Hubungan Karakteristik Sosial Ekonomi Petani Dengan Penggunaan Pupuk Anorganik Dan Pupuk Campuran Pada Usahatani Padi Sawah
HUBUNGAN KARAKTERISTIK SOSIAL EKONOMI PETANI
DENGAN PENGGUNAAN PUPUK ANORGANIK
DAN PUPUK CAMPURAN PADA
USAHATANI PADI SAWAH
(Kasus: Desa Paya Gambar, Kecamatan Batangkuis, Kabupaten Deli Serdang)
SKRIPSI
OLEH :
ERWINSYAH PUTRA
070309001
PKP
PROGRAM STUDI AGRIBISNIS
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
(2)
HUBUNGAN KARAKTERISTIK SOSIAL EKONOMI PETANI
DENGAN PENGGUNAAN PUPUK ANORGANIK
DAN PUPUK CAMPURAN PADA
USAHATANI PADI SAWAH
( Kasus: Desa Paya Gambar, Kecamatan Batangkuis, Kabupaten Deli Serdang)
SKRIPSI OLEH :
ERWINSYAH PUTRA 070309001
PKP
Skripsi Sebagia Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pertanian Di Program Studi Agribisnis Fakultas
Pertanian Universitas Sumatera Utara Medan
Disetujui Oleh : Komisi Pembimbing
Ketua Anggota
(Ir. H. Hasman Hasyim, M.Si) (Ir. Yusak Maryunianta, M.Si) NIP: 195411111981031001 NIP: 196509261993031002
PROGRAM STUDI AGRIBISNIS
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
(3)
ABSTRAK
ERWINSYAH PUTRA (070309001), Dengan judul skripsi ”Hubungan Karakteristik Sosial Ekonomi Petani Dengan Penggunaan Pupuk Anorganik Dan Pupuk Campuran Pada Usahatani Padi Sawah”. Studi kasus: Desa Paya Gambar, Kecamatan Batangkuis, Kabupaten Deli Serdang, Penelitian ini dibimbing oleh Ir. H.Hasman Hasyim, M.Si dan Ir. Yusak Maryunianta, M.Si
Tujuan penelitian: untuk mengetahui bagaimana tingkat penggunaan pupuk anorganik dan pupuk campuran pada usahatani padi sawah, untuk mengetahui bagaimana hubungan karakteristik sosial ekonomi petani dengan penggunaan pupuk anorganik dan pupuk campuran pada usahatani padi sawah, untuk mengetahui bagaimana hubungan faktor pribadi dan faktor lingkungan petani dengan penggunaan pupuk anorganik dan pupuk campuran pada usahatani padi sawah, untuk mengetahui masalah-masalah apa saja yang dihadapi petani dalam penggunaan pupuk anorganik dan pupuk campuran pada usaha tani padi sawah, untuk mengetahui bagaimana upaya-upaya yang dilakukan untuk menanggulangi masalah-masalah yang dihadapi petani di daerah penelitian.
Metode penelitian: Metode penelitian yang digunakan adalah metode analisis deskriptif dan analisis korelasi Rank Spearman dengan alat bantu SPSS 17. Pengambilan sampel dilakukan secara stratified random sampling berdasarkan pola tanam dengan jumlah sampel sebanyak 30 KK. Data yang digunakan data primer dan data sekunder.
Hasil penelitian: Tingkat penggunaan pupuk anorganik dan pupuk campuran tidak sesuai dengan dosis anjuran yang telah di tetapkan oleh pemerintah, ada hubungan nyata antara lama berusaha tani, luas lahan, produksi, tersedianya media komunikasi petani, faktor-faktor alam, tujuan dan minat keluarga, terhadap penggunaan pupuk anorganik dan pupuk campuran, masalah yang dihadapi petani tersumbatnya saluran pembuangan air, sulit merubah kebiasaan, sulit mendapatkan pupuk, hama dan penyakit tanaman, dan kurangnya modal.
Kata kunci : Tingkat penggunaan pupuk anorganik dan pupuk campuran, karakteristik sosial ekonomi petani.
(4)
RIWAYAT HIDUP
Penulis lahir di desa Simpang Empat Kecamatan Marbau Pada tanggal 09
September 1986 dari ayahanda (Alm) Legimin dan ibunda Fatimah. Penulis
merupakan anak kelimah dari delapan bersaudara.
Penulis mengikuti pendidikan sebagai berikut:
1. Sekolah Dasar di SD 112312 Simpang Empat, masuk tahun 1995 dan lulus pada
tahun 2001.
2. Sekolah Menengah Pertama di SMP Negeri 1 Marbau, masuk tahun 2001 dan
lulus tahun 2004.
3. Sekolah Menengah Atas di SMA Negeri 1 Marbau, masuk tahun 2004 dan lulus
pada tahun 2007.
4. Tahun 2007 masuk di Departemen Agribisnis jurusan Penyuluhan dan
Komunikasi Pertanian FP USU, melalui jalur (PMP).
5. Selama masa perkuliahan penulis aktif sebagai anggota Ikatan Mahasiswa Sosial
Ekonomi Pertanian ( IMASEP ) dan Forum Silaturahmi Mahasiswa Muslim
Sosial Ekonomi Pertanian ( FSMM- SEP ).
6. Melaksanakan Praktek Kerja Lapangan (PKL) pada bulan Juni 2011 di desa
(5)
KATA PENGANTAR
Syukur Alhamdulillah kehadirat Allah SWT, berkat rahmat dan hidayah serta
limpahan karunianya penulis dapat menyelesaikan skripsi ini.
Penulis menyadari sepenuhnya bahwa dalam menyelesaikan skripsi ini tidak
akan berhasil tanpa dukungan, motivasi, bimbingan, pengarahan, serta kritikan
membangun yang disampaikan kepada penulis. Untuk itu dalam kesempatan ini
dengan setulus hati, penulis mengucapkan terimakasih yang setinggi tingginya
kepada:
1. Bapak Ir. H. Hasman Hasyim, M.Si. Selaku ketua pembimbing skripsi, yang
mana telah banyak membimbing, mengarahkan dan memotivasi agar skripsi
ini lebih cepat selesai.
2. Bapak Ir. Yusak Maryunianta, M.Si. Selaku anggota pembimbing skripsi,
yang mana telah banyak membimbing, dan mengarahkan sehingga skripsi ini
cepat selesai.
3. Kepada Ibu Dr. Ir. Salmiah M.S, Selaku Ketua Program Studi Agribisnis
Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara
4. Kepada Bapak dan ibu dosen Program Studi Agribisnis yang telah banyak
memberikan pengetahuan selama masa pendidikan di Fakultas Pertanian.
5. Kepada orang tua yang tercinta ayahanda Legimin dan Ibunda Fatimah, serta
(6)
keikhlasannya dalam dukungan yang senantiasa mendoakan dan memberikan
dorongan semangat, perhatian dalam mengikuti pendidikan sampai saat ini.
6. Kepada rekan mahasiswa yang telah banyak memberikan motivasi baik secara
langsung maupun tidak langsung.
Akhirnya penulis mendoakan kiranya Allah SWT menerima seluruh amal dan
ibadah mereka dengan membalas budi baik mereka dengan pahala berlipat ganda,
semoga segala usaha dan niat baik yang telah kita lakukan mendapat ridha Allah
SWT. Penulis menyadari bahwa usulan penelitian ini masih jauh dari kesempurnaan,
baik isi maupun redaksinya oleh karena itu dengan senang hati penulis menerima
kritik, saran, dan masukan semua pihak yang bersifat membangun demi
kesempurnaan usulan penelitian ini.
Akhir kata, penulis berharap semoga usulan penelitian ini bermanfaat bagi
kita semua. Amin ya rabbal alamin.
Medan, Mei 2012
(7)
DAFTAR ISI
ABSTRAK ... i
RIWAYAT HIDUP ... ii
KATA PENGANTAR ... iii
DAFTAR ISI ... v
DAFTAR TABEL ... viii
DAFTAR GAMBAR ... ix
DAFTAR LAMPIRAN ... x
DAFTAR SINGKATAN ... xii
PENDAHULUAN Latar Belakang ... 1
Identifikasi Masalah ... 4
Tujuan Penelitian ... 5
Kegunaan Penelitian ... 5
Hipotesis Penelitian ... 6
TINJAUAN PUSTAKA Pupuk anorganik ... 7
Pupuk organik ... 9
Faktor Yang Mempengaruhi Pengambilan Keputusan ... 10
Karakteristik Sosial Ekonomi Yang Mempengaruhi Petani ... 11
Umur. ... 11
Pendidikan. ... 12
Lama Berusahatani. ... 12
Luas Lahan Jumlah . ... 13
Jumlah Tanggungan . ... 13
Produksi... 14
Teori pengambilan keputusan. ... 14
Kerangka Pemikiran ... 15
(8)
Metode Penentuan Daerah Penelitian ... 18
Metode Penentuan Sampel ... 18
Metode Pengumpulan Data ... 20
Metode Analisis Data ... 20
Defenisi dan Batasan Operasional ... 22
Defenisi ... 22
Batasan Operasional ... 24
HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Geografis ... 25
Kondisi Demografis ... 26
a. Distribusi Jumlah Penduduk Berdasarkan Jenis Kelamin... 26
b. Distribusi Jumlah Penduduk Berdasarkan Kelompok Umur ... 26
c. Distribusi Jumlah Penduduk Berdasarkan Mata Pencaharian ... 27
d. Distribusi Jumlah Penduduk Berdasarkan Suku Bangsa ... 28
Prasarana... 29
Tingkat Penggunaan Pupuk Anorganik dan Pupuk Campuran ... 29
Hubungan Karakteristik Sosial Ekonomi Petani (Umur, Pendidikan, Lama Berusahatani, Luas Lahan, Jumlah Tanggungan, Produksi) Dengan penggunaan Pupuk Anorganik dan Pupuk Campuran Pada UsahaTani. ... .. 32
1. Hubungan Umur Petani dengan Penggunaan Pupuk Anorganik dan Pupuk Campuran ... 33
2. Hubungan Pendidikan Petani dengan Penggunaan Pupuk Anorganik dan Pupuk Campuran ... 34
3. Hubungan Lama Berusahatani Petani dengan Penggunaan Pupuk Anorganik dan Pupuk Campuran ... 35
4. Hubungan Jumlah Tanggungan Petani dengan Penggunaan Pupuk Anorganik dan Pupuk Campuran ... 36
5. Hubungan Luas Lahan Petani dengan Penggunaan Pupuk Anorganik dan Pupuk Campuran ... 37
6. Hubungan Produksi Petani dengan Penggunaan Pupuk Anorganik dan Pupuk Campuran ... 38
Hubungan Faktor Pribadi dan Faktor Lingkungan dengan Penggunaan Pupuk Anorganik dan Pupuk Campuran Pada Usaha Tani Padi Sawah... .. 39
1. Hubungan Kontak Dengan Sumber Informasi Di Luar Masyarakat dengan Penggunaan Pupuk Anorganik dan Pupuk Campuran 40 2. Hubungan Keaktifan Mencari Informasi dengan Penggunaan Pupuk Anorganik dan Pupuk Campuran ... 41
3. Hubungan Pengetahuan Tentang Keuntungan Relatif Petani dengan Penggunaan Pupuk Anorganik dan Pupuk Campuran... 42
4. Hubungan Kepuasan Pada Cara-Cara Lama Petani dengan Penggunaan Pupuk Anorganik dan Pupuk Campuran ... 45 5. Hubungan Tersedianya Media Komunikasi Petani
(9)
dengan Penggunaan Pupuk Anorganik dan Pupuk Campuran 45 6. Hubungan Adanya Sumber Informasi Secara Rinci Petani dengan
Penggunaan Pupuk Anorganik dan Pupuk Campuran... 46 7. Hubungan Pengalaman Dari Petani Lain dengan Penggunaan Pupuk
Anorganik dan Pupuk Campuran ... 47 8.Hubungan Faktor-Faktor Alam dengan Penggunaan Pupuk Anorganik
dan Pupuk Campuran ... 48 9. Hubungan Tujuan dan Minat Keluarga Petani dengan Penggunaan
Pupuk Anorganik dan Pupuk Campuran ... 49 Masalah Yang Dihadapi Petani di Desa Paya Gambar ... 51 Upaya-Upaya Yang Dilakukan Untuk Menanggulangi Masalah Yang Dihadapi Petani ... 52
KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan ... 55 Saran ... 58
(10)
DAFTAR TABEL
Tabel Judul Hal.
