Hubungan Karakteristik Sosial Ekonomi Petani Dengan Penggunaan Pupuk Anorganik Dan Pupuk Campuran Pada Usahatani Padi Sawah

  Pupuk Anorganik

  Pupuk anorganik adalah pupuk yang dibuat oleh pabrik-pabrik pupuk dengan meramu bahan-bahan kimia (anorganik) berkadar hara tinggi. Misalnya, pupuk urea berkadar N 45-46 % (setiap 100 kg urea terdapat 45-46 kg hara nitrogen). Jenis pupuk anorganik ini tidak begitu banyak. Akan tetapi, saat ini hampir tak terhitung jumlahnya. Bentuk, warna, dan cara penggunanya jadi beragam. Kalau dulu pupuk anorganik cukup diberikan dengan ditaburkan atau dibenamkan merata dekat tanaman, kini ada pupuk akar yang harus ditumpuk dibawah atau sekitar akar, diselipkan dekat akar, dan diberikan lewat daun (Lingga dan Marsono, 2007).

  Pupuk buatan ini memang sengaja dibuat dari bahan-bahan kimia guna menambah atau menggantikan unsur hara yang hilang terserap oleh tanaman sebelumnya, tercuci oleh aliran air, atau bereaksi dengan unsur kimia lain. Pupuk buatan juga dapat berfungsi menambah hara pada lahan miskin hara terutama unsur hara pokok yang biasa di serap tanaman dalam jumlah besar. Kita mengetahui, bahwa tanaman memerlukan unsur hara makro dan unsur hara mikro. Unsur hara makro ini diperlukan oleh tanaman dalam jumlah besar. Peranan pupuk buatan ialah menyediakan kebutuhan hara dalam waktu yang relatif singkat (AAK, 1990).

  Keanekargaman pupuk anorganik ini sebetulnya sangat menguntungkan petani jika dipahami betul aturan pakainya, dan manfaatnya bagi tanaman. Kalau sudah dikuasai, beberapa jenis pupuk yang ada kita tidak akan bingung memilihnya. Jika tidak, ragam pupuk yang terus bertambah ini akan memancing kemarahan petani karena sering gagal menggunakannya (Lingga dan Marsono, 2007).

  Ada beberapa keuntungan dari pupuk anorganik yang patut dicatat sehingga tetap diminati orang sampai sekarang, yaitu.

  1. Pemberiannya dapat terukur dengan tepat karena pupuk anorganik umumnya takaran haranya pas.

  2. Kebutuhan tanaman akan hara dapat dipenuhi dengan perbandingan yang tepat.

  Misalnya, hingga saat panen, singkong menyedot hara nitrogen 200 kg/ha sehingga bisa diganti dengan takaran pupuk N yang pas.

  3. Pupuk anorganik tersedia dalam jumlah cukup. Artinya, kebutuhan akan pupuk ini bisa dipenuhi dengan mudah asalkan ada uang.

  4. Pupuk anorganik mudah diangkut karena jumlahnya relatif sedikit dibandingkan pupuk organik seperti kompos atau pupuk kandang. Akibatnya, hasil kalkulasi biaya angkut pupuk ini jauh lebih murah dibanding pupuk organik (Lingga dan Marsono, 2007).

  Selain kelebihan tersebut, pupuk anorganik ada kekurangannya. Selain hanya unsur hara makro, pupuk anorganik ini sangat sedikit atau hampir tidak mengandung unsur hara mikro. Itu sebabnya diimbangi dengan pemakaian pupuk daun yang banyak mengandung unsur mikro. Kalau tidak diimbangi, tanaman akan tumbuh tidak sempurna. Selain itu, pemakaian pupuk anorganik secara terus-menerus dapat merusak tanah bila tidak diimbangi dengan pupuk kandang atau kompos. Dan lagi, kalau salah pakai atau pemberiannya terlalu banyak selalu dipatuhi, jangan suka membuat aturan sendiri (Lingga dan Marsono, 2007).

  Pupuk Organik

  Pupuk organik dapat dibuat dari berbagai bahan organik yang ada di alam, misalnya sampah tanaman (serasah) atau sisa-sisa tanaman yang telah mati. Sumber bahan organik lainnya adalah hewan ternak, unggas, dan lain sebagainya. Limbah atau kotoran hewan merupakan bahan organik yang bermanfaat bagi tanah pertanian.

  Bahan tersebut diproses dengan cara yang rumit oleh jasat renik dalam tanah dan dirombak menjadi bahan organik yang diperlukan untuk kehidupan tanaman (Yuliarti, 2009).

