Analisis Pengaruh Cash Position, Return On Assets, Firm Size Dan Debt To Equity Terhadap Dividend Payout Ratio Pada Perusahaan Manufaktur Di Bursa Efek Indonesia
ANALISIS PENGARUH CASH POSITION, RETURN ON ASSETS,
FIRM SIZE DAN DEBT TO EQUITY TERHADAP DIVIDEND
PAYOUT RATIO PADA PERUSAHAAN MANUFAKTUR
DI BURSA EFEK INDONESIA
TESIS
Oleh
WIDYA SARI
087019159/IM
SE
K O L A
H
P A
S C
A S A R JA
NA
SEKOLAH PASCASARJANA
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
2011
(2)
ANALISIS PENGARUH CASH POSITION, RETURN ON ASSETS,
FIRM SIZE DAN DEBT TO EQUITY TERHADAP DIVIDEND
PAYOUT RATIO PADA PERUSAHAAN MANUFAKTUR
DI BURSA EFEK INDONESIA
TESIS
Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat untuk Memperoleh Gelar Magister Sains dalam Program Studi Ilmu Manajemen pada
Sekolah Pascasarjana Universitas Sumatera Utara
Oleh
WIDYA SARI
087019159/IM
SEKOLAH PASCASARJANA
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
2011
(3)
Judul Tesis : ANALISIS PENGARUH CASH POSITION, RETURN ON ASSETS, FIRM SIZE DAN DEBT TO EQUITY TERHADAP DIVIDEND PAYOUT RATIO PADA PERUSAHAAN MANUFAKTUR DI BURSA EFEK INDONESIA
Nama Mahasiswa : Widya Sari Nomor Pokok : 087019159
Program Studi : Ilmu Manajemen
Menyetujui, Komisi Pembimbing,
(Drs. M. Lian Dalimunthe, M.Ec. Ac) (Drs. Syahyunan, M.Si)
Ketua Anggota
Ketua Program Studi, Direktur,
(Prof. Dr. Paham Ginting, MS) (Prof. Dr. Ir. A. Rahim Matondang, MSIE)
(4)
Telah diuji pada
Tanggal : 18 Februari 2011
_______________________________________________________________________
PANITIA PENGUJI TESIS
Ketua : Drs. M. Lian Dalimunthe, M.Ec, Ac Anggota : 1. Drs. Syahyunan, M.Si
2. Prof. Dr. Paham Ginting, MS 3. Dra. Nisrul Irawati, MBA 4. Dr. Khaira Amalia F, MBA, Ak
(5)
PERNYATAAN
Dengan ini saya menyatakan bahwa tesis saya yang berjudul:
“Analisis Pengaruh Cash Position, Return on Assets, Firm Size dan Debt to Equity Terhadap Dividend Payout Ratio pada Perusahaan Manufaktur di Bursa Efek Indonesia”
Adalah benar hasil karya saya sendiri dan belum pernah dipublikasikan oleh
siapapun juga sebelumnya. Sumber – sumber data dan informasi yang digunakan
telah dinyatakan secara benar dan jelas.
Medan, Februari 2011
Yang membuat pernyataan
Widya Sari 087019159
(6)
ANALISIS PENGARUH CASH POSITION, RETURN ON ASSETS,
FIRM SIZE DAN DEBT TO EQUITY TERHADAP DIVIDEND
PAYOUT RATIO PADA PERUSAHAAN MANUFAKTUR
DI BURSA EFEK INDONESIA
ABSTRAK
Perusahaan manufaktur merupakan sektor industri yang memberikan kontribusi yang cukup besar dalam pertumbuhan ekonomi Indonesia. Permasalahan yang dihadapi bahwasanya dari banyaknya jumlah perusahaan manufaktur yang terdaftar banyak yang tidak mampu membayarkan dividen tunai setiap tahunnya. Jumlah perusahaan manufaktur yang membagikan dividen dari tahun ke tahun terus mengalami penurunan dan besarnya dividend payout ratio juga mengalami penuruan, hal ini berkaitan dengan kondisi likuiditas, profitabilitas, ukuran perusahaan dan kondisi leverage perusahaan manufaktur tersebut. Rumusan masalah dalam penelitian ini : (1) Bagaimana pengaruh cash position, return on assets, firm size dan debt to equity terhadap dividend payout ratio pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia? (2) Bagaimana pengaruh net profit margin, total assets turnover, sales growth dan debt to total assets terhadap return on assets pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia?
Teori yang digunakan dalam penelitian ini adalah teori Manajemen Keuangan yang berkaitan dengan Kebijakan Pembayaran Dividen dan Rasio Keuangan. Jenis penelitian ini adalah deskriptif kuantitatif.
Populasi pada penelitian ini adalah 193 perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia dan sampel dalam penelitian ini berjumlah 31 perusahaan manufaktur sesuai dengan kriteria yang telah ditetapkan pada penelitian ini. Metode analisis data yang digunakan adalah analisis regresi linier berganda.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa cash position, return on assets, firm size
dan debt to eqity secara serempak berpengaruh signifikan terhadap dividend payout ratio pada perusahaan manufaktur di Bursa Efek Indonesia, sedangkan secara parsial variabel yang paling dominan adalah cash position. Hasil penelitian juga menunjukkan bahwa net profit margin, total assets turnover, sales growth dan debt to total assets secara serempak berpengaruh signifikan terhadap return on assets pada perusahaan manufaktur di Bursa Efek Indonesia, sedangkan secara parsial variabel yang paling dominan adalah net profit margin.
Kesimpulan penelitian ini adalah: (1) Secara serempak dan parsial cash position, return on assets, firm size dan debt to equity berpengaruh signifikan terhadap dividend payout ratio, dan (2) Secara serempak net profit margin dan total assets turnover berpengaruh signifikan terhadap return on assets tetapi variabel sales growth secara parsial tidak berpengaruh signifikan terhadap return on assets pada perusahaan manufaktur di Bursa Efek Indonesia.
(7)
Kata Kunci: Cash Position, Return on Assets, Firm Size, Debt to Equity, Dividend Payout Ratio, Net Profit Margin, Total Assets Turnover, Sales Growth, Debt to Total Assets
(8)
THE ANALYSIS INFLUENCE OF CASH POSITION, RETURN ON ASSETS, FIRM SIZE AND DEBT TO EQUITY TO DIVIDEND PAYOUT RATIO AT
MANUFACTURE COMPANY OF INDONESIA STOCK EXCHANGE ABSTRACT
Manufacturing company is industrial sector which giving contribution that is big enough in growth of economic of Indonesia. The problems that happened is many listed manufacture company unable to pay for its cash dividend every year. Number of manufacture company that share cash dividend from year to year has decreased and so has been the level of dividend payout ratio, this thing relates to condition of liquidity, the profitability, company size and the leverage. The problems of this research are : (1) How the influence cash position, return on assets, firm size and debt to equity to dividend payout ratio at manufacture company of Indonesia Stock Exchange? (2) How the influence net profit margin, total assets turnover, sales growth and debt to total assets to return on assets at manufacture company of Indonesia Stock Exchange?
Theory applied in this research is the theory of Financial Management related to Dividend Payout Ratio and Financial Ratios. This research type is quantitative descriptive.
Population at this research is 193 listed manufacture company of Indonesia Stock Exchange and sample in this research amounts to 31 manufacture company based on criterion which has been specified at this research. Data analytical method applied is multiply regression analysis.
Result of research indicates that cash position, return on assets, firm size and debt to equity simultaneously influence significantly toward dividend payout ratio at manufacture company of Indonesia Stock Exchange and while parsially variable that is the most dominant is cash position. Result of research also indicates that net profit margin, total assets turnover, sales growth and debt to total assets simultaneously influence significantly toward return on assets at manufacture company of Indonesia Stock Exchange and while parsially variable that is the most dominant is net profit margin but variable sales growth doesnot have influence significantly toward return on assets.
This conclusion of this research is: (1) cash position, return on assets, firm size and debt to equity have influence significantly toward dividend payout ratio simultaneously and parsially and (2) net profit margin, total assets turnover and debt to total assets have influence significantly toward return on assets simultaneously and parsially at manufacture company of Indonesia Stock Exchange.
Keywords : Cash Position, Return on Assets, Firm Size, Debt to Equity, Dividend Payout Ratio, Net Profit Margin, Total Assets Turnover, Sales Growth, Debt to Total Assets.
(9)
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat, karunia, hidayah dan ridho-Nya dalam hidup penulis. Shalawat beriring salam kepada Nabi Besar Muhammad SAW, yang dengan semangat cintanya penulis dapat menyelesaikan tesis pada Program Studi Ilmu Manajemen Sekolah Pascasarjana Universitas Sumatera Utara yang berjudul “Analisis Pengaruh Cash Position, Return on Assets, Firm Size dan Debt to Equity terhadap Dividend
Payout Ratio pada Perusahaan Manufaktur di Bursa Efek Indonesia”.
Penulis telah banyak mendapat bimbingan dan bantuan dari berbagai pihak baik secara moril dan materil. Untuk itu dalam kesempatan ini izinkanlah penulis mengucapkan terima kasih kepada:
1. Bapak Prof. Dr. dr. Syahril Pasaribu, DTM&H, MSc (CTM), Sp.A(K)., selaku Rektor Universitas Sumatera Utara.
2. Bapak Prof. Dr. Ir. A. Rahim Matondang, MSIE., selaku Direktur Sekolah Pascasarjana Universitas Sumatera Utara.
3. Bapak Prof. Dr. Paham Ginting, MS., selaku Ketua Program Studi Magister Ilmu Manajemen Sekolah Pascasarjana Universitas Sumatera Utara dan Komisi Pembanding yang telah memberikan pengarahan, bimbingan dan saran demi kesempurnaan tesis ini.
4. Ibu Dr. Arlina Nurbaity Lubis, MBA., selaku Sekretaris Program Studi Magister Ilmu Manajemen Sekolah Pascasarjana Universitas Sumatera Utara.
5. Bapak Drs. M. Lian Dalimunthe, M.Ec., Ac., selaku Ketua Komisi Pembimbing yang telah memberikan pengarahan, bimbingan dan saran kepada penulis dalam menyelesaikan tesis ini.
6. Bapak Drs. Syahyunan, M.Si., selaku Anggota Komisi Pembimbing yang telah memberikan pengarahan, bimbingan dan saran kepada penulis dalam menyelesaikan tesis ini.
(10)
7. Ibu Dra. Nisrul Irawati, MBA., selaku Komisi Pembanding yang telah memberikan pengarahan dan saran demi kesempurnaan tesis ini.
8. Ibu Dr. Khaira Amalia F, MBA., selaku Komisi Pembanding yang telah memberikan pengarahan dan saran demi kesempurnaan tesis ini.
9. Seluruh Staff Pengajar yang telah memberikan ilmu pengetahuan yang bermanfaat bagi penulis dan Staff Administrasi Program Studi Ilmu Manajemen Sekolah Pascasarjana Universitas Sumatera Utara.
