BAB II TINJAUAN PUSTAKA - Analisis Partisipasi Masyarakat Terhadap Permintaan Gas Dibandingkan Minyak Tanah di Kota Medan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Partisipasi Publik

2.1.1 Pengertian Partisipasi

  Partisipasi adalah Keterlibatan seseorang dalam situasi baik secara mental, pikiran, emosi dan perasaaan yang mendorongnya untuk memberikan sumbangan dalam usaha mencapai tujuan yang telah ditentukan dan ikut bertanggung jawab terhadap kegiatan pencapaian tersebut (Adam,2005:17). Bintoro (1989:207) memberikan pendapat bahwa Partisipasi masyarakat adalah keterlibatan dalam memikul beban dan tanggung jawab dalam pelaksanaan program pembangunan.

  Bappenas dan Depdagri mendefinisikan partisipasi secara lebih tegas. Bahwa partisipasi adalah sebuah prinsip dimana setiap orang memiliki hak untuk terlibat dalam pengambilan keputusan di setiap kegiatan penyelenggaraan pemerintahan. Sebagai proses, partisipasi merupakan sebuah metode yang digunakan dalam pembentukan kebijakan dengan melibatkan seluruh stakeholders. Sedangkan secara prinsip, partisipasi adalah pegangan atau bisa juga disebut pedoman yang harus dilaksanakan dalam pembuatan kebijakan oleh karena adanya sebuah hak dan kewajiban. Hak di sisi masyarakat dan kewajiban di sisi pembentuk kebijakan.

  Dari pengertian diatas dapat ditarik kesimpulan bahwa partisipasi adalah keterlibatan masyarakat (baik fisik maupun mental) dalam upaya ikut serta mendukung suatu kegiatan atau program yang ada yang menyangkut kepentingan bersama. Di masa Reformasi saat ini, partisipasi dapat diniliai sebagai bentuk keterlibatan masyarakat dalam proses politik yang seluas-luasnya baik dalam proses pengambilan keputusan, pengawasasan, dan pelaksanaan atas kebijakan yang dapat mempengaruhi kehidupan mereka.

2.1.2 Peran Partisipasi dalam Kebijakan Publik

  Salah satu kunci utama dari pengelolaan kebijakan yang berkualitas dapat ditunjukkan dari tingginya intensitas partisipasi publik. Menurut Sinambela (2008:37) pemahaman terhadap konsep partisipasi dalam banyak hal sering diartikan secara sederhana sebagai peran serta dalam suatu lingkungan kegiatan.

  Konsep peran serta daam pengambilan keputusan dapat dijelaskan bahwa, peran serta (partisipasi) menunjukkan proses antara dua atau lebih pihak (individu atau kelompok) yang mempengaruhi satu terhadap yang lainnya dalam membuat rencana, kebijakan, dan keputusan.

  Tidak berjalannya partisipasi dalam sebuah proses pembuatan kebijakan akan berdampak buruk. Kebijakan yang dihasilkan tidak akan sepenuhnya menjawab persoalan-persoalan yang sesungguhnya dialami oleh masyarakat. Kontrol masyarakat akan berkurang, dan potensi penyimpangan pelaksanaan kebijakan akan terjadi. Sehingga kebijakan yang dihasilkan juga tidak akan berpihak pada kebutuhan-kebutuhan dasar yang sedang dirasakan oleh masyarakat.

  Tujuan utama dari pasrtisipasi adalah mempertemukan seluruh kepentingan yang sama dan yang berbeda dalam suatu proses perumusan dan penetapan kebijakan (keputusan) secara proporsional untuk semua pihak yang terlibat dan terpengaruh oleh kebijakan yang akan ditetapkan didalamnya. Dimana pelibatan masyarakat luas (publik) dalam proses pembuatan sebuah kebijakan merupakan suatu cara yang efektif untuk menampung berbagai kepentingan yang berbeda.

  Pengikutsertaan publik yang terwujud dalam perencanaan yang partisipasi dapat membawa keuntungan substantif, dimana keputusan publik yang diambil akan memberi rasa kepuasan dan dukungan publik yang cukup kuat terhadap suatu proses pembangunan.

  Menurut Friedmann dalam Sinambela (2008 : 38) pendekatan partisipatif merupakan suatu proses politik untuk memperoleh kesepakatan bersama (collective agreement) melalui aktivitas negosiasi antar seluruh pelaku pembangungan. Bentuk Partisipasi masyarakat dilihat dari :

  1. Keikutsertaan masyarakat dalam merencanakan kebijakan yang akan dibuat dengan cara turut serta menyumbangkan ide, tenaga, maupun dana (sebelum kebijakan itu dibuat).

