PERAN GURU PAI DALAM MENGEMBANGKAN KECERDASAN EMOSIONAL (EQ) DAN KECERDASAN SPIRITUAL (SQ) SISWA SMK KOMPUTAMA MAJENANG Much Solehudin Manajemen Pendidikan Islam, Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Purwokerto Solehu41gmail.com ABSTRAK - PERAN GURU PAI DAL

  

PER AN GURU PAI DALAM MENGEMBANGKAN

KECERDASAN EMOSIONAL (EQ) D AN KECERDASAN SPIRITUAL (SQ)

SISWA SMK KOMPUTAMA MAJENANG

Much Solehudin

  Manajemen Pendidikan Islam, Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Purwokerto Solehu41@gmail.com

  

ABSTRAK

  Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui peran guru PAI dalam mengembangkan kecerdasan emosional (EQ) dan kecerdasan spiritual (SQ) siswa SMK Komputama Majenang serta untuk mengetahui faktor yang dapat mempengaruhi kecerdasan emosional (EQ) dan kecerdasan spiritual (SQ) siswa SMK Komputama Majenang. Karena melihat banyaknya peran orang tua yang kurang memadai dalam menghadapi arus globalisasi yang membawa pengaruh negatif terhadap dunia pendidikan, yang disebabkan karena kurangnya pengetahuan orang tua terhadap perkembangan teknologi. Hasil penelitian ini menunjukan bahwa peran guru PAI dalam mengembangkan kecerdasan emosional dan spiritual siswa di SMK Komputama Majenang adalah sebagai pembuat program, pelaksana program, dan sebagai contoh atau suri tauladan. Bentuk perhatian seorang guru terhadap siswa berupa bimbingan, arahan, nasihat, motivasi belajar serta program-program yang dapat meningkatkan kecerdasan emosional dan spiritual siswa.

  Kata kunci : Peran guru PAI, Kecerdasan Emosional (EQ), Kecerdasan Spiritual (SQ)

  

ABSTRACT

The purpose of this research is to know the role of PAI teacher in

developing the emotional intelligence (EQ) and spiritual intelligence (SQ) of SMK

  

Komputama Majenang students and to know the factors that can influence the

emotional intelligence (EQ) and spiritual intelligence (SQ) SMK Komputama

Majenang students. Given the many parental roles that are inadequate in facing the

current globalization that brings a negative impact on the world of education, caused

by lack of knowledge of parents to technological developments. The results of this

study indicate that the role of PAI teachers in developing the emotional and spiritual

intelligence of students in SMK Komputama Majenang is as a program maker,

  

program implementer, and as an example or role model. The form of attention of a

teacher to students in the form of guidance, direction, advice, motivation to learn and

programs that can improve students' emotional and spiritual intelligence.

Keywords: The role of PAI teacher, Emotional Intelligence (EQ), Spiritual

Intelligence (SQ)

A. PENDAHULUAN

  Guru merupakan pendidik profesional, karenanya secara implisit ia telah merelakan dirinya menerima dan memikul sebagian tanggung jawab pendidikan

  1

  yang terpikul di pundak orang tua. Di ruang lingkup sekolah, guru memiliki peran yang sangat penting bagi peserta didik, selain mampu dalam mengajarkan ilmu yang dikuasai, sosok guru memiliki beban moral yang sangat tinggi, terutama dalam memberikan motivasi agar siswa semangat untuk belajar dan memberi contoh perilaku yang baik dalam pergaulan kehidupan sehari-hari. Apalagi sebagai guru PAI, dengan adanya perkembangan jaman modern dan semakin banyaknya teknologi-teknologi canggih, maka sebagai guru PAI wajib mengarahkan, membimbing dan mengembangkan kecerdasan emosional maupun spiritual peseta didiknya agar lebih berhati- hati dalam menghadapi era globalisasi.

  Syaiful Bahri Djamarah dalam bukunya yang berjudul Psikologi Belajar

  2

  mengatakan bahwa guru merupakan unsur manusiawi dalam pendidikan. Secara keseluruhan guru adalah figur yang menarik perhatian semua orang, baik keluarga, masyarakat dan sekolah. Hal ini disebabkan karena bermacam- macamnya figur seorang guru seperti guru mengaji, guru silat, guru mata pelajaran, guru vak dan sebagainya. Masyarakat melihat figur guru sebagai manusia yang serba bisa tanpa ada cela dan nista. Kemuliaan seorang guru tercermin dari kepribadian, sikap, dan perilaku kehidupan sehari- hari. Oleh karena itu sedikit cela dan nista dari pribadi guru, maka masyarakat akan mencaci makinya habis- habisan dan hilanglah kewibawaan seorang guru.

  Berbicara tentang kecerdasan, menurut Toni Busan kecerdasan berasal dari kata cerdas yaitu “sempurna perkembangan akal budi untuk berfikir dan 1 2 Zakiah Da radjat,Il mu Pendidik an Islam, (Jaka rta : Bu mi Aksara, 2011), hlm. 39.

  Syaifu l Bahri Dja marah, Psik ologi Belajar, (Jakarta : PT Rineka Cipta, 2011), h lm. 185.

3 Sedangkan Howard Gardner mendefinisikan kecerdasan adalah kemampuan untuk memecahkan suatu masalah.

  mengerti”.

