PENERAPAN METODE COLLABORATIVE LEARNING LEARNING

088N

J. Bhs. Asing

Hal. 1-128

Bekasi.

Desember 2016

{@@65

Hani Wahyuningtias

: Penerapan

Metode Collaborative Learning dalam . ..

PENERAPAN METODE, COLLAB ORATIW LEARNING DALAM
PEMBELAJARAN KARYA SASTRA NOVEL BERJUDTIL 6'YUK[GUM'


Ilani Wahyuningtias
Universitas Danna Persada Jakarta

ABSTRAK
Karya sastra memiliki peran penting dalam kehidupan manusia. Dalam tulisan
ini, akan ditinjau studi literatur berjudul "Yukiguni" dengan menggunakan
metode pembelajaran kolaboratif. Citra geisha dalam novel "Yukiguni" harus
dipahami sebagai konsep budaya yang berakar pada masyarakat Jepang.Dalam
mempelajari kesusastraan, pembaca harus mampu menyaring dan menyerap

nilai-nilai positif di dalamnya. Dengan metode pembelajaran kolaboratif ini,
siswa diharapkan untuk bekerja sama dalam tim, dan dilatih untuk
memprioritaskan kepentingan tim di atas individu. Metode ini diharapkan dapat
meningkatkan semangat dan prestasi sisw4 khususnya di bidang memahami
karya saska Jepang.

Kata kunci: geisha, metode pembelajaran kolaboratif, nilai budaya

PENDAHULUAN
Karya sastra mempunyai peranan penting bagi kehidupan manusia. Segala

sesuatu yang berkaitan dengan kehidupan manusia mulai dari hal yang sederhana
sampai dengan yang paling kompleks sekalipun dapat diungkapkan dalam karya
tersebut.Kehidupan manusia dan seluk beluk peristiwa yang menjadi objek karya
sasha mempunyai peranan/ misi dalam kehidupan manusia itu sendiri di lingkungan
masyarakat tempat dia tinggal. Dalam mempelajari karyasastra, hendakrya pembaca
bisa menyaring dan menyerap nilai-nilai luhur yang ada di dalamnya. Setelah
membaca suatu karya sastr4 diharapkan kita dapat melihat sastra sebagai sebuah
cermin untuk melihat keadaaan suatu masyarakat dan mengkaji apa saja yang
tercermin di dalamnya dalam rangka memperkaya wavrasan dan meningkatkan
kepekaan kita terhadap sekitamya, karena umumnya pesan yang terkandung dalam
suatu karya sastra bersifat tersirat dan dapat disimpulkan sendiri oleh pembacanya
dengan interpretasi yang berbeda-beda..
Dalam tulisan ini akan ditinjaupembelajarankarya sastra "Yukiguni" dengan
menggunakan metode collaborative learning."Yukigunf' berkisah tentang

kehidupan geisha di daerah salju. Penulis menggunakan novel

ini

sebagai bahan


46

Jurnal Bahasa Asing, Vol,

12, No. 12, Desember 2016

kajian untuk melihat nilai-nilai budaya yang terkandung di dalamnya.Dalam budaya
Jepang, geisha merupakan suatu profesi yang khas dengan segala kelebihan yang
dimilikinya. Namun, bagi orang yang belum mengetahui konsep geisha secara
mendalam, profesi ini dianggap kurang baik karena pada umumnya diasosiasikan
dengan wanita penghibur.Sebagai pemelajar dan pembelajar bahasa, budaya, dan
sastra Jepang sudah sewajarnya unfuk memiliki pemahaman yang menyeluruh
tentang suatu konsep ke-jepang-an dengan dasar pemikiran yang logik dan
benar.Tugas kita adalah belajar dan refleksi diri dari nilai yang kurang baik untuk
tidak melakukannya dan berusaha menerapkan nilai-nilai mulia dalam hidup ini.

PEMBAIIASAN

1.


