PENGARUH DOKTIN MONROE TERHADAP KETERLIB

DOKTIN MONROE : DARI POLITIK ISOLASI HINGGA PERANG DUNIA PERTAMA
(1823-1917)

ISTI SRI ULFIARTI
1306415421

FAKULTAS ILMU PENGETAHUAN BUDAYA
UNIVERSITAS INDONESIA
DESEMBER 2015

BAB I
PENDAHULUAN
I.1 Latar Belakang
Perang dunia kedua yang dimulai pada tahun 1939 hingga berakhir pada tahun 1945
memunculkan peran besar Amerika dalam kancah internasional. Amerika menjadi pemenang
perang dunia kedua dan menjadi satu-satunya kekuatan besar di dunia pasca berakhirnya perang
dingin tahun 1991 sehingga tidak heran apabila hegemoni negara tersebut terhadap negaranegara lain begitu mencengkram bahkan Amerika sibuk terlibat dalam berbagai urusan negara
lain. Namun, sebelum menjadi negara adidaya dan terlibat dalam mencampuri urusan negara lain
seperti saat ini, Amerika pernah menjalani politik isolasi dari negara-negara luar, yang
menyatakan bahwa negara tersebut tidak ikut campur urusan negara lain dan tidak ingin pula
urusannya dicampuri oleh negara lain. Hal tersebut terjadi salah satu faktornya adalah karena

munculnya Doktrin Monroe tahun 1823.
Doktrin Monroe merupakan suatu pernyataan yang dilontarkan oleh Presiden Amerika
ke-5 (1817-1825), James Monroe, dalam pidato tahunannya di depan Kongres. Isi pidato dari
Monroe ialah mengenai penolakan Amerika terhadap negara-negara Eropa dalam melakukan
perluasan wilayah dan dominasi di benua Amerika. Doktrin Monroe ini dilatarbelakangi oleh
gejolak revolusi di negeri-negeri Amerika Tengah dan Amerika Selatan yang ingin
memerdekakan diri dari cengkraman bangsa Eropa, dan atas desakan publik Amerika,
Amerikapun mengakui kemerdekaan negara-negara Latin. Secara implisit, Doktrin Monroe
menyatakan bahwa America for the Americans sehingga sejak bergulirnya doktrin tersebut,
Amerika fokus membangun negerinya dan bersifat netral terhadap urusan yang terjadi di Benua
Eropa. Hal tersebut memperlihatkan dijalankannya politik isolasi Amerika terhadap dunia luar
dan dengan demikian menjadikannya sebagai politik luar negeri Amerika.
Politik isolasi yang dimaksud tentu bukan menutup diri dari setiap hubungan
internasional dengan negara-negara lain, isolasi yang dijalankan oleh Amerika adalah sebuah
kentralan akan masalah yang dihadapi oleh negara-negara eropa yang sedang berkonflik serta
tidak memihak blok manapun, baik Aliansi Suci maupun Sekutu. Kebijakan tersebut selain
mengacu pada doktrin Monroe juga mengacu pada ucap Washington dalam pidato perpisahannya

pada tanggal 17 september 1796 yang menguraikan dasar-dasar politik luar negeri Amerika
dengan pengertian tidak mengajukan pendapat dalam masalah eropa. 1

