BAB II LANDASAN TEORI - Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Evaluasi Program Adiwiyata Di SMA Negeri 2 Demak

BAB II LANDASAN TEORI

2.1 Manajemen Program Sekolah

2.1.1 Pengertian Manajemen Program Sekolah

  Manajemen dalam bahasa Inggris artinya to

  

manage, yaitu mengatur atau mengelola (Hasibuan,

  2011:1). Dalam arti khusus bermakna memimpin dan kepemimpinan yaitu kegiatan yang dilakukan untuk mengelola lembaga atau organisasi, yaitu memimpin dan menjalankan kepemimpinan organisasi. Orang yang memimpin organisasi disebut manajer (Kadarman & Udaya, 2001:6).

  Pembahasan manajemen berkaitan dengan proses perencanaan, pengorganisasian, kepemimpinan dan pengendalian, yang di dalamnya terdapat upaya dari anggota organisasi untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan bersama. Secara keseluruhan, proses pengelolaan merupakan fungsi-fungsi manajemen.

  Hikmat (2009:11) mengartian manajemen adalah ilmu dan seni mengatur proses pemanfaatan sumber daya manusia secara efektif, yang didukung oleh sumber-sumber lainnya dalam suatu organisasi untuk mencapai tujuan tertentu. Dalam pengertian ini, ada dua sistem yang terdapat dalam manajemen yaitu sistem organisasi dan sistem manajerial organisasi. Sistem organisasi berhubungan dengan model atau pola keorganisasian yang dianut, sedangkan sistem manajerial berkaitan dengan pola pengorganisasian,

  10 kepemimpinan dan kerja sama yang diterapkan oleh para anggota organisasi.

  Menurut Terry (Hasibuan, 2011:3) manajemen adalah suatu proses yang khas yang terdiri dari tindakan-tindakan perencanaan, pengorganisasian, menggerakkan dan mengendalikan yang dilakukan yang telah ditentukan melalui pemanfaatan sumber daya manusia dan sumber-sumber lainnya. Dalam konteks program manajemen berbasis sekolah, konsep manajemen ini pada hakekatnya merupakan pengambilan keputusan secara partisipatif oleh sekolah dalam perencanaan, pengorganisasian, pelaksanaan, dan pengawasan untuk mencapai sasaran mutu pendidikan. Penerapan dari konsep manajemen tersebut antara lain dengan jalan: (1) melakukan evaluasi diri dengan menganalisis kelemahan dan kekuatan seluruh komponen sekolah, (2) mengidentifikasi kebutuhan sekolah berdasarkan hasil evaluasi diri, (3) menyusun program kerja jangka pendek dan jangka panjang sesuai dengan visi, misi, dan tujuan yang telah dirumuskan mengimplementasikan program kerja, (4) melakukan monitoring dan evaluasi atas program kerja yang telah diimplementasikan.

  Manajemen program sekolah merupakan suatu kegiatan yang memiliki nilai filosofi tinggi. Ia harus dapat mencapai tujuan sekolah secara efektif dan efisien. Pada hakikatnya upaya tersebut dilakukan untuk meningkatkan performansi (kinerja) sekolah dalam pencapaian tujuan-tujuan pendidikan, baik tujuan nasional maupun lokal institusional. Keberhasilan pencapaian tersebut akan tampak dari beberapa faktor sebagai indikator kinerja yang berhasil dicapai oleh sekolah. Kepala sekolah dituntut untuk mampu secara maksimal melaksanakan tugas dan fungsinya dalam mengelola berbagai aspek komponen dirumuskan (Rohiat, 2010:31).

  Dalam dimensi manajemen program sekolah ini, hal-hal yang akan dikaji meliputi: (1) Perencanaan terdiri dari penyusunan visi, misi dan tujuan serta program sekolah, (2) Pengorganisasian terdiri dari pengorganisasian guru, proses pembelajaran, sarana dan prasarana dan peran serta masyarakat, (3) Pelaksanaan manajemen sekolah, dan (4) Pengawasan manajemen sekolah.

2.1.2 Proses Manajemen Program Sekolah

  Dalam proses manajemen program sekolah terlibat fungsi-fungsi pokok yang ditampilkan oleh seorang manajer/pimpinan, yaitu: perencanaan (planning), pengorganisasian (organizing), pemimpinan (leading) dan pengawasan (controlling). Oleh karena itu, manajemen diartikan sebagai proses merencana, mengorganisasi, memimpin dan mengendalikan upaya organisasi dengan segala aspeknya agar tujuan organisasi/lembaga tercapai secara efektif dan efisien, (Fattah, 2008:1).

  Fungsi perencanaan antara lain menentukan tujuan atau kerangka tindakan yang diperlukan untuk pencapaian tujuan tertentu. Ini dilakukan dengan mengkaji kekuatan dan kelemahan organisasi, menentukan kesempatan dan ancaman, menentukan strategi, kebiiakan, taktik dan program. Semua itu dilakukan berdasarkan proses pengambilan keputusan secara ilmiah. Fungsi pengorganisasian meliputi penentuan fungsi, hubungan dan struktur. Fungsi staf, dan fungsional. Hubungan terdiri atas tanggung jawab dan wewenang. Sedangkan strukturnya dapat horisontal dan vertikal. Semuanya itu memperlancar alokasi sumber daya dengan kombinasi yang tepat untuk mengimplementasikan rencana. Fungsi pemimpin menggambarkan bagaimana manajer mengarahkan dan mempengaruhi para bawahan, bagaimana orang lain melaksanakan tugas yang esensial dengan menciptakan suasana yang menyenangkan untuk bekerja sama. Fungsi pengawasan meliputi: penentuan standar, supervisi, dan mengukur penampilan atau pelaksanaan terhadap standar dan memberikan keyakinan bahwa tujuan organisasi tercapai. Pengawasan sangat erat kaitannya dengan perencanaan, karena melalui Pengawasan efektivitas manajemen dapat diukur (Fattah, 2008:2).

