1 BAB I TERMINOLOGI PEMBELAJARAN DAN STRATEGI BELAJAR MENGAJAR MATEMATIKA A. Pendahuluan - BAB I Terminologi Pembelajaran & Strategi Belajar Mengajar Matematika

BAB I TERMINOLOGI PEMBELAJARAN DAN STRATEGI BELAJAR MENGAJAR MATEMATIKA A. Pendahuluan Upaya mencerdaskan kehidupan bangsa dan mengembangkan kualitas manusia seutuhnya,

  adalah misi pendidikan yang menjadi tanggung jawab profesional setiap guru. Guru tidak cukup hanya menyampaikan materi pengetahuan kepada siswa di kelas tetapi dituntut untuk meningkatkan kemampuan guna mendapatkan dan mengelola informasi yang sesuai dengan kebutuhan profesinya. Mengajar bukan lagi usaha untuk menyampaikan ilmu pengetahuan, melainkan juga usaha menciptakan sistem lingkungan yang membelajarkan subjek didik agar tujuan baik pengajaran maupun pembelajaran dapat tercapai secara optimal. Mengajar dalam pemahaman ini memerlukan suatu strategi belajar mengajar yang sesuai. Mutu pengajaran tergantung pada pemilihan strategi yang tepat dalam upaya mengembangkan kreativitas dan sikap inovatif subjek didik. Untuk itu perlu dibina dan dikembangkan kemampuan professional guru untuk mengelola program pengajaran dengan strategi belajar yang kaya dengan variasi.

  Akan tetapi seringkali guru, instruktur, atau dosen menyamakan istilah pengajaran dan pembelajaran. Oleh karena itu, dalam materi ini akan dijelaskan arti dari istilah pembelajaran secara komprehensif. Dan perlu diperhatikan sasaran utama ilmu pembelajaran adalah mempreskripsikan strategi pembelajaran yang optimal untuk mendorong prakarsa dan memudahkan belajar siswa. Akhirnya tujuan khususnya dalam pembelajaran matematika bisa tercapai.

  Sagala (2010: 32) mengungkapkan bahwa: “Kegiatan pengajaran dan pendidikan di sekolah akan berhasil, jika kegiatan belajar di kelas dapat dikendalikan oleh pendidik dengan baik dan dengan memberikan layanan belajar yang berkualitas kepada peserta didiknya. Layanan belajar yang berkualitas akan dapat dipenuhi, jika semua unsur didalamnya mempunyai komitmen yang sama untuk memajukan pendidikan dengan cara dapat bekerjasama dengan solid atau menjadi tim kerja (team working) yang baik untuk mencapai tujuan sekolah. Namun fakta menunjukkan bahwa ruang kelas di sekolah pada hakikatnya adalah tempat yang penuh kesibukan dan kompleks. Karena sibuknya, sehingga sulit bagi pendidik untuk mengikuti dengan seksama segala sesuatu yang berlangsung di kelas. Jumlah dan interaksi pendidik dan peserta didik sangat banyak, sehingga sulit sekali waktu bagi pendidik untuk merefleksikan bagaimana pengaruh tingkah lakunya, maupun tingkah laku peserta didiknya. Alasan lainnya terbatasnya kemampuan guru sebagai pendidik dalam mengendalikan dan menganalisis tingkah lakunya, maupun tingkah laku peserta didiknya untuk memudahkan usaha belajar.

  Berdasarkan uraian di atas, kualitas pembelajaran jelas sangat dipengaruhi oleh kualitas profesional kinerja guru dan kualitas manajemen sekolah. Menurut Sagala (2010: 32) untuk memenuhi kualitas yang dipersyaratkan, maka perlu ada usaha (1) meningkatkan kemampuan profesional guru dengan kemauan dan usaha sendiri dalam melaksanakan proses belajar dan mengajar; (2) meningkatkan kualitas manajemen dan kepemimpinan sekolah dengan cara melakukan perbaikan secara internal secara terus menerus; (3) bantuan profesional, fasilitas, penyediaan anggaran dari pemerintah sebagai penenggung jawab pendidikan; dan (4) dukungan maupun bantuan dari masyarakat sebagai pengguna jasa pendidikan.