Ketika bayang-bayang perang dunia pertama muncul di hadapan Amerika, Doktrin
Monroe dan politik isolasi tersebut tentu tidak dapat pula dipertahankan selamanya. Kedaulatan
Amerika mulai mengalami ancaman serius sebagai dampak dari perang tersebut, sehingga
diperlukan tindakan untuk mengatasinya. Di tahun 1917 Amerika serikat bergabung dengan
Perancis dan Inggris untuk melawan Jerman yang mengancam kemerdekaan kedua negara
tersebut. Masih di bawah sikap mempertahankan kenetralan, Amerika masuk dalam perang dunia
pertama hanya sebatas “penengah”, meskipun hal tersebut menyalahi doktrin Monroe. Perang
yang dimaksudkan oleh Amerika tentu sebagai bentuk menjaga demokrasi tetap berjalan, dunia
aman dan damai serta sebagai bentuk penghentian perang (war end war).
Dengan demikian, Doktrin Monroe yang dilontarkan tahun 1823 mengalami perubahan
orientasi yang disesuaikan dengan situasi yang dihadapi oleh Amerika dan juga masyarakatnya.
I.2 Rumusan masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, untuk dapat lebih memahami DOKTIN MONROE:
DARI POLITIK ISOLASI HINGGA PERANG DUNIA PERTAMA (1823-1917), terdapat
dua rumusan masalah untuk mejelaskan hal tersebut, yaitu :
1. Bagaimana Doktrin Monroe mempengaruhi Politik Isolasi Amerika Serikat?
2. Bagaimana keterlibatan Amerika Serikat dalam perang dunia pertama sebagai
penyimpangan doktrin Monroe?

BAB II

1 Hans J. Morgenthau. Politik Antarbangsa. (Jakarta: Yayasan Obor Indonesia, 2010), hlm. 23

PEMBAHASAN
II.1 Pengaruh Doktrin Monroe terhadap Politik Isolasi Amerika
Amerika Serikat (The United States Of America) mendeklarasikan kemerdekaannya dari
Inggris pada tanggal 4 Juli 1776 setelah melalui serangkain perang dan perjuangan.
Pengalamannya sebagai daerah koloni dari bangsa Eropa yang pindah ke benua baru untuk
kehidupan yang lebih baik, baik dari segi politik, ekonomi, sosial budaya dan juga kehidupan
beragama, menjadikan negara ini menjunjung tinggi nilai liberalisme dan demokrasi sebagai
dasar negara. Sebagai negara yang menjungjung tinggi demokrasi dan libelarisme, Amerika juga
harus menghormati hak merdeka bangsa lain yang juga ingin lepas dari kungkungan bangsa
Eropa. Dotrin Monroe menjadi salah satu jawaban dari bentuk demokrasi Amerika terhadap
dunia internasional pada saat itu.
Doktrin tersebut muncul dilatarbelakangi oleh gerakan revolusi dari Amerika tengah dan
selatan pada dekade awal abad ke-19. Ketika para koloni Inggris mendapatkan kebebasannya
dan menjadi negara merdeka seutuhnya, gagasan tersebut juga memberikan pengaruh pada
rakyat Amerika Latin. Penaklukan Napoleon atas Spanyol dan Portugal pada 1808 menjadi
pertanda bagi rakyat Amerika Latin untuk mengadakan pemberontakan. Menjelang 1822,
dipimpin dengan cakap oleh Simon Bolivar, Francisco Miranda, Jose de San Martin dan Miguel
de Hidalgo, sebagian besar Amerika Hispanik–dari Argentina dan Chili di selatan hingga

Meksiko di utara–memenangkan kemerdekaan mereka. Rakyat Amerika Serikat melihatnya
sebagai sebuah pengulangan pengalaman mereka sendiri dalam memisahkan diri dari bawah
kekuasaan Eropa. Gerakan kemerdekaan Amerika Latin mempertegas keyakinan rakyat Amerika
terhadap pemerintahan otonomi. Maka, dengan tekanan dari publik, Presiden James Monroe
pada 1822 menerima wewenang untuk mengakui negara Amerika Latin baru dan menegaskan
status mereka sebagai negara merdeka yang sesungguhnya, sepenuhnya terpisah dari ikatan lama
mereka dengan Eropa, layaknya negara Amerika Serikat.2.
James Monroe dalam pidato tahunannya di depan Kongres pada tanggal 2 Desember
1823 menyampaikan apa yang kemudian dikenal sebagai doktrin Monroe- suatu penolakan
toleransi terhadap dominasi lebih lanjut Eropa di benua Amerika. Pernyataan James Monroe
2 Biro Program Informasi Internasional. Garis Besar Sejarah Amerika. (Departemen Luar Negeri Amerika Serikat :
2005). hlm. 125

