KOMPOSISI LUAS RELUNG DAN TUMPANG TINDIH

KOMPOSISI, LUAS RELUNG DAN TUMPANG TINDIH MAKANAN KOMUNITAS
IKAN DOMINAN DI DANAU LAUT TAWAR

Food Composition, niche breadth and Overlap of Fish Commumnity at Laut Tawar Lake
Iwan Hasri1 Juandela Rosa1 dan Laila Fitri1
1

Program studi Budidaya Perairan, Universitas Gajah Putih Takengon
Jl. Takengon Isaq Km 7 Blang Bebangka Pegasing Aceh Tengah
e-mail korespondensi : [email protected]

ABSTRAK
Ketersediaan pakan dan kebiasaan ikan dalam memilih pakan sangat menentukan struktur komunitas
ikan dan produksi ikan suatu perairan. Tujuanpenelitian adalah untuk mengakji komposisi, relung dan
tumpang tindih makanan komunitas ikan dominan. Penelitian dilakukan pada bulain Mei, Juli dan
Oktober 2012 di empat stasiun yang mewakili semua zona di danau Laut Tawar. Ikan ditangkap
menggunakan jaring insang (ukuran mata jaring 3/8;5/9;5/8;1,5;2,5;3,5;4,5 inchi), bubu dan jaring
angkat. Data yang dikumpulkan berupa panjang, berat dan pemeriksaan isi saluran pencernaan.
Kebiasan makanan ikan dianalisa berdasarkan indeks bagian terbesar, luas relung dan tumpang tindih
luas relung makan. Hasil penelitian diperoleh 13 jenis ikan yang tertangkap selama penelitian
terdapat 7 jenis ikan yang dominan yaitu Rasbora tawarensis, Poropuntius tawarensi, Osteochilus sp,

Oreochromis niloticus, Xiphophorus hellery, Poecilia reticulata dan Rasbora sp. Ikan dominan memiliki
makanan utama fitoplankton, ikan endemik Rasbora tawarensis memiliki makanan utama insekta.
Berdasarkan komposisi makanan ikan nila cukup tinggi di empat stasiun. Komposisi bervariasi
tergatung pada spesies ikan. Pemanfaatan makanan antara ikan P. tawarensis, Osteochilus sp,
Oreochromis niloticus, Xiphophorus hellery, Poecilia reticulata dan Rasbora sp menunjukkan terjadi
persiangan dalam mencari makan.
PENDAHULUAN
Danau Laut Tawar merupakan danau tektonik yang terletak di Kabupaten Aceh Tengah
dengan luas 5 472 Ha. Terdapat 21 jenis ikan yang ditemukan di Danau Laut Tawar yang terdiri dari
native dan introduksi (Muchlisin et al. 2009). Estimasi potensi produksi ikan Danau Laut Tawar
berdasarkan produktivitas primer fitoplankton adalah sebesar 70.8 kg/ha/tahun (Kartamihardja et al.
1995) dan pada tahun 2010 diperkirakan potensi ini terus meningkat akibat perubahan status
perairan yang menjadi eutrofikasi (Nurfadillah 2010).
Beberapa tahun terakhir produksi hasil tangkapan ikan di Danau Laut Tawar terus menurun,
sehingga pemerintah berusaha memperbaiki populasi ikan yang ada melalui penebaran ikan koan
(Ctenopharyngodon idella), mas (Cyprinus carpio), nila (Oreochromis niloticus) dan bandeng (Chanos
chanos) (Disnakkan Aceh Tengah 2011). Tujuan dari penebaran ini adalah meningkatkan
produktivitas perikanan dengan memanfaatkan relung makanan yang belum dimanfaatkan oleh jenis
ikan di perairan danau. Akibatnya komposisi hasil tangkapan di Danau Laut Tawar mengalami
perubahan, ikan introduksi lebih mendominasi hasil tangkapan nelayan. Ikan endemik Rasbora