Gambaran Singkat Novel Yukiguni
Novel Yukiguni ditulis pada tahun 1934 dan pertama kali diterbitkan secara
bertahap sejak tahun 1935 hingga 1937. Pada umumnya, karya Kawabata
menceritakan perpaduan dari kehidupan tradisional dengan modern yang berjalan
berdampingan secara harmonis. Kawabata mencintai keindahan dan kesedihan yang
dimiliki wanita maupun alam. Nuansa seperti itulah yang melatarbelakangi karyakurya Kawabata.Para pengamat sastra Jepang menilai karya Kawabata lebih bersifat
abstrak dan surealistik.

Hampir sebagian besar novel Kawabata bercerita tentang cinta, wanita, dan
keindahan alam.Novel Yukiguni mengungkapkan ciha geisha sebagai wanita
penghibur dengan keterampilan seni khas tadisional Jepang.Hal ini menjadikan
seorang geishanemiliki kedudukan istimewa dalam dunia hiburan Jepang.

2. Collaborative Learnl'zg dalam Pembelajaran Sastra
Menurut Semi (1988), sastra memiliki tiga buah misi dalam kehidupan
manusia. Pertama, sebagai alat unfuk menggerakkan pemikiran pembaca pada
kenyataan dan menolongnya dalam mengambil suatu keputusan bila ia menghadapi
masalah. Kedua, menempatkan nilai kemanusiaan di tempat yang sewajarnya


dipertahankan, dan disebarluaskan di tengah kehidupan modem yang ditandai
dengan menggebu-gebunya kemajuan sains dan teknologi. Dalam hal ini, sastra
berperan sebagai penyeimbang sains dan teknologi yang kehadirannya tidak dapat
ditolak. Ketiga" sarana untuk meneruskan tradisi suatu bangsa kepada masyarakat
sezamannya dan juga generasi yang akan datang terutama cara perpikir, keperc ayamr,
kebiasaan, pengalaman sejarah, rasa keindahan, bahasa, serta bentuk-bentuk
kebudayaan

47

Dalam pembelajaran sastra perlu ditanamkan tiga buah misi tersebut,
sehingga siswa bisa memaknai nilai sastra yang dipelajarinya dan bermanfaat dalam
kehidupan yang dijalaninya. Proses pembelajaran sastra di perguruan tinggi
sebaiknya menekankan pentingnya kooperasi daripada kompetisi serta saling
ketergantungan daripada kemandirian. Jika kompetensi yang dikembangkan, maka
ada kecenderungan dapat mengarahkan mahasiswa pada pikiran dan perasaan tidak
segan untuk menyerang orang lain. Persaingan yang tidak sehat serta sikap yang

hanya mementingkan kepentingan individu semata, sudah selayaknya tid4k
dikembangkan dalam pengajaran di kelas. Pengembangan kooperasi dan

interdependensi dianggap dapat mengembangkan kemarnpuan menghadapi
tantangan, kepemimpinan, dan manajemen yang sangat diperlukan jika mereka
sudah memasuki dunia kerja nanti.

Dalam tulisan ini, penulis bermaksud mengembangkan gagasan pengajaran
sastra dengan metode collaborative learning (CL).Menurut Sudarman (2008: 94),
collaborative learning adalah proses belajar kelompok yang setiap anggotanya
menyumbangkan informasi, pengalaman, ide, sikap, pendapat, kemampuan, dan
keterampilan yang dimilikinya, untuk secara bersama-sama meningkatkan
pemahaman seluruh anggota. Armiati dan Sastramihardja (2007:29) menguraikan
bahwa metode collaborative learning adalah pendekatan pembelajaran yang
digunakan untuk mengajar dan belajar yang melibatkan sekelompok siswa bekerja
sama untuk menyelesaikan masalah, melengkapi tugas atau menghasilkan produk.
Metode ini didasarkan pada ide bahwa belajar adalah aksi sosial alamiah dengan para
partisipan yang berdiskusi satu sama lain. Melalui diskusi inilah proses belajar
berlangsung.
Dengan demikian, c o I lab orqtiv e le arning memungkinkan setiap mahasiswa
untuk memahami seluruh bagian pembahasan materi. Hal ini berbeda dengan
kelompok belajar yang umumnya, dimanatidak semua anggota kelompok memahami
suafu materi yang sedang dipelajari. Metode collaborative learning, membuat

seluruh mahasiswa memiliki pemahaman yang $etara akan suatu materi.
Menurut Armiati Q007: 30) metode collaborative leaming mempwryai
beberapa karakteristik yaitu:
1. Siswamemiliki comrnon goal
2. Belajar bersifat learner centric
Siswa membangun lvtowledge framework-nya sendiri

Pembelajaran bukanlah transmisi pengetahuan, melainkan melibatkan
pengaturan situasi kelas

5.