10.Khususnya kepada kedua orang tua penulis, Ayahanda Samadi dan Ibunda Sugiharti Ningsih tercinta yang telah memberikan doa dan dukungan kepada penulis setiap saat dengan penuh kasih sayangnya telah mengorbankan waktu, tenaga dan pikiran serta materi demi masa depan penulis.
11.Saudara penulis Abang Satria, Kak Ika, Adik Aryo dan Adik penulis almarhum Heri Suwindi yang membuat penulis banyak belajar tentang hidup, keponakan tersayang Raihan dan nenek Fatimah serta seluruh keluarga yang telah turut mendoakan dan mendukung penulis.
12.Buat orang – orang terbaik yang pernah ada dan Insyaallah akan selalu ada dalam kehidupan penulis, Nella makasih untuk waktu, tenaga dan pikirannya, Rahmi, Tika dan Bora makasih untuk doa dan dukungannya.
13.Buat teman – teman terbaik penulis yang mendukung dan menemani penulis dalam penyelesaian tesis ini : Pratiwi Eka Sari, SE., makasih atas dukungannya untuk memulai program Pascasarjana ini, Wanini Soraya, SE, Hilda Novrida, SE, makasih atas doa, motivasi dan dukungannya.
14.Teman-teman Angkatan XVI Kelas Paralel A, khususnya Anggia Sari Lubis, SE, Manda Dwipayani Bhastary, SS, Roza Maya Sari, SE, terimakasih atas motivasi, bantuan dan kebersamaannya dari perkuliahan sampai selesainya tesis ini serta seluruh teman – teman sekelas lainnya terimakasih atas doa dan dukungannya. 15.Pimpinan dan rekan kerja penulis di PT. Shields Security Solution terima kasih
(11)
Semoga Allah SWT akan membalas seluruh amal dan melimpahkan rahmat- Nya kepada kita semua. Penulis menyadari tesis ini belum sempurna, namun diharapkan akan dapat memberikan manfaat bagi semua pihak khususnya bagi perkembangan penelitian dalam bidang Ilmu Manajemen Keuangan.
Medan, Februari 2011
Penulis
(12)
RIWAYAT HIDUP
Widya Sari, lahir di Medan pada tanggal 03 April 1986. Anak ke dua dari empat bersaudara, dari pasangan Ayahanda Samadi dan Ibunda Sugiharti Ningsih.
Pendidikan di mulai dari Sekolah Dasar Swasta ERIA Medan tamat dan lulus tahun 1998, kemudian melanjutkan pendidikan ke Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama (SLTP) Negeri 15 Medan, tamat dan lulus tahun 2001. Selanjutnya meneruskan Pendidikan ke Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) Negeri 1 Medan, tamat dan lulus pada tahun 2004. Tahun 2004 melanjutkan ke jenjang pendidikan Strata 1 Fakultas Ekonomi Jurusan Manajemen di Universitas Muhammadiyah Sumatera Utara, tamat dan lulus tahun 2008. Tahun 2008 mengikuti pendidikan di Program Studi S-2 Ilmu Manajemen Sekolah Pascasarjana Universitas Sumatera Utara
Sejak September 2008 sampai saat ini bekerja di PT. Shields Security Solution cabang Medan sebagai Staff Administrasi.
Medan, Februari 2011
(13)
DAFTAR ISI
Halaman
ABSTRAK... i
ABSTRACT... ii
KATA PENGANTAR... iii
RIWAYAT HIDUP... vi
DAFTAR ISI ... vii
DAFTAR TABEL ... x
DAFTAR GAMBAR ... xii
DAFTAR LAMPIRAN... xiii
BAB I PENDAHULUAN ... 1
I.1 Latar Belakang ... 1
I.2 Perumusan Masalah ... 9
I.3 Tujuan Penelitian ... 9
I.4 Manfaat Penelitian ... 10
BAB II TINJAUAN PUSTAKA ... 11 II.1 Penelitian Terdahulu ... 11
II.2 Teori tentang Rasio Keuangan ... 13
II.2.1 Pengertian Rasio Keuangan ... 13
II.2.2 Cash Position... 15
II.2.3 Return on Assets ... 16
II.2.4 Firm Size ... 19
II.2.5 Debt to Equity ... 21
II.2.6 Net Profit Margin ... 23
II.2.7 Total Asset Turnover ... 25
(14)
II.2.9 Debt to Total Assets ... 27
II.3 Teori tentang Dividen ... 29
II.3.1 Pengertian Dividen ... 29
II.3.2 Teori Kebijakan Pembayaran Dividen ... 30
II.3.3 Faktor – faktor yang Mempengaruhi Rasio Pembayaran Dividen... 37
II.4 Kerangka Berpikir ... 45
II.5 Hipotesis ... 50
BAB III METODE PENELITIAN ... 51
III.1 Tempat dan Waktu Penelitian ... 51
III.2 Jenis Penelitian ... 51
III.3 Populasi dan Sampel ... 51
III.4 Teknik Pengumpulan Data... 53
III.5 Jenis dan Sumber Data ... 54
III.6 Identifikasi dan Definisi Operasional Variabel Penelitian ... 54
III.7 Model Analisis Data Penelitian... 56
III.8 Pengujian Asumsi Klasik ... 58
III.8.1 Uji Normalitas ... 59
III.8.2 Uji Multikolinieritas ... 59
III.8.3 Uji Autokorelasi ... 60
III.8.4 Uji Heteroskedastisitas ... 61
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 62
IV.1 Hasil Penelitian ... 62
IV.1.1 Gambaran Umum Bursa Efek Indonesia ... 62
IV.1.2 Gambaran Umum Perusahaan Manufaktur di Bursa Efek Indonesia ... 64
IV.2 Deskripsi Variabel Penelitian ... 65
(15)
IV.3.1 Hasil Uji Asumsi Klasik Variabel Cash Position,
Return on Assets, Firm Size dan Debt To Equity
Terhadap Dividend Payout Ratio ... 72
IV.3.2 Hasil Uji Asumsi Klasik Variabel Net Profit Margin, Total Assets Turnover, Sales Growth dan Debt to Total Assets terhadap Return on Assets... 78
IV.4 Hasil Analisis Data ... 84
IV.4.1 Hasil Analisis Data Hipotesis Pertama ... 84
IV.4.1.1 Koefisien determinasi hipotesis pertama ... 85
IV.4.1.2 Pengujian hipotesis pertama secara serempak 86
IV.4.1.3 Pengujian hipotesis pertama secara parsial... 87
IV.4.2 Hasil Analisis Data Hipotesis Kedua ... 89
IV.4.2.1 Koefisien determinasi hipotesis kedua... 90
IV.4.2.2 Pengujian hipotesis kedua secara serempak . 91
IV.4.2.3 Pengujian hipotesis kedua secara parsial ... 92
IV.5 Pembahasan Hasil Penelitian ... 94
IV.5.1 Pengaruh Cash Position, Return on Assets, Firm Size dan Debt To Equity terhadap Dividend Payout Ratio pada Perusahaan Manufaktur di Bursa Efek Indonesia ... 94
IV.5.2 Pengaruh Net Profit Margin, Total Assets Turnover, Sales Growth dan Debt to Total Assets terhadap Return on Assets pada Perusahaan Manufaktur di Bursa Efek Indonesia ... 99
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ... ... 104
V.1 Kesimpulan ... 104
V.2 Saran ... 105
(16)
DAFTAR TABEL
Nomor Judul Halaman
I.1 Persentase Peran Sub Sektor terhadap PDB Nasional Periode
Tahun 2004 – 2008 ... 1
I.2 Perusahaan Manufaktur yang Membagikan Dividen Periode Tahun 2005 – 2009 ... 5
I.3 Data Kondisi Keuangan pada Dua Perusahaan Manufaktur Periode Tahun 2005 – 2009 ... 6
III.1 Daftar Nama Perusahaan yang Menjadi Populasi Penelitian... 53
III.2 Definisi Operasional Variabel Penelitian ... 55
III.3 Kriteria Pengambilan Keputusan Uji Autokorelasi ... 60
IV.1 Gambaran Umum Perusahaan Manufaktur... 64
IV.2 Deskripsi Variabel Penelitian ... 65
IV.3 Hasil Uji Normalitas Hipotesis Penelitian menggunakan Kolmogorov Sminorv Test... 75
IV.4 Hasil Uji Multikolinieritas Hipotesis Penelitian ... 75
IV.5 Hasil Uji Autokorelasi Hipotesis Penelitian ... 76
IV.6 Hasil Uji Heteroskedastisitas Hipotesis Penelitian Menggunakan Glejser Test... 78
IV.7 Hasil Uji Normalitas Hipotesis Penelitian menggunakan Kolmogorov Sminorv Test... 80
IV.8 Hasil Uji Multikolinieritas Hipotesis Penelitian ... 81
IV.9 Hasil Uji Autokorelasi Hipotesis Penelitian ... 82
IV.10 Hasil Uji Heteroskedastisitas Hipotesis Penelitian Menggunakan Glejser Test... 83
IV.11 Hasil Regresi Hipotesis Pertama... 84
IV.12 Koefisien Determinasi Hipotesis Pertama ... 85
(17)
IV.14 Hasil Uji t Hipotesis Pertama... 87
IV.15 Hasil Regresi Hipotesis Kedua ... 89
IV.16 Koefisien Determinasi Hipotesis Kedua... 91
IV.17 Hasil Uji F Hipotesis Kedua ... 92
(18)
DAFTAR GAMBAR
Nomor Judul Halaman
II.1 Kerangka Berpikir Hipotesis Penelitian ... 49
IV.1 Hasil Uji Normalitas Hipotesis Penelitian Menggunakan
Histogram ... 73
IV.2 Hasil Uji Normalitas Hipotesis Penelitian Menggunakan
P-Plot ... 74
IV.3 Hasil Uji Heteroskedastisitas Hipotesis Penelitian
Menggunakan Scatterplot... 77
IV.4 Hasil Uji Normalitas Hipotesis Penelitian Menggunakan
Histogram ... 79 IV.5 Hasil Uji Normalitas Hipotesis Penelitian Menggunakan
P-Plot ... 79
IV.6 Hasil Uji Heteroskedastisitas Hipotesis Penelitian
(19)
DAFTAR LAMPIRAN
Nomor Judul Halaman
1 Jumlah Populasi Penelitian ... 110
2 Jumlah Populasi Penelitian Berdasarkan Kriteria 1, 2 dan 3 ... 113
3 Nilai Variabel Penelitian ... 122
(20)
ANALISIS PENGARUH CASH POSITION, RETURN ON ASSETS,
FIRM SIZE DAN DEBT TO EQUITY TERHADAP DIVIDEND
PAYOUT RATIO PADA PERUSAHAAN MANUFAKTUR
DI BURSA EFEK INDONESIA
ABSTRAK
Perusahaan manufaktur merupakan sektor industri yang memberikan kontribusi yang cukup besar dalam pertumbuhan ekonomi Indonesia. Permasalahan yang dihadapi bahwasanya dari banyaknya jumlah perusahaan manufaktur yang terdaftar banyak yang tidak mampu membayarkan dividen tunai setiap tahunnya. Jumlah perusahaan manufaktur yang membagikan dividen dari tahun ke tahun terus mengalami penurunan dan besarnya dividend payout ratio juga mengalami penuruan, hal ini berkaitan dengan kondisi likuiditas, profitabilitas, ukuran perusahaan dan kondisi leverage perusahaan manufaktur tersebut. Rumusan masalah dalam penelitian ini : (1) Bagaimana pengaruh cash position, return on assets, firm size dan debt to equity terhadap dividend payout ratio pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia? (2) Bagaimana pengaruh net profit margin, total assets turnover, sales growth dan debt to total assets terhadap return on assets pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia?
