STRATEGI DAN MODEL PENGEMBANGAN USAHA PE

Jurnal Riset Agribisnis & Peternakan Vol 1 No 2

2016

STRATEGI DAN MODEL PENGEMBANGAN
USAHA PETERNAKAN SAPI RANCAH
Suyudi1), Hendar Nuryaman2), Erfan3)
Fakultas Pertanian Universitas Siliwangi Tasikmalaya
3)
Mahasiswa Program Pascasarjana Universitas Siliwangi
Suyudi@unsil.ac.id
Hendarnuryaman@unsil.ac.id

1), 2)

ABSTRAK

Pembangunan sektor peternakan dititikberatkan pada usaha petani ternak yang berwawasan
agribisnis dalam upaya peningkatan perekonomian di pedesaan. Ternak lokal yang menjadi plasma
nutfah di setiap daerah tentu mempunyai keunggulan dan potensinya masing-masing. salah satunya
adalah Sapi Rancah yang merupakan ternak lokal asli Jawa Barat. Tujuan penelitian ini untuk

mengidentifikasi kekuatan, kelemahan, peluang, ancaman dan strategi serta model dalam upaya
pengembangan usaha peternakan Sapi Rancah. Metode yang digunakan adalah studi kasus dan
developmental research. Kelompok Ternak Al Hidayah dipilih secara purposive dan merupakan
salah satu kelompok percontohan peternakan Sapi Rancah di Kabupaten Ciamis dengan populasi
ternak sebanyak 49 ekor dan keanggotaan kelompok mencapai 30 orang; dan lahan yang dimiliki
kelompok ternak ini masih sangat luas sehingga masih sangat potensial untuk dikembangkan. Hasil
penelitan dengan menggunakan analisis SWOT mununjukkan total skor Internal Factors Analysis
Summary (kekuatan dan kelemahan) dan skor External Factors Analysis Summary (peluang dan
ancaman) sebesar 3,060. dan 3,143. Alternatif strategi yang dapat diterapkan antara lain,
meningkatkan pengetahuan dan kemampuan peternak dengan mengoptimalkan ketersediaan
sumberdaya alam sekitar; mengembangkan keterampilan peternak melalui kerja sama dengan
berbagai lembaga terkait guna meningkatkan efektivitas dan efisiensi dalam pemerliharaan ternak
dengan tujuan untuk meningkatkan produktivitas ternak; menyerap dan mengaplikasikan beragam
informasi mengenai penggunaan teknologi untuk pemanfaatan limbah pertanian secara optimal;
dan berpartisipasi aktif dalam berbagai program pemerintah seperti pengembangan Sentra
Peternakan Rakyat (SPR). Model pengembangan terdiri dari tiga komponen utama yaitu
peternak/kelompok ternak, sistem agribisnis dan kelembagaan dimana sangat ditentukan oleh peran
peternak, penyuluh dan lembaga yang terkait dengan pengembangan Sapi Rancah.
Kata kunci : Sapi Rancah, SWOT, Strategi, Model.


Menurut Rahardi dan Hartono (2006),

1. PENDAHULUAN
Subsektor peternakan dalam mewujudkan

kondisi peternakan saat ini masih menghadapi

program pembangunan peternakan secara

berbagai tantangan antara lain keterbatasan

operasional diawali dengan pembentukan atau

modal,

penataan kawasan melalui pendekatan sistem

ekonomis,

dan usaha agribisnis. Pembangunan kawasan


penggunaan teknologi belum dilaksanakan

agribisnis berbasis peternakan merupakan

secara terpadu serta adanya persaingan global

salah satu alternatif program terobosan yang

terhadap produk impor.

diharapkan dapat menjawab tantangan dan
tuntutan

pembangunan

peternakan

yaitu


usaha

belum

masih

mencapai

bersifat

skala

tradisional,

Petani ternak merupakan subjek dari
peternakan,

sehingga

kemampuan


dan

meningkatkan pendapatan dan kesejahteraan

pengalaman beternak memegang peranan

masyarakat (Mandaka dan Hutagaol, 2005;

yang penting dalam hal kemajuan sebuah

Mukson et al. 2009; Suryanto, 1993).

peternakan. Namun disisi lain sebagian besar

25

Jurnal Riset Agribisnis & Peternakan Vol 1 No 2

2016


dari peternak di daerah hanya lulusan sekolah

prasarana yang memadai. Luasnya lahan

dasar, ini menunjukkan kelemahan dari

untuk penanaman Hijauan Makanan Ternak

kualitas sumberdaya manusianya. Menurut

(HMT) milik anggota kelompok diharapkan

Nuhung (2003), bahwa pendidikan petani

bisa dimanfaatkan untuk menanam rumput

yang sebagian besar (lebih dari 80%) tidak

raja (King Grass), sehingga anggota kelompok


tamat sekolah dasar merupakan salah satu

tidak harus mencari rumput ke tempat lain

masalah

cukup dengan memanfaatkan kebun rumput

mendasar

dalam

pembangunan

bidang pertanian.

yang ada. Namun alat dan mesin (alsin)

Ternak lokal yang menjadi plasma nutfah


penunjang yang dimiliki oleh kelompok

di setiap daerah tentu mempunyai keunggulan

masih kurang. Menurut Kasim S., et al (2004),

dan potensinya masing-masing. Salah satunya

penggunaan alsin pada usaha peternakan

adalah Sapi Rancah yang merupakan ternak

rakyat

lokal asli Jawa Barat.

dikarenakan pembelian alsin akan berdampak

masih


sangat

terbatas.