tawarensis dan Poropuntius tawarensis mengalami penurunan hasil tangkapan. Diduga penurunan
populasi ikan endemik disebabkan oleh kehadiran ikan introduksi yang menyebabkan terjadinya

persaingan ruang dan makanan. Selain itu perubahan status perairan akibat peran jenis ikan dalam
pemanfaatan pakan alami tidak lengkap.
Peningkatan kesejahteraan masyarakat melalui peningkatan hasil tangkapan yang
berkelanjutan menjadi tujuan bersama. Dalam rangka pembangunan perikanan daerah dan
peningkatan pendapatan masyarakat nelayan sekitar Danau maka untuk itu perlu dikaji komposisi,
luas relung dan tumpang tindih makanan komunitas ikan. Harapannya agar program pemerintah
dalam pemacuan stok ikan di Danau Laut Tawar dapat tepat sasaran tanpa mengakibatkan ikan asli
dan endemik perairan ini terancam.
BAHAN DAN METODE
Pengumpulan data
Penelitian dilakukan di perairan Danau Laut Tawar, Kabupaten Aceh Tengah (Gambar 1).
Pengamatan dilakukan pada bulan Mei, Juli dan Oktober 2012. Stasiun pengambilan ikan contoh
dibagi kedalam 4 stasiun yaitu Stasiun I (One-one) merupakan kawasan keramba jaring apung, II
(Mendale) merupakan kawasan yang menerima limbah dari kota Takengon, III (Kelitu) merupakan
fishing ground, IV (Bintang) merupakan kawasan yang tertutup dan memiliki inlet terbesar.
Pengambilan ikan contoh dilakukan dengan jarring insang tinggi 4 m, panjang jaring 200 m
ukuran mata jaring 5/9 sampai 4.5 inchi. Jaring dipasang pada sore hari dan kemudian diangkat pada

pagi hari. Sampel ikan juga dikumpulkan dari hasil tangkapan nelayan di Danau Laut Tawar yang
menggunakan alat tanggkap bubu dan jaring nagkat. Ikan yang ditangkap segera diawetkan dengan
formalin 10% dan dikelompokkan berdasarkan daerah penangkapannya. Panjang ikan total ikan
contoh diukur dari ujung kepala terdepan sampai ujung sirip ekor paling belakang menggunakan
penggaris. Berat total menggunakan timbangan digital ketelitian 0.01 gram.
Selanjutnya ikan dibedah dengan gunting bedah, dimulai dari anus menuju bagian atas perut
dibawah garis sisi dan menyusuri garis sisi tersebut sampai bagian belakang tutup insang kemudian
dilanjutkan kearah ventral hingga ke dasar perut. Otot dibuka sehingga organ dalam ikan dapat
terlihat. Sehingga organ pencernaan dipisahkan dari organ lainnya. Isi usus dipisahkan kemudian
dimasukkan kedalam gelas ukur dan diencerkan dengan aquades yang perbandingan satu satu bagian
usus dan sembilan bagian aquades.
Analisis isi lambung dilakukan dengan mengambil satu tetes contoh isi usus yang telah
diencerkan kemudian diteteskan di atas gelas objek dan diamati di bawah mikroskop binokuler
dengan pembesaran 10x10 menggunakan metode estimasi volume pada lima lapang pandang
dengan tiga kali ulangan. Identifikasi organisme makanan menggunakan buku identifikasi Needham
dan Needham (1963).