  2. Melaksanakan kebijakan yang telah ditetapkan (setelah kebijakan itu dibuat).

2.2 Teori Monopoli

2.2.1 Pengertian dan Karakteristik Perusahaan Monopoli

  Menurut Sukirno (2003:266) monopoli adalah suatu bentuk pasar hanya terdapat satu perusahaan saja. Dimana perusahaan ini menghasilkan barang yang tidak mempunyai barang pengganti yang sangat dekat dan biasanya keuntungan yang dinikmati oleh perusahaan monopoli adalah keuntungan melebihi normal dan diperoleh karena terdapat hambatan yang sangat tangguh yang dihadapi perusahaan-perusahaan lain untuk memasuki industri tersebut.

  Menurut Sumanjaya (2009:131) perusahaan pesaing monopolistik mempunyai karakteristik :

  1. Hanya ada satu penjual sehingga tidak ada pihak lain yang menyaingi.

  2. Bahan baku dikuasai penjual.

  3. Harga ditentukan oleh penjual.

  4. Produk tidak dapat disubtitusi Hal serupa juga diungkapkan oleh menurut Sukirno (2003:266), dimana menurutnya cirri-ciri pasar monopoli adalah :

  1. Pasar monopoli adalah industri satu penjual.

  Hal ini merupakan ciri utama pasar monopoli dimana hanya ada satu penjual di pasar. Dengan demikian barang atau jasa yang dihasilkannya tidak dapat dibeli dari tempat lain. Para pembeli tidak mempunyai pilihan lain,sehingga kalau mereka menginginkan barang tersebut maka mau tidak mau mereka harus membelinya dari perusahaan monopoli tersebut.

  2. Tidak mempunyai barang pengganti yang mirip.

  Didalam pasar monopoli sangat sulit ditemukan barang-barang yang mirip dengan barang yang dijual dipasar monopoli yang dapat menggantikan barang tersebut. Dengan kata lain, barang-barang yang dijual di pasar monopoli tidak dapat diganti dengan barang lain yang memiliki manfaat yang sama. Sehingga, mau tidak mau konsumen tetap menggunakan barang atau jasa tersebut. Contohnya listrik, dimana listrik tidak dapat digantikan oleh apapun yang mirip. Apabila listrik mengalami gangguan, lampu minyak tanah atau lilin dapat digunakan sebagai alternatif untuk menerangi. Tetapi lampu minyak tidak dapat menggantikan fungsi listrik untuk memanaskan setrika atau menyalakan televisi.

  3. Tidak terdapat kemungkinan untuk masuk kedalam industri.

  Sifat ini merupakan sebab utama yang membuat sebuah perusahaan mempunyai kekuasaan monopoli. Hal ini dikarenakan terdapat hambatan- hambatan yang membuat perusahaan lain tidak bisa masuk kedalam pasar monopoli. Hambatan ini ada yang bersifat legal,yaitu dibatasi oleh undang- undang. Ada yang bersifat teknologi, dimana teknologi yang digunakan sangat canggih sehingga sulit dicontoh dan ada pula yang bersifat keuangan, yaitu modal yang diperlukan sangat besar.

  4. Dapat mempengaruhi penentuan harga.

  Karena perusahaan monopoli merupakan perusahaan satu-satunya dipasar, maka penentuan harga ditentukan sepenuhnya oleh perusahaan. Dimana dalam hal ini perusahaan monopoli bertindak sebagai price setter atau penentu harga. Dalam hal ini, para pembeli tidak dapat melakukan apa-apa kecuali menerima harga yang telah ditetapkan oleh perusahaan monopoli.

  5. Promosi iklan kurang diperlukan.

  Perusahaan monopoli tidak perlu melakukan promosi iklan untuk memasarkan produknya karena konsumen yang memerlukan barang yang diproduksikannya terpaksa membeli mau tidak mau tanpa terpengaruh dengan iklan. Apabila pasar monopoli mengadakan iklan, hal tersebut dilakukan hanya untuk memelihara hubungan baik dengan masyarakat.