Hal

ini

Usaha peternakan sapi rakyat di pedesaan

pada besarnya biaya yang harus dikeluarkan

pada umumnya masih bersifat tradisional, hal

peternak, sehingga peternak cenderung lebih

ini dapat dilihat dari kepemilikan ternak yang

menyukai peralatan yang sederhana dan tidak


masih sedikit yaitu antara satu sampai tiga

mengeluarkan biaya yang besar.

ekor. Namun hal itu dapat teratasi dengan

Adanya kebijakan Pemerintah dalam hal

adanya tambahan ternak yang berasal dari

pembatasan impor daging sapi dan bakalan

bantuan investor, seperti yang dilakukan oleh

harus dimanfaatkan secara optimal oleh

Dompet Dhuafa melalui Kampoeng Ternak

anggota kelompok untuk dapat menikmati


Nusantara (KTN) membangun sentra Sapi

hasil lebih dari penjualan ternaknya.

Rancah

melalui

Kelompok

Ternak

Al

Terhitung mulai bulan September 2013

Hidayah yang berlokasi di Desa Sukasari

telah tersedia straw Sapi Rancah prakarsa dari

Kecamatan Tambaksari.

UPT Pembibitan Ternak Cijeungjing, Ciamis.

Berdasarkan laporan survey Fakultas

Ketersediaan straw ini telah dimanfaatkan

Peternakan Universitas Padjadjaran tahun

oleh anggota kelompok Al Hidayah untuk

2012, bahwa Sapi Rancah berkembang seiring

menginseminasi Sapi Rancah betina yang

dengan berkembangnya usaha perkebunan di

berahi.

wilayah Kewadanaan Rancah dan sekitarnya

Segala tantangan dalam pengembangan

pada zaman kolonial Belanda. Sapi Rancah

usaha peternakan Sapi Rancah perlu dihadapi

mulai dikenal masyarakat sekitar 1930-an.

dengan strategi yang tepat, sehingga dapat

Diduga masih memiliki kekerabatan dengan

diatasi bahkan dimanfaatkan sebagai pemicu

Banteng Jawa (Dinas Peternakan Kabupaten

semangat kepada setiap anggota kelompok

Ciamis, 2013).

untuk lebih maju dan berkembang.

Pengembangan usaha peternakan Sapi
Rancah ini harus didukung oleh sarana dan

Penelitian

ini

bertujuan

untuk

mengetahui faktor internal yang menjadi

26

Jurnal Riset Agribisnis & Peternakan Vol 1 No 2

2016

kekuatan dan kelemahan serta faktor eksternal

diperoleh langsung dari subjek penelitian

yang

berdasarkan

hasil

bagaimana strategi yang paling tepat dan

Discussion

(FGD)

model pengembangan usaha peternakan Sapi

menggunakan

Rancah pada kelompok ternak Al Hidayah di

kuisioner sebagai panduan kepada responden.

Kecamatan Tambaksari Kabupaten Ciamis.

Data Sekunder diperoleh dari instansi terkait

menjadi

peluang

dan

ancaman,

dari

Focus

dengan

daftar

Group

peternak

pertanyaan

atau

serta berbagai sumber pustaka seperti buku,
2. METODE PENELITIAN

laporan, jurnal penelitian dan artikel yang

Penelitian ini dilaksanakan di Kelompok
Ternak Al Hidayah Desa Sukasari Kecamatan
Tambaksari

Kabupaten

Ciamis

dengan

menggunakan metode studi kasus. Menurut
Daniel (2003) studi kasus adalah penelitian
yang sifatnya lebih terarah atau terfokus pada
sifat tertentu yang tidak berlaku umum,
biasanya dibatasi oleh kasus, lokasi, tempat
tertentu dan waktu tertentu.

adalah sebagai berikut :

merupakan

Kabupaten
salah

percontohan

untuk

Ciamis

satu

dan

kelompok

pengembangan

usaha peternakan Sapi Rancah;

dukungan permodalan dan pembinaan
dari Dirjen Dikti, Dompet Dhuafa serta
Peternakan

dan

Perikanan

Kabupaten Ciamis;

ternak 49 ekor, dengan keanggotaan
kelompok mencapai 30 orang;

sangat

kelompok

ternak

Al

Hidayah

dipilih

berjumlah tiga orang yaitu Ketua Kelompok,
Sekretaris dan Bendahara.
Responden di luar kelompok ternak
berjumlah lima orang terdiri dari Lembaga
seperti

Perikanan

Kab.

