FUNGSI DAN BATAS KESEMENAAN URUTAN KATA

FUNGSI DAN BATAS KESEMENAAN URUTAN KATA
BAHASA RUSIA DALAM KAJIAN PERSPEKTIF
KALIMAT FUNGSIONAL
Mohd. Nasir Latief
Universitas Indonesia

Abstract
In this paper it is shown that grammatical functions cannot fully explain
apparent free word order in Russian. By applying the perspectives from
the Prague School of Functional Linguistics, the paper attempts to
describe this inadequacy. Using this theory, it is demonstrated that any
change of the word order in sentences in Russian has its own
communicative function.

PENDAHULUAN
Urutan kata di dalam bahasa Rusia sering disalahtafsirkan dengan kesemenaan
(arbitrariness) (Bivon 1971). Anggapan ini bertolak dari kenyataan, bahwa
urutan kata di dalam struktur kalimat bahasa Rusia memiliki sifat yang plastis.
Bentuk flektif dari setiap komponennya mampu menjamin tetap terjaganya
kegramatikalan konstruksi meskipun urutan kata tersebut dipermutasikan,
seperti terlihat dalam contoh berikut.

(1a) Anton čitaet
knigu
Anton membaca buku
'Anton membaca buku.'
(1b) Čitaet
Anton knigu
membaca Anton buku
'Anton membaca buku.'
(1c) Knigu čitaet
Anton
buku membaca Anton
'Anton membaca buku.'
Dari sisi sintaksis, perubahan urutan kata pada contoh di atas sama sekali tidak
berpengaruh pada kegramatikalan konstruksi tersebut yang terpelihara oleh
adanya bentuk flektif dari setiap komponennya. Tetapi jika dilihat dari tujuan
komunikasi yang dibawakan oleh pembicara atau penulis, perubahan urutan
kata pada contoh di atas mampu menyatakan perubahan tujuan komunikasi.
Contoh (1a) menyatakan tindakan Anton, čitaet knigu, contoh (1b) menyatakan
objek yang dibaca Anton, knigu, sedangkan contoh (1c) menyatakan siapa
yang membaca buku, Anton.

Sebagai alat komunikasi, bahasa tidak terlepas dari maksud yang akan
disampaikan oleh si pembicara atau penulis. Bahasa yang secara sistematik

Mohd. Nasir Latief

terstruktur melalui aturan-aturannya difungsikan sebagai alat untuk memenuhi
kebutuhan komunikasi (Firbas 1992).
Bertolak dari latar belakang tersebut di atas, makalah ini akan mencoba
menganalisis fungsi dan batas kesemenaan urutan kata bahasa Rusia yang
secara sistemis terstruktur oleh kaidahnya di dalam sistem kebahasaannya,
yaitu di dalam manifestasinya sebagai alat komunikasi. Makalah ini merupakan
hasil penelitian terhadap komunitas penutur asli bahasa Rusia di Jakarta.
Kajian urutan kata Bahasa Rusia dari sudut pandang fungsional
pertama kali ditulis oleh I.P. Raspopov dalam bukunya Aktual’noe Členenie
Predloženija (Perspektif Kalimat Fungsional) pada tahun 1961. Perihal urutan
kata tidak ditelaah mendalam, hanya disinggung sebagai perbandingan antara
analisis fomal dengan analis fungsional. Pada tahun 1967 Porjadok Slov v
Russkom Jazyke (Urutan kata dalam Bahasa Rusia) karya O.A. Krylova dan
S.A. Xavronina (direvisi tahun 1984) membahas aturan urutan kata pada
tuturan emotif dan non emotif. Penekanan pada buku ini lebih bersifat edukatif

dan mendasarkan pada karya-karya satra yang notabene adalah cerminan
bahasa Rusia yang mewakili komunitas bahasanya. Eksplorasi terhadap
kemampuan urutan kata itu sendiri (yang akan saya kemukakan dalam makalah
ini) tidak terbahas. Kepustakaan lain yang merinci dan menempatkan
permutasi urutan kata sebagai pokok bahasan dilakukan oleh Song (2001),
hanya saja dari perspektif tipologi bahasa.
1

