PERKEMBANGAN GLOBALISASI TERHADAP SISTEM PERKEMBANGAN GLOBALISASI TERHADAP SISTEM

PERKEMBANGAN GLOBALISASI TERHADAP SISTEM POLITIK
DEMOKRASI:
PROSES DEMOKRASI DI NEGARA BERKEMBANG
Hardianto Hawing1

PENDAHULUAN
Salah satu topik pembicaraan yang menghiasi perdebatan-perdebatan
mutakhir dalam jaga raya negara-negara di dunia adalah Globalisasi dan ruang
lingkupnya. Sebuah perkembangan dalam tatanan sejarah, globalisasi merupakan
konsep yang dapat dikatakan paling berpengaruh dalam pergumulan bangsa
negara era modern sekarang ini. Hampir semua sisi kehidupan masyarakat terkena
dampak dari konsep tersebut, perilaku sosial, kesejahteraan, dinamika politik, dll.
Perdebatan yang muncul berkaitan hubungan globalisasi dan demokrasi
bermuara pada dua persoalan yang bertolak belakang. Pendapat pertama
mengatakan bahwa globalisasi mengancam demokrasi. Sebaliknya, pendapat
kedua menyatakan bahwa globalisasi mengembangkan demokrasi. Untuk
mengukur hal itu tergantung pada seberapa besar ruang gerak yang diberikan
globalisasi kepada demokrasi. Globalisasi akan dianggap sebagai pendorong atau
penghambat demokrasi tergantung pada apakah globalisasi mendorong terciptanya
otonomi dan kesetaraan yang lebih luas diantara individu-individu dan masyarakat
tatanan kehidupan bernegara.

Konsep globalisasi mulai banyak dibicarakan sejak era tahun 1980-an telah
menimbulkan dampak besar terhadap seluruh dimensi kehidupan manusia. Dalam
konteks politik dinegara-negara berkembang, globalisasi telah mentransformasi
kekuasaan politik negara modern dan warga negara. Terdapat beberapa ilmuan
menyatakan bahwa globalisasi pasar bebas akan mendorong demokratisasi politik
seperti Anthony Giddens, David Held, Francis Fukuyama. Dalam sejarah, sistem
demokrasi mencatat kemenangan historis atas sistem lainnya dalam menjalankan
1 Lulusan Pascasarjana Ilmu politik dan Pemerintahan UGM

1

roda pemerintahan. Globalisasi dan kesejahteraan negara merupakan faktor yang
mernberi warna dalam mendorong demokratisasi dewasa ini.
Pada khakekatnya tujuan utama demokrasi adalah dapat menghadirkan
kesejahteraan dan kemandirian suatu bangsa. Disaat yang sama, globalisasi hadir
dengan agenda utama liberalisasi dan perdagangan bebas. Globalisasi dengan
pasar bebasnya akan memberikan ruang kegiatan ekonomi yang lebih luas dan
kompotitip. Silsilah kedua sistem ini lebih memberikan suatu harapan akan
tumbuhnya perekonomian baru suatu negara menjadi lebih baik, serta
meningkatkan hak-hak individu. Olehnya itu, demokrasi akan berkembang lebih

baik jika menganut paham kebebasan dalam bernegara. Sehingga dengan
pandangan ini, globalisasi memberikan harapan bahwa demokrasi akan dapat
bersinergi pasitif dengan kapitalisme sebagai ekses-ekses dari globalisasi dalam
lingkup kesejahteraan negara bangsa.
Ditengah era multidimensi, globalisasi diyakini sebagai pendorong
gelombang demokratisasi dunia sekarang ini, meskipun di sisi lain ada yang
berpandangan bahwa imbas ekonomi-politik dari globalisasi justru mengancam
masa depan demokrasi. Terjadinya dinamika dalam struktur ekonomi-politik
global negara-negara berkembang tidak lepas dari pengaruh globalisasi. Pengaruh
globalisasi ini berdampak pada negara-negara bahwa, negara tidak lagi menjadi
aktor tunggal dalam ekonomi-politik internasional. Perannya telah digantikan oleh
aktor-aktor baru yang bernaung di bawah bendera lembaga-lembaga internasional,
perusahaan-perusahaan multinasional, maupun negara-negara yang menganut
paham sistem keterbukaan.
Perubahan-perubahan besar yang terjadi dengan menguatnya globalisasi dan
kapitalisme membawa pergeseran penting bagi gelombang “demokratisasi” di
seluruh dunia menegaskan bahwa demokrasi adalah the only game in town.
Menjadikan demokrasi sebagai sebuah agenda baru bagi setiap negara
berkembang, hari ini dan di masa depan. Dengan melihat globalisasi terhadap
perkembangan demokrasi sekarang ini dinegara-negara berkembang, menjadi

menarik untuk mendiskusikan bagaimana hubungan globalisasi dan demokrasi di
era sekarang. Sehingga benang merah yang lahir dalam kerangka konsep tersebut