1 Luas Panen, Produksi, dan Rata Rata Produksi Tanaman Padi
Sawah di Kecamatan Batangkuis, 2010 ... 18
2 Jumlah Populasi dan Sampel Penelitian di Desa Paya Gambar Kecamatan Batangkuis Kabupaten Deli Serdang, 2010 ... 19
3 Distribusi Jumlah Penduduk Berdasarkan Jenis Kelamin di Desa Paya Gambar, 2011 ... 26
4 Distribusi Jumlah Penduduk Berdasarkan Kelompok Umur di Desa Paya Gambar, 2011 ... 27
5 Distribusi Jumlah Penduduk Berdasarkan Mata Pencaharian di Desa Paya Gambar, 2011 ... 28
6 Distribusi Jumlah Penduduk Berdasarkan Suku Bangsa di Desa Paya Gambar, 2011 ... 28
7 Prasarana di Desa Paya Gambar, 2010 ... 29
8 Tingkat Pengguaan Pupuk Anorganik ... 29
9 Tingkat Penggunaan Pupuk Campuran ... 30
10 Hubungan Karakteristik Sosial Ekonomi Petani dengan pengguaan Pupuk Anorganik ... 32
11 Hubungan Karakteristik Sosial Ekonomi Petani dengan pengguaan Pupuk Campuran ... 33
12 Hubungan Faktor Pribadi dan Faktor Lingkungan dengan Penggunaan Pupuk Anorganik ... 39
13 Hubungan Faktor Pribadi dan Faktor Lingkungan dengan Penggunaan Pupuk Campuran ... 40
14 Hubungan Karakteristik Sosial Ekonomi Petani dengan Penggunaan Pupuk Anorganik dan Pupuk Campuran ... 50
15 Hubungan Faktor Pribadi dan Faktor Lingkungan dengan Penggunaan Pupuk Anorganik dan Pupuk Campuran ...
(11)
DAFTAR GAMBAR
No. Judul Hal.
1. Hubungan Karakteristik Sosial Ekonomi dengan Penggunaan Pupuk Anorganik dan Pupuk Campuran... 16
2. Skema Kerangka Pemikiran Hubungan Karakteristik Sosial
Ekonomi Petani dengan Pengguaan Pupuk Anorganik dan Pupuk Campuran Pada Usaha Tani Padi Sawah ... 17
(12)
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran Judul
1. Karakteristik Sosial Ekonomi Petani Penggunaan Pupuk Anorganik dan Pupuk Campuran di Desa Paya Gambar ...
2. Faktor Pribadi dan Faktor Lingkungan Penggunaan Pupuk Anorganik dan Pupuk Campuran Pada Usahatani Padi Sawah ...
3. Penggunaan Pupuk Anorganik ... 4. Penggunaan Pupuk Campuran ... 5. Tingkat Penggunaan Pupuk Urea ... 6. Tingkat Penggunaan Pupuk Za ... 7. Tingkat Penggunaan Pupuk Tsp ... 8. Tingkat Penggunaan Pupuk Sp36 ... 9. Tingkat Penggunaan Pupuk Ponska ... 10. Tingkat Penggunaan Pupuk Npk ... 11. Tingkat Penggunaan Pupuk Urea ... 12. Tingkat Penggunaan Pupuk Za ... 13. Tingkat Penggunaan Pupuk Tsp ... 14. Tingkat Penggunaan Pupuk Sp36 ... 15. Tingkat Penggunaan Pupuk Ponska ... 16. Tingkat Penggunaan Pupuk Npk ... 17. Tingkat Penggunaan Pupuk Organik ...
18. Hubungan Karakteristik Umur Petani dengan Penggunaan Pupuk Anorganik ...
19. Hubungan Karakteristik Pendidikan Petani dengan Penggunaan Pupuk Anorganik ... 20. Hubungan karakteristik Lama Berusahatani Petani dengan Penggunaan
Pupuk Anorganik ... 21. Hubungan Karakteristik Jumlah Tanggungan Petani dengan Penggunaan
Pupuk Anorganik ... 22. Hubungan Karakteristik Luas Lahan Petani dengan Penggunaan Pupuk
Anorganik ... 23. Hubungan Karakteristik Produksi Petani dengan Penggunaan Pupuk
Anorganik ...
24. Hubungan Karakteristik Umur Petani dengan Penggunaan Pupuk Campuran ...
25. Hubungan Karakteristik Pendidikan Petani dengan Penggunaan Pupuk Campuran ... 26. Hubungan Karakteristik Lama Berusahatani Petani dengan Penggunaan
(13)
27. Hubungan Karakteristik Jumlah Tanggungan Petani dengan Penggunaan Pupuk Campuran ... 28. Hubungan Karakteristik Luas Lahan Petani dengan Penggunaan Pupuk
Campuran ... 29. Hubungan Karakteristik Produksi Petani dengan Penggunaan Pupuk
Campuran ...
30. Hubungan Kontak Dengan Sumber Informasi dengan Penggunaan Pupuk Anorganik ... 31. Hubungan Keaktifan Mencari Informasi dengan Penggunaan Pupuk Anorganik ... 32. Hubungan Pengetahuan Tentang Keuntungan Relatif dengan Penggunaan
Pupuk Anorganik ... 33. Hubungan Kepuasan Pada Cara-Cara Lama dengan Penggunaan Pupuk
Anorganik ... 34. Hubungan Tersedianya Media Komunikasi dengan Penggunaan Pupuk
Anorganik ...
35. Hubungan Adanya Sumber Informasi Secara Rinci dengan Penggunaan Pupuk Anorganik ...
36. Hubungan Pengalaman Dari Petani Lain dengan Penggunaan Pupuk Anorganik ...
37. Hubungan Faktor-Faktor Alam dengan Penggunaan Pupuk Anorganik ...
38. Hubungan Tujuan dan Minat Keluarga dengan Penggunaan Pupuk Anorganik ...
39. Hubungan Kontak Dengan Sumber Informasi dengan Penggunaan Pupuk Campuran ... 40. Hubungan Keaktifan Mencari Informasi dengan Penggunaan Pupuk Campuran ... 41. Hubungan Pengetahuan Tentang Keuntungan Relatif dengan Penggunaan
Pupuk Campuran ... 42. Hubungan Kepuasan Pada Cara-Cara Lama dengan Penggunaan Pupuk
Campuran ... 43. Hubungan Tersedianya Media Komunikasi dengan Penggunaan Pupuk
Campuran ...
44. Hubungan Adanya Sumber Informasi Secara Rinci dengan Penggunaan Pupuk Campuran ...
45. Hubungan Pengalaman Dari Petani Lain dengan Penggunaan Pupuk Campuran ...
46. Hubungan Faktor-Faktor Alam dengan Penggunaan Pupuk Campuran ...
47. Hubungan Tujuan dan Minat Keluarga dengan Penggunaan Pupuk Campuran ...
(14)
DAFTAR SINGKATAN
BPP = Balai Penyuluhan Pertanian df = degress of freedom (derajat bebas) Ha = Hektar
KK = Kepala Keluarga km = Kilometer Kg = Kilogram
mm/thn = Milimeter per tahun PKL = Praktek Kerja Lapangan
IMASEP = Ikatan Mahasiswa Sosial Ekonomi Pertanian
FSMM-SEP = Forum Silaturahmi Mahasiswa Muslim Sosial Ekonomi Pertanian
PMP = Panduan Minat Prestasi SD = Sekolah Dasar
SLTP = Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama SMA = Sekolah Menengah Atas
TNI = Tentara Nasional Indonesia PNS = Pegawai Negeri Sipil Rs = Rank Spearman
(15)
ABSTRAK
ERWINSYAH PUTRA (070309001), Dengan judul skripsi ”Hubungan Karakteristik Sosial Ekonomi Petani Dengan Penggunaan Pupuk Anorganik Dan Pupuk Campuran Pada Usahatani Padi Sawah”. Studi kasus: Desa Paya Gambar, Kecamatan Batangkuis, Kabupaten Deli Serdang, Penelitian ini dibimbing oleh Ir. H.Hasman Hasyim, M.Si dan Ir. Yusak Maryunianta, M.Si
Tujuan penelitian: untuk mengetahui bagaimana tingkat penggunaan pupuk anorganik dan pupuk campuran pada usahatani padi sawah, untuk mengetahui bagaimana hubungan karakteristik sosial ekonomi petani dengan penggunaan pupuk anorganik dan pupuk campuran pada usahatani padi sawah, untuk mengetahui bagaimana hubungan faktor pribadi dan faktor lingkungan petani dengan penggunaan pupuk anorganik dan pupuk campuran pada usahatani padi sawah, untuk mengetahui masalah-masalah apa saja yang dihadapi petani dalam penggunaan pupuk anorganik dan pupuk campuran pada usaha tani padi sawah, untuk mengetahui bagaimana upaya-upaya yang dilakukan untuk menanggulangi masalah-masalah yang dihadapi petani di daerah penelitian.
Metode penelitian: Metode penelitian yang digunakan adalah metode analisis deskriptif dan analisis korelasi Rank Spearman dengan alat bantu SPSS 17. Pengambilan sampel dilakukan secara stratified random sampling berdasarkan pola tanam dengan jumlah sampel sebanyak 30 KK. Data yang digunakan data primer dan data sekunder.
Hasil penelitian: Tingkat penggunaan pupuk anorganik dan pupuk campuran tidak sesuai dengan dosis anjuran yang telah di tetapkan oleh pemerintah, ada hubungan nyata antara lama berusaha tani, luas lahan, produksi, tersedianya media komunikasi petani, faktor-faktor alam, tujuan dan minat keluarga, terhadap penggunaan pupuk anorganik dan pupuk campuran, masalah yang dihadapi petani tersumbatnya saluran pembuangan air, sulit merubah kebiasaan, sulit mendapatkan pupuk, hama dan penyakit tanaman, dan kurangnya modal.
Kata kunci : Tingkat penggunaan pupuk anorganik dan pupuk campuran, karakteristik sosial ekonomi petani.
(16)
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Pertanian merupakan sektor yang penting bagi bangsa Indonesia. Pertanian
merupakan mata pencaharian sebagian besar masyarakat Indonesia, sampai saat ini
merupakan salah satu sektor andalan bagi perekonomian negara kita. Namun pada
umumnya usaha pertanian masih dilakukan secara tradisional, dikerjakan pada lahan
yang sempit dan pemanfaatan lahannya tidak optimal, sehingga hasilnya hanya cukup
untuk memenuhi kebutuhan keluarganya sendiri, bahkan kadang-kadang tidak
mencukupi (Ekstensia, 2003).