  Berdasarkan proses-proses yang dikedepankan oleh para ahli manajemen pendidikan, para pakar manajemen di era sekarang, banyak yang mengabstraksikan menjadi 4 proses, ialah planning,

  

organizing, actuating dan controlling. Empat proses ini

  lazim juga digambarkan dalam bentuk siklus, karena setelah langkah controlling, lazimnya dilanjutkan dengan membuat planning baru. Siklus manajemen program sekolah sebagaimana ditampilkan pada gambar 2.1.

  

PERENCANAAN

PROGRAM SEKOLAH

PENGAWASAN PENGORGANISASIAN

PROGRAM SEKOLAH PROGRAM SEKOLAH

PELAKSANAAN

PROGRAM SEKOLAH

2.1.3 Rencana Pengembangan Sekolah (RPS)

  RPS merupakan suatu proses untuk menentukan tindakan masa depan sekolah yang tepat, melalui urutan pilihan dan dengan memperhitungkan sumberdaya Yang tersedia menuju sekolah yang berkualitas. RPS merupakan dokumen tentang gambaran kegiatan sekolah sekarang dan yang akan datang dalam rangka untuk mencapai tujuan sekolah yang telah ditetapkan. Dengan kata lain, RPS adalah suatu rangkaian rencana yang menggambarkan adanya berbagai upaya sekolah dan pihak lain yang terkait untuk mengatasi berbagai persoalan sekolah yang ada.

  RPS berisi sasaran program dan kegiatan untuk mengatasi kesenjangan yang ada antara kenyataan. Pada kenyataannya, sekolah-sekolah yang termasuk dalam sekolah sekarang masih memiliki kekurangan baik. Ditinjau dari output, proses, maupun input sekolah. Kekurangan yang terdapat dalam tiap indikator pada tiap-tiap aspek tersebut juga sangat bervarias. misalnya, indikator pendidikan dalam aspek output seperti prestasi akademik prestasi nonakademik, dan kelulusan siswa belum memenuhi persyaratan sekolah yang berkualitas.

  PBM, manajemen, dan kenemimpinan juga belum memenuhi kriteria. Demikian juga pada aspek input sekolah seperti indikator siswa, kurikulum, guru, kepala sekolah, tenaga pendukung, organisasi dan administrasi, sarana dan prasarana (ruang kelas, laboratorium, ruang multimedia, perpustakaan, ruang pimpinan, ruang guru, ruang TU, WC, dan prasarana atau fasilitas pendukung lain seperti pembiayaan, lingkungan sekolah, hubungan atau kerjasama, dan budaya sekolah (Rohiat, 2010:41).

  RPS merupakan suatu rencana sekolah yang memuat berbagai upaya, baik dalam jangka pendek, menengah maupun jangka panjang untuk mengatasi berbagai persoalan yang ada pada tiap aspek dan indikator pendidikan sehingga berbagai persoalan tersebut secara bertahap dapat dikurangi atau dihilangkan. Sekolah harus berupaya mengatasi berbagai persoalan sekolahnya secara bertahap dan berkesinambungan sampai akhirnya semua dapat diatasi dan memenuhi persyaratan sekolah berkualitas. Rencana Pengembangan Sekolah dapat memberi gambaran arah pengembangan sekolah, sasaran, program dan kegiatan yang akan dijalankan,biaya yang diperlukan, keterlibatan stakeholder, hal-hal lain yang diperlukan, dan target-target keberhasilan yang direncanakan akan tercapai. Rencana Pengembangan Sekolah pada akhirnya akan menjadi salah satu tolak ukur keberhasilan dalam penyelenggaraan sekolah. RPS berperan penting untuk menentukan keberhasilan suatu sekolah sehingga kesalahan dalam pembuatan pelaksanaan dan hasil-hasil yang diharapkan, demikian juga sebaliknya.

  Hal yang sangat penting penyusunan RPS adalah mempertimbangkan segala aspek yang dapat memengaruhi kesempurnaan RPS itu sendiri, misalnya tentang (a) kemampuan memahami potensi sumber daya sekolah dan lingkungan, (b) kemampuan memahami kelemahan dan ancaman terhadap pelaksanaan program, (c) kemampuan membaca peluang yang ada untuk dijadikan dasar penentuan program, (d) keterlibatan stakeholder dalam penyusunan RPS, dan (e) ketepatan pemilihan prioritas ataupun keruntutan program yang dikembangkan dalam RPS. Makin baik RPS disusun, akan makin memberikan kemudahan dan kepastian langkah bagi sekolah pada khususnya dan pihak lain pada umumnya dalam melakukan pengontrolan, pembinaan, dan penilaian keberhasilan sekolah dalam menyelenggarakan sekolah (Rohiat, 2010:43).

