REVIEW CHAPTER II DAN III “WHY TOURISM?” DAN “PUBLIC SECTOR MANAGEMENT AND TOURISM”

  

REVIEW CHAPTER II DAN III

“WHY TOURISM?” DAN “PUBLIC SECTOR MANAGEMENT AND TOURISM”

  Dosen Pengampu: Drs. Usmar Salam, M. Int. Stu.

  

Kelompok 1:

  Calista Dyah Amalia 13/345256/SP/25526 A.A. Putri Parameswari 13/345296/SP/25551 Sonia Kristavilia 13/348482/SP/26091 Puspita Ningrum 13/353852/SP/26014 Immanuel Borotoding 14/364357/SP/26901 Kevin Hervian P. 14/367542/SP/26421

  

DEPARTEMEN ILMU HUBUNGAN INTERNASIONAL

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

UNIVERSITAS GADJAH MADA

2016

  A.

   INTRODUCTION

  Dalam beberapa chapter dalam buku ini, khususnya chapter II dan III menjelaskan bagaimana pemerintah dianggap benar dan salah dalam mengelola pariwisata. Hal-hal yang terkait didalamnya mengatur penggunaan kekuasaan oleh organisasi kekuasaan publik di manajemen aneka pariwisata. Pemerintah pusat mencakup semua jenis organisasi publik mulai dari pemerintah pusat departemen untuk unit pariwisata kecil yang dikelola oleh pemerintah daerah. Dua masalah yang dianggap penting oleh pendekatan buku ini yang pertama adalah prinsip pembenaran untuk penggunaan kekuasaan oleh pemerintah. Pemerintah memberikan legitimasi terhadap tindakan manager dan warga negara berharap bahwa prinsip-prinsip akan diikuti. Prinsip kedua adalah praktek aktual manjemen, bagaimana manajer dan masyarakat berperilaku di berbagai tingkat pemerintahan dari federal dan nasional.

  Perhatian yang diberikan secara formal nilai-nilai, sikap, tujuan, peran dan hubungan antara pemerintah dan pariwisata dan industri, tetapi juga untuk praktek informal. Pariwisata: politik dan manajemen sektor publik Pemerintah dan pariwisata adalah daerah yang luas dan kompleks untuk dipelajari dan penting. analisis dan evaluasi merupakan faktor yang signifikan, kerangka kerja yang digunakan didasarkan pada empat pertanyaan utama: mengapa, siapa, bagaimana dan apa. Mengapa disini mengartikan bahwa pemerintah sangat penting untuk mendukung pariwisata. Saran yang digunakan adalah pemerintah memiliki tanggung jawab yang mengharuskan mereka untuk terlibat dalam bidang kebijakan seperti pariwisata. Ada prinsip-prinsip yang manajer harus mengikuti dan ada tujuan yang pemerintah ingin capai untuk politik, ekonomi dan moral yang beralasan. Beberapa isu dan masalah hanya dapat dikelola oleh pemerintah. Fokus kedua adalah siapa. Dalam hal ini yang ditekankan adalah siapa yang dapat membuat kebijakan yang signifikan. Yang ketiga adalah bagaimana. Bagaimana mencakup manajemen benar-benar dilakukan, bagaimana peserta beroperasi dan berperilaku, dll. Keempat adalah apa. Pertanyaan yang muncul adalah apa dampak pariwisata? Apa hasil manajemen dalam praktek dan kinerja? Apakah ada keberhasilan atau kegagalan? Apa yang menjadi masalah yang paling signifikan? Berprinsip diikuti, tujuan tercapai? Apa pelajaran untuk pariwisata PSM?

  Pemerintah sangat penting dalam menentukan langkah yang akan diambil untuk Pemerintah memiliki kekuasaan, tapi bagaimana mereka menggunakan ini akan tergantung pada banyak faktor termasuk budaya politik, pemegang kekuasaan politik dan ekonomi dan persepsi mereka tentang industri pariwisata. Ada berbagai jenis pemerintah, termasuk nasional, negara bagian dan lokal, dan mereka dapat aktif atau pasif dalam manajemen pariwisata dan dalam penggunaan kekuatan mereka. Pemerintah bisa membantu pariwisata dengan penyediaan layanan; mereka juga dapat mengontrol industri dan kegiatan dalam rangka untuk memastikan bahwa kegiatan dan keamanan standar dipertahankan untuk kepentingan umum. Ini semua adalah salah satu fungsi pemerintah yang mereka diharapkan untuk melakukan untuk publik. Bagaimana fungsi- fungsi ini dilakukan dan keberhasilan pemerintah tergantung pada kualitas sektor publik manajemen (PSM). Pemerintah melakukan fungsi mereka melalui PSM. PSM termasuk semua manajer di semua pemerintah dan masyarat organisasi yang tugasnya mempengaruhi pariwisata dalam beberapa cara salah satunya adalah Layanan Masyarakat yang disediakan, seperti imigrasi atau pantai umum bersih, merupakan bagian dari total produk pariwisata dan dapat menambah atau mengurangi daya tarik suatu wilayah yang akan dijadikan tempat wisata.

  Dalam periode penurunan industri dan ekonomi, resesi dunia, pengangguran besar-besaran dan kesenjangan yang tumbuh antara kaya dan miskin, pariwisata merupakan salah satu dari beberapa industri pertumbuhan; itu juga mampu memberikan mata uang asing yang langka yang sebagian besar pemerintah sangat membutuhkan. Pariwisata adalah salah satu industri terbesar di dunia dan, menurut Organisasi Pariwisata Dunia (WTO), pariwisata memiliki digantikan minyak di bagian atas daftar dalam hal mata uang asing gerakan, atau paling lambat ia akan melakukannya pada tahun 2000. Pada tahun 1995, ada total dari 567 juta kedatangan wisatawan internasional dibandingkan dengan 25 juta pada tahun 1950. Selama beberapa negara dan pemerintah pariwisata adalah kegiatan ekonomi yang paling penting. Chapter