Teori yang digunakan dalam penelitian ini adalah teori Manajemen Keuangan yang berkaitan dengan Kebijakan Pembayaran Dividen dan Rasio Keuangan. Jenis penelitian ini adalah deskriptif kuantitatif.
Populasi pada penelitian ini adalah 193 perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia dan sampel dalam penelitian ini berjumlah 31 perusahaan manufaktur sesuai dengan kriteria yang telah ditetapkan pada penelitian ini. Metode analisis data yang digunakan adalah analisis regresi linier berganda.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa cash position, return on assets, firm size
dan debt to eqity secara serempak berpengaruh signifikan terhadap dividend payout ratio pada perusahaan manufaktur di Bursa Efek Indonesia, sedangkan secara parsial variabel yang paling dominan adalah cash position. Hasil penelitian juga menunjukkan bahwa net profit margin, total assets turnover, sales growth dan debt to total assets secara serempak berpengaruh signifikan terhadap return on assets pada perusahaan manufaktur di Bursa Efek Indonesia, sedangkan secara parsial variabel yang paling dominan adalah net profit margin.
Kesimpulan penelitian ini adalah: (1) Secara serempak dan parsial cash position, return on assets, firm size dan debt to equity berpengaruh signifikan terhadap dividend payout ratio, dan (2) Secara serempak net profit margin dan total assets turnover berpengaruh signifikan terhadap return on assets tetapi variabel sales growth secara parsial tidak berpengaruh signifikan terhadap return on assets pada perusahaan manufaktur di Bursa Efek Indonesia.
(21)
Kata Kunci: Cash Position, Return on Assets, Firm Size, Debt to Equity, Dividend Payout Ratio, Net Profit Margin, Total Assets Turnover, Sales Growth, Debt to Total Assets
(22)
THE ANALYSIS INFLUENCE OF CASH POSITION, RETURN ON ASSETS, FIRM SIZE AND DEBT TO EQUITY TO DIVIDEND PAYOUT RATIO AT
MANUFACTURE COMPANY OF INDONESIA STOCK EXCHANGE ABSTRACT
Manufacturing company is industrial sector which giving contribution that is big enough in growth of economic of Indonesia. The problems that happened is many listed manufacture company unable to pay for its cash dividend every year. Number of manufacture company that share cash dividend from year to year has decreased and so has been the level of dividend payout ratio, this thing relates to condition of liquidity, the profitability, company size and the leverage. The problems of this research are : (1) How the influence cash position, return on assets, firm size and debt to equity to dividend payout ratio at manufacture company of Indonesia Stock Exchange? (2) How the influence net profit margin, total assets turnover, sales growth and debt to total assets to return on assets at manufacture company of Indonesia Stock Exchange?
Theory applied in this research is the theory of Financial Management related to Dividend Payout Ratio and Financial Ratios. This research type is quantitative descriptive.
Population at this research is 193 listed manufacture company of Indonesia Stock Exchange and sample in this research amounts to 31 manufacture company based on criterion which has been specified at this research. Data analytical method applied is multiply regression analysis.
Result of research indicates that cash position, return on assets, firm size and debt to equity simultaneously influence significantly toward dividend payout ratio at manufacture company of Indonesia Stock Exchange and while parsially variable that is the most dominant is cash position. Result of research also indicates that net profit margin, total assets turnover, sales growth and debt to total assets simultaneously influence significantly toward return on assets at manufacture company of Indonesia Stock Exchange and while parsially variable that is the most dominant is net profit margin but variable sales growth doesnot have influence significantly toward return on assets.
This conclusion of this research is: (1) cash position, return on assets, firm size and debt to equity have influence significantly toward dividend payout ratio simultaneously and parsially and (2) net profit margin, total assets turnover and debt to total assets have influence significantly toward return on assets simultaneously and parsially at manufacture company of Indonesia Stock Exchange.
Keywords : Cash Position, Return on Assets, Firm Size, Debt to Equity, Dividend Payout Ratio, Net Profit Margin, Total Assets Turnover, Sales Growth, Debt to Total Assets.
(23)
BAB I PENDAHULUAN
I.1 Latar Belakang
Dalam pertumbuhan ekonomi Indonesia perusahaan manufaktur merupakan
sektor industri yang memberikan kontribusi cukup besar. Berdasarkan data pada
Tabel I.1 terlihat bahwa persentase peran sub sektor industri manufaktur tanpa
industri minyak dan gas terhadap Pendapatan Domestik Bruto (PDB) nasional setiap
tahunnya rata–rata sebesar 25%. Walaupun peran industri manufaktur mengalami
penurunan setiap tahunnya tetapi persentase peran industri manufaktur masih cukup
besar terhadap PDB nasional. Hal ini menunjukkan bahwa industri manufaktur cukup
berperan dalam pertumbuhan ekonomi Indonesia.
Tabel I.1. Persentase Peran Sub Sektor terhadap PDB Nasional Periode tahun 2004 – 2008
Tahun Sektor Industri Sektor
Manufaktur Minyak dan Gas Lainnya
2004 25,33 3,02 71,75
2005 25,30 2,77 71,93
2006 25,24 2,59 72,17
2007 24,96 2,43 72,60
2008 24,50 2,29 73,21
Rata-rata 25,07 2,62 72,33
Sumber : www.kemenperin.go.id
Perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia sampai dengan
(24)
bahwa peran serta industri manufaktur dalam Bursa Efek Indonesia juga menempati
posisi yang dominan.
Perkembangan perusahaan manufaktur dari tahun–tahun dapat dilihat dari
pertumbuhan internal perusahaannya salah satunya melalui kinerja keuangan dan
prospek perusahaan di masa mendatang. Kondisi perusahaan yang terus berkembang
dan semakin maju tentunya dapat tercermin dari semakin baiknya kinerja keuangan
yang dimiliki oleh perusahaan dan akan berdampak pada tingkat laba yang dihasilkan
oleh perusahaan (Hadiwidjaja, 2009:5)
Perusahaan manufaktur dalam menjalankan operasionalnya mempunyai
tujuan untuk untuk dapat menghasilkan laba perusahaan. Perusahaan manufaktur
yang mampu menghasilkan laba setiap tahunnya diharapkan mampu membagikan
dividen kepada para investor sebagai pemegang saham. Bagi perusahaan manufaktur
di Bursa Efek Indonesia kebijakan pembayaran dividen merupakan salah satu
keputusan penting yang dipertimbangkan karena berkaitan dengan kepentingan
investor sebagai pemegang saham dan perusahaan.
Setiap investor sebagai pemegang saham tentunya mengharapkan pembagian
dividen yang merupakan laba yang dihasilkan dari operasional perusahaan. Dengan
adanya pembagian dividen maka dapat meningkatkan keyakinan pemegang saham
terhadap prospek perkembangan perusahaan di masa mendatang (Puspita, 2009:3).
Perusahaan manufaktur yang dalam kondisi menguntungkan (profitable) akan
dapat membagikan dividen kepada para investornya. Walaupun ada beberapa
(25)
pada saat perusahaan dalam keadaan rugi seperti PT. Alumindo Light Metal Industry
pada tahun 2009, PT. Good Year pada tahun 2005, PT. HM Sampoerna pada tahun
2008. Tetapi sebaiknya kondisi perusahaan dalam keadaan menguntungkan sehingga
dapat meningkatkan keyakinan kepada para investornya. Kemudian, laba yang
dimiliki perusahaan akan diperhitungkan mengenai kebutuhan penggunaanya, apakah
akan dibagikan sebagai dividen atau akan ditahan untuk investasi perusahaan di masa
mendatang.
Perusahaan yang akan membagikan dividen secara tunai (cash dividend) akan
membutuhkan dana secara tunai yang cukup besar dari perusahaan. Oleh karena itu,
pihak manajemen akan melihat kondisi likuiditas perusahaan untuk membagikan
dividen secara tunai.
Dalam membagikan dividen perusahaan, ada kecenderungan perusahaan besar
membagikan jumlah deviden yang lebih besar dari perusahaan kecil. Hal ini
dikarenakan perusahaan besar biasanya lebih mudah memasuki pasar modal sehingga
akan lebih mudah untuk mendapatkan modal dalam menjalankan operasional
perusahaannya. Dengan demikian perusahaan besar tersebut tidak memerlukan laba
ditahan yang cukup besar untuk membiayai investasi perusahaannya dimasa yang
akan datang.
Dilihat dari struktur modal perusahaan atau kondisi leverage perusahaan
yaitu perbandingan hutang terhadap modal, bagi perusahaan yang memiliki jumlah
hutang yang besar akan dapat menurunkan jumlah laba yang dihasilkan karena
(26)
juga menurunkan jumlah pembayaran dividen kepada pemegang saham. Perusahaan
manufaktur yang dalam kondisi berkembang dapat menggunakan kebijakan utang
untuk membantu sumber dana perusahaan yang akan digunakan untuk investasi
perusahaan. Tetapi pihak manajemen harus dapat memperhitungkan kebijakan utang
yang diterapkan karena penggunaan hutang yang tinggi dapat menurunkan tingkat
laba bersih yang dihasilkan perusahaan.
Kebijakan pembayaran dividen tergambar pada devidend payout rationya
(rasio pembayaran dividen) yaitu merupakan persentasi laba yang dibagikan dalam
bentuk dividen tunai. Kondisi likuiditas yang tergambar melalui rasio cash position
(posisi kas), profitabilitas tergambar melalui rasio return on assets (laba terhadap
aktiva), firm size (ukuran perusahaan) tergambar melalui log natural jumlah aktiva
setiap tahunnya dan kondisi leverage perusahaan tergambar melalui rasio debt to
equty yaitu merupakan perbandingan total hutang dengan ekuitas pemegang saham.
