BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengantar - Kendala Prosodi Pembelajar Bahasa Prancis Di Medan

KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA

  2.1 Pengantar

  Ciri prosodi merupakan tanda yang menjadi bagian dari sistem lambang bahasa. Lambang bahasa yang memiliki fungsi, bahwa ciri prosodi merupakan satu aspek tuturan yang harus dilihat dari dua sudut pandang yaitu, bagaimana prosodi dihasilkan oleh penutur (produksi suara) dan bagaimana ciri prosodi dapat dipahami atau dipersepsi (peseptual) oleh pendengar.

  Bab ini akan membahas konsep kendala prosodi pembelajar bahasa Prancis di Medan, membahas beberapa teori dan pendekatan yang menyangkut fonetik dan fonologi, prosodi, sistem bunyi bahasa, modus dan metode pengajaran bahasa Prancis aerta tinjauan pustaka dari penelitian-peneitian yang terdahulu.

  2.2 Konsep

  Konsep penelitian yang digunakan dalam kajian ini memfokuskan pada kendala prosodi pembelajar bahasa Prancis di Medan berdasarkan variabel jenis kelamin (perempuan dan laki-laki), lama belajar (3 tahun dan lebih dari 3 tahun) dan asal daerah (Medan, Karo, Tobasa, Langkat dan Asahan). Prosodi memperlihatkan adanya frekuensi dan durasi serta adanya uji persepsi. Frekuensi memperlihatkan kontur tuturan dalam modus deklaratif, interogatif absolut, interogatif parsial dan imperatif. Durasi memperlihatkan nada tinggi, nada rendah, nada dasar, nada final dan julat nada. Uji persepsi memperlihatkan kemampuan pembelajar dalam mempersepsikan tuturan bahasa Prancis. Dapat dilihat pada 19 diagram 2.1 berikut ini adalah bagan konsep berisi tentang konsep-konsep yang dilakukan pada penelitian.

   Landasan Teori

2.3.1 Fonetik dan Fonologi

  Ferdinand De Saussure dalam bukunya “Cours de Linguistique Generale” ‘Kuliah Linguistik umum’, Saussure dalam (Bally dan Sechehaye: 1916) mendefinisikan fonologi sebagai studi tentang bunyi – bunyi bahasa manusia.

  Dari definisi tersebut tercermin bahwa bunyi bahasa yang dimaksud olehnya hanyalah unsur – unsur yang terdengar berbeda oleh telinga dan yang mampu menghasilkan satuan – satuan akustik yang tidak terbatas dalam rangkaian ujaran. Jadi dapat dikatakan bahwa Saussure menggunakkan kriteria yang semata – mata fonetis untuk menggambarkan fonem dan memempatkannya hanya pada poros sintagmatik. Lalu Saussure mengoreksinya dan mengatakan bahwa pada sebuah kata yang penting bukanlah bunyi melainkan perbedaan fonisnya yang mampu membedakan kata itu dengan yang lain.

  Istilah fonetik secara umum didefinisikan sebagai suatu kajian ilmiah tentang bunyi-bunyi suatu bahasa. Dengan demikian kajian ini merupakan cabang dari kajian linguistik seperti halnya morfologi, sintaksis, dan semantik. Secara khusus, fonetik mengkaji komponen-komponen bunyi (phonique) suatu bahasa lebih khusus lagi kajian dari aspek fisik (pengujaran, penyampaian ujaran, dan penerimaan bunyi) dan dari aspek fungsional yaitu peran yang dimainkan oleh bunyi-bunyi ujaran pada suatu bahasa tertentu (fonologi). Kajian fonetik itu sendiri dapat ditelaah tanpa mengikutsertakan kajian semantik. Atau dengan kata lain, kajian fonetik merupakan kajian bebas makna. Oleh karena itu, kita dapat melakukan kajian karakteristik fonetik suatu bahasa meskipun kita tidak mengerti maknanya. Fonetik merupakan kajian ilmiah tentang bunyi-bunyi ujaran manusia. Hanya bunyi-bunyi ujaran yang dipakai dalam tindak komunikasilah yang dikaji dalam fonetik, sementara bunyi di luar itu seperti bunyi batuk, berdahak, helaan nafas, termasuk pula bunyi-bunyi non insani, seperti kicauan burung, suara guntur, guruh, dan lain-lain bukan merupakan kajian fonetik. Sebaliknya, kajian fonologi tidak dapat dilepaskan dari kajian tentang makna karena kajian ini berkaitan dengan fungsi-fungsi ujaran dalam menyampaikan pesan (message).

  Oleh karena itu, dalam mengkaji fonologi, kita harus memahami aspek semantik bahasa tersebut.

  Pada saat mendengarkan bunyi-bunyi bahasa dan dianalisis secara akustik memerlukan telinga yang berfungsi sebagai panca indra pendengaran untuk menganalisis bnyi-bunyi tersebut. Melalui telinga dapat diketahui pembicara tersebut muda, tua, berpendidikan, tidak berpendidikan maupun asal daerah.