  II memeriksa pentingnya ekonomi pariwisata dan yang pertumbuhan bersejarah. Pariwisata sebenarnya lebih dari sebuah industri dan kegiatan ekonomi, itu adalah fenomena sosial yang dinamis yang universal menyentuh sebagian besar negara di dunia dan mempengaruhi orang-orang. Dampak sosial dari pariwisata dapat mendalam, terutama di negara-negara berkembang; masyarakat lokal dapat diubah menjadi baik atau buruk. Standar hidup dan kualitas hidup dapat ditingkatkan dengan masuknya keuangan, pekerjaan baru dan kesempatan pendidikan, dan revitalisasi tradisi lokal dan budaya. Pariwisata dapat menjadi sumber bagi perdamaian dan lebih baik internasional memahami antara masyarakat yang berbeda dengan membawa mereka lebih erat ekonomi dan sosial dan membangun persahabatan. Berbicara soal pariwisata sebenarnya tidak jauh dari opini mengenai politik dan manajemen sektor publik. Prakter formal dan informal meliputi sistem, rencana, konsep, teknologi dan kebijakan semuanya harus dipikirkan secara mendalam agar tujuan dan hasil sesuai dengan keinginan. Hasil praktek dan kinerja manajemen sangat penting. Hal ini digunakan untuk menanggapi berbagai macam pertanyaan yang seringkali muncul karena ada pihak yang membuat program kertas dan rencana yang dihasilkan tanpa tindakan nyata yang diambil. Pembenaran untuk PSM dalam rangka memanajemen pariwisata dan uji yang berlaku, legitimasi, profesionalisme, efektivitas dan efisiensi yang ditemukan dalam hasil praktek dan kinerja. Praktek terdiri dari evaluasi praktek yang sebenarnya dari manajemen. Sedangkan kinerja adalah evaluasi manajemen yang telah sukses mencapai tujuan pariwisata.

  Kebijakan publik mempengaruhi kehidupan masyarakat, fisik, emosional dan spiritual, selain itu juga memiliki dampak dalam pengaruh pelestarian lingkungan hidup. Kepentingan umum tersebut meliputi menghormati sistem politik, administrasi dan budaya masyarakat yang ada. PSM harus bisa mengelola dan memenuhi kriteria yang dibutuhkan oleh sistem politik, hukum dan perilaku manajemen. Bahasan terakhir yang menjadi sorotan terhadap chapter ini adalah dampak dari PSM yang paling penting bagi kehidupan manusia dan pariwisata itu sendiri. Manajemen berupaya untuk memantau dan mengontrol sistem dan dampaknya melalui berbagai macam mekanisme. PSM mempunyai prinsip utama yaitu kontrol dan akuntabilitas. Sebuah sistem kontrol yang ideal akan mengevaluasi dampak dan bagaimana manajemen berhasil memiliki prinsip yang akan diikuti. Pemantauan juga merupakan suatu proyek dari organisasi. Kinerja pariwisata industri dinilai oleh keuntungan dan pertumbuhan dan kiat-kiat menjadi sukses dalam prakteknya harus didasarkan dari pertumbuhan keuntungan yang signifikan. Evaluasi kinerja manajemen publik termasuk sulit dilakukan karena manajemen mempunyai tugs yang sangat kompleks dan meliputi Manajemen publik menjadi pekerjaan yang sulit dan kerapkali menimbulkan stress karena dilakukan dibawah pengawasan publik. Manajer yang bertanggung jawab untuk kontrol itu sendiri dibawah pengawasan akuntabel. Kompleksitas juga tercermin dari kesulitan tugas tetapi juga menyediakan alat untuk membantu menganalisis kinerja manajemen yang sebenarnya.

  B.

CHAPTER II: WHY TOURISM?

1 Definisi Pariwisata

  Pariwisata dapat didefinisikan kedalam beragam cara berdasarkan dari bidang ilmu yang mendasarinya. Sebagai contoh, definisi pariwisata dapat dikaitkan dengan serangkaian kegiatan sektor industri seperti perhotelan, usaha restoran dan transportasi serta usaha lainnya yang berhubungan dengan penyediaan jasa layanan kepariwisataan. Pariwisata, dapat pula diartikan sebagai pengalaman dari para wisatawan yang menikmati pemandangan, dan pengalaman dalam melakukan liburan atau bersantai. Bagi masyarakat yang dikunjungi, pariwisata juga dapat diartikan sebagai sebuah keramahtamahan dan usaha yang mendatangkan keuntungan.

  Definisi pariwisata menjadi penting bagi pemerintah dan menejemen sektor publik (PSM) serta industri yang berkaitan dengan data statistik, administrasi dan kegiatan industrial. Hal tersebut menjadi penting karena akan digunakan untuk alokasi budget, evaluasi kinerja menejemen sektor publik, bahan untuk pembuatan kebijakan, termasuk kebijakan sumber daya dan perencanaan lahan. Mengacu pada World Tourism

  Organisation (WTO) yang mendefinisikan penggunaan kata dari 'pariwisata' atau tourism , 'pengunjung' atau visitors dan 'wisata' atau tourist, pariwisata diartikan sebagai

  kegiatan seseorang yang bepergian ke atau tinggal di suatu tempat di luar lingkungannya yang biasa dalam waktu tidak lebih dari satu tahun secara terus menerus, untuk kesenangan, bisnis ataupun tujuan lainnya.

  Terdapat 3 kegiatan yang termasuk didalam pariwisata yakni, Domestik tour yang dapat diartikan sebagai perjalanan wisata dengan ruang lingkup masih di dalam suatu negara yang sama (contoh: perjalanan wisata yang dilakukan dari Jogjakarta ke Bali). Kedua, Inbound tour yakni kegiatan perjalanan wisata yang dilakukan wisatawan 1 asing ke negara lain (contoh: perjalanan wisata yang dilakukan oleh seorang wisatawan

  J. Elliot, ‘Chapter 2: Why Tourism’ dalam Tourism: politics and public sector management, Routledge, London, asal Prancis ke Korea). Dan yang ketiga, Outbound tour merupakan perjalanan wisata yang dilakukan wisatawan dalam negeri yang melakukan perjalanan ke luar negri (contoh: perjalanan wisata yang dilakukan oleh wisatawan Indonesia ke Jepang). Pariwisata juga terbagi atas tiga kategori yakni, internal tourism yang didalamnya termasuk domestic and inbound tourism,kemudian national tourism yakni domestic

  tourism and outbound tourism , dan yang ketiga adalah international tourism yakni inbound and outbound tourism.