  4 Setiap manusia pasti tidak jauh

  dari masalah dan memiliki masalah, baik itu masalah yang timbul dari luar maupun dari dalam diri seseorang. Dengan adanya kecerdasan sehingga menjad i suatu peran penting bagaimana manusia dalam mengolah dirinya untuk memecahkan masalah yang timbul dalam diri sendiri. Sedangkan Danah Zahar dan Ian Marshall mengelompokkan kecerdasan manusia ke dalam 3 (tiga) jenis :

  1. Kecerdasan rasional (Intelligence Quotient) , yaitu suatu kemampuan mental yang melibatkan proses berfikir secara rasional. Kecerdasan/intelegensi tidak dapat diamati secara langsung, melainkan harus disimpulkan dari berbagai tindakan nyata yang merupakan manivestasi dari proses berfikir rasional itu sendiri. Kecerdasan/intelegensi meliputi : kemampuan membaca, menulis, dan menghitung dengan tepat.

  2. Kecerdasan Emosional (Emotional Quotient), yaitu kecerdasan terpenting daripada kecedasan yang lain yang meliputi pengendalian diri, semangat dan ketekunan serta kemampuan untuk memotivasi diri.

  3. Kecerdasan Spiritual (Spiritual Quotient), merupakan kecerdasan jiwa, ia dapat membantu manusia menumbuhkan dan membangun dirinya secara utuh.

  SQ akan memberikan kemampuan kepada manusia untuk membedakan yang

3 Maskhuri, Peran Orang Tua Dalam Mengembangkan Kecerdasan Spiritual Anak di

  

Raudlatul Athfal Masyithoh 01 Adimulya Wanareja Cilacap Tahun Pelajaran 2014/2015 , Skripsi

dikutip dari Toni Busan, Kekuatan ESQ Sepuluh Langkah Meningk atk an Emosional, Spiritual ,

Terje mahan Ana Bud i Kuswandi, (Ja karta : Pustaka Delapratosa,2003), hlm. 6. 4 Muchlisin Riadi, Pengertian dan Jenis-jenis Kecerdasan , (http://www.Ka jian

Pustaka.com/2013/ 09/pengertian-dan-jenis-jenis-kece rdasan.html? m=1), d i akses pada tanggal 30 Me i

  2015 pukul 00.35 WIB. baik dan yang buruk, memberi manusia rasa moral dan memberi kemampuan

  5 untuk menyesuaikan dirinya dengan aturan-aturan yang baru.

  Upaya membangun kecerdasan emosional dan spiritual siswa berarti bertujuan membangun kesadaran dan pengetahuan siswa dalam mengembangkan kemampuan nilai- nilai emosional dan spiritual dalam dirinya. Seseorang yang tidak memiliki kecerdasan emosional dengan kata lain, emosi yang tidak terkontrol menimbulkan perilaku brutal yang berujung pada tindakan kriminal, sedangkan rendahnya emosional menimbulkan perilaku malas, lemah pikir, lemah penglihatan dan sebagainya. Begitu pula seorang yang tidak memiliki kecerdasan spiritual akan menimbulkan rasa hampa dalam dirinya, meskipun banyak prestasi yang telah diraih. Karena kecerdasan spiritual memiliki kedudukan tertinggi diantara kecerdasan yang lainnya. Kecerdasan spiritual akan mampu mengatasi semua beban hidup yang super berat menjadi super ringan, termasuk mampu mengatasi semua kekurangan, stres, dan depresi di manapun ia berada. Satu hal yang penting harus diupayakan oleh manusia adalah mengembalikan pembinaan manusia atas dasar prinsip-prinsip Islam yang sempurna dan akhlak yang mulia karena manusia diciptakan memiliki budi pekerti yang luhur, seperti firman Allah dalam Surat Al-Qalam ayat 4 yang berbunyi :

       Artinya :

  “Dan Sesungguhnya kamu benar-benar berbudi pekerti yang

  6 luhur 5 .” (Q.S. Al Qalam : 4)”.

  Maskhuri, Peran Orang Tua, Skripsi dikutip dari Danah Zahar dan Ian Marshall,

Memanfaatkan Kecerdasan Spiritual dalam Berfik ir Integralistik dan Holistik Untuk Memaknai

Kehidupan , (Bandung: Mizan, 2000), hlm. 3.

  Perlu diketahui pada zaman ini banyak pelanggaran yang dilakukan oleh peserta didik atau siswa, khususnya perbuatan-perbuatan yang melanggar norma agama, etika, penyimpangan-penyimpangan yang dilakukan di sekolah misalnya perkelahian antar siswa, mencuri, melanggar tata tertib di sekolah, mengkonsumsi narkoba, free seks yang bisa merusak moral siswa, untuk mengatasi hal tersebut kita harus selalu mengupayakan pembinaan, penjelasan dan pengarahan serta memberikan pendidikan yang bermanfaat dan relevan.

B. LANDASAN TEORI

  1. Peran dan Tugas Guru PAI

  a. Peran Guru PAI Peran guru merupakan sosok seorang yang dijadikan pelaku atau pemain dalam dunia pendidikan sebagai tokoh terhormat dalam masyarakat sebab ia nampak sebagai orang yang berwibawa, sebagai penilai, sebagai seorang sumber karena ia memberi ilmu pengetahuan, sebagai pembantu, sebagai wasit, sebagai detektif, sebagai obyek identifikasi, sebagai penyangga rasa takut, sebagai orang yang menolong memahami diri, sebagai pemimpin kelompok, sebagai orang tua / wali, sebagai orang yang membina dan memberi layanan, sebagai kawan bekerja dan sebagai pembawa rasa kasih sayang.