  Sedangkan faktor-faktor yang menyebabkan terwujudnya pasar (perusahaan) monopoli disebabkan oleh tiga faktor. Ketiga faktor tersebut adalah:

  1. Perusahaan monopoli memiliki suatu sumber daya yang unik dan tidak dimiliki oleh perusahaan lain.

  Salah satu sumber penting dari adanya monopoli adalah pemilikan suatu sumber daya yang unik (istimewa) yang tidak dimiliki oleh orang atau perusahaan lain. Maksudnya, tidak ada perusahaan lain yang memiliki sumber daya tersebut. Keunikan barang atau sumber daya tersebut akan dijadikan sebagai suatu ciri khas atau sesuatu yang unik yang tidak dimiliki perusahaan lain sehingga dengan mudah dapat menarik perhatian konsumen.

  2. Perusahaan monopoli pada umumnya dapat menikmati skala ekonomi (economies of scale) hingga ke tingkat produksi yang sangat tinggi.

  Saat ini perkembangan teknologi berkembang dengan sangat pesat. Berbagai kegiatan ekonomi tingkat teknologi adalah sedemikian modernnya sehingga produksi yang efisien hanya dapat dilakukan apabila jumlah produksinya sangat besar dan meliputi hampir seluruh produksi yang diperlukan di dalam pasar. Keadaan seperti ini berarti suatu perusahaan hanya akan menikmati skala ekonomi yang maksimum apabila tingkat produksinya sangat besar jumlahnya. Hal ini menyebabkan perusahaan-perusahaan baru tidak akan sanggup bersaing dengan perusahaan yang terlebih dahulu berkembang. Keadaan ini mewujudkan pasar monopoli.

  Suatu industri yang skala ekonominya mempunyai sifat seperti yang diterangkan di atas adalah jenis perusahaan monopoli alamiah atau natural . Monopoli alamiah pada umumnya dijumpai dalam perusahaan jasa

  monopoly

  umum (utilities) seperti perusahaan listrik, perusahaan air minum, perusahaan telepon, dan perusahaan amgkutan kereta api.

  3. Monopoli wujud dan berkembang melalui undang-undang Monopoli ini terjadi akibat adanya undang-undang atau hak khusus yang diberikan pemerintah kepada suatu perusahaan untuk melakukan monopoli.

  Biasanya pemerintah memberi monopoli kepada perusahaan yang menguasai hajat hidup orang banyak dengan tujuan untuk mensejahterakan masyarakat. Semua ketentuan monopoli ini diatur oleh undang-undang.

2.2.2 Kelebihan dan Kekurangan Monopoli

  Dalam perkembangannya, Perusahaan monopoli memiliki berbagai kekurangan dan kelebihan. Menurut Sukirno (2003:291) kelebihan yang dimiliki Perusahaan monopoli apabila berkembang dengan baik adalah :

  a. Apabila menikmati skala ekonomi, biaya produksi lebih murah daripada firma pasar persaingan sempurna, dan tingkat produksi lebih besar.

  b. Mutu barang semakin meningkat dan harganya semakin murah apabila perusahaan terus menerus melakukan pengembangan dan inovasi. c. Kesejahteraan masyarakat dapat ditingkatkan apabila monopoli dapat terus menghasilkan barang yang lebih murah dan lebih bermutu.

  Namun apabila perusahaan monopoli tidak berkembang, keburukan yang mungkin ditimbulkan adalah : a. Harga barang lebih mahal dan tingkat produksi lebih rendah di pasar persaingan sempurna.

  b. Barang yang dihasilkan tidak banyak mengalami perubahan.

  c. Kesejahteraan masyarakat lebih buruk daripada yang diwujudkan oleh pasar persaingan sempurna.

2.2.3 Pertamina Sebagai Perusahaan Monopoli

  PT Pertamina (Persero) merupakan sebuah perusahaan monopoli untuk yang menyediakan bahan bakar minyak di Indonesia. Hal ini sesuai dengan Undang- Undang Dasar 1945 Pasal 33 ayat (2) dan ayat (3) menegaskan bahwa cabang- cabang produksi yang penting bagi negara dan yang menguasai hajat hidup orang banyak dikuasai oleh negara. Demikian pula bumi dan air dan kekayaan alam yang terkandung di dalamnya dikuasai oleh negara dan dipergunakan untuk sebesar-besarnya kemakmuran dan kesejahteraan rakyat. mengingat Minyak dan Gas Bumi merupakan sumber daya alam strategis tak terbarukan yang dikuasai negara dan merupakan komoditas vital yang memegang peranan penting dalam penyediaan bahan baku industri, pemenuhan kebutuhan energi di dalam negeri, dan penghasil devisa negara yang penting, maka pengelolaannya perlu dilakukan seoptimal mungkin agar dapat dimanfaatkan untuk kemakmuran dan kesejahteraan rakyat.

