Perlintasan Paradigmatik Dalam Ilmu Sosial | Cahyo | KOMUNIKATIF 1 PB

Cultural Studies : Perlintasan Paradigmatik dalam Ilmu Sosial

Puj o Sakt i Nur Cahyo 1

Abst rak

Pada tahun 1964 di Universit as Birmingham, Inggris, dibent uk sebuah lembaga pusat pengkajian budaya kontemporer yang diberi nama CCCS, Centre for Contemporary Cult ural St udies. Lembaga yang diprakarsai oleh Richard Hoggart , E.P. Thom pson, dan Raymond W illiam s t ersebut bert ujuan untuk mengkaji isu-isu kult ural yang menjadi perhat ian pada saat it u, sepert i budaya kelas pekerja dan hal-hal yang berkait an dengan prakt ek sert a ideologi kapit alis. Pada perkembangannya, CCCS berhasil melahirkan karya-karya analisis kult ural yang t idak hanya berfokus pada isu-isu kelas pekerja dan kapit alisme saja, namun juga mengenai praktek budaya massa, subkult ur, feminisme, queer, dan media. Dibangun dalam konst ruksi keilmuan yang t ransdisipliner, karya-karya analisis tersebut cenderung memiliki kesamaan dalam memandang dan menganalisis budaya, namun berbeda dari paradigma-paradigma kajian sosial yang sudah ada sebelum nya, w alaupun t idak berart i menolak at aupun meninggalkannya. Kecenderungan paradigma ini kemudian dikenal sebagai M ahzab Birmingham, yang juga merupakan basis paradigma Cult ural St udies. Selama lebih dari 50 t ahun, Cut t ural St udies telah menjadi sebuah lint asan paradigma dalam ilm u sosial.

Ka t a kunci : cult u ral st ud ies, M a hzab Bir m ing ham , M a hzab Fra nkf u rt , bud aya m assa, t ransdisipliner.

budaya mulai dar i M ahzab Frankfurt hingga Di dalam t radisi teori sosial krit is, ada

Apakah Cultural Studies 2 Itu ?

paradigma Alt husserian; ada neo-Weberian,

b anyak m o d el kaj ian bu d aya. Bai k t eor i neo-Dur kheim ian, post st r ukt uralis, feminis, so si al ko nt em p or er m aupu n klasi k t el ah

d an p en d ekat an -p en d ekat an l ai n yan g m em bahas hubungan ant ar a b udaya dan

m ener apkan t eor i so si al t er t en t u d al am masyarakat , melakukan analisis budaya, dan

peneli t ian bu daya. Kaj ian b ud aya d al am dengan dem i kian t elah m endir i kan suat u

kont eks t ulisan ini adalah sebuah disiplin bent uk kajian budaya. Dari perspekt if ini, ada

kajian sosial yang lebih dikenal sebagai cult ural m o del - m o del n eo- M ar xi an p ad a kaji an

st udies yang m odel analisisnya m er upakan 1 Penulis adalah kandidat dokt or Ilm u Sosial di Universitas Airlangga, m enyelesaikan pendidikan sar jana dan

m agist er nya pada Universit as yang sam a. Saat ini ia m erupakan asist en dosen pada Program M agist er Kajian Sast ra dan Budaya Universit as Airlangga, serta pengajar pada salah sat u lem baga pelat ihan kehum asan di Surabaya.

2 Ist ilah ini segaja dipilih dari pada bent uk t erjem ahannya dalam bahasa Indonesia yang berart i ‘st udi budaya’ atau ‘kajian budaya’ agar t idak bercampur baur dengan ist ilah ‘kajian budaya’ yang ada pada t radisi ant ropologi.

Selain it u, ist ilah ini juga dipandang lebih populer dalam paradigm a kajian ilm u sosial dew asa ini.

Volume 3 / Nomor 01 / Juli 2014 | KOMUNIKATIF Jurnal Ilmiah Komunikasi

Pujo Sakt i Nur Cahyo

Cult ural St udies :Perlint asan Paradigmat ik dalam Ilm u Sosial

buah kar ya dar i Cent er for Cont em porar y benda-benda dari sarang bur ung lain unt uk Cult ural St udies, Birmingham (Kellner 2001,

menghias sarangnya.

395). Dalam art ikelnya yang berjudul Cult ural Bu kan l ah h al yan g m u dah u nt u k

St udies and It s Theoret ical Legacies (2001, m endef inisikan cult ural st udies ke dalam

99), St uar t Hal l m en egaskan keu n i kan sebu ah kal im at yang sed er hana n am un

karakterist ik dari cult ural st udies tersebut . Ia holist ik, set idaknya itulah yang dikatakan oleh

m engat akan b ahw a cul t u r al st u di es Co li n Spar k s ( d al am St o r ey 1996b , 1) .

m er up akan bi d an g kaj ian yan g m em i l i k i M enur ut Sparks, cult ural st udies m emiliki

beragam wacana atau diskursus. Di saat yang karakt er ist ik yang unik yang m embuat nya

bersam aan, cult ural st udies muncul dengan susah unt uk di bedakan secar a t egas dar i

berakarkan dar i ber bagai sejarah yang ber- bidang kajian keilm uan lain. Tidak seper t i

beda. Hal ini karena paradigma cult ural studies

b i dan g kei l m u an l ai n yan g m em i li k i t er b en t u k d ar i b er b agai m acam kar ya serangkaian teori maupun met odologi yang

intelekt ual yang berbeda. Dengan demikian, t er padu dan telah m apan, cult ural st udies

St uar t Hal l m en gakui , cul t u r al st u di es just ru t idak mem iliki sebuah teori m aupun

m er upakan sper angkat for m asi yang t idak met odologi tertent u yang khusus dan spesifik.

stabil yang m emiliki banyak sekali ‘lintasan’. Bagi Spar k s, cult ur al st udies diandai kan

Set iap orang m em iliki ‘lint asan’nya sendir i bagai sebuah tas yang penuh ber isi dengan

d al am m el aku kan kaji an . M er eka m eng- ide-ide, m et ode, dan per hat ian t er hadap

ap li kasi kan m et o d e dan m em p o si si kan krit ik sast ra, sosiologi, sejarah, kajian media,

teorinya berbeda sat u sama lain. Posisi dari dan set er usnya. Dengan demikian, cult ural

t eori-t eor i ini pun senant iasa m engundang st udies bukanlah t eor i dan m et ode yang

perdebatan.

bert ubuh m onolit ik (St orey 1996a, 1). Cult ural st udies mer upakan diskursus Hal yang senada juga diungkapkan oleh

yang selalu terbuka (St orey 1996a, 2). Ia akan Chr is Bar ker (2002, 3). M enur ut Bar ker,

selalu m erespon per ubahan kondisi polit is cu lt u r al st u d i es m em an g sul i t u nt u k

dan hist oris, serta senant iasa dit andai dengan

d i jab ar kan b at asannya j i ka d ian d ai kan perdebat an, per t ent angan, dan int er vensi. sebagai sebuah disiplin kajian yang koheren

