PROBLEMA LINGKUNGAN SOSIAL DAN BUDAYA

PROBLEMA LINGKUNGAN SOSIAL DAN BUDAYA

I.PENDAHULUAN
I.1 LATAR BELAKANG
a.Globalisasi Penyebab Perubahan Sosial
Setiap manusia dalam hidupnya pasti mengalami perubahan-perubahan dan perubahanperubahan yang terjadi dalam masyarakat memang telah terjadi sejak zaman dahulu. Seiring
berjalannya perubahan waktu, sekarang ini perubahan yang terjadi dalam masyarakat berjalan
sangat cepat sehingga membingungkan manusia yang menghadapinya. Untuk mempelajari
perubahan pada masyarakat, perlu diketahui sebab-sebab yang melatari terjadinya perubahan itu.
Apabila diteliti lebih mendalam sebab terjadinya suatu perubahan masyarakat, mungkin karena
adanya proses prubahan masyarakat beserta dengan kebudayaannya dari hal-hal yang bersifat
tradisional ke modern yang sering disebut dengan istilah modernisasi.Serta akibat dari
Globalisasi yaitu penyeragaman budaya bagi seluruh masyarakat dunia.
proses globaliasi muncul sebagai akibat adanya arus informasi dan komunikasi yang sering
online setiap saat dan dapat di jangkau dengan biaya yang relative murah. sebagai akibatnya
adalah masyarakat dunia menjadi satu lingkungan yang seolah-olah saling berdekatan dan
menjadi satu sistem pergaulan dan satu sistem budaya yang sama.
Karena ketidaksiapan manusia-manusia tersebut dalam menghadapi perubahan sosial yang
terjadi di lingkungan sekitarnya menimbulkan adanya problema sosial.
b.Problema Sosial yang muncul akibat Globalisasi
1) Munculnya guncangan kebudayaan (cultural shock); guncangan budaya umumnya dialami

oleh golongan tua yang terkejut karena melihat adanya perubahan budaya yang dilakukan oleh
para generasi muda. Cultural Shock dapat diartikan sebagai ketidaksesuaian unsur-unsur yang
saling berbeda sehingga menghasilkan suatu pola yang tidak serasi fungsinya bagi masyarakat
yang bersangkutan. Perubahan unsur-unsur budaya seringkali ditanggapi oleh masyarakat dengan
beragam. Bagi masyarakat yang belum siap menerima perubahan-perubahan yang terjadi maka
akan timbul goncangan (shock) dalam kehidupan sosial dan budayanya yang mengakibatkan
seorang individu menjadi tertinggal atau frustasi. Kondisi demikian dapat menyebabkan
timbulnya suatu keadaan yang tidak seimbang dan tidak serasi dalam kehidupan. Contoh: di era
globalisasi ini unsur-unsur budaya asing seperti pola pergaulan hedonis (memuja kemewahan),
pola hidup konsumtif sudah menjadi pola pergaulan dan gaya hidup para remaja kita. Bagi
1

individu atau remaja yang tidak siap dan tidak dapat menyesuaikan pada pola pergaulan tersebut,
mereka akan menarik diri dari pergaulan atau bahkan ada yang frustasi sehingga menimbulkan
tindakan bunuh diri atau perilaku penyimpangan yang lain.
2) Munculnya ketimpangan kebudayaan (cultural lag); kondisi ini terjadi manakala unsur-unsur
kebudayaan tidak berkembang secara bersamaan, salah satu unsur kebudayaan berkembang
sangat cepat sedangkan unsur lainnya mengalami ketertinggalan. Ketertinggalan yang terlihat
mencolok adalah ketertinggalan alam pikiran dibandingkan pesatnya perkembangan teknologi,
kondisi ini terutama terjadi pada masyarakat yang sedang berkembang seperti Indonesia. Untuk

