiatif
manejemen laba
dan tidak ada
perbedaan
siginifikan baik
perusahaan kecil
dan besar dalam
melakukan
praktek
manajemen laba.

Variabel Penelitian

Hasil Penelitian

Variabel Dependen:
Earnings
Management

Tidak ada
hubungan antara
leverage dengan
manajemen laba

Variabel
Independen:
Leverage
Variabel Kontrol:
1. Cost of Capital
2. Firm Size

3

Amertha
(2013)

Pengaruh Return
On Asset Pada
Praktik Manajemen
Laba Dengan
Moderasi
Corporate
Governence

Varibel Dependen:
Manajemen Laba
Variabel
Independen:
ROA
Variabel Moderasi:
Corporate
Governence

4

Handayani
dan
Agustono
(2009)

Pengaruh Ukuran
Perusahaan
Terhadap
Manajemen Laba

Variabel Dependen:
Manajemen Laba
Variabel
Independen: Ukuran
Perusahaan
Variabel Kontrol:
1. Pertumbuhan
2. Penjualan
3. Kinerja Laba
4. Capital Intancity
Ratio
5. Komisaris
Independen

No Peneliti
5
Nilasari
(2012)

Judul
Analisis FaktorFaktor Yang
Berpengaruh
Terhadap Praktik
Manajemen Laba
Pada Perusahaan
Manufaktur Yang
Terdaftar Pada
Bursa Efek
Indonesia 20062010

Variabel Penelitian
Variabel Depanden:
Manajemen Laba
Variabel
Independen:
1. Current Ratio
2. DER
3. Ukuran
Perusahaan
4. ROA

ROA dan
Corporate
Governence
berpengaruh
signifikan
terhadap
manajemen laba
dan Corporate
Governence
mampu
memoderasi
hubungan antara
ROA dengan
manajemen laba.
Perusahaan besar
dan perusahaan
sedang
tidak
terbukti
lebih
agresif
melakukan
manajemen laba
melalui pelaporan
laba positif, baik
untuk
menghindari
earnigs
loses
maupun earnings
decreases.

Hasil Penelitian
DER dan ROA
memiliki
pengaruh
signifikan
terhadap praktik
manajemen laba,
sedangkan
ukuran
perusahaan dan
current
ratio
tidak
berpengaruh

6

7

No
8

Agustia
(2013)

Rivaldo
(2013)

Peneliti

Pengaruh Good
Corporate
Governence, Free
Cash Flow, dan
Leverage terhadap
Manajemen Laba

Variabel Dependen:
Manajemen Laba
Variabel
Independen:
1. Kepemilikan
Institusional
2. Kepemilikan
manajerial
3. Komisaris
independen
4. Komposisi
komite audit
5. Free cash flow
6. Leverage

terhadap
manajemen laba.
Semua komponen
GCG
tidak
berpengaruh
signifikan
terhadap
manajemen laba,
leverage
berpengaruh
terhadap
manajemen laba,
dan
FCF
berpengaruh
negatif
dan
signifikan
terhadap
manajemen laba.
Baik
secara
simultan
dan
parsial
bahwa
semua komponen
CG,
leverage,
dan profitabilitas
tidak
berpengaruh
signifikan
terhadap
manajemen laba

Analisis Pengaruh
Corporate
Governence,
Leverage, dan
Profitabilitas
Terhadap
Manajemen Laba
Pada Perusahaan
Manufaktur Yang
Terdaftar Di Bursa
Efek Indonesia

Variabel Dependen:
Manajemen Laba

Judul

Variabel Penelitian

Hasil Penelitian

Variabel Dependen:
Manajemen Laba

Ukuran
perusahaan,
kosentrasi
kepemilikan dan
kualitas
audit
memiliki
hubungan
signifikan
terhadap
manajemen laba.
Komposisi

Ningsaptiti Analisis Pengaruh
(2010)
Ukuran Perusahaan
Dan Mekanisme
Corporate
Governence
Terhadap
Manajemen Laba
(Studi Empiris
pada Perusahaan
Manufaktur yang
terdaftar di BEI

Variabel
Independen:
1. Kepemilikan
Institusional
2. Kepemilikan
manajerial
3. Komisaris
indpenden
4. Komposisi
komite audit
5. Leverage
6. ROA

Variabel
Independen:
1. Ukuran
perusahaan
2. Konsentrasi
kepemilikan
3. Komposisi
anggota dewan

tahun 2006-2008)

komisaris
4. Spesialisasi
industri KAP
5. Komposisi
komite audit

komite
audit
ttidak
berpengaruh
secara signifikan
terhadap
manajemen laba.