METODE

Penelitian ini menggunakan sudut pandang strukturalisme fungsional menurut
pengertian Aliran Praha yang melihat bahasa sebagai sistem perangkat makna
yang sarat ekspresi. Tuturan adalah perwujudan dari sistem bahasa itu sendiri
dan yang langsung dapat diobservasi (Mathesius 1961). Di dalam komunikasi,
alat-alat leksikal dan gramatikal bahasa tidak bebas berdiri sendiri, tetapi saling
terikat dan menjalankan fungsi-fungsi tertentu yang ditentukan oleh pemakai
bahasa pada saat dituturkan. Dalam kaitannya dengan persyaratan konsituasi,
yaitu persyaratan konteks dan situasi, unit-unit leksikal tersebut mendapatkan
makna-makna tertentu; sedangkan kalimat yang secara gramatikal terdiri atas
subjek dan predikat, dibagi menjadi tema dan rema. Fungsi-fungsi tersebut

selanjutnya membentuk suatu pola tersusun yang memperlihatkan suatu
organisasi kontekstual (contextual organization). Model telaah yang diajukan
oleh Mathesius ini selanjutnya dikenal sebagai Analisis Fungsional Tuturan,
atau lebih populer dengan istilah Perspektif Kalimat Fungsional (PKF). Karena
itu, bahasa kemudian diartikan sebagai sistem alat pengungkapan yang
berorientasi pada tujuan. Untuk mengenali sistem tersebut hanya akan dapat
dicapai me-lalui tuturan-tuturan tertentu yang dihasilkan oleh anggota
komunitas bahasa.
Belošapkova (1970) mengkaitkan perilaku sistem tuturan dengan aspek
dinamis sintaksis (dinamičeskij aspect sintaksisa). Aspek dinamis sintaksis
melihat kalimat sebagai tuturan, yaitu sebagai satuan komunikasi yang
memiliki karakter intonasi dan (jika terdiri dari beberapa elemen kata) urutan

86

Linguistik Indonesia, Tahun ke 25, No. 1, Februari 2007

kata. Satuan tuturan tersebut kemudian dihubung-kan dengan konsituasi
tuturan yang membatasi dan menentukan bagian yang diaktualisasi. Barangkali
akan lebih jelas jika kita melihat diagram yang diajukan oleh Mathesius (1961)

yang menggambarkan tingkatan yang muncul di dalam realisasi tuturan
komunikatif.
isi (amanat) pikiran
keinginan menyatakan dengan bahasa
encoding (penyandian)
keinginan menyatakan dengan
tulisan
ujaran
tuturan tulis
tuturan lisan
░░░░░░░░░░░░░░░░░░░░░░░░
tuturan baca
tuturan dengar
decoding (pengawasandian)
pemahaman isi (amanat)
Pada diagram di atas, tahapan penyandian dan awasandi merupakan hal terpenting yang perlu dicermati. Pada penyandian isi pikiran diperlukan dua tahapan. Pertama, kita menyeleksi elemen-elemen yang sesuai dengan keinginan
kita dan yang dapat diklasifikasikan oleh bahasa. Kedua, elemen-elemen
tersebut kemudian disusun berdasarkan pada kaidah sintaksis, yang selanjutnya
membentuk struktur kalimat. Sebagai contoh, diandaikan ada kenyataan (fakta)
seseorang sedang menulis di papan tulis. Untuk mengu-tarakan fakta tersebut

diperlukan seleksi elemen-elemen yang berdasarkan pada kaidah sintaksis.
Dengan demikian jika pengutaraan maksud tersebut, misalnya dalam bahasa
Rusia, elemen-elemen yang didapat dan memungkinkan antara lain, učitel
'guru', pisat 'menulis', dan doska 'papan tulis' dan tentunya dengan perangkat
kaidah bahasa Rusia. Tahapan berikutnya, setelah elemen-elemen tersebut
diseleksi, elemen-elemen tersebut dioperasikan di dalam proses formasi
kalimat berdasarkan model abstrak yang definit, yaitu kaidah dari bahasa yang
diinginkan, dalam hal ini kaidah bahasa Rusia. Dari proses tersebut didapat
sebuah tuturan: Učitel’ pišet na doske 'Guru sedang menulis di papan tulis'.
Dari contoh di atas nampak, bahwa di dalam proses formasi kalimat
terdapat aspek dinamis sintaksis, yaitu di dalam proses hubungan timbal balik
elemen-elemen tersebut dalam rangka pencapaiannya menjadi bentuk tuturan
aktual. Pada proses tersebut hubungan timbal balik itu tidak lagi melulu
ditentukan oleh kaidah leksiko-gramatikal dan persepsi linear tuturan (seperti
urutan kata gramatikal), tetapi sekaligus ditentukan oleh amanat luar bahasa,
yaitu oleh konsituasi dan oleh sikap si pembicara terhadap amanat tersebut,
serta sikapnya terhadap kawan bicaranya (Daneš 1966).
Dengan demikian ranah organisasi tuturan meliputi seluruh aspek yang
berkaitan dengan proses tuturan. Di dalam sistem organisasi tuturan tersebut
memungkinkan kita untuk memahami fungsi semantik dan gramatikal di dalam