  B egitu pula dalam hal penyediaan gas elpiji. Pemerintah telah menunjuk Pertamina sebagai satu-satunya pemasok LPG 3 Kg untuk melaksanakan konversi energi. Didalam penyelenggaraan, penyediaan dan pendistribusian LPG Tabung 3 Kg, berdasarkan peraturan Menteri ESDM No.21 Tahun 2007 menteri menugaskan pelaku usaha, penyedia dan pendistribusi LPG dengan memenuhi syarat-syarat yang tertuang dalam pasal 5 ayat 2 yaitu:

  a. Badan usaha telah memiliki izin usaha niaga umum LPG untuk melaksanakan penyediaan dan pendistribusian LPG tabung 3 Kg; b. Memiliki aset kilang pengolahan BBM dan LPG dalam negeri termasuk pengembangannya dalam jangka panjang; c. Jaminan ketersediaan pasokan LPG tabung 3 Kg;

  d. Memiliki kemampuan dalam menyediakan infrastruktur dan jaringan untuk penyediaan dan pendistribusian LPG tabung 3 Kg di wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia. Menurut Komisi Pengawas Persaingan Usaha (KPPU) pada saat ini

  Pertamina satu-satunya perusahaan yang dapat memenuhi persyaratan diatas sehingga Pertamina satu-satunya perusahaan yang menangani masalah LPG bersubsidi saat ini. Salah satu syarat yang dapat menciptakan hambatan masuk bagi pelaku usaha lainnya untuk dapat ikut mendistribusikan LPG 3 Kg adalah persyaratan untuk memiliki asset kilang pengolahan BBM dan LPG dalam negeri termasuk pengembangannya dalam jangka panjang yang belum dimiliki perusahaan lain. PT Pertamina (Persero) ditunjuk sebagai pelaksana program konversi secara nasional termasuk untuk menentukan proses produksi, distribusi, pengembangan usaha, pemasaran, dan rencana pembentukan strategi komunikasi untuk penggunaan LPG 3 KG. Sebagai satu-satunya perusahaan yang menangani kebutuhan konversi energi ini, PT Pertamina harus mampu memprediksi kebutuhan pasar dan mendistribusikan LPG kepada konsumen dengan baik.

  Dalam penentuan harga, Pertamina tidak bisa menentukan sendiri HET (harga eceran tertinggi) LPG 3 Kg seperti perusahaan monopoli pada umumnya.

  Dalam menentukan harga Pertamina harus terlebih dahulu mendapatkan izin dari DPR dan juga Kementrian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) dalam mengkaji dan menetapkan harga LPG 3 Kg.

2.3 Konversi Minyak Tanah ke Gas

2.3.1 Pengertian Konversi

  Dalam kamus Bahasa Indonesia, konversi adalah (1) perubahan di satu sistem pengetahuan ke sistem yang lain; (2) perubahan pemilikan atas suatu benda, tanah, dan sebagainya; (3) perubahan suatu bentuk (rupa, dsb) kebentuk (rupa, dsb) yang lain.

  Menurut Pertamina sendiri selaku pihak yang ditunjuk pemerintah dalam melaksanakan program konversi ini mengungkapkan bahwa : “Program konversi minyak tanah ke elpiji merupakan program pemerintah yang bertujuan untuk mengurangi subsidi BBM, dengan mengalihkan minyak tanah ke elpiji beserta isinya, kompor gas dan aksesorisnya kepada rumah tangga dan usaha mikro pengguna minyak tanah”.

  Dari pengertian diatas dapat ditarik kesimpulan bahwa Konversi minyak tanah ke gas berarti peralihan penggunaan minyak tanah ke gas. Dimana Program kebijakan pemerintah ini merupakan program pengalihan subsidi dan penggunaan minyak tanah oleh masyarakat ke gas LPG 3 Kg melalui pembagian paket LPG 3 Kg beserta isi, kompor, regulator dan selang secara gratis kepada masyarakat yang memiliki kriteria yang sudah ditentukan sebelumnya.