mengejar ketertinggalan ini diperlukan penerapan sistem dan pola pendidikan yang berdisiplin
tinggi. Contoh: Akibat kenaikan harga BBM pemerintah mengkonversi bahan bakar minyak
menjadi gas dengan cara mensosialisasikan tabung gas ke masyarakat. Namun berhubung
sebagian masyarakat belum siap, terkait dengan kenyamanan dan keamanan penggunaan tabung
gas maka masyarakat kebayakan menolak konversi tersebut. Kondisi demikian menunjukkan
adanya ketertinggalan budaya (cultural lag) oleh sebagian masyarakat terhadap perubahan
budaya dan perkembangan kemajuan teknologi.
3) Adanya penurunan kualitas Moral(demoralisme)
4) Meningkatnya sikap Egoisme dan materialistic.
5) Timbulnya budaya Konsumerisme.

I.2 ASPEK-ASPEK PERUBAHAN SOSIAL YANG TERKAIT DENGAN PUBLIC
Perubahan sosial yang terjadi di masyarakat sangat erat kaitannya dalam dengan ilmu
komunikasi. Perubahan sosial budaya misalnya dapat terjadi karena beberapa faktor, di antaranya
komunikasi; cara dan pola pikir masyarakat; faktor internal lain seperti perubahan jumlah
penduduk, penemuan baru, terjadinya konflik atau revolusi; dan faktor eksternal seperti bencana
alam dan perubahan iklim, peperangan, dan pengaruh kebudayaan masyarakat lain.
Ada pula beberapa faktor yang menghambat terjadinya perubahan, misalnya kurang intensifnya
hubungan komunikasi dengan masyarakat lain; perkembangan IPTEK yang lambat; sifat
masyarakat yang sangat tradisional; ada kepentingan-kepentingan yang tertanam dengan kuat

dalam masyarakat; prasangka negatif terhadap hal-hal yang baru; rasa takut jika terjadi
kegoyahan pada masyarakat bila terjadi perubahan; hambatan ideologis; dan pengaruh adat atau
kebiasaan.
Sebagai sesorang PR (Public Relations) kita harus mampu memberikan atau menyampaikan
komunikasi / informasi yang baik kepada masyarakakat mengenai hal-hal yang terkait dengan
2

masuknya budaya- budaya asing yang dapat memberikan dampak terhadap perubahan sosial.
PR juga harus memiliki perencanaan sosial (social planning) yang pada dewasa ini menjadi ciri
umum bagi masyarakat atau negara yang sedang mengalami perkembangan. Suatu perencanaan
sosial haruslah didasarkan pada pengertian yang mendalam tentang bagaimana suatu kebudayaan
dapat berkembang dari taraf yang lebih rendah ke taraf yang lebih maju atau modern.
Pada era modern ini harus diakui bahwa peradaban manusia telah memasuki tahapan baru, yaitu
dengan adanya revolusi komunikasi. Dengan cepat, teknik dan jasa telekomunikasi yang
memanfaatkan spektrum frekuensi radio dan satelit ini telah berkembang menjadi jaringan yang
sangat luas dan menjadi vital dalam berbagai aspek kehidupan dan keselamatan bangsa-bangsa di
dunia. Pemanfaatan jasa satelit tidak semata-mata untuk usaha hiburan, namun berkembang
secara meluas dan digunakan dalam teknologi pertelevisian, komunikasi, komputer, analisis
cuaca, hingga penggunaan untuk survei sumber daya alam.
Perubahan Sosial