komunikasi nyata, yaitu pada saat struktur-struktur tersebut diperintahkan

87

Mohd. Nasir Latief

untuk menyampaikan beberapa realitas luar bahasa yang direfleksikan oleh
pikiran dan pada saat struktur-struktur tersebut dimunculkan di dalam perspektif yang memadai (Firbas 1962, dikutip dari Daneš 1966).
2.1 Tema dan Rema
Dari sudut pandang Perspektif Kalimat Fungsional (PKF), kalimat diartikan
sebagai tuturan komunikatif elementer yang dipergunakan oleh pembicara atau
penulis bereaksi terhadap kenyataan, baik konkret maupun abstrak, yang
ditampilkan dalam pola kalimat dari bahasa yang diinginkan dan yang secara
subjektif, yaitu dari sisi pandang pembicara atau penulis, dianggap lengkap
(Mathesius 1929). Untuk hal tersebut, setiap kalimat dibagi menjadi dua
bagian. Bagian pertama, yaitu bagian tuturan yang membawa informasi baru
dan berisi tentang apa yang ditegaskan oleh kalimat, disebut dengan rema
tuturan, atau menurut istilah sebelumnya dikenal sebagai predikat psikologis
untuk membeda-kannya dengan predikat gramatikal. Bagian kedua dari kalimat
itu berisi pokok tuturan yang disebut tema, atau subjek psikologis menurut

istilah lama.Tema tuturan merujuk pada kenyataan atau fakta-fakta yang sudah
diketahui dari konteks sebelumnya, atau pada fakta-fakta yang kebenarannya
dianggap benar, sehingga tidak menambah informasi yang diberikan oleh
kalimat tersebut dan dijadikan titik tolak pembicara atau penulis (Mathesius
1961). Misalnya,
(2)

Ja čitaju knigu
S
P
K
Saya – sedang membaca – buku
S
P
K

Kalimat tersebut memiliki struktur leksiko-gramatikal tetap. S (subjek) diisi
oleh pronomina ja 'saya' berkasus nominatif. P (predikator) diisi oleh verba
berkala kini dan menyatakan orang pertama tunggal čitaju 'sedang membaca'.
K (komplemen) diisi oleh nomina berkasus akusatif dan berjenis kelamin

feminin knigu 'buku'.
Berdasarkan pada keperluan pengungkapan pembicara atau penulis,
struktur itu difungsikan berdasarkan pada pembagian tema – rema. Misalnya,
tujuan tuturan tersebut ingin mengungkapkan tindakan yang sedang dilakukan,
maka struktur kalimat tersebut difungsikan menjadi (2a).
(2a) Ja čitaju knigu
S P K

T
R
‘Saya sedang membaca buku.’
Pada kondisi ini, terjadi persamaan antara subjek gramatikal dengan tema
tuturan, dan predikat gramatikal, yaitu predikator dan komplemen, dengan

88

Linguistik Indonesia, Tahun ke 25, No. 1, Februari 2007

rema tuturan. Namun jika tujuan tuturan ingin mengungkapkan objek dari
tindakannya, maka struktur tersebut difungsikan menjadi (2b).

(2b)

Ja čitaju knigu
S P
K

T
R
‘Saya sedang membaca buku.’
Tema-rema tidak lagi bertepatan dengan subjek-predikat. Subjek bersama
dengan predikator difungsikan sebagai tema, dan komplemen sebagai rema
tuturan. Dari sudut PKF fungsi formal difungsikan sebagai penjamin kegramatikalan pengungkapan pembicara atau penulis terhadap realitas luar bahasa,
yaitu, melalui kalimat dari bahasa yang diinginkan, sedangkan fungsi fungsional bertugas menyesuaikan fungsi-fungsi formal tersebut untuk keperluan
sesaat, yaitu, keperluan di dalam menyampaikan reaksi terhadap realitas luar
bahasa. Dengan demikian, hubungan tema-rema dengan subjek-predikat
menjadi jelas. Tema tidak harus selalu sama dengan subjek gramatikal,
demikian halnya antara rema dengan predikat gramatikal. Kedua-nya, menurut
konsep yang diajukan Daneš (1966:225-240), memiliki tingkatan yang berbeda
di dalam sintaksis. Subjek-predikat berada pada tingkat struktur gramatikal
kalimat, sedangkan Tema-rema berada pada tingkat organisasi tuturan. Pada