  Program ini dilaksanakan oleh pemerintah dengan maksud untuk mengatisipasi semakin menipisnya cadangan minyak bumi di Indonesia dan terus melambungnya harga minyak dunia yang menyentuh angka US$ 100 per barel. selain itu , program ini juga bertujuan untuk mengurangi beban subsidi BBM yang terlalu besar, khususnya subsidi bagi minyak tanah. Terakhir, program ini secara teknis terbukti lebih mudah digunakan, lebih hemat, lebih aman dan lebih ramah lingkungan.

  Program konversi ini memiliki target sasaran rumah tangga dan usaha mikro. Target rumah tangga yang dikenakan program konversi ini antara lain adalah:

  Ibu rumah tangga yang tidak memiliki pekerjaan

  • Pengguna minyak tanah murni
  • Kelas sosial C1 ke bawah (keluarga yang penghasilannya kurang dari 1,5
  • juta Rupiah perbulan)
  • yang dibuktikan dengan melampirkan KTP atau KK atau surat keterangan dari kelurahan setempat.

  Serta penduduk yang sah pada daerah tempat konversi tersebut dilakukan

  Sedangkan Usaha Mikro yang dikenakan program konversi ini antara lain harus memiliki syarat: Usaha mikro yang menggunakan minyak tanah sebagai bahan bakar dalam

  • usahanya
  • keterangan usaha dari pemerintah kelurahan setempat. Apabila dalam proses distribusi LPG 3 Kg secara gratis kepada masyarakat terdapat anggota masyarakat (Rumah Tangga atau Usaha Mikro) yang tidak memenuhi persyaratan diatas, akan tetapi sesuai kriteria berhak mendapatkan paket LPG 3 Kg secara gratis, maka dapat diberikan paket LPG 3 Kg dengan melampirkan : surat keterangan dari kelurahan setempat, atau surat keterangan RT/RW setempat, atau berita acara serah terima distribusi antara konsultan dengan penerima paket dilampiri dengan fotokopi kartu identitas yang bersangkutan.

  Penduduk legal dari tempat konversi dilakukan serta memiliki surat

  Konversi minyak ke gas ini dilakukan secara bertahap oleh pemerintah yang dimulai sejak awal januari 2007. Pada Tahun 2007 pemerintah melakukan program konversi ini didaerah Jawa dan Bali, dan ditahun berikutnya pemerintah melakukan konversi didaerah Medan, Ria, Palembang, Jawa, Bali, Balikpapan, dan Makasar. Ditahun 2009 pemerintah kembali fokus untuk menyalurkan LPG keseluruh daerah Jawa dan Bali. Hal ini dapat dilihat dari tabel dibawah ini :

Tabel 2.1 Tahapan Wilayah Pengalihan Minyak Tanah ke LPG

  TAHUN KK TERKONVERSI (TAHUN

  BERJALAN)

  VOLUME LPG (MT)

  (KUMULATIF) WILAYAH 2007 6.000.000 64.390.018 Jawa dan Bali

  2008 9.000.000 1.171.019,93 Medan, Riau,

  Palembang, Balikpapan, Makassar 2009 14.020.000 2.747.963,06 Seluruh Jawa

  • – Bali 2010 4.500.000 3.836.328,63 Luar Jawa 2011 4.000.000 4.374.915,97 Luar Jawa 2012 4.500.000 4.918.742,80 Luar Jawa Sumber(diakses tanggal 10 November 2011)

  Dalam melakukan program konversi ini, ada beberapa institusi yang terlibat yaitu :

  • Kementerian Negara Koperasi dan UKM sebagai institusi pengadaan kompor dan aksesorisnya serta mendistribusikannya ke masyarakat dengan bekerja sama dengan PT Pertamina.
  • Pihak kedua adalah PT Pertamina yang bertugas menyediakan tabung dan isi LPG yang akan dibagikan.
  • Pihak ketiga adalah Kementrian Negara Pemberdayaan Perempuan yang bertugas mensosialisasikan konversi ini kepada masyarakat luas.

2.3.2 Penghematan Subsidi Program Konversi

  Sejak mulai tahun 2007 hingga akhir 2010 sudah di salurkan LPG sebanyak sekitar 4.744 Ribu Metrik Ton. Sedang Minyak Tanah yang sudah berhasil ditarik mencapai sekitar 13.071 Ribu Kilo Liter. Penarikan Minyak Tanah yang selama ini disubsidi telah memberikan pengaruh ekonomi secara nyata bagi keuangan negara berupa penghematan dana subsidi. Secara total besaran nilai penghematan subsidi yang berhasil dilakukan hingga akhir 2010 mencapai Rp 25,21 Triliun.