Dalam kerangka pembangunan nasional, mandat utama sektor pertanian
adalah sebagai penyedia pangan yang cukup bagi penduduknya dan pendukung
perkembangan sektor-sektor lainnya. Pada masa mendatang mandat tersebut terasa
semakin berat karena laju permintaan terhadap hasil-hasil pertanian terus meningkat
sejalan dengan laju pertambahan penduduk dan perbaikan pendapatan perkapita.
Permintaan terhadap hasil-hasil pertanian akan meningkat baik dalam jumlah,
keanekaragaman, maupun kualitasnya (Suryana, 2003).
Prioritas utama pembangunan pertanian adalah menyediakan pangan bagi
seluruh penduduk yang terus meningkat. Bila dikaitkan dengan keterjaminan pangan
ini menyiratkan pula perlunya pertumbuhan ekonomi disertai oleh pemerataan
sehingga daya beli masyarakat meningkatkan dan distribusi pangan merata, disisi
lain, upaya untuk meningkatkan pendapatan petani terus dilakukan agar mereka tetap
(17)
(BPTP, 1992).
Peran sektor pertanian di Indonesia terlebih di Sumatera Utara memberikan
kontribusi yang tinggi terhadap PDRB (Produk Domestik Nasional Bruto). Juga
penyerapan tenaga kerja yang tinggi di bidang pertanian. Peran dan kontribusi
tanaman pangan nampaknya mulai menurun sejak tahun 1983-1986, namun demikian
peranannya masih tetap yang paling besar dibandingkan dengan peran subsektor lain,
misalnya subsektor perikanan, peternakan, kehutanan, perkebunan rakyat atau besar
(Tarigan dan Lily, 2006).
Peningkatan produktivitas padi terkait erat dengan penggunaan benih yang
berasal dari varietas unggul. Keberhasilan penggunaan varietas unggul harus
didukung dengan kecukupan air dan penggunaan pupuk anorganik dan organik.
Karena interaksi ketiganya memberikan pengaruh terhadap laju perkembangan
produksi padi. Pengolahan lahan sebagai media tumbuh serta pengendalian hama dan
penyakit juga menentukan pencapaian potensi produksi yang dihasilkan (Novizar,
2000).
Pupuk sudah membudaya pada petani. Petani dan pupuk seakan sudah
menyatu. Sehingga tak perlu heran kalau banyak petani yang merasa enggan
menanam sesuatu tanpa memberikan pupuk. Bagi mereka, pupuk sudah merupakan
barang jaminan untuk bisa menghasilkan tanaman yang tumbuh subur dengan hasil
melimpah, kendati hasilnya tidak selamanya begitu. Bahkan kegagalan yang kerap
kali terdengar belakangan ini (Lingga dan Marson, 2007).
Salah satu sebab kegagalan dalam menyuburkan tanah dengan menggunakan
(18)
sayuran dari Sumatera Utara. Pendapat tersebut memang benar. Pupuk, khususnya
pupuk buatan, tak lain adalah bahan-bahan kimia yang diramu sedemikian rupa
meniru zat yang dikandung oleh tanah. Oleh sebab itu, cara pemakaian, dosis dan
khasiatnya bagi tanaman harus diketahui dahulu secara benar sebelum dipakai untuk
memupuk (Lingga dan Marsono, 2007).
Pupuk merupakan kunci dari kesuburan tanah karena berisi satu atau lebih
unsur untuk menggantikan unsur yang habis terhisap tanaman. Jadi, memupuk
berarti menambah unsur hara kedalam tanah (pupuk akar) dan tanaman (pupuk daun).
Untuk jelasnya, ada baiknya jenis-jenis pupuk dikelompokkan terlebih dahulu. Ini
perlu karena kini jenis pupuk yang beredar di pasaran sudah sangat banyak. Secara
umum pupuk hanya dibagi dalam dua kelompok berdasarkan asalnya, yaitu:
1. Pupuk anorganik seperti urea (pupuk N), TSP atau SP-36 (pupuk P), KCL (pupuk
K).
2. Pupuk organik seperti pupuk kandang, kompos, humus, dan pupuk hijau. (
Lingga dan Marsono, 2007).
Keanekaragaman pupuk anorganik ini sebetulnya sangat menguntungkan
petani jika dihadapi betul aturan pakainya, sifat sifatnya dan manfaatnya bagi
tanaman. Kalau sudah dikuasai, berapa jenis pupuk yang ada kita tidak akan bingung
melihatnya. Jika tidak, ragam pupuk yang terus bertambah ini akan memancing
kemarahan petani karena sering gagal menggunakannya
(Lingga dan Marsono, 2007).
Selain kelebihan tersebut, pupuk anorganik ada jelasnya. Selain hanya unsur
(19)
mikro. Itu sebabnya pemakaian pupuk anorganik yang diberikan lewat akar ini perlu
diimbangi dengan pemakaian pupuk daun yang banyak mengandung hara mikro.
Kalau tidak diimbangi, tanaman akan tumbuh tidak sempurna. Selain itu, pemakaian
pupuk anorganik secara terus-menerus dapat merusak tanah bila tidak diimbangi
dengan pupuk kandang atau kompos. Dan lagi, kalau salah pakai atau pemberiannya
terlalu banyak, tanaman bisa mati dibuatnya. Oleh karena itu, dianjurkan agar aturan
pakainya selalu dipatuhi, jangan suka membuat aturan pakai sendiri (Lingga dan
Marsono, 2007).
Penggunaan pupuk organik yang dipadukan dengan penggunaan pupuk kimia
dapat meningkatkan produktivitas tanaman dan pengurangan pupuk kimia, baik pada
lahan sawah maupun lahan kering. Telah banyak dilaporkan bahwa interaksi positif
pada penggunaan pupuk organik dan pupuk kimia secara terpadu. Penggunaan pupuk
kimia secara bijaksana diharapkan memberikan dampak yang lebih baik di masa
depan. Tidak hanya pada kondisi lahan dan hasil panen yang lebih baik, tetapi juga
pada kelestarian lingkungan (Musnamar, 2005).
Berdasarkan pra survei dilapangan, petani ragu dalam menentukan pilihan
pupuk anorganik atau pupuk campuran yang dapat mereka gunakan untuk
meningkatkan usahatani yang lebih baik dan efisien, hal ini disebabkan banyaknya
jenis pupuk dan harganya terlalu mahal dan kurangnya pengetahuan tentang pupuk.
Oleh karena itu penulis tertarik meneliti tentang pengambilan keputusan penggunaan
(20)
Identifikasi Masalah
Berdasarkan uraian pada latar belakang, dapat dirumuskan beberapa masalah
sebagai berikut: bagaimana tingkat penggunaan pupuk anorganik dan pupuk
campuran pada usahatani padi sawah, bagaimana hubungan karakteristik sosial
ekonomi petani dengan penggunaan pupuk anorganik dan pupuk campuran pada
usahatani padi sawah, bagaimana hubungan faktor pribadi dan faktor lingkungan
petani dengan penggunaan pupuk anorganik dan pupuk campuran pada usahatani padi
sawah, apa saja masalah-masalah yang dihadapi petani dalam penggunaan pupuk
anorganik dan pupuk campuran pada usahatani padi sawah, bagaimana upaya-upaya
yang dilakukan untuk menanggulangi masalah-masalah yang dihadapi petani di
daerah penelitian.
Tujuan penelitian
Tujuan penelitian adalah untuk mengetahui bagaimana tingkat penggunaan
pupuk anorganik dan pupuk campuran pada usahatani padi sawah, untuk mengetahui
bagaimana hubungan karakteristik sosial ekonomi petani dengan penggunaan pupuk
anorganik dan pupuk campuran pada usahatani padi sawah, untuk mengetahui
bagaimana hubungan faktor pribadi dan faktor lingkungan petani dengan penggunaan
pupuk anorganik dan pupuk campuran pada usahatani padi sawah, untuk mengetahui
masalah-masalah apa saja yang dihadapi petani dalam penggunaan pupuk anorganik
dan pupuk campuran pada usahatani padi sawah, untuk mengetahui bagaimana
upaya-upaya yang dilakukan untuk menanggulangi masalah-masalah yang dihadapi
(21)
Kegunaan Penelitian
Adapun kegunaan penelitian ini adalah sebagai bahan pertimbangan bagi
pemerintah maupun lembaga lainnya dalam mengambil kebijakan untuk menyusun
program pertanian di masa mendatang, sebagai bahan informasi dan studi bagi
pihak-pihak yang terkait dan yang membutuhkan, penelitian ini menambah pengetahuan dan
wawasan peneliti terutama yang berhubungan dengan penggunaan pupuk anorganik
dan pupuk campuran dalam usahataninya.
Hipotesis Penelitian
Adapun hipotesis penelitian ini adalah terdapat hubungan karakteristik sosial
ekonomi, faktor pribadi dan faktor lingkungan dengan penggunaan pupuk anorganik
(22)
TINJAUAN PUSTAKA
Pupuk Anorganik
Pupuk anorganik adalah pupuk yang dibuat oleh pabrik-pabrik pupuk dengan
meramu bahan-bahan kimia (anorganik) berkadar hara tinggi. Misalnya, pupuk urea
berkadar N 45-46 % (setiap 100 kg urea terdapat 45-46 kg hara nitrogen). Jenis
pupuk anorganik ini tidak begitu banyak. Akan tetapi, saat ini hampir tak terhitung
jumlahnya. Bentuk, warna, dan cara penggunanya jadi beragam. Kalau dulu pupuk
anorganik cukup diberikan dengan ditaburkan atau dibenamkan merata dekat
tanaman, kini ada pupuk akar yang harus ditumpuk dibawah atau sekitar akar,
diselipkan dekat akar, dan diberikan lewat daun (Lingga dan Marsono, 2007).
Pupuk buatan ini memang sengaja dibuat dari bahan-bahan kimia guna
menambah atau menggantikan unsur hara yang hilang terserap oleh tanaman
sebelumnya, tercuci oleh aliran air, atau bereaksi dengan unsur kimia lain. Pupuk
buatan juga dapat berfungsi menambah hara pada lahan miskin hara terutama unsur
hara pokok yang biasa di serap tanaman dalam jumlah besar. Kita mengetahui,
bahwa tanaman memerlukan unsur hara makro dan unsur hara mikro. Unsur hara
makro ini diperlukan oleh tanaman dalam jumlah besar. Peranan pupuk buatan ialah
menyediakan kebutuhan hara dalam waktu yang relatif singkat (AAK, 1990).
Keanekargaman pupuk anorganik ini sebetulnya sangat menguntungkan
petani jika dipahami betul aturan pakainya, dan manfaatnya bagi tanaman. Kalau
(23)
Jika tidak, ragam pupuk yang terus bertambah ini akan memancing kemarahan petani
karena sering gagal menggunakannya
(Lingga dan Marsono, 2007).
Ada beberapa keuntungan dari pupuk anorganik yang patut dicatat sehingga
tetap diminati orang sampai sekarang, yaitu.
1. Pemberiannya dapat terukur dengan tepat karena pupuk anorganik umumnya
takaran haranya pas.
2. Kebutuhan tanaman akan hara dapat dipenuhi dengan perbandingan yang tepat.
Misalnya, hingga saat panen, singkong menyedot hara nitrogen 200 kg/ha
sehingga bisa diganti dengan takaran pupuk N yang pas.