  Peran guru dipandang strategis dalam usaha mencapai keberhasilan proses belajar mengajar apabila guru mau menempatkan dan menjadikan posisi tersebut sebagai pekerjaan profesional. Dengan 6 demikian, guru akan disanjung, diagungkan dan dikagumi, karena Departe men Agama RI, Al Quran Perk ata, (Jaka rta : Ka la m Med ia Ilmu, 2014), hlm. 564. perannya yang sangat penting diarahkan ke arah yang dinamis yaitu

  7 menjadi pola relasi antara guru dan lingkungannya, terutama siswanya.

  b. Tugas Guru PAI Berbicara tentang guru memang sangat luas sekali ranahnya, karena guru memiliki nilai tersendiri dibanding dengan jabatan atau profesi lainnya. Dalam perspektif Islam, mengemban amanat sebagai guru bukan terbatas pada jabatan atau pekerjaan seseorang, melainkan memiliki dimensi nilai yang lebih luas dan agung, yaitu tugas ketuhanan, kerasulan, dan kemanusiaan. Allah mengajar semua makhluknya melalui tanda-tanda dengan menurunkan wahyu. Guru juga mengemban tugas kerasulan, yaitu menyampaikan pesan-pesan Tuhan kepada umat Manusia. Secara lebih khusus, tugas Nabi dalam kaitannya dengan pendidikan, sebagaimana tercantum dalam surat Al-

  Jumu’ah ayat 2 :            

            Artinya : Dia-lah yang mengutus seorang Rasul kepada kaum yang buta

  huruf dari kalangan mereka sendiri, yang membacakan kepada mereka ayat-ayat-Nya, mensucikan (jiwa) mereka dan mengajarkan mereka Kitab dan Hikmah (Sunnah), meskipun sebelumnya mereka benar-benar dalam

  8 kesesatan yang nyata ,

  7 Dedi Supriadi, Mengangkat Citra dan Martabat Guru, (Yogyakarta : Adicita Karya Nusa, 1999, Cet. 2), hlm. 334 8 Departe men Agama RI, Al Quran, hlm. 553

  Ayat diatas menggambarkan bahwa tugas Rasul adalah melakukan pencerahan, pemberdayaan, transformasi, dan mobilisasi potensi umat menuju kepada cahaya (nur) setelah sekian lama terbelenggu dalam kegelapan. Dalam kehidupan keluarga, orang tua adalah guru bagi anak- anaknya. dalam kehidupan masyarakat yang telah mengenal pembagian kerja, dalam lembaga persekolahan guru merupakan actor utamanya.

  2. Kecerdasan Emosional (EQ)

  a. Pengertian Kecerdasan Emosional (EQ) Kata emosi berasal dari bahasa latin, yaitu emovere, yang berarti bergerak menjauh. Arti kata ini menyiratkan bahwa kecenderungan bertindak merupakan hal mutlak dalam emosi. Menurut Daniel Goleman dalam bukunya Emotional Intelligence bahwa emosi merujuk pada suatu perasaan dan pikiran yang khas, suatu keadaan biologis dan psikologis dan serangkaian kecenderungan untuk bertindak. Emosi pada dasarnya adalah dorongan untuk bertindak. Biasanya emosi merupakan reaksi terhadap rangsangan dari luar dan dalam d iri individu. Sebagai contoh emosi gembira mendorong perubahan suasana hati seseorang, sehingga secara fisiologi terlihat tertawa, emosi sedih mendorong seseorang

  9 berperilaku menangis.

  Beberapa tokoh mengemukakan tentang macam- macam emosi, antara lain Descrates. Menurut Descrates, emosi terbagi atas : Desire (hasrat), hate (benci), Sorrow (sedih/duka), Wonder (heran), Love (cinta) dan Joy (kegembiraan). Sedangkan JB Watson mengemukakan tiga

9 Daniel Gole man, Emotional Intelligence, (Jakata : PT Gra med ia Pustaka Uta ma, 2000),

  Cet.10, hlm. 411

  10 macam emosi, yaitu : fear (ketakutan), Rage (kemarahan), Love (cinta).

  Daniel Goleman mengemukakan beberapa macam emosi yang tidak

  11

  berbeda jauh dengan kedua tokoh di atas, yaitu : a) Amarah : beringas, mengamuk, benci, jengkel, kesal hati.

  b) Kesedihan : pedih, sedih, muram, suram, melankolis, mengasihi diri, putus asa.

  c) Rasa takut : cemas, gugup, khawatir, was-was, perasaan takut sekali, waspada, tidak tenang, ngeri.

  d) Kenikmatan : bahagia, gembira, riang, puas, riang, sena ng, terhibur, bangga.

  e) Cinta : penerimaan, persahabatan, kepercayaan, kebaikan hati, rasa dekat, bakti, hormat, kemesraan, kasih.

  f) Terkejut : terkesiap, terkejut.