2

adalah: bagaimana perkembangan globalisasi berpengruh terhadap proses
demokrasi? Jawaban terhadap pertanyaan ini banyak mengandung interpretasi
yang beragam, dan masing-masing penafsir mempunyai argumentasi berbeda
yang mengandung nilai kebenaran.
GLOBALISASI DAN DEMOKRASI
Struktur ekonomi politik global sekarang ini telah mengalami banyak
perubahan. Negara bangsa, dalam konteks ini, tidak lagi menjadi aktor tunggal
dalam ekonomi politik Internasional. Bahkan, di era globalisasi sekarang ini,
diskusi mengenai negara bangsa telah menjadi usang karena perannya digantikan
oleh lembaga-lembaga internasional dan negara-negara kawasan. Oleh karena itu,
demokrasi konvensional sebagaimana sering dipahami tidak lagi memadai. Hal
ini karena konsep demokrasi seperti adanya lembaga-lembaga perwakilan,
pemilihan umum yang bebas dan adil, serta partisipasi warga negara, pada
dasarnya ditujukan dalam kerangka negara teritorial yang berdaulat sehingga
ketika struktur ekonomi politik internasional mengalami perubahan, menurut garis

pemikiran kaum globalis, demokrasi konvensional tidak lagi memadai. Dengan
kata lain, diperlukan suatu definisi baru mengenai demokrasi. Dengan adanya
kebebasan, mendorong lembaga-lembaga internasional yang sangat berpengaruh
seperti WTO, IMF, dan Bank Dunia di luar negara bangsa untuk mempengaruhi
negara-negara dibelahan dunia. Bahkan, dalam kasus tertentu, lembaga-lembaga
ini mempunyai kekuatan pemaksa yang sangat kuat terutama bagi negara-negara
yang mengalami krisis ekonomi.
Era globalisasi adalah era dimana proses transformasi informasi antara
negara di dunia dilakukan untuk mewujudkan penyatuan negara-negara dunia
dalam ruang lingkup yang tanpa batas. Era globalisasi juga menandai tak
terbatasnya suatu negara atau lembaga internasional untuk melakukan semacam
ekspansi ekonomi,social budaya, pendidikan, dan perdagangan terhadap suatu
negara. Keterkaitan dan ketergantungan antar bangsa dan antar manusia di seluruh
dunia merupakan bagian dari inti globalisasi. Globalisasi dimaknai dengan suatu
proses di mana antar individu, antar kelompok, dan antar negara saling
3

berinteraksi, bergantung, terkait, dan memengaruhi satu sama lain yang melintasi
batas negara.
Dalam banyak hal, globalisasi mempunyai banyak karakteristik yang sama

dengan internasionalisasi sehingga

kedua

istilah

ini

sering

dipertukarkan.

Sebagian pihak sering menggunakan istilah globalisasi yang dikaitkan dengan
berkurangnya peran negara atau batas-batas negara. Globalisasi dapat dipahami
sebagai perubahan-perubahan dalam mencakup semua bidang terutama bidang
ekonomi dan sosial yang berkombinasi dengan pembentukan kesalinghubungan
regional dan global yang unik, yang lebih ekstensif dan intensif dibandingkan
dengan periode sebelumnya, yang menantang dan membentuk kembali komunitas
politik, dan secara spesifik, negara modern. 2 Dalam perkembangannya,
perubahan-perubahan


dalam

tatanan

global

ini

melibatkan

sejumlah

perkembangan yang dapat dipikirkan sebagai sesuatu yang mendalam, terjadi di
waktu sekarang dan akan datang, dan melibatkan suatu transformasi struktural
yang melintasi.
Pada akhirnya, semua gerak perubahan tersebut mempunyai implikasi
terhadap kapasitas negara dalam melakukan regulasi. Negara-negara bangsa tidak
lagi otonom dalam melakukan pengambilan keputusan tanpa memerhatikan aktoraktor lain di luar dirinya, baik dalam konteks nasional, regional, dan bahkan
global. Dalam kaitan ini, globalisasi merupakan suatu proses yang mengejawantah

ke dalam suatu transformasi ruang organisasi dari hubungan-hubungan dan transaksi
sosial-yang dinilai berdasarkan tingkat extensity, intensity, velocity, dan
dampaknya yang membawa aliran-aliran transkontinental atau interregional dan
jaringan aktivitas, interaksi, dan penggunaan kekuasaan.3
Di tingkatan global, transformasi politik yang menyusul bersamaan
dengan tumbuhnya kesalinghubungan di antara negara dan masyarakat serta
semakin meningkatnya intensitas jaringan internasional memerlukan suatu
pengujian kembali atas teori politik dalam bentuk dan ruang lingkup yang sama
fundamentalnya, seperti perubahan yang menghasilkan inovasi konseptual dan
2David, Held, Democracy and the Global Order. California: Stanford University Press. 1995
3 Ibid

4

institusional negara modern itu sendiri. Karena itu, penting kiranya dikemukakan
suatu gagasan baru yang dapat digunakan untuk menjelaskan transformasi sosial
politik yang tengah berlangsung, terutama kaitannya dengan kedaulatan negara
demokrasi modern. Meskipun pandangan kaum skeptis mengatakan bahwa
globalisasi tidak menghancurkan sama sekali - tetapi hanya menguranginya sajakedaulatan negara nasional sebagaimana diyakini kaum hiperglobalis, namun
yang jadi persoalan adalah globalisasi telah mengartikulasikan kewajiban dan

kekuasaan negara bangsa dalam suatu cara yang kompleks, yang melibatkan
perkembangan ke arah menyebarnya kekuasaan dunia dan diiringi oleh
menyebarnya otoritas dan bentuk-bentuk pengaturan yang kompleks (Budi
Winarno, 2012).
Ketika demokrasi dipahami sebagai sebuah kemestian sebagai sistem
untuk mencapai kesejahteraan dalam cita-cita bangsa negara, maka menjadi
penting untuk memahami cara menuju demokrasi. Paling tidak terdapat pemaham
transformasi menuju demokrasi, yaitu mereka yang menilai bahwa demokrasi
dikembangkan melalui modernisasi, ada yang percaya bahwa demokrasi dapat
dikembangkan melalui transisi yang memperkenalkan jalan linier dari nondemokrasi menuju demokrasi. Ada pula yang sepakat bahwa demokrasi dibentuk
dengan adanya perubahan struktur dan kelembagaaan politik. Demokrasi
menemui jalan buntu ketika pembangunan berhadapan dengan kegagalan
pembangunan kesejahteraan masyarakat. Pembangunan yang ditunjukkan oleh
pertumbuhan ekonomi yang tinggi memang menjadi penyeimbang berdirinya
negara-negara yang demoktaris dengan jaminan kesejahteraan yang diberikan,
maka rakyat tidak mempermasalahkan apakah negara itu menjadi demokratis atau
tidak.
Dalam pandangan Held, menurut (Budi Winarno, 2012), prinsip otonomi
dalam konsep globalisasi merupakan salah satu inti proyek demokrasi. Pandangan
mengenai negara legal demokratis adalah dasar untuk memecahkan ketegangan

yang muncul antara gagasan negara modern dan gagasan demokrasi. Dalam
konteks itu, demokrasi merupakan suatu konsepsi hubungan legal demokratis
yang disesuaikan secara tepat dengan dunia bangsa-bangsa yang terjerat dalam

5

jaringan proses regional dan global. Prinsif otonomi mengandung pengertian
kemampuan manusia untuk melakukan pertimbangan secara sadar diri, melakukan
perenungan diri, dan melakukan penentuan diri. Otonomi mencakup kemampuan
untuk berunding, mempertimbangkan, memilih, dan melakukan tindakan yang
berbeda baik dalam kehidupan pribadi maupun kehidupan publik dengan
memahami kebaikan demokrasi atau kebaikan umum (Held 1995, 146). Prinsip
otonomi ini mengandung dua gagasan pokok. Pertama, rakyat ideal dan
seharusnya memegang peranan penentuan diri. Kedua, pemerintahan demokratis
harus menjadi pemerintahan yang terbatas, yaitu pemerintahan yang menjunjung
tinggi kekuasaan yang dibatasi secara resmi.
Semakin menuju ke arah kontemporer, globalisasi memilih pengaruh yang
kuat pada perkembangan proses demokrasi. Globalisasi akan mereduksi angka
kemiskinan,


sehingga

kesejahteraan

akan

tercapai.

Dengan

tercapainya

kesejahteraan, maka demokratisasi akan dengan mudah karena kemunculan kaumkaum kelas menengah ke dalam pemerintahan. Pernyataan ini menjadikan banyak
asumsi positif yang muncul antara globalisasi dan demokrasi itu sendiri. Pertautan
globalisasi dalam tatanan politik bangsa yang sementara berkembang melahirkan
sistem demokrasi Liberal.
Demokrasi liberal dengan ajarannya lebih menekankan pada pengakuan
terhadap hak-hak warga negara, baik sebagai individu ataupun masyarakat. Dan
karenanya lebih bertujuan menjaga tingkat represetansi warga negara dan
melindunginya dari tindakan kelompok atau negara lain. Liberalisme atau liberal

adalah sebuah ideologi pandangan filsafat, dan tradisi politik yang didasarkan
pada pemahaman bahwa kebebasan adalah nilai politik yang utama. Secara
umum, liberalisme mencita-citakan suatu masyarakat yang bebas, dicirikan oleh
kebebasan berpikir bagi para individu. Paham liberalisme dipahami, dimana labih
jauh bicara mengenai kebebasan, yang baik gagasan tentang negara konstitusional
yang dilandaskan pada kedaulatan hukum dalam demokrasi, perlindungan atas
hak milik pribadi dalam praktek kapitalisme modern, serta perlindungan atas
kebebasan individu melalui gagasan besar tentang civil liberties kesemuanya
adalah bagian dari pola kebajikan umum.

6

HUBUNGAN GLOBALISASI DAN DEMOKRATISASI
Demokrasi menjadi salah satu komponen dari perkembangan globalisasi
yang digerakkan oleh liberalisasi perdagangan, kapitalisme global, yang berjalan
seiring dengan bangkitnya kembali libertarianisme dan kebangkitan ekomomi
klasik. Pun sebaliknya, konsep globalisasi mendorong proses demokrasi dinegaranegara berkembang. Fukuyama (The End of History and the Last Man,1992)
mengatakan bahwa akhir dari peradaban adalah kapitalisme. Persaingan kini
bukanlah kapitalis dengan sosialis, namun kapitalis dengan kapitalis, dengan tegas
mengatakan bahwa kapitalisme akan menjadi ideologi peradaban abad 21 dan
bahkan ke depan, karena belum ada konsep pengganti yang lebih baik dan lebih
menarik dari kapitalis.
Demokrasi menjadi tuntutan dari globalisasi, sebagaimana demokrasi
diperlukan untuk mendukung mekanisme pasar bebas. Demokrasi bergerak ke
satu arah, demokrasi liberal, karena hanya demokrasi dalam pola ini yang paling
cocok untuk liberalisasi perdagangan dunia, karena hanya demokrasi ini yang
paling cocok dengan tatanan negara bangsa sekarang ini. Tentu saja, gerakan
menuju ke demokrasi seperti ini ditopang oleh berbagai pendekatan yang
mutakhir, salah satunya adalah good governance, yang dijadikan sebagai software
dari demokrasi modern.
Ditulis ( Rendy R. Wrihatnolo dan Riant Nugroho D ) menurut UNDP, konsep
good governance sebagai hubungan sinergis dan konstruktif di antara negara,
sektor swasta, dan masyarakat. Atas dasar ini, maka disusun sembilan
karakteristik good governance, yaitu : (1) Participation. Setiap warga negara
mempunyai suara dalam pembuatan keputusan, baik secara langsung maupun
melalui intermediasi institusi legitimasi yang mewakili kepentingannya.
Partisipasi seperti ini dibangun atas dasar kebebasan berasosiasi dan berbicara
serta berpartisipasi secara konstruktif. (2) Rule of law. Kerangka hukum harus adil
dan dilaksanakan tanpa pandang bulu , terutama hukum untuk hak azazi manusia.
(3) Transpararency. Transparansi dibangun atas dasar kebebasan arus informasi.
Proses-proses, lembaga-lembaga dan informasi secara langsung dapat diterima
7

oleh mereka yang membutuhkan. Informasi harus dapat dipahami dan dapat
dimonitor. (4) Responsiveness. Lembaga-lembaga dan proses-proses harus
mencoba untuk melayani setiap stakeholders. (5) Consensus orientation. Good
governance menjadi perantara kepentingan yang berbeda untuk memperoleh
pilihan terbaik bagi kepentingan yang lebih luas baik dalam hal kebijakankebijakan maupun prosedur-prosedur. (6) Equity. Semua warga negara, baik lakilaki maupun perempuan, mempunyai kesempatan untuk meningkatkan atau
menjaga kesejahteraan mereka. (7) Effectiveness and efficiency. Proses-proses dan
lembaga-lembaga menghasilkan sesuai dengan apa yang telah digariskan dengan
menggunakan sumber-sumber yang tersedia sebaik mungkin. (8) Accountability.
Para pembuat keputusan dalam pemerintahan, sektor swasta dan masyarakat (civil
society) bertanggungjawab kepada publik dan lembaga-lembaga stakeholders.
Akuntabilitas ini tergantung pada organisasi dan sifat keputusan yang dibuat,
apakah keputusan tersebut untuk kepentingan internal atau eksternal organisasi.
(9) Strategic vision. Para pemimpin dan publik harus mempunyai perspektif good
governance dan pengembangan manusia yang luas dan jauh ke depan sejalan
dengan apa yang diperlukan untuk pembangunan semacam ini.
Administrasi Publik Indonesia, melalui LAN (2000), mengindonesiakan
good governance sebagai kepemerintahan yang baik dan mendefinisikan good
governance sebagai penyelenggaraan negara yang solid dan bertanggungjawab,
serta efisien dan efektif, dengan menjaga kesinergisan interaksi yang konstruktif
di antara domain-domain negara, sektor swasta, dan masyarakat. Konsep tersebut
dapat tercepat ketika terdapa adanya proses-proses liberalisasi antara beberapa
stakeholder dan hal ini merupakan bagian dari efek globalisasi.
Globalisasi (pasar bebas) dan demokrasi merupakan sebuah simbiosis
mutualisme. Pasar bebas yang merupakan ajaran kapitalisme akan dapat
memberikan keuntungan jika didalamnya tumbuh adanya demokrasi. Isu
demokrasi telah menumbuhkan kesadaran-kesadaran dan desakan untuk
membangun pemerintahan yang baik (good governance) berupa : pelaksannan
demokrasi dan penghormatan hak asasi manusia, perlindungan lingkungan hidup,
dan pemberantasan korupsi untuk mewujudkan pemerintahan yang baik. Dengan