Sumber: berdasarkan penelitian terdahulu

2.10

Kerangka Konseptual
Berdasarkan uraian tinjauan pustaka di atas variabel dalam penelitian ini

yaitu variabel dependen manajemen laba dan variabel independen terdiri dari firm
size, Leverage, Free Cash Flow (FCF), ROI (Return On Investment), Dividend
Payout Ratio (DPR), dan PER (Price Earning Ratio). Berikut skema kerangka
konseptual penelitian:

Firm Size
X1

H1

Leverage
X2

H2

Free Cash Flow (FCF)
X3

H3
H7

Earning Management
Y

Return Of Invesment (ROI)
X4

H4

Dividend Payout Ratio (DPR)
X5

H5

Price Earning Ratio (PER)

H6

X6
Gambar 2.1
Kerangka Konseptual
Penelitian ini bertujuan untuk melihat bagaimana pengaruh variabel
independen terhadap variabel dependen. Variabel dependen dalam penelitian ini
yaitu earning management (manajemen laba). Variabel independen yang
digunakan yaitu ukuran perusahaan. Ukuran perusahaan dapat dilihat dari
kemampuan produksi, pemasaran dan luasnya pangsa pasar yang dimiliki
perusahaan tersebut. Perusahaan selalu berusaha menampilkan kinerja yang baik
agar para investor tertarik untuk berinvestasi. Leverage dalam penelitian ini
menggunakan debt ratio. Rasio leverage merupakan rasio untuk mengukur
seberapa besar aset dibiayai oleh utang. Free cash flow merupakan kas yang
tersedia untuk didistribusikan pada pemilik perusahaan dan kreditor atau secara
sederhannya setelah perusahaan membayar semua beban opersinya dan
melakukan investasi, maka sisa kas didistribusikan kepada pemegang saham dan
kreditor. Return on investment merupakan suatu ukuran tentang efektivitas
manajemen dalam mengelola investasinya. Semakin tinggi rasio pengembalian
atas investasi berarti semakin baik produktivitas aset dalam memperoleh laba
bersih. Saat kinerja perusahaan buruk maka pihak manajer akan bertindak agar

kinerja perusahaan tetap terlihat baik bagi para investor. Price earning ratio yaitu
rasio untuk mengukur bagaimana investor menilai prospek pertumbuhan dimasa
yang akan datang, dan tercermin dari harga saham yang bersedia dibayar oleh
investor untuk setiap rupiah laba yang diperolah perusahaan. Defenisi dividend
payout ratio yaitu rasio untuk mengukur berapa besar bagian laba bersih setelah
pajak yang dibayarkan sebagai dividen kepada para pemegang saham. Semakin
besar rasio ini berarti semakin sedikit bagian laba yang ditahan untuk
membelanjai investasi yang dilakukan perusahaan.
2.11

Hipotesis Penelitian
Hipotesis merupakan dugaan sementara terhadap rumusan masalah dalam

suatu penelitian. Menurut Sugiyono (2011) menyatakan bahwa dalam penelitian
terdapat dua jenis hipotesis penelitian yaitu hipotesis nol dan hipotesis alternatif.
Hipotesis nol menyatakan tidak adanya hubungan antara variabel dependen
dengan variabel independen. Hipotesis alternatif menyatakan adanya hubungan
variabel dependen dengan variabel independen.