St II
St III


St I

St IV

Gambar 1. Peta Lokasi Pengambilan Contoh

Analisa Data
Kebiasaan makanan dianalisis dengan menggunakan indeks bagian terbesar

(Index of

Propenderance, IP), yang merupakan gabungan dari metode frekuensi kejadian dengan metode
volumetrik. Analisis nilai indeks bagian terbesar dihitung dengan menggunakan rumus perhitungan
menurut Natarajan dan Jhingran (1961) in Effendie (1979) sebagai berikut :


Keterangan :

IPi = Indeks bagian terbesar (Index of Propenderance); Vi = Persentase volume makanan ikan


jenis ke-i; Oi= Persentase frekuensi kejadian makanan jenis ke-i

Perhitungan luas relung makanan dilakukan untuk melihat proporsi sumberdaya makanan
yang dimanfaatkan oleh ikan dan adanya selektivitas suatu jenis individu dalam suatu spesies yang
sama terhadap sumberdaya makanan pada habiatat tertentu (Krebs, 1898). Perhitungan luas relung
makanan de ga

e ggu aka

etode Le i ’s Measure Coll el da Futu a a, 9

, aitu :

[


Keterangan :

]


BA = Luas relung kelompok ukuran ikan ke-i terhadap sumberdaya makanan ke-j; Pij = Proporsi dari kelompok
ukuran ikan ke-I yang berhubungan sumberdaya makanan ke-j; n = Jumlah makanan kelompok ukuran ikan
i= , , ,…

Nilai Tumbang tindih relung makanan menunjukkan adanya kesamaan jenis makanan yang
dimanfaatkan antar ika . Perhitu ga tu pa g ti dih ika relu g
Morisita I dek

Hor , 9

aka a

e ggu aka

“i plified

in Krebs, 1989) yaitu :




Keterangan ;





Cij = Indeks Morisita yang disederhanakan
Pij; Pik = Proporsi jenis organisnme makanan ke-i yang digunakan oleh 2 kelompok ukuran ke-j dan kelompok
lukuran ikan ke-k; n

= Jumlah organisme makanan; m,l = Jumlah kelompok ukuran ikan,

HASIL
Komposisi Hasil Tangkapan
Jenis Ikan yang tertangkap selama penelitian di Danau Laut Tawar yaitu ikan nila
(Oreochromis niloticus), depik (Rasbora tawarensis), plati pedang (Xiphophorus helleri),
bontok/seribu (Poecilia reticulata), relo (Rasbora sp), kawan (Poropuntius tawarensis), nilem
(Osteochilus sp). Beberapa ikan yang kehadirannya tidak setiap pengamatan yaitu gabus (Channa
striata), lele (Clarias batrachus), pedih (Neolissochilus sp.), kerling (Tor spp.). Hasil tangkapan nelayan
di dominasi oleh ikan nila dan depik (Gambar 2.)


Jumlah Ikan Sampel

200
180
160
140
120
100
80
60
40
20
0

188
162
114
92
71


60

22
3

5

2

5

1

2

Spesies Ikan

Gambar 2. Komposisi ikan sampel selama penelitian
Komposisi Makanan

Ikan nila, nilem, relo, plati pedang, kawan dan bontok memiliki pakan utama fitoplankton.
Makanan tambahan untuk nila, plati pedang dan nilem berupa serasah (detritus). Ikan kawan dan
relo memiliki makanan tambahan berupa zooplankton. Berbeda dengan ikan bontok/seribu memiliki
makanan tambahan moluska. Ikan depik yang merupakan ikan endemic di danau Laut Tawar memiliki
makanan utama serangga air dengan makanan tambahan fitoplankton (Gambar 2).

Luas Relung Makanan
Luas relung pakan yang paling luas adalah ikan nila, yaitu 1.71 hal ini menunjukkan bahwa
jenis ikan ini secara luas memanfaatkan sumberdaya pakan di Danau Laut Tawar. Jenis ikan yang
paling sempit menggunakan sumberdaya pakan di Danau Laut Tawar ikan depik sebesar 1.02 (Tabel
1)