Perubahan sosial merupakan suatu gejala yang akan selalu ada dalam masyarakat, karena
masyarakat selalu berubah dalam aspek terkecil sekalipun. Perubahan sosial maupun perubahan
budaya sebenarnya dua konsep yang berbeda tetapi saling berkaitan satu sama lain, di mana
perubahan sosial mengacu pada perubahan struktur sosial dan hubungan sosial di masyarakat
sedangkan perubahan budaya mengacu pada perubahan segi budaya di masyarakat. Tetapi
perubahan pada hubungan sosial akan menimbulkan pula perubahan pada aspek nilai dan norma
yang merupakan bagian dari perubahan budaya.
Terdapat berbagai teori yang dapat menjelaskan fenomena perubahan sosial di masyarakat.
Tetapi semua teori itu sebenarnya saling mengisi satu sama lain, merupakan perbaikan ataupun
juga memberikan sumbangan yang berarti dalam memahami fenomena perubahan sosial.
Perubahan sosial dapat terjadi karena sebab internal maupun eksternal. Faktor internal berkaitan
dengan permasalahan yang timbul dalam diri masyarakat, sedangkan faktor eksternal mengacu
pada sumber perubahan yang berasal dari luar masyarakat.

3

II.PERMASALAHAN
Modernisasi dan globalisasi sebagai suatu perkembangan baru memunculkan pengaruh-pengaruh
yang menguntungkan maupun merugikan.Pengaruh merugikan inilah yang selanjutnya
menimbulkan problema sosial di masyarakat.

Dalam makalah ini kami akan fokuskan pada satu problema atau permasalahan yang terjadi di
masyarakat, yaitu Budaya Konsumerisme.Disini akan dibahas factor pembentuk konsumerisme
serta dampaknya.Juga mengenai banyaknya pembangunan – pembangunan Mal di Ibukota dan
daerah – daerah lain yang berimbas pada munculnya budaya konsumerisme dalam masyarakat
kita saat ini.
III. TEORITIS
Sebelum masuk pada pembahasan dari permasalahan sosial, terlebih dahulu kami akan
menjabarkan secara teori mengenai pengertian, faktor-faktor dan dampak dari perubahan sosial.
III.1 PENGERTIAN PERUBAHAN SOSIAL
Perubahan sosial adalah proses sosial yang dialami oleh anggota masyarakat serta semua unsurunsur budaya dan sistem-sistem sosial, di mana semua tingkat kehidupan masyarakat secara
sukarela akan dipengaruhi oleh unsur-unsur eksternal meninggalkan pola-pola kehidupan,
budaya, dan sistem-sistem sosial lama kemudian menyesuaikan diri atau menggunakan pola-pola
kehidupan, budaya dan sistem-sistem sosial yang baru. Hal-hal penting dalam perubahan sosial
menyangkut aspek-aspek berikut, yaitu: perubahan pola pikir masyarakat, perubahan perilaku
masyarakat, dan perubahan budaya materi.
Menurut para ahli, perubahan sosial memiliki definisi sebagai berikut.
Kingsley Davis
Kingsley Davis mengatakan bahwa Perubahan sosial merupakan perubahan-perubahan yang
terjadi dalam struktur dan fungsi masyarakat.
Mac Iver

mengatakan bahwa Perubahan sosial adalah perubahan-perubahan yang terjadi dalam hubungan
sosial (social relation) atau perubahan terhadap keseimbangan (equilibrium) hubungan sosial.

4

William F. Ogburn
mengemukakan bahwa Perubahan sosial adalah perubahan yang mencakup unsur-unsur
kebudayaan baik material maupun immaterial yang menekankan adanya pengaruh besar dari
unsur-unsur kebudayaan material terhadap unsur-unsur immaterial.
Gillin dan Gillin
mengatakan bahwa perubahan-perubahan sosial sebagai suatu variasi dari cara-cara hidup yang
telah diterima, baik karena perubahan-perubahan kondisi geografis, kebudayaan material,
komposisi penduduk, ideologi maupun karena adanya difusi ataupun penemuan-penemuan baru
(inovasi) dalam masyarakat.
Selo Soemardjan
mengatakan bahwa perubahan sosial merupakan segala perubahan-perubahan pada lembagalembaga kemasyarakatan di dalam suatu masyarakat yang mempengaruhi sistem sosialnya
termasuk di dalamnya, nila-nilai, sikap dan pola perilaku diantara kelompok-kelompok dalam
masyarakat. Tekanan pada definisi tersebut terletak pada lembaga kemasyarakatan sebagai
himpunan pokok manusia, perubahan-perubahan mana yang kemudian mempengaruhi segi
struktur masyarakat lainnya.