  Penghematan subsidi program konversi ini dapat dilihat ditabel dan grafik dibawah ini:

Tabel 2.2 Penghematan Subsidi Konversi

  Tahun 2007 2008 2009 2010

  Jumlah Penyaluran LPG (Ribu 33 592 1840 2279 MetrikTon) Jumlah Penarikan Minyak 121 2.116 5402 6499 Tanah ( Ribu Kilo Liter) Biaya paket konversi (Triliun 0,8 3,62 5,87 1,09 Rupiah) Penghematan Subsidi Minyak 0,6 9,15 12,79 14,05 tanah (Triliun Rupiah) Penghematan program -0,2 5,53 6,92 12,96 konversi (Triliun Rupiah)

  kses tanggal 13 Maret 2012)

  Sumbe

  Jika dilihat dari tabel diatas, tampak bahwa nilai penghematan semakin besar sesuai dengan bertambahnya jumlah penyaluran LPG dan penarikan Minyak Tanah. Saat awal dimulai tahun 2007, program ini memang masih mengalami defisit. Dari penyaluran LPG sebanyak 33 Ribu MT membutuhkan biaya paket konversi sebesar Rp 0,8 Triliun. Sedang penarikan Minyak Tanah sebesar 121 Ribu KL menghemat subsidi sebesar Rp 0,6 Triliun. Sehingga masih defisit sebesar Rp 0,2 Trilun.

  Namun mulai tahun 2008, program konversi energi ini telah menghasilkan penghematan. Dimana Pada tahun 2008 jumlah atau volume LPG yang disalurkan mencapai 592 Ribu MT dengan biaya paket konversi sebesar Rp 3,62 Trilun. Sedang penarikan Minyak Tanah meningkat tajam mencapai 2.116 Ribu KL yang memberikan penghematan sebesar Rp 9,15 Triliun. Sehingga penghematan bersih yang berhasil dicapai sebesar Rp 5,53 Triliun.

  Selanjutnya pada tahun 2009 telah disalurkan LPG sebesar 1.840 Ribu MT dengan biaya paket konversi Rp 5,87 Triliun. Sedangkan volume Minyak Tanah yang berhasil di tarik terus mengalami peningkatan tajam hingga lebih dua kali dibanding tahun sebelumnya sehngga mencapai 5.402 Ribu KL dengan biaya penghematan sebesar Rp 12,79 Triliun. Dimana terdapat biaya penghematan program konversi sebesar Rp 6,92 Triliun.

  Ditahun 2010, minyak tanah yang ditarik terus mengalami peningkatan mencapai 6.449 Ribu KL. Peningkatan volume minyak tanah yang berhasil ditarik terus bertambah karena jumlah pengguna LPG juga terus mengalami penambahan secara kumulatif. Berdasarkan jumlah minyak tanah yang ditarik ini biaya penghematan yang dihasilkan mencapai Rp 14,05 Triliun. Sedang biaya paket konversi menurun menjadi sebesar Rp 1,09 Triliun. Sehingga biaya penghematan bersih sebesar Rp 12,96 Triliun.

2.3.3 Minyak Tanah dan Gas Elpiji

  2.3.3.1 Minyak Tanah

  Minyak tanah (bahasa Inggris: kerosene atau paraffin) adalah cairan hidrokarbon yang tak berwarna dan mudah terbakar. Minyak Tanah memiliki kelebihan dan kekurangan dalam penggunaannya. Adapun Kelebihan Minyak tanah dibandingkan gas elpiji adalah :

  1. Memerlukan kompor yang harganya relatif murah dibandingkan kompor gas

  2. Bisa dibeli secara eceran Sedangkan Kekurangan Minyak tanah dibandingkan elpiji adalah:

  1. Tidak efektif dan Efisien dalam penggunaannya

  2. Berasap dan berjelaga

  3. Meninggalkan kotor pada tembok

  4. Menyebabkan polusi

  5. Dapat menyebabkan bau pada makanan

  6. Memerlukan waktu untuk memanaskan kompor

  2.3.3.2 Gas Elpiji

  LPG (Liquefied Petroleum Gas) adalah merupakan gas hasil produksi dari kilang minyak atau kilang gas, yang komponen utamanya adalah gas propane 12 (C3H8) dan butane (C4H10) yang dicairkan pada suhu biasa dan tekanan sedang, sehingga dapat disimpan dan diangkut dalam bentuk cair. Pertamina memasarkan LPG sejak tahun 1969 dengan merk dagang ELPIJI.