Dinas

Peternakan

Ciamis,

Mantri

dan

ternak,

Kepala Desa Sukasari, dan Pendamping
Kelompok Ternak Al Hidayah.
variabel-varibel pada penelitian ini terdiri
dari :
adalah

dipelihara

dan

hewan
juga

yang

sengaja

dikembangbiakan

dengan tujuan untuk produksi daging dan
kulit;
2) Faktor internal adalah keadaan yang

luas

kelemahan (weaknesses) yang dimiliki
serta

mempunyai

pengaruh

langsung

terhadap kinerja efektif dalam usaha

d) Lahan yang dimiliki kelompok ternak
masih

yang

menggambarkan kekuatan (strenghts) dan

c) Kelompok ternak ini memiliki populasi

ini

responden

digunakan adalah secara purposive pada

1) Ternak

b) Kelompok ternak ini mendapatkan

Dinas

penentuan

Petugas PPL BP3K Kecamatan Tambaksari,

a) Lokasi kegiatan merupakan kampung
di

Teknik

terkait

Alasan penentuan kelompok tersebut

ternak

berkaitan dengan tujuan penelitian ini.

untuk

dikembangkan.
Data yang digunakan terdiri dari data

pengembangan peternakan Sapi Rancah
dalam penelitian ini meliputi SDM, ternak,
sarana dan prasarana, manajemen pakan,
pemasaran serta permodalan;

primer dan data sekunder. Data Primer,

27

Jurnal Riset Agribisnis & Peternakan Vol 1 No 2

3) Faktor eksternal adalah keadaan yang

2016

merumuskan model pengembangan usaha

menggambarkan peluang (opportunities)

peternakan

Sapi

Rancah,

dan ancaman (threats) yang akan dihadapi

efektifitasnya

dalam

proses

serta dapat memberikan dampak terhadap

pendapatan peternak. Data kualitatif dipakai

usaha pengembangan peternakan Sapi

untuk melakukan pemetaan sosial, pemetaan

Rancah dalam penelitian ini meliputi

terhadap pranata-pranata sosial yang tumbuh

pemerintah, sosial budaya dan teknologi;

dan berkembang serta keterkaitan diantara

4) Strategi merupakan suatu rencana atau

melihat
peningkatan

lembaga yang ada.

konsep atau formulasi yang memadukan
antara

faktor

pendorong

dan

faktor

penghambat, baik dari lingkungan internal

3. HASIL DAN PEMBAHASAN
Identifikasi Faktor Lingkungan Internal
dan Penentuan Matrik IFAS

maupun eksternal yang ada atau akan
dihadapi

guna

mendukung

usaha

pengembangan peternakan Sapi Rancah.
Analisis

strategi

untuk

usaha

pengembangan peternakan Sapi Rancah ini
dianalisis secara deskriptif, yaitu dengan
mengidentifikasi faktor internal dan eksternal
dengan

menggunakan

(Strengths

analisis

Weaknesses

SWOT

Opportunities

Threats). Analisis SWOT didasarkan pada

asumsi bahwa strategi yang efektif akan
mengoptimalkan

kekuatan

dan

peluang

disertai dengan memanfaatkan kelemahan dan

Guna merumuskan faktor-faktor strategi
internal disusun menggunakan matriks IFAS
(Internal Factors Analisys Summary) dan
merumuskan

eksternal

disusun

faktor-faktor

strategi

menggunakan

matriks

EFAS (External Factors Analisys Summary).
Pendekatan

Explorative

Developmental Research

(kelompok)

mempunyai

kekuatan

dan

kelemahan dalam berbagai bidang. Setiap
kekuatan dan kelemahan dari suatu kelompok
harus
mencari

dapat

dimanfaatkan

strategi

yang

dengan

cara

tepat

guna

pengembangan usaha peternakan Sapi Rancah
oleh kelompok Ternak Al Hidayah. Indikator
dari faktor lingkungan internal merupakan
hasil Focus Group Discussion (FGD) dengan
kelompok ternak.
Setelah

pengidentifikasian

faktor

lingkungan internal dilanjutkan dengan tahap

ancaman, Rangkuti (2013).

untuk

Menurut David (2011), semua organisasi

and

digunakan Untuk

menyusun matriks IFAS (Internal Factors
Analisys Summary) utuk mendapatkan nilai

skor. Nilai skor tersebut merupakan hasil
perkalian antara bobot dengan rating masingmasing indikator faktor lingkungan internal.
Diperoleh nilai skor hasil evaluasi faktor
lingkungan internal sebagaimana tercantum
dalam matriks IFAS Tabel 1.

28

Jurnal Riset Agribisnis & Peternakan Vol 1 No 2

Tabel 1. Matriks IFAS (Internal Factors Analysis Summary)
Indikator Faktor Lingkungan Internal
Bobot
Rating
Kekuatan (Strengths)
(A) Pengalaman beternak sudah lama
0,080
4
(B) Ketersediaan tenaga kerja masih banyak
0,078
3
(C) Adanya ternak bantuan dari para investor
0,057
4
(D) Ketersediaan lahan HMT masih luas
0,072
3
(E) Ketersediaan limbah pertanian yang melimpah
0,073
4
(F) Meningkatnya permintaan sapi lokal
0,067
3
(G) Adanya bantuan permodalan dari pemerintah
0,055
4
Kelemahan (Weaknesses)
(H) Tingkat pendidikan relatif rendah
0,091
3
(I) Usaha ternak sebagai sambilan
0,075
3
(J) Kepemilikan ternak masih sedikit
0,071
2
(K) Kurangnya alat dan mesin penunjang yang dimiliki
oleh peternak
0,062
2
(L) Belum adanya pemanfaatan limbah pertanian secara
0,075
3
optimal
(M) Fluktuasi harga bakalan sapi
0,072
3
(N) Keterbatasan modal peternak
0,072
2
Jumlah
1,000
Sumber : Data Primer diolah, 2015.