  g) Jengkel : hina, jijik, muak, mual, tidak suka

  h) Malu : malu hati, kesal

  b. Ciri - ciri Kecerdasan Emosional (EQ) Goleman dalam bukunya Esthi Endah Ayuning Tyas menyebutkan ciri-ciri kecerdasan emosional dapat diketahui dengan tingkat kemampuan seseorang pada lima aspek kondisi mental manusia, antara

  12

  lain : 10

  a) Kesadaran diri

  Ama lia Sawitri Wahyuningsih, Hubungan Antara Kecerdasan Emosional

Dengan Prestasi Belajar Pada Siswa Kelas Ii Smu Lab School Jakarta Timur,

  (Jakarta : 2004), hlm. 32 11 12 Danie l Gole man, Emotional, hlm. 411 Ibid, hlm. 60

  Kesadaran diri adalah kemampuan mengetahui apa yang dirasakan pada suatu kondisi tertentu dan mengambil keputusan dengan pertimbangan yang matang, serta memiliki tolak ukur yang realistis, dengan kemampuan diri dan kepercayaan diri yang kuat.

  b) Kemampuan pengaturan diri Pengaturan diri adalah dapat menangani emosionalnya dengan baik, sehingga berdampak positif dalam melaksanakan tugas, peka terhadap kata hati dan sehingga dapat mencapai tujuannya. Hal yang dilakukan adalah dapat mengontrol emosi, dan menjaga keburukan pribadi.

  c) Motivasi Motivasi yaitu dorongan untuk melakukan sesuatu sehingga menuntun seseorang untuk menuju sasaran dan membantu dalam mengambil inisiatif dan bertindak secara efektif untuk bertahan menghadapi frustasi. Tanpa adanya motivasi, seseorang akan merasa lemah dan seperti tak berdaya dalam melakukan suatu kegiatannya. Oleh karena itu motivasi adalah kekuatan atau power yang tanpa disadari dapat membangun jiwa semakin kuat.

  d) Empati atau kecakapan sosial Aspek Empati atau kecakapan sosial merupakan kemampuan seseorang di dalam merasakan apa yang dirasakan orang lain, mampu memahami perspektif dengan bermacam- macam orang.

  e) Kemampuan keterampilan sosial atau kemampuan interpersonal Aspek ini merupakan kemampuan seseorang di dalam menangani emosi dengan baik, ketika berhubungan dengan orang lain, cermat membaca situasi dan jaringan sosial, berinteraksi dengan menggunakan keterampilan untuk mempengaruhi serta menyelesaikan permasalahan dengan cermat.

  Dari kelima aspek yang telah disebutkan di atas dapat kita lihat bahwa orang yang sukses dalam pekerjaan tidak hanya memiliki intelegensi yang tinggi, namun secara emosional mereka juga memiliki kepribadian yang baik. Orang yang cerdas secara emosi akan bersikap tegas dan mampu mengendalikan perilaku sehingga terbebas dari perilaku-perilaku negatif. Kecerdasan emosional sangat sulit diukur dan sampai sekarang belum ada alat tes tunggal yang menghasilkan nilai kecerdasan emosional.

  c. Manfaat Kecerdasan Emosional Pengendalian emosi sangat penting dalam kehidupan manusia karena melalui emosi yang terkendali maka bentrokan antara satu dengan yang lain sangat jarang sekali terjadi. Jika seseorang itu dapat mengenal, mengendalikan emosinya dan dapat menyalurkan emosi itu kearah yang benar dan bermanfaat, maka akan cerdas dalam emosinya. Dengan menggunakan aspek-aspek kecerdasan emosionalnya dengan baik, otomatis akan timbul sikap individu yang diharapkan tersebut.

  Kecerdasan emosional sangat bermanfaat bagi semua golongan umur di semua strata kehidupan, diantaranya dapat membuat orang tidak depresi, tidak cepat putus asa, tidak membuat implusif dan agresif, tidak cepat puas, tidak egois, selalu terbuka pada kritikan, terampil dalam melakukan hubungan sosial, tidak mudah marah dan la in sebagainya, dan ini semua tentu akan berdampak positif untuk menghilangkan sosial problem, sebagai dampak negatif globalisasi yang saat ini banyak terjadi di masyarakat.

  3. Kecerdasan Spiritual (SQ)

  a. Pengertian Kecerdasan Spiritual (SQ) Otak merupakan organ tubuh yang paling kompleks. Otak memproduksi pikiran sadar yang menakjubkan kesadaran akan diri dan lingkungan, serta kemampuan menghasilkan dan menstrukturkan pemikiran kita, memungkinkan kita memiliki perasaan dan menjembatani kehidupan spiritual. Kesadaran akan makna, nilai dan konteks yang sesuai

  

13

untuk memahami pengalaman.

  Secara alami otak bersifat konservatif. Ia merekam seluruh sejarah

  14 evolusi kehidupan di bumi dengan struktur yang begitu kompleks.

  Kecerdasan manusia terekam dalam kode genesis dan seluruh evolusi kehidupan di bumi. Kecerdasan manusia juga dipengaruhi oleh pengalaman sehari- hari, kesehatan fisik dan mental, porsi latihan yang diterima, ragam hubungan yang dijalin dan berbagai faktor lain. Ditinjau dari segi ilmu saraf, semua kecerdasan itu bekerja melalui atau dikendalikan oleh otak beserta jaringan sarafnya yang bekerja di seluruh

  15 tubuh.