  Pupuk alam meliputi pupuk yang berasal dari kotoran hewan dan sisa-sisa tanaman, baik yang berasal dari sisa tanaman padi seperti jerami maupun bahan yang berasal dari tanaman lain, misalnya pupuk hijau, pupuk dari kotoran hewan sering disebut pupuk kandang, sedangkan sisa tanaman dapat dikomposkan atau langsung dibenamkan terlebih dahulu. Di samping itu tanaman pupuk hijau dapat dibenamkan untuk menambah kesuburan tanah, walaupun kadar hara yang dimiliki rendah, namun tetap diperlukan terutama untuk memperbaiki struktur tanah sehingga tanah menjadi gembur (AAK, 1990).

  Waktu dan cara penggunaan pupuk kandang sebaiknya dipergunakan setelah mengalami proses penguraian atau pematangan terlebih dahulu, dan disebarkan lebih kurang 2 minggu sebelum tanam. Pupuk kandang dapat juga diberikan menjelang pengelolaan tanah, yaitu dengan cara dibenamkan ke dalam tanah pada saat pengelolaan tanah. Pembenaman jerami sebaiknya dilakukan 2-4 minggu sebelum tanam. Hal ini juga dapat dilakukan pada saat dilakukan pengelolaan tanah. Di samping itu jerami dapat dikomposkan terlebih dahulu, kemudian setelah jadi kompos dapat dimanfaatkan sebagaimana mestinya. (AAK, 1990).

  Pemupukan padi sawah dilakukan 3 kali yaitu pemupukan dasar dilaksanakan pada waktu sehari sebelum tanam, pemupukan susulan kedua di lakukan pada umur tanaman dua puluh satu hari setelah tanam, pemupukan ketiga dilaksanakan pada umur tanaman empat puluh limah hari (Sembiring, 2001).

  Tujuan penggunaan pupuk ialah untuk mencukupi kebutuhan makanan (hara). Dalam kehidupan tanaman, pupuk yang mengandung berbagai unsur hara berperan sangat penting bagi tanaman, baik dalan proses pertumbuhan, ataupun produksi, sebab: 1. pupuk adalah sebagai cadangan makanan 2. pupuk untuk pertumbuhan tanaman 3. pupuk untuk mempertahankan kehidupan tanaman 4. pupuk untuk proses reproduksi

  Usahatani dikatakan efektif bila petani atau produsen dapat mengalokasikan sumberdaya yang mereka miliki sebaik baiknya. Dikatakan efisien bila pemanfaatan sumber daya tersebut menghasilkan keluaran atau output yang melebihi masukan atau input. Pengertian efisien sangat relatif, efisien diartikan sebagai penggunaan input sekecil-kecilnya untuk mendapatkan produksi yang sebesar-besarnya (Soekartawi, 2001).

  Faktor-faktor yang mempengaruhi pengambilan keputusan menurut Nasution (1989) antara lain:

  1. Faktor pribadi - Kontak dengan sumber sumber informasi di luar masyarakatnya.

  • Keaktifan mencari sumber informasi.
  • Pengetahuan tentang keuntungan relatif dari praktek yang diberikan.
  • Kepuasan pada cara cara lama.

  2. Faktor lingkungan - Tersedianya media komunikasi.

  • Adanya sumber informasi secara rinci.
  • Pengalaman dari petani lain.
  • Faktor faktor alam.
  • Tujuan dan minat keluarga.

  Adapun Karakteristik Sosial Ekonomi antara lain:

  1. Umur Menurut Soekartawi (1999), rata-rata petani Indonesia yang cenderung tua dan sangat berpengaruh pada produktivitas sektor pertanian Indonesia Petani berusia tua biasanya cenderung sangat konservatif (memelihara) menyikapi perubahan terhadap inovasi teknologi. Berbeda halnya dengan petani yang berusia muda.

  Menurut Hasyim (2006), umur petani adalah salah satu faktor yang berkaitan erat dengan kemampuan kerja dalam melaksanakan kegiatan usahatani, umur dapat dijadikan sebagai tolak ukur dalam melihat aktivitas seseorang dalam bekerja bilamana dengan kondisi umur yang masih produktif maka kemungkinan besar seseorang dapat bekerja dengan baik dan maksimal.