3. Pupuk anorganik tersedia dalam jumlah cukup. Artinya, kebutuhan akan pupuk
ini bisa dipenuhi dengan mudah asalkan ada uang.
4. Pupuk anorganik mudah diangkut karena jumlahnya relatif sedikit dibandingkan
pupuk organik seperti kompos atau pupuk kandang. Akibatnya, hasil kalkulasi
biaya angkut pupuk ini jauh lebih murah dibanding pupuk organik (Lingga dan
Marsono, 2007).
Selain kelebihan tersebut, pupuk anorganik ada kekurangannya. Selain hanya
unsur hara makro, pupuk anorganik ini sangat sedikit atau hampir tidak mengandung
unsur hara mikro. Itu sebabnya diimbangi dengan pemakaian pupuk daun yang
banyak mengandung unsur mikro. Kalau tidak diimbangi, tanaman akan tumbuh
tidak sempurna. Selain itu, pemakaian pupuk anorganik secara terus-menerus dapat
(24)
kalau salah pakai atau pemberiannya terlalu banyak selalu dipatuhi, jangan suka
membuat aturan sendiri (Lingga dan Marsono, 2007).
Pupuk Organik
Pupuk organik dapat dibuat dari berbagai bahan organik yang ada di alam,
misalnya sampah tanaman (serasah) atau sisa-sisa tanaman yang telah mati. Sumber
bahan organik lainnya adalah hewan ternak, unggas, dan lain sebagainya. Limbah
atau kotoran hewan merupakan bahan organik yang bermanfaat bagi tanah pertanian.
Bahan tersebut diproses dengan cara yang rumit oleh jasat renik dalam tanah dan
dirombak menjadi bahan organik yang diperlukan untuk kehidupan tanaman
(Yuliarti, 2009).
Pupuk alam meliputi pupuk yang berasal dari kotoran hewan dan sisa-sisa
tanaman, baik yang berasal dari sisa tanaman padi seperti jerami maupun bahan yang
berasal dari tanaman lain, misalnya pupuk hijau, pupuk dari kotoran hewan sering
disebut pupuk kandang, sedangkan sisa tanaman dapat dikomposkan atau langsung
dibenamkan terlebih dahulu. Di samping itu tanaman pupuk hijau dapat dibenamkan
untuk menambah kesuburan tanah, walaupun kadar hara yang dimiliki rendah, namun
tetap diperlukan terutama untuk memperbaiki struktur tanah sehingga tanah menjadi
gembur (AAK, 1990).
Waktu dan cara penggunaan pupuk kandang sebaiknya dipergunakan setelah
mengalami proses penguraian atau pematangan terlebih dahulu, dan disebarkan lebih
kurang 2 minggu sebelum tanam. Pupuk kandang dapat juga diberikan menjelang
pengelolaan tanah, yaitu dengan cara dibenamkan ke dalam tanah pada saat
(25)
tanam. Hal ini juga dapat dilakukan pada saat dilakukan pengelolaan tanah. Di
samping itu jerami dapat dikomposkan terlebih dahulu, kemudian setelah jadi
kompos dapat dimanfaatkan sebagaimana mestinya. (AAK, 1990).
Pemupukan padi sawah dilakukan 3 kali yaitu pemupukan dasar dilaksanakan
pada waktu sehari sebelum tanam, pemupukan susulan kedua di lakukan pada umur
tanaman dua puluh satu hari setelah tanam, pemupukan ketiga dilaksanakan pada
umur tanaman empat puluh limah hari (Sembiring, 2001).
Tujuan penggunaan pupuk ialah untuk mencukupi kebutuhan makanan (hara).
Dalam kehidupan tanaman, pupuk yang mengandung berbagai unsur hara berperan
sangat penting bagi tanaman, baik dalan proses pertumbuhan, ataupun produksi,
sebab:
1. pupuk adalah sebagai cadangan makanan
2. pupuk untuk pertumbuhan tanaman
3. pupuk untuk mempertahankan kehidupan tanaman
4. pupuk untuk proses reproduksi
Usahatani dikatakan efektif bila petani atau produsen dapat mengalokasikan
sumberdaya yang mereka miliki sebaik baiknya. Dikatakan efisien bila pemanfaatan
sumber daya tersebut menghasilkan keluaran atau output yang melebihi masukan atau
input. Pengertian efisien sangat relatif, efisien diartikan sebagai penggunaan input
sekecil-kecilnya untuk mendapatkan produksi yang sebesar-besarnya (Soekartawi,
2001).
Faktor-faktor yang mempengaruhi pengambilan keputusan menurut Nasution
(26)
1. Faktor pribadi
- Kontak dengan sumber sumber informasi di luar masyarakatnya.
- Keaktifan mencari sumber informasi.
- Pengetahuan tentang keuntungan relatif dari praktek yang diberikan.
- Kepuasan pada cara cara lama.
2. Faktor lingkungan
- Tersedianya media komunikasi.
- Adanya sumber informasi secara rinci.
- Pengalaman dari petani lain.
- Faktor faktor alam.
- Tujuan dan minat keluarga.
Adapun Karakteristik Sosial Ekonomi antara lain:
1. Umur
Menurut Soekartawi (1999), rata-rata petani Indonesia yang cenderung tua
dan sangat berpengaruh pada produktivitas sektor pertanian Indonesia Petani berusia
tua biasanya cenderung sangat konservatif (memelihara) menyikapi perubahan
terhadap inovasi teknologi. Berbeda halnya dengan petani yang berusia muda.
Menurut Hasyim (2006), umur petani adalah salah satu faktor yang berkaitan
erat dengan kemampuan kerja dalam melaksanakan kegiatan usahatani, umur dapat
dijadikan sebagai tolak ukur dalam melihat aktivitas seseorang dalam bekerja
bilamana dengan kondisi umur yang masih produktif maka kemungkinan besar
(27)
Petani yang berusia lanjut sekitar 50 tahun ke atas, biasanya fanatik terhadap
tradisi dan sulit untuk diberikan pengertian yang dapat mengubah cara berfikir, cara
kerja, dan cara hidupnya. Mereka ini bersikap apatis terhadap adanya teknologi baru
dan inovasi, semakin muda umur petani, maka semakin tinggi semangatnya
mengetahui hal baru, sehingga dengan demikian mereka berusaha untuk cepat
melakukan adopsi walaupun sebenarnya mereka masih belum berpengalaman soal
adopsi tersebut (Kartasapoetra, 1994).
2. Pendidikan
Singarimbun dalam Soekartawi (1999), mengemukakan bahwa banyaknya
atau lamanya sekolah/pendidikan yang diterima seseorang akan berpengaruh terhadap
kecakapannya dalam pekerjaan tertentu. Sudah tentu kecakapan tersebut akan
mengakibatkan kemampuan yang lebih besar dalam menghasilkan pendapatan bagi
rumah tangga.
Menurut Hasyim (2006), tingkat pendidikan formal yang dimiliki petani akan
menunjukkan tingkat pengetahuan serta wawasan yang luas untuk petani menerapkan
apa yang diperolehnya untuk peningkatan usahataninya.
Mengenai tingkat pendidikan petani, dimana mereka yang berpendidikan
tinggi relatif lebih cepat dalam melaksanakan adopsi inovasi. Tingkat pendidikan
manusia pada umumnya menunjukkan daya kreatifitas manusia dalam berfikir dan
bertindak. Pendidikan rendah mengakibatkan kurangnya pengetahuan dalam
memanfaatkan sumber daya alam yang tersedia (Kartasapoetra, 1994).
(28)
Menurut Soekartawi (1999), pengalaman seseorang dalam berusahatani
berpengaruh dalam menerima inovasi dari luar. Petani yang sudah lama bertani akan
lebih mudah menerapkan inovasi dari pada petani pemula atau petani baru. Petani
yang sudah lama berusahatani akan lebih mudah menerapkan anjuran penyuluhan
demikian pula dengan penerapan teknologi.
Menurut Hasyim (2006), lamanya berusahatani untuk setiap orang berbeda
beda, oleh karena itu lamanya berusahatani dapat dijadikan bahan pertimbangan agar
tidak melakukan kesalahan yang sama sehingga dapat melakukan hal-hal yang baik
untuk waktu waktu berikutnya (Hasyim, 2006).
4. Luas lahan
Menurut Soekartawi (1999), luas lahan akan mempengaruhi skala usaha.
Makin luas lahan yang dipakai petani dalam usaha pertanian, maka lahan semakin
tidak efisien. Hal ini disebabkan pada pemikiran bahwa luasnya lahan
mengakibatkan upaya melakukan tindakan yang mengarah pada segi efisien akan
berkurang. Sebaliknya pada lahan yang sempit upaya pengawasan terhadap
penggunaan faktor produksi semakin baik, sehingga usaha pertanian seperti ini lebih
efisien. Meskipun demikian lahan yang terlalu kecil cenderung menghasilkan usaha
yang tidak efisien pula.
5. Jumlah tanggungan
Menurut Hasyim (2006), jumlah tanggungan keluarga adalah salah satu faktor
yang perlu diperhatikan dalam menentukan pendapatan dalam memenuhi
(29)
untuk melakukan banyak aktivitas terutama dalam mencari dan menambah
pendapatan keluarganya.
Semakin banyak anggota keluarga akan semakin besar pula beban hidup yang
akan ditanggung atau harus dipenuhi. Jumlah anggota keluarga akan mempengaruhi
keputusan petani dalam berusahatani (Soekartawi, 1999).
6. Produksi
Suatu penggunaan faktor produksi dikatakan efisien secara teknis (efisien
teknis) kalau faktor produksi yang dipakai menghasilkan produksi maksimal
(Soekartawi, 2001).
Usahatani dikatakan efektif bila petani atau produsen dapat mengalokasikan
sumberdaya yang mereka miliki sebaik baiknya. Dikatakan efisien bila pemanfaatan
sumber daya tersebut menghasilkan keluaran atau output yang melebihi masukan atau
input. Pengertian efisien sangat relatif, efisien diartikan sebagai penggunaan input
sekecil-kecilnya untuk mendapatkan produksi yang sebesar besarnya (Soekartawi,
2001).
Teori Pengambilan Keputusan
Pengambilan keputusan di dalam rumah tangga petani meliputi faktor-faktor
yang kompleks, termasuk ciri-ciri biofisik usahatani, ketersedian dan kualitas input
luar dan jasa serta proses sosial ekonomi dan budaya di dalam masyarakat. Di
samping itu, selama terjadi perubahan lingkungan ekologis, sosial ekonomi, dan
budaya maka sistem usahatani harus pula disesuaikan. Dengan demikian, pertanian
(30)
pendek, jangka menengah, dan jangka panjang. Proses pengambilan keputusan juga
berubah dari waktu ke waktu (Reijntjes, 1999).
Salah satu variabel utama dalam sistem usahatani adalah pengambilan
keputusan di dalam rumah tangga petani tentang tujuan dan cara mencapainya dengan
sumber daya yang ada yaitu jenis dan kuantitas tanaman yang dibudidayakan dan
ternak yang dipelihara serta teknik dan strategi yang diterapkan. Cara yang ditempuh
suatu rumah tangga petani dalam pengambilan keputusan pengelolaan usahatani
tergantung pada ciri-ciri rumah tangga yang bersangkutan, misalnya jumlah laki-laki,
perempuan (jumlah anggota keluarganya), usia, kondisi kesehatan, keinginan,
kebutuhan, pengalaman bertani, pengetahuan, dan keterampilan serta hubungan antar
anggota rumah tangga (Reijntjes, 1999).