B. Terminologi Pembelajaran

  Dalam dunia pendidikan terdapat beberapa komponen yang dengan itu semua menjadikan berjalannya proses pendidikan, diantaranya adanya peserta didik, guru, berbentuk fisik juga ada yang berupa suatu cara yang dijadikan patokan sehingga tujuan pendidikan atau pembelajaran bisa tercapai. Yakni adanya model, pendekatan, strategi, metode, tehnik, dan taktik pembelajaran.

  Berbicara mengenai pembelajaran, guru seringkali menyamakan arti dengan kata pengajaran. Dan pengajaran (instructional) itu lebih mengarahkan pada pemberian pengetahuan dari guru kepada siswa yang kadang kala berlangsung secara sepihak. Sedangkan dalam bukunya Prof. Dr. H. Hamzah B. Uno, M. Pd. Model

  

Pembelajaran Menciptakan Proses Belajar Mengajar yang Kreatif dan Efektif ,

  bahwa pembelajaran (learning) adalah sesuatu kegiatan yang berupaya membelajarkan siswa secara terintegrasi dengan memperhitungkan faktor lingkungan belajar, karakteristik siswa, karakteristik bidang studi serta berbagai strategi pembelajarn, baik penyampaian, pengelolaan, maupun pengorganisasian pembelajaran. Atau bisa juga pembelajaran didefinisikan sebagai upaya membelajarkan siswa untuk belajar. Kegiatan pembelajaran akan melibatkan siswa 1 mempelajari sesuatu dengan cara efektif dan efesien.

  Pembelajaran adalah proses, cara, perbuatan menjadikan orang atau makhluk hidup belajar (KBBI, 2005: 17). Dengan demikian, kata pembelajaran yang ditambah dengan matematika, yakni pembelajaran matematika adalah suatu proses atau kegiatan guru mata pelajaran matematika dalam mengajarkan kepada para siswanya, yang didalamnya terkandung upaya guru menciptakan iklim dan palayanan terhadap kemampuan, potensi, minat, bakat, dan kebutuhan siswa yang beragam agar terjadi 1 interaksi optimal antara guru dengan siswa serta antara siswa dengan siswa dalam 2 mempelajari matematika tersebut.

  Selanjutnya dijelaskan ada lima prinsip yang menjadi landasan pengertian pembelajaran yaitu: a) pembelajaran sebagai usaha untuk memperoleh perubahan perilaku; b) hasil pembelajaran ditandai dengan perubahan perilaku secara keseluruhan; c) pembelajaran merupakan suatu proses; d) proses Pembelajaran terjadi karena adanya sesuatu yang mendorong dan adanya sesuatu tujuan yang akan 3 dicapai; e) pembelajaran merupakan bentuk pengalaman.

  Dan dalam setiap proses pembelajaran matematika, pasti memerlukan sebuah strategi pembelajaran supaya proses belajar mengajar matematika menjadi lancar.

  Sekilas strategi pembelajaran adalah suatu cara atau metode yang dilakukan oleh pendidik (guru) terhadap peserta didik (murid) yang lain dalam upaya terjadinya 4 perubahan pada aspek kognitif, afektif, dan motorik secara berkesinambungan.

  Penjelasan selebihnya sebagai berikut.

C. Strategi Belajar Mengajar Matematika

  Pada mulanya istilah strategi digunakan dalam dunia militer dan diartikan sebagai cara penggunaan seluruh kekuatan militer untuk memenangkan suatu peperangan. Setelah mengatur strategi perang, kemudian menyusun tindakan- tindakan lain yang harus dilakukan, seperti menyusun siasat, taktik, dan tehnik 2 Drs. Amin Suyitno, M. Pd., Dasar-Dasar dan Proses Pembelajaran Matematika I,

  (Semarang: FMIPA Unnes, 2004), halm. 2 3 Drs. Bambang Warsita, M. Pd., Teknologi Pembelajaran Landasan dan Aplikasinya, (Jakarta: Rineka Cipta, 2008), halm. 266 peperangan, maupun waktu yang tepat untuk melakukan suatu serangan. Dengan demikian dalam menyusun strategi perlu memperhitungkan berbagai komponen dan faktor, baik dari dalam maupun luar. Yang akan dijelasan pada pembahasan berikutnya.