2.2 Pogram Adiwiyata Sekolah

2.2.1 Pengertian dan Tujuan Program Adiwiyata

  Kata Adiwiyata berasal dari 2 (dua) Kata “adi” dan “wiyata”. Adi memiliki makna: besar, agung, baik, ideal dan sempurna. Wiyata memiliki makna: tempat dimana seorang mendapat ilmu pengetahuan, norma dan etika dalam berkehidupan sosial. Jika secara keseluruhan Adiwiyata mempunyai pengertian atau makna: tempat yang baik dan ideal dimana dapat diperoleh secara ilmu pengetahuan dan berbagai norma serta etika yang kesejahteraan hidup kita menuju keada cita-cita pembangunan berkelanjutan.

  Adiwiyata mempunyai pengertian atau makna sebagai tempat yang baik dan ideal dimana dapat diperoleh segala ilmu pengetahuan dan berbagai norma serta etika yang dapat menjadi dasar manusia menuju terciptanya kesejahteraan hidup kita dan menuju kepada cita-cita pembangunan berkelanjutan. Tujuan program adiwiyata adalah mewujudkan warga sekolah yang bertanggung jawab dalam upaya perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup melalui tata kelola sekolah yang baik untuk mendukung pembangunan berkelanjutan, (Tim Adiwiyata, 2011).

  Untuk mencapai tujuan program Adiwiyata, maka ditetapkan 4 (empat) komponen program yang menjadi satu kesatuan utuh dalam mencapai sekolah adiwiyata. keempat komponen tersebut adalah; 1. Kebijakan berwawasan lingkungan.

  2. Pelaksanaan Kurikulum Berbasis Lingkungan.

  3. Kegiatan Lingkungan Berbasis Partisipatif.

  4. Pengelolaan Sarana Pendukung Ramah Lingkungan.

2.2.2 Keuntungan Mengikuti Program Adiwiyata

  Program Adiwiyata adalah salah satu program Kementrian Lingkungan Hidup dalam rangka mendorong terciptanya pengetahuan dan kesadaran warga sekolah dalam upaya pelestarian lingkungan hidup. Dalam program ini diharapakan setiap warga lingkungan yang sehat serta menghindari dampak lingkungan yang negatif. Adapun keuntungan dari program adiwiyata yaitu sebagai berikut:

  1. Mendukung pencapaian standar kompetensi/ kompertensi dasar dan standar kompetensi lulusan (SKL) pendidikan dasar dan menengah.

  2. Meningkatkan efesiensi penggunaan dana operasional sekolah melalui penghematan dan pengurangan konsumsi dari berbagai sumber daya dan energi.

  3. Menciptakan kebersamaan warga sekolah dan kondisi belajar mengajar yang lebih nyaman dan kondusif.

  4. Menjadi tempat pembelajaran tentang nilai-nilai pemeliharaan dan pengelolaan lingkungan hidup yang baik dan benar bagi warga sekolah dan masyarakat sekitar.

  5. Meningkatkan upaya perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup meIalui kegiatan pengendalian pencemaran, pengendalian kerusakan dan pelestarian fungsi lingkungan di sekolah. (Tim Adiwiyata, 2011).

2.2.3 Pendidikan Lingkungan Hidup

  Bakshi dan Naveh (1978) memberi pernyataan bahwa “environmental education is a new philosophy of

  

teaching”. Artinya Pendidikan Lingkungan Hidup bisa

  dirangkum menjadi sebuah gambaran tentang keadaan pengetahuan dan sikap dari siswa untuk menghargai Lingkungan Hidup selanjutnya jika dilihat dari sudut kognitif berarti pengembangan pengertian tentang

  

biosphere, tentang bumi dan isinya yang didiami oleh

  makluk hidup. Kekurangan pengetahuan akan konsep ekologi dalam Pendidikan Lingkungan Hidup akan berdampak pada kesalahan perilaku manusia terhadap lingkungan. Dengan kata lain environmental educational

  

in the sense of teaching the total ecosystem demands

that we open up the students to ever new aspects of

biosphere. And this”opening up” is, to an essential part,

a matter of attitudes.

  Bakshi dan Naveh selanjutnya mengatakan tujuan dari Pendidikan Lingkungan Hidup environmental

  

education can lead the way to such understanding by

giving people the knowledge of the universe, society and

individual, and by helping them in understanding their

attitudes towards each other and their bio-physical and

social environment. Sementara Murtilaksono et al.

  (2011)the aim is to improve peoples knowledge, skills,

  

and awareness of environmental values, isus, and

problems and to motivate people to participate in efforts

to preserve the environment for the present and future

generations.

  Materi yang diperlukan oleh siswa agar mencapai pengetahuan, ketrampilan, dan sikap tentang nilai- nilai, isu, dan masalah-masalah lingkungan harus dikuasai karena materi tersebut memegang posisi penting dalam kurikulum dan seharusnya disiapkan dengan baik sehingga proses Pendidikan Lingkungan dalam Murtilaksono et al, 2011). Materi-materi harus disesuaikan dengan kemampuan, ketertarikan, dan kebutuhan para siswa. Pengembangan materi harus disesuaikan dengan tujuan pemberian materi dan strategi pendidikan lingkungan. Disamping itu pengembangan materi harus mengacu pada kondisi lingkungan, sumber alam, kondisi sosial ekonomi, dan budaya setempat. Materi yang direncanakan harus menekankan pada kompetensi pengetahuan, ketrampilan, isu isu yang berkaitan dengan lingkungan dan kebijakan lingkungan, nilai-nilai, dan kemampuan mengevaluasi.