Kerangka Pemikiran
Petani dikategorikan memegang dua peranan yaitu sebagai juru tani dan
sekaligus sebagai orang pengelola dalam usahataninya. Sebagai seorang juru tani,
petani mempunyai peranan memelihara tanaman yang diusahakan dalam
usahataninya, sebagai juru tani petani menggunakan keterampilan tangan, otot, dan
mata untuk kegiatan pemeliharaan dalam usahataninya yang mencakup menyiapkan
persemaian, penyediaan benih, melindungi tanaman dari hama penyakit, dan
sebagainya. Sedangkan sebagai pengelola petani harus mempunyai keterampilan
berupa pengetahuan serta kemauan yang berguna untuk pengambilan keputusan
(31)
Dalam Pengambilan keputusan penggunaan pupuk anorganik dan pupuk
campuran, Petani dipengaruhi oleh dua hal yaitu: karakteristik sosial ekonomi yang
terdiri dari umur, pendidikan, lama berusahatani, luas lahan, jumlah tanggungan,
produksi. Kemudian faktor pribadi dan faktor lingkungan dalam pengambilan
keputusan petanilah yang paling berhak menentukan apa dan bagaimana tindakan
(32)
Hal ini dapat dilihat pada Gambar 1 :
Gambar 1 : Hubungan Karakteristik Sosial Ekonomi Dengan Penggunaan Pupuk Anorganik dan Pupuk Campuran.
Adanya faktor-faktor yang memepengaruhi petani akan berpengaruh terhadap
penggunaan pupuk anorganik dan pupuk campuran. Keputusan ini tentunya harus
berdasarkan pertimbangan yang lebih baik yang mengarah kepada keuntungan yang
didapat petani dalam pelaksanaannya. Karakteristik sosial
ekonomi
pendidikan
Luas lahan
Jumlah tanggungan
produksi
penggunaan pupuk umur
(33)
Keterangan:
: Menyatakan hubungan
Gambar 2: Skema Kerangka Pemikiran Hubungan Karakteristik Sosial Ekonomi Petani dengan Penggunaan Pupuk Anorganik dan Pupuk Campuran.
PETANI
Masalah
Sesuai dengan anjuran
PENGGUNAAN PUPUK ANORGANIK
DAN
PUPUK CAMPURAN
Upaya Karakteristik Sosial Ekonomi.
1. Umur 2. Pendidikan 3. Lamaberusahatani 4. Luas lahan
5. Jumlah tanggungan 6. Produksi
Tidak sesuai dengan anjuran
Faktor yang mempengaruhi: 1.Faktor pribadi
1. Kontak dengan sumber informasi di luar masyrakat. 2. Keaktifan mencari
informasi.
3. Pengetahuan tentang keuntungan relatif. 4. Kepuasan pada cara
cara lama 2. Faktor lingkungan
1. Tersedianya media . komunikasi. 2. Adanya sumber
informasi secara rinci. 3. Pengalaman dari petani
lain.
4 . Faktor-faktor alam 5. Tujuan dan minat
(34)
METODE PENELITIAN
Metode Penentuan Daerah Penelitian
Penelitian dilakukan di Desa Paya Gambar, Kecamatan Batangkuis,
Kabupaten Deli Serdang. Penentuan daerah penelitian dilakukan secara purposive
yaitu secara sengaja. Daerah ini diangkat menjadi daerah penelitian dengan
pertimbangan bahwa berdasarkan data sekunder yang diperoleh, desa ini
merupakan salah satu sentra produksi tertinggi untuk komoditi padi sawah di
Kecamatan Batangkuis Kabupaten Deli Serdang, dan daerah ini juga telah
menerapkan penggunaan pupuk anorganik dan pupuk campuran.
Tabel 1. Luas Panen, Produksi, dan Rata Rata Produksi Tanaman Padi Sawah di Kecamatan Batangkuis Tahun 2010.
No. Desa Luas Panen
(Ha)
Produksi (Ton)
Rata Rata Produksi (Ton/Ha)
1 Sena 0,00 0,00 0,00
2 Tumpatan Nibung 190,00 1197,00 6,30
3 Baru 269,00 1667,80 6,20
4 Tanjung Sari 53,00 323,30 6,10
5 Bakaran Batu 0,00 0,00 0,00
6 Bintang Meriah 25,00 155,00 6,20
7 Batangkuis Pekan 15,00 90,00 6,00
8 Paya Gambar 275,00 1870,00 6,80
9 Sidodadi 0,00 0,00 0,00
10 Sugiharjo 50,00 290,00 5,80
11 Mesjid 251,00 1556,20 6,20
Jumlah 1158,00 7149,30 6,17
Sumber : Kantor Camat Batangkuis
Metode Penentuan Sampel
Dalam penelitian ini, penulis menggunakan metode penentuan sampel
yang dilakukan secara stratified random sampling yaitu berdasarkan strata luas
(35)
untuk dijadikan sampel di daerah penelitian. Pengambilan sampel berdasarkan
strata luas lahan agar sampel terwakili dari semua populasi. Di daerah penelitian
terdapat 303 KK yang meggunakan pupuk anorganik dan pupuk campuran. Dan
dari jumlah 303 KK itu kemudian diproporsionalkan sehingga sampel yang
diambil sebanyak 30 orang, karena menurut Nazir (2005) bahwa ukuran sampel
yang diterima berdasarkan pada metode penelitian deskriptif korelasional minimal
30 sampel.
Sampel penelitian dihitung dengan persamaan Soepomo (1997) yaitu:
Spl = Js
N n
Dimana:
Spl = Sampel
n = Jumlah petani di setiap dusun
N = Total populasi
Js = Besar sampel (30 orang)
Spl Anorganik= 30
303 213
= 21
Spl Campuran = 30
303 90
= 9
Tabel 2. Jumlah Populasi dan Sampel Penelitian di Desa Paya Gambar Kecamatan Batangkuis Kabupaten Deli Serdang
No Pupuk yang digunakan Populasi (KK) Sampel (KK)
1 2
Pupuk Anorganik Pupuk Campuran
213 90
21 9
Jumlah 303 30
(36)
Metode Pengumpulan Data
Data yang dikumpulkan dalam penelitian ini adalah terdiri dari data primer
dan data sekunder. Data primer yaitu data yang diperoleh dari hasil wawancara
dan hasil pengumpulan data secara langsung kepada responden dengan
menggunakan kuesioner serta pengamatan dan diskusi di lapangan. Data
sekunder yaitu data diperoleh dari buku atau yang dijadikan sebagai referensi,
literatur, lembaga atau instansi atau dinas terkait dengan penelitian ini.
Metode Analisa Data
Untuk identifikasi masalah 1. Yaitu Bagaimana tingkat penggunaan
pupuk anorganik dan pupuk campuran pada usahatani padi sawah. Digunakan
analisis deskriptif yaitu dengan menjelaskan tingkat penggunaan pupuk
anorganik dan pupuk campuran dilihat dari dosis yang dianjurkan dengan
ketentuan.
- Penggunaan pupuk anorganik dan campuran yang lebih besar atau lebih
kecil berarti tidak sesuai anjuran.
- Penggunaan pupuk sesuai dosis yang dianjurkan artinya tingkat
penggunaan pupuk sesuai.
Untuk identifikasi masalah 2. Yaitu: Bagaimana hubungan karakterisik
sosial ekonomi petani dengan penggunaan pupuk anorganik dan pupuk campuran
pada usahatani padi sawah. Dianalisis dengan menggunakan analisis korelasi
(37)
Rumus korelasi Rank Spearman (rs) adalah
)
1
(
6
1
2 2 1n
n
d
r
i n i s Dimana: sr = Koefisien korelasi Rank Spearman.
i
d = Perbedaan atau selisih faktor sosial ekonomi petani dengan penggunaan
pupuk anorganik dan pupuk campuran pada usahatani padi sawah.
n = Jumlah petani sampel.
Untuk melihat nyata tidaknya hubungan antara variabel diuji dengan
menggunakan uji t dengan rumus:
2 1 2 s s h r n r t
Kriteria pengaruh faktor-faktor adalah:
H0 diterima apabila -tα/2; n-2 ≤ t ≤ tα/2; n-2 H1 diterima apabila t > tα/2; n-2 atau t < tα/2; n-2
Maka hipotesis yang diajukan adalah:
Jika th t (α = 5%), berarti H0 diterima; Tidak ada hubungan faktor sosial
ekonomi, faktor pribadi dan faktor lingkungan dengan penggunaan pupuk
anorganik dan pupuk campuran pada usahatani padi sawah.
Jika th t (α = 5%), berarti H1 diterima; Ada hubungan faktor sosial ekonomi,
faktor pribadi dan faktor lingkungan dengan penggunaan pupuk anorganik dan
pupuk campuran pada usahatani padi sawah (Supriana dan Lily, 2010).
Untuk identifikasi masalah 3. Yaitu: Apa saja masalah-masalah yang
(38)
didaerah penelitian dianalisis dengan menggunakan analisis deskriptif, yaitu
dengan menjelaskan apa saja masalah yang dihadapi petani dalam penggunaan
pupuk didaerah penelitian.
Untuk identifikasi masalah 4. Yaitu: Apa saja upaya yang dilakukan untuk
menanggulangi masalah-masalah yang dihadapi petani dalam penggunaan pupuk
anorganik dan pupuk campuran. Dianalisis dengan menggunakan analisis
deskriptif.
Definisi dan Batasan Operasional
Agar tidak terjadi kesalah pahaman atas pengertian dan penafsiran dalam
penelitian ini, maka digunakan definisi dan batasan operasional sebagai berikut:
Definisi
1. Petani adalah orang yang mengelola usaha di bidang pertanian dan yang
menjadi pengambil keputusan itu sendiri.
2. Karakteristik sosial ekonomi terdiri dari umur, pendidikan, lamanya
berusahatani, luas lahan, jumlah tanggungan, produksi.
3. Umur (X1) adalah usia petani padi sawah yang dihitung sejak dilahirkan
sampai diwawancarai dengan satuan tahun.
4. Tingkat Pendidikan (X2) adalah sejak dia dibangku SD sampai jenjang yang
paling tinggi yang ditempuhnya sampai saat ini dengan satuan tahun.
5. Lama berusahatani (X3) adalah berapa lama petani telah bekerja sebagai petani
sampai saat responden diwawancarai dengan satuan tahun.
6. Jumlah tanggungan (X4) adalah semua orang yang berada dalam keluarga atau
(39)
7. Luas Lahan (X5) adalah luas areal pertanaman baik tanah sawah maupun tanah
kering dengan satuan hektar.
9. Produksi (X6) adalah hasil gabah kering yang diperoleh petani dari
usahataninya dengan satuan ton.
10. Kontak dengan sumber informasi di luar masyarakat (X6) adalah informasi
tentang pupuk diluar masyarakat setempat.
11. Keaktifan mencari informasi (X7) adalah aktif mencari informasi tentang
pupuk.
12. Pengetahuan tentang keuntungan relatif (X8) adalah pengetahuan tentang
keuntungan apabila memakai pupuk yang sesuai.
13. Kepuasan pada cara-cara lama (X9) adalah petani puas dengan pemupukan
dengan cara-cara lama.
14. Tersedianya media komunikasi (X10) adalah terdapatnya media komunikasi
untuk bertukar pendapat tentang pupuk.
15. Adanya sumber-sumber informasi (X11) adalah adanya informasi yang masuk
kedesa tentang pupuk.