Kurikulum dianggap sebagai seperangkat pembelajaran, materi, dan sumber

48

JurnalBahasaAsing, Vol. 12,No.

12, Desember20l6


Berdasarkan karakteristik di atas dapat disimpulkan bahwa dengan
diterapkannya metode ini diharapkan siswa dapat membangun loowledge
frameu,ork-nya sendiri, sehingga siswa dapat belajar berpikir kritis. Kriswandani
(2009) menjelaskanperbedaan metode collaborative learning dengan konvensional,
dalam tabel di bawah ini:
Tabel 1: Perbedaan Metode Collaborative Learning dan Pembelajaran
Konvensional
No Metode Collaborative Learning
Pembelajaran Konvensional
I
Lingkungan berpusat pada guru
Lingkungan berpusat pada siswa
2

Siswa mengontrol

pembelajaran

Guru sebagai pengontrol


mereka
3

Kekuatan dan tanggung jawab Kekuatan dan tanggung jawab
berpusat pada guru

berpusat pada siswa

4

Guru sebagai seorang fasilitator dan Guru sebagai instruktur dan
penunjuk. Siswa sebagai pengambil pembuat keputusan
keputusan

5

Pembelajaran mungkin cooperative,
collaborative atau independent.

Pengalaman pembelajaran selalu


kompetitif

dan selalu ada

Siswa bekerja bersama-sama untuk persaingan antarsiswa
mencapai tujuan bersama. Siswa
saling membantu artaru satu dengan
yang lain, sebagai keterampilan dan
ide.
6

Autentik, interdisipliner proyek dan Kumpulan kecil guru menentukan
masalatr
tugas dalam gabungan subjek
pendidikan

7

Pembelajaran dapat berlangsung di

luar kelas

Pembelajaran berlangsung di dalam
kelas

8

Penekanannya adalah pemrosesan
informasi dan penggunaannya

Penekanannya adalah content

Siswa

Siswa menguasai

9

mengkronstruksi

pengetahuannya sendiri dan siswa
menilai, membuat kepufusan dan

bertanggung jawab

pembelajarannya.

terhadap

dengan

pengetahuan

drill danpraktek

llani \ilahyuningtias

: Penerapan Metode Collaborative Learning dalam ...

Berdasarkan penelitian Sudarnran (2008) yang berjudul "Penerapan Metode
Collaborative Learning untuk Meningkatkan Pemahaman Materi Mata Kuliah
Metode Penelitian", diketahui bahwa persentase perolehan belajar dari kelompok

siswa yang diajarkan dengan metode pembelajaran kolaboratif mengalami
peningkatan dibandingkan dengan pembelajaran secara konvensional. Dengan
membiasakan penerapan metode collaborative learning, mahasiswa akan terbiasa
mengembangkan penghargaan akan pentingnya bekerja sama dalam suatu tim. Bentuk
kerjasama dalam suatu tim akan membanfu siswa untuk memahami apa saja yang harus
dilakukan dan diselesaikan bersarna-sama. Siswa juga diharapkan mampu lebih
memprioritaskan kepentingan tim di atas individu.
Metode pembelajaran dianggap berpengaruh atas motivasi dan hasil belajar
siswa. Menurut Winkel (2004: 169) motivasi adalah keseluruhan daya penggerak
psikis di dalam diri siswa yang menimbulkan kegiatan belajar, menjamin
kelangsungan kegiatan belajar dan memberikan arah pada kegiatan belajar itu demi
mencapai suatu tujuan. Siswa yang memiliki motivasi belajar akan memperhatikan
pelajaran yang disampaikan, membaca materi, dan menggunakan sfrategi belajar
tertentu yang mendukung.