  Istilah berikutnya yang diperkenalkan WTO adalah visitors atau pengunjung. Penguncung ialah yang mengacu pada seseorang yang sesorang yang melakukan perjalanan ke daerah lain di luar dari lingkungan kesehariannya dalam jangka waktu tidak lebih dari 12 bulan berturut

  • – turut dan tujuan perjalanan tidak untuk mencari nafkah di daerah tersebut. Termasuk didalamnya, same-day visitors yakni pengunjung yang tidak bermalam di akomodasi umum atau pribadi di daerah tujuan dan tourist yakni pengunjung yang menginap atau pengunjung yang tinggal di daerah tujuan setidaknya satu malam di akomodasi umum ataupun pribadi.

  2 Historical Reasons For Government Involvement In Tourism

  Pariwisata selalu bergantung pada manajemen sektor publik (PSM) suatu negara sedari awal. Secara historis, PSM telah terlibat dalam perjalanan dan pariwisata dari awal kali untuk alasan normatif dan empiris. Jelas ada banyak perubahan dari waktu ke waktu dalam sifat perjalanan dan pariwisata, banyak terjadi perkembangan dalam budaya politik dan inovasi teknologi, tetapi PSM masih memiliki tanggung jawab dasar yang sama. Ia menerima tanggung jawab untuk kepentingan umum menyediakan manajemen kontrol pariwisata untuk memastikan keselamatan publik. Salah satu tujuan pemerintah dalam melakukan intervensi ke ranah pariwasata adalah untuk meningkatkan pendapatan. Pendapatan tersebut kemudian digunakan sebagian untuk penyediaan layanan infrastruktur serta dana subsidi. Pemerintah dan PSM selalu berusaha untuk melindungi kepentingan publik, melayani masyarakat secara efisien dan efektif, dan untuk mempertahankan kontrol dari kedua sektor publik dan swasta pariwisata.

  Pada awalnya, perdagangan dan religi menjadi alasan terbesar bagi seorang penduduk untuk berpindah secara temporer ke dalam suatu negara pada masa itu. 2 Seiring dengan perkembangam trade dan travel keterlibatan PSM juga semakin bertambah karena adanya kebutuhan untuk menjaga keamanan perjalanan dan hukum dan ketertiban antara masyarakat. Memasuki era modern, pertumbuhan akan perjalanan dan pariwisata bergantung pada sistem transportasi, seperti diabad ke

  • – 19 dimana mulai diperkenalkan kapal uap dan kereta api. Peranan PSM dapat terlihat dari keterlibatan mereka dalam penyediaan dermaga dan dermaga, infrastruktur, dan dalam pengaturan regulasi kapal dan kereta api untuk keselamatan penumpang. Hal ini kemudian juga menjadi sumber pendapatan pemerintah. Pariwisata era modern juga didukung oleh beberapa faktor seperti pertumbuhan urbanisasi, industrialisasi, kemakmuran dan pendidikan, dan keinginan untuk mengunjungi tempat yang menarik dalam negeri maupun luar negeri.

  Meskipun PSM mengambil peran yang cukup banyak dalam pariwisata, sektor swasta bagaimanapun tetap menjadi sektor utama. Sektor swasta secara umum menjadi sektor yang paling dinamis dan responsif terhadap permintaan pasar dan perubahan lingkungan. Contohnya adalah Britain Thomas Cook seorang penggiat dalam kewirausahaan biro perjalanan. Cook mempunyai usaha yang mengorganisir kunjungan menggunakan kereta serta paket tur. Ia mengatur kereta kunjungan pertamanya di Inggris dari Leicester ke Loughborough pada tahun 1841, kemudian berkembang ke luar negeri seperti ke Belanda, Jerman dan Perancis pada tahun 1855, dan menyediakan paket tur pertamaya pada tahun 1863 ke Swiss. Cook juga menyediakan penjaminan keselamatan hingga penjualan voucher hotel untuk berbagai destinasi. Di tahun 1871, Cook membuka kantornya yang baru di New York dan menjadi the leading tour

  

operator . Untuk Cook travel bukan hanya sekadar aktivitas untuk menghasilkan uang,

  tetapi juga terdapat dimensi moral dan sosial didalamnya. Ia ingin kelas

  • – kelas pekerja untuk sesekali menikmati udara bersih di pantai, dan Cook juga mendukung hak kelas menengah, kaum profesional dan perempuan untuk berpergian ke luar negeri untuk tujuan pendidikan dan rekreasi.

  Keberhasilan Cook maupun usaha lainnya, serta pertumbuhan pariwisata secara keseluruhan, bagaimanapun tidak mungkin terjadi tanpa dukungan dari pemerintah dan PSM. Pemerintah menyediakan lingkungan serta menjaga keamananannya, membuat undang-undang, mengatur sistem keuangan yang diperlukan untuk sektor pariwisata. Contohnya infrastruktur dan jasa publik yang disediakan oleh Kerajaan Inggris seperti telegraf, penyediaan jalan, pelabuhan dan kereta api. Intervensi pemerintah dulu dan sekarang dimotivasi oleh keinginan untuk meningkatkan pendapatan guna memenuhi Namun, inisiatif sektor swasta telah menjadi faktor penting dalam pertumbuhan pariwisata.

  Pasca Perang Dunia ke II, perkembangan pariwisata semakin meningkat dengan pesat di kepentingan ekonomi. Hal tersebut dibuktikan dengan meningkatnya sumbangan untuk devisa negara dari sektor pariwisata, contohnya AS dan Inggris. Dari segi historis dapat dillihat dampak adanya kontrol pemerintah dan PSM terhadap pariwisata. Pemerintahan yang baik dan PSM harus selalu mengusahakan proteksi terhadap kepentingan publik, melayani publik secara efektif dan efisien, dan untuk menjaga dan mengontrol baik sektor pariwisata baik publik maupun privat.