100
80
60
40
20

0
Kawan


Nila

Depik

Nilem

Bontok

Relo

Plati
Pedang

Bacillariophyceae

Chlorophyceae

Cyanophyceae

Dinophyceae

Desmidiaceae

Myxophyceae

Rotifera

Zooplankton

Insekta

Moluska

Serasah

Gambar 3. Kebiasaan makan komunitas ikan dominan di Danau Laut Tawar

Tabel 1. Luas relung makanan komunitas ikan domisnan di Danau Laut Tawar
Spesies Ikan
Luas Relung
Standarisasi
Kawan
1.51
0.08
Nila
1.71
0.14
Depik
1.02
0.01
Nilem
1.68
0.14
Bontok
1.50
0.12
Relo
1.49
0.16
Plati Pedang
1.36
0.07
Tumpang Tindih Makanan
Nilai tumpang tindih makanan diantara ke-7 jenis ikan tertera pada Gambar 3. Pemanfaatan
makanan antara ikan kawan, plati pedang, nilem, relo, nila, dan bontok menunjukan kompetisi yang
sangat nyata. Sedangkan pemanfaatan sumber daya pakan antar ikan dominan lain dengan depik
menunjukan kompetisi yang tidak nyata.

Tree Diagram for 7 Variables
Single Linkage
Euclidean distances

Kawan
Pelati Pedang
Nilem
Relo
Nila
Bontok
Depik
0

20

40

60

80

100

120

140

Linkage Distance

Gambar 4. Tumpang Tindih Makanan Ikan Dominan di Danau Laut Tawar
PEMBAHASAN
Hasil tangkapan ikan selama penelitian berfluktuasi secara nyata. Ikan dominan yang
tertangkap selama penelitian yaitu ikan depik, nila, kawan, plati pedang, relo, bontok dan nilem. Ikan
depik, nila, relo dan bontok tertangkap pada setiap stasiun pengamatan.

Ikan nilem hanya

tertangkap pada stasun I dan IV dan ikan kawan hanya tertangkap di stasiun I dan III. Perbedaan ini
diduga akibat tingkah laku dalam pemilihan habitat menyebabkan kelimpahan ikan dan kehadiran
ikan tiap lokasi berbeda. Berdasarkan Bhukaswan (1980) faktor yang mempengaruhi distribusi spasial
ikan yaitu tingkah laku dalam pemilihan habitat dan interaksi dengan faktor lingkungan. Tingkah laku
pemilihan habitat ditentukan oleh aktivitas ikan antara lain dikelompokkan dalam aktivitas mencari
makan dan pemijahan (Hartoto 1998). Larger (1972) menyatakan bahwa keberadaan suatu jenis ikan
disuatu perairan memiliki hubungan erat dengan keberadan makanannya. Ikan cenderung mencari
makan pada daerah yang kaya akan sumberdaya makanan yang disukai. Berdasarkan Hasri et al
(2011) ikan depik menyebar secara merata di Danau Laut Tawar.
Komposisi makanan berdasarkan pada indeks preponderan untuk ketujuh jenis ikan enam
jenis ikan memiliki pakan utama fitoplankton terutama dari kelas Bacillariophyceae. Ikan nila
memiliki pakan utama berupa fitoplakton kelas Bacillariophyceae 74.03%, Chlorophyceae 4.84%,
Cyanophyceae 1.20%, pakan tambahan detritus sebesar 18.43%,

dan pakan pelengkap rotifer

0.153%. hal ini sama dengan ikan nila yang ada di waduk Ir. Djuanda Jawa Barat pakan utama nila
adalah fitoplankton dan pakan tambahannya berupa detritus (Kartamihardja dan Umar 2006). Ikan
nila di Telaga Warna memanfaatkan fitoplankton, zooplankton dan detritus (Sulistiono et al. 2010).
Komposisi makanan ikan O. niloticus memiliki komposisi makanan yang sangat bervariasi tergantung
pada ukuran dan waktu (Nurnaningsih, 2004). Berdasarkan Shaloof dan Khalifa (2009) di Danau Abu
Zabal, Mesir ikan nila merupakan termasuk ikan omnivor dengan menu makanan berupa diatom,
alga hijau biru, alga hijau, rotifer, cladocera, ostracoda, copepod, moluska, dan detritus.

Ikan endemik Danau Laut Tawar yaitu depik memiliki pakan utama serangga 98.82% dengan
makanan tambahan fitoplankton 0.89%. Ikan endemik kawan memiliki pakan utama fitoplankton dari
kelas Bacillariophyceae dengan pakan tambahan detritus dan zooplankton. Ikan relo memiliki
pakan utama fitoplankton dengan pakan tambahan zooplankton.
Ikan nilem yang keberadaannya mulai berkurang akhir-akhir ini memiliki pakan utama
fitoplankton dari kelas Bacillariophyceae dan Chlorophyceae dengan pakan tambahan detritus.
Berdasarkan Purnamningtyas dan Tjahjo (2009) bahwa ikan nilem memiliki pakan utama detritus.
Ikan

nilem di Danau Maninjau dijadikan alternative penebaran untuk mengatasi blooming

fitoplankton karena memanfaatkan jenis fitoplankton Cyanophyceae dan Chhlorophyceae (Syandri
2004)
Ikan bontok (P. reticulata) di Jawa Barat dikenal dengan nama ikan seribu dan nama umum
yaitu ikan guppy. Ikan bontok memiliki pakan utama fitoplankton dengan pakan tambahan moluska.
Berdasarkan Zandona (2010) in Sulistiono et al. (2010) ikan seribu di anak sungai Trinidad
memnafaatkan fitoplankton, detritus dan avertebrata akuatik. ikan seribu memiliki kelenturan
makanan (Plasticity of food habits). Ikan seribu di Telaga Warna hanya menkonsumsi fitoplankton
(Sulistiono et al. 2010).
Ikan plati pedang (X. hellerii) memiliki pakan utama fitoplankton dengan pakan tambahan
detritus. Berdasarkan Sulistiono et al. (2010) bahwa ikan cingir putri (X. hellerii) menkonsumsi
fitiplankton dan zooplankton. Berdasarkan perbedaan konsumsi ikan X. hellerii disebabkan oleh
kemampuan ikan dalam mengembangkan kelenturan kebiasaan makanan ikan.
Luas relung pakan yang paling luas adalah ikan nila dapat disimpulkan bahwa ikan nila
memanfaatkan kelompok pakan dalam jumlah yang banyak dan seimbang. Hal ini terbukti dengan
dominannya hasil tangkapan ikan nila di Danau Laut Tawar. Berdasarkan Tjahjo et al (2001) ikan nila
merupakan ikan yang dominan di waduk Darma karena memiliki luas relung pakan yang cukup tinggi,
hal ini menunjukkan bahwa ikan nila memiliki kemampuan dalam menyesuaikan terhadap fluktuasi
sumberdaya pakan. Colwell dan Futuyma (1971) mengatakan bahwa, semakin besar nilai nilai luas
relung maka pola makanan semakin generalis dan tidak selektif terhadap organisme yang dimakan,
sedangkan luas relung makanan yang kecil mencirikan bahwa ikan tersebut lebih selektif dalam
memilih makanannya.
Ikan depik merupakan ikan yang memiliki luas relung pakan yang paling kecil namun ikan ini
mampu melimpah jumlahnya di perairan Danau Laut Tawar. Hal tersebut disebabkan ikan ini
mempunyai keragaman yang luas, relung yang besar sehingga ikan tersebut mampu mengurangi
kompetisi dengan jenis ikan lainnya. Disamping itu ukuran ikan yang kecil dan cepat bereproduksi,
menurut Effendie (2002) ikan dengan ukuran kecil akan menggunakan luas relung yang sempit dan
lebih selektif dalam memilih makanan.