2016

Skor
0,320
0,234
0,228
0,216
0,292
0,201
0,220
0,273
0,225
0,142
0,124
0,225
0,216
0,144
3,060

Bantuan ini merupakan penguatan modal bagi

Faktor Kekuatan Internal
Anggota kelompok mendapatkan cara-

para peternak untuk lebih berkembang.

cara beternak berdasarkan pengalaman turun

Potensi lahan yang dimiliki anggota

temurun. Ini merupakan hal positif karena

kelompok masih cukup luas dan belum

apabila mendapatkan suatu permasalahan

termanfaatkan secara optimal. Ketersediaan

dengan ternak, mereka cenderung tenang dan

lahan tersebut berupa kebun dan lahan

tidak panik, sehingga untuk kasus tertentu

pengangonan seluas sembilan hektar yang

seperti kembung (bloat) mereka sudah mampu

dapat digunakan untuk penyediaan lahan

mengatasinya sendiri tanpa harus memanggil

HMT.

matri hewan.
Kelompok ternak Al Hidayah cenderung
lebih sering menggunakan

telah

mengenal

dan

memanfaatkan

limbah

pertanian

yang

kerja

melimpah untuk pembuatan silase. Silase

keluarga. Ini dikarenakan selain lebih nyaman

merupakan metode pengawetan hijauan pakan

dan

harus

ternak dalam bentuk segar melalui proses

mengeluarkan biaya untuk membayar upah

fermentasi dalam kondisi an aerob. Silase

kerja dan dapat dimanfaatkan untuk keperluan

selain meningkatkan kesukaan (palatabilitas)

penting lainnya.

bagi ternak juga menjaga ketersedian pakan

percaya,

Kelompok

mereka

juga

Ternak

tenaga

Kelompok

tidak

Al

Hidayah

ternak pada waktu musim kemarau.

memperoleh ternak hibah berupa ternak Sapi

Menurut Suryana (2009), populasi sapi

Rancah sebanyak 30 ekor yang dibagikan

lokal saat ini belum mampu mengimbangi laju

merata kepada 30 orang anggota kelompok.

permintaan daging sapi yang terus meningkat,

29

Jurnal Riset Agribisnis & Peternakan Vol 1 No 2

2016

baik kualitas maupun kuantitasnya. Hal ini

bertambahnya waktu kepemilikan tersebut

yang menjadi dasar Kelompok Ternak Al-

telah bertambah.

Hidayah untuk mengembangkan potensi Sapi

Kelompok Ternak Al Hidayah masih

Rancah yang plasma nutfah asli Jawa Barat

belum memiliki alat dan mesin dalam

dengan keistimewaan memiliki kelebihan

menunjang kegiatan peternakannya. Hal ini

dibandingkan dengan ternak impor, walaupun

dapat dipahami karena alat dan mesin

secara estetis Sapi Rancah kurang diminati

merupakan salah satu komponen penunjang

oleh para peternak.

yang

Tahun

2015

Hidayah

Kelompok

mendapatkan

Ternak

Bantuan

Al

Sosial

(Bansos) dari APBD Murni melalui Dinas

mahal,

memilih

sehingga

cara

kelompok

tradisional,

lebih

walaupun

memerlukan waktu yang relatif lebih lama.
Banyaknya

limbah

pertanian

yang

Peternakan dan Perikanan Kabupaten Ciamis

berasal dari jerami padi, jagung serta kulit

sebesar Rp. 40.000.000. Bansos ini berupa

singkong di sekitar area peternakan belum

transfer

kepada

dapat dimanfaatkan secara optimal oleh para

masyarakat/kelompok ternak guna melindungi

peternak, karena sampai saat ini peternak

masyarakat

masih memberikan rumput lapangan (pakan

resiko

uang

yang

dari

sosial,

diberikan

kemungkinan

meningkatkan

terjadinya
kemampuan

ekonomi dan kesejahteraan ekonomi.

hijauan

segar).

Sebenarnya

apabila

mengoptimalkan limbah pertanian yang ada,
tentu kebutuhan pakan Sapi Rancah akan

Faktor Kelemahan Internal

mudah terpenuhi meskipun pada musim

Mayoritas anggota Kelompok Ternak Al
Hidayah adalah lulusan dari sekolah tingkat
pertama.