  3 Economic Reason of Government Involvement

  Pemerintah telah terlibat dalam pariwisata secara historis, dan masih terlibat dalam pengelolaan pariwisata hingga saat ini, terutama karena alasan ekonomi. Hal ini berlaku dari pemerintah di semua tingkatan, mulai dari daerah hingga nasional. Pemerintah berharap mendapatkan keuntungan ekonomi dari pariwisata. Pariwisata dipandang sebagai industri utama dan dorongan untuk ekonomi secara umum.

  Menurut buku Tourism Politics and Public Sector Management, terdapat beberapa alasan dari segi ekonomi mengapa pemerintah ikut terlibat dalam sektor pariwisata. Pertama, pariwisata internasional saat ini menjadi salah satu industri terbesar di dunia yang mengalami pertumbuhan sangat cepat. Kedua, pemerintah domestik ingin meningkatkan perekonomian nasional dan menambah jumlah devisa untuk memperbaiki posisi nilai tukar terhadap negara lain. Yang ketiga, pariwisata menarik bagi pemerintah karena merupakan growth industry, tidak seperti industri lainnya. Kemudian, sektor pariwisata memberikan tantangan tersendiri bagi pemerintah lokal dan nasional serta industri untuk meningkatkan kulitas sektor pariwisata dalam negeri. Kehadiran investor, baik asing maupun lokal, dapat menstimulasi pertumbuhan ekonomi, terlebih khusus di negara berkembang.

  C.

CHAPTER III: PUBLIC SECTOR MANAGEMENT AND TOURISM Public Sector Management (PSM) merupakan pengelolaan pariwisata yang

  dilakukan oleh keseluruhan instansi publik dari departemen tinggi negara, asosiasi bisnis, masyarakat sekitar, dan pemerintahan lokal dalam menangani berbagai 3 permasalahan pariwisata. Karena pariwisata dianggap sebagai industri yang rumit akan pengelolaannya sehingga memerlukan keterlibatan semua aktor yang bertanggungjawab. PSM sendiri terbagi menjadi dua bagian penting, yakni: Public

  

Sector dan Public Management. Di mana Public Sector mendeskripsikan aktor-aktor

  yang berperan dalam proses pengelolaan pariwisata, seperti melayani kepentingan publik dan mencapai tujuan-tujuan publik.

  Sedangkan Public Management adalah pengelolaan pariwisata sebagai industri sekaligus aktivitas yang rumit, karena setiap aktor yang terlibat dalam pengelolaan pariwisata berperan secara terpisah namun saling berkaitan satu sama lain. Aktor-aktor yang berperan dalam pengelolaan pariwisata itu sendiri adalah pegawai negeri selaku pengawas negara dalam menangani pariwisata; agen-agen bisnis pariwisata sebagai pengelola; dan masyarakat yang menjalankan pengelolaan pariwisata. Hubungan di antara ketiga aktor ini ditentukan oleh faktor kekuasaan politik dan tren manajerial yang berlaku di negara tersebut.

  Why: Political Environment and Principles

  a) Environment

  Pemerintah memiliki kuasa dan bertanggungjawab dalam pembuatan kebijakan. Untuk itu, PSM harus dioperasikan dalam lingkungan politik konstitusional dan legal yang dibangun oleh pemerintah. Pemerintah dalam hal ini berarti institusi dan proses di mana masyarakat membuat dan meyakni keputusan yang mengikat anggotanya. Kemudian PSM dilibatkan dalam membuat formulasi dan implementasi dari kebijakan publik atas pemasalahan tertentu agar tujuan pemerintah dapat tercapai. Manajemen harus dikerjakan dalam suatu sistem politik di ranah lokal hingga internasional. Ideologi yang dianut oleh masing-masing negara pada dasarnya mendukung pariwisata, sehingga nilai ideologi tersebut dapat mempengaruhi dukungan pemerintah terhadap sektor pariwisata.

  Para politisi dalam sistem politik menginginkan kekuasaan dan hal ini membuat sistem politik memiliki input yang dinamis, namun bisa saja terdapat input yang irasional dan impermanen, karena politisi akan mengejar kekuasaan dalam berbagai situasi. Tetapi, manajemen sendiri idealnya bersifat rasional, permanen, formal, dan efiisen. Namun, berbeda dengan praktiknya, di mana politik juga beroperasi di dalam manajemen dan organisasi yang pada tetap saja mengarah pada perebutan kekuasaan. Kemudian para pemegang kekuasaan dalam sistem politik ataupun adminsitartif memiliki peran yang cukup krusial karena kekuasaan dapat mengatasi mendapatkan apa yang diinginkan. Karena power dapat menentukan siapa mendapatkan apa, kapan, dan bagaimana. Sehingga PSM memiliki posisi penting untuk dijadikan arena dalam memperoleh kekuasaan dalam sektor pariwisata.

  b) Principles

  PSM memiliki andil dalam sistem politik dan masyarakat karena terdapat 5 (lima) prinsip yang harus diikuti dan pemerintah bertanggungjawab dalam implementasi prinsip tersebut. Dalam pelaksanaan dan penegakan prinsip disertai dengan perlindungan dasar moral negara adalah tanggung jawab pemerintah dan manajer publik. Kelima prinsip umum tersebut di antaranya:

  1) Public Interest (public good): PSM bertanggungjawab untuk mengelola pariwisata demi kepentingan publik dengan sistem politik dan adminsitrasi yang ideal sesuai dengan syarat-syarat demokrasi, keterbukaan, dan keadilan.

  2) Public Service: basis dari peran manajer adalah pelayanan terhadap masyarakat di sektor pariwisata. Pelayanan dalam mengatur organisasi, mencapai tujuan, dan mengaplikasikan peraturan demi manfaat publik.

  3) Effectiveness: prinsip ini didapat setelah tujuan organisasi tercapai dan menjadi tanggungjawab utama PSM. Jika tujuan tidak tercapai, kemampuan manajerial atau organisasi diragukan.

  4) Efficiency: memperoleh nilai tertinggi dari pengeluarab biaya publik saat

  output maksimal dapat dicapai dari input biaya. Sehingga manajer harus

  efisien dalam mengarahkan dan mengendalikan organisasi, sumbe penghasilan, keuangan, personal. 5)

  Accountability: prinsip yang paling kuat dalam sektor publik dan penyempurna prinsip utama PSM. Prinsip ini meliputi tanggungjawab PSM (tingkah laku, hasil, dan keuangan). Prinsip ini juga merupakan syarat pokok dalam pencegahan penyalahgunaan wewenang dan dapat memastikan tercapainya tujuan nasional yang mengutamakan efisiensi, efektivitas, kejujuran, dan kebijaksaan.