tingkat organisasi tuturan inilah fungsi struktur-struktur leksiko-gramatikal
dapat dipahami di dalam komunikasi nyata. Dengan kata lain, melalui tuturan
yang dihasilkan tersebut struktur-struktur leksiko-gramatikal yang memiliki
sifat tetap tersebut difungsikan untuk keperluan pengungkapan pembicara atau
penulis.
2.2 Fungsi Urutan Kata
Urutan kata merupakan faktor pokok dari struktur organisasi kalimat. Pengaruh
faktor tersebut tidak hanya berhenti pada ikatan dan hubungan gramatikal
komponen-komponen bentuk verbalnya, tetapi meluas ke hubungan timbalbalik antar komponen-komponen tersebut yang mampu membuka tabir perspektif di dalam proses tuturan yang disampaikan (Raspopov 1984).
Atas dasar faktor-faktor tersebut di atas, dapat dikatakan bahwa untuk
mengetahui fungsi urutan kata secara lengkap harus sekaligus memperhatikan
ikatan dan hubungan komponen-komponen tersebut baik sebagai bagian gramatikal maupun sebagai bagian fungsional.
Menurut Raspopov (1984), terdapat tiga fungsi dasar urutan kata di
dalam bahasa Rusia:
(a)
(b)

Sebagai penunjuk hirarki ikatan dan hubungan gramatikal
komponen-komponen kalimat dalam bentuk verbal, disebut Fungsi
Sintaksis Konstruktif.
Sebagai penunjuk perspektif kalimat komunikatif, disebut Fungsi
Sintaksis Komunikatif atau Fungsi Perspektif Kalimat Fungsional.

89

Mohd. Nasir Latief

(c)

Bersama dengan intonasi di dalam interrelasi tertentu dapat
digunakan sebagai alat pembentukan variasi stilistik yang beragam
dari setiap jenis sintaksis komunikatif, disebut Fungsi Stilistik.

2.3 Pengertian Struktur Dinamis
Setiap struktur yang dihasilkan di dalam aspek dinamis sintaksis yang secara
inheren memiliki tempat tekanan frasa dan urutan kata yang memadai disebut
dengan struktur dinamis. Adamec (1966) menjelaskan bahwa struktur dinamis
menampilkan dirinya sebagai generalisasi dari seluruh jajaran kalimat konkret
yang selain memiliki konstruksi dari bagian-bagian sintaksisnya, juga urutan
kata dan tempat tekanan frasa yang memadai. Struktur dinamis ini kemudian
menjadi dasar pembentukan tipe-tipe PKF, yaitu tipe tuturan yang dibedakan
berdasarkan atas pembagian 4 tipe informasi tuturan (Adamec 1966:26), yaitu
(1) kalimat informatif lengkap (obšče-informativnoe predloženie), (2) kalimat
informatif tak-lengkap (časno-informativnoe predloženie), (3) kalimat verifikatif lengkap (obšče-verifikativnoe predloženie), dan (4) kalimat verifikatif
taklengkap (častno-verifikativnoe predloženie). Untuk memprediksi konsituasi
atas keempat tipe tersebut saya mengadopsi klasifikasi pertanyaan yang diajukan Ch. Bally (dikutip dari Kovtunova 1976) yang membedakan 4 tipe
dasar pertanyaan di dalam tuturan, yaitu, (1) pertanyaan diktal lengkap (polnyj
diktal’nyj vopros), (2) pertanyaan diktal tak-lengkap (častnyj diktal’nyj
vopros), (3) pertanyaan modal lengkap (pol’nyj modal’nyj vopros), dan (4)
pertanyaan modal tak-lengkap (častnyj modal’nyj vopros). Jawaban dari
keempat tipe pertanyaan tersebut adalah empat tipe tuturan di atas. Kalimat
informatif lengkap merupakan jawaban dari pertanyaan diktal lengkap, dan seterusnya. Dengan demikian dari setiap struktur dinamis secara teoritis akan
dihasilkan 4 kemungkinan tipe PKF. Selanjutnya sistematisasi analisis akan
diawali dengan mengelompokkan struktur dinamis yang didasarkan pada jumlah komponen yang membentuknya. Pada permutasi struktur dinamis ini, permutasi hanya dilakukakan pada urutan kata, sedangkan tempat tekanan frasa
tidak dipermutasikan. Tekanan frasa selalu diletakkan pada posisi akhir dengan
asumsi bahwa tuturan tersebut terbebas dari muatan stilistika Dengan demikian, urutan tema – rema pada struktur dinamis dalam analisis ini adalah urutan
objektif, yaitu, tema ditempatkan di depan rema, sedangkan urutan subjektif
yang bermuatan stilistika (tuturan emotif) tidak akan dibahas di dalam makalah
ini.
2.4 Permutasi
Telah disebutkan, bahwa secara konstruktif komponen-komponen kalimat di
dalam bahasa Rusia memiliki kebebasan di dalam penataannya. Perubahan
urutan komponen-komponen di dalam suatu struktur yang sama, menurut istilah di dalam matematika disebut dengan permutasi (Behnke 1983:169):
n! = (n.n-1.n-2. … .1)