Sebagai cont oh, pada akhir t ahun 1970-an dan terpadu dengan konsep dan met ode yang

fokus per hat ian cult ural st udies ‘diganggu’ jelas t opik subst ant if nya. Cult ural st udies

oleh desakan par a fem inis yang m enunt ut senant iasa merupakan kajian mult idisipliner

pergeseran fokus diskursus kajian ini unt uk yang m engabur kan bat asan ant ara bidang

juga m emperhat ikan pent ingnya isu gender. kajian tersebut dengan bidang-bidang kajian

Kem ud i an m u ncu l pu l a pr o t es d ar i p ar a lainnya 3 . Yang menarik, Barker mengandaikan

m ahasi sw a ku li t h it am yan g m enyo r o t i cult ural st udies bagai sebuah sarang burung

ket idaknam pakan isu r as m inor it as dalam magpie 4 yang telah memiliki ciri khas sendiri,

b anyak an al i si s cu lt u r al st ud ies. Hal - hal nam un bur ung t ersebut biasa ‘m eminjam ’

tersebut pada akhirnya memberikan kont ribusi

3 Barker m enyebut karakt erist ik ini dengan ‘post-disciplinary’ atau post disipliner unt uk m erujuk sifat nya yang t idak m onolit ik dan cender ung ‘m engaburkan’ batasan keilm uan.

4 Burung magpie m erupakan keluarga burung m urai. Hew an t ersebut t erkenal m engam bil benda-benda yang berkilauan—baik dari sarang burung lain m aupun benda-benda yang t idak dijaga sepert i cincin dan perhiasan

Volume 3 / Nomor 01 / Juli 2014 | KOMUNIKATIF Jurnal Ilmiah Komunikasi

Pujo Sakt i Nur Cahyo

Cult ural St udies :Perlint asan Paradigmat ik dalam Ilm u Sosial

yang signifikan terhadap perkembangan kajian r elasi-relasi sosial pada kehidupan sehar i- ini. Pada saat ini, misalnya, kita bisa melihat

hari (Fiske 1996, 115; St orey 1996a, 2). betapa banyak kont ribusi yang disumbangkan

Cult ural st udies berakar pada M arxisme. o l eh p ar a f em i n i s d al am kaj i an b u daya M ar xi sm e m em b ent u k cu l t u r al st u di es populer dan cult ural st udies.

m elal u i du a asu m si . Per t am a, u nt u k m em aham i m akn a dar i t eks at au p r akt i k

Asumsi Dasar

kult ural, kit a har us m enganalisisnya dalam ’ Bud aya’ d al am cu lt u r al st u di es kon d isi hi st o r is d an so sial dar i p r o d u ksi

d an ko n su m si t ek s at au p r akt i k ku l t ur al daripada sebagai sesuat u yang est et is. Objek tersebut . Namun demikian, meskipun t erdiri

d i m ak n ai seb agai sesu at u yan g p o l it i s

dari cult ural st udies bukanlah budaya dalam dar i st r ukt ur sosial t er t ent u dengan sejarah m akna yang sem pit , sebagaim ana benda- ter tent u, budaya t idak dikaji sebagai refleksi

b end a yan g m em i l i k i n i l ai est et i s at au dar i st r ukt ur dan sejarah t ersebut . Sejarah sering disebut benda seni, maupun budaya dan budaya bukan m er upakan ent it as yang yang d i m ak n ai seb agai seb uah p r oses t er pisah. Dalam cult ural st udies, m em baca pengem bangan spr it ual, int elekt ual, dan sebuah teks atau prakt ik berlaw anan dengan est et i k; nam un budaya dipaham i sebagai lat ar belakang hist or isnya, at au m engguna-

sebuah teks 5 dan prakt ik kehidupan sehari- kan t ek s/ pr ak t i k un t uk m en gi lu st r asi kan har i. Cult ural st udies m enganggap budaya sebu ah m o m en h i st or i s yan g t el ah d i - sebagai sesu at u yang p o li t i s kar en a d i form ulasikan sebelumnya, bukanlah sesuat u

d alam nya t er d apat ar en a kon f l i k d an yang dit abukan. Sejar ah dan t eks/ pr akt i k kon t est asi. Hal t er seb u t d i l i hat seb agai dianggap sebagai bagian dar i proses yang wahana kunci bagi produksi dan reproduksi sam a. Cult ur al st udies m enegaskan bahw a

5 Dalam t radisi cultural st udies, istilah ‘t eks’ digunakan t idak hanya unt uk m erujuk pada t ulisan-t ulisan, nam un juga unt uk produk-produk kult ural. Dengan dem ikian, seorang prakt isi cult ural st udies yang sedang m engkaji

sebuah t eks kultural berarti dia sedang m elakukan ‘pembacaan’ t erhadap sebuah produk kult ural (lihat Johnson 1996, 94). M enurut Richard Johnson (1996, 97), ‘teks’ dalam cult ural st udies tidak lagi dikaji untuk kepent ingan t eks itu sendiri, m aupun unt uk melihat efek sosial yang m ungkin bisa dit im bulkan oleh t eks tersebut , m elainkan unt uk m enggali bent uk-bent uk kult ural at au subjekt if yang bisa dipaham i ataupun didapat kan darinya. Teks hanyalah sebuah sarana di dalam cult ural st udies. Teks adalah bahan baku dim ana bent uk-bent uk t ert ent u— narat if, problem at ika ideologi, posisi subjek, dsb.—dapat diabst raksi. Nam un, t ujuan utam a dar i cult ural st udies bukanlah t eks it u sendiri, m elainkan kehidupan sosial dari bent uk-bent uk objekt if pada set iap m om en dar i art ikulasi t eks t ersebut . Bagi John Frow dan M eaghan M orris (1996, 355), t eks t idak sem ata m erupakan t empat dim ana makna dikonstruksi dalam sat u t ingkatan inskripsi—seperi t ulisan, pidato, film , pakaian, dsb.— nam un t eks bekerja sebagai sebuah t ingkatan yang m em iliki ber bagai lapisan. Sebagai cont oh, jika sebuah pusat perbelanjaan diandaikan sebagai sebuah m odel t ekst ualitas, m aka ‘t eks’ ini m elibat kan berbagai aspek sepert i prakt ik, st rukt ur inst it usional, kondisi hukum , kondisi finansial, kondisi polit is, serta relasi kuasa dan pengetahuan t ert ent u. Dengan dem ikian t eks m er upakan ent itas yang bercam pur secara ont ologi, sehingga t idak ada apa yang dinam akan sebagai pem bacaan yang benar. Pendeknya, cult ural st udies m em per hat i kan bagaim ana sebuah t eks dibaca oleh beragam audiens sehingga ot oritas dan finalitas dari set iap pem bacaan selalu bisa diper tanyakan. Frow dan M orris (dalam St orey 1996b, 2) m enam bahkan, t eks hanya eksis dalam jejar ing relasi int er t ekst ualitas, sehingga unt uk m engkajinya kit a perlu m encarinya di ber bagai m om en per tarungan, representasi, dan inskripsi. Dengan kata lain, cult ural st udies berusaha m enjaga keseim bangan dari m om en-mom en produksi kult ural yang berbeda—produksi m ateriil, produksi sim bolik, produksi t ekstual, dan konsum si dari prakt ik produksi t ersebut . Penggunaan kata ‘art i kulasi’ oleh Hall bisa berar t i dua m akna: m enyatakan dan m enggabungkan (St orey 1996a,

Volume 3 / Nomor 01 / Juli 2014 | KOMUNIKATIF Jurnal Ilmiah Komunikasi

Pujo Sakt i Nur Cahyo

Cult ural St udies :Perlint asan Paradigmat ik dalam Ilm u Sosial

budaya m enjadi pent ing karena mem bant u Gr am sci , Hal l m en gem b an gkan t eo r i menegakkan st ruktur dan membent uk sejarah.