  Who: Multiplicity and Diveristy

  Organisasi-organisasi publik secara langsung maupun tidak langsung turut serta dalam menangani menajamen pariwisata dan hal ini dapat ditemukan di setiap tingkatan pemerintahan, baik nasional, negara, regional, dan lokal. Parlemen dan pengadilan pun departemen pemerintah yang dipimpin oleh menteri atau lembaga yang bertanggungjawab. Ada juga multiplicity dari organisasi lain, seperti lembaga yang diberi otoritas hukum yang dipimpin oleh dewan yang dikelola oleh executives. Dari otoritas tersebut, terdapat peraturan dan pemasaran, serta perusahaan bisnis pemerintah.

  Pada umumnya, pihak pariwisata publik mengelola industri pariwisata atas nama pemerintah. Sehingga pemerintah mengambilalih beberapa perusahaan, misalnya maskapai penerbangan. Sedangakan seperti Concert Hall atau taman dikelola oleh departemen resmi dari dewan lokal. Bisa juga dikelola oleh manajer sektor publik di bawa pemerintah jika berkaitan dengan sektor pariwisata.

  How: Formal, Informal, and Changes

a) The Weberian Ideal Type

  Terdapat karakteristik dan prinsip dari Weberian Ideal Type yang diusung oleh Weber. Weber memahmi bahwa bentuk ideal rasional dapat menghasilkan kontinuitas, presisi, disiplin, ketelitian, dan kehandalan. Sistem birokrasi pun dianggap lebih efisien karena terdapat karakteristik dan rasionalitas pada organisasi. Tetapi terdapat pula kelemahan dalam jenis birokrasi ini yang didorong oleh faktor infromal, sehingga akan berdampak pada kerusakan industri pariwisata.

  Karakteristik dan prinsip ini dijabarkan sebagai berikut: 1)

  Staf menjabat secara bebas yang dibatasi oleh tugas yang dimiliki secara profesional tanpa terpengaruh kepentingan pribadi. 2) Terdapat pembagian jabatan secara hierarkis dan jelas. 3)

  Terdapat pembagian fungsi dan tugas masing-masing jabatan secara spesifik dan jelas. 4)

  Setiap individu yang menjabat pad abagiannya masing-masing terikat pada kontrak dengan tugas yang harus dijalankan. 5)

  Setiap pegawai diseleksi atas dasar kualifikasi profesionalisme secara ideal melalui seleksi yang kompetitif. 6)

  Setiap pegawai memiliki gaji, termasuk hal untuk menerima dan apensiun sesuai dengan tingkatan hierarki jabatannya. Setiap pegawai dapat memutuskan untuk berhenti bekerja atau mengakhiri kontrak pekerjaan dengan kondisi tertentu. 7) Jabatan yang dipegang merupakan pekerjaan utama dari pegawai tersebut. 8)

  Terdapat struktur pengembangan karir yang jelas dengan promosi

  9) Pegawai tidak diperbolehkan menyalahgunakan jabatannya maupun sumber daya perusahaan untuk kepentingan pribadi.

  10) Setiap pegawai berada di bawah pengawasaan suatu sistem yang berjalan secara disiplin.

b) Politics, Controls, and Informal factors

  Dari pemaparan karakteristik dan prisnip yang dipaparkan oleh Weber, dalam prakteknya PSM dapat beroperasi berbeda dengan tipe ideal Weberian. Karena perilaku rasional dan prinsip tidak selalu mengacu pada aturan. Untuk itu, faktor- faktor di bawah ini jarang ditemukan dalam operasi manajemen sektor swasta.

   Politik Salah satu perbedaan utama antara sektor publik dan swasta adalah lingkungan politik tempat PSM melaksanakan tugas-tugasnya. Manajer merupakan pejabat pubik yang bertanggungjawab kepada menteri, sehingga manajer memiliki tugas untuk mengelola kebijakan dari keputusan pemerintah dan menteri walaupun seringkali bertentangan. Karena dalam masyarakat sektor, nilai-nilai politik selalu menimpa nilai manajerial (Caiden, 1991). Tujuan pengelolaan jangka panjang pun bisa saja disalahgunakan untuk keuntungan politik jangka pendek, tetapi manajer harus tetap mengikuti pemimpin politik yang sah. Namun, tetap saja terdapat celah PSM melakukan korupsi politik atau pelanggaran undang- undang lainnya.

   Kontrol Kontrol dan hambatan yang beroperasi pada PSM jauh lebih kuat dan luas dibanding manajer pribadi. Manajer harus beroperasi dalam proses dan lingkungan yang menekankan akuntabilitas dan pengawasan yang lebih cermat ke berbagai badan, termasuk parlemen. Kebebasan mereka untuk bertindak tegas jauh lebih rumit daripada sektor swasta karena sistem kontrol yang berbeda. Dalam hal pengelolaan keuangan dan anggota serta pengambilan keputusan. Sehingga manajer harus memperhatikan opini publik, media, dan kelompok kepentingan sebagai pengembangan prinsip resort pariwisata. Partisipasi PSM pun penting dalam proses pembuatan kebijakan.