90

Linguistik Indonesia, Tahun ke 25, No. 1, Februari 2007

keterangan notasi
“n!” = permutasi;
“·” = perkalian;

“n” = jumlah komponen di dalam struktur
“- “ = pengurangan

dibaca: permutasi (n!) merupakan jumlah perkalian dari jumlah komponen di
dalam struktur (n) dikalikan hasil dari jumlah komponen di dalam struktur
dikurangi satu (n-1) dikalikan hasil dari jumlah komponen di dalam struktur
dikurangi dua (n-2) dan seterusnya dikalikan dengan hasil dari pengurangan
jumlah komponen di dalam struktur hingga jumlah pengurangan mencapai
hasil satu ( … .1).
Dari 6 struktur dinamis berkomponen 3 tersebut berdasarkan tipe informasi
kalimat akan dihasilkan 24 struktur tipe PKF objektif. Dan jika letak tekanan
frasa ikut dipermutasikan, yaitu kemungkinan dipindahkan ke tengah konstruksi atau awal konstruksi, maka akan didapatkan tambahan 48 struktur tipe
PKF yang bersifat subjektif.
3

BAHASAN

Hasil dari data yang diperoleh, ternyata tidak semua dari setiap struktur dinamis menghasilkan tipe-tipe PKF yang mampu direalisasikan. Hal ini disebabkan selain oleh adanya batasan analisis yang menempatkan urutan kata
sebagai faktor utama tuturan dan tekanan frasa sebagai faktor penunjang, juga
oleh ambang batas logis bahasa yang membuat tipe-tipe tersebut tidak berkemungkinan untuk direalisasikan, meskipun secara teoritis struktur tersebut
dapat dipermutasikan. Dari struktur dinamis berkomponen dua, yaitu, S dan P,
hanya 5 tipe PKF yang mampu direalisasikan dari 8 kemungkinan permutasi,
sebagaimana yang terdapat pada diagram berikut:

Struktur Dinamis
S – P^
P – S^

tipe informasi kalimat
IL
ITL
VL

VTL

1+
5+


8 ++


6+

3 ++


Keterangan notasi:
Bilangan 1, 2, 3, … menyatakan urutan penomoran tipe PKF; “IL” untuk
Informatif Lengkap; “ITL” untuk Informatif Tak-Lengkap; “VL” untuk Verifikatif Lengkap; dan “VTL” untuk Verifikatif Tak-Lengkap; “^” menyatakan
tempat tekanan frasa; “+” menyatakan tipe PKF dapat direalisasikan; “º”
menyatakan tipe PKF tidak dapat direalisasikan; “++” menyatakan tipe PKF
dapat direalisasikan dengan tekanan frasa kontrastif.
Berdasarkan pembagian tema-remanya, pada struktur berkomponen dua
tersebut tampak bahwa komponen yang mengisi gatra tema-rema tidak selalu

91

Mohd. Nasir Latief

berpadanan dengan pembagian formalnya, yaitu, pembagian S – P, sebagaimana yang terlihat pada diagram berikut:
Struktur dinamis
Tipe kalimat
IL
ITL
VL
VTL

S – P^
tema
S
º
S
º

P – S^
rema
P^
º
P^
º

tema
º
P
º
P

rema
(P – S^)
S^
º
S^

Pada diagram di atas tampak bahwa fungsi formal, yaitu, pembagian S dan P
difungsikan berdasarkan tujuan komunikasi yang ingin disampaikan oleh
pembicara atau penulis, yaitu, berdasarkan pembagian tema-remanya. Pembagian S dan P berserta perangkat gramatikalnya hanya dipakai sebagai jaminan
bahwa konstruksi tersebut sesuai dengan kaidah yang berlaku.
Pada struktur dinamis berkomponen tiga hanya 16 tipe PKF dari 24
tipe PKF yang terealisasikan. 7 tipe PKF merupakan varian dari tipe PKF
lainnya, sebagaimana yang terdapat pada diagram berikut:
Struktur
Dinamis
S – P – K^
S – K – P^
K – S – P^
K – P – S^
P – S – K^