Oleh karena

itu dalam pembelajaran sasfia, guru perlu lebih dulu

menumbuhkan motivasi sebelum mengenalkan materi dan meminta siswa untuk
mendalami suatu materi. Jika siswa sudah memiliki motivasi yang kuat dalam belajar,
maka akan mudah menyerap materi yang disajikan oleh guru. Dengan hati yang
gembira dan rasa keingintahuan yang tinggi, siswa akan terus belajar dengan baik.
Jika rasa ketertarikan itu sudah ada, siswa tanpa diminta akan terus belajar sastra dan
mendalami karya sastra yang diminatinya. Tentunya sikap positif ini akan
berpengaruh baik terhadap hasil belajamya.
Metode collaborative learningmeliputi kemampuan menyusun rancangan
skenario pembelajaran dan melaksanakan skenario tersebut. Di samping itu juga

terkait dengan kemampuan menyusun alat evaluasi yang mampu mengukur
kemampuan siswa pada aspek kognitif, afektif dan psikomotor. Aspek tersebut
terkait dengan tingkat kemampuan siswa dalam menguasai (pengetahuan),
memahami (afektif), dan membukfikan (psikomotor) berdasarkan pemahamannya
pada isi materi kuliah.
Dalam pembelajaran sastra dengan metode collaborative learning, gtxu
sebagai fasilitator memfasilitasi dengan memberikan lembar kerja untuk dikerjakan
siswa sehingga mendapat pemahaman yang mendalam atas lcarya sastra tersebut.
Sebagai contoh dari lembar kerja siswa (1), adalah tabel 2 di bawah ini.

50

Jurnal Bahasa Asing, Vol.

12, No. 12, Desember 2016

Tabel2 Gambaran Umum Novel "Yukigun?'
Tabel Deskripsi

Unsur
Tokoh

Uraian
-Tokoh utama pria: ...
-Tokoh utarna wanita: ..
-Tokoh bawahan:

Keterangan

Tokoh utama

berperan

sebagai...

Tokoh bawahan

berperan

sebagai...

Penokohan

Digambarkan dengan teknik...

Analitis: Tokoh digambarkan
secara...

Drunatik: Tokoh dilukiskan
secara...

Latar

Tempat:...

Gaya hidup geisha ...

Waktu:...
Perbedaan status sosial antara ...

dengan...

Tokoh utama pria

Shimamura

adalah: ...
Tokoh utama wanita bernama ...
adalah:

Alur

Alur..

Peristiwa

yang

diceritakan secara ...
Tema

MoraV
Pesan yang
terkandung

terjadi

Hani Wahyuningtias

: Penerapan Metodc Collaborative Learning dalam

...

5l

Pengajar selain menyiapkan tabel Deskripsi Stuktur Novel "Yukigunf,
kepada siswa, jugaperlu menyiapkan lembarkerja siswa (2) untuk mengetahui lebih
dalam sejauh mana pemahaman siswa terhadap isi novel tersebut. Lembar kerja siwa
tersebut dapat berupa pertanyaan esai seperti yang terangkum dalam tabel 3 di bawah
ini.

Tabel 3. Pertanyaan Esai
1. Deskipsikan secara singkattentang isi novel Yukiguni.
2. Sebutkan nilai budaya masyarakat Jepang apa yang terkandung dalam novel
Yukiguni.

3.

Jelaskan secara singkat makna istilah di bawah ini.

a. Kimono
b. Sanpaku
c. Nagauta
d. Shoji
e, Shirukoya

4.

Deskripsikan crfra geisha berkaitan dengan nilai budaya yang ada dalam
masyarakat Jepang.

Lembar Kerja Siswa yang terdapat pada tabel 2 dan 3 di atas dibagikan
kepada.seluruh kelompok, dan siswa diminta untuk melengkapinya. Untuk
melengkapi dan menjawab lembarkerjatersebut, siswa dimintauntumembacanovel
Yukiguni. Guru menetapkan waktu untuk pengumpulan tugas tersebut. Siswa diminta
bekerja dalam kelompok secarakooperatif. Ketua kelompokmengatur dan membagi
kerja lembar kerja siswa unflrk dikerjakan oleh setiap anggotakelompoknya dengan
penuh rasa tanggung jawab.Setelah tugas terkumpul di waktu yang ditetapkan, di
pertemuan berikutnya dapat dilakukan diskusi bersama di kelas dan ditutup dengan
feedback dari pengajar untuk mendapatkan pemahaman yang menyeluruh atas hrgas
yang dikerjakan sebelumnya.
4. Geisha dalam Masyarakat Jepang
Secara harfiah geisha

(H#)

berarti orang yang mengabdikan dirinya untuk

seni. Geisha terdiri dari dua huruf kanji, yaitu

Hft:ei=seni)

dan,

*7sha:orang).

