LANGKAH LANGKAH DAN HAMBATAN DALAM PENYE

LANGKAH-LANGKAH DAN HAMBATAN
DALAM PENYEBARAN INFORMASI
KESEHATAN
Disusun Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah “Sistem Informasi Kesehatan”

DI SUSUN OLEH:
AYU ENDANG ASTUTI
EVA YULIYANA
ANGGRAENI DEWI
MIA OKTAVIANI
NAJUAH
DEWI PUSPITA WATI
NISA KHAIRUNNISA

UNIVERSITAS NASIONAL
JURUSAN D IV KEBIDANAN
TAHUN AJARAN 2017/2018
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas rahmat dan karunianya yang telah
memberikan kami kesehatan sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini yang

berjudul

“Sistem Informasi Kesehatan“ tepat pada waktunya. Shalawat serta salam

semoga tercurah kepada junjungan kita Nabi Besar Muhammad SAW beserta keluarga, para
sahabat dan pengikutnya yang setia sampai akhir jaman.
Pembahasan di dalam makalah ini adalah tentang sistem informasi kesehatan.
Makalah ini diharapkan dapat memberikan pengetahuan dan informasi kepada para pembaca
tentang sistem informasi kesehatan, sehingga kedepannya akan menjadi lebih baik lagi.
Kami menyadari bahwa dalam penulisan makalah ini masih jauh dari kesempurnaan.
Untuk itu kami mohon maaf atas segala kekurangan. Akhir kata, kritik dan saran dari semua
pihak yang bersifat membangun akan selalu diharapkan demi kesempurnaan makalah ini.
Semoga Tuhan Yang Maha Esa senantiasa meridhai segala urusan kita. Amin.

Jakarta, 22 Februari 2017

Penulis

DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ............................................................................................. i

DAFTAR ISI...........................................................................................................ii
BAB I : PENDAHULUAN ................................................................................... 1
1.1 Latar Belakang ....................................................................................... 1
1.2 Rumusan Masalah .................................................................................. 2
1.3 Tujuan .................................................................................................... 3
BAB II : PEMBAHASAN ..................................................................................... 4
2.1 Pengantar dan Pengertian Sistem Informasi Kesehatan ......................... 4
2.2 Konsep-Konsep (Langkah-Langkah) Penerapan Pengembangan SIK .. 5
2.3 Tujuan Sistem Infromasi ..................................................................... 12
2.4 Kondisi Sistem Informasi Kesehatan Di Indonesia ............................ 17
2.5 Sistem Informasi Kesehatan Nasional ................................................. 18
2.6 Kebijakan Sistem Informasi Kesehatan ............................................... 22
2.7 Masalah Sistem Informasi Kesehatan .................................................. 24
2.8 Kendala Sistem Informasi Kesehatan .................................................. 25
BAB III : PENUTUP ........................................................................................... 28
3.1 Kesimpulan ........................................................................................ 28
3.2 Saran ................................................................................................... 28
DAFTAR PUSTAKA

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG
Berkembangnya teknologi sistem informasi, maka penyajian informasi yang
cepat dan efisien sangat dibutuhkan oleh setiap orang. Perkembangan teknologi yang
semakin pesat saat ini menuntut diubahnya pencatatan manual menjadi sistem yang
terkomputerisasi. Demikian juga halnya pembayaran pasien pada suatu rumah sakit.
Rumah sakit sebagai salah satu institusi pelayanan umum di bidang kesehatan
membutuhkan keberadaan suatu sistem informasi yang akurat, handal, serta cukup
memadai untuk meningkatkan pelayanannya kepada pasien serta lingkungan yang terkait
lainnya. Sistem informasi rumah sakit digunakan untuk mempermudah dalam
pengelolaan data pada rumah sakit. Sistem ini seharusnya sudah menggunakan metode
komputerisasi. Karena dengan menggunakan metode komputerisasi, proses penginputan
data, proses pengambilan data maupun proses pembaruan data menjadi sangat mudah,
cepat dan akurat.
Internet merupakan jaringan komputer yang dapat menghubungkan perusahaan
dengan domain publik, seperti individu, komunitas, institusi, dan organisasi. Jalur ini
merupakan jalur termurah yang dapat digunakan institusi untuk menjalin komunikasi
efektif dengan konsumen. Mulai dari tukar menukar data dan informasi sampai dengan
transaksi pembayaran dapat dilakukan dengan cepat, murah dan mudah melalui internet.

Kecepatan evolusi teknologi informasi dalam memanfaatkan internet untuk
mengembangkan jaringan dalam manajemen database sangat ditentukan oleh kesiapan
manajemen dan ketersediaan sumber daya yang memadai. Namun evolusi tersebut bukan
pula berarti bahwa institusi yang bersangkutan harus secara sekuensial mengikuti tahap
demi

tahap

yang

ada,

namun

bagi

mereka

yang


ingin

menerapkan

manajemen databasedengan “aman” dan “terkendali”, alur pengembangan aplikasi
secara bertahap merupakan pilihan yang baik.

Sistem informasi kesehatan merupakan suatu pengelolaan informasi diseluruh
seluruh tingkat pemerintah secara sistematis dalam rangka penyelengggaraan pelayanan
kepada masyarakat. Parturan perundangundangan yang menyebutkan sistem informasi
kesehatan adalah Kepmenkes Nomor 004/Menkes/SK/I/2003 tentang kebijakan dan
strategi

desentralisasi

bidang

kesehatan

dan


Kepmenkes

Nomor

932/Menkes/SK/VIII/2002 tentang petunjuk pelaksanaan pengembangan sistem laporan
informasi kesehatan kabupaten/kota. Hanya saja dari isi kedua Kepmenkes mengandung
kelemahan dimana keduanya hanya memandang sistem informasi kesehatan dari sudut
padang menejemen kesehatan, tidak memanfaatkan state of the art teknologi informasi
serta tidak berkaitan dengan sistem informasi nasional. Teknologi informasi dan
komunikasi juga belum dijabarkan secara detail
sehingga data yang disajikan tidak tepat dan tidak tepat waktu.

Sistem Informasi Kesehatan (SIK) adalah integrasi antara perangkat, prosedur dan
kebijakan yang digunakan untuk mengelola siklus informasi secara sistematis untuk
mendukung pelaksanaan manajemen kesehatan yang terpadu dan menyeluruh dalam
kerangka pelayanan kesehatan kepada masyarakat.
Dalam literature lain menyebutkan bahwa SIK adalah suatu sistem pengelolaan data
dan informasi kesehatan di semua tingkt pemerintahan secara sistematis dan terintegrasi
untuk mendukung manajemen kesehatan dalam rangka peningkatan pelayanan kesehatan

kepada masyarakat.
Informasi kesehatan selalu diperlukan dalam pembuatan program kesehatan mulai
dari analisis situasi, penentuan prioritas, pembuatan alternatif solusi, pengembangan
program, pelaksanaan dan pemantauan hingga proses evaluasi terhadap pelaksanaan
program-program kesehatan.
1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas maka dapat dirumuskan masalah sebagai berikut:

1. Apa pengertian sistem informasi kesehatan?
2. Bagaimana konsep-konsep (langkah-langkah) penerapan pengembangan sistem
informasi kesehatan?
3. Bagaimana aplikasi sistem informasi kesehatan pada sistem informasi rumah sakit?
4. Apa tujuan pengembangan sistem informasi kesehatan?
5. Ruang lingkup sistem informasi kesehatan?
6. Apa Kebijakan Sistem Informasi Kesehatan?