2.11.1 Firm Size Terhadap Earning Management
Ukuran perusahaan atau firm size dihitung dengan menggunakan
logaritma natural (ln) dari total aset yang dimiliki perusahaan. Ukuran
perusahaan merupakan salah satu daya tarik bagi investor untuk
menanamkan modalnya. Ukuran perusahaan juga dapat memudahkan
akses perusahaan untuk masuk ke pasar modal. Setiap perusahaan

menginginkan agar kinerja perusahaan selalu terlihat baik. Rahmani dan
Mir (2013) menyimpulkan bahwa ukuran perusahaan memiliki pengaruh
positif yang signifikan dengan manajemen. Hasil penelitian ini juga
didukung oleh

Qomariyah

(2008)

menyimpulkan

bahwa ukuran

perusahaan berpengaruh positif dan signifikan terhadap manajemen laba.
Perusahaan

besar

cenderung

menggunakan

prosedur

akuntansi

menurunkan laba untuk mengurangi pajak yang tinggi dan political cost,
sehingga laba yang dilaporkan mengandung akrual tinggi dan berkualitas
rendah. Kim et, al,. (2003) menyimpulkan bahwa perusahaan besar lebih
cenderung melakukan manajemen laba dibanding perusahanan besar.
Penelitian ini juga menunjukkan bahwa perusahaan kecil melakukan
manajemen laba untuk menghindari pelaporan kerugian. Sedangkan
perusahaan besar dan sedang lebih agresif melakukan manajemen laba
untuk menghindari pelaporan penurunan laba. berdasarkan uraian tersebut
maka hipotesis yang disusun yaitu:
H1: Firm size berpengaruh signifikan terhadap earning management
2.11.2 Leverage Terhadap Earning Management
Leverage menggambarkan seberapa besar aset perusahaan dibiayai
oleh utang. Rasio leverage semakin tinggi berarti perusahaan memiliki
utang yang besar untuk membiayai aset perusahaan. Aset tersebut
digunakan perusahaan untuk memberikan keuntungan bagi pemilik.
Leverage merupakan salah satu cara manajer dalam meningkatkan laba

perusahaan sehingga kinerja perusahaan akan terlihat baik. Penelitian oleh
Agustia (2013) menyimpulkan bahwa leverage berpengaruh signifikan
terhadap manajemen laba. Hal ini menunjukkan bahwa perusahaan
mempunyai rasio leverage yang tinggi cenderung melakukan manipulasi
dalam bentuk manajemen laba. Agustia (2013) menyatakan bahwa
perusahaan yang memiliki rasio leverage yang tinggi cenderung mengatur
laba yang akan dilaporkan dengan menaikkan atau menurunkan laba
periode masa mendatang ke periode saat ini. Barus dan Yosephine (2012)
menyimpulkan bahwa leverage berpengaruh positif dan signifikan
terhadap manajemen laba. Hal ini berarti semakin tinggi leverage, maka
manajemen semakin termotivasi untuk melakukan manajemen laba.
berdasarkan uraian tersebut maka hipotesis yang disusun yaitu:
H2: Leverage berpengaruh signifikan terhadap earning management
2.11.3 Free Cash Flow Terhadap Earning Management
Arus kas bebas tidaklah sama dengan laba yang diperoleh
perusahaan. Arus kas bebas merupakan arus kas yang benar-benar tersedia
untuk diatribusikan kepada pemegang saham ataupun debitur sebagaimana
dijelaskan dalam tinjauan teoritis. White et al., (2003:68) (dalam Agustia
2013) mengungkapkan bahwa semakin besar kas tersedia dalam
perusahaan tersebut, maka semakin sehat perusahaan tersebut karena
memiliki kas yang tersedia untuk pertumbuhan, pembayaran utang, dan
dividen. Agustia (2013) menyimpulkan bahwa free cash flow berpengaruh