mengekspresikan akan dua keadaan khusus yang terjadi pada saat itu. Pertama, dia takut akan
rencana Rusia untuk mendirikan koloni di pantai barat. Kedua dia takut akan rencana bangsabangsa Eropa untuk mengembalikan koloni-koloni Spanyol di Amerika Latin yang memberontak
dan menyatakan kemerdekaannya. Tentu saja Amerika menentang hal tersebut. 3 Amerika sangat
khawatir karena Amerika Latin telah menjadi mitra perdagangan yang sangat penting pada saat
itu.
Doktin Monroe merupakan manifestasi politik status quo yang mempunyai arti penting
bagi Amerika Serikat dan merupakan landasan hubungan luar negerinya. Deklarasi unilateral

oleh presiden James Monroe menetapkan dua prinsip doktrin. Pertama doktrin tersebut
menetapkan agar Amerika serikat menghormati pembagian kekuasaan yang sudah ada di dunia
belahan barat. “Dengan koloni yang sudah ada atau ketergantungan terhadap kekuatan Eropa
mana pun, kami tidak pernah campur tangan dan takkan pernah campur tangan”. Kedua, doktrin
tersebut menyatakan perlawanan Amerika serikat terhadap perubahan apa pun atas pembagian
kekuasaan yang ada oleh suatu negara non-Amerika : “Tetapi dengan pemerintah yang telah
menyatakan kemerdekaannya dan mempertahankan kemerdekaan itu, juga kemerdekaan yang
telah kita... akui, kita tidak dapat membiarkan tindakan campur tangan apa pun yang bertujuan
menekan mereka, atau mengendalikan nasib mereka dengan cara apa pun, oleh kekuatan Eropa
mana pun dengan anggapan selain manifestasi disposisi tidak ramah terhadap Amerika Serikat.”4
Dengan demikian, Amerika secara jelas menolak setiap bentuk intervensi asing terhadap
negaranya dan juga negara di benua Amerika, dan sebagai “balasannya” Amerika tidak turut
campur dalam urusan negara-negara Eropa serta memilih untuk bersifat netral terhadap konflik
yang berlangsung di benua Eropa.
Ketidak ikut campuran Amerika dalam percaturan konflik Eropa membuatnya fokus
dalam membangun negara sehingga pada saat tersebut mulailah tumbuh benih-benih politik
isolasi dalam masyarakat Amerika. Isolasi yang dijalankan oleh Amerika adalah sebuah bentuk
ketidakberpihakan Amerika terhadap blok manapun di Eropa dan lebih memilih bersikap netral.
Apabila merujuk pada ucapan Geoge Washington dalam pidato perpisahannya di depan
Kongres, adalah bahaya dan tidak ada manfaatnya bagi Amerika untuk berpihak pada blok-blok

3 Frank Donova. Mr. Monroe’s Message : The Story of the Monroe Doctrin. (New York : Dood,
Mead and Company, 1963). hlm. 4
4 Hans J. Morgenthau. Op. Cit. hlm. 60