  Ada beberapa keuntungan atau kelebihan LPG bila dibandingkan dengan minyak tanah, yaitu :

  1. Mudah digunakan dan dipindahkan LPG lebih mudah digunakan dan dipindahkan dibandingkan minyak tanah.

  Ini dikarenakan sifat Gas jauh lebih ringan dibandingkan minyak tanah, sehingga tidak diperlukan tenaga yang cukup besar untuk memindahkannya. Selain itu prosedur penggunaan kompor gas jauh lebih mudah bila dibandingkan penggunaan kompor biasa.

  2. Bersih dan ramah lingkungan Sisa pembakaran pada kompor minyak tanah menyebabkan asap dengan tingkat polutan yang cukup tinggi. Sedangkan pada kompor yang menggunakan

  LPG terbukti lebih ramah lingkungan dengan gas pembakaran yang lebih bersahabat.

  3. Pembakaran mudah disesuaikan Penggunaan LPG jauh lebih efisien karena tingkat panas bisa disesuaikan dengan kebutuhan. Sehingga bisa memudahkan masyarakat khsususnya para ibu rumah tangga.

  4. Temperatur panas yang tinggi Temperatur panas yang dihasilkan kompor gas memang jauh lebih tinggi dibandingkan kompor biasa. Sehingga tidak memerlukan waktu yang lama untuk memasak dan lebih efisien dalam hal penghematan waktu.

  5. Berbau khas Gas mempunyai bau yang sangat khas, sehingga mudah mendeteksi bila terjadi kebocoran. Hal ini merupakan sebuah keuntungan yang baik bagi masyarakat, karena bila terjadi kebocoran maka bisa dengan cepat dideteksi dengan aroma gas yang menyebar dan dapat memperkecil resiko yang ditimbulkan.

  6. Kompor tidak perlu dipanaskan terlebih dahulu Ini adalah perbedaan yang mencolok antara kompor gas dan kompor yang menggunakan minyak tanah. Dimana dalam menggunakan kompor gas kita tidak perlu repot-repot lagi memanaskan kompornya sebelum digunakan karena kompor gas bisa langsung digunakan tanpa harus menunggu kompor panas agar apinya merata.

  Sedangkan kekurangan yang Gas elpiji dibandingkan minyak tanah adalah :

  1. Membutuhkan tabung yang harganya cukup mahal

  2. Memerlukan perlatan dan perlengakapan seperti kompor gas, selang, dan katup yang harganya lebih mahal bila dibandingkan kompor biasa

  3. Harus dibeli dalam satuan tertentu.

2.4 Penelitian Terdahulu

  Adapun penelitian terdahulu yang dijadikan peneliti sebagai acuan dalam melakukan penelitian ini adalah :

  1. Penelitian yang dilakukan Simanjuntak (2009) tentang “ Pola Pengeluaran,

  Persepsi, dan Kepuasan Keluarga Terhadap Perubahan Penggunaan Energi dari Minyak Tanah ke LPG” yang meneliti tentang tingkat kepuasan masyarakat terhadap biaya pembelian bahan bakar, kepuasan terhadap akses,kepuasan terhadap keamanan dalam menggunakan bahan bakar, kepuasan terhadap kebersihan dalam menggunakan bahan bakar, dan kepuasan terhadap kepraktisan. Penelitian yang dilakukan secara deskriptif ini dengan menggunakan 30 responden menunjukkan bahwa lebih dari separuh responden menyatakan puas terhadap harga LPG, akses, waktu memasak, kebersihan dalam menggunakan bahan bakar, dan kepraktisan penggunaan bahan bakar LPG dibandingkan minyak tanah. Sedangkan 60% responden menyataan kurang puas terhadap keaaman dalam menggunakan LPG.

  2. Putriyani (2005) melakukan penelitian tentang Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Permintaan Konsumsi Minyak Tanah Rumah Tangga (Studi Kasus: Konsumen Minyak Tanah Rumah Tangga di Kecamatan Sukmajaya, Depok). Variabel bebas yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendapatan rumah tangga, jumlah anggota rumah tangga, harga minyak tanah, harga gas elpiji dan selera rumah tangga sedangkan permintaan konsumsi minyak tanah digunakan sebagai variabel terikat. Hasil penelitian menunjukkan secara bersama-sama variabel pendapatan rumah tangga, jumlah anggota rumah tangga, harga minyak tanah, harga gas elpiji dan selera rumah tangga berpengaruh secara signifikan terhadap permintaan konsumsi minyak tanah rumah tangga pada tingkat kepercayaan 95%.