  Definisi kecerdasan spiritual dapat dilihat dari beberapa pendapat tokoh di bawah ini : a) Danah Zohar dan Ian Marshall, berpendapat :

  SQ (Kecerdasan Spiritual) adalah kecerdasan untuk menghadapi dan memecahkan persoalan hidup makna dan nilai, yaitu kecerdasan untuk menempatkan perilaku dan hidup kita dalam 13 konteks mana yang lebih luas, dan kaya, kecerdasan untuk menilai

  Danah Zohar, SQ Me manfaatk an Kecerdasan Spiritual Dalam Berpik ir Integralistik dan Holistik Untuk Memaknai Kehidupan, (Bandung: Mizan, 2002), hlm. 136. 14 15 Ibid, hlm. 35.

  Ibid, hlm. 39. bahwa tindakan atau jalan hidup seseorang lebih bermakna dibandingkan dengan yang lain.

  16

  b) Ary Ginanjar Agustian mendefinisikan : Kecerdasan spiritual adalah kemampuan untuk memberi makna ibadah terhadap setiap perilaku dan kegiatan melalui langkah- langkah dan pemikiran yang bersifat fitrah menuju manusia yang seutuhnya (hanif) dan mempunyai pola pemikiran tauhid

  (integralistik) serta berprinsip “hanya karena Allah”.

  17

  c) Sineter menjelaskan : SQ sebagai kecerdasan mendapat inspirasi, dorongan dan

  efektivitas yang terinspirasi, penghayatan keutuhan yang di dalamnya kita semua menjadi bagian.

  

18

  b. Ciri-ciri Kecerdasan Spiritual (SQ) Robert A. Emmons sebagaimana dikutip oleh Jalaluddin

  Rakhmat, dijelaskan terdapat lima ciri-ciri orang yang memiliki kecerdasan spiritual antara lain

  19

  :

  a) Kemampuan untuk mentransendensikan

  20 yang fisik dan material.

  b) Kemampuan untuk mengalami tingkat kesadaran yang memuncak.

  c) Kemampuan untuk mensakralkan pengalaman sehari- hari.

  16 Ibid., hlm. 3-4. 17 Ary Ginanjar Agustian, Rahasia Suk ses Membangun ESQ, (Ja karta : A rgawijaya Persada, 2001), hlm. 57. 18 Agus Nggermanto, Quantum Questiont Kecerdasan Quantum, (Bandung : Nuansa, 2001), hlm. 117. 19 Ibid, Skripsi dikutip dari (www.muthahari.or.id/doc/artik el/sqanak .ht), hlm. 32. 20 Transenden merupakan cara berpikir tentang hal-hal yang mela mpau i apa yang terlihat,

yang dapat ditemukan di ala m semesta. Contohnya, pemikiran yang me mpela jari sifat Tuhan yang

dianggap begitu jauh, berjarak dan mustahil dipaha mi manusia. Lihat di pada tanggal 17 Agustus 2015 pukul 19:46 WIB. d) Kemampuan menggunakan sumber-sumber spiritual untuk menyelesaikan masalah.

  e) Kemampuan untuk berbuat baik, yaitu memiliki rasa kasih sayang kepada sesama makhluk Tuhan seperti memberi maaf, bersyukur atau mengungkapkan terima kasih.

  c. Manfaat Kecerdasan Spiritual (SQ) Kecerdasan bukan hanya cerdas secara intelektual (IQ). Tetapi untuk menjadi orang yang bisa mengatasi tantangan dan agar tidak terbawa arus zaman, maka seseorang bukan hanya memerlukan kecerdasan intelektual (IQ) saja, namun juga harus memiliki kecerdasan emosional (EQ) dan kecerdasan spiritual (SQ) yang tinggi. Manusia yang memiliki spiritual tinggi akan memiliki hubungan yang kuat dengan Allah SWT, sehingga akan berdampak pula pada kepandaian dia

  21 dalam berinteraksi dengan manusia.

  Berikut ini adalah manfaat kecerdasan spiritual bagi manusia:

  a) Mendidik hati menjadi benar Pendidikan sejati adalah pendidikan hati, karena pendidikan hati tidak hanya menekankan segi-segi pengetahuan kognitif intelektual saja tetapi juga menumbuhkan segi-segi kualitas psikomotorik dan kesadaran spiritual yang reflektif dalam

  22 kehidupan sehari- hari.

  b) Membuat manusia memiliki hubungan yang kuat dengan Allah SWT.

  21 Mas Udik Abdullah, Meledakkan IESQ dengan Langkah Taqwa dan Tawak al , (Jakarta : Zikrul Ha kim,2005), Cet. 1, hlm.181 22 Sukidi, Kecerdasan Spiritual, (Jakarta : Gra med ia Pustaka Uta ma , 2004), Cet. 2, h lm. 8

  Hal ini akan berdampak pada kepandaian dia berinteraksi dengan manusia lainnya, karena dibantu oleh Allah yaitu hati manusia dijadikan cenderung kepada-Nya. Sehingga kondisi spiritual manusia berpengaruh terhadap kemudahan dia dalam menjalani kehidupan ini. Jika spiritualnya baik, maka ia akan menjadi orang yang baik juga.

  c) Melahirkan keputusan yang terbaik Keputusan spiritual adalah keputusan yang diambil dengan mengedepankan sifat-sifat Ilahiyah dan menuju kesabaran mengikuti Allah atau mengikuti suara hati untuk memberi atau

  Taqarrub kepada Al-Wahhaab dan tetap menyayangi menuju sifat

23 Allah Ar-rahim.

  d) Menjadi landasan untuk memfungsikan IQ dan EQ secara efektif.