yang sedang bertikai di Eropa “bagi Eropa ada sejumlah kepentingan mendasar yang tidak ada
kaitannya dengan kita atau hubungan kita dengannya jauh karena itu mengharuskan Eropa untuk
terjun dalam konflik yang terus-menerus yang sebabnya asing bagi kita dan juga kepentingan
kita” selain itu diutarakan pula oleh Washington bahwa tidak bijak jika “ kami melibatkan diri
dengan ikatan-ikatan semu dalam pergolakan politik dan kelompoknya serta konflik permusuhan
dan persahabatannya. Sesungguhnya posisi kita yang jauh dan terpisah darinya mengajak kita
untuk, bahkan dapat mengikuti jalan lain…. Mengapa kita harus meninggalkan keistimewaan
posisi yang unik ini? kenapa kita meninggalkan tanah kita untuk berdiri di tanah yang asing
dengan kita? Kenapa kita harus mengikatkan nasib kita dengan nasib eropa sementara kita
melibatkan bangsa kita dengan ambisi-ambisi negara eropa dan menyaingi dalam kepentingan
langkah-langkahnya?” 5
Ucapan Washington tersebut dapat menggambarkan rasa nasionalisme untuk melawan
penjajah (bangsa Eropa) telah muncul pascaperang kemerdekaan. Nasionalisme di Amerika
tersebut membentuk isolasi politik dan ideologi antara Amerika dan Eropa. Meskipun tidak
secara langsung Washington mendoktrin untuk melakukan isolasi dan pemutusan hubungan
dengan Eropa, tetapi ketika Monroe menyatakan doktrinnya, hal tersebut layaknya sebuah

dorongan lain bagi masyarakat Amerika untuk benar-benar menutup diri dari konflik-konflik
Eropa dan fokus terhadap pembangunan negara sendiri.
Dengan doktrin Monroe, paham demokrasi dan sistem ekonomi yang dianutpun turut
mendorong politik isolasi dilaksanakan oleh masyarakat Amerika. Untuk membangun ekonomi,
Amerika mengadopsi kapitalisme dan liberalisme perdagangan dari revolusi industri. Hal
tersebut mendorong masyarakat Amerika berorientasi pada ekonomi dan materialisme,
sedangkan politik bukan sesuatu yang penting bagi mereka. Dengan berfokus pada ekonomi
masyarakat Amerika mendapati dirinya dalam damai dan kemakmuran sedangkan negara-negara
Eropa masih sibuk dalam konflik dan peperangan. Titik tolak tersebut menciptakan satu falsafah
bagi Amerika yang melandasi politik isolasi; bahwa Amerika harus memutus hubungan dengan
Eropa karena dengan adanya isolasi dari Eropa, Amerika dapat menjaga kejernihan

5 Muhammad Musa. Hegemoni Barat Terhadap Pencaturan Politik Dunia: Sebuah Potret
Hubungan Internasional. (Jakarta: Wahyu Press, 2003), hlm. 122

demokrasinya dan terfokus pada politik dalam negeri dengan mengembangkan kekakayaan dan
menjaga kebebasan.6

II.2 Perang Dunia Pertama sebagai bentuk penyimpangan Doktrin Monroe
Bergolaknya konflik negara-negara Eropa berakhir dengan munculnya perang dunia

pertama pada tahun 1914. Perang yang hanya melibatkan negara-negara Eropa tersebut sering
disebut sebagai perang Eropa, tetapi dampak dari perang tersebut berpengaruh besar terhadap
kehidupan masyarakat Amerika dan juga politik luar negerinya.
Sejak 1914, Amerika mulai menjadi sebuah kekuatan dunia, mendapatkan hubungan jauh
dengan koloni, menjadi sebuah elemen dalam keseimbangan kekuatan Eropa, dan kebijakan luar
negerinya berubah dari kebenuaan dan keisolasian ke dalam sebuah bidang yang lebih besar.7
Bagi masyarakyat Amerika yang hidup pada 1914, pecahnya perang di Eropa—Jerman
dan Austria- Hongaria melawan Inggris, Perancis, dan Rusia—membuat mereka tersentak.
Awalnya pertempuran itu seakan terasa sangat jauh, tapi dampak ekonomi dan politiknya terasa
dalam waktu singkat dan dengan parah. Selama 1915, industri Amerika, yang sedang mengalami
masa depresi ringan, mulai membaik karena adanya permintaan peralatan perang dari Sekutu di
Barat. Kedua pihak yang berseteru menggunakan propaganda untuk menyulut semangat rakyat
Amerika—yang