  

2.2.4 Kebijakan Pendidikan Lingkungan Hidup di

Indonesia

  Erwin (2009) mengarisbawahi tentang peran serta masyarakat dalam pengelolaan lingkungan yang berwawasan lingkungan tidak bisa dilepaskan dari pengaruh adanya asas keterbukaan dan pentingnya peran serta mereka dalam pembangunan berkelanjutan berwawasan lingkungan seperti tertuang dalam UU No.23 Tahun 1997 tentang Pengelolaan Lingkungan Hidup, Bab III, Pasal 5, “Setiap orang mempunyai hak

  

yang sama atas lingkungan hidup yang baik dan sehat.”

  Pasal ini sekaligus mengisyaratkat kewajiban masyarakat untuk memelihara lingkungan hidup dan mencegah serta menanggulangi kerusakan dan pencemarannya seperti yang tertuang pada Pasal 5 ayat 3, “hak dan kewajiban untuk berperan dalam rangka

  

pengelolaan lingkungan hidup”. Sementara itu pada

menumbuhkan dan mengembangkan kesadaran

masyarakat akan tanggung jawabnya dalam

pengelolaan lingkungan hidup melalui penyuluhan,

bimbingan, pendidikan, dan penelitihan tentang

lingkungan hidup.” Dalam penjelasanya tentang pasal

  ini dikatakan “Pendidikan untuk menumbuhkan dan

  

mengembangkan kesadaran masyarakat dilaksanakan

baik melalui jalur pendidikan formal mulai dari taman

kanak-kanak/Sekolah Dasar sampai dengan perguruan

tinggi, maupun melalui jalur pendidikan nonformal”.

  Erwin (2009) menyimpulkan bahwa pendidikan lingkungan bertujuan untuk meningkatkan kesadaran, kepedulian tentang lingkungan dengan segala permasalahannya, dan dengan pengetahuan, ketrampilan, sikap, motivasi, dan komitmen untuk bekerja secara individu dan kolektif terhadap pemecahan permasalahan dan mempertahankan kelestarian lingkungan.

  Perkembangan penyelenggaraan pendidikan lingkungan hidup di Indonesia menurut Pandunan Adiwiyata yang dikeluarkan oleh Kementerian Lingkungan Hidup, 2010 pada jalur formal sudah dimulai sejak tahun 1975 oleh Institut Ilmu Pendidikan (IKIP) Jakarta. Pada tahun 1977/1978 rintisan Garis- garis Besar Program Pengajaran Lingkungan Hidup diujicobakan di 15 Sekolah Dasar Jakarta. Pada tahun 1979 di bawah koordinasi kantor Menteri Negara Pengawasan Pembangunan dan Lingkungan Hidup (Meneg Pendidikan Lingkungan Hidup) dibentuk Pusat Studi Lingkungan (PSL) di berbagai perguruan tinggi Mengenai Dampak Lingkungan (AMDAL mulai dikembangkan). Sampai tahun 2010, jumlah Pusat Studi Lingkungan yang menjadi Anggota Badan Koordinasi Pusat Studi Lingkungan (BKPSL) telah berkembang menjadi 101 Pusat Studi Lingkungan.

  Program Adiwiyata menurut panduan yang dikeluarkan oleh Kementerian Lingkungan Hidup (KLH) adalah salah satu program Kementerian Lingkungan Hidup dalam rangka mendorong terciptanya pengetahuan dan kesadaran warga sekolah dalam upaya pelestarian lingkungan hidup. Dalam program ini diharapkan setiap warga sekolah ikut terlibat dalam kegiatan sekolah menuju lingkungan yang sehat serta menghindari dampak lingkungan yang negatif. Program ini diharapkan dapat mengajak warga sekolah melaksanakan proses belajar mengajar materi lingkungan hidup dan turut berpartisipasi melestarikan serta menjaga lingkungan hidup di sekolah dan sekitarnya. Kata Adiwiyata berasal dari 2 kata Sansekerta Adi dan Wiyata. Adi mempunyai makna besar, agung, baik, ideal atau sempurna. Wiyata adalah tempat dimana seseorang mendapatkan ilmu pengetahuan, norma dan etika dalam berkehidupan sosial. Sebagai satu kata Adiwiyata bisa memiliki makna tempat yang baik dan ideal dimana dapat diperoleh segala ilmu pengetahuan dan berbagai norma serta etika yang dapat menjadi dasar manusia menuju terciptanya kesejahteraan hidup kita dan menuju kepada cita-cita pembangunan berkelanjutan.

2.3.1 Pengertian Evaluasi Program

  Evaluasi merupakan suatu proses menyediakan informasi yang dapat dijadikan sebagai pertimbangan untuk menentukan harga dan jasa (the worth and merit) dari tujuan yang dicapai, desain, implementasi, dan dampak untuk membantu membuat keputusan, membantu pertanggungjawaban dan meningkatkan pemahaman terhadap fenomena. Menurut rumusan tersebut, inti dari evaluasi adalah penyediaan informasi yang dapat dijadikan sebagai bahan pertimbangan dalam mengambil keputusan, (Widoyoko, 2012:4).

  Sedangkan program adalah kegiatan atau aktivitas yang dirancang untuk melaksanakan kebijakan dan melaksanakn untuk waktu yang tidak terbatas. Kebijakan tertentu bersifat umum dan untuk merealisasikan kebijakan disusun berbagai jenis program, (Wirawan, 2012:16).