Menurut Larger (1972) tidak semua sumberdaya pakan yang tersedia di suatu perairan akan
disukai oleh ikan, namun tergantung dari ukuran makanan, ketersediaan makanan di alam dan selera
ikan terhadap makanan itu sendiri. Ikan keperas yang besar memiliki luas relung ekologi yang tinggi
dibandingkan ikan berukuran kecil (Hedianto et al 2010). Berdasarkan hasil pengamatan ikan nila
dan nilem memiliki luas relung makanan yang besar disebabkan oleh ukuran ikan yang cukup besar
dibandingkan komunitas ikan dominan di Danau Laut Tawar.
Nilai tumpang tindih relung makanan dapat terjadi bila ada kesamaan jenis makanan yang
dimanfaatkan oleh dua atau lebih kelompok ikan. Bila tumpang tindih yang diperoleh mendekati 1,
maka kedua kelompok yang dibandingkan mempunyai jenis makanan yang sama. Sebaliknya, bila
nilai mendekati nol, artinya tidak diperoleh jenis makanan yang sama antar kedua kelompok yang
dibandingkan (Colwell dan Futuyma 1977). Tumpang tindih relung makanan terjadi antara ikan Plati
pedang, kawan, nila, relo , bontok dan nilem hal ini ditunjukkan dengan nilai tumbang tindih yang
mendekati satu sedangkan ikan depik memiliki nilai nol. Nilai tumpang tindih relung makanan yang
besar tidak mengindikasikan terjadi kompetisi (Collwell dan Futuyma 1977). Nilai tumpang tindih
yang besar bias diakibatkan oleh kelimpahan jenis organisme yang dominan di perairan.

KESIMPULAN
1. Komunitas ikan dominan di Danau Laut Tawar memanfaatkan fitoplankton sebagai makanan
utama, kecuali ikan depik yang memanfaatkan insekta sebagai makanan utama.
2. Ikan nila dan nilem memiliki luas relung makanan yang cukup tinggi dibandingkan dengan
komunitas ikan lainnya. Ikan depik memiliki luas relung makanan yang sempit.
3. Terjadi tumpang tindih relung makanan di Danau Laut Tawar antara ikan nila, nilem, plati pedang,
relo, bontok dan kawan.
SARAN
Perlu dilakukan penebaran ikan yang sesuai dengan ketersediaan pakan di Danau Laut Tawar
sehingga hasil tangkapan nelayan meningkat serta kelestarian ikan endemic tetap terjaga.

UCAPAN TERIMA KASIH
Penulis mengucapkan terimakasih kepada Koordinator Kopertis Wilayah I Direktorat Jenderal
Pendidikan Tinggi yang telah mendanai penelitian ini. Penulis juga mengucapkan terima kasih
sebesar-besarnya kepada Fakultas Pertanian Gajah Putih yang telah banyak membantu dalam
penelitian ini.