  Petani yang berusia lanjut sekitar 50 tahun ke atas, biasanya fanatik terhadap tradisi dan sulit untuk diberikan pengertian yang dapat mengubah cara berfikir, cara kerja, dan cara hidupnya. Mereka ini bersikap apatis terhadap adanya teknologi baru dan inovasi, semakin muda umur petani, maka semakin tinggi semangatnya mengetahui hal baru, sehingga dengan demikian mereka berusaha untuk cepat melakukan adopsi walaupun sebenarnya mereka masih belum berpengalaman soal adopsi tersebut (Kartasapoetra, 1994).

  2. Pendidikan Singarimbun dalam Soekartawi (1999), mengemukakan bahwa banyaknya atau lamanya sekolah/pendidikan yang diterima seseorang akan berpengaruh terhadap kecakapannya dalam pekerjaan tertentu. Sudah tentu kecakapan tersebut akan mengakibatkan kemampuan yang lebih besar dalam menghasilkan pendapatan bagi rumah tangga.

  Menurut Hasyim (2006), tingkat pendidikan formal yang dimiliki petani akan menunjukkan tingkat pengetahuan serta wawasan yang luas untuk petani menerapkan apa yang diperolehnya untuk peningkatan usahataninya.

  Mengenai tingkat pendidikan petani, dimana mereka yang berpendidikan tinggi relatif lebih cepat dalam melaksanakan adopsi inovasi. Tingkat pendidikan manusia pada umumnya menunjukkan daya kreatifitas manusia dalam berfikir dan bertindak. Pendidikan rendah mengakibatkan kurangnya pengetahuan dalam memanfaatkan sumber daya alam yang tersedia (Kartasapoetra, 1994).

  3. Lamanya berusahatani

  Menurut Soekartawi (1999), pengalaman seseorang dalam berusahatani berpengaruh dalam menerima inovasi dari luar. Petani yang sudah lama bertani akan lebih mudah menerapkan inovasi dari pada petani pemula atau petani baru. Petani yang sudah lama berusahatani akan lebih mudah menerapkan anjuran penyuluhan demikian pula dengan penerapan teknologi.

  Menurut Hasyim (2006), lamanya berusahatani untuk setiap orang berbeda beda, oleh karena itu lamanya berusahatani dapat dijadikan bahan pertimbangan agar tidak melakukan kesalahan yang sama sehingga dapat melakukan hal-hal yang baik untuk waktu waktu berikutnya (Hasyim, 2006).

  4. Luas lahan Menurut Soekartawi (1999), luas lahan akan mempengaruhi skala usaha.

  Makin luas lahan yang dipakai petani dalam usaha pertanian, maka lahan semakin tidak efisien. Hal ini disebabkan pada pemikiran bahwa luasnya lahan mengakibatkan upaya melakukan tindakan yang mengarah pada segi efisien akan berkurang. Sebaliknya pada lahan yang sempit upaya pengawasan terhadap penggunaan faktor produksi semakin baik, sehingga usaha pertanian seperti ini lebih efisien. Meskipun demikian lahan yang terlalu kecil cenderung menghasilkan usaha yang tidak efisien pula.

  5. Jumlah tanggungan Menurut Hasyim (2006), jumlah tanggungan keluarga adalah salah satu faktor yang perlu diperhatikan dalam menentukan pendapatan dalam memenuhi kebutuhannya. Banyaknya jumlah tanggungan keluarga akan mendorong petani untuk melakukan banyak aktivitas terutama dalam mencari dan menambah pendapatan keluarganya.

  Semakin banyak anggota keluarga akan semakin besar pula beban hidup yang akan ditanggung atau harus dipenuhi. Jumlah anggota keluarga akan mempengaruhi keputusan petani dalam berusahatani (Soekartawi, 1999).

  6. Produksi Suatu penggunaan faktor produksi dikatakan efisien secara teknis (efisien teknis) kalau faktor produksi yang dipakai menghasilkan produksi maksimal

  (Soekartawi, 2001).

  Usahatani dikatakan efektif bila petani atau produsen dapat mengalokasikan sumberdaya yang mereka miliki sebaik baiknya. Dikatakan efisien bila pemanfaatan sumber daya tersebut menghasilkan keluaran atau output yang melebihi masukan atau input. Pengertian efisien sangat relatif, efisien diartikan sebagai penggunaan input sekecil-kecilnya untuk mendapatkan produksi yang sebesar besarnya (Soekartawi, 2001).