‘art ikulasi’ 6 unt uk menjelaskan proses-proses Dengan kata lain, teks kult ural t idak hanya

pertarungan ideologis. M enurut nya, teks dan merefleksikan sejarah, namun juga membuat

prakt ik kult ural t idaklah tersemat makna dan sejarah dan merupakan bagian dar i prakt ik

t idak pula dijam in oleh m aksud pr oduksi. dan proses sejarah tersebut . Oleh karena it u,

M ak n a sen ant i asa m er u p akan h asi l d ar i t eks kult ural har uslah dikaji unt uk m elihat

t indakan art ikulasi, yait u sebuah proses akt if bagaim ana ideologi yang ada di dalam nya

menggunakan barang hasil produksi 7 . Proses ber pengar uh nyat a, dan bukan m elihat

t ersebut disebut sebagai ar t i kulasi karena ideologi apa yang diref leksikannya (St orey

m akna har uslah diekspresikan, t etapi selalu 1996a, 3; 1996b, 3).

dalam konteks, momen hist oris, dan wacana Asum si ked u a yan g d i am b i l dar i

t er t ent u. Dengan dem i kan ekspresi selalu M ar xism e adalah pengident if ikasian bahw a

terhubung dengan dan terkondisi oleh konteks m asyar akat i nd u st r i kapi t al is ad al ah

(St orey 1996a, 4; 1996b, 3-4).

masyarakat yang dibagi secara t idak seimbang Teks d an p r ak t i k ku lt u r al ad al ah menur ut et nik, gender, dan garis ket urunan

mult iaksen. Art inya, teks dan prakt ik kult ural ser t a kelas. Cult ur al st udies ber pendapat

t ersebut dapat diar t ikulasi dengan ‘aksen’ bahwa budaya m erupakan salah sat u sit us

yang b er b ed a o l eh o r an g yan g b er bed a u t am a t em p at p em b agian - p em b agi an

dalam konteks berbeda dan untuk kepent ingan tersebut terbangun dan saling ber kontestasi.

politis yang berbeda. M akna, dengan demikian, Budaya m er upakan ar ena dim ana t er jadi

adalah produk sosial. Sebuah teks atau prakt ik pertarungan terus-menerus atas makna, yang

bukan sumber dari munculnya makna, namun mana kelompok subordinat berusaha unt uk

tempat dimana art ikulasi makna—atau variabel menolak pengenaan makna yang mengandung

berbagai makna—dapat berada. Karena makna kepent ingan dari kelompok dominan. Hal ini

yang ber beda dapat berasal dar i t eks at au lah yang menjadikan budaya ideologis (St orey

pr akt i k kult ur al yang sam a, m akna selalu 1996a, 3-4).

m er u p akan t em p at yan g po t en si al bagi Id eo l o gi, t i dak d ir agu kan l agi ,

terjadinya konflik. Jadi, bagi cult ural st udies m er upakan konsep sent ral dalam cult ur al

ar ena b ud aya m er up akan t em pat ut am a st udies. Ada banyak definisi tentang ideologi

pertarungan ideologi, medan ‘perlawanan’ dan tent unya, namun yang lebih sering digunakan

‘ inkorporasi’, dan salah sat u t empat dimana di dalam cult ural st udies adalah definisi yang

hegemoni harus menang atau kalah (St orey diajukan oleh St uar t Hall. Dengan m eng-

1996a, 4).

gunakan kerangka teorit is ‘hegemoni’ Antonio 6 M enurut du Gay, maksud dari ist ilah ‘artikulasi’ adalah unt uk m erujuk pada proses m enghubungkan elem en-

elem en yang ber lainan secara bersam a-sam a guna m em bent uk kesat uan yang t em porer. Dengan dem ikian, sebuah ‘art ikulasi’ m erupakan bent uk penyam bungan dua at au lebih elem en yang berbeda unt uk m enjadi sat u kesat uan, dalam kondisi t ert ent u. Ini m erupakan hubungan yang t idak har us selalu pent ing, dit ent ukan, absolut , ataupun ada sepanjang w akt u; hubungan ini adalah hubungan yang prasyarat keberadaan ataupun kem unculannya per lu unt uk dicari di t engah ket idakpast ian keadaan (Gay et al. 1997, 3) .

7 Sebuah art efak kult ural akan ber m akna ket ika ia dipergunakan atau dikonsum si, direpresentasi. Benda yang t idak dipergunakan maka t idak akan m emiliki m akna, karena t idak ada proses representasi yang terjadi. Dengan

dem ikian, m akna t erlet ak pada art ikulasi art efak kult ural t ersebut , dan bukan hanya t er letak pada proses produksi sem ata (Gay et al. 1997) .

Volume 3 / Nomor 01 / Juli 2014 | KOMUNIKATIF Jurnal Ilmiah Komunikasi

Pujo Sakt i Nur Cahyo

Cult ural St udies :Perlint asan Paradigmat ik dalam Ilm u Sosial

Penggunaan t eor i hegem oni dalam cult ural dan sesuat u m enjadi populer ini sekaligus st udies m em baw a per spekt if pem aham an

melampaui batasan gagasan M ahzab Frankfurt bahwa ada sebuah dialekt ika ant ara proses atas audiens pasif (Kellner 2001, 396). produksi dengan akt ivit as konsum si (St orey

Dengan menempatkan budaya ke dalam 1996a, 5). Di bangun ber dasar kan kon sep

teori produksi dan reproduksi sosial, cult ural semiot ik yang dikem bangkan oleh Um ber t o

st ud i es m en j el askan d en gan gam b lan g Eco, St u ar t Hal l b er p en d ap at b ah w a

bagaimana bent uk-bent uk kult ural berperan p er b ed aan h ar u s d i b u at an t ar a p r oses dalam m elanjut kan dom inasi sosial, at au encoding teks media oleh produsen dan proses berperan dalam memungkinkan orang unt uk

d eco d i ng o l eh kon su m en . Per b edaan i n i berjuang melawan dominasi. Cult ural st udies m enegaskan kem am p u an au d ien s u nt u k

menganalisis masyarakat sebagai serangkaian memproduksi pembacaan dan makna mereka

relasi sosial yang hierarkis dan antagonis yang sendiri, unt uk membaca (decode) teks dengan

ditandai dengan penindasan terhadap kelas, car a yan g m eny i m p an g at au ber law anan

gender, ras, etnik, dan bangsa yang subordinat dari kebiasaan, disamping dengan cara biasa

(Kellner 2001, 396).

yang selaras dengan ideologi dominan (Kellner Sejak aw al , cult ur al st ud ies secar a 2001, 396). Pada proses produksi, produsen

sist em at i ka m enolak pem bedaan budaya m enco b a

t inggi dan rendah, ser ta t idak m enganggap dikonst ruksinya ke dalam teks/ prakt ik dengan

r em eh ar t ef ak yang ber asal dar i b udaya maksud agar makna tersebut dapat dipahami

m edia (Kell ner 2001, 396). Hoggar t d an dan diterim a dengan cara yang sama. Namun

W i lliam s m engat akan, kar ya sast r a at au demikian, dalam akt ivitas konsumsi, konsumen

b u daya ‘ ad i l u hu n g ’ hanyalah sebu ah m engar t i ku l asi kan sen d ir i m ak n a yan g

ekspresi budaya, yang dalam art i yang lebih

d i per o l ehnya m el al ui ak t iv i t as ko n sum si ant r opologis m er upakan ber bagai m akna tersebut . Seringkali makna yang direpresentasi

dan interaksi sosial yang menyusun kehidupan oleh konsum en analog dengan m akna yang

sosial (Long 2011, 110). Bagi cult ural st udies, dibangun oleh produsen m elalui present asi

t idak ada pem bedaan ant ara yang populer teks/ prakt ik yang ditawarkan. Tak jarang pula

dengan yan g elit , kar ena sem ua b ent uk hasi l r epr esen t asi kon sum en san gat jauh

budaya sama berharganya unt uk ditelit i dan berbeda dengan makna yang dimaksud oleh

dikritik (Kellner 2001, 397). Pandangan cultural produsen. Tim bul m akna-m akna bar u yang

st udies ini dianggap m elam paui sekaligus sangat subjekt if dan sama sekali t idak sesuai

berbeda dengan pendekatan yang dilakukan dengan konst ruksi dalam proses produksi. Pada sast ra terhadap budaya, yang mana pada saat t it ik ini, akt ivitas konsumsi bisa menjadi proses it u m asih m enjadi pendekat an dom inan 8 produksi makna (lihat Gay et al. 1997). Konsep

(Kellner 2001, 396).

tentang audiens akt if yang menciptakan makna

8 Pada m asa it u, sast ra m asih sangat dipengaruhi oleh paradigm a elit ism e yang sangat m em bedakan dan m em perlakakuan secara berbeda apa yang dinam akan sebagai sast ra t inggi dan sast ra rendah. Salah sat u

m om en yang m ungkin bisa dikatakan sebagai puncak dari hal ini adalah ket ika F.R. Levis m enganjurkan kepada guru-guru bahasa Inggris unt uk m elakukan diskrim inasi t erhadap segala macam produk m edia m odern secara um um dengan cara m endem onst rasi kan inferiorit as dan kelem ahannya jika dibandingkan dengan karya seni sast ra (lihat M cGuigan 2005, 178) .

Volume 3 / Nomor 01 / Juli 2014 | KOMUNIKATIF Jurnal Ilmiah Komunikasi

Pujo Sakt i Nur Cahyo

Cult ural St udies :Perlint asan Paradigmat ik dalam Ilm u Sosial

Obj ek Kaj ian

Inilah yang menurut Hall membedakan cultural

Secar a u m u m , cu l t u r al st u di es st udies dengan bidang kajian lain (Bar ker mengeksplorasi berbagai konsep kunci, antara 2002, 4). lain budaya, prakt ik penandaan, representasi,

Ad apu n t em a-t em a d an obj ek yang polit ik kult ural, posit ionalit y 9 , m at er ialism e m enjad i p usat per hat ian cul t ur al st udi es kult ural, non-reduksionisme, formasi sosial, ant ara lain : isu-isu subjekt ivit as, ident it as, art ikulasi, kuasa, budaya populer, ideologi, et nisitas, ras, bangsa, gender, televisi, teks, hegemoni, teks, audiens akt if, subjekt ivitas, penont on, r uang kult ural, tempat urban, anak ident itas, wacana, formasi diskursus (Barker muda, gaya hidup, subkult ur, polit ik kult ural, 2002, 3).

dan kebijakan kult ural (Barker 2009). Sebagaimana namanya, pusat perhat ian

dar i cult ural st udies adalah budaya. Dalam Metodologi

pandangan cultural st udies, budaya terdiri dari Cult ural st udies adalah sebuah kajian

b er b agai m ak na d an r ep r esen t asi yan g yang mult idisipliner. Dalam melakukan kajian dibangun oleh mekanisme penandaan dalam dan analisis, seorang penelit i cult ural st udies kont eks akt ivit as m anusia. Cult ural st udies m em p er gun akan ser t a m en ggab u n gkan ter tarik dengan konst ruksi dan konsekuensi kerangka pem ahaman dan teor i bidang lain

d ar i r ep r esent asi - r epr esen t asi i t u ser t a sebagai inst rumen. Pada umumnya, kerangka permasalahan mengenai kuasa, karena pola teori yang dipakai, dipinjam, dan dicampurkan prakt ik penandaan merupakan, dan dibent uk an t ar a lai n M ar xi sm e, po st - M ar xi sm e, oleh, st r ukt ur dan lem baga virt ual (Barker p si ko an al i si s, f em i n i sm , st r u k t ur al i sm e, 2002, 4).

p o st st r uk t u r ali sm e, d ekon t r u k si , t eo r i

M enur ut St uar t Hall, budaya dapat post kolonial, dan t eor i-t eor i post m oder n, dipahami sebagai arena akt ual dari prakt ik, seper t i Lyot ar d, Baudr i llar d, dan Jam eson r epr esent asi, bahasa, dan kebiasaan dar i (lihat Barker 2004; St orey 2008). semua masyarakat . Cult ural st udies berurusan

Sebagai sebu ah b id an g kaji an yan g dengan semua prakt ik, inst it usi, dan sistem m ult idisipliner, cult ural st udies t idak t er lalu

klasif i kasi it u, yang m ana m elalui hal-hal

b anyak m em p er m asal ahkan per t anyaan t ersebut t er t anam nilai-nilai, kepercayaan, klasik m engenai m et ode penelit ian. Namun

r u t in it as keh idu pan , d an ben t u k-b ent uk demikian, unt uk alasan prakt is, para penelit i kebiasaan perilaku pada masyarakat . Cult ural cu lt u r al st u d ies l eb i h m eny u kai m et o d e st udies telah berupaya unt uk m engembang- kualit at if dengan fokus unt uk menggali dan kan cara-cara berpikir tentang kebudayaan m en gkaj i m ak n a ku lt u r al. Secar a um um , dan kuasa yang dapat dim anfaat kan oleh kajian dalam cult ural studies berpusat pada t iga agen-agen sosial dalam mengejar perubahan. jenis met ode penelit ian (Barker 2004, 122) :

9 Konsep posit ionalit y digunakan oleh para prakt isi kajian budaya unt uk m enunjukkan bahw a pengetahuan dan ‘suara’ (voice) selalu t erletak di dalam vekt or w akt u, ruang dan kekuatan sosial. Dengan dem ikian, konsep

posit ionalit y m enunjukkan perhat ian epist em ologis t erhadap penilaian dan pem aham an, m engenai siapa yang berbicara, di m ana, kapan dan m engapa. Ini m em baw a konsekuensi pada stand point bahw a pengetahuan t idak dipaham i sebagai sebuah fenom ena yang net ral atau objektif, m elainkan sebagai sebuah produksi sosial atau kult ural karena posisi dim ana penget ahuan t ersebut diucapkan akan m em bent uk karakt er dasar dari penget ahuan it u (Barker 2004, 154). Pengetahuan akan sangat bergant ung pada siapa yang m engatakannya, di m ana, kepada siapa, dan unt uk t ujuan apa (Barker 2002, 176) .

Volume 3 / Nomor 01 / Juli 2014 | KOMUNIKATIF Jurnal Ilmiah Komunikasi

Pujo Sakt i Nur Cahyo

Cult ural St udies :Perlint asan Paradigmat ik dalam Ilm u Sosial

a. Et nografi. Dalam cult ural st udies, et nografi p end esk r ip si an kem b al i d u ni a d engan digunakan unt uk menelit i pengalaman dan

menyediakan inisiat if baru yang memperkaya prakt ik-prakt ik dalam kehidupan sehar i-

budaya kit a dengan ide-ide kreat if (Bar ker har i. Penggunaan m et ode ini ser ingkali

dikait kan dengan cult uralism 10 .

Dalam h al p end ekat an t ek st ual ,

b. Pen dekat an-pendekat an t ekst ual post st r ukt uralism e mer upakan yang paling m el alui ker angka anali sis dan

banyak memberikan pengaruh dalam cult ural pem aham an sem iot i k,post rukt uralisme,

st udies. Sebagai cont oh, konsep différance dan dekonst r uksionisme.

m er u p akan p u sat d ar i kon sep t u al i sasi

c. Hermeneut ik. M et ode ini digunakan unt uk p ent i n g St u ar t Hal l m en gen ai id en t it as melakukan kajian terhadap resepsi audiens.

sebagai sebuah konst r uksi diskursif (Bar ker 2004, 161). Art inya, ident itas t idak dianggap

Et no gr af i d al am cu l t u r al st u di es sebagai sebuah refleksi tetap dan alami dari ber pusat pada eksplorasi nilai dan m akna

realitas hidup, namun sebagai sebuah proses ku lt u r al , ser t a d u ni a keh i du p an d engan

‘menjadi’ (Barker 1999, 28). Tidak ada identitas t ujuan unt uk memberikan ‘suara’ bagi orang-

int i yang har us dicar i, m elainkan ident it as or ang yang kurang t er w aki li dalam t r adisi

dilihat sebagai sesuat u yang t erus mener us t u li san akad em i k Bar at . Dal am ko n t ek s

dipr oduksi di dalam gar is per sam aan dan cult ural st udies berorientasi media, et nografi

berbedaan (Barker 1999, 28; 2004, 94). Di j u ga m enj ad i kat a ku n ci b agi b er b agai

si ni i d en t i t as d apat b er u b ah m ak n anya m et o d e ku ali t at i f, t er m asu k p ar t i ci pan t

m enu r u t r u an g, w ak t u, d an p em akai an observation, wawancara mendalam, dan focus

(Bar ker 2009, 175). Sejalan dengan konsep gr oup . Di sin i, r o h et n ogr af i i ni l ah yang

différance, cult ural st udies melihat ident itas kem ud ian m eni m b ul kan p ol em i k kar en a

sebagai ent it as yan g di dalam nya penuh m elawan t radisi kuant itat if pada penelit ian

pertentangan dan perpot ongan atau dislokasi komunikasi (Bar ker 2004, 64).

sat u sam a lain . Tidak ada sat u ident i t as Perm asalahan dalam et nografi adalah

t u nggal yan g d ap at ber p er an seb agai isu pener jemahan dan just ifikasi kebenaran

ident it as yang m enyat u dan m enyelur uh, yang t idak universal at au objekt if. Jika kit a

m elai nkan id ent it as selal u b er geser t er - berpikir bahwa bahasa—demikian pula budaya

gant ung dar i bagaim ana seseorang dikenali dan pengetahuan—t idak dibent uk oleh aturan-

atau direpresent asi. Dengan dem ikian, kit a at uran yang t idak dapat diter jemahkan dan

sebenarnya dibent uk oleh berbagai retakan t id ak ko m p at i bel, n am u n o leh di b en t u k

ident itas (Bar ker 2004, 94).

ket r am pi lan yang dap at dipelajar i, m aka Pengar uh hermeneut ik dalam cult ural et nografi dapat dipahami sebagai bagian dari

st udies masuk melalui teori resepsi pembaca

10 Secara t eorit is, cult uralism atau kult uralism e adalah sebuah pandangan yang m engadopsi definisi luas dari budaya secara ant ropologi. M enurut pandangan ini, budaya dipaham i sebagai proses dalam kehidupan sehari-

har i dan t idak t erbatas pada seni t inggi/ adiluhung saja. Dengan dem ikian, kult uralism e m enakankan pada kem urbaan budaya dan keakt ivan, kreat ivit as, dan kapasitas orang-orang unt uk m engkonst ruksi prakt ik- prakt ik yang berm akna bersam a. Secara m et odologis, kult uralism e disukai oleh penelit ian em piris dan et nografi pada khususnya, dengan fokus pada pengalam an hidup unt uk m engkaji bagaim ana m anusia m enciptakan m akna kult ural. Dalam cult ural st udies, kult uralism e diperkenalkan oleh Richard Horggart , Raym ond W illiam s, dan E.P. Thom pson (Barker 2004, 43) .

Volume 3 / Nomor 01 / Juli 2014 | KOMUNIKATIF Jurnal Ilmiah Komunikasi

Pujo Sakt i Nur Cahyo

Cult ural St udies :Perlint asan Paradigmat ik dalam Ilm u Sosial

yang m encabar gagasan bahw a hanya ada

Bagan 1

sat u makna, yait u makna yang sebagaimana M odel Cricuit of Cult ure St uart Hall diinginkan oleh pengar ang. Her m eneut i k

juga m enggugat gagasan bah w a m ak na- m akna t ekst ual m am pu m en jaga m ak na

Representation

yang d i ci p t akan o leh p em b aca/ au d ien s tetapi menekan hubungan interakt if antara t eks d an p em b aca. Den gan d em i ki an

Identity pem baca m endekat i t eks dengan harapan

Regulation

d an an t isi p asi t er t en t u yan g kem u di an dim odif i kasi dalam per jalanan m em baca it u un t u k di gant i dengan p r o yeksi yang baru. Pemahaman selalu berasal dari posisi dan sudut pandang orang yang memahami.

Production Hal ini t idak hanya m elibat kan reproduksi

Consumption

dari m akna t ekst ual, nam un juga produksi makna baru dari para pembaca. Teks dapat menyusun aspek makna dengan membimbing

Pada model St uart Hall, proses kult ural pem baca, t et api t idak dapat m em per baiki

di bagi m en jad i Repr esent at i on, Id en t it y, m akna yang m er upakan hasi l dar i osilasi

Product ion, Consum pt ion, dan Regulat ion. antara t eks dan im ajinasi pem baca (Barker

M odel sirkuit ini dipergunakan unt uk mengkaji 2004).

ar t ef ak ku l t ur al Pad a t ahun 1986, Richar d John son

b agai m ana

seb uah

direpresentasikan, ident it as sosial apa yang m enggem bangkan sebuah m et ode analisis

t er sem at at asnya, bagaim ana ar t ef ak it u ku lt u r al d en gan m en em p at kan p r o ses-

diproduksi dan dikonsumsi, sert a mekanisme pr oses kult ur al ke d al am seb uah si r ku it

sepert i apa yang digunakan unt uk meregulasi (lihat Johnson et al. 2004). M et ode analisis

dist ribusi dan penggunaannya. Karena yang t ersebut kem udian dikenal sebagai sir kuit

digunakan sebagai perangkat analisis adalah kult ural, dan pada perkembagannya menjadi

sebuah sirkuit , maka analisis dapat dimulai dari salah sat u ciri khas met ode analisis dalam

manapun dan dalam urutan seper t i apapun. cult ural st udies, di ant ara berbagai met ode

Nam un yang per lu digar isbaw ahi adalah, analisis lain yang digunakan. St uar t Hall

sebagai sebuah sirkuit , kajian melalui met ode kem udian m engenalkan m odel sir kuit nya

ini baru akan dikatakan selesai jika keseluruhan sendiri yang sebenar nya merupakan penye-

proses dijalani atau dikaji. Bagian-bagian dari

d er h an aan , j i ka t id ak d iseb u t seb agai sirkuit ini saling berhubungan sat u sama lain, peyem pur naan, dar i model sirkuit Richard

sehingga ket ika kajian dilakukan pada sat u Johnson 11 .

11 Di bandingkan dengan skem a yang dibuat oleh Richard Johnson yang disebut nya sebagai cult ural sircuit , circuit of cult ure yang disusun oleh St uart Hall bisa dibilang lebih sederhana nam un cukup kom prehensif,

w alaupun sir kuit m odel Richard Johnson juga bisa disederhanakan. Secara um um proses kult ural Richard Johnson dibagi ke dalam em pat t ahap: Everyday Life, Product ion, Text , dan Reading. Di antara tahap-tahap t ersebut dapat disisipkan t indakan-t indakan yang bert ujuan guna m enggali m akna sepert i m em etakan t eori, m elakukan pem bacaan teks, melakukan pem bacaan posisi pem baca atau penonton, melakukan kajian psikologi atau psi koanalisis kult ural, dan sebagainya (Johnson et al. 2004, 38-41) .

Volume 3 / Nomor 01 / Juli 2014 | KOMUNIKATIF Jurnal Ilmiah Komunikasi

Pujo Sakt i Nur Cahyo

Cult ural St udies :Perlint asan Paradigmat ik dalam Ilm u Sosial

proses t er t ent u, proses yang sedang dikaji kelompok Birmingham sebenarnya mereplikasi t er seb u t b i sa jad i m er u p akan el em en beberapa posisi klasik t ertent u dari M ahzab pembangun dari proses yang lain. M isalnya, Fr an k f u r t d al am t eor i sosi al dan m od el proses-proses representasi yang dibahas pada met odologi mereka unt uk melakukan cult ural bagian Representation sebenarnya merupakan st udies, dem ikian juga dalam hal st rategi dan el em en dar i pem b ent u k id en t it as yan g p er spek t i f p ol i t i s. Seb agai m ana M ah zab nant inya d i bahas pada b agian Ident it ies, Frankfurt, cultural st udies mengamat i integrasi dem ikian set erusnya. Dalam kajian, proses- dari kelas pekerja dan penurunan kesadaran proses kult ural t ersebut m em ang di beda- revolusionernya, serta mempelajari kondisi dari bedakan, namun dalam dunia nyata, proses- bencana ini unt uk proyek revolusi M ar xian. proses tersebut senant iasa tumpang t indih dan Senada pula dengan M ahzab Frankfurt, cult ural saling menjalin satu sama lain dengan cara yang st udies m enyim pulkan bahw a budaya massa rumit tak t erat ur (Gay et al. 1997, 3-4).

memainkan peran yang sangat pent ing dalam m engint egrasi m asyarakat kelas peker ja ke dalam masyarakat kapit alis yang ada sepert i

Posisi Paradigmatik

sekarang ini, dan bahwa konsumen dan budaya Tidak bisa disangkal, cult ural st udies m edia bar u t elah m em bent uk m ode bar u sangat dipengaruhi oleh M arxisme dan M ahzab hegemoni kapitalis. Namun demikian, berbeda Frankfurt (lihat Agger 2013). Pada awal-awal

Fr ank f u r t , M ahzab kaji an nya, cu lt u r al st u di es m en gad op si Bi r m i n gh am t i d ak t er l al u m em b er i kan pendekatan M arxian dalam mengkaji budaya, perhat ian t erhadap gerakan estet ik modernis khususnya dipengar uhi oleh Alt husser dan

d engan

M ah zab

d an avant - gar d e, dan h anya m em b at asi Gr am sci. Dar i Al t husser dipin jam ko nsep perhat iannya pada produk-produk dari budaya ideologi, sedangkan dar i Gram sci dipinjam media dan budaya populer (Kellner 2005, 174). konsep hegemoni dan counter-hegemony yang

ad a d al am m asyar akat . M el al ui ko nsep Gr am sci , cu l t ur al st u d i es m en gan al isi s hegemoni, atau dominasi kekuatan sosial dan kult ural yang berkuasa, dan mencari kekuatan co un t er - h egem o n ic

yan g

m el akukan

per law anan (Kellner 2001, 396).Beber apa t o ko h kun ci d ar i cult ur al st ud ies sep er t i Raymond W illiams, E.P. Thompson, dan St uart Hall menggunakan M arxisme sebagai kerangka pemahaman utama dalam melakukan analisis kultural mereka. Bahkan stuart Hall mengklaim dir inya sebagai seorang M ar xist , w alaupun

b anyak yan g m en gat akan b ah w a gar i s pem ikirannya sebenar nya lebih cender ung cocok disebut sebagai post-M arxist (Barker 2004, 113).

Walaupun Hal biasanya menghilangkan M ahzab Fr ankf u r t dar i nar asinya, nam un

Volume 3 / Nomor 01 / Juli 2014 | KOMUNIKATIF Jurnal Ilmiah Komunikasi

Pujo Sakt i Nur Cahyo

Cult ural St udies :Perlint asan Paradigmat ik dalam Ilm u Sosial

 M em ber ikan

 M engam at i int egrasi dar i kelas peker ja dan

perhat ian t erhadap

 Mengamati integrasi dari kelas pekerja dan penurunan penurunan kesadaran r evolusionernya, sert a

gera0kan est et ik

kesadaran revolusionernya, serta mempelajari kondisi m em pelaj ari kondisi dari fenom ena ini unt uk

 Tidak t er lalu m em berikan  garde —sepert i

m oder nis dan avant-

dari fenomena ini untuk proyek revolusi M arxian proyek revolusi M arxian (Kellner 2005, 174).