  Kecerdasan spiritual (SQ) sering dianggap sebagai kecerdasan tertinggi dari kecerdasan-kecerdasan lain dalam multiple intellegence seperti kecerdasan fisik (PQ), kecerdasan intelektual (IQ) maupun kecerdasan emosional (EQ). Orang yang telah memiliki kecerdasan spiritual (SQ) akan mampu mengerti makna dibalik setiap kejadian dalam hidupnya dan menyikapi segala sesuatu yang terjadi pada dirinya dengan positif sehingga mampu menjadi orang yang bijaksana dalam menjalani kehidupan. Kecerdasan spiritual (SQ) sendiri adalah kecerdasan batin dari pikiran dan jiwa untuk membangun diri menjadi manusia seutuhnya dengan selalu berfikir positif dalam menyikapi setiap kejadian yang 23 dialaminya. Orang yang memiliki kecerdasan spiritual (SQ) akan Ary Ginanjar Agustian, Rahasia, hlm. 162. mampu memaknai penderitaan hidup dengan memberi makna positif pada setiap peristiwa, masalah, bahkan penderitaan yang

  24 dialaminya.

  C. METODE PENELITIAN

  Jenis penelitian ini adalah penelitian kualitatif yaitu salah satu penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa ucapan atau tulisan atau perilaku orang yang diamati. Populasi yang diambil adalah seluruh guru PAI yang berjumlah tiga orang. Sedangkan sampel yang diambil peneliti adalah sampling jenuh atau disebut sensus yaitu Dimana semua anggota populasi dijadikan sampel. Sedangkan teknik pengumpulan data yang dibutuhkan diperoleh melalui Observasi, Wawancara, dan Dokumentasi.

  D. HASIL PENELITIAN DAN ANALISIS

  Untuk mengetahui adakah peran guru PAI dalam mengembangkan kecerdasan emosional dan spiritual siswa di SMK Komputama Majenang, maka data-data yang telah diperoleh selanjutnya akan dianalisa, karena penelitian ini termasuk penelitian deskriptif maka dalam menganalisa hanya dijelaskan fenomena yang terjadi dalam bentuk analisis induktif.

  1. Peranan guru Hasil analisis penulis bahwa guru PAI di SMK Komputama majenang telah berperan sebagai layaknya seorang guru, meskipun tidak semua sesuai dengan yang di katakan oleh Syaiful Bahri Djamarah pada teori diatas. Hal ini dibuktikan bahwa guru telah melakukan sebagai : a) Inisiator, guru adalah pencetus ide- ide progresif dalam pendidikan, membuat sebuah program- program yang tujuannya untuk mengembangkan kecerdasan siswa baik emosional maupun spiritual. b) Evaluator, guru selalu menilai siswa dan mengevaluasi program yang telah dibuat. c) Suri tauladan, siswa akan mengikuti sikap atau perilaku yang dilakukan oleh guru. d) Pembimbing, guru di sekolah telah membimbing siswa menjadi manusia dewasa yang berperilaku secara mandiri.

  2. Kecerdasan Emosional Dalam mengembangkan kecerdasan emosional siswa tidak semudah seperti yang kita lihat, namun proses dalam mengembangkannya membutuhkan waktu yang sangat lama. Pengembangan kecerdasan emosional merupakan usaha sadar yang dimiliki seseorang untuk menyadarkan orang lain guna mengendalikan emosi yang terdapat dalam dirinya, menumbuhkan rasa optimis dalam menghadapi kehidupan. Namun, tidak semua orang dapat melakukan hal tersebut. Karena disebabkan adanya faktor perbedaan tingkat kecerdasan masing- masing individu. Sehingga guru berupaya menjadi sosok seorang yang dapat memotivasi serta memberikan program-program positif terhadap siswa agar memiliki kecerdasan emosional yang baik.

  Dalam mengembangkan sebuah kecerdasan emosional siswa SMK Komputama Majenang tentunya tidak semua dapat berjalan lancar atau sesuai dengan keinginan. Namun terdapat beberapa faktor yang dapat mempengaruhi dalam mengembangkan kecerdasan tersebut, seperti:

  a. Faktor pendukung dalam mengembangkan kecerdasan emosional 1) Adanya antusias siswa dalam mengikuti program yang diterapkan 2) Adanya kebijakan dari kepala sekolah 3) Adanya sifat kepedulian siswa terhadap sesama 4) Adanya SDM pendidik

  5) Lokasi sekolah yang mudah dijangkau 6) Sarana dan prasarana yang memadai

  b. Faktor penghambat dalam mengembangkan kecerdasan emosional 1) Perbedaan latar belakang siswa tiap daerah 2) Kekurang ahlian siswa dalam mengikuti pelaksanaan bedah rumah.

  3) Keluarga dan lingkungan di rumah 4) Adanya siswa yang kurang berpartisipasi dalam mengikuti kegiatan. 5) Adanya beberapa siswa yang sering terlambat dengan berbagai alasan. 6) Tidak diwajibkannya kegiatan ekstrakurikuler, sehingga banyak siswa yang tidak mengikuti.