Namun

mempunyai

kelebihan

keterbukaan

anggota

terhadap

ini

semua

informasi yang diberikan.
Mayoritas

anggota

bahwa

beternak

hanyalah

sebagai usaha sambilan dan bukan usaha
pokok. Namun hikmah dari kelompok ternak
ini, menjadi jalan untuk membuka hubungan
dengan pihak lain yang mempunyai perhatian
terhadap pengembangan Sapi Rancah.

anggota rata-rata awalnya hanya satu ekor
Sapi

Rancah.

menimbulkan

kesulitan

bagi

anggota

kelompok. Hal ini erat kaitannya dengan

Namun

Fitri), sehingga diperlukan waktu yang tepat
saat pembelian sapi bakalan. Kesalahan waktu
pembelian dapat menyebabkan kerugian bagi
anggota kelompok.
Sampai saat ini kepemilikan ternak setiap
anggota kelompok masih terbatas. Hal ini
terjadi akibat harga sapi bakalan di pasaran
yang tinggi sehingga peternak lebih memilih

Awal kepemilikan ternak masing-masing

betina

Tidak menentunya harga bakalan sapi

setiap momen keagamaan (Idul Adha dan Idul
kelompok ternak

bermata pencaharian sebagai petani. Hal ini
menunjukkan

kemarau.

memelihara ternak titipan investor walaupun
keuntungan diperoleh harus dibagi hasil.

seiring

30

Jurnal Riset Agribisnis & Peternakan Vol 1 No 2

Identifikasi Faktor Lingkungan Eksternal
Peluang dan Ancaman merupakan faktor

2016

langkah peyusunan evaluasi faktor lingkungan
internal, Faktor lingkungan eksternal meliputi

eksternal yang akan menentukan bagaimana

peluang

strategi pengembangan usaha peternaka Sapi

(treaths), analisis yang digunakan adalah

Rancah kelompok Al Hidayah yang terbaik.

Matriks EFAS (External Factors Analysis

Penentuan

Summary).

indikator

faktor

strategis

(opportunities)

dan

ancaman

lingkungan eksternal merupakan hasil dari

Diperoleh nilai skor pada evaluasi faktor

Focus Group Discussion (FGD) dengan

lingkungan eksternal dapat dilihat pada

responden.

matriks EFAS Tabel 2.

Pada dasarnya langkah dalam evaluasi
faktor lingkungan eksternal sama dengan
Tabel 2. Matriks EFAS (External Factors Analysis Summary)
Indikator Faktor Lingkungan Eksternal
Bobot
Rating
Peluang (Opportunities)
(A) Kebijakan Pemerintah dalam Pembatasan Kuota
0,159
4
Impor Daging Sapi
(B) Kenaikan Permintaan Daging Sapi Lokal
0,167
3
(C) Meluasnya Teknologi IB di Peternak
0,154
4
Ancaman (Treaths)
(D) Masuknya Sapi Kelas Impor
0,172
3
(E) Adanya Alih Fungsi Lahan
0,170
2
(F) Pemeliharaan Masih Secara Tradisional
0,178
3
Jumlah
1,000
Sumber : Data Primer diolah, 2015.

Marhendra

0,636
0,501
0,616
0,516
0,340
0,534
3.143

informasi yang didapat bahwa pada tahun

Faktor Peluang Eksternal
Menurut

Skor

(2014),

2014 harga bobot hidup sapi lokal termasuk

penetapan kebijakan pembatasan kuota impor

Sapi Rancah berkisar pada harga Rp. 34.000 –

daging dan bakalan oleh Pemerintah menjadi

Rp 35.000/kg, sedangkan pada tahun 2015

angin segar bagi kelangsungan peternak sapi

harga bobot hidup sapi menjadi Rp. 40.000 –

lokal. Hal ini yang membuat membuat

Rp. 41.000/ kg. Ini menunjukkan peluang

peternak Sapi Rancah merasa sudah saatnya

yang

ternak lokal berjaya

pengembangan Sapi Rancah.

di

et

al.

negeri sendiri.

Peternak akan merasa bangga apabila Sapi

menjanjikan

Kelompok

bagi

peternak

peternak

untuk

mengungkapkan

Rancah menjadi salah satu produk unggulan

bahwa teknologi telah diaplikasikan pada

di tanah Pasundan yang mampu bersaing

setiap Sapi Betina Rancah yang berahi, hal ini

dengan kualitas daging sapi impor.

sangat efektif karena kelompok tidak harus

Peningkatan permintaan daging sapi
lokal

menyebabkan

harga

memelihara pejantan, tapi cukup betina

mengalami

produktif saja. Tingkat keberhasilan dari IB

kenaikan yang cukup tinggi. Berdasarkan

sudah mencapai 90 persen lebih dari setiap

31

Jurnal Riset Agribisnis & Peternakan Vol 1 No 2

betina yang berahi. Adapun semen dihasilkan
dari pejantan unggul yang berada di BPPT

2016

Analisis Matriks Grand Strategy Internal
Eksternal

Cijeungjing Kabupten Ciamis.

Analisis ini untuk mengetahui letak
posisi matriks kuadran kelompok ternak Al

Faktor Ancaman Eksternal

Hidayah dan penentuan strategi terbaik yang

Terungkap kekhawatiran di kalangan
peternak dengan masuknya sapi Brahman
Cross

(BX)

dari

Australia.

Sapi

lokal

termasuk Sapi Rancah akan tersisihkan,
karena secara fisik sapi BX memiliki postur
tubuh

yang

lebih

besar,

harus diterapkan dalam pengembangan usaha
peternakan Sapi Rancah. Berdasarkan hasil
analisis pada matriks IFAS dan EFAS, nilai
skor pembobotan matriks kuadran analisis
SWOT sebagai berikut :

 Total Skor kekuatan internal 1,711

kemampuan

 Total Skor kelemahan internal 1,349

beradaptasi yang baik dan secara estetis lebih

 Total Skor peluang eksternal 1,753

disukai oleh para peternak.