16. Pengalaman dari petani lain (X12) adalahk petani mendapat pengetahuan
tentang pupuk bukan hanya dari desa itu saja tetapi dari luar desa juga.
17. faktor-faktor alam (X13) adalah ada pengaruh atau tidak dengan kegiatan
pemupukan apabila cuaca tidak mendukung pemupukan.
18 . Tujuan dan minat keluarga (X14) adalah adakah peran keluarga dalam
menentukan pupuk yang digunakan.
19. Pupuk anorganik adalah pupuk yang dibuat oleh pabrik-pabrik pupuk dengan
(40)
20. Pupuk organik adalah pupuk yang dibuat dari berbagai bahan organik atau
jasat renik yang ada di alam atau sisa-sisa tanaman yang telah mati.
Batasan Operasional
1. Penelitian dilakukan di Desa Paya Gambar Kecamatan Batangkuis Kabupaten
Deli Serdang, Sumatera Utara.
2. Waktu Penelitian adalah dari bulan januari sampai dengan bulan maret 2012.
3. Petani sampel adalah petani yang menerapkan pupuk anorganik dan pupuk
(41)
HASIL DAN PEMBAHASAN
Kondisi Geografis
Desa Paya Gambar memiliki luas 303 ha yang terbagi atas 4 dusun berada
pada ketinggian 20 meter dari permukaan laut. Memiliki iklim tropis, temperatur
27-340C dengan curah hujan rata-rata 2000 mm/tahun dan memiliki topografi
dataran.
Batas Desa Paya Gambar sebagai berikut:
Sebelah Utara berbatasan dengan : Desa Mesjid
Sebelah Selatan berbatasan dengan : Desa Batang Kuis
Sebelah Barat berbatasan dengan : Desa PTPN II
Sebelah Timur berbatasan dengan : Desa Sidodadi
Jarak tempuh desa:
- Keibukota kecamatan : 2 km
- Keibukota kabupaten : 4 km
- Keibukota provinsi : 6 km
Tata guna lahan :
- Luas Pemukiman : 50 ha
- Luas Persawahan : 235 ha
- Luas Pekuburan : 0,5 ha
- Luas Perkantoran : 200 m2
- Luas Pekarangan : 5,5 ha
- Luas Prasarana umum lain : 4800 m2
(42)
Kondisi Demografis
a. Distribusi Jumlah Penduduk Berdasarkan Jenis Kelamin
Distribusi jumlah penduduk berdasarkan jenis kelamin di Desa Paya
Gambar dapat dilihat dalam Tabel 3:
Tabel 3. Distribusi Jumlah Penduduk Berdasarkan Jenis Kelamin di Desa Paya Gambar, Tahun 2010
Nama Wilayah
Jenis Kelamin (jiwa) Persentase (%) Laki laki
Perrsentase Perempuan Laki laki Perempuan
Desa Paya Gambar
1.150 986 53,83 46,16
Jumlah 2.136 100,00
Sumber : Kantor kepala Desa Paya Gambar, 2011
Dari Tabel 3 dapat dilihat bahwa jumlah penduduk laki-laki di desa Paya
Gambar adalah sebanyak 1.150 jiwa dan perempuan sebanyak 986 jiwa, dengan
jumlah penduduk sebesar 2.136 jiwa. Penduduk terbanyak berdasarkan jenis
kelamin di desa Paya Gambar adalah laki-laki sebanyak 1150 jiwa dengan
persentase 53,83% dan jumlah perempuan sebesar 986 jiwa dengan persentase
46,16%.
b. Distribusi Jumlah Penduduk Berdasarkan Kelompok Umur
Distribusi jumlah penduduk berdasarkan kelompok umur di desa Paya Gambar dapat dilihat pada Tabel 4 :
(43)
Tabel 4. Distribusi Jumlah Penduduk Berdasarkan Kelompok Umur di Desa Paya Gambar, 2010
Kelompok Umur Jumlah
(jiwa)
Persentase (%)
0 – 4 5 – 9 10 – 14 15 – 19 20 – 24 25 – 29 30 – 34 35 – 39 40 – 44 45 – 49 50 – 54 55 - 59 60 keatas 138 162 181 188 180 184 183 187 180 175 145 131 102 6,47 7,58 8,47 8,80 8,42 8,61 8,56 8,75 8,42 8,19 6,78 6,13 4,77
Jumlah 2136 100,00
Sumber : Kantor Kepala Desa Paya Gambar, 2011
Dari Tabel 4 dapat dilihat bahwa jumlah penduduk berdasarkan kelompok
umur yang paling tinggi 15-19 tahun yaitu 188 jiwa (8,80%), sedangkan yang
paling rendah adalah kelompok umur 60 tahun keatas yaitu 102 jiwa (4,77%).
Usia produktif yaitu 25–54 tahun. Hal ini menunjukkan bahwa penduduk desa Paya Gambar adalah tergolong produktif yaitu usia dimana orang memiliki nilai
ekonomi yang tinggi sehingga dapat menghasilkan barang dan jasa dengan
tersedianya tenaga kerja yang cukup besar.
d. Distribusi Jumlah Penduduk Berdasarkan Mata Pencaharian
Distribusi jumlah penduduk berdasarkan mata pencaharian di desa
(44)
Tabel 5. Distribusi Jumlah Penduduk Berdasarkan Mata Pencaharian di Desa Paya Gambar, 2010
Mata Pencaharian Jumlah Persentase (%)
Tani Pedagang Buruh PNS/TNI Pensiunan PNS/TNI 530 25 203 23 4 67,51 3,18 25,85 2,92 0,50
Jumlah 785 100,00
Sumber : Kantor Kepala Desa Paya Gambar, 2011
Dari Tabel 5. Dapat dilihat bahwa jumlah penduduk bermata pencaharian
sebagai tani sebanyak jiwa 530 atau 67,51%, penduduk bermata pencaharian
sebagai pedagang sebanyak 25 jiwa atau 3,18%, penduduk bermata pencaharian
sebagai buruh sebanyak 230 jiwa atau 25,85%, penduduk bermata pencaharian
sebagai PNS/TNI sebanyak 23 jiwa 2,92%, penduduk bermata pencaharian
sebagai pensiunan PNS/TNI sebanyak 4 jiwa atau 0,50%. Dan 756 jiwa termasuk
yang tidak/belum bekerja. Berdasarkan persentase tersebut, penduduk di desa
Paya Gambar adalah sebagian besar bermata pencaharian sebagai petani.
e. Distribusi Jumlah Penduduk Berdasarkan Suku Bangsa
Distribusi jumlah penduduk berdasarkan suku bangsa di desa
Paya Gambar dapat dilihat pada Tabel 6 :
Tabel 6. Distribusi Jumlah Penduduk Berdasarkan Suku Bangsa di Desa Paya Gambar, 2010
Suku Jumlah Presentase (%)
Jawa Tapanuli Melayu 440 776 920 20,59 36,28 43,07
Jumlah 2.136 100,00
Sumber : Kantor Kepala Desa Paya Gambar, 2011
Dari Tabel 6 dapat dilihat bahwa jumlah penduduk berdasarkan suku
(45)
Suku paling tinggi adalah suku melayu 920 jiwa (43,07%) sedangkan yang paling
rendah adalah suku jawa 440 jiwa (20,59%)
Prasarana
Prasarana yang merupakan barang atau benda yang tidak bergerak yang
dapat menunjang pelaksanaan pembangunan. Prasarana di desa Paya Gambar
dapat dilihat pada Tabel 7:
Tabel 7. Prasarana di Desa Paya Gambar, 2010
No Prasarana Jumlah
1 2 3
Gilingan padi Hand traktor
Mesin perontok gabah
2 5 5 Sumber : Kantor Kepala Desa Paya Gambar, 2011
Berdasarkan Tabel.7 Tersebut terlihat bahwa prasarana di desa Paya
Gambar sangat minim, sementara prasarana sangat mempengaruhi perkembangan
masyarakat dalam melakukan kegiatannya.
Tingkat Penggunaan Pupuk Anorganik dan Pupuk Campuran
Tabel 8. Tingkat penggunaan pupuk anorganik
Pupuk Dosis yang
dianjurkan (kg/ha)
Rata-rata petani menggunakan pupuk (kg/ha)
Tingkat penggunaan Pupuk anorganik
Urea 250 260,6 Tidak sesuai
Za 200 53,42 Tidak sesuai
Tsp 100 23,8 Tidak sesuai
Sp36 100 26,4 Tidak sesuai
Ponska 100 108,9 Tidak sesuai
Npk 100 12,9 Tidak sesuai
Sumber: Data primer, data diolah dari lampiran
Berdasarkan Tabel 8 dapat dilihat bahwa rata-rata penggunaan pupuk
anorganik yaitu: untuk penggunaan pupuk Urea yaitu sebesar 260,6 kg/ha lebih
besar dari dosis yang dianjurkan yaitu 250 kg/ha, hal ini dapat disimpulkan bahwa
(46)
penggunaan pupuk Za yaitu sebesar 53,42 kg/ha lebih kecil dari dosis yang
dianjurkan yaitu 200 kg/ha, hal ini dapat disimpulkan bahwa penggunaan pupuk
Za tidak sesuai dengan dosis yang dianjurkan, untuk penggunaan pupuk Tsp yaitu
sebesar 23,8 kg/ha lebih kecil dari dosis yang dianjurkan yaitu 100 kg/ha, hal ini
dapat disimpulkan bahwa penggunaan pupuk Tsp tidak sesuai dengan dosis yang
dianjurkan, penggunaan pupuk Sp36 yaitu sebesar 26,4 kg/ha lebih kecil dari
dosis yang dianjurkan yaitu 100 kg/ha hal ini dapat disimpulkan bahwa
penggunaan pupuk Sp36 tidak sesuai dengan dosis yang dianjurkan, untuk
penggunaan pupuk Ponska yaitu sebesar 108,9 kg/ha lebih besar dari dosis yang
dianjurkan yaitu 100 kg/ha, hal ini dapat disimpulkan bahwa penggunaan pupuk
Ponska tidak sesuai dengan dosis yang dianjurkan, untuk penggunaan pupuk Npk
yaitu sebesar 12,9 kg/ha lebih kecil dari dosis yang dianjurkan yaitu 100 kg/ha,
hal ini dapat disimpulkan bahwa penggunaan pupuk Npk tidak sesuai dengan
dosis yang dianjurkan.