  Tindakan tersebut merupakan analisis fonetik. Tetapi pada saat otak menganalisi secara akustik bunyi-bunyi bahasa yang diterima oleh telinga maka otak mengetahui bunyi bahasa apakah yang sedang didengarkan. Misalnya contoh modus bahasa Prancis: Ini panjang Ini enak Ini bulat C’est long [selõ] atau C’est bon [sebõ] atau C’est rond [serõ]

  (Leon et Bhatt:2005) Bunyi bahasa tersebut merupakan tuturan yang memiliki ciri khas dari bahasa tertentu.(Verhaar:1999) berpendapat bahwa bunyi bahasa diselidiki oleh fonetik dan fonologi. Fonetik meneliti bunyi bahasa menurut pelafalannya, dan menurut sifat akustiknya. Sedangkan fonologi meneliti bunyi bahasa tertentu menurut fungsinya. Misalnya saja bunyi [p] pada bahasa Prancis. Bunyi [p] menurut sifat fonetisnya terletak dalam kurung persegi. Dalam bahasa Prancis [p] merupakan konsonan occlusive misalnya épais [ ɛpɛ], [p] juga merupakan konsonan sourdes tidak bergetar misalnya pâte [p

  ɑt], [p] juga merupakan konsonan dengan yang forte misalnya pas [pa] (Léon:1966). Oleh karena itu fonetik mengkaji komponen-komponn bunyi (phonique) suatu bahasa lebih khusus lagi kajian dari aspek fisik (pengujaran, penyampaian ujaran, dan penerimaan bunyi) dan dari aspek fungsional yaitu peran yang dimainkan oleh bunyi-bunyi ujaran pada suatu bahasa tertentu (fonologi).

  La phonétique est l’étude de la production, de la transmission et de la

perception des sons de la parole (Léon:2005) . Fonetik mempelajari tetang

  bagaimana memproduksi bunyi, mentransmisikan bunyi dan mempersepsikan bunyi. Tiga cabang fonetik yaitu fonetik artikulatoris, fonetik akustik dan fonetik auditive. Fonetik artikulatoris meneliti alat-alat ucap manusia melalui organ bicara seperti lidah, langit-langit, dan gigi yang digunakan untuk menghasilkan bunyi ujaran. Misalnya [p] dalam bahasa Prancis, kedua bibir harus dikatupkan bersama- sama, dihembuskan udara dari paru-paru, dan bibir dibuka sehingga membuat letupan. http://id.wikipedia.org/wiki/berkas.places_of_articulation.svg

  Daerah artikulasi (pasif & aktif): 1. Bibir luar, 2. Bibir dalam, 3. Gigi, 4. Rongga-gigi, 5. Pascarongga-gigi, 6.

  Pralangit-langit, 7. Langit-langit, 8. Langit-langit belakang, 9. Tekak, 10. Hulu kerongkongan, 11. Celah suara, 12. Katup napas, 13. Akar lidah, 14. Lidah belakang, 15. Punggung lidah, 16. Lidah depan, 17. Ujung lidah, 18. Bawah ujung lidah.

  Komponen-komponen yang sangat penting dalam mendeskripsikan aspek fisik bunyi suatu bahasa adalah gerakan larynk dan juga corde vocal (rongga mulut), posisi organes mobiles (artikulator) pada cavite bucale (rongga mulut) seperti lidah, dan fungsi des cavités nasales (rongga hidung) yang berfungsi sebagai resonator.

  Fonetik akustik mempelajari bunyi menurut sifat-sifatnya sebagai bunyi bahasa. Sebagai contoh, buni konsonan [s] dalam bahasa Prancis memiliki frekuensi lebih tinggi dibanding konsonan lain seperti bunyi [ ʃ]. Seperti pada kata

  sou [su] dan chou [ ʃu].

  Fonetik auditive mempelajari bunyi yang didengar dan dianalisis oleh otak dan dialirkan ke indra pengucap untuk menghasilkan bunyi bahasa. Sebagai contoh, apa yang membuat kita mendengar bunyi-bunyi silabel bertekanan (une

  

syllabe acccentuée) apakah panjang pendeknya suara, kekuatan suara, atau

  frekuensi, ataukah kombinasi ketiganya. Seperti diketahui kepekaan telinga manusia dalam mendengar bunyi memiliki batas minimal dan batas maksimal, dan variasi batas kepekaan setiap orang berbeda-beda. Selain itu, hasil pendengaran bunyi oleh telinga pada masing-masing orang sangat bergantung pada orang yang mendengar dan pada pengalaman orang tersebut dalam mendengar suatu bunyi. Kajian tentang bidang fonetik auditif ini biasa disebut dengan la psychologie expérimentale.

  Dengan fonetik dapat dipelajari tentang gaya bahasa seseorang yang dilihat dari jenis suara, secara emosional, sikap, aksen individu yang menjelaskan asal daerah dan status sosial.

  La phonologie suprasegmentale touche à tout ce qui au-delà de ces

segments individuels. Elle traite surtout de deux facteurs qui portent sur le group

rythmique ou la phrase entière et qi influence notre compréhension:

l’accentuation et intonation (Antes:2007).

  Fonologi suprasegmental menandai ciri-ciri segmen dari individu. Bunyi suprasegmental mencakup pada dua faktor yaitu grup ritme pada modus yang mempengaruhi tekanan (accent) dan intonasi (intonation) pada pemahaman pendengar (Antes:2007)

   Prosodi

  Pada sebuah tuturan memiliki unsur lain yang mengkarakterisasi struktur leksikal sesuai dengan struktur yang harus dituturkan. Dari sudut pandang fonetik, unsur yang pertama disebut unsur segmental, dan unsur yang mengkarakterisasi unsur segmental itu disebut unsur suprasegmental atau prosodi. Setiap prosodi memiliki frekuensi dan durasi.

  Collier dalam Sugiyono (2003) mengatakan bahwa ciri prosodi mempnyai fungsi demarkasi yaitu sebagai pewatas dalam tuturan. Sebagai pewatas antarmodus, prosodi menandai kohesi leksikal dalam satuan informasi yang ditonjolkan di antara satuan-satuan lain. Dalam hal ini prosodi sebagai pembatas yang berfungsi sebagai penekanan sehingga makna tuturan menjadi lebih transparan bagi pendengar. Pembatas inilah yang disebut Perseptual Boundary

  (PBS). Prosodi juga dapat di gunakan untuk memarkahi batas antar

  Strenght

  satuan informasi, seperti pewatas antar kata atau antar frasa yang dapat dipahami oleh pendengar. Pada tataran wacana, pewatas itu memiliki ekuivalensi dengan pewatas lain dan pada tataran yang lebih tinggi dari pada struktur wacana, prosodi menjadi pewatas, misalnya, untuk pergantian topik dalam monolog dan pemarkah dalam percakapan. Heuven dalam sugiyono (2003) merinsi fungsi

  turn-taking

  prosodi atas tiga macam, yaitu memberi pembatas domain atau bagian tuturan (misalnya paragraf, modus, atau frasa), memberi sifat tertentu pada informasi yang ditampilkan dalam domain (misalnya pernyataan atau pertanyaan), dan menonjolkan konstituen tertentu.