Untuk meningkatkan laba perusahaan yang dihasilkan dari tahun ke tahun
maka pihak manajemen dapat memperhatikan operasional perusahaan dalam hal ini
aktivitas pendapatan (penjualan) yang dilakukan. Jumlah penjualan yang terus
meningkat dari tahun ke tahun belum tentu meningkatkan laba perusahaan karena
harus diperhatikan jumlah biaya yang dikeluarkan untuk aktivitas penjualan tersebut.
Pihak manajemen dapat melakukan efisiensi dalam biaya-biaya operasional
perusahaan untuk peningkatan laba. Efisiensi dalam biaya salah satunya dapat
dilakukan dengan memanfaatkan secara optimal aktiva yang dimiliki oleh
(27)
secara optimal dalam kegiatan operasional diharapkan dapat meningkatkan laba yang
dihasilkan, sehingga pada akhirnya dapat meningkatkan pembayaran dividen bagi
para investor sebagai pemegang saham.
Untuk mengevaluasi tingkat laba (profitabilitas) yang dihasilkan dari
penjualan pihak manajemen dapat menggunakan rasio net profit margin (marjin laba
bersih), untuk penggunaan aktiva dalam aktivitas penjualan dapat menggunakan rasio
total assets turnover (perputaran total aktiva), untuk melihat pertumbuhan penjualan
dapat menggunakan rasio sales growth dan untuk melihat seberapa besar hutang
membiaya aktiva perusahaan dapat menggunakan rasio debt to total assets.
Perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia setiap tahun
jumlahnya meningkat tetapi kenyataannya masih banyak perusahaan manufaktur
yang tidak mampu membagikan dividen tunai setiap tahunnya. Berdasarkan Tabel I.2
pada tahun 2008 dan 2009 terjadi penurunan jumlah perusahaan manufaktur yang
membagikan dividen.
Tabel I.2. Perusahaan Manufaktur yang Membagikan Dividen Periode tahun 2005 – 2009
Tahun Perusahaan Manufaktur yang Membagikan Deviden
2005 56 perusahaan
2006 66 perusahaan
2007 67 perusahaan
2008 47 perusahaan
2009 43 perusahaan
Sumber: Laporan Keuangan Perusahaan Manufaktur Bursa Efek Indonesia 2005 – 2009 dan Indonesian Capital Market Directory 2005 – 2008 (data diolah)
(28)
Sebagai ilustrasi dalam realisasi pembagian dividen perusahaan manufaktur
pada periode tahun 2005 sampai tahun 2009 tidak selalu perusahaan yang memiliki
nilai kas yang tinggi, laba dan total aktiva yang besar membagikan dividen dalam
jumlah yang besar pula. Seperti data kondisi kas, laba dan total aktiva pada PT. Multi
Bintang Indonesia dan PT. Multistrada Arah Sarana yang terlihat pada Tabel I.3
sebagai berikut :
Tabel I.3. Data Kondisi Keuangan pada Dua Perusahaan Manufaktur Periode Tahun 2005 – 2009
2005 2006 2007 2008 2009 No Emitten
(dalam ribuan rupiah, kecuali nilai dividen)
1 PT. Multi Bintang Indonesia
Dividen kas per share 3,165 2,640 3,600 15,000 13,500
Kas akhir tahun 10,514 4,759 44,207 276,849 337,162
Laba bersih 87,014 73,581 84,385 222,307 340,458
Total Aktiva 575,385 610,437 621,835 941,389 993,465
Penjualan 852,613 891,001 978,600 1,325,661 1,616,264
Total Hutang 347,434 411,907 424,028 597,211 328,759
2 PT. Multistrada Arah Sarana
Dividen kas per share 3 1 1 1 1
Kas akhir tahun 7,809 5,372 17,422 1,671 64,125
Laba bersih 57,068 170,007 29,204 2,974 174,861
Total Aktiva 1,083,291 1,433,688 1,799,172 2,379,024 2,536,045
Penjualan 238,386 568,032 898,335 1,333,604 1,691,475
Total Hutang 527,019 712,066 511,231 1,094,227 1,076,388
Sumber: Laporan Keuangan Perusahaan Manufaktur Bursa Efek Indonesia 2005 – 2009 dan Indonesian Capital Market Directory 2005 – 2008
Berdasarkan Tabel I.3, PT. Multi Bintang Indonesia membagikan dividen kas
per share dalam jumlah yang cukup besar terutama pada tahun 2008 dan 2009, sangat
berbeda jauh dengan jumlah dividen yang dibagikan oleh PT. Multistrada Arah
Laksana. Kas akhir tahun yang dimiliki oleh PT. Multistrada Arah Laksana setiap
tahunnya mengalami peningkatan kecuali pada tahun 2008 tetapi dividen kas yang
dibagikan tetap hanya Rp 1 per share. Kondisi pencapaian laba bersih PT. Multi
(29)
besar sehingga dividen kas per share yang dibagikan juga meningkat cukup besar.
Untuk PT. Multistrada Arah Sarana pencapaian laba pada tahun 2005 sampai 2009
mengalami peningkatan dan penurunan tetapi jumlah dividen kas per share yang
dibagikan tetap (tidak meningkat atau menurun). Total aktiva yang dimiliki oleh
PT. Multi Bintang Indonesia lebih rendah dari pada PT. Multistrada Arah Laksana
tetapi PT. Multi Bintang Indonesia mampu membagikan dividen kas yang lebih besar
dari pada PT. Multistrada Arah Laksana. Total hutang yang dimiliki oleh PT. Multi
Bintang Indonesia lebih rendah dari pada PT. Multistrada Arah Laksana sehingga
PT. Multi Bintang Indonesia dapat membagikan dividen lebih besar dari
PT. Multistrada Arah Laksana.
Dilihat dari perkembangan penjualan perusahaannya, maka untuk PT. Multi
Bintang Indonesia dari tahun ke tahun penjualan terus mengalami peningkatan tetapi
untuk pencapaian laba pada tahun 2006 dan tahun 2007 lebih rendah dari tahun 2005.
Untuk PT. Multistrada Arah Laksana perkembangan penjualan dari tahun ke tahun
juga mengalami peningkatan tetapi perkembangan pencapaian laba berfluaktuasi dan
terjadi penurunan pencapaian laba yang cukup besar pada tahun 2008.
Kondisi keuangan perusahaan manufaktur yang seperti ini memberikan
gambaran bahwa ada perusahaan tertentu yang mana kondisi kas yang dimiliki tidak
terlalu besar dan ukuran perusahaan tidak besar tetapi masih mampu membayarkan
dividen kas dalam jumlah yang cukup besar serta terlihat juga bahwa penjualan yang
terus meningkat setiap tahunnya belum tentu akan meningkatkan pencapaian laba
(30)
Laksono (2006:56) dalam penelitiannya menyatakan bahwa perusahaan yang
mempunyai cash flow yang tinggi belum tentu akan memberikan dividen yang tinggi
pula dikarenakan tergantung dari kebijakan perusahaan tentang dividen itu sendiri.
Penelitian Laksono (2006) menunjukkan bahwa faktor likuiditas tidak berpengaruh
terhadap dividend payout ratio perusahaan manufaktur. Dari pernyataan tersebut
dapat dikatakan bahwa perusahaan yang memiliki tingkat likuiditas yang tingggi ada
kemungkian tidak membayarkan dividen yang tinggi pula.
Kaen dan Baumann (2003) dalam Kusuma (2005:82) menguji hubungan
ukuran perusahaan dengan tingkat profitibilitas pada industri manufaktur di Amerika.
Hasil penelitian mereka menunjukan hampir separoh perusahaan yang tergabung
dalam industri manufaktur tersebut menunjukkan profitabilitas meningkat dengan
tingkatan yang semakin menurun (a decreasing rate), dan akhirnya profitabilitas
tersebut menurun ketika perusahaan tersebut menjadi lebih besar. Hasil penelitian
Kaen dan Baumam (2003) tersebut mengindikasikan bahwa perubahan ukuran
perusahaan yang semakin besar pada suatu titik tentu dapat menurukan profitabilitas
perusahaan, yang akan dapat berdampak pada rendahnya dividen yang dibagikan oleh
perusahaan besar.
Hakim (2007:89) menyatakan walaupun nilai debt to equity ratio tinggi
perusahaan bisa jadi tetap membayarkan dividen yang tinggi kepada pemegang
saham agar perusahaan dianggap masih mempunyai prospek yang bagus, sehingga
(31)
perusahaan dapat saja membagikan dividen dalam jumlah yang besar dengan kondisi
leverage yang tinggi pula.
Investor sebagai pemilik modal tentunya menuntut perusahaan untuk dapat
memberikan laba dalam bentuk dividen yang meningkat setiap tahunnya sehingga
perusahaan harus melakukan evaluasi kinerja keuangan perusahaannya untuk dapat
mengetahui kondisi keuangan perusahaan dan memaksimalkan kinerja keuangan
perusahaannya.
I.2. Perumusan Masalah
Berdasarkan uraian pada latar belakang diatas, maka dirumuskan masalah:
1. Bagaimana pengaruh cash position (posisi kas), return on assets (laba terhadap
aktiva), firm size (ukuran perusahaan) dan debt to equity (hutang terhadap modal)
terhadap dividend payout ratio (rasio pembayaran dividen) pada perusahaan
manufaktur di Bursa Efek Indonesia?
2. Bagaimana pengaruh net profit margin (marjin laba bersih), total assets turnover
(perputaran total aktiva), sales growth (pertumbuhan penjualan) dan debt to total
assets (hutang terhadap aktiva) terhadap return on assets (laba terhadap aktiva)
pada perusahaan manufaktur di Bursa Efek Indonesia?
I.3. Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui dan menganalisis:
1. Pengaruh cash position (posisi kas), return on assets (laba terhadap aktiva), firm
(32)
dividend payout ratio (rasio pembayaran dividen) pada perusahaan manufaktur
di Bursa Efek Indonesia.
2. Pengaruh net profit margin (marjin laba bersih), total assets turnover (perputaran
total aktiva), sales growth (pertumbuhan penjualan) dan debt to total assets
(hutang terhadap aktiva) terhadap return on assets (laba terhadap aktiva) pada
perusahaan manufaktur di Bursa Efek Indonesia.
I.4. Manfaat Penelitian
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat sebagai berikut:
1. Sebagai salah satu dasar pertimbangan dan masukan bagi pihak perusahaan secara
umum untuk mengevaluasi kinerja keuangan perusahaan dan memperhatikan
kondisi likuiditas, profitabilitas, ukuran perusahaan dan kondisi leverage
perusahaan untuk menentukan kebijakan pembayaran dividen perusahaan.
2. Sebagai bahan kajian ilmu dan menambah referensi penelitian bagi Program Studi
Magister Ilmu Manajemen Sekolah Pascasarjana Universitas Sumatera Utara.
3. Sebagai peningkatan pemahaman dan menambah wawasan kepada penulis dalam
bidang manajemen keuangan khususnya analisis rasio keuangan dalam kaitannya
dengan kebijakan pembayaran dividen.