sepertiganya

adalah

warga


negara

asing

atau

lahir

dari

orangtua

berkewarganegaraan asing.8
Awalnya, bangsa Amerika masih memegang teguh sikap netralnya terhadap negaranegara yang berkonflik, dengan masih di bawah doktrin Monroe, keterlibatan Amerika dalam
perang tersebut hanya sebatas produsen dan penjual senjata untuk para negara yang berperang di
Eropa, tidak ambil bagian dari konflik secara langsung. Bangsa Amerika dimasa damai tidak
memalingkan perhatiaannya pada masalah luar negeri karena itu akan memalingkan manusia dari
nilai materi mereka serta membalikkan nilai-nilai sosialnya, kecuali dengan terpaksa.
Faktor


yang

mulai

menggoyahkan

kenetralan

masyarakat

Amerika

dalam

mempertahankan doktrin Monroe adalah ketika kapal-kapal Amerika dihadang, digeledah serta
barang-barangnya diambil oleh Inggris ataupun Jerman, hal yang dilakukan Amerika masih
sebatas protes dan peringatan. Kemudian, kapal sipil Inggris, Lusitania, pada 7 Mei 1915
6 Muhammad Musa. Op. Cit. hlm. 129-130
7 Dexter Perkins. America and Two Wars. (Boston : Little, Brown and Company, 1944), hlm. 3
8 Biro Program Informasi Internasional. Op.Cit. hlm. 228


ditenggelamkan oleh kapal selam Jerman sehingga menewaskan 1.198 orang, 128 orang di
antaranya adalah orang Amerika. Hal itu tentu menimbulkan kemarahan rakyat Amerika
sehingga membuat Presiden Wilson mendesak agar penyerangan terhadap angkutan laut dan
kapal dagang Amerika segera dihentikan. Adanya peringatan dari Amerika tersebut membuat
Jerman untuk sementara waktu menghentikan perang kapal selamnya, tetapi pada Agustus 1915,
Jerman kembali melakukan serangan untuk menenggelamkan kapal pesiar Inggris Arabic dan
kapal pesiar Perancis Sussex yang hancur terkena torpedo pada Maret 1916.
Hal tersebut tentu tidak dapat lagi ditolerir oleh Amerika, ketika negara-negara yang
berperang mulai mengancam dan mengganggu hak hidup masyarakat Amerika, tentu bangsa
Amerika tidak bisa tinggal diam dan tidak mungkin berpura-pura tidak mengetahuinya sehingga
Amerika yang menjunjung demokrasi dan kebebasan menuntut pertanggung jawaban dari akibat
perang yang berdampak pada Amerika. Amerika tidak dapat lagi hanya sekedar memberikan
peringatan, tentu harus ada ketegasan sikap dalam menghadapi Perang Dunia Pertama. Maka,
konsekuensi logis dari hal tersebut adalah penyimpangan terhadap dokrin Monroe dan politik
isolasi.
Presiden Wilson yang kembali terpilih pada 1916, merasa mengemban tugas untuk
bertindak sebagai pendamai, dia berpidato di hadapan Senat Amerika, pada 22 Januari 1917,
mendesak negara yang sedang berperang untuk menerima “perdamaian tanpa kemenangan.”
Namun pada 31 Januari 1917, pemerintah Jerman mulai menjalani perang terbuka di dasar laut
dan menyebabkan lima armada laut Amerika tenggelam. Maka tidak mungkin lagi Amerika
hanya memberikan ultimatum tanpa bertindak. Ketika provokasi dikobarkan, maka, penggunaan
sarana kekerasan seperti perang digunakan untuk mencapai kedamaian dan kestabilan.
Sementara serangan militer Amerika hanya untuk membela demokrasi dan mengenyahkan
musuh yang tidak bermoral yang bisa mengancam demokrasi.9
Perang yang dilancarkan Amerika menurut pandangan bangsa Amerika bukanlah suatu
bentuk politik kekuasaaan seperti yang dilakukan oleh negara-negara Eropa yang yang didorong
oleh konflik antarkelas. Keterlibatan Amerika dalam kancah perang dunia adalah untuk
mengembalikan perimbangan di Eropa, di mana penguasaan satu negara terhadapnya akan
mengecam keamanan Amerika itu sendiri. Adapun intervensi menurut cara pandang bangsa
Amerika adalah dalam rangka menghapuskan kediktatoran dan mengembalikan demokrasi.10
9 Muhammad Musa. Op. Cit. hlm. 132
10 Muhammad Musa. Op. Cit. hlm. 131-132