  Evaluasi program adalah suatu rangkaian kegiatan yang dilakukan dengan sengaja untuk melihat tingkat keberhasilan program. Ada beberapa pengertian tentang program sendiri. Menurut Tyler dalam Arikunto (2009:5), evaluasi program adalah proses untuk mengetahui apakah tujuan pendidikan telah terealisasikan. Selanjutnya menurut Cronbach dan Stufflebeam dalam Arikunto (2009:5), evaluasi program adalah upaya menyediakan informasi untuk disampaikan kepada pengambil keputusan. Berdasarkan beberapa pendapat tersebut, maka dapat disimpulkan bahwa evaluasi merupakan suatu proses untuk mengumpulkan informasi terkait dengan suatu akan digunakan oleh pihak pengguna terkait dengan kelangsungan program berikutnya.

  Wujud dari hasil evaluasi adalah adanya rekomendasi dari evaluator untuk pengambil keputusan. Menurut Arikunto (2009:22) ada empat kemungkinan kebijakan yang dapat dilakukan berdasarkan hasil evaluasi pelaksanaan program, yaitu:

  a. Menghentikan program, karena dipandang bahwa program tersebut tidak ada manfaatnya, atau tidak dapat terlaksana sebagaimana diharapkan.

  b. Merevisi program, karena ada bagian-bagian yang kurang sesuai dengan harapan (terdapat kesalahan tetapi hanya sedikit).

  c. Melanjutkan program, karena pelaksanaan program menunjukkan bahwa segala sesuatu sudah berjalan sesuai dengan harapan dan memberikan hasil yang bermanfaat.

  d. Menyebarluaskan program (melaksanakan program di tempat-tempat lain atau mengulangi lagi program di lain waktu), karena program tersebut berhasil dengan baik maka sangat baik jika dilaksanakan lagi di tempat dan waktu yang lain.

  Dari berbagai definisi yang sudah dijelaskan, dapat disimpulkan bahwa yang dimaksud dengan evaluasi program adalah kegiatan untuk mengumpulkan informasi tentang bekerjanya suatu program yang selanjutnya informasi tersebut digunakan untuk menentukan pilihan yang tepat dalam mengambil sebuah keputusan. Dengan melakukan evaluasi maka akan ditemukan fakta pelaksanaan kebijakan di Adapun tujuan sebuah evaluasi dilakukan adalah untuk mengumpulkan informasi untuk menentukan nilai dan manfaat objek evaluasi, mengontrol, memperbaiki, dan mengambil keputusan mengenai objek tersebut.

2.3.2 Dimensi dan Tahapan Program

  Setelah menentukan obyek evaluasi selanjutnya harus menentukan aspek-aspek dari obyek yang akan dievaluasi. Menurut Bridgman dan Davis dalam Karding (2008:35) yaitu evaluasi program yang secara umum mengacu pada 4 (empat) dimensi yaitu : (a) Indikator input, (b) Indikator process, (c) Indikator outputs dan (d) Indikator outcomes.

  Menurut Setiawan (1999:20) Direktorat Pemantauan dan Evaluasi Bapenas, tujuan evalusi program adalah agar dapat diketahui dengan pasti apakah pencapaian hasil, kemajuan dan kendala yang dijumpai dalam pelaksanaan program dapat dinilai dan dipelajari untuk perbaikan pelaksanaan program di masa yang akan datang. Adapun dimensi utama evaluasi diarahkan kepada hasil, manfaat, dan dampak dari program. Pada prinsipnya yang perlu dibuat perangkat evaluasi yang dapat diukur melalui empat dimensi yaitu: indikator masukan (input),proses

  

(process), keluaran (output),dan indikator dampak atau

(outcame).

  Evaluasi merupakan cara untuk membuktikan keberhasilan atau kegagalan pelaksanaan dari suatu program, oleh karena itu pengertian evaluasi sering pengelolahan program yang mencakup : a. Evaluasi pada tahap perencanaan (EX-ANTE). Pada tahap ini, evaluasi sering digunakan untuk memilih dan menentukan prioritas dari berbagai alternative dan kemungkinan cara mencapai tujuan yang telah dirumuskan sebelumnya.

  b. Evaluasi pada tahap pelaksanaan (ON-GOING). Pada tahap ini, evaluasi digunakan untuk menentukan tingkat kemajuan pelaksanaan program dibandingkan dengan rencana yang telah ditentukan sebelumnya.

  c. Evaluasi pada tahap pasca pelaksanaan (EX-POST) pada tahap ini diarahkan untuk melihat apakah pencapaian dari (keluaran/hasil/dampak) program mampu mengatasi masalah pembangunan yang ingin dipecahkan. Evaluasi ini dilakukan setelah program berakhir untuk menilai relevansi dari (dampak dibandingkan masukan), efektivitas (hasil dibandingkan keluaran), kemanfaatan (dampak dibandingkan hasil), dan keberlanjutan (dampak dibandingkan dengan hasil dan keluaran) dari suatu program.