 Total Skor peluang eksternal 1,390

Adanya alih fungsi lahan di wialayah
peternakan belum terlalu signifikan hanya ada
beberapa rumah yang didirikan diatas lahan
pertanian. Hal ini masih belum menjadi
ancaman serius hanya tetap harus diperhatikan
agar lahan pertanian tidak sepenuhnya beralih
fungsi dan ini akan terasa dalam jangka
panjang.
Pola pemeliharaan di kelompok ternak Al

Dari perhitungan dapat diketahui posisi
matriks kuadran kelompok ternak Al Hidayah,
yang mana faktor internal (kekuatan dan
kelemahan) dijadikan penentu titik sumbu x
dan faktor eksternal (peluang dan ancaman)
dijadikan penentu titik sumbu y. Adapun
perhitungannya sebagai berikut :

 Titik sumbu x 1,711 – 1,349 = 0,362

 Titik sumbu y 1,753 – 1,390 = 0,363

Hidayah masih bersifat tradisional. Ini terlihat
dari lokasi kandang yang masih di sekitar

Matriks

rumah, pemberian pakan masih mengandalkan
dari mencari rumput lapangan dan kondisi

kuadran

analisis

SWOT

kelompok ternak Al Hidayah dipetakan pada
Gambar 1.

perkandangan yang masih sederhana.

Peluang Eksternal
Kuadran I
0,362

Kelemahan
Internal

0,363

Kekuatan
Internal

Ancaman Eksternal

Gambar 1. Matriks Kuadran Analisis SWOT Kelompok Ternak Al Hidayah

32

Jurnal Riset Agribisnis & Peternakan Vol 1 No 2

Berdasarkan gambar 1. Dapat dilihat

pemasaran

2016

untuk pemenuhan permintaan

skor

pasar. Meningkatkan pemanfaatan luasan

pengembangan usaha peternakan Sapi Rancah

lahan HMT yang dimiliki anggota kelompok

berada pada

untuk mengoptimalkan daya dukung terhadap

bahwa

hasil

pemetaan nilai

total

kuadran I, situasi tersebut

menguntungkan bagi kelompok. Hal ini

keberlangsungan

ditunjang oleh kekuatan internal dan peluang

peternakan.

eksternal

sehingga

dimanfaatkan

situasi

sebaik

ini

mungkin

dan

kemajuan

usaha

harus

Strategi S-T atau strategi kekuatan-

untuk

ancaman merupakan strategi yang dimiliki

mendapatkan hasil yang seoptimal mungkin.

kelompok

Strategi yang harus diterapkan dalam kondisi

Alternatif strategi S-T dapat dirumuskan yaitu

ini adalah mendukung kebijakan pertumbuhan

dengan

yang agresif (Growth Orientied Strategy).

peternak melalui kerja sama dengan berbagai
lembaga

Analisis SWOT

pengembangan didasarkan pada identifikasi
internal

berpengaruh

dan

dan

eksternal

homogen

pada

yang
lokasi

penelitian. Kombinasi dan perpaduan antara
kekuatan-peluang,

kekuatan-ancaman,

kelemahan-peluang dan kelemahan-ancaman,
diperoleh beberapa alternatif strategi yang
dapat diterapkan dalam pengembangan usaha
peternakan Sapi Rancah di Kelompok Ternak
Al Hidayah.

peluang merupakan strategi yang dibuat
dengan memanfaatkan seluruh kekuatan yang
dimiliki untuk merebut dan memanfaatkan
peluang sebesar-besarnya. Alternatif strategi
dapat

dirumuskan

yaitu

dengan

meningkatkan pengetahuan dan kemampuan
peternak

mengembangkan

terkait

ancaman.

keterampilan

guna

meningkatkan

ternak dengan tujuan untuk meningkatkan
produktivitas

ternak.

Menyusun

rencana

strategis pengembangan usaha ternak dalam
jangka

panjang

mengantisipasi

(5

tahunan)

berbagai

hambatan

guna
dan

ancaman.
Strategi W-O atau strategi kelemahanpeluang merupakan

strategi

peluang

cara

dengan

pemanfaatan
meminimalkan

kelemahan yang ada. Alternatif strategi W-O
dapat dirumuskan yaitu dengan meningkatkan

Strategi S-O atau strategi kekuatan-

S-O

mengatasi

efektivitas dan efisiensi dalam pemerliharaan

Hasil dari perumusan alternatif strategi

faktor

untuk

dengan

ketersediaan

sumberdaya

Meningkatkan

kerjasama

mengoptimalkan
yang

ada.

dengan

pihak

investor dan pemerintah guna memanfaatkan
peluang penambahan modal dan jaringan

kuantitas keikutsertaan kegiatan penyuluhan
dan bimbingan teknis bidang peternakan.
Menyerap dan mengaplikasikan beragam
informasi mengenai penggunaan teknologi
untuk pemanfaatan limbah. Memanfaatkan
kebijakan

pemerintah

program

bidang

dalam

dukungan

peternakan

untuk

meningkatkan skala kepemilikan ternak dan
pengembangan yang berkelanjutan.
Strategi W-T atau strategi kelemahanancaman

merupakan

strategi

yang

meminimalkan kelemahan serta menghindari

33

Jurnal Riset Agribisnis & Peternakan Vol 1 No 2

ancaman.