negatif signifikan terhadap manajemen laba. Hal in dikarenakan
perusahaan dengan free cash flow yang tinggi cenderung tidak melakukan
manajemen laba karena meskipun tanpa adanya manajemen laba,
perusahaan dapat meningkatkan harga sahamnya. Penelitian ini juga
didukunng oleh Zuhri dan Prabowo (2011) menyimpulkan bahwa
manajemen laba memiliki pengaruh negatif dan signifikan terhadap
manajemen laba. Perusahaan yang memilki free cash flow yang tinggi
cenderung melakukan pelaporan laba yang rendah. Berdasarkan uraian
tersebut makae hipotesis yang disusun yaitu:
H3: Free cash flow berpengaruh signifikan terhadap earning management
2.11.4 Return On Investment Terhadap Earning Management
Rasio ini merupakan ukuran manajemen dalam mengelola
investasinya (Kasmir, 2008: 202). Rasio ini semakin tinggi berarti
manajemen berhasil dalam meningkatkan kekayaan pemegang saham
sesuai dengan yang diharapkan. Untuk menghasilkan nilai ROI yang tinggi
maka manajemen juga harus meningkatkan laba perusahaan. Laba
perusahaan merupakan komponen untuk menghitungi ROI. Amertha
(2013) menyimpulkan bahwa ROA berpengaruh positif terhadap
manajemen laba berarti pihak manajemen melakukan tindakan manajemen
laba agar kinerja perusahaan terlihat baik sesuai harapan pihak manajemen
tersebut. ROI merupakan salah satu komponen untuk menilai kinerja
perusahaan. Saat kinerja perusahaan buruk manajer akan melakukan

tindakan manajemen laba agar kinerja perusahaan tetap terlihat baik.
Nilasari (2012) juga menyimpulkan bahwa ROA berpengaruh signifikan
terhadap manajemen laba. Berdasarkan uraian tersebut maka hipotesis
yang disusun yaitu:
H4: ROI berpengaruh signifikan terhadap earning management
2.11.5 Dividend Payout Ratio Terhadap Earning Management
Menurut Marlina dan Clara (2009) kebijakan dividen perusahaan
tergambar pada dividend payout ratio yaitu persentase laba yang dibagikan
dalam bentuk dividen tunai, artinya besar kecilnya dividend payout ratio
akan mempengaruhi keputusan investasi para pemegang saham dan disisi
lain berpengaruh pada kondisi keuangan perusahaan. Dividen yang tinggi
akan menarik perhatian para investor untuk melakukan investasi pada
perusahaan. Besarnya dividen yang akan dibagikan perusahaan sangat
bergantung pada laba yang dihasilkan perusahaan. Dalam hal ini
perusahaan cenderung untuk melakukan manajemen laba agar laba
mengalami peningkatan dari periode sebelumnya. Berdasarkan uraian
tersebut maka hipotesis yang disusun yaitu:
H5: DPR berpengaruh signifikan terhadap earning management
2.11.6 Price Earning Ratio Terhadap Earning Management
Sudana (2011) mendefenisikan price earning ratio yaitu rasio
untuk mengukur bagaimana investor menilai prospek pertumbuhan di

masa yang akan datang, dan tercermin dari harga saham yang bersedia
dibayar oleh investor untuk setiap rupiah laba yang diperolah perusahaan.
PER merupakan perbandingan antara harga per saham dengan laba per
saham. Semakin tinggi nilai dari rasio ini menunjukkan investor
mempunyai harapan yang baik tentang perkembangan perusahaan di masa
yang akan datang. Investor selalu mengharapkan tingkat pengembalian
yang tinggi atas investasinya, maka pihak manajemen perusahaan berusaha
untuk memenuhi keinginan investor tersebut. Tingkat pengembalian yang
tinggi sangat bergantung pada laba yang dihasilkan oleh perusahaan.
Setiap perusahan selalu menghindari kerugian. Untuk mengakui laba yang
tinggi perusahaan biasanya menggunakan metode akuntansi yang
mendukung pengakuan laba yang tinggi dan hal ini akan menunjukkan
kinerja perusahan yang baik. Berdasarkan uraian tersebut maka hipotesis
yang disusun yaitu:
H6: PER berpengaruh signifikan terhadap earning management