4. Sebagai bahan referensi atau perbandingan bagi penulis selanjutnya yang akan
melakukan penelitian di masa yang akan datang demi mengembangkan ilmu
pengetahuan baik secara umum maupun khusus terhadap ilmu pengetahuan yang
(33)
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
II.1. Penelitian Terdahulu
Marlina dan Danica (2009) melakukan penelitian dengan judul “Analisis
Pengaruh Cash Position, Debt to Equity Ratio dan Return on Assets Terhadap
Dividend Payout Ratio Pada Perusahaan Manufaktur di Bursa Efek Indonesia”.
Sampel dari penelitian berjumlah 24 perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa
Efek Indonesia dengan periode penelitian dari tahun 2004 sampai dengan tahun 2007.
Metode analisis yang digunakan dalam penelitian adalah analisis regresi berganda.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa secara simultan Cash Position, Debt to Equity
Ratio dan Return on Assets berpengaruh secara signifikan terhadap Dividend Payout
Ratio dan secara parsial Cash Position dan Return on Assets berpengaruh secara
signifikan terhadap Dividend Payout Ratio tetapi secara parsial Debt to Equity Ratio
tidakberpengaruh secara signifikan terhadap Dividend Payout Ratio.
Hadiwidjaja (2007) melakukan penelitian dengan judul “Analisis Faktor-
faktor yang Mempengaruhi Dividend Payout Ratio Pada Perusahaan Manufaktur di
Bursa Efek Indonesia” jumlah sampel 31 perusahaan manufaktur yang terdaftar di
Bursa Efek Indonesia. Periode penelitian dari tahun 2001 sampai dengan tahun 2005
dan menggunakan metode analisis regresi berganda. Variabel bebas penelitian adalah
Cash Ratio, Debt to Equity Ratio, Net Profit Margin, Return on Investment, Tax Rate
(34)
simultan menunjukkan bahwa Cash Ratio, Debt to Equity Ratio, Net Profit Margin,
Return on Investment, Tax Rate berpengaruh signifikan terhadap Dividend Payout
Ratio tetapi secara parsial hanya Return On Investment dan Tax Rate berpengaruh
signifikan terhadap Dividend Payout Ratio.
Nasution (2004) melakukan penelitian dengan judul “Analisis Faktor–faktor
yang Mempengaruhi Dividend Payout Ratio pada Persahaan Manufaktur Go Public
di Bursa Efek Jakarta”. Sampel penelitian berjumlah 37 perusahaan dan periode
penelitian dari tahun 1998 sampai dengan tahun 2001. Metode penelitian yang
digunakan adalah analisis regresi berganda. Variabel dependen dalam penelitian ini
adalah Dividend Payout Ratio sedangkan variabel independen dalam peneilitian ini
adalah Cash Position, Growth, Firm Size, Debt to Equity Ratio, dan Profitability.
Hasil penelitian secara simultan variabel independen tidak memiliki pengaruh yang
signifikan terhadap Dividend Payout Ratio dan secara parsial hanya variabel Debt to
Equity Ratio yang memiliki pengaruh yang signifikan terhadap Dividend Payout
Ratio.
Sutrisno (2001) melakukan penelitian dengan judul “Analisis Faktor – faktor
yang Mempengaruhi Dividend Payout Ratio pada Perusahaan Publik di Indonesia”.
Sampel penelitian berjumlah 148 perusahaan dan periode penelitian dari tahun 1991
sampai dengan tahun 1996. Metode penelitian yang digunakan adalah Models
Analysis of Moment Structure (AMOS). Variabel terikat dalam penelitian ini adalah
Dividend Payout Ratio sedangkan variabel bebas dalam penelitian ini adalah Cash
(35)
Holding. Hasil penelitian menunjukkan bahwa Cash Position dan Debt to Equity
Ratio memiliki pengaruh yang signifikan terhadap Dividend Payout Ratio.
Akbar (2005) melakukan penelitian dengan judul “Pengaruh Net Profit
Margin, Assets Turn Over, Sales Growth, dan Financial Leverage Terhadap
Profitabilitas (Return on Assets) pada Perusahaan Makanan dan Minuman yang
Listing di BEJ”. Sampel penelitian berjumlah 8 perusahaan makanan dan minuman
yang listing di BEJ dan periode penelitian dari tahun 2000 sampai dengan tahun
2003. Metode penelitian yang digunakan adalah analisis regresi berganda. Hasil
penelitian secara simultan variabel Net Profit Margin, Assets Turn Over, Sales
Growth, dan Debt To Total Assets berpengaruh signifikan terhadap Return on Assets
tetapi secara parsial hanya variabel Net Profit Margin dan Sales Growth berpengaruh
signifikan terhadap Return on Assets.
II.2. Teori tentang Rasio Keuangan II.2.1. Pengertian Rasio Keuangan
Dalam mengevaluasi kinerja keuangan perusahaan setiap periodenya
perusahan dapat menggunakan rasio keuangan untuk membantu menganalisis
kekuatan dan kelemahan yang dimiliki perusahaan, membantu mengidentifikasi
penggunaan sumber daya yang dimiliki dan mencari peluang untuk memaksimalkan
investasi yang dilakukan.
Rasio Keuangan adalah alat yang digunakan untuk menganalisis kondisi
(36)
menghubungkan dua data keuangan dengan jalan membagi satu data dengan data
lainnya (Van Horne dan Wachowicz, 2005:234). Menurut Lee (1990:23) “In order to
make use of financial statement, an analyst needs some form of measure for analysis. Frequently, ratios are used to relate one piece of financial data to another. The ratios puts the two pieces of data on an equivalent base, which increases the usefulness of the data. Analyst of a series of ratios will give us a clear picture of a firm’s financial condition and performance”
Mathur (1988:19) menyatakan bahwa:
“The financial statements if utilized and interpreted carefully, can provide ”symptoms” of the condition of the firm. That is, just as a physician uses symptoms for diagnosis, a financial analyst or manager has to utilize his experience to interpret the ”symptoms” revealed by the financial statements to assess the financial economic, and managerial condition of the firm. He will typically combine and transfrom the entries in financial statements to extract maximum information from them. This process of analysis is called financial ratios analysis and serves two purposes : (1) creditors, lenders and investor perform ratio analysis in evaluating firm; and (2) the firm’s financial manager uses ratios in making decisions related to his responsibilities. It should be recognized that in typical situatuion ratios analysis is utilized in conjuction with actual and forecasted financial statements and various types of operational budgets”.
Muslich (2003:44) menyatakan informasi yang didasarkan pada analisis
keuangan mencakup penilaian keadaan keuangan perusahaan baik yang telah lampau,
saat sekarang dan ekspetasi masa depan. Tujuan dari analisis ini adalah untuk
mengidentifikasi setiap kelemahan dari keadaan keuangan yang dapat menimbulkan
(37)
Disamping itu analisis yang dilakukan oleh pihak luar perusahaan dapat digunakan
untuk menentukan tingkat kredibilitas atau potensi investasi.
Keown et al (2008:75) menyatakan rasio keuangan membantu kita untuk
mengindentifikasikan beberapa kelemahan dan kekuatan keuangan perusahaan serta
kita dapat menggunakan rasio untuk menjawab beberapa pertanyaan penting tentang
operasi perusahaan: (1) seberapa likuid perusahaan?; (2) apakah manajemen
menghasilkan laba operasional yang cukup atas aktiva perusahaan yang ada?; (3)
bagaimana perusahaan mendanai aktiva–aktivanya?; (4) apakah pemilik (pemegang
saham) mendapatkan pengembalian yang cukup atas investasi mereka?.
Mannes (1990:35) menyatakan “The financial health of a corporation is
vitally important to managers, creditors and owners since they all have a vested interest in its well-being. Financial analysis is the general term used to described the process of interpreting the past, present and future financial condition of a company. The analyst is given a set of financial statements to analyze. The analyst calculates a few financial ratios which give an overview of the financial condition of the firm. If any problem are spotted, the analyst calculates additional ratios aimed at better understanding the problem areas. Once the problem areas are uncovered, the analyst formulates recommendations aimed at correcting problems”.
II.2.2. Cash Position
Cash position merupakan rasio kas akhir tahun dibandingkan dengan laba
(38)
maka akan semakin besar kemampuannya untuk membayar dividen. Faktor ini
merupakan faktor internal yang dapat dikendalikan oleh manajemen perusahaan
sehingga pengaruhnya dapat dirasakan secara langsung bagi kebijakan dividen.
Sutrisno (2001:5) menyatakan posisi kas suatu perusahaan merupakan faktor
yang penting yang harus dipertimbangkan, sebelum membuat keputusan untuk
menentukan besarnya dividen yang akan dibayarkan, sehingga semakin kuat posisi
kas perusahaan, berarti semakin besar kemampuannya untuk membayar dividen.
Partington (1989:169) dalam Hartadi (2006:30) menyatakan dividen merupakan cash
outflow dengan demikian semakin kuat posisi kas perusahaan akan semakin besar
kemampuannya untuk membayarkan dividen dan rasio posisi kas merupakan
perbandingan saldo kas akhir tahun dengan laba bersih setelah pajak.
Posisi kas atau likuiditas perusahaan merupakan faktor yang penting yang
harus dipertimbangkan sebelum mengambil keputusan untuk menetapkan besarnya
dividen yang akan dibayarkan kepada para pemegang saham. Oleh karena dividen
merupakan “cash outflow”, maka makin kuat posisi kas perusahaan, berarti makin
besar kemampuan perusahaan untuk membayar deviden (Riyanto, 2001:267).
Menurut Stanley dan Geoffrey (1987) dalam Sutrisno (2001:5) rasio posisi
(39)
II.2.3. Return on Assets
Profitabilitas merupakan kemampuan perusahaan untuk menghasilkan laba
pada masa mendatang dan merupakan indikator dari keberhasilan operasi perusahaan.
Perusahaan yang mempunyai profitabilitas yang tinggi akan menarik minat investor
untuk menanamkan modalnya dengan harapan akan mendapatkan keuntungan yang
tinggi pula. Faktor profitabilitas berpengaruh terhadap kebijakan dividen karena
dividen adalah sebagian dari laba bersih yang diperoleh perusahaan, oleh karena itu
dividen akan dibagikan apabila perusahaan memperoleh keuntungan (Puspita,
2009:35).
Keuntungan yang layak dibagikan kepada pemegang saham adalah
keuntungan setelah perusahaan memenuhi kewajiban-kewajiban tetapnya yaitu bunga
dan pajak. Oleh karena itu dividen yang diambilkan dari keuntungan bersih akan
mempengaruhi dividend payout ratio. Perusahaan yang semakin besar keuntungannya
akan membayar porsi pendapatan yang semakin besar sebagai dividen (Sudarsi
2002:79).