Dengan demikian, geisha merupakan seorarg seniman tadisional penghibur di
Jepang. Dalam novel Yukiguni, Kawabata menampilkan citra seorang geisha dalam
masyarakat Jepang. Guru sebaiknya mengumpulkan berbagai referensi sehingga

52

Jurnal Bahasa Asing, Vol.

12,

No.

12, Desember20l6

pada saat melakukan feedback (umpan balik) di kelas bisa menyampaikannya secara
utuh dan menarik sehingga mudah dipahami oleh siswa.
Kehadiran geisha sejak abad ke-18 hingga kini masih tetap ada, walaupun

jumlahnya semakin berkurang. Geisha dalam Kodansha Encyclopedia of Japan III
(1983:14), disebut juga denganz geigi atau geiko. Geisha merupakan wanita
penghibur atau seseorang bertipe tradisional, yang menyajikan nyanyian, tarian,
percakapan, permainan, dan menemani tamu di restoran.Geisha dimggap bukan
seorang pelacur. Menurut Dalby (1983: 54), geisha tidak tergolong sebagai pelacur
yang bekerja dengan memberikan pelayanan seks. Hal ini tercermin dalam kutipan
berikut ini:"For them, engaging in sexwith customers wqs fficially prohibited'.
Kutipan di atas menunjukkan bahwa geisha merupakan profesi terhonnat.
Seorang geisha dituntut mengerahkan semua keahliannya di bidang seni dalam
menghibur para tamunya. Seorang geishajuga dituntut untuk memiliki keahlian
dalam bidang seni dan kecantikan. Berlawanan dengan pendapat di atas, Golden
dalam Srisanti Q002: 489) menguraikan bahwa geisha yang disebut "hot spring
geisha @eisha sumber air panas)", yangmenghibur di tempat-tempat peristirahatan,
jelas seorang pelacur. Namun, Golden juga menekankan bahwa seorang geisha
memiliki kematriran dalam bidang seni seperti: memainkan alat musik shamisen.
Geisha juga memiliki pengetahuan dan mampu mengadakan upacara minum teh.
Adapun hal yang memperkuat pernyataan geisha sebagai seorang pelacur
dilatarbelakangi dengan konsep "mizuage (memerawani)". Semua geishamengalami
masa magang yang disebut dengan mizuage. Keperawanan mereka dijual ke penawar
tertinggi. Setelah melewati tahap ntizuage-nya, geisha kelas atas tidak akan
menyediakan diri mereka bagi pria-pria setiap malam. Ia akan dianggap geishayang
gagal bila tidak memiliki seorang pria yang bertindak sebagai pelindungnya dan
membiayai pengeluarannya. Pria ini akan menjamin hidup seorang geisha agar tetap
anggun dan elegan. Sebagai ganti kehidupan yang mewah tersebut,geishaakan
memberikan layanan seksual hanya kepada pria tersebut.
Berdasarkan uraian di atas, Golden dalam Srisanti (2002:490) menegaskan
bahwa tidak dalam arti yang sama sebagaimana pemahaman di Barat, yaitu seorang
pelacur melayani berbagai pria setiap malam, geisha kelas atas di Jepang dipandang
sebagai istri simpanan dan bukan pelacur. Konsep perbedaan geishadengan wanita
penghibur pada umumnya hendaknya ditekankan kepada siswa sebagai ciri khas
yang dimiliki oleh seorang geisha.
Setelah lembar kerja dan pertanyaan essai dikumpulkan, maka guru
memeriksanya dau memberikan umpan bal*. ffeedback) yangtepat atas lembaran
tugas yang terkumpul. Guru bisa memberikan umpan balik terhadap isi Iembaran

Hani Wahyuningtias : Penerapan Metode Collaborative Learning dalam ...

tugas siswa dengan cara seperti: memeriksakelengkapandankualitasnya. Kemudian,
guru dapat mengkomunikasikan kepada siswanya, hal-hal seperti di bawah ini:
Menentukan apakah tugas-tugas penting yang harus dikerjakan matrasiswa
sudah tercakup di dalamnya
Apakah tanggung jawab anggota kelompok telah didistibusikan secara adil,

-

-

-

dan

Apakah batas waktu pengumpulan tugas yang telah ditentukan itu fleksibel.