M emberikan perhat ian perhat ian t er hadap gerakan Ekspresionism e,

 (Kellner 2005, 174). M e nyi m p u l kan b ah w a b u d aya m assa

 Menyimpulkan bahwa budaya massa memainkan peran m em ai n kan p er an yan g san gat p en t i n g

 garde Tidak terlalu m em berikan Surealism e, dan

terhadap gerakan est et ik est et ik m oder nis dan avant-

yang sangat penting dalam mengintegrasi masyarakat d al am m en gi n t egr asi m asyar akat kel as

(Kellner 2005, 174) .

perhatian t erhadap gerakan Dadaism e (Kellner garde —sepert i

modernis dan avant-

kelas pekerja ke dalam masyarakat kapit alis yang ada

 Hanya m em bat asi estetik m odernis dan avant- 2005, 174). Ekspresionism e,

sepert i sekarang ini, dan bahwa konsumen dan budaya media baru telah membentuk mo de baru hegemoni ad a se p er t i sekar an g i n i , d an b ah w a

pekerj a ke dalam m asyarakat kapit alis yang

perhat iannya pada produk- garde (Kellner 2005, 174).  M elihat budaya m assa Surealism e, dan

kapitalis (Kellner 2005, 174). ko nsu m en d an bu daya m ed ia bar u t el ah

 Dibangun secara transdisipliner, menggunakan, m em bent uk m ode baru hegem oni kapit alis

 produk dari budaya m edia dan Hanya m em batasi

perhatiannya pada produk- sebagai sebuah Dadaism e (Kellner 2005,

budaya populer (Kellner 2005, produk dari budaya media dan bent uk dom inasi 174).

mem injam, sekaligus menggabungkan berbagai teori (Kellner 2005, 174).

 sosial, kritik budaya, dan politik (Kellner 2001, 396). Di b an gu n secar a t r an sd i si p l i n e r,

 M elihat adanya bent uk 174).  hom ogen (Kellner M elihat budaya massa

budaya populer (Kellner 2005, ideologi yang kuat dan

 Berpandangan bahwa budaya haruslah dipelajari dalam

sistem dan relasi sosial yang mana melaluinya budaya m e n ggu n akan , m em i n j am , sekal i gu s

 perlaw anan t erhadap M elihat adanya bentuk 2002, 36). sebagai sebuah bent uk

diproduksi dan dikonsumsi, sehingga dengan demikian m enggabungkan berbagai t eor i sosial, krit ik

perlaw anan t erhadap dom inasi ideologi yang

analisis budaya t erikat dengan kajian terhadap budaya, dan polit ik (Kellner 2001, 396).

m odernit as kapit alis dalam

budaya m edia, int erpret asi modernit as kapit alis dalam kuat dan hom ogen

 Ber p an d an gan b ah w a b u d aya h ar u sl ah  Melihat budaya adiluhung sebagai kekuatan perlawanan

masyarakat, po lit ik, dan ekonomi (Kellner 2005, 174).

terhadap modernitas kapitalis (Kellner 2002, 36). dipelajar i dalam sist em dan relasi sosial yang

audiens, dan penggunaan budaya media, int erpretasi

(Kellner 2002, 36). ar t efak budaya (Kellner 2002, audiens, dan penggunaan

m ana m el alu inya b udaya d ip rod uksi d an

d i ko n su m si , seh i n gga d en gan d e m i ki an

36). artefak budaya (Kellner 2002,

an al i si s b u d aya t er i kat d en gan kaj i an

t erhadap m asyarakat , polit ik, dan ekonom i (Kellner 2005, 174).

 M elihat budaya adiluhung sebagai kekuat an per law anan t erhadap m oder nit as kapit alis (Kellner 2002, 36).

Bagan 2 : Persinggungan M ahzab Frankf urt dengan M ahzab Birm ingham (Cult ural St udies)

Sama halnya dengan M ahzab Frankfurt ,

M ahzab Bi r m i n gh am di b an gu n secar a t r an sd i si p l i n er, d al am hal p r ak t i k d an

Berawal dari Birmingham

m et at eo r inya, seh i n gga m enu m b an gkan Cen t er o f Co nt em p or ar y Cul t u r al

b at as- b at as akad em i k yan g ada d engan St ud i es ( CCCS) d i d ir i kan t ah u n 1964 d i m enggabungkan t eor i sosial, kr it ik budaya,

Universitas Birmingham, Inggris, sebagai pusat dan polit ik, sement ara bert ujuan mengkrit ik

penelit ian pascasarjana (Barker 2004, 21), di secara komprehensif konfigurasi dari budaya

baw ah naungan Depar t em en Sast ra Inggris dan masyarakat saat ini (Kellner 2001, 396).

(M cGuigan 2005, 178). Lembaga ini pertama M ahzab Bir m ingham dan M ahzab Frankf ur t

kali d idir i kan dan dip im pi n ol eh Richar d sam a- sam a m em an dan g b ah w a b u daya

Hoggar t t ahun 1964-1968 (Barker 2004, 21; haruslah dipelajar i dalam sist em dan relasi

M cGu i gan 2005, 178) . Ket i ka Ho ggar t sosial yang mana melaluinya budaya diproduksi

meninggalkan Universitas Bir mingham pada dan dikonsum si, sehingga dengan dem ikian

akhir 1960an unt uk menjadi w akil direkt ur analisis budaya terikat dengan kajian terhadap

U N ESCO ( or gan i sasi PBB u n t u k u r usan m asyarakat , polit ik, dan ekonom i (Kellner

pendidikan dan kebudayaan), St uar t Hall

Volume 3 / Nomor 01 / Juli 2014 | KOMUNIKATIF Jurnal Ilmiah Komunikasi

Pujo Sakt i Nur Cahyo

Cult ural St udies :Perlint asan Paradigmat ik dalam Ilm u Sosial

m enggan t i kannya seb agai di r ekt u r CCCS Birmingham unt uk masuk ke Open Universit y— hingga tahun 1979 (M cGuigan 2005, 178).

di m ana ia juga ber par t isip asi m end ir i kan Pada masa kepemimpinan St uart Hall

perkuliahan budaya populer di sana—M ahzab inilah cult ural st udies sebagai sebuah domain

Birmingham mencapai puncak popularitas dan kei l m u an m en dap at kan kep o p ul er annya

kejayaan-nya. Akan t et api, seir ing dengan (Bar ker 2004, 21). Hall t idak hanya sukses penyebaran-nya, M ahzab ini kemudian menjadi sebagai seorang direkt ur sebuah lem baga

semakin terfragmentasi (M cGuigan 2005, 178). kajian, namun juga sebagai seorang teorit si.