Menurut Hanafi (2005:375) perusahaan yang mempunyai aliran kas atau
profitabilitas yang baik bisa membayar dividen atau meningkatkan dividen. Hal yang
sebaliknya akan terjadi jika jika aliran kas tidak baik. Alasan lain pembayaran dividen
adalah untuk menghindari akuisisi oleh perusahaan lain. Perusahaan yang
mempunyai kas yang berlebihan seringkali menjadi target dalam akuisisi. Untuk
menghindari akuisisi, perusahaan tersebut bisa membayarkan dividen, dan sekaligus
(40)
Menurut Syamsudin (2000:63) “return on assets adalah merupakan
pengukuran kemampuan perusahaan secara keseluruhan di dalam menghasilkan
keuntungan dengan jumlah keseluruhan aktiva yang tersedia di dalam perusahaan”.
Husnan dan Pudjiastuti (2004:74) menyatakan return on assets menunjukkan
seberapa besar laba bersih yang bisa diperoleh dari seluruh kekayaan yang dimiliki
perusahaan. Kemudian Sundjaja dan Barlian (2002:122) berpendapat bahwa return
on assets adalah ukuran keseluruhan keefektifan menajemen dalam menghasilkan
laba dengan aktiva yang tersedia.
Beberapa pendapat yang telah dikemukakan diatas telah menjelaskan bahwa
return on assets merupakan rasio antara laba bersih setelah pajak dibandingkan
dengan total aktiva.
Pengukuran rasio return on assets merupakan sebagai indikator efektifitas
penggunaan aktiva yang dimiliki perusahaan dan dapat membantu manajemen
perusahaan dalam mengevaluasi investasi pada aktiva yang dilakukan agar dapat
dioptimalkan untuk tahun berikutnya. Menurut Van Horne dan Wachowicz
(2005:148) “rasio return on asssets digunakan untuk mengukur keseluruhan
keefektifan dalam menghasilkan laba dengan aktiva yang tersedia”. Syamsudin
(2000:63) menyatakan pentingnya pengukuran rasio ini didalam suatu perusahaan
dimana semakin tinggi rasio return on assets, semakin baik keadaan suatu
(41)
Untuk mengevaluasi tingkat return on assets pihak manajemen dapat
memperhatikan perkembangan net profit margin dan total assets turnover dari tahun
ke tahun. Brigham dan Houston (2001:94) menyatakan pendekatan Du Pont
memperlihatkan bagaimana hubungan diantara tingkat return on assets, net profit
margin dan total assets turnover. Kemudian Atmadja (2005:419) berpendapat Du
Pont Analys memperlihatkan bagaimana hubungan net profit margin dan total assets
turnover dikombinasikan untuk menentukan tingkat return on assets. Du Pont
memecah tingkat return on assets menjadi berbagai rasio lainnya yaitu net profit
margin dan total assets turnover. Van Horne dan Wachowizc (2005:226)
menyatakan bahwa return on assets merupakan fungsi dari net profit margin, dan
total assets turnover.
Akbar (2005) dalam penelitiannya menyatakan bahwa faktor–faktor yang
mempengaruhi profitabilitas (return on assets) perusahaan yaitu net profit margin,
assets turnover, sales growth dan financial leverage (debt to total assets). Net profit
margin, assets turnover dan sales growth mempunyai pengaruh positif terhadap
return on assets, hal ini berarti semakin meningkatnya net profit margin, assets
turnover dan sales growth maka akan meningkatkan return on assets sedangkan debt
to total assets mempunyai pengaruh negatif terhadap return on assets, hal ini berarti
(42)
II.2.4. Firm Size
Firm Size merupakan simbol ukuran perusahaan. Proxy ini dapat ditentukan
melalui log natural dari total assets tiap tahun. Faktor ini menjelaskan bahwa
perusahaan besar dapat lebih mudah mengakses pasar modal dibandingkan dengan
perusahaan kecil. Semakin besar ukuran perusahaan semakin mudah untuk
mendapatkan modal eksternal dalam jumlah yang lebih besar terutama dari hutang
(Sudarsi, 2002:80).
Clearly (1999) dalam Puspita (2009:49) menyatakan perusahaan besar dengan
akses pasar yang lebih baik seharusnya membayar dividen yang tinggi kepada
pemegang sahamnya, sehingga antara ukuran perusahaan dan pembayaran dividen
memiliki hubungan yang positif. Suatu perusahaan besar yang sudah mapan akan
memiliki akses yang mudah menuju pasar modal, sementara perusahaan yang baru
dan yang masih kecil akan mengalami banyak kesulitan untuk memiliki akses ke
pasar modal. Karena kemudahan akses ke pasar modal cukup berarti untuk
fleksibilitas dan kemampuannya untuk memperoleh dana yang lebih besar, sehingga
perusahaan mampu memiliki rasio pembayaran dividen yang lebih tinggi daripada
perusahaan kecil.
Sembiring (2008:35) menyatakan bahwa faktor ukuran perusahaan yang
menunjukkan besar kecilnya perusahaan merupakan faktor penting dalam
pembentukan laba. Perusahaan besar yang dianggap telah mencapai tahap
kedewasaan merupakan suatu gambaran bahwa perusahaan tersebut relatif lebih stabil
(43)
perusahaan yang stabil biasanya dapat memprediksi jumlah keuntungan di tahun–
tahun mendatang karena tingkat kepastian laba sangat tinggi. Sebaliknya bagi
perusahaan yang belum mapan, besar kemungkinan laba yang diperoleh juga belum
stabil karena kepastian laba lebih rendah. Dengan demikian semakin besar ukuran
suatu perusahaan maka akan dapat menghasilkan laba yang lebih besar sehingga
dapat membagikan dividen dalam jumlah yang lebih besar juga.
Perusahaan yang besar juga cenderung melakukan diversifikasi usaha lebih
banyak daripada perusahaan kecil. Oleh karena itu kemungkinan kegagalan dalam
menjalankan usaha atau kebangkrutan akan lebih kecil. Ukuran perusahaan sering
dijadikan indikator bagi kemungkinan terjadinya kebangkrutan bagi suatu
perusahaan, dimana perusahaan dengan ukuran lebih besar dipandang lebih mampu
menghadapi krisis dalam menjalankan usahanya. Hal ini akan mempermudah
perusahaan dengan ukuran lebih besar untuk memperoleh pinjaman atau dana
eksternal (Juniati, 2010:24).
Perhitungan firm size adalah sebagai berikut:
Firm Size = ln TA
II.2.5. Debt to Equity
Rasio leverage merupakan rasio yang digunakan untuk mengukur penggunaan
hutang didalam perusahaan. Menurut Mannes (1990:51) menyatakan “Leverage
ratios are designed to assess the balance of financing obtained through debt and equity sources. These ratios can be separated into two distinct groups: those that
(44)
measure the relative proportion of debt and equity financing and those that measure the firm’s ability to service its debt obligations out of current earnings. A firm’s capital structure (the total dollar amount of long term financing including debt and equity sources) which is composed of even a small proportion of debt is said to have financial leverage.”
Menurut Riyanto (2001:267) salah satu rasio yang termasuk dalam rasio
solvabilitas/leverage adalah debt to equity ratio (DER). Rasio ini digunakan untuk
mengetahui berapa bagian dari setiap modal sendiri yang dijadikan jaminan untuk
keseluruhan hutang (modal asing) perusahaan atau untuk menilai banyaknya hutang
yang digunakan perusahaan. Semakin besar rasio ini menunjukkan semakin besar
kewajibannya dan rasio yang semakin rendah akan menunjukkan semakin tinggi
kemampuan perusahaan memenuhi kewajibannya. Apabila perusahaan menentukan
bahwa pelunasan utangnya akan diambilkan dari laba ditahan, berarti perusahaan
harus menahan sebagian besar dari pendapatannya untuk keperluan tersebut, yang ini
berarti hanya sebagian kecil saja yang pendapatan yang dapat dibayarkan sebagai
dividen.
Van Horne dan Wachowicz (2005:137) menyatakan bahwa untuk menilai
batasan perusahaan dalam meminjam uang maka dapat digunakan rasio hutang
terhadap ekuitas yang merupakan perbandingan antara total hutang dengan ekuitas
pemegang saham. Kemudian Mannes (1990:51) menjelaskan “Typically, corporate
debt has a fixed interest rate and repayment schedule. Consequently, if this debt capital is profitably employed in high-yielding assets, the shareholders benefit large
(45)
return, for the suppliers of the debt capital do not participate in the growth of earning. Instead, bondholders receive the stated interest payments whether the investment the financing is used for has a high return or low return. Obviously, there are risks inherent in using debt. If the investment does not pay off, the firm is still obligated to pay the interest and principal as it comes due. Because debt instrument are contractual and must be paid off, leverage ratio are designed to spot those firms which rely too heavily on debt sources”.
Debt to equity ratio mencerminkan kemampuan perusahaan dalam memenuhi
seluruh kewajibannya yang ditunjukkan oleh berapa bagian modal sendiri yang
digunakan untuk membayar hutang. Semakin besar rasio ini menunjukkan semakin
besar kewajibannya dan rasio yang semakin rendah akan menujukkan semakin tinggi
kemampuan perusahaan dalam memenuhi kewajibannya. Peningkatan hutang ini akan
mempengaruhi tingkat pendapatan bersih yang tersedia bagi pemegang saham,
artinya semakin tinggi kewajiban perusahaan, akan semakin menurunkan kemampuan
perusahaan dalam membayar dividen (Sudarsi, 2002:3).
Sutrisno (2001:5) dalam penelitiannya menyatakan bahwa semakin rendah
debt to equity maka akan semakin tinggi kemampuan perusahaan untuk membayar
seluruh kewajibannya. Semakin besar proporsi hutang yang digunakan untuk struktur
modal suatu perusahaan, maka akan semakin besar pula jumlah kewajibannya.
Peningkatan hutang pada gilirannya akan mempengaruhi besar kecilnya laba bersih
yang tersedia bagi para pemegang saham termasuk dividen yang akan diterima,
(46)
Jika beban hutang semakin tinggi, maka kemampuan perusahaan untuk membagi
dividen akan semakin rendah, sehingga debt to equity mempunyai hubungan negatif
dengan dividend payout ratio.
Perhitungan rasio debt to equity adalah sebagai berikut:
II.2.6. Net Profit Margin
Menurut Syamsudin (2000:62) “net profit margin adalah merupakan rasio
antara laba bersih (net profit) yaitu penjualan sesudah dikurangi dengan seluruh
expenses termasuk pajak dibandingkan dengan penjualan”. Halim dan Sarwoko
(1999: 62) menyatakan “net profit margin yakni perbandingan antara laba bersih
(laba setelah biaya bunga dan pajak/EAT) dengan penjualan”. Kemudian Husnan dan
Pudjiastuti (2004:74) menyatakan “rasio ini mengukur seberapa banyak keuntungan
operasional diperoleh dari setiap rupiah penjualan”.
