KEPEMILIKAN DAN BINGKAI MEDIA (ANALISIS FRAMING PEMBERITAAN JOKO WIDODO SEBAGAI KANDIDAT CALON PRESIDEN PADA KORAN SINDO) | Kurniasari | Jurnal Ilmiah Komunikasi Makna 1 SM

KEPEMILIKAN DAN BINGKAI MEDIA

(ANALISIS FRAMING PEMBERITAAN JOKO WIDODO SEBAGAI KANDIDAT CALON PRESIDEN PADA KORAN SINDO)

Oleh : Nani Kurniasari, Gilang Gusti Aji Institut Teknologi dan Bisnis Kalbis, Universitas Negeri Surabaya nani.kurniasari@kalbis.ac.id gilangaji@unesa.ac.id

Abstract The activities of several media in the presidential election in 2014 reflect the increasing

role of the media in the succession election process. The problem is, there is the issue of independence that surfaced because of the news that is not balanced when the election period. Several previous studies linking patterns of news like that with the issue of media ownership. Media owner is considered to have a vested interest in the content that is raised. Reese and Shoemaker (1996) believes the media content is influenced by many factors, media ownership is one of them. This study approached by the qualitative way using Gamson-Mondigliani framing analysis. Taking Koran Sindo in the MNC group by Hari Tanoesoedibjo as research object, this research shows that there is an attempt framing the news of Joko Widodo in a negative tone. Framing by Koran Sindo hinted at a hidden agenda behind the text message of the media. Like support previous research, this study proves that media content is not a reflection of actual reality, but shaped by various factors that produce different versions of reality. There is factor of ownership that influence agenda of media text.

Keywords: framing, media ownership, mass media, reporting, presidential election.

Abstrak Aktivitas beberapa media dalam pemilihan presiden tahun 2014 menjadi cermin

meningkatnya peran media dalam proses suksesi pemilihan. Masalahnya, ada isu independensi yang mengemuka karena pemberitaan yang tidak berimbang saat masa pemilihan. Beberapa penelitian terdahulu menghubungkan pola pemberitaan seperti itu dengan isu kepemilikan media. Pemilik media dianggap memiliki kepentingan pribadi atas konten yang dimunculkan. Reese dan Shoemaker (1996) meyakini konten media dipengaruhi berbagai faktor, salah satunya kepemilikan media. Penelitian ini didekati secara kualitatif menggunakan analisis framing dari Gamson-Mondigliani. Mengambil objek penelitian Koran Sindo yang berada dalam grup MNC milik Hari Tanoesoedibjo, penelitian ini menunjukkan bahwa ada upaya pembingkaian berita tentang sosok Joko Widodo secara negatif. Pembingkaian yang dilakukan Koran Sindo mengisyaratkan agenda tersembunyi di balik teks berita yang disampaikan media. Seakan mendukung riset terdahulu, penelitian ini membuktikan bahwa isi media bukanlah sebuah cermin dari realitas yang sebenarnya, tetapi dibentuk oleh berbagai faktor yang menghasilkan berbagai versi yang berbeda dari realitas. Ada faktor kepemilikan yang memberikan pengaruh pada agenda penyusunan teks media.

Kata kunci: framing , kepemilikan media, media massa, pemberitaan, pemilihan presiden.

96 Jurnal Ilmiah Komunikasi | MAKNA Vol. 6 No. 1, Februari-Juli 2015

Jurnal Ilmiah Komunikasi | MAKNA Vol. 6 No. 1, Februari-Juli 2015 97

Pendahuluan Menguatnya peran media massa

dalam proses komunikasi politik semakin terasa menjelang pemilihan umum. Media merupakan salah satu aktor penting dalam menggiring opini audiens. Selain menjadi wadah informasi, mediajugamempunyai peran menjadikan proses demokrasi di Indonesia akan semakin baik dan bermutu. Secara ideal, dalam setiap pemberitaannya, media harus selalu berusaha netral dan mengutamakan kepentingan bangsa.

Persoalannya, dalam memberitakan kandidat calon presiden, mengemuka isu independensi media. Sejumlah elit politik yang juga berstatus sebagai taipan media massa menggunakan dan memanfaatkan media massa dalam memuluskan kepentingan politik mereka. Isi media yang ditampilkan sarat akan kepentingan politik pemilik media tersebut. Padahal, esensi media semestinya menjaga fungsi idealnya. Seperti yang diungkapkan Denis McQuail (2002), juga Undang-Undang Pers, idealisme jurnalisme dan media harus menyajikan informasi yang mencerdaskan dan memberdayakan publik agar mereka bisa mengatur diri sendiri. Kepentingan publik adalah alasan utama eksistensi jurnalisme. Maka, independensi dan netralitas menjadi elemen penting dalam menjalankan profesi ini.

Bahasan tentang independensi dan netralitas media bermula dari isu kepemilikan media di Indonesia. Beberapa tahun terakhir terjadiperkembangan signifikan dalamkonteks kepemilikan media ini. Penelitian Nugroho dkk (1991) tentang lanskap sektor media di Indonesia menunjukkan bahwa era reformasi merupakan titik melesatnya perkembangan bisnis media. Dalam lima belas tahun terakhir, pertumbuhan industri media di Indonesia telah didorong oleh kepentingan modal yang mengarah pada oligopoli dan pemusatan kepemilikan. Ia juga menghasilkan pemetaan terhadap para pelaku di mana terdapat 12 grup media besar di Indonesia. Hasil pemetaan tersebut menunjukkan bahwa ada tiga grup media yang sangat besar di antara kedua belas

kelompok. Grup MNC sebagai salah satu yang terbesar memiliki 20 stasiun televisi (termasuk stasiun lokal dan stasiun televisi berlangganan), lebih dari 20 stasiun radio, serta 7 media cetak.

Ade Armando (2014) melihat media massa mengalami proses komersialisasi yang menyebabkannya menjelma menjadi bisnis yang memiliki nilai ekonomi tinggi. Perkembangan ini mengubah karakter mereka yang terlibat dalam dunia media. Bahkan ruang redaksi pun harus tunduk pada logika rating sebagai prasyarat memperoleh iklan. Dalam konteks ini, jurnalis bukan lagi aktivis demokrasi,melainkanprofesionaldalamentitas bisnis. Di abad 21 ini, media massa didirikan untuk tujuan komersial oleh para pengusaha yang melihat keuntungan ekonomi yang bisa diperoleh dari bisnis media. Pendiri media adalah pengusaha yang menguasai bisnis yang terdiversifikasi secara luas. Lebih jauh lagi, pengusaha media ini memiliki kepentingan politik dan sebagian lagi menjadi kandidat yang memperebutkan posisi pejabat publik. Lebih lanjut, Ade Armando mengidentifikasi salah satu dampak utama dari perkembangan terakhir ini adalah keterlibatan pemilik dalam proses produksi media. Pemilik menuntut para profesional yang bekerja di perusahaan media yang dimilikinya untuk melahirkan produk yang membawa keuntungan. Di sisi lain, pemilik mengarahkan media untuk mempromosikan dan melindungi kepentingan politik dan ekonomi mereka. Ancaman terbesarnya terletak pada independensi dan objektivitas media.

Dalam konteks komunikasi massa, khususnya komunikasi pemasaran politik, media massa bukan hanya menjadi bagian integral dari politik tetapi juga memiliki posisi yang sentral. Media massa merupakan saluran komunikasi politik yang banyak digunakan untuk menyebarluaskan informasi, terkait berbagai hal mengenai citra secara masif dan menjangkau khalayak yang begitu jauh, beragam, dan luas terpencar. Demikian juga halnya peran media massa yang dapat menjadi sumber primer masyarakat dalam Dalam konteks komunikasi massa, khususnya komunikasi pemasaran politik, media massa bukan hanya menjadi bagian integral dari politik tetapi juga memiliki posisi yang sentral. Media massa merupakan saluran komunikasi politik yang banyak digunakan untuk menyebarluaskan informasi, terkait berbagai hal mengenai citra secara masif dan menjangkau khalayak yang begitu jauh, beragam, dan luas terpencar. Demikian juga halnya peran media massa yang dapat menjadi sumber primer masyarakat dalam

Melalui kapasitas dan kompetensinya dan proporsional. Secara umum, etika untuk membuat, menggerakkan, atau bahkan profesional di seluruh media adalah —seperti membalikkan opini publik, media massa bisa diungkap oleh Roger (dalam Norris, 1999: 1) menjadi penentu. Dalam memberitakan sebuah media massa seharusnya dapat melaporkan peristiwa, media massa tidak berdiri bebas secara objektif dan harus merepresentasikan dari kepentingan. Media massa melakukan fakta secara adil tanpa bias, dalam bahasa yang seleksi atas isu apa yang akan ditampilkan didesain tidak ambigu dan tidak terdistorsi. dan dihilangkan. Dengan demikian bingkai Termasuk dalam memberitakan rentetan fakta ( frame ) menjadi bagian terpenting yang yang terjadi selama berlangsungnya masa dilakukan oleh media massa karena akan kampanye. Media diharapkan dapat menjaga memengaruhi khalayak untuk melakukan netralitas dan tidak memihak. Di sini, media pemaknaan atas permasalahan yang diungkap massa dituntut menjaga kejujuran (honesty) , oleh media massa. Atas dasar asumsi tersebut, akurasi (accuracy) , dan keseimbangan sebuah media massa mempunyai peran yang

(fairness).

sangat penting dalam menyatukan isu di masyarakat dengan cara memberikan arah

Dari sisi moralitas, Kode Etik Jurnal- dan prioritas pemberitaan. Sehingga media istik (KEJ) dari berbagai organisasi wartawan berhasil mengumpulkan semangat masyarakat, Indonesia pun secara tegas telah menggaris- menggerakkan wacana perubahan, dan kan bahwa wartawan dalam menyajikan se- memobilisasi masyarakat dalam rangka buah fakta harus dapat bersikap adil, berim- mewujudkan suatu tujuan. Ia menjadi kekuatan bang, mengutamakan prinsip “ cover both yang dominan untuk menentukan tindak lanjut sides” dan tidak berupaya mencampuraduk- apa yang seharusnya ataupun tidak dilakukan. kan antara fakta dan opini. Berita harus disa- Framing media massa berlaku pada saat jikan secara lengkap, akurat, dan tidak men- penentuan judul berita, ukuran huruf untuk gandung unsur perbedaan Suku, Agama, Ras, judul, penempatannya di halaman berapa, dan Antargolongan (SARA). Namun demiki- dan julukan apa yang dipilih untuk membela an, problematika dalam media massa adalah atau menyudutkan kelompok tertentu. Dengan seberapapun besarnya media massa menye- demikian, teks media bukanlah peristiwa diakan ruang khusus, tetap saja ruang itu me- sebenarnya. Keterlibatan wartawan dan editor miliki keterbatasan. Menjadi hal yang tidak berperan dalam mem- frame sebuah berita mungkin jika semua fakta yang begitu banyak

(Wicks, 2005: 340). dapat diberitakan secara keseluruhan. Dengan demikian, berita yang tampil di media massa

Melalui kapasitas dan kompetensinya sebenarnya berupa penggalan-penggalan fakta

untuk membuat, menggerakkan, atau bahkan atau realitas sosial yang ada di ruang publik

membalikkan opini publik, media massa bisa dan telah dipilih oleh redaksi media massa un- menjadi penentu. Di satu sisi, media berdiri tuk diproses secara jurnalistik dan disajikan di atas prinsip pelayanan terhadap khalayak menjadi sebuah berita. Media harus memilih, dengan menyediakan informasi dan pandangan memilah, menonjolkan, menyembunyikan, berdasarkan nilai kepentingan dan kebutuhan dan memberikan frame (bingkai) pemberitaan dari khalayak itu sendiri. Dalam posisi seperti dari rangkaian peristiwa yang ada di ruang ini, media harus menjadi mandiri dari negara

publik.

maupun kepentingan dari penguasa ataupun pemilik modal. Namun di sisi lain, media juga

Hal-hal yang telah disebutkan sebe- menyediakan informasi dengan konten yang lumnya, menjadikan adanya kemungkinan ditentukan oleh negara maupun penguasa bias dan kecenderungan pemberitaan pada

yang berkepentingan. kepentingan-kepentingan tertentu. Dalam

98 Jurnal Ilmiah Komunikasi | MAKNA Vol. 6 No. 1, Februari-Juli 2015

Jurnal Ilmiah Komunikasi | MAKNA Vol. 6 No. 1, Februari-Juli 2015 99

situasi demikian, media massa tidak dapat lagi berperan sebagai saluran yang pasif, netral, dan sekadar menjadi kumpulan medium yang melaporkan informasi. Akan tetapi, media massa telah menjadi arena sosial atau pang- gung publik, yaitu sebuah arena di mana ber- bagai kelompok kepentingan saling berusaha menampilkan definisi situasi, serta definisi realitas sosial menurut versi mereka sendiri (Nugroho, 1991: viii).

Dengan besarnya tuntutan publik atas media dan keterbatasan sumber daya membuat posisi media massa di dalam upayanya memuaskan semua pihak menjadi hal yang bisa disebut hampir mustahil. Di tengah-tengah keterbatasan ruang di satu sisi dan banyaknya aktivitas politik selama masa kampanye yang berlangsung dalam waktu relatif bersamaan di sisi yang lain, menjadikan media massa harus mengambil sikap. Keterbatasan-keterbatasan ini, ditambah dengan latar belakang, sejarah pendirian media, ideologi, dan orientasi keberpihakan menjadikan media massa harus melakukan pembingkaian terhadap fakta-fakta sosial-politik yang terjadi.

Secara lebih lanjut, individu-individu atau awak media massa juga memiliki perspe- ktif dan pandangan tersendiri dalam menyika- pi sebuah realitas. Masing-masing individu yang terlibat di dalam pekerjaan media massa, membangun realitas subyektif terhadap se- buah fakta. Hal ini menyebabkan terjadinya dinamika internal dalam sebuah mekanisme kerja redaksi. Satu di antara yang lain saling mewarnai. Sintesis dari proses dialektika itu- lah yang menjadi realitas simbolik media.

Media massa berperan sebagai salah satu tumpuan utama dalam menyebarluaskan informasi, media massa justru seringkali men- jadi arena perang antarkelompok kepentingan. Di sini, media massa sering disalahgunakan menjadi ajang penyebaran dan penguatan pen- garuh tertentu. Kegiatan-kegiatan seperti kon- ferensi pers, jumpa pers, pemberian fasilitas selama liputan, dan pengiriman press release adalah kegiatan yang sering dilakukan dalam rangka menjalin hubungan yang baik dengan media.

Pada akhir abad ke-19, Amerika men- emukan ‘korporasi’ sebagai bentuk organ- isasi yang mampu melakukan produksi dan distribusi atas budaya (teks dan komunikasi) yang kemudian disebarluaskan kepada komu- nikator. Menjadi bagian yang penting adalah bahwa bentuk industrialisasi dari komunikasi akan membuat intelektual menjadi terlem- bagakan yang bekerja dalam organisasi serta harus mengikuti aturan yang belaku (hierarki dan mekanistik). Sehingga komunikator dan medium (koran/TV/radio dan saluran buda- ya lainnya) menjadi terlembagakan. Dengan demikian produk budaya (teks) memiliki per- bedaan apabila dibandingkan pada saat ko- munikator dan medium tidak terlembagakan. Hingga lahirlah era industrialisasi media massa, yang artinya, mau tidak mau agar bisa bertahan hidup, media massa harus dikelola dengan asas profit oriented . Walaupun tidak sepenuhnya, arus kepentingan ekonomi dan ideologi pasar membuat pilihan dan ruang manuver para awak media massa menjadi san- gat terbatas. Dalam kondisi ini media hanya sebatas meliput konflik dan cenderung tidak memerhatikan konteks karena acuan utaman- ya adalah oplah penjualan.

Pengusaha media sudah tidak bisa lagi mengandalkan idealisme dalam mengelola perusahaan, tetapi harus meningkatkannya menjadi industri (McQuail, 2002: 260). Media massa berperan menyebarkan berita-berita kepada khalayak luas dalam waktu singkat. Selanjutnya, khalayak seringkali terpengaruh oleh sisi-sisi yang ditonjolkan atau ditekankan oleh media dan mungkin sedikit mengabaikan atau mengesampingkan beberapa fakta sosial politik. Kondisi ini dapat memengaruhi proses kognisi dan persepsi individu terhadap gagasan, komunikasi, dan kesimpulan yang diambil oleh individu. Sebaliknya, beberapa khalayak menghendaki adanya proses seleksi atas kesesuaian opini dengan fakta. Persepsi tersebut akan menimbulkan rentang yang cukup lebar bagi posisi khalayak dalam mengambil sikap terhadap gagasan, konflik, dan komunikasi yang dibangun. Hal ini juga diungkapkan dalam teori konsistensi kognitif (cognitive dissonance) yaitu teori Pengusaha media sudah tidak bisa lagi mengandalkan idealisme dalam mengelola perusahaan, tetapi harus meningkatkannya menjadi industri (McQuail, 2002: 260). Media massa berperan menyebarkan berita-berita kepada khalayak luas dalam waktu singkat. Selanjutnya, khalayak seringkali terpengaruh oleh sisi-sisi yang ditonjolkan atau ditekankan oleh media dan mungkin sedikit mengabaikan atau mengesampingkan beberapa fakta sosial politik. Kondisi ini dapat memengaruhi proses kognisi dan persepsi individu terhadap gagasan, komunikasi, dan kesimpulan yang diambil oleh individu. Sebaliknya, beberapa khalayak menghendaki adanya proses seleksi atas kesesuaian opini dengan fakta. Persepsi tersebut akan menimbulkan rentang yang cukup lebar bagi posisi khalayak dalam mengambil sikap terhadap gagasan, konflik, dan komunikasi yang dibangun. Hal ini juga diungkapkan dalam teori konsistensi kognitif (cognitive dissonance) yaitu teori

Peneliti melihat analisis framing men- opini yang tidak seusai atau bias (Festinger,

jadi alat yang tepat untuk melihat bagaimana 1957).

cara wartawan menyusun fakta-fakta dan Terdapat dua isu penting yang hen- peristiwa-peristiwa sosial-politik yang ter- dak dikaji dalam penelitian ini. Pertama, soal jadi (melalui struktur berita, latar informasi, bagaimana kepentingan pemilik tercermin kutipan sumber), kemudian bagaimana awak dalam pemberitaan suatu media. Media massa media menuangkan fakta-fakta tersebut men- bukan hanya sekadar sarana yang menampil- jadi sebuah karya jurnalistik (melalui keleng- kan sebuah peristiwa secara apa adanya, tetapi kapan berita 5W + 1H), baik itu dari gaya juga tergantung kepada kelompok atau siapa awak media menulis fakta (melalui detail ko- pemilik yang mendominasinya, dengan kata herensi, bentuk kalimat, kata ganti), maupun lain adanya unsur kepemilikan yang memen- dari cara awak media memberikan penekan- garuhi peristiwa tersebut. Curran & Gurevitch an-penekanan pada beberapa fakta tertentu. (2005), mengatakan bahwa kepentingan pemi- Kecenderungan wartawan dalam memahami lik media dikhawatirkan akan memengaruhi suatu peristiwa, termasuk dalam pemberitaan pesan yang disampaikan media dan hegemoni seorang kandidat calon presiden dapat diamati ideologi media yang akhirnya berpengaruh dengan analisis framing tersebut. kepada khalayak (Subiakto & Ida, 2012: 140).

Wicks (2005: 345) menyarankan Bahkan pengaruh pemilik media juga berdam- dalam melakukan penelitian framing para pak pada pemberitaan konten media. Dengan peneliti harus melakukan penelitian dari em- adanya intervensi dari kepemilikan media, pat perspektif, pertama pembentukan frame maka secara tidak langsung masyarakat telah “dipilihkan‟ dalam membaca sebuah berita. merupakan pendekatan yang berbasis dengan

jurnalis dan melibatkan konstruksi dan penyu- Apalagi jika berita tersebut berkaitan dengan sunan frame untuk membuat informasi dapat kegiatan pemilik media.

diterima. Sehingga ideologi, sikap jurnalis dan Kedua, peranan media massa cukup termasuk rutinitas media akan terlibat. Kedua, signifikan dalam mengedukasi masyarakat setting frame hampir sama dengan asumsi dalam pemilu. Seharusnya media massa dapat agenda-setting . Bila agenda-setting lebih menjadi referensi bagi pemilih untuk mem- banyak berpusat pada penonjolan isu, framing berikan pencerahan kepada masyarakat agar banyak berbicara mengenai penonjolan atribut warga sebagai pemilih mengetahui rekam isu. Ketiga, efek pada level individu dari fram- jejak calon. Sejumlah studi menunjukkan ing berasumsi adanya hubungan antara frame bahwa media memiliki kekuatan yang besar media dengan outcome pada level individu. dalam memengaruhi agenda publik. Sehingga Keempat, jurnalis sebagai khalayak berasumsi media massa perlu membuat agenda-setting mengenai sebuah posisi yang konsisten den- yang jelas dan mengambil angle yang sesuai gan teori skema di mana jurnalis adalah cog- dengan medianya masing-masing, tentu ber- nitive misers , sama seperti khalayak, jurnalis pihak pada rakyat, namun harus tetap dalam dapat memilih dan menonjolkan frame yang koridor menjalankan fungsi pers, mengeduka- digunakan media. si masyarakat dengan tetap melakukan fungsi

Sementara, beberapa faktor berpenga- pengawasan ( watch dog ). ruh dalam pembentukan framing sebuah teks

Pendekatan framing analysis di level berita (Wicks, 2005: 342-343), yakni orien- teks pada media discourse analysis menjadi tasi politik atau ekonomi, praktik dan keter- grounded theory dari penelitian ini, karena batasan organisatoris, sistem kepercayaan ju- peneliti menilai berita mengenai kegiatan/ko- rnalistik dan upaya untuk menarik khalayak.

munikasi politik pada masa kampanye menim- Semua pertimbangan tersebut tidak hanya 100 Jurnal Ilmiah Komunikasi | MAKNA Vol. 6 No. 1, Februari-Juli 2015 munikasi politik pada masa kampanye menim- Semua pertimbangan tersebut tidak hanya 100 Jurnal Ilmiah Komunikasi | MAKNA Vol. 6 No. 1, Februari-Juli 2015

Wicks (2005: 349-350) dalam memang mengedepankan orientasi pendapa- Communication Yearbook 29 mengemukakan

tan keuntungan (ekonomi) semata. bahwa penelitian framing banyak berfokus Penelitian ini hendak melihat bagaima- mengenai pembentukan makna dalam

na media massa memberitakan seorang kan- konteks pengemasan pesan, pengaruh praktisi didat calon presiden. Untuk mendapatkan hubungan masyarakat, praktik, dan norma gambaran tersebut, peneliti mengambil objek dari organisasi media. Framing biasanya penelitian pemberitaan Koran Sindo yang di- mengandalkan tampilan visual daripada isu miliki oleh Hari Tanoesudibjo. Penelitian ini yang diusung. Berbagai kritik yang sering menggunakan perangkat-perangkat framing dilayangkan mengenai pemberitaan selama analysis oleh Gamson-Modigliani. Akan dili- masa kampanye pilpres 2014 adalah media hat apakah media massa membentuk struktur tidak fokus pada isu. Berbagai informasi tertentu dalam berbagai isu yang berkem- yang diberikan selama masa kampanye sering bang selama masa kampanye. Karena penulis mencerminkan usaha media untuk menarik meyakini apa yang disebutkan Rogers (dalam perhatian khalayak dengan cara menyajikan Norris, 1999: 10) bahwa institusi media massa tampilan yang menarik dengan memberikan dalam menyajikan berita selalu mengambil sedikit informasi yang baru. angle-angle tertentu, baik secara sosial, eko- nomi, maupun politis. Apa yang diberitakan oleh media massa atau jurnalis adalah artiku- Metodologi lasi dari sebuah posisi ideologi khusus yang

Penelitian ini menggunakan analisis dianut oleh media massa atau jurnalis tersebut. framing , yaitu analisis yang melihat wacana

sebagai hasil dari konstruksi realitas sosial, Berdasarkan latar belakang tersebut

maka penelitian ini termasuk ke dalam para- maka pertanyaan penelitian ini adalah

digma konstruktivis. Paradigma konstruktivis bagaimana Koran Sindo memberitakan Jokowi

mempunyai posisi dan pandangan tersendiri pada masa kampanye pemilihan presiden

terhadap media dan teks berita yang dihasilk- (pilpres) 2014? Dengan demikian, tujuan

annya. Konstruktivis memandang realitas ke- penelitian ini adalah untuk memahami secara

hidupan sosial bukanlah realitas yang natural,

mendalam mengenai framing

yang dilakukan

oleh Koran Sindo dalam memberitakan Jokowi tetapi hasil konstruksi. Karenanya konsentrasi analisis pada paradigma konstruktivis adalah

pada masa kampanye pilpres 2014. menemukan bagaimana peristiwa atau reali-

Penelitian ini secara praktis diharapkan tas tersebut dikonstruksi dan dengan cara apa dapat bermanfaat bagi para pakar dan pemer- konstruksi itu dibentuk. Konstruktivis melihat hati politik, peneliti dan analis media, serta bahwa realitas yang diciptakan oleh media masyarakat akademis secara luas sehingga menjadi realitas yang dimiliki masyarakat. dapat mengetahui lebih mendalam bahwa me- Melalui media, pemilik media berusaha mena- dia massa dalam membingkai sebuah kejadian namkan ideologi dan pemahamannya terhadap didasarkan kecenderungan tertentu yang dapat sebuah permasalahan, sehingga realitas yang

memengaruhi persepsi dan opini publik. diciptakan oleh media bukanlah realitas yang Penelitian ini secara teoritis-akademis sebenarnya.

hendak mengkaji dan meneliti secara men- Penelitian ini didekati secara kualitatif dalam bagaimana media ternyata memiliki melalui telaah teks dalam Koran Sindo dengan

sikap dan kebijakan khusus dalam peristiwa analisis framing dari Gamson-Mondigliani. pilpres 2014. Selain itu, penelitian ini diharap- Gamson-Mondigliani (dalam Nugroho, Eri-

Jurnal Ilmiah Komunikasi | MAKNA Vol. 6 No. 1, Februari-Juli 2015 101 Jurnal Ilmiah Komunikasi | MAKNA Vol. 6 No. 1, Februari-Juli 2015 101

pandang sebagai kemasan ( package ) yang Gamson dan Modigliani mengandung konstruksi makna atas peristiwa yang akan diberitakan. Menurut Gamson-

Media Package Modigliani, frame adalah cara bercerita atau gugusan ide-ide yang terorganisasi sedemiki-

an rupa dan menghadirkan konstruksi makna Core Frame peristiwa yang berkaitan dengan objek suatu

wacana.

Berdasarkan konsepnya, Gamson Condensing Symbols mendefinisikan framing dalam dua pendeka-

Framing Devices Reasoning Devices

tan, yaitu pendekatan kultural yang menghasil- 1. Metaphors

kan framing dalam level kultural dan pendeka- 2. Exemplaar 1. Roots tan psikologis yang menghasilkan framing 3. Catchphrases 2. Appeal to dalam level individual. Dalam level kultural, 4. Depictions Principle

frame dapat dimaknai sebagai batasan-batasan

5. Visual Images

wacana serta elemen-elemen konstitutif yang tersebar dalam konstruksi wacana. Sedang-

Sumber: Alex Sobur, ”Analisis Teks kan asumsi dasar dari framing level individu Media: Suatu Pengantar untuk Analisis

adalah bahwa individu selalu bertindak atau Wacana, Analisis Semiotik, dan Analisis mengambil keputusan secara sadar, rasional, Framing”. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, dan intensional. Individu selalu menyertakan 2002, hlm. 177. pengalaman hidup, wawasan sosial, dan ke- cenderungan psikologisnya dalam menginter-

Model Gamson-Modigliani didasar- pretasi pesan yang diterima. kan pada pendekatan konstruktivis yang me-

Teknik pengolahan data yang akan di- lihat representasi media berupa berita dan lakukan pada penelitian ini berdasarkan pada artikel, terdiri atas package interpretatif yang formula atau analisis framing dari Gamson- mengandung konstruksi makna tertentu. Modigliani (dalam Eriyanto, 2005: 225) kare- Dalam package ini terdapat dua struktur, yaitu na dianggap sesuai dengan penelitian yang core frame dan condensing symbols . Struktur akan dilakukan. Perangkat framing yang mer- pertama merupakan pusat organisasi elemen- eka sajikan yaitu meneliti media melalui ga- elemen ide yang membantu komunikator un- gasan sentral yang kemudian didukung oleh tuk menunjukkan substansi isu yang tengah perangkat-perangkat wacana dalam konstruk- dibicarakan. Sedangkan struktur yang kedua si berita. Pengolahan data pada penelitian ini mengandung dua substruktur, yaitu fra ming dilakukan dengan langkah-langkah: (1) men- devices dan reasoning devices . ganalisis frame , yaitu ide suatu peristiwa yang

Core fra me (gagasan sentral) pada berkaitan dengan objek suatu wacana, (2) dasarnya berisi elemen-elemen inti untuk menganalisis perangkat framing , yakni berupa memberikan pengertian yang relevan terhadap metaphors (perumpamaan atau pengandaian), peristiwa dan mengarahkan makna isu yang catchphrases (frase menarik, kontras ataupun dibangun condensing symbol (simbol yang menonjol), exemplaar (kaitan dengan contoh), “dimantapkan”). Condensing symbol adalah depiction (kosakata, leksikon), dan visual im- hasil pencermatan terhadap interaksi perang- age (gambar), (3) menganalisis perangkat kat simbolik ( framing devices dan reasoning penalaran, yakni berupa roots (analisis sebab devices ) sebagai dasar digunakannya perspe- akibat), appeals to principles (klaim moral), ktif. Simbol dalam wacana terlihat transparan consequences (konsekuensi yang didapat dari bila dalam dirinya menyusup perangkat ber- frame ), (4) mengolah hasil penelitian. makna yang mampu berperan sebagai pan-

102 Jurnal Ilmiah Komunikasi | MAKNA Vol. 6 No. 1, Februari-Juli 2015 102 Jurnal Ilmiah Komunikasi | MAKNA Vol. 6 No. 1, Februari-Juli 2015

Nimmo (1993: 80-82) membedakan referential symbol

agar khalayak terarah ke citra tertentu. Den-

dan condensing symbol .

Referential symbol menunjuk pada kategori- gan asumsi pemakaian kata khusus diniatkan untuk membangkitkan prasangka, menyesat-

kategori khusus atau umum dari objek- kan pikiran dan tindakan, serta efektif sebagai

objek baik fisik, sosial, maupun abstrak bentuk aksi politik. Depictions dapat berben-

dan memiliki makna denotatif. Makna yang tuk stigmatisasi, eufemisme, serta akronimis-

dihubungkan dengan simbol ini terdiri dari

asi.

orientasi-orientasi terhadap simbol itu sendiri dan bukan terhadap apapun yang khusus, yang

Visual images , pemakaian foto, dia- ditunjukkannya. gram, infografis, tabel, kartun, dan sejenisnya

framing devices untuk mengekspresikan kesan, misalnya per-

Struktur

yang men-

hatian atau penolakan, dibesarkan, dikecilkan, cakup metaphors, exemplaar, catchphrases,

depictions ditebalkan atau dimiringkan, serta pemakaian

, dan visual images menekankan as- warna. Visual image pek bagaimana “melihat” suatu isu. Struktur bersifat sangat natural,

mewakili realitas yang membuat erat muatan reasoning devices menekankan aspek pem-

ideologi pesan dengan khalayak. Roots benaran terhadap cara “melihat” isu, yakni (anali- roots (analisis kausal) dan appeals to principle sis kausal), pembenaran isu dengan meng-

hubungkan satu objek atau lebih yang diang- (klaim moral).

gap menjadi sebab timbulnya atau terjadinya Secara literal methapors dipahami hal yang lain. Tujuannya membenarkan peny-

sebagai cara memindah makna dengan impulan fakta berdasar hubungan sebab-aki- merelasikan dua fakta melalui analogi atau bat yang digambarkan atau dibeberkan. memakai kiasan dengan menggunakan kata- kata seperti, ibarat, bak, sebagai, umpama,

Gunther Kress dan Theo Van Leeuwen menyatakan penataan laksana. John Fiske (dalam Imawan, 2000: visual images halaman

surat kabar bukan sekadar alasan estetika

66) menilai metafora sebagai common sense

perwajahan tetapi lebih merupakan proses pengalaman hidup keseharian yang di- taken

for granted masyarakat. Common sense memengaruhi lewat efek dan fungsi pesan agar menancap di benak khalayak, termasuk

terlihat alamiah (kenyataannya diproduksi aspek ideologi, pengaruh, dan subjektivitas

secara arbitrer) dan perlahan-lahan menjadi yang bersatu padu. Secara ideologis Van Dijk

kekuatan ideologis kelas dominan dalam menandaskan fungsi visual images adalah

memperluas dan mempertahankan ide untuk untuk memanipulasi fakta agar bermakna

seluruh kelas. Metafora berperan ganda, legitimate . Sebab menurut Stuart Allan, pertama sebagai perangkat diskursif dan visual lebih berdaya memindah realitas dalam

ekspresi piranti mental. Kedua, berasosiasi wacana dibanding teks/ polysemy (dalam

dengan asumsi atau penilaian, serta memaksa

teks membuat sense tertentu. Siahaan, 2001: 86).

Exemplaar Appeal to principle , pemikiran, prin-

mengemas fakta tertentu

secara mendalam agar satu sisi memiliki bo- sip, klaim moral sebagai argumentasi pem- benar membangun berita, berupa pepatah,

bot makna lebih untuk dijadikan rujukan atau cerita rakyat, mitos, doktrin, ajaran, dan sejen-

pelajaran. Posisinya menjadi pelengkap bing- kai inti dalam kesatuan berita untuk mem- Appeal to principle isnya. yang apriori, dog-

matis, simplistik, dan monokausal (nonlogis) benarkan perspektif. Catchphrases , istilah,

bertujuan membuat khalayak tak berdaya me- bentukan kata, atau frase khas cerminan fakta

yang merujuk pemikiran atau semangat terten- nyanggah argumentasi. Fokusnya memanipu- lasi emosi agar mengarah ke sifat, waktu, tem-

tu. Dalam teks berita catchphrases mewujud pat, cara tertentu, serta membuatnya tertutup

dalam bentuk jargon, slogan, atau semboyan. atau keras dari bentuk penalaran lain.

Jurnal Ilmiah Komunikasi | MAKNA Vol. 6 No. 1, Februari-Juli 2015 103

Dedi N. Hidayat membuat model atau sebuah frame dalam beberapa teks khusus tak kerangka analisis framing lain yang diadopsi selalu harus memasukkan seluruh fungsi itu. dari kerangka analisis yang digunakan Gam- son-Modigliani. Frame pembangunan yang dijadikan model tersebut merupakan perspe- Hasil dan Pembahasan ktif atau sudut pandang yang digunakan oleh

Koran Sindo (Seputar Indonesia) media untuk mengemas berbagai isu serta merupakan bagian dari MNC Group yang be- peristiwa. Frame “pembangunan” tersebut rada di bawah naungan Global Media Com

terbentuk oleh seperangkat instrumen pemb- (MNC). Terbit pertama kali pada 2005. Selain ingkai ( framing devies ) serta instrumen pena- nasional, harian ini tersebar di seluruh wilayah

lar ( reasoning devices ). Indonesia dengan nama Koran Sindo Jabar, Frames terdiri atas framing devices Koran Sindo Jateng, Koran Sindo Yogya, Ko-

yang berfungsi mengarahkan individu guna ran Sindo Jatim, Koran Sindo Medan, Koran mendefinisikan apa yang “sebenarnya” men- Sindo Makassar, Koran Sindo Palembang.

jadi isu di balik rangkaian fakta, serta reason- Koran Sindo dibagi menjadi tiga bagian yaitu: ing devices yang berperan memandu penen- news, sport & lifestyle . Oplah Koran Sindo tuan sikap dan tindakan (Gamson dan Lasch, berkisar sekitar 330.000 eksemplar. Selain

1983 dalam Hidayat, 2001). beredar secara reguler melalui jalur distribusi konvesional (agen), Koran Sindo juga didis-

Kita bisa mengetahui framing devices tribusikan melalui jalur distribusi mandiri ber- (yang mengarahkan bagaimana cara melihat dasarkan database pelanggan Indovision di isu) suatu media lewat keajegan penggunaan Jabodetabek, database para CEO di Jakarta, berbagai metafor, visualisasi, dan exemplaar . dan database area publik di Jakarta seperti Sementara reasoning devices (yang memberi- hotel, rumah sakit, penerbangan, galeri, cafe, kan alasan pembenar apa yang seharusnya dan mal. MNC Group dimiliki oleh Hary Ta- dilakukan terhadap isu tersebut) suatu media noesoedibjo yang mengawali karir politiknya dapat dideteksi melalui roots (analisis kausal), dengan bergabung pada partai Nasdem, tetapi serta appeal to principle (imbauan atau klaim setelah Surya Paloh terpilih menjadi Ketua

moral) yang diketengahkan media. Umum, dia mengundurkan diri dan memu- Ini sejalan dengan empat fungsi frames tuskan bergabung dengan partai Hati Nurani

sebagaimana dikatakan Entman (dalam Sia- Rakyat (Hanura) pimpinan Wiranto. Pada pe- haan, 2001: 81). Keempat fungsi frames itu milu 2014, Hary Tanoesoedibjo maju sebagai adalah pertama, mendefinisikan masalah den- calon wakil presiden dari partai Hanura. gan menetapkan apa yang dilakukan agen

Pemberitaan

Calon Presiden

kausal, dengan biaya dan keuntungan apa, bi- Indonesia pada Pemilu 2014. Kandidat asanya diukur dengan nilai-nilai budaya ber- yang bersaing ketat pada pemilihan presiden sama. Kedua, mendiagnosis penyebab dengan Indonesia 2014 tentu tidak luput dari mengidentifikasi kekuatan yang menciptakan pemberitaan media massa nasional. Namun, masalah. Ketiga, melalukan penilaian moral apakah media massa dalam hal ini surat kabar di dengan mengevaluasi agen-agen kausal dan Indonesia sudah berimbang dalam melakukan dampak-dampaknya. Keempat, menyarank- pemberitaan. Data yang digunakan dalam an perbaikannya dengan menawarkan dan penelitian ini adalah pemberitaan mengenai memberikan pembenaran terhadap penanga- Jokowi di Koran Sindo dalam kurun waktu nan masalah, serta memprediksi kemungkinan terhitung sejak 5 Juni 2014 sampai dengan 5 akibatnya. Pada dasarnya sebuah kalimat bisa Juli 2014 dengan pertimbangan bahwa dalam menampilkan lebih dari satu fungsi framing rentang waktu tersebut ditetapkan sebagai masa tersebut meski kalimat yang banyak dalam kampanye terbuka pemilihan presiden 2014, suatu teks dapat pula tidak menampilkan satu dengan asumsi bahwa pada masa tersebut tim

pun dari keempat fungsi tersebut. Begitu pula pemenangan bersaing memanfaatkan media 104 Jurnal Ilmiah Komunikasi | MAKNA Vol. 6 No. 1, Februari-Juli 2015 pun dari keempat fungsi tersebut. Begitu pula pemenangan bersaing memanfaatkan media 104 Jurnal Ilmiah Komunikasi | MAKNA Vol. 6 No. 1, Februari-Juli 2015

kepada masyarakat sehingga masyarakat akan bawah ini: Tabel 1 Pemberitaan Jokowi di Koran Sindo

Edisi Halaman Judul Kamis, 5 Juni 2014 1 Jokowi Kehilangan Pamor di Jakarta Sabtu, 21 Juni 2014 1 dan 15 Pengelolaan APBD DKI Memburuk Sabtu, 24 Juni 2014 3 Jokowi Dinilai Tak Kuasai Persoalan Internasional Selasa, 25 Juni 2014 3 Soal Indosat, Jokowi Menuai Kritik Jumat, 27 Juni 2014 1 dan 15 Anggaran DKI Memburuk, DPRD Panggil Jokowi Sabtu, 28 Juni 2014 2 Revolusi Mental Jokowi Jadi Polemik Senin, 30 Juni 2014 2 Jokowi Dinilai Salah Kaprah Sabtu, 5 Juli 2014 2 Ribuan Warga Doakan Jokowi-JK Sabtu, 5 Juli 2014 2 Jokowi-JK Siap Buktikan Visi Misi

Pola serupa terjadi di tanggal 27 Juni Jokowi di Koran Sindo. Koran Sindo 2014 pada berita yang berjudul Prabowo menyorot sosok Jokowi dengan tone yang Lampaui Jokowi di headline

Hasil Analisis Framing Pemberitaan

halaman negatif. Salah satunya ialah membandingkan satu. Dalam berita tersebut Koran Sindo tingkat elektabilitas dalam sebuah hasil survei. memanfaatkan ulasan media internasional Terdapat beberapa berita yang menggunakan untuk melakukan pembingkaian yaitu Sidney

pola tersebut. Misalnya pada headline berita Morning Herald (SMH). Peneliti menduga tanggal 5 Juni 2014 yang dengan judulnya penggunaan media Internasional tersebut lantang menyebutkan Jokowi kehilangan sebagai langkah mengukuhkan kredibilitas pamor di Jakarta. Dalam berita tersebut, hasil survei. Ulasan yang dikutip misalnya: Koran Sindo mengutip hasil penelitian

SMH juga mengulas beberapa ha- Lingkaran Survei Indonesia (LSI) yang

sil survei. Pada awal Juni, Lembaga menyatakan keunggulan Prabowo di wilayah Survei Indonesia (LSI) menyebutkan yang langsung dipimpin sendiri oleh Jokowi keunggulan Jokowi telah menyempit sebagai Gubernur. Koran Sindo mengutip menjadi 6,3% atau turun dari sebel- hasil survei seperti di bawah ini: umnya sebesar 20% pada awal 2014

Posisi DKI Jakarta dalam peta dibandingkan Prabowo. Dan, pada pertarungan pilpres cukup penting.

Senin (23/6) lalu, sebuah lembaga sur- Menurut catatan lembaga riset itu,

vei yang lain menunjukkan Prabowo Jakarta memiliki basis populasi 4%

memiliki elektabilitas 51,2% diband- dari total jumlah pemilih nasional.

ingkan Jokowi 48,8%.

Dari proporsi tersebut, Prabowo- Sumber: Koran Sindo, 27 Juni 2014.