   Faktor Informal

  Faktor informal tidak dapat dianggap remeh karena dapat menghambat kerja organisasi, sistem politik, atau kebijakan. Faktor ini mencakup individu atau organisasi kepentingan diri yang bertentangan dengan kepentinga umum, moral, loyalitas kelompok, ambisi, naluri bertahan hidup, membangun kerajaan dan kerahasiaan. Hal ini dapat menimbulkan konflik yang dapat menghalangi tercapainya tujuan manajer. Dalam prakteknya, manajer dapat mengubah tujuan pariwisata formal dengan tujuan pribadi untuk membangun kekuasaan mereka sendiri. Tekanan yang ada terhadap manajer, atau budaya organisasi perusahaan, menghabiskan terlalu banyak waktu dan pengelolaan organisasi dan proses mencapai tujuan formal organisasi, dapat mendorong manajer untuk mengabaikan tujuan formal.

c) Changes

  Terdapat mekanisme baru yang ditawarkan oleh private sector, yakni

  managerialism . Mekanisme ini diharapkan dapat menjadi solusi agar PSM bekerja

  secara lebih efektif dan efisien. Cutting budget adalah salah satu tujuan yang paling penting untuk dicapai sektor publik ini. Pemikiran yang disampaikan oleh penganut ideologi kanan maupun kiri menyatakan bahwa pengaturan pariwisata dan manajemen sektor publik tidak terpisah dari perdebatan politik serta trend dalam dunia manajemen. Prinsip yang ditawarkan para politisi tersebut adalah keharusan pengadaan pembagian kerja. Pemerintah fokus untuk bekerja dalam merumuskan dan menetapkan kebijakan, sedangkan sektor privat bersama dengan pemerintah lokal bertugas untuk mengimplementasikan kebijakan serta melakukan pemasaran.

  Dibawah ini merupakan beberapa panduan yang menyatakan praktek dalam PSM yang biasa dilakukan manajer. Dapat dilihat bahwa terdapat poin-poin penting yang harus dilakukan manajer agar PSM bisa lebih menjadi lembaga yang efektif.

   Why? Pariwisata sangat penting bagi negara dan tidak akan berhasil tanpa adanya bantuan sektor publik. Maka dari itu, manajer harus memahami dan sensitif mengenai dampak ekonomi dan sosial dari pariwisata, baik positif maupun negatif. Manajer juga bertanggung jawab terhadap implementasi prinsip dan kebijakan serta manajemen secara efisien dari sumber daya publik.

   Who? Manajemen publik dari pariwisata membutuhkan tingkat fleksibilitas dan kebebasan yang tinggi. Agen-agen diluar lembaga layanan masyarakat diperbolehkan untuk membentuk staf-staf ahli dengan kemampuan yang sesuai dengan bidangnya. Manajemen pada tingkat lokal pun sangat vital, karena berhubungan secara langsung dengan konsumen.

   How? PSM pariwisata harus mempunyai kemampuan komunikasi, kooperasi, dan koordinasi yang baik, serta memiliki pemikiran yang terbuka. Manajer harus bisa menjaga kepercayaan pelanggan, menjaga hubungan baik, menjembatani antara pelanggan dengan agensi, mampu mengatur program kebijakan jangka pendek maupun panjang di segala tingkat pemerintahan, serta sadar bahwa pariwisata bersangkutan dengan politik, kekuasaan, dan konflik.

   What Industry? Manajer harus mampu berurusan dengan sektor privat dan publik serta lingkungan kerjanya, responsif karena industri pariwisata sangat kompetitif, dapat memastikan bahwa industrinya harus mempunyai kebebasan penuh untuk merespon keinginan pasar, menerima keadaan bahwa kontrol adalah tanggung jawab penting dalam manajemen publik, menjaga integritas, dan menerima keadaan bahwa pengaruh dari pariwisata adalah ujian bagi performa manajemen.

D. PERLUASAN TEORI CHAPTER II DAN III

  Pada chapter 2 ada tiga poin yang dibahas oleh James Elliot. Poin yang pertama adalah definisi dari pariwisata itu sendiri. Elliot menyatakan bahwa definisi dari pariwisata itu dapat diinterpretasikan sebagai berbagai hal tergantung dari bidang studi apa pariwisata itu sendiri dipandang. Adrian Franklin dalam bukunya, Tourism: An

  Introduction , menjelaskan hal yang serupa. Pariwisata merupakan suatu fenomena

  budaya yang memiliki sejarah yang cukup kompleks. Dengan karakteristik tersebut pariwisata dapat diinterpretasikan sebagai beberapa hal yang berbeda dan dapat

  4

  diperdebatkan definisinya. Franklin juga menuliskan beberapa definisi dari ahli-ahli lain dan menyangkut hal tersebut ia menyatakan bahwa kebanyakan dari definsi para ahli tersebut lebih berfokus kepada pariwisata sebagai insdustri dan simbol dari rekreasi 4 tanpa mengikutsertakan karakteristik kemanusiaannya seperti sisi performatis, estetis, konsumtif, reflektif, dan sebagainya. Hal tersebut membuat persepsi tentang pariwisata menjadi dangkal, hanya menjadi sebatas aktifitas yang dilakukan oleh wisatawan. Salah satu contoh dari hal ini dapat dilihat dari definisi yang diberikan oleh Weaver dan Opperman:

  “Tourism is the sum of the phenomena and relationships arising from the interaction among tourist, business suppliers, host governments, host communities, origin governments, universities, community colleges, and non- governmental organisations, in the process of attracting, transporting, hosting,

  5 and managing these tourist and other visitors.”

  Hal ini juga dapat dilihat dari definisi pariwisata menurut Elliot sendiri, yaitu

  the activities of persons travelling to and staying in places outside their usual environment for not more than one consecutive year for leisure, business, and other purposes. Namun seperti yang dikatakan oleh kedua ahli tersebut, definisi pariwisata

  tidaklah terkunci pada satu interpretasi. Dengan kata lain tidak ada definisi yang ‘salah’, namun yang menjadi poin utama disini adalah bagaimana persepsi manusia dapat mempengaruhi interpretasi orang lain mengenai arti suatu kata.