Sundjaja dan Barlian dalam bukunya Manajemen Keuangan (2002:121)
menjelaskan bahwa “marjin laba bersih adalah ukuran persentase dari setiap hasil sisa
penjualan sesudah dikurangi semua biaya dan pengeluaran termasuk bunga dan
pajak”. Kemudian Van Horne dan Wachowicz (2005:224) berpendapat bahwa
“marjin laba bersih merupakan ukuran profitabilitas dari penjualan sesudah
(47)
Beberapa pendapat yang telah dikemukakan tentang net profit margin diatas
telah menjelaskan bahwa net profit margin merupakan rasio antara laba bersih setelah
pajak dibandingkan dengan jumlah penjualan.
Net profit margin merupakan salah satu indikator penting yang dapat
digunakan untuk mengukur kinerja keuangan perusahaan dengan menganalisis
laporan keuangan yaitu untuk menunjukkan penghasilan bersih perusahaan per dolar
atas penjualan, dengan kata lain rasio ini digunakan untuk mengukur profitabilitas
(laba) yang berkaitan dengan penjualan yang dihasilkan (Van Horne dan Wachowicz,
2005:224).
Syamsudin (2000:62) menyatakan pentingnya pengukuran rasio ini didalam
suatu perusahaan dimana semakin tinggi net profit margin, semakin baik operasi
suatu perusahaan. Tunggal (2000:166) berpendapat bahwa “rasio net profit margin
menggambarkan tingkat keuntungan yang diperoleh (rate of return) dan
menunjukkan keberhasilan atau tidaknya manajemen dibandingkan dengan produksi
dan distribusi sebagai keseluruhan”.
Pendapat-pendapat diatas telah menjelaskan pentingnya pengukuran rasio ini
untuk mengetahui perkembangan kinerja keuangan yang berhubungan dengan
kemampuan perusahaan dalam menghasilkan laba bersih setelah pajak dari penjualan
yang dilakukan perusahaan. Perhitungan rasio net profit margin adalah sebagai
(48)
II.2.7. Total Assets Turnover
Rasio total assetsturnover merupakan salah satu rasio yang sering digunakan
oleh perusahaan untuk mengukur kinerja aktiva perusahaan. Rasio total assets
turnover mempergunakan perbandingan antara tingkat penjualan dengan investasi
dalam aktiva. Asumsi yang diambil adalah terdapat hubungan antara penjualan
dengan aktiva tersebut (Muslich, 2003:50).
Menurut Syamsudin (2000:62):
“Total assets turnover menunjukkan tingkat efisiensi penggunaan keseluruhan aktiva perusahaan didalam menghasilkan volume penjualan tertentu. Semakin tinggi rasio total assets turnover berarti semakin efisien penggunaan keseluruhan aktiva didalam menghasilkan penjualan. Total assets turnover ini penting bagi para kreditur dan pemilik perusahaan tetapi akan lebih penting lagi bagi manajemen perusahaan, karena hal ini akan menunjukkan efisien tidaknya penggunaan seluruh aktiva di dalam perusahaan”.
Sementara itu Sundjaja dan Barlian (2002:115) menyatakan “perputaran total
aktiva menunjukkan efisiensi dimana perusahaan menggunakan seluruh aktivanya
untuk menghasilkan penjualan. Pada umumnya semakin tinggi perputaran aktiva,
semakin efisien penggunaan aktiva tersebut”. Kemudian Halim dan Sarwoko
(1999:60) berpendapat “rasio total assets turnover menunjukkan efektif tidaknya
pemakaian aktiva, makin tinggi rasio ini menunjukkan makin efektif pemakaian
aktivanya”.
Van Horne dan Wachowicz (2005:221) dalam bukunya Prinsip–Prinsip
Manajemen Keuangan menyatakan bahwa rasio ini menjelaskan hubungan dari
(49)
perbandingan antara penjualan dengan total aktiva operasi (Halim dan Sarwoko,
1999:60).
Pendapat–pendapat tersebut telah menjelaskan pentingnya total assets
turnover dalam analisis rasio keuangan untuk mengukur kinerja keuangan khususnya
aktiva perusahaan. Perhitungan rasio totalassetsturnover adalah sebagai berikut:
II.2.8. Sales Growth
Menurut Akbar (2005:25) menyatakan bahwa sales growth sebagai salah satu
rasio pertumbuhan adalah rasio yang menunjukkan suatu peningkatan penjualan yang
dapat dicapai suatu badan usaha. Dengan sales growth yang tinggi maka badan usaha
tersebut menunjukkan kemampuan dalam menembus pasar baru atau melakukan
diversifikasi produk dan saluran distribusi serta menetapkan harga jual. Oleh karena
itu sales growth harus selalu dipertahankan dan sales growth yang tinggi memberi
indikator badan usaha yang bersangkutan dapat meningkatkan pertumbuhan
perusahaannya dan diharapkan dapat meningkatkan laba yang dihasilkan.
Hatta (2002) dalam Laksono (2006:19) menyatakan bagi perusahaan dengan
tingkat pertumbuhan penjualan yang tinggi maka ada kecenderungan perusahaan
membagikan dividen lebih konsisten dibandingkan dengan perusahaan-perusahaan
yang tingkat pertumbuhan penjualannya rendah karena perusahaan tersebut mampu
(50)
Menurut Weston & Copeland (1992:187) dalam Akbar (2005:25) rasio sales
growth dapat dirumuskan sebagai berikut:
II.2.9. Debt to Total Assets
Menurut Mathur (1988:27) menyatakan total debts to total assets ratio is
obtained by dividing total debt by total assets and represents the proportion of assets that is financed by debt. Keown et al (2008:70) menyatakan rasio utang merupakan
perbandingan antara total hutang dengan total aktiva, rasio ini menunjukkan berapa
banyak hutang yang digunakan untuk membiayai aset-aset perusahaan. Kemudian
Mannes (1990:53) menjelaskan ”Debt ratio is a ratio computed by dividing total
liabilities by total assets, the debt ratio measures the proportion of a company’s total financing being supplied by debt sources, such as account payables, bank loan, bonds or mortgages”.
Menurut Jensen (1986) dalam Ardiana (2010:17-18) menyatakan bahwa utang
memainkan peran penting dalan memotivasi manajer untuk meningkatkan efisiensi
organisasi dan rasio utang yang optimal diperoleh ketika tambahan manfaat
(marginal benefit) dari utang tersebut sama dengan tambahan biayanya. Pendapat
Jensen (1986) ini melengkapi pendapat yang diungkapkan oleh Brigham dan Houston
(2004) bahwa pada range tertentu yaitu pada saat marginal benefit lebih besar
(51)
meningkatnya utang. Akan tetapi, profitabilitas menurun seiring dengan
meningkatnya utang pada saat marginal cost lebih besar daripada marginal benefit.
Laksono (2006:21) dalam penelitiannya berpendapat bahwa debt to total
assets merupakan rasio antara total hutang (total debts) baik hutang jangka pendek
(current liability) dan hutang jangka panjang (long term debt) terhadap total aktiva
(total assets) baik aktiva lancar (current assets) maupun aktiva tetap (fixed assets)
dan aktiva lainnya (other assets). Rasio ini menunjukkan besarnya hutang yang
digunakan untuk membiayai aktiva yang digunakan oleh perusahaan dalam rangka
menjalankan aktivitas operasionalnya. Semakin besar rasio debt to total assets
menunjukkan semakin besar tingkat ketergantungan perusahaan terhadap pihak
eksternal (kreditur) dan semakin besar pula beban biaya hutang (biaya bunga) yang
harus dibayar oleh perusahaan. Dengan semakin meningkatnya rasio debt to total
assets (dimana beban hutang juga semakin besar) maka hal tersebut berdampak
terhadap profitabilitas yang diperoleh perusahaan, karena sebagian digunakan untuk
membayar bunga pinjaman. Dengan biaya bunga yang semakin besar, maka
profitabilitas (earnings after tax) semakin berkurang (karena sebagian digunakan
untuk membayar bunga), maka hak para pemegang saham (dividen) juga semakin
berkurang (menurun).
Pendapat – pendapat tersebut telah menjelaskan pentingnya debt to total
assets dalam analisis rasio keuangan untuk mengukur kinerja keuangan khususnya
penggunaan hutang perusahaan. Perhitungan rasio debt to totalassets adalah sebagai
(52)
II.3. Teori tentang Dividen II.3.1 Pengertian Dividen
Keuntungan yang diperoleh investor atau pemegang saham dapat berupa
capital gain dan dividen. Capital gain adalah perolehan keuntungan dari selisih lebih
antara harga jual dengan harga beli saham sedangkan dividen merupakan pendapatan
yang diterima pemegang saham secara periodik dari sebagian laba bersih yang
disisihkan oleh perusahaan. Dividen juga merupakan sebagai harapan bagi para
investor, artinya pada titik tertentu para investor mengharapkan adanya pembagian
laba dari laba yang diperoleh perusahaan.
Levy dan Sarnat (1990:407) menyatakan “a dividend as a sum of money paid
to shareholders of a corporation out of earnings”. Kemudian Tampubolon
(2005:183) berpendapat pendapatan korporasi yang dibagikan kepada pemegang
saham disebut sebagai dividen (dividend). Dividen dibayarkan baik dalam cash
maupun dalam bentuk saham yang biasanya diterbitkan secara kuartalan. Rosdini
(2009:3) menyatakan dividen adalah suatu bentuk pembayaran yang dilakukan oleh
perusahaan kepada para pemiliknya, baik dalam bentuk kas maupun saham.
Sutrisno (2001:3) menyatakan dividen diartikan sebagai pembayaran kepada
para pemegang saham oleh pihak perusahaan atas keuntungan yang diperolehnya.
(53)
merupakan variabel pengembalian utama dimana pemilik dan investor akan
menentukan nilai saham. Dividen tunai adalah sumber dana aliran kas untuk
pemegang saham dan memberikan informasi tentang kinerja perusahaan saat ini dan
akan datang.
Marthur (1988:279) menyatakan “Dividends, in the normal use of the word,
refer to that portion of retained earnings that is paid to stockholders. Dividend policy refers to the policy of guidelines that management uses in establishing the portion of retained earnings that is to be paid in dividends”.
II.3.2. Teori Kebijakan Pembayaran Dividen
Kebijakan dividen mencakup keputusan mengenai apakah laba yang diperoleh
perusahaan akan dibagikan kepada pemegang saham atau akan ditahan untuk
reinvestasi dalam perusahaan. Salah satu kompoenen penting dalam kebijakan
dividen adalah dividend payout ratio, yang menunjukkan jumlah dividen per saham
(dividend per share) relatif terhadap pendapatan per saham (earning per share) atau
jumlah dividen kas relatif terhadap laba setelah pajak (earning after tax) yang
tersedia untuk pemegang saham biasa (Halim, 2007:98). Menurut Sartono
(2001:281) menyatakan ”kebjakan dividen adalah keputusan apakah laba yang
diperoleh perusahaan akan dibagikan kepada pemegang saham sebagai dividen atau
akan ditahan dalam bentuk laba ditahan guna pembiayaan investasi di masa datang”.