IL
1+
5+
9+ ↔ 5
13+
17+

P – K – S^ 21+ ↔ 17

Tipe informasi kalimat
ITL
VL
VTL
2+

4++

7++

10º
11++ ↔ 7
12º
14+
18+ ↔ 2

15º
19º

22+ ↔ 14

23º

16++
20++ ↔
4
24++ ↔
16

keterangan notasi:
“^” menyatakan tempat tekanan frasa; “+” menyatakan tipe PKF dapat
direalisasikan; “¯” menyatakan tipe PKF tidak dapat direalisasikan; “++”
menyatakan tipe PKF dapat direalisasikan dengan tekanan frasa kontrastif; dan
“↔” menyatakan varian dari.
Berdasarkan pembagian tema-rema, komponen S, P dan K dikelompokkan
seeperti terlihat di halaman berikut.
Dari kedua diagram di atas, dibaca sebagai berikut: PKF 1 adalah
tuturan informatif lengkap dengan urutan S – P – K di mana tema diisi oleh
komponen S dan rema diisi oleh komponen P dan K, demikian seterusnya
hingga PKF 24.

92

Linguistik Indonesia, Tahun ke 25, No. 1, Februari 2007
St.
dinamis
t.
kalimat

S–P–K

S–K–P

K–S–P

K–P–S

P–S–K

P–K-S

tema

rema

tema

rema

tema

rema

tema

rema

tema

rema

tema

rema

IL

S

PK

SK

P

KS

P

K

PS

º

PSK

º

PKS

ITL

SP

K

º

º

º

º

KP

S

PS

K

PK

S

VL

º

º

SK

P

KS

P

º

º

º

º

º

º

VTL

SP

K

º

º

º

º

KP

S

PS

K

PK

S

Dari hasil data yang diperoleh, varian PKF yang terdapat pada
konstruksi berkomponen 3 adalah:
PKF 9 ({K – S} – P)
PKF 11 ({K – S} – P)
PKF 18 ({P – S} – K)
PKF 20 ({P – S} – K)
PKF 21 ({P – K – S})
PKF 22 ({P – K} – S)
PKF 24 ({P – K} – S)

« PKF 5 ({S – K} – P)
« PKF 7 ({S – K} – P)

« PKF 2 ({S – P} – K)

« PKF 4 ({S – P} – K)

« PKF 17 ({P – S – K})
« PKF 14 ({K – P} – S)

« PKF 16 ({K – P} – S)

Jika kita memperhatikan pada kontrastif tidaknya tekanan frasa pada setiap tipe
PKF objektif di atas, terlihat bahwa setiap tipe PKF yang berciri verifikatif
memiliki tekanan frasa kontrastif, sedangkan yang berciri informatif tekanan
frasa tidak kontrastif. Hal ini dapat disimpulkan, bahwa intonasi tuturan bagi
penutur asli bahasa Rusia, khususnya intonasi yang membedakan tuturan berciri informatif dan verifikatif, bukan lagi dianggap suatu permasalahan, tetapi
suatu hal yang sudah seharusnya demikian. Karena itu, sebagaimana Svedova
(1970), Krylova (1984), Kovtunova (1974; 1976), dan Raspopov (1961; 1984)
menyebutnya sebagai intonasi otomatis (avtomatičeskaja intonacija) atau
sebagai intonasi logik (logičnaja intonacija).
4 KESIMPULAN
Bertolak dari keseluruhan pembahasan dalam makalah ini, dapat ditarik
kesimpulan dan beberapa catatan yang perlu disampaikan:
a. Sebagai salah satu alat untuk menyatakan hubungan sintaksis, dalam artian
konstruktif verbal, fungsi urutan kata mampu menutupi kekurangan penunjuk flektif yang tidak mencukupi dalam menyatakan ikatan dan hubungan gramatikal komponen-komponen di dalam struktur bahasa Rusia.
Di samping itu urutan kata berperan sebagai pembeda hirarki antar komponen di dalam struktur konstruktif verbal bahasa Rusia.
b. Dengan mendasarkan telaah bahasa pada PKF, fungsi urutan kata mendapat proporsi yang sebenarnya. Urutan kata mampu menampilkan
fungsinya sampai batas maksimal (ambang batas logis bahasa) dalam
memenuhi kebutuhan komunikasi. Adanya beberapa tipe PKF yang tidak
93