  Lalu Elliot juga mengatakan bahwa pariwisata selalu bergantung kepada sektor manajemen publik. Ini adalah poin kedua. Sejak dahulu kala pemerintah selalu menyediakan elemen-elemen penting yang dibutuhkan oleh pariwisata seperti keamanan, hukum, dan sistem finansial. Hubungan antara pemerintah dengan pariwisata merupakan simbiosis mutualisme. Namun selain menghasilkan devisa bagi negara, pemerintah memiliki alasan lain untuk ikut campur tangan dalam sektor pariwisata. Dalam buku Tourism Management, Stephen J. Page menyatakan bahwa campur tangan pemerintah merupakan hal yang diperlukan karena pada tingkat negara, pariwisata merupakan aktivitas yang berbahaya bagi lingkungan bila tidak dikendalikan dan dapat mempengaruhi masyarakat dan ekonomi sekitar baik secara negatif maupun

  6

  positif. Hal tersebut menunjukan bahwa pada dasarnya campur tangan pemerintah adalah sangat diperlukan karena tidak hanya sektor pariwisata perlu pengawasan dari pemerintah, tetapi sektor pariwisata juga mendapat beberapa keuntungan dari pemerintah. Baik Page dan Elliot menyataakan hal yang sama, yaitu pariwisata 5 membutuhkan infrastruktur yang memadai seperti jalan, persediaan air, aliran listrik, 6 D. B. Weaver, & M. Oppermann. Tourism Management, John Wiley & Sons Australia, Brisbane, 2000, p. 2

  penanganan limbah, dan telekomunikasi untuk dikembangkan. Disinilah pemerintah berperan. Hal tersebut juga menunjukan bahwa pariwisatadapat memberikan keuntungan bagi komunitas lokal dengan memberikan infrastruktur yang lebih berkembang. Dan perkembangan pariwisata ini juga dapat menutupi biaya pengembangan infrastuktur itu sendiri. Tidak hanya itu, pariwisata juga menydiakan pasar baru untuk produk lokal dan dengan demikian dapat mengembangkan sektor ekonomi lokal. Hal ini membawa kita kepada poin Elliot yang terakhir.

  Poin yang ketiga adalah kepentingan pariwisata dalam sektor ekonomi. Keterlibatan pemerintah dalam pariwisata saat ini lebih dikarenakan alasan ekonomi. Pariwisata dilihat sebagai industri besar yang dapat menggerakan roda perekonomian. Hal ini berlaku di sebagian besar negara-negara dunia. Pariwisata sering menjadi sumber pendapatan negara yang utama. Pemerintah telah mencoba menaikan pariwisata internasional untuk meningkatan ekonomi nasional mereka. Pariwisata juga dapat membantu negara memecahkan masalah ekonominya. Dalam jurnalnya, Daniel J.

  Stynes juga menyatakan hal yang serupa. Pariwisata memiliki dampak yang bermacam- macam terhadap perkonomian. Wisatawan berkontribusi terhadap penjualan, keuntungan, perkerjaan, penghasilan pajak, dan pendapatan dalam sebuah daerah. Tidak hanya itu, secara tidak langsung pariwisata juga mempengaruhi berbagai sektor

  7

  ekonomi lainnya. Stynes memberikan beberapa contoh seperti perubahan harga, perubahan kualitas dan kuantitas dalam barang dan jasa, perubahan tanah dan pajak, dan dampak sosial dan lingkungan dari dimensi ekonomi.

  Lalu pada chapter 3 Elliot membahas tentang hubungan antara sektor manajemen publik dan pariwisata. Ada beberapa poin yang diapaparkan oleh Elliot. Yang pertama adalah sektor manajemen publik dan pemerintah secara keseluruhan memiliki pengaruh dan kekuatan yang besar dalam pariwisata. Pemerintah adalah pemegang resmi dari kekuasaan dalam sistem politik dan oleh karena hal tersebut pemerintah bertanggung jawab dalam pembuatan kebijakan. Sedangkan sektor manajemen publik sendiri harus dioperasikan dalam lingkungan politik konstitusional dan legal yang dibentuk oleh pemerintah. Namun meskipun demikian, berbagai organisasi publik secara langsung dan tidak langsung terlibat dalam manajemen 7 pariwisata dan dapat ditemukan di semua tingkat pemerintahan, nasional, negara,

D. J. Stynes, Economic impacts of tourism: a handbook for tourism professionals, University of Illinois Tourism

  regional, dan lokal. Titik berat poin ini ada pada keragaman. Dalam Tourism Management, Page menyatakan hal yang serupa. Untuk mengelola pariwisata secara efektif dibutuhkan beberapa elemen organisasi tertentu, terutama pada saat tahap perencanaan pariwisata. Hal yang terpenting dalam proses perencaan itu sendiri adalah struktur organisasi, yang mana melibatkan agensi pemerintahan, kelompok kepentingan sektor privat, dan juga badan pemerintahan lokal dan regional, yang semuanya terlibat dalam perencanaan aktivitas pariwisata dan juga peraturan serta perundang-undangan

  8 yang berkaitan dengan pariwisata.

  Poin selanjutnya adalah bagaimana sektor manajemen publik dapat dipengaruhi. Elliot menyatakan bahwa sektor manajemen publik yang ideal adalah sektor publik yang memiliki karakteristik tertentu, yaitu tipe Weberian. Namun pada kenyataannya sektor manajemen publik dapat beroperasi dengan sangat berbeda dari karakteristik Weberian yang ideal. Perilaku rasional dan prinsip tidak selalu mengacu pada aturan, sehingga kepentingan publik dan wisatawan dapat terabaikan. Prinsip- prinsip normatif yang ada digunakan untuk membimbing dan mengontrol perilaku sektor manajemen publik, tapi ada faktor-faktor lain yang dapat lebih berpengaruh. Faktor-faktor tersebut adalah politik, kontrol, dan faktor-faktor informal. Tidak hanya itu saja, Michael Barber juga menyatakan bahwa karakteristik sektor publik dapat dipengaruhi oleh tren global. Tren-tren tersebut adalah makroekonomi, sosial dan

  9

  lingkungan, dan bisnis. Faktor-faktor tersebut juga mempengaruhi karakteristik sektor publik, memaksanya untuk berubah agar dapat menyesuaikan diri dengan kondisi internal dan eksternal.

E. KRITIK CHAPTER II: WHY TOURISM?

  Berbicara mengenai pariwisata berarti kita sedang berbicara mengenai manejemen sektor publik. Dimana dari sektor ini dapat memberikan benefit terhadap pengelolanya. Banyak negara yang menggantungkan pendapatan pada sektor pariwisata alasan utamanya karena industri pajak merupakan sumber pajak dan pendapatan. Pariwisata juga merupakan sebuah industri baru yang mampu menghasilkan pertumbuhan ekonomi yang cepat dalam menyediakan lapangan

  8 9 J. Stephen, p. 288 M. Barber, A. Levy, & L. Mendonca, Global Trends Affecting the Public Sector, McKinsey & Co, New York, pekerjaan, peningkatan penghasilan, standar hidup serta menstimulasi sektor-sektor produktivitas lainnya (Wahab, 1996).