  Menurut Cruttenden (1997) ciri-ciri prosodik meluas pada domain yang bervariasi, yaitu dapat terjadi pada ucapan yang pendek, seperti satu suku kata atau satu morfem (disebut nada berhubungan dengan domain lebih pendek), dan dapat terjadi pada ucapan yang panjang, satu frasa, satu klausa, atau satu modus (disebut intonasi umumnya berhubungan dengan domain lebih panjang).

  Kajian prosodi (la prosodie) adalah fonem-fonem suprasegmental (les

  

phonèmes suprasegmentaux ), yaitu elemen-elemen fonik yang bersifat supra

  (taille supérieur) pada proses penyampaian pesan wicara seperti aksentuasi (l’accentuation), dan intonasi (l’intonation). Gardes-Tamine (1991) memaparkan bahwa La Prosodie regroupe sous ce terme des phénomènes comme l’accent, les

  

tons, le rythme, la quantité et l’intonation. Ils font intervenir l’intensité, la

quantité, la durée et la hauter du son . Prosodi gabungan dari tekanan, nada, ritme,

  kuantitas dan intonasi. Dari semua itu dikenal dengan intensitas, kuantitas, durasi, dan tinggi nada.

  La Prosodie comprend: l’accentuation, le rythme, l’intonation et la

syllabation (Abry:2007). Prosodi bahasa Prancis yang mencakupi accent atau

  tekanan, irama, intonasi, dan suku kata. Bahasa Prancis merupakan bahasa yang memiliki tekanan yang pasti. Penggunaan tekanan pada bahasa Prancis ditempatkan pada vokal terakhir pada pengucapan suku kata atau kumpulan kata. Kumpulan kata tersebut di sebut iama. Contoh pada:

  Un café ! [ Secangkir kopi! œ̃kafe ] Un café allongé ! [

  œ̃kafealõƷe ] Terjadi tekanan “é” pada kata café pada modus imperatif.

  Dalam pengajaran bahasa Prancis harus ditekankan bahwa tekanan diletakkan tergantung dari penempatan kata pada satu modus. Hal tersebut disebabkan banyak bahasa yang memiliki tekanan pada kata dan pembelajar dapat mengucapkan satu kata tanpa tekanan.

  Realisasi tekanan suku kata pada huruf vokal yang memiiki accent bahasa Prancis lebih panjang dibandingkan dengan semua vokal yang tidak memiliki tekanan. Direalisasikan dengan suara lebih keras atau lebih tinggi dari pada vokal- vokal yang lain.

  Tekanan (accent) dan ritme dalam bahasa Prancis memiliki variasi bunyi. Dalam satu modus, bahasa Prancis memiliki jumlah tekanan yang bervariasi dan ritme yang berbeda.

  Contoh:

  1. Ce matin très tôt, il a télèphoné. [semat Pagi-pagi buta tadi, dia telah menelepon saya ɛ̃trɛto ilatelɛpone]

  2. Ce matin, très tôt, il a télèphoné. [semat Pagi-pagi buta tadi, dia telah menelepon saya ɛ̃ trɛto ilatelɛpone] 3. Si tu as le temps, demain, viens avec moi chez le docteur. Jika kamu ada waktu, besok, pergi ke dokter dengan saya [si ty a l œ]

  ǝ tɑ̃ dǝmɛ̃ vjɛ̃ avek mwa ʃe lǝ dokt 4. Si tu as le temps demain, viens avec moi chez le docteur. Jika kamu ada waktu, besok, pergi ke dokter dengan saya [si ty a l

  ǝ tɑ̃ dǝmɛ̃ vjɛ̃ avek mwa ʃe lǝ doktœ] Dari keempat contoh tersebut memilki ritme dan tekanan yang berbeda-beda. Pada contoh no.1 memiliki 2 grup ritme dan 2 tekanan, no.2 memiliki 3 grup ritme dan 3 tekanan, no.3 memiliki 4 grup ritme dan 4 tekanan, no.4 memiliki 3 grp ritme dan 3 tekanan. Tekanan (accent) memiliki fungsi demarkatif yang berarti tidak terbatas dari grup nomina, grup verba, keterangan tempat, keterangan waktu dan sebagaianya.

  

Accent atau tekanan dapat dibedakan sesuai dengan jenisnya. Ada accent fixe

  yaitu tekanan yang terlihat dan ada juga accent libre yaitu accent yang tidak terlihat. Bahasa prancis berkiblat pada jenis accent fixe dimana tekanan selalu terjadi pada suku kata terakhir pada kata atau kelompok kata, maupun modus. Contoh pada: Papan tulis Tableau [tablø] Un tableau noir [ Sebuah papan tulis hitam œ̃tablønwar]

  Irama dalam bahasa Prancis biasa terjadi pada semua suku kata. Pada pengucapan kata, bahasa Prancis memiliki durasi dan intonasi yng tidak sama.

  Satu suku kata memiliki tekanan yang lebih panjang. irama dalam linguistik berhubungan erat dengan tekanan. Persamaan antara pajang irama ditunjukkan nada. Seperti pada grup kata yang memiliki tiga atau empat suku kata, memiliki suara naik. Irama digunakan pada saat membacakan puisi.