8

demikian sisi manfaat globalisasi bagi negara adalah bahwa globalisasi
mempercepat proses demokratisasi.
Ditulis Budi winarno dalam jurnal, bahwa untuk melihat hubungan antara
globalisasi dan demokrasi diera sekarang ini, ada tiga aliran pemikiran yang
berkembang. Kelompok pertama adalah mereka yang melihat bahwa kapitalisme
“bertentangan” dengan demokrasi. Mereka berpendapat bahwa “muatan
demokratis” demokrasi kapitalis adalah produk dari gerakan-gerakan rakyat dan
perjuangan kelas, bukannya elemen integral dari ekspansi hubungan-hubungan
pasar. Oleh karena itu, menurut pandangan ini, hasil gabungan antara kapitalisme
dan demokrasi tampak sebagai sebuah perkembangan kontradiktif yang ditopang
oleh equilibrium politik di mana kekuatan-kekuatan demokrasi harus selalu
waspada terhadap kecenderungan otoritarianisme yang inheren dalam kekuasaan
kapitalis. Sementara itu, berbeda dengan pandangan pertama yang melihat
demokrasi sebagai hasil perjuangan kelas dan bukannya elemen integral dari
ekspansi pasar sehingga hubungan kapitalis dan demokrasi lebih bersifat
kontradiktif, pandangan kedua berpendapat bahwa pertumbuhan kapitalisme dan
demokrasi saling terkait. Di sini, pasar-pasar yang bebas dan pemilu yang bebas
dipandang sebagai proses-proses yang saling memperkuat, atau yang satu
dianggap sebagai penciptaan prakondisi-prakondisi untuk yang lainnya;
liberalisasi ekonomi yang membesarkan kekuatan-kekuatan perkembangan
ekonomi untuk menciptakan kondisi-kondisi bagi demokrasi atau sebaliknya
liberalisasi politik dan demokrasi menciptakan kondisi bagi pembangunan
ekonomi (Sorensen 2003).
Menurut pemikiran ini bahwa globalisasi akan memperbanyak pilihanpilihan dalan tata pengelolahan negara. Hal ini akan menumbuhkembangkan
individualisme dalam kontestasi menujuh kesejahteraan, dan memajukan
pluralisme sosial masyarakat, semua ini adalah bagian yang penting bagi
perkembangan demokrasi. Karena itu, sebuah sistem politik yang demokratis
dianggap sebagai sarana yang sangat diperlukan untuk menyelamatkan kondisikondisi kapitalisme yang dipandang sebagai bentuk paling efektif dan efisien
pembangunan ekonomi. Dinamika demokrasi sekarang ini dalam konfigurasi

9

ekonomi, politik, sosial, dan budaya telah mengalami perubahan akibat
perkembangan globalisasi. Kekuasaan ekonomi politik telah bergeser dari yang
berpusat pada negara ke berbagai institusi regional, global, dan masyarakat.
Globalisasi telah sedemikian rupa mengurangi kedaulatan dan otonomi
negara nasional. Globalisasi telah mendorong terjadinya integrasi ekonomi
nasional ke dalam perekonomian global, menciptakan hubungan antar sub sistem
sehingga keputusan yang diambil oleh suatu negara bangsa akan memengaruhi
negara bangsa lain. Persoalan-persoalan yang muncul ke permukaan dan
mempunyai imbas terhadap negara bangsa dalam suatu kawasan hanya dapat
diselesaikan melalui kerjasama multilateral antar negara bangsa, dan mereka
hanya akan dapat mengambil keuntungan ekonomi jika bekerja sama untuk
kesejahteraan negara bangsa.
Anthony Giddens (2000) menyebut globalisasi sebagai intensifikasi
hubungan sosial di segenap penjuru dunia yang menghubungkan wilayah-wilayah
yang saling berjauhan dengan cara tertentu sehingga apa yang terjadi pada tingkat
lokal dipengaruhi oleh kejadian-kejadian yang berlangsung di tempat lain,
begitupun sebaliknya. Pemaknaan ini sebagai bentuk penyederhanaan terhadap
fenomena

globalisasi

yang

sesungguhnya

luar

biasa

kompleks,

penuh

keterpaksaan, ketidakmestian, dan keragaman. Dengan karakteristik ini,
globalisasi memberi tempat dan kesempatan bagi setiap pihak terutama yang
memiliki kompetensi untuk tampil sebagai aktor/pelaku. Setiap aktor dapat turut
serta sebagai subjek dalam suatu hubungan dialogal, ketika satu pihak
memengaruhi pihak lain, demikian pula sebaliknya. Di lapangan politik,
globalisasi menggerus tembok-tembok yang selama ini menjadi sekat bagi
hubungan antar masyarakat. Dalam proses ini, sebuah tindakan pada level lokal
dapat membawa akibat yang melampaui batas-batas fisik sehingga ia
memengaruhi apa yang terjadi di belahan lain dunia.
Globalisasi merujuk pada sebuah perubahan dalam bentuk spasial dari
pengaturan dan aktivitas manusia sampai kepada pola aktivitas pada tingkat
transkontinetal dan intra-regional. Termasuk di dalamnya perluasan dan
penajaman hubungan-hubungan sosial dan institusi-institusi yang melampaui

10

ruang dan waktu, sebagaimana pada satu sisi terjadinya peningkatan dalam
aktivitas sehari-hari yang dipengaruhi oleh kejadian-kejadian yang berlangsung di
belahan dunia yang lain dan pada sisi yang lain praktek-praktek maupun
keputusan-keputusan kelompok-kelompok atau komunitas lokal bisa memiliki
gaung yang signifikan secara global. Kejadian-kejadian seperti ini tentunya
mendorong perubahan untuk masuk dialam terbuka dengan menganut paham
kehidupan didalam belahan dunia.
Globalisasi bukan saja sekedar hubungan saling ketergantungan ekonomi
melainkan tentang transformasi waktu dan ruang dalam kehidupan manusia. 4
Sebagaimana dicontohkan bahwa, peristiwa-peristiwa di tempat jauh, baik yang
berhubungan dengan ekonomi maupun tidak, mempengaruhi manusia secara
langsung secara lebih cepat dari pada yang pernah terjadi sebelumnya, sebaliknya
juga keputusan-keputusan yang diambil oleh individu-individu seringkali
memiliki implikasi global. Globalisasi juga menekan pada dasarnya menciptakan
tuntutan dan kesempatan-kesempatan untuk menggenerasikan identitas lokal.
Globalisasi dipahami bahwa hal tersebut sebuah rentangan proses yang kompleks
dalam negara yang digerakkan oleh berbagai pengaruh, terutama pengaruh politik
dan ekonomi.
Gagasan-gagasan politik jalan ketiga yang dicetuskan Anthony Giddens
bahwa negara dan masyarakat sipil harus bermitra, saling memberikan
kemudahan, dan saling mengontrol. Reformasi negara dan pemerintah harus
menjadi prinsip dasar. Tema mengenai pengembangan dan demokratisasi di
tingkat komunitas juga sesuatu yang fundamental dalam pengembangan
masyarakat sipil. Saling hubungan antara negara dan masyarakat sipil adalah
bahwa pemerintah dapat mendorong pembaruan dan pembangunan masyarakat.
Giddens menyebut basis ekonomi kemitraan tersebut sebagai ekonomi campuran
baru (new Mixed economy). Sementara ekonomi itu dapat efektif hanya jika
institusi-institusi kesejahteraan yang ada dimodernisasikan secara menyeluruh.

4 Anthony Giddens, 2000. Jalan ketiga dan kritik-kritiknya. Cambridge : Politicy Pres (AG)

11

Kemajuan ekonomi sebagai bagian dari pengaruh global yang efektif juga akan
mendorong menguatnya pemerintah.
Giddens menambahkan bahwa apa yang dibutuhkan di negara demokratis
adalah pendalaman demokrasi (a deepening democracy) itu sendiri. Giddens
menyebutnya sebagai demokratisasi atas demokrasi (democratizing democracy).
Namun, demokrasi dewasa ini juga harus bersifat transnasional. Menurutnya,
pendalaman demokrasi dibutuhkan karena mekanisme lama pemerintahan tidak
berjalan dalam sebuah masyarakat di mana warga negaranya hidup dalam
informasi yang sama dengan yang berkuasa. Di tingkatan global, transformasi
politik yang menyusul bersamaan dengan tumbuhnya kesalinghubungan di antara
negara dan masyarakat serta semakin meningkatnya intensitas jaringan
internasional memerlukan suatu pengujian kembali atas teori politik dalam bentuk
dan ruang lingkup yang sama fundamentalnya, seperti perubahan yang
menghasilkan inovasi konseptual dan institusional negara modern itu sendiri.
Globalisasi juga diartikan sebagai perubahan sosial. Ditengah arus
globalisasi negara-negara berkembang dalam prosesnya untuk sebuah perubahan,
Giddens menawarkan konsep “Pendekatan Alternatif” sebagai solusinya.
Pendekatan alternatif ini mengedepankan konsep demokrasi baru yang lebih
deliberatif dan transendal sebagai demokrasi dialogis. Konsep ini secara jernih
jauh berupaya mengetengahkan bentuk-bentuk pertukaran sosial yang dapat
memberi kontribusi pada rekontruksi solidaritas sosial. Dengan begitu demokrasi
dialogis tidak berbicara tentang proliferasi hak-hak ataupun representasi
kepentingan tetapi jauh lebih berupaya mengembangkan kosmolitarisme kultural
sebagai bangunan utama dalam tarik ulur keterhubungan solidaritas negara-negara
antar wilayah maupun benua.
Sejalan dengan Anthony Giddens, dalam rumusan pandangan David Held
(1995), globalisasi tercermin pada dua fenomena yang memiliki pengaruh nyata
dalam

kehidupan

bernegara.

Pertama,

melonggarnya

rantai-rantai

yang

membelenggu aktivitas politik, ekonomi, dan sosial sehingga sekup semua
aktivitas tersebut kini membentang seluas dunia. Kedua, semakin intensnya
tingkat interaksi dan ketersaling hubungan di dalam dan di antara negara-negara

12

serta masyarakat. Dua hal yang disebut oleh Held di atas tidak bisa dipahami
secara terpisah. Interkoneksitas di antara hal itu sangat kuat sehingga mustahillah
memahami intensitas hubungan di antara warga dunia tanpa mengandaikan
melonggarnya sekat-sekat yang sebelumnya membelenggu keleluasaan dalam
berkomunikasi, demikian pula sebaliknya. Sehingga dengan perkembangan ini,
negara-negara disebagian dunia terdorong untuk melakukan perubahan.
Semakin mengemukanya pasar global dan mundurnya perang berskala besar
yang telah memepengaruhi struktur dan legitimasi pemerintah mendorong
kebijakan-kebijakan setiap negara. Demikian juga sebab lainnya yang mencakup
semakin meluasnya penyebaran demokratisasi, yang berkaitan erat dengan
pengaruh tradisi dan adat istiadat yang tumpang tindih. Daya tarik demokrasi
menurutnya bukanlah sepenuhnya dan bukan terutama muncul dari kemenangan
institusi-institusi demokrasi liberal atas institusi-institusi lain, tetapi dari
kekuatan-kekuatan yang lebih dalam yang membentuk kembali masyarakat global
termasuk tuntutan atas otonomi individual dan muncuknya masyarakat yang lebih
reflektif. Isunya bukanlah peran pemerintah yang lebih besar atau lebih kecil,
tetapi pengakuan bahwa pemerintahan harus menyesuaikan diri dengan
lingkungan baru abad global, dan bahwa otoritas, termasuk legitimasi negara,
harus diperbaharui secara aktif.

PENUTUP
Tulisan ini berusaha mendiskusikan hubungan-hubungan antara globalisasi
dan demokrasi, tepatnya bagaimana globalisasi mendorong proses demokrasi di
negara-negara berkembang. Bagi demokrasi, globalisasi akan menyumbangkan
proses demokratisasi. Perkembangan sistem keterbukaan dalam mencapai
kesejahteraan telah mendorong kemunculan ide dan gerakan demokrasi. Dalam
situasi semacam ini proses demokratisasi akan berlangsung. Dengan efek dari
globalisasi membuat negara-negara otoriter akan menghadapi tantangan berat dan
mau tidak mau mereka harus membuka diri bagi proses demokrasi politik. Usaha
yang perlu dilakukan di era globalisasi sekarang ini adalah bagaimana melakukan
13

demokratisasi atas demokrasi. Ini akan mengambil bentuk yang berbeda-beda
dalam berbagai negara, tergantung pada latar belakang masing-masing.
Ditengah era multidimensi, globalisasi diyakini sebagai pendorong
gelombang demokratisasi dunia sekarang ini. Terjadinya dinamika dalam struktur
ekonomi-politik global negara-negara berkembang tidak lepas dari pengaruh
globalisasi. Pengaruh globalisasi ini berdampak pada negara-negara yang sedang
berkembang bahwa, negara tidak lagi menjadi aktor tunggal dalam ekonomipolitik internasional. Perannya telah digantikan oleh aktor-aktor baru yang
bernaung di bawah bendera lembaga-lembaga internasional, perusahaanperusahaan multinasional, maupun negara-negara yang menganut paham sistem
keterbukaan.
Demokratisasi dalam demokrasi seringkali mengimplikasikan reformasi
konstitusional, dan pengembangan transparansi dalam urusan politik. Teori
Demokrasi dengan tantangan-tantangannya muncul didalam batas-batas negara,
seperti perkembangan partai-partai birokratis massa, dan pragmentasi kekuasaan
politik. Selain itu, perlu adanya eksperimen dengan prosedur demokrasi alternatif,
khususnya jika prosedur semacam ini dapat membuat keputusan politik dekat
dengan kepentingan warga sehari-hari. Demokrasi akan berjalan lebih baik dalam
lingkup kecil dan semakin akan berkurang jika berada dalam lingkup yang lebih
besar.
Globalisasi dengan konsep kesetaraan merujuk pada konsepsi politik bahwa
individu harus mempunyai kesamaan politik yang setara agar proses politik
berjalan demokratis. Perkembangan globalisasi mendorong proses demokrasi
dalam pembentukan menuju negara yang sejahtera. Demokrasi yang berarti
pemerintahan oleh rakyat, yakni penentuan pembuatan keputusan publik dalam
suatu negara oleh anggota-anggota komunitas politik yang sama-sama bebas,
maka dasarnya terletak pada kemajuan dan peningkatan otonomi, baik bagi
individu-individu sebagai warga negara maupun bagi kolektivitas dalam tatanan
masyarakat berbangsa dan bernegara didunia ini.

14

DAFTAR PUSTAKA
Anthony Giddens, 2000. Jalan ketiga dan kritik-kritiknya. Cambridge : Politicy
Pres (AG)
David Held : 1995. Demokrasi dan Tatanan Global : Standford: Standfor UP
(DH)
Sorensen, Georg. 2003, Demokrasi dan Demokratisasi: Proses dan Prospek
dalam Dunia yang Berubah. Yogyakarta: Pustaka Pelajar dan CCSS.
Winarno, Budi, 2007, Globalisasi dan Krisis Demokrasi. Yogyakarta: MedPress.
Winarno Budi, 2012, Jurnal, Globalisasi dan Masa Depan Demokrasi, Yogyakarta
Rendy R. Wrihatnolo dan Riant Nugroho, Jurnal, 2011, Demokrasi Bagi NegaraNegara Berkembang,
Fukuyama, Francis, 2003. The End of History and the Last Man. Yogyakarta:
Qalam.

15

Dokumen yang terkait

PENGARUH PEMBERIAN SEDUHAN BIJI PEPAYA (Carica Papaya L) TERHADAP PENURUNAN BERAT BADAN PADA TIKUS PUTIH JANTAN (Rattus norvegicus strain wistar) YANG DIBERI DIET TINGGI LEMAK

23 199 21

KEPEKAAN ESCHERICHIA COLI UROPATOGENIK TERHADAP ANTIBIOTIK PADA PASIEN INFEKSI SALURAN KEMIH DI RSU Dr. SAIFUL ANWAR MALANG (PERIODE JANUARI-DESEMBER 2008)

2 106 1

EFEKTIFITAS BERBAGAI KONSENTRASI DEKOK DAUN KEMANGI (Ocimum basilicum L) TERHADAP PERTUMBUHAN JAMUR Colletotrichum capsici SECARA IN-VITRO

4 157 1

APRESIASI IBU RUMAH TANGGA TERHADAP TAYANGAN CERIWIS DI TRANS TV (Studi Pada Ibu Rumah Tangga RW 6 Kelurahan Lemah Putro Sidoarjo)

8 209 2

PENGARUH GLOBAL WAR ON TERRORISM TERHADAP KEBIJAKAN INDONESIA DALAM MEMBERANTAS TERORISME

57 269 37

FENOMENA INDUSTRI JASA (JASA SEKS) TERHADAP PERUBAHAN PERILAKU SOSIAL ( Study Pada Masyarakat Gang Dolly Surabaya)

63 375 2

ANALISIS SISTEM PENGENDALIAN INTERN DALAM PROSES PEMBERIAN KREDIT USAHA RAKYAT (KUR) (StudiKasusPada PT. Bank Rakyat Indonesia Unit Oro-Oro Dowo Malang)

160 705 25

PENGARUH PENGGUNAAN BLACKBERRY MESSENGER TERHADAP PERUBAHAN PERILAKU MAHASISWA DALAM INTERAKSI SOSIAL (Studi Pada Mahasiswa Jurusan Ilmu Komunikasi Angkatan 2008 Universitas Muhammadiyah Malang)

127 505 26

PEMAKNAAN BERITA PERKEMBANGAN KOMODITI BERJANGKA PADA PROGRAM ACARA KABAR PASAR DI TV ONE (Analisis Resepsi Pada Karyawan PT Victory International Futures Malang)

18 209 45

PENGARUH DIMENSI KUALITAS LAYANAN TERHADAP KEPUASAN PELANGGAN DI CAFE MADAM WANG SECRET GARDEN MALANG

18 115 26