  Kebutuhan manusia terhadap pariwisata pada umumnya selalu berkembang. Dimana mereka selalu menuntut agar selalu mendapatkan sesuatu yang lebih dari apa yang mereka dapatkan sebelumnya. Hal ini tentu saja berbicara mengenai sarana dan prasarana sebagai penunjang dalam sektor pariwisata tersebut. Salah satu hal yang harus dilakukan yaitu peningkatan terhadap sarana dan prasarana yang ada. Hal ini bertujuan agar dapat menarik visitors dan tourist untuk berkunjung ke tempat tersebut.

  Menurut buku Tourism Politics and Public Sector Management, terdapat beberapa alasan dari segi ekonomi mengapa pemerintah ikut terlibat dalam sektor pariwisata. Pertama, pariwisata internasional saat ini menjadi salah satu industri terbesar di dunia yang mengalami pertumbuhan sangat cepat. Kedua, pemerintah domestik ingin meningkatkan perekonomian nasional dan menambah jumlah devisa untuk memperbaiki posisi nilai tukar terhadap negara lain. Yang ketiga, pariwisata menarik bagi pemerintah karena merupakan growth industry, tidak seperti industri lainnya. Dari sisi ekonomi, pariwisata muncul dari empat unsure yang saling terikat erat atau menjalin hubungan dalam suatu sistem, yakni permintaan atau kebutuhan,

  

penawaran atau pemenuhan berwisata itu sendiri, pasar dan kelembagaan yang

  berperan untuk memfasilitasi keduanya, serta pelaku atau aktor yang menggerakkan ketiga elemen tersebut.

  Dalam buku The Tourism System: an introduction text yang ditulis oleh Robert

  Christie Mill dan Alastair M. Morrison dikatakan bahwa: “Tourism is a difficult

phenomena to describe. We have trouble in thinking of tourism as an industry. The

idea of tourism industry would give some unity to the idea of tourism, and from an

image and politica l viewpoint it sound attractive” (Robert dan Alastair, 1984). Dari

  kutipan ini sebenarnya istilah industri pariwisata mempunyai tujuan bagi perekonomian suatu negara dan mempunyai daya tarik yang tersendiri.

  Peranan pemerintah dalam ekonomi pariwisata dapat kita lihat dalam dasawarsa terakhir ini, banyak negara berkembang menaruh perhatian yang khusus terhadap industri pariwisata. Hal ini jelas kelihatan dengan banyaknya program pengembangan kepariwisataan di negara tersebut. Negara yang satu seolah-olah hendak melebihi negara yang lain untuk menarik kedatangan lebih banyak wisatawan, lebih banyak tinggal dan lebih banyak menghamburkan uangnya. Sayang bahwa banyak diperoleh apakah lebih besar daripada perusakan yang ditimbulkannya. Dalam hal mencari tempat-tempat rekreasi ada kecendrungan untuk menjadikan cahaya matahari dan laut untuk menjadi daya tarik wisata. Dengan cara demikian potensi yang dimiliki dapat dikembangkan sebagai aktivitas perekonomian dalam membangun kepariwisataan menjadi sesuatu yang mudah untuk dapat menghasilkan devisa yang sifatnya quick yielding.

  Disamping itu kita mengetahui, bahwa bahan baku industri pariwisata tidak akan pernah habis-habis, sedangkan bahan baku industri lain terbatas. Untuk menggalakkan pembangunan perekonomian dengan suatu pertumbuhan yang berimbang kepariwisataan dapat diharapkan memegang peranan yang menentukan dan dapat dijadikan sebagai katalisator untuk mengembangkan pembangunan sektor-sektor lain secara bertahap. Seperti terjadi pada sektor lain, kebijakan pemerintah pada sektor pariwisata ada yang memberikan dampak langsung dan ada pula yang memberikan dampak tidak langsung. Selain dari hal diatas ada kemungkinan suatu kebijakan ekonomi pemerintah memberikan dampak langsung pada sektor lain tetapi dapat memberikan dampak tidak langsung bagi sektor pariwisata. Tujuan pokok dari kebijakan ekonomi pemerintah terhadap pariwisata adalah untuk memaksimalkan kontribusi pariwisata terhadap ekonomi nasional.

  Ada beberapa alasan mengapa pemerintah atau sektor publik harus terlibat dalam kepariwisataan. Yang pertama berbicara mengenai alasan politik, dimana pariwisata secara alami bersifat lintas wilayah negara, karenanya diperlukan pengaturan mengenai tata cara keluar masuk para wisatawan. Yang kedua berbicara mengenai alasan lingkungan, dimana pariwisata banyak menjual keindahan alam, sejarah, dan situs kebudayaan di berbagai tempat. Disini peran pemerintah diperlukan agar kelestarian dan keberadaan lingkungan tersebut dapat terus terjaga. Dan yang ketiga sekalian yang terakhir adalah mengenai alasan ekonomi. Karena dari sektor inilah pemerintah dapat menghasilkan keuntungan sebanyak-banyaknya jika dimaksimalkan dengan baik.

  Dari segi historis, dapat dillihat dampak a danya kontrol pemerintah dan PSM

  

terhadap pariwisata. Salah satu tujuan dari adanya kontrol tersebut adalah untuk menjaga

pariwisata yang ada agar tetap menjadi sumber pemasukkan ekonomi bagi pemerintahan

tersebut. Terlebih lagi dari kontrol tersebut kita bisa melihat bahwa sebenarnya pemerintah

melakukan suatu protect terhadap wilayahnya yang dianggap potensial untuk bisa menjadi

bagian penting pembangunan ekonominya. Namun dalam pengembangan kegiatan pariwisata diperlukan pengaturan-pengaturan alokasi ruang yang bertujuan untuk meningkatkan pemanfaatn sumber daya alam dan sumber daya buatan secara berdaya guna, berhasil guna dan tepat guna untuk meningkatkan kualitas sumber daya manusia yang ada. Dari sini juga dapat dicegah dampak negatif terhadap lingkungan sehingga lingkungan tersebut tidak mengalami kerusakan.