7. Apa Masalah Sistem Informasi Kesehatan?
8. Apa Kendala Sistem Informasi Kesehatan?


1.3

Tujuan

1. Untuk mengetahui apa pengertian sistem informasi kesehatan.
2. Untuk mengetahui bagaimana konsep-konsep (langkah-langkah) penerapan
pengembangan sistem informasi kesehatan.
3. Untuk mengetahui bagaimana aplikasi sistem informasi kesehatan pada sistem
informasi rumah sakit.
4. Untuk mengetahui apa tujuan pengembangan sistem informasi kesehatan.
5. Untuk mengetahui ruang lingkup sistem informasi kesehatan.
6. Untuk mengetahui apa kebijakan sistem informasi kesehatan.
7. Untuk mengetahui apa masalah sistem informasi kesehatan.
8. Untuk mengetahui apa kendala sistem informasi kesehatan.

BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Pengantar dan Pengertian Sistem Informasi Kesehatan


Di dalam peraturan pemerintah RI no.46 tahun 2014 tentang sistem informasi
kesehatan, disebutkan bahwa suatu sistem informasi kesehatan adalah seperangkat
tatanan yang meliputi data, informasi, indikator, prosedur, perangkat, teknologi dan
sumber daya manusia yang saling berkaitan dan dikelola secara terpadu untuk
mengarahkan tindakan atau keputusan yang berguna dalam mendukung pembangunan
kesehatan. Dan untuk mendukung penyelenggaran pembangunan kesehatan tersebut,
diperlukan data, informasi dan indikator kesehatan yang dikelola dalam sistem
informasi kesehatan.
Pada hakekatnya pembangunan kesehatan merupakan upaya yang dilaksanakan
oleh semua komponen bangsa yang bertujuan untuk meningkatkan kesadaran, kemauan
dan kemampuan hidup sehat bagi setiap orang, agar peningkatan derajat kesehatan
masyarakat

yang

setinggi-tingginya

dapat

terwujud,


sebagai

investasi

bagi

pembangunan sumber daya manusia yang produktif.

Menurut WHO dalam buku design and implementation of health information
system, sistem informasi kesehatan tidak dapat berdiri sendiri, melainkan sebagai
bagian dari suatu sistem kesehatan. Suatu sistem informasi kesehatan yang efektif
memberikan dukungan informasi bagi proses pengambilan keputusan di semua jenjang.
Sistem informasi harus dijadikan sebagai alat yang efektif bagi manajemen.

Penggunaan informasi kesehatan dilaksanakan untuk memperoleh manfaat
langsung atau tidak langsung sebagai pengetahuan untuk mendukung pengelolaan,
pelaksanaan, dan pengembangan pembangunan kesehatan dan informasi yang didapat
harus bersumber dari informasi yang akurat yang dilaksanakan untuk penyusunan
kebijakan, perencanaan, pengorganisasian, penggerakan, pengawasan, pengendalian dan


evaluasi pembangunan kesehatan. Selain itu penggunaannya harus menaati ketentuan
tentang :

1.

Kerahasiaan informasi, dan

2.

Hak atas kekayaan intelektual yang sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan.

Adapun tujuan untuk mewujudkan penyelenggaraan sistem informasi kesehatan
yang berdaya guna dan berhasil guna memiliki arti yang sama dengan tujuan
mendukung proses kerja pemerintah, pemerintah daerah, dan fasilitas pelayanan
kesehatan dalam penyelenggaraan pembangunan kesehatan yang efektif dan efisien.
Penyelenggaraan

sistem

informasi

kesehatan

itu

juga

merupakan

bentuk

pertanggungjawaban instansi terhadap penyelenggaraan pembangunan kesehatan.

2.2 Konsep-konsep (Langkah-langkah) Penerapan Pengembangan Sistem Informasi
Kesehatan

Untuk mengatasi kekurangan dan ketidakkompakan dari badan kesehatan di
Indonesia maka dibentuklah sistem informasi kesehatan. Dalam melakukan
pengembangan sistem informasi secara umum, ada beberapa konsep dasar yang harus
dipahami oleh para pembuat rancang bangun sistem informasi, yaitu antara lain :

1.

Sistem informasi tidak identik dengan sistem komputerisasi.
Pada dasarnya sistem informasi tidak bergantung pada
penggunaan teknologi komputer. Sistem informasi yang dimaksud
disini adalah sistem informasi yang berbasis komputer. Hal-hal yang
penting dalam pemanfaatan teknologi komputer/informasi dalam suatu
sistem informasi suatu organisasi adalah :

1. Pengambilan keputusan yang tidak dilandasi dengan
informasi.
2. Informasi yang tersedia tidak relevan.
3. Informasi yang ada tidak dimanfaatkan oleh manajemen.

4. Informasi yang ada tidak tepat waktu.
5. Terlalu banyak informasi.
6. Informasi yang tersedia tidak akurat.
7. Adanya duplikasi data (redundancy).
8. Adanya data yang cara pemanfaatannya tidak fleksibel.
2.

Sistem informasi organisasi adalah suatu sistem yang dinamis.
Dinamika sistem informasi dalam suatu organisasi sangat
ditentukan oleh dinamika perkembangan organisasi tersebut. Oleh
karena itu perlu disadari bahwa pengembangan sistem informasi tidak
pernah berhenti.

3.

Sistem informasi sebagai suatu sistem harus mengikuti siklus hidup
sistem.
Sistem informasi memiliki umur layak guna, maksudnya
panjang pendeknya umur layak guna sistem informasi ditentukan oleh :

A. Makin cepat organisasi tersebut berkembang, maka kebutuhan
informasi juga akan berkembang sedemikian rupa sehingga sistem
informasi yang sekarang digunakan sudah tidak lagi memenuhi
kebutuhan organisasi tersebut.

B. Perkembangan teknologi informasi yang cepat menyebabkan
perangkat keras maupun perangkat lunak yang digunakan untuk
mendukung beroperasinya sistem informasi tidak bisa berfungsi
secara efisien dan efektif. Hal ini disebabkan karena :


Perangkat keras yang digunakan sudah tidak diproduksi lagi, karena
teknologinya ketinggalan zaman, sehingga layanan pemeliharaan
perangkat keras tidak dapat lagi dilakukan oleh perusahaan pemasok
perangkat keras.