  1. Pengertian Strategi Pembelajaran

  Kembali ke dalam dunia pendidikan, strategi diartikan sebagai a plan, method, or

  

series of activities designed to achieves a particular education goal. Jadi strategi

  pembelajaran dapat diartikan sebagai perencanaan yang berisi rangkaian kegiatan 5 yang didesain untuk mencapai tujuan pendidikan tertentu. Maka siapa saja yang akan atau sudah menjadi seorang pengajar sekaligus pendidik. Dalam hal ini mengajarkan matematika, sangat perlu memiliki strategi pembelajaran yang tepat.

  Sehingga strategi pembelajaran matematika adalah perencanaan dan tindakan yang cermat mengenai kegiatan pembelajaran agar kompetensi yang diharapkan tercapai, yakni dalam pembelajaran matematika, yang dikembangkan adalah bagaimana 6 membuat siswa menjadi aktif. Dan tentunya dengan strategi ini, kesuksesan belajar bisa tercapai oleh setiap peserta didik.

  2. Tahapan Pembelajaran

  Secara umum, dalam strategi pembelajaran ada tiga tahapan pokok yang harus diperhatikan dan diterapkan, di antaranya; 1) Tahap pemula (pra-instruksional).

  Kegiataan yang dilakukan guru, memeriksa kehadiran siswa, pretest (menanyakan 5 Dr. H. Hamruni, M. Si., Strategi dan Model-Model Pembelajaran Aktif Menyenangkan,

  (Yogyakarta: FT UIN Sunan Kalijaga, 2009), halm. 1 materi sebelumnya), dan apersepsi (mengulas kembali secara singkat materi sebelumnya. 2) Tahap pengajaran (instruksional). Ini merupakan tahap inti. Kegiatan yang dilakukan guru, menjelaskan tujuan pengajaran siswa, menuliskan pokok- pokok materi yang telah ditulis, mengunakan alat peraga, dan menyimpulkan hasil pembahasan dari semua pokok materi. 3) Tahap penilaian dan tindak lanjut (evaluasi). Kegiatan guru, mengajukan pertanyaan pada siswa tentang materi yang telah dibahas, mengulas kembali materi yang belum dikuasai siswa, memberikan tugas atau pekerjaan rumah pada siswa, dan menginformasikan pokok materi yang 7 akan dibahas pada pertemuan berikutnya.

  Proses belajar mengajar dalam prakteknya menempuh tiga tahapan tersebut yang saling berkaitan dan berurutan. Akan tetapi pada tahap instruksional, guru juga dapat menggunakan beberapa model atau pendekatan mengajar yang pada umumnya berada di antara dua kutub, yakni kutub yang berorientasi kepada guru dan kutub yang berorientasi kepada siswa. Model mengajar yang berorientasi kepada guru di antaranya model ekspositeri atau model informasi. Sedangkan model yang berorientasi kepada siswa di antaranya model inquiry, model interaksi sosial. Sekalian model yang berorientasi kepada siswa dipandang lebih baik, namun penggunaan model mengajar sangat bergantung kepada guru itu sendiri. Di samping perlunya guru menetapkan model mengajar yang dipandang tepat, proses belajar- mengajar memerlukan upaya lain guru yakni penggunaan prinsip mengajar seperti motivasi, korelasi dan integrasi, kooperasi dan kompetisi, aplikasi dan transformasi, individualitas, melalui prinsip mengajar tersebut diharapkan kegiataan belajar siswa 8 tetap ada dalam kondisi yang optimal.

3. Komponen Strategi Pembelajaran

  Dalam menerapkan strategi pembelajaran ada beberapa komponen yang harus diperhatikan agar dalam kegiatan pembelajaran dapat mencapai suatu tujuan yang telah ditentukan. Menurut Dick dan Carey menyebutkan adanya lima komponen umum strategi pembelajaran, yakni: a) kegiatan pembelajaran pendahuluan; b) penyampaian informasi; c) partisipasi peserta didik; d) tes; dan e) kegiatan tindak 9 lanjut.

  Pemilihan strategi pembelajaran hendaknya ditentukan berdasarkan kriteria berikut: 1) orientasi strategi pada tugas pembelajaran; 2) relevan dengan materi pembelajaran; 3) metode dan tehnik yang digunakan difokuskan pada tujuan yang ingin dicapai; dan 4) media pembelajaran yang digunakan dapat merangsang indra 10 peserta didik.