Tabel 9. Tingkat penggunaan pupuk campuran
Pupuk Dosis yang
dianjurkan (kg/ha)
Rata rata petani menggunakan pupuk (kg/ha)
Tingkat penggunaan pupuk campuran
Urea 250 279,2 Tidak sesuai
Za 200 103,0 Tidak sesuai
Tsp 100 4,6 Tidak sesuai
Sp36 100 30 Tidak sesuai
Ponska 100 124,5 Tidak sesuai
Npk 100 36,1 Tidak sesuai
Organik 500 531,3 Tidak sesuai
Sumber : Data primer, data diolah dari lampiran
Berdasarkan Tabel 9 dapat dilihat bahwa rata-rata penggunaan pupuk
campuran yaitu: untuk penggunaan pupuk Urea yaitu sebesar 279,2 kg/ha lebih
(47)
penggunaan pupuk Urea tidak sesuai dengan dosis yang dianjurkan, rata-rata
penggunaan pupuk Za yaitu sebesar 103 kg/ha lebih kecil dari dosis yang
dianjurkan yaitu 200 kg/ha, hal ini dapat disimpulkan bahwa penggunaan pupuk
Za tidak sesuai dengan dosis yang dianjurkan, untuk penggunaan pupuk Tsp yaitu
sebesar 4,6 kg/ha lebih kecil dari dosis yang dianjurkan yaitu 100 kg/ha, hal ini
dapat disimpulkan bahwa penggunaan pupuk Tsp tidak sesuai dengan dosis yang
dianjurkan, penggunaan pupuk Sp36 yaitu sebesar 30 kg/ha lebih kecil dari dosis
yang dianjurkan yaitu 100 kg/ha hal ini dapat disimpulkan bahwa penggunaan
pupuk Sp36 tidak sesuai dengan dosis yang dianjurkan, untuk penggunaan pupuk
Ponska yaitu sebesar 124,5 kg/ha lebih besar dari dosis yang dianjurkan yaitu 100
kg/ha, hal ini dapat disimpulkan bahwa penggunaan pupuk Ponska tidak sesuai
dengan dosis yang dianjurkan, untuk penggunaan pupuk Npk yaitu sebesar 36,1
kg/ha lebih kecil dari dosis yang dianjurkan yaitu 100 kg/ha, hal ini dapat
disimpulkan bahwa penggunaan pupuk Npk tidak sesuai dengan dosis yang
dianjurkan, untuk penggunaan pupuk Organik yaitu sebesar 531,3 kg/ha lebih
besar dari dosis yang dianjurkan yaitu 500 kg/ha, hal ini dapat disimpulkan
bahwa penggunaan pupuk Organik tidak sesuai dengan dosis yang dianjurkan.
Hubungan karakteristik sosial ekonomi petani (umur, pendidikan, lama
berusahatani, luas lahan, jumlah tanggungan, produksi) dengan penggunaan
pupuk anorganik dan pupuk campuran pada usahatani padi sawah dapat dilihat
(48)
Tabel 10. Hubungan Karakteristik Sosial Ekonomi Petani (Umur, Pendidikan, Lama Berusahatani, Luas Lahan, Jumlah Tanggungan, dan Produksi) dengan Penggunaan Pupuk Anorganik.
No Uraian rs-SPSS17 tTabel Sig.
1 2 3 4 5 6
Umur (X1) Pendidikan (X2)
Lama berusahatani (X3) Jumlah tanggungan (X4) Luas lahan (X5)
Produksi (X6)
-0,051 0,074 0,261 0,097 0,716 0,768 2,093 2,093 2,093 2,093 2,093 2,093 0,826 0,750 0,253 0,677 0,000 0,000 0.05 0,05 0,05 0,05 0,05 0,05
Sumber: Data primer, data diolah dari lampiran
Tabel 11. Hubungan Karakteristik Sosial Ekonomi Petani (Umur, Pendidikan, Lama Berusahatani, Luas Lahan, Jumlah Tanggungan, dan Produksi) dengan Penggunaan Pada Pupuk Campuran.
No Uraian rs-SPSS17 tTabel Sig.
1 2 3 4 5 6
Umur (X1) Pendidikan (X2)
Lama berusahatani (X3) Jumlah tanggungan (X4) Luas lahan (X5)
Produksi (X6)
0,382 -0,046 0,849 -0,077 0,390 0,388 2,365 2,365 2,365 2,365 2,365 2,365 0,310 0,906 0,004 0,845 0,300 0,302 0,05 0,05 0,05 0,05 0,05 0,05
Sumber: Data primer, data diolah dari lampiran
Keterangan :
rs-SPSS 17 : Hasil korelasi Rank Spearman dengan software SPSS 17.
tTabel : 2,093 pada 5%, df = 19.
tTabel : 2,365 pada 5%, df = 7.
(49)
1. Hubungan Umur Petani dengan Penggunaan Pupuk Anorganik dan Pupuk Campuran.
Dari Tabel 10 dapat dilihat bahwa untuk penggunaan pupuk anorganik dari
hasil output dengan menggunakan SPSS 17, diketahui bahwa koefisien korelasi
Rank Spearman adalah sebesar -0,051 artinya korelasi antara umur dengan
penggunaan pupuk anorganik adalah sebesar 5,1% sedangkan 94,9% diterangkan
oleh faktor lain dan dengan tingkat signifikansi 0,826 > 0,05 artinya hubungan
antara umur dengan penggunaan pupuk anorganik tidak signifikan. Dengan
demikian Ho diterima dan H1 tidak diterima, artinya tidak terdapat hubungan
antara umur dengan penggunaan pupuk anorganik.
Sedangkan untuk pengguna pupuk campuran dari Tabel 11 dapat dilihat
bahwa untuk penggunaan pupuk campuran dari hasil output dengan menggunakan
SPSS 17, diketahui bahwa koefisien korelasi Rank Spearman adalah sebesar 0,382
artinya korelasi antara umur dengan penggunaan pupuk campuran adalah sebesar
38,2% sedangkan 61,8% diterangkan oleh faktor lain dan dengan tingkat
signifikansi 0,310 > 0,05 artinya hubungan antara umur dengan penggunaan
pupuk campuran tidak signifikan. Dengan demikian Ho diterima dan H1 tidak
diterima, artinya tidak terdapat hubungan antara umur dengan penggunaan pupuk
campuran.
Hal ini menunjukkan bahwa faktor umur petani tidak berhubungan
dengan penggunaan pupuk baik pupuk anorganik maupun penggunaan pupuk
campuran. Jadi, dapat disimpulkan bahwa tidak ada hubungan antara umur petani
(50)
2. Hubungan Pendidikan Petani dengan Penggunaan Pupuk Anorganik dan Pupuk Campuran.
Dari Tabel 10 dapat dilihat bahwa untuk penggunaan pupuk anorganik dari
hasil output dengan menggunakan SPSS 17, diketahui bahwa koefisien korelasi
Rank Spearman adalah sebesar 0,074 artinya korelasi antara pendidikan dengan
penggunaan pupuk anorganik adalah sebesar 7,4% sedangkan 92,6% diterangkan
oleh faktor lain dan dengan tingkat signifikansi 0,750 > 0,05 artinya hubungan
antara pendidikan dengan penggunaan pupuk anorganik tidak signifikan. Dengan
demikian Ho diterima dan H1 tidak diterima, artinya tidak terdapat hubungan
antara pendidikan dengan penggunaan pupuk anorganik.
Sedangkan untuk pengguna pupuk campuran dari Tabel 11 dapat dilihat
bahwa untuk penggunaan pupuk anorganik dari hasil output dengan menggunakan
SPSS 17, diketahui bahwa koefisien korelasi Rank Spearman adalah sebesar
-0,046 artinya korelasi antara pendidikan dengan penggunaan pupuk campuran
adalah sebesar 4,6% sedangkan 95,4% diterangkan oleh faktor lain dan dengan
tingkat signifikansi 0,906 > 0,05 artinya hubungan antara pendidikan dengan
penggunaan pupuk campuran tidak signifikan. Dengan demikian Ho diterima dan
H1 tidak diterima, artinya tidak terdapat hubungan antara pendidikan dengan
penggunaan pupuk campuran.
Hal ini menunjukkan bahwa tinggi rendahnya pendidikan petani tidak
mempengaruhi penggunaan pupuk baik pupuk anorganik maupun penggunaan
pupuk campuran. Jadi, dapat disimpulkan bahwa tidak ada hubungan antara
pendidikan petani dengan penggunaan pupuk anorganik dan penggunaan pupuk
(51)
3. Hubungan Lama Berusahatani Petani dengan Penggunaan Pupuk Anorganik dan Pupuk Campuran.
Dari Tabel 10 dapat dilihat bahwa untuk penggunaan pupuk anorganik dari
hasil output dengan menggunakan SPSS 17, diketahui bahwa koefisien korelasi
Rank Spearman adalah sebesar 0,261 artinya korelasi antara lama berusahatani
dengan penggunaan pupuk anorganik adalah sebesar 26,1% sedangkan 73,9%
diterangkan oleh faktor lain dan dengan tingkat signifikansi 0,253 > 0,05 artinya
hubungan antara lama berusahatani dengan penggunaan pupuk anorganik tidak
signifikan. Dengan demikian Ho diterima dan H1 tidak diterima, artinya tidak
terdapat hubungan antara lama berusahatani dengan penggunaan pupuk
anorganik.
Sedangkan untuk pengguna pupuk campuran dari Tabel 11 dapat dilihat
bahwa untuk penggunaan pupuk campuran dari hasil output dengan menggunakan
SPSS 17, diketahui bahwa koefisien korelasi Rank Spearman adalah sebesar 0,849
artinya korelasi antara lama berusahatani dengan penggunaan pupuk anorganik
adalah sebesar 84,9% sedangkan 15,1% diterangkan oleh faktor lain dan dengan
tingkat signifikansi 0,004 < 0,05 artinya hubungan antara lama berusahatani
dengan penggunaan pupuk campuran signifikan. Dengan demikian Ho tidak
diterima dan H1 diterima, artinya terdapat hubungan antara lama berusahatani
dengan penggunaan pupuk campuran.
Hal ini menunjukkan bahwa faktor lama berusahatani tidak berhubungan
dengan penggunaan pupuk anorganik dan lama berusahatani berhubungan dengan
penggunaan pupuk campuran. Jadi, dapat disimpulkan bahwa faktor lama
berusahatani tidak ada hubungan dengan penggunaan pupuk anorganik dan faktor
(52)
4. Hubungan Jumlah Tanggungan Petani dengan Penggunaan Pupuk Anorganik dan Pupuk Campuran.
Dari Tabel 10 dapat dilihat bahwa untuk penggunaan pupuk anorganik dari
hasil output dengan menggunakan SPSS 17, diketahui bahwa koefisien korelasi
Rank Spearman adalah sebesar 0,097 artinya korelasi antara jumlah tanggungan
dengan penggunaan pupuk anorganik adalah sebesar 9,7% sedangkan 3%
diterangkan oleh faktor lain dan dengan tingkat signifikansi 0,7677 > 0,05 artinya
hubungan antara jumlah tanggungan dengan penggunaan pupuk anorganik tidak
signifikan. Dengan demikian Ho diterima dan H1 tidak diterima, artinya tidak
terdapat hubungan antara pendidikan dengan penggunaan pupuk anorganik.
Sedangkan untuk pengguna pupuk campuran dari Tabel 11 dapat dilihat
bahwa untuk penggunaan pupuk anorganik dari hasil output dengan menggunakan
SPSS 17, diketahui bahwa koefisien korelasi Rank Spearman adalah sebesar
-0,077 artinya korelasi antara jumlah tanggungan dengan penggunaan pupuk
campuran adalah sebesar 7,7% sedangkan 23% diterangkan oleh faktor lain dan
dengan tingkat signifikansi 0,845 > 0,05 artinya hubungan antara jumlah
tanggungan dengan penggunaan pupuk campuran tidak signifikan. Dengan
demikian Ho diterima dan H1 tidak diterima, artinya tidak terdapat hubungan
antara jumlah tanggungan dengan penggunaan pupuk campuran.
Hal ini menunjukkan bahwa jumlah tanggungan petani tidak berhubungan
dengan penggunaan pupuk baik pupuk anorganik maupun penggunaan pupuk
campuran. Jadi, dapat disimpulkan bahwa tidak ada hubungan jumlah tanggungan
(53)
5. Hubungan Luas Lahan Petani dengan Penggunaan Pupuk Anorganik dan pupuk Pupuk Campuran.
Dari Tabel 10 dapat dilihat bahwa untuk penggunaan pupuk anorganik dari
hasil output dengan menggunakan SPSS 17, diketahui bahwa koefisien korelasi
Rank Spearman adalah sebesar 0,716 artinya korelasi antara luas lahan dengan
penggunaan pupuk anorganik adalah sebesar 71,6% sedangkan 28,4% diterangkan
oleh faktor lain dan dengan tingkat signifikansi 0,000 < 0,05 artinya hubungan
antara luas lahan dengan penggunaan pupuk anorganik signifikan. Dengan
demikian Ho tidak diterima dan H1 diterima, artinya terdapat hubungan antara
luas lahan dengan penggunaan pupuk anorganik.