Perusahaan pembuat perangkat lunak yang sedang digunakan, sudah
mengeluarkan versi baru. Versi terbaru itu umumnya mempunyai
feature yang lebih banyak, melakukan optimasi proses dari versi
sebelumnya dan memanfaatkan feature baru dari perangkat keras
yang juga telah berkembang. Jadi mengingat perkembangan
teknologi informasi yang berlangsung dengan cepat, maka pengguna
harus sigap dalam memanfaatkan dan menggunakan teknologi
tersebut.
Yang dimaksud dengan perangkat keras (hardware) adalah
peralatan yang digunakan dalam pengumpulan data, pengolahan data,
dan penyajian data serta untuk komunikasi data. Perangkat keras
tersebut berupa perangkat elektronik dan/atau nonelektronik, antara
lain berupa kartu, buku register, formulir laporan, jaringan komputer,
dan media koneksi.

Sedangkan yang dimaksud perangkat lunak (software) adalah
kumpulan program komputer yang berisi instruksi atau perintah
untuk menjalankan proses pengelolaan data. Perangkat lunak
meliputi perangkat lunak untuk sistem operasi, perangkat lunak
untuk aplikasi, dan perangkat lunak pabrikan yang dapat terintegrasi
dalam penyelenggaraan sistem informasi kesehatan nasional,
provinsi, kabupaten/kota, dan fasilitas pelayanan kesehatan.

C. Perkembangan tingkat kemampuan pengguna (user) sistem informasi.
Suatu sistem informasi yang baik, akan dikembangkan berdasarkan
tingkat kemampuan dari para pengguna, baik dari sisi :

4.



Tingkat pemahaman mengenai teknologi informasi.



Kemampuan belajar dari para pengguna.



Kemampuan beradaptasi terhadap perubahan sistem.

Daya guna sistem informasi sangat ditentukan oleh tingkat integritas
sistem informasi itu sendiri.

Sistem informasi yang terpadu (integrated) mempunyai daya
guna yang tinggi, jika dibandingkan dengan sistem informasi yang
terfragmentasi. Usaha untuk melakukan integrasi sistem yang ada di
dalam suatu organisasi menjadi satu sistem yang utuh merupakan
usaha yang berat dan harus dilakukan secara berkesinambungan.
Sinkronisasi antar sistem yang ada dalam sistem informasi itu,
merupakan prasyarat yang mutlak untuk mendapatkan sistem informasi
yang terpadu.

5.

Keberhasilan pengembangan sistem informasi sangat bergantung pada
strategi yang dipilih untuk pengembangan sistem tersebut.
Strategi yang dipilih untuk melakukan pengembangan sistem
sangat bergantung pada besar kecilnya cakupan dan kompleksitas dari
sistem informasi tersebut. Dan ketidaktepatan dalam melakukan
prediksi keadaan di masa mendatang, merupakan salah satu penyebab
kegagalan implementasi dan operasionalisasi sistem informasi.

6.

Pengembangan sistem informasi organisasi harus menggunakan
pendekatan fungsi dan dilakukan secara menyeluruh.
Pengembangan sistem informasi harus dilakukan dengan
menggunakan pendekatan struktur organisasi dan pada umumnya
mereka mengalami kegagalan, karena struktur organisasi sering kali
kurang mencerminkan semua fungsi yang ada di dalam organisasi.
Sebagai pengembang, sistem informasi hanya bertanggung jawab
dalam mengintegrasikan fungsi-fungsi dan sistem yang ada di dalam
organisasi tersebut menjadi satu. Pemetaan fungsi-fungsi dan sistem ke
dalam unit-unit struktural yang ada di dalam organisasi adalah
wewenang dan tanggung jawab dari pimpinan organisasi. Adapun
penyusunan rancang bangun atau design sistem informasi harus
dilakukan secara menyeluruh, sedangkan dalam pembuatan aplikasi
bisa dilakukan secara sektoral atau segmental menurut prioritas dan
ketersediaan dana.

Pengembangan dan penguatan sistem informasi kesehatan
dilakukan dengan memperhatikan prinsip-prinsip sebagai berikut :


Pemanfaatan teknologi informasi dan komunikasi.
Pemanfaatan TIK diperlukan untuk mendukung sistem
informasi dalam proses pencatatan data agar dapat
meningkatkan akurasi data dan kecepatan dalam
penyediaan data untuk diseminasi informasi dan untuk
meningkatkan efisiensi dalam proses kerja serta
memperkuat transparansi.



Keamanan dan kerahasiaan data.
Sistem informasi yang dikembangkan dapat
menjamin keamanan dan kerahasiaan data.

Agar sistem informasi kesehatan terstandar perlu
menyediakan pedoman nasional untuk pengembangan
dan pemanfaatan TIK.

Sistem informasi kesehatan yang dikembangkan
dapat mengintegrasikan berbagai macam sumber data,
termasuk pula dalam pemanfaatan TIK.


Kemudahan akses.
Data dan informasi yang tersedia mudah diakses
oleh semua pemangku kepentingan.

Data dan informasi yang dikumpulkan harus
dapat ditelusuri lebih dalam secara individual dan
aggregate, sehingga dapat menggambarkan perbedaan
gender, status sosial ekonomi dan wilayah geografi.



7.

Etika, integritas dan kualitas.

Informasi telah menjadi aset organisasi.
Dalam konsep manajemen modern, informasi telah menjadi
salah satu aset dari suatu organisasi, selain uang, SDM, sarana dan
prasarana. Penggunaan informasi internal dan eksternal organisasi
merupakan salah satu keunggulan kompetitif, hal tersebut karena
keberadaan informasi menentukan kelancaran dan kualitas proses
kerja, dan menjadi ukuran kinerja organisasi atau perusahaan, serta
menjadi acuan yang pada akhirnya menentukan kedudukan atau
peringkat organisasi tersebut dalam persaingan lokal maupun global.

Adapun yang dimaksud dengan Informasi kesehatan disini
adalah informasi yang terdiri dari :

1.Informasi upaya kesehatan.

Untuk informasi ini paling sedikit harus memuat
mengenai

informasi

penyelenggaraan

pencegahan,

peningkatan, pengobatan dan pemulihan kesehatan dan
fasilitas pelayanan kesehatan

2.Informasi penelitian dan pengembangan kesehatan.

Informasi

harus

memuat

hasil

penelitian

dan

pengembangan kesehatan dan hak kekayaan intelektual
bidang kesehatan.

3.Informasi pembiayaan kesehatan.

Untuk informasi disini paling sedikit harus memuat
informasi mengenai sumber dana, pengalokasian dana dan
pembelanjaan.

4.Informasi sumber daya manusia kesehatan.

Informasi disini harus memuat :


jenis, jumlah, kompetensi, kewenangan dan pemerataan
sumber daya manusia kesehatan.



sumber daya untuk pengembangan dan pemberdayaan
sumber daya manusia kesehatan.



penyelenggaraan pengembangan dan pemberdayaan sumber
daya manusia kesehatan.

5.Informasi sediaan farmasi, alat kesehatan dan makanan.

Informasi ini paling sedikit harus memuat :


Jenis, bentuk, bahan, jumlah dan khasiat sediaan

farmasi.


Jenis, bentuk, jumlah, dan manfaat alat kesehatan.



Jenis dan kandungan makanan.

6.Informasi manajemen dan regulasi kesehatan.

Informasi ini paling sedikit harus memuat :


Perencanaan kesehatan.



Pembinaan dan pengawasan kesehatan, penelitian dan
pengembangan

kesehatan,

pembiayaan

kesehatan,

sumber daya manusia kesehatan, sediaan farmasi, alat
kesehatan, dan makanan, pemberdayaan masyarakat.


Kebijakan kesehatan dan



Produk hukum.

7.Informasi pemberdayaan masyarakat.

Meliputi informasi mengenai :


Jenis organisasi kemasyarakatan yang peduli kesehatan.



Hasil kegiatan pemberdayaan masyarakat bidang
kesehatan, termasuk penggerakan masyarakat.

8. Penjabaran sistem sampai ke aplikasi menggunakan struktur
hirarkis yang mudah dipahami.
Oleh karena penjabaran sistem informasi cukup luas
dan menimbulkan kesulitan, maka dalam penjabarannya
sering digunakan istilah :


sistem



subsistem



modul



submodul



dan aplikasi

Masing-masing

subsistem

dapat

terdiri

atas

beberapa modul, masing-masing modul dapat terdiri dari
beberapa submodul dan masing-masing submodul dapat
terdiri dari beberapa aplikasi sesuai dengan kebutuhan.
Struktur hirarki seperti ini sangat memudahkan dari segi
pemahaman maupun penamaan.

2.3

Tujuan sistem informasi kesehatan

Adapun dibentuknya pengaturan sistem informasi kesehatan itu bertujuan untuk :

1. Menjamin ketersediaan, kualitas dan akses terhadap informasi kesehatan yang
bernilai pengetahuan serta dapat dipertanggungjawabkan.

2. Memberdayakan peran serta masyarakat, termasuk organisasi profesi dalam
penyelenggaraan sistem informasi kesehatan.
3. Mewujudkan penyelenggaraan sistem informasi kesehatan dalam ruang lingkup
sistem kesehatan nasional yang berdaya guna dan berhasil guna terutama melalui
penguatan kerja sama, koordinasi, integrasi, dan sinkronisasi dalam mendukung
penyelenggaraan pembangunan kesehatan yang berkesinambungan.

Sistem informasi kesehatan di Indonesia wajib dikelola oleh :

1. Pemerintah pusat untuk ruang lingkup berskala nasional dalam ruang lingkup sistem
kesehatan nasional.
2. Pemerintah daerah provinsi untuk tingkat provinsi.
3. Pemerintah daerah kabupaten/kota untuk skala kabupaten/kota,
4. Fasilitas pelayanan kesehatan untuk pengelolaan sistem informasi kesehatan dengan
skala fasilitas pelayanan kesehatan.
Semua pengelola sistem informasi kesehatan juga diwajibkan untuk :


Memberikan data dan informasi kesehatan yang diminta oleh pengelola sistem
informasi kesehatan nasional, provinsi, dan/atau kabupaten/kota



Menyediakan akses pengiriman data dan informasi kesehatan kepada pengelola
sistem informasi kesehatan nasional, provinsi, dan/atau kabupaten/kota



Menyediakan akses pengambilan data dan informasi kesehatan bagi pengelola sister
informasi kesehatan nasional, provinsi, dan/atau kabupaten/kota



Menyediakan akses keterbukaan informasi kesehatan bagi masyarakat untuk
informasi kesehatan yang bersifat terbuka.
Pengelolaan sistem informasi kesehatan menimbulkan konsekuensi tanggung

jawab dalam pelaksanaannya. Jadi pemerintah bersama-sama dengan pemerintah daerah
dan fasilitas pelayanan kesehatan bertanggung jawab dalam pengembangan dan
pengelolaan sistem informasi kesehatan sesuai dengan tugas dan fungsi masing-masing.

Tanggung jawab yang harus dilaksanakan oleh pemerintah adalah menetapkan
standar dalam pengelolaan sistem informasi kesehatan, untuk mengatur efisiensi dan
efektivitas sistem informasi kesehatan dengan memanfaatkan teknologi informasi dan
komunikasi secara tepat.

Di samping itu, pemerintah, pemerintah daerah, dan pimpinan fasilitas
pelayanan kesehatan bertanggung jawab atas ketersediaan akses terhadap informasi
kesehatan dalam upaya meningkatkan derajat kesehatan masyarakat, serta bertanggung
jawab juga atas ketersediaan sumber daya untuk pengelolaan sistem informasi
kesehatan.

Tanggung jawab setiap institusi yang melaksanakan sistem informasi kesehatan
juga berkaitan dengan kewajiban untuk menjamin keandalan sistem yang digunakan,
kerahasiaan isi data yang dimiliki serta akses bagi pemilik data kesehatan. Serta
bertanggung jawab terhadap hal-hal yang berkaitan dengan kewajiban untuk
menyampaikan dan melaporkan informasi kesehatan untuk kepentingan pelayanan serta
kebijakan kesehatan termasuk dalam rangka pemberantasan penyakit.

Sistem informasi kesehatan harus dikelola secara berjenjang, terkoneksi, dan
terintegrasi serta didukung dengan kegiatan pemantauan, pengendalian dan evaluasi.
Dan pengelolaan sistem informasi kesehatan tersebut meliputi :


Perencanaan program



Pengorganisasian



Kerja sama dan koordinasi dalam unsur kesehatan sendiri dan melalui lintas
sektor, termasuk melalui jejaring global



Penguatan sumber daya



Pengelolaan data dan informasi kesehatan, meliputi kegiatan pencatatan,
pengumpulan, standarisasi, pengolahan, penyimpanan, penyebarluasan, dan
penggunaan



Pendayagunaan dan pengembangan sumber daya, meliputi perangkat keras,
perangkat lunak, sumber daya manusia dan pembiayaan



Pengoperasian sistem elektronik kesehatan



Pengembangan sistem informasi kesehatan



Pemantauan dan evaluasi



Pembinaan dan pengawasan
Informasi kesehatan diperlukan untuk menyelenggarakan upaya kesehatan yang

efisien dan efektif. Informasi tersebut digunakan untuk masukan dalam pengambilan
keputusan dalam setiap proses manajemen kesehatan, baik untuk manajemen pelayanan
kesehatan, institusi kesehatan, maupun program pembangunan kesehatan atau
manajemen wilayah.

Selain itu pemerintah juga memberi kemudahan kepada masyarakat untuk
mengakses informasi kesehatan, melalui penyelenggaraan sistem informasi kesehatan
dan lintas sektor. Sistem informasi kesehatan diselenggarakan berdasarkan asas
kepastian hukum, itikad baik, kemanfaatan, tata kelola yang baik, ketersediaan data,
ketepatan waktu, standarisasi, integrasi, keamanan dan kerahasiaan informasi , dan
netralitas teknologi.

Berkembangnya sistem informasi kesehatan sangat didukung oleh kemajuan
teknologi informasi dan komunikasi, yang signifikan memberi kontribusi bagi
implementasi sistem informasi secara lebih profesional, sehingga dapat meningkatkan
kualitas dan kecepatan proses kerja terutama di fasilitas pelayanan kesehatan dan
mengoptimalkan aliran data yang dapat meningkatkan ketersediaan data, kualitas data
dan informasi kesehatan dan yang terkait. Selain itu, pelayanan kesehatan juga tidak
dibatasi oleh jarak dan waktu, karena sejak tahun 1990-an, organisasi-organisasi
kesehatan sudah dihubungkan dengan jaringan sistem teknologi informasi secara global
dengan teknologi telekomunikasi melalui internet.

Untuk menertibkan dan menyinkronkan penyelenggaraan sistem informasi
kesehatan yang selama ini belum terintegrasi, maka diperlukan penguatan sistem
informasi kesehatan, lintas program, dan urusan secara berjenjang di pusat dan daerah
dan didukung dengan peraturan perundang-undangan.

Kegiatan pengelolaan sistem informasi kesehatan yang belum terintegrasi dan
terkoordinasi inilah yang menjadi salah satu masalah, selain tentunya overlapping
kegiatan dalam pengumpulan dan pengolahan data, karena masing-masing unit
mengumpulkan datanya sendiri-sendiri dengan berbagai instrumennya di setiap unit
kerja, baik di pusat dan di daerah, sehingga penyelenggaraan sistem informasi
kesehatan belum bisa dilakukan secara efisien dan efektif.

Karena suatu sistem informasi merupakan jiwa dari suatu institusi, maka sistem
informasi kesehatan merupakan jiwa dari institusi kesehatan. Jadi dengan kondisi sistem
informasi kesehatan yang kuat akan mampu mendukung upaya-upaya dari institusi
kesehatan. Penguatan sistem infomasi kesehatan secara tidak langsung akan turut pula
memperkuat sistem kesehatan nasional. Agar upaya penguatan dapat terarah, saling
terkait dan dengan langkah-langkah serta strategi yang jelas dan komprehensif, maka
disusunlah suatu roadmap rencana aksi penguatan sistem informasi kesehatan pada
tahun 2011-2014, yang merupakan rencana kerja jangka menengah yang komprehensif
dan melibatkan berbagai pemangku kepentingan dari sistem informasi kesehatan dalam
penerapannya.

Sampai saat ini sistem informasi kesehatan masih terfragmentasi dan belum
mampu menyediakan data dan informasi yang handal, sehingga sistem informasi
kesehatan masih belum menjadi alat pengelolaan pembangunan kesehatan yang efektif.
Untuk menyelenggarakan pengelolaan pembangunan kesehatan diperlukan komponen
yang dikelompokkan dalam tujuh subsistem, yaitu :

1. Upaya kesehatan.
2. Penelitian dan pengembangan kesehatan.
3. Pembiayaan kesehatan.
4. Sumber daya manusia kesehatan.
5. Sediaan farmasi, alat kesehatan, dan makanan.
6. Manajemen, informasi, dan regulasi kesehatan.
7. Pemberdayaan masyarakat.

Pembangunan kesehatan adalah upaya yang dilakukan oleh semua komponen
bangsa yang bertujuan untuk meningkatkan kesadaran, kemauan, dan kemampuan
hidup sehat bagi setiap orang agar terwujud derajat kesehatan masyarakat yang setinggitingginya dapat terwujud, sebagai investasi bagi pembangunan sumber daya manusia
yang produktif secara sosial dan ekonomi.

Pembangunan kesehatan juga menuntut adanya dukungan sumber daya yang
cukup serta arah kebijakan dan strategi pembangunan kesehatan yang tepat. Data dan
informasi adalah sumber daya yang sangat strategis dalam pengelolaan pembangunan
kesehatan, yaitu pada proses manajemen, pengambilan keputusan, kepemerintahan dan
penerapan akuntabilitas. Namun, pembuat kebijakan sering kali mengalami kesulitan
dalam hal mengambil keputusan yang tepat dan cepat, hal ini dikarenakan keterbatasan
atau ketidaktersediaan data dan informasi yang akurat, cepat dan tepat. Karena itulah,
dengan adanya perkembangan teknologi informasi dan komunikasi yang pesat saat ini,
dapat

dimanfaatkan

untuk

meningkatkan

pengelolaan

dan

penyelenggaraan

pembangunan kesehatan.

2.4 Kondisi Sistem Informasi Kesehatan di Indonesia

Saat ini kebutuhan data informasi yang akurat makin meningkat, namun sistem
informasi masih belum menghasilkan data yang akurat, lengkap, dan tepat waktu.
Masalah yang dihadapi sistem informasi kesehatan saat ini, terutama belum adanya
persepsi yang sama diantara penyelenggara kesehatan terutama penyelenggara sistem
informasi kesehatan terhadap sistem informasi kesehatan. Penyelenggaraan sistem
informasi kesehatan masih belum efisien, terjadi redundant data dan duplikasi kegiatan,
dan kualitas data yang dikumpulkan masih rendah, bahkan ada yang tidak sesuai dengan
kebutuhan, ketepatan waktu juga masih rendah, sistem umpan balik tidak optimal,
pemanfaatan data informasi di tingkat daerah untuk advokasi, perencanaan program,
monitoring dan manajemen masih rendah serta tidak efisiennya penggunaan sumber
daya, juga pengelolaan data informasi belum terintegrasi dan terkoordinasi dengan baik.
Masalah inilah yang sedang dihadapi sistem informasi kesehatan dan perlu dilakukan
upaya penguatan dan perbaikan.

2.5

Sistem Informasi Kesehatan Nasional

Sistem Informasi Kesehatan (SIK)
prosedur

adalah gabungan antara perangkat, dan

yang digunakan untuk mengelola siklus informasi secara sistematis untuk

mendukung pelaksanaan manajemen kesehatan yang terpadu dan menyeluruh dalam
kerangka pelayanan kesehatan kepada masyarakat.
Dalam literature lain menyebutkan bahwa SIK adalah suatu sistem pengelolaan
data dan informasi kesehatan di semua tingkt pemerintahan secara sistematis dan
terintegrasi untuk mendukung manajemen kesehatan dalam rangka peningkatan
pelayanan kesehatan kepada masyarakat.
Informasi kesehatan selalu diperlukan dalam pembuatan program kesehatan
mulai dari analisis situasi, penentuan prioritas, pembuatan alternatif solusi,
pengembangan program, pelaksanaan dan pemantauan hingga proses evaluasi terhadap
pelaksanaan program-program kesehatan.
Subsistem dalam system informasi kesehatan secara umum meliputi:
1.

Surveilans epidemiologis (untuk penyakit menular dan tidak menular,
kondisi lingkungan dan faktor risiko)

2.

Pelaporan rutin dari puskesmas, rumah sakit, laboratorium kesehatan
daerah, gudang farmasi, praktek swasta

3.

Pelaporan program khusus, seperti: TB, lepra, malaria, KIA,
imunisasi, HIV/AIDS, yang biasanya bersifat vertical

4.

Sistem administratif, meliputi system pembiayaan, keuangan, system
kepeawaian, obat dan logistic, program pelatihan, penelitian dan lainlain

5.

Pencatatan vital, baik kelahiran, kematian maupun migrasi

Adapun Peraturan perundang-undangan yang menyebutkan sistem informasi
kesehatan adalah:
1.

Kepmenkes Nomor 004/Menkes/SK/I/2003 tentang kebijakan dan
strategi desentralisasi bidang kesehatan. Desentralisasi pelayanan
publik merupakan salah satu langkah strategis yang cukup populer
dianut oleh negara-negara di Eropa Timur dalam rangka mendukung

terciptanya good governance. Salah satu motivasi utama diterapkan
kebijaksanaan ini adalah bahwa pemerintahan dengan sistem
perencanaan yang sentralistik seperti yang telah dianut sebelumnya
terbukti tidak mampu mendorong terciptanya suasana yang kondusif
bagi partisipasi aktif masyarakat dalam melakukan pembangunan.
Tumbuhnya kesadaran akan berbagai kelemahan dan hambatan yang
dihadapi dalam kaitannya dengan struktur pemerintahan yang
sentralistik telah mendorong dipromosikannya pelaksanaan strategi
desentralisasi.
2.

Kepmenkes Nomor 932/Menkes/SK/VIII/2002 tentang petunjuk
pelaksanaan pengembangan sistem laporan informasi kesehatan
kabupaten/kota. Salah satu yang menyebabkan kurang berhasilnya
Sistem Informasi Kesehatan dalam mendukung upaya- upaya
kesehatan adalah karena SIK tersebut dibangun secara terlepas dari
sistem kesehatan.SIK dikembangkan terutama untuk mendukung
manajemen kesehatan. Pendekatan sentralistis di waktu lampau juga
menyebabkan tidak berkembangnya manajemen kesehatan di unit-unit
kesehatan di daerah

Teknologi informasi memberi berbagai kemudahan dalam proses manajemen di
segala bidang. Dengan teknologi informasi, data dan informasi dapat diolah dan
didistribusikan secara lebih mudah, cepat, akurat dan fleksibel. Hal ini mendorong
semakin dibutuhkannya pemanfaatan teknologi informasi dalam berbagai kegiatan.
Visi Departemen Kesehatan pada tahun 2010, menetapkan Indonesia sehat
dengan ditandai penduduknya yang hidup sehat dalam lingkungan yang sehat,
berperilaku sehat, dan mampu menjangkau pelayanan kesehatan yang bermutu yang
disediakan oleh pemerintah dan/atau masyarakat sendiri, serta ditandai adanya peran
serta masyarakat dan berbagai sektor pemerintah dalam upaya meningkatkan kesehatan.
Infrastruktur pelayanan kesehatan dibangun mulai dari tingkat nasional, provinsi,
kabupaten dan seluruh pelosok. Setiap jenjang memiliki sistem kesehatan yang saling
terkait, sehingga jaringan sistem pelayanan kesehatan itu memerlukan sistem informasi
yang saling mendukung dan terkait. Setiap kegiatan dan program kesehatan yang
dilaksanakan dan dirasakan oleh masyarakat dapat diketahui, dipahami dan diantisipasi
serta dikelola dengan sebaik-baiknya.

Departemen Kesehatan telah membangun sistem informasi kesehatan yang
disebut SIKNAS (sistem informasi kesehatan nasional) yang melingkupi sistem
informasi kesehatan mulai dari kabupaten sampai ke pusat. Sistem yang dibangun
adalah sistem informasi kesehatan yang terintegrasi, baik di dalam sektor kesehatan,
dan di luar sektor kesehatan, yaitu dengan sistem jaringan informasi pemerintah daerah
dan jaringan informasi di pusat.

Jaringan sistem informasi kesehatan nasional adalah sebuah koneksi jaringan
virtual sistem informasi kesehatan elektronik yang dikelola oleh Kementerian
Kesehatan dan hanya bisa diakses bila telah dihubungkan. Jaringan sistem informasi
kesehatan merupakan infrastruktur jaringan komunikasi data terintegrasi dengan
menggunakan wide area network (WAN), jaringan telekomunikasi yang mencakup area
yang luas serta digunakan untuk mengirim data jarak jauh antara local area network
(LAN) yang berbeda, dan arsitektur jaringan lokal komputer lainnya.

Untuk

penguatan

sistem

informasi

kesehatan,

dilakukan

dengan

mengembangkan model sistem informasi kesehatan nasional yaitu sistem informasi
kesehatan yang terintegrasi, yang menyediakan mekanisme saling hubung antar sub
sistem informasi dengan berbagai cara yang sesuai, sehingga data dari satu sistem
secara rutin dapat mengalir, menuju atau diambil oleh satu atau lebih sistem yang lain.

Model sistem informasi kesehatan yang terintegrasi terdiri dari 7 komponen
yang saling terhubung dan saling terkait, yaitu :

1.

Sumber data manual.
Merupakan kegiatan pengumpulan data dari sumber data yang
masih dilakukan secara manual atau secara komputerisasi offline.
Model sistem informasi kesehatan nasional yang memanfaatkan
kemajuan teknologi informasi dan komunikasi masih tetap dapat
menampung sistem informasi kesehatan manual untuk fasilitas
kesehatan yang masih mempunyai keterbatasan infrastruktur.

2.

Sumber data komputerisasi.
Merupakan kegiatan pengumpulan data dari sumber data yang
sudah dilakukan secara komputerisasi online. Pada fasilitas pelayanan
kesehatan dengan komputerisasi online, data individual langsung
dikirim ke Bank Data Kesehatan Nasional dalam format yang telah
ditentukan. Selain itu juga dikembangkan program mobile health
(mHealth) yang dapat langsung terhubung dengan sistem informasi
puskesmas.

3.

Sistem informasi dinas kesehatan.
Merupakan sistem informasi kesehatan yang dikelola oleh
dinas kesehatan baik kabupaten/kota dan provinsi. Laporan yang
masuk ke dinas kesehatan kabupaten/kota dari semua fasilitas
kesehatan dapat berupa laporan softcopy dan laporan hardcopy.

4.

Sistem informasi pemangku kepentingan.
Merupakan sistem informasi yang dikelola oleh pemangku
kepentingan terkait kesehatan. Mekanisme pertukaran data terkait
kesehatan dengan pemangku kepentingan di semua lingkungan
dilakukan dengan mekanisme yang disepakati.

5.

Bank data kesehatan nasional.
Mencakup semua data kesehatan dari sumber data (fasilitas
kesehatan). Oleh karena itu di unit-unit program tidak perlu lagi
melakukan pengumpulan data langung ke sumber data.

6.

Penggunaan data oleh kementerian kesehatan.
Data kesehatan yang sudah diterima di bank data kesehatan
nasional dapat dimanfaatkan oleh semua unit-unit program di
Kementerian Kesehatan dan UPT-nya serta dinas kesehatan dan
UPT/D-nya.

7.

Pengguna data.
Semua pemangku kepentingan yang tidak/belum memiliki
sistem informasi sendiri serta masyarakat yang membutuhkan
informasi kesehatan dapat mengakses informasi yang diperlukan dari
bank data kesehatan nasional melalui website Kementerian Kesehatan.