  Contoh pada puisi:

  Je déteste ce texte inepte. [

  Ʒdetɛstǝstɛkstinɛpt] [vwasiynafrøznuv

  Voici une affreuse nouvelle!

  ɛl]

  C’est la triste vérité. [s

  ɛlatristǝverite]

  Que me dites-vous là? [k

  ǝmditvula]

  La terre est ronde [lat

  ɛrɛrõd]

  Il marche lentement [

  ilmarʃǝlɑ̃ tmɑ̃]

  Il marche prestement [

  ilmarʃǝprɛstǝmɑ̃]

  Il voit le petit chat. [ilvwalp

  ǝtiʃa]

  Ʒǝmdezɔl] (Gardes-Tamine:1991)

  Intonasi dalam fungsi linguistik terdapat pada modus deklaratif, modus interogatif atau imperatif. Sedangkan intonasi dalam fungsi ekspresif menyatakan adanya perbedaan pada pembicara pada saat menyatakan keragu-raguan, konfirmasi, marah dan kejutan. Pada modus deklaratif bisa memiliki banyak grup ritme tergantung dari panjangnya modus. Ada intonasi naik dari suku kata terakhir dari grup yang dijadikan sbagai pelanjut modus, dan intonasi turun pada akhir modus.

  La phrase déclarative, elle descend en fin de phrase (Abry:2007). Modus deklarative memiliki intonasi turun pada akhir modus.

  Contoh: [

  Je pense partir ce soir Saya berpikir pergi sore ini Ʒpɛ̃ spartisǝswar] Modus deklaratif memiliki banyak grup ritme sesuai dengan panjang modusnya.

  Ada intonasi naik pada suku kata terakhir menandakan bahwa modus tersebut berlanjut, dan intonasi turun pada suku kata terakhir.

  Contoh: Dia bicara bahwa dia akan datang jika kita mengundangnya suatu kebanggaan Il a dit qu’il viendrait si on l’invitait très solennellement .

  [ iladikilvɛ̃ drɛsiõlɛ̃ vitɛtrɛsolenelemɛ̃]

  La phrase interrogative, sans mot interrogatif, l’intonation montante en

fin de phrase et avec un mot interogatif, l’intonation dépendra place du mot

interogatif: en début ou fin de phrase (Abry:2007). Pada modus interogatif,

  intonasi naik pada akhir modus jika tidak adanya kata tanya. Tetapi dengan menggunakan kata tanya, intonasi akan naik sesuai letak dari kata tanya tersebut, bisa di depan atau di akhir modus.

  Contoh: Anda pergi? Tu pars? [typar? ] Tu ne pars pas? [tyn Anda tidak pergi? ǝparpa? ] Quand pars-tu? [k Anda kamu pergi? ɑ̃ party? ] Quand est-ce que tu pars? [k Anda kamu pergi? ɑ̃ tesketypar? ] Tu pars quand? [typark Anda pergi kapan? ɑ̃ ]

  La phrase impérative secaractérise par la forte descente de la voix sur la

dernière syllabe. Il y a un grand écart avec la syllabe précédente (Abry:2007).

  Modus imperatif memiliki karakteristik dari tingginya suara dengan nada tinggi pada suku kata terakhir. Hal tersebut mempengaruhi suku kata selanjutnya.

  Contoh: Sortez immédiatement! [soteim Keluar cepat! ɛdiǝtǝmɛ̃]

  Pada bahasa Prancis intonasi juga merupakan satu ekspresi, walaupun tidak merupakan bagian linguistik, intonasi menunjukkan sikap seorang pembicara, apakah ragu-ragu, marah, senang, terkejut maupun hanya mengabarkan saja.

  Intonasi memiliki fungsi yang sangat mempengaruhi suatu modus dalam linguistik. Intonasi dapat membedakan jenis modus dan menunjukkan suatu kata yang penting dalam satu modus. L’intonation, c’est la structuration de l’énoncé (Leon et Bhatt:2005). Intonasi adalah truktur terpenting pada satu modus.

  Secara fisik, bunyi berasal dari suara yang dihasilkan oleh pergerak pita suara. Frekuensi perpindahan tergantung dari kecepatan dan aliran udara dan tekanan kuat atau lemah dari pita suara. Tingginya suara bervariasi sesuai dengan fungsi dan faktor pergerakan. Dalam akustik, melodi menghasilkan variasi bunyi yang sangat mendasar dimana harmoni suara normal lebih sering terjadi.

  Intonasi dapat menggambarkan kontur melodi ada atau tidaknya jumlah tekanan yang jelas. Beberapa pendapat tentang continuitas, final, pertanyaan.

  4 Question

  3 Continuité

  4

  2 Niveau du fondamental (niveau

  3 moyen)

  2

  1 Finalité

  1 (Leon et Bhatt:2005) Dengan skema melodi diatas dapat diketahui jenis-jenis modus secara mudah.

  Contoh: Modus deklaratif dengan melodi netral

  4 3 tis 2 ils sont par- ce ma 1 tin

  Modus deklaratif dengan penjelasan

  4 3 pas, 2 j’en mange sauf si j’ai 1 dit-il, faim.

  Modus imperatif 4 des- 3 cen- 2 dez 1 vite ! Modus interogatif 4 ça? 3 mez 2 vous ai-

  1 Modus interogatif dengan kata interogasi

  4 3 vous 2 est-ce vous venez?

  1

  Modus interogatif dengan inversi 4 gez 3 man- vous? 2 en

  1 Intonasi merupakan bagian dari prosodi, tekanan dan intonasi yang dijelaskan melalui phonematik yaitu fonem, vokal dan konsonan. Seperti tekanan, intonasi berfungsi sebagai fungsi demarkatif yang berfungsi sebagai pemberi makna suatu modus.