  Oleh karena itu, tujuan pemilihan strategi pembelajaran berdasarkan kriteria tersebut adalah untuk menciptakan pembelajaran yang efektif. Sedangkan pembelajaran yang efektif adalah suatu pembelajaran yang memungkinkan peserta didik untuk dapat belajar dengan mudah, menyenangkan, dan dapat tercapai tujuan

  8 DR. Nana Sudjana, Dasar-Dasar Proses Belajar Mengajar, (Bandung: Penerbit Sinar Baru Algensindo, 1995), halm. 164 9 10 Drs. Bambang Warsita, M. Pd., Op. Cit., halm. 271

  11

  pembelajaran sesuai dengan harapan. Menurut Wottuba and Wright (1975) menyimpulkan ada tujuh indikator yang menunjukkan pembelajaran efektif, yaitu: a) pengorganisasian pembelajaran dengan baik; b) komunikasi secara efektif; c) penguasaan dan antusiasme dalam mata pelajaran; d) sikap positif terhadap peserta didik; e) pemberian ujian dan nilai yang adil; f) keluwesan dalam pendekatan 12 pembelajaran; dan g) hasil belajar peserta didik yang baik.

  4. Jenis Strategi Pembelajaran

  Atas dasar pertimbangan tertentu strategi pembelajaran terbagi menjadi beberapa jenis, diantaranya: 1) Atas dasar pertimbangan proses pengelolaan pesan ada 2 strategi, yakni deduktif dan induktif; 2) Pihak pengelola pesan ada 2, yakni ekspositorik dan heuristis; 3) Pengaturan guru, yakni strategi seorang guru dan strategi pengajaran beregu (team teaching); 4) Jumlah siswa, yakni strategi klasikal, strategi kelompok kecil, dan strategi individu; 5) Atas dasar pertimbangan interaksi guru dengan siswa, strategi tatap muka, strategi pengajaran melalui media. Guru tidak langsung kontak dengan siswa, tetapi melalui media. Siswa berinteraksi dengan 13 media.

  5. Implementasi Strategi pembelajaran

  Pada dasarnya, tahap-tahap kegiatan pembelajaran mencakup persiapan, pelaksanaan, evaluasi, dan tindak lanjut. Strategi pembelajaran meliputi seluruh kegiatan atau tahapan-tahapan tersebut, tetapi titik beratnya berada di tahap 11 12 Drs. Bambang Warsita, M. Pd., Op. Cit., halm. 288 Ibid, halm. 289-290 persiapan. Pertama, persiapan pembelajaran. Dalam tahap ini, persiapan yang perlu dilakukan: perumusan tujuan pembelajaran, pengembangan alat evaluasi, analisis tugas belajar dan identifikasi kemampuan siswa, dan penyusunan strategi pembelajaran.

  Kedua, pelaksanaan kegiatan pembelajaran. Dalam tahap ini meliputi kegiatan- kegiatan, pengelolaan kelas, penyelenggaraan tes atau tanya jawab sebagai review atas pelajaran sebelumnya, penyajian bahan pelajaran sesuai dengan metode dan tehnik pengajian, pemberian motivasi dan penguatan, diskusi/tanya jawab baik individu maupun kelompok, monitoring proses pembelajaran, dan pemantapan hasil belajar. Ketiga, evaluasi hasil program belajar. Dan keempat, adanya perbaikan terhadap program kegiatan pembelajaran sebelum melanjutkan ke bahasan 14 berikutnya. Akhirnya tujuan yang telah ditentukan bisa tercapai dengan baik.

D. Kesimpulan

  Guru yang profesional tidak hanya tahu akan tugas, peranan dan kompetensinya. Namun dapat melaksanakan apa-apa yang menjadi tugas dan perannya, dan selalu meningkatkan kompetensinya agar tercapai kondisi proses belajar mengajar yang efektif dan tercapai tujuan belajar secara optimal. Dan sebagai baik pengajar maupun pendidik harus mengetahui strategi pembelajaran mana yang tepat untuk digunakan khususnya dalam pembelajaran matematika, di samping adanya metode-metode, tehnik dan taktik pembelajaran yang juga perlu dipersiapkan sebelum proses kegiatan belajar mengajar dilaksanakan. Sehingga tujuan utama dari proses pembelajaran matematika bisa terealisasikan dan bermanfaat dalam kehidupan setiap peserta didik.