Sedangkan untuk pengguna pupuk campuran dari Tabel 11 dapat dilihat
bahwa untuk penggunaan pupuk anorganik dari hasil output dengan menggunakan
SPSS 17, diketahui bahwa koefisien korelasi Rank Spearman adalah sebesar
0,390 artinya korelasi antara luas lahan dengan penggunaan pupuk campuran
adalah sebesar 39% sedangkan 61% diterangkan oleh faktor lain dan dengan
tingkat signifikansi 0,300 > 0,05 artinya hubungan antara luas lahan dengan
penggunaan pupuk campuran tidak signifikan. Dengan demikian Ho diterima dan
H1 tidak diterima, artinya tidak terdapat hubungan antara luas lahan dengan
penggunaan pupuk campuran.
Hal ini menunjukkan bahwa luas lahan petani berhubungan dengan
penggunaan pupuk anorganik dan luas lahan tidak mempengaruhi penggunaan
pupuk campuran Jadi, dapat disimpulkan bahwa ada hubungan luas lahan petani
dengan penggunaan pupuk anorganik dan tidak ada hubungan luas lahan dengan
(54)
6. Hubungan Produksi Petani dengan Penggunaan Pupuk Anorganik dan Pupuk Campuran.
Dari Tabel 10 dapat dilihat bahwa untuk penggunaan pupuk anorganik dari
hasil output dengan menggunakan SPSS 17, diketahui bahwa koefisien korelasi
Rank Spearman adalah sebesar 0,768 artinya korelasi antara produksi dengan
penggunaan pupuk anorganik adalah sebesar 76,8% sedangkan 23,2% diterangkan
oleh faktor lain dan dengan tingkat signifikansi 0,000 < 0,05 artinya hubungan
antara produksi dengan penggunaan pupuk anorganik signifikan. Dengan
demikian Ho tidak diterima dan H1 diterima, artinya terdapat hubungan antara
produksi dengan penggunaan pupuk anorganik.
Sedangkan untuk pengguna pupuk campuran dari Tabel 11 dapat dilihat
bahwa untuk penggunaan pupuk anorganik dari hasil output dengan menggunakan
SPSS 17, diketahui bahwa koefisien korelasi Rank Spearman adalah sebesar 0,388
artinya korelasi antara produksi dengan penggunaan pupuk campuran adalah
sebesar 38,8% sedangkan 61,2% diterangkan oleh faktor lain dan dengan tingkat
signifikansi 0,302 > 0,05 artinya hubungan antara produksi dengan penggunaan
pupuk campuran tidak signifikan. Dengan demikian Ho diterima dan H1 tidak
diterima, artinya tidak terdapat hubungan antara produksi dengan penggunaan
pupuk campuran.
Hal ini menunjukkan bahwa faktor produksi berhubungan dengan
penggunaan pupuk anorganik dan produksi tidak berhubungan dengan
penggunaan pupuk campuran. Jadi, dapat disimpulkan bahwa ada hubungan
produksi petani dengan penggunaan pupuk anorganik dan tidak ada hubungan
(55)
Tabel 12. Hubungan Faktor Pribadi dan Faktor Lingkungan dengan Penggunaan Pupuk Anorganik.
No Uraian rs-SPSS17 tTabel Sig.
1 2 3 4 5 6 7 8 9
Kontak dengan sumber informasi di luar masyaraka Keaktifan mencari informasi Pengetahuan tentang
keuntungan relatif Kepuasan pada cara-cara lama
Tersedianya media komunikasi
Adanya sumber informasi secara rinci
Pengalaman dari petani lain Faktor-faktor alam
Tujuan dan minat keluarga
0,202 0,152 0,320 -0,046 0,504 0,137 -0,151 0,593 0,281 2,093 2,093 2,093 2,093 2,093 2,093 2,093 2,093 2,093 0,380 0,509 0,157 0,842 0,020 0,555 0,514 0,005 0,217 0,05 0,05 0,05 0,05 0,05 0,05 0,05 0,05 0,05 Sumber: Data primer, data diolah dari lampiran
Keterangan :
rs-SPSS 17 : Hasil korelasi Rank Spearman dengan software SPSS 17.
tTabel : 2,093 pada 5%, df = 19.
tTabel : 2,365 pada 5%, df = 7.
(56)
Tabel 13. Hubungan Faktor Pribadi dan Faktor Lingkungan dengan Penggunaan Pada Pupuk Campuran.
No Uraian rs-SPSS17 tTabel Sig.
1 2 3 4 5 6 7 8 9
Kontak dengan sumber informasi di luar masyarakat Keaktifan mencari informasi Pengetahuan tentang
keuntungan relatif Kepuasan pada cara-cara lama
Tersedianya media komunikasi
Adanya sumber informasi secara rinci
Pengalaman dari petani lain Faktor-faktor alam
Tujuan dan minat keluarga
0,112 0,393 0,556 0,011 0,815 0,519 0,174 -0,116 0,823 2,365 2,365 2,365 2,365 2,365 2,365 2,365 2,365 2,365 0,774 0,295 0,120 0,977 0,007 0,153 0,654 0,767 0,006 0,05 0,05 0,05 0,05 0,05 0,05 0,05 0,05 0,05 Sumber: Data primer, data diolah dari lampiran
1. Hubungan Kontak Dengan Sumber Informasi di Luar Masyarakat Petani dengan Penggunaan Pupuk Anorganik dan Pupuk Campuran.
Dari Tabel 12 dapat dilihat bahwa untuk penggunaan pupuk anorganik dari
hasil output dengan menggunakan SPSS 17, diketahui bahwa koefisien korelasi
Rank Spearman adalah sebesar 0,202 artinya korelasi antara kontak dengan
sumber informasi di luar masyarakat dengan penggunaan pupuk anorganik adalah
sebesar 20,2% sedangkan 79,8% diterangkan oleh faktor lain dan dengan tingkat
signifikansi 0,380 > 0,05 artinya hubungan antara kontak dengan sumber
informasi di luar masyarakat dengan penggunaan pupuk anorganik signifikan.
(1)
Lampiran 42. Hubungan Kepuasan Pada Cara-Cara Lama dengan
Penggunaan Pupuk Campuran
No Sampel
Kepuasan pada cara-cara
lama
Penggunaan
Pupuk
(kg)
1
3
1000
2
3
460
3
1
800
4
3
725
5
3
1650
6
3
800
7
2
550
8
3
670
9
3
500
Jumlah
24
7155
Rataan
2,66
795
Hasil yang diperoleh dengan menggunakan SPSS 17.
CorrelationsKepuasan pada cara-cara lama
Penggunaan pupuk campuran Spearman's rho Kepuasan pada cara-cara
lama
Correlation Coefficient 1.000 .011
Sig. (2-tailed) . .977
N 9 9
Penggunaan pupuk campuran
Correlation Coefficient .011 1.000
Sig. (2-tailed) .977 .
(2)
Lampiran 43. Hubungan Tersedianya Media Komunikasi dengan Penggunaan
Pupuk Campuran
No Sampel
Tersedianya media
komunikasi
Penggunaan
Pupuk
(kg)
1
3
1000
2
1
460
3
2
800
4
1
725
5
2
1650
6
3
800
7
1
550
8
1
670
9
1
500
Jumlah
14
7155
Rataan
1,55
795
Hasil yang diperoleh dengan menggunakan SPSS 17.
CorrelationsTersedianya media komunikasi
Penggunaan pupuk campuran Spearman's rho Tersedianya media
komunikasi
Correlation Coefficient 1.000 .815**
Sig. (2-tailed) . .007
N 9 9
Penggunaan pupuk campuran
Correlation Coefficient .815** 1.000
Sig. (2-tailed) .007 .
N 9 9
**. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed).
(3)
Lampiran 44. Hubungan Adanya Sumber Informasi Secara Rinci dengan
Penggunaan Pupuk Campuran
No Sampel
Adanya sumber informasi
secara rinci
Penggunaan
Pupuk
(kg)
1
2
1000
2
1
460
3
3
800
4
2
725
5
2
1650
6
3
800
7
2
550
8
1
670
9
2
500
Jumlah
20
7155
Rataan
2,22
795
Hasil yang diperoleh dengan menggunakan SPSS 17.
CorrelationsPdanya sumber informasi secara
rinci
Penggunaan pupuk campuran Spearman's rho Adanya sumber informasi
secara rinci
Correlation Coefficient 1.000 .519
Sig. (2-tailed) . .153
N 9 9
Penggunaan pupuk campuran
Correlation Coefficient .519 1.000
Sig. (2-tailed) .153 .
(4)
Lampiran 45. Hubungan Pengalaman Dari Petani Lain dengan Penggunaan
Pupuk Campuran
No Sampel
Pengalaman dari petani
lain
Penggunaan
Pupuk
(kg)
1
3
1000
2
3
460
3
2
800
4
3
725
5
3
1650
6
2
800
7
2
550
8
3
670
9
2
500
Jumlah
23
7155
Rataan
2,55
795
Hasil yang diperoleh dengan menggunakan SPSS 17.
CorrelationsPengalaman dari petani lain
Penggunaan pupuk campuran Spearman's rho Pengalaman dari petani lain Correlation Coefficient 1.000 .174
Sig. (2-tailed) . .654
N 9 9
Penggunaan pupuk campuran
Correlation Coefficient .174 1.000
Sig. (2-tailed) .654 .
N 9 9
(5)
Lampiran 46. Hubungan Faktor-Faktor Alam dengan Penggunaan Pupuk
Campuran
No Sampel
Faktor-faktor alam
Penggunaan
Pupuk
(kg)
1
2
1000
2
3
460
3
1
800
4
3
725
5
1
1650
6
2
800
7
1
550
8
1
670
9
1
500
Jumlah
15
7155
Rataan
1,66
795
Hasil yang diperoleh dengan menggunakan SPSS 17.
CorrelationsFaktor faktor alam
Penggunaan pupuk campuran Spearman's rho Faktor-faktor alam Correlation Coefficient 1.000 -.116
Sig. (2-tailed) . .767
N 9 9
Penggunaan pupuk campuran
Correlation Coefficient -.116 1.000
Sig. (2-tailed) .767 .
(6)
Lampiran 47. Hubungan Tujuan dan Minat Keluarga dengan Penggunaan
Pupuk Campuran
No Sampel
Tujuan dan minat
keluarga
Penggunaan
Pupuk
(kg)
1
3
1000
2
1
460
3
3
800
4
2
725
5
3
1650
6
3
800
7
2
550
8
3
670
9
2
500
Jumlah
27
7155
Rataan
3
795
Hasil yang diperoleh dengan menggunakan SPSS 17.
CorrelationsTujuan dan minat keluarga
Penggunaan pupuk campuran Spearman's rho Tujuan dan minat keluarga Correlation Coefficient 1.000 .823**
Sig. (2-tailed) . .006
N 9 9
penggunaan pupuk campuran
Correlation Coefficient .823** 1.000
Sig. (2-tailed) .006 .
N 9 9
**. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed).