KRITIK SOSIAL MASLAH KEJAHATAN CYBER CRI
KRITIK SOSIAL MASLAH KEJAHATAN CYBER CRIME
DALAM NOVEL KERUMUNAN TERAKHIR KARYA
OKKY MADASARI
Aisyatun Nadliroh
Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia
Universitas Muhammadiyah Malang
email: [email protected]
Abstrak:
Penelitian ini mengangkat novel Kerumunan Terakhir karya Okky Madasari
sebagai objek penelitian yang bertujuan untuk mendeskripsikan bentuk kritik sosial
khususnya masalah kejahatan cyber crime yang terdapat dalam novel tersebut.
Pemilihan novel Kerumunan Terakhir sebagai bahan penelitian karena di dalam novel
tersebut banyak menceritakan kehidupan sosial yang menyinggung tentang
banyaknya masalah yang dialami oleh masyarakat masyarakat modern saat ini.
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode kualitatif, karena data
yang diperoleh berupa deskripsi tentang bentuk kritik sosial khususnya masalah
kejahatan cyber crime. Data yang diteliti berupa fakta sosial dalam bentuk kata/frasa,
kalimat, paragraf dan kutipan-kutipan dari satuan cerita, baik yang meliputi narasi
pengarang, dialog maupun monolog tokoh yang terkait dengan kritik sosial dan
bentuk penyampaian kritik yang dilakukan para tokoh dalam cerita. Sumber data
dalam penelitian ini yaitu dari novel Kerumunan Terakhir karya Okky Madasari
cetakan pertama yang berjumlah 360 halaman, diterbitkan oleh PT. Gramedia Pustaka
Utama tahun 2016. Analisis data yang dilakukan dalam penelitian ini menggunakan
model Miles dan Huberman yakni teknik analisis yang dilakukan secara intensif dan
terus menerus secara tuntas dan teknik ini memiliki tiga langkah yakni mereduksi
data, menyajikan data dan menarik kesimpulan. Hasil penelitan ini menunjukkan
bahwa kejahatan cyber crime yang disebut dengan illegal contents yaitu kejahatan
dengan memasukkan data atau informasi ke internet mengenai suatu hal yang tidak
benar, tidak etis, serta dianggap melanggar hukum atau menganggu ketertiban umum
meliputi kejahatan dalam segi pembajakan (Plagiarisme), pemfitnahan, penipuan,
pornografi, dan pemalsuan identitas.
Kata kunci: kejahatan siber, kritik, masalah sosial
1
Abstract:
The study raised novel of The Last Crow by Okky Madasari as an object of
research that aims to describe the form of social criticism, especially the problem of
cyber crime in the novel. Selection of novel The Last Crowd as a research material
because in the novel is a lot of telling social life that alludes to the many problems
experienced by modern society today. The method used in this study is a qualitative
method, because the data obtained in the form of a description of the form of social
criticism, especially the problem of cyber crime. The data in the form of social facts
in the form of words / phrases, sentences, paragraphs and excerpts from the unit of
the story, including the author's narrative, dialogue and monologue figures associated
with social criticism and the form of criticism delivered by the characters in the story.
Sources of data in this research is from novel The Last Crow by Okky Madasari
printed first on 360 pages, published by PT. Gramedia Pustaka Utama 2016. Data
analysis conducted in this study using Miles and Huberman model of analysis
techniques are done intensive and continuous thoroughly and this technique has three
steps namely reducing data, presenting data and draw conclusions. The results of this
research indicate that the crime of cyber crime called illegal contents is a crime by
entering data or information to the internet about something that is untrue, unethical,
and is considered unlawful or disturbing public order covering crime in terms of
piracy (Plagiarism), defamation , fraud, pornography, and identity fraud.
Keywords: cyber crime, criticism, social problems
PENDAHULUAN
Karya sastra hadir bukan sekedar
untuk hiburan dan keindahannya
semata, melainkan untuk menyajikan
fenomena serta realitas sosial yang ada
di kehidupan nyata yang disajikan
dalam setiap kata dan kalimat yang
kemudian membentuk satuan cerita
yang utuh. Oleh karenanya, karya sastra acap kali disebut dengan “dokumen
sosial’. Sebagai suatu dokumen sosial,
sebuah karya sastra bisa dilihat sebagai
rekam jejak yang bertujuan untuk
mencatat realitas kehidupan sosial
budaya pada masa karya sastra
tersebut diciptakan (Emzir & Rohman,
2015:114). Setiap orang bisa mengekspresikan segala sesuatu tentang
kehidupannya melalui karya sastra.
Secara tidak langsung, karya sastra
juga bertujuan untuk menuangkan
kreativitas menulis dan imajinasi
seseorang secara positif.
Karya sastra juga merupakan
suatu tempat yang menampung ide
maupun gagasan serta pemikiran dari
seorang pengarang yang bersumber
dari gejala sosial yang ditangkap serta
dialami oleh sang pengarang dan dari
situlah pengarang menuangkannya ke
dalam bentuk karya sastra, dengan keseluruhan emosi yang dikumpulkannya untuk diungkapkan melalui karya
sastra (Rahmawati, 2012:8).
Hal ini membuktikan bahwa karya
sastra ada tidak terlepas dari realitas
kehidupan masyarakat dan hadir dari
waktu ke waktu yang diciptakan dari
kebenaran yang diyakini oleh pengarang itu sendiri. Sejalan dengan pe-
2
membasmi
ketidakadilan
dengan
menampilkan dunia maya sebagai
media
pemberontakan.
Menurut
Schaefer (2012:124) dunia maya
merupakan salah satu kemajuan
teknologi pada saat ini, seseorang
dapat memelihara jejaring sosial
mereka secara elektronik. Mereka
tidak perlu melakukan tatap muka,
baik melalui pesan singkat, perangkat
genggam, maupun situs jejaring sosial
seperti Facebook, sebagian besar
jejaring
terjadi
secara
online.
Sebagaimana diketahui, di zaman yang
modern ini, masyarakat khususnya
kalangan remaja tidak lepas dari yang
namanya dunia maya. Dunia baru yang
diciptakan oleh manusia dengan
bertujuan
untuk
mempermudah
mencari informasi, pengetahuan serta
media komunikasi dengan jangkauan
luas seperti media sosial. Hal inilah
yang akan menjadi pesan moral dan
amanat bagi pembaca, sekaligus untuk
melontarkan kritik terhadap keadaan
sosial yang terjadi saat ini. Kritik yang
dihadirkan pengarang dalam karyanya
merupakan suatu kondisi sosial yang
benar-benar terjadi dalam potret dunia
nyata yang menjadikan dunia maya
khususnya media sosial sebagai alat
pemberontakan.
Penelitian ini mengambil 3
refrensi dari penelitian terdahulu yang
diteliti oleh Lestari (2014) tentang
“Kritik Sosial dalam Novel Larung
Karya Ayu Utami,” Wibowo (2014)
tentang “ Analisis Kritik Sosial Novel
Lupa Endonesa Karya Sujiwo Tejo,”
dan Kurrahman (2015) tentang “Kritik
Sosial dalam Novel Lintasan Petir
Karya Gerson Poyk (Kajian Sosiologi
Sastra).” Perbandingan kesamaan dan
perbedaan dalam penelitian ini dengan
penelitian penelitian terdahulu yakni
mikiran Nurgiyantoro (2010:5) yang
mengatakan bahwasannya karya sastra
merupakan kebenaran fiksi. Kebenaran
fiksi merupakan suatu hal yang benarbenar sesuai dengan apa yang diyakini
pengarang, yakni kebenaran yang
diyakini dari segi "kebahasaannya"
dan sesuai dengan pandangan pengarang terhadap masalah yang ada
dalam hidup dan kehidupan. Sebagai
cerminan kehidupan yang ada dalam
pikiran pengarang, dengan menggunakan masyarakat dan permasalahan
sosial yang sering dialami khususnya
masyarakat modern.
Kritik sosial yang ada dalam suatu
karya sastra dapat berupa kritikan
terhadap kehidupan sosial yang ada
dalam kehidupan nyata, yakni berupa
ketimpangan sosial yang sering kali
menimbulkan masalah-masalah sosial.
Seorang pengarang dalam karya yang
diciptakannya
mampu
menggambarkan realita kehidupan sosial
melalui
tokoh-tokoh
yang
diciptakannya. Tokoh-tokoh yang diciptakan tersebut berperan sebagai replika pengarang dalam menggambarkan
sesuatu seperti dendam, kebencian,
keserakahan, nafsu dan kejahatan
lainnya yang menyebabkan adanya
masalah-masalah sosial yang sering
terjadi di kalangan masyarakat modern
sekarang ini.
Novel
Kerumunan
terakhir
karangan Okky Madasari memiliki
banyak unsur kritikan khususnya dalam kehidupan sosial. Pengarang
biasanya lebih memilih mengangkat
dari fenomena-fenomena sosial yang
ada di sekitar kehidupan sang
pengarang tersebut untuk dijadikan
sebuah satuan cerita yang utuh. Dalam
ceritanya, pengarang menampilkan
seorang pemberontak yang ingin
3
di dalam dunia maya yaitu dunia yang
dikembangkan dari kemajuan teknologi saat ini yang terkandung dalam
novel Kerumunan Terakhir.
Berdasarkan paparan di atas, maka
penelitian ini mengambil judul “Kritik
Sosial Maslah Kejahatan Cyber Crime
dalam Novel Kerumunan Terakhir
Karya Okky Madasari.” Dalam
penelitian
ini,
peneliti
akan
mengangkat kritik sosial yang terdapat
dalam novel Kerumunan Terakhir
karya Okky Madasari. Alasan peneliti
mengambil judul “Kritik Sosial
Maslah Kejahatan Cyber Crime dalam
Novel Kerumunan Terakhir Karya
Okky Madasari” karena dalam novel
ini pengarang banyak menyisipkan
kritikannya terhadap masalah sosial
yang dialami
oleh
masyarakat
khususnya masyarakat modern saat ini
terkait kejahatan siber.
persamaanya penelitian kali ini pada
dasarnya
sama-sama
membahas
tentang kritik sosial yang terkandung
dalam novel, sedangkan perbedaannya
yakni penelitian terdahulu yang
pertama lebih memfokuskan pada
bentuk kritik tokoh terhadap arogansi
kekuasaan pemerintahan, wewenang
penguasa, dan kepemimpinan pada
masa orde baru. Kedua, memfokuskan
pada kritik sosial dalam bentuk moral,
politik,
sosial-budaya,
korupsi,
pendidikan dan fungsi kritik sosial
dalam novel yang akan diteliti. Ketiga,
memfokuskan bentuk kritik terhadap
kebijakan pembangunan pemerintah,
bentuk kritik terhadap budaya kolusi,
dan bentuk kritik terhadap kondisi
pendidikan yakni terbatasnya sarana
serta pra sarana pendidikan pada
daerah terpencil, sedangkan penelitian
ini lebih mengarah pada bentuk kritik
sosial yang sering dialami oleh
masyarakat modern saat ini yakni
tentang masalah kejahatan siber atau
cyber crime. Kejahatan ini dilakukan
METODE PENELITIAN
Penelitian
ini
menggunakan
metode
kualitatif.
Metode
ini
merupakan suatu metode yang
memanfaatkan cara-cara penafsiran
dengan menyajikannya ke dalam
bentuk deskripsi, sebagai bagian dari
perkembangan ilmu sosial. Kualitas
penafsiran dalam metode kualitatif
dibatasi oleh hakikat fakta-fakta sosial.
Artinya, fakta-fakta sosial adalah
sebuah fakta sebagaimana ditafsirkan
oleh subjek. Metode ini memberikan
perhatian terhadap data alamiah yakni
data dalam hubungannya dengan
konteks
keberadaannya.
Dalam
penelitian karya sastra akan me-
libatkan pengarang serta lingkungan
sosial sang pengarang berada.
Data yang diteliti berupa fakta
sosial dalam bentuk kata/frasa,
kalimat, paragraf dan kutipan-kutipan
dari satuan cerita, baik yang meliputi
narasi
pengarang,
dialogmaupun
monolog tokoh yang terkait dengan
kritik sosial dan bentuk penyampaian
kritik yang dilakukan para tokoh
dalam cerita. Sumber data dalam
penelitian ini yaitu dari novel
Kerumunan Terakhir karya Okky
Madasari cetakan pertama yang
berjumlah 360 halaman, diterbitkan
oleh PT. Gramedia Pustaka Utama
tahun 2016. Teknik pengumpulan data
dalam penlitian ini menggunakan
4
teknik dokumentasi yang memiliki
beberapa langkah yakni, membaca
berulang-ulang keseluruhan novel,
mengidentifikasi bagian cerita dalam
novel, memberikan kode pada setiap
kelompok
data,
mengidentifikasi
tokoh, mendeskripsikan data dan
memeriksa ketepatan data serta
menyeleksi data yang didapatkan
sesuai dengan tujuan yang sudah
ditetapkan. Analisis data yang
dilakukan dalam penelitian ini
menggunakan model Miles dan
Huberman yakni teknik analisis yang
dilakukan secara intensif dan terus
menerus secara tuntas dan teknik ini
memiliki tiga langkah yakni mereduksi
data, menyajikan data dan menarik
kesimpulan.
tujuan yang ingin diwujudkan.
Kejahatan ini meliputi, pembajakan
(plagiarisme), pemfitnahan, penipuan,
pornografi, dan pemalsuan identitas.
Hal ini dapat dilihat dari kutipan
tentang bentuk kritik sosial terhadap
masalah kejahatan sebagai berikut.
Kritik Sosial Masalah Pembajakan
(Plagiarisme)
Pembajakan atau plagiarisme
merupakan kejahan yang sering di
lakukan di dunia maya. Mudahnya
mengakses data membuat para
penggunanya berlomba-lomba untuk
menunjukkan pada dunia tersebut
terkait keahliannya dalam suatu hal,
baik itu berupa karya sastra maupun
hal lain dan tentu saja karya tersebut
tidak murni dari pemikiran mereka
melainkan pemikiran orang lain yang
kemudian mereka akui sebagai
pemikirannya
sendiri.
Masalah
kejahatan plagiarisme ini terdapat
dalam novel Kerumunan Terakhir,
berikut kutipan dari novel tersebut.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Kritik Sosial Masalah Kejahatan
Cyber
Crime
dalam
Novel
Kerumunan Terakhir Karya Okky
Madasari
Kejahatan
merupakan
suatu
perbuatan yang merugikan bagi segala
kalangan dan juga bagi diri sendiri.
Sebenarnya kejahatan juga salah satu
sifat fitrah manusia yang pasti ada
dalam diri manusia dan terus menerus
akan mengalami perkembangan secara
signifikan dengan perkembangan
masyarakat itu sendiri. Di zaman
sekarang ini kejahatan bisa dilakuakan
di mana pun asalkan ada kesempatan.
Terlebih saat ini ada dunia kedua yakni
dunia maya dan kejahtan di dunia
maya yang sering dijadikan tempat
untuk melakukan kejahatan yang
sering disebut dengan cyber crime
(Kejahatan siber) yakni kejahatan yang
memanfaatkan
sebuah
teknologi
informasi tanpa batas untuk mencapai
“Kelana Bumi yang kulihat
selalu perkasa kini tak
berdaya. Sesekali ia berusaha membela diri, tapi
dengan cepat batu-batu mulai dilemparkan padanya.
‘Plagiat. Pencuri, Tukang
jiplak.’ ‘Tak ada tempat
untuk plagiarisme di sini.
Ini tempat orisinalitas.’
Di sini kejujuran adalah
segalanya.” (KT/BKSMK1/2016:99).
5
temanku ada di sini.
Begitu juga teman-teman
orangtuaku. Sekarang semua menjauhi kami. Tak
ada lagi yang mau berteman dengan kami. Garagara
orang
seperti
Akardewa itu aku sudah
malas
sekolah
lagi.’
‘Apakah itu karena
Akardewa? Bukankah
semuanya ada di berita
TV dan koran?’ ‘TV
dan Koran hanya memberitakan.
Sementara
orang seperti Akardewa
menelanjangi,
menghajar, mengeroyok kami
semua habis-habisan.’”
(BKS/MK/212/ 1.6)
Kutipan
data
(KT/BKSMK/2016:99
)
memaparkan
bahwa
Plagiat
1
merupakan salah satu kejahatan yang
sering terjadi di dunia maya, plagiat
juga bisa disebut dengan membajak
kreativitas orang lain. Kata membajak
di sini bukan membajak sawah atau
ladang melainkan mengambil hak
orang lain dengan paksa, mengambil
paksa kreativitas orang lain kemudian
mengakui bahwa ide atau kreativitas
tersebut adalah miliknya kepada
masyarakat luas. Dalam kutipan novel
ini pengarang menggambarkan sosok
Kelana Bumi untuk mengkritik hal
yang sering terjadi di kehidupan nyata,
sekarang ini banyak orang yang
mengaku-ngaku bahwa apa yang
mereka tulis dan mereka katakan
adalah hasil pemikiran mereka sendiri.
Kutipan dari data tersebut melalui
tokoh
Kara
menggambarkan
bagaimana kejamnya menjadi korban
dari fitnahan orang lain, dan karena
fitnahan tersebut hidupnya menjadi
hancur dengan sangat mudah. Dalam
ceritanya tokoh Akardewa sudah
mengatakan hal yang tidak-tidak
tentang
kuluarga
Kara
tanpa
mengetahui keadaan yang sebenarnya.
Dengan bermodalkan berita dia juga
menambahkan cerita yang sama sekali
tidak berdasar tentang ayah Kara
sampai membuat Kara merasa telah
direndahkan
habis-habisan
oleh
Akardewa dan dari situlah awal
kehancuran hidup Kara. Menambah
serta melebih-lebihkan cerita, tanpa
mengetahui
pokok
permasalahan
biasanya mengandung unsur fitnah.
Hal ini sering kali terjadi di dunia
nyata, mereka yang melakukan fitnah
sama sekali tidak peduli dengan
korban yang mereka fitnah, yang
Kritik Sosial Masalah Kejahatan
Pemfitnahan
Gosip atau desas-desus adalah
suatu kabar atau berita yang
kebenarannya sangat diragukan dan
lebih menjurus ke fitnah. Dalam dunia
maya memfitnah seseoarang adalah hal
yang biasa dilakukan oleh pengguna
dunia tersebut karena mereka tak
pernah bertemu secara langsung dan
yang mereka lakukan hanya asal bicara
melalui alat elektronik seperti laptop
dan smartphone yang tersambung ke
jejaring sosial, sehingga kebenaran
yang mereka ucapkan sangat diragukan. Seperti pada kutipan berikut.
“ ‘Tentu saja bisa. Siapa
yang tidak kenal internet
sekarang ini? Semua
6
mereka pedulikan hanyalah bagaimana
cerita yang mereka sebar luaskan bisa
menjadi semakin menarik lagi.
hebat di mata orang lain. Karena di
dunia nyata dia hanya menjadi
seorang anak pencundang yang selalu
bersembunyi diketiak bapaknya dan
selalu bergantung padanya. Dalam
dunia maya sendiri, menipu seseorang
adalah hal yang biasa, karena mereka
berpendapat bahwa mengarang cerita
yang luar biasa tentang dirinya bisa
menambah ketenaran di dunia tersebut.
Kritik Sosial Masalah Penipuan
Penipuan juga merupakan masalah
kejahatan dalam dunia maya, hal ini
dapat dilihat dalam kutipan berikut.
“ ‘Kamu jago bela diri
ya?’ seseorang berteriak
dari jauh. Aku tak melihat
siapa namanya. Akardewa
mengulangi
lagi
pertanyaan itu. Akupun
menjawab dengan penuh
kebanggaan,
‘Ya.’
Dengan pengeras suara
yang kupegang dan sorot mata kekaguman
dari banyak orang, kepercayaan diriku bangkit dan membuatku mengoceh panjang tanpa
peduli apakah itu salah
atau benar, didengar
atau membuat orang
bosan.” (BKS/MK/109110/ 2.10).
Kritik Sosial Masalah Pornografi
Pornografi juga termasuk dalam
masalah kejahatan siber yang terdapat
dalam novel ini. Hal ini dapat
dibuktikan dalam kutipan berikut.
“ ‘Kalau Google kamu
sudah tahu ‘kan?’ Tanya
Maera dengan nada meledek. ‘Bukannya kamu
biasa cari gambar-gambar porno?’ Aku mengangkat bahuku. Aku
memang sering mendapat
gambar-gambar porno.
Tapi aku jarang mencarinya sendiri.’”
(BKS/MK/83/ 3.13).
Data dalam kutipan tersebut
menunjukkan
bahwa
pengarang
melalui tokoh Matajaya ingin menyampaikan bahwa di dunia maya
menipu sudah benar-benar menjadi
hal yang sangat biasa terjadi. Dalam
ceritanya
tokoh
Matajaya
digambarkan pengarang menjadi sosok
seorang penipu. Dia dengan sengaja
menipu warganet tentang kehiupan
pribadinya yang ada di dunia nyata.
Dia mengarang cerita tentang kehebatannya melawan bapaknya demi
sang ibu, dia melakukan semua itu
untuk menjadikan dirinya orang yang
Data dalam kutipan tersebut
menunjukkan
bahwa
pengarang
melalui tokoh Maera dengan bernada
sinis menyanyakan kebenaran bahwa
yang diketahui Jayanegara tentang
Google hanyalah tempat yang
menyediakan gambar yang bersifat
pornografi. Kecanggihan teknologi
membuat banyak anak muda yang
menyalah gunakan kencanggihan
tersebut. Tak jarang anak muda zaman sekarang menggunakan internet
untuk mencari hal-hal atau gambargambar yang berbau pornografi.
7
tengah ia tempati. Memalsukan
identias sama dengan kejahatan illegal
contents yakni kejahatan memalsukan
data atau informasi ke dalam internet
hanya demi kepentingan pribadi.
Kritik Sosial Masalah Pemalsuan
Identitas
Pemalsuan
identitas
juga
termasuk ke dalam kejahatan siber.
Bahkan kejahatan ini sering dilakukan
karena dengan memalsukan identitas,
mereka
bisa
dengan
leluasa
melakukan
segala
hal
yang
diinginkan, tentu hal tersebut untuk
kepuasan dirinya sendiri dan biasanya
juga merugikan orang lain. Hal ini
dapat dilihat dari kutipan berikut.
SIMPULAN
Penelitian tentang “Kritik Sosial
Masalah Kejahatan Cyber Crime
dalam Novel Kerumunan Terakhir
Karya Okky Madasari” ini dapat
disimpulkan
bahwa
masyarakat
khususnya masyarakat modern saat ini
tidak terlepas dari tindak kejahatan
siber. Kemudahan dalam mengakses
jejaring sosial di dalam dunia maya
membuat para penggunanya menyalahgunakan media tersebut untuk
kepentingan pribadi mereka.
Terlebih novel yang dijadikan
sebagai objek penelitian ini banyak
mengandung
kritikan
terhadap
masalah kejahatan yang ada di dalam
dunia maya atau bisa disebut dengan
kejahatan siber. Dan terkuaklah
beberapa masalah kejahatan siber
antara lain pembajakan (plagiarisme),
pemfitnahan, penipuan, pornografi,
dan pemalsuan identitas.
“Matajaya adalah manusia
masa depan itu. Ia hadir
tanpa sejarah dan ingatan.
Tak kubiarkan satu pun
orang dari duniaku sebelumnya
mengenalinya, termasuk Maera.
Biarlah Maera hanya
kenal Jayanegara, dan
biarlah Maera hanya
berpikir satu-satunya hal
yang kulakukan di sini
adalah mencari lowongan
pekerjaan-kekonyolan yang seharusnya dilakukan
oleh manusia purba.”
(BKS/MK/94/ 4.15).
Dalam data pada kutipan tersebut
tokoh Jayanegara dengan lugas
mengatakan
bahwa
dia
akan
memalsukan
identitasnya
demi
menjadi orang yang baru terlahir
kembali di dunia baru yang saat ini
Kurrahman, Taufik. 2015. Kritik
Sosial dalam Novel “Lintasan
Petir” Karya Gerson Poyk
(Kajian
Sosiologi
Sastra).
Skripsi
tidak
Diterbitkan.
DAFTAR PUSTAKA
Emzir & Saifur Rohman. 2015. Teori
dan Pengajaran Sastra. Jakarta:
PT Rajagrafindo Persada.
8
Wibowo, Arief Setyo. 2014. Analisis
Kritik Sosial Novel “Lupa
Endonesa” Karya Sujiwo Tejo.
Skripsi
tidak
diterbitkan.
Malang: Fakultas Keguruan dan
Ilmu Pendidikan Universitas
Muhammadiyah Malang.
Malang: Fakultas Keguruan dan
Ilmu Pendidikan Universitas
Muhammadiyah Malang.
Lestari, Erma. 2014. Kritik Sosial
dalam Novel “Larung” Karya
Ayu Utami. Skripsi tidak
diterbitkan. Malang: Fakultas
Keguruan dan Ilmu Pendidikan
Universitas
Muhammadiyah
Malang.
Madasari, Okky. 2016. Kerumunan
Terakhir. Jakarta: PT Gramedia
Pustaka Utama.
Nurgiyantoro, Burhan. 2010. Teori
Pengkajian Fiksi. Yogyakarta:
Gadjah Mada University Presss.
Rahmawati, Rr Via. 2012. Kritik
Sosial dalam Novel Tuhan,
Izinkan Aku Menjadi Pelacur!
Karya Muhidin M Dahlan
(Sebuah Tinjauan Sosiologi
Sastra). Sulukindo, (Online),
Vol.
01
(2):
08,
http://id.portalgaruda.org/index.p
hp?ref=browse&mod=viewarticl
e&article=74105. Diakses 22
Januari 2018.
Schaefer, Richard T. 2012. Sosiologi.
Jakarta: Salemba Humanika.
Sodiki, Achmad. 2005. Kejahatan
Mayantara
(Cyber
Crime).
Bandung: PT Refika Aditama.
Soekanto, Soerjono. 2010. Sosiologi
Suatu Pengantar. Jakarta: PT
Rajagrafindo Persada.
9
DALAM NOVEL KERUMUNAN TERAKHIR KARYA
OKKY MADASARI
Aisyatun Nadliroh
Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia
Universitas Muhammadiyah Malang
email: [email protected]
Abstrak:
Penelitian ini mengangkat novel Kerumunan Terakhir karya Okky Madasari
sebagai objek penelitian yang bertujuan untuk mendeskripsikan bentuk kritik sosial
khususnya masalah kejahatan cyber crime yang terdapat dalam novel tersebut.
Pemilihan novel Kerumunan Terakhir sebagai bahan penelitian karena di dalam novel
tersebut banyak menceritakan kehidupan sosial yang menyinggung tentang
banyaknya masalah yang dialami oleh masyarakat masyarakat modern saat ini.
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode kualitatif, karena data
yang diperoleh berupa deskripsi tentang bentuk kritik sosial khususnya masalah
kejahatan cyber crime. Data yang diteliti berupa fakta sosial dalam bentuk kata/frasa,
kalimat, paragraf dan kutipan-kutipan dari satuan cerita, baik yang meliputi narasi
pengarang, dialog maupun monolog tokoh yang terkait dengan kritik sosial dan
bentuk penyampaian kritik yang dilakukan para tokoh dalam cerita. Sumber data
dalam penelitian ini yaitu dari novel Kerumunan Terakhir karya Okky Madasari
cetakan pertama yang berjumlah 360 halaman, diterbitkan oleh PT. Gramedia Pustaka
Utama tahun 2016. Analisis data yang dilakukan dalam penelitian ini menggunakan
model Miles dan Huberman yakni teknik analisis yang dilakukan secara intensif dan
terus menerus secara tuntas dan teknik ini memiliki tiga langkah yakni mereduksi
data, menyajikan data dan menarik kesimpulan. Hasil penelitan ini menunjukkan
bahwa kejahatan cyber crime yang disebut dengan illegal contents yaitu kejahatan
dengan memasukkan data atau informasi ke internet mengenai suatu hal yang tidak
benar, tidak etis, serta dianggap melanggar hukum atau menganggu ketertiban umum
meliputi kejahatan dalam segi pembajakan (Plagiarisme), pemfitnahan, penipuan,
pornografi, dan pemalsuan identitas.
Kata kunci: kejahatan siber, kritik, masalah sosial
1
Abstract:
The study raised novel of The Last Crow by Okky Madasari as an object of
research that aims to describe the form of social criticism, especially the problem of
cyber crime in the novel. Selection of novel The Last Crowd as a research material
because in the novel is a lot of telling social life that alludes to the many problems
experienced by modern society today. The method used in this study is a qualitative
method, because the data obtained in the form of a description of the form of social
criticism, especially the problem of cyber crime. The data in the form of social facts
in the form of words / phrases, sentences, paragraphs and excerpts from the unit of
the story, including the author's narrative, dialogue and monologue figures associated
with social criticism and the form of criticism delivered by the characters in the story.
Sources of data in this research is from novel The Last Crow by Okky Madasari
printed first on 360 pages, published by PT. Gramedia Pustaka Utama 2016. Data
analysis conducted in this study using Miles and Huberman model of analysis
techniques are done intensive and continuous thoroughly and this technique has three
steps namely reducing data, presenting data and draw conclusions. The results of this
research indicate that the crime of cyber crime called illegal contents is a crime by
entering data or information to the internet about something that is untrue, unethical,
and is considered unlawful or disturbing public order covering crime in terms of
piracy (Plagiarism), defamation , fraud, pornography, and identity fraud.
Keywords: cyber crime, criticism, social problems
PENDAHULUAN
Karya sastra hadir bukan sekedar
untuk hiburan dan keindahannya
semata, melainkan untuk menyajikan
fenomena serta realitas sosial yang ada
di kehidupan nyata yang disajikan
dalam setiap kata dan kalimat yang
kemudian membentuk satuan cerita
yang utuh. Oleh karenanya, karya sastra acap kali disebut dengan “dokumen
sosial’. Sebagai suatu dokumen sosial,
sebuah karya sastra bisa dilihat sebagai
rekam jejak yang bertujuan untuk
mencatat realitas kehidupan sosial
budaya pada masa karya sastra
tersebut diciptakan (Emzir & Rohman,
2015:114). Setiap orang bisa mengekspresikan segala sesuatu tentang
kehidupannya melalui karya sastra.
Secara tidak langsung, karya sastra
juga bertujuan untuk menuangkan
kreativitas menulis dan imajinasi
seseorang secara positif.
Karya sastra juga merupakan
suatu tempat yang menampung ide
maupun gagasan serta pemikiran dari
seorang pengarang yang bersumber
dari gejala sosial yang ditangkap serta
dialami oleh sang pengarang dan dari
situlah pengarang menuangkannya ke
dalam bentuk karya sastra, dengan keseluruhan emosi yang dikumpulkannya untuk diungkapkan melalui karya
sastra (Rahmawati, 2012:8).
Hal ini membuktikan bahwa karya
sastra ada tidak terlepas dari realitas
kehidupan masyarakat dan hadir dari
waktu ke waktu yang diciptakan dari
kebenaran yang diyakini oleh pengarang itu sendiri. Sejalan dengan pe-
2
membasmi
ketidakadilan
dengan
menampilkan dunia maya sebagai
media
pemberontakan.
Menurut
Schaefer (2012:124) dunia maya
merupakan salah satu kemajuan
teknologi pada saat ini, seseorang
dapat memelihara jejaring sosial
mereka secara elektronik. Mereka
tidak perlu melakukan tatap muka,
baik melalui pesan singkat, perangkat
genggam, maupun situs jejaring sosial
seperti Facebook, sebagian besar
jejaring
terjadi
secara
online.
Sebagaimana diketahui, di zaman yang
modern ini, masyarakat khususnya
kalangan remaja tidak lepas dari yang
namanya dunia maya. Dunia baru yang
diciptakan oleh manusia dengan
bertujuan
untuk
mempermudah
mencari informasi, pengetahuan serta
media komunikasi dengan jangkauan
luas seperti media sosial. Hal inilah
yang akan menjadi pesan moral dan
amanat bagi pembaca, sekaligus untuk
melontarkan kritik terhadap keadaan
sosial yang terjadi saat ini. Kritik yang
dihadirkan pengarang dalam karyanya
merupakan suatu kondisi sosial yang
benar-benar terjadi dalam potret dunia
nyata yang menjadikan dunia maya
khususnya media sosial sebagai alat
pemberontakan.
Penelitian ini mengambil 3
refrensi dari penelitian terdahulu yang
diteliti oleh Lestari (2014) tentang
“Kritik Sosial dalam Novel Larung
Karya Ayu Utami,” Wibowo (2014)
tentang “ Analisis Kritik Sosial Novel
Lupa Endonesa Karya Sujiwo Tejo,”
dan Kurrahman (2015) tentang “Kritik
Sosial dalam Novel Lintasan Petir
Karya Gerson Poyk (Kajian Sosiologi
Sastra).” Perbandingan kesamaan dan
perbedaan dalam penelitian ini dengan
penelitian penelitian terdahulu yakni
mikiran Nurgiyantoro (2010:5) yang
mengatakan bahwasannya karya sastra
merupakan kebenaran fiksi. Kebenaran
fiksi merupakan suatu hal yang benarbenar sesuai dengan apa yang diyakini
pengarang, yakni kebenaran yang
diyakini dari segi "kebahasaannya"
dan sesuai dengan pandangan pengarang terhadap masalah yang ada
dalam hidup dan kehidupan. Sebagai
cerminan kehidupan yang ada dalam
pikiran pengarang, dengan menggunakan masyarakat dan permasalahan
sosial yang sering dialami khususnya
masyarakat modern.
Kritik sosial yang ada dalam suatu
karya sastra dapat berupa kritikan
terhadap kehidupan sosial yang ada
dalam kehidupan nyata, yakni berupa
ketimpangan sosial yang sering kali
menimbulkan masalah-masalah sosial.
Seorang pengarang dalam karya yang
diciptakannya
mampu
menggambarkan realita kehidupan sosial
melalui
tokoh-tokoh
yang
diciptakannya. Tokoh-tokoh yang diciptakan tersebut berperan sebagai replika pengarang dalam menggambarkan
sesuatu seperti dendam, kebencian,
keserakahan, nafsu dan kejahatan
lainnya yang menyebabkan adanya
masalah-masalah sosial yang sering
terjadi di kalangan masyarakat modern
sekarang ini.
Novel
Kerumunan
terakhir
karangan Okky Madasari memiliki
banyak unsur kritikan khususnya dalam kehidupan sosial. Pengarang
biasanya lebih memilih mengangkat
dari fenomena-fenomena sosial yang
ada di sekitar kehidupan sang
pengarang tersebut untuk dijadikan
sebuah satuan cerita yang utuh. Dalam
ceritanya, pengarang menampilkan
seorang pemberontak yang ingin
3
di dalam dunia maya yaitu dunia yang
dikembangkan dari kemajuan teknologi saat ini yang terkandung dalam
novel Kerumunan Terakhir.
Berdasarkan paparan di atas, maka
penelitian ini mengambil judul “Kritik
Sosial Maslah Kejahatan Cyber Crime
dalam Novel Kerumunan Terakhir
Karya Okky Madasari.” Dalam
penelitian
ini,
peneliti
akan
mengangkat kritik sosial yang terdapat
dalam novel Kerumunan Terakhir
karya Okky Madasari. Alasan peneliti
mengambil judul “Kritik Sosial
Maslah Kejahatan Cyber Crime dalam
Novel Kerumunan Terakhir Karya
Okky Madasari” karena dalam novel
ini pengarang banyak menyisipkan
kritikannya terhadap masalah sosial
yang dialami
oleh
masyarakat
khususnya masyarakat modern saat ini
terkait kejahatan siber.
persamaanya penelitian kali ini pada
dasarnya
sama-sama
membahas
tentang kritik sosial yang terkandung
dalam novel, sedangkan perbedaannya
yakni penelitian terdahulu yang
pertama lebih memfokuskan pada
bentuk kritik tokoh terhadap arogansi
kekuasaan pemerintahan, wewenang
penguasa, dan kepemimpinan pada
masa orde baru. Kedua, memfokuskan
pada kritik sosial dalam bentuk moral,
politik,
sosial-budaya,
korupsi,
pendidikan dan fungsi kritik sosial
dalam novel yang akan diteliti. Ketiga,
memfokuskan bentuk kritik terhadap
kebijakan pembangunan pemerintah,
bentuk kritik terhadap budaya kolusi,
dan bentuk kritik terhadap kondisi
pendidikan yakni terbatasnya sarana
serta pra sarana pendidikan pada
daerah terpencil, sedangkan penelitian
ini lebih mengarah pada bentuk kritik
sosial yang sering dialami oleh
masyarakat modern saat ini yakni
tentang masalah kejahatan siber atau
cyber crime. Kejahatan ini dilakukan
METODE PENELITIAN
Penelitian
ini
menggunakan
metode
kualitatif.
Metode
ini
merupakan suatu metode yang
memanfaatkan cara-cara penafsiran
dengan menyajikannya ke dalam
bentuk deskripsi, sebagai bagian dari
perkembangan ilmu sosial. Kualitas
penafsiran dalam metode kualitatif
dibatasi oleh hakikat fakta-fakta sosial.
Artinya, fakta-fakta sosial adalah
sebuah fakta sebagaimana ditafsirkan
oleh subjek. Metode ini memberikan
perhatian terhadap data alamiah yakni
data dalam hubungannya dengan
konteks
keberadaannya.
Dalam
penelitian karya sastra akan me-
libatkan pengarang serta lingkungan
sosial sang pengarang berada.
Data yang diteliti berupa fakta
sosial dalam bentuk kata/frasa,
kalimat, paragraf dan kutipan-kutipan
dari satuan cerita, baik yang meliputi
narasi
pengarang,
dialogmaupun
monolog tokoh yang terkait dengan
kritik sosial dan bentuk penyampaian
kritik yang dilakukan para tokoh
dalam cerita. Sumber data dalam
penelitian ini yaitu dari novel
Kerumunan Terakhir karya Okky
Madasari cetakan pertama yang
berjumlah 360 halaman, diterbitkan
oleh PT. Gramedia Pustaka Utama
tahun 2016. Teknik pengumpulan data
dalam penlitian ini menggunakan
4
teknik dokumentasi yang memiliki
beberapa langkah yakni, membaca
berulang-ulang keseluruhan novel,
mengidentifikasi bagian cerita dalam
novel, memberikan kode pada setiap
kelompok
data,
mengidentifikasi
tokoh, mendeskripsikan data dan
memeriksa ketepatan data serta
menyeleksi data yang didapatkan
sesuai dengan tujuan yang sudah
ditetapkan. Analisis data yang
dilakukan dalam penelitian ini
menggunakan model Miles dan
Huberman yakni teknik analisis yang
dilakukan secara intensif dan terus
menerus secara tuntas dan teknik ini
memiliki tiga langkah yakni mereduksi
data, menyajikan data dan menarik
kesimpulan.
tujuan yang ingin diwujudkan.
Kejahatan ini meliputi, pembajakan
(plagiarisme), pemfitnahan, penipuan,
pornografi, dan pemalsuan identitas.
Hal ini dapat dilihat dari kutipan
tentang bentuk kritik sosial terhadap
masalah kejahatan sebagai berikut.
Kritik Sosial Masalah Pembajakan
(Plagiarisme)
Pembajakan atau plagiarisme
merupakan kejahan yang sering di
lakukan di dunia maya. Mudahnya
mengakses data membuat para
penggunanya berlomba-lomba untuk
menunjukkan pada dunia tersebut
terkait keahliannya dalam suatu hal,
baik itu berupa karya sastra maupun
hal lain dan tentu saja karya tersebut
tidak murni dari pemikiran mereka
melainkan pemikiran orang lain yang
kemudian mereka akui sebagai
pemikirannya
sendiri.
Masalah
kejahatan plagiarisme ini terdapat
dalam novel Kerumunan Terakhir,
berikut kutipan dari novel tersebut.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Kritik Sosial Masalah Kejahatan
Cyber
Crime
dalam
Novel
Kerumunan Terakhir Karya Okky
Madasari
Kejahatan
merupakan
suatu
perbuatan yang merugikan bagi segala
kalangan dan juga bagi diri sendiri.
Sebenarnya kejahatan juga salah satu
sifat fitrah manusia yang pasti ada
dalam diri manusia dan terus menerus
akan mengalami perkembangan secara
signifikan dengan perkembangan
masyarakat itu sendiri. Di zaman
sekarang ini kejahatan bisa dilakuakan
di mana pun asalkan ada kesempatan.
Terlebih saat ini ada dunia kedua yakni
dunia maya dan kejahtan di dunia
maya yang sering dijadikan tempat
untuk melakukan kejahatan yang
sering disebut dengan cyber crime
(Kejahatan siber) yakni kejahatan yang
memanfaatkan
sebuah
teknologi
informasi tanpa batas untuk mencapai
“Kelana Bumi yang kulihat
selalu perkasa kini tak
berdaya. Sesekali ia berusaha membela diri, tapi
dengan cepat batu-batu mulai dilemparkan padanya.
‘Plagiat. Pencuri, Tukang
jiplak.’ ‘Tak ada tempat
untuk plagiarisme di sini.
Ini tempat orisinalitas.’
Di sini kejujuran adalah
segalanya.” (KT/BKSMK1/2016:99).
5
temanku ada di sini.
Begitu juga teman-teman
orangtuaku. Sekarang semua menjauhi kami. Tak
ada lagi yang mau berteman dengan kami. Garagara
orang
seperti
Akardewa itu aku sudah
malas
sekolah
lagi.’
‘Apakah itu karena
Akardewa? Bukankah
semuanya ada di berita
TV dan koran?’ ‘TV
dan Koran hanya memberitakan.
Sementara
orang seperti Akardewa
menelanjangi,
menghajar, mengeroyok kami
semua habis-habisan.’”
(BKS/MK/212/ 1.6)
Kutipan
data
(KT/BKSMK/2016:99
)
memaparkan
bahwa
Plagiat
1
merupakan salah satu kejahatan yang
sering terjadi di dunia maya, plagiat
juga bisa disebut dengan membajak
kreativitas orang lain. Kata membajak
di sini bukan membajak sawah atau
ladang melainkan mengambil hak
orang lain dengan paksa, mengambil
paksa kreativitas orang lain kemudian
mengakui bahwa ide atau kreativitas
tersebut adalah miliknya kepada
masyarakat luas. Dalam kutipan novel
ini pengarang menggambarkan sosok
Kelana Bumi untuk mengkritik hal
yang sering terjadi di kehidupan nyata,
sekarang ini banyak orang yang
mengaku-ngaku bahwa apa yang
mereka tulis dan mereka katakan
adalah hasil pemikiran mereka sendiri.
Kutipan dari data tersebut melalui
tokoh
Kara
menggambarkan
bagaimana kejamnya menjadi korban
dari fitnahan orang lain, dan karena
fitnahan tersebut hidupnya menjadi
hancur dengan sangat mudah. Dalam
ceritanya tokoh Akardewa sudah
mengatakan hal yang tidak-tidak
tentang
kuluarga
Kara
tanpa
mengetahui keadaan yang sebenarnya.
Dengan bermodalkan berita dia juga
menambahkan cerita yang sama sekali
tidak berdasar tentang ayah Kara
sampai membuat Kara merasa telah
direndahkan
habis-habisan
oleh
Akardewa dan dari situlah awal
kehancuran hidup Kara. Menambah
serta melebih-lebihkan cerita, tanpa
mengetahui
pokok
permasalahan
biasanya mengandung unsur fitnah.
Hal ini sering kali terjadi di dunia
nyata, mereka yang melakukan fitnah
sama sekali tidak peduli dengan
korban yang mereka fitnah, yang
Kritik Sosial Masalah Kejahatan
Pemfitnahan
Gosip atau desas-desus adalah
suatu kabar atau berita yang
kebenarannya sangat diragukan dan
lebih menjurus ke fitnah. Dalam dunia
maya memfitnah seseoarang adalah hal
yang biasa dilakukan oleh pengguna
dunia tersebut karena mereka tak
pernah bertemu secara langsung dan
yang mereka lakukan hanya asal bicara
melalui alat elektronik seperti laptop
dan smartphone yang tersambung ke
jejaring sosial, sehingga kebenaran
yang mereka ucapkan sangat diragukan. Seperti pada kutipan berikut.
“ ‘Tentu saja bisa. Siapa
yang tidak kenal internet
sekarang ini? Semua
6
mereka pedulikan hanyalah bagaimana
cerita yang mereka sebar luaskan bisa
menjadi semakin menarik lagi.
hebat di mata orang lain. Karena di
dunia nyata dia hanya menjadi
seorang anak pencundang yang selalu
bersembunyi diketiak bapaknya dan
selalu bergantung padanya. Dalam
dunia maya sendiri, menipu seseorang
adalah hal yang biasa, karena mereka
berpendapat bahwa mengarang cerita
yang luar biasa tentang dirinya bisa
menambah ketenaran di dunia tersebut.
Kritik Sosial Masalah Penipuan
Penipuan juga merupakan masalah
kejahatan dalam dunia maya, hal ini
dapat dilihat dalam kutipan berikut.
“ ‘Kamu jago bela diri
ya?’ seseorang berteriak
dari jauh. Aku tak melihat
siapa namanya. Akardewa
mengulangi
lagi
pertanyaan itu. Akupun
menjawab dengan penuh
kebanggaan,
‘Ya.’
Dengan pengeras suara
yang kupegang dan sorot mata kekaguman
dari banyak orang, kepercayaan diriku bangkit dan membuatku mengoceh panjang tanpa
peduli apakah itu salah
atau benar, didengar
atau membuat orang
bosan.” (BKS/MK/109110/ 2.10).
Kritik Sosial Masalah Pornografi
Pornografi juga termasuk dalam
masalah kejahatan siber yang terdapat
dalam novel ini. Hal ini dapat
dibuktikan dalam kutipan berikut.
“ ‘Kalau Google kamu
sudah tahu ‘kan?’ Tanya
Maera dengan nada meledek. ‘Bukannya kamu
biasa cari gambar-gambar porno?’ Aku mengangkat bahuku. Aku
memang sering mendapat
gambar-gambar porno.
Tapi aku jarang mencarinya sendiri.’”
(BKS/MK/83/ 3.13).
Data dalam kutipan tersebut
menunjukkan
bahwa
pengarang
melalui tokoh Matajaya ingin menyampaikan bahwa di dunia maya
menipu sudah benar-benar menjadi
hal yang sangat biasa terjadi. Dalam
ceritanya
tokoh
Matajaya
digambarkan pengarang menjadi sosok
seorang penipu. Dia dengan sengaja
menipu warganet tentang kehiupan
pribadinya yang ada di dunia nyata.
Dia mengarang cerita tentang kehebatannya melawan bapaknya demi
sang ibu, dia melakukan semua itu
untuk menjadikan dirinya orang yang
Data dalam kutipan tersebut
menunjukkan
bahwa
pengarang
melalui tokoh Maera dengan bernada
sinis menyanyakan kebenaran bahwa
yang diketahui Jayanegara tentang
Google hanyalah tempat yang
menyediakan gambar yang bersifat
pornografi. Kecanggihan teknologi
membuat banyak anak muda yang
menyalah gunakan kencanggihan
tersebut. Tak jarang anak muda zaman sekarang menggunakan internet
untuk mencari hal-hal atau gambargambar yang berbau pornografi.
7
tengah ia tempati. Memalsukan
identias sama dengan kejahatan illegal
contents yakni kejahatan memalsukan
data atau informasi ke dalam internet
hanya demi kepentingan pribadi.
Kritik Sosial Masalah Pemalsuan
Identitas
Pemalsuan
identitas
juga
termasuk ke dalam kejahatan siber.
Bahkan kejahatan ini sering dilakukan
karena dengan memalsukan identitas,
mereka
bisa
dengan
leluasa
melakukan
segala
hal
yang
diinginkan, tentu hal tersebut untuk
kepuasan dirinya sendiri dan biasanya
juga merugikan orang lain. Hal ini
dapat dilihat dari kutipan berikut.
SIMPULAN
Penelitian tentang “Kritik Sosial
Masalah Kejahatan Cyber Crime
dalam Novel Kerumunan Terakhir
Karya Okky Madasari” ini dapat
disimpulkan
bahwa
masyarakat
khususnya masyarakat modern saat ini
tidak terlepas dari tindak kejahatan
siber. Kemudahan dalam mengakses
jejaring sosial di dalam dunia maya
membuat para penggunanya menyalahgunakan media tersebut untuk
kepentingan pribadi mereka.
Terlebih novel yang dijadikan
sebagai objek penelitian ini banyak
mengandung
kritikan
terhadap
masalah kejahatan yang ada di dalam
dunia maya atau bisa disebut dengan
kejahatan siber. Dan terkuaklah
beberapa masalah kejahatan siber
antara lain pembajakan (plagiarisme),
pemfitnahan, penipuan, pornografi,
dan pemalsuan identitas.
“Matajaya adalah manusia
masa depan itu. Ia hadir
tanpa sejarah dan ingatan.
Tak kubiarkan satu pun
orang dari duniaku sebelumnya
mengenalinya, termasuk Maera.
Biarlah Maera hanya
kenal Jayanegara, dan
biarlah Maera hanya
berpikir satu-satunya hal
yang kulakukan di sini
adalah mencari lowongan
pekerjaan-kekonyolan yang seharusnya dilakukan
oleh manusia purba.”
(BKS/MK/94/ 4.15).
Dalam data pada kutipan tersebut
tokoh Jayanegara dengan lugas
mengatakan
bahwa
dia
akan
memalsukan
identitasnya
demi
menjadi orang yang baru terlahir
kembali di dunia baru yang saat ini
Kurrahman, Taufik. 2015. Kritik
Sosial dalam Novel “Lintasan
Petir” Karya Gerson Poyk
(Kajian
Sosiologi
Sastra).
Skripsi
tidak
Diterbitkan.
DAFTAR PUSTAKA
Emzir & Saifur Rohman. 2015. Teori
dan Pengajaran Sastra. Jakarta:
PT Rajagrafindo Persada.
8
Wibowo, Arief Setyo. 2014. Analisis
Kritik Sosial Novel “Lupa
Endonesa” Karya Sujiwo Tejo.
Skripsi
tidak
diterbitkan.
Malang: Fakultas Keguruan dan
Ilmu Pendidikan Universitas
Muhammadiyah Malang.
Malang: Fakultas Keguruan dan
Ilmu Pendidikan Universitas
Muhammadiyah Malang.
Lestari, Erma. 2014. Kritik Sosial
dalam Novel “Larung” Karya
Ayu Utami. Skripsi tidak
diterbitkan. Malang: Fakultas
Keguruan dan Ilmu Pendidikan
Universitas
Muhammadiyah
Malang.
Madasari, Okky. 2016. Kerumunan
Terakhir. Jakarta: PT Gramedia
Pustaka Utama.
Nurgiyantoro, Burhan. 2010. Teori
Pengkajian Fiksi. Yogyakarta:
Gadjah Mada University Presss.
Rahmawati, Rr Via. 2012. Kritik
Sosial dalam Novel Tuhan,
Izinkan Aku Menjadi Pelacur!
Karya Muhidin M Dahlan
(Sebuah Tinjauan Sosiologi
Sastra). Sulukindo, (Online),
Vol.
01
(2):
08,
http://id.portalgaruda.org/index.p
hp?ref=browse&mod=viewarticl
e&article=74105. Diakses 22
Januari 2018.
Schaefer, Richard T. 2012. Sosiologi.
Jakarta: Salemba Humanika.
Sodiki, Achmad. 2005. Kejahatan
Mayantara
(Cyber
Crime).
Bandung: PT Refika Aditama.
Soekanto, Soerjono. 2010. Sosiologi
Suatu Pengantar. Jakarta: PT
Rajagrafindo Persada.
9