Menurut Soekanto
Menurut Soekanto (1990), penyebab perubahan sosial dalam suatu masyarakat dibedakan
menjadi dua macam yaitu faktor dari dalam dan luar. Faktor penyebab yang berasal dari dalam
masyarakat sendiri antara lain bertambah atau berkurangnya jumlah penduduk, penemuan baru,
pertentangan dalam masyarakat, terjadinya pemberontakan atau revolusi. Sedangkan faktor
penyebab dari luar masyarakat adalah lingkungan fisik sekitar, peperangan, pengaruh
kebudayaan masyarakat lain.
Menurut Soerjono Soekanto
problema atau masalah sosial adalah suatu ketidaksesuaian antara unsur-unsur kebudayaan atau
masyarakat, yang membahayakan kehidupan kelompok sosial. Jika terjadi bentrokan antara
unsur-unsur yang ada dapat menimbulkan gangguan hubungan sosial seperti kegoyahan dalam
kehidupan kelompok atau masyarakat.
Problem atau masalah sosial muncul akibat terjadinya perbedaan yang mencolok antara nilai
dalam masyarakat dengan realita yang ada. Yang dapat menjadi sumber masalah sosial yaitu
seperti proses perubahan sosial. Adanya masalah sosial dalam masyarakat ditetapkan oleh
lembaga yang memiliki kewenangan khusus seperti tokoh masyarakat, pemerintah, organisasi
sosial, musyawarah masyarakat, dan lain sebagainya.

5


o Menurut Alvin Betrand: awal dari proses perubahan sosial adalah komunikasi yaitu
penyampaian ide, gagasan, nilai, kepercayaan, keyakinan dsb, dari satu pihak ke pihak lainnya
sehingga dicapai kata kesepahaman.
o Menurut David Mc Clelland: dorongan untuk perubahan adalah adanya hasrat meraih prestasi (
need for achievement) yang melanda masyarakat
III. 2 PROSES PERUBAHAN SOSIAL
Proses perubahan sosial terdiri dari tiga tahap berurutan :
1. Invensi, yaitu proses dimana ide-ide baru diciptakan dan
dikembangkan;
2. Difusi, yaitu proses dimana ide-ide baru itu dikomunikasikan ke
dalam sistem sosial; dan
3. Konsekwensi, yaitu perubahan-perubahan yang terjadi dalam sistem sosial sebagai akibat
pengadopsian atau penolakan inovasi. Perubahan terjadi jika penggunaan atau penolakan ide
baru itu mempunyai akibat. Karena itu perubahan sosial adalah akibat komunikasi sosial.

III.3. FAKTOR PENDORONG PERUBAHAN
Faktor pendorong merupakan alasan yang mendukung terjadinya perubahan. Menurut Soerjono
Soekanto ada sembilan faktor yang mendorong terjadinya perubahan sosial, yaitu:
1. Terjadinya kontak atau sentuhan dengan kebudayaan lain.
Bertemunya budaya yang berbeda menyebabkan manusia saling berinteraksi dan mampu

menghimpun berbagai penemuan yang telah dihasilkan, baik dari budaya asli maupun budaya
asing, dan bahkan hasil perpaduannya. Hal ini dapat mendorong terjadinya perubahan dan tentu
akan memperkaya kebudayaan yang ada.
2. Sistem pendidikan formal yang maju.
Pendidikan merupakan salah satu faktor yang bisa mengukur tingkat kemajuan sebuah
masyarakat. Pendidikan telah membuka pikiran dan membiasakan berpola pikir ilmiah, rasional,
dan objektif. Hal ini akan memberikan kemampuan manusia untuk menilai apakah kebudayaan
masyarakatnya memenuhi perkembangan zaman, dan perlu sebuah perubahan atau tidak.
6

3. Sikap menghargai hasil karya orang dan keinginan untuk maju.
Sebuah hasil karya bisa memotivasi seseorang untuk mengikuti jejak karya. Orang yang
berpikiran dan berkeinginan maju senantiasa termotivasi untuk mengembangkan diri
4. Toleransi terhadap perbuatan-perbuatan yang menyimpang.
Penyimpangan sosial sejauh tidak melanggar hukum atau merupakan tindak pidana, dapat
merupakan cikal bakal terjadinya perubahan sosial budaya. Untuk itu, toleransi dapat diberikan
agar semakin tercipta hal-hal baru yang kreatif.
5. Sistem terbuka dalam lapisan-lapisan masyarakat.
Open stratification atau sistem terbuka memungkinkan adanya gerak sosial vertikal atau
horizontal yang lebih luas kepada anggota masyarakat. Masyarakat tidak lagi

mempermasalahkan status sosial dalam menjalin hubungan dengan sesamanya. Hal ini membuka
kesempatan kepada para individu untuk dapat mengembangkan kemampuan dirinya.
6. Penduduk yang heterogen.
Masyarakat heterogen dengan latar belakang budaya, ras, dan ideologi yang berbeda akan mudah
terjadi pertentangan yang dapat menimbulkan kegoncangan sosial. Keadaan demikian
merupakan pendorong terjadinya perubahan-perubahan baru dalam masyarakat untuk mencapai
keselarasan sosial.
7. Ketidakpuasan masyarakat terhadap bidang-bidang tertentu
Rasa tidak puas bisa menjadi sebab terjadinya perubahan. Ketidakpuasan menimbulkan reaksi
berupa perlawanan, pertentangan, dan berbagai gerakan revolusi untuk mengubahnya.
8. Orientasi ke masa depan
Kondisi yang senantiasa berubah merangsang orang mengikuti dan menyesusikan dengan
perubahan. Pemikiran yang selalu berorientasi ke masa depan akan membuat masyarakat selalu
berpikir maju dan mendorong terciptanya penemuan-penemuan baru yang disesuaikan dengan
perkembangan dan tuntutan zaman.
9. Nilai bahwa manusia harus selalu berusaha untuk perbaikan
hidup.
Usaha merupakan keharusan bagi manusia dalam upaya memenuhi kebutuhannya yang tidak
terbatas dengan menggunakan sumber daya yang terbatas. Usaha-usaha ini merupakan faktor
terjadinya perubahan.


7

III.4. PERSPEKTIF PERUBAHAN SOSIAL
Pengelompokkan teori perubahan sosial telah dilakukan oleh Strasser dan Randall. Perubahan
sosial dapat dilihat dari empat teori, yaitu teori kemunculan diktator dan demokrasi, teori
perilaku kolektif, teori inkonsistensi status dan analisis organisasi sebagai subsistem sosial.
Perspektif
Penjelasan Tentang Perubahan
Barrington Moore, teori kemunculan diktator dan demokrasi
Teori ini didasarkan pada pengamatan panjang tentang sejarah pada beberapa negara yang telah
mengalami transformasi dari basis ekonomi agraria menuju basis ekonomi industri.
Teori perilaku kolektif
Teori dilandasi pemikiran Moore namun lebih menekankan pada proses perubahan daripada
sumber perubahan sosial.
Teori inkonsistensi status
Teori ini merupakan representasi dari teori psikologi sosial. Pada teori ini, individu dipandang
sebagai suatu bentuk ketidakkonsistenan antara status individu dan grop dengan aktivitas atau
sikap yang didasarkan pada perubahan.
Analisis organisasi sebagai subsistem sosial
Alasan kemunculan teori ini adalah anggapan bahwa organisasi terutama birokrasi dan organisasi
tingkat lanjut yang kompleks dipandang sebagai hasil transformasi sosial yang muncul pada
masyarakat modern. Pada sisi lain, organisasi meningkatkan hambatan antara sistem sosial dan
sistem interaksi.

Modernisasi dan Globalisasi dapat memberikan dampak terhadap Budaya Indonesia, suatu
kemajuan akan menghasilkan dampak positif dan negatif. Hal ini harus dapat kalian sadari betul
agar dapat meminimalkan dampak negatif yang merugikan serta memaksimalkan dampak positif
yang menguntungkan.

8

III. 5 DAMPAK / AKIBAT DARI GLOBALISASI
a . Akibat Positif Globalisasi
1) Semakin dipercayanya kebudayaan Indonesia; dengan adanya internet, kalian bisa mengetahui
kebudayaan-kebudayaan bangsa lain, sehingga dapat dibandingkan ragam kebudayaan
antarnegara, bahkan dapat terjadi adanya akulturasi budaya yang akan semakin memperkaya
kebudayaan bangsa. Dengan memperbandingkan itu pula kalian dapat mengetahui kekurangan
dan kelebihan budaya Indonesia bila dibandingkan dengan kebudayaan bangsa-bangsa lain.
2) Ragam kebudayaan dan kekayaan alam negara Indonesia lebih dikenal dunia; dulu mungkin
masyarakat Eropa hanya mengenal Bali sebagai objek wisata di Indonesia. Namun, seiring
dengan perkembangan teknologi komunikasi, masyarakat Eropa mulai mengenal keindahan alam
Danau Toba di Sumatra Utara, panorama Taman Laut Bunaken di Sulawesi Utara, keaslian alam
Perairan Raja Ampat di Papua, kelembutan tari Bedoyo Ketawang dari Solo (Jawa Tengah),
keanggunan tari Persembahan dari Sumatra Barat, atau kemeriahan tari Perang dari suku Nias di
Sumatra Utara.

9

IV. PEMBAHASAN
A,Budaya Konsumerisme
Keadaan masyarakat yang sekarang ini semakin berubah seiring perkembangan zaman dimana
pengaruh dari budaya konsumerisme yang terjadi di masyarakat dengan adanya perubahan pola
pikir dimana masyarakat sekarang terpengaruh adanya budaya yang berkembang sehingga
sebuah substansi yang ada terkalahkan oleh budaya yang ada sebuah substansi yang seharusnya
merupakan tujuan awal dan utama terkalahkan dengan adanya dominasi budaya yang
berkembang di masyarakat. Budaya merupakan hasil dari proses sosial yang dilakukan manusia
tetapi pada kenyataan sekarang ini budaya yang ada menjadi pembentuk diri manusia. Batasan
tipis antara kebutuhan dan keinginan yang menjadikan pemikiran masyarakat sekarang ini lebih
kearah keinginan dan budaya atau mode yang sedang berkembang, proses konsumsi dari
masyarakat sekarang ini tidak tergantung pada substansi kebutuhan tetapi adanya pelekatan mode
serta buadaya yang sedang berkembang dalam masyarakat.
Adanya kelas dalam masyarakat juga dapat dijadikan perkembangan dalam adanya budaya
konsumerisme, adanya kelas sosial memberikan dampak budaya yang seharusnya ada dalam
masing-masing kelas sehingga pelekatan fashion serta mode yang ada haruslah sesuai dengan
budaya yang berkembang pada masing-masing kelas, sehingga masyarakat kelas atas ketika
mereka membeli barang haruslah ber-merk dan mempunyai kelas sesuai kelasnya. Serta
masyarakat yang berada pada kelas yang lain yang ingin dimasukkan dalam kelasnya haruslah
mengikuti budaya pada kelas yang diinginkan.
Peran media yang merupakan sarana pengkodean merupakan hal yang menjadikan budaya
konsumerisme dapat berkembang, karena adanya iklan yang berkembang pada masyarakat yang
menjadikan orang tidak berfikir secara rasional kebutuhan tetapi berdasarkan penerimaan
pengkodean yang telah ter-frame dalam pikiran yang diungkapkan sebagai budaya yang ada
dalam masyarakat.
Dampak Konsumerisme
1.Hidup Boros dan Enggan untuk Berbagi
Suatu hari, saya pernah mendengar cerita dari seorang petugas geladak kapal pesiar mewah yang
beroperasi di Hawaii. Ia berujar begini, “tahu tidak! Orang-orang barat itu serakah dan suka
membuang-buang makanan..! di kapal Pesiar, mereka masing-masing memesan makanan sampai
satu meja penuh. Lalu, makanan tersebut tidak dimakan semuanya, tapi Cuma dicuil-cuil satu
persatu.. sisanya.. dibuang kelaut!!”. Menanggapi ceritanya itu, saya langsung menanggapi,
“ooh.. pantas orang-orang di Afrika kekurangan makanan.. rupanya makanan yang mereka caricari itu terpung-apung di lautan pasifik!”. Kapitalisme dan konsumerisme tidak pernah peduli
pada siapa yang dapat bagian dan siapa yang tidak.
Di televisi dan di acara-acara otomotif, kita sering melihat anak-anak muda menghabiskan uang
10

jajan dari orang tuanya untuk melengkapi perlengkapan Multimedia untuk mobil mewahnya –
dan tidak lupa Airbrush jika mereka mulai bosan dengan warna mobilnya! Semua itu bisa
menghabiskan berjuta-juta. Padahal, disisi lain, ada banyak orang yang untuk makan saja sudah
sulit. Konsumerisme membuat korbannya menjadi hidup sedemikian boros dan enggan untuk
berbagi.
2.Uniformitas dan Alienasi
Dampak yang paling menyeramkan – bagi saya – adalah Uniformitas dan alienasi. Unformitas
diambil dari kata uniform yang berarti seragam, sedang uniformitas itu sendiri adalah membuat
suatu kelompok entah itu masyarakat lokal atau komunitas internasional menjadi sama atau
seragam. Nah, akibat ada penyeragman atau uniformitas inilah kemudian, mereka yang tidak
sama atau menolak untuk menjadi sama menjadi teralienasi dan dianggap asing dari suatu
kelompok. Konsumerisme secara tidak langsung membuat pola yang kemudian akan mendorong
kita pada uniformitas. Bahkan fenomena unformitas ini sudah terjadi.
Handphone atau Hp misalnya, dulu ketika Hp belum ada atau belum umum, tanpa benda itu
rasanya hidup kita baik-baik saja. Tapi sekarang, di kota seperti Jogjakarta ini, tidak mungkin
rasanya untuk tidak memiliki Hp. Uniformitas tidak terjadi begitu saja, ada prosesnya. Misal
dalam satu kota hidup 1000 anggota masyarakat. Pada awalnya hanya 250 orang saja yang
memiliki Hp di kota tersebut, Hp belum umum dan mereka yang tidak memiliki Hp masih baikbaik saja dan tidak merasa aneh. Namun pemasaran Hp semakin agresif. Pemilik Hp berkembang
menjadi 850 orang, jadilah 150 orang yang tidak memilik Hp merasa aneh dan ketinggalan
zaman, rikiplik! Terjadi alienasi. Akhirnya mereka yang 150 itu, terpaksa memasukkan Hp
sebagai daftar kebutuhan baru..! tadaaa!! Terjadilah unformitas!