Adapun guru harus dapat memotivasi siswa untuk mengetahui citra geisha
dalam pandangan masyarakatpada umumnya. Dengan mengajukan pertanyaan, dan
diskusi guru dapat menyampaikan secaf,a bertahap citra yang terkandung dalam diri
seorang geis ha, meliputi :

1. Keindahan dan Seni
Siswa diminta mengungkapkan secara lugas keindahan dan nilai seni yang
terce-rmin pada

diri

seorang geisha. Siswa harus mampu mengungkapkan seni

keterampilan tradisional Jepang yang dikuasai oleh seorang geisha, seperti:
menari tarian klasik, menyanyikan lagu klasik khas Jepang (nagauta, dodoitsu),
memetik shamisen,merangkai bunga (ikebana), dan memandu acara seni minum
tehJepang (chanoyu).

2. Kemewahan
Siswa diminta memberikan gambaran hidup mewah yang

dimiliki

seorang geisha.

Sebagai contoh mereka diminta menggambarkan apa itu 'hanamachi'.
Hanarnachi merupakan sebuah lingkungan yang ditata dengan gaya Jepang
tradisional, berupa: bangunan, lukisan, dan kaligrafi.
Siswa diminta memberikan alasan mengapa seorang geisha hidup dalam
limpahan materi dengan gaya hidup yang serba mahal? Apa saja yang
melatarbelakangi hal tersebut? Salah satu alasan utama adalah seorang
geishaharas menjaga penampilan mereka di depan para tamu supaya terlihat
'sempurna' . Geisha memakai kimone setiap kali tampil di pesta dengan segala
perlengkapannya yang mahal. Kimono yang digunakan geisha disesuaikan
dengan musim yang ada di Jepang.

Selanjutnya siswa diminta memberikan jawaban darimana dana hidup seorang
geishadipercleh. Siapa yang membiayai kehidupan mereka?Untuk menunjang
biaya kimono, perlengkapan, dan biaya hidupnya, seorang geisha memerlukan
'danna'. Danna dalam pengertian suami secara finansial, yaitu seorang pria yang

54

Jurnal Bahasa Asing, Vol.

12, No. 12, Desember 2016

menanggung semua biaya hidup geisha, meliputi: pakaian, rumah, dan lainnya.
Danna umumnya adalah seorang pengusaha atau pejabat di pemerintahan.

3. Kecantikan
Siswa diminta melukiskan kecantikan seorang geisha. Bagaimana cwageisha
memperindah dirinya di setiap penampilannya. Para geisha terlatih merias
wajahnya sendiri tanpa bantuan orang lain. Geisha menghiasi bibirnya dengan
lipstik berwarna merah menyala.Selanjufirya hal yang tidak kalah penting dengan
keindahan wajah seorang ge ishaadalahtatanan rambut.Rambut geisha ditata oleh
seorang penata rarnbut dengan gaya yarrg disebut momoware (persik merekah).
Keindahan wajah dan tatanan rambut ini harus dapat dilukiskan oleh siswa karena
merupakan bagian dari keindahan karya Kawabata yang terdapat dalam diri
seorarlg geisha.

4. Dunia malam
Siswa diminta meqielaskan aktivitas kehidupan malam yang dilalui seorang
geisha.Geisha menghadiri beberapa pesta dalam satu malam di restoran bergaya
tradisional Jepang yang bertempat di hotel mewah atau ochaya (ruang untuk
mempertunjukkan seni teh). Tamu harus memanggil geisha melalui okami (ibu

aslh geisha).Olmmi akan menugaskan pengurus manajemen rumah geisha untuk
mengurus semuanya, mendatangkan geisha ke tempat tamu sesuai dengan
permintaan tamu.