  Pengertian tentang ritme dan melodi kelompok gerakan tidak dapat dipisahkan dalam bahasa Prancis. Terlihat, kontur melodis yang turun dibawa dengan menekankan jumlah suku kata akhir memungkinkan pendengar untuk struktur modus unit untuk merekonstruksi makna secara keseluruhan ucapan.

  Gerakan-gerakan melodi ini sangat bervariasi dan mencerminkan emosi dan karakteristik individu dalam situasi komunikatif. Konsep melodi dalam bermain peran penting dalam menggambarkan gerakan frase melodi. Dalam kontur melodis mungkin bergerak naik( ) atau gerakan ke bawah ( ). Sebuah modus yang terdiri dari satu kata atau satu grup rytme dapat dikatakan sebagai jatuh nada (deklinasi) atau nada naik (inklinasi). Jika pengucapan suara mendatar, ungkapan akan ditafsirkan sebagai modus deklaratif. Jika pengucapan suara naik, akan ditafsirkan sebagai modus interogatif. inklinasi atau deklinasi tidak menekankan intonasi pada suku kata, yang ditandai dalam tulisan ini.

  Anne. (Anne.) Anne? (Anne?)

  Ma gentille voisine . (tetangga baik saya)

  [ma Ʒɛ̃tivwazin]

  Ma gentille voisine ? (tetangga baik saya?)

  [ma Ʒɛ̃tivwazin]

  Untuk modus yang lebih panjang dapat diindikasikan oleh jeda, tetapi paling sering akan ditandai dengan intonasi. Dengan demikian "Ma gentille " (tetangga baik saya mengundang saya) dapat dibagi menjadi

  voisine m'a invitée "Ma gentille voisine" (tetangga baik saya) dan "m'a invitée" (mengundang saya).

  Suku kata dari kedua kelompok berirama masing-masing, dan perbatasan antara dua kelompok yang ditandai oleh gerak melodis tertentu, atas atau bawah sesuai dengan aturan dua prosodi tertentu. Intonasi Prancis dapat diringkas dalam dua mekanisme yang sederhana.

  Gambaran tentang pola melodi dasar dari frase Prancis, dan aturan-aturan yang ada, dipahami untuk memodulasi fungsi ganda yang dapat mengisi intonasi.

  

" L'intonation: organise l'ensemble de l'énonciation; structure la pensée du

locuteur à travers la syntaxe de la phrase; exprime l'état d'esprit et,

éventuellement, l'état émotionel de celui qui parle; traduit l'intention de

communication du locuteur; trahit des distorsions entre les mots et le sens que le

locuteur veut donner; dévoile à l'auditeur des ambiguïtés cachées, des intentions

qui ne sont pas exprimées clairement (seulement à qui sait entendre!); oriente le

choix et l'interprétation de l'auditeur; suggère des pistes multiples de

  

compréhension, des choix préférentiels à faire dans l'interprétation, en particulier

dans le non-dit" (E. Lhote: 1995)

  "Intonasi: Interpretasi dari pendengar menunjukkan beberapa pemahaman dengan menunjukkan adanya sesuatu yang tidak bisa dikatakan. Dengan menyusun semua lafal yang terstruktur pembicara dapat memahami pembicaraan melalui sintaks modus untuk mengungkapkan suasana hati dan mungkin keadaan emosional pembicara. Situasi tersebut menerjemahkan maksud dari pembicara dengan bahasa komunikatif bermaksud menuturkan kata dan makna bahwa pembicara ingin mengungkapkan kepada pendengar bahwa maksud yang tidak jelas dapat diungkapkan. "(E. Lhote:1995)

  Disebutkan di sini bahwa fungsi yang paling relevan dengan situasi pembelajaran bahasa kedua dan didefinisikan oleh Lhote untuk penjelasan rinci tentang berbagai fungsi intonasi. Di Cristo mendefinisikan bahwa: Fungsi distingtif atau Fungsi pembeda, dengan tidak adanya tanda untuk membedakan sintaksis seperti modus deklaratif, sebuah modus interogatif atau modus imperatif. Di Cristo berpendapat bahwa fungsi modal yang beroperasi pada dua tingkat: tingkat primer modalitas atau tidak ekspresif, dan tingkat sekunder atau ekspresif modalitas. Mendengarkan dan melihat pernyataan berikut masing-masing memiliki tiga modalitas utama yang berbeda: a. Tu manges avec lui demain. [tym Anda makan bersamanya besok. ɑ̃aveklwidemɑ̃ ]

  b. Tu manges avec lui demain? [ Anda makan bersamanya besok? tymɑ̃ aveklwidemɑ̃ ]

  c. Tu manges avec lui demain! [ Anda makan bersamanya besok! tymɑ̃ aveklwidemɑ̃ ]

  Fungsi demarkatif (disebut "fungsi disambiguasi" oleh Di Cristo) mengambil organisasi semantik suatu ucapan, dan dengan demikian menghapus beberapa ambiguitas. Fungsi sintaksis, dengan intonasi saja, untuk membangun hubungan koordinasi dan subordinasi antara 2 modus atau 2 segmen disandingkan pernyataan. Écoutez et visualisez les 2 exemples suivants: Dengar dan melihat contoh 2 berikut: a. Laporan sebab dan akibat. "Dia kesulitan. Dia sudah menyelesaikan proyeknya." "Il s'est acharné. Il a terminé son projet." b. Laporan keadaan "Anda melintasi pintu. Sudah selesai." "Tu franchis cette porte. C'est fini."

  Fungsi ekspresif termasuk dalam subjektif dan mencerminkan emosi, niat, sikap pembicara, dan diwujudkan dalam berbagai cara tergantung pada tingkat ekspresi, kepribadian dan maksud dari setiap komunikasi.