Fokus So so k nya san gat i n sp i r asi o n al seh i ngga

kajian per tama kali dari CCCS adalah budaya banyak mahasiswa Birmingham yang menjadi

seh ar i- har i , d en gan penekan an t er hadap pengikut pikiran-pikirannya. Sehingga, pada

budaya kelas pekerja yang senada dengan karya 1970an seb u ah m ah zab p em i ki r an yan g

Hoggar t dan Raym od W illiam s. Akan tet api,

d isebu t seb agai m ah zab Hal l ian m u n cu l momen kult uralisme ini dikalahkan pengaruh sekaligus sebagai penanda pengar uh St uar t

strukturalisme, terutama karena diart ikulasikan Hall di Bir m ingham (M cGuigan 2005, 178).

dengan M arxisme. Dalam melakukan kajiannya M ahzab ini, bersama dengan pikiran-pikiran

CCCS mempergunakan teori-teori dari Bart hes, dan kar ya anggot a CCCS yang lain seper t i

Al t husser, dan t er ut am a Gr am sci sebagai Leavisism e Hoggar t , kar ya-kar ya Raym ond

inst r um en t eor it is kajian. Alat konsept ual W i l l iam s, E.P. Th o m p son , Di ck Hebd i ge,

ut ama yang digunakan adalah teks, ideologi, Angela M cRobbie, Paul W i llis, dan David

dan hegem oni yang digali m elalui gagasan M orley, ser ing juga disebut sebagai M ahzab

m engen ai b u d aya p op u l er seb agai sit u s Bir m ingham (Kellner 2005, 173; M cGuigan

kont r ol sosial sekaligus per law anan. Topi k- 2005, 178). Selama dekade 1970an tersebut ,

t opik subst ant if dalam penelit ian, diant ara- cult u ral st ud ies M ahzab Bir m ingham t elah

nya ad alah m edia m assa, sub ku lt u r an ak dianggap sama pent ingnya, sebanding dengan

m uda, pendidi kan, gender, ras, dan negara kajian ur ban M ahzab Chicago 12 dan t eor i ot or iter (Barker 2004, 21). Para penelit i dari krit is M ahzab Frankf ur t . Ket ika pada t ahun

M ahzab Birmingham ini adalah para pakar ilmu 1979 Hal l m en in ggal kan Uni v er sit as so si al yan g per t am a m en el i t i p en gar u h

12 M ahzab Chicago sangat dikenal dengan t eori ekologi (lihat M cPherson 2005, 228) dan kajian urbannya (lihat Barker 2004, 204). Beberapa t okoh kunci dalam M ahzab Chicago diantaranya: W.I. Thom as, Robert

Par k, Charles Hor t on Cooley, dan George Herber t M ead (lihat Rit zer 2011, 199-204), selain ada beberapa t okoh lain sem isal Florian Znaniecki, Earnest W. Burgess, Am os Haw ley, dan lain-lain (lihat M cPherson 2005). Secara um um , ada dua fokus yang m enjadi karakt erist ik utam a M ahzab Chicago (Kivist o 2011, 438). Yang per tam a, perhat ian t er hadap pola-pola ekologi kehidupan urban, dan yang kedua, perhat ian t erhadap pola- pola penyesuaian dan inkorporasi (asim ilasi) para pendat ang baru dalam sebuah kom unit as. Teori ekologi ber pusat pada pikiran Rober t Par k (Kivist o 2011, 438; M cPherson 2005, 228). Dengan m em injam perspektif biologi, t eori ekologi Par k ber fokus pada pengkajian kom pet isi dan konfli k atas w i layah dan sum ber daya. Dalam perspekt if M ahzab Frankfurt , keberadaan kom pet isi ini m enyebabkan t im bulnya zonasi spasial dalam kom unitas ur ban. Kolega Robert Park, Ernest W. Burgess, m engem bangkan m odel dar i zonasi spasial ur ban ini (Kivist o 2011, 438), yang kem udian m enjadi aw al m ula berkem bangnya kajian urban M ahzab Frankf urt (Barker 2004, 204). Salah seorang penelit i M ahzab Frankf urt , Rober t M ert on, m enelit i t entang anak m uda sebagai bagian dalam t eorinya t entang ket egangan sosial. Karya dari Robert M ert on ini lah yang kem udian ‘dipinjam ’ dan dit eruskan oleh Dick Hebdige, penelit i generasi kedua CCCS, unt uk m em form ulasikan t eori dan penelit iannya t entang subculture dan yout h cult ure yang kemudian juga m enjadi salah satu fokus perhat ian para prakt isi cult ural st udies ber ikut nya (lihat Beam ish 2011, 620-630) .

Volume 3 / Nomor 01 / Juli 2014 | KOMUNIKATIF Jurnal Ilmiah Komunikasi

Pujo Sakt i Nur Cahyo

Cult ural St udies :Perlint asan Paradigmat ik dalam Ilm u Sosial

koran, radio, televisi, film, dan bent uk-bent uk budaya kelas pekerja Inggris yang berkembang bu daya p opu ler lain t er h adap k hal ayak.

dan berubah dari tahun 1930an hingga 1950an. M er eka m em f o kuskan p ad a b agai m an a

Pada bagian pertama buku tersebut Hoggart au di en s t er t ent u m ener j em ah kan d an

memberikan catatan yang mendetail, simpat ik, m enggunakan budaya m edia dengan ber-

sert a humanis terhadap budaya hidup kelas

bagai cara dan konteks tertent u, menganalisis peker ja, seb elu m kem u dian m em ber i kan fakt or-fakt or yang m em buat para audiens analisis yang tajam terhadap perkembangan m enanggapi dengan cara yang belaw anan

‘budaya komersial’ 13 (Barker 2004, 86). Hoggart dari teks media (Kellner 2001, 396)

m em b an di ngkan vi t al it as d an keh id up an Sejak saat pendir ian CCCS, cult ural

inst itusi kelas pekerja Inggris dengan kepalsuan studies banyak memperoleh basis institusional

produk industri budaya yang dilihatnya sebagai dal am skala gl obal. Pengar uh d ar i po st -

sebu ah hom ogenisasi dangkal kehidu pan st rukt uralisme telah meredupkan pengaruh

Inggr is dan sebuah penjajahan budaya oleh st r ukt ur alis M ar xism e sebagai par adigm a

ideologi kapit alis yang sangat dipengar uhi teorit is utama. Pada tahun 1988, CCCS ber-

Amerika (Kellner 2001, 395). hent i menjadi pusat penelit ian pascasarjana

Warisan utama Hoggart unt uk cult ural

d an m en jad i ju r u san u n iv er sit as yan g st u d ies adal ah kajiannya yang m end et ai l m encaku p p en d i di kan j en j ang sar jan a

t er h ad ap b u d aya kel as p eker j a yan g (Barker 2004, 21). Namun demikian pengaruh

m elegi t im asi m ak n a d an pr ak t i k o r an g- p ar a p em i k i r CCCS m el al u i M ahzab

orang biasa ket ika m ereka ber usaha unt uk Birmingham-nya pada cult ural st udies yang

m enj al ani keh id u p an ser t a m em bu at sem akin m enyebar ke selur uh dunia juga

sejarah mereka sendiri (Barker 2004, 86). sem akin m eningkat , hingga CCCS benar - benar di bubar kan pada t ahun 2002 (M c

Raymond Williams (1921-1988)

Guigan 2005, 178). Raym ond Henr y W i lliam s sebelum

masuk ke Universitas Cambridge, baik sebagai mahasiswa maupun kemudian menjadi dosen

Tokoh-t okoh Cult ural St udies

di sana, adalah seorang yang berasal dari kelas

Richard Hoggar t (1918-2014)

p eker j a di w i layah ped esaan W ales. Herbert Richard Hoggart adalah seorang

Pengalam annya sebagai kelas peker ja ini p r of eso r sast r a In ggr i s d i Un iv er sit as

r u panya m em i li ki p en gar u h yang san gat Bir m ingham , Inggr is. Ia m er upakan t okoh

signifikan dalam karirnya kelak. Terbukt i, tema- sent ral dalam sejarah berdirinya Center for

t em a dalam t ulisannya selalu t ak jauh dar i Contemporary Cult ural St udies (CCCS) yang