Dengan pandangan tersebut, maka Amerika mulai merealisasikan untuk masuk kancah
perang dan bergabung dalam blok sekutu. Pada tanggal 2 April 1917 Presiden Wilson mendapat
persetujuan untuk mendeklarasikan perang dari Kongres. Pemerintah bergerak cepat dalam
mengerahkan sumber daya militer, industri, tenaga dan hasil pertanian untuk persiapan perang.
Selama Oktober 1918, pada malam sebelum kemenangan pihak Sekutu, lebih dari 1.750.000
tentara Amerika telah tersebar di Perancis. Pada musim panas 1918, tentara Amerika yang baru
tiba di bawah pimpinan Jendral J. Pershing memainkan peranan penting dalam menghentikan
serangan terakhir dari Jerman. Pada musim gugur tahun itu, tentara Amerika merupakan tokoh
kunci dalam serangan di Meuse-Argonne, yang berhasil menembus Garis Hindenburg Jerman.
Presiden Wilson berkontribusi besar dalam mengakhiri perang secara lebih cepat dengan
mendefinisikan tujuan perang Amerika yang menyatakan perjuangan ini bukan untuk memerangi
rakyat Jerman melainkan terhadap pemerintahan otoriter mereka.11
Meskipun masuknya perang Amerika dalam perang dunia pertama menyimpang dari
doktrin Monroe, tapi Amerika berupaya supaya bentuk akhir dari perang ialah suatu perasaaan
untuk menjaga perdamaian diantara negara-negara Eropa. pasca berakhirnya perang tahun 1918,
presiden Wilson mengajukan suatu keputusan pada Senat yang disebut dengan Empat Belas
Poin, yang salah satu isinya adalah pendirian liga bangsa-bangsa untuk mengikat perdamaian
antar negara yang berperang. Namun negara-negara yang berkonflik tersebut, khususnya blok
Sekutu yang menang perang dunia pertama, mengeluarkan perjanjian Versailles yang salah satu
isinya adalah membebankan tanggungan pampasan perang yang sangat berat terhadap Jerman.
Pendirian Liga bangsa-bangsa yang digagas oleh presiden Wilson ini mendapat opposisi
dari senator Republik di Senat, Borah dan Lodge. Presiden Wilson gagal melibatkan tokoh
terkemuka partai Republik dalam negosiasi perjanjian perdamaian. Ia kembali dengan
dokumentasi setengah jadi, dan menolak mengadakan konsesi yang diperlukan guna
melenyapkan kekhawatiran partai Republik tentang perlindungan terhadap kedaulatan Amerika.
Dalam dua kali pengambilan suara—pada November 1919 dan Maret 1920— Senat kembali
menolak Traktat Versailles dan juga menolak Liga Bangsa-bangsa. Penolakan Senat terhadap
Traktat Versailles dan Liga Bangsa-bangsa serta kekalahan Wilson menunjukkan rakyat Amerika
belum siap berperan sebagai pemimpin di tingkat dunia. Visi Wilson yang terlampau muluk
sempat menginspirasi bangsa Amerika dalam waktu singkat, namun ketika terbentur dengan
11 Biro Program Informasi Internasional. Op.Cit. hlm. 229

kenyataan, visi tersebut dengan cepat menimbulkan kekecewaan luas terhadap masalah dunia.
Secara naluriah Amerika kembali menganut isolasionisme.12