  

“ Au sein d'un groupe donné se construisent des habitudes de communication qui

permettent aux participants de se comprendre facilement, de se comprendre à mi- mot, voire de se deviner." ( Lhote , 1995)

  "Dalam kelompok tertentu komunikasi biasanya dapat dimengerti dengan mudah untuk memahami pertengahan kata maupun memilih penggunaan kata. " (Lhote, 1995).

  Sistem bahasa Prancis memiliki banyak mekanisme untuk menunjukkan kohesi atau pembagian unit berturut-turut dalam rantai yang diucapkan.

  Mekanisme dijelaskan paling baik sampai saat ini adalah l'élision (penghilangan bunyi dlm percakapan), l'enchaînement (penyeretan) et la liaison. (penghubung).

  Dengan demikian, dalam kelompok "petits amis" (kawan dekat), la liaison (penghubung) antara "petits" dan "amis” suatu kelompok menandai kohesi dalam rantai yang diucapkan. Sebaliknya dalam modus "les petits aiment le chocolat" (anak-anak suka coklat), tidak ada link dalam kelompok "les petits" (anak-anak) dan "aiment le chocolat" (suka coklat). menunjukkan pembagian urutan ke dua unit: "les petits" (anak-anak) dan "aiment le chocolat" (suka coklat) (http://coursweb.edteched.ottawa.cn/phonetique/pages/phonetique/liaisons).

  La prononciation de ces consonnes-dites de liaison ou d’enchaînement-

dépend de leur position à l’intérieur d’un même groupe rythmique ou à la jointure

de deux groupes (Leon et Bhatt:2005). Pelafalan konsonan dapat dihubungkan

  atau penyeretan tergantung dari letaknya pada grup ritme yang sama atau penggabungan.

  Penggabungan konsonan merupakan konsonan yang diucapkan yaitu pada posisi di belakang kata.

  

Élision (Leon:1961) terdapat pada penulisan dan pengucapan, pada vokal [a], [e],

  atau [i], berada di depan kata yang dimulai dengan huruf vokal atau h muet:

  La [la] + Amie [ami] > L’amie [lami]

  [l [ami] > [lami]

  • Ami L’ami
  •   Le

      ǝ]

    • Si [si] Il [il] > S’il [sil]
    • La [la] Hirondelle [irõdel] > L’hirrondelle [lirõdel] Le [l Homme [ > L’homme [l
    • Que [k Elle [el] > Qu’elle [kel]

      ǝ] ɔm] ɔm]

      ǝ] + (Leon:1961) satu kata dibelakang apabila dalam pengucapan

      Enchainement

      diucapkan dengan konsonan dan bertemu dengan huruf vokal pada kata selanjutnya, maka meiliki irama yang sama, misalnya: une amie [ynami]. Terjadi pengecualian pada konsonan [f] pada kata neuf berubah menjadi v apabila berada di depan kata neuf heures [nœvœ:r] dan neuf ans [ nœvɑ̃].

      

    Liaison atau penyeretan irama dari satu kata ke kata yang lain (Leon:1961) huruf

      konsonan yang berada pada akhir kata pada tulisan, tetapi tidak pada pengucapan, didepan konsonan atau h aspiré. Diucapkan jika terletak didepan vokal atau h

      

    muet . Seperti pada kata petit [peti] yang diucapkan dengan dua variasi bunyi

    sesuai dengan distribusinya.

      Sans Liaison Avec Liaison

      En finale + Consonne + h aspiré + voyelle + h muet Il est petit Petit garçon Petit héros Petit enfant Petit homme [pti] [ptigarsõ] [ptiero] [ptit [ptit

      ɑ̃ fɑ̃] ɔm] Ils sont petits Petit garçons Petit héros Petits enfant Petits homme [pti] [ptigarsõ] [ptiero] [ptitz [ptitz

      ɑ̃ fɑ̃] ɔm]

    2.3.2.1 Frekuensi

      Frekuensi merupakan bunyi yang berpengaruh terhadap tinggi rendahnya nada sebuah bunyi. Frekuensi bunyi menentukan tinggi atau rendahnya nada sebuah bunyi. Dengan kata lain, frekuensi bunyi menurut Lehiste (1970) adalah jumlah getaran dalam waktu satu detik (Lehiste, 1970; Johnson, 2003). Frekwensi menentukan titi nada atau nada. Adalah satu hal yang sangat sulit untuk mendeskripsikan secara konkrit tentang bunyi, sebab bunyi dapat diujarkan tetapi tidak dapat diamati secara akurat. Akan tetapi, dari sudut pandang ilmu fisika bunyi dapat diukur dan digambarkan dalam bentuk grafik yang menggambarkan gelombang sinusiodal, yaitu gelombang yang berulang-ulang (Hayward, 2000) sehingga bunyi dapat dijelaskan sebagai suatu rangkaian siklus (cycle).

      2.3.2.2 Durasi

      Durasi menurut Sugiyono (2003) merupakan rentang waktu yang diperlukan untuk realisasi sebuah segmen yang diukur dalam satuan milidetik.

      Jika segmen itu berupa modus, rentang waktu itu biasanya disebut tempo. Durasi dapat diartikan sebagai penentuan waktu rangkaian artikulatori dan dimensi waktu terhadap sinyal akustik. Lehiste (1970) berpendapat bahwa durasi juga bisa diasosiasikan dengan istilah kuantitas jika berfungsi sebagai suatu variabel bebas di dalam sistem fonologi bahasa. Oleh sebab itu , istilah durasi instriksi bisa digunakan terkait dengan durasi suatu segmen yang ditentukan oleh kualitas fonetiknya.