  2.3.3 Tujuan Program

  Seperti disebutkan oleh Sudjana (2006:48), tujuan khusus Evaluasi Program terdapat 6 (enam) hal, yaitu untuk :

  a. Memberikan masukan bagi perencanaan program;

  b. Menyajikan masukan bagi pengambil keputusan penghentian program; c. Memberikan masukan bagi pengambilan keputusan tentang modifikasi atau perbaikan program.

  d. Memberikan masukan yang berkenaan dengan faktor pendukung dan penghambat program; e. Memberi masukan untuk kegiatan motivasi dan pembinaan (pengawasan, supervisi dan monitoring) bagi penyelenggara, pengelola dan pelaksana program dan; f. Menyajikan data tentang landasan keilmuan bagi evaluasi program pendidikan luar sekolah.

  Sedangkan menurut Setiawan (1999:20) menyatakan bahwa tujuan evalusi program adalah agar dapat diketahui dengan pasti apakah pencapaian hasil, kemajuan dan kendala yang dijumpai dalam pelaksanaan program dapat dinilai dan dipelajari untuk perbaikan pelaksanaan program dimasa yang akan datang.

  2.3.4 Evaluasi Program Model GAP Gap analysis merupakan salah satu alat yang

  dapat digunakan untuk mengevaluasi kinerja perusahaan, khususnya dalam upaya penyediaan pelayanan publik. Hasil analisis tersebut dapat menjadi input yang berguna bagi perencanaan dan penentuan prioritas anggaran di masa yang akan datang. Selain itu, gap analysis atau analisis kesenjangan juga merupakan salah satu langkah yang sangat penting dalam tahapan perencanaan maupun tahapan evaluasi kinerja. Metode ini merupakan salah satu metode yang internal suatu lembaga. Secara harafiah kata “gap” mengindikasikan adanya suatu perbedaan (disparity) antara satu hal dengan hal lainnya.

  Menurut pendapat Ray, R. (2011, p163), Gap

  

Analysis merupakan analisis kesenjangan antara daftar

  kebutuhan bisnis, yang diakibatkan oleh berbagai alasan. Sehingga dibutuhkan suatu upaya untuk mengidentifikasi bagian mana yang ternyata mungkin memiliki gap, sebab mustahil untuk menemukan suatu bagian yang 100% fit atau sempurna.

  Mengacu pada pendapat dari Bens, I. (2011, p160),

  

Gap Analysis memiliki arti yaitu mengidentifikasi

  langkah-langkah yang hilang, yang diperlukan untuk mencapai tujuan. Gap Analysis adalah alat perencanaan yang menciptakan pandangan bersama tentang apa yang perlu dilakukan untuk menghilangkan kesenjanagan antara keadaan sekarang dan masa depan yang diinginkan.

  Di bidang bisnis dan manajemen, gap analysis diartikan sebagai suatu metode pengukuran bisnis yang memudahkan perusahaan untuk membandingkan kinerja actual dengan kinerja potensialnya. Dengan demikian, perusahaan dapat mengetahui sektor, bidang, atau kinerja yang sebaiknya diperbaiki atau ditingkatkan. Gap analysis bermanfaat untuk mengetahui kondisi terkini dan tindakan apa yang akan dilakukan dimasa yang akan datang.

  Bens, I. (2011, p160) berpendapat bahwa tujuan dari Gap Analysis adalah untuk mendorong review realistis dari sekarang dan membantu mengidentifikasi keinginan masa depan. Gap Analysis bertujuan untuk mengevaluasi kebutuhan pengguna terhadap sistem dan mengidentifikasi apakah ada fit atau gap antara kebutuhan dan pengguna dengan sistem. Fit berarti kebutuhan (requirement) terpenuhi oleh sistem. Sedangkan Gap berarti kebutuhan (requirement) tidak terpenuhi oleh sistem.

  Dari berbagai definisi mengenai gap analysis, dapat diambil kesimpulan bahwa secara umum, gap

  

analysis dapat didefinisikan sebagai suatu metode atau

  alat yang digunakan untuk mengetahui tingkat kinerja suatu lembaga atau institusi. Dengan kata lain, gap

  

analysis merupakan suatu metode yang digunakan

  untuk mengetahui kinerja dari suatu sistem yang sedang berjalan dengan sistem standar. Dalam kondisi umum, kinerja suatu institusi dapat tercermin dalam sistem operational maupun strategi yang digunakan oleh suatu institusi.

  Menurut Bens, I. (2011, p160), ada enam langkah dalam melakukan Gap Analysis, yaitu: a. Langkah 1: Mengidentifikasi situasi mendatang.

  Menggunakan alat seperti visi atau pendekatan lain yang menghasilkan gambar dimana suatu kelompok ingin berada pada waktu tertentu. Deskripsi dari gambaran masa depan harus rinci. Melakukan posting informasi di sisi kanan dinding kosong yang besar.

  b. Langkah 2: Mengidentifikasi situasi sekarang.

  Menjelaskan komponen yang sama yang ditampilkan dalam situasi mendatang, hanya melakukannya Melakukan posting ide-ide yang dihasilkan di sisi kiri dinding ruang kerja.

  c. Langkah 3: Meminta anggota untuk bekerja dengan mitra untuk mengidentifikasi kesenjangan (gap) antara masa sekarang (present) dan masa depan (future).

  d. Langkah 4: Ketika mitra telah menyelesaikan diskusi mereka, berbagi ide sebagai kelompok total dan melakukan posting kesenjangan antara “sekarang” dan “masa depan”.