BAB III
KESIMPULAN

12 Biro Program Informasi Internasional. Op.Cit. hlm. 230

Doktrin Monroe yang diucapkan oleh Presiden Amerika ke-5, James Monroe, pada
tanggal 2 Desember 1823 di hadapan Kongres mendapat sambutan baik dari masyarakat Amerika
untuk bersikap netral dan tidak ikut campur dalam konflik negara-negara Eropa karena dalam
menjalankan politik luar negerinya, Amerika menjunjung demokrasi dan kebebasan. Munculnya
Doktrin Monroe mampu memberikan pengaruh besar terhadap kehidupan masyarakat Amerika
Serikat pada abad ke-19 hingga awal abad ke-20. Berkorelasi dengan hal tersebut, Amerika
menjalankan politik isolasi yang berlangsung di berbagai bidang kehidupannya, baik di bidang
ekonomi dan politik sehingga kehidupan di amerika dapat dikatakan damai, karena masyarakat
tidak terganggu urusan politik luar negeri negara lain dan fokus membangun negerinya.
Pecahnya perang dunia pertama di Eropa tahun 1914 turut menyeret Amerika untuk turun
langsung mengatasi perang. Hal tersebut merupakan penyimpangan dari Doktrin Monroe yang
salah satu isinya menyatakan bahwa Amerika tidak terlibat dalam urusan konflik negara-negara
Eropa. namun, Presiden Wilson, sebagai presiden yang menjabat pada masa itu tidak bisa tinggal
diam ketika Amerika dan masyarkatnya mulai terancam kedaulatannya karena perang tersebut,
terutama oleh Jerman dengan perang kapal selamnya. Maka pada tahun 1917, Presdien Wilson
yang mendapatkan persetujuan dari Kongres menyatakan terlibat perang dan ikut dalam blok
Sekutu. Tujuan masuknya Amerika dalam perang dunia satu adalah sebagai bentuk menjaga
perdamaian dan keamanan berdirinya demokrasi.
Cepat berakhirnya perang dunia pertama pada tahun 1918 salah satunya adalah karena
jasa Presiden Wilson, sehingga sebagai bentuk menjaga perdamaian, dia mengajukan
pembentukan Liga Bangsa-Bangsa dengan Amerika sebagai pemimpinnya. Akan tetapi, terjadi
penolakan oleh Senat Amerika Serikat terhadap keterlibatan Amerika dalam liga yang
dikhususkan untuk penyelesaian perdamaian negara-negara Eropa sehingga secara naluriah,
Amerika kembali menganut politik isolasi.

Daftar Pustaka
Biro Program Informasi Internasional. 2005. Garis Besar Sejarah Amerika. Departemen Luar
Negeri Amerika Serikat.

Cipto, Bambang. 2007. Amerika. Lingkaran Buku : Yogyakarta.
Dukes, Paul. 2000. The Superpowers : A Short History. Routledge: New York.
Donova, Frank. 1963. Mr. Monroe’s Message : The Story of the Monroe Doctrin. Dood, Mead
and Company : New York.
Morgenthau, Hans. J. 2010. Politik Antarbangsa. Perpustakaan Nasional : Jakarta.
Musa, Muhammad. 2003. Hegemoni Barat Terhadap Percaturan Politik Dunia : Sebuah Potret
Hubungan Internasional. Wahyu Press : Jakarta.
Perkins, Dexter. 1944. America and Two Wars. Little, Brown and Company : Boston.

Sumber Internet :
http://usa.usembassy.de (diakses pada hari kamis, 10 desember 2015. Pukul 15:35 WIB)