      2.3.2.3 Nada Dasar

      Halim dalam Sugiyono (2003) memaparkan bahwa nada dasar digunakan untuk menyebut frekuensi fundamental nada awal yang relevan dalam sebuah alir nada atau sebuah kontur. Halim menganggap bahwa nada 2 sebagai nada netral dan nada ini mengawali kelompok jeda, kajian ini menetapkan nada awal itu sebagai dasar acuan pendeskripsian, baik alirnada maupun kontur secara lengkap. Artinya, pola perubahan nada di dalam alir nada dan kontur intonasi sebuah intonasi akan dideskripsikan dengan cara melihat ukuran perbedaan atau ekskursi nada-nada relevan dalam alir nada dan kontur itu dari nada dasarnya.

       Nada Final

      Yang disebut nada final adalah nada relevan yang berposisi di akhir kontur intonasi secara keseluruhan. Karena memisahkan satu kontur dengan kontur lain, nada final juga disebut batas final. Oleh karena itu pembedaan struktur melodik tuturan dari modus deklaratif, interogatif dan imperatif didasarkan pada tinggi nada final.

      2.3.2.5 Puncak Nada

      Puncak nada (peak) digunakan untuk menyebut prominensi tertinggi dalam sebuah alir nada. Lawan dar nada puncak adalah lembah (valley). Dalam kaitannya dengan F0, puncak nada adalah F0 tertinggi dalam sebuah alirnada yang dalam bahasa Prancis, umumnya berposisi pada pertengahan alir nada.

      2.3.2.6 Julat Nada

      Julat Nada (pitch range) adalah rentang F0 dalam sebuah tuturan. Nada dasar ditentukan dengan menghitung selisih F0 tertinggi dan F0 terendah. Dengan demikian julat nada dalam kajian ini sama dengan istilah tonal space.

      2.3.2.7 Alir Nada

      Alir nada (pitch movement) adalah komposisi nada-nada relevan dalam domain konstituen pembentuk tuturan. Atas dasar perbandingan atau perubahan tinggi F0 relevan itulah sebuah alirnada digambarkan. Dalam kajian Halim (dalam Sugiyono: 2003), konsep alirnada ini kurang lebih sama dengan konsep pola nada

      (pitch movement) kombinasi nada dalam domain kelompok jeda atau kelompok tona.

      2.3.2.8 Kontur Intonasi

      Kontur intonasi (intonation contour) adalah kombinasi nada yang memberi ciri melodik sebuah tuturan dalam domain modus atau yang membentuk struktur melodik sebuah tuturan. Dalam beberapa pendekatan, intonasi dianalisis sebagai kontur yang di dalamnya berisi variasi tingkat tinggi nada.

      2.3.2.9 Jeda

      Jeda (pause) adalah hentian sesaat antara satu konstituen dengan konstituen berikutnya dalam sebuah tuturan. Jeda digunakan sebagai pembatas konstituen-konstituen pokok ujaran, seperti batas antara klausa yang satu dengan klausa yang lain atau antara konstituen subjek dengan konstituen predikatnya.

      2.3.2.10 Ambang Atas

      Ambang atas adalah nilai unik stimulus yang jika dilampaui batas atas akan memicu respon positif dan sebalimnya jika tidak melampaui batas atas akan memicu respon negatif. Karena nilai unik itu seringkali berubah-ubah meski stimulus dan subjek yang mempersepsi sama, ambang tidak benar-benar bisa berada pada satu titik nilai unik mutlak seperti yang dikonsepkan.

      2.3.2.11 Ambang Bawah

      Ambang atas adalah nilai unik stimulus yang jika dilampaui batas bawah akan memicu respon positif dan sebalimnya jika tidak melampaui batas bawah akan memicu respon negatif. Karena nilai unik itu seringkali berubah-ubah meski stimulus dan subjek yang mempersepsi sama, ambang tidak benar-benar bisa berada pada satu titik nilai unik mutlak seperti yang dikonsepkan.

      2.3.2.12 Deklinasi

      Dekinasi adalah modifikasi nada dengan membuat nada turun pada satu nada. Deklinasi pada suatu nada membuat perubahan nada tuturan asli.

      2.3.2.13 Inklinasi

      Dekinasi adalah modifikasi nada dengan membuat nada naik pada satu nada. Deklinasi pada suatu nada membuat perubahan nada tuturan asli.

      2.3.2.14 Persepsi

      Persepsi adalah mempersepsikan tuturan, baik tuturan asli maupun tuturan yang dimodifikasi. Persepsi nada dari nada yang dinaikan atau diturunkan dengan tujuan responden dapat mempersepsikan secara betul.

    2.3.3 Sistem Bunyi Bahasa

      Bunyi bahasa adalah bunyi yang dihasilkan oleh alat ucap manusia. Bunyi bahasa dapat pula diartikan sebagai bunyi yang diartikulasikan yang menghasilkan gelombang bunyi sehingga dapat diterima oleh telinga manusia.

      1. Udara keluar dari paru-paru melalui

    glotis (celah sempit) yang dibentuk oleh

    pita suara. Ukuran celah yang

    terbentuk oleh pita suara berperan

    menentukan jenis bunyi yg diha silkan.

    Bunyi2 yang dihasilkan dengan cara

    mempersempit glotis disebut bunyi

      . Jika glotis terbuka lebar, bersuara

    aliran udara leluasa melewati pita suara.

      

    Dalam keadaan demikian pita suara

    tidak bergetar dan tidak menimbulkan

    suara. Bunyi yang dihasilkan disebut

    bunyi tak bersuara.

      2. Getaran udara yg dihasilkan oleh celah

    dan getaran pita suara itu menuju ke

    rongga mulut atau hidung sesuai

    dengan posisi langit-langit lunak

    (velum) yang berfungsi sebagai

    pengatur jalur aliran udara.

