Belajar Cara Membangun Pertemanan dari M

Judul Buku : Otobiografi Mochtar Riady: Manusia Ideal
Penulis
: Mochtar Riady
Penerbit
: Penerbit Buku Kpmpas, 2016
Tebal Buku : 340 halaman termasuk cover
Belajar dari Mochtar Riady tentang Pertemanan dalam Bisnis
Saya yakin, pembaca sudah memiliki beberapa pemahaman betapa pentingnya
membangun relationship dan networking terutama dalam bisnis. Demikian pula
tentang jiwa entreprenuership dari seorang Mochtar Riady. Pada kalangan generasi
yang lahir tahun 1960an, siapa yang tidak dikenal Mochtar Riady, pengusaha yang
memiliki jaringan bisnis yang luar biasa.
Dalam banyak bahasan, paparan tentan rahasisa keberhasilan Riady dalam
berbisnis banyak dijumpai di berbagai tulisan bahkan literature akademik. Tahun
1996, Profesor dari manajemen dari Harvard Business School, Rosabeth Moss
Kanter, menulis di media yang diterbitkan Booz & Company tentang peran jejaring
sosial dalam bisnis milik keluarga Riady, Lippo Group.
Jadi dalam bahasan buku ini, saya tidak akan mengulangi terlalu banyak dari apa
yang telah banyak bagaimana Riady membesarkan bisnisnya, tapi saya ingin
mengeluarkan beberapa kunci yang menunjukkan tentang pengalaman atau
pelajaran yang diberikan oleh Riady tentang relationship. Sudah tentu ini adalah

interpretasi saya yang bisa jadi orang lain punya interpetasi yang berbeda dengan
saya.
Melalui buku ini, Riady membuka wawasan pembaca tentang makna dari
persahabatan. Yang saya tangkap dari paparan Riady adalah bahwa dalam
persahabatan selalu ditandai dengan adanya pertukaran dan komunikasi.
Komunikasi membangun kesepahaman dan kepercayaan, termasuk pemahaman
masing-masing partisipan terhadap karakter masing-masing.
Dalam pertemanan selalu terjadi pertukaran, apakah itu pertukaran informasi atau
yang lainnya. Homans (1958) mendefinisikan pertukaran sosial sebagai aktivitas,
baik berwujud atau tidak berwujud, antara dua orang atau lebih yang dipersepsikan
oleh mereka yang berinteraksi tersebut memberikan keuntungan. Bila tidak
memberikan keuntungan, kuat dugaan pertukaran tersevut tidak akan berulang
kembali karena lawannya sudah tidak percaya lagi misalnya.
Di halaman 121, Riady menceritakan tentang pertemanannya dengan Jack
Stephens, seorang banker Amerika serikat (AS) yang menurut Forbes, terkaya di
urutan 26. Dari dia, Riady banyak belajar tentang investasi. Yang menarik adalah
bahwa dalam pertemanan Riady dengan Stephen, selain belajar, Riady juga banyak
memberikan pandangan kepada Stephens. Ini memberikan gambaran adanya
prinsip dari Riady bahwa dalam berteman orang seyogyanya tidak hanya berharap
sesuatu dari temannya itu, namun dia juga harus memberikan manfaat kepada

teman.

Perkenalan Riady dan Stephens terjadi saat keluarga Riady bermaksud
mengakuisisi National Bank of Georgia, Amerika Serikat. Ketika Riady
mengemukakan keinginannya itu, Stephens bertanya maksud dan tujuannya
mengakuisisi bank di Amerika Serikat. Disini Riady menunjukkan keyakinan dan
keteguhannya pada keyakinannya, sekaligus memposisikan dirinya sebagai orang
yang percaya kepada temannya.
Menurut Riady, AS adalah pusat ekonomi dan keuangan dunia yang sangat
berpengaruh menentukan perkembangan ekonomi dunia. Karena itu, menurut
Riady, jjika orang ingin kerja besar, harus berani terjun di gelanggang pusat
ekonomi dunia saat ini.
Kepada Stephens, Riady juga memperkenalkan filsafat Laozi yang sangat
mempengaruhinya dalam berbisnis. Dalam filsafat Laozi, menurut Riady, “Ada” itu
adalah “Tiada.” Maksudnya, pohon besar berawal dari ranting kecil. Karena itu,
kalau ingin mengembangkan usaha di negara besar sperti AS, harus dimulai dari
yang kecil, sebab kecil itu adalah dasa menjadi besar. Asalkan strateginya tepat,
bekerja tekun, cerdas dan luwes, Riady yakin uasaha yang kecil bisa menjadi besar.
Riady juga menjelaskan kepada Stephens tentang cara dan gaya Yahudi, Jepang,
fan Tionghoa berbisnis di AS. Rady mengambil sifat positif dan kelebihan mereka