Mohd. Nasir Latief

dapat direalisasikan justru membuktikan adanya batas kesemenaan urutan
kata dalam bahasa Rusia. Pada kondisi tersebut peran utama urutan kata
akan segera diambil alih oleh tekanan frasa (yang pada kondisi tertentu
juga tidak dapat direalisasikan) untuk menutupi ketidak-mampuan urutan
kata dalam merealisasikan beberapa tipe PKF tersebut. Fungsi urutan kata
pada kondisi ini tidak lagi berperan sebagai pembeda tema – rema, tetapi
hanya menunjukkan hirarki atau tingkat gradasi di dalam tubuh tema atau
rema.
c. Dalam hubungannya dengan butir (2) urutan kata mampu berperan sebagai
inspirator komponen-komponen dalam strukturnya. Dalam artian, sebagai
alat untuk mewujudkan tipe-tipe kalimat tuturan, urutan kata memegang
peranan penting dalam menggiring komponen-komponen tersebut masuk
ke dalam kelompok tema atau rema. Hal ini membawa pengaruh besar
terhadap makna leksiko-gramatikal komponen-komponen tersebut.
d. Pada hakekatnya, bahasa yang oleh para Fungsionalis dilihat sebagai sebuah sistem perangkat makna yang sarat ekspresi (Vachek 1983:77), harus
benar-benar dipahami, bahwa proses penyandian — awasandi yang diajukan Mathesius menempatkan kaidah bahasa sebagai suatu inata yang
secara alamiah melekat pada diri setiap anggota komunitas bahasa.

DAFTAR PUSTAKA
Adamec, Pržemyls. 1966.
Porjadok Slov V Sovremennom Russkom
Jazyke. Praha: Academia Nakladatelstvi Československé Akademie
Ved.
_____. 1974. “Aktual’noe Členenije, Glubinye Struktury і Perifrazy” Di
dalam Daneš, ed. 1974:189-195.
_____. 1981. “Theme – Rheme Structure of Polyprepositional Simple
Sentences in Present-day Russian”. Di dalam Folia Linguistica XV/3
– 4:223-256.
Akademi Nauk, SSSR. 1980. Russkaja Grammatika Tom II. Moskva:
Izdatel’stvo Nauka.
Apresjan, Ju.D. 1964. “O Sil’nom і Slabom Upravlenii”. Di dalam
Voprosy Jazykoznanija XIII/3. Moskva: Izdatel’stvo Nauka.
_____. 1967. Eksperimental’noe Issledovanie Semantiki
Russkogo
Jazyka. Moskva: Nauka.
_____. 1974. Leksičeskaja Semantika. Moskva: Nauka.
Bakhtin, Mikhail, 1934. “Discourse in the Novel”. Di dalam Holquist, ed.
1981: 259-295.
Barentsent, A.A., Jansen, A. Voogd. 1976. Russische Grammatica: Ten
Gebruike bij een Inleiding in de Russische Taal. Universiteit Van
Amsterdam.