Hatta mendapatkan dukungan 35%,

sementara Jokowi-JK menghimpun

30,66%. Responden yang memutuskan Pemberitaan hasil survei masih untuk merahasiakan pilihan, belum dilakukan oleh Koran Sindo. Dalam berita memutuskan, tidak tahu, dan tidak yang berjudul Prabowo-Hatta diprediksi

jelas mencapai 34,34%. menang 53% tanggal 30 Juni 2014, Koran Sumber: Koran Sindo, 5 Juni 2014. Sindo mengutip hasil survei Indo Barometer.

Jurnal Ilmiah Komunikasi | MAKNA Vol. 6 No. 1, Februari-Juli 2015 105

Menariknya hasil survei sebenarnya masih pala Daerah yaitu pada tanggal 21 Juni 2014. menunjukkan keunggulan pasangan Jokowi- Berita yang berjudul “Pengelolaan APBD DKI JK. Tetapi dengan salah satu aspek tentang Memburuk” berupaya menunjukkan kuali- hasil survei tersebut dalam berita ini yang tas kepemimpinan Jokowi sebagai Gubernur.

ingin dibangun sejak awal, yaitu: Dalam berita tersebut, Koran Sindo pun su- dah mengawali dengan fakta temuan Badan

Lembaga survei Indo Barometer bah- Pemeriksa Keuangan (BPK) sebagai berikut:

kan memerkirakan Prabowo-Hatta akan mengalahkan Joko Widodo-Jusuf

Benarkah DKI Jakarta di bawah Kalla (Jokowi-JK) dengan perolehan

kepemimpinan Gubernur Joko Widodo suara 53% berbanding 47%. Angka

(Jokowi) sudah melaksanakan tata kemenangan untuk Prabowo-Hatta

kelola keuangan dengan baik? Badan tersebut akan terwujud jika pasangan

Pemeriksa Keuangan (BPK) justru yang diusung koalisi Merah Putih itu

mendapatkan 86 temuan dengan nilai mampu mempertahankan tren elek-

kerugian mencapai Rp1,54 triliun tabilitas yang terus menanjak selama

dalam laporan pengelolaan Anggaran masa kampanye pilpres berlangsung. Pendapatan Belanja Daerah (APBD) DKI 2013.

Sumber: Koran Sindo, 30 Juni 2014. Sumber: Koran Sindo, 21 Juni 2014.

Untuk mengukuhkan keunggulan Prabowo-Hatta atas Jokowi-JK, dikutip pula

Selanjutnya Koran Sindo memberikan sebuah hasil riset Lembaga Survei Nasional konteks historis pada hasil temuan tersebut (LSN) sebagai berikut: dengan memunculkan fakta tahun-tahun sebe- lumnya:

Survei LSN yang melibatkan 1.070 responden di 34 provinsi ini

Atas temuan tersebut, BPK memberi- menunjukkan pasangan Prabowo-

kan penilaian Wajar dengan Pengecual- Hatta meraih suara 46,6%, sementara

ian (WDP) terhadap Laporan Keuan- Jokowi-JK memperoleh 39,9%. gan Pemerintah Provinsi DKI Jakarta Tahun Anggaran 2013. Penilaian terse-

Sumber: Koran Sindo, 30 Juni 2014. but lebih buruk dibandingkan dengan

perolehan tahun 2011 dan 2012, yakni Publikasi hasil survei jamak dilakukan

Wajar Tanpa Pengecualian (WTP). dalam berita politik untuk memberikan

Sumber: Koran Sindo, 21 Juni 2014. gambaran posisi elektabilitas kandidat. Namun

peneliti meyakini bahwa publikasi hasil survei ini tidaklah bebas nilai. Dalam proses menuju

Pemunculan fakta negatif tentang pemilihan umum, dalam hal ini pemilihan kapasitas kepemimpinan Jokowi sebagai Gu- presiden, hal itu bisa saja dilakukan untuk bernur DKI ini dinilai oleh peneliti sebagai se- membangun sebuah pemahaman pemilih. buah upaya perlawanan isu. Selama ini, publik Pernah dikenal yang disebut efek bandwagon relatif mengenal sosok nomor satu di Jakarta atau efek yang membuat orang mengikuti apa itu sebagai seorang yang peduli dan bekerja

yang dipercaya sebagai “yang menang”. untuk rakyat. Pemunculan fakta seperti ini di- duga mampu membalik anggapan tersebut.

Sosok Jokowi pun dimunculkan seb- agai seorang Gubernur Jakarta. Pada saat itu

Analisis tersebut mesti ditarik ke memang Jokowi masih menjalankan amanat- konteks yang lebih tinggi yaitu dalam nya pada tahun kedua. Tercatat satu kali Koran perhelatan pemilihan presiden 2014. Dalam

Sindo menampilkannya sebagai seorang Ke- proses menuju pemilihan, pemilih diharapkan secara rasional melakukan pertimbangan

106 Jurnal Ilmiah Komunikasi | MAKNA Vol. 6 No. 1, Februari-Juli 2015 106 Jurnal Ilmiah Komunikasi | MAKNA Vol. 6 No. 1, Februari-Juli 2015

Internasional dan Ketahanan Nasional” kinerja kepemimpinan seorang kandidat.

itu harus diluruskan. “Jadi Jokowi Dugaan inilah yang diyakini peneliti

harus belajar sejarah. Kita waktu itu mendorong Koran Sindo mengupayakan

sebetulnya sudah recover dari krisis,” pemunculan fakta-fakta lain tentang Jokowi

tandasnya.

demi mencapai tujuan yang diinginkan. Sumber: Koran Sindo, 25 Juni 2014.

Tipe pembingkaian lain pada sosok Jokowi yang dilakukan Koran Sindo ialah pemberitaan pascadebat capres. Debat capres

Masih tentang pemikiran Jokowi, memang beberapa kali dilakukan dalam proses Koran Sindo kembali melakukan analisis. Kali

menuju pemilihan presiden. Dalam salah satu ini soal revolusi mental, jargon yang kerap beritanya pada Selasa 24 Juni 2014 Koran didengungkan oleh calon presiden nomor urut Sindo memberikan penilaian terhadap Joko dua itu. Dalam berita tanggal 28 Juni 2014, Widodo. Berita yang berjudul “Jokowi Dinilai Koran Sindo menayangkan berita berjudul Tak Kuasai Persoalan Internasional” berupaya “Revolusi Mental Jokowi Jadi Polemik”. menunjukkan kurangnya kapasitas kandidat Dalam berita tersebut istilah revolusi mental tersebut dengan memanfaatkan pendapat ahli, dianggap berakar dari ajaran sosialis komunis

seperti: yang di kawasan Eropa dipahami untuk mendobrak kungkungan ajaran agama. Koran

Direktur Institut Madani Nusanta- Sindo mengutip pendapat Habib Alatas, ra Prof. Nanat Fatah Natsir menilai peneliti Pusat Kajian Politik Islam dan Jokowi terkesan tidak menguasai isu Pancasila sebagai berikut: Laut China Selatan sebagaimana per- tanyaan Prabowo Subianto. “Pertan-

Menurut dia, istilah revolusi mental ini yaan yang dilontarkan Prabowo ten-

tidak hanya pernah dipakai di Eropa, tang konflik Laut China Selatan sangat

tapi juga digunakan oleh pendiri Partai bagus dan aktual. Sayang jawaban

Komunis China yang bernama Chen Jokowi terkesan tidak menguasai ma-

Duxiu bersama rekannya, Li Dazhao. salah,” kata Nanat di Jakarta kemarin. Istilah itu untuk mencuci otak kaum

buruh dan petani dalam rangka me- nentang kekaisaran China waktu itu. Sumber: Koran Sindo, 24 Juni 2014. “Di Indonesia istilah ini mulai dipakai

Ahmad Aidit, anak dari Abdullah Aid- Pembahasan pemikiran

Jokowi

it, yang mengganti namanya menjadi dalam debat ditunjukkan pula pada berita

Dipa Nusantara Aidit (DN Ai lainnya. Esoknya, Rabu 25 Juni 2014, Koran

dit),” un-

gkapnya.