  3. Kecerdasan Spiritual Kecerdasan spiritual merupakan kecerdasan untuk memberikan makna atas sesuatu yang berpusat pada hati, serta membentuk jiwa menjadi bersih yang terwujud dalam ketaatan dan kegiatan beramal saleh dalam hidupnya, baik amalan yang bersifat vertikal atau kepada Allah SWT maupun amalan yang bersifat horizontal atau antar sesama.

  Dalam mengembangkan sebuah kecerdasan spiritual siswa SMK Komputama Majenang tentunya tidak semua dapat berjalan lancar atau sesuai dengan keinginan. Namun terdapat beberapa faktor yang dapat mempengaruhi dalam mengembangkan kecerdasan tersebut, seperti:

  a. Faktor pendukung dalam mengembangkan kecerdasan Spiritual 1) Dukungan dari pihak komite madrasah, kepala madrasah, semua guru dan wali siswa.

  2) Banyaknya siswa yang berasal dari MTs 3) Mayoritas siswa yang berasal dari keluarga yang islami.

  4) Banyaknya siswa yang antusias ingin mengikuti kegiatan ektrakurikuler BTA 5) Fasilitas sekolah yang memadai. 6) Adanya tenaga pendidik.

  b. Faktor penghambat dalam mengembangkan kecerdasan spiritual 1) Pihak sekolah tidak bisa memantau kegiatan siswa sehari- hari selama di rumah dan apakah wali siswa sudah memantau dengan baik atau belum terhadap kecerdasan spiritual siswa di rumah. 2) Lingkungan bermain siswa yang tidak mendukung ketika berada di luar sekolah.

  3) Banyaknya siswa yang belum dapat membaca Al-q ur’an 4)

  Banyaknya siswa yang tidak membawa surat Yasin ketika hari Jum’at karena berbagai alasan.

E. SIMPULAN

  Setelah penulis mengadakan penelitian tentang Peran Guru PAI dalam Mengembangan Kecerdasan Emosional (EQ) dan Kecerdasan Spiritual (SQ) Siswa di SMK Komputama Majenang, kemudian menganalisa data yang terkumpul dan penulis dapat memberikan kesimpulan sebagai akhir dari pembahasan ini yaitu bahwa:

  1. Peran guru PAI dalam mengembangkan kecerdasan emosional dan kecerdasan spiritual siswa SMK Komputama Majenang melalui berbagai cara yaitu : a. Kegiatan sebelum proses pembelajaran yang meliputi; menanamkan kedisiplinan dan tepat waktu, ketertiban dan kerapian, senyum sapa dan salam, melakukan apel pagi dengan menghafal kosakata bahasa asing kecuali ha ri Jum’at yaitu tadarus Al-qur’an dengan membaca surat Yasiin, didampingi oleh wali kelas masing- masing, serta membaca do’a sebelum mulai belajar.

  b. Kegiatan saat proses pembelajaran yang meliputi; memberikan penjelasan dengan mengambil contoh kisah umat terdahulu, selalu memotivasi siswa agar semangat belajar meningkat, guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk bertanya ketika pembelajaran, memberikan wacana yang didasari dalil Al- qur’an dan Hadist, serta menumbuhkan hubungan saling percaya dan kecakapan sosial.

  c. Kegiatan di luar proses pembelajaran yang meliputi; 1) Bhakti sosial, merupakan program tahunan yang dilakukan oleh SMK

  Komputama Majenang dengan tujuan melatih siswa-siswi akan sadar dalam mengembangkan kecerdasan emosional siswa seperti mengenali lingkungan, membina hubungan dengan orang lain, dan memiliki rasa empati terhadap orang lain. Kegiatan yang dilakukan dalam program ini adalah : Bedah rumah, bersih-bersih masjid, pembagian sembako bagi yang membutuhkan. 2) Ekstrakurikuler, merupakan sebuah pelajaran tambahan yang diikuti oleh siswa siswi SMK Komputama Majenang. Beberapa macam ektrakurikuler yang terdapat di SMK Koputama Majenang seperti OSIS, Pramuka, KECC (Komputama English Conversation Club), BKC (Bandung Karate Club), Merpati Putih, Pecinta Alam, Sepak Bola, Bola Voli, KIR ( Kajian Ilmiah Remaja), PMR (Palang Merah Remaja), PKS (Polisi Keamanan Sekolah), BTA (Baca Tulis Al Qu’an), Keagamaan, Autocat Design, Welding, dan Programing. Dalam proses kegiatanya program ini dapat dikembangkan dengan baik meskipun adanya beberapa hambatan.

  3) Pondok bahasa, merupakan program wajib yang dilakukan selama 2 bulan sekali secara bergilir. Tujuannya adalah mengembangkan dan meningkatkan ketaqwaan siswa kepada Tuhan Yang Maha Esa, membangun pola hidup mandiri, serta mengembangkan kecerdasan spiritual siswa secara matang. 4)

  Jum’at amal, merupakan program yang di jalankan oleh Organisasi Siswa Intra Sekolah (OSIS) dengan cara menarik sejumlah dana kepada siswa sebagai pembelajaran untuk beramal salih.