Dengan sistem informasi kesehatan yang terintegrasi berbasis elektronik, akan
meringankan beban pencatatan dan pelaporan petugas kesehatan di lapangan. Serta data
entri hanya perlu dilakukan satu kali, data yang sama akan disimpan secara elektronik,
dikirim dan diolah. Fasilitas pelayanan kesehatan milik pemerintah dan swasta wajib
menyampaikan laporan sesuai standar dataset minimal dengan jadwal yang telah
ditentukan.

2.6

Kebijakan Sistem Informasi Kesehatan

Untuk mencapai visi sistem informasi kesehatan yang terarah, yang mampu
mendukung proses pembangunan kesehatan menuju masyarakat sehat yang mandiri dan
berkeadilan, maka dilakukan kebijakan-kebijakan diantaranya :


Pengembangan kebijakan dan standar dilaksanakan dalam rangka mewujudkan
sistem informasi kesehatan yang terintegrasi.



Pengembangan dan penyelenggaraan sistem informasi kesehatan dilakukan
dengan melibatkan seluruh pemangku kepentingan termasuk lintas sektor dan
masyarakat.
Pengembangan sistem informasi kesehatan dilakukan melalui kegiatan

perencanaan sistsem, analisis sistem, perancangan sistem, pengembangan perangkat
lunak, penyediaan perangkat keras, uji coba sistem, implementasi sistem, serta
pemeliharaan dan evaluasi sistem. Dan pengembangan sistem informasi kesehatan
tersebut dilakukan berdasarkan hasil pengkajian dan penelitian.


Penetapan kebijakan dan standar sistem informasi kesehatan dilakukan dalam
kerangka desentralisasi di bidang kesehatan.



Penataan sumber data dan penguatan manajemen sistem informasi kesehatan
pada semua tingkat sistem kesehatan dititik beratkan pada ketersediaan standar
operasional yang jelas, pengembangan dan penguatan kapasitas SDM dan
pemanfaatan TIK, serta penguatan advokasi bagi pemenuhan anggaran.



Pengembangan SDM pengelola data dan informasi kesehatan dilaksanakan
dengan menjalin kerjasama dengan perguruan tinggi dan lintas sektor terkait serta
terpadu dengan pengembangan SDM kesehatan lainnya.



Peningkatan penyelenggaraan sistem pengumpulan, penyimpanan, diseminasi
dan pemanfaatan data/informasi dalam kerangka kebijakan manajemen data satu
pintu.



Pengembangan Bank Data Kesehatan harus memenuhi berbagai kebutuhan dari
pemangku-pemangku kepentingan dan dapat diakses dengan mudah, serta
memperhatikan prinsip-prinsip kerahasiaan dan etika yang berlaku di bidang
kesehatan dan kedokteran.



Peningkatan kerjasama lintas program dan lintas sektor untuk meningkatkan
statistik vital melalui upaya penyelenggaraan registrasi vital di seluruh wilayah
Indonesia dan upaya inisiatif lainnya.



Peningkatan inisiatif penerapan eHealth untuk meningkatkan kualitas pelayanan
kesehatan dan meningkatkan proses kerja yang efektif dan efisien.

Yang dimaksud dengan eHealth adalah pemanfaatan teknologi informatika dan
komunikasi di sector kesehatan terutama untuk meningkatkan pelayanan kesehatan.


Peningkatan budaya penggunaan data melalui advokasi terhadap pimpinan di
semua tingkat dan pemanfaatan forum-forum informatika kesehatan yang ada.



Peningkatan penggunaan solusi-solusi mHealth dan telemedicine untuk
mengatasi masalah infrastruktur, komunikasi dan sumber daya manusia.

2.7 Masalah Sistem Informasi Kesehatan
Melihat Sistem Informasi Kesehatan yang ada di Indonesia, maka kita bisa
menilai bahwa penerapannya masih cukup kurang. Khususnya untuk Surveilans yang
berfungsi untuk menggambarkan segala situasi yang ada khususnya perkembangan
penyakit sehingga berpengaruh terhadap derajat kesehatan setiap individu di dalam
populasi yang ada.
Sebagai contoh misal gambaran Sistem Informasi Pada Dinas Kesehatan
Kabupaten Kutai Timur, Propinsi Kalimantan. Timbul berbagai permasalahan tetrkait
penerapan Sistem Informasi kesehatan, disana digambarkan bahwa masih ditemukannya
beberapa puskesmas yang tidak sesuai dalam proses pencatatan dan pendataan. Terbukti
dengan masih adanya 5 Puskesmas yang tidak menggunakan komputer dari 19
Puskesmas yang ada.
Tidak hanya masalah tersebut saja, yang menjadi penghambat atas penerapan
SIK (Sistem Informasi Kesehatan) di Dinas Kesehatan Kabupaten Kutai Timur,
Propinsi Kalimantan. Melainkan masih banyak sekali masalah yang timbul, yaitu :
a) Untuk mengakses data sulit karena terpisah antara program.
b) Adanya perbedaan data antar bagian dengan data yang sama, misalnya jumlah
bayi.
c) Sulitnya menyatukan data karena format laporan yang berbeda-beda.
d) Adanya pengambilan data yang sama berulang-ulang dengan format yang
berbeda-beda dari masing-masing bagian.
e) Waktu untuk mengumpulkan data lebih lama, sehingga pengolahan dan analisis
data sering terlambat.

f) Pimpinan sulit mengambil keputusan dengan cepat dan akurat karena data
berbeda dan keterlambatan laporan.
Jadi, apabila melihat dari penjabaran di atas maka bisa disimpulkan bahwa
faktor-faktor yang sering menghambat SIK (Sistem Informasi Kesehatan) yang bersifat
daerah (SIKDA) maupun nasional (SIKNAS) berdasarkan gambaran di Dinas
Kesehatan Kabupaten Kutai
Timur, Propinsi Kalimantan adalah faktor geografis (tempat dan lokasi),human
resources medical atau tenaga kesehatan, infrastruktur pendukung (komputer, software,
dan lain-lain), dan kebijakan mengenai SIKDA (Sistem Informasi Kesehatan Daerah)
maupun SIKNAS (Sistem Informasi Kesehatan Nasional).
2.8 Kendala Sistem Informasi Kesehatan
Sistem Informasi Kesehatan (SIK) di Indonesia belum berjalan secara optimal.
SIK sebagai bagian fungsional dari Sistem kesehatan yang komprehensif belum mampu
berperan dalam memberikan informasi yang diperlukan dalam proses pengambilan
keputusan di berbagai tingkat Sistem Kesehatan, mulai dari Puskesmas di Tingkat
Kecamatan sampai dengan Kementrian Kesehatan di Tingkat Pusat. Hal tersebut
disebabkan karena Informasi kesehatan saat ini masih terfragmentasi, belum dapat
diakses dengan cepat, tepat, setiap saat dan belum teruji keakuratan dan validitasnya.
Padahal informasi tersebut sangat penting dan diperlukan keberadaannya dalam
menentukan arah kebijakan dan strategi perencanaan dan pelaksanaan pembangunan
kesehatan nasional.
Pengambilan keputusan dan penentuan kebijakan masih belum didukung oleh
data yang kuat, Pengelolaan sistem informasi yang baik dapat mendukung tersedianya
data dan informasi kesehatan yang valid yang dapat mendukung dalam penentuan
kebijakan pembangunan kesehatan di berbagai bidang seperti yang tercantum dibawah
ini:
i. Peningkatan jumlah, jaringan dan kualitas sarana dan prasarana pelayanan
kesehatan dasar dan rujukan, terutama pada daerah dengan aksesibilitas relatif
rendah.
ii. Perbaikan dan penanggulangan gizi masyarakat dengan fokus utama pada ibu
hamil dan anak hingga usia 2 tahun.