Alternatif strategi

dapat

diperoleh beberapa alternatif strategi yang

dirumuskan yaitu dengan penguatan modal

dapat diterapkan pada pengembangan usaha

peternak melalui program kredit khusus

peternakan Sapi Rancah. Adapun alternatif

kepemilikan ternak. Berpartisipasi aktif di

strategi yang paling sesuai dengan keadaan

berbagai

seperti

usaha peternakan Sapi Rancah kelompok

pengembangan Sentra Peternakan Rakyat

Ternak Al Hidayah adalah pada strategi S–O

(SPR).

(3,464), seperti tersaji pada Tabel 3.

program

Berdasarkan

W-T

2016

pemerintah

hasil

kombinasi

dan

perpaduan faktor internal dan faktor eksternal

Faktor Internal
(IFAS)

Faktor Eksternal
(EFAS)

Peluang
(Opportunities)

Tabel 3. Matriks SWOT
Kekuatan
(Strengths)

Kelemahan
(Weaknesses)

1. Pengalaman beternak sudah lama;
2. Ketersediaan tenaga kerja masih banyak;
3. Adanya ternak bantuan dari para
investor;
4. Ketersediaan lahan HMT masih luas;
5. Ketersediaan limbah pertanian yang
melimpah;
6. Meningkatnya permintaan sapi lokal;
7. Adanya bantuan permodalan dari
pemerinyah

1. Tingkat pendidikan relatif rendah;
2. Usaha ternak sebagai sambilan
3. Kepemilikan ternak masih sedikit
4. Kurangnya alat dan mesin penunjang
yang dimiliki oleh peternak
5. Belum adanya pemanfaatan limbah
pertanian secara optimal
6. Fluktuasi harga bakalan sapi
7. Keterbatasan modal peternak

STRATEGI S-O
1,711 + 1,753 = 3,464

STRATEGI W-O
1,349 + 1,753 = 3,102

1. Kebijakan
1. Meningkatkan
pengetahuan
dan 1. Meningkatkan
kuantitas
pemerintah dalam
kemampuan
peternak
dalam
keikutsertaan
dalam
kegiatan
pembatasan kuota
membudidayakan Sapi Rancah dengan
penyuluhan dan bimbingan teknis
impor daging sapi
mengoptimalkan
ketersediaan
bidang pertanian dan peternakan.
2. Kenaikan
sumberdaya alam sekitar
2. Menyerap dan mengaplikasikan
permintaan daging 2. Meningkatkan kerjasama dengan pihak
beragam
informasi
mengenai
sapi lokal
investor
dan
pemerintah
guna
penggunaan
teknologi
untuk
memanfaatkan peluang penambahan
pemanfaatan limbah pertanian secara
3. Meluasnya
permodalan dan jaringan pemasaran
optimal.
teknologi IB di
untuk pemenuhan permintaan pasar
3. Memanfaatkan kebijakan pemerintah
Peternak
3. Meningkatkan pemanfaatan luasan lahan
dalam dukungan program bidang
HMT yang dimiliki anggota kelompok
peternakan untuk meningkatkan
untuk mengoptimalkan daya dukung
skala kepemilikan ternak dan
terhadap keberlangsungan dan kemajuan
pengembangan peternakan yang
usaha peternakan
berkelanjutan.

Ancaman
(Treaths)

STRATEGI S-T
1,711 + 1,390 = 3,101

STRATEGI W-T
1,349 + 1,390 = 2,739

1. Masuknya sapi 1. Mengembangkan keterampilan peternak 1. Penguatan modal peternak melalui
kelas impor
melalui kerja sama dengan berbagai
program kredit khusus kepemilikan
2. Adanya
alih
lembaga terkait guna meningkatkan
ternak seperti KKPE (Kredit
fungsi lahan
efektivitas
dan
efisiensi
dalam
Ketahanan Pangan dan Energi)
3. Pemeliharaan
pemerliharaan ternak dengan tujuan 2. Berpartisipasi aktif dalam berbagai
masih
secara
program
pemerintah
seperti
untuk meningkatkan produktivitas ternak
tradisional
pengembangan Sentra Peternakan
2. Menyusun
rencana
strategis
Rakyat (SPR).
pengembangan usaha ternak dalam
jangka panjang (5 tahunan) guna
mengantisipasi berbagai hambatan dan
ancaman

34

Jurnal Riset Agribisnis & Peternakan Vol 1 No 2

2016

Sumber : Data Primer diolah, 2015.