  

PRESENT GAP DESIRED

STATE FUTURE Teams operate No team- A trained cadre

without leaders leader of leaders who

for months training can be deployed because there program to support any aren’t enough team people trained

Gambar 2.2 : Langkah-langkah melakukan Gap Analysis Sumber: Bens, I. (2011), Facilitating with Ease!: core skills for

  facilitators, team leader, and members, managers, consultants and trainers e. Langkah 5: Ketika ada kesepakatan mengenai kesenjangan, maka akan membagi kelompok besar menjadi beberapa sub kelompok. Memberikan setiap kelompok satu atau lebih item kesenjangan untuk memecahkan masalah atau melakukan rencana tindakan. untuk mendengar rekomendasi dan rencana tindakan. Mintalah anggota untuk mengesahkan rencana, kemudian membuat mekanisme tindak lanjut ke depan.

  Beberapa alasan penting dipergunakannya metode

  

gap analysis antara lain karena sebagai berikut: (1)

  Dapat digunakan untuk mengukur kinerja lembaga sekolah terhadap masa lalu. Hal ini berguna dalam menentukan keberhasilan relatif sepanjang waktu dengan melihat periode yang berbeda. (2) Dapat menentukan efektivitas metode pengukuran. (3) Dapat digunakan sebagai alat perencanaan strategis dengan melihat kinerja saat ini, target kinerja dan perbedaannya. Berikut bagan GAP analisis penelitian ini.

  

STANDAR/JUKNIS PERENCANAAN/

GAP

ADIWIYATA PROGRAM

PERENCANAAN/

  IMPLEMENTASI/

GAP

PROGRAM PELAKSANAAN

Gambar 2.3 : GAP Analisis Program Adiwiyata

2.4 Kajian Penelitian yang Relevan

  Penelitian tentang evaluasi program Adiwiyata secara umum sudah pernah dilakukan beberapa peneliti. Maka dari itu, penelitian terdahulu dapat dijadikan acuan dan model bagi penelitian selanjutnya. Adapun penelitian terdahulu yang akan penulis

  Ahmad Fajarisma Budi Adam (2014) dalam jurnal penelitian yang berjudul “Analisis Implementasi

  

Kebijakan Kurikulum Berbasis Lingkungan Hidup Pada

Program Adiwiyata Mandiri di SDN Dinoyo 2 Malang”.

  Hasil penelitian menunjukkan: 1) implementasi kebijakan kurikulum berbasis lingkungan hidup pada program Adiwiyata Mandiri di SD Negeri Dinoyo 2 Malang dituangkan dalam Surat Keputusan Kepala Sekolah tentang pengembangan materi pembelajaran lingkungan hidup dan dalam kegiatan belajar mengajar telah dilakukan pembelajaran lingkungan hidup secara monolitik dari kelas 1 sampai dengan kelas 6; 2) faktor- faktor yang mendukung dan menghambat implementasi kebijakan kurikulum berbasis lingkungan hidup pada program Adiwiyata mandiri meliputi: dari guru, anak didik, serta sarana dan prasarana; 3) solusi dalam menghadapi hambatan terhadap implementasi kebijakan kurikulum berbasis lingkugan hidup pada program Adiwiyata Mandiri di SD Negeri Dinoyo 2 Malang dengan melakukan beberapa program.

  Ellen Landriany (2014) dalam jurnal penelitian yang berjudul “Implementasi Kebijakan Adiwiyata

  

dalam Upaya Mewujudkan Pendidikan Lingkungan

Hidup di SMA Kota Malang”. Hasil penelitian menunjukkan bahwa kebijakan lingkungan hidup di sekolah sudah dituangkan dalam surat keputusan dan terintegrasi dalam masing-masing mata pelajaran. Kemudian mensosialisasikan beberapa kegiatan utama dengan pendekatan pada siswa guna mendapatkan dukungan yang sempurna sehingga menciptakan benar-benar sekolah berwawasan lingkungan.

  Selanjutnya masih dijumpai berbagai kondisi/situasi permasalahan yang menghambat pelaksanaan Adiwiyata, seperti satuan tugas yang tidak tepat waktu serta ada sekelompok siswa yang masih belum sadar dalam memahami konsep sekolah berwawasan lingkungan hidup, masalah pendanaan, dan dukungan masyarakat serta instansi lain yang masih rendah. Sekolah sudah melakukan langkah-langkah strategi guna mengatasi hambatan.

  Yeni Isnaeni (2013) dalam jurnal penelitian yang berjudul “Implementasi Kebijakan Sekolah Peduli dan

  

Berbudaya Lingkungan di SMP Negeri 3 Gresik”. Hasil

  penelitian menunjukkan: 1) implementasi kebijakan sekolah peduli dan berbudaya lingkungan di SMP Negeri 3 Gresik sudah menunjukkan kebijakan sekolah yang tertuang dalam bentuk S.K Kepala Sekolah tentang mata pelajaran dan pengembangan diri yang terintegrasi dengan PLH dan PBk; 2) faktor pendukung implementasi kebijakan adalah seluruh komponen warga mendukung ; 3) SMP Negeri 3 sebagai juara sekolah Adiwiyata tingkat Nasional di tahun 2011, merupakan dampak yang sangat positif, selain itu dampak langsung adalah adanya kesadaran warga sekolah untuk menjaga lingkungan hidup dan merawatnya dengan kesadaran yang baik.