      3. Jika langit-langit lunak membuka jalan

    aliran udara menuju ke hidung,

    artikulator yang berada di rongga mulut

    berfungsi menutup aliran udara.

    Sehinggaa udara sepenuhnya melewati

    rongga hidung, menghasilkan jenis

    bunyi yang berbeda.

      4. Saat aliran udara ke rongga hidung

    tertutup, udara yang menuju ke mulut

    dapat bergerak bebas. Proses artikulasi

    merupakan proses produksi bahasa

    yang paling penting dalam pebelajaran

    berbicara.

      5. Bunyi yang dihasilkan dengan cara

    mengalirkan udara melalui rongga mulut

    disebut bunyi oral. Bunyi yg dihasilkan

    dengan cara mengalirkan udara lewat

    rongga hidung disebut bunyi nasal/

    sengau.

    • Alat bicara merupakan anggota tubuh yang berfungsi sebagai sumber bunyi, yang dapat dipilah dalam 3 bagian, yaitu

      rongga mulut , tenggorokan dan rongga badan.

    • Alat bicara yang ada di rongga mulut disebut artikulator (alat ucap). Dlm rongga hidung tidak terdapat artikulator, tapi dia berfungsi untuk mengalirkan udara.
    • Di antara rongga mulut dan rongga hidung terdapat langit langit lunak (velum) yang berfungsi membuka dan menutup aliran udara yang melalui rongga hidung.
    • Paru-paru yang ada dlm rongga badan berfungsi untuk memompakan udara dalam proses produksi bunyi.
    • Artikulator dapat dikelompokkan menjadi 2, yaitu: artikulator aktif dan artikulator pasif.
    • Artikulator aktif adalah alat ucap yg aktif bergerak membentuk hambatan aliran udara, terdiri dari bibir bawah dan lidah.
    • Artikulator pasif adalah alat ucap yg diam dan berfungsi sbgai daerah artikulasi, yaitu lokasi tempat artikulator aktif menghambat aliran udara.

    2.3.3.1 Sistem Bunyi Bahasa Prancis

      Semua manusia mempunyai alat ucap dan hampir semua gerakan alat-alat ucap dapat dipelajari. Léon Monique dalam Muntarsih (2009) mengemukakan sebagai berikut:

      

    Chaque langue en effet utilise un matériel sonore qu’il est relativement facile

    d’apprendre mais les difficultés commencement avec l’utilisation de ce matèriel

    selon des haitudes articulatoires, rytmiques, mélodiques et linguistiques

    particulères .

      Pernyataan Léon Monique di atas dapat dikemukakan kembali bahwa setiap bahasa menggunakan alat ucap yang relatif mudah untuk dipelajari, kesulitn- kesulitan berawal dari penggunaan alat ucap karena kebiasaan pada pelafalan, ritme dan irama yang tidak sesuai dengan bahasa ibunya. Hal tersebut menjadi faktor kesulitan bahasa yang dialami pembelajar. Oleh karena itu Lyons John dalam Muntarsih (2009) juga berpendapat: ‘inability’ to produce certain sounds is

      

    generally a result of environemental factors in childhood, the main factor being

      . Yang berarti

      that of learning one’s native language as one hears is pronounced

      bahwa “ketidak mampuan” mengcapkan bunyi-bunyi tertentu pada umumnya merupakan faktor-faktor lingkungan pada masa kanak-kanak, dan faktor utamanya adalah faktor mempelahjari bahasa ibu seseorang seperti yang didengar dari cara pengucapannya.

      Dalam bahasa Prancis, terdapat tiga kelas bunyi yaitu vokal, konsonan, dan semi vokal atau konsonan (Gardes-Tamine:1990). Pada prinsipnya dalam bahasa Prancis penulisan satu tanda fonetik tidak pada satu suara saja. Hal tersebut yang membedakan bahasa Prancis dengan bahasa Indonesia, karena dalam bahasa tulisan dan bahasa lisan memiliki perbedaan. Kemungkinan dalam penulisan terdiri dari beberapa graphie pada satu phonie. Dibawah ini pembagian vokal oral, nasal dan konsonan sesuai dengan alphabet A.P.I (Association

      Phonétique Internationale ) dalam Leon (1961):

       Sons qui ont toujours un seul timbre

    1. Voyelle orales 2.

       Semi-Voyelles correspondantes I [i] Comme dans si, île, style.. [si] [il] [stil] YOD [j]

      Comme dans scier, nier, aille.. [sje] [nje] [aj] U [y]

      Comme dans su, sûr, eu.. [sy] [sy:r] [y] UÉ [

      ɥ] Comme dans suer, nuée, lui.. [s ɥe] [nɥe] [lɥi]

      OU [u] Comme dans sous, coûte, oû [su] [kut] [u] OUÉ [w]

      Comme dans souhait, nouer, Louis.. [sw ɛ] [nwe] [lwi]

    3. Voylles nasales

      IN [ ɛ̃] Comme dans vin, faim, pain.. [v ɛ̃] [fɛ̃] [pɛ̃]

      AN [ ɑ̃] Comme dans an, en, chambre.. [ ɑ̃] [ɑ̃] [ʃ ɑ̃:br]

      UN [ œ̃] Comme dans un parfum.. [ œ̃ parfœ̃]

      ON [õ] Comme dans bon, compris.. [b õ] [k õpri]

      (Leon:1961)

       Voyelles orales qui peuvent avoir plus d’un seul timbre Ouvert [ ɛ] Comme dans sel, père, tête, aîme.. [s ɛ] [pɛ:r] [tɛt] [ɛm]

       Ouvert [ ɔ] Comme dans sol, por, corps [s

      ɔl] [pɔr] [kɔ:r] E Fermé [e] Comme dans ces, thé, chez.. [se] [te] [ ʃe]