Model Pemberdayaan usaha Peternakan
Sapi Rancah

tiga

Hasil penelitian dan pengkajian diperoleh

kelembagaan. Lebih jelasnya dapat dilihat

alternatif

pada Gambar 2.

model

pemberdayaan

usaha

kelompok

ternak,

yaitu

unsur

peternak/kelompok

agribisnis

dan

unsur

peternakan Sapi Rancah membagi ke dalam
PETERNAK/
KEL. TERNAK

KELEMBAGAAN

SISTEM AGRIBISNIS

Penyedia Sarana
Produksi
Usaha Ternak

Penyuluh

Pemasaran Ternak

Pasar Ternak/
Tengkulak

Dinas
Peternakan

Aktivitas

Konsorsium
Usaha
Peternakan

Pengolahan Daging
Sapi
Peran Serta

Dinas
Perdagangan

Pelaku Industri
Pengolahan

Lembaga Penunjang
Konsumen Akhir

Gambar 2. Model Pemberdayaan Peternakan Sapi Rancah

yang tertinggi, dengan skor 0,636 dan adanya

4. KESIMPULAN
Berdasarkan

hasil

penelitian

pada

Kelompok Ternak Al Hidayah di Kecamatan

alih fungsi lahan yang terendah, dengan skor
0,340.

dapat

Alternatif strategi yang dapat diterapkan

disimpulkan bahwa faktor lingkungan internal

antara lain, meningkatkan pengetahuan dan

yang teridentifikasi sebesar 3,060 dimana

kemampuan

lama pengalaman beternak yang tertinggi,

mengoptimalkan

dengan skor 0,320 dan kurangnya alat dan

alam sekitar; mengembangkan keterampilan

mesin penunjang yang dimiliki oleh peternak

peternak melalui kerja sama dengan berbagai

yang terendah, dengan skor 0,124. Faktor

lembaga

lingkungan

teridentifikasi

efektivitas dan efisiensi dalam pemerliharaan

sebesar 3,143 dimana kebijakan pemerintah

ternak dengan tujuan untuk meningkatkan

dalam pembatasan kuota impor daging sapi

produktivitas

Tambaksari

Kecamatan

eksternal

Ciamis,

yang

peternak
ketersediaan

terkait

guna

ternak;

dengan
sumberdaya

meningkatkan

menyerap

dan

35

Jurnal Riset Agribisnis & Peternakan Vol 1 No 2

mengaplikasikan
mengenai

beragam

penggunaan

informasi

teknologi

untuk

pemanfaatan limbah pertanian secara optimal;
dan

berpartisipasi

aktif

dalam

berbagai

program pemerintah seperti pengembangan
Sentra Peternakan Rakyat (SPR). Model
pengembangan terdiri dari tiga komponen
utama yaitu peternak/kelompok ternak, sistem
agribisnis dan kelembagaan dimana sangat
ditentukan oleh peran peternak, penyuluh dan
lembaga yang terkait dengan pengembangan
Sapi Rancah.
5. REFERENSI
Daniel, M. 2003. Metode Penelitian Sosial
Ekonomi. Bumi Aksara. Jakarta.
David, Fred R. 2011. Strategic Management
Concept and Cases, Thirteenth Edition,
Pearson.
Desa Sukasari. 2014. Profil Desa Sukasari
Tahun 2014. Sukasari.
Dinas Peternakan Kabupaten Ciamis. 2013.
Laporan Tahunan Dinas Peternakan
Kabupaten Ciamis Tahun 2013. Ciamis.
Dinas Peternakan dan Perikanan Kabupaten
Ciamis, 2014. Laporan Tahunan Dinas
Peternakan dan Perikanan Kabupaten
Ciamis 2014. Kabupaten Ciamis.
Dirjen Peternakan. 2008. Petunjuk Teknis
Pengembangan Perbibitan Ternak Sapi
Brahman Cross EX Impor Tahun 2008.

2016

http://ditjennak.go.id/regulasi%5CPerD
JP 26181_2008.pdf.
Kasim S., Nur, Ahcmad Firman dan Willyan
Djaja, 2004. Kajian Pengembangan
Model Unit Pelayanan Jasa Alat dan
Mesin Peternakan. Web Site :
http://pustaka.unpad.ac.id/wpcontent/uploads/2009/03/kajian_penge
mbangan_model_unit_pelayanan_jasa.p
df.
Mandaka, S. dan M. P. Hutagaol. 2005.
Analisis fungsi keuntungan, efisiensi
ekonomi dan kemungkinan skema
kredit bagi pengembangan skala usaha
peternakan sapi perah rakyat di
Kelurahan Kebon Pedes, Kota Bogor.
Jurnal Agro Ekonomi 23: 191-208.
Marhendra, A. V. H., Zainul Arifin dan Yusri
Abdillah. 2014. Analisis Dampak
Kebijakan Pembatasan Kuota Impor
Sapi terhadap Kinerja Perusahaan
(Studi Kasus Pada
PT Great Giant
Livestock,
Lampung
Tengah,
Lampung). Jurnal Administrasi Bisnis.
Vol. 13 No. 1.
Nuhung, I. A. 2003. Membangun Pertanian
Masa Depan. Aneka Ilmu. Semarang.
Rahardi, F. dan R. Hartono, 2006. Agribisnis
Peternakan.
Cetakan
kesepuluh.
Penebar Swadaya, Jakarta.
Rangkuti, Freddy. 2013. Analisis SWOT :
Tehnik Membedah Kasus Bisnis.
Cetakan ketujuh belas. PT Gramedia
Pustaka Utama, Jakarta.
Suryana. 2009. Pengembangan Usaha Ternak
Sapi Potong Berorientasi Agribisnis
Dengan Pola Kemitraan. Jurnal Litbang
Pertanian, 28 (1).

36