Selanjutnya ditanyakan kepada siswa pertunjukan apa saja yang harus
ditampilkan oleh seorang geisha.Pertuqiul&an yang dilakukan geisha terdiri dari
dua jenis yaitu: tachikata danjikata. Siswa diminta mampu membedakan antara
tachikata dan jikata.Tachikata adalah pertunjukkan tarian tradisional jepang.
Tarian yang ditampilkan adalah tari kipas. Jikata adalah pertunjukkan nyanyi
atau permainan musik instrumen yang dibawakan oleh geisha.
Bagaimana caraseorang geishasaat bersama tamu dalam rangka menyenangkan
hati tamunya. Saat menemani para tamu berpesta, biasanya geisha ikut minum
sake atauminuman keras lainnya. Seringkali geishapulang okaya dini hari dalam
keadaan mabuk Karena pesta berlangsung sampai malam.

5. Pelacur
Apakah seorang geisha sama dengan seorang pelacur? Siswa perlu diberikan
pertanyaan yang mengarah pada perbedaan seorang geisha dengan pelacur pada
umumnya. Masyarakat umurnnya menganggap geisha seperti pelacur karena

\

Hani Wahyuningtias

: Penerapan Metode Callabolative Learning dalam

...

55

mereka selalu berada di bar atau ochayawrbtkmelayani tamu-tamu yang sebagian

besar adalah laki-laki.Memasuki jarnan Meiji (1868-1912) tentara Amerika
banyak datang ke Jepang. Mereka mencari wanita penghibur dan tidak dapat
rnembedakangeisha yangasli dan yang murni seorang wanita penghibur.

6. Kesetiaan
Hal yang paling penting ditekankan pada siswa adalah bagaiman kesetiaan
seorang geisha?Seorang geisha yang telah memilih seorang tamunya sebagai

"

danna, meresmikan hubungannya dalam suatu upacara. Hubungan ini sebatas
hubungan kerja sesuai kemampuan sang danna dalam menjamin hidup geisha.
Seldma danna mampu meniamin semua biaya hidup geisha, maka selama itu

pulageisha tersebut hanya berhubungan dengan danna-nya. Tidak tertutup
kemungkinan geisha dan sang danna melakukan hubungan seks, bahkan
melahirkan seorang anak.
Keberadaan geisha dalam kehidupan danna tidak menggangu kehidupan danna
dengan istri resminya. Seorang istri merasa aman apabila suaminya menjalin
hubungan dengan seomng geisha daripada dengan wanita lain.Di sini pentingnya
menekankan perbedaan seorang geishadengan wanita penghibur pada umumnya.

7. Berpendidikan
Bagaimana masa-masa pendidikan yang harus dilalui seorang geislza?Siswa harus
dapat menjelaskan pergantian masa yang harus dilalui oleh seorang geishadalan
rangka pencapaian kedudukan sebagai seorang geisha.

Masa awal pendidikan sebagai murid disebut dengan 'minarei', yaitu masa
belajar dengan cara melihat atau mengamati apa saja yang terjadi di lingkungan
tempat mereka tinggal. Masa ini sangat berat karena para gadis kecil itu harus
bekerja seperti pembantu dan melayani keperluan geisha senior dan menunggu
kgpulangan mereka pada dini hari setiap harinya. Mereka juga harus belajar
shamisen, menari, menyanyi, belajar bahasa sopan, belajar posisi duduk dan
berjalan dengan baik, bertingkah laku sopan, belajar upacara minum teh dan
menata rambut.

Setelah masa minarai selesai, geisha memasuki tahap maiko pada usia 15-20
tahun. Pada masa ini, seorang mailco memiliki kakak angkat yaifi geisha senior
melalui upacara khusus yang disebut'misedashi". Mailcobelajar berdandan dan
melihat cara kerja geisha dalam melayani para tamunya.
Masa menjadi geisha dijalani setelah melewati masa maiko. Seorang maiko
menjadi geisha bila ia telah mendapatkan seorang danna untuk menjamin

56

Jurnal Bahasa Asing,

Yol.l},No.