  2. Faktor Pendukung dan Penghambat Pengembangan Kecerdasan Emosional siswa SMK Komputama Majenang yaitu: a. Faktor pendukung

  1) Sebelum kegiatan pembelajaran meliputi; Lokasi sekolah yang mudah dijangkau, adanya antusias siswa dalam mengikuti program yang diterapkan. 2) Saat proses pembelajaran meliputi; Adanya SDM pendidik, Sarana dan prasarana yang memadai, adanya siswa yang di ajar. 3) Di luar proses pembelajaran meliputi; Adanya kebijakan dari kepala sekolah, adanya sifat kepedulian siswa terhadap sesama.

  b. Faktor penghambat 1) Sebelum kegiatan pembelajaran meliputi; Adanya beberapa siswa yang sering terlambat dengan berbagai alasan.

  2) Saat proses pembelajaran meliputi; Adanya perbedaan latar belakang siswa tiap daerah, lingkungan, dan keluarga, adanya siswa yang tidak mengerjakan tugas rumah. 3) Di luar pembelajaran meliputi; Kekurang ahlian siswa dalam mengikuti pelaksanaan bedah rumah, adanya siswa yang kurang berpartisipasi dalam mengikuti kegiatan, keluarga dan lingkungan di rumah, tidak diwajibkannya kegiatan ekstrakurikuler, sehingga banyak siswa yang tidak mengikuti.

  3. Faktor pendukung dan penghambat pengembangan kecerdasan spiritual siswa SMK Komputama Majenang yaitu:

  a. Faktor pendukung 1) Sebelum kegiatan pembelajaran meliputi; Banyaknya siswa yang berasal dari MTs, Mayoritas siswa yang berasal dari keluarga yang islami. 2) Saat proses pembelajaran meliputi; Fasilitas sekolah yang memadai, adanya tenaga pendidik.

  3) Di luar proses pembelajaran meliputi; Dukungan dari pihak komite madrasah, kepala madrasah, semua guru dan wali siswa, banyaknya siswa yang antusias ingin mengikuti kegiatan ektrakurikuler BTA.

  b. Faktor penghambat

1) Sebelum kegiatan pembelajaran meliputi; Banyaknya siswa yang tidak membawa surat Yasin ketika hari Jum’at karena berbagai alasan, .

  2) Saat proses pembelajaran meliputi; Banyaknya siswa yang belum dapat membaca Al- qur’an.

  3) Di luar proses pembelajaran meliputi; Pihak sekolah tidak bisa memantau kegiatan siswa sehari-hari selama di rumah dan apakah wali siswa sudah memantau dengan baik atau belum terhadap kecerdasan spiritual siswa di rumah, dan lingkungan bermain siswa yang tidak mendukung ketika berada di luar sekolah.

DAFTAR PUSTAKA

  Abdullah, Mas Udik. Meledakkan IESQ dengan Langkah Taqwa dan Tawakal, (Jakarta : Zikrul Hakim,2005, Cet. 1). Agustian, Ary Ginanjar. Rahasia Sukses Membangun ESQ, (Jakarta : Argawijaya Persada, 2001). Agustian, Ary Ginanjar. Rahasia. Daradjat, Zakiah. Ilmu Pendidikan Islam, (Jakarta : Bumi Aksara, 2011). Departemen Agama RI, Al Quran Perkata, (Jakarta : Kalam Media Ilmu, 2014). Djamarah, Syaiful Bahri. Psikologi Belajar, (Jakarta : PT Rineka Cipta, 2011). Goleman, Daniel. Emotional Intelligence, (Jakata : PT Gramedia Pustaka Utama, 2000, Cet.10). Maskhuri, Peran Orang Tua Dalam Mengembangkan Kecerdasan Spiritual Anak di

  Raudlatul Athfal Masyithoh 01 Adimulya Wanareja Cilacap Tahun Pelajaran 2014/2015 , Skripsi dikutip dari Toni Busan, Kekuatan ESQ Sepuluh Langkah Meningkatkan Emosional, Spiritual , Terjemahan Ana Budi Kuswandi, (Jakarta : Pustaka Delapratosa,2003).

  Maskhuri, Peran Orang Tua, Skripsi dikutip dari Danah Zahar dan Ian Marshall,

  Memanfaatkan Kecerdasan Spiritual dalam Berfikir Integralistik dan Holistik Untuk Memaknai Kehidupan , (Bandung: Mizan, 2000).

  Nggermanto, Agus. Quantum Questiont Kecerdasan Quantum, (Bandung : Nuansa, 2001). Riadi, Muchlisin. Pengertian dan Jenis-jenis Kecerdasan, (http://www.Kajian

  Pustaka.com/2013/09/pengertian-dan-jenis-jenis-kecerdasan.html?m=1), diakses pada tanggal 30 Mei 2015 pukul 00.35 WIB. Sukidi, Kecerdasan Spiritual, (Jakarta : Gramedia Pustaka Utama, 2004, Cet. 2). Supriadi, Dedi. Mengangkat Citra dan Martabat Guru, (Yogyakarta : Adicita Karya Nusa, 1999, Cet. 2). Wahyuningsih, Amalia Sawitri. Hubungan Antara Kecerdasan Emosional Dengan

  Prestasi Belajar Pada Siswa Kelas Ii Smu Lab School Jakarta Timur, (Jakarta : 2004).

  Zohar, Danah. SQ Memanfaatkan Kecerdasan Spiritual Dalam Berpikir Integralistik dan Holistik Untuk Memaknai Kehidupan, (Bandung: Mizan, 2002).