dan mengatakan tentang perlunya membantu kelompok yang pantas dibantu untuk
mencapai tujuan bersama.
Sikap yang sama ditunjukkan Rady dalam pertemanannya dengan William Jeferson
Clinton atau yang lebih dikenal dengan panggilan Bill Clinton. Ini digambarkan
Riady dalam ceritanya tentang bagaimana hubungannya dengan Clinton, Gubernur
Arkansas yang kemudian menjadi orang nomor satu di Amerika Serikat. Hubungan
itu dibahas khusus dan paparannya memberikan kesan keakraban keluarganya
dengan keluarga Clinton. Dengan paparan yang singkat dan sederhana, namun
pembaca bisa menangkap bagaimana keakraban keduanya. Hubungan itu mirip
dengan hubungan dalam satu keluarga. Keluarga Clinton akrab dengan keluarga
Riady. Ketika terilih sebagai Presiden AS, Clinton menelpon Riady dan mengundang
keluarga Riady hadir pada acara pelantikannya.
Bagaimana Riady bisa bisa kenal Clinton. Seperti yang dipaparkan di halaman 123,
ceritanya bermula setelah Riady mengakuisisi Worthen Bank, bank terbesar di
Arkansas, AS. Di kantor pusat bank tersebut, teman lamanya, Jack Stephens tadi
mengadakan welcome party untuk Riady berupa jamuan makan siang.
Lima belas menit sebelum acara dimulai, Stephen minta persetujuan Riady untuk
mengundang Gubernur Arkansas Bill Clinton. Riady setuju dan di hadapan Riady,
Stephen menelpon Clinton. Lima belas menit kemudian, Clinton tiba di tempat
acara. Setelah menyatakan kegembiraannya Lippo Group berinvestasi di Arkansas,

dalam sambutannya, Clinton mengatakan, “Anda harus tahu betapa besarnya
pengaruh Mr. Jack Stephens di Arkansas ini. Bayangkan, 15 menit sebelunya beliau
menelpon saya, dan 15 menit kemudian saya sudah tiba disini.”
Fenomena itu memberikan gambaran, seseorang jauh lebih memilih membangun
pertemanan dengan dengan seseorang yang mereka kenal, sukai dan percayai.
Dari mana mereka memulainya, biasanya melalui seseorang atau pihak yang

memperkenalkan. Artinya, hubungan yang ada, atau rekomendasi dari seorang
teman tepercaya, jauh lebih baik daripada sapaan dingin atau melalui email
misalnya. Adalah suatu hal yang mustahil seseorang seperti Riady bisa memasuki
pergaulan yang sedemikian luas bila tidak ada silaturahmi atau perkenalan.
Biasanya itu dimulai dari adanya seseorang atau pihak yang memperkenalkannya
dan orang tersebut tidak mau mengambil risiko memperkenalkan seseorang yang
tidak mereka kenal, sukai atau percayai. Saya mengibaratkan seorang investor
modal ventura akan sangat jarang melakukan bisnis dengan seorang pengusaha
yang tidak diperkenalkan melalui seseorang yang mereka kenal. Ibaratnya, orang
memperkenalkan itu saringan, dia tentu tidak sembarangan memperkenalkan
seseorang kepada orang lain bila tidak mempercayainya.
Lalu bagaimana setelah orang tersebut membangun silaturahmi? Dalam
pertemanan selalu terjadi pertukaran, apakah itu pertukaran informasi atau yang