2.5 Kerangka Pemikiran

  Adapun kerangka pemikiran pada penelitian ini dapatt dilihat pada skema berikut :

  

Gambar. 2.1 Kerangka Pemikiran

  Persepsi Harga LPG Keputusan

  Mengkonsumsi LPG Teori

  Ketahan Tabung

  3 Kg Permintaan

  (Keamanan) Kepraktisan Penggunaan

  

2.5.1 Pengaruh Persepsi Harga Terhadap Keputusaan Masyarakat

Menggunakan LPG 3 Kg

  Sukirno (2003) menulis bahwa hukum permintaan pada hakikatnya merupakan hipotesis yang menyatakan bahwa makin rendah harga suatu barang maka makin banyak permintaan terhadap barang tersebut. Sebaliknya, makin tinggi harga suatu barang makan makin sedikit permintaan terhadap barang tersebut. Hubungan yang terwujud merupakan hubungan terbalik, sehingga jika terdapat kenaikan harga, maka hal ini mengakibatkan permintaan bahan bakar menurun. Harga LPG yang jauh lebih murah dibandingkan minyak tanah menyebabkan jumlah permintaan terhadap LPG jauh lebih tinggi dibandingkan minyak tanah.

  

2.5.2 Pengaruh Keamanan Terhadap Keputusaan Masyarakat

Menggunakan LPG 3 Kg

  Keamanan merupakan salah satu faktor terpenting yang menentukan keputusan pemilihan penggunaan bahan bakar. Banyaknya kasus kebakaran karena bahan bakar yang meresahkan masyarakat membuat masyarakat lebih selektif dalam menentukan penggunaan bahan bakar. Masyarakat lebih memilih bahan bakar yang lebih aman dan tidak beresiko, walaupun pada kenyataannya tidak ada satupun bahan bakar yang tidak memiliki resiko. LPG dan minyak tanah merupakan salah satu alternatif yang dipilih sebagian besar masyarakat dalam kehidupannya sehari-hari. Sehingga dapat disimpulkan bahwa faktor keamanan merupakan salah satu pertimbangan masyarakat untuk menggunakan LPG 3 kg.

  

2.5.3 Pengaruh Kepraktisan penggunaan Terhadap Keputusaan Masyarakat

Menggunakan LPG 3 Kg

  Salah satu faktor yang mempengaruhi keputusan masyarakat untuk melakukan konversi adalah kepraktisan penggunaan bahan bakar yang digunakan.

  Pada umumnya masyarakat akan memilih bahan bakar yang praktis dalam hal penggunaan, perawatan, dan menghemat waktu. Kelebihan-kelebihan yang ditawarkan gas LPG 3 kg ini menjadi salah satu pertimbangan masyarakat untuk melakukan konversi energi dari minyak tanah ke gas LPG 3 kg. Seperti yang dijelaskan sebelumnya, LPG 3 kg mempunyai beberapa kelebihan dibandingkan minyak tanah diantaranya masyarakat tidak perlu melakukan perawatan rutin dengan mengganti sumbu kompor seperti halnya kompor minyak tanah dan kompor gas jauh lebih mudah dibersihkan karena tidak menghasilkan jelaga seperti kompor minyak tanah. Selain itu, waktu yang diperlukan untuk memasak dengan kompor gas LPG jauh lebih singkat bila dibandingkan dengan memasak dengan kompor minyak tanah. Sehingga dapat disimpulkan bahwa fakor kepraktisan penggunaan merupakan salah satu faktor yang ikut menentukan keputusan masyarakat untuk memilih menggunakan LPG.

2.6 Hipotesis

  Berdasarkan teori dan permasalahan yang ada, maka hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini adalah:

  1. Faktor persepsi harga gas LPG berpengaruh positif dan signifikan terhadap keputusan konsumen dalam memilih menggunakan LPG dibandingkan minyak tanah di Kota Medan.

  2. Faktor keamanan berpengaruh positif dan signifikan terhadap keputusan konsumen dalam memilih menggunakan LPG dibandingkan minyak tanah di Kota Medan.

  3. Faktor Kepraktisan Penggunaan LPG berpengaruh positif dan signifikan terhadap keputusan konsumen dalam memilih menggunakan LPG dibandingkan minyak tanah di Kota Medan.