DAFTAR PUSTAKA

Bhukaswan T. 1980. Management of Asian Reservoir Fisheries. FAO Fish Technical paper 207:69.
Celwell RK and Furuyma, DJ. 1971. One the measurement of niche breadth and overlap. Ecology
52(4):567-576
[Disnakkan] Dinas Peternakan dan Perikanan Kab. Aceh Tengah. 2011. Data Statistik Perikanan
Kabupaten Aceh Tengah. Takengon. 30 hal.
Effendie MI. 2002. Biologi Perikanan. Edisi Revisi. Yayasan Dewi Sri. Bogor. 112 hal.
Hartoto DI, Sarniat AS, Sjafei DS, Satya A, Syawal Y, Sulastri, Kamal MM, dan Siddik Y. 1998. Kriteria
Evaluasi Suaka Perikanan Darat. Pusat Penelitian dan Pengembangan Limnologi LIPI. Cibinong.
Larger KF, Bardach JE, Miller RH, and Passino RM. 1977. Ichthyology. John Wiley dan Sons. Inc.
Toronto, Canada.
Hasri I, M. Kamal dan Zairion. 2011. Pertumbuhan dan laju eksploitasi ikan endemik Rasbora
tawarensis (Weber & de Beaufort, 1916) di Danau Laut Tawar, Aceh Tengah. Jurnal Iktiologi
Indonesia 1( 1) : 26-33.
Hasri I, M. Kamal dan Zairion. 2011. Distribusi Spasial dan Kondisi Lingkungan Perairan IKan Endemik
Rasbora tawarensis (Weber & de Beaufort, 1916) di Danau Laut Tawar, Aceh Tengah. Jurnal
Iktiologi Indonesia 11( 1) : 21-28.
Hedianto DA, R Affandi dan SN Aida. 2010. Komposisi dan Luas Relung Makanan Ikan Keperas
(Cyclocheilicthys apogon, Valenciennes, 1842) di Sungai Musi. Jurnal Iktiologi Indonesia 10( 1) :
73-81.
Kartamihardja ES, Satria H, Sarnita AS. 1995. Limnologi dan potensi produksi ikan Danau Laut Tawar,
Aceh Tengah. Jurnal Penelitian Perikanan Indonesia 1(3) : 11-25.
Kartamihardja ES, dan C Umar. 2006. Struktur dan Kebiasaan Makan Komunitas Ikan Di Zona
Limnetik Waduk Ir. Djuanda, Jawa Barat. Jurnal Penelitian Perikanan Indonesia 1(3) : 11-25.
Krebs, CJ. 1989. Ecological methodology. Harper Collins Publisher. Inc. New York. 654p
Muchlisin ZA dan Azizah SMN, Rudi E, Fadli N. 2009. Danau Laut Tawar dan Permasalahannya.
“e i ar Da au Laut Ta ar “a e Depik . Paper. -10
Needham JG and Needham PR. 1963. A guide to the study of freshwater biology. Fifth edition, revised
and enlarged. Holden-Day. Inc., San Fransisco. 65p
Nurfadillah. 2011. Dinamika Struktur Komunitas Fitoplankton dan Status Trofik Perairan Danau Laut
Tawar Kabupaten Aceh Tengah [tesis]. Bogor. Program Pascasarjana. Institut Pertanian Bogor.
Nurnaningsih. 2004. Pemanfaatan Makanan Oleh Ikan-Ikan Dominan di Perairan Waduk Ir. H.
Djuanda [tesis]. Bogor. Program Pascasarjana. Institut Pertanian Bogor.
Purnamaningtyas SE dan DWH Tjahjo. 2009. Kebiasaan Makan Ikan di Waduk Cirata, Jawa Barat
Sebagai Data Dasar Untuk Pemacuan Stok Ikan. Prosiding Forum Pemacuan Sumberdaya Ikan
II. 24 Oktober 2009.
Sulistiono, MF Rahardjo, CPH Simanjuntak, A Zahid. 2010. Komunitas Ikan di Telaga Warna, Jawa
Barat. Jurnal Iktiologi Indonesia 10( 2) : 191-197.

Syandri H. 2004. Penggunaan Ikan Nilem (Ostechilus haselti CV) dan Ikan Tawes (Puntius javanicus
CV) sebagai Agen Hayati Pembersih Perairan Danau Maninjau, Sumatera Barat. Jurnal Natur
Indonesia 6(2) : 87-90
Tjahjo DWH, S Nuroniah dan SE Purnamaningtyas. 2001. Evaluasi Bio-Limnologi dan Relung Ekologi
Komunitas Ikan untuk Menentukan Jenis Ikan yang Akan ditebar di Waduk Darma. Jurnal
Penelitian Perikanan Indonesia 7(1) : 10-23

Lampiran Ikan dominan yang tertangkap selama penelitian

Nila (Oreochromis niloticus)

Kawan (Poropuntius tawarensis)

1 cm
1 cm

Plati pedang (Xiphophorus helleri)

Relo (Rasbora sp.)

1 cm

Bontok (Poecilia reticulata)

Peres (Osteochilus sp.)

1 cm

Depik (Rasbora tawarensis)