Sindo membahas isu penjualan Indosat yang dilakukan pada era kepemimpinan Megawati.

Sumber: Koran Sindo, 28 Juni 2014. Terhadap jawaban Jokowi yang menyatakan bahwa penjualan tersebut dilakukan karena krisis moneter, Koran Sindo menggunakan

Pada dua perhelatan pemilu terakhir, kutipan Marwan Batubara, Direktur Eksekutif tradisi debat menjadi perkembangan penting

Indonesian Resources Studies (IRESS). dalam demokrasi. Pada Pilpres 2014 ini, Marwan menilai, keputusan menjual PT debat memegang peranan penting sebagai Indosat di era kepemimpinan Presiden ajang masyarakat menilai kualitas pemikiran Megawati Soekarnoputri adalah kesalahan dan penampilan calon pemimpinnya. Ajang

fatal. tersebut biasanya disusul oleh assessment yang dilakukan media tentang hasil debat,

Menurut Marwan, jawaban Jokowi atas pemikiran, visi-misi, dan lainnya.

pertanyaan yang dilontarkan Prabowo Jurnal Ilmiah Komunikasi | MAKNA Vol. 6 No. 1, Februari-Juli 2015 107

Terhadap pemikiran yang disampaikan nan di propinsi DKI Jakarta. Penggunaan label oleh Jokowi, Koran Sindo beberapa kali tersebut oleh Koran Sindo menunjukkan bah- memunculkan hasil analisisnya dengan wa surat kabar ini berusaha melakukan manip- meminjam pendapat para ahli. Dalam berbagai ulasi simbolis untuk menekankan bahwa calon pemberitaan tersebut jelas sekali tone yang presiden haruslah bertanggung jawab. muncul bersifat negatif. Pemikiran Jokowi

Temuan peneliti menunjukkan domi- dijelaskan sebagai yang tidak feasible dan

nannya berita publikasi hasil survei. Semua sosoknya ditampilkan sebagai sosok yang

berita tersebut memberikan klaim bahwa pop- kurang kompeten pada permasalahan bangsa.

ularitas Prabowo meningkat dan sebaliknya, Frame

untuk Jokowi menurun. Untuk mendukung klaim menampilkan Jokowi sebagai calon presiden tersebut diperlukan sebuah ilustrasi ( exemp- yang tidak kompeten dan tak layak dipilih laar ) pada fakta. Misalnya seperti pada kuti- dalam pemilihan presiden 2014 diperkuat pan di bawah ini tentang penjelasan bagaima- dengan simbol-simbol tertentu untuk na elektabilitas Jokowi yang menurun: memberi penekanan atau penonjolan pada apa

Koran

Sindo

Menurut dia, pemilih rasional banyak yang ingin disampaikan melalui perangkat

yang beralih ke Prabowo setelah me- pembingkai ( framing devices ). Simbol-simbol

lihat penampilannya pada debat kan- tertentu digunakan sebagai pembenar untuk

didat yang menawarkan konsep mak- menonjolkan sebuah isu. Sehingga, khalayak

ro tentang kepemimpinan nasional. pembaca dapat lebih mudah dan menerima

Pemilih rasional ini, kata dia, sangat frame yang telah dibentuk oleh redaksi. paham tentang konsep makro yang di-

Dalam pemberitaan hasil riset, Koran tawarkan Prabowo tersebut. Pada saat Sindo secara intens menggambarkan pola

yang sama Jokowi lebih banyak bicara perubahan tingkat keterpilihan yang dinamis

pada tataran mikro dengan gaya baha- dalam proses menuju pilpres 2014. Perangkat

sa yang cenderung diarahkan pada ka- pembingkaian Koran Sindo menekankan

Dokumen yang terkait

FREKUENSI KEMUNCULAN TOKOH KARAKTER ANTAGONIS DAN PROTAGONIS PADA SINETRON (Analisis Isi Pada Sinetron Munajah Cinta di RCTI dan Sinetron Cinta Fitri di SCTV)

27 310 2

MANAJEMEN PEMROGRAMAN PADA STASIUN RADIO SWASTA (Studi Deskriptif Program Acara Garus di Radio VIS FM Banyuwangi)

29 282 2

ANALISIS PROSPEKTIF SEBAGAI ALAT PERENCANAAN LABA PADA PT MUSTIKA RATU Tbk

273 1263 22

PENERIMAAN ATLET SILAT TENTANG ADEGAN PENCAK SILAT INDONESIA PADA FILM THE RAID REDEMPTION (STUDI RESEPSI PADA IKATAN PENCAK SILAT INDONESIA MALANG)

43 322 21

REPRESENTASI CITRA PEREMPUAN DALAM IKLAN DI TELEVISI (ANALISIS SEMIOTIK DALAM IKLAN SAMSUNG GALAXY S7 VERSI THE SMARTES7 ALWAYS KNOWS BEST)

132 481 19

KONSTRUKSI MEDIA TENTANG KETERLIBATAN POLITISI PARTAI DEMOKRAT ANAS URBANINGRUM PADA KASUS KORUPSI PROYEK PEMBANGUNAN KOMPLEK OLAHRAGA DI BUKIT HAMBALANG (Analisis Wacana Koran Harian Pagi Surya edisi 9-12, 16, 18 dan 23 Februari 2013 )

64 565 20

PENGARUH PENGGUNAAN BLACKBERRY MESSENGER TERHADAP PERUBAHAN PERILAKU MAHASISWA DALAM INTERAKSI SOSIAL (Studi Pada Mahasiswa Jurusan Ilmu Komunikasi Angkatan 2008 Universitas Muhammadiyah Malang)

127 505 26

PENERAPAN MEDIA LITERASI DI KALANGAN JURNALIS KAMPUS (Studi pada Jurnalis Unit Aktivitas Pers Kampus Mahasiswa (UKPM) Kavling 10, Koran Bestari, dan Unit Kegitan Pers Mahasiswa (UKPM) Civitas)

105 442 24

PEMAKNAAN BERITA PERKEMBANGAN KOMODITI BERJANGKA PADA PROGRAM ACARA KABAR PASAR DI TV ONE (Analisis Resepsi Pada Karyawan PT Victory International Futures Malang)

18 209 45

STRATEGI KOMUNIKASI POLITIK PARTAI POLITIK PADA PEMILIHAN KEPALA DAERAH TAHUN 2012 DI KOTA BATU (Studi Kasus Tim Pemenangan Pemilu Eddy Rumpoko-Punjul Santoso)

119 459 25