12, Desember 2016

kehidupan finansialnya. Upacara mengikat d:r.i maiko dengan seorang danna
disebut mizuage, yaifu sejenis upacara melepas keperawanan bagi mdiko yang
masih gadis. Setelah melewati acara mizuage, oknya menyelenggarakan upara
penggantian kerah baju dari maiko menjadi geisha. Upacara ini disebut dengan
erikae.

8. Profesional
Mengapa profesi seorang geishadianggap professional? Siswa diminta
memberikan alasan yang mendasari keprofesionalan tersebut.Profesi geisha dapat
menjadi profesi seumw hidup karena yang diutamakan adalah keterampilan
berkesenian dan berbicara pada para tamunya. Dengan demikian dapat dikatakan,
bahwa profesi geisha bukan hanya profesi yang mementingkan kecantikan fisik
dan usiayangmasih belia semata melainkanprofesi yang dapat dijalankan sampai
usia lanjut.

KESIMPULAI\
Berdasarkan uraian di atas, diketahui bahwa metode collaborative
learningdapat diterapkan dalam pembelajaran sastra dengan tujuan memberikan
konhibusi yang lebih tinggi dalam meningkatkan perolehan belajar. Sangat penting
dalam pembelajaran sastra diterapkan dan dikembangkan strategi pembelajaran
collaborative learntng yang memungkinkan siswa untuk mengembangkan
keterampilan bahasa Iepangnya berupa membaca dan memahami teks asli suatu
karya sastra sekaligus menggali pengetahuannya terhadap suatu karya sastra dengan
cara bekerja kolaboratif dalam tim.
Seyogyanya pembelajaran sastra dilakukan secara cermat. Selain dapat
memahami isi dan nilai yang terkandung di suatu tarya sastra, siswa diharapkan
mampu menerapkan nilai positif yang ada di dalamnya. Dengan pengetahuan baru
yang didapatnya, siswa dapat terus mengembangkan dan mengasah kemampuannya
untuk mendapatkan manfaat dalam kehidupan nyata.
Citra geisha dalam novel "Yukigunf'hendaknya dipahami sebagai konsep
budaya yang berakar dalam masyarakat Jepang, yang di dalamnya juga ada nilainilai luhur walaupun ada beberapa nilai yang kurang sesuai dengan budaya
masyarakat kitapada umumnya.Dalam novel rni, geisha digambarkan dengan indah.
Sebagai pembaca diharapkan kita bisa menyaring nilai positif yangada di dalamnya
dan menerapkannya nilai luhur seperti:terus mempelajari, mengembangkan dan
mencintai budaya t'adisional kita sendiri, memiliki loyalitas terhadap pekerjaan dan
lain-lain.

Hani Wahyuningtias

: Penerapan Metode Collaborative Learning dalam

...

DAFTAR PUSTAKA
Armiati, Sari dan Husni Sastramihardj a. 2007. Collaborative Learning Framework.

,

http://journal.uii.ac.id/index.php/Snati/article/viewFile/161411389. (Diakses
padatanggal 7 Juni 2013).
Dalby,'Crihfield Liza.1983. Geisha. Oakland: University of California Press.
Geisha. 1983. Kodansha Encyclopedia ofJapan III.Tolryo: Kodansha.
Golden, Arthur. 2002. Memoirs of a Geisha. Diterjemahkan oleh Listiana Srisanti.
Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama
Kawabata, Yasunari. 197 0. Yuki gun l. Tokyo: Ishikawashoten.
Kriswadani. 2009. "Efektifitas Collaborative Learning terhadap Prestasi Belajar
Ditinjau dari Konsep Diri Siswa Kelas V Sekolah Dasar di Kecamatan Sidorejo
Kota Salatiga". Thesis. Program Sl Pendidikan Guru Sekolah Dasar.
Universitas Kristen Satya Wacana.
Semi, M.Atar. 1988. Anatomi Sasha. Padang: Angkasa Raya
Sudarman (2008), "Penerapan Metode Collaborative Learning untukMeningkatkan

Materi Mata Kuliah Metgdologi Penelitian", JurnalPendidikan Inovatif, Vol.
3 No.2, hal94-100.
Winkel, W.S. 2004. Psikologi Pengajaran. Yogyakarta: Media Abadi.