iii. Pengendalian penyakit menular, terutama TB, malaria, HIV/AIDS, DBD dan
diare

serta

penyakit

zoonotik,

seperti

kusta,

frambusia,

filariasis,

schistosomiasis.
iv. Pembiayaan dan efisiensi penggunaan anggaran kesehatan, serta pengembangan
jaminan pelayanan kesehatan
v. Peningkatan jumlah, jenis, mutu dan penyebaran tenaga kesehatan untuk
pemenuhan kebutuhan nasional serta antisipasi persaingan global yang didukung
oleh sistem perencanaan dan pengembangan SDM kesehatan secara sistematis
dan didukung oleh peraturan perundangan.
vi. Peningkatan ketersediaan, keterjangkauan, mutu, dan penggunaan obat,
vii. Manajemen kesehatan dan pengembangan di bidang hukum dan administrasi
kesehatan, penelitian dan pengembangan kesehatan, penapisan teknologi
kesehatan dan pengembangan sistem informasi kesehatan
viii. Peningkatan promosi kesehatan dan pemberdayaan masyarakat.
Pengembangan sistem informasi kesehatan daerah merupakan tanggung jawab
pemerintah daerah. Namun dikarenakan kebijakan dan standar pelayanan bidang
kesehatan masing- masing pemerintah daerah berbeda-beda, maka sistem informasi
kesehatan yang dibangun pun berbeda pula. Perbedaan tersebut menimbulkan berbagai
permasalahan dalam pengelolaan Sistem Informasi Kesehatan Nasional (SIKNAS)
secara umum, diantaranya :
a. Akurasi data tidak terjamin
b. Kontrol dan verifikasi data tidak terlaksana dengan baik.
c. Ketidakseragaman data dan informasi yang diperoleh.
d. Adanya

keterlambatan

dalam

proses

pengiriman

laporan

kegiatan

puskesmas/rumah sakit/pelaksana kesehatan lainnya, baik itu ke Dinas
Kesehatan maupun ke Kementrian Kesehatan sehingga informasi yang diterima
sudah tidak up to date lagi.
e. Proses integrasi data dari berbagai puskesmas/rumah sakit/pelaksana kesehatan
lainnya sulit dilakukan karena perbedaaan tipe data dan format pelaporan.
f. Informasi yang diperoleh tidak lengkap dan tidak sesuai dengan kebutuhan
manajemen di tingkat Kabupaten/Kota, Propinsi maupun di tingkat Kementrian
Kesehatan.
g. file data tersimpan secara terpisah,

h. proses data dilakukan secara manual dan komputer sehingga menyebabkan tidak
mudah dalam akses, informasi yang dihasilkan lambat dan tidak lengkap.
Selain itu Puskesmas sebagai pelaksana kesehatan terendah, mengalami kesulitan
dalam melakukan pelaporan, dengan banyaknya laporan yang harus dibuat berdasarkan
permintaan dari berbagai program di Kementrian Kesehatan, dimana data antara satu
laporan dari satu program dengan laporan lain dari program lainnya memiliki dataset
yang hampir sama, sedangkan aplikasi untuk membuat berbagai laporan tersebut
berbeda-beda. Sehingga menimbulkan tumpang tindih dalam pengerjaannya, yang
menghabiskan banyak sumberdaya dan waktu dari petugas puskesmas.
Melihat berbagai kondisi diatas maka dibutuhkan suatu Sistem Informasi Kesehatan
untuk digunakan di daerah (Puskesmas dan Dinas Kesehatan) yang sesuai dan dapat
memenuhi kebutuhan berbagai pihak, mulai dari tingkat Puskesmas hingga ke
Kementrian Kesehatan dengan standar minimum atau disebut Sistem Informasi
Kesehatan Daerah Generik (SIKDA Generik).
Sistem informasi kesehatan yang mampu menampilkan informasi secara cepat,
akurat dan terkini sesuai dengan kebutuhan berbagai pihak dalam pengambilan
keputusan manajemen.

BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa sistem informasi kesehatan merupakan
sebuah sarana sebagai penunjang pelayanan kesehatan yang diberikan kepada masyarakat.
Sistem informasi kesehatan yang efektif memberikan dukungan informasi bagi proses
pengambilan keputusan disemua jenjang, bahkan di puskesmas atau rumah sakit kecil
sekalipun. Bukan hanya data, namun juga informasi yang lengkap, tepat, akurat, dan
cepat yang dapat disajikan dengan adanya sistem informasi kesehatan yang tertata dan
terlaksana dengan baik.
3.2 Saran
Penggunaan terhadap sistem informasi kesehatan harus lebih disosialisasikan lagi
agar tidak hanya rumah sakit dan puskemas besar saja yang bisa menggunakan sistem
informasi ini tetapi tempat – tempat kesehatan seperti pustu, posyandu dan tempat-tempat
kesehatan lainnya agar bisa menggunakan sistem informasi ini. Agar semua jaringan data
maupun informasi terkoneksi dengan baik hingga ke pusat, sehingga data menjadi valid.

DAFTAR PUSTAKA

Abdul Kadir, Pengenalan Sistem Informasi, Penerbit Andi, Yogyakarta, 2003.
Adikoesoemo. 2003.manajemen rumah sakit Jakarta : pustaka Sinar Harapan
Andri Kristanto, Perancangan Sistem Informasi dan Aplikasinya , Penerbit Gava Media,
Yogyakarta, 2003.
Greef, Judith A. 1996.komunikasi kesehatan dan perubahan perilaku.Djokjakarta: Gadjah
Mada University Press.
Jogiyanto H.M., Akt., Ph.D., Analisis Analisis dan Desain Sistem Informasi, Penerbit Andi,
Yogyakarta, 2005.
Notoatmojo, Soekidjo. 1997. Ilmu Kesehatan Masyarakat. Jakarta : Rineka Cipta.
Muninjaya, Gde AA, 2004. Manajemen Kesehatan,ed.2. Jakarta : EGC
Witarto, Memahami Sistem Informasi, Penerbit Informatika, 2004.
http://elib.unikom.ac.id/files/disk1/525/jbptunikompp-gdl-tikatrisna-26206-6-unikom_t-2.pdf
http://fseptian.mhs.uksw.edu/2012/11/sistem-informasi-kesehatan.html
http://kunang.com/sistem-informasi-puskesmas-simpus/
http://thesimplehealthy.wordpress.com/2014/03/25/definisi-sehat-menurut-para-ahli/
http://www.slideshare.net/zinzendorf/sistem-informasi-kesehatan