(54)
baik pada jangka panjang maupun bagian yang dibagikan kepada pemegang saham
maka dalam hal ini terdapat 2 pendekatan dalam membahas masalah dividen:
1. Sebagai kebijaksanaan pembelanjaan jangka panjang
Dalam pendekatan ini berpandangan bahwa semua laba sesudah pajak yang
diperoleh oleh perusahaan adalah merupakan sumber dana jangka panjang.
Pengumuman atas pembagian laba sebagai dividen berarti pengurangan terhadap
sumber dana jangka panjang yang dapat dipergunakan untuk membelanjai
kebutuhan perkembangan usaha. Oleh karena itu pembagian dividen akan
berakibat penekanan terhadap perkembangan usaha ataupun paksaan terhadap
pencairan dana eksterm. Apabila perusahaan memiliki suatu rencana
pengembangan usaha yang cukup menggembirakan di masa depan maka perlulah
dipupuk sumber dana dari dalam perusahaan tersebut. Di samping itu apabila atas
dasar pertimbangan biaya kapital yang rendah dituntut untuk membentuk struktur
kapital yang dikehendaki diperbesarnya sumber dana modal sendiri.
2. Sebagai kebijaksanaan untuk memaksimumkan nilai perusahaan
Dalam pendekatan ini berpandangan bahwa kebijaksanaan dividen mempunyai
pengaruh yang kuat terhadap harga pasar dari saham yang beredar. Oleh karena
itu maka manajer dalam hal ini dituntut untuk membagikan dividen sebagai
realisasi dari harapan hasil yang didambakan oleh seorang investor dalam
mengeluarkan uangnya untuk membeli saham tersebut.
Menurut Tampubolon (2005:185) ada beberapa kebijakan dividen yang dapat
(55)
1. Kebijakan Dividen yang Stabil (Stable Dividend per Share Policy)
Kebijaksanaan dividen yang stabil biasanya dilakukan korporasi yang mempunyai
tingkat risiko yang rendah. Walaupun dalam satu tahun korporasi menunjukkan
kerugian dan tidak memperoleh profit dividen, karena sudah menjadi suatu
kebijaksanaan, maka dividen harus tetap dipertahankan untuk dibayar, demi
mempertahankan atau menghilangkan konotasi negatif, baik terhadap investor
yang sekarang maupun yang akan datang.
2. Rasio Konstan Pembayaran Dividen (Constant Dividend Pay Out Ratio)
Dengan kebijaksanaan seperti ini, suatu persentasi yang tetap dari pendapatan
akan dibayarkan sebagai dividen. Karena net income selalu berbeda-beda, maka
dividen yang akan dibayarkan akan berbeda pula dengan pendekatan ini.
3. Kebijaksanaan Secara Kompromi (A Compromise Policy)
Kompromi adalah salah satu pendekatan yang terbaik di dalam menentukan
kebijaksanaan dividen. Dalam menentukan suatu kebijaksanaan, dapat ditentukan
suatu cara untuk mendapatkan jalan keluar yang sama–sama menguntungkan,
baik kepada pemegang saham maupun bagi manajemen korporasi.
4. Kebijaksanaan Dividen Secara Residu (Risudual Dividend Policy)
Di dalam kesempatan investasi suatu korporasi yang tidak stabil, korporasi
menginginkan untuk mempertimbangkan suatu kebijaksanaan yang berfluktuasi.
(56)
pada adanya kesempatan – kesempatan investasi dalam tahun tertentu. Dividen
yang dibayarkan menunjukkan jumlah residu (residual amount) dari pendapatan
setelah kebutuhan investasi korporasi dapat dipenuhi.
Brigham dan Houston (2001:198) menyatakan bahwa ada tiga teori kebijakan
dividen dari preferensi investor, yaitu : teori ketidakrelevanan dividen, teori ”
bird-in-the-hand” dan teori preferensi pajak.
1. Teori Ketidakrelevanan Dividen (Dividend Irrelevance Theory)
Teori ini menyatakan bahwa kebijakan dividen perusahaan tidak mempunyai
pengaruh terhadap nilai perusahaan maupun biaya modalnya. Pendukung utama
teori ketidakrelevanan dividen ini adalah Merton Miller dan Franco Modigliani
(MM). Mereka berpendapat bahwa nilai suatu perusahaan hanya ditentukan oleh
kemampuan dasarnya untuk menghasilkan laba dan risiko bisnisnya, artinya nilai
suatu perusahaan tergantung semata – mata pada pendapatan yang dihasilkan oleh
aktivanya, bukan pada bagaimana pendapatan tersebut dibagi diantara dividen dan
laba yang ditahan. Dengan demikian kebijakan dividen sebenarnya tidak relevan
untuk dipersoalkan.
2. Teori ”Bird-in-The-Hand”
Myron Gordon dan John Linther berpendapat bahwa sesungguhnya investor jauh
lebih menghargai pendapatan yang diharapkan dari dividen daripada pendapatan
(57)
risikonya lebih kecil. Miller dan Modigliani (MM) tidak setuju dan menganggap
pendapat Gordon-Linther sebagai kekeliruan “Bird-in-The-Hand” karena menurut
pandangan MM, kebanyakan investor merencanakan untuk menginvestasikan
kembali dividen mereka dalam saham dari perusahaan bersangkutan atau
perusahaan sejenis, dan dalam banyak kasus, tingkat risiko dari arus kas
perusahaan bagi investor dalam jangka panjang hanya ditentukan oleh tingkat
risiko arus kas operasinya, bukan oleh kebijakan pembagian dividennya.
3. Teori Preferensi Pajak
Teori preferensi pajak (tax preference theory) adalah suatu teori yang menyatakan bahwa karena adanya pajak terhadap keuntungan dividen dan capital gains maka para investor lebih menyukai capital gains karena dapat menunda pembayaran pajak.
Berdasarkan ketiga konsep teori tersebut, perusahaan dapat melakukan hal-hal sebagai berikut:
1. Jika manajemen percaya bahwa dividend irrelevance theory dari M-M itu benar maka perusahaan tidak perlu memperhatikan besarnya dividen yang harus dibagikan. 2. Jika perusahaan menganut bird-in-the-hand theory maka perusahaan harus membagi
seluruh EAT (Earning After Tax) dalam bentuk dividen.
3. Jika manajemen cenderung mempercayai tax preference theory maka perusahaan harus menahan seluruh keuntungan atau dengan kata lain dividend payout ratio=0%.
Menurut Gitosudarmo dan Basri (2002:230) menyatakan ada beberapa
kebijaksanaan dividen yang dapat dilakukan yaitu:
(1)
Change Statistics Model R R Square
Adjusted R Square
Std. Error of the Estimate
R Square
Change F Change df1 df2
Sig. F Change
Durbin-Watson 1 .614(a) .377 .360 16.53424 .377 22.651 4 150 .000 1.765 a Predictors: (Constant), CP (X1), ROA (X2), FS (X3), DER (X4)
b Dependent Variable: DPR (Y)
ANOVA(b)
Model
Sum of
Squares df Mean Square F Sig. Regression 19139.650 4 4784.912 22.651 .000(a) Residual 31686.602 150 211.244 1
Total 50826.252 154 a Predictors: (Constant), CP (X1), ROA (X2), FS (X3), DER (X4)
b Dependent Variable: DPR (Y)
Coefficients(a) Unstandardized
Coefficients
Standardized
Coefficients Collinearity Statistics Model B Std. Error Beta t Sig. Tolerance VIF 1 (Constant) -8.526 7.336 -1.162 .247
CP (X1) 5.198 .978 .364 5.316 .000 .885 1.130 ROA (X2) .727 .178 .283 4.093 .000 .870 1.149 FS (X3) 1.374 .483 .194 2.847 .005 .898 1.114 DER (X4) -.028 .013 -.145 -2.222 .028 .971 1.030
(2)
a Dependent Variable: DPR (Y)
Pengujian Variabel Net Profit Margin, Total Assets Turnover, Sales Growth dan Debt to
(3)
Regression Standardized Residual
4 2
0 -2
Frequency
40
30
20
10
0
Histogram
Dependent Variable: ROA (Y)
Mean =-1.34E-15 Std. Dev. =0.987
N =155
Observed Cum Prob
1.0 0.8
0.6 0.4
0.2 0.0
Ex
pe
ct
ed C
u
m Pr
ob
1.0
0.8
0.6
0.4
0.2
0.0
Normal P-P Plot of Regression Standardized Residual
(4)
One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test
Unstandardized Residual
N 155
Normal Parameters(a,b) Mean .0000000 Std. Deviation 5.54355696 Most Extreme
Differences
Absolute .106 Positive .106 Negative -.096 Kolmogorov-Smirnov Z 1.319 Asymp. Sig. (2-tailed) .062 a Test distribution is Normal.
b Calculated from data.
Regression Standardized Predicted Value
3 2 1 0 -1 -2 -3 Re gre ssi on S tu d e n ti ze d R esi du al 4 2 0 -2 Scatterplot
(5)
Coefficients(a) Unstandardized
Coefficients
Standardized Coefficients
Model B Std. Error Beta t Sig. (Constant) 3.556 .772 4.606 .000 NPM (X1) .309 .272 .264 1.013 .321 TATO (X2) .393 .372 .112 1.056 .292 SG(X3) .154 1.630 .007 .094 .925 1
DTA (X4) -2.021 1.061 -.201 -1.906 .059 a Dependent Variable: AbsUt
Descriptive Statistics
Mean Std. Deviation N ROA (Y) 12.2008798 7.06538899 155 NPM (X1) 99.9959 93.26049 155 TATO (X2) 1.7731852 1.24997334 155 SG(X3) 9.7237 21.15290 155 DTA (X4) 56.8781 41.45114 155
Variables Entered/Removed(b)
Model
Variables Entered
Variables
Removed Method 1 NPM (X1),
TATO (X2), SG (X3), DTA (X4), (a)
(6)
a All requested variables entered. b Dependent Variable: ROA (Y)
Model Summary(b)
Change Statistics Model R R Square
Adjusted R Square
Std. Error of
the Estimate R Square Change F Change df1 df2 Change Sig. F
Durbin-Watson 1 .620(a) .384 .368 16.61698476 .384 23.415 4 150 .000 1.873 a Predictors: (Constant), NPM (X1), TATO (X2), SG (X3), DR (X4)
b Dependent Variable: ROA (Y)
ANOVA(b)
Model
Sum of
Squares df Mean Square F Sig. Regression 2955.059 4 738.765 23.415 .000(a) Residual 4732.578 150 31.551 1
Total 7687.637 154 a Predictors: (Constant), NPM (X1), TATO (X2), SG (X3), DR (X4)