  Teori Pengambilan Keputusan

  Pengambilan keputusan di dalam rumah tangga petani meliputi faktor-faktor yang kompleks, termasuk ciri-ciri biofisik usahatani, ketersedian dan kualitas input luar dan jasa serta proses sosial ekonomi dan budaya di dalam masyarakat. Di samping itu, selama terjadi perubahan lingkungan ekologis, sosial ekonomi, dan budaya maka sistem usahatani harus pula disesuaikan. Dengan demikian, pertanian mencakup suatu proses pengambilan keputusan tanpa akhir, baik itu untuk jangka pendek, jangka menengah, dan jangka panjang. Proses pengambilan keputusan juga berubah dari waktu ke waktu (Reijntjes, 1999).

  Salah satu variabel utama dalam sistem usahatani adalah pengambilan keputusan di dalam rumah tangga petani tentang tujuan dan cara mencapainya dengan sumber daya yang ada yaitu jenis dan kuantitas tanaman yang dibudidayakan dan ternak yang dipelihara serta teknik dan strategi yang diterapkan. Cara yang ditempuh suatu rumah tangga petani dalam pengambilan keputusan pengelolaan usahatani tergantung pada ciri-ciri rumah tangga yang bersangkutan, misalnya jumlah laki-laki, perempuan (jumlah anggota keluarganya), usia, kondisi kesehatan, keinginan, kebutuhan, pengalaman bertani, pengetahuan, dan keterampilan serta hubungan antar anggota rumah tangga (Reijntjes, 1999).

  Kerangka Pemikiran

  Petani dikategorikan memegang dua peranan yaitu sebagai juru tani dan sekaligus sebagai orang pengelola dalam usahataninya. Sebagai seorang juru tani, petani mempunyai peranan memelihara tanaman yang diusahakan dalam usahataninya, sebagai juru tani petani menggunakan keterampilan tangan, otot, dan mata untuk kegiatan pemeliharaan dalam usahataninya yang mencakup menyiapkan persemaian, penyediaan benih, melindungi tanaman dari hama penyakit, dan sebagainya. Sedangkan sebagai pengelola petani harus mempunyai keterampilan berupa pengetahuan serta kemauan yang berguna untuk pengambilan keputusan dalam menjalankan usahataninya.

  Dalam Pengambilan keputusan penggunaan pupuk anorganik dan pupuk campuran, Petani dipengaruhi oleh dua hal yaitu: karakteristik sosial ekonomi yang terdiri dari umur, pendidikan, lama berusahatani, luas lahan, jumlah tanggungan, produksi. Kemudian faktor pribadi dan faktor lingkungan dalam pengambilan keputusan petanilah yang paling berhak menentukan apa dan bagaimana tindakan yang harus mereka lakukan.

  Hal ini dapat dilihat pada Gambar 1 : umur pendidikan

  Lama berusahatani

  Karakteristik sosial

  penggunaan

  ekonomi

  pupuk Luas lahan

  Jumlah tanggungan produksi

  

Gambar 1 : Hubungan Karakteristik Sosial Ekonomi Dengan Penggunaan

Pupuk Anorganik dan Pupuk Campuran.

  Adanya faktor-faktor yang memepengaruhi petani akan berpengaruh terhadap penggunaan pupuk anorganik dan pupuk campuran. Keputusan ini tentunya harus berdasarkan pertimbangan yang lebih baik yang mengarah kepada keuntungan yang didapat petani dalam pelaksanaannya.

  Keterangan: : Menyatakan hubungan

  Tidak sesuai dengan anjuran

  3. Pengalaman dari petani lain. 4 . Faktor-faktor alam

  2. Adanya sumber informasi secara rinci.

  2. Faktor lingkungan 1. Tersedianya media . komunikasi.

  4. Kepuasan pada cara cara lama

  3. Pengetahuan tentang keuntungan relatif.

  2. Keaktifan mencari informasi.

  1. Kontak dengan sumber informasi di luar masyrakat.

  1.Faktor pribadi

  Faktor yang mempengaruhi:

  6. Produksi

  Gambar 2: Skema Kerangka Pemikiran Hubungan Karakteristik Sosial Ekonomi Petani dengan Penggunaan Pupuk Anorganik dan Pupuk Campuran.

  5. Jumlah tanggungan

  4. Luas lahan

  3. Lamaberusahatani

  2. Pendidikan

  1. Umur

  Karakteristik Sosial Ekonomi.

  Upaya

  Sesuai dengan anjuran PENGGUNAAN PUPUK ANORGANIK DAN PUPUK CAMPURAN

  PETANI Masalah

  5. Tujuan dan minat keluarga.