94

Linguistik Indonesia, Tahun ke 25, No. 1, Februari 2007

Barxudorova, A.M. Ed. 1980. Metodika Prepodavanija Russkogo Jazyka
Inastrancam. Moskva:MGU
Behnke, H.F. Bachmann. 1983. Fundamentals of Mathematics. Vol 1.
trans. Cambridge: The MIT Press.
Belošapkova, B.A. 1970. Složnoe Predloženie v Sovremennom Russkom
Jazyke. Moska: Nauka.
Bivon, R. 1971. Element Order: Studies in The Modern Russian Language.
Cambridge: Cambridge University Press.
Daneš, F. ed. 1974. Papers on Functional Sentence Perspective. The Hague:
Mouton.
Daneš, F. 1966. “A Three-Level Approach to Syntax.” Di dalam Travaux
linguistiques de Prague. Praha: Academia.
_____. 1974. “Some Aspect of the Czechoslovak Approach to problems of
functional sentence perspective”. Di dalam Daneš, ed. 1974:11-37
Dorofeeva, T.M. 1986. Sintaksičeskaja Sočetaemost’ Russkogo Glagola.
Moskva: Russkij Jazyk.
Firbas, Jan. 1962. “Notes on the Function of the Sentence in the Act of
Communication.” Di dalam SPFFBU A10:134-148.
_____. 1974. “Some Aspect of The Czechoslovak Approach to Problems Of
Functional Sentence Perspective.” Di dalam Daneš. ed. 1974:11-37.
_____. 1992. Functional Sentence Perspective in Written and spoken
Communication. Cambridge: Cambridge University Press.
Givón, T. 1984. Syntax: A Fuctional — Typological Introduction. Vol 1.
Amsterdam: John Benjamin Publishing.
Halim, Amran. 1974. Intonation in Relation to Syntax in Bahasa Indonesia.
Jakarta: Djambatan.
Halliday, M.A.K. 1961. “Categories of the theory of grammar”. Di dalam
Kress, ed. 1976:52-72.
_____. 1970. “Intonation and meaning”. Di dalam Kress, ed. 1976:215-234.
_____. 1974. “The Place of FSP in Linguistic Description.” Di dalam. Daneš.
Ed. 1974:43-53.
Holden, K.T.dan M. Krupp. 1987. “Word Order in Russian Transitive
Sentences.” dalam Folia Slavica. Vol. 8 no. 2 – 3:254-271.
Holquist, Michael. 1981. The Dialogic Imagination: Four Essays. Austin:
University of Texas Press.
Kovtunova, I.I. 1969. Porjadok Slov v Russkom Literaturnom Jazyke XVIII
– pervoj treti XIX V. Moskva: Izdatel’stvo “Nauka”.
_____. 1974. “Aktual’noe Členenie і Sistema Jazyka (na materiale russkogo
jazyka).” Di dalam Daneš, ed. 1974:142-151.
_____. 1976. Sovremennyj Russkij Jazyk: Porjadok Slov і Aktual’noe Členenie
Predloženija. Moskva: Prosveščenie.
Kress, G.R. 1976. Halliday: System and Function in Language. London:
Oxford University Press.
Krylova, O.A. dan S.A. Xavronina. 1984. Porjadok Slov v Russkom Jazyke.
2nd ed. Moskva: Russkij Jazyk.

95

Mohd. Nasir Latief

Mathesius, Vilém. 1911. On the Potentiality of the Phenomena of Language”.
Di dalam Vachek. Ed. 1983: 3-42.
_____. 1927. “New Currents and Tendencies in Linguistic Research”. Di
dalam Vachek, ed. 1983: 45-63.
_____. 1929. “Functional Linguistics.” Di dalam Vachek, ed. 1983:121-139.
_____. 1961. A Functional Analysis of Present Day English On a General
Linguistic Basis. ed. Josef Vachek, terj. Libusé Duškova. 1975.
Mouton, The Hague Paris: Academia Publishing House of the
Czechoslovak Academy of Sciences Prague.
Parret, Herman. 1974. Discussing Language. The Hague: Mouton.
Raspopov, I.P. 1961. Aktual’noe Členenie Predloženija. Ufa.
Raspopov, I.P. dan A.M. Lomov, 1984. Osnovy Russkogo Grammatiki:
Morfologija I Sintaksis. Voronež.
Rassudova, O.P. 1967. “Vidy v Sisteme Russkogo Glagola і Metodi Metodika
Raboty nad Vidami Glagola.” Di dalam Barxudorova. ed. 1980: 95115.
Reformatskij, A.A. 1967. Vvedenie v Jazykoznanie. Moskva: Izdatel’stvo
Nauka.
Song, Jae Jung. 2001. Linguistic Tipology: Morphology and Syntax.
Longman: London.
Svedova, N.Ju. 1964. “Determinirujuščii ob”ekt і determinirujuščee
obstojatel’stvo kak Samostojatel’nye Rasprostraniteli Predlože-nija.”
Di dalam Voprosy Jazykoznanija XIII no. 6. Moskva: Izdatel’stvo
Nauka.
_____. 1970. Grammatika Sovremennogo Russkogo Literatur-nogo Jazyka.
Moskva: Nauka.
Vachek, Josef. 1966. The Linguistic Shool of Prague. Bloomington: Indiana
University Press.
Vachek, Josef dan Libusé Duškova. Ed. 1983. Praguiana: Some Basic and
Less Known Aspects of the Prague Linguistic Shool. (vol. 12
LLSE) Amsterdam/Philadelphia: John Benjamins Publishing
Company.
Voloshinov, Valentin. 1929/1973. Marxism and the Philosophy of Language.
Seminar Press.
Zolotova, G.A. 1980. Komunikativnye Aspekty Russkogo Sintaksisa. Moskva:
Nauka.

96