lainnya. Homans (1958) mendefinisikan pertukaran sosial sebagai aktivitas, baik
berwujud atau tidak berwujud, antara dua orang atau lebih yang dipersepsikan oleh
mereka yang berinteraksi tersebut memberikan manfaat. Bila tidak memberikan
manfaat, kuat dugaan pertukaran tersebut tidak akan berulang kembali karena
lawannya sudah tidak percaya lagi misalnya.
Dalam suatu perbicangan tentang ekonomi AS, Riady dengan santai mengusulkan,
jika ingin mengembangkan ekonominya, AS memperluas hubungan dagangnya ke
negara lain seperti Tiongkok yang penduduknya (saat itu) mencapai 1,3 miliar yang
saat itu ekonomi berkembang dan daya beli masyarakatnya meningkat. Ini
merupakan pasar yang sangat besar.
Akan tetapi, Clinton menganggap bahwa Tiongkok bukanlah negara demokratis dan
melanggar hak-hak azasi manusia, seperti yan yterjadi di Tibet. Mendengar jawab
Clinton tersebut, Riady balik bertanya, apakah Clonton pernah mengunjungi Tibet
atau membaca buku tentang Tibet. Dalam pandangan Riady, Clinton hanya
mengikuti pandangan klasik dari Partai Demokrat tentang Tibet.
Kepada Clinton, Riady menjelaskan bahwa sebelum pembebasan, Tibet mengahadpi
banyak kendala mulai dari fasilitas pendidikan dan kaum perempuannya tidak
mendapatkan pendidikan formal. Sistem petani budak masih berlaku, sarana jalan
yang rusak, tidak punya power plant yang memadai dan struktur serta system
pemerintahan yang feudal. Sekarang, kata Riady kepada Clinton, di bawah

pemerintahan Tiongok, Tiber mengalami banyak kemajuan.
Bagi Riady, globalisasi adalah suatu keniscyaan. Suka atau tidak suka, globalisasi
berlangsung dan bagi Indonesia, kalangan bisnisnya harus mencari dan
menemukan peluang dari gelombang globalisasi itu. Dalam pikiran Riady, dalam
gempuran globalisasi itu, perusahaan-perusahaan di Indonesia harus aktif mencari
peluang dan mengambil peran dalam globalisasi itu. Itu berarti perusahaan
miliknya, Lippo Group harus masuk ke masyarakat global ekonomi secara aktif dan
produktif.
Pertanyaannya adalah bagaimana strateginya? Riady adalah pengusaha yang
percaya pada teori. Ini ditunjukkan oleh sikap dia yang tidak menolak pikiran-pikiran

para akademisi. Untuk menemukan strateginya, Riady banyak berdiskusi dan
meminta masukan dari banyak pemikir, salah satunya adalah Prof. Pang Lay Kim.
Dia memadukan teori-teori yang diperoleh dari para pemikir itu dan pengalamannya
di lapangan.
Berdasarkan masukan itu, Rady menyusun tiga langkah strategis. Pertama dia
mengundang puluhan pakar pasar modal dan keuangan dari Amerika Serikat untuk
memodernisasi dan standarisasi struktur dan manajemen Lippo Group. Riady
menyebut langkah ini sebagai Globalisasi SDM. Langkah kedua adalah dengan
menggunakan jasa para pakar AS itu, melalui pasar modal, Lippobank go public

menghimpun dana (globalisasi capital). Langkah ketiga, dengan capital yang sudah
tersedia, Lippo mencari peluang di Singapura, Hongkong dan AS (globalisasi bisnis).
Buku ini bisa jadi bacaan yang berharga bagi orang yang berkeinginan menjadi
besar. Meski masih ada beberapa bagian yang kurang detail, namun buku ini
penting dibaca oleh pebisnis, bahkan termasuk mahasiswa dan generasi mudah
yang ingin menjadi besar. Jangan harap mendapatkan tips-tips dari huku ini, namun
dari paparan filsofis, Riady berhasil menyampaikan sesuatu yang jauh melampui
dari sekadar tips.