2.11.7 Hubungan Firm Size, Leverage, Free Cash FLow, ROI, DPR,
Dan PER Terhadap Manajemen Laba
Setiap perusahaan menginginkan agar kinerja perusahaan selalu
terlihat baik. Qomariyah (2008) menyimpulkan bahwa ukuran perusahaan
berpengaruh positif dan signifikan terhadap manajemen laba. Perusahaan

besar cenderung menggunakan prosedur akuntansi menurunkan laba untuk
mengurangi pajak yang tinggi dan political cost, sehingga laba yang
dilaporkan mengandung akrual tinggi dan berkualitas rendah. Perusahaan
yang memiliki rasio leverage yang tinggi cenderung mengatur laba yang
akan dilaporkan dengan menaikkan atau menurunkan laba periode masa
mendatang ke periode saat ini (Agustia, 2013). Agustia (2013)
menyimpulkan bahwa free cash flow berpengaruh negatif signifikan
terhadap manajemen laba. Hal in dikarenakan perusahaan dengan free cash
flow yang tinggi cenderung tidak melakukan manajemen laba karena
meskipun tanpa adanya manajemen laba, perusahaan dapat meningkatkan
harga sahamnya.

Amertha (2013) menyimpulkan bahwa ROA

berpengaruh positif terhadap manajemen laba berarti pihak manajemen
melakukan tindakan manajemen laba agar kinerja perusahaan terlihat baik
sesuai harapan pihak manajemen tersebut. Kebijakan dividen perusahaan
tergambar pada dividend payout ratio yaitu persentase laba yang dibagikan
dalam bentuk dividen tunai, artinya besar kecilnya dividend payout ratio
akan mempengaruhi keputusan investasi para pemegang saham dan disisi
lain berpengaruh pada kondisi keuangan perusahaan (Marlina dan Clara,
2009). Price earning ratio adalah rasio untuk menghitung seberapa pasar
mau menghargai saham dilihat dari kemampuan labanya (Sitanggang,
2012). Berdasarkan uraian diatas telihat bahwa ukuran perusahan dan free
cash flow tidak berpengaruh terhadap manajemen laba sedangkan leverage,

ROI, DPR, dan PER memiliki pengaruh terhadap manajemen laba.
Berdasarkan uraian tersebut maka hipotesis yang disusun yaitu:
H7: Firm size, leverage, ROI, FCF, DPR, dan PER berpengaruh signifikan
terhadap manajemen laba.

Dokumen yang terkait

Pengaruh Firm Size, Leverage, Return On Investment (Roi) Free Cash Flow (Fcf), Dividend Payout Ratio (Dpr),Dan Price Earning Ratio (Per) Terhadap Earning Management Pada Perusahaan Manufakturyang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia

0 60 114

Analisis Pengaruh Dividend Payout Ratio Dan Return On Investment Terhadap Harga Saham Pada Perusahaan Properti Dan Real Estate Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia

5 103 114

Analisis Pengaruh Return On Asset, Size, Debt To Equity Ratio Dan Cash Ratio Terhadap Dividend Payout Ratio Pada Perusahaan Manufaktur Yang Tercatat di Bursa Efek Indonesia

0 59 88

Analisis Pengaruh Cash Position, Return On Assets, Firm Size Dan Debt To Equity Terhadap Dividend Payout Ratio Pada Perusahaan Manufaktur Di Bursa Efek Indonesia

0 54 164

Pengaruh Dividend Pay Out Ratio, Current Ratio, Variance Of Earning Growth Terhadap Price Earning Ratio Pada Perusahaan Manufaktur Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia

7 73 99

Pengaruh Return On Asset, Return On Equity, Dan Price Earning Ratio Terhadap Harga Saham Pada Perusahaan Manufaktur Di Bursa Efek Indonesia

1 41 129

Pengaruh Current Ratio, Leverage, Dividend Payout Ratio Dan Return On Equity Terhadap Price Earning Ratio Pada Perusahaan Manufaktur Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia Tahun 2005-2008

0 61 82

Pengaruh DPR (Dividend Payout Ratio), Earning Growth, ROI (Return On Investment) Terhadap Price Earning Ratio (PER) Pada Perusahaan Barang Konsumsi Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia

2 63 92

Analisis Pengaruh Cash Position, Debt To Equity Ratio Dan Return On Assets Terhadap Dividend Payout Ratio Pada Perusahaan Manufaktur Di Bursa Efek Indonesia

0 65 120

Pengaruh Dividend Payout Ratio Dan Return On Investment Terhadap Harga Saham (Studi Kasus Pada Perusahaan Manufaktur Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia)

0 11 81