  María del Carmen Conde & J. Samuel Sánchez (2010), dalam jurnal penelitian internasional yang berjudul “The school curriculum and environmental

  

education: A school environmental audit experience”.

  untuk memahami kontribusi pengalaman-pengalaman yang dapat mencapai tujuan pendidikan lingkungan. Pendidikan lingkungan adalah penting untuk mengetahui apa yang sebenarnya dimasukkan ke dalam kurikulum dan bagaimana tindak lanjut dalam pembelajaran di kelas. Kemajuan yang dibuat dalam integrasi pendidikan lingkungan di tingkat kelas tercapai dengan baik. Ini memperkuat pengembangan proses partisipasi dan motivasi siswa serta pengajaran pada masyarakat akan pentingnya pendidikan lingkungan hidup.

  Somenath Halder (2012), dalam jurnal penelitian internasional yang berjudul “An appraisal of

  

environmental education in higher school education

system: A case study of North Bengal, India”. Hasil

  penelitian menyebutkan bahwa Pendidikan lingkungan (EE) yang menjadi kunci untuk memecahkan masalah lingkungan dan kunci untuk menjaga keberlanjutan global. Studi ini merupakan upaya untuk menilai status EE dalam sistem pendidikan sekolah yang lebih tinggi di India, terutama di Bengal Utara. Sumber data penelitian empiris ini dari lapangan didukung oleh survei random sampling. Dalam survei lapangan beberapa parameter selektif diperiksa seperti frekuensi kelas lingkungan, frekuensi kelas praktis mengenai studi lingkungan, frekuensi kelas observasi lapangan atau studi alam, jenis metodologi pengajaran yang digunakan, jenis sistem evaluasi dll Data yang terkumpul ditabulasi dan dihitung menerapkan alat- alat statistik sederhana. Status EE dalam sistem memuaskan dan ada kebutuhan untuk standar dan meningkatkan sistem pendidikan secara keseluruhan.

2.5 Kerangka Pikir

  Adiwiyata merupakan salah satu program dari kementerian Negara Lingkungan Hidup yang bekerja sama dengan Departemen Pendidikan Nasional. Program ini berupaya mendorong terciptanya pengetahuan dan kesadaran warga sekolah dalam upaya pelestarian lingkungan hidup. Dalam program ini diharapkan setiap warga sekolah dapat ikut terlibat dalam kegiatan sekolah menuju lingkungan yang sehat dan menghindarkan dampak lingkungan yang negatif. Tujuan dari program Adiwiyata adalah menciptakan kondisi yang baik bagi sekolah untuk menjadi tempat pembelajaran dan penyadaran warga sekolah (guru, siswa dan pekerja lainnya), sehingga di kemudian hari warga sekolah tersebut dapat turut bertanggung jawab dalam upaya-upaya penyelamatan lingkungan dan pembangunan berkelanjutan.

  Program Adiwiyata ini mengharapkan adanya pembelajaran yang tercantum dalam kurikulum untuk pendidikan lingkungan hidup di setiap sekolah. Cara Mengikuti Program Adiwiyata dengan mengisi kuisioner dan membuat rencana kerja sekolah yang disediakan oleh KLH. Dalam program Adiwiyata, evaluasi atau penilaian dilakukan terhadap 3 (tiga) bagian yang satu sama lain saling terkait. Ketiga bagian tersebut adalah: kuisioner program Adiwiyata, rencana kerja dan kunjungan lapangan. digambarkan sebagai berikut:

Gambar 2.3 Alur Berfikir Penelitian

  Penyusunan Rencana Kerja dan Alokasi Anggaran Adiwiyata

  Melaksanaan Rencana Kerja Program Adiwiyata

  Evaluasi Keberhasilan Adiwiyata Pemantauan Penyampaian Pelaksanaan Laporan

Dokumen yang terkait

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Strategi Pengembangan Pengelolaan Laboratorium IPA di SMA Negeri 1 Boja

0 0 19

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Strategi Pengembangan Pengelolaan Laboratorium IPA di SMA Negeri 1 Boja

0 0 203

BAB I PENDAHULUAN - Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Manajemen Peserta Didik di MTs NU 02 Al Ma’arif Boja Kabupaten Kendal

0 0 12

BAB II TELAAH PUSTAKA - Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Manajemen Peserta Didik di MTs NU 02 Al Ma’arif Boja Kabupaten Kendal

0 1 36

BAB III METODE PENELITIAN - Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Manajemen Peserta Didik di MTs NU 02 Al Ma’arif Boja Kabupaten Kendal

0 0 10

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN - Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Manajemen Peserta Didik di MTs NU 02 Al Ma’arif Boja Kabupaten Kendal

0 0 16

BAB II LANDASAN TEORI - Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Pengembangan Model Diklat Guru Sosiologi SMA Tentang Strategi Pembelajaran Discovery-Inquiry Berbantuan CD Interaktif

0 0 26

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN - Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Pengembangan Model Diklat Guru Sosiologi SMA Tentang Strategi Pembelajaran Discovery-Inquiry Berbantuan CD Interaktif

0 1 36

PENGEMBANGAN MODEL DIKLAT GURU SOSIOLOGI SMA TENTANG STRATEGI PEMBELAJARAN DISCOVERY-INQUIRY BERBANTUAN CD INTERAKTIF Tesis Diajukan kepada Program Pascasarjana Magister Manajemen Pendidikan Untuk Memperoleh Gelar Magister Pendidikan

0 0 16

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Pengembangan Model Diklat Guru Sosiologi SMA Tentang Strategi Pembelajaran Discovery-Inquiry Berbantuan CD Interaktif

0 0 110