11

V KESIMPULAN DAN SARAN
KESIMPULAN :
1.Gejala perubahan sosial dalam hal ini adalah Globalisasi budaya masyarakat Indonesia
cenderung kearah negative.Ini dapat dilihat dari timbulnya berbagai macam problema social
yang akhir-akhir ini sudah terjadi di lingkungan kita ,termasuk salah satunya adalah
konsumerisme.
2.Bangsa Indonesia harus beranjak dari posisi sebagai konsumen menjadi produsen.Diperlukan
strategi untuk mengkaji kembali secara dinamis nilai-nilai budaya bangsa yang dapat digunakan
sebagai alat untuk menghadapi tantangan masa depan. Patut pula untuk disadari bahwa terdapat
kendala-kendala yang membutuhkan kecermatan yang mendalam dalam proses pewarisan nilai
itu.

3.Perkembangan budaya konsumerisme menguntungkan para pemilik modal dan memanfaatkan
masyarakat yang menjadi objek. Peran kita sebagai generasi muda seharusnya mempunyai
pikiran kritis untuk menyadari adanya hal ini dan menentang budaya tersebut karena hanya
merugikan bagi kita, serta jangan sampai kita menjadi orang (agen) yang mendukung dan
mengembangkan hal tersebut. Budaya konsumerisme telah menjadikan mahasiswa lupa dengan
posisi mereka sebagai intelektual dan menjadikan mereka agen yang terjebak dalam posisi
tersebut.”Budaya merupakan bentukan manusia dan dapat dirubah oleh manusia, kesadaran kritis
dan proses transformasi sosial dapat dilakukan untuk merubah keadaan menjadi lebih baik”
SARAN
Masyarakat harus bersikap positif dalam menunjukkan bentuk penerimaan terhadap arus
modernisasi dan globalisasi, diantaranya adalah sebagai berikut :
1) Penerimaan secara terbuka (open minded); sikap ini merupakan langkah pertama dalam upaya
menerima pengaruh modernisasi dan globalisasi. Sikap terbuka akan membuat kita lebih
dinamis, tidak terbelenggu hal-hal lama yang bersikap kolot, dan akan lebih mudah menerima
perubahan dan kemajuan zaman.
2) Mengembangkan sikap antisipatif dan selektif, sikap ini merupakan kelanjutan dari sikap
terbuka. Setelah kita dapat membuka diri dari hal-hal baru, langkah selanjutnya adalah kita harus
memiliki kepekaan (antisipatif) dalam menilai hal-hal yang akan atau sedang terjadi. Kaitannya
12

dengan pengaruh modernisasi dan globalisasi. Sikap antisipatif dapat menunjukkan pengaruh
yang timbul akibat adanya arus globalisasi dan modernisasi. Setelah kita mampu menilai
pengaruh yang terjadi, maka kita harus mampu memilih (selektif) pengaruh mana yang baik bagi
kita dan pengaruh mana yang tidak baik bagi kita
3) Adaptif, sikap ini merupakan kelanjutan dari sikap antisipatif dan selektif. Sikap adaptif
merupakan sikap mampu menyesuaikan diri terhadap hasil perkembangan modernisasi dan
globalisasi. Tentu saja penyesuaian diri yang dilakukan bersifat selektif, artinya memiliki
pengaruh positif bagi si pelaku.
4) Tidak meninggalkan unsur-unsur budaya asli, seringkali kemajuan zaman mengubah perilaku
manusia, mengaburkan kebudayaan yang sudah ada, bahkan menghilangkannya sama sekali.
Kondisi ini menyebabkan seseorang/masyarakat kehilangan jati diri mereka, kondisi ini harus
dapat dihindari. Semaju apa pun dampak modernisasi yang kita lalui, kita tidak boleh
meninggalkan unsur-unsur budaya asli sebagai identitas diri. Jepang merupakan salah satu
negara yang modern dan maju, namun tetap mempertahankan identitas diri mereka sebagai
masyarakat

13

DAFTAR PUSTAKA
Anna Yulia Hartati, Staf Pengajar FISIP Universitas Wahid Hasyim Semarang Illustrasi Barma
Wikipedia
http://sosial-budaya.blogspot.com/
Gumgum Gumilar S.Sos., M.Si / Program Studi Ilmu Komunikasi Unikom

14